perjalanan panjang tik menuju ekonomi baru-final-18may1430…

15
PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 1 PERJALANAN PANJANG TIK NASIONAL MENUJU NEW ECONOMY Oleh: Eddy Satriya (eddysatriya.blogspot.com ) A. UMUM Perjalanan panjang pengembangan sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sebelumnya dikenal juga dengan istilah telematika seyogyanya menjadi perhatian pemerintah, pelaku industri, maupun masyarakat pengguna jasa TIK. Pemahaman akan perjuangan membangun prasarana dan sarana TIK dapat membantu kita untuk tetap menjaga momentum pengembangan tersebut. Di samping itu, pemahaman akan sejarah perjalanannya diharapkan dapat menjaga konsistensi para pengambil keputusan untuk memprioritaskan pembangunan sektor penting ini dalam era globalisasi. Seiring dengan semarak momentum peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional, tahun 2008 mencatat berbagai kemajuan penting yang sangat diharapkan dapat berkontribusi kepada kebangkitan TIK nasional di masa yang akan datang. Pada 25 Maret 2008, pemerintah dan DPR telah menyetujui salah satu landasan hukum pengembangan TIK ke depan, yaitu Undang-Undang No 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU-ITE) yang telah lama ditunggu-tunggu banyak pihak. Tidak lama berselang, disetujui pula Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang menandai dimulainya era keterbukaan terhadap segala jenis informasi yang dianggap layak untuk diketahui publik secara luas. Dengan jumlah prasarana telekomunikasi yang pada kwartal ketiga 2007 telah mencapai sekitar 100 juta satuan sambungan (ss) yang terdiri dari 9 juta telepon

Upload: eddy-satriya

Post on 06-Jun-2015

1.044 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Sebuah cerita panjang ttg ICT yang coba saya ringkas untuk memperingati momentum seabad Harkitnas. Banyak yang terlewat, tapi lebih baik ada dan nyata dari pada menunggu sempurna dalam pikiran saja.

TRANSCRIPT

Page 1: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 1

PERJALANAN PANJANG TIK NASIONAL MENUJU NEW ECONOMY

Oleh: Eddy Satriya

(eddysatriya.blogspot.com )

A. UMUM

Perjalanan panjang pengembangan sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

yang sebelumnya dikenal juga dengan istilah telematika seyogyanya menjadi

perhatian pemerintah, pelaku industri, maupun masyarakat pengguna jasa TIK.

Pemahaman akan perjuangan membangun prasarana dan sarana TIK dapat

membantu kita untuk tetap menjaga momentum pengembangan tersebut. Di

samping itu, pemahaman akan sejarah perjalanannya diharapkan dapat menjaga

konsistensi para pengambil keputusan untuk memprioritaskan pembangunan sektor

penting ini dalam era globalisasi.

Seiring dengan semarak momentum peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan

Nasional, tahun 2008 mencatat berbagai kemajuan penting yang sangat diharapkan

dapat berkontribusi kepada kebangkitan TIK nasional di masa yang akan datang.

Pada 25 Maret 2008, pemerintah dan DPR telah menyetujui salah satu landasan

hukum pengembangan TIK ke depan, yaitu Undang-Undang No 11/2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik (UU-ITE) yang telah lama ditunggu-tunggu

banyak pihak. Tidak lama berselang, disetujui pula Undang-Undang Keterbukaan

Informasi Publik (KIP) yang menandai dimulainya era keterbukaan terhadap segala

jenis informasi yang dianggap layak untuk diketahui publik secara luas.

Dengan jumlah prasarana telekomunikasi yang pada kwartal ketiga 2007 telah

mencapai sekitar 100 juta satuan sambungan (ss) yang terdiri dari 9 juta telepon

Page 2: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 2

tetap, 82 juta seluler GSM dan sekitar 9 jutaan sambungan fixed wireless access

(FWA), maka bangsa Indonesia dari sisi infrastruktur dianggap sudah siap

menyambut datangnya era ekonomi baru, yaitu ekonomi berlandaskan ilmu

pengetahuan atau Knowledge Based Economy/Society (KBE) yang dilandasi

kemajuan TIK. Dengan total sambungan sekitar 100 juta (Lihat Tabel-1) tersebut

telah memberikan tingkat penetrasi telekomunikasi hampir 50% yang artinya setiap

dua orang di Indonesia secara rata-rata mempunyai satu jenis pesawat telepon

untuk berkomunikasi. Sungguh suatu lompatan yang fantastis dari sisi jumlah atau

kapasitas telekomunikasi yang tidak terbayangkan dapat dicapai setelah melewati

masa krisis.

Tabel 1 Pertumbuhan Pelanggan Telepon di Indonesia (2006 – Q-3 2007)

JUMLAH PELANGGAN

FIXED PHONE FWA SELULER NO. NAMA PERUSAHAAN

2006 Q-3 2007 2006 Q-3 2007 2006 Q-3 2007

1 2 3 4 5 6 7 8

1 PT Telkom (konsolidasi) 8,709,211 8,720,000 4,175,853 5,603,000 - Prepaid Subscribers - - 3,381,426 4,780,000 - - - Postpaid Subscribers 8,709,211 8,720,000 794,427 823,000 - - 2 PT Indosat (konsolidasi) 26,632 30,045 358,980 516,979 16,704,639 22,026,590.00

- Prepaid Subscribers - - 338,435 487,467 15,878,780 21,148,714 - Postpaid Subscribers 26,632 30,045 20,545 29,512 825,859 877,876 3 PT Bakrie Telecom 68,359 5,658 1,479,198 2,944,190 - Prepaid Subscribers - - 1,414,920 2,819,144 - - - Postpaid Subscribers 68,359 5,658 64,278 125,046 - - 4 PT Excelomindo Pratama 9,528,000 12,811,000

- Prepaid Subscribers - - - - 9,141,000 12,369,000 - Postpaid Subscribers - - - - 387,000 442,000 5 PT Telkomsel 35,597,171 44,457,000

- Prepaid Subscribers - - - - 33,935,246 42,566,000 - Postpaid Subscribers - - - - 1,661,925 1,891,000 6 PT Mobile-8 (konsolidasi) 1,825,888 2,540,000

- Prepaid Subscribers - - - - 1,778,200

- Postpaid Subscribers - - - - 47,688

SUB TOTAL 8,804,202 8,755,703 6,014,031 9,064,169 63,655,698 81,834,590.00 Sumber : Depkominfo, 2007, diolah.

Sementara itu tidak bisa dimungkiri, beberapa negara Asia seperti Korea, China, dan

India kembali menunjukkan transformasi yang berhasil dari negara berlandaskan

Page 3: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 3

ekonomi pertanian menuju ekonomi industri manufaktur, dan selanjutnya secara

pasti telah menyiapkan diri menempuh ekonomi informasi dan KBE. Indonesia

diharapkan dapat mengikuti jejak mereka guna mempertahankan posisi daya saing

regional yang sangat penting.

Memadainya penetrasi infrastruktur telekomunikasi tersebut telah dilengkapi pula

dengan peningkatan jumlah pelanggan internet sebesar 2 juta orang dan pengguna

sebesar 25 juta orang (APJII, 2007). Memperhatikan tingkat penetrasi di atas

ditambah dengan semakin berkembangnya layanan Internet melalui berbagai

provider lama dan baru, serta turunnya tarif terkait, jelas memberikan sinyal positif

dalam pengembangan TIK kita.

Namun menerima saja mandat pengembangan TIK nasional ke depan tanpa

mengetahui perjalanan panjang sebagian komponen bangsa ini yang tanpa lelah

telah memperjuangkan pengembangan TIK - mulai dari zaman morse, telegraf,

telepon manual, SKSD Palapa, telepon otomat dan digital, telepon selular, fixed

wireless, dan Internet- adalah suatu pengingkaran terhadap pelaksanaan amanat

pembangunan nasional seperti diungkapkan dalam Pembukaan UUD 45.

Seperti diuraikan dalam serial buku "Sejarah Pos dan Telekomunikasi" yang

diterbitkan Departemen Perhubungan-Ditjen Postel pada September 1980 dan buku

"Sejarah dan Pembangunan Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi" oleh

Depparpostel pada Desember 1990, dapatlah dimengerti betapa kinerja sektor TIK

dewasa ini adalah merupakan suatu perjuangan panjang anak bangsa Indonesia di

berbagai sektor dan bidang pembangunan. Usaha dan berbagai upaya yang bukan

hanya menghabiskan biaya, tetapi juga korban darah dan jiwa anak bangsa ini di

masa perjuangan kemerdekaan adalah terlalu berharga untuk dinegasikan di tengah

berbagai kemajuan yang ada saat ini.

Karena itu sudah sepantasnya pula pembangunan TIK nasional yang bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ini, juga dapat diwujudkan dalam

bentuk partisipasi kegiatan ekonomi masyarakat baik di sektor makro ataupun sektor

riil (mikro) di berbagai lapisan. Pembangunan TIK memang membutuhkan investasi

Page 4: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 4

barang modal dan teknologi yang memaksa kita harus melakukan impor, namun

memperhatikan berbagai kemajuan industri dalam negeri yang pernah berjaya di

sektor ini sudah sepantasnya pula dikedepankan guna lebih memberdayakan

sumber daya manusia Indonesia yang penuh talenta, namun tersebar di berbagai

tempat baik di dalam maupun di luar negeri.

Kita mengetahui bahwa tersedianya berbagai akses telekomunikasi saat ini seperti

telepon genggam telah menjadi bukti kemajuan yang kasat mata. Banyak pedagang,

penjual mie keliling, pedagang bakso dan siomay, tukang ojek, hingga restoran

modern seperti Pizza Hut, burger Mc Donald dan berbagai usaha restoran tradisional

telah berhasil menjangkau pelanggannya dengan memberikan nomor telepon, HP

atau call center mereka. Perkembangan menggembirakan juga terjadi di sektor jasa

seperti penerbangan dan perbankan. Kemajuan transaksi perbankan kita terkadang

bisa lebih maju dari berbagai negara industri sekalipun yang masih belum bisa

melepaskan budaya manual seperti penulisan chek untuk pembayaran sehari-hari.

Masyarakat kita sudah semakin terbiasa melakukan transfer atau pembayaran

berbagai transaksi lewat ATM dan Kartu Kredit, meski sempat terganggu oleh

praktek curang pada beberapa Internet Banking gadungan.

Demikian pula pengiriman berbagai dokumen pemerintahan dan pemberian

pelayanan publik kepada masyarakat telah makin maju dan bersatu dalam satu atap

kantor pelayanan seperti di Sragen, Surabaya, dan berbagai kota lainnya di

Indonesia.

Tersedianya aksesibilitas yang semakin terjangkau dengan turunnya berbagai tarif

dan harga jual layanan TIK telah membantu pemerintah dan pelaku pendidikan

dalam meningkatkan mutu sekolah mereka. Berbagai pelayanan kepabeanan dan

pelelangan barang dan jasa milik instansi pemerintah telah pula menggunakan

kemajuan Internet yang membuat proses layanan menjadi efisien, efektif, transparan

dan mampu mengurangi tingkat KKN yang terjadi selama ini.

Mengikuti kemajuan E-Government di berbagai daerah, hingga saat ini berbagai

layanan informasi masyarakat telah berhasil dikomunikasikan dengan baik melalui

Page 5: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 5

website, seperti Ditjen Postel yang terus aktif melakukan berbagai posting, termasuk

Siaran Pers secara berkala. Pelayanan sebagian informasi yang up to date dari

Ditjen Postel dan berbagai kantor pemerintah lainnya ini, menurut hemat kami

adalah suatu kemajuan yang sangat berarti di sektor e-government dan aplikasi TIK

sendiri.

B. SEJARAH RINGKAS DARI PRA KEMERDEKAAN HINGGA REFORMASI

Berbicara masalah telekomunikasi sebelum zaman kemerdekaan, membawa kita

kepada keberadaan jasa pos pada waktu itu. Karena sebelum ditemukannya jasa

telegraf dan telepon, manusia menggunakan surat dan berbagai media tulis lainnya

untuk berkomunikasi. Istilah PTT atau Pos, Telegraf dan Telepon dikenal di

Indonesia pertama kali pada tahun 1907 yang pada awalnya merupakan bagian dari

Departemen van Gouvernements bedrijven. Pada tahun 1923 Kantor Pusat PTT

dipindahkan dari Gambir ke Bandung. Setelah mengalami pemisahan dan

penggabungan di era penjajahan Jepang, pada tahun 1961 dibentuk Perusahaan

Negara (PN) Pos dan Telekomunikasi yang disingkat PN Postel. Meski sempat

menjadi Kementerian dalam Kabinet Dwikora (Maret 1966) struktur organisasi Postel

berubah lagi menjadi Ditjen Postel dalam Departemen Perhubungan pada masa

Kabinet Ampera (Juli 1966).

Setelah mengalami berbagai perkembangan sesuai dengan kemajuan yang dicapai,

akhirnya dengan PP 36/1974 dibentuklah Perusahan Umum Telekomunikasi

(Perumtel) yang memberikan hak monopoli. Sementara itu guna mengimbangi

keperluan untuk telekomunikasi internasional yang bisa membuka hubungan bangsa

Indonesia dengan dunia luar dengan lebih cepat dan efisien, maka pemerintah

membentuk PT. Indosat melalui PP 53/1980. Sehingga terhitung mulai 1 Januari

1980, penyelenggaraan telekomunikasi untuk umum dipisah menjadi dua.

Pembangunan telekomunikasi Indonesia kemudian secara pasti terus dikembangkan

sesuai dengan perkembangan ekonomi yang membaik dan mulai mendapat

berbagai perhatian dari negara donor di bawah IGGI dan CGI. Meski Perumtel

mempunyai dana sendiri untuk menggelar jaringan telekomunikasi ke pelosok negeri,

namun tingginya minat negara donor seperti Jepang, Jerman, Belanda, Perancis,

Page 6: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 6

USA, dan lembaga multilateral seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia,

telah mempercepat proses penggelaran berbagai jenis infrastruktur telekomunikasi.

Kurun waktu 1970-an juga ditandai dengan berdirinya PT.INTI pada tahun 1974

sebagai kelanjutan kerjasama dengan Siemens AG dari Jerman untuk

pengembangan industri elektronika telekomunikasi yang berujung kepada fabrikasi

Sentral Telepon Digital Indonesia (STDI) yang pertama.

Guna mengurangi ketergantungan pengadaaan STDI dari satu vendor, pemerintah

kemudian menggelar tender sentral telepon digital baru yang dikenal dengan STDI 2,

dengan kapasitas awal 350.000 ss. Namun ternyata tarik ulur berbagai kepentingan

telah memaksa pemerintah meningkatkan kapasitasnya menjadi 700.000 ss yang

dibagi dua untuk peralatan sentral buatan Jepang (NEC) dan USA (AT&T) pada awal

1990-an. Penambahan ”pemain” dalam industri sentral telepon ini telah mampu

menurunkan harga ekivalen 1 ss dari US$ 1000,0 menjadi hanya US$ 300,0.

Perkembangan kapasitas telepon dan teleks sejak Pelita I hingga masa krisis dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Pembangunan

Sumber: Satriya (2002), “One Day Total e-Solutions Seminar”, Sanur, Bali.

Akhir Akhir Akhir Akhir Akhir No. URAIAN 1968 Repelita I Repelita II Repelita III Repelita IV Repelita V Pra Krisis (Repelita VI) Krisis

(1973/74) (1978/79) (1983/84) (1988/89) (1993/94) (1994/95) (1995/96) (1996/97) (1997/98) (1998/99) (1999/00) 2001

1 Sentral Otomat 77,700 121,460 367,200 576,797 873,913 2,995,694 4,075,237 4,820,017 6,426,097 7,699,648 8,211,165 8,358,259 8,480,873

STDI-I 258,696 1,695,842 2,460,167 3,172,697 4,100,777 4,930,393 5,101,802 5,214,904 naSTDI-II 362,016 549,627 620,967 945,753 1,189,058 1,482,590 1,557,194 naSTDI-III 331,578 439,593 636,042 1,146,255 1,383,570 1,448,021 1,478,657 naType Lain 77,700 121,460 367,200 576,797 615,217 606,258 625,850 390,311 233,312 196,627 178,752 107,504 na

2 Sentral Tangan dgnBatterai Sentral (BS) 29,255 31,620 33,030 28,629 42,778 510 0 0 0 0 0 0 0

3 Sentral Tangan dgnBatterai Lokal (BL) 65,045 70,300 75,862 73,707 78,452 16,689 8,607 4,325 2,619 1,805 1,805 1,380 1,380

4 Teleks na 1,220 4,200 12,220 17,300 30,400 29,904 29,124 31,163 31,161 29,943 27,967 27,967

Sumber: Kumpulan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI di depan sidang DPR setiap tanggal 16 Agustus

PERKEMBANGAN KAPASITAS TELEPON DAN TELEKS DI INDONESIA (kumulatif satuan sambungan telepon-sst terpasang)

Page 7: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 7

Sejalan dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah di bidang perbankan yang

dikenal dengan Pakto 88, maka pada bulan April 1988 dibentuk pula PT. Aplikanusa

Lintasarta yang bertujuan untuk membantu otoritas Bank Sentral dan pemerintah

dalam melaksanakan proses kendali dan pengawasan terhadap seluruh transaksi

perbankan secara on-line. Lintasarta ini di dirikan oleh gabungan Bank Indonesia, PT.

Telkom, PT. Indosat, Perbanas dan beberapa Yayasan Dana Pesiun terkait (Wiyasa,

2008). Operasional Lintasarta menandai dimulainya era komunikasi data komersial

di Indonesia yang sekarang sudah semakin maju dan kompleks.

Kemandirian pembangunan telekomunikasi semakin kuat dengan dilaksanakannya

Initial Public Offering (IPO) saham PT. Telkom kepada publik sehingga PT. Telkom

menjadi perusahaan terbuka pada tahun 1995. Sejalan dengan berkembangnya

dunia telekomunikasi dan teknologi informasi yang ditandai dengan semakin

konvergennya layanan, pemerintah juga menyiapkan berbagai langkah

restrukturisasi industri telekomunikasi nasional melalui penerbitan Cetak Biru

Telekomunikasi pada tahun 1997. Meski sebelumnya telah dilaksanakan berbagai

kemudahan dalam investasi di bidang telekomunikasi melalui UU 3/1989, UU

Telekomunikasi berhasil diperbaharui dengan UU 36/1999 yang lebih membuka

pintu investasi asing.

Semakin banyaknya keperluan pendanaan pembangunan untuk sektor lain yang

lebih tertinggal dibanding telekomunikasi, dan sejalan dengan ketentuan dunia

internasional (OECD), telah menyebabkan dana asing yang murah untuk

pembangunan telekomunikasi menjadi semakin terbatas. Akibatnya pendanaan

murah melalui pinjaman lunak yang ditanggung pemerintah dan kemudian di-two-

step-loan-kan ke PT.Telkom tidak bisa lagi dilanjutkan. Keadaan ini memaksa PT.

Telkom dan pemerintah mencari alternatif lain guna memenuhi permintaan.

Peningkatan kemampuan instalasi per tahun dan sumber pendanaan pembangunan

dari Pelita III hingga akhir Pelita VI dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 8: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 8

Gambar 1 Analisis Pembangunan Prasarana Telekomunikasi

Selain melaksanaan Program Kerja Sama (PKS) atau Program Bagi Hasil (PBH)

dengan berbagai operator di dalam negeri serta pemerintah daerah, pembangunan

telekomunikasi menginjak era baru pada tahun 1994 melalui persiapan program

Kerja Sama Operasi (KSO) yang melibatkan operator besar dari negara maju yang

harus bekerjasama dengan operator lokal. Dari target pembangunan sekitar 5 juta

satuan sambungan (ss) target pembangunan Pelita VI Kabinet Pembangunan

Indonesia, sekitar 2 juta ss di targetkan dari KSO. Namun sayang dalam

pelaksanaannya KSO terkendala oleh masalah management yang diiringi pula oleh

terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 yang mengakibatkan program KSO

terhenti. Beruntung PT. Telkom masih mempunyai dana sendiri dan berhasil

mengambil alih kembali pengelolaan telekomunikasi di daerah.

Ringkasan KSO Telekomunikasi antara PT. Telkom dan mitranya yang semula

direncanakan hingga 2010 dapat dilihat pada Tabel 3.

1983/84 1988/89 1993/94 1998/99 2003/04

Pelita III Pelita IV Pelita V Pelita VI-Krisis

Propenas-Krisis

600.000 ss 900.000 ss 3.000.000 ss 8.000.000 ss ?

DP, DIP, PMA, BLN

DP, BLN, DIP, PMP

DP, BLN, PBH

DP, BLN, PBH, KSO

40k ss / Th 80k ss / Th 400k ss / Th 1000k ss/T h

CATATAN: DP: Dana Perusahaan; PBH: Pola bagi Hasil; PMP: Penyertaan Modal Pemerintah; DIP: Daftar Isian Proyek; BLN: Bantuan Luar Negeri (Hutang+Hibah), PMA: Penanaman Modal Asing

DP, BLN, PBH, KSO?

?

Page 9: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 9

Tabel 3

Kerja Sama Operasi-KSO (1996 - 2010) Original MoU Keterangan

Target Pembangunan (ss)

Pramindo : 520.000 AWI : 500.000 MGTI : 400.000 CWM : 237.000 BSI : 403.000 Total : 2.030.000

290.000 290.000 350.000 115.000 223.000

1.268.000

Biaya Minimum Diklat 1.5% 0.75%

Biaya Litbang (R&D) 1.0% 0.2% Dari Total

Pendapatan KSO

Pembangunan Daerah USO 20% 5% Dari total investasi

KSO

Sumber: Satriya (2002), “One Day Total e-Solutions Seminar”, Sanur, Bali.

Krisis ekonomi di Asia Tenggara telah menyebabkan terjadinya stagnasi

pembangunan telekomunikasi Indonesia, khususnya fixed telephone. Namun

dinamika teknologi TIK yang sangat tinggi memberikan alternatif pembangunan

prasarana TIK melalui perangkat yang juga semakin hari semakin murah harganya.

Pemilihan teknologi GSM yang tepat pada waktunya telah memberikan alternatif

penyediaan prasarana TIK, ditambah dengan percepatan pemberian lisensi kepada

beberapa operator lokal untuk Fixed Wireless Access (FWA) baik dengan

menggunakan teknologi CDMA dan teknologi lainnya. Dipercepatnya terminasi dini

hak eksklusivitas penyelenggaraan telekomunikasi PT. Telkom dan PT. Indosat juga

membantu percepatan pembangunan prasarana.

Phase pembangunan TIK kemudian memasuki masa-masa penting setelah

dimulainya pembentukan berbagai gugus tugas dan Tim Koordinasi Telematika

(TKTI) melalui Kepres 30/1997 yang diketuai langsung awalnya oleh Menko Produksi

dan Distribusi, lalu oleh Presiden Megawati. Melalui TKTI dan didanai oleh pinjaman

Bank Dunia, pembangunan infrastruktur informasi nasional dimulai. Begitu pula telah

dihasilkan panduan pembangunan IT di Indonesia melalui National Information

Technology Framework (NITF) yang dikerjakan Bappenas dan Universitas Indonesia.

Page 10: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 10

Pembangunan TIK nasional memasuki babak baru terhitung tanggal 31 Januari 2005

dengan dibentuknya Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) melalui

Perpres No. 09/2005 yang menggabungkan Kantor Meneg Komunikasi dan

Informasi dengan Ditjen Postel di bawah satu atap (Satriya, Kompas, 2005).

Setelah masa-masa TKTI berakhir pada tahun 2006, maka dibentuk pula Dewan

Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional atau DeTIKnas melalui Keppres

20/2006. DeTIKnas diresmikan pada tanggal 13 November 2006 di Istana Bogor.

DeTIKnas telah beberapa kali melaksanakan rapat koordinasi dan saat ini memiliki 7

program flagship yang harus dijalankan, terdiri dari : e-pendidikan; e-procurement; e-

anggaran; National Single Window (NSW); Nomor Identitas Nasional; Legalisasi

Software; dan Palapa Ring.

C. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN TIK Pesatnya perkembangan pembangunan TIK dari zaman kemerdekaan hingga

reformasi, bukanlah tanpa permasalahan dan tantangan yang kecil. Meski

setiap tahun tercapai berbagai kemajuan, namun setiap tahun pula berbagai

masalah ”generik” sektor ini belum mampu dituntaskan. Masalah-masalah

tersebut yang akhirnya dijadikan sebagai tantangan yang harus diselesaikan

seperti diuraikan dalam buku ”Infrastruktur Indonesia: Sebelum, Semasa, dan

Pasca Krisis” (Bappenas, 2003) adalah sebagai berikut:

Pertama adalah terbatas dan tidak meratanya distribusi infrastruktur TIK di

mana ketersediaan prasarana dan sarana telematika di Indonesia masih

belum cukup jumlahnya dan belum tersebar merata, baik antar wilayah,

provinsi, kabupaten dan kota. Kedua ialah belum optimalnya pemanfaatan

prasarana TIK tersebut untuk kegiatan produktif yang bernilai komersial tinggi.

Termasuk dalam hal ini adalah rendahnya ARPU (Average Revenue per User)

telepon tetap, belum tergarapnya prasarana serat optik yang dimiliki oleh PT.

PLN, PT. PGN, dan PT. KAI. Begitu pula dengan masih lambannya

Page 11: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 11

penggunaan jaringan listrik untuk penyediaan jasa TIK dengan menambahkan

konsentrator PLC (Power Line Communication) di setiap gardu distribusi.

Ketiga, adalah masih terbatasnya fasilitas publik. Keberadaan Warung

Telekomunikasi (Wartel) dan Warung Internet (Warnet) mengalami penurunan

seiring dengan dominasi operator besar dan mahalnya ongkos penyediaannya

terutama di daerah yang jauh dari kota besar. Beberapa tahun terakhir kondisi

ini diperburuk lagi oleh seringnya razia perangkat oleh pihak berwajib.

Berikutnya, adalah tidak tersedianya sistem pembiayaan yang berkelanjutan.

Selama ini telah banyak dilakukan upaya pembiayaan pengembangan TIK,

baik melalui dana APBN, BUMN maupun swasta. Tetapi sejauh ini dalam

pelaksanaan penyediaan dan pengelolaan pembiayaan terkesan masih parsial

dan belum memberikan hasil yang optimal dan berkelanjutan.

Kelima adalah belum terpadunya sistem perundang-undangan dan

kelembagaan TIK. Masing-masing produk regulasi TIK yang ada di Indonesia

masih bersifat sektoral (telekomunikasi, penyiaran dan ITE). Oleh sebab itu,

diperlukan suatu sistem pengaturan yang dapat memungkinkan terjadinya

konvergensi berbagai sektor TIK yang ada, baik dalam regulasi maupun

kelembagaan. Belum terdapatnya rencana induk pengembangan telematika

nasional adalah tantangan yang keenam. Semangat desentralisasi telah

membuat instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah, seakan berlomba

mengembangkan sistem TIK masing-masing. Hal ini tidak saja menciptakan

berbagai sistem TIK yang berdiri sendiri dan tidak terintegrasi, tetapi juga

memboroskan investasi.

Terakhir adalah masih kurangnya dukungan industri TIK dalam negeri bagi

pengembangan TIK secara mandiri. Perkembangan industri TIK dalam negeri

masih sangat terbatas dan tergantung pada produk luar negeri. Walaupun

prospek pasar TIK nasional sangat potensial, namun karakteristik pasar yang

Page 12: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 12

merupakan pasar tunggal dan regulasi yang kurang mendukung bagi industri

TIK dalam negeri menyebabkan impor peralatan TIK masih sangat tinggi.

Di samping berbagai tantangan dan permasalahan di atas, maka seiring

dengan tuntutan dunia usaha dan globalisasi, sektor TIK juga mengalami

gelombang cobaan yang tidak sedikit. Sebut saja masalah gagalnya

pelaksanaan USO telekomunikasi dalam beberapa tahun terakhir meski

pendanaan sudah siap. Juga masih belum tuntasnya masalah Temasek

Groups yang didakwa KPPU melakukan praktek anti kompetisi di pengadilan.

Penataan frekuensi yang tidak mudah untuk dilakukan dan dipatuhi oleh

pelaku industri juga sering menghambat investasi. Tumpang tindih peraturan

dan berbagai kebijakan baik di dalam maupun dengan sektor lain serta

peraturan pemerintah daerah memberikan tantangan pembangunan TIK yang

tidaklah dengan mudah dapat diselesaikan. Hal ini juga diperburuk oleh

lemahnya koordinasi dengan instansi terkait, seperti terungkap dalam

penerbitan Peraturan Menkominfo No. 2/2008 tentang Pedoman

Pembangungan Menara Bersama Telekomunikasi.

Rendahnya pemahaman dan ”awareness” masyarakat akan potensi TIK juga

menjadi tantangan yang membutuhkan usaha sosialisasi yang tidak kenal

lelah. Hal ini terbukti ketika terbitnya UU-ITE yang segera saja diiringi oleh

berbagai polemik dan kontroversi yang justru mengalihkan hakiki dari UU-ITE

yang bertujuan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi melalui transaksi

elektronik. Sulitnya mensinergikan berbagai potensi TIK yang ada di tanah air

merupakan tantangan yang paling mendasar dalam pengembangan TIK dan

peningkatan daya saing nasional. Beberapa hal di atas hanyalah segelintir

masalah dan tantangan yang ada saat ini, di kemudian hari diperkirakan

berbagai hambatan juga akan muncul sejalan dengan terbitnya berbagai

regulasi dan kebijakan baru.

Page 13: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 13

D. ROAD AHEAD

Memperhatikan berbagai tantangan pembangunan TIK yang ada saat ini,

infrastruktur eksisting yang telah dimiliki, serta berbagai program

pengembangan yang sudah di siapkan oleh pemerintah, maka seyogyanya

kita tetap optimis menatap masa depan TIK yang menjanjikan perbaikan.

Disetujuinya UU-ITE yang harus dilengkapi berbagai peraturan pelaksanaan

menjadi modal dasar pembangunan TIK, di samping berbagai program yang

saat ini juga sudah dijalankan seperti aplikasi e-government, pengembangan

perangkat lunak open source, penyiapan blue print TIK yang baru, penyiapan

blue print satelit, dimulainya pembuatan chip TIK lokal, serta berbagai flagship

dari DeTIKNas.

Di samping itu, kerja keras berbagai insan TIK, para pengembang aplikasi dan

konten, serta kerja keras dari berbagai Departemen terkait lainnya dalam

pelaksanaan program TIK masing-masing seperti Depdiknas, Kantor Meneg

Ristek, dan berbagai pemda diharapkan dapat pula meningkatkan kinerja

sektor TIK di masa yang akan datang.

Turunnya tarif berbagai jenis jasa telekomunikasi dan sambungan Internet

menjadi modal penting guna memacu perkembangan TIK, baik antar sesama

masyarakat ataupun dalam pengembangan aplikasi di instansi pemerintah.

Turunnya tarif sambungan Internet yang lebih dipacu oleh faktor kompetisi ini

tentu diharapkan tidak mematikan usaha TIK, tetapi justru bisa memacu sektor

TIK menjadi lebih efisien.

Turun tangannya berbagai instansi terkait di luar Depkominfo seperti KPPU

hendaknya dapat dilihat sebagai suatu sisi positif yang justru akan memacu

terjadinya persaingan sehat antar operator yang berujung kepada peningkatan

daya beli relatif masyarakat karena terjadi proses koreksi dan efisiensi jasa

TIK seperti yang saat ini dialami. Beberapa masalah TIK yang ada saat ini

semestinya bisa dicarikan solusi internal di Depkominfo terlebih dahulu, dan

Page 14: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 14

apabila menyangkut permasalahan lintas sektor dan instansi sudah

seyogyanya pula dibawa ke tingkat yang lebih tepat untuk dicarikan jalan

keluarnya.

Di atas semua itu, perlu kembali dipahami bahwa sektor TIK adalah sebagai

alat pendorong dan penggerak berbagai kegiatan ekonomi yang tujuan

akhirnya adalah meningkatkan kemampuan penggunanya dalam

meningkatkan pendapatan dan pengetahuan mereka menuju persaingan

global yang semakin kompetitif. Karena itu, pemanfaatan TIK di berbagai

sektor ekonomi yang mampu mendorong aplikasi ilmu pengetahuan dalam

peningkatan proses produksi justru menjadi salah satu target utama di dalam

menyongsong globalisasi dan Knowledge Based Economy (KBE).

Jalan masih panjang, namun dengan berbagai potensi yang dimiliki,

pengetahuan akan sejarah panjang perjalanan TIK nasional, kolaborasi yang

baik dengan ICT professional, serta tersedianya infrastruktur yang sudah

berkelas dunia, maka tidak ada alasan bagi bangsa Indonesia untuk gagal

dalam pengembangan TIK di masa datang.

Mari kita jadikan momentum 100 tahun Kebangkitan Nasional ini menjadi

kesempatan emas dalam mewujudkan dan menyongsong datangnya era

ekonomi baru. Hal itu hanya bisa jika kita mampu mensinergikan potensi yang

ada, bukan melalui konflik dan kontroversi yang saling meniadakan.

Semoga!

____

Page 15: PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430…

PERJALANAN PANJANG TIK MENUJU EKONOMI BARU-final-18may1430.doc 15

Note: Silakan pilih foto sesuai selera editor. Ir. Eddy Satriya, MA adalah Senior Infrastructure Economist yang saat ini bekerja sebagai Asisten

Deputi Urusan Telematika dan Utilitas, Kantor Menko Bidang Perekonomian. Menyelesaikan S-1

di Jurusan Elektro ITB (Telekomunikasi), Bandung, pada tahun 1989 dan kemudian

menyelesaikan MA in Economics Program di University of Connecticut, Storrs, USA pada tahun

1997. Selain itu ia juga mengikuti berbagai pelatihan di dalam dan diluar negeri, antara lain:

Advanced Economic Development Course di IDCJ (1998), Tokyo, Japan; Data Communication Technology

di HRD Center Korea Telecomm (2001) di Daejon, Korea Selatan; Executive Gas Policy Training

(2005), Alphatania, London, UK; serta Gas Transportation Policy (2005), Institut Francais du Petrole,

Paris, Perancis. Di samping tugas PNS, ia juga aktif menulis artikel di berbagai media cetak dan

elektronik yang meliputi ICT, energi, reformasi, dan isu penting seputar birokrasi. Publikasinya

dapat dinikmati di eddysatriya.blogspot.com .