peril a kuko msu men
DESCRIPTION
kkkTRANSCRIPT
B. Rencana Perubahan
1. Analisis Konsumen dan Analisis Kebijakan
Sosial
Analisis Konsumen berguna untuk melihat
bagaimana konsumen mengambil keputusan dan
peran pemasaran di dalamnya. Pengambilan
Keputusan Konsumen Proses pengambilan
keputusan yang dilakukan seseorang mengalami
berbagai pentahapan sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan. Konsumen merasa bahwa
dia membutuhkan sesuatu untuk memenuhi
keinginannya. Kebutuhan itu bisa dibangkitkan
oleh dirinya sendiri ataupun stimulus eksternal.
Stimulus bisa melalui lingkungan bergaul, sesuatu
yang dilihat, ataupun dari komunikasi produk atau
jasa perusahaan lewat media massa, brosur, dan
lain-lain.
2. Pencarian Informasi. Setelah kebutuhan itu
dirasakan, konsumen kemudian mencari produk
ataupun jasa yang bisa memenuhi kebutuhannya.
3. Evaluasi Alternatif. Konsumen kemudian
mengadakan evaluasi terhadap berbagai
alternatif yang tersedia mulai dari keuntungan
dan manfaat yang dia peroleh dibandingkan biaya
yang harus ia keluarkan.
4. Keputusan Pembelian. Konsumen memutuskan
untuk membeli merek tertentu dengan harga
tertentu, warna tertentu.
5. Sikap Paska Pembelian. Sikap paska
pembelian menyangkut sikap konsumen setelah
membeli produk ataupun mengkonsumsi suatu
jasa. Apakah dia akan puas dan terpenuhi
kebutuhannya dengan produk atau jasa tersebut
atau tidak.
Analisis kebijakan (policy analysis) dapat
dibedakan dengan pembuatan atau
pengembangan kebijakan (policy development).
Analisis kebijakan tidak mencakup pembuatan
proposal perumusan kebijakan yang akan datang.
Analisis kebijakan lebih menekankan pada
penelaahan kebijakn yang sudah ada. Sementara
itu, pengembangan kebijakan lebih difokuskan
pada proses pembuatan proposal perumusan
kebijakan yang baru. Namun demikian, baik
analisis kebijakan maupun pengembangan
kebijakan keduanya memfokuskan pada
konsekuensi-konsekuensi kebijakan. Analisis
kebijakan mengkaji kebijakan yang telah berjalan,
sedangkan pengembangan kebijakan memberikan
petunjuk bagi pembuatan atau perumusan
kebijakan yang baru. Dengan demikian, maka
dapat disimpulkan bahwa analisis kebijakan
sosial adalah usaha terencana yang berkaitan
dengan pemberian penjelasan (explanation) dan
preskripsi atau rekomendasi (prescription or
recommendation) terhadap konsekuensi-
konsekuensi kebijakan sosial yang telah
diterapkan. Penelaahan terhadap kebijakan sosial
tersebut didasari oleh oleh prinsip-prinsip umum
yang dibuat berdasarkan pilihan-pilihan tindakan
sebagai berikut:
1. Penelitian dan rasionalisasi yang dilakukan
untuk menjamin keilmiahan dari analisis yang
dilakukan.
2. Orientasi nilai yang dijadikan patokan atau
kriteria untuk menilai kebijakan sosial tersebut
berdasarkan nilai benar dan salah.
3. Pertimbangan politik yang umumnya dijadikan
landasan untuk menjamin keamanan dan
stabilitas.
2. Perubahan Struktur Pasar Konsumen
Struktur Pasar Konsumen – Persaingan
Sempurna, Monopolistik, Oligopoli dan Monopoli:
1. Pasar Persaingan Sempurna. Jenis pasar
persaingan sempurna terjadi ketika jumlah
produsen sangat banyak sekali dengan
memproduksi produk yang sejenis dan mirip
dengan jumlah konsumen yang banyak. Contoh
produknya adalah seperti beras, gandum,
batubara, kentang, dan lain-lain. Sifat-sifat pasar
persaingan sempurna :
a. Jumlah penjual dan pembeli banyak Barang
yang dijual sejenis, serupa dan mirip satu sama
lain
b. Penjual bersifat pengambil harga (price taker)
c. Harga ditentukan mekanisme pasar
permintaan dan penawaran (demand and supply)
d. Posisi tawar konsumen kuat
e. Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata
e. Sensitif terhadap perubahan harga
f. Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar
2. Pasar Monopolistik. Struktur pasar
monopolistik terjadi manakala jumlah produsen
atau penjual banyak dengan produk yang serupa/
sejenis, namun di mana konsumen produk
tersebut berbeda-beda antara produsen yang
satu dengan yang lain. Contoh produknya adalah
seperti makanan ringan (snack), nasi goreng,
pulpen, buku, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar
monopolistik :
1. Untuk unggul diperlukan keunggulan bersaing
yang berbeda
2. Mirip dengan pasar persaingan sempurna
3. Brand yang menjadi ciri khas produk berbeda-
beda
4. Produsen atau penjual hanya memiliki sedikit
kekuatan merubah harga
5. Relatif mudah keluar masuk pasar
3. Pasar Oligopoli. Pasar oligopoli adalah suatu
bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh
beberapa produsen atau penjual dalam satu
wilayah area. Contoh industri yang termasuk
oligopoli adalah industri semen di Indonesia,
industri mobil di Amerika Serikat, dan
sebagainya. Sifat-sifat pasar oligopoli :
1. Harga produk yang dijual relatif sama
2. Pembedaan produk yang unggul merupakan
kunci sukses
3. Sulit masuk ke pasar karena butuh sumber
daya yang besar
4. Perubahan harga akan diikuti perusahaan lain
4. Pasar Monopoli. Pasar monopoli akan terjadi
jika di dalam pasar konsumen hanya terdiri dari
satu produsen atau penjual. Contohnya seperti
microsoft windows, perusahaan listrik negara
(pln), perusahaan kereta api (perumka), dan lain
sebagainya. Sifat-sifat pasar monopoli :
1. Hanya terdapat satu penjual atau produsen
2. Harga dan jumlah kuantitas produk yang
ditawarkan dikuasai oleh perusahaan monopoli
Bab III Proses Pengambilan Keputusan oleh
Konsumen
Kotler dan Keller (2007a:214) menjelaskan
bahwa proses pengambilan keputusan merupakan
proses psikologis dasar yang memainkan peranan
penting dalam memahami bagaimana konsumen
secara aktual mengambil keputusan pembelian.
Titik awal untuk memahami perilaku konsumen
adalah model rangsangan-tanggapan. Pemasar
bertugas untuk memahami apa yang terjadi
dalam kesadaran konsumen antara datangnya
rangsangan luar dan keputusan pembelian akhir.
Empat proses psikologis penting–motivasi,
persepsi, pembelajaran dan memori–secara
fundamental turut mempengaruhi tanggapan
konsumen terhadap berbagai rangsangan
pemasaran.
Sheth dalam Ma’ruf (2005:14) menyatakan
bahwa proses keputusan konsumen bukanlah
berakhir dengan pembelian, namun berlanjut
hingga pembelian tersebut menjadi pengalaman
bagi konsumen dalam menggunakan produk yang
dibeli tersebut. Pengalaman itu akan menjadi
bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan pembelian di masa depan.
Kotler (2005a:223) menunjukkan bahwa di antara
tahap evaluasi alternatif dan keputusan
pembelian terdapat minat membeli awal, yang
mengukur kecenderungan pelanggan untuk
melakukan suatu tindakan tertentu terhadap
produk secara keseluruhan. Para ahli telah
merumuskan proses pengambilan keputusan
model lima tahap, meliputi:
1. Pengenalan masalah. Proses pembelian
dimulai saat pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan, yang dipicu oleh rangsangan internal
atau eksternal. Rangsangan internal misalnya
dorongan memenuhi rasa lapar, haus dan seks
yang mencapai ambang batas tertentu.
Sedangkan rangsangan eksternal misalnya
seseorang melewati toko kue dan melihat roti
yang segar dan hangat sehingga terangsang rasa
laparnya.
2. Pencarian informasi. Konsumen yang
terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak. Sumber
informasi konsumen yaitu:
– Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga dan
kenalan.
– Sumber komersial: iklan, wiraniaga, agen,
kemasan dan penjualan.
– Sumber publik: media massa dan organisasi
penilai konsumen.
– Sumber pengalaman: penanganan,
pemeriksaan dan menggunakan produk.
3. Evaluasi alternatif. Konsumen memiliki sikap
beragam dalam memandang atribut yang relevan
dan penting menurut manfaat yang mereka cari.
Kumpulan keyakinan atas merek tertentu
membentuk citra merek, yang disaring melalui
dampak persepsi selektif, distorsi selektif dan
ingatan selektif.
4. Keputusan pembelian. Dalam tahap evaluasi,
para konsumen membentuk preferensi atas
merek-merek yang ada di dalam kumpulan
pilihan. Faktor sikap orang lain dan situasi yang
tidak dapat diantisipasi yang dapat mengubah
niat pembelian termasuk faktor-faktor
penghambat pembelian. Dalam melaksanakan
niat pembelian, konsumen dapat membuat lima
sub-keputusan pembelian, yaitu: keputusan
merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas,
keputusan waktu dan keputusan metode
pembayaran.
5. Perilaku pasca pembelian. Para pemasar
harus memantau kepuasan pasca pembelian,
tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk
pasca pembelian, yang tujuan utamanya adalah
agar konsumen melakukan pembelian ulang.
Menurut Kotler (2005a:220), terdapat lima peran
dalam keputusan pembelian, yaitu:
a. Initiator (orang yang mengusulkan gagasan
untuk membeli).
b. Influencer (orang yang pandangan atau
sarannya mempengaruhi keputusan).
c. Decision maker (orang yang mengambil
keputusan).
d. Buyer (orang yang melakukan pembelian
aktual).
e. User (orang yang mengonsumsi atau
menggunakan produk atau jasa tertentu).
Tipe-tipe proses pengambilan keputusan
Tipe Pengambilan keputusan ( Decision
making) : adalah tindakan manajemen dalam
pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
(1) Keputusan terprogram/keputusan terstruktur :
keputusan yg berulang-ulang dan rutin, sehingga
dapat diprogram. Keputusan terstruktur terjadi
dan dilakukan terutama pada manjemen tingkat
bawah. Contoh: keputusan pemesanan barang,
keputusan penagihan piutang,dll.
(2) Keputusan setengah terprogram / setengah
terstruktur : keputusan yang sebagian dapat
diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan
sebagian tidak terstruktur. Keputusan ini
seringnya bersifat rumit dan membutuhkan
perhitungan-perhitungan serta analisis yg
terperinci. Contoh: Keputusan membeli sistem
komputer yangg lebih canggih, keputusan alokasi
dana promosi.
(3) Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur
: keputusan yang tidak terjadi berulang-ulang dan
tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di
manajemen tingkat atas. Informasi untuk
pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak
mudah untuk didapatkan dan tidak mudah
tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan
luar.
Bab IV Evaluasi Alternatif Sebelum Pembelian
A. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi, salah satu aktivitas dalam
proses pengambilan keputusan konsumen,
memegang peranan penting dalam memprediksi
perilaku pembelian konsumen. Saat konsumen
melakukan aktivitas ini, mereka sedang
mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat
pada satu produk dan menilai atribut mana yang
lebih penting untuknya yang ia gunakan sebagai
dasar keputusan memilih produk (Kotler, 2005).
Philip kotler mengemukakan, “Konsumen
mempelajari merek-merek yang tersedia dan ciri-
cirinya. Informasi ini digunakan untuk
mengevaluasi semua alternatif yang ada dalam
menentukan keputusan
pembeliannya”(1998:170). Menurut Sutisna,
“Setidak-tidaknya ada dua kriteria evaluasi
alternatif. Pertama adalah manfaat yang
diperoleh dengan membeli produk. Kedua,
kepuasan yang diharapkan”(2001:22).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, ketika
berbagai alternatif telah diperoleh, konsumen
melakukan evaluasi alternatif. Evaluasi altenatif
tersebut, dalam keberadaanya ditentukan oleh
keterlibatan konsumen dengan produk yang akan
dibelinya.
B. Penentuan Alternatif Pilihan
Kriteria evaluasi berisi dimensi atau atribut
tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-
alternatif pilihan. Kriteria alternatif dapat muncul
dalam berbagai bentuk, misalnya dalam membeli
mobil seorang konsumen mungkin
mempertimbangkan criteria, keselamatan,
kenyamana, harga, merek, negara asal (country
of origin) dan juga spek hedonik seperti gengsi,
kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya.
Beberapa criteria eveluasi yang umum adalah:
1. Harga
Harga menentukan pemilihan alternatif.
Konsumen cenderung akan memiliha harga yang
murahuntuk suatu produk yang ia tahu
spesifikasinya. Namun jika konsumen tidak bisa
mengevaluasi kualitas produk maka harga
merupakan indicator kualitas. Oleh karena itu
strategi harga hendaknya disesuaikan dengan
karakteristik produk.
2. NamaMerek
Merek terbukti menjadi determinan penting dalam
pembelian obat. Nampaknya merek merupakan
penganti dari mutu dan spesifikasi produk. Ketika
konsumen sulit menilai criteria kualitas produk,
kepercayaan pada merek lama yang sudah
memiliki reputasi baik dapat mengurangi resiko
kesalahan dalam pembelian.
3. Negaraasal
Negara dimana suatu produk dihasilkan menjadi
pertimbangan penting dikalangan konsumen.
negara asal sering mencitrakan kualitas produk.
Konsumen mungkin sudah tidak meraguakan lagi
kualitas produk elektronik dari Jepan. Sementara,
untuk jam tangan nampaknya jam tangan buatan
Swiss meruapak produk yang handal tak
teragukan.
4. Saliensikriteriaevaluasi
Konsep saliensi mencerminkan ide bahwa criteria
evluasi kerap berbeda pengaruhnya untuk
konsumen yang berbeda dan juga produk yang
berbeda. Pada suatu produk mungkin seorang
konsumen mempertimbangkan bahwa harga
adalah hal yang penting, tetapi tidak untuk
produk yang lain. Atribut yang mencook (salient)
yang benar-benar mempengaruhi proses evaluasi
disebut sebagai atribut determinan.
Menaksir alternatif Pilihan Tahap dari proses
keputusan membeli, yaitu ketika konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi
merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep
dasar tertentu membantu menjelaskan proses
evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap
bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai
kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan
memberikan tingkat arti penting berbeda
terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan
keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen
mungkin akan mengembangkan satu himpunan
keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap
merek pada setiap atribut. Keempat, harapan
kepuasan produk total konsumen akan bervariasi
pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima,
konsumen sampai pada sikap terhadap merek
berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada
konsumen yang menggunakan lebih dari satu
prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen
dan keputusanpembelian.
Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif
barang yang akan dibeli tergantung pada masing-
masing individu dan situasi membeli spesifik.
Dalam beberapa keadaan, konsumen
menggunakan perhitungan dengan cermat dan
pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang
sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak
sama sekali; mereka membeli berdasarkan
dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi.
Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan
membeli sendiri; kadang-kadang mereka bertanya
pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau
wiraniaga untuk memberi saran pembelian.
Pemasar harus mempelajari pembeli untuk
mengetahui bagaimana sebenarnya mereka
mengevaluasi alternatif merek. Bila mereka
mengetahui proses evaluasi apa yang sedang
terjadi, pemasar dapat membuat langkah-langkah
untuk mempengaruhi keputusan membeli.
C. Menyeleksi Aturan Pengambilan Keputusan
Setelah konsumen menerima pengaruh dalam
kehidupannya maka mereka sampai pada
keputusan membeli atau menolak produk.
Pemasar dianggap berhasil kalau pengaruh-
pengaruh yang diberikannya menghasilkan
pembelian dan atau dikonsumsi oleh konsumen.
Keputusan konsumen, tingkatan-tingkatan dalam
pengambilan keputusan, serta pengambilan
keputusan dari sudut pandang yang berbeda
bukan hanya untuk menyangkut keputusan untuk
membeli, melainkan untuk disimpan dan dimiliki
oleh konsumen.
Bab V Pembelian
1. Proses Keputusan Membeli
Menurut philip kotler (2003:224) proses
pengambilan keputusan pembelian pada
konsumen di bagi menjadi lima tahapan yaitu:
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli
mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan
tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan
internal atau ksternal. Dalam sebuah kasu, rasa
lapar, haus, dapat menjadi sebuah pendorong
atau pemicu yang menjadi kegiatan pembelian.
Dalam beberapa kasus lainnya, kebutuhan juga
dapat didorong oleh kebutuhan eksternal,
contohnya ketika seseorang mencium sebuah
wangi masakan dari dalam rumah makan ia akan
merasa lapar atau seseorang menjadi ingin
memiliki mobil seperti yang dimiliki tetangganya.
Pada tahap ini pemasar perlu melakukan
identifikasi keadaan yang dapat memicu
timbulnya kebutuhan konsumen. Para pemasar
dapat melakukan penelitian pada konsumen
untuk mengidentifikasi rangsangan yang paling
sering membangkitkan minata mereka terhadap
suatu produk.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan
terdorong untuk mencari informasi informasi yag
lebih banyak. Dalam tahap ini, pencarian
informasi yang dilakukan oleh konsumen dapat
dibagi ke dalam dua level, yaitu situasi
pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan
dengan penguatan informasi. Pada level ini orang
akan mencari serangkaian informasi tentang
sebuah produk.
Pada level kedua, konsumen mungkin akan
mungkin masuk kedalam tahap pencarian
informasi secara aktif. Mereka akan mencari
informasi melalui bahan bacaan, pengalaman
orang lain, dan mengunjungi toko untuk
mempelajari produk tertentu. Yang dapat menjadi
perhatian pemasar dalam tahap ini adalah
bagaimana caranya agar pemasar dapat
mengidentifikasi sumber-sumber utama atas
informasi yang didapat konsumen dan bagaimana
pengaruh sumber tersebut terhadap keputusan
pembelian konsumen selanjutnya.
Menurut Kotler (2003:225) sumber utama yang
menjadi tempat konsumen untuk mendapatkan
informasi dapat digolongkan kedalam empat
kelompok, yaitu:
Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga
dan kenalan.
Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur,
kemasan, pajangan ditoko.
Sumber publik: Media masa, organisasi
penentu peringkat konsumen.
Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian,
dan pemakaian produk.
Secara umum, konsumen mendapatkan sebagian
informasi tentang sebuah produk melalui sumber
komersial-yaitu sumber yang didominasi oleh
pemasar. Namun, informasi yang paling efektif
berasal dari sumber pribadi. Tiap-tiap informasi
komersial menjalankan perannya sebagai pemberi
informasi, dan sumber pribadi menjalankan fungsi
legitimasi atau evaluasi. Melalui sebuah aktivitas
pengumpulan informasi, konsumen dapat
mempelajari merek-merek yang bersaing beserta
fitur-fitur yang dimiliki oleh setiap merek sebelum
memutuskan untuk membeli merek yang mana.
3. Evaluasi alternatif
Dalam tahapan selanjutnya, setelah
mengumpulkan informasi sebuah merek,
konsumen akan melakukan evaluasi alternatif
terhadap beberapa merek yang menghasilkan
produk yang sama. Pada tahap ini ada tiga buah
konsep dasar yang dapat membantu pemasar
dalam memahami proses evaluasi konsumen.
Pertama, konsumen akan berusaha memenuhi
kebutuhannya. Kedua, konsumen akan mencari
mafaat tertentu dari solusi produk. Ketiga,
konsumen akan memandang masing-masing
produk sebagai sekumpulan atribut dengan
kemampuan yang berbeda-beda dalam
memberikan manfaat yang digunakan dan untuk
memuaskan kebutuhan itu. Atribut yang diminati
oleh pembeli dapat berbeda-beda tergantung
pada jenis produknya. Contohnya, konsumen
akan mengamati perbedaan atribut sperti
ketajaman gambar, kecepatan kamera, ukuran
kamera, dan harga yang terdapat pada sebuah
kamera.
4. Keputusan Pembelian
Dalam melakukan evaluasi alternatif, konsumen
akan mengembangkan sebuah keyakinan atas
merek dan tentang posisi tiap merek
berdasarkan masing-masing atribut yang berujung
pada pembentukan citra merek. Selain itu, pada
tahap evaluasi alternatif konsumen juga
membentuk sebuah preferensi atas merek-merek
yang ada dalam kumpulan pribadi dan konsumen
juga akan membentuk niat untuk membeli merek
yang paling di sukai dan berujung pada
keputusan pembelian.
Pada tahapan keputusan pembelian, konsumen
dipengaruhi oleh dua faktor utama yang terdapat
diantara niat pembelian dan keputusan
pembelian yaitu:
1. Sikap orang lain, yaitu sejauh mana sikap
orang lain mengurangi alternatif yang disukai
seseorang akan bergantung pada dua hal.
Pertama, intensitas sikap negatif orang lain
terhadap alternatif yang disukai calon
konsumen. Kedua, motivasi konsumen untuk
menuruti keinginan orang lain (Fisbhein, dalam
Kotler 2003:227). Semakin gencar sikap
negatif orang lain dan semakin dekat orang
lain tersebut dengan konsumen, maka
konsumen akan semakin mengubah niat
pembeliannya. Keadaan preferensi sebaliknya
juga berlaku, preferensi pembeli terhadap
merek tertentu akan meningkat jika orang
yang ia sukai juga sangat menyukai merek
yang sama.
2. Faktor yang kedua adalah faktor situasi yang
tidak terantisipasi yang dapat mengurangi niat
pembelian konsumen. Contohnya, konsumen
mungkin akan kehilangan niat pembeliannya
ketika ia kehilangan pekerjaannya atau adanya
kebutuhan yang lebih mendesak pada saat
yang tidak terduga sebelumnya.
Keputusan konsumen untuk memodifikasi,
menunda atau menghindari keputusan pembelian
sangat dipengaruhi oleh risiko yang dipikirkan
( Raymond, dalam Kotler 2003:228). Seperti
jumlah uang yang akan dikeluarkan,
ketidakpastian atribut dan besarnya kepercayaan
diri konsumen. Dalam hal ini, pemasar harus
memahami faktor-faktor yang menimbulkan
perasaan dalam diri konsumen akan adanya risiko
dan memberikan informasi serta dukungan untuk
mengurangi risiko yang dipikirkan konsumen.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan
mengalami level kepuasan atau ketidapuasan
tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir begitu
saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus
memantau kepuasan pascapembelian, tindakan
pascapembelian dan pemakaian produk pasca
pembelian.
Kepuasan pasca pembelian
Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari
sberapa dekat harapan pembeli atas produk
dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas
produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah
daripada harapan, pembeli akan kecewa.
Sebaliknya, jika kinerja produk lebih tinggi
dibandingkan harapan konsumen maka pembeli
akan merasa puas. Perasaan-perasaan itulah
yang akan memutuskan apakah konsumen akan
membeli kembali merek yang telah dibelinya dan
memutuskan untuk menjadi pelanggan merek
tersebut atau merferensikan merek tersebut
kepada orang lain.
Pentingya kepuasan pascapembelian
menunjukkan bahwa para penjual harus
menyebutkan akan seperti apa kinerja produk
yang sebenarnya. Beberapa penjual bahkan
menyatakan kinerja yang lebih rendah sehingga
konsumen akan mendapatkan kepuasan yang
lebih tinggi daripada yang diharapkannya atas
produk tersebut.
Tindakan pasca pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk
akan mempengaruhi perilaku konsumen
selanjutnya. Jika konsumen merasa puas ia akan
menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi
untuk membeli kembali produk tersebut.
Sebaliknya jka konsumen merasa tidak puas,
maka ia mungkin tidak akan membeli kembali
merek tersebut.
Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian
Selain perilaku pascapembelian, dan tindakan
pasca pembelian, pemasar juga haru memantau
cara konsumen dalam memakai dan membuang
produk tersebut. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi hal-hal yang dapat merugikan diri
konsumen, dan lingkungan atas pemakaian yang
salah, berlebihan atau kurang bertanggung jawab.
1. Memilih Sumber – sumber Pembelian
Pencarian Informasi bisa bersifat aktif atau pasif,
internal atau eksternal, Pencarian informasi yang
bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap
beberapa toko untuk membuat perbandingan
harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian
informasi pasif hanya dengan menbaca iklan di
majalah atau surat kabar tanpa mempunyai
tujuan khusus tentang gambaran produk yang
diinginkan. Pencarian informasi internal tentang
sumber – sumber pembelian dapat berasal dari
komunikasi perorangan dan pengaruh perorangan
yang terutama berasal dari pelopor opini,
sedangkan informasi eksternal berasal dari media
masa dan sumber informasi dari kegiatan
pemasaran perusahaan.
1. Sumber Pribadi : Keluarga, teman, tetangga,
kenalan
2. Sumber Komersial : Iklan, wiraniaga, agen,
kemasan, pajangan
3. Sumber Publik : Media massa, Organisasi
penilai konsumen
4. Sumber Pengalaman : Penanganan,
pemeriksaan dan menggunakan produk
Mana yang Lebih Baik: BPJS
Kesehatan atau Asuransi
Kesehatan?
Rizki Abadi 26 June 2015
Produk Asuransi
Bagikan
Saat pemerintah meluncurkan program
asuransi kesehatan yang dipayungi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di
Indonesia, banyak yang berpikir program ini
akan “mengusur” kedigdayaan perusahaan
asuransi kesehatan swasta di tanah air.
Namun ternyata pikiran ini termasuk salah
karena produk-produk asuransi kesehatan
swasta masih diminati. Bahkan ada orang yang
menjadi peserta BPJS dan asuransi kesehatan
swasta sekaligus!
Berikut Sembilan poin penting perbedaan yang
mendasari program BPJS Kesehatan dan
asuransi kesehatan swasta. Mungkin bisa jadi
pertimbangan buat Anda apa akan tetap setia
pada asuransi kesehatan swasta, atau BPJS,
atau malah dua-duanya.
1. Besaran Premi
Besaran Premi via cloudfront.net
Dari sisi ini, perbedaan yang muncul antara
lain:
Asuransi Kesehatan Swasta
Premi untuk asuransi swasta terbilang cukup
mahal dan sulit dijangkau untuk kalangan
menengah ke bawah. Peserta asuransi
kesehatan harus membayar premi hingga
ratusan ribu rupiah perbulan dan itu juga
tergantung jenis asuransi kesehatan mana
yang diambil dan dari perusahaan asuransi
mana. Premi dibayar dengan jangka waktu 1
bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun.
Sekedar informasi:
1. Makin tua umur peserta maka preminya
akan semakin mahal.
2. Premi juga akan semakin mahal jika
peserta yang diasuransikan adalah seorang
perokok.
3. Ada perbedaan harga premi untuk peserta
laki-laki dan perempuan
BPJS
Iuran untuk BPJS Kesehatan termasuk sangat
murah dan terjangkau. Untuk pekerja, sebagian
besar iuran itu ditanggung oleh perusahaan,
sementara untuk veteran dan fakir miskin,
iuran BPJS dibayar secara penuh oleh
pemerintah.
Sementara itu, untuk pekerja non formal
seperti pedagang, nelayan, pengangguran, atau
freelancer, iuran BPJS juga sangat terjangkau
karena minimal mereka bisa membayar Rp
25.500 rupiah per bulan untuk perawatan kelas
III di rumah sakit.
Oh ya, iuran BPJS ini ditarik setiap bulan dan
ada denda sebesar 2 persen dari total iuran
seandainya Anda telat membayar.
Informasi lainnya:
1. Tidak ada perbedaan besaran iuran antara
peserta tua dan muda
2. Tidak ada perbedaan besaran premi antara
peserta yang perokok dan bukan perokok
3. Tidak ada perbedaan besaran premi antara
peserta yang laki-laki dan perempuan
2. Segi Manfaat
Segi Manfaat via mczuiderzee.com
Dari Segi Manfaat, perbedaan yang ada yaitu
sebagai berikut:
Asuransi Kesehatan Swasta
Mayoritas asuransi kesehatan memberikan
manfaat untuk rawat inap seperti kamar,
operasi, ambulan, obat, jaminan kematian,
kunjungan dokter dan aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan perawatan pasien di
rumah sakit. Ada juga fasilitas asuransi yang
menawarkan rawat jalan setelah dirawat inap,
dan itu memang satu paket dengan rawat
inap.
Ingin asuransi untuk membantu pembayaran
rawat jalan? Nah Anda diharuskan membayar
sejumlah premi lagi dan itu cukup mahal.
Selain itu asuransi kesehatan tidak memberi
fasilitas untuk optik, gigi, dan kehamilan.
BPJS
Bisa dibilang BPJS memiliki manfaat fasilitas
kesehatan yang cukup lengkap. Selain rawat
inap, BPJS juga menerima rawat jalan, optik,
gigi, dan kehamilan.
Menariknya lagi BPJS memberi manfaat untuk
layanan promotif dan preventif seperti
penyuluhan, imunisasi, dan keluarga
berencana. Selain itu ada manfaat non medis
seperti ambulan. Bisa dibilang manfaat yang
diberikan BPJS lebih lengkap dibanding
asuransi kesehatan swasta.
3. Plafon
Segi Plafon via lifebridgehealth.org
Dari Segi Plafon manfaat, ada perbedaan yang
jelas dari keduanya, yaitu:
Asuransi Kesehatan Swasta
Ada batasan limit manfaat yang kerennya
disebut plafon asuransi. Contohnya Anda boleh
dirawat di sebuah rumah sakit dan ditanggung
oleh asuransi selama batas maksimum rawat
inap yang sudah disetujui. Begitu juga biaya-
biaya rawat inap seperti kunjungan dokter,
operasi, dan laboratorium punya limit biaya
yang dicover asuransi. Seandainya Anda
melebihi batas limit itu, Anda harus membayar
sendiri.
Penghitungan plafon pada asuransi kesehatan
swasta ada dua yaitu berdasarkan per-
penyakit yang tidak memiliki batasan tahunan,
atau berdasarkan waktu, misalnya plafon
tahunan.
BPJS
Tidak ada batasan plafon. Semua biaya
ditanggung BPJS dan pesertanya cuma harus
mengikuti sejumlah prosedur yang sudah
ditentukan termasuk dirawat di ruang rawat
yang sesuai dengan iuran yang mereka bayar.
Pokoknya BPJS akan membayar pengobatan
pasien sampai dia sembuh benar.
Biaya tambahan akan diminta pihak rumah
sakit seandainya pasien ingin pindah ke ruang
rawat lebih kelasnya lebih tinggi, atau
pembelian sejumlah obat yang tidak
ditanggung BPJS.
4. Penyakit Bawaan
Penyakit Bawaan via valeriedonaldsonmd.com
Dari sisi penyakit bawaan, perbedaan dar
BPJS dan asuransi swasta adalah:
Asuransi Kesehatan Swasta
Dalam asuransi kesehatan akan ada medical
check up untuk mengecek apakah si calon
peserta menderita penyakit bawaan seperti
jantung, gula darah dan lain-lain. Ini yang
disebut pre-existing condition. Cek up yang
sama juga akan dilakukan untuk seluruh
anggota keluarga yang tertanggung dalam
asuransi kesehatan tersebut.
Nah kalau ternyata ada calon peserta asuransi
menderita penyakit bawaan, biasanya penyakit
tersebut TIDAK akan ditanggung oleh asuransi
kesehatan. Namun ada juga asuransi yang
menanggung penyakit bawaan itu dengan
syarat peserta juga menjadi peserta asuransi
selama dua tahun alias tidak serta merta.
Artinya klaim untuk penyakit itu bisa
dibayarkan setelah dua tahun.
BPJS
Semua penyakit baik penyakit bawaan atau
penyakit baru akan ditanggung oleh BPJS.
Tidak ada diskriminasi. Selain itu tidak ada
yang namanya medical check up untuk
mendapatkan kepesertaan BPJS. Calon
peserta cukup mengisi formulir dan
melengkapi persyarata kemudian membayar.
5. Layanan
Layanan Asuransi via jagatreview.com
Mengenai hal ini, BPJS dan asuransi
kesehatan swasta memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Apa saja?
Asuransi Kesehatan Swasta
Layanan biasanya akan lebih cepat dan pasien
bisa langsung ke rumah sakit untuk segera
mendapatkan penanganan. Hampir semua
rumah sakit menerima asuransi kesehatan
sehingga prosesnya tidak sulit dan cenderung
tidak berbelit-belit.
BPJS
Memiliki layanan berjenjang, yaitu saat Anda
sakit Anda harus ke fasilitas kesehatan
(faskes) I terlebih dahulu untuk mendapat
rujukan. Setelah itu baru faskes I akan merujuk
Anda ke rumah sakit yang menjadi mitra BPJS
untuk pengobatan lebih lanjut. Birokrasi ini
terkadang berbelit-belit. Belum lagi antriannya
cukup panjang untuk memperoleh pelayanan.
Selain itu rumah sakit yang menjadi mitra
BPJS masih sedikit dibanding rumah sakit
yang menjadi mitra asuransi kesehatan.
6. Pilihan Rumah Sakit
Pilihan Rumah Sakit via panoramio.com
Untuk pilihan rumah sakit, asuransi swasta
bisa dibilang memiliki keunggulan yang lebih
baik. Lihat saja perbedaannya berikut ini:
Asuransi Kesehatan Swasta
Anda bisa memilih untuk berobat ke rumah
sakit mana pun dan asuransi akan
menanggung semua biaya, meskipun rumah
sakit itu tidak memiliki kerja sama dengan
asuransi milik Anda.
BPJS
Anda cuma bisa berobat ke rumah sakit yang
sudah ditunjuk BPJS begitu juga rumah sakit
rujukannya. Tidak hepi dengan pilihan rumah
sakit? Nah, Anda harus menunggu tiga bulan
untuk merubah rumah sakit rujukan supaya
sesuai dengan rumah sakit yang Anda
inginkan.
Anehnya, sistem ini juga berlaku meskipun
Anda sedang berada di luar kota dan
mengalami sakit. Anda tetap harus meminta
rujukan ke faskes I sebelum ke rumah sakit.
Ketentuan BPJS akan dinafikan jika pasien
dalam kondisi darurat. Tetapi Anda harus
terlebih dulu tahu apa definisi darurat menurut
BPJS.
7. Asuransi Jiwa
Asuransi Jiwa via forbes.com
Sama seperti sebelumnya, untuk masalah ini,
asuransi jiwa punya keunggulan yang lebih
baik dari BPJS. Ini rinciannya:
Asuransi Kesehatan Swasta
Ada asuransi kesehatan yang menyertakan
juga fasilitas asuransi jiwa dalam programnya,
sehingga bila peserta meninggal dunia, maka
ahli warisnya akan menerima dana asuransi
kematian.
BPJS
Tidak ada program ini dalam BPJ Kesehatan.
Baca juga: Memilih Asuransi Kesehatan
Terbaik? Ini Kriterianya
8. Batas Wilayah
Rumah Sakit Terkenal Di Luar Negeri via
wikimedia.com
Dalam hal ini, BPJS bisa dibilang kalah dalam
hal wilayah perawatan. Rinciannya adalah
sebagai berikut:
Asuransi Kesehatan Swasta
Kalau Anda sakit dan sedang berada di luar
negeri, Anda bisa mengunakan asuransi
kesehatan milik Anda. Kebanyakan asuransi
swasta biasanya bisa menanggung pesertanya
hingga ke luar negeri.
BPJS
Namanya asuransi nasional ya hanya berlaku
di Indonesia. Jadi Anda harus merogoh kocek
kalau terpaksa dirawat di luar negeri.
9. Double Klaim
Double Klaim via luciuscompletehome.com
Untuk masalah klaim, lagi-lagi BPJS harus
mengakui keunggulan dari asuransi kesehatan
swasta. Antara lain:
Asuransi Kesehatan Swasta
Anda bisa melakukan double claim dari
perusahaan asuransi. Double claim yang
dimaksud adalah saat Anda sakit dan
membayar dengan asuransi kantor, Anda tetap
bia melakukan klaim ke perusahaan asuransi
sesuai manfaat asuransi yang diambil.
BPJS
Sementara untuk BPJS tidak bisa dilakukan
double claim. Jadi misalnya Anda sakit dan
dibayar oleh asuransi kantor, Anda tidak bisa
klaim lagi ke BPJS. Perlu diketahui BPJS
hanya menerima klaim dari fasilitas kesehatan
langsung dan tidak menerima klaim
perorangan.
Baca juga: 7 Fakta Unik Tentang BPJS
Kesehatan
Masing-Masing Punya Kelebihan
dan Kekurangan
BPJS dan Asuransi Kesehatan Swasta
memang memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Tak heran banyak orang yang
memutuskan untuk menjadi peserta kedua
jenis asuransi itu sekaligus sekaligus
mengambil manfaat yang ditawarkan.
Meski saling melengkapi, buat Anda yang
ternyata lebih suka pelayanan yang cepat
tanpa berbelit-belit dan ingin langsung ke
rumah sakit tanpa birokrasi, baiknya Anda
memilih asuransi kesehatan swasta.
Meski begitu harus diakui kalau cuma BPJS
yang memberikan ragam manfaat yang lebih
banyak dari asuransi kesehatan, dan tentu
saja Anda harus siap dengan birokrasi dan
antriannya.
Mana yang jadi pilihan? Semuanya tergantung
Anda.
GARDA MEDIKADalam persaingan usaha yang kian kompetitif disertai tingginya laju inflasi, perusahaan diharapkan
mampu menjaga keseimbangan fasilitas kesehatan karyawan dengan biaya kesehatan yang terus
meningkat. Untuk itu, dengan pengelolaan profesional, Garda Medika akan membantu
perusahaan Anda mewujudkan hal tersebut.
Garda Medika menyediakan perlindungan terbaik bagi karyawan perusahaan Anda sebagai
berikut:
Basic Product, terdiri dari perlindungan untuk rawat inap
Additional Product, terdiri dari perlindungan untuk Rawat Jalan, Persalinan, Gigi, Kacamata
Lindungi kesehatan karyawan dengan biaya kesehatan yang memadai bersama Garda Medika dan nikmati fleksibilitas dalam pelayanan dan manfaat yang dipilih guna membantu mengendalikan biaya kesehatan & mengelola resiko perusahaan.