perilaku dan kesiapsiagaan terkait kebakaran ......lindell, 2008). mengacu pada temuan studi ters...

20
1 Perilaku dan Kesiapsiagaan ... (Sagala S, et al) PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN PADA PENGHUNI PERMUKIMAN PADAT KOTA BANDUNG (Behavior and Preparedness to Fire Hazard in High Density Settlements in Bandung) Saut Sagala 1 , Ramanditya Wimbardana 2 , and Ferdinand Patrick Pratama 2 1) Kelompok Keahlian Perencanaan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung 2) Resilience Development Initiative, Bandung e-mail: [email protected] ABSTRACT Fire is one of the hazards that may affect urban areas with high density settlements. Thus, research on fire mitigation is important to be conducted. This paper examines the behavior and preparedness of occupants in high density settlements towards fire risks in urban area. The case study is located at Kelurahan Sukahaji, Kecamatan Babakan Ciparay, Bandung that has very high density settlement as well as prone to fire hazards. This study assess 232 respondents in the study areas on information related to demogra- phy, understanding about fire, behavior and preparedness. The respondents understanding on the types of fire sources are still low. Similarly, the behavior related to the activites using fire are still dangerous because some activities are conducted with other activities which make people less aware of the fire hazards. Nevertheless, their knowledge on how to extinguish fires are quite good. This paper recommends more trainings on knowledge of fire source and behavior to be conducted to occupants living in high density settlements in order to reduce fire disaster risk. Keywords: behavior, fire, high density settlement, preparedness, urban area ABSTRAK Kebakaran adalah salah satu bahaya yang dapat mengancam wilayah perkotaan yang memiliki permukiman padat. Oleh karena itu, penelitian tentang mitigasi bencana kebakaran penting untuk dilakukan. Artikel ini menguji perilaku dan kesiapsiagaan oleh penduduk di permukiman padat penduduk terkait risiko kebakaran di wilayah perkotaan. Studi kasus dilakukan di Kelurahan Sukahaji, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dan juga rawan terhadap kebakaran. Studi ini menilai 232 di lokasi studi tentang informasi yang berkaitan dengan demografi, pengetahuan terhadap kebakaran, perilaku dan kesiapsiagaan. Pengetahuan responden tentang jenis sumber kebakaran masih rendah. Demikian pula pada perilaku terkait penggunaan api masih membahayakan karena beberapa aktivitas dilakukan dengan kegiatan lainnya yang membuat masyarakat kurang sadar tentang potensi kebakaran. Namun, pengetahuan mereka tentang bagaimana cara memadamkan api cukup baik. Artikel ini merekomendasikan diperlukannya latihan yang lebih pada pengetehuan sumber kebakaran dan perilaku yang dilakukan pada masyarakat yang tinggal di permukiman padat penduduk untuk mengurangi risiko bencana kebakaran. Kata kunci: perilaku, kebakaran, permukiman padat penduduk, kesiapsiagaan, wilayah perkotaan

Upload: others

Post on 23-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

1Perilaku dan Kesiapsiagaan ... (Sagala S, et al)

PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN PADAPENGHUNI PERMUKIMAN PADAT KOTA BANDUNG

(Behavior and Preparedness to Fire Hazard in High Density Settlements in Bandung)

Saut Sagala1, Ramanditya Wimbardana2, and Ferdinand Patrick Pratama2

1) Kelompok Keahlian Perencanaan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Arsitektur,Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung

2) Resilience Development Initiative, Bandunge-mail: [email protected]

ABSTRACTFire is one of the hazards that may affect urban areas with high density settlements. Thus, research onfire mitigation is important to be conducted. This paper examines the behavior and preparedness ofoccupants in high density settlements towards fire risks in urban area. The case study is located at KelurahanSukahaji, Kecamatan Babakan Ciparay, Bandung that has very high density settlement as well as proneto fire hazards. This study assess 232 respondents in the study areas on information related to demogra-phy, understanding about fire, behavior and preparedness. The respondents understanding on the types offire sources are still low. Similarly, the behavior related to the activites using fire are still dangerousbecause some activities are conducted with other activities which make people less aware of the firehazards. Nevertheless, their knowledge on how to extinguish fires are quite good. This paper recommendsmore trainings on knowledge of fire source and behavior to be conducted to occupants living in high densitysettlements in order to reduce fire disaster risk.

Keywords: behavior, fire, high density settlement, preparedness, urban area

ABSTRAKKebakaran adalah salah satu bahaya yang dapat mengancam wilayah perkotaan yang memilikipermukiman padat. Oleh karena itu, penelitian tentang mitigasi bencana kebakaran penting untukdilakukan. Artikel ini menguji perilaku dan kesiapsiagaan oleh penduduk di permukiman padatpenduduk terkait risiko kebakaran di wilayah perkotaan. Studi kasus dilakukan di Kelurahan Sukahaji,Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dan jugarawan terhadap kebakaran. Studi ini menilai 232 di lokasi studi tentang informasi yang berkaitandengan demografi, pengetahuan terhadap kebakaran, perilaku dan kesiapsiagaan. Pengetahuan respondententang jenis sumber kebakaran masih rendah. Demikian pula pada perilaku terkait penggunaan apimasih membahayakan karena beberapa aktivitas dilakukan dengan kegiatan lainnya yang membuatmasyarakat kurang sadar tentang potensi kebakaran. Namun, pengetahuan mereka tentang bagaimanacara memadamkan api cukup baik. Artikel ini merekomendasikan diperlukannya latihan yang lebihpada pengetehuan sumber kebakaran dan perilaku yang dilakukan pada masyarakat yang tinggal dipermukiman padat penduduk untuk mengurangi risiko bencana kebakaran.

Kata kunci: perilaku, kebakaran, permukiman padat penduduk, kesiapsiagaan, wilayah perkotaan

Page 2: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

Forum Geografi, Vol. 28, No. 1, Juli 2014: 1 - 202

PENDAHULUAN

Kota Bandung adalah salah satu kota besardi Indonesia dengan jumlah penduduk 2,3juta jiwa dan kepadatan penduduk 16.000jiwa/km2 (Badan Pusat Statistik KotaBandung, 2009). Dengan pertumbuhanpenduduk dan kepadatan yang tinggi, kotaBandung tercatat rawan terhadap kebakar-an. 1624 kejadian kebakaran dari tahun2000 hingga 2010 dengan 48% lokasikebakaran terjadi di kawasan permukiman(Dinas Kebakaran Kota Bandung, 2011).Setiap tahunnya, terdapat sekitar 162kejadian dengan kerugian materi mencapaiRp 21 miliar per tahun.

Kawasan permukiman padat adalah ruangdi kawasan perkotaan yang paling rentanterhadap ancaman bahaya kebakaran(Kidokoro, 2008; Sufianto dan Green, 2011).Faktanya, banyaknya golongan masyarakatberpenghasilan rendah tinggal dipermukiman padat perkotaan (Dahroni,2008; Sariffudin dan Susanti, 2011;Atmodiwirjo dan Yatmo, 2011) yang tidakdidukung dengan kesiapsiagaan meng-hadapi kejadian bahaya kebakaran(Wilhelm, 2011). Sebagai contoh, peristiwakebakaran di permukiman padat KelurahanPenjaringan, Jakarta Utara, pada tahun2009, membakar lebih dari 100 unit rumah(Sufianto dan Green, 2011). Permukimanpadat mempercepat proses perambatanatau meluasnya lokasi kebakaran padaobjek-objek yang berpotensi terbakar.

Selain faktor kondisi fisik bangunan, salahsatu penyebab kebakaran yang pentingadalah perilaku (behavior) dari para penghuni.Sufianto dan Green (2011) berpendapatbahwa faktor lain yang mungkinberkontribusi terhadap besarnya kejadiankebakaran yaitu perilaku masyarakat yangdapat memicu kebakaran (seperti perilakumemasak, penggunaan alat listrik yangceroboh, kelalaian pemakaian lampu

minyak tanah dan lilin, perilaku merokokyang membahayakan, dan lainnya). Temuantersebut menandakan faktor kelalaianmanusia yang tidak menyadari perilakunyadapat menjadi salah satu faktor pemicukebakaran.Masyarakat seringkali secaratidak sadar mengabaikan besarnya risikoyang akan diterima akibat pandangannyadan perilakunya atas suatu bahaya (Ho dkk,2005). Oleh karena itu, perilaku dantindakan manusia dalam kaitannya dengankejadian kebakaran juga menjadi salah satuhal yang penting untuk ditinjau.

Sejauh ini studi-studi yang terkait denganbahaya kebakaran di perkotaan masih belumbanyak dilakukan. Secara khusus studiyang secara mendalam melihat bagaimanaperilaku terkait kebakaran di permukimanpadat masih sangat jarang. Terkait denganhal itu, tulisan ini mengangkat studi kasusperilaku kebakar-an yang terdapat di antarapara penghuni lokasi di permukimanterpadat di Kota Bandung yang rawanterhadap kebakaran. Lokasi studi adalah diKelurahan Sukahaji, Kecamatan BabakanCiparay. Dua pertanyaan penelitian utamayang mendasari studi ini adalah sebagaiberikut . Per tama, “Apa saja perilakumasyarakat di kawasan permukiman padat yangberpotensi menyebabkan kebakaran?” Kedua,“Bagaimana tindakan masyarakat dalammempersiapkan diri dalam menghadapi kejadiankebakaran?” Tulisan ini diawali denganpengantar yang telah dijelaskan sebelum-nya, dilanjutkan dengan metode, pengumpul-an data, kuesioner dan teknik analisis.Berikutnya, pembahasan dilanjutkandengan temuan studi dan analisis sertakesimpulan dan rekomendasi.

METODE PENELITIAN

Gambaran Lokasi Studi

Kecamatan Babakan Ciparay memiliki

Page 3: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

3Perilaku dan Kesiapsiagaan ... (Sagala S, et al)

catatan kebakaran terbesar di Bandungdibandingkan kecamatan lainnya, yaitutercatat sebanyak 34 kejadian dari tahun2007-2010 (Dinas Kebakaran KotaBandung, 2011). Karena itu kecamatan iniditetapkan sebagai kawasan yang rawankebakaran. Kecamatan Babakan Ciparayterdiri atas enam kelurahan yaitu Marga-suka, Cirangrang, Margahayu Utara,Babakan Ciparay, Babakan dan Sukahaji(Gambar 1). Kecamatan ini tergolongdaerah kepadatan penduduk tinggi yaitu209 jiwa/ha dengan total jumlah penduduksebesar 144.892 jiwa dan luas wilayah745,5 ha. Tata guna lahan saat ini diKecamatan Babakan Ciparay didominasioleh permukiman, perkantoran, per-dagangan dan industri non polutan.

Dalam lingkup Kecamatan BabakanCiparay, Kelurahan Sukahaji memilikikepadatan penduduk tertinggi yaitu 234jiwa/ha yang didominasi kawasanpermukiman. Lokasi studi dipilih di RW1, RW 2, RW 3, dan RW 4 yang memilikitingkat kepadatan bangunannya yangtinggi. Kondisi jarak antar bangunan dikeempat RW tersebut memiliki jarak antarbangunan yang saling berhimpit satu samalain dan lebar jalan dalam permukimanhanya berukuran lebar satu orang dewasa.Penggunaan lahan yang berlebih di daerahstudi disebabkan karena jumlah pendudukyang tinggi, namun tidak disertai denganpenyediaan lahan yang memadai sehinggapenduduk memanfaat-kan seluruh lahanyang tersedia.

Gambar 1. Peta Lokasi Studi di Kelurahan Sukahaji, Kota Bandung

Page 4: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

Forum Geografi, Vol. 28, No. 1, Juli 2014: 1 - 204

Karakter bangunan di wilayah studididirikan secara berderet , walaupunterdapat pula bangunan tunggal maupunkapel. Karakter bangunan yang berderet diwilayah ini cenderung berhimpitan satusama lain dengan jarak antar bangunansangat minim. Ketersediaan jalan danaksesbilitas di wilayah studi sangat buruk,banyak terdapat jalan sempit yang memilikilebar jalan 0,6 – 2 m. Kondisi jalan yangsepert i itu tidak dapat dilalui olehkendaraan roda empat. Terdapat hanyaempat ruas jalan yang memiliki lebar jalanminimal 4 m dan dapat dilalui olehkendaraan roda empat. Padatnya bangunandi keempat RW tersebut akan meningkat-kan intensitas kebakaran dan api menjadilebih cepat merambat ke bangunan-bangunan sekitarnya. Lebar jalan yangsempit akan mempersulit akses kendaraanpemadam kebakaran dari Dinas KebakaranKota Bandung dan proses untuk memadam-kan api itu sendiri.

RW 1 – 4 memiliki jenis rumah yangberaneka ragam, dari permanen (berdindingbatu bata atau semen; beratap gentengtanah liat atau seng) hingga semi permanen(berdinding kayu atau bilik; beratap kayu,asbes, atau plastik), namun mayoritasmasyarakat sudah mempermanenkanbangunan rumahnya. Kondisi bangunanrumah juga dominan adalah kumuhmeskipun terdapat juga rumah dengankondisi cukup layak ataupun bertingkat.Rumah dengan keadaan kumuh akanrentan terhadap kebakaran karena strukturbangunan mudah terbakar serta kumuhnyalingkungan sekitar memudah-kan untukterjadi penyalaan dan perambatan api.Pada lokasi studi, terdapat rumah-rumahyang tidak hanya memiliki fungsi sebagaihunian saja, tetapi juga berfungsi sebagaiwarung makan, warung untuk barangkebutuhan sehari-hari, dan industri rumahtangga, seperti pabrik tahu dan tempe.

Terdapat kegiatan penyalaan api olehwarung makan dan industri rumah tanggatersebut yang disengaja dengan mengguna-kan peng-gunaan bahan bakar gas atauminyak tanah, sehingga hal ini dapatberpotensi menjadi penyalaan api yangtidak terkendali. Di sisi sepanjang jalanutama di luar permukiman RW 1-4,terdapat 3 agen distributor tabung gas LPG(Liquefied Petroleum Gas) yang menyimpanbanyak tabung gas yang dapat menjadipotensi sumber kebakaran apabila terjadiledakan yang tidak diinginkan. Namun,sejauh ini belum ada catatan historiskebakaran di Kelurahan Sukahaji yangdisebakab ledakan di distributor gas ini.

Metode Pengambilan Data

Untuk mendapatkan data gambaranmengenai perilaku dan kesiapsiagaanterkait bahaya kebakaran di KelurahanSukahaji oleh masyarakat, maka dilakukandalam studi ini pengambilan sampel denganmenyebarkan kuesioner untuk mewakilikarakteristik populasi. Jumlah populasipenduduk di RW 1-4 yang terbesar diantaradiantara RW lainnya di kelurahan Sukahaji.Jumlah populasi dari keempat RW tersebutadalah 17.287 jiwa. Pengambilan sampelberdasarkan jumlah populasi KepalaKeluarga (KK) sebanyak 4399 KK dikeempat RW. Jumlah sampel ditentukandengan tingkat kepercayaan alpha: 0,01,dengan populasi 1.000 – 10.000 jiwa, makabesar sampel adalah antara 173 – 209(Bartlett dkk, 2001). Untuk menghindarikesalahan ketika pengisian data, terdapatisi kuesioner yang tidak terdata, dankesalahan lainnya, besar jumlah sampelyang diambil adalah 250. Metodepengambilan sampel yang digunakan dalampenelitian ini adalah menggunakan metodedispropotional cluster sampling. Pengambilansampel dengan menggunakan kuesionersebanyak 250 dengan membagi sama ratakepada KK di setiap RW.

Page 5: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

5Perilaku dan Kesiapsiagaan ... (Sagala S, et al)

Kuesioner dan Teknik Analisis

Isi kuesioner memasukkan unsurkarakteristik demografi responden, kejadiankebakaran, perilaku dan kesiapsiagaan.Karakteristik demografi yang diukurdiantaranya umur, jenis pekerjaan,pendapatan, usia, jumlah orang saat waktutertentu, dan adanya anggota keluarga yangcacat di dalam rumah tangga. Untukmengidentifikasi perilaku rentan terhadapkebakaran, informasi yang perlu diketahuiadalah sumber-sumber kebakaran yangdiketahui responden, perilaku ketikamemasak, dan penggunaan alat listrik.Sumber-sumber kebakaran mencakup (1)Sumber utama kebakaran, (2) Peralatanmemasak yang digunakan, dan (3) Khususuntuk responden pengguna kompor gas,ditanyakan apakah responden memeriksakondisi tabung gas sebelum digunakan.Perilaku memasak diukur dengan cara: (1)Aktivitas lain yang dilakukan ketikamemasak dan (2) Frekuensi menggunakanalat memasak dalam sehari. Penggunaanalat listrik diukur dengan pertanyaan: (1)Penggunaan steker listrik, (2) Pemilihankesesuaian kabel listrik dan dayanya, (3)Kontinuitas penggunaan alat elektronik,(4) Sumber sambungan listrik, dan (5)Sumber penerangan darurat.

Konten kuesioner kesiapsiagaan mengacupada temuan studi yang dilakukan dalampenelitian sebelumnya terhadap bahayaalam lainnya (Sunarto dan Marfai, 2012,FEMA, 2004; Paton dkk, 2006; Perry danLindell, 2008). Mengacu pada temuan studitersebut, dipilihlah temuan-temuan yangmasih relevan kemudian disesuaikan untukkonten kuesioner keperluan studi ini.Selain itu diidentifikasi proses kesiapsiaga-an seseorang terhadap bahaya kebakaransebagaimana yang telah dilakukan olehPaton dkk, (2006), FEMA (2004), danPerry dan Lindell (2008). Kemudian, keter-

sediaan informasi terkait mitigasi dankesiapsiagaan tentang kebakaran perludiidentifikasi, karena hal ini dapatmempengaruhi kesiapsiagaan.Prosespengolahan data yang diperoleh dari hasilsurvei meliputi skoring variabel, prosesperhitungan statistik menggunakan SPSS18 dan Microsoft Excel untuk pengolahandata primer yang mendukung penelitian ini.Data yang diperoleh melalui hasil surveidiolah dengan metode analisis. statistikdeskriptif untuk memperoleh gambaranperilaku dan kesiapsiagaan masyarakat dipermukiman padat Kelurahan Sukahajiterhadap bahaya kebakaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dijelaskan temuan-temuan dari hasil penyebaran 232kuesioner yang sah dari masyarakat yangtinggal di RW 1 - RW 4 di KelurahanSukahaji, Kecamatan Babakan Ciparay,diantaranya karakteristik responden,perilaku pemicu kebakaran dan kesiap-siagaan terhadap kebakaran.

Karakteristik Responden

Dari 232 kuesioner dengan jawabanresponden yang kembali dan berlaku,sebanyak 59,5% berjenis kelaminperempuan dan mayoritas berusia 30-50Tahun (58,8%). Mayoritas respondensudah dan menetap di kelurahan sukahajisudah lebih dari 10 tahun (76,7%).Mayoritas pendidikan terakhir respondenadalah SMP/sederajat (39,7%), SD/sederajat (26,7%), dan SMA/sederajat(24,1%). Sangat sedikit responden yangberpendidikan sarjana (2,6%) maupun S2(0,9%). Mayoritas jumlah pendapatankeluarga responden dalam sebulan dibawah Upah Minimum Kota (UMK) KotaBandung yaitu Rp.1.500.000 (57,8%) yang

Page 6: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

Forum Geografi, Vol. 28, No. 1, Juli 2014: 1 - 206

berarti mayoritas masyarakat golonganmenengah bawah.

Mayoritas pekerjaan responden diantara-nya: pedagang/wiraswasta (50%), karyawanswasta /buruh (24,6%), dan Ibu RumahTangga (18,1%). Jumlah orang yang tinggalserumah dengan responden mayoritasadalah 3 orang (30,6%), 4 orang (23,3%),dan 5 orang (13,4%). Terdapat sebagianresponden yang memiliki jumlah orang yangtinggal serumah dengan respondenterbanyak adalah 9-13 orang namun hanya3,5%. Kebakaran dapat terjadi kapan saja,bisa pada waktu pagi, siang, dan malam.Jumlah orang yang sedang berada di rumahpada waktu tersebut akan menentukankemungkinan jumlah korban yangmengalami kerugian akibat dari kejadiankebakaran itu. Oleh karena itu, penelitimengidentifikasi jumlah orang yang beradadi rumah ketika pagi, siang, dan malam.Ditemukan bahwa sebagian besar 0-4 orangberada di rumah ketika pagi hari (92,7%),siang hari (84,5%), dan malam hari(56,3%).

Sumber Kebakaran dan Bahan yangMudah Terbakar

Responden diajukan daftar sumber-sumber

penyebab kebakaran, seperti kompor gas,korek api, pembakaran sampah, dan lain-lain. Skoring dilakukan dengan skalaGuttman pada setiap sumber penyebabkebakaran yang diajukan. Untuk setiapsumber kebakaran yang diketahui olehresponden diberikan skor 1 (Jawaban“Ya”), sementara skor 0 (Jawaban “Tidak”)untuk sumber kebakaran yang tidakdiketahui oleh responden.

Dari jawaban 232 responden yang disurvei,mayoritas menyatakan kompor gas (100%),korslet listrik (77%), dan lilin (67%)merupakan sumber utama kebakaran(Gambar 2). Dari 232 responden yangmenyatakan kompor gas, 168 respondenmenyatakan permasalah terdapat padatabung gas dan 118 responden menyatakanpermasalahan terdapat pada kompor gas.Sumber kebakaran lainnya, tambahaninformasi yang disampaikan olehresponden, yaitu korek api, tungkuberbahan bakar kayu, perbuatan anak kecil,perambatan api, bensin, dan bahan kimia.Terkait seberapa banyak sumber penyebabkebakaran yang diketahui, 72% respondenyang mengetahui kurang dari 5 sumberpenyebab kebakaran, sedangkan 28% tahulebih dari 5 sumber kebakaran. Hasil

Gambar 2. Persepsi Sumber Kebakaran

Page 7: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

7Perilaku dan Kesiapsiagaan ... (Sagala S, et al)

perhitungan statistik juga menunjukkanrata-rata responden mengetahui sebanyak4 sumber kebakaran (Me = 4,1; s =2,71464). Artinya, belum banyak respondenyang mengetahui berbagai macam sumberkebakaran.

Menurut FEMA (2008), penggunaanperalatan memasak (cooking equipment)termasuk salah satu kategori utama terkaitperilaku penyebab kebakaran. Penggunaanperalatan memasak yang tidak sesuai dantidak memadai dengan petunjuk peng-gunaan berpotensi berpotensi memicuterjadi kebakaran, seperti kesalahan padapemakaian kompor gas dan tabung gas.Jumlah kejadian kebakaran yangdisebabkan oleh tabung gas di Indonesiameningkat dari tahun 2007 hingga 2010(Budya dan Arofat, 2011). Penigkatankejadian ini dimulai semenjak adanyakebijakan pemerintah Indonesia member-lakukan konversi energi bahan bakar darienergi minyak bumi ke energi gas tahun2006 (Budya dan Arofat, 2011). Perludiketahui, 11% kasus kebakaran di KotaJakarta selama tahun 2010 disebabkanledakan tabung gas (Sufianto dan Green,2011). Oleh karena itu, identifikasi alatmemasak yang digunakan oleh respondenperlu diketahui untuk memetakan potensiter jadinya kebakaran di KelurahanSukahaji.

Responden ditanyakan apakah merekamenggunakan alat memasak yangdisebutkan, diantaranya kompor minyak,kompor gas, kompor listrik, dan alatmemasak lainnya yang mungkin digunakanmereka. Skoring dilakukan dengan skalaGuttman untuk setiap kepemilikan alat-alat memasak tersebut. Skor 1 diberikanuntuk jawaban “Ya, saya menggunakannya”,sementara skor 0 diberikan untuk jawaban“Tidak, saya tidak menggunakannya”)untuk sumber kebakaran yang tidakdiketahui oleh responden. Dari responden

yang diteliti, alat-alat masak yang lazimdigunakan adalah kompor gas (84,5%),kompor minyak (13,8%), kompor listrik(0,4%), dan sebagian tidak punya alatmemasak (0,4%). Sementara itu, sebagianresponden masih membakar kayu baikmenggunakan tungku maupun hanya kayuyang dibakar saja (0,9%). Berdasarkanjenis bahan bakarnya Liquefied Petroleum Gas(LPG) (84,5%), minyak tanah (13,8%),kayu (0,9%), listrik (0,4%), dan tidak adabahan bakar (0,4%) dikarenakan tidakpunya alat masak. Menarik untuk diketahuibahwa mayoritas responden menggunakankompor gas dan mereka menggunakansumber bahan bakar tabung gas yangberpotensi sumber penyebab kebakaran.Hal ini menandakan bahwa terdapatpotensi terjadinya kebakaran di KelurahanSukahaji akibat kompor gas dan tabung gas.

Budya dan Arofat (2011) mencatatterjadinya ledakan tabung gas disebakanadanya: 1) kerusakan fisik tabung gas, 2)rendahnya pengetahuan pemakaian tabunggas, 3) pengisian gas tabung yang ilegal, dan4) kondisi lingkungan yang tidak aman.Untuk responden pengguna kompor gas,perilaku responden yang diteliti adalahapakah responden selalu memeriksa kondisidari tabung dan kompor gas pada saatmembeli kompor dan tabung gas ataumenukar tabung gas yang lama. SkalaGuttman digunakan untuk menilai apakahmereka memeriksa atau tidak memeriksakondisi tabung gas yang akan digunakan,Hasil perhitungan statistik menunjukkanrata-rata responden memeriksa tabung gas(Me = 0,8; s = 2,71464). Terdapat 20,4%yang tidak memeriksa kondisi tabungtabung gasnya ketika membeli yang baruatau saat menukar tabung gas yang lamadengan yang baru. Perilaku seperti ini bisamenjadi potensi penyebab kebakarankarena terdapat peluang untuk respondenmendapatkan tabung gas dengan kondisi

Page 8: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

Forum Geografi, Vol. 28, No. 1, Juli 2014: 1 - 208

tidak layak seperti terdapat kebocoran atauuntuk kompor gas, regulatornya tidakberfungsi sebagaimana seharusnya.

Lindell dan Whitney (2000) mengatakanbahwa terdapat korelasi positif antarapengetahuan terkait bahaya yang dihadapidan tindakan yang akan diambil terkaitbahaya tersebut. Artinya, individu yangmengetahui bahwa bahaya itu akan be-risiko bagi dirinya, maka ia akan mengambiltindakan preventif untuk menghindaririsiko bahaya tersebut. Analisis korelasiPearson dilakukan untuk mengetahuiapakah ada hubungan antara respondenyang mengetahui tabung gas sebagaisumber kebakaran dengan perilakumemeriksa kondisi tabung gas sebelumdigunakan. Hasil analisis tidak menunjuk-kan adanya korelasi antara keduanya (r = -0,56; sign > 0,05). Hal ini menunjukkanbahwa responden yang mengetahui bahwatabung gas dapat menjadi sumberkebakaran, belum tentu ia mengecekkondisi tabung gas yang akan digunakan.

Perilaku Ketika Memasak

Perilaku atau aktivitas ketika menggunakanperalatan memasak juga menjadi halpenting untuk diteliti. FEMA (2008)menyatakan bahwa mayoritas kebakarandari peralatan memasak disebabkan olehkesalahan manusia (human er ror) yangmelakukan kegiatan lainnya pada saatmemasak. Pada penelitian ini perludiidentifikasi apa saja kegiatan lain yangdiilakukan responden pada saat memasak.Responden diajukan daftar aktivitas-akt ivitas lain yang mungkin dapatdilakukan pada saat memasak, sepertimengobrol dengan tetangga, menelepon,menjaga anak, menonton TV, membersih-kan rumah, dan isian terbuka untukkegiatan lain yang dapat dilakukan ketikamemasak. Skoring dilakukan dengan skalaGuttman pada setiap aktivitas yang

diajukan Untuk setiap aktivitas lain ketikamemasak yang dijawab oleh respondendiberikan skor 1 (Jawaban “Ya”),sementara skor 0 (Jawaban “Tidak”) untuksumber kebakaran yang tidak diketahuioleh responden.

Mayoritas responden tidak melakukanaktivitas lain pada saat memasak (68,1%)(Me = 0,68; s = 0,469). Namun, terdapatproporsi yang cukup besar (32,9%) bahwaterdapat responden melakukan aktivitas lainket ika mereka sedang memasak,diantaranya menonton TV (14,2%),menjaga anak (10,8%), membersihkanrumah (10,8%), dan mengobrol dengantetangga (9,5%). Sementara, untukaktivitas lainnya, yaitu sambil bekerja(5,2%), mencuci (1,6%), dan tidur-tiduran(0,4%). Mayoritas responden melakukan 1jenis aktivitas lain ketika memasak(17%).Meskipun jumlah responden yangmelakukan aktivitas lain ketika memasakjauh lebih sedikit daripada yang tidak,perilaku responden tersebut tetap berisikountuk menyebabkan kebakaran.

Perlu diingat mayoritas respondenmenggunakan alat memasak yang mudahterbakar, seperti tabung gas. Korelasi antaraperilaku ketika memasak dan pengetahuansumber-sumber kebakaran perlu dilakukan.Analisis korelasi ini ingin membuktikanbila responden mengetahui peralatanmemasak yang digunakan merupakansumber kebakaran, maka ia tidak akanmelakukan aktivitas lainnya ket ikamemasak. Hasil analisis korelasi Pearsonmendapati tidak adanya korelasi antarapengetahuan peralatan memasak yangdigunakan sebagai sumber kebakarandengan tidak melakukan aktivitas lainnyaketika memasak (Tabel 1). Hasil korelasiini menunjukkan bila respondenmengetahui peralatan memasak yangdigunakan adalah sumber kebakaran, maka

Page 9: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

9Perilaku dan Kesiapsiagaan ... (Sagala S, et al)

belum tentu responden tidak akanmelakukan aktivitas lain. Hasil korelasimendapati keempat korelasi memiliki nilainegatif dimana, bila hasil korelasi inisignifikan, responden akan melakukanaktivitas lainnya ketika memasakwalaupun responden yang mengetahuiperalatan memasak yang digunakansumber kebakaran. Kelalaian ket ikamemasak ini dapat menjadi salah satufaktor yang menambah potensi pemicukebakaran di masa yang akan datang.

Potensi kebakaran dapat juga terjadi ketikasemakin seringnya peralatan memasakdigunakan dapat memperbesar potensiterjadinya kebakaran. Respondenditanyakan frekuensi penggunaan alatmemasak yang digunakan. Skala Likertdigunakan untuk skoring dari jawabanresponden, diantaranya: skor 1 untuk“Tidak pernah memakai”, skor 2 untuk“Sekali dalam seminggu”, skor 3 untuk“Antara sekali per hari dan sekali perminggu”, skor 4 untuk “Sekali dalamsehari”, dan skor 5 untuk “Lebih dari sekali

dalam sehari”. Ditemukan bahwaresponden mayoritas menggunakan alatmemasaknya lebih dari sekali dalam sehari(72,8%) dan sekali dalam sehari (25,4%).Penggunaan alat memasak lebih dari sekalidalam sehari berhubungan denganpenggunaannya menjelang waktu makan.Di Amerika Serikat , FEMA (2007)menemukan mayoritas kejadian kebakarandi rumah ter jadi pada jam saat ataumenjelang waktu makan, seperti antarapukul 17.00 – 19.00. Peluang terjadikebakaran di Kelurahan Sukahaji akanbertambah besar jika tingginya frekuensiaktivitas memasak ini ditambah denganperilaku melakukan aktivitas lain ketikamemasak dan adanya kelalaian penggunaanbahan bakar dalam memasak.

Penggunaan Alat Listrik

Cooper (2007) menyatakan jenis perilakurentan kebakaran yang dapat menyebabkanterjadi korslet listrik atau hubungan aruspendek antara lain penggunaan jenissambungan listrik, membuat banyak cabang

Variabel

Mengetahui Peralatan Memasak yang Digunakan Sumber Kebakaran

Kompor Minyak

Kompor Listrik

Kompor Gas

Tabung Gas

Tidak melakukan aktivitas lain ketika memasak -0,034 -1.121 -0,055 -0,089

Tabel 1. Korelasi Antara Pengetahuan Peralatan Memasak yang Digunakan SebagaiSumber Kebakaran dan Tidak Melakukan Aktivas Lain Ketika Memasak

Sumber: Hasil analisis

Keterangan:*Korelasi signifikan pada <0,01**Korelasi signifikan pada <0,05

Page 10: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

Forum Geografi, Vol. 28, No. 1, Juli 2014: 1 - 2010

stop kontak, penggunaan kabel yang sesuaidaya listrik, sikap dalam menggunakanperalatan elektronik, dan alternatif penerang-an jika sambungan listrik tidak berfungsi.Perilaku menumpuk steker alat elektronikbanyak pada satu sumber listrik atau ter-minal listrik akan menumpuk panas,sehingga menyebabkan terjadinya korsletlistrik. Skala Guttman digunakan sebagaiskoring untuk mengetahui apakahresponden menumpuk steker alatelektronik banyak pada satu sumber listrikatau terminal listrik. Pilihan jawaban “Ya”diberi skor 1 dan pilihan jawaban “Tidak”diberi skor 0. Temuan studi menunjukkanmayoritas responden menumpuk stekeralat elektronik banyak pada satu sumberlistrik atau terminal listr ik (65,1%),sehingga peluang terjadi kebakaran darikorslet listrik relatif besar (Me = 0.65; s =0,478)

Jika pemilihan kabel tidak sesuai denganbesar daya sambungan listrik dalam suaturumah, maka peluang terjadinya korsletakan ada (FEMA, 2008). Oleh karena itu,sangat penting bagi pemilik rumah untukselalu memastikan kabel yang diguna-kannya telah sesuai dengan besar dayasambungan listrik di rumahnya. SkalaGuttman digunakan sebagai skoring untukmengetahui apakah responden memastikankabel yang digunakannya telah sesuaidengan besar daya sambungan listrik.Pilihan jawaban “Ya” diberi skor 1 danpilihan jawaban “Tidak” diberi skor 0. Daritemuan studi, ditemukan bahwa 29,3%responden tidak memastikan kabel listrikyang digunakan telah sesuai dengan dayasambungan listrik di rumahnya.Mayoritasresponden sudah memastikan kabel listrikyang digunakan telah sesuai dengan dayasambungan listrik di rumahnya (Me = 0,71;s = 0,456).

Penggunaan berbagai peralatan elektronikseperti kulkas, pendingin ruangan, televisi,

dan lainnya, secara bersamaan denganpasokan daya listrik yang tidak memadaiakan mengakibatkan sirkuit menjadikelebihan beban daya listrik dan terjadipercikan api yang dapat menjadi sumberkebakaran. Oleh karena itu, penggunaanperalatan elektronik yang baik adalahtersambung listrik apabila dibutuhkan saja(FEMA, 2008). Tiga skala ordinaldigunakan sebagai skoring untukmengetahui kontinuitas penggunaan alatelektronik. Pilihan jawaban “Tetaptersambung dengan listrik setiap saat”diberi skor 1, pilihan jawaban “Kadangtetap tersambung dan kadang tidak” diberiskor 2 dan pilihan jawaban “Tersambunglistrik apabila dibutuhkan” diberi skor 3.Dalam penelitian ini ditemukan bahwa47,8% menggunakan peralatan elektronikdengan tersambung listrik setiap saat (Me= 2,35; s = 0,693). Sementara itu, 39,7%menggunakannya ketika dibutuhkan saja.Perilaku menggunakan peralatan elektronikdengan tersambung listrik setiap saat inidapat menjadi potensi pemicu kebakarandi Kelurahan Sukahaji.

Untuk ketersediaan sambungan listrik,akan lebih aman dan terpercaya jika jenissambungan listrik yang digunakandisediakan oleh pihak yang terpercaya yaituPLN karena sesuai Standar Nasional Indo-nesia (SNI) maupun Standar PLN (SPLN).Skala Guttman digunakan sebagai skoringuntuk mengetahui apakah respondenmenggunakan sambungan listrik dari PLNatau tetangga. Kedua pertanyaan diberikanpilihan jawaban “Ya” diberi skor 1 danpilihan jawaban “Tidak” diberi skor 0.Sebanyak 84,9% responden telah memakaisambungan listrik dari PLN. Sementara itu,terdapat 15,1% responden menggunakansambungan listrik yang meminjam aliranlistrik dari tetangga. Penggunaansambungan listrik yang dibagi dengantetangga seperti hasil temuan studi dapat

Page 11: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

11Perilaku dan Kesiapsiagaan ... (Sagala S, et al)

menimbulkan korslet listrik, karenapenggunaan daya listrik yang dapatmelebihi daya yang dimiliki oleh saturumah.

Analisis korelasi antara pengetahuansumber kebakaran yang dapat berasal darikorslet listrik dengan perilaku penggunaanlistrik, diantaranya: 1) Penggunaan stekerlistrik, 2) Pemilihan kesesuaian kabel listrikdan dayanya, 3) Kontinuitas penggunaanalat elektronik, dan 4) Menggunakansambungan listrik yang meminjam aliranlistrik dari tetangga. Hasil analisis korelasiPearson mendapati tidak adanya korelasiantara pengetahuan korslet listrik sebagaisumber kebakaran dengan perilakumenggunakan alat listrik (Tabel 2). Hasilkorelasi mendapati dua korelasi memilikinilai negatif dimana, jika hasil korelasi inisignifikan, responden yang mengetahuikorslet listrik sebagai sumber kebakarantidak akan menggunakan steker listrik yangberlebihan dan menggunakan sambunganlistrik dari tetangga. Sedangkan, dua hasilkorelasi mendapati nilai positif dimana, bilakedua korelasi ini signifikan, respondenyang mengetahui korslet listrik sebagaisumber kebakaran akan memilih kabellistrik sesuai dayanya dan tidak akanmenggunakan sambungan listrik daritetangga. Tidak adanya korelasi pada Tabel4 menunjukkan bila responden mengetahuipengetahuan korslet listrik sebagai sumberkebakaran, maka belum tentu respondenberhati-hati dalam menggunakan alatlistrik.

Hasil analisis korelasi antara perilakumenggunakan alat listrik dan karakteristikresponden menunjukkan tiga hubungnanyang signifikan (Tabel 3). Pertama, terdapatkorelasi negatif yang signifikan antarapendapatan keluarga dan pemasangansambungan listrik bersumber dari tetangga(r = -0,240; sign < 0,01) . Artinya,

responden yang memiliki pendapatan dibawah Rp 1.500.000 akan memasangsambungan listrik dari tetangga. Temuanini juga menandakan responden yang me-miliki pendapatan di atas akan memasangsambungan listrik dari PLN. Kedua,terdapat korelasi positif yang signifikanantara usia dan perilaku menumpuk stekeralat elektronik banyak pada satu sumberlistrik (r = -0,188; sign < 0,01). Nilai inimenunjukkan responden yang memilikiusia lebih muda akan cender ungmenumpuk steker alat elektronik banyakpada satu sumber listrik. Ketiga, perilakupenggunaan steker alat elektronik jugadipengaruhi oleh perbedaan jenis kelaminpengguna (r = -0,261; sign < 0.01).Keempat, pendidikan terakhir respondenmempengaruhi perilaku responden dalammemastikan kabel yang digunakan telahsesuai dengan daya (r = 0,143; sign < 0,05).Art inya, semakin tinggi pendidikanresponden, maka ia semakin berhati dalammemilih kabal listrik yang digunakan.

Penggunaan sumber penerangan denganmenggunakan lilin dapat berpontensimenjadi sumber kebakaran, apabila dalampenggunaannya tidak diawasi. FEMA(2008) dan Sufianto dan Green (2008)menemukan lilin dapat menjadi sumberkebakaran ketika apinya mengenai bahanyang mudah terbakar di dalam rumah dantidak diawasi saat penggunaannya, sepertiditinggal saat tidur atau aktivitas lainnya.Ketika sambungan listrik sedang tidakberfungsi, mayoritas responden memilihlilin sebagai sumber penerangan (87,5%),menggunakan lampu darurat (9,5%), danhanya 2% menggunakan lampu minyak.Responden berpendapat bahwa lilin adalahsumber penyebab kebakaran ketigaterbanyak yang diketahui oleh responden,namun responden tetap memilih untukmenggunakan lilin jika sambungan listriksedang tidak berfungsi.

Page 12: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

Forum Geografi, Vol. 28, No. 1, Juli 2014: 1 - 2012

Tabel 2. Korelasi Antara Perilaku Menggunakan Alat Listrik dengan PengetahuanKorslet Listrik Sebagai Sumber Kebakaran

Sumber: Hasil analisisKeterangan:*Korelasi signifikan pada <0,01**Korelasi signifikan pada <0,05

Tabel 3. Korelasi Antara Perilaku Menggunakan Alat Listrik dengan PengetahuanKorslet Listrik Sebagai Sumber Kebakaran

Variabel

Perilaku Menggunakan Alat Listrik

Penggunaan Steker Listrik

yang Berlebihan

Pemilihan Kesesuaian

Kabel Listrik dan Dayanya

Kontinuitas Penggunaan

Alat Elektronik

Menggunakan Sambungan Listrik dari Tetangga

Usia -0,188** -0,053 0,089 0,015

Jenis Kelamin -0,261** -0,009 -0,066 0,017

Pendidikan Terakhir

-0,63 0,143* 0,106 -0,119

Pendapatan Keluarga

0,36 0,104 -0,020 -0,240**

Sumber: Hasil analisis

Keterangan:*Korelasi signifikan pada <0,01**Korelasi signifikan pada <0,05

Variabel

Perilaku Menggunakan Alat Listrik

Penggunaan steker listrik

yang berlebihan

Pemilihan kesesuaian kabel

listrik dan dayanya

Kontinuitas penggunaan

alat elektronik

Menggunakan sambungan listrik

dari tetangga

Mengetahui korslet listrik sebagai sumber kebakaran

-0,084 0,060 0,089 -0,086

Page 13: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

13Perilaku dan Kesiapsiagaan ... (Sagala S, et al)

Penerimaan Informasi Terkait Mitigasidan Kesiapsiagaan Kebakaran

Perry dan Lindell (2008) menjelaskanbahwa keanekaragaman karakter dan me-dia informasi akan mempengaruhikeinginan kesiapsiagaannya. Tingkatkesiapsiagaan dari seseorang dapat dibentukdengan seberapa sering orang tersebutmenerima informasi pencegahan dankesiapsiagaan. Sebagai ilustrasi, semakinsering seseorang menerima informasipencegahan dan kesiapsiagaan, maka iaakan semakin mengetahui jenis-jenistindakan kesiapsiagaan yang bisa dilakukan-nya. Skala Likert digunakan untuk meng-identifikasi frekuensi penerimaan informasipencegahan dan kesiapsiagaan, Skor 1diberikan untuk jawaban “Tidak pernah”,skor 2 diberikan untuk jawaban “Palingtidak sekali dalam 1 tahun”, skor 3diberikan untuk jawaban “Paling tidaksekali dalam 6 bulan”, skor 4 diberikanuntuk jawaban “Paling t idak sekalisebulan”, dan skor 5 diberikan untuk “Pal-ing tidak sekali seminggu”.

Rata-rata responden mendapatkaninformasi tentang mitigasi dan kesiapsiaga-an mengenai kebakaran paling tidak sekalidalam setahun (Me = 2,01; s = 1,397).Temuan menunjukkan 58,2% respondenyang tidak pernah menerima informasipencegahan ataupun kesiapsiagaan,sedangkan 41,8% responden yangmenerima informasi tersebut denganrentang waktu dominan paling tidak sekalidalam 6 bulan (15,1%), paling tidak sekaliseminggu (10,8%), dan paling tidak sekalidalam 1 tahun (9,9%). Sumber informasipencegahan dan kesiapsiagaan tiga besarterbanyak yaitu televisi dan radio (29,3%),ketua RT/RW/tokoh masyarakat (6%),sosialisasi lembaga non pemerintah (2,2%).Temuan-temuan ini dapat mengindikasikanadanya keterbatasan informasi yangdimiliki masyarakat di Kelurahan Sukahaiji

tentang mitigasi dan kesiapsigaan terhadapkebakaran.

Jenis informasi pencegahan dan kesiap-siagaan yang diterima diklasifikasikanmenjadi 4 kategori yaitu, jenis kebakarandan penyebabnya serta cara untuk me-madamkan api, sistem pengamanankebakaran pada bangunan, sikap dalammenghadapi situasi kritis, dan rencana jalurevakuasi. Jenis informasi yang diterimamayoritas adalah informasi tentang jeniskebakaran dan penyebabnya serta carauntuk memadamkan api (31,5%), daninformasi sikap dalam menghadapi situasikritis (24,2%). Hanya 4,7% yang menge-tahui semua jenis informasi tersebut.

Pengetahuan Memadamkan Api

Tidak adanya hidran di lokasi studi dapatmenjadi masalah untuk memadamkan apiketika kebakaran terjadi. Sumber air yangterdapat di wilayah studi berupa sumur,sungai, kolam dan PDAM. Namun, jikasumber air yang tersedia tidak dapatterjangkau di titik kebakaran atau tidakmencukupi untuk memadamkan besarnyaapi, maka masyarakat perlu mengetahuicara lain untuk mematikan api, terutamasaat api belum membesar atau merambat.Skala Guttman digunakan sebagai skoringuntuk jawaban “Ya, saya mengetahuimemadakan api selain menggunakan air =1” dan “Tidak Tahu = 0”. Responden yangmengetahui cara memadamkan api selainmenggunakan api diminta untuk menyebut-kan cara lain yang ia ketahui.

Mayoritas responden sudah mengetahuicara memadamkan api selain dengan air(Me = 0,78; s = 0,415), sedangkan tidaktahu (Gambar 3). Sebanyak 78% atau 181responden itu menyebutkan cara yangberbeda-beda untuk memadamkan api.Dari 181 responden tersebut, mayoritas carayang diketahui adalah karung goni basah

Page 14: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

Forum Geografi, Vol. 28, No. 1, Juli 2014: 1 - 2014

(58%), kain basah (21%), pasir (15%), dantabung pemadam api (13,8%). Namun,cara-cara ini hanya untuk kebakarandengan intensitas kecil, sulit jika digunakanuntuk memadamkan kebakaran denganintensitas besar. Temuan lain menunjukkanbahwa responden sudah terpikirkan carauntuk mencegah api merambat kebangungan-bangunan disekitarnya. Sepertipada cara merubuhkan bangunan danmenebang pohon pisang yang terdapat disekitar bangunan yang terbakar. Beberaparesponden juga sudah mengetahui cara-caramemadamkan api yang modern sepertidengan menggunakan tabung pemadam api(13,8%). Terkait jumlah cara memadamkanapi selain dengan air yang diketahui olehresponden, hanya 0,4% yang mengetahuilebih dari tiga cara, mayoritas 61,2%responden hanya mengetahui satu cara saja.

Kepemilikan Asuransi

Bentuk usaha kesiapsiagaan berikutnyaadalah kepemilikan asuransi terhadapkebakaran. Perry dan Lindell (2008)menyatakan instrumen keuangan yang

menyediakan akses untuk mengurangirisiko bencana adalah penting terkaitkesiapsiagaan terhadap bencana. SkalaGuttman digunakan sebagai skoring untukjawaban “Ya, saya memiliki asuransiterhadap kebakaran = 1” dan “Tidak, sayatidak memiliki asuransi = 0”. Hanya 1,7%responden yang memiliki asuransi untukkebakaran (Me = 0,02; s = 0,130). Alasandari responden yang tidak memiliki asuransikebakaran mayoritas adalah tidak tahutentang asuransi (54,7%), tidak pernahterpikirkan (25,9%), dan mahal (14,7%).Terdapat responden yang menyatakansudah pernah mengajukan permohonanuntuk membuat asuransi namun tidakdiberikan oleh pihak asuransinyadikarenakan rumahnya tidak termasukkategori yang bisa diasuransikan. Jikamelihat jawaban terbanyak responden,yaitu tidak tahu tentang asuransi, bisadisimpulkan keinginan responden untukmelakukan usaha kesiapsiagaan masihrendah, karena responden seharusnya bisamencari informasi lebih tentang asuransiterutama untuk kebakaran. Hal ini berarti

Gambar 3. Pengetahuan Memadamkan Api

Page 15: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

15Perilaku dan Kesiapsiagaan ... (Sagala S, et al)

terdapat indikasi adanya kecenderunganmereka menunggu untuk diberi informasikesiapsiagaan. Selain itu, hasil analisiskorelasi menunjukkan adanya hubunganpositif yang signifikan antara pendapatankeluarga responden dan kepemilikanasuransi (r = 0,156; sign < 0,05). Artinya,semakin rendah pendapatan keluargaresponden, maka semakin responden tidakterpikirkan untuk mendaftarkan asuransiterhadap kebakaran. Ketidakmampuanmembayar premi asuransi dapat dimaklumi,karena mayoritas masyarakat berpendatanrendah.

Tindakan Kesiapsiagaan

Berikutnya, dilakukan identifikasi padaresponden terkait beberapa tindakankesiapsiagaan. Bentuk-bentuk tindakankesiapsiagaan yang diidentifikasi merujukpada FEMA (2004), diantaranya membuatjalur evakuasi/penyelamatan dari bahayakebakaran dalam rumah, melakukanpembagian tugas kepada setiap anggotakeluarga ketika ter jadi kebakaran,menyiapkan sekumpulan perlengkapangawat darurat, memasang peralatan antikebakaran, mengikuti pelatihan tanggap

darurat, dan memperbaiki kondisibangunan rumah, sehingga lebihmeminimalkan dampak yang terjadi jikaterbakar. Tiga skala ordinal digunakansebagai skoring untuk mengetahuitindakan kesiapsigaan yang sudahdilakukan. Pilihan jawaban “Tidakmelakukan dan tidak terpikirkan” diberiskor 1, pilihan jawaban “Terpikirkan danakan melakukan” dan kadang tidak” diberiskor 2 dan pilihan jawaban “Sudahdilakukan” diberi skor 3.

Mayoritas responden tidak memikirkan dantidak melakukan keenam kesiapsiagaantersebut, sehingga dapat dikatakan kesiap-siagaan responden terhadap kebakaran apirendah (Gambar 4). Diantara keenamtindakan kesiapsiagaan, tindakan kesiap-siagaan yang paling banyak sudah dilakukanadalah melakukan pembagian tugas kepadasetiap anggota keluarga sehingga merekasudah mempunyai peran dan tugas masing-masing ketika terjadi kebakaran (8,6%).Namun, kegiatan inipun belum dipikirkanoleh mayoritas responden (Me = 1,50; s =0,651). Belum terpikirkannya kegiatantindakan kesiapsiagaan oleh respondenjuga ditunjukkan pada tindakan memasang

Gambar 4. Tindakan Kesiapsiagaan Terhadap Kebakaran

Page 16: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

Forum Geografi, Vol. 28, No. 1, Juli 2014: 1 - 2016

alat peringatan kebakaran (Me = 1,34; s =0,517), tindakan mengikuti pelatihantanggap darurat (Me = 1,35; s = 0,585),dan membuat jalur evakuasi (Me = 1,56; s= 0,629).

Sedangkan, tindakan memperbaiki kondisirumah untuk yang sudah terpikirkan danakan dilakukan terbanyak adalah yangartinya responden sudah mengetahuibahwa rumah mereka rentan untukterbakar dan tahu sebaiknya diperbaiki(51,3%). Namun tindakan kesiapsiagaanmasih terdapat nilai yang tinggi untukresponden yang belum memikirkannya (Me= 1,62; s = 0,854). Hasil analisis korelasimenunjukkan adanya hubungan positifyang signifikan antara tindakanmemperbaiki kondisi rumah dan frekuensipenerimaan informasi tentang mitigasi dankesiapsigaan terhadap kebakaran (r =0,160; sign < 0,05). Artinya, respondenyang lebih sering mendapatkan informasitentang mitigasi dan kesiapsigaan terhadapkebakaran, akan semakin merasa perlunyamelakukan perbaikan terhadap kondisirumah.

Selanjutnya, sebagai usaha kesiapsiagaan,dilakukan identifikasi terhadap ke-pemilikan perlengkapan gawat darurat danapakah responden sudah menyiapkannyadalam satu tempat sehingga mudah dicaridan dibawa jika responden terkena bahayaatau bencana. Hasil perhitungan rerata ,mayoritas responden masih belummemikirkan untuk menyiapkan per-lengkapan gawat darurat (Me = 1,25; s =0,4995). Keterbatasan ekonomi keluargamenjadi halangan bagi responden untukmempersiapkan perlengkapan gawatdarurat. Hasil analisis korelasi mendapatiadanya hubungan positif yang signifikanantara pendapatan keluarga respondendengan tindakan mempersiapkanperlengkapan gawat darurat (r = 0,204; sign

< 0,01). Artinya, semakin rendah pen-dapatan keluarga responden, maka iasemakin tidak terpikirkan untuk mem-persiapkan perlengkapan gawat darurat.

Walaupun belum dipersiapkan, tetapibeberapa peralatan gawat darurat secaratidak disadari responden sudah dimilikinyadi rumahnya. Tersedia sembilan per-lengkapan gawat darurat, yaitu alat/kotakP3K, makanan kaleng untuk cadanganbeberapa hari, minimum dua liter airminum dalam botol, kumpulan nomortelpon penting ,masker,duplikat kuncirumah dan kunci motor, tali tambang,peralatan pertukangan, dan fotocopy surat-surat penting. 66,8% responden mem-punyai perlengkapan gawat darurat 0-4jenis, sedangkan sisanya, 33,2% respondenmempunyai perlengkapan gawat darurat 5-9 jenis. Tiga jenis perlengkapan gawatdarurat terbanyak yang dimiliki adalahfotocopy surat-surat penting, peralatanpertukangan, dan minimum dua liter airminum dalam botol.

KESIMPULAN DAN SARAN

Tulisan ini telah membahas perilaku dankesiapsiagaan masyarakat di permukimanpadat perkotaan terkait dengan bahayakebakaran. Kebakaran jelas merupakansalah satu potensi bahaya yang terjadi dilokasi studi. Pengetahuan masyarakat dikawasan permukiman pada di KelurahanSukahaji terkait jenis-jenis sumberkebakaran tergolong rendah. Perilakumasyarakat terkait kebakaran masihtergolong berbahaya karena terdapatbeberapa kegiatan yang terkait denganpenggunaan api yang dilakukan sambilmelakukan kegiatan lain. Namun, penge-tahuan mereka dalam menghadapi bahayakebakaran sudah cukup baik, terutamamereka sudah mengetahui beberapa cara

Page 17: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

17Perilaku dan Kesiapsiagaan ... (Sagala S, et al)

untuk mematikan api selain menggunakanair. Pengetahuan peng-gunaan caramemadamkan api selain menggunakan airpada saat terjadi kebakar-an sangatlahpenting bagi masayarakat di kawasanpermukiman pada di Kelurahan Sukahaji,karena di daerah ini ketersediaan sumberdaya air untuk memadamkan api sangatlahterbatas.

Penelitian ini menemukan banyak respondenyang tidak pernah menerima informasitentang mit igasi dan kesiap-siagaanterhadap bencana. Untuk responden yangpernah, mayoritas paling tidak hanya sekalidalam 6 bulan. Terkait tindakan kesiap-siagaan responden terhadap bahayakebakaran, mayoritas belum melakukandan tidak terpikirkan untuk melakukan

usaha-usaha kesiapsiagaan ketikakebakaran terjadi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pelatihan-pelatihan terkait pengetahuan tentangbahaya kebakaran dan kesiapsiagaan,secara khusus dalam konteks permukimanpadat agar bahaya kebakaran dapatdihindari. Penelitian ini bermanfaat bagidinas kebakaran dan dinas terkait perijinanbangunan untuk meminimalisir kejadiankebakaran di perkotaan. Lebih lanjut,persoalan bahaya kebakaran di per-mukiman padat ini perlu diintegrasikandengan tata ruang perkotaan sehinggaperlu mengalokasikan atau menempatkansumber-sumber air yang berguna untukpemadaman api secara cepat jika terjadikebakaran.

DAFTAR PUSTAKA

Atmodiwirjo, P., dan Yatmo, Y.A. (2011) Occupants’ Perception of ‘Healthy Housing’ in HighDensity Building. Makara of Social Sciences and Humanities Series, 15, 1-9

Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. (2011). Banyaknya Penduduk Berdasarkan Hasil RegistrasiMenurut Wilayah di Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2009). Bandung Dalam Angka. Kota Bandung: BadanPusat Statistik Kota Bandung.

Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. (2010). Banyaknya Penduduk Berdasarkan Hasil RegistrasiMenurut Wilayah di Kota Surabaya. Surabaya: Badan Pusat Statistik Kota Surabaya.

Bartlett, J. E., Kotrlik, J. W., dan Higgins, C. C. (2001). Organizational Research:Determining Appropriate Sample Size in Survei Research. Information Technology, Learning,and Performance Journal, 12, 43-50.

Budya, H., dan Arofat, M.Y. (2011). Providing Cleaner Energy Access in Indonesia throughthe Megaproject of Kerosene Conversion to LPG. Energy Policy, 39, 7575–7586.

Dinas Kebakaran Kota Bandung. (2011). Data Kejadian Kebakaran Tahun 2000-2010. KotaBandung.

Page 18: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

Forum Geografi, Vol. 28, No. 1, Juli 2014: 1 - 2018

Dahroni,. (2008). Analisis Keruangan Terhadap Perubahan Dan Persebaran PermukimanKumuh Di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun 2001 – 2005. Forum Geografi,22, 85-96

ENVIS. (2002). Monograph on Fire Hazard Fire Hazards in Metro Cities of India. New Delhi:School of Planning and Architecture New Delhi.

FEMA. (2004). Are You Ready? An In-depth Guide to Citizen Preparedness. WashingtonDC: Federal Emergency Management Agency.

FEMA. (2007). Behavioral Mitigation of Cooking Fires. Washington DC: Federal EmergencyManagement Agency.

FEMA. (2008). Residential Structures and Building Fires. Strategies Based on OriginalResearch and Adaptation of Existing Best Practices, U.S. Fire Administration,Emmitsburg

Gregg, C. E., Houghton, B. F., Johnston, D. M., Paton, D., dan Swanson, D. A. (2004).The Perception of Volcanic Risk in Kona Communities from Mauna Loa and HualalaiVolcanoes, Hawai’i. Journal of Volcanology and Geothermal Research, 130, 179-196.

Ho, M. C., Shaw, D., dan Lin, S. Y. (2005). Risk Perception of Flood and Landslide Victims inTaiwan. Paper presented at the 5th Annual Meeting of the IIASA-DPRI (InternationalInstitute for Applied Systems Analysis-Disaster Prevention Research Institute)Beijing,Cina.

Ho, M. C., Shaw, D., dan Lin, S. Y. (2008). How Do Disasters Characteristics InfluenceRisk Perception. Risk Analysis, 28, 635-643.

IFRCRCS. (2010). World Disaster Report 2010: Focus On Urban Risk. In D. McClean(Ed.). Geneva: International Federation of Red Cross and Red Crescent Socities.

Islam, M. M., dan Adri, N. (2008). Fire Hazard Management of Dhaka City: AddressingIssues Relating to Institutional Capacity and Public Perception. Jahangirnagar PlanningReview, 6, 57-67.

Jones, G. W. (2002). Southeast Asian Urbanization and The Growth of Mega-Urban Region.Journal of Population Research, 19(2), 119 -136.

Kidokoro, T. (2008). Community-based for Improving Vulnerable Urban Space. In T.Kidokoro (Ed.), Vulnerable Cities: Realities, Innovations, and Strategies (Vol. 8). Tokyo:Springer.

Lindell, M.K., dan Whitney, D.J. (2000). Correlates of Household Seismic Hazard AdjustmentAdoption. Risk Analysis, 20, 13-25.

Martin, W. E., Martin, I. M., dan Kent, B. (2009). The Role of Risk Perception in The RiskMitigation Process: The Case of Wildfire in High Risk Communities. Journal ofEnviromental Management, 91, 489-498.

Page 19: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

19Perilaku dan Kesiapsiagaan ... (Sagala S, et al)

Mekvichai, B. (2008). Vulnerable Cities: Realities, Innovations, and Strategies. In T.Kidokoro (Ed.), The Vulnerable City: Coping with Disasters. Tokyo: Springer.

Paton, D., Bürglet, P. T., dan Prior, T. (2008). Living with Bushfire Risk: Social andEnviromental Influences on Preparedness. The Australian Journal of EmergencyManagement, 23(3).

Paton, D., Kelly, G., Burglet, P. T., dan Doherty, M. (2006). Preparing for Bushfires:Understanding Intentions. Disaster Prevention and Management, 15, 566-575.

Perry, R. W., dan Lindell, M. K. (2008). Volcanic Risk Perception and Adjusment in MultiHazard Environment. Journal of Volcanology and Geothermal Research, 172, 170-178.

Ronan, K. R., Crellin, K., dan Johnston, D. (2009). Correlates of Hazard Education forYouth: a Replication Study. Nat Hazards, 53, 503-526.

Sariffudin,. dan Susanti, R. (2011). Penilaian Kesejahteraan Masyarakat Untuk MendukungPermukiman Berkelanjutan Di Kelurahan Terboyo Wetan, Semarang. Makara of SocialSciences and Humanities Series, 15,29-42

Slovic, P. (1987). Perception of Risk. Science, 236-285.

Sufianto, H., dan Green, A. R. (2011). Urban Fire Situation in Indonesia. Fire Technology, 2,1-21.

Sunarto,. dan Marfai, M.A. (2012) Potensi Bencana Tsunami Dan Kesiapsiagaan MasyarakatMenghadapi Bencana Studi Kasus Desa Sumberagung Banyuwangi Jawa Timur. ForumGeografi, 26, 17-28

Wilhelm, M. (2011). The Role of Community Resilience in Adaptation to Climate Change:The Urban Poor in Jakarta, Indonesia. In O.-Z. Konrand (Ed.), Resilient Cities: Citiesand Adaptation to Climate Change - Proceedings of the Global Forum 2010. New York:Springer.

Page 20: PERILAKU DAN KESIAPSIAGAAN TERKAIT KEBAKARAN ......Lindell, 2008). Mengacu pada temuan studi ters ebut, dipilihlah temuan-temuan yang masih rel evan kemudian disesuaikan untuk konten

Forum Geografi, Vol. 28, No. 1, Juli 2014: 1 - 2020

Lampiran Foto-foto Kondisi Pemukiman Daerah Penelitian

1. Kondisi Lingkungan di RW 3 Kelurahan Sukahaji

2. Kondisi Lingkungan di RW 4 Kelurahan Sukahaji

3. Pabrik Tahu di Dalam Lingkungan RW 3