perlindungan hukum bagi investor atas...

13
1 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS KEGAGALAN SISTEM PERDAGANGAN DAN PENYELESAIAN TRANSAKSI EFEK DALAM PELAKSANAAN SISTEM PERDAGANGAN EFEK TANPA WARKAT (SCRIPLESS TRADING) DI PASAR MODAL INDONESIA LEGAL PROTECTION OF THE TRADING SYSTEM AND SETTLEMENT FAILURE IN THE SCRIPLESS TRADING SYSTEM FOR INVESTOR IN INDONESIA’S CAPITAL MARKET Novianti Fathiyyah, Juajir Sumardi, Oky Deviani Program Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi: Novianti Fathiyyah Fakultas Hukum Program Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP : 0811-1000123 Email : [email protected]

Upload: votuyen

Post on 16-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431c2424ec1dedadf26de4ecc4c2254a.pdf · Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4

1

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS KEGAGALAN SISTEM PERDAGANGAN DAN PENYELESAIAN TRANSAKSI EFEK DALAM PELAKSANAAN SISTEM PERDAGANGAN EFEK TANPA WARKAT (SCRIPLESS TRADING) DI PASAR MODAL INDONESIA

LEGAL PROTECTION OF THE TRADING SYSTEM AND SETTLEMENT FAILURE IN THE SCRIPLESS TRADING SYSTEM FOR INVESTOR IN

INDONESIA’S CAPITAL MARKET

Novianti Fathiyyah, Juajir Sumardi, Oky Deviani

Program Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi: Novianti Fathiyyah Fakultas Hukum Program Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP : 0811-1000123 Email : [email protected]

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431c2424ec1dedadf26de4ecc4c2254a.pdf · Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4

2

ABSTRAK

Pelaksanaan Perdagangan Efek Tanpa Warkat (Scripless Trading) dimaksudkan untuk menciptakan pasar modal yang tertib, teratur, efisien serta memberikan keamanan dan kenyamanan bagi investor dalam bertransaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami (1) pelaksanaan Scripless Trading di Pasar Modal Indonesia dengan adanya kegagalan sistem perdagangan dan penyelesaian transaksi (2) perlindungan hukum bagi investor apabila terjadi kegagalan sistem perdagangan maupun kegagalan penyelesaian transaksi efek melalui sistem Scripless Trading di Pasar Modal Indonesia. Penelitian ini berbentuk penelitian normatif-empiris. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah (a) kepustakaan, (b) wawancara dan (c) dokumentasi. Data diolah dengan menggunakan metode kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan data yang diperoleh berupa data sekunder dan data primer kemudian dilakukan penafsiran dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada pelaksanaan Scripless Trading masih ditemukan kasus kegagalan sistem perdagangan yaitu tidak dapat dilakukannya perdagangan efek secara lancar, tertib dan teratur karena masalah teknis pada sistem perdagangan dan juga kegagalan penyelesaian transaksi (gagal serah / gagal bayar). Upaya untuk melindungi investor atas pelaksanaan Scripless Trading adalah dengan perlindungan preventif diantaranya yaitu dengan peningkatan mekanisme pengawasan, perawatan (maintenance) sistem dan peningkatan (up-grade) sistem. Represif yaitu dengan ketegasan dalam penegakan hukum, serta pemberian sanksi-sanksi seperti pembayaran denda dan suspensi perdagangan untuk menimbulkan efek jera.

Kata Kunci :Scripless Trading, Perlindungan Hukum.

ABSTRACT

The Implementation of Scripless Trading is intended to achieve an orderly, organized, efficient, and safety and comfort providing for investors in the capital markets transaction. This study intended to identify and understand (1) the implementation of Scripless Trading in Indonesian Capital Market with the failure of trading and settlement systems (2) legal protection for investors in case of failure system or failure of trade settlement of securities transactions through the Scriptless Trading system in Indonesian Capital Market . This research studies the form of normative-empirical research. Data collection methods are: (a) literature, (b) interviews and (c) documentation. Data were processed is using qualitative methods by describing the obtained data in the form of secondary data and primary data then do the interpretation and conclusions. The results showed that the implementation of Scripless Trading is still found the system failure case that the securities trading can not be done expeditly, orderly and organized due to technical problems in the system and also trade settlement failure (fail to deliver / failure to pay). The Efforts to protect the investor from the failure of Scripless Trading implementation are the preventive protection are the mechanisms increased oversight, system maintenance and an upgrade system regurarly. The repressive protection are the law enforcement firmness, as well as the sanctions determine such as to pay a fines and trading suspension as a deterrent effect. Keywords : Scripless Trading, Legal Protection.

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431c2424ec1dedadf26de4ecc4c2254a.pdf · Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4

3

PENDAHULUAN

Scripless Trading adalah sistem perdagangan efek di pasar modal tanpa menggunakan

warkat, dimana efek-efek, misalnya saham yang biasanya diperdagangkan dalam bentuk

kertas-kertas saham dan dilakukan secara manual, maka dengan sistem ini perdagangan itu

dilakukan secara elektronik seperti yang ada pada rekening perbankan, mekanisme

penyelesaian dan penyimpanannya adalah secara elektronik dengan mengubah sertifikat

saham kedalam bentuk elektronik (Safitri, 1999). Pelaksanaan Scripless Trading secara resmi

dimulai di bursa pada tanggal 11 Juli 2000, sebagai pengganti atau pembaharuan atas sistem

perdagangan Efek sebelumnya yang menggunakan sertifikat Efek pada setiap transaksinya.

Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4 (empat) perusahaan

yaitu PT. Multipolar, PT. Suparma, PT. Sari Husada dan PT. Dankos Laboratories.(Darmadji

dkk, 2001)

Diberlakukannya scripless trading di Indonesia salah satu tujuannya adalah untuk

menjawab tantangan global yaitu terjadinya persaingan antara pasar modal, oleh karena itu

pasar modal Indonesia harus mengikuti perkembangan dan kaidah-kaidah yang berlaku di

dunia internasional. Pengembangan harus mengedepankan unsur keamanan (safety) dan

menghindarkan adanya praktek-praktek yang bersifat manipulatif. Di samping itu penegakan

hukum (law enforcement) mutlak diperlukan. Dengan demikian diharapkan investor akan

semakin bertambah yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas pasar. Terdapat empat

tujuan yang hendak dicapai dengan sistem ini, yaitu Proses penyelesaian transaksi tanpa

warkat, meningkatkan kualitas jasa pelayanan dalam penyelesaian transaksi, meminimalkan

risiko, meningkatkan likuiditas (Nasarudin, 2004).

Seluruh proses penyelesaian transaksi Efek dalam sistem Scripless Trading dilakukan

secara elektronis, berupa pemindahbukuan Efek dari suatu rekening ke rekening lainnya, serta

pemindahan dana dari satu rekening ke rekening lainnya. Seluruh proses harus dilakukan pada

hari yang sama untuk menghindari terjadinya ketidak cocokan. PT. Kustodian Sentral Efek

Indonesia (KSEI) dan dan PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesi (KPEI) harus selalu

memantau jumlah dana maupun jumlah efek yang ada dalam rekening anggota bursa, untuk

menghindari terjadinya gagal serah maupun gagal bayar.

Pada kenyataannya, pelaksanaan Perdagangan Efek Tanpa Warkat (Scripless Trading)

masih memiliki kelemahan-kelemahan, diantaranya adalah masih terjadinya gagal sistem

perdagangan dan juga gagal penyelesaian transaksi efek (gagal settlement). Contoh kasus

gangguan sistem perdagangan adalah yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal

27 Agustus 2012, Terganggunya sistem ini terjadi sejak perdagangan sesi pertama. Pelaku

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431c2424ec1dedadf26de4ecc4c2254a.pdf · Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4

4

pasar baru dapat melakukan transaksi pada pukul 10.00 Jakarta Automated System (JATS),

atau lebih lambat dari waktu normal yaitu pukul 09.30 JATS. Perdagangan sesi pertama

ditutup 30 menit lebih awal dari yang seharusnya yaitu pada pukul 12.00 JATS. Gangguan

tersebut masih belum dapat diatasi pada perdagangan sesi kedua. BEI akhirnya mempercepat

penutupan perdagangan sesi kedua pada pukul 15.30 JATS, atau lebih cepat 30 menit dari

waktu normal yaitu 16.00 JATS. Terganggunya perdagangan di BEI ini menyebabkan nilai

transaksi pada hari itu hanya mencapai Rp. 1.006.000.000.000,- (satu trilyun enam milyar

Rupiah), jauh dibawah transaksi harian normal yang biasanya mencapai Rp.

4.000.000.000.000,- (empat trilyun Rupiah) sampai dengan Rp. 5.000.000.000.000,- (lima

trilyun Rupiah). (Anonim, 2012)

Kegagalan sistem perdagangan ini menyebabkan kerugian di pihak investor yaitu

hilangnya kesempatan bertransaksi dan juga tidak bisa memantau harga. Menurut Budi

Wibowo analisis e-Trading Securities, kekacauan sistem perdagangan ikut merusak analisis

teknikal, yaitu membuat beberapa saham tidak terbaca. Hal ini menimbulkan dampak

psikologis, yakni sebagian investor menjadi was-was melakukan perdagangan (Anonim,

2012).

Kasus kegagalan pada sistem penyelesaian transaksi (gagal settlement), contohnya

adalah kasus gagal bayar PT. Danatama Makmur (http://finance.detik.com , 2008). Gagal

bayar dalam terminologi bursa memiliki berbagai makna, namun intinya pada saat waktu

penyelesaian transaksi tiba (settlement), broker terkait tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Kasus Danatama ini berkaitan dengan belum dipenuhinya kewajiban (gagal bayar)

penyelesaian transaksi saham sampai dengan batas jatuh tempo penyelesaian transaksi yaitu

T+3. Dengan terjadinya kegagalan dalam penyelesaian transaksi Efek baik secara sistem

maupun kegagalan settlement (gagal serah dan gagal bayar), maka akan ada pihak yang

dirugikan antara lain investor. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Nomor

VI.A.3 Perihal Rekening Efek pada Kustodian, mensyaratkan tersedianya dana dan Efek pada

rekening Efek dan kesepadanan Efek pada penerapan sistem ini sehingga seharusnya hal

tersebut tidak boleh terjadi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan perdagangan efek tanpa warkat

(Scripless Trading) di Pasar Modal Indonesia yang mengalami kegagalan sistem perdagangan

dan kegagalan penyelesaian transaksi serta bagaimanakah hukum bagi investor apabila terjadi

kegagalan sistem perdagangan maupun kegagalan penyelesaian transaksi efek melalui sistem

perdagangan efek tanpa warkat (Scripless Trading) di Pasar Modal indonesia.

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431c2424ec1dedadf26de4ecc4c2254a.pdf · Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4

5

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan di DKI Jakarta dan Makassar, di DKI Jakarta karena Lembaga-

lembaga yang bergerak di bidang Pasar Modal terdapat di DKI Jakarta. Sedangkan di

Makassar dijadikan lokasi penelitian karena terdapat investor-investor pasar modal.

Desain Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian Normatif - Empiris, selain mengkaji hukum

secara teoritik dan normatif, juga akan mengkaji hukum dalam pelaksanaannya. Kesesuaian

antara hukum dalam perspektif normatif dan hukum dalam perspektif empiris merupakan

sebuah tuntutan realitas untuk mengefektifkan hukum dalam kehidupan.

Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari Pihak-pihak yang terlibat

langsung dalam Perdagangan tanpa Warkat (Scripless Trading) di Pasar Modal Indonesia,

yaitu Investor, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), Lembaga Penyimpanan

dan Penyelesaian (LPP), dan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang sejak tanggal 1

Januari 2013 telah berubah nama menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dari populasi penelitian yang ada, maka peneliti mengambil sampel penelitian adalah

Investor sebanyak 4 (empat) orang, PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 1 (satu) orang,

PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sebanyak 1 (satu) orang, PT. Kustodian

Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebanyak 1 (satu) orang, Badan Pengawas Pasar Modal –

Lembaga Keuangan (Bapepam – LK, sekarang OJK) sebanyak 1 (satu) orang.

Jadi total sampel yang menjadi Responden dalam penelitian ini yaitu: 8 (delapan) orang.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Wawancara

dengan mendatangi responden dengan melakukan tanya jawab langsung, maupun melalui

telepon. Tipe pertanyaan teratur dan terstruktur, Kuesioner dengan menyediakan daftar

pertanyaan tertulis yang disusun secara sistematis yang ditujukan kepada responden, dan

Dokumentasi untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini.

Analisis Data

Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dan tersier dianalisis

dengan menggunakan metode kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan data yang diperoleh

berupa data sekunder dan data primer kemudian dilakukan penafsiran dan kesimpulan.

Dengan metode ini diharapkan dapat diperoleh gambaran yang menyeluruh dan jelas

mengenai Perlindungan Hukum Bagi Investor atas Kegagalan Sistem Perdagangan dan

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431c2424ec1dedadf26de4ecc4c2254a.pdf · Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4

6

Penyelesaian Transaksi Efek Dalam Pelaksanaan Sistem Perdagangan Efek Tanpa Warkat

(Scripless Trading)

HASIL

Perdagangan Efek di Pasar Modal memiliki Mekanisme tersendiri, seperti yang terlihat

dalam skema perdagangan dan penyelesaian pada Lampiran, Gambar 1. Sebelum melakukan

transaksi, terlebih dahulu investor harus membuka rekening (menjadi nasabah) di Perusahaan

Efek atau kantor broker. Di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat 116 (seratus enam belas)

Perusahaan Efek yang menjadi anggota BEI. Pertama kali investor melakukan pembukaan

rekening dengan mengisi dokumen pembukaan rekening. Di dalam dokumen pembukaan

rekening memuat identitas nasabah lengkap (termasuk tujuan investasi dan keadaan

keuangan) serta keterangan tentang investasi yang akan dilakukan.

Dalam perdagangan efek, pada dasarnya terdapat 2 (dua) proses, yaitu proses transaksi

(pembelian / penjualan efek) dan proses penyelesaian transaksi. Pada Transaksi Pembelian /

Penjualan Efek diawali dengan order (pesanan) untuk harga tertentu. Pesanan tersebut dapat

disampaikan secara tertulis maupun via telepon, untuk kemudian disampaikan kepada

Perusahaan efek melalui sales / dealer, dan harus menyebutkan jumlah yang akan dibeli atau

dijual dengan harga tertentu yang diinginkan.

Proses Penyelesaian Transaksi adalah suatu proses yang diakhiri dengan terpenuhinya

semua hak dan kewajiban atas terjadinya transaksi perdagangan Efek. Transaksi di bursa

secara umum bukanlah transaksi yang bersifat tunai, untuk itu apabila transaksi dilakukan

pada hari ini, maka penyerahan Efek (saham) dan pembayaran harus diselesaikan masing-

masing melalui KPEI dan KSEI pada hari bursa ke-3 (T+3) atau tiga hari kemudian setelah

transaksi. Pada kasus gagal bayar Danatama, kewajiban pembayaran pada T+3 tidak dapat

dipenuhi karena ketidakcukupan dana. Sehingga dinyatakan gagal bayar.

Setelah transaksi terjadi maka bursa menerbitkan daftar transaksi bursa sebagai dasar

penyelesaian transaksi. Daftar tersebut dikirimkan ke anggota bursa yaitu perusahaan Efek,

KPEI, dan KSEI sebagai dasar penyelesaian transaksi. Berdasarkan daftar tersebut, ditentukan

hak dan kewajiban masing-masing anggota bursa. Dalam proses pemenuhan kewajiban

tersebut, KPEI berfungsi sebagai lembaga kliring dan penjaminan antara anggota bursa.

Sedangkan KSEI berfungsi sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian yaitu sebagai

sentral penyimpanan Efek yang ditransaksikan di bursa.

PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) berperan penting dalam pengembangan

sistem perdagangan tanpa warkat di Indonesia, yaitu dengan melakukan perencanaan,

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431c2424ec1dedadf26de4ecc4c2254a.pdf · Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4

7

pengembangan dan penerapan sistem penyelesaian transaksi secara pemindahbukuan di

Bursa Efek Indonesia. Melalui sistem ini, investor diwajibkan memiliki rekening di KSEI

yang bertindak sebagai depository central. Dengan demikian, penyelesaian transaksi

dilakukan melalui sistem pemindahbukuan dengan melakukan debet dan / atau kredit atas

rekening mereka pada depository central seperti layaknya transaksi perbankan, seluruh

pergerakan fisik saham, dana, maupun efek yang lainnya ditiadakan. Dengan demikian,

proses penyelesaian transaksi menjadi lebih cepat, efisien dan aman.

Transaksi Efek yang telah terjadi membawa konsekuensi kepada nasabah jual/beli untuk

menerima/menyerahkan dana/Efek melalui perusahaan Efek masing-masing sesuai dengan

pesanan yang telah sesuai (matched). Gagal bayar dan gagal serah akan sangat berkurang

dengan pelaksanaan Scripless Trading, tetapi gagal serah atau gagal bayar masih sangat

mungkin terjadi dalam transaksi bursa, karena pada proses transaksi di bursa efek terjadi

penawaran jual dan penawaran beli yang dilaksanakan oleh dua pihak yang berbeda, yaitu

Perusahaan Efek / broker (yang mewakili Pembeli) berkewajiban untuk menyerahkan dana,

sedangkan Perusahaan Efek / broker lainnya (yang mewakili penjual) berkewajiban untuk

menyerahkan Efek . Gagal bayar dalam terminologi bursa memiliki berbagai makna. Namun

pada intinya yaitu pada saat penyelesaian transaksi (settlement) tiba, broker terkait tidak dapat

menyelesaikan kewajibannya. Latar belakang gagal bayar dapat berupa keterlambatan teknis

akibat kliring antar bank, atau investor (broker) tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi

kewajibannya pada saat settlement, serta penipuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa gagal bayar

merupakan gagal dalam penyerahan sejumlah dana yang ditransaksikan dalam suatu transaksi

bursa.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menemukan bahwa pada pelaksanaan Scripless Trading masih terdapat

kasus kegagalan sistem perdagangan Efek dan Kegagalan Penyelesaian Transaksi Efek.

Contoh kasus kegagalan Sistem Perdagangan adalah terjadi pada tanggal 27 Agustus

2012. PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan bahwa masalah yang terjadi pada hari

tersebut ada pada koneksi sistem Remote Trading utama BEI, sehingga perdagangan

dilakukan melalui sistem Disaster Recovery Centre (DRC). DRC adalah sistem pendukung

(back up system) yang menggantikan sistem utama apabila terjadi kerusakan atau masalah

sistem, namun terdapat masalah dikarenakan ada sekitar 40 (empat puluh) Anggota Bursa

(AB) yang tidak pernah ikut ujicoba DRC sehingga mereka gagal terkoneksi bahkan

selanjutnya koneksi data dari DRC mati, sehingga AB tidak dapat mengetahui bagaimanakah

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431c2424ec1dedadf26de4ecc4c2254a.pdf · Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4

8

status transaksi yang telah dilakukan apakah sudah terjadi atau tidak. Adanya beberapa AB /

Pelaku pasar yang tidak terkoneksi dengan DRC juga dikarenakan BEI tidak memiliki aturan

yang mewajibkan semua pelaku pasar terkoneksi dengan sistem utama harus juga terkoneksi

dengan sistem pendukung (DRC), hal ini masih merupakan suatu pilihan. Seharusnya menjadi

kewajiban bagi seluruh pelaku pasar untuk terhubung juga dengan DRC, sehingga apabila

sistem perdagangan utama mengalami gangguan, maka seluruh pelaku pasar dapat terkoneksi

dengan DRC dan proses perdagangan dapat terselenggara dengan lancar.

Kegagalan sistem perdagangan yang terjadi di BEI juga mendapat tanggapan dari

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Anggota Komisi XI DPR RI, Harry

Azhar Azis, menilai adanya indikasi kelalaian pada pihak otoritas dalam pemilihan Direksi

Bursa Efek. Pasalnya, dalam peraturan Pasar Modal Nomor III.A.3 tentang Direksi Bursa

Efek, disebutkan jelas bahwa khusus bagi calon Direktur Bursa Efek yang bertanggung jawab

di bidang teknologi informasi, wajib berpengalaman dalam posisi manajerial pada bidang

teknologi informasi paling kurang lima tahun, sedangkan Adikin Basirun yang kini menjabat

Direktur TI dan Manajemen Risiko BEI tidak memiliki latar belakang pendidikan formal di

bidang TI.

Kegagalan sistem yang terjadi pada tanggal 27 Agustus 2012 tersebut menyebabkan

kerugian di pihak investor yaitu hilangnya kesempatan bertransaksi dan juga tidak bisa

memantau harga. Sedangkan dari pihak Perusahaan Efek, Vibiet S Putri dari Analisis BNI

Securities telah mengkalkulasi potensi hilangnya total fee transaksi yang mencapai Rp.

200.000.000.000 (dua ratus milyar Rupiah) (anonim, 2012). Menurut salah satu investor yang

peneliti wawancara, kegagalan sistem tersebut mengakibatkan kerugian baginya karena tidak

dapat melakukan transaksi seperti biasanya melalui Perusahaan Efek tempatnya terdaftar

sebagai Investor.

Kasus yang terkait dengan kegagalan penyelesaian transaksi di back office (kegagalan

settlement) adalah yang terjadi pada kasus gagal bayar PT. Danatama Makmur (Danatama).

Hal ini diakibatkan Danatama tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran atas transaksi

yang dilakukan sampai dengan jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan bursa yaitu T+3.

Pada kasus seperti ini PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) selaku Lembaga Kliring

Penjaminan (LKP) bertugas untuk memastikan kegagalan penyelesaian transaksi dapat

dihindari dengan memberikan dana talangan, dan Danatama berkewajiban untuk melunasinya

(Triatmodjo, 2008). Kewajiban Danatama yaitu membayar dana talangan KPEI berikut

dendanya saja, tetapi juga diberi peringatan tertulis oleh BEI karena Danatama tidak

melaksanakan verifikasi atas kecukupan dana dan Efek Nasabah sebelum pelaksanaan

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431c2424ec1dedadf26de4ecc4c2254a.pdf · Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4

9

transaksi sebagaimana diatur dalam peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.3 Tentang

Pengendalian Intern dan Penyelenggaraan Pembukuan oleh Perusahaan Efek. Sanksi lainnya

yaitu diwajibkan untuk membayar denda sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta Rupiah)

kepada BEI, diwajibkan membentuk manajemen risiko sehingga kejadian serupa tidak terjadi

lagi, dan diberlakukannya suspend sehingga Danatama tidak dapat melakukan aktifitas

perdagangan selama sanksi suspend tersebut belum dicabut.

Penjatuhan sanksi suspensi oleh BEI terhadap Danatama dilatar belakangi surat dari

PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) Nomor : KPEI-0722/DIR/1008 tanggal 7

Oktober 2008 perihal Laporan Kegagalan, berdasarkan surat tersebut maka BEI

mengeluarkan surat pengumuman Nomor PENG-0154/BEI.ANG/10-2008 tanggal 7 Oktober

2007 yang menyatakan bahwa PT. Danatama Makmur tidak diperkenankan untuk melakukan

aktivitas perdagangan di bursa sampai dengan pemberitahuan lebih lanjut. Suspensi Danatama

tesebut dicabut 29 (dua puluh sembilan) hari kemudian dengan Surat Pengumuman Nomor

PENG-169/BELANG/I 1-2008 tanggal 17 November 2012 sehingga Danatama dapat kembali

melakukan aktivitas perdagangan di Bursa.

Berdasarkan hasil hipotesis pada penelitian yang lain (Reinata, 2009) ditemukan

bahwa pada pelaksanaan Scripless Trading masih ditemukan kasus gagal settlement (gagal

bayar / gagal serah), tetapi hal tersebut dapat ditanggulangi oleh PT. Kliring Penjaminan

Efek Indonesia (KPEI) artinya kasus gagal bayar tersebut bukan merupakan kesalahan

dari KPEI. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan KPEI, bahwa sampai

dengan peneliti melakukan wawancara tersebut belum pernah terjadi kasus gagal bayar

yang diakibatkan oleh kesalahan atau ketidaksiapan KPEI dalam melaksanakan tugasnya

dalam menyelesaikan transaksi (Yunus, 2013).

Gagal bayar Danatama tersebut tidak merugikan investor secara langsung, karena

pembayarannya telah diselesaikan oleh KPEI dan Danatama yang selanjutnya harus

bertanggung jawab terhadap KPEI. Tetapi akibat dari dijatuhkannya sanksi suspensi kepada

Danatama tersebut menimbulkan kerugian bagi investor lainnya, terutama investor yang

terdaftar di Perusahaan Efek Danatama. Hasil wawancara peneliti dengan investor

(Sustiyono, 2013) pada Perusahaan Efek PT. E- Trading Securities. Menurutnya apabila

perusahaan efek tempatnya terdaftar selaku investor disuspend oleh BEI selama 29 (dua puluh

sembilan) hari, maka ia akan merasa dirugikan karena tidak bisa melakukan perintah

pembelian ataupun penjualan Efek sampai dengan suspend berakhir. Sehingga tidak dapat

keuntungan dengan cara menjual efeknya apabila ternyata efek yang dimilikinya mengalami

kenaikan harga (capital gain), ataupun tidak dapat meminimalisasi kerugian apabila efek yang

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431c2424ec1dedadf26de4ecc4c2254a.pdf · Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4

10

dimilikinya mengalami penurunan harga (capital loss). Sedangkan menurut Investor lainnya

(Ginting, 2013), Investor pada Perusahaan Efek PT. Danareksa Sekuritas. Menurutnya apabila

perusahaan efek tempatnya terdaftar selaku investor disuspend oleh BEI maka ia akan merasa

dirugikan, karena tidak dapat melakukan perintah jual apabila ternyata efek yang dimilikinya

mengalami kenaikan harga, maka ia tidak akan mendapatkan capital gain.

Perlindungan hukum preventif bagi investor karena kegagalan sistem perdagangan yaitu

dengan perawatan (maintenance) berkala terhadap perangkat teknis perdagangan untuk

meminimalisasi kegagalan sistem perdagangan. Sistem pengganti (back up system yaitu

Disaster Recovery System (DRC) harus diwajibkan kepada seluruh pelaku pasar yang

terhubung dengan sistem utama sehingga apabila terjadi kegagalan sistem, para pelaku pasar

dapat langsung terhubung dengan DRC dan melaksanakan aktifitas perdagangan seperti

biasanya. Pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus semakin ditingkatkan.

Perlindungan represif yaitu dengan memberikan sanksi penghapusan kontrak secara sepihak

oleh BEI apabila data vendor menolak untuk terhubung dengan Disaster Recovery System

(DRC). Begitu pula BEI akan diberi sanksi oleh OJK apabila kejadian serupa terulang.

(Anuwar, 2013) Aturan hukumnya harus disusun dan diberlakukan terlebih dahulu.

Perlindungan hukum Preventif bagi investor akibat kegagalan penyelesaian transaksi

Efek yaitu dengan memberikan edukasi terhadap calon investor dalam hal pemilihan

Perusahaan Efek (PE). PE yang dipilih haruslah memiliki track record yang baik dalam

mengurus aset investornya, artinya tidak pernah terkena kasus penyelewengan dana investor

maupun pernah terkena sanksi dari Self Regulatory Organization (SRO) di Pasar Modal

Indonesia. Pelaksanaan pengawasan yang lebih ketat oleh Self Regulatory Organization

(SRO) yaitu BEI, KPEI dan KSEI dan juga oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan hal

yang sangat penting untuk meminimalisasi terulangnya kejadian serupa. Perlindungan

Represif yaitu dengan menjatuhkan sanksi kepada pihak yang melakukan pelanggaran,

diwajibkan untuk membentuk Manajemen Risiko sehingga kejadian gagal bayar tidak

terulang lagi dengan selalu memperhatikan faktor kecukupan modal, dan yang terakhir

dijatuhi sanksi suspensi. Apabila termasuk pelanggaran berat, maka akan dicabut izinnya

sehingga tidak dapat melakukan kegiatannya selaku broker / PE. Apabila ternyata ditengarai

ada unsur kejahatan maka akan diberlakukan ketentuan pidana pasar modal.

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431c2424ec1dedadf26de4ecc4c2254a.pdf · Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4

11

KESIMPULAN DAN SARAN

Sistem Perdagangan Efek Tanpa Warkat (Scripless Trading) dalam pelaksanaannya

masih memiliki kelemahan, diantaranya adalah terjadinya Kegagalan sistem perdagangan,

seperti yang terjadi pada tanggal 27 Agustus 2012 mengakibatkan investor (melalui

Perusahaan Efek / Broker) tidak dapat melakukan aktivitas jual dan / atau beli Efek maupun

memantau pergerakan Efek secara real time. Disaster Recovery Centre (DRC) yang

merupakan sistem pengganti (back up) dari sistem utama tidak berfungsi maksimal,

dikarenakan tidak semua pelaku pasar terhubung dengan DRC, hal ini dikarenakan belum

adanya aturan yang mewajibkan pelaku pasar yang terkoneksi dengan sistem utama harus

terhubung juga dengan sistem penggantinya (DRC), sedangkan kegagalan penyelesaian

Transaksi Efek (gagal serah/gagal bayar), seperti yang terjadi pada kasus PT. Danatama

Makmur (Danatama), terjadi dikarenakan pada T+3 setelah terjadinya transaksi di front office

(Bursa Efek), Broker tidak dapat melakukan pembayaran atas efek yang dibelinya, sehingga

terjadi gagal bayar sehingga penyelesaiiannya dilakukan oleh PT. Kliring Penjaminan Efek

Indonesia (KPEI). Sanksi suspend yang.dijatuhkan kepada Danatama menyebakan kerugian

bagi investor yang terdaftar di Danatama, sehingga tidak mendapatkan hak-haknya selaku

investor terhadap dana maupun efeknya. Perlindungan bagi Investor dilakukan dengan cara

Preventif yaitu melakukan langkah-langkah mencegah terjadinya gagal sistem perdagangan

dan gagal penyelesaian transaksi juga meningkatkan sistem pengawan pelaksanaan Scripless

Trading di Pasar Modal Indonesia Sedangkan Perlindungan bagi Investor secara Represif

yaitu melakukan penegakan hukum secara tegas untuk menimbulkan efek jera sehingga

kejadian serupa tidak akan terulang lagi.

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431c2424ec1dedadf26de4ecc4c2254a.pdf · Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4

12

DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2012). read/2012/08/29/32/668194/direksi-bei-diancam-sanksi. Retrieved April

2013, from http://ekbis.sindonews.com.

Anonim (2012, Agustus). Bursa-macet-ini-alasan-bei. Retrieved April 2013, from http://investasi.kontan.co.id/news.

Anuwar, B. (2013). OJK (eks.Bapepam). (Novianti, Interviewer)

Darmadji, T., & Fakhruddin, H. M. (2001). Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT. Salemba Empat Patria.

Fakhruddin, T. D. (2001). Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT. Salemba Empat Patria.

Ginting, G. (2013). (Novianti, Interviewer)

http://finance.detik.com . (2008). Retrieved April 2013, from cerita-di-balik-kasus-gagal-bayar-danatama.

Mekanisme Perdagangan. (2013). Retrieved April 2013, from http://www.idx.co.id. .

Nasarudin, M. I. (2004). Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Profil anggota bursa. (2013). Retrieved April 29, 2013, from www.idx.xo.id.

Reinata, Y. (2009). Efektivitas Scripless Trading di Pasar Modal, Tesis, Universitas Indonesia.

Safitri, I. (1999). Aspek Yuridis Scripless Trading di Indonesia. Legal Journal From Indonesian Capital and Investment Market .

SU, I. B. (2008). Retrieved Nopember 2008, from http://finance.detik.com.

Sustiyono, I. (2013). (Novianti, Interviewer)

Transaksi Terganggu, Investor Gugat Bursa Efek. (2012). Retrieved April 2013, from http://www.surabayapost.co.id.

Triatmodjo, Y. (2008). BEI Usut Penyebab Gagal Bayar Danatama. Retrieved April 2012, from http://investasi.kontan.co.id.

Widoatmodjo, S. (2009). Pasar Modal indonesia : Pengantar dan Studi Kasus. Bogor: Ghalia Indonesia.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR ATAS …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431c2424ec1dedadf26de4ecc4c2254a.pdf · Dimulai dengan perdagangan tanpa warkat untuk 4 (empat) Efek dari 4

13

Gambar 1. Sumber : http://www.idx.co.id (Web site Bursa Efek Indonesia)