perkembangan ruang terbuka hijau di perkotaan dan permasalahannya

22
Perkembangan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan dan Permasalahannya 1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau Adapun pendapat dari beberapa ahi mengenai definisi dari ruang terbuka hijau, diantaranya: Spreiregen (1965) mengemukakan bahwa ruang terbuka hijau adalah area atau ruang kota yang tidak dibangun dan permukaannya dipenuhi oleh tanaman yang berfungsi melindungi habitat, sarana lingkungan, pengamanan jaringan prasarana, sumber pertanian, kualitas atmosfer dan menunjangi kelestarian air dan tanah. David H. (2001), area hijau adalah tempat pohon tumbuh dan berkembang disuatu perumahan. Meliputi taman public, taman rekreasi, tempat parkir, jalan dan taman – taman di rumah – rumah. Pham, Duc Uy dan Nobukazu Nakagoshi (2007) mengatakan bahwa ruang terbuka hijau adalah ruang luar yang terdiri dari sekelompok tumbuhan, bersifat area terbuka secara alami di dalam kota dan merupakan aspek utama ekosistem kota dalam menjaga keanekaragam kehidupan dan dalam menghasilkan oksigen, mengurangi polusi dan kebisingan, mengurangi efek pulau panas, memengaruhi harga rumah dan nilai social serta menyediakan kesehatan kepada penghuni kota.

Upload: cokorda-widhiyani-pemayun

Post on 26-Dec-2015

194 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ruang hijau perkotaan

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

Perkembangan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan dan Permasalahannya

1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Adapun pendapat dari beberapa ahi mengenai definisi dari ruang terbuka

hijau, diantaranya:

Spreiregen (1965) mengemukakan bahwa ruang terbuka hijau adalah area atau

ruang kota yang tidak dibangun dan permukaannya dipenuhi oleh tanaman

yang berfungsi melindungi habitat, sarana lingkungan, pengamanan jaringan

prasarana, sumber pertanian, kualitas atmosfer dan menunjangi kelestarian air

dan tanah.

David H. (2001), area hijau adalah tempat pohon tumbuh dan berkembang

disuatu perumahan. Meliputi taman public, taman rekreasi, tempat parkir,

jalan dan taman – taman di rumah – rumah.

Pham, Duc Uy dan Nobukazu Nakagoshi (2007) mengatakan bahwa ruang

terbuka hijau adalah ruang luar yang terdiri dari sekelompok tumbuhan,

bersifat area terbuka secara alami di dalam kota dan merupakan aspek utama

ekosistem kota dalam menjaga keanekaragam kehidupan dan dalam

menghasilkan oksigen, mengurangi polusi dan kebisingan, mengurangi efek

pulau panas, memengaruhi harga rumah dan nilai social serta menyediakan

kesehatan kepada penghuni kota.

Khalid Zakaria, et al. (2006) menyatakan pendapat bahwa area hjau terbentuk

oleh aspek buatan manusia dan alam seperti koridor jalan, sekitar bangunan,

hutan kota, tepian sungai dan area alami yang sudah terbentuk sejak sekian

lama.

Forman dan Gordon (1986) berdasarkan peta system guna tanah area hijau

menandakan tanah yang luasnya lebih dari 10 hektar dan ditumbuhi oleh

pohon – pohon lebih dari 50 persen dari luas tanah. System area hijau sangat

terkait dengan pertumbuhan kota, pengaturan dan manajemen kota, perubahan

system guna tanah dan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian manajemen

kota hanya berhasil bila pemerintah kota memahami peraturan dan

kepentingan area hijau dalam mengembangkan kemampuan area hijau kota.

Page 2: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

Jadi, definisi – definisi tentang ruang terbuka hijau yang telah dibahas diatas,

menyatakan bahwa ruang terbuka hijau adalah aspek utama dalam ekosiste kota dan

terdiri dari hutan, taman, dan area pertanian serta memiliki fungsi ekologis, social dan

ekonomi.

2. Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi ekologis, fungsi

social dan fungsi ekonomi.

Dalam fungsi ekologis area hijau berperan sebagai penyaring pencemaran,

menyediakan udara segar, menjaga kualitas air, mengatur mikroklimat,

menyerap kebisingan dan menjagakeanekaragaman kehidupan.

Dalam fungsi social area hijau menyediakan area istirahat kekreasi dan riadah

ke penduduk kota baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Dalam fungsi ekonomi ruang terbuka hijau memengaruhi biaya rumah dan

tanah yang dekat.

Secara total keberadaan ruang terbuka hijau akan meninhkatkan kualitas area

kota yang akhirnya memicu kesehatan dan kualitas hidup penghuni kota,

memengaruhi gaya hidup baru, nilai dan tingkah laku akan meningkatkan

penghargaan kepada lingkungan dan kemapanan kota, dan menjadi aspek utama

dalam perencanaan kota masa depan. Ruang terbuka hijau sangat penting dalam

menjaga keanekaragaman kehidupan di dalam kota, menjaga kualitas udara dan suhuh

kota serta kualitas air.

Selain yang disebutkan diatas, adapun beberapa fungsi area terbuka hijau

menurut para ahli, diantaranya:

Spreiregen, (1965) fungsi ruang terbuka hijau adalah untuk menciptakan

kualitas lansekap kota untuk keindahan dan kenyamanan, meningkatkan

kualitas lingkungan dan pelestarian alam yang terdiri dari ruang linier atau

koridor, ruang pulau atau oasis sebagai tempat perhentian.

Morancho, (2003) ruang terbuka hijau juga berfungsi menyerap kebisingan

antara lalu lintas jalan raya dengan area perumahan. Selain itu pepohonan

yang tubuh atau ditanam memiliki nilai estetika dan berperan menciptakan

pemandangan kota yang menarik.

Page 3: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

3. Kebijaksanaan Ruang Terbuka Hijau

Isi UU No. 26 tahun 2007 adalah tentang Penataan Ruang , yaitu terwujudnya

ruang nusantara yang mewadahi aspek-aspek penting kehidupan masyarakat

·masyarakat merasa aman dan terlindungi dalam menjalankan rutinitasnya

·Masyarakat mempunyai kesempatan dalam mengapresiasi kebudayaan di

sekitarnya, tanpa terganjal hal apapun.

·Masyarakat aktif menghasilkan nilai hal-hal yang menambah daya saingnya

dalam lingkungan

·Kulitas lingkungan yang ditinggali masyarakat tidak hanya baik untuk saat ini,

tetapi juga untuk masa yang mendatang.

Visi diatas dapat terwujud jika setiap wilayah memperhatikan aspek-aspek sumber

daya lingkungan hidup. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 26

Tahun 2007 pasal 3 yaitu bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk

mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan

berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dengan terwujudnya:

keharmonisan antara lingkungan alami dan buatan;

keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan

dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadal lingkungan

akibat pemanfaatan ruang.

Sedangkan dalam pasal 6 ayat (1) mempertegas bahwa penataan ruang

diselenggarakan dengan memperhatikan potensi khusus sumber daya alam, sumber

daya manusia, dan sumber daya buatan serta kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik,

hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup serta ilmu pengetahuan dan

teknologi sebagai suatu kesatuan.

Pada pasal 17 memuat bahwa proporsi kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas

daerah aliran sungai (DAS) yang dimaksudkan untuk menjaga kelestarian

Page 4: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

lingkungan. Pasal 28 sampai dengan pasal 30 memuat bahwa proporsi ruang terbuka

hijau pada wilayah kota minimal 30% di mana proporsi ruang terbuka hijau publik

pada wilayah kota minimal 10%. Sedangkan pasal 48 memuat bahwa penataan ruang

kawasan perdesaan diarahkan antara lain, untuk:

(1) pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya;

(2) konservasi sumber daya alam; dan

(3) pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahahan pangan

Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-

unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana

rinci tata ruang. Ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona

pemanfaatan ruang terdiri dari:

(1) ketentuan tentang ’amplop’ ruang (koefisien dasar bangunan, koefisien lantai

bangunan, koefisien dasar ruang hijau,garis sempadan);

(2) penyediaan sarana dan prasarana;

(3) ketentuan pemanfaatan ruang yang terkait dengan keselamatan penerbangan,

pembangunan pemancar alat komunikasi, dan pembangunan jaringan listrik

tegangan tinggi

Di UU ini juga di jelaskan secara eksplisit diuraikan tentang penegasan hal,

kewajiban serta peran masyarakat, yaitu:

Pasal 60 : Setiap orang berhak untuk :

1. mengetahui Rencana Tata Ruang;

2. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;

3. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat

pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan perencanaan Tata

Ruang;

4. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang

tak sesuai dengan Rencana Tata Ruang di wilayahnya.

Page 5: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

Pasal 61: Dalam pemanfaatannya setiap orang wajib :

1. menaati Rencana Tata Ruang yang telah ditetapkan;

2. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang

berwenang;

3. memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan

ruang, dan

4. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan dinyatakan sebagai milik umum.

(Sumber : http://mat-doel-ars.blogspot.com/2010/10/isi-undang-undang-no-26-

tahun-2007.html )

4. Kondisi Perkembangan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan

Semakin berkembangnya jaman, semakin banyak populasi manusia maka

keberadaan ruang terbuka hijau semakin hari semakin menyempit, terutama di daerah

perkotaan yang padat akan bangunan-bangunan pencakar langit

Hal tersebut berimplikasi buruk untuk kelangsungan seruruh makhluk hidup,

karena denganberkurangnya ruang terbuka hijau mengurangi vegetasi pepohonan

untuk memproduksi oksigen, mengurangi peresapan air hujan ke tanah yang dapat

berakibat banjur, dan dampak buruk lainny

Gambar disamping adalah gambar satelit untuk

kota jakarta

Terlihat pada gambar disamping ruang terbuka

hijau di jakarta saja sudah sangat minim apalagi

di kota-kota besar dunia lainnya, seperti new

york, madrid, london dll.

Jika keberadaan ruang terbuka hijau dibiarkan semakin hari semakin sempit

maka lambat laun akan terjadi ketidak seimbangan antara manusia dengan

Gambar kota jakartaSumber : google map

Page 6: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

Vertical gardenSumber : http://beforeitsnews.com/self-sufficiency/2013/07/survival-food-vertical-gardening-video-2461092.html

lingkungan, sehingga akan terjadi banyak bencana, seperti banjir, kadar oksigen yang

menipis, dll.

Namun belakangan ini ada terobosan baru untuk mengurangi dampak buruk dari

kurangnya ruang terbuka hijau di daerah perkotaan yaitu dengan ecological building

design, atau dikenal dengan bangunan yang ramah lingkungan atau yang peduli akan

kelestarian lingkungan.

Salah satu konsepnya adalah

dengan pengaplikasian vertical

garden karena sulitnya lahan

horizontal di daerah perkotaan

maka vertical

gardenmerupakan salah satu

upaya untuk menjaga kelestarian alam lingkungan dalam permasalahan ruang terbuka

hijau.

Vertical garden memang tidak dapat menjadi jalan keluar atas permasalahan ruang

terbuka hijau di daerah perkotaan, namun dengan

pengaplikasian vertical garden secara massal

dapat membuat tatanan kota akan terlihat lebih

asri dan lebih sejuk

Vertical gardenSumber : http://flowerpower.com.au/information/gardening/vertigro-vertical-garden-system/

Page 7: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

5. Permasalahan Yang Ditimbulkannya

Ruang terbuka hijau di daerah perkotaan semakin hari semakin menipis,

permasalahaan yang ditimbulkan dari hal tersebut sangat beragam, yaitu diantaranya :

1. Berkurangnya ruang terbuka hijau di daerah perkotaan membuat area resapan

air hujan semakin berkurang sehingga memungkinkan terjadinya banjir di

daerah perkotaan apabila diguyur hujan yang deras

2. Berkurangnya ruang terbuka hijau berdampak semakin sedikitnya lahan untuk

menanam vegetasi pepohonan, sehingga semakin berkurang pula oksigen yang

kita dapatkan setiap harinya mengingat pohon merupakan penghasil oksigen

bagi kelangsungan umat manusia, dengan kata lain polusi dan pencemaran

udara akan semakin tinggi

3. Berkurangnya ruang terbuka hijau juga memberi pengaruh buruk terhadap

perkembangan mental psikis manusia, karena ruang terbuka hijau dapat

memberikan refreshing terhadap mental manusia,

4. Berkurangnya ruang terbuka hujau di daerah perkotaan juga membuat suhu

rata-rata di daerah perkotaan tersebut akan semakin panas, karena tidak

adanya vegetasi pepohonan yang berfungsi sebagai perindang dan penyejuk

6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya

Wilayah perkotaan memerlukan ruang-ruang terbuka untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam melakukan aktivitas sekaligus mengendalikan kenyamanan iklim

mikro dan keserasian estetika kota. Namun dewasa ini, Ruang Terbuka Hijau di perkotaan

mulai terjadi pengalihan fungsi dari fungsi yang sebenarnya seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya.

Secara keseluruhan perkembangan dan perubahan pola tata guna lahan pada

kawasan permukiman dan perkotaan berjalan dan berkembang secara dinamis dan natural

terhadap alam, dan dipengaruhi oleh:

Page 8: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

• Faktor manusia, yang terdiri dari:

- Kebutuhan manusia akan tempat tinggal,

- Potensi manusia,

- Finansial,

- Sosial budaya

- Faktor kepemilikan/warisan

- Teknologi.

• Faktor fisik kota, meliputi

- pusat kegiatan sebagai pusat-pusat pertumbuhan kota

- Faktor lokasi yang strategis

- Faktor kelengkapan infrastruktur dan sarana prasarana

- Faktor subsidi pajak bumi dan bangunan (PBB)

- jaringan transportasi sebagai aksesibilitas kemudahan pencapaian.

• Faktor bentang alam yang berupa

- kemiringan lereng dan ketinggian lahan.

- Faktor saluran irigasi kurang berfungsi

( Sumber : http://www.pps.unud.ac.id/thesis/detail-719-kajian-alih-fungsi-ruang-terbuka-

hijau-di-kota-denpasar.html )

7. Upaya dalam Penanggulangan Masalah

Untuk mengurangi atau meminimalisir masalah-masalah yang terjadi terkait

dengan Ruang Terbuka Hijau itu sendiri diperlukan beberapa upaya untuk mengatasinya.

Upaya tersebut tidak hanya dilakukan oleh pihak pemerintah selaku aparatur negara saja,

tetapi peran aktif dari masyarakatpun sangat dibutuhkan di dalamnya. Adapun beberapa

upaya yang dapat dilakukan guna penanggulangan masalah yang terjadi berdasarkan dari

peran masing-masing pelaku seperti :

a. Peran Masyarakat

Page 9: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

Peran masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan RTH merupakan upaya

melibatkan masyarakat, swasta, lembaga badan hukum dan atau perseorangan baik pada

tahap perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Upaya ini dimaksudkan untuk menjamin

hak masyarakat dan swasta, untuk memberikan kesempatan akses dan mencegah terjadinya

penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang yang telah ditetapkan melalui

pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang oleh masyarakat dan swasta dalam

pengelolaan RTH, dengan prinsip:

Menempatkan masyarakat sebagai pelaku yang sangat menentukan dalam proses

pembangunan ruang ruang terbuka hijau;

memposisikan pemerintah sebagai fasilitator dalam proses pembangunan ruang

terbuka hijau;

menghormati hak yang dimiliki masyarakat serta menghargai kearifan lokal dan

keberagaman sosial budayanya;

menjunjung tinggi keterbukaan dengan semangat tetap menegakkan etika;

memperhatikan perkembangan teknologi dan bersikap profesional. Hal-hal yang dapat

dilakukan oleh pemerintah kota dalam mewujudkan penghijauan antara lain: dalam

lingkup kegiatan pembangunan ruang terbuka hijau (yang meliputi perencanaan,

pemanfaatan dan pengendalian), pedoman ini ditujukan pada tahap pemanfaatan

ruang terbuka hijau, dimana rencana pembangunannya akan disusun dan ditetapkan.

Peran masyarakat, swasta dan badan hukumdalam penyediaan RTH publik meliputi

penyediaan lahan, pembangunan dan pemeliharaan RTH. Peran dalam penyediaan RTH ini

dapat berupa:

Pengalihan hak kepemilikan lahan dari lahan privat menjadi RTH publik (hibah);

Menyerahkan penggunaan lahan privat untuk digunakan sebagai RTH publik;

Membiayai pembangunan RTH publik;

Membiayai pemeliharaan RTH publik;

Mengawasi pemanfaatan RTH publik;

Memberikan penyuluhan tentang peranan RTH publik dalam peningkatan kualitas dan

keamanan lingkungan, sarana interaksi sosial serta mitigasi bencana.

Page 10: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

Peran masyarakat pada RTH privat meliputi:

Memberikan penyuluhan tentang peranan RTH dalam peningkatan kualitas

lingkungan;

Turut serta dalam meningkatkan kualitas lingkungan di perumahan dalam hal

penanaman tanaman, pembuatan sumur resapan (bagi daerah yang memungkinkan)

dan pengelolaan sampah;

Mengisi seoptimal mungkin lahan pekarangan, bermdan lahan kosong lainnya dengan

berbagai jenis tanaman, baik ditanam langsung maupun ditanam dalam pot;

Turut serta secara aktif dalam komunitas masyarakat pecinta RTH.

Masyarakat dapat berperan secara individu atau kelompok dalam penyediaan dan

pemanfaatan RTH. Pada kondisi yang lebih berkembang, masyarakat dapat membentuk suatu

forum atau komunitas tertentu untuk menghimpun anggota masyarakat yang memiliki

kepentingan terhadap RTH, membahas permasalahan, mengembangkan konsep serta upaya-

upaya untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Untuk mencapai peran tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan

masyarakat:

Anggota masyarakat baik individu maupun kelompok yang memiliki keahlian

dan/atau pengetahuan mengenai penataan ruang serta ruang terbuka hijau dapat

membentuk suatu komunitas ruang terbuka hijau. Misalnya: membentuk forum

masyarakatpeduli ruang terbuka hijau atau komunitas masyarakat ruang terbuka hijau

di setiap daerah;

Mengembangkan dan memperkuat kerjasama proses mediasi antara pemerintah,

masyarakat dan swasta dalam pembangunan ruang terbuka hijau;

Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menyikapi perencanaan, pembangunan

serta pemanfaatan ruang terbuka hijau melalui sosialisasi, pelatihan dan diskusi di

kelompok-kelompok masyarakat;

Meningkatkan kemampuan masyarakat (forum, komunitas, dan sebagainya) dalam

mengelola permasalahan, konflik yang muncul sehubungan dengan pembangunan

ruang terbuka hijau;

Menggalang dan mencari dana kegiatan dari pihak tertentu untuk proses sosialisasi;

Page 11: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

Bekerjasama dengan pemerintah dalam menyusun mekanisme pengaduan,

penyelesaian konflik serta respon dari pemerintah melalui jalur yang telah disepakati

bersama;

Menjamin tegaknya hukum dan peraturan yang telah ditetapkan dan disepakati oleh

semua pihak dengan konsisten tanpa pengecualian

b. Pihak Swasta

Swasta merupakan pelaku pembangunan penting dalam pemanfaatan ruang

perkotaan dan ruang terbuka hijau. Terutama karena kemampuan kewirausahaan yang

mereka miliki. Peran swasta yang diharapkan dalam pemanfaatan ruang perkotaan

sama seperti peran yang diharapkan dari masyarakat. Namun, karena swasta memiliki

karakteristik yang berbeda dengan masyarakat umum, maka terdapat peran lain yang

dapat dilakukan oleh swasta, yaitu untuk tidak saja menekankan pada tujuan ekonomi,

namun juga sosial dan lingkungan dalam memanfaatkan ruang perkotaan.

Untuk mencapai peran tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan

oleh pihak swasta:

Pihak swasta yang akan membangun lokasi usaha (mall, plaza, dan sebagainya)

dengan areal yang luas perlu menyertakan konsep pembangunan ruang terbuka hijau;

Bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat dalam membangun dan memelihara

ruang terbuka hijau;

Menfasilitasi proses pembelajaran kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat

untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan penyusunan RTH perkotaan.

Kegiatan ini dapat berupa pemberian pelatihan pembangunan ruang terbuka hijau

maupun dengan proses

diskusi dan seminar;

Berperan aktif dalam diskusi dan proses pembangunan sehubungan dengan

pembentukan kebijakan publik dan proses pelibatan masyarakat dan swasta yang

terkait dengan pembangunan ruang terbuka hijau;

Mengupayakan bantuan pendanaan bagi masyarakat dalam realisasi pelibatan dalam

pemanfaatan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau;

f)Menjamin tegaknya hukum dan peraturan yang telah ditetapkan dan disepakati oleh

semua pihak dengan konsisten tanpa pengecualian.

c. Lembaga Hukum

Page 12: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

Lembaga atau badan hukum yang dimaksud merupakan Organisasi non-

pemerintah, atau organisasi lain yang serupa berperan utama sebagai perantara,

pendamping, menghubungkan masyarakat dengan pemerintah dan swasta, dalam

rangka mengatasi kesenjangan komunikasi, informasi dan pemahaman di pihak

masyarakat serta akses masyarakat ke sumber daya.

Untuk mencapai peran tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan

organisasi non-pemerintah antara lain:

Membentuk sistem mediasi dan fasilitasi antara pemerintah, masyarakat dan swasta

dalam mengatasi kesenjangan komunikasi dan informasi pembangunan ruang terbuka

hijau;

Menyelenggarakan proses mediasi jikaterdapat perbedaan pendapat atau kepentingan

antara pihak yang terlibat;

Berperan aktif dalam mensosialisasikan dan memberikan penjelasan mengenai proses

kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan swasta serta mengenai proses pengajuan

keluhan dan penyelesaian konflik yang terjadi;

Mendorong dan/atau menfasilitasi proses pembelajaran masyarakat untuk

memecahkan masalah yang berhubungan dengan penyusunan RTH perkotaan.

Kegiatan ini dapat berupa pemberian pelatihan kepada masyarakat dan/atau yang

terkait dalam pembangunan ruang terbuka hijau, maupun dengan proses diskusi dan

seminar;

Menciptakan lingkungan dan kondisi yang kondusif yang memungkinkan masyarakat

dan swasta terlibat aktif dalam proses pemanfaatan ruang secara proporsional, adil

dan bertanggung jawab. Dengan membentuk badan atau lembaga bersama antara

pemerintah, perwakilan masyarakat dan swasta untuk aktif melakukan mediasi;

Menjamin tegaknya hukum dan peraturan yang telah ditetapkan dan disepakati oleh

semua pihak dengan konsisten tanpa pengecualian.

( Sumber : http://www.penataanruang.net/taru/upload/nspk/pedoman/rth/9.bab4.pdf )

8. Tinjauan Kasus Perkembangan Ruang Terbuka Hijau KDB 0% di Denpasar

Page 13: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar

1999-2004, Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 0%,

dapat ditampilkan seperti Gambar 3.1 berikut.

Sumber: Bappeda Kota Denpasar, 2010

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian Berdasarkan RTRW Kotamadya Daerah Tingkat II

Denpasar 1999-2044

Sesuai dengan Perda tentang RTRW Kota Denpasar, ketentuan pengelolaan kawasan

RTHK KDB 0% adalah: pemanfaatan RTHK sebagai kawasan hijau tanpa bangunan dan atau

Page 14: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

sebagai kawasan hijau boleh ada bangunan yang tidak pemanen serta tidak berfungsi sebagai

tempat bermukim. Bagi bangunan yang ada sebelum perda ini diberlakukan pengaturannya

ditetapkan dengan keputusan Walikota Kota Denpasar. Kaitannya dengan rencana penataan

ruang ada tiga jenis perubahan fungsi terhadap dokumen RTRW Kota Denpasar, jenis

perubahan fungsi pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) Koefisien Dasar

Bangunan (KDB) 0%, di lokasi Denpasar yaitu:

1. Perubahan Fungsi, yaitu perubahan yang tidak sesuai dengan fungsi lahan yang telah

ditetapkan dalam rencana, yaitu yang ditetapkan dalam RTRW Kota Denpasar.

2. Perubahan Blok Peruntukan, yaitu pemanfaatan yang tidak sesuai dengan arahan

peruntukan yang telah ditetapkan, yaitu perubahan Koefisien Dasar Bangunan (KDB),

Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Garis Sempadan Bangunan (GSB) tiap blok yang

ditetapkan dalam Rencana Detail Tata Ruang RTRW Kota Denpasar

3. Perubahan Persyaratan Teknis, yaitu pemanfaatan sesuai fungsi dan peruntukan tidak

sesuai dengan ketentuan dalam rencana dan peraturan setempat yang ditetapkan dalam

RTRW Kota Denpasar.

Faktor mempengaruhi alih fungsi pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK)

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 0%, di Denpasar yaitu:

1. Fungsi lahan ditempati saat ini, yaitu tempat tinggal/ perumahan, tempat usaha, dan

industri

2. Memilih lahan, yaitu faktor lokasi strategis, infrastruktur dan sarana prasaran,

ekonomi/harga lahan murah, dan kepemilikan/warisan.

3. Memilih membangun, yaitu faktor kebutuhan tempat tinggal, infrastuktur dan sarana

prasaran, lokasi strategis, dan sosial budaya/ adat.

4. Mengalihfungsikan lahan, yaitu faktor lokasi strategis, dan saluran irigasi kurang

berfungsi lagi.

5. Menyewa/mengontrak lahan, yaitu infrastruktur dan sarana prasarana, kebutuhan

tempat tinggal, lokasi strategis, dan ekonomi/harga sewa/ kontrak lahan.

( Sumber : https://www.scribd.com/doc/146124940/Tesis-Bab-III-Metode-Penelitian-Final )

MATA KULIAH PILIHAN

Page 15: Perkembangan Ruang Terbuka Hijau Di Perkotaan Dan Permasalahannya

ARSITEKTUR PERTAMANAN

Semester / Tahun : Ganjil / 2014

TUGAS 2

“Perkembangan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan dan Permasalahannya”

Disusun Oleh :

Ni Nyoman Ayuk Widiari 1204205011

I Gusti Bagus Sukma Esa 1204205012

I Gusti Ngurah Eddy Suryadinata 1204205013

Cokorda Widhiyani 1204205016

Andi Rayno Ulvania Saransi 1204205017

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

BALI

2014