perilaku komunikasi antarpribadi perawat dengan …repository.utu.ac.id/616/1/bab i_v.pdf · 2017....

105
PERILAKU KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PERAWAT DENGAN PASIEN (Studi kasus di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya) SKRIPSI Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar Meulaboh OLEH : NOVIRIANI SIMARMATA NIM : 09C2-0220005 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

32 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • PERILAKU KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

    PERAWAT DENGAN PASIEN (Studi kasus di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan

    Kabupaten Nagan Raya)

    SKRIPSI

    Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi

    Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar Meulaboh

    OLEH :

    NOVIRIANI SIMARMATA

    NIM : 09C2-0220005

    PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH, ACEH BARAT

    2013

  • ABSTRAK

    Noviriani Simarmata.Perilaku Komunikasi Antarpribadi Perawat dengan Pasien

    (Studi kasus di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya).

    Di bawah Bimbingan Bapak Said Fadhlain, S.IP dan Bapak Fachrur Rizha,

    S.Sos.I, M.Ikom.

    Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Kegiatan

    berkomunikasi juga dilakukan antara perawat dan pasien. Komunikasi merupakan proses yang dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan pasien dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien. Komunikasi antar pribadi

    adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal

    maupun nonverbal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Bagaimana perilaku komunikasi verbal perawat dengan pasien di Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya?2) Bagaimana perilaku komunikasi nonverbal perawat

    dengan pasien di Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya? 3) Apa saja faktor penghambat perilaku komunikasi perawat dengan pasien di Puskesmas Jeuram?

    Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.Waktu Penelitian dimulai tanggal 2 Maret – 3 Mei 2013. Penelitian ini merupakan jenis deskriptif kualitatif. Penelitian ini menekankan pada catatan yang menggambarkan situasi yang sebenarnya guna mendukung penyajian data. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan teori komunikasi Stimulus-Respon (SR) dan teori efektif. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa perilaku komunikasi perawat dengan pasien berlangsung baik di Puskesmas Jeuram meskipun ada juga hambatan-hambatan yang terjadi seperti kurangnya pemahaman yang di mengerti oleh pasien ketika perawat menggunakan bahasa istilah, latar belakang budaya yang berbeda, cacat fisik dan faktor psikologi sehingga komunikasi tidak dapat berjalan lancar. Kata Kunci : Komunikasi, Perilaku Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi.

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Judul Skripsi/Tugas Akhir : PERILAKU KOMUNIKASI

    ANTARPRIBADI PERAWAT DENGAN

    PASIEN (Studi Kasus di Puskesmas

    Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten

    Nagan Raya)

    Nama Mahasiswa : NOVIRIANI SIMARMATA NIM : 09C2-0220005 Program Studi : ILMU KOMUNIKASI

    Alue Penyareng, 30 September 2013

    Menyetujui, Dosen Pembimbing

    Pembimbing I Pembimbing II,

    Said Fadhlain, S.IP Fachrur Rizha, S. Sos.I,M.Ikom NIDN. 01-0501-7003 NIY.00-5132-6145

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi

    Ilmu Komunikasi Dekan Fisip

    Junaidi, S, Sos, I Sudarman Alwy, M.Ag

    NIY. 012A. 0029 NIDN. 01-2504-7601

    Tanggal Sidang : 30 September 2013

  • LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

    Skripsi/tugas akhir dengan judul :

    PERILAKU KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PERAWAT DENGAN

    PASIEN (Studi Kasus di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan

    Kabupaten Nagan Raya)

    Yang disusun oleh :

    Nama : NOVIRIANI SIMARMATA

    Nim : 09C2-0220005

    Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Program Studi : Ilmu Komunikasi

    Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 30 September 2013 dan

    dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

    SUSUNAN DEWAN PENGUJI

    1. SAID FADHLAIN, S.IP

    NIDN. 01-0501-7003

    2. FACHRUR RIZHA, S. Sos.I, M.Ikom

    NIY.00-5132-6145

    3. KANA SAFRINA ROUZI, S.Ag, M.Si

    NIY. 012A.0039

    4. JUNAIDI, S. Sos, I

    NIY. 012A. 0029

    Alue Peunyareng, 01 Oktober 2013 Ketua Prodi Ilmu Komunikasi

    Junaidi, S.Sos, I

    NIY. 012A. 0029

    ...................................

    Ketua

    ...................................

    Anggota I

    ....................................

    Anggota II

    ....................................

    Anggota III

  • PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama : NOVIRIANI SIMARMATA

    Nim : 09C2-0220005

    Judul Skkripsi: " Perilaku Komunikasi Antarpribadi Perawat dengan Pasien

    (Studi Kasus di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan

    Raya)”.

    Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini adalah hasil

    karya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

    memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan Tinggi dan lembaga pendidikan

    lainnya, pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/

    tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan dalan daftar tulisan dan daftar pustaka.

    Alue Penyareng, 01 Oktober 2013

    Noviriani Simarmata

  • RIWAYAT HIDUP

    Nama Lengkap : NOVIRIANI SIMARMATA

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tempat/Tanggal Lahir : Blang Muling, 02 November 1991

    NIM : 09C20220005

    Alamat Rumah/Email : Desa Blang Muling Kecamatan Suka

    MakmueKabupaten Nagan Raya/[email protected]

    Pendidikan Formal

    SD : SD Negeri Blang Muling Tahun 1997-2003

    SMP : SMP Negeri 1 SeunaganTahun 2003-2006

    SMA : SMA Negeri 1 Seunagan Tahun 2006-2009

    Perguruan tinggi : 2009-sekarang

    Pendidikan Non Formal

    - Privat Komputer

    - Privat Bahasa Inggris

    - Kursus menjahit

    Pengalaman Organisasi:

    - Anggota Osis 1 SMA 1 Seunagan Nagan Raya (2007)

    - IPELMANAR (Ikatan Pelajar Mahasiswa Nagan Raya)

    - Anggota Formapena ( Forum Mahasiswa Peduli Bencana) Tahun 2010

    NOVIRIANI SIMARMATA

    mailto:[email protected]

  • MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Setiap lembaran dan goresan tinta ini merupakan wujud dari keagungan dan

    kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada umat-Nya.

    Setiap detik waktu penyelesaian karya ini merupakan hasil doa kedua orang

    tua, abang dan adik-adikku yang selalu memberikan kasih sayang, semangat dan

    dorongan yang tiada henti kepadaku.

    Sembah sujud dan rasa terima kasih yang tak terkira ku persembahkan pada

    ayahanda ku tercinta H. Simarmata, Ibunda ku tersayang Alm. Malawiyah dan

    bunda ku tercinta Siti Mawar serta abang ku Zulfikar karim S, dan adik-adik ku

    Raja parna S dan Fakhrul Mua’zim S yang selama ini telah mencurahkan dan

    memberikan motivasi kepadaku.....

    Kasih sayang kalian yang membuat ku tegar dan tak pernah lelah dalam

    menghadapi hidup

    Rasa terima kasih dan curahan kasih sayang juga ku persembahkan untuk

    Bujang/Mursidin atas waktu dan kesempatan telah menemani hidupku selama 3

    tahun ini..

    Semoga Allah mencurahkan rahmat dan karuniaNya di setiap langkah hidupmu

    Untuk Ipah, Noly, Kusnidar, Yusra, Lia, Kawan-kawan Kos, bang manaf, marda,

    bang mus, nanda, habibi dan semua sahabat fisip terima kasih atas motivasinya....

    Janganlah bersikap lemah, janganlah pula bersedih hati, pada hal kamu orang-orang

    yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman.

    (QS. Al – Imron : 139)

    Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah kamu saksimu

    dan juga hakimmu. (Ali bin Abi Thalib)

    Janganlah pernah risau merasakan masa depan kita, karena ia pasti datang. Namun

    risaukanlah sudah seberapa jauh kita mempersiapkan diri sehingga masa

    depan akan datang dengan kualitas yang baik.

    (Mario Teguh)

    Kebahagiaan yang paling sempurna adalah melihat orang tuaku dan orang

    yang kusayangi bisa tersenyum akan keberhasilanku.

    (Penulis)

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho

    dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk

    menyelesaikan Studi Strata 1 (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi Fakultas

    Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar dengan Judul “PERILAKU

    KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PERAWAT DENGAN PASIEN (Studi

    Kasus di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya”.

    Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan uluran tangan serta

    bimbingan yang tidak ternilai harganya dari semua pihak, skripsi ini tidak

    mungkin dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu izinkanlah penulis

    mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi tingginya kepada

    semua pihak yang telah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses

    penyelesaian skripsi ini.Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih

    sebesar-besarnya penulis sampaikan sebagai berikut :

    1. Rektor Universitas Teuku Umar ( UTU ).

    2. Bapak Sudarman Alwy, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

    Ilmu Politik Universitas Teuku Umar Meulaboh

    3. Bapak Said Fadhlain, S.IP, selaku Pembimbing Utama yang senantiasa

    membantu dan memberikan pengarahan serta masukan dalam penyusunan

    skripsi ini.

  • 4. Bapak Fachrur Rizha, M.Ikom, selaku Pembimbing Pendampingyang

    dengan sabar telah memberikan bimbingan arahan, serta motivasi dari

    awal hingga terselesaikan skripsi ini.

    5. Bapak Junaidi, S.Sos.I, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

    6. Bapak dan Ibu selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan

    saran terhadap perbaikan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

    7. Ibu Nurzaini selaku Kepala puskesmas Jeuram dan seluruh para medis

    serta masyarakat di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten

    Nagan Raya yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

    8. Teman-teman Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ( FISIP-

    UTU ) yang telah banyak memberikan motivasi dan bantuan dalam

    penyusunan Skripsi ini.

    9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

    membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

    Penulis mengucapkan terima kasih setinggi- tingginya kepada seluruh pihak

    yang telah membantu penulis. Semoga Allah SWT selalu senantiasa membalas

    segala kebaikan kita semua. Amiin ya Rabbal „Aaalamin.

    Alue Penyareng, 22 Agustus 2013

    Penulis

    NOVIRIANI SIMARMATA

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    COVER............................................................................................................. i

    ABSTRAK........................................................................................................ ii

    LEMBARAN PENGESAHAN........................................................................ iii

    LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... iv

    PERNYATAAN ............................................................................................... v

    RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR...................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

    1.2 Fokus Penelitian ................................................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 1.4.Sistematika Penelitian ........................................................................ 7

    BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    2.1 Tinjauan Konseptual .......................................................................... 9 2.1.1 Pengertian Perilaku ................................................................... 9

    2.1.2 Perilaku Komunikasi ................................................................. 9 2.1.3 Pembagian Komunikasi ............................................................. 10 2.1.4 Pengertian Pelayanan ................................................................ 16

    2.1.5. Pengertian Perawat ..................................................................... 17 2.1.6. Pengertian Pasien ....................................................................... 18

    2.1.7. Pengertian Ilmu Komunikasi...................................................... 18 2.1.8. Pengertian Kesehatan ................................................................. 27 2.1.9. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi........................................ 28

    2.2 Tinjauan Teoritis ................................................................................ 32 2.2.1 Teori Stimulus-Respon (S-R) .................................................... 32

    2.2.2 Teori Efektif .............................................................................. 33 2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 37

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Metode Penelitian ............................................................................... 38

    3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 39 3.3.1 Observasi ................................................................................... 39 3.3.2 Wawancara ................................................................................ 40

    3.3.3. Dokumentasi............................................................................... 41 3.4 Teknik Analisis Data .......................................................................... 41

    3.4.1 Reduksi Data ............................................................................. 41

  • 3.4.2 Penyajian Data ........................................................................... 42

    3.4.3. Penarikan Kesimpulan................................................................ 42 3.4.4. Proses Keabsahan Data .............................................................. 42

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum dan Latar Belakang Puskesmas Perawatan Jeuram 44 4.1.1. Letak Geografi ......................................................................... 45

    4.12. Sejarah Puskesmas .................................................................... 46 4.1.3. Visi dan Misi Puskesmas Jeuram ............................................. 48 4.2. Informan Penelitian ............................................................................. 49

    4.3. Perilaku Verbal Perawat dengan Pasien .............................................. 50 4.3.1. Hasil Penelitian ......................................................................... 50

    4.3.2. Pembahasan Penelitian ............................................................... 53 4.4. Perilaku Nonverbal Perawat dengan Pasien........................................ 56 4.4.1. Hasil Penelitian .......................................................................... 56

    4.4.2. Pembahasan Penelitian ............................................................... 58 4.5. Faktor-faktor Penghambat Perilaku Komunikasi ................................ 60

    4.5.1. Hasil Penelitian .......................................................................... 60 4.5.2. Pembahasan Penelitian ................................................................ 63

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan.......................................................................................... . 65

    5.2. Saran .................................................................................................... 66

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

    LAMPIRAN ............................................................................................

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Data Informan di Puskesmas Jeuram ............................................... 49

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang Masalah

    Pembahasan mengenai komunikasi tidak akan terlepas dari sistem sosial.

    Sehubungan dengan itu, apa yang menjadi prosedur dan perilaku dalam sistem

    sosial juga sangat mempengaruhi prosedur dan perilaku yang terjadi dalam sistem

    komunikasi. Tidak mengherankan bila membahas komunikasi t idak lain juga

    membahas masalah perilaku. James A.F. Stoner, dalam bukunya yang berjudul

    manajemen menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang

    berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan (Widjaja,

    2008:8).

    Kesehatan sejatinya sangat diutamakan dalam kehidupan sehari-hari karena

    sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa menderita

    karena fungsi tubuh tidak dapat digunakan dengan baik. Hidup sehat

    memungkinkan seseorang untuk menjalankan aktifitas sehari-hari tanpa

    hambatan. Kesehatan kata dasarnya adalah sehat, yang mencakup kondisi sehat

    jasmani maupun sehat rohani serta kondisi umum dari seorang secara lengkap

    baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit

    atau kelemahan(Uha Suliha, 2002 :11).

    Sebuah pelayanan kesehatan menekankan bahwa hidup sehat dapat

    membawa dampak lain bagi kehidupan sehari-hari, sehat membuat pekerjaan

    mudah diselesaikan. Banyaknya aktifitas pekerjaan yang dilakukan bila tidak

    diimbangi dengan makan dan minum yang cukup tidak menutup kemungkinan

  • akan membuat tubuh menjadi sakit, semua menjadi terasa berat bahkan harus di

    bawa ke Puskesmas dan Rumah Sakit untuk berobat. Berawal dari hal tersebut

    seorang membutuhkan pelayanan dari Rumah Sakit dan Puskesmas yang

    diberikan oleh perawat dalam bentuk pelayanan kesehatan.

    Bidang keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan, membutuhkan

    komunikasi untuk menciptakan hubungan antara perawat dengan pasien, untuk

    mengenal kebutuhan pasien, dan menentukan rencana tindakan serta kerja sama

    dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Terciptanya sebuah komunikasi yang baik

    akan menumbuhkan rasa percaya pasien kepada perawat bahwa pasien akan

    dirawat dengan sebaik-baiknya dan harapan pasien akan mendapatkan

    kesembuhan.

    Berdasarkan hal inilah Puskesmas Jeuram harus mampu memberikan

    pelayanan sampai paripurna yaitu pelayanan menyeluruh mulai saat pertama

    pasien datang sampai setelah selesai berobat, yang diberikan oleh dokter dan

    perawat agar pasien merasa nyaman dan memperoleh kepuasan. Komunikasi yang

    disampaikan oleh dokter dan perawat sangat berpengaruh bagi pasien terlebih oleh

    seorang perawat yang menurut kenyataan hal pertama yang dijumpai pasien di

    rumah sakit adalah seorang perawat, baik untuk melakukan tindakan mengukur

    tekanan darah, memberikan suntikan dan memasang infus, maka komunikasi yang

    terjadi pada perawat adalah komunikasi efektif.

    Perawat sebagai komponen penting dalam proses keperawatan dan orang

    yang terdekat dengan pasien harus mampu berkomunikasi baik secara verbal

    maupun non verbal dalam membantu kesembuhan pasien. Seorang perawat

    profesional selalu berusaha untuk berperilaku terapeutik, yang berarti bahwa

  • setiap interaksi yang dilakukan memberikan dampak kesembuhan yang

    memungkinkan pasien untuk memperoleh kepuasan dari pelayanan yang

    diberikan oleh seorang perawat.

    Sebagaimana Menurut Hovland, Janis dan Kelly mendefinisikan

    komunikasi verbal merupakan komuniksi dengan menggunakan kata-kata, ucapan

    dan lisan sedangkan komunikasi non verbal merupakan komunikasi tanpa

    menggunakan kata-kata dan menimbulkan respon melalui lambang- lang verbal (

    Jalaluddin Rakhmat,2008 :3).

    Selain itu, perawat harus mampumeningkatkan kemampuan dan

    pengetahuannya dari pengalaman yang telah diperoleh tentang dinamika

    komunikasi, penghayatan terhadap kelebihan dan kekurangan diri, serta kepekaan

    terhadap kebutuhan orang lain. Perubahan konsep perawatan dari perawatan orang

    sakit, secara individual kepada perawatan paripurna untuk mencapai kepuasan

    pasien menyebabkan peranan komunikasi lebih penting dalam memberikan

    asuhan keperawatan. Rumah sakit dan puskesmas sebagai bagian dari sistem

    kesehatan nasional dituntut untuk meningkatkan kualitas penyediaan fasilitas

    palayanan dan kemandirian.

    Berdasarkan pra penelitian, fenomena yang terjadi di Puskesmas

    JeuramKabupaten Nagan Raya adalah minimnya komunikasi dan interaksi antara

    perawat dengan pasien. Perawat hanya akan masuk kekamar pasien untuk

    menemani dokter ketika melakukan pemeriksaan, mengganti infus, merawat luka,

    memberikan suntikan, memberikat obat misalnya dan menunggu apabila ada

    panggilan dari pasien atau keluarganya. Seharusnya perawat harus melakukan

    pelayanan yang lebih komunikatif serta bersifat edukasi tentang kesehatan yang

  • diperlukan untuk kesembuhan pasien, serta memberikan asuhan keperawatan,

    penyuluhan kesehatan sebagai usaha preventif dan promotif yang tidak boleh

    dikesampingkan, selain upaya curatif dan rehabilitatif yang diberikan oeh tim

    medis. Pasien dan keluarganya selalu mengharapkan informasi yang berkaitan

    dengan masalah kesehatan serta perkembangan kondisi yang dialami dengan

    komunikasi yang efektif, pelayanan yang ramah, cepat dan profesional.

    Seperti halnya yang di utarakan oleh Parna salah satu masyarakat Jeuram

    kepada peneliti.

    “Pelayanan di puskesmas Jeuram massih kurang baik, hal ini saya

    katakan karena waktu saya antar anak saya berobat kemarin perawat

    disana hanya duduk saja tanpa menanyakan keadaan kami. Setelah

    saya panggil baru mereka bangun dan menanyakan keperluan kami ke

    puskesmas. Padahal badan anak saya cukup panas. Seharusnya

    sebagai perawat mereka harus lebih komunikatif kepada pasien. Jadi

    pasien merasa di perhatikan dan pasien pun akan nyaman berobat di

    puskesmas tersebut”.

    Komunikasi yang efektif tidak terjadi dengan sendirinya tanpa

    direncanakan, dipertimbangkan, namun dilaksanakan dengan cara profesional,

    dengan tujuan untuk menolong pasien yang dilakukan oleh kelompok profesional

    melalui pendekatan pribadi berdasarkan perasaan dan emosi serta berdasarkan

    rasa saling percaya diantara kedua pihak yang terlibat dalam komunikasi serta

    mengurangi keraguan dan membantu dilakukannya tindakan yang eefektif,

    mempererat interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara

    profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah

    pasien. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dan keasyikan bekerja bukan

    alasan bagi seorang perawat untuk memperlakukan pasien dengan cara yang

    kurang efektif.

  • Berdasarkan kenyataan inilah perawat Puskesmas Jeuram harus

    berkomunikasi secara baik pada pasien dengan tepat dan benar pada saat akan

    melakukan setiap tindakan. Perawat seharusnya tidak hanya melakukan

    pemeriksaan rutin dan biasa. Bagi pasien penjelasan singkat tentang apa yang

    harus dijalani dalam pemeriksaan atau perawatan sebelum prosedur yang

    sebenarnya sangat membantu mengurangikecemasan pasien dan menjadi pasien

    lega serta pasien akan menaruh kepercayaan pada perawat karena hal tersebut

    mungkin merupakan pengalaman yang menakutkan yang memberikan dampak

    traumatis.

    Beberapa peneliti psikologi sosial, meneliti kendala situasi yang

    mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku tertentu. Ada situasi yang

    memberikan kendala pada perilaku orang. Ketika seseorang dapat berkomunikasi

    dengan baik maka akan mendapatkan respon dengan baik (Jalaluddin

    Rakhmat,2008 :47).

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil sebuah rumusan

    masalah yaitu “Perilaku komunikasi antar pribadi perawat dengan pasien di

    Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya”.

    1.2.Fokus Penelitian

    Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diambil kesimpulan

    sebuah rumusan masalah yaitu “Bagaimana Perilaku Komunikasi antar pribadi

    Perawat dengan Pasien“ (studi kasus di Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan

    Raya)?

  • 1. Bagaimana perilaku komunikasi verbal perawat dengan pasien di

    Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya?

    2. Bagaimana perilaku komunikasi nonverbal perawat dengan pasien di

    Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya?

    3. Apa saja faktor- faktor penghambat perilaku komunikasi perawat dengan

    pasien dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan

    Raya?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui bagaimana perilaku komunikasi verbal perawat di

    Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya?

    2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku komunikasi nonverbal perawat di

    Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya?

    3. Untuk mengetahui faktor- faktor penghambat perilaku komunikasi perawat

    dengan pasien dalam pelayanan kesehatandi Puskesmas Jeuram Kabupaten

    Nagan Raya?

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1. Manfaat Teoritis

    a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan guna meningkatkan

    pengetahuan yang memperkuat teori-teori mengenai komunikasi dalam

    hubungannya dengan perilaku komunikasi.

  • b. Dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu

    komunikasi dalam pola perilaku komunikasi perawat dengan pasien.

    c. Dapat memotivasi peneliti lain untuk meneliti kembali variabel yang sama

    atau berbeda dalam rangka penerapan ilmu komunikasi di kehidupan.

    d. Dapat menjadi bahan referensi bagi Arsip Kecamatan dan perpustakaan

    Universitas Teuku Umar Meulaboh dan perpustakaan Fisip Universitas

    Teuku Umar Meulaboh.

    1.4.2.Manfaat Praktis

    a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para

    pegawaian dalam melakukan aktivitas kerja di puskesmas jeuram.

    b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

    mengenai perilaku komunikasi perawat dengan pasien guna untuk

    memperbaiki kinerja pihak-pihak yang terkait.

    1.5. Sistematika Pembahasan

    Penulisan Skripsi ini tersusun dari 5 (lima) Bab dengan sistematika

    pembahasan sebagai berikut :

    Bab I : pendahuluan

    Bab ini berisi, latar belakang masalah,fokus penelitian,pertanyaan penelitian,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika pembahasan.

  • Bab II : tinjauan pustaka

    Bab ini berisi, pengertian perilaku, perilaku komunikasi, kesehatan, komunikasi,

    perawat, pasien, pelayanan, komunikasi verbal dan nonverbal, komunikasi antar

    pribadi, teori efektif dan teori stimulus-respon (S-R) di puskesmas jeuram.

    Bab III : metodologi penelitian

    Bab ini berisi, metode penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, teknik

    pengumpulan data, teknik analisis data, dan proses keabsahan data.

    Bab IV: hasil penelitian

    Bab ini berisi, gambaran umum lokasi penelitian, gambaran umum puskesmas

    jeuram, profil informan, dan fokus penelitian.

    Bab V : penutup

    Bab ini berisi, kesimpulan dan saran.

  • BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    2.1. Tinjauan Konseptual

    2.1.1. Pengertian Perilaku

    Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi

    manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap

    dan tindakan. Yang dibahas dalam penelitian ini adalah pengetahuan dimana

    perilaku dalam bentuk pengetahuan adalah individu mengetahui situasi atau

    respon dari luar tentang sesuatu. Oleh karena itu tingkat pengetahuan seseorang

    atau individu berbeda satu sama lain sebab ada faktor yang mempengaruhinya

    (Notoatmodjo, 1993 :11).

    2.1.2. Perilaku Komunikasi

    Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain, perilaku

    pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu.

    Tujuan spesifik tidak selamanya diketahui dengan sadar oleh yang bersangkutan.

    Dorongan yang memotivasi pola perilaku individu yang nyata dalam kadar

    tertentu berada dalam alam bawah sadar, sedangkan Rogers menyatakan bahwa

    perilaku komunikasi merupakan suatu kebiasaan dari individu atau kelompok di

    dalam menerima atau menyampaikan pesan yang diindikasikan dengan adanya

    partisipasi, hubungan dengan sisitem sosial, kekosmopolitan, hubungan dengan

    agen pembaharu, keterdedahan dengan media massa, keaktifan mencari informasi,

    pengetahuan mengenai hal-hal baru.

  • Perilaku komunikasi adalah segala aktivitas yang bertujuan untuk mencari

    dan memperoleh informasi dari berbagai sumber dan untuk menyebarluaskan

    informasi kepada pihak manapun yang memerlukan. Perilaku komunikasi pada

    dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku seseorang pada umumnya

    dimotivasi dengan keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu.

    Berdasarkan pada definisi perilaku yang telah diungkapkan sebelumnya,

    perilaku komunikasi diartikan sebagai tindakan atau respon dalam lingkungan dan

    situasi komunikasi yang ada, atau dengan kata lain perilaku komunikasi adalah

    cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau

    melakukan tindakan yang dianut seseorang, keluarga atau masyarakat dalam

    mencari dan menyampaikan informasi melalui berbagai saluran yang ada di dalam

    jaringan komunikasi masyarakat setempat.

    Rogers (2000) mengungkapkan ada tiga peubah perilaku komunikasi yang

    sudah teruji secara empiris signifikan yaitu pencarian informasi, kontak dengan

    penyuluh, dan keterdedahan pada media massa. Peubah pertama yaitu pencarian

    informasi masih perlu didampingi dengan penyampaian informasi, sesuai dengan

    model transaksional yang bersifat saling menerima dan memberi informasi secara

    bergantian.

    2.1.3. Pembagian Komunikasi

    Komunikasi kemudian dapat dibagi-bagi lagi menurut jenis dan sifatnya,

    yaitu:

    1. Jenis, komunikasi menurut jenisnya terdiri dari komunikasi searah dan

    komunikasi dua arah.

    a. Komunikasi Searah

  • Secara umum pengertian komunikasi searah ialah pengiriman suatu pesan

    dari pengirim pesan kepada penerima pesan, tanpa penerima pesan memberi

    respon balik atau tanggapan kepada pemberi pesan atas pesan tersebut. Dalam

    hubungan komunikasi pasien dokter , komunikasi searah ini kadang terjadi.

    b. Komunikasi Dua Arah

    Secara umum pengertian komunikasi dua arah ialah penyampaian suatu

    pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan, dan di dalam hubungan

    tersebut terdapat respon balik atau tanggapan dari penerima pesan terhadap

    pemberi pesan. Dalam hubungan komunikasi antara pasien dengan dokter, hal ini

    juga sering terjadi ketika pasien berkonsultasi kepada dokter, dimana dalam

    konsultasi tersebut terdapat tanya jawab serta tanggapan-tanggapan yang

    membuat komunikasi tersebut menjadi dua arah.

    2. Sifat, menurut sifatnya, komunikasi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi

    verbal dan komunikasi non verbal.

    a. Komunikasi Verbal

    Secara umum komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan

    kata-kata dan nada suara, seperti misalnya tajam, ancaman, dan lain- lain, dalam

    penyampaian pesannya. Dalam praktek dokter atau hubungan komunikasi antara

    dokter dengan pasien komunikasi verbal ini biasanya dilakukan ketika pasien

    berkonsultasi atupu ketika dokter menerangkan dengan kata-kata mengenai

    sesuatu tentang penyakit pasien.

    Komunikasi Verbal yang efektif harus:

    1. Jelas dan ringkas

  • Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin

    sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.

    Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya

    dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk

    dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan

    pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.

    Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara

    sederhana.

    2. Perbendaharaan Kata

    Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu

    menerjemahkankata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam

    keperawatan dankedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat

    menjadi bingung dantidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi

    penting. Ucapkanpesan dengan istilah yang dimengerti.

    3. Arti denotatif dan konotatif

    Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang

    digunakan,sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang

    terdapatdalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi

    mendekatikematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk

    menjelaskankeadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan

    pasien, perawatharus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk

    disalah tafsirkan,terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi.

  • 4. Selaan dan kesempatan berbicara

    Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan

    keberhasilankomunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada

    pokokpembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat

    sedangmenyembunyikan sesuatu terhadap pasien. Perawat sebaiknya tidak

    berbicaradengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan

    untukmenekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar

    untukmendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan

    denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum

    mengucapkannya,menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin

    menunjukkan. Perawatjuga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia

    berbicara terlalu lambat atauterlalu cepat dan perlu untuk diulang.

    5. Waktu dan relevansi

    Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila pasien

    sedangmenangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.

    Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat

    dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat

    harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula

    komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan

    dengan minat dan kebutuhan pasien.

    6. Humor

    Tertawa membantu pengurangi ketegangan danrasa sakit yang disebabkan

    oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawatdalam memberikan dukungan

    emosional terhadap klien. Humor merangsang produksi catecholamines dan

  • hormon yangmenimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa

    sakit,mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan

    humoruntuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak-

    mampuannya untuk berkomunikasi dengan pasien.\

    b. Komunikasi NonVerbal

    Secara umum komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan

    gerak isyarat tubuh, sikap, ataupun yang lain yang tidak menggunakan kata-kata

    dalam penyampaian pesannya. Dalam praktek dokter atau hubungan komunikasi

    antara dokter dan pasien komunikasi nonverbal ini dilakukan dalam bentuk-

    bentuk yang sangat bervariasi, dan hal ini juga sangat berpengaruh akan

    kelancaran komunikasi tersebut. Komunikasi ini biasa dilakukan dalam bentuk

    tatapan mata dokter yang memperhatikan pasien dengan baik tanpa melihat hal-

    hal lainnya ketika menerangkan sesuatu. Ataupun gerak-gerik tangan dokter

    ketika menjelaskan sesuatu, dan juga dalam bentuk yang lainnya (Onong Uchjana

    Effendy, 2009:5-7).

    Komunikasi non-verbal teramati diantaranya pada:

    1. Metakomunikasi

    Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan

    antarapembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu

    komentarterhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu

    pesan didalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim

    terhadappendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.

  • 2. Penampilan Personal

    Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang

    diperhatikanselama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20

    detik sampai 4menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap

    seserangberdasarkan penampilannya. Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias

    menunjukkan kepribadian, status sosial,pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri.

    Perawat yang memperhatikanpenampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri

    dan profesional yang positif.

    3. Intonasi (Nada Suara)

    Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan

    yangdikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi

    nadasuaranya.

    4. Ekspresi wajah

    Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang

    tampakmelalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih.

    Ekspresiwajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan

    pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi

    interpersonal. Orangyang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan

    diekspresikan sebagaiorang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk

    menjadi pengamat yangbaik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah

    ketika sedang berbicara dengan pasien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya

    duduk sehingga perawattidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien

    dilakukan dalam keadaansejajar.

  • 5. Sikap tubuh dan langkah

    Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan

    keadaanfisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan

    mengamatisikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor

    fisik sepertirasa sakit, obat, atau fraktur.

    2.1.4. Pengertian Pelayanan

    Menurut Kotler (2008 :17) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan

    yanga dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya

    tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Sedangkan

    Gronroos dalam Tjiptono (2005: 11) menyatakan bahwa pelayanan merupakan

    proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasa (namun tidak

    harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan, jasa dan

    sumber daya, fisik atau barang, dan sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai

    solusi atas masalah pelanggan.

    Sementara itu, menurut Lovelock, Petterson & Walker dalam Tjiptono

    (2005) mengemukakan perspektif pelayanan sebagai sebuah sistem, dimana setiap

    bisnis jasa dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen

    utama: operasai jasa dan penyampaian jasa.

  • 2.1.5. Pengertian Perawat

    Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yangberarti

    merawat atau memelihara. Menurut Effendy (1998), perawat adalah seseorang

    (seorang profesional) yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan

    kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan pada berbagai jenjang

    pelayanan keperawatan. Suliha (2001) mendefinisikan perawat adalah orang yang

    telah menyelesaikan pendidikan professional keperawatan, dan diberi kewenangan

    untuk melaksanakan peran serta fungsinya.

    Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang

    didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu

    membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu

    merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan

    membantu memenuhinya. Dalam teorinya tentang disiplin proses keperawatan

    mengandung elemen dasar, yaitu perilaku pasien, reaksi perawat dan tindakan

    perawatan yang dirancang untuk kebaikan pasien (Nasrul Effendy, 1998 :24)

    Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun

    diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Perawat adalah

    seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan

    keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui

    pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992)

    Jadi perawat merupakan seseorang yang telah lulus pendidikan perawat dan

    memiliki kemampuan serta kewenangan melakukan tindakan kerpawatan

    berdasarkan bidang keilmuan yang dimiliki dan memberikan pelayanan kesehatan

  • secara holistic dan professional untuk individu sehat maupun sakit, perawat

    berkewajiban memenuhi kebutuhan pasien meliputi bio-psiko-sosio dan spiritual.

    2.1.6. Pengertian Pasien

    Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan medis.

    Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari bahasa Inggris.

    Patient diturunkan dari bahasa Latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti

    dengan kata kerja pati yang artinya "menderita" orang sakit (yg dirawat dokter),

    penderita (sakit). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pasien

    adalah Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004

    tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa pasien adalah setiap orang yang

    melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan

    kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada

    dokter atau dokter gigi (Uliha 2000 :11).

    2.1.7. Pengertian Ilmu Komunikasi

    Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari

    kata Latin Communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

    Menurut Carl I.Hovland ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk

    merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan

    pendapat dan sikap ( Effendy 2009:10-11).

    Menurut Lasswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh

    komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

    Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan

  • secara efektif dalam (Effendy1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering

    kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam

    karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell

    mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah

    dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel

    To Whom With What Effect?

    Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi

    meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:

    1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)

    2. Pesan (mengatakan apa?)

    3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)

    4. Komunikan (kepada siapa?)

    5. Efek (dengan dampak/efek apa?).

    Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses

    komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan

    menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang

    menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2009:11).

    Dari beberapa defenisi diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa

    komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran pesan (stimulus, signal,

    simbol atau informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal dari

    pengirim kepada komunikan) dengan tujuan adanya perubahan, baik dalam aspek

    kognitif, afektif maupun psikomotorik dan behavioral.

    Kegiatan berkomunikasi juga dilakukan antara perawat dan pasien.

    Komunikasi merupakan proses yang dilakukan perawat dalam menjaga

  • kerjasamayang baik dengan pasien dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien,

    maupun dengan tenaga kesehatan yang lain dalam rangka membantu mengatasi

    masalah pasien. Secara umum komunikasi memilik tujuan, yaitu:

    1. Supaya pesan yang disampaikan komunikator dapat dimengerti oleh

    komunikan.

    Dalam menjalankan perannya sebagai komunikator, perawat perlu

    menyampaikan pesan tentang diagnosa penyakit dengan jelas, lengkap

    dengan tutur kata yang lembut dan sopan. Agar pesan yang disampaikan

    dapat diterima oleh pasien.

    2. Memahami orang lain.

    Proses komunikasi tidak dapat berlangsung dengan baik, bila perawat

    tidak dapat memahami kondisi atau apa yang diiginkan pasien.

    3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain.

    Selain sebagai komunikator, perawat juga sebagai edukator yaitu

    memberikan pendidikan tentang kesehatan kepada pasien, betapa

    pentingnya menjaga kesehatan. Peran ini akan efektif dan berhasil bila apa

    yang disampaikan oleh perawat dapat dimengerti dan diterima oleh pasien.

    4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.

    Mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu sesuai dengan

    keinginan kita, yang tentunya bermanfaat bagi pasien. Dalam hal ini perlu

    adanya pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan dengan komunikasi

    interpersonal.

  • Menurut Widjaja (2000:15), apabila komunikasi dipandang dari arti yang

    luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran pesan atau informasi tetapi sebagai

    kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta dan ide-ide.

    Maka komunikasi memiliki fungsi dalam sistem sosial yaitu:

    1. Sebagai informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran

    berita, data, gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan

    agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi

    lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

    2. Sosialisasi (kemasyarakatan). Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang

    memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat

    yang efektif, sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif

    didalam masyarakat.

    3. Motivasi. Proses komunikasi yang membuat atau mendorong seseorang

    untuk menentukan pilihannya dan melakukan sesuatu yang diinginkannya

    untuk mencapai tujuan.

    4. Perdebatan dan diskusi. Suatu permasalahan yang diselesaikan dengan

    menggunakan komunikasi baik secara debat maupun diskusi untuk

    memperoleh kesepakatan bersama.

    5. Pendidikan. Komunikasi sebagai proses pengalihan atau transformasi ilmu

    pengetahuan dan teknologi untuk mendorong perkembangan intelektual,

    pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang

    dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik dan efektif.

  • 6. Memajukan kehidupan. Komunikasi berfungsi menyebarkan kebudayaan

    dan seni dengan melestarikan warisan kebudayaan masa lalu, membangun

    imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan este tika.

    7. Hiburan. Dengan komunikasi banyak hiburan yang ditampilkan dari dunia

    Entertaimant.

    8. Integrasi. Adanya kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi dan

    pesan yang diperlukan dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap,

    berperilaku, dan berpola fikir serta sebagai sarana untuk menghargai dan

    memahami pandangan orang lain.

    Komunikasi memiliki berbagai tingkatan, yaitu:

    1. Komunikasi Intrapersonal.

    Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri sendiri

    atau proses berfikir pada diri sendiri, keyakinan, perasaan dan berbicara

    pada diri sendiri, bisa juga terjadi pada saat melakukan ibadah misalnya,

    shalat, kita berkomunikasi dengan Allah SWT, yaitu dengan memohon

    doa kepada Sang Pencipta.

    2. Komunikasi Interpersonal.

    Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi diantara dua

    orang, yang terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan.

    Komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui medium.

    Komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat,

    dan perilaku seseorang.

  • 3. Komunikasi kelompok.

    Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari dua

    orang atau tiga orang, bisa berbentuk kelompok diskusi, rapat dan lain- lain

    yang satu sama lain saling mengenal. Misalnya komunikasi kelompok

    remaja, pengajian ibu- ibu, dan lain- lain.

    4. Komunikasi Publik.

    Komunikasi publik adalah proses komunikasi yang terjadi didepan publik

    atau masyarakat, baik secara aktif maupun pasif dengan menggunakan

    media atau dengan tidak menggunakan media (berbicara langsung).

    5. Komunikasi Organisasi.

    Komunikasi yang terjadi didalam organisasi yang bersifat forma l maupun

    non-formal.

    6. Komunikasi Massa.

    Komunikasi yang melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar

    dalam area geografis yang luas, heterogen, namun mempunyai perhatian

    dan minat terhadap suatu isu atau berita. Biasanya dalam komunikasi ini

    melibatkan media misalnya, televisi, surat kabar, majalah, dan lain- lain.

    Bentuk paling dasar dari komunikasi adalah komunikasi nonverbal, yang

    merupakan proses komunikasi tanpa kata, berupa bentuk isyarat, gerak tubuh,

    exspresi wajah, hubungan yang renggang dan sikap terhadap waktu yang tersedia

    ketika berkomunikasi tanpa kata, dengan kata lain aksi lebih penting dibanding

    kata-kata.

  • Bentuk kedua adalah komunikasi verbal berupa kata-kata yang disusun agar

    memiliki arti. Untuk menciptakan kata-kata tentunya dibutuhkan aturan-aturan

    gramer dan meletakkan potongan-potongan kalimat yang sesuai pada tempatnya.

    Setelah itu baru kita kirim dalam bentuk tulisan atau perkataan. Biasanya orang

    lebih suka berkata satu sama lain dibandingkan menulis surat, karena berbicara

    membutuhkan waktu yang sedikit dan tidak membutuhkan penyusunan,

    pengetikan, menilis ulang, menggandakan, dan mendistribusikanya.

    Komunikasi nonverbal berbeda dengan komunikasi verbal, yang tidak

    terstruktur, sehingga agak sulit untuk mempelajarinya karena dari satu budaya

    kebudaya lainnya dapat berbeda dalam menginterpretasikannya. Sedangkan

    komunikasi nonverbal berlangsung spontan dan tanpa ungkapan, misalnya jika

    kita marah, maka alis kita akan segera tertarik keatas untuk menyediakan ruang

    bagi bola mata untuk membelalak.

    Bentuk yang ketiga adalah komunikasi tulisan. Komunikasi ini dapat berupa

    memo,surat, e-mail, faksimele, bulletin dan lain sebagainya yang ditransfer

    melalui tulisan atau simbol pada sebuah media. Menurut Widjaja (2008:23) jenis

    komunikasi itu digunakan karena berwujud dan dapat diverifikasi di pengadilan

    maupun sebagai bukti administrasi keuangan. Pada umumnya, pihak pengirim dan

    penerima mempunyai arsip yang dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu.

    Adapun kekurangannya adalah menghabiskan banyak waktu, baik ketika

    menulis pesan maupun mendapatkan feedback sebuah surat. Biasanya untuk

    mendapatkan balasan dari pihak yang bersangkutan dibutuhkan waktu lebih dari

    dua hari untuk mendapatkan balasan dari pihak yang bersangkutan.

  • Unsur-unsur komunikasi adalah : komunikator, pesan, komunikan, media,

    dan respon atau umpan balik.

    1. Komunikator

    Komunikator atau orang yang menyampaikan pesan harus berusaha

    merumuskan isi pesan yang akan disampaikan. Sikap dari komunikator harus

    empati, jelas. Kejelasan kalimat dan kemudahan bahasa akan sangat

    mempengaruhi penerimaan pesan oleh komunikan.

    2. Pesan

    Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang. Lambang bahasa

    dinyatakan baik lisan maupun tulisan. Lambang suara berkaitan dengan

    intonasi suara. Lambang gerak adalah ekspresi wajah dan gerakan tubuh,

    sedangkan lambang warna berkaitan dengan pesan yang disampaikan melalui

    warna tertentu yang mempunyai makna, yang sudah diketahui secara umum,

    misalnya merah, kuning, dan hijau pada lampu lalu lintas.

    3. Komunikan

    Komunikan adalah penerima pesan. Seorang penerima pesan harus tanggap

    atau peka dengan pesan yang diterimanya dan harus dapat menafsirkan pesan

    yang diterimanya. Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah persepsi

    komunikan terhadap pesan harus sama dengan persepsi komunikator yang

    menyampaikan pesan.

    4. Media

    Media adalah sarana atau saluran dari komunikasi. Bisa berupa media cetak,

    audio, visual dan audio-visual. Gangguan atau kerusakan pada media akan

    mempengaruhi penerimaan pesan dari komunikan.

  • 5. Respon/umpan balik.

    Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau

    pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

    langsung. Umpan balik langsung disampaikan komunikan secara verbal, yaitu

    dengan kalimat yang diucapkan langsung dan nonverbal melalui ekspresi

    wajah atau gerakan tubuh. Umpan balik secara tidak langsung dapat berupa

    perubahan perilaku setelah proses komunikasi berlangsung, bisa dalam waktu

    yang relative singkat atau bahkan memerlukan waktu cukup lama.

    Faktor yang mempengaruhi komunikasi

    1. Situasi/suasana

    Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan

    mempengaruhi baik/tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising

    yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat

    pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum

    proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian

    rupa supaya tenang dan nyaman.Komunikasi yang berlangsung dan

    dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang

    tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada

    orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang

    sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua

    karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan

    perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.

  • 2. Kejelasan pesan

    Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi.

    Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan

    sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi

    tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi

    pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu,

    komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada

    komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan

    kalimat yang jelas.

    2.1.8. Pengertian Kesehatan

    Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat, mutu

    hidup, produktifitas tenaga kerja, menurunnya angka kesakitan dan kematian yang

    tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik, serta mencegah

    terganggunya perkembangan mental akibat langsung atau tidak langsung dari

    masalah gizi kurang. (Anas Tamsuri, 2006 :11).

    Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terus menerus ditingkatkan

    kualitas sumber daya manusia, kualitas kehidupan dan usia hidup manusia,

    meningkatkan kesejahteraan keluarga, masyarakat serta mempertinggi kesadaran

    masyarakat pentingnya hidup sehat. Gambaran masyarakat Indonesia yang ingin

    dicapai dimasa depan adalah masyarakat Indonesia yang hidup di dalam

    lingkungan dan dengan perilaku yang sehat(Uha Suliha,2001:18).

  • 2.1.9. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

    Komunikasi antarpribadi merupakan proses komunikasi yang berlangsung

    anatara dua orang atau lebih secara tatap muka. Menurut sifatnya, komunikasi

    antarpribadi dapat dibedakan dua macam yaitu komunikasi diadik dan komunikasi

    kelompok kecil. Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung

    antara dua orang dalam situasi tatap muka, sedangkan komunikasi kelompok kecil

    ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara

    tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.

    (Hafied Cangara, 2007:32).

    Menurut Mulyana (2009:73), komunikasi antar pribadi (Interpersonal

    Communication) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap

    muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara

    verbal maupun non-verbal. Komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal)

    adalah komunikasi antar dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk

    percakapan. Komunikasi jenis ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui

    medium, misalnya telepon sebagai perantara. Sifatnya dua arah atau timbal balik

    (Effendy, 2009:61).

    Effendy juga menambahkan komunikasi antar pribadi adalah proses

    pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara

    sekelompok kecil orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika,

    dan komunikasi antar pribadi dikatakan efektif dalam merubah perilaku orang

    lain, apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan

    komunikator diterima oleh komunikan.

  • Dari pernyataan diatas ada beberapa elemen yang ada dalam komunikasi

    antar pribadi, yaitu:

    a. Adanya pesan

    b. Adanya orang-orang/sekelompok kecil

    c. Adanya penerimaan pesan

    d. Adanya efek, dan

    e. Adanya umpan balik.

    Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi

    instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita

    dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan

    yang kita komunikasikan kepada komunikan. Sebagai komunikasi yang paling

    lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting hingga

    kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataanya komunikasi tatap

    muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan

    komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi

    tercanggih.

    Jalaluddin Rakhmat (2008:80) meyakini bahwa komunikasi antar pribadi

    dipengaruhi oleh persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan

    hubungan interpersonal.

    1. Persepsi Interpersonal

    Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan

    informasi inderawi. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap

    stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (komunikan), yang berupa pesan

    verbal dan non-verbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akanberpengaruh

  • terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah

    memberi makna terhadap pesan akan mengakibatkan kegagalan komunikasi.

    2. Konsep Diri

    Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Konsep diri

    yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu :

    a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah

    b. Merasa setara dengan orang lain

    c. Menerima pujian tanpa rasa malu

    d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,

    keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh

    masyarakat.

    e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-

    aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.

    Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi

    antar pribadi, yaitu:

    a. Melakukan hal yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku

    sedapat mungkin sesuia dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa

    menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha

    menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari

    mata kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai

    akademis yang baik.

    b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita, akan meningkatkan

    komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain

  • meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri,

    konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan

    pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-

    pengalaman dan gagasan baru.

    c. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai

    Communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi

    disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan

    percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.

    d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena

    konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri

    (terpaan selektif), bagaiman kita mempersepsi pesan (persepsi selektif),

    dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga

    berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

    3. Atraksi Interpersonal

    Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan

    daya tarik seseorang. Komunikasi antar pribadi dipengaruhi atraksi

    interpersonal dalam hal:

    1. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang

    lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga

    makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita

    juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara

    positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat

    karakteristik secara negatif.

  • 2. Efektifitas komunikasi. Komunikasi antar pribadi dinyatakan efektif, bila

    pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi

    komunikan. Bila kita berkumpul dalam suatu kelompok yang memiliki

    kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul

    dengan orang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah dan

    tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.

    4. Hubungan Interpersonal

    Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang

    dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan

    keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cepat persepsi

    tentang orang lain dan persepsi dirinya. Sehingga makin efektif komunikasi

    yang berlangsung diantara peserta komunikasi. Lebih jauh, Jalaluddin Rakhmat

    (2008:89) memberikan catatan bahwa terdapat tiga faktor antar pribadi yang

    menumbuhkan hubungan komunikasi interpersonal yang baik yaitu : Percaya,

    sikap suportif, dan sikap terbuka.

    2.2. Tinjauan Teoritis

    2.2.1.Teori Stimulus-Respon (S-R)

    Teori stimulus-respon (S-R) merupakan teori komunikasi yang menjelaskan

    mengenai proses aksi-reaksi yang berkenaan dengan faktor manusia. Stimulus

    adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk

    mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon adalah

    sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Proses ini

    menunjukkan komunikasi yang sangat sederhana.

  • Apabila seseorang lelaki berkedip mata kepada seorang wanita, dan wanita

    itu kemudian tersipu malu maka dari itu pola S-R telah muncul. Jadi model S-R

    mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat- isyarat non verbal, gambar-

    gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk

    memberikan respons dengan cara tertentu. Proses ini dapat bersifat timbal-balik

    dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi

    berikutnya.

    Pola komunikasi ini dapat bersifat positif dan negatif. Model S-R

    mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan

    dengan faktor manusia. Secara implisit ada asumsi dalam model S-R ini bahwa

    perilaku (respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap

    statis, manusia dianggap berperilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), bukan

    berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya (Mulyana, 2009 : 145)

    2.2.2. Teori Efektif

    Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008:13)

    menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat

    menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial

    yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tidakan.Syarat-syarat untuk

    berkomunikasi secara efektif adalah antara lain :

    1. Menciptakan suasana yang menguntungkan.

    2. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.

    3. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak

    komunikan.

  • 4. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat

    menguntungkannya.

    5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak

    komunikan.

    Komunikasi efektif dipandang sebagai suatu hal yang penting dan

    kompleks. Dianggap penting karena ragam dinamika kehidupan (bisnis, politik,

    misalnya) yang terjadi biasanya menghadirkan situasi kritis yang perlu

    penanganan secara tepat, munculnya kecenderungan untuk tergantung pada

    teknologi komunikasi, serta beragam kepentingan yang ikut muncul.

    Unsur yang paling penting dalam komunikasi bukan sekadar pada apa yang

    kita tulis atau kita katakan, tetapi lebih pada karakter kita dan bagaimana kita

    menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Jika kata-kata atau pun tulisan kita

    dibangun dari teknik hubungan manusia yang dangkal (etika kepribadian), bukan

    dari diri kita yang paling dalam (etika karakter), maka orang lain akan melihat

    atau membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah

    karakter yang kokoh yang dibangun dari pondasi integritas pribadi yang kuat.

    Menurut Stephen Covey dalam buku pengantar komunikasi (Effendy 2001),

    justru komunikasi merupakan ketrampilan yang paling penting dalam hidup kita.

    Kita menghabiskan sebagian besar jam di saat kita sadar dan bangun untuk

    berkomunikasi. Sama halnya dengan pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai

    hal yang otomatis terjadi begitu saja, sehingga kita tidak memiliki kesadaran

    untuk melakukannya dengan efektif.

    Kita tidak pernah dengan secara khusus mempelajari bagaimana menulis

    dengan efektif, bagaimana membaca dengan cepat dan efektif, bagaimana

  • berbicara secara efektif, apalagi bagaimana menjadi pendengar yang baik. Bahkan

    untuk yang terakhir, yaitu ketrampilan untuk mendengar tidak pernah diajarkan

    atau kita pelajari dalam proses pembelajaran yang kita lakukan baik di sekolah

    formal maupun pendidikan informal lainnya.

    Keterampilan komunikasi antar perorangan adalah kemampuan untuk terus

    menerus membangun kredibilitas dan dapat dipercayanya segala apa yang kita

    komunikasikan. Untuk membangun kredibilitas harus ada isi pesan yang jelas,

    suara/intonasi dalam menyampaikan pesan dan wahana bagaimana orang itu

    menyampaikan pesan. Jadi semakin seseorang tidak konsekuen dengan ketiga hal

    tersebut, maka akan menentukan kredibilitas sesorang, semakin tidak konsekuen

    akan menjadi semakin “tidak dipercaya” (Effendy 2009 :78)

    Effendy (2009: 81) menunjukkan cara-cara agar komunikasi efektif dapat

    dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif dapat terjadi melalui atau dengan

    didukung oleh aktivitas role-playing, diskusi, aktivitas kelompok kecil dan materi-

    materi pengajaran yang relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada

    komunikasi efektif untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat dimengerti di

    sini adalah bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan

    sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif.

    Untuk membangun komunikasi yang efektif, setidaknya kita harus

    menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu membaca-menulis

    (bahasa tulisan) dan mendengar-berbicara (bahasa lisan). Begitu pentingmya,

    banyak orang menghabiskan waktunya untuk melakukan,paling tidak,salah satu

    keempat keterampilan itu. Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang

  • diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh

    komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.

    Adapun ciri-ciri pesan yang efektif antara lain yaitu :

    1. Menyediakan informasi yang praktis dengan menerangkan bagaimana

    mengerjakan sesuatu, menjelaskan mengapa perubahan dilakukan,

    menberikan solusi terhadap masalah, mendiskusikan status sebuah proyek,

    dan lain- lain.

    2. Memberikan fakta dibandingkan kesan dengan menggunakan bahasa yang

    konkrit dan menjelaskan secara detailyang dimaksud. Informasi harus

    jelas, meyakinkan, akurat, dan etis.

    3. Mengklarifikasi dan menyingkat beberapa informasi dengan

    menggunakan table, bagan, foto maupun diagram yang menjelaskan

    tentang pesan yang dimaksud.

    4. Masyarakat tanggung jawab secara jelas dengan menjelaskan apa yang

    kita harapkan atas apa yang dapat kita lakukan, karena pesan kita hanya

    ditujukan pada orang-orang tertentu saja.

    5. Membujuk dan menyediakan rekomendasi. Biasanya pesan yang

    disampaikan adalah membujuk para pegawai untuk melakukan sesuatu

    atau pelanggan untuk memanfaatkan layanan yang kita tawarkan dengan

    menjelaskan manfaat yang akan mereka peroleh dengannya (Roger B.

    Dkk 2000 :11).

    Strategi membangun komunikasi efektif :

    1. Ketahui mitra bicara (audience)

    2. Ketahui tujuan

  • 3. Perhatikan konteks

    4. Pelajari kultur

    5. Pahami bahasa

    2.3. Kerangka Pemikiran

    Perilaku komunikasi pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk

    memperoleh tujuan tertentu. Perilaku komunikasi merupakan aktivitas yang

    bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi dari berbagai sumber dan

    untuk menyebar luaskan informasi kepada pihak manapun yang memerlukan.

    Dalam hal ini, perilaku komunikasi berperan penting untuk penyembuhan

    pasien. Informasi yang diberikan oleh perawat akan membantu kesembuhan

    pasien. Namun disamping itu, perawat harus mampu berkomunikasi dengan

    efektif dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1.Metode Penelitian

    Metode pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan

    sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Sedangkan tipe

    penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini

    mendeskripsikan wawancara mendalam dan survey terhadap subjek penelitian.

    (Moleong, 2010 : 48).

    Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berba gai

    aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu

    program, atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah

    sebanyak mungkin data mengenai subjek yang di teliti. Mereka sering

    menggunakan berbagai metode: wawancara (riwayat hidup), pengamatan,

    telaahan dokumen, (hasil survei), dan data apa pun untuk menguraikan suatu

    kasus secara terperinci. Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai

    beberapa keuntunganyang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam

    kehidupan sehari-hari.

    Beberapa ahli (Moleong, 2006:49) mengemukakan bahwa keistimewaan

    studi kasus meliputi hal-hal berikut :

    Studi kasus merupakan sarana utama bagi peneliti emik, yakni menyajikan

    pandangan subjek yang diteliti.

  • Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh studi kasus yang merupakan

    sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan

    responden.

    Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsestensi

    internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi

    faktual tetapi juga keterpercayaan (trust worthness)

    Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian

    atas transferabilitas.

    Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi

    pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

    Penelitian ini di laksanakan di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan

    Kabupaten Nagan Raya. Waktu penelitian ini dimulai dari tanggal 2 Maret s/d 3

    Mei 2013. Pengambilan subjek (informan) dengan mengarah pada purposive

    sampling. Di dalam penelitian ini yang akan menjadi subjek penelitian adalah

    komponen yang terlibat di Puskesmas Jeuram dan menjadi sasaran pelayanan

    kesehatan antara lain dokter, perawat, pasien, dan masyarakat.

    Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah hal-hal yang

    berkaitan dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas Jeuram kabupaten Nagan

    Raya.

    3.2. Teknik Pengumpulan Data

    3.2.1. Observasi

    Yaitu digunakan untuk memperkuat hasil penelitian sesuai dengan

    kenyataan yang terjadi dilapangan (penelitian langsung kelapangan). Peneliti

  • dalam penelitian ini akan melakukan observasi dengan melihat aktivitas

    pelayanan kesehatan di Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya.

    3.2.1. Wawancara mendalam (indepth Interview)

    Yaitu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yaitu

    ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan

    pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2001:180). Baik

    secara langsung(face to face) maupun tidak langsung; dengan memberi daftar

    pertayaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Wawancara terbagi dalam dua

    jenis (Mulyana,2001:180), yaitu :

    1. Wawancara tak terstruktur

    Wawancara ini juga sering disebut sebagai wawancara mendalam,

    wawancara intensif, wawancara kualitatif dan wawancara terbuka (open-ended

    interview).

    2. Wawancara terstruktur

    Wawancara ini juga disebut wawancara baku (standar dized interview).

    Susunan pertayaan sudah ditetapkan sebelumnya, serta dengan pilihan jawaban

    yang sudah disediakan.

    Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak

    terstruktur atau wawancara mendalam. Wawancara ini bertujuan untuk

    memperoleh sustu bentuk informasi tertentu dari semua responden, tetapi susunan

    kata dan urutan pertanyaan dapat disesuaikan pada saat wawancara. Sifat

    wawancara ini luas, sehingga setiap responden dapat memberikan jawaban bukan

    hanya dengan jujur atau benar tetapi juga menjabarkan secara terperinci (detail).

  • 3.2.2. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang sering digunakan

    dalam berbagai metode pengumpulan data. Metode observasi, kuisioner, atau

    wawancara sering dilengkapi dengan kegiatan dokumentasi. Tujuannya untuk

    mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpentasi data.

    Dokumen bisa berbentuk publik, misalnya laporan polisi, surat kabar,

    stranskip atau acara televisi dan lainnya. Penulis disini akan mengambil atau

    mengaitkan masalah dan memecahkannya dengan masalah yang sedang diangkat

    dan dokumen yang berhubungan langsung.

    3.3. Teknik Analisis Data

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data kualitatif. Data

    yang diperoleh dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,

    yaitu dari wawancara yang dilakukan, catatan lapangan, dokumentasi, dan

    sebagainya. Langkah-langkah analisisnya dilakukan dengan menfokuskan pada

    bagaimana kegiatan perilaku komunikasi perawat dengan pasien dalam pelayanan

    kesehatan. Teknik analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini

    terdiri dari tiga komponen :

    3.3.1. Reduksi data

    Yaitu merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerhanaan

    dan pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan

    tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang

    menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

    mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-

    kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

  • 3.3.2. Penyajian data

    Yaitu merupakan alur penting yang kedua dari kegiatan analisis.

    “penyajian” dibatas sebagai sekumpulan informasitersusun yang memberi

    kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan tindakan. Penyajian data

    merupakan usaha mengambarkan fenomena atau keadaan sesuai dengan data yang

    telah direduksi dan disajikan kedalam laporan yang sistematis dan mudah

    dipahami.

    3.3.3.Penarikan kesimpulan

    Yaitu merupakan permasalahan yang menjadi pokok pemikiran terhadap

    apa yang diteliti. Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan terhadap data

    yang direduksi kedalam laporan secara sistematis, dengan cara membandingkan,

    menghubungkan, dan memilih data yang mengarah pada pemecahan masalah

    mampu menjawab permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai.

    3.4. Proses Keabsahan Data

    Sebagaimana yang telah diutarakan, peneliti dalam penelitian kualitatif

    adalah instrumen itu sendiri. Untuk memberikan keabsahan data, maka harus

    didukung oleh kesahihan (validitas ), keandalan (reliabilitas). Dalam penelitian

    kualitatif menurut Moleong (1996 :173) untuk menetapkan keabsahan data

    diperlukan teknik pemerikasaan. Ada empat kriteria yang digunakan untuk

    pemeriksaan : derajat kepercayaan (crealibilitas), keteralitas (transferability),

    ketergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability).

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum dan Latar Belakang Puskesmas Perawatan Jeuram

    Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) diartikan sebagai suatu kesatuan

    organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan

    masyarakat, disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu

    kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Yang dimaksud dengan pelayanan

    kesehatan menyeluruh adalah pelayanan kesehatan yang meliputi

    1. Promotif (penyuluhan kesehatan),

    2. Preventif (pencegahan),

    3. Curatif (penyembuhan penyakit)

    4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dan ditujukan untuk semua

    golongan umur dan jenis kelamin.

    Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab

    atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Wilayah kerja

    Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor

    kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur

    lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja

    Puskesmas.

    Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga

    pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota,

    dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Sasaran

    penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap

  • puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas

    perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yanng

    disebut puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan bidan desa. Wilayah kerja

    Puskesmas Jeuram telah ditetapkan berada di Kecamatan Seunagan.

    Puskesmas Jeuram terletak di desa Parom Kecamatan Seunagan Kabupaten

    Nagan Raya. Puskesmas ini mempunyai wilayah kerja 35 desa yang ada di

    Kecamatan Seunagan. Jarak dari Puskesmas ke Ibukota kabupaten Nagan Raya

    lebih kurang 10 km. Sedangkan luas wilayah kerja Puskesmas sekitar 8 km2.

    Batas wilayah kerja Puskesmas Jeuram yaitu:

    Sebelah Utara : Kecamatan Seunagan Timur

    Sebelah Selatan : Desa Cot Peuradi, Desa Blang Sapek

    Sebelah Timur : Kecamatan Beutong

    Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Barsat

    Untuk perhubungan dari Puskesmas ke ibukota Kabupaten dapat ditempuh

    dengan jalan tanpa hambatan, sedangkan hubungan antara Puskesmas dengan

    desa-desa di wilayah kerja Puskesmas Jeuram cukup lancar. Hanya beberapa desa

    yang sulit dijangkau terutama di musim hujan.

    4.1.1. Letak Geografis

    Puskesmas Jeuram berdiri tahun 1963 dengan luas bangunan kurang lebih

    200 m2, ditambah enam unit rumah dinas untuk dokter dan paramedis sehingga

    luas seluruhnya mencakup kurang lebih 450 m2. Lokasi Puskesmas Jeuram

    berada di Jalan Kesehatan No. 1 Gampong Parom, Kecamatan Seunagan. Dengan

    Akses kejalan Nasional lebih kurang ± 500 meter

  • 4.1.2. Sejarah Puskesmas

    Sejak tahun 1963 sampai sekarang ini Puskesmas Perawatan Jeuram dipimpin

    oleh 16 orang kepala Puskesmas yaitu :

    1. AHMAD MALAM

    2. UPAH DIWA

    3. M. SALEH

    4. AWIAH KUBI

    5. HASAN BASRI

    6. dr. HASBALLAH

    7. dr. BURHANUDDIN

    8. dr. SYAMSUL RAHMAN HARAHAP

    9. dr. ZUHRIAL ZUBIR

    10. dr. HENDRA HIBRATA

  • 11. dr. NASDI

    12. drg. NINI INDRAWATI

    13. dr. HASBI

    14. dr. RAHMAD YANI

    15. H. ZAINAL ABIDIN

    16. dr. MUHAMMAD JABIR

    17. SAFRIZAL. Skm

    Adapun pegawai yang bertugas di lingkungan Puskesmas Jeuram saat ini

    berjumlah 91 orang termasuk yang ditugaskan di Pustu (Puskemas Pembantu)

    dengan berbagai jenjang pendidikan dari SLTA sampai perguruan tinggi, baik

    yang berlatar belakang kesehatan maupun umum, bahkan saat ini ada beberapa

    orang yang sedang menempuh pendidikan pada program strata 1 kesehatan

    masyarakat di Universitas Setempat.

    Tenaga pelaksana (Teknis) di Puskesmas Perawatan Jeuram sebagai berikut:

    Dokter umum : 2 orang

    Dokter gigi : 1 orang

    Sajana Kesehatan Masyarakat : 1 orang

    Perawat : 45 orang

    Bidan : 28 orang

    Petugas Gizi (D III) : 1 orang

    Sanitarian (D III) : 1 orang

    SLTA (LOPK) : 13 orang

    4.1.3. Visi Dan Misi Puskesmas Perawatan Jeuram Tahun 2008

    Visi Puskesmas Jeuram:

    Puskesmas Jeuram yang informatif dan optimal dalam pelayanan menuju

    masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat di tahun 2017.

  • Misi Puskesmas Jeuram:

    Merencanakan dan melaksanakan semua program berdasarkan data fakta

    (evidence base).

    1. Pelayanan kesehatan yang prima.

    2. Mengembangkan sumber daya manusia.

    3. Melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.

    4. Mengembangkan kemampuan masyarakat agar mandiri untuk hidup

    sehat.

    5. Mengembangkan kemampuan puskesmas sebagai unit pelayanan

    6. kesehatan mandiri dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap

    masyarakat.

  • 4.2. Informan Penelitian

    Informan merupakan sumber informasi penelitian. Adapun yang menjadi

    informan dalam penelitian ini adalah para dokter, perawat, pasien dan masyarakat

    sebanyak 11 orang yang terdiri dari 2 orang dokter, 3 orang perawat, 3 orang

    pasien, dan 3 orang masyarakat. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel

    berikut.

    Tabel 4.1. Data informan di Puskesmas Jeuram

    No Nama Jabatan Keterangan

    1 Ulva Evasari Nasution Dokter Informan kunci

    2 Saiful Hadi Dokter Informan pendukung

    3 Irma Perawat Informan pendukung

    4 Nesti Yuliana Yosica Perawat Informan kunci

    5 Maya Perawat Informan pendukung

    6 Syarifah Rosmawar Pasien Informan kunci

    7 Hendra Pasien Informan pendukung

    8 Akbar Pasien Informan pendukung

    9 Rosmawan Masyarakat Infprman pendukung

    10 Muazim Masyarakat Informan pendukung

    11 Parna Masyarakat Informan kunci

  • 4.3. Perilaku Verbal Perawat dengan Pasien

    4.3.1. Hasil Penelitian

    Dalam melakukan aktivitas sehari-hari baik di dalam rumah dan di tempat

    kerja selalu diawali dengan komunikasi. Komunikasi sebagai suatu proses

    interaksi yang menjadi perantara antara satu orang dengan yang lain. Hal ini juga

    sejalan dengan proses interaksi yang dilalui melalui komunikasi oleh perawat

    dengan pasien. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Irma seorang perawat yang

    ditemui diruang IGD (Instasi Gawat Darurat) Puskesmas Jeuram yang dengan

    ramah dan terbuka bersedia menceritakan proses komunikasi yang terjadi antara

    perawat dengan pasien.

    “Dalam puskesmas ini saya sebagai perawat telah menjalankan

    kewajiban saya untuk melayani pasien dengan sebaik mungkin.

    Setiap pasien datang kami selalu menegur dan menyapa pasien

    tersebut untuk membuat mereka nyaman dan mendapatkan

    pelayanan yang baik”.

    Lebih lanjut mengenai komunikasi yang berlangsung antara perawat

    dengan pasien Irma dengan tegas mengatakan:

    “Sebagai ahli medis di puskesmas ini sudah selayaknya saya

    melayani pasien dengan semampu saya, baik dari segi medis maupun

    pribadi, dengan kata lain saya mencoba melakukan pendekatan agar

    pasien merasa nyaman berobat di puskesmas ini”.

    Hal senada juga dikatakan oleh perawat yang bernama Nesti Yuliana

    Yosica yang ditemui didepan ruang tunggu pasien di Puskesmas Jeuram.

    “Sebagai perawat kami telah berupaya sebaik mungkin memberikan

    pelayanan kepada pasien meskipun kadang-kadang kami juga

    dianggap sombong dan tidak ramah, pad