men arc he

Upload: christ-pasaribu

Post on 18-Jul-2015

937 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peristiwa yang paling penting pada remaja putri adalah menarche yaitu perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita (Wiknjosastro, 2005 : 92). Hal ini menjadi tanda biologis dari kematangan seksual yang dapat timbul bermacam-macam peristiwa hormonal, reaksi biologis dan reaksi psikis, proses somatis yang berlangsung secara siklik dan terjadi pengulangan secara periodik peristiwa menstruasi (Kartono, 1992 : 111). Timbulnya menstruasi ini karena berfungsinya organ hipotalamus, hipofise, ovarium dan uterus secara terkoordinasi. Pada awal menstruasi sering tidak teratur bahkan bisa berlangsung 1-2 tahun (Dep Kes RI, 1992 : 30). Peristiwa ini bisa berproses dalam suasana hati yang normal pada anak gadis tetapi kadang kala juga bisa berjalan tidak lancar dan bisa menimbulkan masalah psikosomatis (Kartono, 1992 : 111). Dalam dasawarsa terakhir ini usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda. Semmel weiis dalam Winkjosastro (2005) menyatakan bahwa 100 tahun yang lampau usia gadis-gadis Vienna pada waktu menarche berkisar antara 15-19 tahun. Sekarang usia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun tetapi rata-rata 12,5 tahun. Hal ini disebabkan oleh makin baiknya nutrisi dan kesehatan sekarang (Wiknjosastro, 2005 : 92). Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Menurut Brown dalam Winkjosastro (2005) menurunnya waktu usia menarche itu sekarang disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik, dan berkurangnya penyakit menahun. Cepat atau lambatnya kematangan seksual selain dipengaruhi oleh konstitusi fisik individual juga dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara hidup dan lingkungan anak. Badan yang lemah atau penyakit yang mendera seorang anak gadis bisa memperlambat timbulnya menstruasi (Kartono, 1992 : 112). Di SMP XXX jumlah keseluruhan murid perempuan kelas I adalah 150 orang. Dari sekian jumlah murid perempuan kelas I, yang sudah mengalami haid adalah 95%. Menarchenya terjadi rata-rata usia 11-13 tahun. Beberapa ahli mengatakan bahwa anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, lebih cepat mengalami menarche. Latihan atletik yang berat dapat memperlambat menarche dan atau mengganggu fungsi menstruasi. Saat timbulnya menarche juga kebanyakan ditentukan oleh pola dalam keluarga. Hubungan antara usia menarche sesama saudara kandung lebih erat dari pada antar ibu dan anak perempuannya. Selain itu juga terdapat perbedaan etnis dalam usia saat menarche, misalnya lebih lambat pada kulit hitam. Menarche lebih lambat timbul di daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan dan lebih cepat didaerah dataran rendah. Faktor lain seperti penyakit kronis terutama yang mempengaruhi masukan makanan dan oksigenasi jaringan dapat memperlambat menarche (Pardede, 2002 : 154). Sekitar 1/3 dari jumlah penduduk Indonesia terdiri dari kelompok usia remaja yang perlu mendapat bimbingan dan perhatian, karena pada usia tersebut merupakan periode transisi dalam siklus hidup dari masa anak ke masa dewasa yang penuh dengan masalah dan tantangan kehidupan (Dep Kes RI dan WHO, 2003 : 1). Fase tibanya haid ini merupakan suatu peristiwa dimana remaja telah siap secara biologis menjalani fungsi kewanitaannya. Semakin muda usia remaja dan semakin belum siap menerima peristiwa haid akan semakin terasa kejam dan mengancam pengalaman menstruasi tersebut. Pengamatan secara psikoanalitis menunjukkan

bahwa ada reaksi psikis pada saat haid pertama lalu timbul proses yang disebut sebagai komplek kastrasi atau trauma genetalia (Kartono, 1992 : 112-113). Menstruasi yang datangnya sangat awal, dalam artian anak gadis tersebut masih sangat muda usianya, dan kurang mendisiplinkan diri dalam hal kebersihan badan menyebabkan menstruasi itu dialami oleh anak sebagai suatu beban baru atau sebagai satu tugas baru yang tidak menyenangkan. Kadang muncul anggapan yang keliru yang sesuai dengan teori cloaca yang menyatakan segala sesuatu yang keluar dari rongga tubuh itu adalah kotor, najis, menjijikkan, serta merupakan tanda noda dan tidak suci. Dalam situasi yang demikian menarche dihayati anak sebagai satu proses mengeluarkan sejumlah darah kotor dari tubuhnya dimana ia harus menyingkir, menyendiri, atau harus diisolir. Maka kelak ketika ia telah menjadi dewasa, ia selalu cenderung untuk menghindari setiap kontak dengan orang lain, jika ia tengah mendapatkan haidnya. Reaksi individual anak gadis pada saat menarche berbeda-beda atau bervariasi. Pada umumnya mereka diliputi kecemasan berupa fobia atau berwujud minat yang sangat berlebihan terhadap badan sendiri dalam bentuk hypochondria. Bisa juga berwujud rasa bersalah atau berdosa yang sangat ekstrim yang kemudian menjadi reaksi paranoid (Kartono, 1992 : 114-118). Beberapa perubahan mental lain yang terjadi adalah berkurangnya kepercayaan diri (malu, sedih, khawatir dan bingung) (BKKBN, 2001 :5). Dengan demikian perlu diberikan pendidikan tentang menarche kepada remaja putri sebelum mereka menghadapi menarche. 1.2 Identifikasi faktor penyebab masalah Peristiwa menarche yang sifatnya sangat komplek meliputi unsur-unsur hormonal dan psikososial. Menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum, faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara hidup dan lingkungan. Pada waktu yang lampau menarche berkisar antara usia 15-19 tahun tetapi terakhir ini usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda yaitu antara usia 11-13 tahun. 1.3 Rumusan masalah Berdasarkan fenomena permasalahan pada latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah yaitu Bagaimanakah gambaran usia menarche siswi kelas 1 SMP XXX ? 1.4 Tujuan penelitian 1.4.1 Tujuan umum Menggambarkan usia menarche siswi kelas 1 SMP XXX. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi usia siswi kelas 1 SMP XXX. 2. Mengidentifikasi jumlah siswi kelas 1 yang sudah mengalami haid. 3. Mengidentifikasi usia menarche siswi kelas 1 yang sudah mengalami haid. 1.5 Manfaat penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis Berdasarkan penelitian ini dapat digambarkan usia menarche siswi kelas 1 SMP XXX sehingga dapat mengetahui apakah usia menarchenya awal, normal, atau lambat. 1.5.2 Manfaat praktis 1. Bagi institusi sekolah Sebagai masukan bagi kebijaksanaan program dalam rangka pengawasan, pengendalian, dan pembinaan bagi remaja putri. 2. Bagi institusi pendidikan Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangsih bagi institusi pendidikan, khususnya dalam bidang perpustakaan dan diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat bagi penelitian

selanjutnya. 3. Bagi peneliti Merupakan pengalaman yang berharga dan merupakan proses belajar guna meningkatkan dan menambah pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan penelitian. 4. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti lain dan dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian berikutnya. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori tentang menarche 2.1.1 Pengertian Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita (Wiknjosastro, 2005 : 92). Menarche adalah peristiwa ketika seorang anak perempuan mengalami haid atau datang bulan yang pertama kali (BKKBN, 1997 : 27) 2.1.2 Karakteristik usia menarche Usia remaja yang mendapat menarche bervariasi yaitu : antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata 12,5 tahun (Wiknjosastro, 2005 : 104), antara 11-15 tahun, rata-rata 13 tahun (Pardede, 2002 : 154). 2.1.3 Macam- macam menarche Menurut Wiknjosastro (2005) macam-macam menarche ada 2 yaitu : 1. Menarche prekoks Menarche prekoks yaitu sudah ada haid sebelum umur 10 tahun. 2. Menarche tarda Menarche tarda yaitu menarche yang baru datang umur 14-16 tahun. 2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi menarche Menurut Wiknjosastro (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi menarche ada 3 yaitu sebagai berikut : 1. Faktor keturunan Saat timbulnya menarche juga kebanyakan ditentukan oleh pola dalam keluarga. Hubungan antara usia menarche sesama saudara kandung lebih erat dari pada antara ibu dan anak perempuannya. 2. Keadaan gizi Makin baiknya nutrisi mempercepat usia menarche. Beberapa ahli mengatakan anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, lebih cepat mengalami menarche dari pada anak yang kurus. 3. Kesehatan umum Badan yang lemah atau penyakit yang mendera seorang anak gadis seperti penyakit kronis, terutama yang mempengaruhi masukkan makanan dan oksigenasi jaringan dapat memperlambat menarche. Demikian pula obat-obatan. Menurut Kartono (1992) faktor-faktor yang mempengaruhi menarche ada 4 yaitu sebagai berikut : 1. Faktor ras atau suku bangsa

Perbedaan etnis dalam usia saat menarche, misalnya di Amerika Serikat paling cepat pada Hispanics, lebih lambat pada kulit hitam dan paling lambat pada Caucasian. 2. Faktor iklim Menarche lebih lambat timbul di daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan dan lebih cepat di daerah dataran rendah. 3. Cara hidup Latihan atletik yang berat dapat memperlambat menarche dan atau mengganggu fungsi menstruasi. 4. Lingkungan Rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar, misalnya berupa film-flim seks (blue flims), bukubuku bacaan dan majalah-majalah bergambar seks, godaan dan rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan seksual atau coitus masuk ke pusat pancaindera diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor. Rangsangan yang terus menerus, kemudian menuju hipotalamus dan selanjutnya menuju hipofise pars anterior, melalui sistem portal. Hipofise anterior mengeluarkan hormon yang merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifik. Kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Hormon spesifik yang dikeluarkan kelenjar indung telur memberikan umpan balik ke pusat pancaindera dan otak serta kelenjar induk hipotalamus dan hipofise, sehingga mengeluarkan hormon berfluktuasi. Dengan dikeluarkannya hormon tersebut mempengaruhi kematangan organ-organ reproduksi. 2.1.5 Fisiologi menstruasi Pada masa kanak-kanak indung telur (ovarium) dikatakan masih berisirahat dan baru bekerja pada masa pubertas (Wiknjosastro, 2005 : 110). Pada siklus hiad endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum setelah terjadi ovulasi, di bawah pengaruh secara ritmik hormon-hormon ovarium : estrogen dan progesteron. Proses ovulasi harus ada suatu kerja sama yang harmonis antara korteks serebri, hipotalamus, hipofise, dan ovarium selain itu juga dipengaruhi oleh glandula tireodea, korteks adrenal, dan kelenjar endokrin lain. Pada tiap siklus haid FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior hipofise yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Folikel ini akan berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga lobus anterior hipofise dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yakni LH (luteinising hormone). Produksi kedua hormon gonadotropin (FSH dan LH) adalah dibawah pengaruh releasing hormones (RH) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofise. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Selain itu juga mendapat pengaruh dari luar, seperti cahaya, bau-bauan melalui bulbus olfaktorius, dan hal-hal psikologik. Bila penyaluran releasing hormones berjalan baik maka produksi gonadotropin akan baik pula, sehingga folikel de Graaf selanjutnya makin lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang menyebabkan endometrium tumbuh dan berproliferasi disebut masa proliferasi. Di bawah pengaruh LH folikel de Graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum, yang akan menjadi korpus luteum di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones). Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi). Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan kadar

estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Setelah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis (Wiknjosastro, 2002 : 48). SELENGKAPNYA di: KTI KEBIDANAN : STUDY DESKRIPTIF USIA MENARCHE SISWI SMP X askep-askeb-kita.blogspot.com | asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Timbulnya menstruasi ini karena berfungsinya organ-organ hipotalamus, hipofise, ovarium dan uterus secara terkoordinasi. Pada awal-awal menstruasi sering tidak teratur bahkan bisa berlangsung 1-2 tahun dan pada waktu itu sering terdapat menstruasi yang belum mengeluarkan telur (Dep Kes RI, 1992 : 30). . Peristiwa ini bisa berproses dalam suasana hati yang normal pada anak gadis tetapi kadang kala juga bisa berjalan tidak lancar atau tidak normal dan bisa menimbulkan masalah-masalah psikosomatis (Kartono, 1992 : 111). Dalam dasawarsa terakhir ini usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda. Semmel weiis dalam Sarwono (1999) menyatakan bahwa 100 tahun yang lampau usia gadis-gadis Vienna pada waktu menarche berkisar antara 15-19 tahun. Sekarang usia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun tetapi rata-rata 12,5 tahun. Hal ini disebabkan oleh makin baiknya nutrisi dan kesehatan sekarang (Sarwono, 1999 : 92). Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Menurut Brown dalam Sarwono (1999) menurunnya waktu usia menarche itu sekarang disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik, dan berkurangnya penyakit menahun. Menarche terjadi ditengah-tengah masa pubertas, yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Cepat atau lambatnya kematangan seksual (menstruasi ; kematangan fisik) ini selain dipengaruhi oleh konstitusi fisik individual juga dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara hidup dan lingkungan anak. Badan yang lemah atau

penyakit yang mendera seorang anak gadis bisa memperlambat timbulnya menstruasi (Kartono, 1992 : 112). Di SMP Negeri I Maospati jumlah keseluruhan murid perempuan kelas I adalah 150 orang. Dari sekian jumlah murid perempuan kelas I, yang sudah mengalami haid adalah 95%. Menarchenya terjadi ratarata usia 11-13 tahun. Beberapa ahli mengatakan bahwa anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, lebih cepat mengalami menarche. Latihan atletik yang berat dapat memperlambat menarche dan atau mengganggu fungsi menstruasi. Saat timbulnya menarche juga kebanyakan ditentukan oleh pola dalam keluarga. Hubungan antara usia menarche sesama saudara kandung lebih erat dari pada antar ibu dan anak perempuannya. Selain itu juga terdapat perbedaan etnis dalam usia saat menarche, misalnya lebih lambat pada kulit hitam. Menarche lebih lambat timbul di daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan dan lebih cepat didaerah dataran rendah. Faktor lain seperti penyakit kronis terutama yang mempengaruhi masukan makanan dan oksigenasi jaringan dapat memperlambat menarche (Pardede, 2002 : 154). Sekitar 1/3 dari jumlah penduduk indonesia terdiri dari kelompok usia remaja yang perlu mendapat bimbingan dan perhatian yang lebih besar, karena pada usia tersebut merupakan periode transisi dalam siklus hidup dari masa anak-anak ke masa dewasa yang penuh dengan masalah dan tantangan kehidupan (Dep Kes RI dan WHO, 2003 : 1). Fase tibanya haid ini merupakan suatu peristiwa dimana remaja benar-benar telah siap secara biologis menjalani fungsi kewanitaannya. Semakin muda usia remaja dan semakin belum siap menerima peristiwa haid akan semakin terasa kejam dan mengancam pengalaman menstruasi tersebut. Pengamatan secara psikoanalitis menunjukkan bahwa ada reaksireaksi psikis tertentu pada saat haid pertama lalu timbul proses yang disebut sebagai komplek kastrasi atau trauma genetalia (Kartono, 2002 : 112-113). Menstruasi yang datangnya sangat awal, dalam artian anak gadis tersebut masih sangat muda usianya, dan kurang mendisiplinkan diri dalam hal kebersihan badan menyebabkan menstruasi itu dialami oleh anak sebagai suatu beban baru atau sebagai satu tugas baru yang tidak menyenangkan. Kadang muncul anggapan yang keliru yaitu anggapan yang sesuai dengan teori cloaca yang menyatakan segala sesuatu yang keluar dari rongga tubuh itu adalah kotor, najis, menjijikkan, serta merupakan tanda noda dan tidak suci. Dalam situasi yang demikian menarche dihayati anak sebagai satu proses mengeluarkan sejumlah darah kotor dari tubuhnya dimana ia harus menyingkir, menyendiri, atau harus diisolir. Maka kelak ketika ia telah menjadi dewasa, ia selalu cenderung untuk menghindari setiap kontak dengan orang lain, jika ia tengah mendapatkan haidnya. Reaksi individual anak gadis pada saat menarche berbeda-beda atau bervariasi. Pada umumnya mereka diliputi kecemasan-kecemasan berupa fobia atau berwujud minat yang sangat berlebihan terhadap badan sendiri dalam bentuk hypochondria. Bisa juga berwujud rasa bersalah atau berdosa yang sangat ekstrim yang kemudian menjadi reaksi paranoid (Kartono, 2002 : 114-118). Beberapa perubahan mental lain yang terjadi adalah berkurangnya kepercayaan diri (malu, sedih, khawatir dan bingung) (BKKBN, 2001 :5). Dengan demikian perlu diberikan pendidikan tentang menarche kepada remaja putri sebelum mereka menghadapi menarche. 1.2 Identifikasi faktor penyebab masalah Peristiwa menarche yang sifatnya sangat komplek meliputi unsur-unsur hormonal dan psikososial. Menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum, faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara hidup dan lingkungan. Pada waktu yang lampau menarche berkisar antara usia

15-19 tahun tetapi terakhir ini usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda yaitu antara usia 11-13 tahun. 1.3 Rumusan masalah Berdasarkan fenomena permasalahan pada latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah yaitu Bagaimanakah gambaran usia menarche siswi kelas 1 SMP Negeri I Maospati ? 1.4 Tujuan penelitian 1.4.1 Tujuan umum Menggambarkan usia menarche siswi kelas 1 SMP Negeri I Maospati. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi usia siswi kelas 1 SMP Negeri I Maospati. 2. Mengidentifikasi jumlah siswi kelas 1 yang sudah mengalami haid. 3. Mengidentifikasi usia menarche siswi kelas 1 yang sudah mengalami haid. 1.5 Manfaat penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis Berdasarkan penelitian ini dapat digambarkan usia menarche siswi kelas 1 SMP Negeri I Maospati sehingga dapat mengetahui apakah usia menarchenya awal, normal, atau lambat. 1.5.2 Manfaat praktis 1. Bagi institusi sekolah Sebagai masukan bagi kebijaksanaan program dalam rangka pengawasan, pengendalian, dan pembinaan bagi remaja putri. 2. Bagi institusi pendidikan Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangsih bagi institusi pendidikan, khususnya dalam bidang perpustakaan dan diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi peneliti Merupakan pengalaman yang berharga dan merupakan proses belajar guna meningkatkan dan menambah pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan penelitian. 4. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti lain dan dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian berikutnya. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori tentang menarche 2.1.1 Pengertian Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita (Sarwono, 1999 : 92). Menarche adalah peristiwa ketika seorang anak perempuan mengalami haid atau datang bulan yang pertama kali (BKKBN, 1997 : 27) 2.1.2 Karakteristik usia menarche

Usia remaja yang mendapat menarche bervariasi yaitu : antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata 12,5 tahun (Sarwono, 1999 : 104), antara 11-15 tahun, rata-rata 13 tahun (Pardede, 2002 : 154). 2.1.3 Macam-macam menarche 1. Menarche prekoks Menarche prekoks yaitu sudah ada haid sebelum umur 10 tahun. 2. Menarche tarda Menarche tarda yaitu menarche yang baru datang umur 14-16 tahun. (Sarwono, 1999 : 236). 2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi menarche Menurut Sarwono (1999) : 1. Faktor keturunan Saat timbulnya menarche juga kebanyakan ditentukan oleh pola dalam keluarga. Hubungan antara usia menarche sesama saudara kandung lebih erat dari pada antara ibu dan anak perempuannya. 2. Keadaan gizi Makin baiknya nutrisi mempercepat usia menarche. Beberapa ahli mengatakan anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, lebih cepat mengalami menarche dari pada anak yang kurus. 3. Kesehatan umum Badan yang lemah atau penyakit yang mendera seorang anak gadis seperti penyakit kronis, terutama yang mempengaruhi masukkan makanan dan oksigenasi jaringan dapat memperlambat menarche. Demikian pula obat-obatan. Menurut Kartono (1992) : 1. Faktor ras atau suku bangsa Perbedaan etnis dalam usia saat menarche, misalnya di Amerika Serikat paling cepat pada hispanics, lebih lambat pada kulit hitam dan paling lambat pada caucasian. 2. Faktor iklim Menarche lebih lambat timbul di daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan dan lebih cepat di daerah dataran rendah. 3. Cara hidup Latihan atletik yang berat dapat memperlambat menarche dan atau mengganggu fungsi menstruasi.

4. Lingkungan Rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar, misalnya berupa film-flim seks (blue flims), buku-buku bacaan dan majalah-majalah bergambar seks, godaan dan rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan seksual atau coitus masuk ke pusat pancaindera diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor. Rangsangan yang terus menerus, kemudian menuju hipotalamus dan selanjutnya menuju hipofise pars anterior, melalui sistem portal. Hipofise anterior mengeluarkan hormon yang merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifik. Kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Hormon spesifik yang dikeluarkan kelenjar indung telur memberikan umpan balik ke pusat pancaindera dan otak serta kelenjar induk hipotalamus dan hipofise, sehingga mengeluarkan hormon berfluktuasi. Dengan dikeluarkannya hormon tersebut mempengaruhi kematangan organ-organ reproduksi. 2.1.5 Fisiologi menstruasi

Pada masa kanak-kanak indung telur (ovarium) dikatakan masih berisirahat dan baru bekerja pada masa pubertas (Sarwono, 1999 : 110). Karena pengaruh hormon FSH (Follicle stimulating hormone) dan estrogen, selaput rahim (endometrium) menjadi sangat tebal, bila terjadi ovulasi berkat pengaruh prosgesteron selaput ini menjadi lebih tebal lagi dan kelenjar endometrium tumbuh berkelok-kelok. Bersamaan dengan itu, endometrium menjadi lembek seperti karet busa dan melakukan persiapanpersiapan supaya sel telur yang telah dibuahi dapat bersarang. Bila tidak ada sel telur yang bersarang, endometrium ini terlepas dan menjadi perdarahan disebut haid (Mochtar, 1998 : 15) 2.1.6 Mekanisme haid Hormon streoid, estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan endometrium. Di bawah pengaruh estrogen, endometrium memasuki fase proliferasi, sesudah ovulasi endometrium memasuki fase sekresi. Dengan menurunnya kadar estrogen dan progesteron pada akhir siklus haid terjadi regresi endometrium yang kemudian diikuti oleh perdarahan yang dikenal dengan nama haid (Sarwono, 1999 : 119) 2.2 Kajian teori tentang remaja 2.2.1 Pengertian Masa remaja atau masa adolesensi adalah fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Pardede, 2002 : 138). 1. Menurut buku-buku pediatri Remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki. 2. Menurut undang-undang No 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak. Remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. 3. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal. 4. Menurut undang-undang perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. 5. Menurut Dik Nas anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah. 6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun (Soetjiningsih, 2004 : 2). 2.2.2 Tahap-tahap masa remaja 1. Masa remaja awal (10-14 tahun) Yang dimaksud masa remaja awal adalah periode dimana masa anak telah lewat dan pubertas dimulai. Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik. Jadi tidaklah mengherankan apabila sebagian besar dari energi intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini ditargetkan pada penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati dirinya. 2. Masa remaja menengah (15-16 tahun) Masa ini adalah masa perubahan dan pertumbuhan yang paling dramatis. Masa remaja menengah ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, timbulnya ketrampilan, ketrampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dan keinginan untuk memapankan jarak emosional dan psikologis dengan orang tua.

3. Masa remaja akhir Masa remaja akhir adalah tahap dari perkembangan pubertas sebelum masa dewasa. Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai seorang dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu sistem nilai pribadi (Pardede, 2002 : 139)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman, usia menarche turut mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari rata-rata 14 tahun menjadi 12,8 tahun (Silva, 2005). Bahkan, sebuah penelitian pada awal tahun 80-an menunjukkan fakta bahwa rata-rata usia menarche adalah 16,2 1,1 tahun (Beall, 1981). Modernisasi dan instanisasi gaya hidup diyakini sebagai faktor yang memegang andil cukup besar dalam penurunan rerata usia menarche. Hal ini dikarenakan kemajuan peradaban diikuti pula dengan perubahan-perubahan pada manusia, mulai dari perubahan pola makan sampai perubahan pola hidup. Data epidemiologi dunia menunjukkan bahwa 29,9% gadis berusia 10-17 tahun mengalami masalah kelebihan nutrisi (Roditis dkk., 2009). Menurut Abudayya dkk. (2009), sebuah penelitian di Amerika menunjukkan hasil bahwa lebih dari 90% remaja selalu makan camilan yang sebagian besar kandungannya adalah lemak di antara setiap waktu makan. Menurut Acharya dkk. (2006), perbaikan nutrisi akan berdampak kepada penurunan usia menstruasi pertama. Menarche dini lebih cenderung ditemui pada wanita dengan status nutrisi yang baik. Hal ini dikarenakan status nutrisi mempengaruhi maturitas sistem endokrin (Uche-Nwachi dkk., 2007). Pada sebuah penelitian di pulau Jawa, didapatkan data bahwa pada tahun 1937 usia menarche rata-rata adalah 14,08 tahun dan pada tahun 1996 sudah menurun menjadi 13,22 (Dewi, 2008). Menurut Winkjosastro (2006) dalam Dewi (2008), usia menarche memang bervariasi tetapi semakin lama usia menarche semakin cepat. Salah satu penyebab hal tersebut adalah perbaikan status nutrisi. Namun, menurut Paath (2005), di Indonesia belum ada penelitian yang menganalisis seberapa jauh status nutrisi mempengaruhi usia menarche.Universitas Sumatera Utara

Di Sumatera Utara, khususnya Medan, dijumpai perbedaan usia menarche yang cukup bermakna antara populasi dengan tingkat kesejahteraan menengah ke atas dan populasi dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Rata-rata usia menarche pada remaja putri dengan tingkat kesejahteraan menengah ke atas adalah 11,45 tahun dengan Standard Deviasi (SD) 0,92. Sementara itu, usia menarche pada kelompok dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah adalah 12,19 tahun dengan SD 0,98 (Pulungan, 2009). Di sisi lain, menarche terlampau dini dikaitkan dengan faktor risiko beberapa penyakit keganasan. Menurut Helm (2009), usia menarche dini merupakan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Di samping itu, percepatan usia menarche juga memperbesar peluang terjadinya hiperplasia endometrium (Chiang, 2008). Menurut Hebra (2008), kolesistitis juga berkaitan dengan usia menarche yang lebih cepat. Belakangan, insiden kanker uterus dan kanker payudara juga dihubungkan dengan usia menarche (Chiang, 2009; Swart, 2010) oleh alasan hormonal, yang dalam hal ini lebih didominasi oleh estrogen. Kecenderungan usia menarche yang semakin dini juga berimplikasi pada risiko terjadinya kehamilan pada usia yang lebih muda (Silva, 2005; Rah dkk., 2009) dan perpanjangan waktu persalinan (MacKibben, 2003). Usia menarche yang terlalu cepat pada sebagian remaja putri dapat menimbulkan keresahan karena secara mental

mereka belum siap. Menstruasi juga berarti pengeluaran zat besi, yang mana pada setiap siklus menstruasi sekitar 4 mg zat besi dikeluarkan. Apabila seorang remaja putri mengalami menarche 1 tahun lebih awal maka dia akan kehilangan zat besi sebanyak 48 mg lebih banyak (MacKibben, 2003). Informasi mengenai kecenderungan usia menarche juga merupakan parameter yang penting untuk memprediksi jumlah populasi dalam beberapa tahun ke depan, memperkirakan faktor risiko keganasan organ reproduksi, termasuk pula kejadian osteoporosis (Matkovic dkk., 1997). Rata-rata usia menarche juga bisa dijadikan patokan untuk menentukan abnormalitas dalam menarche. Sampai saat ini, seseorang dikatakan mengalamiUniversitas Sumatera Utara

pubertas prekoks (lebih cepat dari normal) apabila menarche terjadi di bawah usia 8 tahun dan mengalami pubertas tarda (terlambat) bila menarche terjadi di atas usia 18 tahun. Kedua keadaan tersebut merupakan keadaan patologis akibat gangguan aksis hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Seiring dengan usia menarche yang terus menurun, bisa jadi patokan usia untuk pubertas patologis juga perlu mengalami penyesuaian (Uche-Nwachi dkk., 2007). 1.2. Rumusan Masalah Uraian dalam latar belakang memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan: apakah terdapat hubungan antara status nutrisi dua tahun sebelum menarche dengan usia menarche? 1.3. Tujuan Penelitian a. Umum Menganalisis hubungan antara status nutrisi dua tahun sebelum menarche dengan usia menarche pada siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011 b. Khusus 1. Mengetahui gambaran status nutrisi melalui pola diet rutin siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011 pada masa dua tahun sebelum menarche 2. Mengetahui gambaran usia menarche siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Departemen Kesehatan: sebagai bahan masukan mengenai hubungan antara status nutrisi dan usia menarche 2. Bagi pihak sekolah: sebagai pedoman untuk menentukan saat yang tepat memulai pendidikan dan penyuluhan tentang menarcheUniversitas Sumatera Utara

3. Bagi siswi: sebagai bahan informasi mengenai gambaran usia menarche dan gambaran status gizi sehingga dapat direncanakan langkah-langkah antisipasi terhadap dampak buruk yang mungkin timbul akibat keadaan yang adaUniversitas Sumatera Utara

Kasus kelebihan berat badan pada anak terus mengalami peningkatan dan telah menjadi masalah kesehatan karena dapat menimbulkan berbagai dampak, antara lain gangguan metabolisme tubuh berupa menarche dini yang saat ini juga mengalami peningkatan jumlah kasusnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kelebihan berat badan dengan menarche dini. Penelitian ini mengambil lokasi di sekolah dasar di wilayah Kecamatan Magetan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasinya adalah siswi kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar di Kecamatan Magetan berjumlah 1040 anak. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sejumlah 302 responden. Variabel bebas penelitian ini adalah kelebihan berat badan. Sedangkan variabel terikatnya adalah menarche dini. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari pengukuran berat badan dan tinggi badan serta hasil wawancara menggunakan pedoman wawancara. Untuk mengetahui hubungan kelebihan berat badan dengan menarche dini digunakan uji statistik Ch-square dengan tingkat kesalahan