perkembangan remaja
DESCRIPTION
PERKEMBANGAN REMAJATRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan adalah suatu proses yang dilalui oleh setiap individu dalam
seumur hidup. Perkembangan remaja terdiri menjadi 3 bagian yaitu: perkembangan
remaja awal, madiya dan akhir. Perkembangan yang terjadi pada anak SMP kelas VII
merupakan perkembangan remaja awal, sekitar umur 11 – 12 dan 13 – 14 tahun. Lalu
permasalahan apa yang sering terjadipada masa remaja awal, terutama pada anak
SMP kelas VII?
Karakteristik dari objek ini, memiliki sifat hemat, rajin, namun objek sendiri
kadang tidak suka bila dinasehati akan kesalahannya. Sifat hemat yang objek miliki
membantunya dalam hal perekonomian dirinya sendiri. Objek mengakumulasi semua
uang jajan yang diberi orang tuanya dan di simpan untuk keperluan yang objek
butuhkan. Rajin, hal ini di perkuat dengan nilai hasil ujian yang dia peroleh dengan
rata – rata melebihi KKM. Objek juga di bantu oleh guru privat yang sering
membantunya untuk lebih memahami materi pelajaran yang ada di sekolah.
Namun untuk kesalahan, objek sering tidak menerima dengan lapang dada apabila
orang tua atau saudaranya tertua menasehati tentang kesalahannya. Hal ini jelas
karena masih labilnya emosi anak di tingkat remaja. Apalagi objek masih mengalami
masa transisi dari anak – anak menuju remaja. Masih banyak yang objek belum tau
tentang perkembangan yang terjadi pada dirinya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembelajaran ini, yaitu :
1. Apa pengertian dari remaja?
2. Apa ciri – ciri masa perkembangan yang di alami objek?
3. Apa tugas masa perkembangan objek?
4. Perubahan apa saja yang terjadi pada objek di masa remaja?
5. Apa minta objek?
6. Bahaya apa yang tengah mengitari kehidupan masa remaja?
1.3 Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran dari makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan perkembangan fisik remaja usia sekolah menengah.
2. Menunjukkan perbedaan fisik antara remaja perempuan dengan remaja laki – laki.
3. Menjelaskan perkembangan intelek remaja usia sekolah menengah.
4. Membandingkan antara teori – teori perkembangan intelek / koknitif .
5. Menjelaskan perkembangan emosi remaja usia sekolah menengah.
6. Menjelaskan perkembangan bahasa remaja usia sekolah menengah.
7. Mengidentifikasi individu yang memiliki bakat khusus.
8. Menjelaskan perkembangan bakat khusus remaja usia sekolah menengah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN FISIK
Pada usia sekolah menengah yaitu usia SLTP dan SLTA, anak berada pada masa
remaja atau pubertas atau adolesen. Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi
antara masa kanak-kanak dengan dewasa. Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian
telah diawali pada masa-masa sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada
masa ini, sebab setelah melewati masa ini, remaja telah berubah menjadi seorang dewasa
yang boleh dikatakan telah terbentuk suatu pribadi yang relatif tetap. Pada masa transisi ini
terjadi perubahan-perubahan yang sangat cepat.
Oleh karena itu sebagai pendidik, anda perlu menghayati tahapan perkembangan yang
terjadi pada siswa sehingga dapat mengerti segala tingkah laku yang ditampakkan siswa.
Misalnya, pada siswa usia sekolah menengah suasana hati yang semula riang gembira bisa
secara mendadak berubah mendadak menjadi sedih. Jika guru tidak peka terhadap kondisi
seperti ini, bisa jadi guru memberikan respon yang dapat menghambat perkembangan siswa.
Salah satu segi perkembangan yang cukup pesat dan nampak dari luar adalah
perkembangan fisik pada remaja. Pada masa remaja awal ( usia SLTP) anak-anak ini nampak
fostur tubuhnya tingi-tingi tetapi kurus. Lengan kaki dan leher mereka panjang-panjang, baru
kemudian berat badan mereka mengikuti dan pada akhir masa remaja, proporsi tinggi dan
berat badan mereka seimbang. Pada usia 11-12 tahun tinggi badan anak laki-laki dan anak
wanita tidak jauh berbeda, pada usia 12-13 tahun pertambahan tinggi badan anakwanita lebig
cepat dibandingkan anak laki-laki tetapi pada usia 14-15 tahun anak laki-laki akan
mengejarnya sehingga pada usia 18-19 tahun tinggi badan anak laki-laki jauh dari anak
wanita, lebih tinggi sekitar 1-10 cm. Rata-rata pertambahan tinggi bada masih dapat
diperkirakan. Hal itu disebabkan karena besarnya pengaruh komposisi dan gizi makanan.
Perubahan yang sangat cepat dalam tinggi ini, tidak berjalan sejajar dengan kekuatan dan
keterampilannya.
Abin Syamsudin Makmun (1996:92) memetakan perbedaan profil perkembangan fisik
dan perilaku psikomotorik antara remaja awal dengan remaja akhir seperti tampak pada tabel
berikut:
Perbedaan Profil Perkembangan Fisik
Antara Siswa SLTP dengan Siswa SLTA
No Siswa SLTP ( Remaja Awal ) Siswa SLTA ( Remaja Akhir )1. Laju perkembangan secara umum
berlangsung secara pesat.
Laju perkembangan secara umum
kembali menurun, sangat lambat.
2. Proporsi ukuran tinggi dan berat badan
sering kurang seimbang ( termasuk otot dan
tulang belulang ).
Proporsi ukuran tinggi dan berat
badan lebih seimbang mendekati
kekuatan tubuh orang dewasa.
3. Munculnya ciri-ciri sekunder ( tumbuh bulu
pada pubic region, otot mengembang pada
bagian-bagian tertentu), disertai mulai
aktifnya sekresi kelenjar jenis ( menstruasi
pada wanita dan polusi pada prie untuk
pertama kali)
Siap berfungsinya organ-organ
reproduksi seperti pada orang-orang
yang sudah dewasa.
4. Gerak-gerak tampak canggung dan kurang
terkoordinasikan.
Gerak-geraknya mulai mantap.
5. Aktif dalam berbgai jenis cabang, permainan
yang dicobanya
Jenis dan jumlah cabang dan
permainan lebih selektif dan terbatas
pada keterampilan yang menunjang
kepada persiapan kerja.
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik individu yaitu sebagai
berikut:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor – faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Termasuk kedalam faktor internal ini adalah sebagai berikut:
a. Sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya.
Anak yang ayah dan ibunya bertubuh tinggi cenderung lebih lekas menjadi tinggi
dari pada anak yang berasal dari orang tua yang bertubuh pendek .
b. Kematangan
Secara sepintas, pertumbuhan fisik seolah-olah seperti sudah direncanakan oleh
faktor kematangan. Meskipun anak itu diberi makanan yang bergizi tinggi, tetapi
kalau saat kematangan belum sampai, pertumbuhan akan tertunda. Misalnya, anak
berumur 3 bulan diberi makanan yang cukup bergizi supaya pertumbuhan otot
kakinya berkembang sehingga mampu untuk berjalan. Ini tidak mungkin berhasil
sebelum mencapai umur lebih dari 10 bulan.
2. Faktor eksternal.
Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar diri anak. Termasuk
kedalam faktor eksternal adalah sebagai berikut:
a. Kesehatan
Anak yang sering sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya akan terhambat.
b. Makanan
Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terhambat, sebaliknya yang cukup
gizi pertumbuhannya pesat.
c. Stimulasi lingkungan
Individu yang tubuhnya sering dilatih percepatan pertumbuhannya akan berbeda
dengan yang tidak pernah mendapat latihan.
B. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
Menurut English dalam bukunya “A Comprehensive Dictionary
Psychoanalitical Terms” (dalam Sunarto, 2002) , istilah intelect berarti antara lain ,
(1) kekuata mental dimana manusia dapat berpikir , (2) suatu rumpun nama untuk
proses kognitif , terutama untuk aktifitas yang berkenaan dengan berpikir , (misalnya
untuk menghubungkan , menimbang dan memahami , dan (3) kecakapan, terutama
kecakapan yang tinggi untuk berpikir.
Kalau pada usia Sekolah Dasar (SD) , kemampuan berfikir anak masih
berkenaan dengan hal – hal yang konkret, pada masa SLTP mulai berkembang
kemampuan berfikir abstrak , remaja mampu membayangkan apa yang akan dialami
bila terjadi suatu peristiwa umpamanya perang nuklir, kiamat dan sebagainya. Remaja
telah mampu berfikir jauh melewati kehidupannya baik dalam dimensi ruang maupun
waktu. Berpikir abstrak adalah berpikir tentang ide – ide , yang oleh Jean Piaget
seorang ahli Psikologi dari Swiss disebutnya sebagai berpikir formal operasional.
Berkembangnya kemampuan berfikir formal operasional pada remaja ditandai dengan
3 hal penting , yaitu :
1. Anak mulai mampu melihat (berpikir) tentang kemungkinan – kemungkinan
“Jika pada sekolah dasar, anak hanya mampu melihat kenyataan , maka pada usia
remaja mereka sudah mampu berpikir tentang kemungkinan yang akan terjadi. “
2. Anak telah mampu berpikir ilmiah
3. Remaja telah mampu memadukan ide – ide secara logis.
“Ide – ide atau pemikiran abstrak yang komplek telah mampu dipadukan dalam
suatu kesimpulan yang logis”
Pada usia Sekolah Dasar anak sudah memiliki kemampuan mengingat
informasi dan keterampilan memproses informasi tersebut. Dengan telah
dikuasainya kemampuan berfikir formal, maka keterampilan memproses informasi
ini berkembang lebih jauh. Pemrosesan informasi yang mencakup penerimaan
informasi oleh alat indera ditahan sebentar, kemudian dilanjutkan ke terminal
ingatan singkat (TIS) dan diproses lebih lanjut dalam suatu bentuk yang dapat
disimpan dalam terminal ingatan lama (TIL). Keterampilan memproses informasi
ini pada remaja lebih cepat dan kuat, dan ini sangat memegang peranan penting
dalam penyelesaian tugas – tugas pembelajaran maupun pekerjaan. Berikut ini
disajikan perbedaan perkembangan intelektual
NO. Siswa SLTP (Remaja Awal) Siswa SLTA (Remaja Akhir)
1. Proses berpikirnya sudah
mampu mengoperasikan
kaidah – kaidah logika
formal (asosiasi,
differensiasi, komparasi, dan
kausalitas) dalam ide – ide
atau pemikiran abstrak
(meskipun relative terbatas)
Sudah mampu mengoperasikan kaidah –
kaidah logika formal disertai kemampuan
membuat generalisasi yang lebih konklusif
dan komperehensif
2. Kecakapan dasar umum
(general intelligence)
menjalani laju perkembangan
yang terpesat (terutama bagi
yang belajar disekolah)
Tercapainya titik puncak (kedewasaan
intelektual umum, yang mungkin ada
pertambahan yang sangat terbatas bagi
yang terus bersekolah )
3. Kecakapan dasar khusus
(bakat atau aptitude) mulai
menunjukkan kecenderungan
– kecenderungan lebih jelas
Kecenderungan bakat tertentu mencapai
titik puncak dan kemantapannya.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif kedalam 4 tahap, yaitu tahap
sensoriomotor , tahap pra- operasional , tahap konkret operasional, dan tahap formal
operasional.
1. Tahap 1 : Sensorimotor (0 – 2 tahun ). Pada tahap ini anak menggunakan
penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Diawali dengan
modifikasi refleks yang semakin lebih efisien dan terarah, dilanjutkan dengan reaksi
pengulangan gerakan yang menarik pada tubuhnya dan keadaan atau objek yang
menarik , koordinasi reaksi dengan cara menggabungkan beberapa skema untuk
memperoleh sesuatu, reaksi pengulangan untuk memperoleh hal-hal yang baru , serta
permulaan berpikir dengan adanya kettapan objek. Pada masa sensoriomotor,
berkembang pengertian bahwa dirinya terpisah dan berbeda dengan lingkungannya.
Anak berusaha mengkoordinasikan tindakannya dan berusaha memperoleh
pengalaman melalui eksplorasi dengan indera dan gerak motorik. Jadi perkembangan
skema kognitif anak dilakukan melalui gerakan refleks, motorik, dan aktivitas indera.
Selanjutnya, anak juga mampu mempersepsi ketetapan objek.
2. Tahap 2: Pra - Operasional (2 - 7 tahun). Pada fase ini anak belajar mengenal
lingkungan dengan menggunakan symbol bahasa, peniruan, dan permainan. Anak
belajar melalui permainan dalam menyusun benda menurut urutannya dan
mengelompokkan sesuatu. Jadi, pada masa pra – operasional anak mulai
menggunakan bahasa dan pemikiran simbolik. Mereka mulai mengerti adanya
hubungan sebab – akibat meskipun logica hubungannya belum tepat, mampu
mengelompokkan sesuatu, serta perbuatan rasionalnya belum didukung oleh
pemikiran tetapi oleh perasaan.
3. Tahap 3 : Konkret Operasional (7 – 11 tahun). Pada masa ini anak sudah bisa
melakukan berbagai macam tugas mengkonversi angka melalui tiga macam proses
operasi, yaitu
a. negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang terjadi diantara
kegiatan dan memahami hubungan antara keduanya;
b. resiprokasi sebagai kemampuan untuk melihat hubungan timbal balik; serta
c. identits dalam mengenali benda – benda yang ada
Dengan demikian, pada tahap ini anak sudah mampu berpikir konkret dalam
memahami sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu mengkonversi angka,
serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif
4. Tahap 4: Formal Operasional (11tahun – dewasa). Pada fase ini anak sudah dapat
berpikir abstrak, hipotesis, dan sistematis mengenai sesuatu yang abstrak dan
memikirkan hal – hal yang akan dan mungkin terjadi. Jadi, pada tahap ini anak sudah
mampu meninjau masalah dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan
alternatif / kemungkinan dalam memecahkan masalah, bernalar berdasarkan
hipotmatesis, menggabungkan sejumlah informasi secara sistematis, menggunakan
rasio dan logika dalam abstraksi, memahami arti simbolik, dan membuat perkiraan di
masa depan.
Dengan mengetahui tahap perkembangan kognitif tersebut, diharapkan orang
tua dan guru dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan intelektual anak dengan
tepat sesuai dengan usia perkembangan kognitifnya. Peserta didik usia SD/ MI ,
misalnya berada pada tahap konkret operasional. Untuk mengembangkan kemampuan
kognitifnya, terutama pembentukan pengertian dan konsep, dilakukan dengan
menggunakan benda – benda konkret atau menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran.
Faktor – Factor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek Kognitif
Mengenai factor yang mempengaruhi perkembangan intelek individu ini
terjadi perbedaan pendapat di antara para penganut psikologi.Kelompok psikometrika
radikal berpendapat bahwa perkembangan intelektual individu sekitar 90% ditentukan
oleh factor hereditas dan pengaruh lingkungan termasuk didalamnya pendidikan,
hanya memberikan kontribusi sekitar 10% saja.
Sebaliknya, kelompok penganut pedagogis radikal amat yakin bahwa
intervensi lingkungan, termasuk pendidikan, justru memiliki andil sekitar 80 – 85%,
sedangkan hereditas hanya memberikan kontribusi 15 – 20% terhadap perkembangan
intelektual individu. Syaratnya adalah memberikan kesempatan rentang waktu yang
cukup bagi individu untuk mengembangkan intelektualnya secara maksimal.
Tanpa mempertentangkan kedua kelompok radikal itu, perkembangan
intelektual sebenarnya dipengaruhi oleh dua factor utama, yaitu hereditas dan
lingkungan. Pengaruh factor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan
intelektual itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Faktor Hereditast
Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat – sifat yang
menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa
kemungkinan, apakah akan menjadi kemampuan berpikir setaraf normal, diatas
normal, atau dibawah normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau
terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak member kesempatan untuk
berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan
perkembangan intelektual anak.
2. Faktor Lingkungan
Ada 2 unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi
perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah.
a. Keluarga
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua
adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang
kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan
alat bagi anak untuk berpikir. Cara – cara yang digunakan, misalnya
memberikan kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide – idenya,
menghargai ide- idenya tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak
dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat – alat keterampilan, dan alat –
alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. Memberi kesempatan
atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang tua.
b. Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk
meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berpikir anak.
Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual
anak terletak di tangannya. Beberapa cara di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik
2. Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan
orang – orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak.
3. Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan
olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi
perkembangan berpikir peserta didik.
4. Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media
cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para
peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide – idenya.
C. PERKEMBANGAN EMOSI
Jika dilihat dari tiga ranah yang bisa digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, emosi termasuk dalam ranah afektif. Emosi
banyak berpengaruh pada fungsi-fungsi psikis yang lainnya seperti pengamatan,
tanggapan, pemikiran, dan kehendak. Individu akan mampu melakukan pengamatan
atau pemikiran dengan baik jika disertai dengan emosi yang baik pula. Individu juga
akan memberikan tanggapan yang positif terhadap suatu objek manakala disertai
dengan emosi yang positif pula. Sebaliknya individu akan melakukan pengamatan
atau tanggapan negatif terhadap suatu objek, jika disertai dengan emosi yang negatif
terhadap objek tersebut.
Pengertian Emosi
Kata yang dirujuk dalam hal ini adalah emosi, istilah yang makna tepatnya masih
membingungkan baik para ahli psikologi maupun ahli filsafat selama lebih dari satu abad.
Dalam makna paling harfiah, Oxford English Dictionary mendefenisikan emosi sebagai
“setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat
atau meluap-meluap”. Oleh sebab itu emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran
khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Ada ratusan emosi, bersama dengan campuran, variasi, mutasi, dan nuansanya.
Sungguh, terdapat lebih banyak penghalusan emosi dari pada kata yang kita miliki untuk itu.
Para peneliti terus berdebat tentang emosi mana benar-benar yang dapat dianggap sebagai
emosi primer biru, merah, dan kuningnya setiap campuran perasaan atau bahkan
mempertanyakan apakah memang ada emosi primer semacam itu. Sejumlah teoritikus
mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar, meskipun tidak semua sepakat
tentang golongan itu. Calon-calon utama dan beberapa anggota golongan tersebut adalah :
Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu,
rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barang kali yang paling hebat,
tindak kekerasan dan kebencian patologis.
Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian,
ditolak, putus asa, dan kalau menjadi anggota patologis, depresi berat.
Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, waspada,
sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut; sebagain patologi, fobia dan panik.
Kenikmatan : bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga,
kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar
biasa, senang, senang sekali, dan batas ujungnya, mania.
Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, kasmaran, kasih.
Terkejut : terkejut, terkesiap, takjub, terpana.
Jengkel : hina, jijik, muak, benci, tidak suka, mau muntah.
Malu : rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
Ciri Utama Pikiran Emosional.
a. Respons yang Cepat tetapi Ceroboh
Pikiran emosional jauh lebih cepat dari pada pikiran rasional, langsung melompat
bertindak tanpa mempertimbangkan bahkan sekejap pun apa yang dilakukannya.
Kecepatannya itu mengesampingkan pemikiran hati-hati dan analitis yang merupakan
ciri khas akal yang berpikir. Dalam evolusi, kecepatan ini sangat boleh jadi berkisar di
seputar keputusan yang paling dasariah, apa-apa yang harus diperhatikan, dan setelah
waspada, misalnya, ketika menghadapi binatang lain, melakukan keputusan kilat
seperti, Apakah saya akan memakannya, ataukah binatang itu yang akan memakan
saya? Organisme yang berhenti terlalu lama untuk merenungkan jawaban ini mustahil
akan punya banyak keturunan yang menjadi pewaris gen mereke yang lambat
bertindak.
b. Mendahulukan Perasaan Kemudian Pikiran
Karena pikiran rasional membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk mendata dan
menanggapi dari pada waktu yang dibutuhkan oleh pikiran emosional, maka
“dorongan pertama” dalam situasi emosional adalah dorongan hati, bukan dorongan
kepala. Ada pula reaksi emosional jenis kedua yang lebih lamban dari pada respons
cepat yang digodok dan diolah terlebih dahulu dalam pikiran sebelum mengalir ke
perasaan.
c. Memperlakukan Realias sebagai Realitas Simbolik
Logika pikiran emosional yang disebut juga logika hati bersifat asosiatif. Artinya
memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas itu sama dengan realitas
itu sendiri. Oleh sebab itu, seringkali berbagai perumpamaan, pantun, kiasan,
gambaran, karya seni, novel, film, puisi, nyanyian, opera, dan teater secara langsung
ditujukan kepada pikiran emosional.
Para ulama, penyiar agama, dan para guru spiritual termasyur ketika menyampaikan
ajaran-ajarannya senantiasa berusaha menyentuh hati para pengikutnya dengan cara
berbicara dalam bahasa emosi, dan mengajar melalui perumpamaan, fabel, ibarat, dan
kisah-kisah yang sangat menyentuh perasaan.
d. Masa Lampau Diposisikan sebagai Masa Sekarang
Apabila sejumlah ciri suatu peristiwa tampak serupa dengan kenangan masa lampau
yang mengandung muatan emosi, akal emosional menanggapinya dengan memicu
perasaan-perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang diingat itu. Akal emosional
bereaksi terhadap keadaan sekarang seoalah-olah keadaan itu adalah masa lampau.
Kesulitannya adalah, terutama apabila penilaian itu cepat dan automatis, barangkali
kita tidak menyadari bahwa apa yang dahulu memang begitu, sekarang tidak lagi.
e. Realitas yang Ditentukan oleh Keadaan
Bekerjanya akal emosional itu untuk sebagian besar ditentukan oleh keadaan,
didiktekan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat tersebut.
Bagaimana kita berpikir dan bertindak sewaktu kita merasa romantis akan betul-betul
berbeda dengan bagaimana kita berperilaku jika kita sedang marah atau ditolak.
Ada juga sejumlah teori emosi yang lain yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan atau pengaruh emosi terhadap tingkah laku. Ada juga sejunlah teori emosi
yang lain yang juga menjelaskannya. Adapun teori-teori tersebut adalah sebagai
berikut.
Teori Sentral
Teori sentral ini dikemukakan oleh Walter B. Canon. Menurut teori ini, gejala
kejasmanian termasuk tingkah laku merupakan akibat dari emosi yang dialami
oleh individu. Jadi, individu mengalami emosi lebih dahulu, baru kemudian
mengalami perubahan-perubahan dalam jasmaninya.
Teori Peripheral
Teori ini dikemukakan oleh James dan Lange. Menurut teori ini dikatakan
bahwa gejala-gejala kejasmanian atau tingkah laku seseorang bukanlah
merupakan akibat dari emosi, melainkan emosi yang dialami oleh individu itu
sebagai akibat dari gejala-gejala kejasmanian.
Teori Kepribadian
Menurut teori ini, emosi merupakan suatu aktivitas pribadi di mana pribadi ini
tidak dapat dipisah-pisahkan. Oleh sebab itu, emosi meliputi perubahan-
perubahan jasmani.
Teori Kedaruratan Emosi
Teori ini dikemukakan oleh Cannon. Teori ini mengemukakan bahwa reaksi
yang mendalam dari kecepatan jantung yang semakin bertambah akan
menambah cepatnya aliran darah menuju ke urat-urat, hambatan pada
pencernaan, pengembangan atau pemuaian pada kantung-kantung di dalam
paru-paru dan proses lainnya yang mencirikan secara khas keadaan emosional
seseorang, kemudian menyiapkan organisme untuk melarikan diri atau
berkelahi.
Ciri-ciri Perkembangan Emosi Remaja.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada
masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, social, dan
emosional. Umumnya, masa ini berlangsung sekitar umur 13 tahun sampai umur 18 tahun,
yaitu masa anak duduk di bangku sekolah menengah. Masa ini biasanya dirasakan sebagai
masa sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga, atau lingkungannya.
Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa status remaja
agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Masa remaja biasanya memiliki
energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna.
Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.
Meskipun emosi remaja sering kali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya irasional
tetapi dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional. Remaja 14 tahun sering kali
marah-marah, mudah dirasangsang dan emosinya cenderung meledak, tidak berusaha
mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja 16 tahun mengatakan bahwa mereka tidak
punya keprihatinan; jadi badai danrnya tekanan dalam periode ini berkurang menjelang
berakhirnya awal masa remaja.
Sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah perubahan
jasmani, perubahan pola interaksi dengan orang tua, perubahan interaksi dengan teman
sebaya, faktor pandangan luar, perubahan interaksi dengan sekolah dan kematangan emosi.
D. PERKEMBANGAN BAHASA
1. Pengertian Perkembangan Bahasa
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan
oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa
merupakan alat bergaul, oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak
seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi
mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan
dengan perkembangan hubungan social, maka perkembangan bahasa seorang (bayi-
anak) dimulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa
satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan
sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat
perilaku sosial.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti
faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan
berbahasa. Bayi yang tingkat intelektual belum berkembang dan masih sangat
sederhana, bahasa yang digunakannya sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan
berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai
berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada
dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti
halnya belajar hal yang lain, “meniru” dan “mengulang” hasil yang telah didapatkan
merupakan cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara, “mmm mmm”, ibunya tersenyum,
mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi
“maem maem”. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi yang
didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekeliliingnya membetulkan dan
memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7
Thn, disaat anak mulai bersekolah.Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya
kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan,
tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat, mampu menguasai alat
komunkasi disini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan
dipahami orang lain.
2. Tahapan Perkembangan Bahasa
Secara umum, perekembangan keteampilan berbahasa pada individu menurut
Berk (1989( dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu:
1. Fonologi (phonologi);
2. Semantik (semantics);
3. Tata bahasa (grammar);
4. Pragmatic (pragmatics)
Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan menghasilkan
bunyi bahasa. Jika kita oernah mengunjungi daerah lain atau negara lain yang
bahasanya yang tidak kita mengerti boleh jadi kita akan kagum, heran atau bingung
karena bahasa orang asli disana terdengar begitu cepat dam sepertinya tidak putus-
putus antara satu kata dengan kata lain. Sebaliknya, orang asing yang sedang belajar
bahasa kita juga sangat mungkin mengalami hambatan karena tidak familiar dengan
bunyi-bunyi, kata-kata dan pola intonasinya. Bagaimana seseorang mempreoleh
fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan intonasi merupakan sejarah
perkembangan fonologi.
Semantic merujuk kepada makna kata atau kombinasi kata atau cara yang
mendasari konsep-konsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata.
Setelah selesai masa pra sekolah, anak-anak memperoleh sejumlah kata-kata baru
dalam jumlah yang banyak, penelitian intensif tentang perkembangan kosakata pada
anak-anak diibaratkan oleh Berk (1989) sebagai sejauh mana kekuatan anak untuk
memahami ribuan pemetaan kata-kata ke dalam konsep-konsep yang dimiliki
sebelumnya meskipun belum terlabelkan dalam dirinya dan kemudian
menghubungkannya dengan kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya.
Pragmatic merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa. Ini berkenaan dengan
bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang
lain. Di dalamnya meliputi bagaimana mengambil kesempatan yang tepat, mencari
dan menetapkan topic yang relevan, mengusahakan agar benar-benar komunikatif,
bagaimana menggunakan bahasa tubuh, intonasi, suara dan menjaga konteks agar
pesan-pesan verbal yang disampaikan dapat dimaknai secara tepat oleh penerimanya.
Pragmatic juga mencakup di dalamnya pengetahuan sosiolingustik, yaitu bagaimana
suatu bahasa harus diuucapkan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.
Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan
perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat
dibedakan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap pralinguistik atau meraba (0,3 – 1,0 tahun)
Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang
mempunyai fungsi komunikatif.
b. Tahap holofrastik atau kalimat satu kata (1,0 – 1,8 tahun)
Pada usia sekitar satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata
yang diucapkan oleh anak-anak harus dipandang sebagai suatu kalimat penuh.
Mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai cara untuk
menyatakann mau tidaknya terhadap sesuatu.
c. Tahap kalimat dua kata (1,6 – 2,0 tahun)
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan
kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana
yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai secara tepat.
Misalnya, anak mengucapkan “mobil-mobilan siapa?’ atau bertanya “itu
mobil-mobilan milik siapa?”, dsb.
d. Tahap pengembangan tata bahasa awal (2,0 – 5,0)
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat
mulai bertambah. Ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan
mulai menggunakan kata jamak dalam kematangan perkembangan anak.
e. Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0 – 10,0)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa
yang kompleks lagi serta mampu menggabungkan kalimat-kalimat sederhana
dengan komplementasi, relevan, dan konjungsi.
f. Tahap kompetensi lengkap (11,0 tahun – dewasa)
Pada akhir masa kanak-kanak perbendaharaan kata semakin meningkat, gaya
bahasa mengalami perubahan, dan semakin lancer serta fasih dalam
berkomunikasi. Keterampilan dan performasi tata bahasa terus berkembangan
karah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan
dari kompetensi komunikasi.
3. Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Ia telah banyak
belajar dari lingkungan dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari
kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga,
masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya dan lingkungan sekolah.
Pola bahasa yang dimilki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga
atau bahasa ibu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh
lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Hal ini berarti proses
pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat
sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan
kehidupannya di dalam masyarakat luas,anak (remaja) mengikuti proses
belajar di sekolah.Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan
ransangan yang terarah sesuai dengan kaedah-kaedah yang benar. Proses
pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawal ilmu pengetahuan
semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan system
budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam
masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak
(remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa yang pergaulan yang berkembang
di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi,
bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus seprti istilah “baceman”
dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal atau ulangan tes.
Bahasa “prokem” terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat dan
sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara
anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan kosa
kata sesuai dengan tingkat social keluarganya. Keluarga dari masyarakat
lapisan berpendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan
bahasa pasar, bahasa sembarangan dengan istilah-istilah yang kasar.
Masyarakat terdidik yang pada umumnya memilki status social lebih baik,
akan menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak
remaja juga berbahasa lebih baik.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. oleh sebab itu perkembanganya
dipengaruhi oleh beberapa factor:
a. Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya,
bertambahnya pengalaman dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang
akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya.
Faktor fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya
pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan
isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang
kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan dengan
dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual anak akan mampu
menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
b. Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang member andil yang cukup
besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan
berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa
didaerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan
perbedaaan. Sebagaimana diuraikan diatas bahwa bahasa pada dasarnya
dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan
pergaulan yang terbentuk kelompok-kelompok, seperti kelompok bermain,
kelompok kerja dan kelompok social yang lain.
c. Kecerdasan anak
Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan dan mengenal
tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik, kemampuan
intelektual dan kemampuan berfikir. Ketepatan meniru, memproduksi
perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan
baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan pihak lain
amat dipengaruhi oleh kerja piker atau kecerdasan seseorang anak.
d. Status social ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus ekonomi yang baik, akan mampu menyediakan situasi
yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak, anggota keluarganya,
Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota kelluarga yang
berstatus social tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus social yang
rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang
hidup di dalam keluarga terdidik atau tidak terdidik. Dengan kata lain
pendidikan keluarga berpengaruh pula terhadap perkembangan bahasa.
e. Kondisi fisik
Kondisi fisik dimaksudkan kondisi kesehatan anak. Seseorang yang cacat
terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu, tuli, gagap,
organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangannya dalam
bahasa.
5. Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh
satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan
berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir. Seseorang rendah kemampuan berpikirnya akan
mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis.
Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi. Bersosialisasi berarti
malakukan konteks dengan yang lain. Seseorang menyampaikan ide dan
gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain
melalui bahasa. Menyampaikan dan menganmbil makna ide dan gagasan itu
merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti
bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang
diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir tidak
tepat.Ketidaktepatan hasil pemrosesan pikir ini diakibatkan kekurang
mampuan dalam bahasa.
6. Perbedaan Individual Dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
Menurut Chomsky (woolfolk,dkk.1984:70) anak dilahirkan ke dunia
telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang
lain, factor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol,
mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna
kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka
hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh
lingkungan yang berbeda-beda.
Di depan telah diuraikan bahwa kemampuan berpikir anak berbeda-
beda, sedang berpikir dan bahasa mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ
tinggi akan brekemampuan bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ
menggambarkan adanya perbedaan individual anak dan dengan demikian
kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan variasi
kemampuan mereka berpikir.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh factor lingkungan karena
kekayaan lingkungan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan
yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru, dengan demikian remaja
yang berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda-beda pula
kemampuan dan perkembangan bahasanya.
7. Upaya Pengembangan Kemampuan Bahasa Remaja dan Implikasinya
Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa-siswa yang bervariasi
bahasanya,baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru
harus mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan
memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.
Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali)
pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh
murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan
identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan
bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang
telha dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi
pelajaran yang telah diperkaya itu diperluas untuk langkah-langkah
selanjutnya, sehingga paraa murid mampu menyusun cerita lebih
komprehensip tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan
pola bahasa mereka sendiri.
Perkembanngan bahasa yang menggunakan model pengeksporesian
secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan
bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola
bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak
memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi
bebas. Dalam itu saran pengembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar,
majalah dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun di rumah.
E. PERKEMBANGAN BAKAT KHUSUS
Bakat (attiude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi
(potential ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Karena sifatnya yang
masih bersifat potensial atau masihlaten, bakat merupakan potensi yang masih memerlukan
ikhtiar pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud. Bakat
berbeda debgan kemampuan (ability) yang mengandung makna sebagai daya untuk melakukan
sesuatu, sebagai hasil pembawaan dan latihan. Bakat juga berbeda dengan dengan kapasitas
(capacity) dengan sinonimnya, yaitu kemampuan yang dapat dikembangkan dimasa yang akan
datang apabila latihan dilakukan secara optimal. Dengan demikian, dapat disarikan bahwa bakat
masih merupakan suatu tindakan yang dapat dilaksanakan atau akan dapat dilaksanakan.
Jadi yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Bakat umum apabila
kemampuan yang berpotensi tersebut bersifat umum. Misalnya bakat intelektual secara umum,
sedangkan bakat khusus apabila kemampuan yang berpotensi tersebut bersifat khusus, misalnya
bakat akademik social dan seni kinestestik. Bakat khusus ini biasanya disebut talen, sedangkan
bakat umum (intelektual) sering disebut dengan istilah gifted. Oleh karena itu, anak yang
memiliki bakat khusus sering disebut dengan istilah talented children, sedangkan anak yang
memiliki intelektual menonjol sering disebut dengan gifted children.
Dengan bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu.
Tetapi untuk mewujudkan bakat kedalam suatu prestasi dibutuhkan latihan,
pengetahuan,pengalaman dan motivasi. Seseorang memiliki potensi bakat musik tapi tidak
memperoleh kesempatan mengembangkannya, bakat musik tidak dapat berkembang dan terwujud
dengan baik. Sebaliknya, seseorang yang memperoleh fasilitas dan pendidikan musik secara baik,
tetapi tidak memiliki bakat musik, tidak akan dapat mengembangkan keterampilan musik secara
maksimal. Lain halnya pada seseorang anak yang pada dasarnya memiliki bakat dibidang musik
dan orangtuanya mendukung. Ia kan mengusahakan agar anknya memperoleh pengalaman untuk
mengembangkan bakatnya dang dengan motivasi yang tinggi dapat berlatih sehingga bakatnya
berkembang maksimal dan memperoleh prestasi.
Guilford ( dalam Sunarto,2002) mengemukakan bahwa bakat itu mencakup 3 dimensi
Psikologis yaitu dimensi perceptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual.
1. Dimensi Perseptual.
Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi dan ini meliputi faktor-
faktor antara lain:
- Kepekaan Indra
- Perhatian
- Orientasi waktu
- Luas daerah persepsi
- Kecepatan persepsi, dan sebagainya
2. Dimensi Psikomotor.
Dimensi psikomotor ini mencakup enam faktor, yaitu faktor:
- Kekuatan
- Impuls
- Kecepatan gerak
- Ketelitian yang terdiri dari dua macam yaitu:
Faktor kecepatan statis yang menitik beratkan pada posisi dan faktor kecepatan dinamis
yang menitik beratkan pada gerakan
- Koordinasi dan
- Keluwesan
3. Dimensi Intelektual.
Dimensi inilah yang umumnya sorotan luas, karena memang dimensi inilah yang mempunyai
implikasi sangan luas. Dimensi ini meliputi 5 faktor yaitu:
- Faktor ingatan, mencakup substansi, relasi dan sistem
- Faktor ingatan mengenai pengenalan terhadap keseluruhan informasi, golongan(kelas),
hubugan-hubungan, bentuk atau struktur dan kesimpulan.
- Faktor evaluatif, mengenai: identitas, relasi-relasi, sistem dan penting tidaknya problem.
- Faktor berfikir konvergen, yang meliputi faktor untuk menghasilkan: nama-nama,
hubungan-hubungan, sistem-sistem, transformasi dan implikasi-implikasi yang unik.
- Faktor berfikir divergen yang meliputi faktor: untuk menghasilkan unit-unit, se[erti word
fluency, ideational fluency, untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan, kelancaran
dalam menghasilkan hubungan-hubungan, untuk menghasilkan sistem, seperti
expressional fluency, untuk transformasi divergen, dan untuk menyusun bagian0bagian
menjadi garis besar atau kerangka.
Dari penjelasan diatas menunjukkan betapa rumitnya bagian dari kualitas individu yang
disebut bakat. Jadi apakah yang sebenarnya disebut bakat? Apakah bedanya dengan
kemampuan dan dengan kapasitas serta insting?
Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi
(potencial ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan adalah daya
untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dari latihan. Kemampuan
menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilakukan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan
bakat memerlukan pendidikan dan latihan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang
akan datang. Kapasitas sering digunakan sebagai sinonim untuk kemampuan dan biasanya
diartikan sebagai kemampuan yang dapat dikembangkan sepenuhnya dimasa mendatang
apabila latihan dilakukan secara optimal. Dalam praktek kapasitas seseolrang jarang tecapai.
Insting umumnya terdapat pada hewan, dimana dengan insting itu dapat melakukan
sesuatu tanpa latihan sebelumnya. Jadi bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang relatif bersifat umum ( misalnya bakat intelektual umum)
atau khusus (bakat akademis khusus) bakat khusus disebut juga talen. (cony Semiawan,1987)
a. Jenis-jenis Bakat Khusus
Bakat khusus (talent) adalah kemampuan bawaan berupa potensi khusus dan jika
memperoleh kesempatan berkembang denga baik, akan muncul sebagai kemampuan khusus
didalam bidang tertentu sesuai potensinya. Individu yang memiliki bakat khusus dalam
bidang matematika misalnya, apabila memperoleh kesempatan mengembangkannya secara
optimal disertai motivasi yang tinggi akan memiliki kemampuan khusus dan prestasi yang
menonjol di bidang matematika.
Cony Semiawan dan Utami Munandar mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus, baik
yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud menjadi lima bidang yaitu:
1. Bakat akademis khusus
2. Bakat kreatif-produktif
3. Bakat seni
4. Bakat kinestetik/psikomotorik, dan
5. Bakat social
Termasuk kedalam akademik khusus, misalnya bakat untuk bekerja dalam angka-angka
(numeric), logika bahasa, dan sejenisnya. Bakat khusus dalam bidang kreatif produktif artinya
bakat dalam menciptakan sesuatu yang baru. Misalnya, menghasilakan rancangan arsitektus
terbaru, menghasilkan teknologi terbaru, dan sejenisnya. Bakat khusus dalm bidang seni,
misalnya mampu mengaransemen musik dan sangat dikagumi, mampu menciptakan lagu
hanya dalm 30 menit dan mampu melukis dengan sangat indah dalm waktu singkat, dan
sejenisnya. Bakat khsusus kinestetik/psikomotorik, misalnya sepakbola, bulutangkis, tennis
dan keterampilan teknik. Adapun bakat khusus dalam bidang social, misalnya sangat mahir
mencari koneksi, sangat mahir berkomunikasi dalam organisasi dan sangat mahir dalam
kepemimpinan.
b. Hubungan Antara Bakat dan Prestasi
Perwujudan nyata dari bakat dan kemampuan adalah prestasi ( Utami Munandar, 1992)
karena bakat dan kemampuan sangat memnentukan prestasi seseorang. Orang yang memiliki
bakat matematika diprediksikan mampu mencapai prestasi yang menonjol dalam bidang
matematika. Prestasi yang menonjol dalam matematika merupakan cerminan dari bakat
khusus yang dimiliki dalam bidang tersebut.
Perlu ditekankan bahwa karena bakat masih bersifat potensial, seseorang yang berbakat
belum tentu mampu mencapai prestasi yang tinggi dalam bidangnya jika tidak mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan bakatnya secara maksimal. Bakat khusus yang
memperoleh kesempatan maksimal dan dikembangkan sejak dini dan didukung oleh fasilitas
dan motivasi yang tinggi, akan terealisasikan dalam bentuk prestasi unggul. Contoh konkret
bakat yang tidak memperoleh kesempatan maksimal untuk berkembang adalah hasil
penelitian Yaumil Agoes Akhir (1999) yang menemukan bahwa sekitar 22% siswa SD dan
SLTP menjadi anak undererachiever, artinya prestasi belajar yang mereka peroleh berada
dibawah potensi atau bakat intelektual yang sesungguhnya mereka miliki. Bakat memang
sangat menentukan prestasi seseorang, tetapi sejauh mana bakat itu akan terwujud dan
menghasilkan suatu prestasi, masih banyak variabel yang turut menentukan.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat Khusus
Cony Semiawan dan Utami Munandar menegaskan bahwa berbeda dengan kemampuan
yang menunjuk pada suatu kinerja (performance) yang dapat dilakukan sekarang. Bakat
sebagai potensi masih memerlukan pendidikan dan latihan agar suatu kinerja (performance)
dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Ini memberikan pemahan bahwa bakat khusus
sebagai potential ability untuk dapat terwujud sebagai kinerja (performance) atau perilaku
nyata dalam bentuk prestasi yang menonjol, masih memerlukan pelatihan dan pengembangan
lebih lanjut.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus yang secara garis
besar dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam diriindividu. Faktor-faktor internal tersebur adalah:
1. Minat
2. Motif berprestasi
3. Keberanian mengambil resiko
4. Keuletan dalm menghadapi tantangan, dan
5. Kegigihan atau daya juang dalm mengatasi kesulitan yang timbul.
Adapun faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkunga individu
tumbuh dan berkembang. Faktor-faktor eksternal meliputi:
1. Kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri
2. Saran dan prasarana
3. Dukungan dan dorongan orangtua/keluarga
4. Lingkungan tempat tinggal, dan
5. Pola asuh orangtua
Individu memiliki bakat khusus dan memperoleh dukungan internal maupun
eksternal, yaitu memiliki minat yang tinggi terhadap bidang yang menjadi bakat
khususnya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memiliki daya juang tinggi. Dan
ada kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat khusus tersebut secara optimal
maka akan memunculkan kinerja atau kemampuan unggul dan mecapai prestasi yang
menonjol.
d. Perbedaan Individual Dalam Bakat Khusus
Dilihat dari aspek apapun, setiap individu memiliki perbedaan satu denga yang lain.
Demikian juga dalam aspek bakat khsusu, setiap individu juga memiliki bakat khususnya
masing – masing secara berbeda – beda . menurut Cony Semiawan dan Utami Munandar,
perbedaan bakat khusus ini bisa terletak pada jenisnya dan juga pada kualitasnya.
Perbedaan dari jenisnya terlihat dari kemampuan yang ditunjukkan. Misalnya,
seseorang memiliki bakat khusus bekerja dengan angka (numerical aptutide), yang lain
lebih menonjol dalam berbahasa (verbal aptitude). Sementara yang lainnya lagi memiliki
bakat yang menonjoldalm bidang musik. Sedangkan perbedaan dalm bidang kualitasnya
mengandung makna bahwa diantara individu yang satu dengan yang lain memiliki bakat
khusus yang sama, tetapi kualitasnya berbeda. Misalnya, antara dua orang yang sama-
sama memiliki bakat khusus untuk bekerja dengan angka. Orang pertama memiliki
kemampuan yang lebih unggul dari orang kedua.