perencanaan pangkalan pendaratan ikan

Upload: rady-sparrow

Post on 07-Mar-2016

292 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

PPPI

TRANSCRIPT

  • 118

    BAB VI

    PERENCANAAN

    PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)

    6.1. TINJAUAN UMUM Berdasarkan data yang telah diperoleh sementara, untuk kondisi saat ini

    Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Menganti Kebumen kurang memenuhi syarat, di mana

    kapal-kapal yang datang sudah sedemikian meningkat dibanding tahun-tahun

    sebelumnya, kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah atau frekuensi kapal yang

    berlabuh di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Menganti Kebumen.

    6.2. PERENCANAAN LAYOUT Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan

    daratan. Pemilihan lokasi tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi tanah dan

    geologi, kedalaman dan luas daerah perairan, perlindungan pelabuhan terhadap

    gelombang, arus dan sedimentasi, daerah daratan yang cukup luas untuk menampung

    barang yang akan dibongkar muat, jalan-jalan untuk transportasi dan daerah industri

    di belakangnya. Dalam perencanaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Menganti ini

    pelabuhan diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pemandangan dan

    tidak mengurangi nilai estetika dari Pantai Menganti sebagai kawasan wisata. Dari hal

    ini diberikan 2 alternatif layout pelabuhan yang masing-masing mempunyai kelebihan

    dan kekurangan yang berkaitan dengan perencanaan pelabuhan. Kedua alternatif

    tersebut dapat dilihat pada gambar 6.1.

  • 119

    Breakwater Ujung

    Alur Pelayar

    anKolam

    Pelabuhan

    Dermaga Eksisting

    Kapal

    +0.00

    -5.00

    -4.00-3.00

    -2.00

    -1.00

    Jalan Eksisting

    Jalan Rencana alternatif 2

    Angin Dominan Breakwater Ujung

    Kapal

    Dermaga Eksisting

    Kolam Pelab

    uhan

    Alur Pelayara

    n

    Kapal

    Dermaga Eksisting

    Kapal

    Dermaga Eksisting

    Alur Pela

    yaran

    Jetty

    Dermaga

    Jalan Rencana alternatif 1

    Alternatif 1

    Alternatif 2

    Gambar 6.1. Alternatif layout pelabuhan

    6.2.1. Alternatif I

    Pada alternatif yang pertama ini tidak digunakan pemecah gelombang

    (breakwater) dengan pertimbangan kolam pelabuhan sudah aman dari serangan

    gelombang dominan karena letak kolam pelabuhan yang menjorok ke dalam/ke

    daratan. Sebagai gantinya diletakkan jetty pada ujung alur pelayaran dengan tujuan

    untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai akibat longshore sediment

    transport. Namun pada alternatif layout pelabuhan ini dibutuhkan galian yang cukup

    besar untuk pembuatan kolam pelabuhan, dermaga, alur pelayaran dan fasilitas-

    fasilitas lainnya mengingat keadaan topografinya yang relatif curam sehingga

    diperlukan bangunan pengaman tebing atau sejenisnya. Selain faktor-faktor tersebut,

    pada alternatif ini jalan akses yang menuju pelabuhan relatif lebih mudah dan dekat

    dengan pemukiman penduduk/ nelayan. Pada alternatif ini, pelabuhan dilengkapi

    dengan fasilitas-fasilitas pelabuhan seperti kolam pelabuhan, alur pelayaran, dermaga,

    jetty dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya.

  • 120

    6.2.2. Alternatif II

    Pada alternatif kedua ini kolam pelabuhannya tidak terlindung dari serangan

    gelombang dominan karena letaknya yang menjorok ke laut sehingga diperlukan

    adanya pemecah gelombang (breakwater) untuk melindungi perairan pelabuhan dari

    gelombang dominan. Pada alternatif ini tidak membutuhkan galian yang cukup besar

    untuk pembuatan kolam pelabuhan, dermaga, alur pelayaran dan fasilitas-fasilitas

    lainnya karena letaknya yang menjorok ke laut. Namun pada alternatif ini jalan akses

    yang menuju pelabuhan relatif lebih sulit karena keadaan topografinya, selain itu

    pemukiman penduduk/ nelayan menjadi lebih jauh. Pada alternatif ini, pelabuhan juga

    dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti pada alternatif I.

    Dari uraian di atas dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dari masing-

    masing alternatif layout pelabuhan yang telah diberikan. Berikut ini tabel yang

    menunjukkan pembobotan dari kedua alternatif diatas :

    Tabel 6.1. Pembobotan alternatif layout pelabuhan

    No Keterangan Bobot Alternatif I Alternatif II % Nilai Nilai x Bobot Nilai Nilai x Bobot 1 Kemudahan akses 40 5 200 4 160 2 Kemudahan kontruksi 40 4 160 4 160 3 Kemudahan navigasi 20 3 60 3 60 TOTAL 100 420 380

    Dengan melihat tabel di atas dapat disimpulkan bahwa alternatif I lebih

    menguntungkan daripada alternatif II, sehingga dalam perencanaan Pangkalan

    Pendaratan Ikan (PPI) Menganti menggunakan layout pelabuhan pada alternatif I.

    6.3. FAKTOR-FAKTOR PERENCANAAN Dalam perencanaan dermaga perlu diperhatikan agar pemanfaatannya sesuai

    dengan kepentingan (perencanaan). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

    perencanaan tersebut adalah :

    Kondisi lapangan, yaitu kondisi spesifik alam yang ada seperti topografi, bathimetri, gelombang, angin, pasang surut, kondisi tanah dan sebagainya.

    Karakteristik kapal, yaitu spesifikasi jenis kapal yang akan dilayani yang meliputi: bobot kapal, panjang kapal, lebar kapal dan draft kapal.

  • 121

    6.4. BANGUNAN JETTY 6.4.1. Dasar Pertimbangan

    Dasar-dasar pertimbangan bagi perencanaan jetty adalah:

    a. Melindungi alur pelayaran dan kolam pelabuhan dari pendangkalan akibat

    sedimen.

    b. Penempatan jetty mempertimbangkan arah datangnya gelombang.

    c. Tipe kontruksi mempertimbangkan kemudahan pelaksanaan, ketersediaan bahan

    dan harga.

    d. Tidak mengganggu/ mengurangi nilai estetika kawasan wisata Pantai Menganti.

    6.4.2. Data Teknis Untuk melindungi alur pelayaran dan mengatasi masalah transport sediment

    pada ujung alur pelayaran di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Menganti Kebumen,

    maka direncanakan menggunakan konstruksi jetty panjang. Konstruksi jetty panjang

    menggunakan tipe bangunan pantai bersisi miring. Konstruksi jetty dibagi menjadi

    dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Direncanakan konstruksi jetty

    menggunakan batu alam sebagai lapisan pelindung karena material batu alam dengan

    ukuran berat tertentu dalam jumlah yang banyak mudah didapat di sekitar lokasi

    pantai. Untuk lapisan pelindung dan bagian inti pada konstruksi jetty menggunakan

    material batu alam.

    Konstruksi jetty dibuat beberapa lapis, dimana lapis yang paling bawah

    mempunyai diameter dan berat batu yang lebih kecil dari pada lapisan bagian atas.

    Hal ini dikarenakan lapisan paling atas yang terkena langsung gelombang/ombak,

    sehingga harus disusun dari tumpukan batu yang berdiameter besar serta berat.

    Perhitungan pada bab sebelumnya didapatkan data sebagai pedoman dalam

    perhitungan perencanaan jetty ini, yaitu :

    Tinggi gelombang (H33) = 1,797 m

    Periode gelombang (T33) = 6,664 detik

    Tinggi gelombang (Hsr) = 3,540 m

    Periode gelombang (Tsr) = 8,380 detik

    Kedalaman kontruksi jetty = -2,0 m dari LWL

    Elevasi pasang surut air :

  • 122

    HWL = + 2,30 m

    MWL = + 1,23 m

    LWL = 0,00 m

    Datum = 0,00 m

    Berat jenis batu pecah (r) = 2,65 t/m3

    Berat jenis air laut (w) = 1,025 t/m3

    6.4.3. Perhitungan Perencanaan 6.4.3.1.Elevasi Puncak Jetty

    Kemiringan sisi jetty direncanakan 1 : 2 Panjang gelombang :

    L0 = 1,56 x T12

    = 1,56 x (6,664)2

    = 69,278 m

    Bilangan Irribaren didapatkan :

    5.00 )/( LH

    TgIrlokasi

    =

    5,0)278,69/797,1(2/1=

    104,3=

    Gambar 6.2. Grafik Run up Gelombang

    3,104

    1,20

    0,76

  • 123

    a. Untuk lapis lindung dengan kontruksi dari batu pecah pada Ir = 3,104

    didapatkan nilai Run-up sesuai dengan grafik Run-up gelombang

    (Triatmodjo, 1996)

    20,1=HRu

    Maka Ru = 1,20 x 1,797

    = 2,156 m

    Didapatkan elevasi puncak bangunan jetty dengan tinggi kebebasan 0,5 m, yaitu :

    Elpuncak = DWL + Ru + 0.5

    = 2,690 + 2,156 + 0,5

    = 5,346 m 5,5 meter

    Tinggi bangunan Tinggi bangunan jetty pada kedalaman 2,0 meter di bawah permukaan

    air laut terendah (LWL):

    HBangunan = Elevasi puncak bangunan Elevasi dasar laut

    = 5,5 (- 2,0) m = 7,5 meter

    b. Untuk lapis lindung dengan kontruksi dari tetrapod; pada Ir = 3,104

    didapatkan nilai Run-up sesuai dengan grafik Run-up gelombang

    (Triatmodjo, 1996)

    Maka Ru = 0,76 x 1,797

    = 1,366 m

    Didapatkan elevasi puncak bangunan jetty dengan tinggi kebebasan 0,5 m, yaitu :

    Elpuncak = DWL + Ru + 0.5

    = 2,690 + 1,366 + 0,5

    = 4,556 m 5 meter

    76,0=HRu

  • 124

    Tinggi bangunan Tinggi bangunan jetty pada kedalaman 2,0 meter di bawah permukaan

    air laut terendah (LWL):

    HBangunan = Elevasi puncak bangunan Elevasi dasar laut

    = 5 (- 2,0) m = 7 meter

    6.4.3.2.Berat Butir Lapis Lindung dan Batu Pecah

    Berat butir batu pelindung dihitung dengan menggunakan Rumus Hudson

    (Triatmodjo, 1999) adalah sebagai berikut :

    cot)1( 33

    =

    rD

    r

    SKHW

    Dimana :

    W = Berat batu pelindung (ton)

    (r) = Berat jenis batu (t/m3)

    H = Tinggi gelombang rencana (m)

    = Sudut kemiringan sisi

    KD =Koefisien stabilitas yang tergantung pada bentuk batu

    pelindung, kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi- sisinya, ikatan

    antar butir dan keadaan pecahnya gelombang.

    Nilai nilai koefisien yang dibutuhkan dalam perhitungan dapat dilihat pada

    tabel 6.2 dan tabel 6.3.

  • 125

    Tabel 6.2. Daftar Harga K ( Koefisien Lapis )

    Batu Pelindung n Penempatan K Porositas

    P (%)

    Batu alam (halus)

    Batu alam (kasar)

    Batu alam (kasar)

    Kubus

    Tetrapoda

    Quadripod

    Hexapoda

    Tribard

    Dolos

    Tribar

    Batu alam

    2

    2

    >3

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    1

    Random (acak)

    Random (acak)

    Random (acak)

    Random (acak)

    Random (acak)

    Random (acak)

    Random (acak)

    Random (acak)

    Random (acak)

    Seragam

    Random (acak)

    1,02

    1,15

    1,10

    1,10

    1,04

    0,95

    1,15

    1,02

    1,00

    1,13

    38

    37

    40

    47

    50

    49

    47

    54

    63

    47

    37

    (dalam Triatmodjo, 1999)

    Tabel 6.3. Koefisien Stabilitas KD untuk Berbagai Jenis Butir

    Lapis lindung n Penempatan

    Lengan Bangunan Ujung Bangunan Kemiringan KD KD

    Gelombang Gelombang Pecah Tdk pecah Pecah Tdk Pecah Cot

    Batu Pecah Bulat halus Bulat halus Bersudut kasar

    2 >3 1

    Acak Acak Acak

    1,2 1,6 *1

    2,4 3,2 2,9

    1,1 1,4 *1

    1,9 2,3 2,3

    1,5-3,0

    *2 *3

    Bersudut kasar

    2

    Acak

    2,0

    4,0

    1,9 1,6 1,3

    3,2 2,8 2,3

    1,5 2,0 3,0

    Bersudut kasar Bersudut kasar Parallel epiped

    >3 2 2

    Acak Khusus *3 Khusus

    2,2 5,8

    7,0-20

    4,5 7,0

    8,5-24

    2,1 5,3 -

    4,2 6,4 -

    *2 *2

    Tetrapoda Dan

    Quadripod

    2

    Acak

    7,0

    8,0

    5,0 4,5 3,5

    6,0 5,5 4,0

    1,5 2,0 3,0

    Tribar

    2

    Acak

    9,0

    10,0

    8,3 7,8 6,0

    9,0 8,5 6,5

    1,5 2,0 3,0

    Dolos 2 Acak 15,8 31,8 8,0 7,0 16,0 14,0

    2,0 3,0

    (dalam Triatmodjo, 1999)

    Catatan : n : Jumlah susunan butir batu dalam lapisan pelindung *1 : Penggunaan n = 1 tidak disarankan untuk kondisi gelombang pecah

  • 126

    *2 : Sampai ada ketentuan lebih lanjut tentang nilai KD, penggunaan KD dibatasi pada kemiringan 1:1,5 sampai 1:3 *3 : Batu ditempatkan dengan sumbu panjangnya tegak lurus permukaan bangunan

    Dari tabel 6.2 dan 6.3 diperoleh nilai nilai koefisien yang dibutuhkan dalam

    perhitungan jetty. Nilai koefisien tersebut adalah sebagai berikut:

    Batu pecah bersudut kasar n = 2

    KD1 = 2,8 ( ujung bangunan )

    KD2 = 2,0 ( lengan bangunan )

    K = 1,15

    Porositas P (%) = 37

    Cot = 2

    Tetrapod

    n = 2

    KD1 = 5,5 ( ujung bangunan )

    KD2 = 7,0 ( lengan bangunan )

    K = 1,04

    Porositas P (%) = 50

    Cot = 2

  • 127

    Perhitungan berat lapis lindung :

    a. Jetty Bagian Kepala :

    1. Lapis pelindung luar

    Dengan pelindung batu pecah

    [ ] 21)025,1/65,2(8,2)540,3(65,21 3

    3

    =W = 5,268 ton

    Diameter batu

    D = 3432

    rW = 1,560 m = 156 cm

    Karena sulit mendapatkan batu pecah ukuran 5,268 ton maka digunakan

    tetrapod.

    Dengan pelindung tetrapod

    [ ] 21)025,1/4,2(5,5)540,3(4,21 3

    3

    =W = 4,009 ton

    Digunakan tetrapod dengan berat butir 4,009 ton.

    Untuk mempermudah pelaksanaan, pada pekerjaan lapis pelindung luar

    digunakan tetrapod dengan berat 4 ton 4,1 ton.

    2. Lapis pelindung kedua

    Dengan pelindung batu pecah

    100W =

    10009,4 = 0,4009 ton = 400,9 kg

    Diameter batu

    D = 3432

    rW = 0,661 m = 66,1 cm 67 cm

  • 128

    Untuk mempermudah pelaksanaan, pada pekerjaan lapis pelindung kedua

    digunakan batu pecah dengan berat 400 kg 410 kg.

    3. Lapis inti

    Dengan pelindung batu pecah

    200W =

    200009,4 = 0,020 ton = 20 kg

    Diameter batu

    D = 3432

    rW = 0,243 m = 24,3 cm 25 cm

    Digunakan batu pecah dengan berat 20 kg.

    b. Jetty Bagian Lengan :

    1. Lapis pelindung luar

    Dengan pelindung batu pecah

    [ ] 21)025,1/65,2(2)540,3(65,22 3

    3

    =W = 7,376 ton

    Diameter batu

    D = 3432

    rW = 1,745 m = 174,5 cm 175 cm

    Karena sulit mendapatkan batu pecah ukuran 7,376 ton maka digunakan

    tetrapod.

    Dengan pelindung tetrapod

    [ ] 21)025,1/4,2(7)540,3(4,22 3

    3

    =W = 3,150 ton

    Untuk mempermudah pelaksanaan, pada pekerjaan lapis pelindung luar

    digunakan tetrapod dengan berat 3 ton 3,2 ton.

  • 129

    2. Lapis pelindung kedua

    Dengan pelindung batu pecah

    10W =

    10150,3 = 0,3150 ton = 315 kg

    Diameter batu

    D = 3432

    rW = 0,610m = 61 cm

    Untuk mempermudah pelaksanaan, pada pekerjaan lapis pelindung kedua

    digunakan batu pecah dengan berat 300 kg 320 kg.

    3. Lapis inti

    Dengan pelindung batu pecah

    200W =

    200150,3 = 0,0157 ton = 15,7 kg

    Diameter batu

    D = 3432

    rW = 0,225 m = 22,5 cm 23 cm

    Untuk mempermudah pelaksanaan, pada pekerjaan lapis inti digunakan

    batu pecah dengan berat 15 kg 20 kg.

    c. Pelindung Kaki :

    Berat butir batu untuk pelindung kaki jetty :

    33

    3

    )1( =

    rS

    r

    SNHWk

    dimana :

    Wk = Berat butir batu pelindung kaki (ton)

    (r) = berat jenis batu (t/m3)

    H = Tinggi gelombang rencana (m)

    NS = Angka stabilitas rencana untuk pelindung kaki bangunan

  • 130

    Gambar 6.3. Grafik Angka Stabilitas NS untuk Fondasi dan Pelindung Kaki

    Adapun Sd

    d1 diambil pada kedalaman 2,0 m.

    dS = jarak antara LWL ( + 0,00 m) dan elevasi dasar pelindung kaki

    = 2,0 m

    d1 = jarak antara LWL ( + 0,00 m) dan elevasi puncak pelindung kaki

    = 2,0 m 1 m = 1,0 m

    Maka didapat nilai dari Sd

    d1 = 0,20,1 = 0,5 sehingga bisa dicari nilai NS3 dari

    grafik di atas yaitu sebesar 110.

    Berat butir batu pecah pelindung kaki (Wk) jetty dapat dicari sebagai berikut :

    [ ] == 3

    3

    1)025,1/65,2(110)540,3(65,2Wk 0,268 ton = 268 kg

    110

  • 131

    Diameter batu

    D = 3432

    rW = 0,578 m = 57,8 cm 58 cm

    Untuk mempermudah pelaksanaan, pada pekerjaan pelindung kaki digunakan

    batu pecah dengan berat 250 kg 300 kg.

    6.4.3.3.Lebar Puncak

    Rumus yang dipakai : 3/1

    = r

    WKnB

    dimana :

    B = lebar puncak jetty

    n = 3 (minimum)

    K = koefisien lapis tetrapod = 1,04

    W = berat butir lapis pelindung (ton)

    (r) = berat jenis tetrapod = 2,4 t/m3

    a. Bagian Kepala :

    mB 702,34,2

    009,404,133/1

    =

    = 4 m

    b. Bagian Lengan :

    mB 416,34,2

    009,404,133/1

    =

    = 3,5 m

    6.4.3.4.Tebal Lapis Pelindung

    3/1

    = r

    WKnt

    Dimana :

    t = tebal lapis dinding

  • 132

    n = 2 (minimum)

    K = koefisien lapis batu pecah = 1,15

    K = koefisien lapis tetrapod = 1,04

    W = berat butir lapis pelindung (ton)

    (r) = berat jenis batu pecah = 2,65 t/m3

    (r) = berat jenis tetrapod = 2,4 t/m3

    a. Bagian Kepala :

    mt 468,24,2

    009,404,123/1

    1 =

    = 3 m

    mt 225,14,2

    4009,004,123/1

    2 =

    = 1,5 m

    b. Bagian Lengan :

    mt 203,24,2

    150,304,123/1

    1 =

    = 2,5 m

    mt 131,14,2

    3150,004,123/1

    2 =

    = 1,5 m

    6.4.3.5.Jumlah Batu Lapis Pelindung

    Jumlah butir batu pelindung tiap satuan luas (10 m2) 3/2

    1001

    = W

    PKnAN r

    Dimana :

    N = jumlah butir batu satu satuan luas permukaan A

    n = jumlah lapis batu dalam lapis pelindung

    K = koefisien lapis tetrapod = 1,04

    A = luas permukaan (setiap 10 m2)

    P = porositas rerata lapis pelindung tetrapod = 50

    W = berat butir lapis pelindung (ton)

    r = berat jenis tetrapod = 2,4 t/m3

  • 133

    LWL 0,00

    MWL + 1,23

    HWL + 2,30

    - 2,00

    - 1,00

    12

    11,5

    + 5

    Wk = Batu pecah 250 - 300 kg

    W2 = Batu Pecah 400 - 410 kg, 2 Lapis

    W1 = Tetrapod 4 - 4,1 ton, 2 Lapis

    W3 = Batu Pecah 20 kg

    Sisi Laut Sisi Alur Pelayaran

    4,0

    3,0

    1,50

    5,00 3,00

    37,00

    CATATAN : DASAR LAUT BERUPA KARANG

    12

    21

    LWL 0,00

    MWL + 1,23

    HWL + 2,30

    - 2,00

    - 1,00

    12

    11,5

    + 5

    Wk = Batu Pecah 250 - 300 kg

    W2 = Batu Pecah300 - 320 kg, 2 Lapis

    W1 = Tetrapod 3 - 3,2 ton, 2 Lapis

    W3 = Batu Pecah 15 - 20 kg

    3,50

    2,50

    1,50

    3,005,00

    36,50

    Sisi Laut Sisi Alur Pelayaran

    12

    21

    CATATAN : DASAR LAUT BERUPA KARANG

    a. Bagian Kepala :

    butirN 387,7009,4

    4,210050104,1210

    3/2

    =

    = 8 butir/10 m2

    b. Bagian Lengan :

    butirN 913,12150,3

    4,210050104,1210

    3/2

    =

    = 13 butir/10 m2

    Gambar 6.4. Jetty bagian kepala

    Gambar 6.5. Jetty bagian lengan

    6.4.3.6.Spesifikasi Tetrapod

    Berdasarkan data hasil perhitungan berat butir lapis pelindung pada bangunan

    jetty, dapat dihitung spesifikasi tetrapod yang akan digunakan. Dari nilai berat butir

    dapat dihitung besarnya volume berdasarkan rumus dasar berat jenis.

  • 134

    VW=

    WV =

    Dimana :

    = berat jenis ( ton/m3 )

    W = berat ( ton )

    V = volume ( m3 )

    Diketahui W = 4,009 ton untuk bagian kepala dan W = 3,150 ton untuk bagian

    lengan, maka :

    Bagian Kepala

    V = 4,2

    009,4 = 1,670 m3

    Bagian Lengan

    V = 4,2

    150,3 = 1,3125 m3

    Perhitungan volume untuk tetrapod dapat dihitung dengan rumus berikut ini.

    3280,0 HV =

    Bagian Kepala : 1,670 = 0,280*H3

    H3 = 5,964

    H = 1,813 m

    Bagian Lengan : 1,3125 = 0,280*H3

    H3 = 4,6875

    H = 1,674 m

  • 135

    AB

    C

    H

    DE

    I J

    K

    F

    G

    L

    Tampak Atas

    A A

    Potongan A - A Tampak Bawah

    Berdasarkan nilai H yang telah diperoleh, dapat dihitung spesifikasi tetrapod

    yang akan digunakan. Persamaan yang digunakan dalam perhitungan spesifikasi

    tetrapod antara lain sebagai berikut :

    A = 0,302 H G = 0,215 H

    B = 0,151 H H = 1 H

    C = 0,477 H I = 0,606 H

    D = 0,470 H J = 0,303 H

    E = 0,235 H K = 1,091 H

    F = 0,644 H L = 1,201 H

    Gambar 6.6. Dimensi tetrapod

  • 136

    Tabel 6.4. Spesifikasi tetrapod untuk bangunan jetty

    No. Spesifikasi Kepala Lengan ( meter ) ( meter )

    1 A 0,547 0,5052 B 0,274 0,2533 C 0,865 0,7984 D 0,852 0,7875 E 0,426 0,3936 F 1,167 1,0787 G 0,389 0,3598 H 1,813 1,6749 I 1,099 1,01410 J 0,549 0,50711 K 1,978 1,82612 L 2,177 2,010

    6.5. PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

    Untuk melindungi pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang (over

    topping) ke darat perlu dibuat bangunan pelindung pantai, untuk itu direncanakan

    bangunan pelindung pantai menggunakan seawall. Rencananya seawall akan

    dibangun pada elevasi 0,00 meter dengan menggunakan batu pecah sebagai

    lapis pelindung.

    Dari tabel 6.2 dan 6.3 diperoleh nilai nilai koefisien yang dibutuhkan dalam

    perhitungan seawall. Nilai koefisien tersebut adalah sebagai berikut.

    n = 2

    KD = 2

    K = 1,15

    Porositas P (%) = 37

    Cot = 2

    a = berat jenis air laut ( 1,025 t/m3 )

    r = berat jenis batu ( 2,65 t/m3 )

  • 137

    6.5.1. Perhitungan Elevasi Puncak Bangunan

    Elevasi puncak seawall ditetapkan dengan menggunakan persamaan di bawah

    ini.

    Elpuncak = DWL + Ru + Fb

    dimana :

    Elpuncak = Elevasi puncak seawall rencana (m)

    Ru = Run up gelombang (m)

    DWL = Design Water Level (m)

    Fb = Tinggi jagaan, antara 0,5 s/d 1,00 meter

    Perhitungan Run up gelombang adalah sebagai berikut :

    Kemiringan sisi bangunan direncanakan 1 : 2 Tinggi gelombang rencana di lokasi bangunan dapat dihitung dengan

    menggunakan grafik pada gambar 6.7.

    Gambar 6.7. Grafik penentuan gelombang pecah rencana di kaki bangunan

    1,1

  • 138

    ds = 1,23 ( 0,00 ) = 1,23 meter

    2gTd s = 2664,681,9

    23,1x

    = 0,00282

    Dari gambar 6.7 diperoleh nilai Hb/ds = 1,1

    Hb = 1,1x ds = 1,1 x 1,23 = 1,353 meter

    Perhitungan panjang gelombang di laut dalam adalah sebagai berikut :

    T = 6,664 detik

    Lo = 1,56 x T2

    = 1,56 x 6,6642 = 69,278 meter

    Bilangan Irribaren didapatkan dengan menggunakan rumus :

    Ir = Tg / (H/Lo)0,5 dimana :

    Ir : bilangan Irribaren

    Tg : kemiringan dasar bangunan

    H : tinggi gelombang di lokasi bangunan

    L0 : panjang gelombang di laut dalam

    Ir = ( 1 / 2 ) / ( 1,353 / 69,278 )0,5 = 3,578

    Gambar 6.8. Grafik run-up gelombang

    1,2

  • 139

    Dari Grafik run up gelombang ( gambar 6.8 ), maka untuk lapis lindung dari

    batu pecah pada Ir = 3,578 didapatkan nilai run up :

    Ru / H = 1,2 maka

    Ru = 1,2 x 1,23 = 1,476 meter

    Sehingga elevasi puncak bangunan :

    Elpuncak = 2,69 m + 1,476 m + 0,5 m

    = 4,666 m 4,7 m

    Tinggi Bangunan

    Tinggi bangunan seawall pada kedalaman -1,0 meter :

    HBangunan = Elevasi Puncak Bangunan Elevasi Dasar laut

    = 4,7 ( 0,00 ) = 4,7 meter

    6.5.2. Berat Butir Lapis Pelindung

    Berat butir batu pelindung dengan menggunakan Rumus Hudson :

    cot)1( 33

    = rDr

    SKHW

    dimana :

    W = berat butir batu pelindung ( ton )

    r = berat jenis batu ( ton/m3 )

    a = berat jenis air laut ( ton/m3 )

    H = tinggi gelombang rencana ( m )

    = sudut kemiringan sisi

    KD = koefisien stabilitas bentuk batu pelindung

    Untuk perhitungan digunakan batu pecah bersudut kasar dengan koefisien

    stabilitas KD = 2, dan K = 1,15.

  • 140

    1. Berat batu lapis pelindung luar :

    Dengan pelindung batu pecah bersudut kasar

    21025,165,22

    353,165,23

    3

    xx

    xW

    = = 0,412 ton 411,804 kg

    Diameter batu

    D = 3432

    rW = 0,667 m = 66,7 cm 67 cm

    Untuk mempermudah pelaksanaan, pada pekerjaan pelindung kaki digunakan

    batu pecah dengan berat 400 kg 415 kg.

    2. Berat batu lapis pelindung kedua :

    W/10 = 0,412 / 10 = 0,0412 ton = 41,2 kilogram

    Diameter batu

    D = 3432

    rW = 0,309 m = 30,9 cm 31 cm

    Untuk mempermudah pelaksanaan, pada pekerjaan pelindung kaki digunakan

    batu pecah dengan berat 40 kg 42 kg.

    6.5.3. Menghitung Tebal Lapis Pelindung

    Perhitungan tebal lapis pelindung dinyatakan dengan rumus :

    t =nK 3

    1

    r

    W

    dengan :

    W = berat butir batu pelindung ( ton )

  • 141

    t = tebal lapis pelindung ( m )

    n = jumlah lapis batu dalam lapis lindung ( n minimum = 2 )

    K = koefisien lapis ( tabel 5.2 )

    r = berat jenis batu ( ton/m3 )

    Tebal lapis pelindung luar :

    t =nK 3

    1

    r

    W

    = 2 x 1,15 x ( 0,412 / 2,65 )1/3

    = 1,237 meter 1,3 meter

    6.5.4. Lebar Puncak Bangunan

    Lebar puncak seawall dapat dicari dengan rumus:

    B = nK3

    1

    r

    W

    dimana :

    B = lebar puncak ( m )

    n = jumlah butir batu ( n minimum = 3 )

    K = koefisien lapis ( tabel 5.2 )

    W = berat butir batu pelindung ( ton )

    r = berat jenis batu pelindung ( ton/m3 )

    B = nK3

    1

    r

    W

    = 3 x 1,15 x ( 0,412 / 2,65 )1/3 = 1,855 m 1,9 meter

  • 142

    6.5.5. Pelindung Kaki

    Direncanakan pelindung kaki menggunakan tipe pelindung seperti pada

    gambar berikut ini.

    Gambar 6.9. Pelindung kaki bangunan

    Tebal pelindung kaki Tebal pelindung kaki direncanakan setebal 1H = 1,353 meter, dengan

    tebal batu pelindung kaki sebesar r = t = 1 meter.

    Lebar pelindung kaki B = 2H = 2 x 1,353 = 2,706 m 2,8 m

    Berat butir Berat butir batu untuk pondasi dan pelindung kaki bangunan diberikan

    oleh persamaan berikut :

    33

    3

    )1( = rsr

    SNHW

    dimana :

    W : berat rata rata butir batu ( ton )

    r : berat jenis batu ( ton/m3 )

    H : tinggi gelombang rencana ( m )

    Sr : perbandingan antara berat jenis batu dan berat jenis air laut

    Ns3 : angka stabilitas rencana untuk pelindung kaki bangunan (lihat

    gambar 6.10)

  • 143

    Gambar 6.10. Angka stabilitas Ns untuk pondasi pelindung kaki

    Elevasi dasar seawall direncanakan pada elevasi 0,0 meter

    ds = 1,23 ( 0,00 ) = 1,23

    d1 = 1,23 1,0 = 0,23 meter

    d1/ds = 0,23 , dari Gambar 6.10. di peroleh Ns3 = 29

    33

    3

    )1( = rsr

    SNHW

    = 3

    3

    )1025,165,2(29

    353,165,2

    = 0,0568 ton = 56,8 kg

    29

  • 144

    Diameter batu

    D = 3432

    rW = 0,345 m = 34,5 cm 35 cm

    Untuk mempermudah pelaksanaan, pada pekerjaan pondasi dan pelindung

    kaki bangunan digunakan batu pecah dengan berat 50 kg 60 kg.

    6.5.6. Jumlah Butir Tiap Satuan Luas ( N )

    Jumlah butir tiap satuan luas (10 m2) dapat dihitung dengan persamaan berikut

    ini :

    32

    1001

    = Wx

    PKnAN r

    dimana :

    t = tebal lapis pelindung ( m )

    n = jumlah butir batu

    K = koefisien lapis ( tabel 5.1 ) = 1,04

    W = berat butir batu pelindung ( ton ) = 1,382 ton

    P = porositas rata rata dari lapis pelindung ( % )

    r = berat jenis batu pelindung ( ton/m3 )

    32

    1001

    = Wx

    PKnAN r

    = 10 x 2 x 1,15 x ( 1 ( 37/100 ) ) x ( 2,65 / 0,412 )2/3

    = 50,115 51 butir / 10 m2

  • 145

    Sisi Kolam Pelabuhan

    1,51 1

    2

    DWL + 2,69HWL + 2,30

    MWL + 1,23

    LWL 0,00

    + 4,7

    Tumpukan Batu 40 - 42 kg

    Tumpukan Batu 400 - 415 kg

    Tumpukan Batu 50 - 60 kg

    Sisi Darat

    1,90

    1,30

    2,80

    21,15

    12

    1,40

    Gambar 6.11. Sketsa penampang melintang seawall

    6.6. PELABUHAN 6.6.1. Data Kapal

    Data kapal yang digunakan dalam perencanaan dermaga ini adalah data kapal

    terbesar yang berlabuh di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Menganti Kebumen (10

    GT), dengan spesifikasi sebagai berikut :

    - Panjang (Loa) = 13,5 meter

    - Lebar = 3,8 meter

    - Draft = 1,05 meter

    6.6.2. Kedalaman Alur Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan kedalaman alur ideal yaitu:

    H = LWL (d + G + R + P)

    Dimana :

    H = kedalaman alur pelayaran (m)

    d = draft kapal (direncanakan d = 1,05 m)

    G = gerak vertikal kapal karena gelombang

    (toleransi maksimal 0,5 m)

    R = ruang kebebasan bersih minimum 1 m (untuk dasar karang)

    P = ketelitian pengukuran = 20 cm

  • 146

    Kapal

    P = 0,2 m

    R = 1,0 m

    G = 0,5 m

    H kapal = 2,05 m d = 1,05 m

    1,0 m

    H = 2,75 m

    3,8 m

    Sehingga didapat kedalaman alur :

    H = LWL (d + G + R + P)

    H = 0,00 (1,05 + 0,5 + 1 + 0,2)

    = -2,75 m

    Gambar 6.12. Kedalaman Alur Pelayaran

    6.6.3. Lebar Alur Pelayaran Pada perencanaan dermaga ini lebar alur pelayaran sesuai dengan yang

    disyaratkan pada Standar Rencana Induk dan pokok-pokok desain untuk pelabuhan

    perikanan di Indonesia yaitu untuk kapal sampai 50 GT berkisar antara 8-10 kali lebar

    kapal terbesar. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi terjadinya benturan pada saat

    kapal yang lewat bersimpangan. Lebar kapal adalah 3,8 meter, jadi lebar alur yang

    diperlukan adalah 3,8 x 8 = 30,4 meter.

    Adapun sesuai dengan formula untuk lebar alur untuk dua arah adalah :

    W = 2(BC + ML) + SC

    Dimana :

    W = Lebar alur pelayaran

    BC = Bank Clearance ( Ruang aman sisi kapal )

    =1,5B = 1,5 x 3,8 = 5,7

    ML = Manuevering Lane ( 1 x Lebar kapal )

    =1,5B = 1,5 x 3,8 = 5,7

    SC = Ship Clearance ( Ruang aman antar kapal )

    = 1 x Lebar kapal (1 x B) = 1 x 3,8 = 3,8

    Sehingga :

    W = 2 (5,7 + 5,7) + 3,8 = 26,6 m

  • 147

    B B

    BCBC ML MLSC

    Gambar 6.13. Lebar Alur Pelayaran

    6.6.4. Kolam Pelabuhan Pada perencanaan dermaga ini, luas kolam pelabuhan menggunakan rumus

    (dalam Triatmodjo, 1996) :

    A = R2

    dimana :

    A = Luas kolam pelabuhan (m2)

    R = Jari jari (m)

    = 1,5 Loa + 25 m

    = 20,25 + 25 = 45,25 m

    Sehingga di dapat luas kolam pelabuhan yang direncanakan :

    A = (45,25)2

    = 6432,607 m2

    6.7. PERHITUNGAN KONTRUKSI DERMAGA Konstruksi dermaga yang direncanakan ini menggunakan konstruksi beton

    bertulang. Perhitungan konstruksi dermaga meliputi perhitungan lantai dermaga dan

    perhitungan balok, yaitu balok melintang dan balok memanjang. Pembebanan yang

    terjadi pada plat lantai dan balok dermaga meliputi beban mati (dead load) yang

    berupa berat sendiri, beban air hujan dan beban hidup (live load) yang berupa beban

    orang dan truck (barang). Perencanaan beban tersebut berdasarkan Peraturan

    Perencanaan Beton Bertulang SKSNI-T15-1991-03.

    6.7.1. Penentuan Elevasi Dermaga

    Elevasi dermaga diperhitungkan terhadap besarnya HWL, yaitu untuk

    mengantisipasi terhadap kenaikan air karena air laut pasang.

  • 148

    Elevasi lantai dermaga = HWL + SLR + tinggi jagaan

    = + 2,3 + 0,12 + 0,5

    = + 2,92 m + 3,0 m

    6.7.2. Panjang Dermaga

    Dermaga direncanakan sebagai tempat bersandarnya kapal ukuran maksimal

    (direncanakan panjang kapal = 13,5 meter) dengan jarak sandar antar kapal dan jarak

    kapal dengan ujung dermaga diasumsikan masing-masing 2 meter. Sehingga

    persamaan yang digunakan untuk mendapatkan panjang dermaga ideal yaitu :

    Ld = n x Loa + 6 m

    dimana :

    Ld = panjang dermaga (meter)

    n = jumlah kapal yang dapat merapat = 3 kapal

    Loa = ukuran panjang kapal (13,5 m)

    Sehingga di dapat panjang dermaga adalah :

    Ld = n x Loa + 6 m

    = (3 x 13,5) + 6 m

    = 40,5 + 6

    = 46,56 m 48 m

    6.7.3. Lebar Dermaga Lebar dermaga diakomodasikan untuk tempat bongkar muat kapal dan lalu

    lintas alat angkut (gerobak/ truk) pembawa ikan dari kapal menuju tempat pelelangan

    ikan. Untuk keperluan tersebut dermaga direncanakan dengan lebar 6 meter, dengan

    perhitungan sebagai berikut :

    - Lebar gerobak = 4 m

    - Lalu lintas orang = 1 m

    - Total lebar = lalu lintas gerobak + lalu lintas orang

    = 4 m + (1+1) m = 6 m

  • 149

    LEBAR DERMAGA = 6 m

    panjang kapal = 13,5 m

    kapal ikan 10 GT

    panjang dermaga = 48 m

    LEBAR DERMAGA = 6 m LEBAR DERMAGA = 6 mLEBAR DERMAGA = 6 m

    2 m

    2 m

    2 m

    lebar kapal = 3,8 m6,55 m

    AB

    C

    Gambar 6.14. Kontruksi dermaga tipe jetty

    6.7.4. Perhitungan Plat Lantai

    Untuk konstruksi plat lantai dermaga dipakai beton bertulang dengan data

    teknis sebagai berikut :

    Beton bertulang dengan fc = 300 kg/cm2 = 30 MPa

    Tulangan baja dengan fy = 2400 kg/cm2 = 240 MPa

    Modulus Elastisitas Es = 2.106 kg/cm2 = 2.105 MPa

    beton bertulang = 2400 kg/cm3 Plat lantai yang dihitung (terlihat pada denah) adalah plat A, B dan C. Sebagai

    acuan awal untuk penentuan tebal plat, dihitung pada pelat A. Denah rencana plat

    lantai dapat digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 6.15. Denah plat lantai

  • 150

    Ly

    Lx

    6.7.4.1.Penentuan Tebal Plat Lantai

    Gambar 6.16. Skema plat lantai

    = Ly/Lx Ly/Lx 3 termasuk konstruksi penulangan 2 arah

    Menurut skema tersebut di atas plat lantai dianggap terjepit keempat

    sisinya. Untuk plat solid 2 arah maka tebal plat menggunakan rumus menurut

    SK. SNI T-15-1991-03 ( Halaman 18-19 poin 3.2.5.3 ) yaitu :

    h min = ( )936fy/15008,0ln++

    h min = ( ))1*9(36

    24/15008,04000++ = 85,33 mm

    h max = ( )36fy/15008,0ln +

    h max = ( )36

    24/15008,04000 + = 106,67 mm

    dimana : Ln = sisi pelat terpanjang = 4000 mm

    = lx/ly = 4000/3000 = 1,33 Pada perencanaan dermaga ini, tebal plat lantai dermaga direncanakan

    sebesar = 200 mm (Menurut SK. SNI T-15-1991-03, tebal plat minimum 120

    mm).

    6.7.4.2.Pembebanan Plat Lantai

    1. Plat Lantai Tengah (Plat A)

    Beban mati (dead load = DL) Berat sendiri lantai = 0,20 x 2400 = 480 kg/m

    Beban air hujan = 0,05 x 1000 = 50 kg/m

  • 151

    Ly = 4 m

    Lx = 3 m

    Total beban mati = 480 + 50 = 530 kg/m

    Beban hidup (life load = LL) Berat orang = 200 kg/ m

    Beban gerobak = 50 kg/m2

    Berat keranjang berisi ikan = 480 kg/m2

    Setiap m2 lantai dermaga dapat menampung 4 buah keranjang ikan dan

    4 tumpukan dengan berat per keranjang ikan 30 kg. Sehingga total

    berat keranjang ikan = 4 x 4 x 30 = 480 kg/m2

    Total beban hidup = 200 + 50 + 480 = 730 kg/m2

    Beban ultimate (WU) Beban ultimate (WU) yang bekerja pada plat lantai sebesar

    WU = 1,2 DL + 1,6 LL

    = (1,2 x 530) + (1,6 x 730)

    = 636 + 1168 kg/ m

    = 1804 kg/m2 = 18,04 kN/m2

    2. Momen-Momen yang Menentukan a. Plat A

    Gambar 6.17. Skema plat A

    ly/lx = 4000/3000 = 1,33

    Menurut buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang CUR-1

    halaman 90, skema tersebut di atas termasuk skema II pada skema

  • 152

    Ly = 4 m

    Lx = 1,5 m

    Lx = 1 m

    Ly = 1,5 m

    penyaluran beban berdasarkan metode amplop sehingga didapatkan

    momen per meter lebar yaitu :

    Mlx = 0,001 . WU . lx . X = 0,001 . 18,04 . 3 . 39,2 = 6,364 kNm

    Mly = 0,001 . WU . lx . X = 0,001 . 18,04 . 3 . 19,4 = 3,149 kNm

    Mtx = -0,001 . WU . lx . X = -0,001 . 18,04 . 3 . 68,85 = -11,178 kNm

    Mty = -0,001 . WU . lx . X = -0,001 . 18,04 . 3 . 54,6 = -8,865 kNm

    b. Plat B

    Gambar 6.18. Skema plat B

    ly/lx = 4000/1500 = 2,667

    Mlx = 0,001 . WU . lx . X = 0,001 . 18,04 . 1,5 . 65 = 2,638 kNm

    Mly = 0,001 . WU . lx . X = 0,001 . 18,04 . 1,5 . 14 = 0,568 kNm

    Mtx = -0,001 . WU . lx . X = -0,001 . 18,04 . 1,5 . 83 = -3,369 kNm

    Mty = -0,001 . WU . lx . X = -0,001 . 18,04. 1,5 . 49 = -1,989 kNm

    c. Plat C

    Gambar 6.19. Skema plat C

    ly/lx = 1500/1000 = 1,5

    Mlx = 0,001 . WU . lx . X = 0,001 . 18,04 . 1 . 52 = 0,938 kNm

    Mly = 0,001 . WU . lx . X = 0,001 . 18,04 . 1 . 21,5 = 0,388 kNm

  • 153

    dydxh

    P

    y 12 x 12

    Mtx = -0,001 . WU . lx . X = -0,001 . 18,04 . 1 . 94 = -1,696 kNm

    Mty = -0,001 . WU . lx . X = -0,001 . 18,04. 1 . 75 = -1,353 kNm

    Mtix = Mlx = . 0,938 = 0,469 kNm

    6.7.4.3.Perhitungan Tulangan Plat Lantai

    Tebal plat h = 200 mm Tebal penutup beton p = 40 mm

    (plat langsung berhubungan dengan cuaca)

    Diameter tulangan rencana 12 mm untuk 2 arah

    Gambar 6.20. Tinggi efektif plat

    dx = h p 1/2 x = 200 40 6 = 154 mm

    dy = h p x 1/2 y = 200 40 12 6 = 142 mm

    Menurut Buku Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang CUR-1 halaman 51-

    52, dengan fy = 240 Mpa dan fc = 30 Mpa untuk plat, didapat :

    min = 0,0025

    max = 0,0484

    Diperlukan adanya faktor reduksi kekuatan yang besarnya kurang dari 1 sesuai

    dengan penggunaan konstruksi betonnya. Diambil faktor reduksi 8,0= (Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang CUR-1 halaman 35).

    1. Plat A a. Penulangan lapangan arah X

    Mlx = 6,364 kN m

    kNmMM lxu 955,78,0364,6 ===

    22u

    )154,0.(1955,7

    b.dxM = = 335,428 kN/m

  • 154

    Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4

    halaman 47 Tabel 5.1.d maka didapat nilai :

    = 0,0016 + 100

    428,35 (0,0021 0,0016 ) = 0,00178 (interpolasi)

    < min

    0,00178 < 0,0025 sehingga digunakan min

    As = . b . dx = 0,0025 x 1000 x 154 = 385 mm

    Dipilih tulangan 12 200 dengan As terpasang = 565 mm

    b. Penulangan lapangan arah Y Mly = 3,149 kN m

    kNmM

    M lyu 936,38,0149,3 ===

    222

    u /212,195)142,0.(1

    936,3b.dyM

    mkN==

    Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4

    halaman 47 Tabel 5.1.d maka didapat nilai :

    = 0,0005 + 100

    212,95 (0,0010 0,0005 ) = 0,00098 (interpolasi)

    < min

    0,00098 < 0,0025 sehingga digunakan min

    As = . b . dy = 0,0025 x 1000 x 142 = 355 mm

    Dipilih tulangan 12 200 dengan As terpasang = 565 mm

    c. Penulangan tumpuan arah X Mtx = 11,178 kN m

    kNmMM txu 972,138,0178,11 ===

    222

    u /159,589)154,0.(1

    972,13b.dxM

    mkN==

    Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4

    halaman 47 Tabel 5.1.d maka didapat nilai :

  • 155

    = 0,0026 + 100

    159,89 (0,0032 0,0026 ) = 0,00313 (interpolasi)

    min < < maks

    0,0025 < 0,00313 < 0,0484 ......Ok

    As = . b . dx = 0,00313 x 1000 x 154 = 482,782 mm

    Dipilih tulangan 12 200 dengan As terpasang = 565 mm

    d. Penulangan tumpuan arah Y Mty = 8,865 kN m

    kNmM

    M tyu 081,118,0865,8 ===

    222

    u /556,549)142,0.(1

    081,11b.dyM

    mkN==

    Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4

    halaman 47 Tabel 5.1.d maka didapat nilai :

    = 0,0026 + 100

    556,49 (0,0032 0,0026 ) = 0,00289 (interpolasi)

    min < < maks

    0,0025 < 0,00289 < 0,0484 ......Ok

    As = . b . dy = 0,00289 x 1000 x 142 = 411,421 mm

    Dipilih tulangan 12 200 dengan As terpasang = 565 mm

    2. Plat B a. Penulangan Lapangan arah X

    Mlx = 2,638 kN m

    kNmMM lxu 2975,38,0638,2 ===

    222

    u /041,139)154,0.(1

    2975,3b.dxM mkN==

    Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4

    halaman 47 Tabel 5.1.d maka didapat nilai :

    = 0,0005 + 100

    041,39 (0,0010 0,0005 ) = 0,000695 (interpolasi)

  • 156

    < min

    0,000695 < 0,0025, sehingga digunakan min

    As = min . b . dx = 0,0025 x 1000 x 154 = 38,5 mm

    Dipilih tulangan 12 250 dengan As terpasang = 452 mm

    b. Penulangan Lapangan arah Y Mly = 0,568 kN m

    kNmM

    M lyu 71,08,0568,0 ===

    222

    u /211,35)142,0.(1

    71,0b.dyM

    mkN==

    Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4

    halaman 47 Tabel 5.1.d maka didapat nilai :

    = 0,0005

    < min

    0,0005 < 0,0025, sehingga digunakan min

    As = min . b . dy = 0,0025 x 1000 x 142 = 355 mm

    Dipilih tulangan 12 250 dengan As terpasang = 452 mm

    c. Penulangan Tumpuan arah X Mtx = 3,369 kN m

    kNmMM txu 211,48,0369,3 ===

    222

    u /569,177)154,0.(1

    211,4b.dxM

    mkN==

    Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4

    halaman 47 Tabel 5.1.d maka didapat nilai :

    = 0,0005 + 100

    569,77 (0,0010 0,0005 ) = 0,000888 (interpolasi)

    < min

    0,000888 < 0,0025, sehingga digunakan min

    As = min . b . dx = 0,0025 x 1000 x 154 = 385 mm

    Dipilih tulangan 12 250 dengan As terpasang = 452 mm

  • 157

    d. Penulangan Tumpuan arah Y Mty = 1,989 kN m

    kNmM

    M tyu 486,28,0989,1 ===

    222

    u /301,123)142,0.(1

    486,2b.dyM

    mkN==

    Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4

    halaman 47 Tabel 5.1.d maka didapat nilai :

    = 0,0005 + 100

    301,23 (0,0010 0,0005 ) = 0,000616 (interpolasi)

    < min

    0,000616 < 0,0025, sehingga digunakan min

    As = min . b . dy = 0,0025 x 1000 x 142 = 355 mm

    Dipilih tulangan 12 250 dengan As terpasang = 452 mm

    3. Plat C a. Penulangan Lapangan arah X

    Mlx = 0,938 kN m

    kNmM

    M lxu 1725,18,0938,0 ===

    222

    u /439,49)154,0.(1

    1725,1b.dxM

    mkN==

    Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4

    halaman 47 Tabel 5.1.d maka didapat nilai :

    = 0,0005

    < min

    0,0005 < 0,0025, sehingga digunakan min

    As = min . b . dx = 0,0025 x 1000 x 154 = 38,5 mm

    Dipilih tulangan 12 250 dengan As terpasang = 452 mm

  • 158

    b. Penulangan Lapangan arah Y Mly = 0,388 kN m

    kNmM

    M lyu 485,08,0388,0 ===

    222

    u /0531,24)142,0.(1

    485,0b.dyM

    mkN==

    Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4

    halaman 47 Tabel 5.1.d maka didapat nilai :

    = 0,0005

    < min

    0,0005 < 0,0025, sehingga digunakan min

    As = min . b . dy = 0,0025 x 1000 x 142 = 355 mm

    Dipilih tulangan 12 250 dengan As terpasang = 452 mm

    c. Penulangan Tumpuan arah X Mtx = 1,696 kN m

    kNmMM txu 12,28,0696,1 ===

    222

    u /391,89)154,0.(1

    12,2b.dxM

    mkN==

    Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4

    halaman 47 Tabel 5.1.d maka didapat nilai :

    = 0,0005

    < min

    0,0005 < 0,0025, sehingga digunakan min

    As = min . b . dx = 0,0025 x 1000 x 154 = 385 mm

    Dipilih tulangan 12 250 dengan As terpasang = 452 mm

    d. Penulangan Tumpuan arah Y Mty = 1,353 kN m

    kNmM

    M tyu 691,18,0353,1 ===

  • 159

    1,00

    4,00

    1,00

    1,503,00 X 143,001,50

    1

    2 - 2

    50

    1

    2 - 2

    50

    1

    2 - 2

    50

    1

    2 - 2

    50

    1

    2 - 2

    50

    12

    - 250

    1

    2 - 2

    50

    1

    2 - 2

    50

    12

    - 250

    1

    2 - 2

    00

    1

    2 - 2

    00

    1

    2 - 2

    00

    1

    2 - 2

    50

    12

    - 250

    1

    2 - 2

    50

    12

    - 200

    1

    2 - 2

    00

    12

    - 250

    1

    2 - 2

    50

    12

    - 200

    1

    2 - 2

    00

    1

    2 - 2

    00

    12

    - 250

    1

    2 - 2

    50

    12

    - 250

    1

    2 - 2

    50

    1

    2 - 2

    50

    1

    2 - 2

    50

    12

    - 250

    1

    2 - 2

    50

    1

    2 - 2

    50

    12 - 250

    12 - 200 12 - 250

    12 - 250

    12 - 250 12 - 250

    12 - 200

    12 - 200

    12 - 250 12 - 250

    12 - 200 12 - 250

    12 - 250

    12 - 250

    1

    2 - 4

    00

    12 - 200 1

    2 - 4

    00

    1

    2 - 4

    00

    1

    2 - 2

    50

    1

    2 - 5

    00

    1

    2 - 4

    00

    1

    2 - 5

    00

    12 - 500 12 - 500

    12 - 250 12 - 250

    12 - 250

    12 - 500 12 - 500 12 - 250

    12 - 200

    12 - 250 12 - 250

    12 - 200

    222

    u /910,11)142,0.(1

    691,1b.dyM mkN==

    Menurut Buku Grafik dan Perencanaan Beton Bertulang CUR-4

    halaman 47 Tabel 5.1.d maka didapat nilai :

    = 0,0005

    < min

    0,0005 < 0,0025, sehingga digunakan min

    As = min . b . dy = 0,0025 x 1000 x 142 = 355 mm

    Dipilih tulangan 12 250 dengan As terpasang = 452 mm

    Tabel 6. 5. Hasil rekap penulangan plat lantai

    Tulangan Plat A Plat B Plat C

    Lapangan X 12 200 12 250 12 250

    Lapangan Y 12 200 12 250 12 250

    Tumpuan X 12 200 12 250 12 250

    Tumpuan Y 12 200 12 250 12 250

    Gambar 6.21. Denah penulangan plat

  • 160

    12 qu.lx

    q

    ly

    12 lx(ly - lx)12 lx

    F1 F2R2R1

    A BC

    6.7.5. Perhitungan Pembebanan Struktur Perhitungan Pembebanan Struktur menggunakan program SAP 2000

    agar didapatkan distribusi beban dan momen yang sesuai untuk masing-

    masing beban konstruksi. Sebelumnya perlu dihitung terlebih dahulu gaya-

    gaya yang dipakai sebagai data input untuk program SAP 2000.

    6.7.5.1.Gaya Vertikal

    Gaya Vertikal berupa gaya yang dihasilkan oleh distribusi beban plat

    yang bekerja pada balok. pembebanan pada balok demaga menggunakan

    sistem amplop yang dapat digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 6.22. Denah pembebanan sistem amplop pada balok dermaga

    A. Perataan Beban dilaksanakan sebagai berikut : 1. Beban Trapesium

    Gambar 6.23. Beban trapesium

    F1 = * (1/2 . qu . lx) * (1/2 . lx) = 1/8 . qu . lx

  • 161

    12 qu.lx

    q

    R2R1

    lxF

    F2 = (ly-lx) * ((1/2 . qu . lx) = qu.lx.ly qu.lx

    R1 = R2 = F1 + F2 = qu.lx.ly 1/8 qu.lx

    Mmaks trapesium = R1. ly F1.X1 F2.X2

    = (1/4 qu.lx.ly 1/8 qu.lx) ly 1/8 .qu.lx(1/2.ly-

    1/3.ly) (1/4 qu.lx.ly qu.lx) .(1/4 ly lx)

    = 1/16 qu.lx.ly - 1/48 qu.lx

    Mmaks segiempat = 1/8 q ly

    Mmaks trapesium = Mmaks segiempat

    1/16 qu.lx.ly - 1/48 qu.lx = 1/8 q ly

    q = (1/2 . qu . lx) (1/6 qu lx/ly)

    q = qu lx

    2

    3/11lylx

    2. Bentuk Segitiga

    Gambar 6.24. Beban segitiga

    F = * (1/2 qu lx)*(1/2 lx)

    = 1/8 qu lx

    R1 = F

    Mmaks segitiga = R1. 1/2 lx F . 1/3 lx .

    = 1/8 qu lx . lx 1/8 qu lx . 1/6 lx

    = 1/24 qu lx3

  • 162

    A B

    1,50 m

    1,50 m 1,00 m 1,50 m

    Mmaks segi empat = 1/8 q lx2

    Mmaks segi empat = Mmaks segi tiga

    1/24 qu lx3 = 1/8 q lx2

    q = 1/3 qu lx

    B. Untuk Perhitungan Beban Masing-Masing Balok : a. Dihitung beban mati balok (QDL total), terdiri dari beban sendiri balok dan

    beban mati plat.

    Dihitung beban hidup balok (QLL total), dari beban merata yang dipikul

    balok (beban trapesium atau beban segitiga).

    1. Balok A

    Q balok = (0,3 m x 0,4 m) x 2400 kg/m3

    = 288 kg/m

    Q DL = 2 x beban trapesium

    = 2 x qu lx

    2

    3/11lylx

    = 2 x 530 kg/m2 x 3

    2

    433/11

    = 2 x 645,9375 kg/m

    = 1291,875 kg/m

    Gambar 6.25. Skema balok A

  • 163

    QDL Total = 288 kg/m + 1291,875 kg/m

    = 1579,875 kg/m

    QLL = 2 x beban trapesium

    = 2 x qu lx

    2

    3/11lylx

    = 2 x x 730 kg/m2 x 3

    2

    433/11

    = (2 x 889,6875 kg/m)

    = 1779,375 kg/m

    2. Balok B

    Q balok = (0,3 m x 0,4 m) x 2400 kg/m3

    = 288 kg/m

    Q DL = beban segitiga + beban trapesium

    = (1/3 x WUDL x Lx) + x WUDL x Lx

    2

    3/11y

    x

    ll

    = (1/3 x 530 kg/m2 x 1 m) + x 530 x 1

    2

    313/11

    = 176,667 kg/m + 255,185 kg/m

    = 432,852 kg/m

    Gambar 6.26. Skema balok B

    A B

    0,50 m 0,50 m

    0,50 m

    2,00 m

    2,00 m

  • 164

    A B

    0,50 m

    Lk = 1,00 m

    QDL Total = 288 kg/m + 432,852 kg/m

    = 719,852 kg/m

    QLL = beban segitiga + beban trapesium

    = (1/3 x WULL x Lx) + x WULL x Lx

    2

    3/11y

    x

    ll

    = (1/3 x 730 kg/m2 x 1 m) + x 730 x 1

    2

    313/11

    QLL Total = 243,333 kg/m + 351,481 kg/m

    = 594,814 kg/m

    3. Balok C

    Q balok = (0,3 m x 0,4 m) x 2400 kg/m3

    = 288 kg/m

    Q DL = 2 x beban segitiga

    = 2 x (1/3 x WUDL x Lx)

    = 2 x (1/3 x 530 kg/m2 x 1 m)

    = 353,333 kg/m

    QDL Total = 288 kg/m + 353,333 kg/m

    = 641,333 kg/m

    Gambar 6.27. Skema balok C

  • 165

    QLL = 2 x beban segitiga

    = 2 x (1/3 x WULL x Lx)

    = 2 x (1/3 x 730 kg/m2 x 1 m)

    = 486,667 kg/m

    6.7.5.2.Gaya Horisontal

    a. Gaya Tarikan pada Bolder Adalah gaya tarikan pada tambatan/bolder (bollard) pada waktu kapal

    berlabuh. Untuk kapal dengan bobot 10 GT adalah sebesar 2,5 ton (hasil

    interpolasi) dari tabel 6.2. gaya tarikan kapal (Bambang Triatmodjo,

    1996). Gaya ini terjadi di samping dermaga.

    b. Gaya Benturan Kapal Energi yang terjadi adalah E yang dihitung menggunakan rumus di

    bawah ini :

    csem CCCCgVWE ...

    2. 2=

    dimana :

    E = Energi benturan (ton m)

    W = berat (displacement) kapal = 10 ton

    V = komponen tegak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal pada saat

    membentur dermaga (m/dt)

    g = percepatan gravitasi = 9,81 meter/detik

    Cm = koefisien massa

    Cb = koefisien blok kapal

    Ce = koefisien eksentrisitas

    Cs = koefisien kekerasan (diambil 1)

    Cc = koefisien bentuk dari tambatan (diambil 1)

    Mencari Nilai Cm

    Cm = 1+ BCd

    b .2

    dimana:

    d = draf kapal (m) = 1,05 m

  • 166

    Cb = koefisien blok kapal

    B = lebar kapal (m) = 3,8 m

    dengan koefisien blok :

    Cb = 0... dBL

    W

    pp

    dimana :

    o = berat jenis air laut = 1,025 t/m3 Lpp= panjang garis air = 0,846 x Loa 1,0193

    = 0,846 x 13,5 1,0193 = 12 m

    Cb = 025,1.05,1.8,3.12

    10 = 0,204

    Sehingga didapat nilai :

    Cm = 1+8,3.204,0.2

    05,1.14,3 = 3,126

    Mencari Nilai Ce

    Ce = ( )2/11

    rl+

    Dimana :

    l = jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal

    sampai titik sandar kapal

    l = . Loa = . 13,5 = 3,375 m

    r = jari-jari putaran di sekeliling pusat berat kapal pada permukaan air.

    Besarnya nilai r didapat dari gambar 6.31 koefisien blok dengan

    jari-jari girasi untuk Cb = 0,204 maka diambil Cb minimum dalam

    grafik 0,5 didapat :

  • 167

    Gambar 6.28. Grafik nilai r

    205,0=oaLr

    r = Loa x 0,205 = 13,5 x 0,205 = 2,767 m

    Sehingga didapat nilai :

    402,0)767,2/375,3(1

    1)/(1

    122 =+=+= rlCe

    Kecepatan merapat kapal pada saat merapat ke dermaga ( Bambang Murdianto,2002) yaitu sebesar 0,3 m/dt. Kecepatan merapat kapal

    diambil dalam arah 100 terhadap sisi dermaga.

    V = 0,3 x sin 100

    V = 0,052 m/dt

    Menghitung energi benturan :

    mton

    CCCCgVWE csem

    0017382,0

    1.1.402,0.126,381,9.2

    052,0.10

    ...2.

    2

    2

    ==

    =

  • 168

    Dengan energi benturan kapal sebesar 1,7382 kg m, maka untuk setiap

    fender yang dipasang setiap 3 m, menyerap energi sebesar = 1,7382 / 3 =

    0,5974 kg.

    c. Gaya Horizontal Akibat Gempa Gaya Gempa yang terjadi dihitung sesuai dengan rumus dalam buku

    Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di daerah rawan gempa (CUR-3)

    halaman 32 maka :

    Hy = Hx = C. I. K. Wt

    Dimana :

    C = koefisien gempa dasar

    (CUR-3 halaman 30, dimana Kebumen merupakan wilayah/zona ke-

    3, maka sesuai dengan grafik respon percepatan struktur (hal 31),

    maka didapat nilai 0,19 pada grafik wilayah 3 dengan kondisi tanah

    keras

    I = faktor keutamaan (perubahan periode ulang struktur dermaga

    adalah 1,0 kali, maka didapat faktor keutamaan adalah 1)

    K = faktor jenis struktur (CUR-3 hal 39) struktur dengan tingkat

    daktilitas 1 harus direncanakan agar tetap berperilaku elastis saat

    terjadi gempa kuat. Untuk ini beban gempa rencana harus dihitung

    berdasarkan jenis struktur dengan K = 4,0.

    Wt = terdiri dari beban hidup dan beban mati pada plat dan balok,

    dengan perhitungan sebagai berikut :

    dengan perhitungan sebagai berikut :

    Beban Mati (WDL) Beban Plat = 48 m x 6 m x 0,20 m x 2400 kg/m3

    = 138240 kg

    Beban Balok Memanjang

    = (48 m x 2 buah) x (0,3 m x 0,4 m) x 2400 kg/m3

    = 96 m x 0,12 m2 x 2400 kg/m3

    = 27648 kg

  • 169

    Beban Balok Melintang

    = (6m x 15 buah) x (0,3 m x 0,4 m) x 2400 kg/m3

    = 90 m x 0,12 m2 x 2400 kg/m3

    = 25920 kg

    Total Beban Mati (WDL) = 138240 kg + 27648 kg + 25920 kg

    = 191808 kg

    Beban Hidup (WLL) Beban hidup berguna = 250 kg/m2

    Koefisien reduksi beban hidup yaitu 0,3, maka perhitungan beban

    hidup yaitu = 0,3 (48 m x 6 m) x 250 kg/m2

    = 0,3 x 288 m2 x 250 kg/m2

    = 21600 kg

    Maka Beban Total (Wt) = WDL + WLL

    = 191808 kg + 21600 kg

    = 213408 kg

    Maka didapat gaya horisontal total akibat gempa adalah

    kg

    RWICV t

    544.2845,421340816,0 ==

    =

    Untuk setiap titik tumpuan (jarak 3m), masing-masing terkena beban

    sebesar = 15

    284544 = 1896,96 kg

    6.7.6. Perhitungan Balok 6.7.6.1.Kombinasi Pembebanan

    Karena Beban yang bekerja pada dermaga tersebut tidak bersamaan waktunya,

    untuk itu adanya kombinasi beban sangat diperlukan. Adapun kombinasi pembebanan

    yang digunakan menurut SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.2 adalah sebagai berikut :

    1,2 DL + 1,6 LL 0,75 ( 1,2 DL + 1,6 LL + 1,6 Tr )

  • 170

    0,75 ( 1,2 DL + 1,6 LL + 1,6 Btr ) 1,05 ( DL + 0,5 LL + E ) dimana :

    DL = Beban mati

    LL = Beban hidup

    Tr = Gaya tarikan kapal

    Btr = Gaya benturan kapal

    E = Gaya horisontal akibat gempa

    6.7.6.2.Pembebanan Pada Balok A, B, C

    DL = Beban Mati untuk Balok A = 1579,875 kg/m

    untuk Balok B = 719,852 kg/m

    untuk Balok C = 641,333 kg/m

    LL = Beban Hidup untuk Balok A = 1779,375 kg/m

    untuk Balok B = 594,814 kg/m

    untuk Balok C = 486,667 kg/m

    Tr = Gaya tarikan kapal = 2500 kg

    Btr = Gaya benturan kapal = 0,5974 kg

    E = Gaya horisontal akibat gempa = 1896,96 kg

    Dengan menggunakan Program SAP 2000, maka akan didapatkan

    output berupa momen dan gaya lintang maksimum yang akan dipergunakan

    untuk menghitung tulangan balok. Hasil perhitungan dapat dilihat pada

    lampiran.

    6.7.6.3.Data Teknis Balok

    Konstruksi direncanakan menggunakan ukuran penampang yaitu b x h = 300

    x 400 mm.

    Mutu Beton fc = 30 Mpa = 300 kg/cm2

    Mutu Baja fy = 240 Mpa = 2400 kg/cm2

    Tebal penutup beton p = 40 mm

    Dipilih tulangan utama = 19 mm

  • 171

    b

    p

    h

    d'

    d

    tulangan sengkang = 8 mm

    Gambar 6.29. Sketsa tinggi efektif balok

    Tinggi efektif d = h p - tul sengkang - tul utama d = 400 40 8 . 19 = 342,5 mm

    d = h d = 400 342,5 = 57,5 mm

    d/ d = 57,5 / 342,5 = 0,17

    Menurut Buku Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang ( Gideon

    Kusuma, CUR-1, Hal. 51-52, Tabel 7 dan 8 ), dengan fy = 240 Mpa dan

    fc = 30 Mpa untuk balok, didapat :

    min = 0,0056

    max = 0,0484

    6.7.6.4. Perhitungan Tulangan Utama Balok

    1. Perhitungan Balok A Dari hasil perhitungan Program SAP 2000 pada balok A didapatkan gaya :

    M Tumpuan = 6323,80 kg m

    M Lapangan = 3161,90 kg m

    a. Perhitungan Tulangan Tumpuan Mt = 6323,80 x 104 N mm

    mm N 10 7904,75 0,8

    1080,6323 44 ==uM2

    2

    4

    2 /246,25,3423001075,7904

    .mmN

    mmxmmNmm

    dbM u ==

  • 172

    Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d

    CUR-4 halaman 62 maka didapat nilai :

    = 0,0012

    < min

    0,0012 < 0,0056, sehingga digunakan min

    As = x b x d = 0,0056 x 300 x 342,5= 575,4 mm2 Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 2.2a

    CUR-4 halaman 15 maka :

    Dipilih tulangan 3 19 dengan As terpasang = 851 mm2

    b. Perhitungan Tulangan Lapangan Ml = 3161,90 x104 N mm

    mm N 10 3952,375 0,8

    10 90,3161 44 ==uM

    22

    4

    2 /123,15,34230010375,3952

    .mmN

    mmxmmNmm

    dbM u ==

    Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d

    CUR-4 halaman 62 maka didapat nilai :

    = 0,0012

    < min

    0,0012 < 0,0056, sehingga digunakan min

    As = x b x d = 0,0056 x 300 x 342,5= 575,4 mm2 Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 2.2a

    CUR-4 halaman 15 maka :

    Dipilih tulangan 3 19 dengan As terpasang = 851 mm2

    2. Perhitungan Balok B Dari hasil perhitungan Program SAP 2000 pada Balok B didapatkan gaya :

    M Tumpuan = 1361,64 kg m

    M Lapangan = 680,82 kg m

    a. Perhitungan Tulangan Tumpuan Mt = 1361,64 x104 N mm

  • 173

    mm N 10 1702,05 0,8

    1064,1361 44 ==uM2

    2

    4

    2 /484,05,3423001005,1702

    .mmN

    mmxmmNmm

    dbM u ==

    Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d

    CUR-4 halaman 62 maka didapat nilai :

    = 0,0012

    < min

    0,0012 < 0,0056, sehingga digunakan min

    As = x b x d = 0,0056 x 300 x 342,5= 575,4 mm2 Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 2.2a

    CUR-4 halaman 15 maka :

    Dipilih tulangan 3 19 dengan As terpasang = 851 mm2

    b. Perhitungan Tulangan Lapangan Ml = 680,82 x104 N mm

    mm N 10 851,025 0,8

    10 82,680 44 ==uM

    22

    4

    2 /242,05,34230010025,851

    .mmN

    mmxmmNmm

    dbM u ==

    Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d

    CUR-4 halaman 62 maka didapat nilai :

    = 0,0012

    < min

    0,0012 < 0,0056, sehingga digunakan min

    As = x b x d = 0,0056 x 300 x 342,5= 575,4 mm2 Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 2.2a

    CUR-4 halaman 15 maka :

    Dipilih tulangan 3 19 dengan As terpasang = 851 mm2

    3. Perhitungan Balok C Dari hasil perhitungan Program SAP 2000 pada Balok C didapatkan gaya :

    M Tumpuan = 812,84 kg m

  • 174

    M Lapangan = 203,21 kg m

    a. Perhitungan Tulangan Tumpuan Mt = 812,84 x104 N mm

    mm N 10 1016,05 0,8

    1084,812 44 ==uM2

    2

    4

    2 /289,05,3423001005,1016

    .mmN

    mmxmmNmm

    dbM u ==

    Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d

    CUR-4 halaman 62 maka didapat nilai :

    = 0,0012

    < min

    0,0012 < 0,0056, sehingga digunakan min

    As = x b x d = 0,0056 x 300 x 342,5= 575,4 mm2 Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 2.2a

    CUR-4 halaman 15 maka :

    Dipilih tulangan 3 19 dengan As terpasang = 851 mm2

    b. Perhitungan Tulangan Lapangan Ml = 203,21 x104 N mm

    mm N 10 254,0125 0,8

    10 21,203 44 ==uM

    22

    4

    2 /072,05,342300100125,254

    .mmN

    mmxmmNmm

    dbM u ==

    Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3.d

    CUR-4 halaman 62 maka didapat nilai :

    = 0,0012

    < min

    0,0012 < 0,0056, sehingga digunakan min

    As = x b x d = 0,0056 x 300 x 342,5= 575,4 mm2 Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 2.2a

    CUR-4 halaman 15 maka :

    Dipilih tulangan 3 19 dengan As terpasang = 851 mm2

  • 175

    3 19

    2 19

    8 - 100

    2 19

    3 19

    8 - 150

    3 19

    2 19

    8 - 100

    2 19

    3 19

    8 - 150

    3 19

    2 19

    8 - 100

    2 19

    3 19

    8 - 150

    Tabel 6.6 Hasil rekap penulangan lentur balok

    Tulangan Balok A Balok B Balok C

    Tumpuan 3 19 3 19 3 19 Lapangan 3 19 3 19 3 19

    Gambar 6.30.Penulangan balok A

    Tulangan pada tumpuan Tulangan pada lapangan

    Gambar 6.31.Penulangan Balok B

    Tulangan pada tumpuan Tulangan pada lapangan

    Gambar 6.32.Penulangan Balok C

    Tulangan pada tumpuan Tulangan pada lapangan

  • 176

    8 - 1508 - 100 8 - 150 3 19

    8 - 1002 198 - 100

    1

    1

    1

    12

    2 2

    2

    1

    1

    8 - 1003 - 19

    2 - 19

    2 - 19

    3 - 192 - 19

    3 - 19

    3 19

    2 19

    8 - 100

    2 19

    3 19

    8 - 150

    POT 1 - 1 POT 2 - 2

    Gambar 6.33. Potongan melintang penulangan balok

    6.7.6.5.Perhitungan Tulangan Geser

    Dari hasil perhitungan Program SAP 2000, pada Balok A, B, C didapatkan

    gaya lintang sebagai berikut :

    Tabel 6.7. Hasil rekap gaya lintang pada balok

    Balok A Balok B Balok C

    Gaya Lintang (kg) 9485,70 2723,29 1625,68

    Untuk perhitungan tulangan geser diambil gaya lintang yang terbesar yaitu pada balok

    A dengan Vu = 9485,70 kg = 94857 N = 94,857 kN

    Vn = Vu / = 94,857 / 0,6

    = 158,095 kN

    Vc = 0,17 x cf' x b x d

    = 0,17 x 30 x 300 x 342,5

    = 95673,438 N

  • 177

    = 95,673 kN

    Vc = x 95,673 kN

    = 47,837 kN

    Vs = (Vn Vc)

    = (158,095 95,673) kN

    = 62,422 kN

    = 62422 N

    Vs maks = 0,667 x cf' x b x d

    = 0,667 x 30 x 300 x 342,5

    = 375377,547 N

    = 375,377 kN

    Vs < Vs maks, maka penampang cukup

    62,422 kN < 375,377 kN

    Vc < Vn

    47,837 kN < 158,095 kN, perlu tulangan geser

    Dipakai tulangan geser/ sengkang 8 mm Av = 2 x x x d2 = 2 x x x 82 = 100,53 mm2

    Jarak sengkang

    s = ( ) 624225,34224053,100

    Vc -Vn Av.fy.d = = 132,382 mm

    syarat Smaks = d / 2

    = 342,5 / 2

    = 171,25 mm

    s < s max

  • 178

    132,382 mm < 171,25 mm...OK

    dipakai sengkang 8 mm 150 mm

    Cek terhadap lebar balok :

    Jumlah tulangan = 3 x 19 = 57 mm

    Selimut beton = 2 x 40 = 80 mm

    Tulangan sengkang = 2 x 8 = 16 mm

    Jarak antar tulangan = 2 x 40 = 80 mm

    Total = 233 mm < 300 mm...........OK 6.7.7. Pondasi Tiang Pancang

    Dalam perencanaan pondasi dermaga digunakan pondasi tiang pancang.

    Pondasi tiang pancang ini berfungsi untuk memindahkan atau menstransferkan beban-

    beban konstruksi di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang lebih dalam.

    6.7.7.1. Data Teknis Pondasi

    Adapun data teknis perencanaan tiang pancang yang akan digunakan adalah

    sebagai berikut :

    1 Tiang pancang bulat berongga dengan :

    diameter luar ( DL ) = 50 cm

    diameter dalam ( DD ) = 32 cm

    2 Panjang total tiang pancang = 14 m

    3 fc tiang pancang = 60 MPa

    6.7.7.2. Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang

    a. Berdasarkan Kekuatan Bahan Pall = b Atiang

    Dimana :

    Pall = kekuatan tiang yang diijinkan (ton)

    b = tegangan tiang terhadap penumbukan (MPa)

    Atiang = luas penampang tiang pancang (mm2)

  • 179

    Menurut Peraturan Beton Indonesia (PBI), tegangan tekan beton

    yang diijinkan yaitu: b = 0,33 fc

    fc = kekuatan karakteristik beton = 60 MPa

    b = 0,33 x fc = 0,33 x 60 N/mm2 = 19,8 N/mm2

    A tiang = D2

    = x 3,14 x 5002

    = 1962,5 cm = 196250 mm2

    P all = b x A tiang = 19,8 N/mm2 x 196250 mm2

    = 3885750 N

    = 388,575 ton

    b. Terhadap Pemancangan

    Dengan rumus pancang A. Hiley dengan tipe single acting drop hammer.

    ( ) pp

    2

    321

    U WW ) x W(e W

    x C C C

    21

    H x W x Ef R ++

    +++=

    Dimana :

    Ef = Efisiensi alat pancang = 0,9

    Wp = Berat sendiri tiang pancang

    = 0,19625 x 14 x 2,4 = 6,594 ton

    W = Berat hammer

    = 0,5 Wp + 0,6 = (0,5 x 6,594) + 0,6 = 3,897 ton

    e = Koefisien pengganti beton = 0,25

    H = Tinggi jatuh hammer = 2 m

    = Penurunan tiang akibat pukulan terakhir = 0,015 C1 = Tekanan izin sementara pada kepala tiang dan penutup

    = 0,01

    C2 = Simpangan tiang akibat tekanan izin sementara = 0,005

  • 180

    C3 = Tekanan izin sementara = 0,0025

    Ru = Batas maksimal beban (ton)

    ( ) 8,478 4,8398,478) x (0,25 4,839 x

    0,003 0,005 0,0121 015,0

    2 x 4,839 x 0,9 RU2

    ++

    +++=

    RU = 281,094 ton

    Pa =Batas beban izin yang diterima tiang

    Pa = 1/n x Ru (n = angka keamanan)

    = 1/1,5 x 281,094

    = 187,396 ton

    c. Terhadap Kekuatan Tanah

    Meyerhof (1956) mengusulkan formula untuk menentukan daya dukung

    pondasi tiang pancang sebagai berikut :

    53qA

    Q c kJHP+=

    dimana :

    Q = daya dukung pondasi tiang pancang (ton)

    A = luas penampang tiang pancang (cm) = 1962,5 cm

    qc = nilai conus (kg/cm2) = 200 kg/cm2

    JHP = nilai total friction = 482 kg/cm

    k = keliling penampang tiang = 2 x 3,14 x 50 = 314,159 cm

    Maka didapat nilai

    5159,314482

    32005,1962 Q +=

    = 161118,261 kg = 161,118 ton

    6.7.7.3.Perhitungan Efisiensi Tiang

    Dari perhitungan daya dukung tiang pancang diatas didapatkan nilai terkecil

    pada daya dukung tiang pancang terhadap pemancangan yaitu sebesar = 161,118 ton

  • 181

    tiang pancang balok plat

    Efisiensi grup tiang pancang :

    Eff = ( ) ( )

    +

    m.n1 - m m 1 -n

    90 - 1 n

    dimana :

    m = jumlah baris = 1

    n = jumlah tiang dalam satu baris = 1

    = arc tan (d/s) = arc tan(50/400) = 7,125

    d = diameter tiang

    s = jarak antar tiang (as ke as)

    Maka didapat nilai :

    Eff = ( ) ( ) 9604,01.2

    21 - 1 1 1 - 2 90125,7 - 1 =

    +

    Karena jumlah tiang pancang hanya satu (tidak dalam bentuk grup) maka Eff = 1.

    Dengan menggunakan efisiensi, maka daya dukung tiang pancang tunggal menjadi :

    P all = Eff x Q tiang

    = 1 x 161,118

    = 161,118 ton

    Gambar 6.34. Letak pondasi tiang pancang

  • 182

    Gambar 6.35. Potongan pondasi tiang pancang

    6.7.7.4.Perhitungan Poer (Pile Cap)

    Dari perhitungan SAP 2000 didapatkan ;

    P = 18576,79 kg = 18,577 ton

    Mx = 1379274,59 kgcm = 13,793 tm

    My = 760710,95 kgcm = 7,607 tm

    1. Direncanakan dimensi poer : B x L x t = 1 m x 1 m x 2 m

    P poer = 1 m x 1 m x 2 m x 2,4 t/m3 = 4,8 ton

    P total = P poer + P = 4,8 t + 18,577 t = 23,377 ton

    P max = ( ) ( )

    2max

    2max

    y x x

    x x

    x

    x

    y

    y

    nYM

    xnXM

    nPv

    Dimana :

    Pmax = beban maksimum yang diterima oleh tiang pancang

    Pv = jumlah total beban normal Mx = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x

    My = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y

    n = banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang

    Xmak = absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang

    Ymak = ordinat terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang

    nx = banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu x

  • 183

    ny = banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu y

    ( ) 2x = jumlah kuadrat jarak absis-absis tiang ( ) 2y = jumlah kuadrat jarak ordinat-ordinat tiang

    Maka Beban maksimum yang diterima tiang pancang adalah :

    P max = ( ) ( ) 22 0x 10 x 13,793

    0 x 10 x ,6077

    1377,23

    P1 = 23,377 + 0 + 0 = 23,377 ton

    P2 = 23,377 - 0 - 0 = 23,377 ton

    P max = 23,377 ton < P all = 161,118 ton........OK

    2. Tulangan Poer direncanakan :

    fc = 30 Mpa, tebal Poer = 2000 mm

    fy = 240 Mpa

    Diameter = 19 mm

    p (selimut beton) = 40 mm

    dx = h - p - Dx = 2000 - 40 - 9,5 = 1950,5 mm

    dy = h - p - Dx - Dy= 2000 - 40 - 19 - 9,5 = 1931,5 mm

    Tulangan Arah X Mx = 13793 104 Nmm Mu / b * dy2 = 13793 104 Nmm / ( 1000 mm 1931,5 2 mm2 )

    = 0,03697 N/mm2

    2

    2

    168,930192 0,0369730240588,012408,0 0,03697

    '588,018,0

    =

    =

    =

    x

    cffyfy

    bdMu

    dengan rumus abc didapatkan nilai = 0,0001927

  • 184

    aL - 2aa

    L

    M1 M1

    M2

    00583,0

    2404,14,1

    min === fy

    04838,0240

    3085,024060045085,0'85,0

    600450 =+

    =+=

    fycf

    fymak

    r < rmin maka yang digunakan adalah rmin = 0,00583 Aslx = x b x d = 0,00583 1000 mm 731,5 mm = 4264,645 mm2 Dipakai tulangan 19 - 50 (As = 5671 mm2)

    Untuk arah x dipilih tulangan :

    1 Tulangan atas = D19 - 50

    2 Tulangan bawah = D19 - 50

    Untuk arah y dipilih tulangan :

    3 Tulangan atas = D19 - 50

    4 Tulangan bawah = D19 - 50

    6.7.7.5. Penulangan Tiang Pancang

    Penulangan tiang pancang dihitung berdasarkan kebutuhan pada waktu

    pengangkatan. Pengangkatan tiang pancang dapat dilaksanakan dengan 2 (dua) cara

    yang berbeda yaitu dengan dua titik atau satu titik pengangkatan.

    1. Pengangkatan dengan dua titik.

    Gambar 6.36. Pengangkatan tiang pancang dengan dua titik

  • 185

    M2

    M1

    a

    L - a

    ( )

    =

    =22

    2

    21

    a*q21a2lq*

    81M

    a*q21M

    21 MM = ( )

    = 222 a*q

    21a2Lq*

    81a*.q

    21

    4.a2 + 4.a.L - L2 = 0

    dengan L = 14 meter, maka dengan menggunakan rumus abc didapat

    a = 2,89 meter

    Berat tiang pancang (q) = (1/4 x 3,14 x 0,52) x (2,4) = 0,471 ton/m

    M1 = M2 = x 0,471x 2,892 = 1,967 ton meter

    2. Pengangkatan dengan satu titik

    Gambar 6.37. Pengangkatan tiang pancang dengan satu titik

    ( ) ( ) ( )

    =

    =

    =

    aL2L*a*q2qL

    aL

    aL2L21

    aLq21R

    a*q*21M

    2

    22

    1

    1

  • 186

    ( )aL2aL2L

    qRx

    0qxR

    0dx

    dMxmaxM

    x*q*21x*RMx

    21

    1

    21

    ===

    =

    =

    ( ) ( )( )( )aL2

    aL2Lq*21

    aL2aL2L*q

    21

    aL2aL2LR2MmaxM

    2

    222

    =

    ==

    ( )( )042

    22*

    21*

    21

    22

    22

    21

    =+=

    =

    LaLaaLaLLqqa

    MM

    dengan L = 14 meter, maka dengan menggunakan rumus abc didapat

    a = 4,10 meter

    M1 = M2 = x 0,471 x 4,10 2 = 3,959 ton meter

    Keterangan : dari nilai - nilai momen yang telah diperoleh untuk penulangan tiang,

    digunakan nilai momen terbesar yaitu 3,959 ton meter.

    Penulangan didasarkan pada Analisa Penampang

    Momen yang terjadi diambil yang paling besar yaitu :

    Mu = 3,959 tm = 39590000 Nmm

    Pmax = Pu = 35,668 ton = 356680 N

    a. Data Teknis

    Tiang pancang direncanakan menggunakan beton prategang dengan data-data

    teknis sbb :

  • 187

    ) tarik ( Mpa 873,3 cf'0,5 - ft

    ) tekan ( Mpa 60 cf' fc :gangan Batasan te83,0

    320500

    044,406.36604700cf'4700 Ec

    Mpa860.1fpuMpa 60 fc

    ====

    ===

    =====

    RmmDmmD

    Mpa

    D

    L

    b. Properties Penampang

    1. Titik berat penampang ( beton ) / cgc

    Ybwh = Yats = D = 50 cm = 25 cm Xkr = Xkn = D = 50 cm = 25 cm 2. Momen inersia dan Statis momen

    I = (1/ 64)D4 = (1/ 64) (5004 - 3204 ) = 2553243035 mm4

    Sx bwh = Sx ats = I / Y bwh = 2553243035/ 250= 10212972,14 mm4

    c. Mencari Gaya Prategang ( Ti )

    Direncanakan :

    - Digunakan 7 wire strand derajat 1860 MPa

    1 strand = 15,24 mm

    A 1 strand = 138,7 mm2

    - Kekuatan patah minimum gaya prategang = 100 %

    - Gaya prategang tendon 1 strand dengan 100 % kekuatan patah minimum =

    260,7 KN

    - fpu = 260700 N / 138,7 mm2 = 1862,143 Mpa

    Ti dicari dengan mengecek beberapa kemungkinan tegangan yang terjadi.

    1. Kondisi 1

    MPaxTi

    fcS

    MuAPuTiR

    6014,10212972

    39590000)320500(

    35668083,0

    maxmax

    224

    1+

    +++

    7,159 x 10-6 Ti + 3,077 + 3,876 60 MPa

  • 188

    7,159 x 10-6 Ti 53,046 Mpa

    Ti 7409694,091 N = 7409,694 kN

    2. Kondisi 2

    MPaxTi

    ftS

    MuAPuTiR

    873,314,10212972

    39590000)320500(

    35668083,0

    maxmax

    224

    1

    ++

    7,159 x 10-6 Ti + 3,077 - 3,876 -3,873 Mpa

    7,159 x 10-6Ti -3,074 Mpa

    Ti -345858,360 N = -345,858 kN

    Keterangan :

    Untuk kondisi 2, Ti bernilai negatif (tarik). Kondisi ini tidak boleh terjadi pada

    Ti tiang pancang.

    Berdasarkan kedua nilai Ti tersebut, maka gaya prategang Ti harus diambil

    sebesar : Ti 7409,694 kN

    Maka direncanakan menggunakan gaya prategang Ti = 1850 KN

    d. Menghitung Jumlah Tendon

    Jumlah tendon yang diperlukan = Ti / gaya prategang tendon

    = 1850 KN / 260,7 KN

    = 7,096 ~ 9 buah tendon

    Rencana dipakai 9 buah tendon = 9 260,7 KN = 2346,3 KN 2346,3 KN 7409,694 KN.OK.

    Jarak antar tendon = [( x DD) - (9 * tendon)] / 9

    = [(3,14 x 320 mm) - (9 *15,24 mm)] / 9

    = 96,40 mm

    Berdasarkan SNI 2002, syarat jarak antar tendon > 4 tendon

    4 15,24 m 96,40 mm > 60,96 mm OK

  • 189

    925925

    500

    8 - 150320

    Dipasang tulangan geser praktis, berupa tulangan geser spiral yang rencana

    digunakan tulangan geser spiral 8-150 mm.

    Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka tiang pancang yang digunakan untuk

    struktur dermaga PPI Menganti Kebumen adalah tiang pancang hasil pabrikasi dari

    PT. Wijaya Karya dengan spesifikasi dapat dilihat pada lampiran.

    Gambar 6.38. Penulangan tiang pancang

    6.7.7.6. Beban Lateral Yang Bekerja Pada Tiang Tunggal

    1. Hubungan Pembebanan Lateral dan Deformasi Tanah Adapun hubungan antara beban lateral dengan terjadinya deformasi tanah

    sebagai berikut :

    1. Pada mulanya untuk pembebanan yang rendah tanah akan berdeformasi

    elastis disamping itu terjadi pergerakan tiang, dimana pergerakan tersebut

    cukup mampu untuk mentransfer sebagian tekanan dari pile ke lapisan

    tanah yang lebih dalam.

    2. Untuk pembebanan selanjutnya, beban menjadi lebih besar, lapisan tanah

    akan runtuh plastis dan mentransfer seluruh bebannya ke lapis tanah yang

    lebih dalam lagi.

    3. Hal ini akan berlanjut dan menciptakan mekanisme keruntuhan yang ada

    hubungannya dengan kekakuan tiang.

  • 190

    2. Menghitung Beban Lateral (Hu) Untuk menghitung Beban Lateral (Hu) dapat dicari dengan rumus Broooms :

    Gambar 6.39. Beban lateral pada tiang tunggal

    )(5,0

    )(35,1

    )(3

    )(3)(3

    )(3

    )(3

    )(31

    0)(

    00

    5,12

    3

    2

    2

    2

    LeLKpLBHu

    LeLKpLB

    LeRLHu

    LERLRP

    LeRLPR

    LeRLHu

    LeHuRL

    LeHuLR

    AM

    PRHuPRHuH

    KpLBLKpLBR

    +=+=+=

    +=+=+=

    +=

    +==

    ==+=

    ==

    dimana :

    diketahui sesuai data tanah yang diperoleh :

    = 16

  • 191

    3/6422,1 mt=

    maka nilai Kp = tan2 (45 o+ 2

    )

    = tan2 (45 o+ 216 o

    )

    = 1,761

    B = lebar tiang pancang (diameter 0,5 m)

    L = jarak dari dasar tiang ke permukaan tanah = 8,25 m

    e = jarak dari ujung atas tiang ke permukaan tanah = 5,75 m

    (dilihat dari elevasi dermaga ditambah elevasi dasar laut)

    Hu = beban lateral ultimate

    SF = safety factor = 2

    H = beban kerja

    Maka didapat nilai :

    ton

    ton

    mmmmtmHu

    997,2814

    964,405)25,875,5(

    25,8761,1)25,8(/6422,15,05,0 23

    ==

    +=

    tonSFHuH 499,14

    2997,28 ===

    3. Defleksi Tiang Vertikal Akibat Memikul Beban Lateral Menurut cara Brooms, defleksi yang terjadi dapat dicari dengan rumus :

    hLHYo 2

    2=

    Gambar 6.40. Defleksi tiang pancang

  • 192

    dimana :

    Yo = defleksi tiang yang terjadi akibat beban horizontal

    H = beban horizontal yang terjadi

    L = Zf = jarak antara dasar tiang sampai permukaan tanah

    h = Koefisien modulus tanah = 350 kN/m3 = 35 t/m3 ( untuk tanah lempung lunak h = 350 s/d 700 kN/m3)

    maka :

    mmm

    mtmtYo

    12012,0

    1875,2382997,28

    /35*)25,8(499,14*2

    322

    ===

    =

    6.7.8. Fender 6.7.8.1.Data Kapal

    Dari perencanaan sebelumnya diketahui data kapal :

    Bobot Kapal (W) : 10 ton

    Panjang Kapal (Loa) : 13,5 m

    Lebar Kapal (B) : 3,8 m

    Draft Kapal (d) : 1,05 m

    6.7.8.2. Fender Yang Dipakai

    Fender yang dipakai adalah fender karet Bridgestone super Arch (tipe V)

    Tipe FV001-3-4, karena dipenuhi persyaratan bahwa:

    E benturan < E yang diijinkan................OK

    0,0017382 ton m < 0,57 ton m ( lihat lampiran tabel fender Bridgestone

    super Arch)

    Dengan data-data sebagai berikut :

    Energi absortion (E) = 0,57 ton m

    Reaction Load (R) = 12 ton

  • 193

    +=

    + 075,2

    8,385,13

    28,3075,22

    822

    22

    xh

    BLBhL

    9,8

    22

    37,537,5

    FENDER FV 001-3-4 BALOK FENDER (150/2500)

    POER (1000/2000)

    BALOK (300/400)

    PLAT(t = 200)

    BOLDER

    - 14 m

    1,0 m

    P = 0,2 m

    d = 1,05 m

    R = 1,0 m

    G = 0,5 m

    KapalLWL + 0,00 m

    HWL + 2,30 m

    3,8 m

    Kapal

    BALOK (250/500)

    Jarak Maksimum Antar Fender Jarak maksimum antar fender ( L ) bisa dihitung dengan rumus :

    (New Selection of Fender, Sumitomo Fender)

    dimana diketahui :

    B (lebar kapal) = 3,8 m

    L (panjang kapal) = 13,5 m

    H (tinggi fender) = 207,5 cm = 2075 mm =2,075 m

    Maka dapat dicari jarak maksimum antar fender (L) yaitu,

    ( )mfenderantarjarakdiambilmakamL

    xLL

    3,950,6475,32077,122

    =

    Gambar 6.41. Fender tipe FV001-3-4

  • 194

    6.7.9. Bolder

    Fungsi bolder adalah untuk menambatkan kapal agar tidak mengalami

    pergerakan yang dapat mengganggu, baik pada aktivitas bongkar muat maupun lalu

    lintas kapal lainnya. Bolder yang digunakan pada perencanaan dermaga ini adalah

    bolder beton. Bolder dipasang dengan jarak 3 meter. Jenis bolder ditentukan

    berdasarkan gaya tarik kapal yaitu sebesar 2,5 ton. Bolder direncanakan menggunakan

    bentuk persegi dengan tinggi 25 cm berdiameter 20 cm, dengan asumsi perhitungan

    sebagai balok. Untuk perkuatan bolder dipasang sebelum dilakukan pengecoran plat

    lantai dermaga.

    Gambar 6.42 Gaya yang bekerja pada bolder

    Perhitungan sebagai balok : M = P x 0,25 = 2,5 x 0,25 = 0,625 t m = 62500 kg cm

    d = h p - sengkang -1/2 tulangan utama

    = 250 40 8 x 12 = 196 mm

    fc = 30 MPa

    fy = 240 MPa

    rmin = 0,0056 rmax = 0,0484

    Penulangan kNm

    dbMu 770,650

    196,025,025,6

    22 ==

    Menurut Buku Grafik dan Tabel Perencanaan Beton Bertulang Tabel 5.3d

    (Gideon H. Kusuma, Hal.62, 1997)

    = 0,0034 + 200

    770,50 (0,0045 0,0034 ) = 0,00368 (interpolasi)

    20 cm

    25 cm

    P = 2,5 Ton

  • 195

    r < rmin sehingga digunakan rmin = 0,0056 As = r x b x d = 0,0056 x 250 x 196 = 274,4 mm2 Digunakan tulangan 3 12 dengan As terpasang = 339 mm2