pergeseran bentuk dan makna adjektiva pada komik ...digilib.unila.ac.id/56608/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA ADJEKTIVA PADA KOMIK
TERJEMAHAN LES SCHTROUMPFS DARI BAHASA PRANCIS KE
BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA PADA
PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS DI SMA
Skripsi
Oleh
ADE RIANI VIONITA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
i
ABSTRAK
PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA ADJEKTIVA PADA KOMIK
TERJEMAHAN LES SCHTROUMPFS DARI BAHASA PRANCIS KE
BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN
BAHASA PRANCIS DI SMA
Oleh
Ade Riani Vionita
Masalah pada penelitian ini ialah pergeseran bentuk dan makna adjektiva pada
terjemahan komik Les Schtroumpfs dan implikasinya terhadap pembelajaran
Bahasa Prancis di SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pergeseran
bentuk dan makna adjektiva dalam penerjemahan komik Les Schtroumpfs, serta
implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa Prancis di SMA.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitat if.
Sumber data dalam penelitian ini ialah komik Les P’tits Schtroumpfs et Le
Schtroumpf Robot dan Les Schtroumpfs et L’arbre d’Or karya Alain Jost, Thierry
Culliford dan Pascal Garray serta komik terjemahannya oleh Widya T. Soerojo dan
Nies Koestiyah. Data dalam penelitian ialah kata ataupun frasa yang mengandung
adjektiva yang mengalami pergeseran bentuk dan/atau makna. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode simak yang terdiri atas dua teknik, yaitu
teknik dasar (teknik sadap) dan teknik lanjutan (teknik SBLC).
ii
Diurutkan berdasarkan frekuensi terbesar, pergeseran bentuk yang terdapat pada
penelitian ini terbagi menjadi pergeseran struktur, pergeseran unit, pergeseran
sistem intra, dan pergeseran kelas kata dan pergeseran makna yang terbagi menjadi
pergeseran makna karna perbedaan sudut pandang budaya, pergeseran makna dari
generik ke spesifik atau sebaliknya. Hasil penelitian ini berimplikasi dengan
pembelajaran Bahasa Prancis di SMA, berdasar pada kompetensi dasar (KD) 3.8
mencirikan cerita fabel Prancis degan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks,
dan unsur kebahasaan dan 4.8 menyatakan kembali cerita fabel Prancis dengan
memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan. Penelitian ini
dijelaskan lebih sebagai sumber belajar untuk KD tersebut.
Kata kunci: les schtroumpfs, pembelajaran Bahasa Prancis di SMA, pergeseran
bentuk dan makna
iii
ABSTRACT
LES GLISSEMENTS DE FORME ET DE SENS DE L’ADJECTIF DANS
LA TRADUCTION DES BANDES DESSINÉES LES SCHTROUMPFS DU
FRANÇAIS EN INDONÉSIEN ET LEUR IMPLICATION DANS
L’APPRENTISSAGE DU FRANÇAIS AU LYCÉE
Par
Ade Riani Vionita
Les problèmes dans cette étude sont les glissements de forme et de sens de l’adjectif
dans bandes dessinés Les Schtroumpfs et leur implication dans l’apprentissage du
français au lycée. Les glissements de forme et de sens se sont produits parce-qu’il
y a de quelques facteurs. Cette recherche a les objectifs de décrire le changement
de forme et de sens des adjectifs trouvés dans la traduction des bandes dessinées
Les Schtroumpfs de la français à l’indonésien, et leur implications dans
l’apprentissage du français au lycée.
La méthode de recherche utilisée est descriptive qualitative. Les sources de données
de cette recherche sont les bandes dessinées Les P'tits Schtroumpfs et Le Schtroumpf
Robot et Les Schtroumpfs et L'arbre d'Or d’Alain Jost, Thierry Culliford et Pascal
Garray et leur traduction écrite par Widya T. Soerojo et Nies Koestiyah. Les
iv
données de cette recherche se présentent sous la forme des mots ou des syntagmes
qui subissent un glissement dans la forme et/ou la sens des adjectifs traduits du
français en indonésien. La technique de collecter de données emploie une méthode
de recherche consistant en deux techniques, ce sont la technique de base (la
technique d’observation) et la technique avancée (la technique SBLC).
Triées par la plus grande fréquence, les glissements de forme dans cette étude sont
divisés en glissement structurelles, glissement d'unités, glissement système-intra,
glissement de classes de mots et les glissements de sens sont divisées en glissement
causé par la différence du point de vue et de la culture, glissement de sens d'un
générique à un spécifique et vice versa. Les résultats de cette recherche peuvent être
impliqués pour l’apprentissage du français au lycée basé sur le (KD) 3.8
caractérisant le fable français en faisant attention à la fonction sociale, à la structure
du texte et aux éléments linguistiques et aussi le KD 4.8 reformulant le fable
français en faisant une attention particulière aux fonctions sociales, aux structures
de texte et aux éléments linguistiques. Cette recherche est expliquée plus comme la
source d’apprentissage de KD 3.8 et 4.8.
Mots clés : glissement de forme et de sens, l’apprentissage du français au lycée,
les schtroump
vi
PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA ADJEKTIVA PADA KOMIK
TERJEMAHAN LES SCHTROUMPFS DARI BAHASA PRANCIS KE
BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN
BAHASA PRANCIS DI SMA
Oleh
ADE RIANI VIONITA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro pada 22 Desember 1996. Penulis
merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara pasangan
Bapak Joni Munandar dan Ibu Noviro Ismi Pahlawani.
Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 2001 di Taman
Kanak-Kanak (TK) Assalam. Peneliti melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD)
di Sekolah Dasar Negeri 1 Harapan Jaya pada tahun 2002. Jaya. Pada tahun 2004,
peneliti pindah ke Sekolah Dasar Negeri 4 Metro Timur sampai tahun pada tahun
2005 lalu peneliti pindah ke Sekolah Dasar Negeri 2 Harapan Jaya dan berlanjut
sampai tahun 2008. Penulis melanjut ke jenjang menengah pertama di SMP IT
Arraihan hingga tahun 2011, lalu berlanjut ke SMA Negeri 10 Bandar Lampung
yang selesai pada tahun 2014. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis, Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Pengalaman mengajar didapatkan penulis ketika melaksanakan Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Sumber Jaya, Kecamatan Sumber
Jaya, Kabupaten Lampung Barat, pada tahun pelajaran 2017-2018.
ix
MOTO
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
(QS. Ar-Rahman: Ayat 13)
“Le temps est un grand maître, dit-on. Le malheur est qui’il tue ses élèves”
(Hector Berlioz)
“You never know when a moment and a few sincere words can have an impact on
a life”
(Zig Ziglar)
x
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap Alhamdulillah dan rasa syukur atas nikmat yang diberi Allah
Subhanahuwataala, karya ini dipersembahkan untuk orang-orang tersayang.
1. Kedua orang tua tercinta yang telah membesarkan, mendidik, mendoakan, dan
senantiasa selalu menantikan keberhasilan.
2. Kakak-kakak tersayang Devi Katrina dan Revina Andari serta adik-adik Afida
Urfan Viarini, M. Vinandar Sulaiman Alkautsar, Khairunnisa, Revoliansyah
Furqon Havids Kyo, dan Revania Karin Aylawati yang telah memberikan
dukungan hingga akhirnya studi ini dapat terselesaikan.
3. Segenap keluarga besar yang telah membantu baik dalam hal dukungan dan doa
yang selalu menyertai.
4. Seseorang yang kelak akan menjadi pelengkap dalam hidup.
5. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis Fakultas
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
xi
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pergeseran Bentuk dan Makna Adjektiva pada Komik Terjemahan Les
Schtroumpfs dari Bahasa Prancis ke Bahasa Indonesia dan Implikasinya pada
Pembelajaran Bahasa Prancis di SMA” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Prancis di Universitas Lampung.
Penulis tentu telah banyak menerima motivasi, bantuan, masukan, arahan, dan
bimbingan dari berbagai pihak dalam proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Dr. Sumarti, M.Hum. selaku pembimbing I yang selama ini telah banyak
membantu, membimbing, dan memberikan saran kepada penulis dengan penuh
kesabaran selama proses penyelesaian skripsi ini.
2. Nani Kusrini, S.S., M.Pd. selaku pembimbing II yang telah banyak membantu,
membimbing, memberi nasihat selama proses penyusunan skripsi hingga
akhirnya dapat terselesaikan.
3. Diana Rosita, S.Pd., M.Pd. selaku penguji sekaligus Ketua Program Studi S-1
Pendidikan Bahasa Prancis yang selama ini telah banyak memberikan saran,
masukan, dan bantuan kepada penulis.
xii
4. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
5. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni.
6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis beserta staff yang
telah membekali penulis dengan berbagai ilmu yang bermanfaat dan membantu
penulis selama proses skripsi ini.
7. Orang tua tersayang Bapak Joni Munandar dan Ibu Noviro Ismi Pahlawani
serta saudara dan saudari yang telah memberikan dukungan dan doa tiada henti.
8. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa serta bantuan dan menanti
keberhasilan penulis.
9. Sahabat-sahabat terbaik yang senantiasa berjuang bersama dan selalu
memberikan semangat, dukungan serta bantuan yang tak terhingga, Erma
Yunita, S.Pd., Heni Fitriyanti, S.Pd, Kartika Soraya, S.Pd, Lela Noviana, S.Pd.,
Lentina Citra Dewi. S.Pd., Nur Azizah Agustina, S.Pd.
10. Rekan-rekan seperjuangan dibawah bimbingan Ibu Dr. Sumarti, M.Hum. dan
Nani Kusrini, M.Pd.
11. Teman-teman di Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis angkatan 2014,
terimakasih atas dukungan serta kebersamaan yang kalian berikan.
12. Ata, Joshua, Haqi, Micin serta anggota Eincarnation lainnya yang telah
membantu dan menemani penulis selama proses penyusunan skripsi serta
memberikan dukungan, semangat, dan saran.
xiii
13. Almamater tercinta Universitas Lampung.
14. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah subhanahuwataala membalas segala keikhlasan, amal, dan bantuan
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Hanya
ucapan terima kasih dan doa yang bias penulis berikan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi ktia semua, terutama bagi dunia pendidikan, khususnya Pendidikan
Bahasa Prancis.
Bandar Lampung, 26 Maret 2019
Ade Riani Vionita
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... vi
HALAMAN MENGESAHKAN .................................................................... vii
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. viii
RIWAYAT HIDUP......................................................................................... ix
MOTTO ........................................................................................................... x
PERSEMBAHAN ........................................................................................... xi
SANWACANA ................................................................................................ xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
E. Definisi Kajian.................................................................................... 7 F. Penelitian Relevan ............................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Penerjemahan ........................................................................ 9
B. Proses Penerjemahan ......................................................................... 10 C. Teknik Penerjemahan .......................................................................... 11
1. Transposisi ................................................................................... 11
2. Modulasi ....................................................................................... 11 3. Padanan Budaya ........................................................................... 12
D. Pergeseran dalam Penerjemahan ......................................................... 12 1. Pergeseran Bentuk ........................................................................ 12 2. Pergeseran Makna ........................................................................ 16
E. Adjektiva dalam Bahasa Prancis ....................................................... 17 1. Tanda Bentuk Feminin ................................................................. 18
2. Tanda Bentuk Pluriel ................................................................... 21 3. Les Adjectifs Invariables .............................................................. 21 4. Penempatan Adjektiva Bahasa Prancis ........................................ 24
xv
5. L’Adjectif Qualificatif .................................................................. 26
F. Semantik ............................................................................................ 29 G. Komik Les Schtroumpfs .................................................................... 32
H. Pembelajaran Bahasa Prancis di SMA .............................................. 36 I. Penelitian Relevan ............................................................................. 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 42
B. Data dan Sumber Data ...................................................................... 43 C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 43 D. Teknik Analisis Data .......................................................................... 44
E. Teknik Penentuan Keabsahan Data ................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 48 B. Pembahasan ....................................................................................... 50
1. Pergeseran Bentuk ........................................................................ 51 2. Pergeseran Makna ........................................................................ 68
C. Implikasi Hasil Penelitian dalam Pembelajaran Bahasa Prancis di SMA Kelas XII ................................................................................. 85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.............................................................................................. 90
B. Saran ................................................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 93
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Adjektiva Bermakna Ganda................................................................... 25
Tabel 1.2 Participe Présent & Adjectif Verbal ..................................................... 28
Tabel 1.3 Indikator Pergeseran Bentuk .................................................................. 47
Tabel 1.4 Indikator Pergeseran Makna .................................................................. 47
Tabel 1.5 Indikator L’Adjectif Qualificatif Berdasarkan Kedudukannya............... 47
Tabel 1.6 Hasil Penelitian....................................................................................... 50
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Diagram Proses Penerjemahan ......................................................... 10
Gambar 1.2 Papa Smurf ....................................................................................... 32
Gambar 1.3 Smurf Penyair................................................................................... 32 Gambar 1.4 Smurfin ............................................................................................. 33
Gambar 1.5 Smurf Genit ...................................................................................... 33 Gambar 1.6 Smurf Liar ........................................................................................ 33 Gambar 1.7 Smurf Pelukis ................................................................................... 33
Gambar 1.8 Smurf Badut ..................................................................................... 34 Gambar 1.9 Smurf Pemalas ................................................................................. 34
Gambar 1.10 Smurf Kekar .................................................................................... 34 Gambar 1.11 Smurf Pemusik ................................................................................. 34 Gambar 1.12 Smurf Terampil................................................................................. 35
Gambar 1.13 Smurf Gerutu.................................................................................... 35 Gambar 1.14 Smurf Rakus .................................................................................... 35
Gambar 1.15 Smurf Petani..................................................................................... 35 Gambar 1.16 Smurf Kacamata .............................................................................. 36 Gambar 1.17 Smurf Koki ...................................................................................... 36
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Analisis Pergeseran Bentuk Adjektiva dalam Komik Les
Schtroumpfs
Lampiran 2. Data Analisis Pergeseran Makna Adjektiva dalam Komik Les
Schtroumpfs
Lampiran 3. Résumé
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan suatu hal yang penting sebagai alat
utama dalam berkomunikasi. Salah satu sifat yang dimiliki bahasa adalah unik,
yaitu mempunyai ciri khas yang spesifik dan tidak dimiliki oleh bahasa yang lain.
Artinya, setiap bahasa mempunyai ciri khas masing-masing. Ciri khas ini dapat
berupa sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, dan
lain-lain.
Begitu pula dengan bahasa Indonesia dan bahasa Prancis, masing-mas ing
mempunyai cirinya tersendiri. Salah satunya terdapat pada bagian kata sifat atau
adjectif. Adjektiva dalam bahasa Indonesia dan bahasa Prancis dapat diletakkan
sesudah atau sebelum nomina, tergantung makna yang ingin dihasilkan.
Adjektiva dalam bahasa Prancis mempunyai aturan yang berbeda dengan bahasa
Indonesia. Salah satunya yaitu aturan mengenai genre dan nombre. Adjektiva
dalam bahasa Prancis mengikuti aturan nom ‘nomina’ yang dijelaskannya, baik nom
tersebut feminin ataupun masculin, singulier ataupun pluriel. Berikut ini adalah
contoh adjektiva dalam bahasa Prancis.
2
(1) un grand homme
(2) une grande maison
Berdasarkan contoh di atas, dapat dilihat bahwa adjektiva grand ‘besar’
mendapatkan perlakuan yang berbeda berdasar pada nomina yang diikutinya. Pada
contoh (1), nomina yang dijelaskan yaitu homme ‘pria’ yang bersifat masculin.
Sedangkan pada contoh (2), nomina yang dijelaskan yaitu maison ‘rumah’ yang
bersifat feminin. Pada contoh tersebut, adjektiva grand ‘besar’ mendapat
penambahan sufiks –e karena bersifat feminin.
Selain itu, adjektiva dalam bahasa Prancis juga mempunyai penempatan yang
berbeda dengan bahasa Indonesia dalam konteks frasa. Dalam bahasa Indonesia,
adjektiva diletakkan sesudah kata benda sedangkan dalam bahasa Prancis adjektiva
dapat diletakkan sesudah dan sebelum kata benda, tergantung makna yang ingin
dihasilkan. Berikut ini adalah contoh dari peletakan adjektiva dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Prancis dengan bahasa Prancis sebagai bahasa sumbernya
(BSu).
(3) BSu : un grand homme
BSa : seorang pria hebat
(4) BSu : un homme grand
BSa : seorang pria tinggi
Berdasarkan contoh di atas, dapat dilihat bahwa perbedaan peletakan adjektiva
dalam bahasa Prancis mempengaruhi makna frasa tersebut. Dalam bahasa
Indonesia, adjektiva tetap berada setelah kata benda yang dijelaskan dalam sebuah
frasa.
3
Penerjemahan adalah suatu keahlian dalam upaya menggantikan pesan atau
pernyataan dalam suatu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam
bahasa lain. Menerjemahkan adalah proses menguraikan suatu pesan atau
pernyataan dari suatu bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) agar pesan atau
pernyataan tersebut dapat tersampaikan dengan tepat dan benar sesuai dengan
maksud atau tujuan pembuat pesan atau pernyataan tersebut. Penerjemah
memproses teks sumber (TSu) dengan mencari perpadanan yang sesuai dengan teks
sasaran (TSa). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa hasil terjemahan yang
dihasilkan dapat kehilangan suatu makna tertentu (Newmark, 1981: 7).
Dalam penerjemahan, banyak kesalahan ataupun pergeseran bentuk dan makna
yang dapat terjadi dikarenakan oleh berbagai faktor. Faktor tersebut bisa terjadi
karena budaya dari masing-masing negara yang kemungkinan berbeda, struktur
gramatikal tiap bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan sifat bahasa yang unik,
bahkan juga dapat disebabkan oleh sudut pandang penerjemah itu sendiri. Menurut
J. C. Catford, terdapat 2 jenis pergeseran yaitu: 1) pergeseran tingkatan atau
struktur, dan 2) pergeseran kategori (Mustaqim, 2010). Menurut Simatupang (2000:
74-80), pergeseran terjadi dikarenakan aturan dan bentuk yang digunakan untuk
mengungkapkan suatu makna dalam suatu bahasa berbeda dengan bahasa lainnya.
Ia menyatakan bahwa terdapat 5 jenis pergeseran yaitu: 1) pergeseran pada tataran
morfem; 2) pergeseran pada tataran sintaksis; 3) pergeseran pada kategori kata; 4)
pergeseran pada tataran semantik; dan 5) pergeseran makna karena perbedaan sudut
pandang budaya. Dalam penerjemahan, adjektiva bahasa sumber juga dapat
mengalami pergeseran bentuk maupun makna demi tercapainya perpadanan antara
BSu dan BSa.
4
Pada zaman sekarang ini, karya sastra yang digemari oleh banyak orang tidak hanya
novel, namun juga komik. Komik merupakan sebuah sastra yang berbentuk visual.
Komik adalah suatu bahasa yang digunakan oleh pengarangnya untuk
berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol visual untuk menampilkan
emosi yang tak kasat mata. Dalam komik, pengarang memiliki keleluasan untuk
mengungkapkan segala hal yang ingin diungkapkan tanpa batasan apapun kepada
pembacanya (McCloud, 2008).
Keberadaan komik di masyarakat masih diremehkan. Komik dianggap sebagai
salah satu hal yang buruk yang dapat mempengaruhi seseorang secara buruk pula.
Hal ini disebabkan karena pembaca dianggap sangat mudah untuk dipengaruhi oleh
komik yang ia baca. Namun, hal itu tidaklah benar. Pada dasarnya, komik juga
merupakan pengetahuan. Kita dapat mempelajari banyak hal diluar keilmuan
seperti budaya suatu masyarakat, kebiasaan suatu masyarakat, serta sistem bahasa
yang digunakan dalam komik tersebut.
Les Schtroumpfs atau Smurf merupakan sebuah komik berseri yang menceritakan
tentang kehidupan di sebuah desa yang masyarakatnya merupakan makhluk kecil
berwarna biru. Mereka mempunyai sistem bahasa mereka sendiri, yaitu dengan
mengganti beberapa kosakata dengan kata “smurf”.
Peneliti memilih komik Les Schtroumpfs atau Smurf ini dikarenakan penggunaan
bahasa yang unik tersebut. Selain itu, dengan komik Les Schtroumpfs atau Smurf
ini, dapat mengasah pemahaman akan suatu teks. Hal ini dapat terjadi karena dalam
komik tersebut, terdapat beberapa kata yang digantikan dengan kata “smurf” yang
membuat pembaca tidak akan mengerti makna kata “smurf” tersebut jika ia tidak
5
mengerti kalimatnya secara keseluruhan. Berikut ini adalah contoh mengena i
pergeseran yang terjadi dalam komik Les Schtroumpfs.
(5) BSu : Nos vêtements sont devenus trop grands!
BSa : Pakaian kita jadi kebesaran!
Pada contoh tersebut, terdapat kalimat yang mengandung adjektiva pada BSu, yaitu
adjektiva trop grands yang diterjemahkan menjadi kebesaran dalam BSa. Pada
contoh tersebut terjadi pergeseran unit, yaitu trop grands yang terdiri dari dua unit
kata yaitu trop dan grand yang secara leksikal maknanya adalah ‘terlalu besar’,
diterjemahkan menjadi satu unit dalam BSa yaitu kebesaran namun makna yang
terkandung tidak berubah. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
adjektiva pada contoh (3) mengalami pergeseran bentuk, yaitu pergeseran unit tapi
tidak mengalami pergeseran makna.
Dalam pembelajaran Bahasa Prancis di SMA, tercakup materi mengenai adjektiva
yang tertera dalam silabus Bahasa Prancis kurikulum 2013 pada kompetensi dasar
untuk kelas XII, yaitu 3.8 mencirikan cerita fabel Prancis dengan memperhatikan
fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dan 4.8 meyatakan kembali cerita
fabel Prancis dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
kebahasaan. Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan akan cakupan
adjektiva dan penerjemahannya dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia agar dapat
menjadi referensi bagi siswa maupun guru dalam menerjemahkan frasa atau kalimat
yang mengandung adjektiva dengan benar dan tepat tanpa mengubah maknanya.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini
adalah.
1. Bagaimanakah pergeseran bentuk adjektiva dalam penerjemahan komik Les
Schtroumpfs ke dalam bahasa Indonesia?
2. Bagaimanakah pergeseran makna adjektiva dalam penerjemahan komik Les
Schtroumpfs ke dalam bahasa Indonesia?
3. Bagaimana implikasi penerjemahan komik Les Schtroumpfs terhadap
pembelajaran Bahasa Prancis di SMA?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan yang hendak dicapai
dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan pergeseran bentuk adjektiva yang ditemukan dalam
penerjemahan komik Les Schtroumpfs atau Smurf ke dalam bahasa Indonesia.
2. Menjelaskan perubahan makna yang terjadi dalam penerjemahan komik Les
Schtroumpfs atau Smurf ke dalam bahasa Indonesia.
3. Mendeskripsikan implikasi pergeseran bentuk dan makna adjektiva pada
penerjemahan komik Les Schtroumpfs terhadap pembelajaran Bahasa Prancis
di SMA.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, antara lain adalah.
1. Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat membuat pembelajaran
Bahasa Prancis dapat lebih mudah memahami sistem bahasa Prancis terutama
mengenai adjektiva.
7
2. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa Prancis, terutama pada mata kuliah Traduction de Français
en Indonèsie.
3. Dengan diadakannya penelitian ini, dapat membantu mahasiswa Program
Studi Pendidikan Bahasa Prancis dalam penelitian selanjutnya.
E. Definisi Kajian
Agar pemahaman peneliti sama dengan pemahaman pembaca, maka diperlukan
batasan istilah dalam penelitian ini.
1. Penerjemahan adalah suatu keahlian dalam menguraikan dan lalu
menyampaikan suatu pernyataan atau pesan dari suatu bahasa ke bahasa yang
lain dengan mencari perpadanan yang paling dekat dengan BSu. Dalam
menerjemahkan, hal yang paling penting merupakan menyampaikan pesan atau
pernyataan tersebut tanpa mengubah isinya.
2. Bentuk adalah rupa suatu satuan bahasa. Bentuk yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah rupa satuan-satuan bahasa Prancis dan bahasa Indonesia.
3. Pergeseran bentuk adalah pergeseran yang terjadi karena struktur atau kaidah
bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa) yang berbeda. Pergeseran
bentuk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pergeseran pada struktur
gramatikal bahasa sumber dan bahasa sasaran, meliputi pergeseran tataran dan
pergeseran kategori.
4. Makna adalah pengertian dari suatu bentuk kebahasaan. Makna yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah arti dari suatu bentuk kebahasaan dalam bahasa
Prancis dan bahasa Indonesia.
8
5. Pergeseran makna adalah pergeseran yang terjadi karena tidak adanya padanan
yang tepat bagi suatu kata dalam bahasa sumber di bahasa sasaran. Pergeseran
makna yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pergeseran makna yang
terjadi ketika suatu kata dalam bahasa sumber memiliki pengertian yang
berbeda dalam bahasa sasaran, namun pesan yang disampaikan sama.
Pergeseran makna yang dibahas dalam penelitian ini meliputi pergeseran dari
makna generik ke makna spesifik dan sebaliknya, dan pergeseran makna yang
terjadi karena sudut pandang budaya yang berbeda.
F. Penelitian Relevan
Penelitian mengenai pergeseran bentuk dan makna telah diteliti sebelumnya oleh
Nada Akhlada (2014) mengenai "Pergeseran Bentuk dan Makna Dalam
Terjemahan Komik L’Agent 212 (Dari Bahasa Prancis ke Bahasa Indonesia)" dan
Tengku Muhammad Rizaldi (2011) mengenai "Analisis Penerjemahan Adjektiva
Bahasa Belanda Pada Buku Karya Anne Frank, Het Achterhuis, Ke Dalam Bahasa
Inggris dan Bahasa Indonesia". Kemudian peneliti membahas kajian mengena i
kedua penelitian tersebut dan menggabungkannya, yaitu pergeseran bentuk dan
makna adjektiva pada terjemahan komik Les Schtroumpfs dari Bahasa Prancis ke
Bahasa Indonesia. Kemudian peneliti menambahkan ranah pendidikan, yaitu
implikasi penelitian ini terhadap pembelajaran Bahasa Prancis di SMA.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penerjemahan
Menurut Peter Newmark (1988: 7), penerjemahan adalah sebuah keahlian berupa
usaha menggantikan sebuah pesan tertulis dan/atau pernyataan dalam satu bahasa
ke bahasa lainnya dengan isi yang sama. Sedangkan menurut Nida (Rosyidi, 2011:
72), penerjemahan adalah usaha mengalihkan pesan yang ada dalam suatu bahasa
ke dalam bahasa lain, sedemikian rupa sehingga orang yang membaca atau
mendengarkan pesan yang telah dialihkan ke dalam bahasa sasaran, memperoleh
kesan yang sama dengan kesan yang diterima orang yang membaca atau mendengar
pesan tersebut dalam bahasa sumber. Kemudian menurut Catford (Machali, 2000:
5), penerjemahan adalah penggantian isi pesan dalam satu bahasa (BSu) dengan isi
pesan yang sepadan dalam bahasa lainnya (BSa).
Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai penerjemahan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penerjemahan adalah suatu keahlian dalam menguraikan dan
lalu menyampaikan suatu pernyataan atau pesan dari suatu bahasa ke bahasa yang
lain dengan mencari perpadanan yang paling dekat dengan bahasa sumber. Dalam
menerjemahkan, hal yang paling penting merupakan menyampaikan pesan atau
pernyataan tersebut tanpa mengubah isinya.
10
B. Proses Penerjemahan
Budianto & Fardhani (2010) menyatakan bahwa penerjemahan adalah suatu proses
menyampaikan suatu teks atau ucapan dari suatu bahasa sumber ke bahasa sasaran.
Tujuan dari penerjemahan yaitu untuk menghasilkan berbagai jenis teks, dari satu
bahasa ke bahasa yang lain agar dapat mencapai pembaca dari bahasa lain.
Perbedaan yang ada dalam setiap bahasa, termasuk kebudayaan dari asal bahasa
tersebut, merupakan suatu tantangan bagi penerjemah. Banyak hal yang dapat
menjadi masalah dalam menerjemahkan seperti gaya bahasa, makna, idiom, dan
lain-lain.
Berikut ini adalah diagram proses penerjemahan menurut Nida & Taber (1969: 33).
Gambar 1.1 Diagram Proses Penerjemahan
1. Menganalisis TSu yang akan diterjemahkan, baik dari segi kata-katanya,
frasenya, maupun struktur kalimat atau gramatikal yang digunakan.
2. Mengalihkan pesan yang terdapat dalam TSu ke dalam TSa dengan cara
mencari padanan yang paling tepat.
3. Menganalisis kembali terjemahan yang baru saja diterjemahkan dan
menyesuaikannya sesuai dengan kaidah BSa. Pada tahap inilah terjadi
penyocokan dalam BSa yang dapat menyebabkan terjadinya pergeseran-
11
pergeseran yang dilakukan agar pesan pada TSu dapat tersampaikan secara
tepat dan jelas.
C. Teknik Penerjemahan
Hoed (2006: 72) menjelaskan bahwa terdapat sembilan teknik dalam penerjemahan
yaitu:(1) transposisi, (2) modulasi, (3) penerjemahan deskriptif, (4) penjelasan
tambahan (contextual conditioning), (5) catatan kaki, (6) penerjemahan fonologis,
(7) penerjemahan resmi/baku, (8) padanan budaya, dan (9) omisi (dihilangkan/tidak
dihilangkan). Sehubungan dengan penelitian ini, terdapat tiga teknik yang
berhubungan dengan penelitian ini yaitu transposisi, modulasi, dan padanan budaya
yang dijelaskan sebagai berikut.
1. Transposisi (Pergeseran Bentuk)
Menurut Newmark (1988: 85), transposisi adalah suatu prosedur penerjemahan
yang melibatkan perubahan bentuk gramatikal dari BSu ke BSa. Perubahan yang
terjadi terdapat perubahan struktur kalimat atau deret kata. Hal ini dilakukan agar
dapat memadankan TSu dan TSa dengan tepat. Kemudian dijelaskan lagi oleh
Catford bahwa transposisi dibedakan menjadi dua bentuk yaitu pergeseran tataran
dan pergeseran kategori.
2. Modulasi (Pergeseran Makna)
Modulasi merupakan teknik penerjemahan dimana dalam mencari padanan yang
sesuai, perlu dilakukan perubahan sudut pandang, perspektif, maupun perubahan
kategori pemikiran. Meskipun dapat menyebabkan terjadinya penambahan ataupun
pengurangan, makna yang terkandung di dalam TSu tetaplah sama.
12
3. Padanan Budaya
Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan budaya dalam penelitian ini. Budaya
tiap negara dapat berbeda-beda. Sehingga dibutuhkan teknik ini yang
menerjemahkan dengan memberikan padanan berupa unsur kebudayaan yang ada
dalam BSa.
D. Pergeseran dalam Penerjemahan
Catford (1965) dalam Hatim dan Munday (2004: 26) yang pertama kali
menggunakan istilah pergeseran, memberikan definisi mengenai pergeseran
penerjemahan adalah, “Departures from formal correspondence in the process of
going from the SL to the TL” (Berawal dari pergeseran formal dalam proses yang
terjadi dari BSu ke BSa). Perlu dipahami bahwa semua proses penerjemahan pasti
mengalami pergeseran. Pergeseran dilakukan demi tercapainya padanan tekstual
(Mustaqim, 2010: 93).
Dalam penerjemahan, terdapat yang disebut pergeseran bentuk dan pergeseran
makna, seperti yang dijelaskan berikut ini.
1. Pergeseran Bentuk
Menurut J. C. Catford (1965) dalam bukunya berjudul A Linguistic Theory of
Translation dikutip Basil dan Hatim (2004: 142-148) (Mustaqim, 2010: 93-94),
berikut ini adalah jenis-jenis pergeseran bentuk dalam penerjemahan.
a. Pergeseran Tingkatan
Pergeseran tingkatan adalah hal bahasa sumber pada tingkat linguistik memilik i
pemadanan penerjemahan pada bahasa target meski pada tingkat yang berbeda.
Dalam pergeseran ini tidak membahas perbedaan pada tingkatan fonologi atau
13
tulisan. Pergeseran ini terjadi pada tingkatan gramatikal dan leksikal, namun lebih
mengarah pada hubungan substansi yang sama sebagai pemadanan penerjemahan.
Pergeseran tingkatan banyak terjadi pada level gramatikal dan leksikal. Dalam
pergeseran ini, Catford (1965: 73) dalam Basil dan Hatim (2004: 142-143)
(Mustaqim, 2010: 93-94) menyatakan bahwa sebuah bahasa sumber yang berada
pada tingkat linguistik tertentu memiliki bahasa terjemahan dengan sistem bahasa
yang sepadan dalam tingkat linguistik yang berbeda.
b. Pergeseran Kategori
Pergeseran kategori adalah pergeseran satu unsur pada satu tingkatan linguis t ik
yang diterjemahkan ke dalam satu unsur pada tingkatan tataran yang berbeda dalam
bahasa target. Atau, penerjemahan bebas di mana pemadanan antara bahasa sumber
dan target yang sesuai dengan tingkatan.
Pada pergeseran jenis ini kebebasan dalam menerjemahkan sangat diutamakan,
karena dalam menerjemahkan banyak mengikuti aturan penulisan bahasa sasaran
sehingga hasil penerjemahan tidak terlihat seperti bahasa terjemahan. Dalam
kondisi normal, kesepadanan penerjemahan dapat ditemukan di antara kalimat,
klausa, kelompok, kata-kata, dan morfem. Berikut ini adalah jenis-jenis pergeseran
kategori.
1) Pergeseran Struktur
Dalam pengelompokan pergeseran kategori, pergeseran struktur inilah yang paling
sering terjadi. Secara gramatikal, pergeseran struktur dapat muncul pada berbagai
tataran (kata, frase, klausa, atau kalimat), namun masih dalam tingkatan yang sama.
14
Sebagai contoh, sebuah kalimat dalam bahasa sumber diterjemahkan masih dalam
tingkatan kalimat juga, walaupun secara gramatika kalimat dalam bahasa sasaran
berbeda.
Contoh: Pasif menjadi aktif
(1) BSu : Your message has been sent.
BSa : Kami telah mengirim pesan anda.
2) Pergeseran Kelas Kata
Pergeseran kelas kata ini terjadi ketika kelas kata dalam bahasa sumber berbeda
dengan kelas kata dalam bahasa sasaran. Menurut Halliday, kelas adalah kelompok
anggota unit yang diberikan dan didefinisikan oleh penjelasan struktur unit
selanjutnya. Untuk mencapai kesepadanan penerjemahan juga harus memerhatikan
logika struktur yang berkaitan.
Contoh: Preposisi menjadi konjungsi.
(2) BSu : After that, I walked her home.
BSa : Setelah kami berbelanja, aku mengantarnya pulang.
3) Pergeseran Unit
Pergeseran unit adalah, “Departure form formal correspondence in which the
translation equivalent of a unit at one rank in the Source Language is a unit at a
different rank in the Target Language” (Berawal dari pergeseran formal yang
dimana terjemahan yang sepadan dari sebuah unit dalam suatu kelas dalam BSu
adalah sebuah unit dengan kelas yang berbeda dalam BSa).
15
Pergeseran ini hampir sama dengan pergeseran struktur (structure-shift), tetapi pada
pergeseran tataran ini, tingkatan antara bahasa sumber dan bahasa sasarannya
berbeda. Misalnya, dua buah kata dalam bahasa sumber dapat menjadi sebuah kata
saja dalam bahasa sasaran.
Contoh: Frase menjadi kata
(3) BSu : Ton père est très gentil.
BSa : Ayahmu sangat baik.
4) Pergeseran Sistem Intra
Pergeseran sistem intra adalah, "Departure from formal correspondence in which
(a term operating in) one system in the Source Language has its translation
equivalent (a term operating in) a different non corresponding-system in the Target
Language, the shifts occurs internally, within a system.” (Berawal dari pergeseran
formal dimana suatu sistem BSu mempunyai terjemahan yang sepadan dalam suatu
sistem bahasa yang berbeda dalam BSa, pergeseran terjadi secara internal yaitu
pada sistemnya.)
Sesuai dengan namanya, pergeseran ini terjadi pada kasus-kasus yang melibatkan
sistem internal pembentukan bahasa dalam terjemahan. Contohnya seperti
pembentukan kata tunggal dan kata jamak. Tiap bahasa memiliki bentuk tungga l
dan jamak yang berbeda. Hal ini sesuai dengan aturan yang berlaku dalam bahasa
tersebut, sehingga dalam penerjemahan bentuk tunggal sebuah bahasa sumber ke
dalam bahasa sasaran mengalami pergeseran bentuk.
Contoh: Plural menjadi singular atau sebaliknya
16
(4) BSu : Que mettre dans les assiettes?
BSa : Apa yang ditaruh di piring?
2. Pergeseran Makna
Maurits Simatupang (2000: 74-80) menyebutkan jenis-jenis pergeseran dalam
penerjemahan sebagai berikut.
a. Pergeseran dari Makna Generik ke Makna Spesifik dan Sebaliknya
Pergeseran terjadi karena ada kalanya padanan yang sangat tepat sebuah kata di
dalam bahasa sumber tidak terdapat di dalam bahasa sasaran. Misalnya, kata bahasa
sumber mempunyai makna generik dan padanan kata tersebut dalam bahasa sasaran
tidak mengacu kepada makna yang generik tetapi kepada makna yang lebih
spesifik. Jadi, penyesuaian yang harus dilakukan ialah dari makna generik ke makna
spesifik, atau sebaliknya.
(5) Indonesia Prancis
b. Pergeseran Makna karena Perbedaan Sudut Pandang Budaya
Pergeseran makna juga terjadi karena perbedaan sudut pandang dan budaya penutur
bahasa-bahasa yang berbeda seperti dikemukakan di atas. Berikut adalah contoh
dari pergeseran makna karena perbedaan sudut pandang budaya:
Generik
Kaki
Tangan
Spesifik
Leg atau foot
Arm atau hand
17
(6) Prancis Inggris
Mante religieuse praying mantis
Ceinture de sauvage lifebelt
Pergeseran dalam proses terjemahan terjadi pada tataran linguistik dan juga pada
tataran semantik. Pergeseran yang terjadi pada tataran linguistik yaitu pada leksikal,
sintaksis, dan gramatikal. Pergeseran pada tataran makna terjadi akibat perbedaan
sudut pandang penutur bahasa yang berbeda-beda. Perbedaan di bidang semantik
ini sangat erat hubungannya dengan perbedaan budaya penutur bahasa yang
berbeda-beda. Selain itu, perbedaan di bidang ekologi pun juga turut mempengaruhi
pergeseran makna Simatupang, 2000: 80)
E. Adjektiva dalam Bahasa Prancis
Adjektiva menurut Grevisse & Goosse (2008: 701) yaitu, “L’adjectif est un mot
qui varie en genre et en nombre, genre et nombre qu’il reçoit, par le phénomène
de l’accord, du nom (parfois du pronom) auquel il se rapporte. Il est apte à servir
d’épithète et d’attribut.” (Adjektiva adalah sebuah kata yang bervariasi dalam
jenis maupun jumlah yang diterimanya, sesuai dengan penentunya, yaitu nom
(terkadang pronom) yang bersamanya. Ia dapat berfungsi sebagai épithète dan
attribut.)
Menurut Grevisse & Goosse (2008: 701), terdapat 2 jenis besar adjektiva
yaitu l’adjectif qualificatif dan l’adjectif déterminatif (non-qualificatif).
Sehubungan dengan fokus dalam penelitian ini yaitu l’adjectif qualificatif, maka
dari itu yang akan dibahas yaitu mengenai l’adjectif qualificatif.
18
L’adjectif qualificatif menurut Weinrich (1989: 271) adalah, “Le nom et l’adjectif
pris ensemble forment une qualification, dans laquelle le nom est le membre à
déterminer ; il forme la base de la qualification. L’adjectif est le terme porteur de
détermination. Nous l’appelons le qualificatif.” (L’adjectif qualificatif adalah suatu
kesatuan antara nomina dan adjektiva yang diletakkan bersama, yang membentuk
suatu kualifikasi, dimana nomina menjadi déterminer, yaitu yang menentukan atau
dasar kualifikasi tersebut, dan adjektiva menjadi détermination, yaitu penentuan
dari kualifikasi tersebut.)
Menurut Grevisse & Goosse (2008), berikut ini adalah penjelasan dari modifikas i
bentuk-bentuk l’adjectif qualificatif dalam bahasa Prancis.
1. Tanda Bentuk Féminin
Secara umum, bentuk féminin dari adjektiva berasal dari bentuk masculin, karena
dalam adjektiva, bentuk masculin adalah bentuk yang netral, seperi infinitif untuk
verba.
Untuk membentuk adjectif féminin, secara umum biasanya terjadi penambahan
huruf “e” pada akhirannya. Namun, tidak terjadi penambahan “e” jika adjektiva
tersebut berakhiran dengan huruf “e” dalam bentuk masculin. Seperti contoh
berikut ini.
(7) Un livre utile.
(8) Une chose utile.
Pada contoh tersebut, terdapat adjektiva utile, yang dalam bentuk masculin
berakhiran huruf “e", lalu dalam bentuk féminin pun tidak terjadi perubahan.
19
Selain penambahan huruf “e", terdapat juga adjektiva féminin yang ditambahkan
dengan konsonan ganda pada akhirannya, seperti yang dijelaskan berikut ini.
a. Untuk adjektiva yang berakhiran dengan –el dan –en, bentuk féminin-nya
ditambahkan dengan huruf “l” ganda: Cruel, crueLLE. Pareil, pareiLLE. Nul,
nuLLE. Gentil, gentiLLE.
b. Untuk adjektiva yang berakhiran dengan –en dan –on, bentuk féminin-nya
ditambahkan dengan huruf “n" ganda: Ancien, ancieNNE. Bon, boNNE.
Terdapat juga beberapa pengecualian untuk:Mormon, mormonE. LaponE,
lettonE, nipponE, etc.
c. Terdapat juga beberapa adjektiva berakhiran –an yang ditambahkan huruf “n”
ganda untuk bentuk féminin-nya, seperti: paysan, rouan, valaisan, veveysan.
d. Selanjutnya, untuk adjektiva yang berakhiran –et, bentuk féminin-nya
ditambahkan huruf “t” ganda: muet, mueTTE. Namun, terdapat pengecualian
untuk 9 adjektif, yaitu:complet, incomplet, concret, désuet, discret, indiscret,
inquiet, replet, secret. Untuk 9 adjektiva tersebut, bentuk féminin-nya
ditambahkan –ète pada akhirannya:complet, complЀTE. Terdapat juga beberapa
adjektiva berakhiran –ot yang bentuk féminin-nya ditambahkan huruf “t”
ganda pada akhirannya: bellot, boscot, boulot, maigriot, pâlot, sot, dan sosot.
e. Selanjutnya, untuk adjektiva yang berakhiran huruf “s », bentuk féminin-nya
ditambahkan huruf “s” ganda: bas, baSSE. Exprès, exprESSE. Profès,
profESSE.
Selain itu, terdapat juga bentuk féminin yang tidak berubah hanya dengan
menambahkan huruf “e” atau konsonan ganda seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Beberapa adjektiva, bentuk féminin-nya dibentuk dengan mengganti
20
akhirannya dengan konsonan lain, lalu ditambahkan dengan huruf “e". Seperti yang
dijelaskan berikut ini.
a. F → V seperti naїf, naїVE.
b. X → S untuk adjektiva yang berakhrian –eux (kecuali vieux) seperti heureux,
heureuSE. Adjectika jaloux juga mengalami perubahan yang sama:jaloux ,
jalouSE.
X → SS seperti faux, fauSSe. Roux, rouSSE.
X → C seperti doux, douCE.
c. S → C seperti tiers, tierCE.
S → CH seperti frais, fraїCHE.
d. C → CH seperti blanc, blanCHE. Franc, franCHE. Sec, sЀCHE.
C → QU seperti caduc, caduQUE. Grec, greCQUE.
e. N → GN seperti bénin, béniGNE. Malin, maliGNE.
Selain penambahan-penambahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
terdapat juga adjektiva yang bentuk féminin dibentuk dengan menambahkan
konsonan dan “e". Seperti penambahan konsonan “t” pada coi, coiTe ; favori,
favoriTe ; rigolo, rigoloTe, konsonan “d” pada esquimau, esquimauDe, dan juga
konsonan “s” pada andalou, andalouSe.
Selain itu, terdapat juga perubahan lainnya dalam pembentukan adjektiva féminin
seperti penggantian akhiran –er dengan –ère: léger, légЀRE, akhiran –eau dengan
–elle: beau, bELLE, akhiran –gu dengan –guë: aigu, aigUЁ, akhiran –g dengan –
gue: oblong, oblonGUE.
21
Pada adjektiva masculin yang berakhiran dengan –eur, bentuk adjektiva féminin
yaitu dengan menggantinya dengan –euse: menteur, mentEUSE. Namun, terdapat
pengecualian untuk adjektiva détecteur, détecTRICE ; éditeur, édiTRICE ;
émetteur, émetTRICE ; exécuteur, exécuTRICE ; persécuteur, persécuTRICE ;
2. Tanda Bentuk Pluriel
Bentuk pluriel atau jamak untuk adjektiva bahasa Prancis pada umumnya ditandai
dengan penambahan huruf “s": un vin pur, des vins PURS. Untuk adjektiva yang
berakhiran –eau, bentuk majemuknya yaitu dengan menambahkan huruf “x": les
BEAUX jours, des frères JUMEAUX. Kemudian untuk adjektiva dengan akhiran
“s” atau “x", bentuk majemuknya tidak berubah. Lalu untuk adjektiva dengan
akhiran –al, ada yang pembentukan majemuknya yaitu dengan mengubah
akhirannya dengan –aux, dan ada juga yang hanya ditambahkan huruf “s” pada
akhirannya: signes AUGURAUX, amis ESTIVAUX, des mendicants BANCALS,
rocs FATALS.
3. Les Adjectifs Invariables
Dalam bahasa Prancis, umumnya adjektiva mempunyai aturan untuk mengikuti
genre dan nombre dari nomina yang ia jelaskan, namun terdapat juga adjektiva yang
tidak mengikuti aturan tersebut. Adjektiva ini disebut adjectif invariable. Grevisse
& Goosse (2008) menjelaskan adjektiva-adjektiva yang termasuk adjectif
invariable adalah berikut ini.
a. Les Adjectifs de Couleur
Pada umumnya adjektiva warna mengikuti genre dan nombre dari nomina yang
dijelaskan. Namun, terdapat adjektiva warna yang termasuk ke dalam adjectif
22
invariable. Briet (2009) menjelaskan les adjectifs de couleur yang termasuk ke
dalam adjectif invariable yaitu seperti yang dijelaskan berikut ini.
1) Nom (atau kelompok nomina) yang digunakan sebagai adjektiva. Seperti contoh
berikut ini.
(9) Une veste marron.
(10) Des coussins orange.
(11) Des yeux noisette.
Namun, terdapat pengecualian untuk nomina berikut ini: châtain, écarlate, fauvre,
incarnat, mauve, pourpre, rose, vermeil, violet. Untuk nomina tersebut, tidak
termasuk l’adjectif invariable yang berarti mereka tetap mengikuti genre dan
nombre dari nom yang dijelaskan.
2) Les adjectifs composés (adjectif + adjectif, adjectif + nom, adjectif +
préposition + nom)
(12) Des étoffes jaune paille adjectif + nom)
(13) Des robes gris bleu adjectif + adjectif)
(14) Des pantalons verts bouteille adjectif + nom)
(15) Des chaussettes noires de jais adjectif + préposition + nom)
Adjektiva majemuk yang digunakan dengan adjektiva pie termasuk l’adjectif
invariable. Seperti contoh yang dijelaskan berikut ini.
(16) La race pie noir (quand le blanc domine)/noir pie (quand le blanc ne
domine pas).
23
Pie adalah adjektiva yang mempunyai arti kuda, anak kuda yang berbulu hitam dan
putih, coklat dan putih. Pada contoh kalimat di atas, adjektiva pie digunakan
bersamaan dengan noir. Seperti yang diketahui, nomina dalam kalimat tersebut
yaitu race mempunyai genre féminin. Namun, tidak terjadi penambahan atau
perubahan apapun pada adjektiva noir.
3) Dua warna atau lebih yang digabungkan dengan menggunakan “et” (dan).
Seperti contoh berikut ini.
(17) les gros bouquins rouge et or.
(18) des étoffes de Perse noir et or.
Pada contoh (17) dan (18), adjektiva warna rouge et or dan noir et or tidak
mengalami penyesuaian seperti aturan-aturan adjektiva yang telah dijelaskan
sebelumnya. Adjektiva warna yang dihubungkan dengan et dianggap sebagai satu
indikasi.
b. Les Adjectifs Empruntés
Les adjectifs empruntés adalah adjektiva yang unsur adjektiva-nya meminjam dari
unsur di luar bahasa Prancis, seperti dari latin atau grec berikut ini.
(19) une équipe franco-espagnole.
(20) voyons les électro-aimants.
Kemudian unsur-unsur seperti bio, extra, maxi, mini, rétro, super juga termasuk les
adjectifs empruntés yang invariable. Tidak hanya terbatas pada latin atau grec,
kata-kata serapan dari selain bahasa Prancis juga termasuk les adjectifs empruntés.
24
c. Les Adjectifs Occasionnels
Les adjectifs occasionnels adalah kata-kata (atau kelas kata selain adjektiva) yang
terkadang digunakan sebagai adjektiva. Berikut ini ialah les adjectifs occasionnels.
1) Adverbia yang digunakan sebagai adjektiva
2) Nom atau syntagme nominal yang digunakan sebagai adjektiva
3) Unsur penyusun seperti extra, maxi, mini, super, ultra
4. Penempatan Adjektiva Bahasa Prancis
Delatour, Jennepin, Léon-Dufour dan Teyssier (2004) menjelaskan bahwa
penempatan adjektiva merupakan suatu hal yang sulit. Mayoritas adjektiva
diletakkan sesudah nomina, namun juga terdapat beberapa yang diletakkan sebelum
nomina. Namun, terdapat juga adjektiva yang tidak memiliki penempatan yang
tetap.
Menurut Delatour, Jennepin, Léon-Dufour dan Teyssier (2004), berikut ini adalah
penjelasan mengenai penempatan adjektiva.
a. Adjektiva yang Diletakkan Setelah Nomina
Adjektiva yang diletakkan setelah nomina yaitu sebagai berikut.
1) Warna: une pomme verte, un tableau noir
2) Bentuk: un plat rond, une table carrée
3) Agama: un rite catholique, une église orthodoxe
4) Kebangsaan: un écrivain français, un étudiant étranger
5) Pelengkap nom: un temps printanier (=de printemps), un problème
économique (=de l’économie)
6) Participe sebagai adjektiva: une jupe plissée, une histoire amusante
25
b. Adjektiva yang Diletakkan Sebelum Nomina
Secara umum adjektiva yang pendek seperti beau, joli, jeune, vieux, dll diletakkan
sebelum nomina. Namun, jika mereka diletakkan bersamaan dengan adverbe, dapat
diletakkan sesudah maupun sebelum nomina. Seperti contoh kalimat berikut ini.
(21) Une fleur très jolie.
(22) Une très jolie fleur.
c. Adjektiva yang Diletakkan Setelah atau Sebelum Nomina
Les adjectifs d’appréciation atau adjektiva yang apresiatif seperti délicieux,
magnifique, splendide, superbe, horrible, extraordinaire, étonnant, passionnant, dll
mempunyai nilai ungkapan yang lebih besar jika diletakkan sebelum nomina.
Seperti contoh kalimat berikut ini.
(23) une soirée magnifique atau une magnifique soirée
(24) une paysage splendide atau une splendide paysage
Terdapat juga adjektiva yang mempunyai makna yang berbeda tergantung dengan
dimana adjektiva tersebut diletakkan. Berikut ini adalah adjektiva-adjektiva
tersebut.
Tabel 1.1 Adjektiva Bermakna Ganda
Adjektiva Bahasa Prancis Bahasa Indonesia
Ancien
Un ancien hôpital bekas rumah sakit
Un meuble ancien perabotan rumah yang sudah
tua/lama
Brave Un brave homme pria yang baik
Un homme brave pria yang pemberani
Certain Une certaine envie keinginan tertentu
Une envie certaine keinginan yang pasti
Cher Mon cher ami Temanku sayang
Un livre cher Buku yang mahal
26
Curieux Une curieuse histoire Cerita yang aneh
un regard curieux Tatapan yang penasaran
Drôle Une histoire drôle Cerita lucu
Un drôle d’histoire Cerita aneh
Grand Un homme grand Pria tinggi
Un grand homme Pria terkenal (atau penting)
Jeune un jeune professeur
Guru yang mengajar hanya
sebentar Un professeur jeune Guru yang berusia muda
Pauvre Un pauvre homme Pria malang
Un home pauvre Pria miskin
Propre Mon propre frère
Saudara laki-laki
kepunyaanku
Une salle propre Ruangan yang bersih
Rare Un live rare Buku yang langka
De rares amis Teman yang sedikit
Seul Un seul enfant Anak satu-satunya
Un enfant seul Anak yang sedang sendirian
Vrai Un vrai problème Masalah penting
Une histoire vraie Cerita yang nyata
5. L’Adjectif Qualificatif
Berdasarkan kedudukannya, Laurent & Delaunay (2013) menjelaskan bahwa
terdapat 3 jenis l’adjectif qualificatif, seperti yang dijelaskan berikut ini.
a. L’Adjectif Qualificatif Attribut
L’Adjectif qualificatif attribut merupakan bagian dari groupe verbal yang tidak
dapat dipisahkan, karena ia menjelaskan subjek atau penjelasan dari objek yang
dihubungkan dengan verba. Verba yang digunakan dengan adjectif attribut
terbatas ; yaitu être, devenir, paraître, sembler, demeurer, avoir l’air, posser pour,
être considéré, être traité de, etc. Verba-verba tersebut disebut verbes d’états.
Seperti contoh berikut ini.
(25) Les vagues étaient blanches.
(26) Il devient riche.
27
(27) Je deviendrai riche.
b. L’Adjectif Qualificatif Épithète
L’Adjectif qualificatif épithète dihubungkan langsung dengan nomina (nom
commun maupun nom propre) yang ia jelaskan tanpa perlu adanya verba
penghubung seperti adjectif attribut. Dalam suatu kalimat ataupun frasa yang
mengandung adjectif épithète, adjektiva dapat dihilangkan tanpa mengubah makna
aslinya. Seperti contoh berikut ini.
(28) Ma fille a ramené un petit chat blanc.
Jika kata petit dihilangkan, sehingga menjadi “Ma fille a ramené un chat blanc",
tidak ada perubahan pada inti pesan dalam kalimat tersebut.
Dapat dilihat dari contoh tersebut, adjektiva dapat berada sebelum maupun sesudah
nomina. Adjektiva dalam bahasa Prancis dapat memiliki makna ganda, tergantung
dimana ia diletakkan. Seperti contoh berikut.
(29) Le seul cheval → Satu-satunya kuda
Une femme seule → Wanita yang kesepian
(30) Un grand homme → Seorang pria yang hebat
Un homme grand → Seorang pria yang tinggi
Selain itu, adjectif verbal juga termasuk ke dalam adjectif épithète. Seperti contoh
berikut ini.
(31) La petite fille courant vers son père affolé poussait des cris perçants.
28
Pada contoh tersebut, harus dilihat dengan jelas perbedaan antara “courant” dan
“perçants".
- courant adalah sebuah participe présent yang dalam kalimat tersebut, tidak dapat
digantikan dengan adjectif qualificatif. Ia tidak mempunyai fungsi épithète.
- perçants adalah sebuah adjectif verbal, yang dalam kalimat tersebut, dapat
digantikan dengan adjectif qualificatif, aigus, misalnya. Ia mempunyai fungs i
sebagai épithète.
Selain itu, terdapat beberapa kata kerja yang mempunyai bentuk berbeda antara
participle présent dan adjectif verbal-nya. Seperti berikut ini.
Tabel 1.2 Participe Présent & Adjectif Verbal
Participe présent Adjectif verbal
Provoquant Provocant
Convainquant Convaincant Intriguant Intrigant
Négligeant Négligent Précédant Précédent
Meskipun begitu, terdapat juga participe passé yang berfungsi sebagai adjectif
épithète. Participe passé dapat berperan menjadi adjektiva dengan tanpa
menggunakan kata kerja bantu avoir atau être. Seperti contoh berikut ini.
(32) Je préfere monter un cheval dressé.
Pada contoh tersebut, participe passé “dressé” berperan sebagai adjektiva. Ia tetap
mengikuti genre maupun nombre dari nomina yang dijelaskannya yaitu “cheval".
29
c. Adjectif Qualificatif Apposé
Adjectif qualificatif apposé adalah adjectif qualificatif yang menggunakan tanda
baca koma (,) (dalam tulisan) atau jeda (dalam lisan). Seperti contoh berikut ini.
(33) Confuse, la jeune fille tourna les talons.
(34) les loups, affamés, tournaient autour du camp.
(35) ils remontèrent en voiture, heureux d’avoir réussi.
F. Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia diturunkan dari kata bahasa Yunani kuno
sema yang berarti “tanda” atau “lambang”. Seperti yang dikemukakan oleh
Ferdinand de Sassurure bahwa tanda (signe) linguistik terdiri dari komponen
signifié (petanda) dan signifiant (penanda). Kemudian para pakar sepakat bahwa
semantik adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda
linguistik itu dengan hal-hal yang ditandainya atau dengan kata lain, bidang studi
dalam linguistik yang mempelajari makna-makna yang terdapat dalam satuan-
satuan bahasa. Oleh karena itu, dapat dikatakan secara singkat bahwa semantik
adalah ilmu yang mempelajari makna (Chaer & Muliastuti, 2014: 1.3).
Chaer & Muliastuti (2014: 1.22) menyebutkan bahwa ragam makna menurut para
ahli berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh sudut pandang terhadap makna yang
beragam, sehingga dapat disimpulkan ragam makna yang didasarkan dikotominya
yaitu: makna leksikal x gramatikal, denotatif x konotatif, konseptual x asosiatif,
kata x istilah, dan lugas x kias. Sehubungan dengan ragam makna tersebut, yang
berhubungan dengan fokus penelitian ini yaitu makna leksikal x gramatikal.
30
Chaer & Muliastuti (2014) menjelaskan bahwa makna leksikal dan makna
gramatikal mempunyai perbedaan dalam objek yang dikaji, yakni makna-makna
yang ada pada tataran leksikon dan makna-makna yang ada pada tataran gramatika
(morfologi dan sintaksis) atau juga berdasarkan jenis semantiknya, yaitu semantik
leksikal dan semantik gramatikal.
Makna leksikal dapat pula diartikan sebagai makna yang sesuai dengan referennya,
sesuai dengan hasil observasi alat indra atau makna sungguh-sungguh nyata ada
dalam kehidupan kita. Umpamanya, kata kepala makna leksikalnya adalah bagian
tubuh manusia dari leher ke atas, seperti tampak dalam kalimat berikut.
(36) Kepalanya hancur terkena pecahan granat.
(37) Beliau baru diangkat menjadi kepala sekolah.
Pada kalimat di atas, makna kepala mempunyai makna yang berbeda dalam tiap
kalimat. Pada contoh (36) kepala bermakna bagian tubuh manusia dari leher ke atas,
sedangkan pada contoh (37) kepala bermakna seseorang yang memimpin atau
ketua.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa makna leksikal dari suatu kata
adalah gambaran yang nyata tentang suatu konsep, seperti yang dilambangkan oleh
kata itu. Makna leksikal suatu kata sudah jelas bagi seorang bahasawan tanpa
kehadiran kata itu dalam suatu konteks kalimat. Berbeda dengan makna yang bukan
makna leksikal yang baru jelas apabila berada dalam konteks kalimat atau satuan
sintaksis lain. Tanpa konteks kalimat atau konteks situasi apabila kita mendengar
kata bangsat maka makna yang terbayang di benak kita adalah sejenis binatang
pengisap darah yang disebut juga kutu busuk atau kepinding. Jika kita mendengar
31
kata memotong makna yang terbayang dalam benak kita adalah pekerjaan untuk
memisahkan atau menceraikan yang dilakukan dengan benda tajam , seperti pisau.
Namun, kata bangsat yang berarti penjahat dan kata memotong yang berarti
mengurangi baru akan terbayang dalam benak kita apabila kata-kata tersebut
digunakan di dalam kalimat atau di dalam situasi tertentu, misalnya dalam contoh
kalimat berikut ini.
(38) Dasar bangsat uangku juga disikatnya.
(39) Kalau mau memotong gajiku, sebaiknya bulan depan saja.
Makna leksikal biasanya dipertentangkan dengan makna gramatikal. Makna
leksikal lebih berkenaan dengan makna yang dimiliki oleh sebuah leksem atau
sebuah kata tanpa konteksnya sedangkan makna gramatikal adalah makna yang
terjadi atau muncul di dalam suatu proses gramatika, seperti proses afiksasi, proses
reduplikasi atau proses komposisi. Seperti contoh berikut ini.
(40) Batu berat terangkat juga oleh adik.
(41) Ketika balok itu ditarik, papa terangkat ke atas.
Pada contoh kalimat tersebut, terdapat prefiksasi ter- yang dibentuk dengan kata
dasar angkat. Dalam contoh (40), prefiksasi ter- bermakna gramatikal dapat
sedangkan dalam contoh (41) bermakna tidak sengaja.
Proses afiksasi, reduplikasi atau komposisi juga terjadi dalam bahasa Prancis.
Dalam bahasa Prancis, proses-proses tersebut dapat mengubah kelas kata. Seperti
contoh berikut ini.
32
(42) Les parents sont inquiets.
(43) L’inquietude des parents.
Pada contoh di atas, terjadi proses afiksasi dari adjektiva “inquiets” ke dalam
substantif “l’inquietude”.
G. Komik Les Schtroumpfs
Les Schtroumpfs atau Smurf merupakan komik asal Belgia yang diciptakan oleh
Peyo. Smurf merupakan sebuah komik yang bercerita tentang kehidupan sebuah
suku fiktif yang bertubuh kecil dan berwarna biru.
Dalam komik Les Schtroumpfs, terdapat tokoh-tokoh seperti berikut ini.
Gambar 1.2 Papa Smurf
Gambar 1.3 Smurf Penyair
Papa Smurf (Le Grand Schtroumpf)
Ia adalah kepala desa dan seorang ahli
kimia. Ia menyelamatkan para smurf saat
sedang ada masalah dengan kebijaksanaan
dan pengetahuannya.
Smurf Penyair (Le Schtroumpf Poète)
Ia senang mengelilingi desa mencari
inspirasi untuk membuat lirik untuk
puisinya.
33
Gambar 1.4 Smurfin
Gambar 1.5 Smurf Genit
Gambar 1.6 Smurf Liar
Gambar 1.7 Smurf Pelukis
Smurfin (La Schtroumpfette)
Satu-satunya smurf wanita di desa smurf, ia
disukai oleh semua smurf. Awal mula
kehadirannya berasal dari rencana jahat
Gilgamesh.
Smurf Genit (Le Schtroumpf Coquet)
Ia selalu memakai bunga di topinya dan
memegang cermin kemanapun ia pergi. Ia
sangat memperhatikan penampilannya.
Smurf Liar (Le Schtroumpf Sauvage)
Dirawat oleh para tupai, Smurf Liar tidak
dapat berkomunikasi dengan perkataan, ia
berkomunikasi dengan bunyi-bunyi abstrak.
Smurf Pelukis (Le Schtroumpf Peintre)
Ia sangat senang melukis. Jika ia tidak ada
di studionya, maka ia sedang melukis alam
di luar rumahnya.
34
Gambar 1.8 Smurf Badut
Gambar 1.9 Smurf Pemalas
Gambar 1.10 Smurf Kekar
Gambar 1.11 Smurf Pemusik
Smurf Badut (Le Schtroumpf Farceur)
Ia senang menjahili smurf lainnya dengan
memberikan kado berisi kejutan.
Smurf Pemalas (Le Schtroumpf
Paresseux)
Ia sangat senang tidur, bahkan ia dapat tidur
dimanapun dan kapanpun. Setiap bangun
tidur, ia selalu memikirkan kapan ia bisa
tidur lagi.
Smurf Kekar (Le Schtroumpf Costaud)
Ia adalah smurf paling kuat di desa smurf. Ia
dapat dikenali dengan melihat tato bergambar
hati di lengannya.
Smurf Penyair (Le Schtroumpf Musicien)
Ia adalah penggemar berat musik. Namun
sayangnya, ia tak berbakat memainkan
instrument musik apapun.
35
Gambar 1.12 Smurf Terampil
Gambar 1.13 Smurf Gerutu
Gambar 1.14 Smurf Rakus
Gambar 1.15 Smurf Petani
Smurf Terampil (Le Schtroumpf
Bricoleur)
Tidak hanya terampil, ia juga suka
menciptakan mesin-mesin hebat seperti
robot, pesawat, dan lain-lain.
Smurf Gerutu (Le Schtroumpf Grognon)
Ia tidak pernah menyukai apapun yang
dikatakan smurf lain.
Smurf Rakus (Le Schtroumpf Gourmand)
Ia sangat suka makan. Bahkan motonya
adalah “Kita harus hidup untuk makan, bukan
makan untuk hidip!”
Smurf Petani (Le Schtroumpf Paysan)
Ia sangat mudah dikenali karena ia
mengenakan topi jerami dan baju hijau. Ia
lebih suka berkebun daripada beraktivitas
dengan smurf lainnya.
36
Gambar 1.16 Smurf Kacamata
Gambar 1.17 Smurf Koki
H. Pembelajaran Bahasa Prancis di SMA
Bahasa asing bukanlah suatu hal yang baru lagi dalam pendidikan di Indonesia.
Banyak bahasa asing yang telah diajarkan di sekolah dengan tujuan agar pelajar
Indonesia dapat menguasai bahasa selain bahasa Indonesia, guna dapat bersaing di
taraf internasional. Salah satu pembelajaran bahasa asing yang terdapat di
Indonesia, yang merupakan cakupan penelitian ini, yaitu adalah bahasa Prancis.
Pembelajaran Bahasa Prancis merupakan suatu rangkaian aktivitas dalam usaha
mengasah kemampuan siswa agar terampil dalam berbahasa Prancis. Pembelajaran
Bahasa Prancis di tingkat SMA dilakukan menggunakan pendekatan saintifik yang
mengutamakan keaktifan peserta didik sebagai pusat kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, pembelajaran Bahasa Prancis memberi penekanan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta
Smurf Kacamata (Le Schtroumpf à
Lunettes)
Ia menghabiskan waktunya dengan
menceramahi smurf lainnya dan berpikir
bahwa ia adalah yang terpintar.
Smurf Koki (Le Schtroumpf Cuisinier)
Ia merupakan juru masak di desa smurf.
Semua smurf menyukai makanannya yang
enak.
37
didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah
(Kemendikbud, 2016).
Sehubungan dengan hal tersebut, pembelajaran Bahasa Prancis di sekolah
menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dikembangkan agar dapat
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, dan inovatif melalui
penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Hal ini tak
berbeda dengan mata pelajaran bahasa asing, khususnya Bahasa Prancis di sekolah
menengah atas.
Dalam kurikulum 2013, terdapat kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Berdasarkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia
nomor 24 tahun 2016 bab II pasal 2, kompetensi inti pada kurikulum 2013
merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang
harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas yang terdiri atas
kompetensi inti sikap spiritual, kompetensi inti sikap sosial, kompetensi inti
pengetahuan, dan kompetensi inti keterampilan. Kompetensi dasar merupakan
kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik
untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu
pada kompetensi inti.
Penelitian ini mengacu pada silabus untuk tingkat SMA kelas XII mata pelajaran
Bahasa Prancis, yaitu.
38
KD : 3.8 mencirikan cerita fabel Prancis dengan memperhatikan fungsi sosial,
struktur teks, dan unsur kebahasaan.
4.8 menyatakan kembali isi cerita fabel Prancis dengan memperhatikan
fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
Mengacu pada taksonomi Bloom, ranah yang tercakup dalam penelitian ini yaitu
ranah pemahaman (comprehension), dimana dalam hal ini pemahaman yang
dimaksudkan yaitu kemampuan memahami materi tertentu yang dipelajari.
Terdapat 3 bentuk yang terdapat dalam taksonomi tingkat pemahaman ini, yaitu
translation, interpretation, dan extrapolation. Translation adalah kemampuan
mengubah suatu informasi dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya. Interpretation
adalah kemampuan menjelaskan suatu informasi. Terakhir, extrapolation
merupakan hal yang lebih dari pemahaman secara literal. Extrapolation berkaitan
dengan interferensi dan prediksi berdasarkan informasi dalam komunikasi dan
prinsip yang telah dimiliki oleh pembelajar yang lalu digeneralisasi. Setelah
pemahaman, tingkat taksonomi selanjutnya yaitu penerapan (application).
Penerapan (application) merupakan kemampuan menerapkan informasi yang telah
diperoleh pada tingkat pemahaman, ke dalam situasi nyata (Marzano, 2017).
Berdasarkan hal tersebut, taksonomi tingkat pemahaman diaplikasikan pada KD 3.8
mencirikan cerita fabel Prancis dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks,
dan unsur kebahasaan. Indikator pencapaian kompetensi yang hendak dicapai yaitu
siswa mampu memaknai teks naratif dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan. Selanjutnya taksonomi tingkat aplikasi berhubungan
39
dengan KD 4.8 menggambarkan isi cerita fabel Prancis dengan memperhatikan
fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan. Indikator pencapaian kompetensi
yang hendak dicapai yaitu siswa mampu memproduksi teks naratif dengan
memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
Penelitian ini berimplikasi pada unsur kebahasaan yang terdapat dalam suatu
kalimat. Unsur kebahasaan yang dibahas yaitu tentang pergeseran bentuk dan
makna adjektiva dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia.
Dalam pembelajaran Bahasa Prancis, khususnya pada KD 3.8, pemahaman siswa
dimulai dengan proses memaknai. Dalam memaknai cerita fabel Prancis, siswa
melakukan penerjemahan dari bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia. Ketika
melakukan proses penerjemahan, siswa akan menemui pergeseran-pergeseran
bentuk ataupun makna dari kata, klausa, ataupun kalimat yang terdiri dari nomina,
adverbia, dan hal lainnya, termasuk adjektiva yang menjadi objek kajian penelit ian
ini. Setelah siswa memahami isi cerita fabel Prancis dan menemukan pergeseran
bentuk dan makna, selanjutnya siswa memproduksi cerita fabel Prancis dengan
kata-kata yang mereka ungkapkan sendiri. Pada tahap ini, sama dengan tahap
selanjutnya yaitu penerapan dimana siswa memproduksi cerita fabel Prancis, siswa
juga melakukan proses penerjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Prancis
dengan memperhatikan unsur kebahasaannya.
Penelitian ini dapat membantu siswa dalam mengatasi proses penerjemahan dalam
hal pergeseran bentuk dan makna adjektiva dari bahasa Prancis ke bahasa
Indonesia. Setelah memahami pergeseran bentuk dan makna adjektiva dari bahasa
Prancis ke bahasa Indonesia serta cara mengatasinya, siswa juga menambah
40
wawasan ketika akan menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Prancis
berdasarkan pengalaman dari menerjemahkan dari bahasa Prancis ke bahasa
Indonesia sebelumnya.
I. Penelitian Relevan
Penelitian mengenai pergeseran bentuk dan makna yang relevan dengan penelit ian
ini yaitu "Pergeseran Bentuk dan Makna Dalam Terjemahan Komik L’Agent 212
(Dari Bahasa Prancis ke Bahasa Indonesia)" oleh Nada Akhlada (2014) dan
"Analisis Penerjemahan Adjektiva Bahasa Belanda Pada Buku Karya Anne Frank,
Het Achterhuis, Ke Dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia" oleh Tengku
Muhammad Rizaldi (2011). Hasil dari penelitian oleh Nada Akhlada menunjukkan
bahwa terdapat beberapa jenis pergeseran bentuk dan makna. Pergeseran bentuk
meliputi.
1. Pergeseran Tataran
2. Pergeseran Kategori yang meliputi.
a. Structure-shifts (pergeseran struktur)
b. Class-shifts (pergeseran kelas kata)
c. Unit-shifts (pergeseran unit)
d. Intra-system shifts (pergeseran sistem-intra)
Kemudian pergeseran makna meliputi.
1. Pergeseran makna dari makan generik ke spesifik atau sebaliknya
2. Pergeseran makna yang disebabkan oleh perbedaan sudut pandang budaya
Pergeseran bentuk terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan struktur bahasa
sumber dan bahasa sasaran.
41
Kemudian berdasarkan penelitian relevan oleh Tengku Muhammad Rizaldi (2011),
hasil penelitian tersebut yaitu terjadi transposisi dan modulasi pada penerjemahan.
Transposisi menyangkut penghilangan atau penambahan bentuk komparatif,
perubahan kelas kata dan perubahan struktur pada adjektiva. Sedangkan modulasi
menyangkut pergeseran makna karena penambahan atau penghilangan adjektiva.
Modulasi juga ditemukan dari makna yang umum ke khusus dan sebaliknya.
Perubahan makna selanjutnya terjadi karena tidak menimbang makna leksikal dari
adjektivanya. Perubahan makna yang menyangkut pergeseran makna dari yang
umum ke khusus dan sebaliknya terjadi karena pemilihan adjektiva bernuansa.
Beberapa perubahan makna yang terjadi tidak selalu dikarenakan perubahan bentuk
melainkan karena pemilihan kata oleh penerjemah tidak menimbang makna leksikal
adjektival pada TSu.
Peneliti menggabungkan kedua penelitian relevan tersebut dengan melihat
pergeseran bentuk dan makna oleh Nada Akhlada serta menambahkan kajian akan
pergeseran tersebut dengan lebih mendalam dengan melihat analisis adjektiva oleh
Tengku Muhammad Rizaldi.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mempunyai tujuan untuk
mendeskripsikan apa yang akan diteliti dan datanya tidak dianalisis menggunakan
rumus statistik. Penelitian kualitatif biasanya adalah penelitian mengenai bahasa
atau sastra. Biasanya data penelitian kualitatif berupa kata, frasa, klausa, kalimat-
kalimat, ataupun wacana. Data penelitian kualitatif berupa kata-kata, yang diolah
dengan menggunakan metode deskripsi, instrumen penelitian yang utama adalah
manusia, dan ia lebih mementingkan proses daripada hasilnya. Hasil penelitian pun
dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman (Alfianika, 2016).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif dimana peneliti akan mendeskripsikan permasalahan pergeseran bentuk
dan makna terjemahan adjektiva sesuai dengan permasalahan yang sudah
dirumuskan. Selain itu, peneliti juga akan menemukan dan mendeskrips ikan
ketepatan penerjemahan dengan terjadinya pergeseran terjemahan adjektiva
bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia.
43
Sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2009: 14) bahwa tujuan dari penelit ian
kualitatif adalah untuk menjelaskan fenomena yang terjadi, maka tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan pergeseran bentuk dan makna adjektiva
serta bagaimana pergeseran–pergeseran di dalam komik Les Schtroumpfs yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
B. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini yaitu adjektiva yang mengalami pergeseran dalam
penerjemahan yang diklasifikasikan berdasarkan tatarannya, yaitu pergeseran
dalam tataran bentuk dan pergeseran dalam tataran makna disertai konteks turunan.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu komik Les Schtroumpfs karya Alain Jost,
Thierry Culliford dan Pascal Garray serta komik terjemahannya dalam bahasa
Indonesia Smurf yang diterjemahkan oleh Widya T. Soerojo dan Nies Koestiyah.
Les Schtroumpfs merupakan komik dengan banyak seri.
Terdapat dua seri yang akan menjadi sumber data dalam penelitian ini, yaitu: Les
P’tits Schtroumpfs et Le Schtroumpf Robot (Smurf Kecil dan Smurf Robot) dan Les
Schtroumpfs et L’arbre d’Or (Smurf dan Pohon Emas). Komik terjemahannya
diterbitkan pertama kali di Indonesia oleh PT Elex Media Komputindo pada tahun
2011.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode simak.
Menurut Sudaryanto (1988), metode simak adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan melalui proses penyimakan atau pengamatan terhadap penggunaan
44
bahasa yang diteliti. Dalam metode ini, dibutuhkan dua teknik, yaitu teknik dasar
dan teknik lanjutan.
Teknik dasar yang digunakan dalam metode ini yaitu teknik sadap. Dalam hal ini,
peneliti melakukan penyadapan terhadap suatu bahasa. Kemudian, teknik lanjutan
yang dilakukan dalam metode ini yaitu teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC).
Teknik SBLC ini dilakukan dengan menyadap tanpa perlu berpartisipasi dalam
pembicaraan. Peneliti hanya menyimak data kebahasaan yang muncul dalam
peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya. Setelah peneliti melakukan teknik
SBLC, dilanjutkan dengan teknik catat. Peneliti mencatat kata-kata, frasa, klausa,
atau kalimat yang mengandung adjektiva dan mengalami pergeseran, baik
pergeseran bentuk maupun pergeseran makna.
D. Teknik Analisis Data
Bogdan menyatakan bahwa analisis data merupakan proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh sehingga dapat mudah dipahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2015:
334).
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan.
Menurut Sudaryanto (2015: 15), metode padan adalah suatu metode yang dipakai
untuk menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan menggunakan alat
penentu di luar bahasa yang bersangkutan. Metode padan yang digunakan dalam
45
penelitian ini adalah metode padan translasional, dimana alat penentunya adalah
bahasa lain yang dalam hal ini adalah teks terjemahan bahasa Indonesia.
Dalam menggunakan metode padan, dibutuhkan dua teknik, yaitu teknik dasar dan
teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
PUP (Pilah Unsur Penentu). Lalu dilanjutkan dengan teknik lanjutan Hubung
Banding Membedakan (HBB), dimana peneliti mencari perbedaan antara dua hal
yang dibanding, yang dalam hal ini yaitu antara bahasa Prancis sebagai bahasa
sumber dan bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran.
Langkah awal dalam menganalisis yang dilakukan yaitu teknik PUP. Teknik ini
dilakukan dengan memilih kata, frasa, klausa maupun kalimat yang mengandung
unsur adjektiva dan menjadi penentu terjadinya pergeseran. Contohnya adalah pada
data berikut.
(1) BSu : C’est donc vrai! Ce livre est magique et il réponds aux questions! Mais celle-ci n’était pas difficile!
BSa : Keren! Ini buku sihir dan mensmurf semua pertanyaan! Tapi, itu
terlalu mudah!
Pada data tersebut dipilih frasa c’est donc vrai sebagai penentu terjadinya
pergeseran karena ia mengandung adjektiva vrai. Setelah teknik dasar, dilakukan
teknik lanjutan yaitu teknik HBB. Pada tahap ini peneliti mencari perbedaan antara
teks asli dan teks terjemahan. Kata vrai dalam bahasa Prancis (BSu) dan kata keren
dalam bahasa Indonesia (BSa) memiliki perbedaan makna leksikal. Maka dapat
dikatakan contoh di atas mengalami pergeseran makna leksikal. Pergeseran secara
leksikal tersebut dapat terjadi karena perbedaan sudut pandang budaya sang
46
penerjemah, dimana kenyataan bahwa buku itu benar (c’est donc vrai) dipandang
menjadi suatu hal yang menakjubkan.
Selain itu, pada frasa kedua, yaitu Mais celle-ci n’était pas difficile! terjadi
perubahan bentuk dan makna. Pergeseran makna yang terjadi di sini yaitu dari
difficile ‘sulit’ diterjemahkan menjadi ‘mudah’. Sedangkan pergeseran bentuk
yang terjadi di sini yaitu pergeseran struktur dari negatif menjadi positif.
E. Teknik Penentuan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, keabsahan data dilakukan berdasarkan dua hal, yaitu valid itas
dan reliabilitas. Penelitian ini menggunakan uji validitas konstruk dengan
menggunakan pertimbangan ahli atau expert judgement. Dalam hal ini penelit i
meminta bantuan kepada dosen ahli yaitu dosen pembimbing untuk diminta i
pertimbangan sebagai konsultan. Selain itu, peneliti juga meminta pertimbangan
dari teman sejawat.
Penelitian ini menggunakan reliabilitas intra-rater oleh seorang pengamat yaitu
peneliti sendiri dengan membaca komik yang dijadikan sumber data untuk
mendapatkan data yang konnsisten. Selain itu, digunakan juga reliabilitas inter-rater
yang dilakukan pengamat lain, yang dalam hal ini dilakukan oleh dosen
pembimbing.
47
Tabel 1.3 Indikator Pergeseran Bentuk
No. Indikator Deskriptor 1. Pergeseran Tingkatan Pergeseran bentuk ini terjadi pada tingkatan
gramatikal dan leksikal.
2. Pergeseran Kategori: a. Pergeseran Struktur Pergeseran bentuk ini terjadi dengan mengubah
struktur kalimat.
b. Pergeseran Kelas Kata Pergeseran bentuk ini terjadi dengan mengubah kelas kata.
c. Pergeseran Unit Pergeseran bentuk ini terjadi dengan mengubah suatu unit kata atau morfem.
d. Pergeseran Sistem Intra Pergeseran bentuk ini terjadi dengan mengubah sistem internal seperti tunggal menjadi jamak dan sebaliknya.
(J.C. Catford, 1965)
Tabel 1.4 Indikator Pergeseran Makna
No. Indikator Deskriptor
1. Pergeseran dari Makna Generik ke Makna Spesifik dan Sebaliknya
Pergeseran makna ini terjadi karena sebuah kata yang spesifik dalam BSu sedangkan dalam BSa-nya tidak terdapat padanan kata yang sama spesifiknya sehingga dipadankan dengan makna generiknya, dan sebaliknya.
2. Pergeseran Makna karena Perbedaan Sudut Pandang Budaya
Pergeseran makna ini terjadi karena adanya perbedaan sudut pandang budaya dalam BSu dan BSa yang mempengaruhi makna suatu kata.
(Maurits Simatupang, 2000)
Tabel 1.5 Indikator L’Adjectif Qualificatif Berdasarkan Kedudukannya
No. Indikator Deskriptor 1. L’Adjectif Qualificatif Attribut Adjectif yang diiringi dengan verbes d’états,
seperti: être, devenir, paraître, sembler, demeurer, avoir l’air, posser pour, être considéré, être traité de, etc.
2. L’Adjectif Qualificatif Épithète Adjectif yang diletakkan langsung dengan nom yang dijelaskan tanpa adanya verba penghubung apapun.
3. Adjectif Qualificatif Apposé Adjectif yang menggunakan tanda baca koma (,) (dalam tulisan) atau jeda (dalam lisan).
(Nicolas Laurent & Bénédicte Delaunay, 2013)
90
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasar pada hasil dan analisis data penelitian yang terdiri dari penguraian
pergeseran bentuk dan makna adjektiva pada terjemahan komik Les Schtorumpfs
dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pergeseran bentuk dikelompokkan menjadi dua yaitu pergeseran tingkatan dan
pergeseran kategori. Pergeseran tingkatan adalah pergeseran bentuk yang
terjadi pada tingkatan gramatikal dan leksikal. Kemudian pergeseran kategori
dibagi menjadi empat, diurutkan berdasarkan frekuensi terbesar yaitu:
pergeseran struktur, pergeseran unit, pergeseran sistem intra, dan pergeseran
kelas kata. Pergeseran struktur adalah pergeseran bentuk yang terjadi pada
karena adanya perubahan struktur kalimat pada TSa. Pergeseran unit adalah
pergeseran bentuk yang terjadi karena terdapat perubahan unit kata atau morfem
antara TSu dan TSa. Pergeseran sistem intra adalah pergeserean bentuk yang
terjadi karena adanya perubahan sistem internal pada TSu dan TSa. Pergeseran
kelas kata adalah pergeseran bentuk yang terjadi karena terdapat perubahan
kelas kata antara Tsu dan TSa. Pergeseran bentuk yang terjadi pada penelit ian
ini meliputi kata, frasa dan kalimat yang mengandung adjektiva.
91
2. Pergeseran makna dibagi menjadi tiga, diurutkan berdasarkan frekuensi terbesar
yaitu pergeseran makna karena perbedaan sudut pandang budaya, pergeseran
makna dari generik ke spesifik, dan pergeseran makna dari spesifik ke generik .
Pergeseran makna karena perbedaan sudut pandang budaya adalah
pergeserean makna yang terjadi karena perbedaan sudut pandang dan budaya
dari BSu dan BSa. Pergeseran makna dari generik ke spesifik atau sebaliknya
adalah pergeseran makna yang terjadi karena TSu diterjemahkan menjadi suatu
hal yang lebih generik atau lebih spesifik agar didapatkan padanan yang baik
pada TSa. Pergeseran makna yang terjadi pada penelitian ini meliputi kata,
frasa dan kalimat yang mengandung adjektiva yang mengalami perubahan
makna sesuai jenisnya.
3. Berdasarkan hasil penelitian ini, implikasi penerjemahan komik Les
Schtroumpfs terhadap pembelajaran Bahasa Prancis di SMA kelas XII terdapat
pada KD 3.8 mencirikan cerita fabel Prancis dengan memperhatikan fungs i
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dan 4.8 menyatakan kembali cerita
fabel Prancis dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
kebahasaan. Pada KD tersebut, siswa melakukan proses memaknai dan
menceritakan kembali isi cerita fabel. Ketika melakukan proses memaknai dan
menceritakan kembali isi cerita fabel tersebut, siswa melakukan proses
penerjemahan. Dalam melakukan proses penerjemahan, siswa berkemungk inan
menemui kata, frasa ataupun kalimat yang mengandung adjektiva dan tidak
dapat diterjemahkan secara leksikal, melainkan setidaknya secara semantik.
Penelitian ini dapat membantu memecahkan penerjemahan kata, frasa ataupun
kalimat yang mengalami pergeseran bentuk dan makna adjektiva tersebut.
92
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan hal-hal sebagai berikut.
1. Dalam menerjemahkan, agar pembelajar Bahasa Prancis dapat lebih memahami
sistem bahasa Prancis, sebaiknya telaah kata atau frasa yang ingin diterjemahkan
lebih dalam agar mendapatkan padanan yang sangat tepat dan makna yang
dihasilkan tidak melenceng.
2. Hendaknya mahasiswa yang menggunakan penelitian ini sebagai referensi untuk
membantu mata kuliah Traduction de Français en Indonèsie memperhatikan
konteks teks yang ingin diterjemahkan.
3. Penelitian ini membahas pergeseran bentuk dan makna dari parameter Catford
(1965) dan Simatupang (2000). Oleh sebab itu disarankan untuk penelit i
selanjutnya agar melakukan penelitian lanjutan dengan parameter lainnya terkait
pergeseran bentuk dan pergeseran makna ini misalnya dengan mengkaji khusus
mengenai pergeseran kategori kata atau pergeseran pada tataran sintaksis sesuai
dengan teori ahli lainnya. Dengan demikian dapat menyempurnakan penelit ian
mengenai pergeseran dalam penerjemahan komik Les Schtroumpfs.
93
DAFTAR PUSTAKA
Alfianika, Ninit. 2016. Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.
Briet, Henri. 2009. L’Accord de L’Adjectif: Règles, Exercices et Corrigés. Bruxelles : Groupe De Boeck.
Budianto, Langgeng & Aan E. Fardhani. 2010. A Practical Guide for Translation Skill. Malang: UIN-Maliki Press.
Chaer, Abdul & Liliana Muliastuti. 2014. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Delatour, Yvonne & Dominique Jennepin, Maylis Léon-Dufour, Brigitte Teyssier.
2004. Nouvelle Grammaire du Français : Cours de Civilisation Française de La Sorbonne. Paris: Hachette.
Grevisse, Maurice & André Goosse. 2008. Le Bon Usage: Grammaire Française. Bruxelles : De Boeck & Larcier.
Larson, M. L. 1984. Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan Antarbahasa. Terjemahan oleh Kencanawati Taniran. 1989. Jakarta: Arcan.
Laurent, Nicolas & Bénédicte Delaunay. 2013. Bescherelle La Grammaire Pour Tous: Ouvrage de Référence sur La Grammaire Française. Paris: Hatier.
Machali, Rochayah. 2009. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo.
Marzano, Robert J. 2007. The New Taxonomy of Educational Objectives. California: Corwin Press.
McCloud, Scott. 2008. Reinventing Comics (Mencipta Ulang Komik). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Mustaqim, Andika Hendra. 2010. “Pergeseran dan Pemahaman Konteks Dalam
Penerjemahan Novel” dalam Wanastra Vol. 1 No. 2. Jakarta: ABA BSI.
Newmark, Peter. 1988. Approaches to Translation. London: Prentice Hall
International Ltd.
_____________. 1988. A Textbook of Translation. London: Prentice Hall
International Ltd.
94
Rosyidi, Abdul Wahab. 2011. Peran Makna dalam Penerjemahan. Malang: UIN
Malang.
Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sari, Susiana Atika. 2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Sebuah Tinjauan Stereotip Jender. Semarang: Universitas Diponegoro.
Simatupang, Maurits. 2000. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdiknas.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Weinrich, Harald. 1989. Grammaire Textuelle du Français. Paris: Didier.