skripsi - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/bab i, v, daftar...

40
NIKAH SIRRI SEBAGAI SEBUAH SOLUSI BAGI PERNIKAHAN ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS DI DESA PETUNG KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM OLEH AHMAD BADRUT TAMAM NIM. 05350095 PEMBIMBING 1. Drs. KHOLID ZULFA, M.Si. 2. SAMSUL HADI, S.Ag., M.Ag. JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2009

Upload: hanhu

Post on 11-May-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

NIKAH SIRRI SEBAGAI SEBUAH SOLUSI BAGI PERNIKAHAN ANAK DI BAWAH UMUR

(STUDI KASUS DI DESA PETUNG KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK)

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU

DALAM ILMU HUKUM ISLAM

OLEH AHMAD BADRUT TAMAM

NIM. 05350095

PEMBIMBING 1. Drs. KHOLID ZULFA, M.Si. 2. SAMSUL HADI, S.Ag., M.Ag.

JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2 0 0 9

Page 2: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

ii  

ABSTRAK

Fenomena nikah sirri dan nikah di bawah umur sudah menjadi dua fenomena yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia karena sudah terjadi sejak lama, bahkan setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 fenomena tersebut masih juga terjadi dan berlangsung hingga saat ini. Dari sini penyusun tertarik untuk meneliti fenomena nikah sirri anak di bawah umur yang ada di desa Petung kecamatan Panceng kabupaten Gresik jawa Timur.

Satu hal yang menarik dari fenomena nikah sirri anak di bawah umur yang ada di desa Petung yaitu karena sebagian masyarakat desa Petung menganggap bahwa nikah sirri adalah sebuah solusi bagi pernikahan anak di bawah umur, yang bertujuan untuk menghindarkan pasangan remaja yang sudah saling mencintai dari perbuatan zina. Lebih lanjut dalam penelitian ini penyusun ingin mencari jawaban dari dua pokok masalah yaitu: pertama, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana pandangan masyarakat desa Petung terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkawinan di Indonesia.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif-analitik. Di dalam menganalisis data, penyusun menggunakan cara berfikir induktif, yang diikuti dengan pendekatan sosiologis sebagai pijakannya.

Dalam penelitian ini pada akhirnya disimpulkan bahwa, pertama, pada kenyatannya pernikahan sirri anak di bawah umur yang terjadi desa Petung bukan murni dilakukan karena faktor ketaqwaan (takut terjerumus ke dalam perzinaan), akan tetapi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti faktor kemauan anak dan restu orang tua, faktor tingkat kesadaran tentang lembaga perkawinan yang masih rendah, faktor tujuan untuk mengantisipasi terjadinya kehamilan di luar nikah (perzinaan), faktor pengaruh pergaulan dan lingkungan dan faktor kurangnya pengawasan pemerintah desa terhadap adanya fenomena pernikahan sirri anak di bawah umur. Kedua, sebagian masyarakat desa Petung (terutama para orang tua yang telah menikahkan anaknya yang masih di bawah umur secara sirri) berpendapat bahwa aturan-aturan yang terdapat dalam UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa pernikahan hanya boleh dilakukan oleh seseorang yang sudah cukup umur serta pernikahan harus dicatatkan, aturan-aturan tersebut hanyalah merupakan syarat administratif belaka, yang tanpa itu pun pernikahan sudah dapat dianggap sah menurut agama, asalkan syarat dan rukun yang ditetapkan oleh agama telah terpenuhi.

Pada dasarnya masyarakat desa Petung sudah tahu dan paham terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang perkawinan (termasuk di dalamnya mengenai aturan yang mengharuskan pencatatan perkawinan dan larangan menikah bagi anak yang belum cukup umur), tetapi dengan tujuan untuk melegalkan apa yang mereka lakukan, mereka pun berargurmen dengan berbagai alasan untuk berkillah dari aturan-aturan tersebut agar mereka bisa melakukan apa yang mereka inginkan.

Page 3: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana
Page 4: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

x

Ku Persembahkan karyaku ini buat

Bapak (Muliadi) dan Ma’e (Umaiyah) tercinta

serta Adikku (Fitrotul Azizah) tersayang

Page 5: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

xi

MOTTO

M@ȇÔí@áÔnm@bàrîy‹ibË@óÏ@byb−@a@ÙÛ@Š@þaæbߌ@@M @

Page 6: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

xii

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحمن اهللا بسم, أعوذ باهللا من الشيطان الرجيم

وأنزل,أوتادا والجبال مهادا األرض وجعل ,ادالّرش سبيل إلى الهادي ,الجّواد الملك هللا الحمد

ال آثيرة بنعم علينا وأنعم ,ونباتا زرعا األرض من به ليخرج مبارآا ماء السماء من

والصالة والسالم على ختم األنبياء والمرسلين سيدنا وموالنا محمد وعلى ,األعداد تحصيها

عبده محّمدا أّن وأشهد له شريك ال وحده اهللا إال إله ال أن وأشهد ,اله وأصحابه أجمعين

.بعد أما ,للعباد ورحمة برآة اهللا جعله اّلذي ورسوله

Puji dan syukur hanyalah bagi Allah SWT., yang dengan kehendak dan

ke-Maha Besar-anNya penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada

waktunya (semester VIII). S}alawat dan salam semoga selalu terhaturkan kepada

junjungan umat, Nabi Muhammad. SAW., keluarga, para sahabat, serta orang-

orang yang mengikutinya hingga akhir zaman.

Alhamdulilla>h, Skripsi yang berjudul “Nikah Sirri Sebagai Sebuah

Solusi Bagi Pernikahan Anak Di Bawah Umur (Study Kasus Di Desa Petung

Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik)” telah selesai tersusun. Alasan utama

pemilihan topik ini adalah karena penyusun melihat topik ini sangat unik dan

tidak pernah basi untuk dibahas hingga saat ini. Melalui skripsi ini, penyusun

ingin menyampaikan bahwa fenomena nikah sirri anak di bawah umur masih

banyak terjadi di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan yang jauh dari sorotan

media, untuk itu perlu perhatian dari semua kalangan masyarakat agar fenomena

tersebut bisa lebih diminimalisir.

Penyusun dengan sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, walaupun dalam menyelesaikannya penyusun sudah mengerahkan

segala kemampuan. Untuk itu penyusun berharap akan adanya masukan, baik

berupa kritik atau saran yang sifatnya membangun untuk dilakukan perbaikan.

Perjalanan studi penyusun di Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah

Fakultras Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta melibatkan bantuan dan

Page 7: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

xiii

dorongan banyak pihak yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu-persatu. Dan

atas keberhasilan penyelesaian skripsi ini, penyusun dengan rendah hati

menghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya dan penghargaan yang tulus

kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Yudian Wahyudi, M.A., P.hD. selaku Dekan Fakultas

Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dan Bapak Drs. Supriatna,

M.Si. serta Ibu Fatma Amalia, S.Ag., M.Ag. selaku ketua dan sekretaris

jurusan Al-Ahwal Ays-Syakhsiyyah.

2. Bapak Drs. Khalid Zulfa, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing I, yang dengan penuh perhatian dan selalu meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan akademik dan telah memberikan

inspirasi, kritik-kritik dan saran-saran yang konstruktif sehingga

memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan kepada Bapak

Samsul Hadi, S.Ag., M.Ag. selaku Pembimbing II yang yang dengan

telaten meneliti segala ketidak tepatan dalam skripsi ini. Pada beliau

berdua, penyusun menghaturkan banyak terima kasih.

3. Bapak (Muliadi) dan Ma’e (Umaiyah) yang selalu mencurahkan kasih

sayang, cinta, dan perhatiannya yang tak tak terhingga serta selalu

memberi motivasi, baik moril maupun materiil terhadap penyusun.

Tetesan do’a kalianlah yang telah berhasil menciptakan aneka ‘keajaiban’

dalam hidupku. Kalau sekedar ucapan terima kasih, mungkin tidak akan

pernah cukup untuk segala yang telah kalian berikan kepadaku. Saya

hanya bisa berdo’a Jaza>kumullah Khairan Kas\i>ra>n.

4. Adikku satu-satunya (Izzah), terima kasih atas pengertiannya dan jangan

pernah berhenti untuk meraih apa yang kamu cita-citakan karena kakakmu

akan selalu mendukungmu.

5. Teman-temanku seperjuangan:

• Teman-temanku UKM KORDISKA khususnya korps “Angin”

2005, perjuangan, suka dan duka bersama kalian takkan pernah

terlupakan.

Page 8: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

xiv

• Teman-temanku BEM-J AS dan FK-MASI, terima kasih telah

memeberiku kesempatan untuk berjuang bersama kalian, walaupun

hanya 5 bulan tapi bagiku itu sungguh luar biasa.

• Teman-temanku IMAGE-Jogja, terima kasih ide-ide kalian sungguh

luar biasa tapi ku berharap itu bukan sekedar wacana.

• Teman-temanku KKN, semoga 2 bulan yang kita lalui bersama

memberikan pengalaman dan makna tersendiri dalam hidup kita.

6. Untuk teman-teman @PokerYo, teruslah mengabdi dengan cara kalian

sendiri. Dan untuk temen-teman “Joko Tingkir” + “para Tingkirnita”,

kalian seperti keluarga bagiku. Terima kasih atas semuanya.

7. Teman-teman AS-B, kebersamaan yang kalian ciptakan telah mampu

membuat dunia baru, dunia yang penuh dengan aneka nuansa.

8. Untuk semua orang yang turut berperan dalam kelancaran proses berkarya

ini yang tak mungkin saya sebutkan satu-persatu. Untuk Sukes, yang sudi

menemaniku muter-muter Surabaya. Samsul, terima kasih printernya.

9. Kepada siapapun dan apapun yang tak berwujud, namun punya makna

dalam kehidupan penyusun.

Demikianlah ucapan hormat penyusun, semoga jasa dan budi baik mereka,

menjadi amal baik dan diterima oleh Allah dengan pahala yang berlipat ganda.

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penyusun memohon ampunan dan

petunjuk dari segala kesalahan. Selebihnya tinggal asa dan do’a agar karya ini

bermanfaat adanya, terutama kepada penyusun, dan kepada para pembaca

umumnya. Amin.

Yogyakarta, 1 Rajab 1430 Hijriyah

24 Juni 2009 Masehi

Penyusun,

Ahmad Badrut Tamam

Page 9: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

ABSTRAK... ...........................................................................................................ii

PERSETUJUAN SKRIPSI.....................................................................................iii

PENGESAHAN.......................................................................................................v

SISTEM TRANSLITERASI ARAB–LATIN........................................................vi

PERSEMBAHAN....................................................................................................x

MOTTO..................................................................................................................xi

KATA PENGANTAR...........................................................................................xii

DAFTAR ISI..........................................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….……..1

A. Latar Belakang Masalah…………………….………………......…….1

B. Pokok Masalah……………………………….………………….........6

C. Tujuan Dan Kegunaan…………………………………………..........7

D. Telaah Pustaka…………………………………………………..........8

E. Kerangka Teoretik……………………...............................................10

F. Metode Penelitian…………………………………………………....15

G. Sistematika Pembahasan…………………………………………….18

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN………...……..…21

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Perkawinan………………………….21

B. Tujuan Perkawinan…………………………………………………..23

C. Pengertian Nikah Sirri Dan Nikah Di Bawah Umur……………...…24

Page 10: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

xvi

D. Sahnya Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

……….................................................................................................28

E. Sahnya Perkawinan Menurut Hukum Islam…………………………37

BAB III PELAKSANAAN NIKAH SIRRI ANAK DI BAWAH UMUR DI

DESA PETUNG KECAMATAN PANCENG KABUPATEN

GRESIK……………………………………………….……………….44

A. Gambaran Sekilas Tentang Desa Petung…………………...……….44

1. Letak Geografis…………………………………………….….…47

2. Jumlah Penduduk……………………………………………..….48

3. Pemerintahan…………………………………………………......49

4. Mata Pencaharian Penduduk…………………………………......49

5. Pendidikan……………………………………………………..…53

6. Kondisi Keagamaan Dan Sosial Kemasyarakatan……..……...…54

B. Pelaksanaan Nikah Sirri Anak Di Bawah Umur Di Desa Petung.…..57

C. Akibat-akibat Nikah Sirri Anak Di Bawah Umur Terhadap Kehidupan

Berumah Tangga………………………………………………....….67

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN NIKAH SIRRI ANAK

DI BAWAH UMUR DI DESA PETUNG KECAMATAN PANCENG

KABUPATEN GRESIK………………………………………….…...72

A. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Terjadinya Nikah Sirri Anak Di

Bawah Umur Di Desa Petung…………………………………....….72

1. Faktor Internal…………………………………………….…..…73

2. Faktor Eksternal…………………………………………..……..78

Page 11: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

xvii

B. Pandangan Masyarakat Desa Petung Terhadap Peraturan Perundang-

Undangan Yang Mengatur Tentang Perkawinan……………………85

BAB V PENUTUP………………………………………….…………………..90

A. Kesimpulan……………………………………………………….....90

B. Saran-Saran…………………………………………………....…….92

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..….....94

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I : Terjemahan……………………………………………….I

Lampiran II : Biografi Ulama………………………………………….III

Lampiran III : Struktur Pemerintahan Desa Petung……………………..V

Lampiran IV : Peta……………………………………………………...VI

Lampiran V : Interview Guide………………………………………..VII

Lampiran VI : Bukti Wawancara……………………………………......X

Lampiran VII : Surat-Surat Rekomendasi Riset……………………......XII

Lampiran VIII : Curiculum Vitae……………………………………....XIII

Page 12: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah menciptakan segala sesuatu di alam dunia ini berpasang-

pasangan, ada siang dan malam, matahari dan bulan, panas dan dingin, atas

dan bawah, dan seterusnya. Ketentuan berpasangan itu pun dapat juga dilihat

dengan adanya jenis pria dan wanita pada manusia.1 Hal tersebut bertujuan

agar manusia selalu ingat akan kebesaran-Nya.2

Al-Qur’an menjelaskan bahwa seorang pria secara naluriah, di

samping mempunyai keinginan terhadap anak (keturunan), harta kekayaan,

jabatan dan juga sangat menyukai lawan jenisnya (wanita),3 demikian pula

seorang wanita. Untuk memberikan jalan yang terbaik bagi hubungan antar

manusia yang berlainan jenis itu, maka Islam sebagai sebuah agama yang

rah}mah lil-‘alami>n menetapkan suatu ketentuan yang sangat mulia yaitu yang

disebut dengan perkawinan. Perkawinan merupakan suatu perjanjian atau

kesepakatan untuk bergaul dan bercampur antara seorang pria dan wanita

dalam status suami istri. Di samping itu perkawinan juga merupakan ikatan

lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri

1 An-Najm (53) : 45.

2 Az-|Z|a>riya>t (51) : 49.

3 A>li-Imra>n (3) : 14.

Page 13: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

2

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4

Kata ”nikah” secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang memiliki

arti menghimpun atau mengumpulkan. Sedangkan secara istilah ada beberapa

definisi nikah yang dikemukakan oleh ulama fiqh, seluruh definisi tersebut

mengandung esensi yang sama meskipun redaksionalnya berbeda. Intinya

nikah adalah akad yang menjadikan halalnya hubungan seksual antara

seorang pria dan seorang wanita, saling tolong-menolong di antara keduanya

serta menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya.5

Pemerintah Republik Indonesia melalui Pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan telah menegaskan bahwa

perkawinan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu. Dengan demikian bagi warga Indonesia

yang beragama Islam berlaku hukum perkawinan Islam. Lebih lanjut

ditegaskan dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Dengan demikian setiap perkawinan harus didaftar dan dicatat

oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) di kantor pencatat nikah kecamatan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.6

4 Hal tersebut sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

5 Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), hlm. 1329.

6 Pasal 2 ayat (1).Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Page 14: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

3

Pelaksanaan pencatatan perkawinan tersebut kemudian diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Pasal 2 PP tersebut

menegaskan bahwa pencatatan perkawinan bagi mereka yang melangsungkan

perkawinan menurut agama Islam dilakukan oleh pegawai pencatat nikah

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954

Tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. Sedangkan bagi mereka yang

tidak beragama Islam (non muslim), pencatatannya dilakukan oleh pegawai

pencatat perkawinan pada kantor catatan sipil.7

Pencatatan perkawinan di samping bertujuan untuk ketertiban

administratif, juga bertujuan untuk melindungi hak-hak orang yang

melaksananakan perkawinan, serta sebagai bukti bahwa benar-benar telah

terjadi perkawinan.8 Jadi, perkawinan yang dilaksanakan di Indonesia harus

dicatatkan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Perkawinan yang tidak

dicatatkan atau dilakukan di luar pengawasan pegawai pencatat nikah

dianggap tidak mempunyai kekuatan hukum.9

Perkawinan yang tidak dicatatkan sesuai dengan aturan yang telah

dijelaskan di atas biasanya dikenal dengan nikah sirri atau nikah di bawah

tangan. Secara administrasi negara pernikahan ini melanggar aturan yang

berlaku. Dengan demikian, nikah sirri bisa dianggap tidak mematuhi atau

7 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 235.

8 Kompilasi Hukum Islam Pasal 5 ayat (1).

9 Ibid., Pasal 6 ayat (1).

Page 15: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

4

tidak mentaati peraturan pemerintahan yang sah. Praktik nikah sirri ini masih

banyak terjadi di kalangan masyarakat Indonesia sampai sekarang.

Di samping suatu perkawinan harus dicatatkan, Undang-Undang

Perkawinan (UUP) juga mengatur tentang usia minimal bolehnya seseorang

untuk menikah. Disebutkan dalam UUP bahwa “perkawinan hanya diizinkan

jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun) dan pihak

wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun”.10 Hal tersebut juga

ditegaskan kembali dalam pasal 15 Kompilasi Hukum Islam.

Kematangan biologis dan psikologis calon mempelai merupakan salah

satu prinsip yang dianut oleh UUP, karena perkawinan mempunyai tujuan

yang sangat luhur yaitu untuk membentuk keluarga sakinah dan juga untuk

mendapatkan keturunan. Perkawinan yang dilakukan pada usia yang terlalu

muda dikhawatirkan akan menghasilkan keturunan yang kurang baik. Hal ini

bukan saja karena dihasilkan dari bibit yang belum matang, tetapi juga karena

kurangnya pengetahuan pasangan muda-mudi tadi tentang cara-cara

pengasuhan anak sehingga anak akan tumbuh dengan pola pengasuhan dan

pendidikan yang kurang maksimal. Oleh karena itu perkawinan yang belum

memenuhi syarat usia minimal bolehnya menikah harus diminimalisir untuk

mencegah terjadinya kekhawatiran-kekhawatiran tersebut.11

Bagi para pihak yang belum mencapai usia minimal bolehnya

menikah karena satu dan lain hal terpaksa harus menikah, Undang-Undang

10 Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974.

11 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, cet. ke-1, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 144.

Page 16: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

5

Perkawinan memberikan peluang dengan cara mengajukan permohonan

dispensasi ke Pengadilan Agama setempat, akan tetapi sebagian masyarakat

masih tabuh (kurang begitu mengetahui) tentang adanya dispensasi tersebut

sehingga tidak jarang sampai saat ini di masyarakat Indonesia masih

ditemukan beberapa kasus pernikahan sirri anak di bawah umur. Masyarakat

desa Petung kecamatan Panceng kabupaten Gresik adalah salah satu bukti

bahwa sampai saat ini penikahan sirri anak di bawah umur masih menjadi

fenomena yang hidup dalam masyarakat Indonesia, terutama di pedesaan.

Berangkat dari hal-hal tersebut, penyusun tertarik untuk meneliti fenomena

nikah sirri anak di bawah umur yang terjadi di desa Petung tersebut.

Desa Petung adalah salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan

Panceng kabupaten Gresik yang masyarakatnya seratus persen beragama

Islam dan sebagian besar adalah alumni pondok pesantren. Hal ini sangat

wajar karena menurut sejarah yang berkembang di masyarakat, Gresik

terkenal dengan sebutan” kota santri”. Sebutan kota santri tersebut karena

beberapa hal, di antaranya dikarenakan mayoritas masyarakat Gresik adalah

kaum santri yang benar-benar paham dengan ajaran Islam, banyaknya jumlah

pesanten yang tersebar di wilayah Gresik, adanya makam beberapa wali di

antaranya makam Maulana Malik Ibrahim, makam Sunan Giri, makam

Fatimah Binti Maimun (salah satu bukti sejarah bahwa Islam telah masuk ke

bumi Jawa pada abad ke-11) dan makam-makam wali yang lain.12

12 Raditya, “Sejarah Singkat Kota Gresik”, http://raditzhu.wordpress.com/2007/

09/22/ sejarah-singkat-kota-gresik/, akses 16 April 2009.

Page 17: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

6

Sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji, sebuah desa yang

sebagian besar masyarakatnya adalah alumni pondok pesantren yang

notabennya adalah orang-orang yang paham dan mengerti akan hukum-

hukum agama, tetapi di lingkungannya masih terjadi pernikahan sirri anak di

bawah umur, yang itu sudah jelas dilarang oleh Negara. Bahkan ada sebagian

masyarakatnya yang menganggap bahwa nikah sirri tersebut adalah solusi

bagi pernikahan anak di bawah umur, yang bertujuan untuk menghindarkan

pasangan remaja yang sudah saling mencintai dari perbuatan zina.13

Dari penjelasan di atas kemudian muncul pertanyaan, apakah

terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di desa Petung kecamatan Panceng

kabupaten Gresik memang dilatarbelakangi oleh faktor ketaqwaan atau

karena faktor-faktor lain seperti faktor sosial atau lingkungan, serta

bagaimana pandangan masyarakat desa Petung terhadap peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang perkawinan. Untuk menjawab semua itulah

penelitian ini dilakukan.

B. Pokok Masalah

Bertitik tolak dari uraian singkat pada latar belakang masalah di atas,

maka dapat dirumuskan dua pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di

bawah umur di desa Petung kecamatan Panceng kabupaten Gresik?

13 Wawancara dengan Bapak Shohibul Imam, salah satu tokoh masyarakat di desa

Petung, tanggal 15 Maret 2009.

Page 18: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

7

2. Bagaimana pandangan masyarakat desa Petung terhadap peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang perkawinan di Indonesia?.14

C. Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya nikah sirri

anak di bawah umur di Petung kecamatan Panceng kabupaten Gresik.

2. Untuk menjelaskan pandangan masyarakat desa Petung terhadap peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang perkawinan di Indonesia.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah

1. Bagi kehidupan secara umum, yaitu membangun kesadaran hukum bagi

kebanyakan masyarakat yang masih beranggapan bahwa nikah sirri anak

di bawah umur merupakan sebuah solusi untuk mencegah terjadinya

perzinaan, serta untuk untuk menjelaskan bahwa nikah sirri anak di

bawah umur mempunyai akibat-akibat negatif bagi para pelakunya.

2. Sebagai sumbangsih keilmuan bagi ilmu pengetahuan pada umumnya, dan

khususnya bagi disiplin ilmu hukum positif serta ilmu hukum Islam

bidang perkawinan.

3. Memperluas wawasan ilmu pengetahuan bagi penyusun pada khususnya

dan bagi masyarakat luas pada umumnya.

14 Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

perkawinan di Indonesia pada penelitian ini adalah pasal-pasal dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam yang ada kaitannya dengan pencatatan perkawinan dan larangan pernikahan di bawah umur.

Page 19: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

8

D. Telaah Pustaka

Diskursus mengenai pernikahan sirri dan pernikahan di bawah umur

sudah banyak dituangkan dalam beberapa penelitian, di antara penelitian-

penelitian tersebut yang mirip dengan penelitian yang penyusun tulis antara

lain: skripsi karya Suwandi berjudul “Status Hukum Dan Dampak Pernikahan

Yang Tidak Tercatat (Studi Kasus Pada Wilayah Kerja KUA Kecamatan

Nglipar Kabupaten Gunung Kidul)”. Skripsi ini lebih menitik beratkan pada

dampak yang menimpa anak yang dilahirkan terkait dengan statusnya sebagai

akibat dari status perkawinan orang tuanya.15

Skripsi karya Syarif Hidayat berjudul “Status Hukum Nikah Sirri di

Indonesia (Penetapan Dengan Metode Sadd az-|Z|ari>’ah)” yang menjelaskan

bahwa nikah sirri lebih banyak mendatangkan ke-mad}arat-an dan

kemafsadatan yang nyata, di antaranya adalah tidak adanya jaminan kepastian

hukum terhadap kehormatan, keturunan dan harta, oleh sebab itu ditetapkan

hukum haram bagi penerapannya.16

Skripsi karya Muhtar as-Shidiqi berjudul “Nikah Sirri di Kecamatan

Klaten Utara (Sebuah Tinjauan Yuridis Dan Normatif)”. Dalam skripsi ini

disimpulkan bahwa pernikahan sirri yang terjadi di daerah tersebut tidak sah

15 Suwandi, “Status Hukum Dan Dampak Pernikahan Yang Tidak Tercatat (Studi

Kasus Pada Wilayah Kerja KUA Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunung Kidul)”, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1998).

16 Syarif Hidayat, “Status Hukum Nikah Sirri di Indonesia (Penetapan Dengan Metode Sadd az-|Z|ari>’ah)”, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2001).

Page 20: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

9

karena saksi dipesan untuk tidak memberitahukan kepada orang lain. Hal ini

dianggap sama dengan pernikahan tanpa saksi.17

Skripsi Karya Helliyah berjudul “Perkawinan Di Bawah Umur Pada

Masyarakat Madura (Studi Kasus Di Kecamatan Bluto Kabupaten

Sumenep)”. Skripsi tersebut lebih banyak membahas tentang nikah di bawah

umur yang disebabkan oleh adanya tradisi perjodohan.18

Skripsi Karya Getta Nurmalasari berjudul “Pernikahan Dini dan

Rendahnya Perceraian (Studi Kasus Di Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu

Kabupaten Bojonegoro)”. Skripsi ini berkesimpulan bahwa terjadinya

pernikahan dini terjadi daerah tersebut dipengaruhi oleh adat yang sudah

berjalan cukup lama pada masyarakat setempat dan penyusun juga

menyimpulkan bahwa pernikahan dini tidak selalu berimplikasi negatif pada

kehidupan rumah tangga.19

Dari beberapa penelitian yang telah penyusun pelajari, pada

hakikatnya pembahasan tentang nikah sirri dan di bawah umur sudah ada,

tetapi sejauh yang penyusun ketahui belum ada sebuah penelitian yang

membahas kedua topik tersebut secara bersamaan dalam satu tema. Oleh

karena itu, menurut penyusun akan sangat menarik jika fenomena nikah sirri

17 Muhtar as-Shidiqi, “Nikah Sirri Di Kecamatan Klaten Utara (Sebuah Tinjauan Yuridis Dan Normatif)”, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

18 Helliyah, “Perkawinan Di Bawah Umur Pada Masyarakat Madura (Studi Kasus Di Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep)”, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2001).

19 Getta Nurmalasari, “Pernikahan Dini dan Rendahnya Perceraian (Studi Kasus Di Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro)”, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2003).

Page 21: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

10

anak di bawah umur yang ada di desa Petung kecamatan Panceng kabupaten

Gresik diteliti, ditelaah dan diangkat untuk dijadikan sebuah karya ilmiah.

E. Kerangka Teoretik

Perkawinan di bawah umur memiliki dua dampak yang cukup berat.

Dari segi fisik, wanita di bawah umur masih rawan untuk melahirkan karena

tulang panggulnya belum kuat dan masih kecil sehingga berpengaruh pada

tingginya angka kematian ibu yang melahirkan, kematian bayi serta

berpengaruh pada rendahnya kesehatan ibu dan anak. Dari segi mental, anak

di bawah umur memiliki emosi yang belum stabil dan tingkat pendidikan

yang rendah, sehingga perkawinan yang dilakukan di bawah umur

menyebabkan tingginya perceraian. Berangkat dari itu kemudian pemerintah

menentukan batas usia minimal bagi remaja yang akan menikah.20

Fenomena perkawinan nikah sirri anak di bawah umur masih banyak

ditemukan di masyarakat Indonesia. Di antara faktor yang mempengaruhi

terjadinya perkawinan tersebut adalah faktor ada atau tidaknya unsur

kemaslahatan, ada atau tidaknya kekhawatiran terhadap kemungkinan

terjadinya hubungan seksual yang tidak dibenarkan oleh agama. Maka

perkawinan antara pria dan wanita dimaksudkan sebagai upaya memelihara

kehormatan diri (hifz} al-‘ird}) agar mereka tidak terjerumus perbuatan

terlarang, memelihara kelangsungan hidup manusia (hifz} an-Nasl),

20 Dadan Muttaqien, Cakap Hukum; Bidang Perkawinan Dan Perjanjian, cet. ke-1,

(Yogyakarta: Insania Cita Press, 2006), hlm. 80.

Page 22: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

11

mendirikan rumah tangga yang dipenuhi kasih sayang antara suami istri dan

saling membantu antara keduanya untuk kemaslahatan bersama.21

Dari observasi yang telah dilakukan, penyusun mendapatkan

informasi bahwa perkembangan media (utamanya media elektronik) yang

masuk ke desa Petung kecamatan Panceng kabupaten Gresik sangat

mempengaruhi gaya hidup dan pergaulan remaja di desa tersebut.

Kecenderungan mereka untuk bergaul bebas lebih tinggi. Maka

menyegerakan perkawinan adalah upaya untuk mengatasi bahaya bagi para

remaja dari pergaulan bebas. Masyarakat beranggapan lebih baik kiranya

pencegahan bahaya itu dilakukan sebelum terlambat.22

Remaja di desa Petung nekad menikah walaupun belum cukup umur

karena mereka sudah saling mencintai satu sama lain, sudah berpacaran

cukup lama dan kalau tidak segera menikah, mereka takut akan terjerumus ke

dalam perzinaan (kumpul kebo). Dari pihak orang tua juga mendukung

dengan alasan yang sama. Mereka memilih nikah sirri sebagai solusi karena

mereka beranggapan bahwa jalur yang telah digariskan oleh Undang-Undang

yaitu dengan cara meminta dispensasi dari Pengadilan Agama terlalu ribet

untuk ditempuh dan menghabiskan dana yang tidak sedikit. Selanjutnya

ketika usia mereka telah dianggap memenuhi usia minimal untuk menikah,

21 Ibid., hlm. 82.

22 Wawancara dengan Bapak Shohibul Imam, salah satu tokoh masyarakat di Desa Petung, tanggal 15 Maret 2009.

Page 23: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

12

barulah pernikahan tersebut dicatatkan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.23

Melalui perkawinan, remaja akan terbentengi dari perbuatan yang

diharamkan oleh Allah SWT., lantaran ketiadaan sarana untuk

menyalurkannya secara halal. Karenanya semangat untuk menikah dini

sekaligus merangsang orang lain agar secepatnya menikah. Berangkat dari

argumen tersebut, tidak ada alasan yang signifikan untuk menunda sebuah

perkawinan.24

Secara yuridis, ketentuan mengenai nikah sirri dan nikah di bawah

umur sudah jelas dengan adanya aturan pencataan perkawinan dan umur

minimal boleh nikah, tinggal bagaimana agar aturan tersebut dapat dijalankan

sehingga ia tetap berlaku sebagai hukum dan dapat menjalankan fungsinya

sebagai kontrol sosial (as tool of social control).25 Soerjono Soekanto dalam

teorinya tentang hukum menyatakan bahwa hukum positif akan efektif

apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Untuk itu ada

tiga komponen atau syarat penegakan hukum yang harus dipenuhi, yaitu:

pertama, aturan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Kedua, penegak

hukum harus cakap dan mampu menjalankan tugasnya Ketiga, adanya

23 Ibid.

24 Moh. Fauzil Adhim, Saatnya Untuk Menikah, cet. ke-1, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm. 36.

25 Satjipto Raharjo, Hukum Dan Masyarakat, cet. ke-3, (Bandung: Angkasa, 1984), hlm. 69 dan 117.

Page 24: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

13

kesadaran hukum dari masyarakat. kesadaran hukum ini menjadi faktor

dominan di antara ketiga syarat tersebut.26

Salah satu unsur yang cukup penting dalam penegakan hukum adalah

unsur manusianya sendiri, yaitu aspek kesadaran hukum. Karena ketika

berbicara unsur manusia dari aspek kesadaran hukum masyarakatnya maka

otomatis mencoba memahami dan menyoroti segi manusia individunya, yang

membentuk budaya hukumnya. Di sinilah harus dibicarakan soal mental,

akhlak, moral dan etika, sebab semua itulah substansi dari seorang individu

manusia, ”the moral of the man”. Budaya hukum masyarakat yang tinggi

adalah masyarakat yang tidak cenderung melanggar hukum walaupun tidak

ada aparat hukum yang melihatnya, ataupun masyarakat yang tidak

memanfaatkan hukum untuk mencapai tujuan bagi kepentingannya sendiri

atau kelompoknya, apalagi masyarakat yang cenderung untuk menghindari

atau menyalahgunakan hukum dengan sengaja untuk tujuan-tujuan tertentu,

yang pada akhirnya bersifat tidak adil bagi masyarakat lainnya. Sehingga

tegaknya hukum di tengah masyarakat memerlukan tegaknya keadilan.

Melukai rasa keadilan terhadap sebagian masyarakat dapat berakibat

rusaknya tatanan dan kestabilan bagi masyarakat keseluruhan karena rasa

keadilan adalah unsur fitrah sejak lahir bagi seorang manusia.27

26 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, cet. ke- 8, (Jakarta: Rajawali

Grafindo Persada, 1997), hlm. 36. Lihat juga Baharuddin Lopa, Permasalahan Pembinaan Dan Penegakan Hukum di Indonesia, cet. ke-1, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm. 31-32.

27 Dony Kandiawan, “Upaya Penegakan Hukum; Pembentukan Budaya Hukum Atas Dasar Keadilan”, http://www.bangka.go.id/artikel.php?id_artikel=10, akses 27 Juni 2009.

Page 25: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

14

Hukum dan penegakannya tidak lepas dari masyarakat, selalu ada

korelasi atau bahkan benturan-benturan yang turut mempengaruhi dan

mungkin mampu merubahnya. Resiko kegagalan, penyelewengan dan

ketidakpatuhan akan mewarnai pencapaian tujuan pemberlakuan hukum.28

Selain itu harus diakui bahwa perbedaan taraf kemampuan masyarakat

dalam memahami dan menjalankan suatu peraturan. Dalam ilmu hukum

dikenal teori fiksi hukum (fictie hukum) yang menyatakan bahwa

diundangkannya sebuah peraturan perundang-undangan oleh instansi yang

berwenang mengandaikan semua orang mengetahui peraturan tersebut.

Dengan kata lain tidak ada alasan bagi pelanggar hukum untuk menyangkal

dari tuduhan pelanggaran dengan alasan tidak mengetahui hukum atau

peraturannya. Namun juga harus disadari tidak sedikit orang yang baru

mengetahui peraturan setelah ia melanggarnya, atau terjadi pelanggaran itu

disebabkan oleh ketidaktahuannya tentang hukum dan belum menyadari

sepenuhnya maksud, tujuan dan manfaat hukum itu. Perbedaan itu yang

kemudian menimbulkan implikasi yang beragam.29

Fiksi hukum juga diartikan dengan diterimanya sesuatu yang tidak

benar sebagai suatu hal yang benar. Dengan perkataan lain diterimanya apa

yang sebenarnya tidak ada, sebagai ada atau yang sebenarnya ada sebagai

tidak ada. Kata fiksi (fictie) itu biasanya dipakai orang, jika orang dengan

28 Satjipto Raharjo, Hukum Dan Masyarakat, hlm. 16.

29 Yustisia Rahman, “Publisitas, Fiksi Hukum dan Keadilan”, http://nyalaapi.multiply.com/journal/item/19, akses 16 April 2009. Baca juga Bismar Siregar, Islam Dan Hukum, cet. ke-3, (Jakarta: Grafikatama Jaya, 1992), hlm. 235-236.

Page 26: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

15

sadar menerima sesuatu sebagai kebenaran, apa yang tidak benar. Fiksi atau

dusta yang demikian itu memegang peranan yang penting dalam hukum, dan

sudah dipakai sejak dahulu.30

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research),

suatu penelitian yang sumber data utamanya diperoleh dengan

melakukan penelitian secara langsung di lapangan31, yaitu dari praktik

nikah sirri anak di bawah umur pada masyarakat desa Petung kecamatan

Panceng kabupaten Gresik yang terjadi antara tahun 2007 sampai dengan

tahun 2009.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik yaitu memberikan

gambaran tentang praktik nikah sirri anak di bawah umur pada

masyarakat desa Petung kecamatan Panceng kabupaten Gresik.

Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya praktek nikah sirri anak di bawah umur

tersebut serta bagaimana pandangan masyarakat desa Petung terhadap

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkawinan.

30 Rahmat Setiabudi Sokonagoro, “Peristilahan Fiksi Hukum (Fictie Hukum)”,

http://sokonagoro.blogspot.com/2008/04/peristilahan-fiksi-hukum-fictie-hukum.html, akses 16 April 2009.

31 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hlm. 49.

Page 27: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

16

3. Populasi dan Sample

Populasi yang dijadikan objek penelitian adalah muda-mudi di

desa Petung yang menikah sirri dan umurnya belum mencukupi untuk

boleh menikah menurut peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang perkawinan. Dalam hal ini ada empat kasus pernikahan sirri anak

di bawah umur yang terjadi di desa Petung antara tahun 2007 sampai

dengan tahun 2009.

Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Petung

yang terdiri dari: para pelaku nikah sirri sejak tahun 2007 sampai dengan

2009 yang belum mencapai umur minimal boleh menikah, orang tua

(wali) dari pelaku, juga para tokoh masyarakat yang dianggap paham dan

mengetahui permasalahan tersebut. Selain sumber tersebut, ada juga

sumber data lainnya yaitu berupa dokumen-dokumen dan literatur-

literatur yang relevan.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Penyusun melakukan pengamatan baik dengan melihat,

memperhatikan, mendengar atau sebagainya tentang hal-hal yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Observasi yang dilakukan

berlangsung selama 1 bulan lebih, yaitu bulan Mei sampai dengan

bulan Juni 2009.32

32 Observasi yang dilakukan berlangsung selama 1 bulan lebih, yaitu bulan Mei

sampai dengan bulan Juni 2009.

Page 28: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

17

b. Interview

Penyusun mengadakan wawancara langsung dengan

responden seputar topik penelitian ini. Adapun bentuk interview yang

digunakan adalah interview bebas yang mendalam yaitu interview

yang tidak terikat pada sebuah pedoman teknis tertentu, meskipun

secara umum penyusun juga membuat pedoman teknis interview

(interview guide), sehingga dengan demikian diharapkan pertanyaan

dapat beralih dari suatu pokok ke pokok yang lain dan dari satu

pembahasan ke pembahasan yang lain secara elastis tetapi juga tanpa

mengabaikan pedoman teknis yang telah disusun.

c. Dokumentasi

Suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengutip data

dokumen yang ada hubungannya dengan obyek penelitian, seperti

dokumen tentang deskripsi wilayah (meliputi: luas wilayah, letak

geografis dan batas-batas wilayah), dokumen tentang kependudukan

dan dokumen-dokumen lain yang dianggap penting serta masih ada

kaitannya dengan obyek yang diteliti.

5. Pendekatan

Dalam melakukan penelitian ini, penyusun menggunakan

pendekatan sosilogis, yaitu dengan menggambarkan keadaan masyarakat

secara utuh, lengkap dengan struktur lapisan serta gejala sosial lainnya

yang saling berkaitan satu dengan yang lain, sehingga akan dapat

diketahui faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya nikah sirri anak

Page 29: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

18

di bawah umur di desa Petung, serta bagaimana pandangan masyarakat

terhadap terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

perkawinan.

6. Metode Analisa Data

Setelah data terkumpul, penyusun kemudian melakukan analisis

data secara kualitatif33 dengan mempergunakan metode induktif, yaitu

metode analisa data yang berangkat dari kasus-kasus tertentu dan

kemudian digenaralisasikan pada suatu kesimpulan yang bersifat

umum.30

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran yang utuh dan terpadu serta

menghasilkan sebuah karya tulis yang sistematis, maka dalam penyusunan

skripsi ini peneliti menyusunnya dengan sistematika pembahasan sebagai

berikut:

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi: pertama, latar

belakang masalah yang memuat alasan-alasan pemunculan masalah yang

diteliti. Kedua, pokok masalah merupakan penegasan terhadap apa yang

terkandung dalam latar belakang masalah. Ketiga, tujuan yang akan dicapai

dan kegunaan (manfaat) yang diharapkan dari tercapainya penelitian ini.

33 Analisis data secara kualitatif menekankan perolehan data/informasi dari informan

di lapangan melalui wawancara atau pengamatan langsung. Lihat Ahmad Pattiroy, Metodologi Penelitian, hand out mata kuliah metodologi penelitian, Tidak Diterbitkan, Jurusan Ahwal Syakhsiyyah semester genap (2008).

30 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1982), hlm. 32

Page 30: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

19

Keempat, telaah pustaka sebagai penelusuran terhadap literatur yang telah ada

sebelumnya dan kaitannya dengan objek penelitian. Kelima, kerangka teoretik

menyangkut pola fikir atau kerangka berfikir yang digunakan dalam

memecahkan masalah. Keenam, metode penelitian berupa penjelasan

langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengumpulkan dan

menganalisis data. Ketujuh, sistematika pembahasan sebagai upaya yang

mensistematiskan penyusunan.

Bab kedua, memuat tinjauan umum tentang perkawinan, yang

meliputi pengertian perkawinan, tujuan, pengertian nikah sirri dan nikah di

bawah umur serta sahnya perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 dan hukum Islam. Tinjauan umum ini dimaksudkan untuk

menjelaskan hukum nikah sirri menurut UU Perkawinan dan Hukum Islam,

sehingga diharapkan dengan adanya penjelasan pada bab kedua ini, penyusun

akan lebih mudah dalam memahami dan menganalisis kasus-kasus yang ada

di bab berikutnya.

Bab ketiga, mengulas praktik nikah sirri anak di bawah umur di desa

Petung. Bab ini terdiri dari sub-sub bab yang memuat tentang, pertama

keadaan geografis-demografis, kondisi sosial-ekonomi, adat istiadat dan

kehidupan beragama masyarakat desa Petung. Kedua, pelaksanaan nikah sirri

anak di bawah umur di desa Petung. Dan ketiga, memuat dampak dari

pernikahan sirri anak di bawah umur terhadap kehidupan rumah tangga.

Secara umum dalam bab ketiga ini akan dijelaskan secara mendetail hal-hal

yang terjadi di lapangan, lengkap dengan data-data yang ada dianggap perlu.

Page 31: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

20

Ini dimaksudkan agar permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini bisa

dipahami secara utuh.

Keempat, merupakan analisis terhadap praktek pelaksanaan nikah sirri

anak di bawah umur di desa Petung. Bab ini terdiri dari dua sub bab yang

memuat: Pertama, tentang faktor-faktor apa saja yang mendorong anak di

bawah umur nekad melakukan sebuah perkawinan sirri. Dan sub bab kedua

memuat pandangan masyarakat desa Petung kecamatan Panceng kabupaten

Gresik terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

perkawinan.

Bab kelima, adalah bab terakhir yang merupakan penutup dari

pembahasan penelitian. Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan jawaban

dari pokok masalah. Bab ini juga dilengkapi dengan saran-saran yang sifatnya

membanguan terhadap permasalahan yang dibahas.

Page 32: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah diuraikan oleh

penyusun dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai jawaban dari pokok masalah:

1. Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi terjadinya pernikahan sirri

anak di bawah umur di desa Petung. Faktor-faktor tersebut meliputi:

a. Faktor Internal

1) Faktor kemauan anak dan restu orang tua

Faktor kemauan anak dan restu orang inilah yang menyebabkan

pernikahan sirri anak di bawah umur terjadi, karena jika salah satu

dari dua hal tersebut (kemauan anak dan restu orang) tidak ada

kemungkinan pernikahan tidak terjadi.

2) Faktor rendahnya tingkat kesadaran terhadap pentingnya lembaga

perkawinan.

Menurut para pelaku dan orag tuanya perkawinan adalah akad yang

bertujuan untuk membentuk sebuah keluarga dan menghalalkan

hubungan seks. Perkawinan sudah dianggap sah tanpa dicatatkan di

Kantor Urusan Agama (KUA), asalkan sudah memenuhi

ketentuan-ketentuan agama Islam.

3) Faktor tujuan untuk mengantisipasi terjadinya kehamilan di luar

nikah (perzinaan).

Page 33: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

91

Para orang tua dari pelaku berbendapat bahwa menyegerahkan

untuk menikahkan anak-anak mereka adalah merupakan sebuah

solusi untuk mengantisipasi terjadinya hamil di luar nikah

(perzinaan) yang bisa mencemarkan nama baik keluarga. Mereka

juga menyatakan bahwa di samping untuk menghindari perzinaan,

pernikahan juga bertujuan untuk ibadah karena pernikahan adalah

sunnah Rasulullah.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan (sosial)

Sebagai sebuah perkembangan dari modernisasi, dalam hal ini

Desa Petung tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lain di

perkotaan, sebagai contoh trend berpacaran yang mengikuti gaya

orang kota, yaitu berpacaran dengan gaya bebas (lepas kontrol).

Hal tersebut juga didukung dengan masuknya media secara

berangsur-angsur, baik itu media cetak yang berebut memajang

foto-foto seksi, maupun media elektronik yang menawarkan cara

bergaul yang baru, yang sesungguhnya itu tidak pantas untuk

dilakukan, utamanya oleh mereka yang masih di bawah umur.

2) Faktor pergaulan (ikut-ikutan)

Kecenderungan untuk meniru hal-hal yang baru bagi anak-anak

muda saat ini adalah suatu keharusan, karena kalau mereka tidak

mengikuti hal baru tersebut, mereka akan dikatakan kurang

pergaulan dan ketinggalan zaman.

Page 34: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

92

3) Faktor kurangnya respon dan perhatian dari pemerintah.

Itu terbukti dengan tidak adanya laporan mengenai adanya

pernikahan sirri anak di bawah umur di desa Petung yang masuk ke

KUA kecamatan Panceng.

Selain faktor-faktor di atas ada beberapa faktor lain yang juga turut

mempengaruhi terjadinya pernikahan sirri anak di bawah umur di desa

Petung seperti: faktor pendidikan, ekonomi dan agama.

2. Mengenai beberapa pasal dalam UU No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi

Hukum Islam yang menyebutkan bahwa setiap pernikahan hanya boleh

dilakukan apabila para pihak telah memenuhi umur minimal boleh

menikah (19 tahun bagi pria dan 16 tahun wanita), serta pernikahan harus

dicatatkan atau didaftarkan di Pegawai Pencatat Nikah, sebagian

masyarakat desa Petung (terutama para orang tua yang telah menikahkan

anaknya yang di bawah umur secara sirri) berpendapat bahwa aturan-

aturan tersebut hanyalah merupakan syarat administratif belaka, yang

tanpa itu pun pernikahan juga sudah dapat dianggap sah asalkan syarat dan

rukun yang ditetapkan oleh agama telah terpenuhi.

B. Saran-Saran

Sebagai penutup dari skripsi ini, penyusun ingin memberikan beberapa

saran-saran yang sifatnya membangun terhadap permasalahan yang telah

dibahas.

1. Tentu hal yang wajar jika setiap orang tua rela bekerja keras mencari

nafkah demi kebahagiaan keluarganya. Tetapi jangan sampai itu semua

Page 35: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

93

melalaikan kewajiban utama sebagai orang tua untuk memberi pendidikan

dan perhatian yang inten terhadap anak, karena pendidikan dan perhatian

adalah dua hal sangat berpengaruh bagi perkembangan anak. Adanya

fenomena pernikahan sirri anak di bawah umur salah satunya disebabkan

oleh kurangnya perhatian orang tua, sehingga anak tersebut dengan mudah

dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya yang semakin-hari semakin

tidak karuan.

2. Aparat desa yang salah satu fungsinya adalah sebagai pengontrol dan

pengawas terhadap masyarakatnya, seharusnya lebih agresif dalam

meyikapi permasalahan pernikahan sirri anak di bawah umur yang sedang

terjadi, bukan justru malah memberikan kelonggaran terhadap terjadinya

hal tersebut.

3. Pemerintah pusat seharusnya lebih cepat lagi dalam menyelesaikan

Rancangan Undang-Undang (RUU) perkawinan yang baru yang di

dalamnya terdapat ketentuan pidana bagi pelaku nikah sirri. Dengan

adanya sanksi pidana bagi pelaku nikah sirri diiharapkan dapat

meminimalisir atau bahkan menghilangkan sama sekali praktik nikah sirri

tersebut.

Page 36: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

94

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an / Tafsir

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Mahkota, 1998.

B. Al- Hadi>s| dan Ulumul Hadi>s|

Al-Bukha>ri>,, Imam, S}ah}i>h} al-Bukha>ri>, Istanbul: Da>r al-Fikr, 1981.

C. Fiqh dan Usul Fiqh

Abidin, Slamet, Fiqh Muna>kah}at 1, cet. ke-1, Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan Islam, cet. ke-9, Yogyakarta: UII Press, 2000.

Hadi, Dadi Nur, Nikah di Bawah Tangan (Praktik Nikah Sirri Mahasiswa Jogja), Yogyakarta: Saujana, 2003.

Hakim, Rahmat, Hukum Perkawinan Islam, cet ke-1, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Harahap, M. Yahya, Pembahasan: Hukum Perkawinan Nasional, Berdasarkan UU No.1 Tahun 1974 Dan PP No. 9 Tahun 1975, Medan: Zahir Trading co, 1975.

Helliyah, Perkawinan Di Bawah Umur Pada Masyarakat Madura (Studi Kasus Di Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep), skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2001).

Hidayat, Syarif, Status Hukum Nikah Sirri di Indonesia (Penetapan Dengan Metode Sadd az-|Z|ari>’ah), skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2001).

Al-Hummam, Ibnu, Syarh} Fath al-Qadi>r, Mesir: Mat}ba’ah al-Jumhu>riyyah al-‘Arabiyyah, 1970.

Al-Jazi>ri>, Abdur Rahma>n, Al-fiqh ‘Ala> Maza>hib al-Arba’ah, Mesir: At-Tija>riyyah, 1968.

Muttaqien, Dadan, Cakap Hukum; Bidang Perkawinan dan Perjanjian, cet. ke-1, Yogyakarta: Insania Cita Press, 2006.

Page 37: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

95

Nasution, Khoiruddin, Status Wanita di Asia Tenggara; Studi Terhadap Perundang-Undangan Muslim Kontemporer Di Indonesia Dan Malaysia, Jakarta: INIS, 2002.

Nawawi, Rifa’at Syauqi, “Sikap Islam Tentang Poligami Dan Monogami”, dalam Chumaizah T. Yanggo, dkk., (ed.), Problematika Hukum Islam Kontemporer, cet. Ke-3, Jakarta: LSIK, 2002.

Nur, Djaman, Fiqh Munakahat, cet ke-1, Semarang: Bina Utama, 1993.

Nurmalasari, Getta, “Pernikahan Dini dan Rendahnya Perceraian (Studi Kasus Di Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro)”, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2003).

Nuruddin, Amiur, Hukum Perdata Islam di Indonesia, cet. ke-3, Jakarta: Kencana, 2006.

Rafiq, Ahmad, Hukum Islam Di Indonesia, cet. ke-3, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

Ramulyo, Moh. Idris, Hukum Perkawinan Islam, Suatu Analis Dari UU No.1 Tahun 1974 Dan KHI, cet. ke-1, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Ramulyo, Moh. Idris, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Dari Segi Hukum Perkawinan Islam, cet. ke-1, Jakarta: Penerbit Ind – Hillco, 1985.

As-Shidiqi, Muhtar, Nikah Sirri di Kecamatan Klaten Utara (Sebuah Tinjauan Yuridis Dan Normatif), skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Siregar, Bismar, Islam Dan Hukum, cet. ke-3, Jakarta: Grafikatama Jaya, 1992

Soemiati, Hukum Perkawinan Islam Dan Undang-Undang Perkawinan, cet. ke-2, Yogyakarta: Liberty, 1986.

Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, cet. ke-2, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Suma, Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Suwandi, ”Status Hukum Dan Dampak Pernikahan Yang Tidak Tercatat (Studi Kasus Pada Wilayah Kerja KUA Kecamatan Nglipar

Page 38: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

96

Kabupaten Gunung Kidul)”, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1998).

Syakir, Muh. Fuad, Perkawinan Terlarang, cet. ke-1, Jakarta: CV. Cendekia Saentra Muslim, 2002.

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Antara Fiqh Munakahat Undang-Undang Perkawinan), cet. ke-1, Jakarta: Kencana, 2006.

D. Kamus dan Ensiklopedi

Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.

Munawwir, Warson, Kamus Al-Munawwir, Yogyakarta: tnp., 1984

Syaifuddin, Kamus Al-Misba>h},, Jakarta: Bina Aksara.

E. Lain-lain

Adhim, Moh. Fauzil, Saatnya Untuk Menikah, cet. ke-1, Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Asnawi, Mohammad, Nikah Dalam Perbincangan Dan Perbedaan, cet. ke-1, Yogyakarta: Darussalam, 2004.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1982.

Hasbul, Wannimaq, Perkawinan Terselubung Di Antara Berbagai Pandangan, Jakarta: Golden Terayon Press, 1994.

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, jakarta: Depag RI Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Dan Urusan Haji, 1998/1999.

http//www.gresik.go.id, akses 9 Mei 2009.

http://id.wikipedia.org/wiki/panceng,_gresik, akses 16 April 2009.

http://lin-muthmainnah.blogspot.com/2009/04/ketika-nikah-siridipidanakan. html, akses tanggal 7 Juni 2009.

http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=3525, akses 9 Mei 2009.

Page 39: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

97

http://www.lbh-apik.or.id.fact51-bwh%20tangan.htm, akses 28 April 2009.

Kandiawan, Dony, Upaya Penegakan Hukum; Pembentukan Budaya Hukum Atas Dasar Keadilan, http://www.bangka.go.id/artikel.php?id_artikel= 10, akses 27 Juni 2009.

Raditya, Sejarah Singkat Kota Gresik”, http://raditzhu.wordpress.com/ 2007/09/22/sejarah-singkat-kotagresik/, akses 16 April 2009.

Raharjo, Satjipto, Hukum Dan Masyarakat, cet ke-3, Bandung: Angkasa, 1984.

Rahman, Yustisia, “Publisitas, Fiksi Hukum dan Keadilan”, http://nyalaapi.multiply.com/journal/item/19, akses 16 April 2009.

Soekanto, Soerjono, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, cet ke-8, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997.

Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.

Sokonagoro, Rahmat Setiabudi, “Peristilahan Fiksi Hukum (Fictie Hukum)”, http://sokonagoro.blogspot.com/2008/04/peristilahan-fiksi-hukum fictie-hukum.html, akses 16 April 2009

Tim Redaksi (ed.), Undang-Undang Perkawinan (edisi lengkap), cet. ke-1, Bandung: Fokus Media, 2005.

Page 40: SKRIPSI - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/4027/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdfmempengaruhi terjadinya nikah sirri anak di bawah umur di di desa Petung, dan kedua, bagaimana

Lampiran VIII

CURICULUM VITAE Nama : Ahmad Badut Tamam T.T.L. : Gresik, 25 Juli 1986 Alamat Asal : Jl. Sumber Agung RT /RW 011/004 Desa Petung

Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik Jawa Timur Alamat di Yogyakarta : Wisma “Joko Tingkir” Pengok GK I Blok K No. 795

Yogyakarta No. HP : 085643637771 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan :

1. MI Tarbiyatus Shibyan Petung Panceng Gresik (1993-1999) 2. MTs Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan (1999-2002) 3. MA. Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan (2002-2005) 4. Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga

Yogyakarta (2005-Sekarang) Pengalaman Organisasi:

1. Katib (Sekretaris) Ke-MAK-aN Tarbiyatut Tholabah Lamongan (2004-2005)

2. Pengurus Lembaga Kajian Islam Pembebasan (L-SIP) KORDISKA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2006-2007)

3. Sekretaris Umum Korps Dakwah Islamiyyah Sunan Kalijaga Yogyakarta (2007-2008)

4. Sekretaris I Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Al Ahwal Al Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2007-2008)

5. Pengurus Divisi Intelektual PMII Rayon Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2007-2008)

6. Sekretaris Ikatan Mahasiswa Gresik-Yogyakarta (IMAGE-Jogja) (2008-Sekarang)