perencanaan lanskap

8
PERENCANAAN LANSKAP BAGI PENGEMBANGAN AGROWISATA DI KAWASAN AGROPOLITAN MERAPI MERBABU KABUPATEN MAGELANG BETRI ANDITA EKY HAPSARI A34204019 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: aishanurmalita

Post on 21-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

perencanaan lanskap waduk

TRANSCRIPT

Page 1: PERENCANAAN LANSKAP

PERENCANAAN LANSKAP

BAGI PENGEMBANGAN AGROWISATA

DI KAWASAN AGROPOLITAN MERAPI MERBABU

KABUPATEN MAGELANG

BETRI ANDITA EKY HAPSARI

A34204019

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 2: PERENCANAAN LANSKAP

BAB IV

KONSEP PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN

4.1 Konsep Perencanaan Total

Perencanaan lanskap kawasan agrowisata dimaksudkan untuk mengoptimalkan potensi sumber daya alam pertanian yang terdapat pada tapak untuk pengembangan agrowisata. Konsep dasar pengembangan kawasan yaitu menciptakan kawasan agrowisata berbasis pendidikan dan penerapan teknologi pertanian, untuk meningkatkan apresiasi terhadap bidang pertanian dan menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan pertanian. Dalam prakteknya diharapkan kawasan ini juga dapat menjadi sarana untuk menyebarluaskan penemuan teknologi-teknologi baru di bidang pertanian kepada masyarakat luas dan kalangan petani seperti yang selama ini telah dirintis oleh organisasi swadaya setempat. Selain itu dengan meningkatnya aktivitas agrowisata di kawasan ini diharapkan akan berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Komoditas utama yang akan dikembangkan adalah tanaman buah, tanaman hortikultura serta peternakan dalam struktur kawasan agropolitan.

4.2 Pengembangan Konsep

4.2.1 Konsep Ruang

Konsep ruang dikembangkan berdasarkan pada potensi pertanian kawasan, dengan berpegang pada metode pengembangan daerah tujuan wisata berdasarkan Gunn (1997). Selain itu juga mempertimbangkan kebutuhan ruang wisata serta faktor yang mendukung wisata secara keseluruhan. Gambar 8 Model Zona Tujuan Wisata dengan Lima Elemen Kunci

Sumber: Gunn (1997)

Kawasan dibagi menjadi zona agrowisata dan zona non-agrowisata, dimana model zona tujuan wisata seperti terlihat pada gambar diatas dikembangkan sebagai zona agrowisata. Zona non-agrowisata dikembangkan dari Circullation Gateway Community Linkage Attraction 29 penambahan zona konservasi dan zona penyangga, yang dianggap penting untuk melengkapi fungsi kawasan.

Page 3: PERENCANAAN LANSKAP

Pembagian ruang selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini. Gambar 9 Konsep Ruang Kawasan Agrowisata

A. Zona Agrowisata

1. Zona Atraksi (Attraction Complexes)

Merupakan penjabaran dari zona atraksi pada model zona tujuan wisata dan merupakan area inti yang menjadi pusat aktivitas agrowisata. Di dalamnya dilakukan pemanfaatan intensif terhadap potensi sumberdaya alam, yaitu komoditas pertanian serta kondisi alami tapak yang berupa lerang pegunungan dengan karakter iklimnya yang dapat dinikmati. Selain itu juga dikembangkan ruang atraksi dimana wisatawan dapat turut langsung melakukan aktivitas pertanian. Kompleks atraksi ini terdiri atas lima titik area pertanian di Desa Banyuroto. Satu titik merupakan pusat atraksi atau atraksi inti dengan menyajikan atraksi pengenalan teknologi pertanian. Keempat titik lainnya masing-masing menyuguhkan atraksi tanaman sayuran, atraksi tanaman buah, atraksi peternakan sapi dan atraksi pengolahan hasil pertanian.

2. Zona Penunjang Agrowisata

5. Zona Penerimaan

Merupakan ruang yang dipersiapkan sebagai welcome area yang menandai kawasan agrowisata. Aktivitas yang ada yaitu pengenalan

30

kawasan. Fungsi utama dari ruang penerimaan adalah menciptakan image dan identitas bagi pengunjung. Selain itu juga merupakan sarana informasi.

6. Zona Pelayanan (Service Community)

Merupakan ruang yang berisi aktivitas pemenuhan kebutuhan wisatawan. Zona ini berfungsi memberikan pelayanan kepada wisatawan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan atas kenyamanan, kemudahan dan kelengkapan dalam menikmati aktivitas agrowisata. Di dalamnya termasuk fasilitas umum dan penyedia jasa. Keberadaannya dipusatkan pada dua titik masuk kawasan yaitu dari arah Utara dan Selatan. Zona pelayanan berada pada area yang mudah dijangkau wistawan, dan merupakan pusat pelayanan terpadu di dalam kawasan.

7. Zona Penghubung (Linkage Corridors)

Merupakan ruang yang ditempati oleh aktivitas agrowisata pasif. Juga merupakan zona transisi yang menghubungkan antar sub-zona atraksi, antar sub-zona penunjang, dan antara sub-zona atraksi dengan sub-zona penunjang. Di dalam zona transisi ini dilakukan upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi visual kawasan untuk menciptakan first impression yang baik bagi wistawan dan sekaligus sebagai penunjang terhadap aktivitas agrowisata pasif yang direncanakan di dalam kawasan. Ruang transisi menghantarkan wisatawan sebelum memasuki kompleks atraksi. Area ini umumnya membuka dan memperkenalkan wisatawan terhadap kompleks atraksi. Di dalamnya terdapat rest area dan view point.

Page 4: PERENCANAAN LANSKAP

d. Zona Masyarakat

Merupakan ruang hidup masyarakat dengan segala aktivitas dan polanya. Zona masyarakat mewadahi kehidupan masyarakat asli dan memisahkannya dengan zona atraksi. Zona ini disusun oleh rangkaian pemukiman dan lingkungan disekitarnya termasuk halaman dan kebun.

31

B. Zona Non-Agrowisata

a. Zona Penyangga

Merupakan zona yang memisahkan antara zona atraksi agrowisata yang di dalamnya terjadi aktivitas agrowisata aktif dan pasif serta pemanfaatan sumberdaya secara intensif, dengan zona konservasi yang merupakan kawasan dengan fungsi lindung dimana di dalamnya tidak terjadi aktivitas agrowisata.

b. Zona Konservasi

Berupa area sebelah Timur atau pada lereng Gunung Merbabu yang ditumbuhi semak belukar dan rumput, serta area di bagian Barat kawasan yang memiliki topografi bergelombang dan penggunaan lahan berupa hutan dan lahan pertanian. Hal ini antara lain karena kemiringan yang cukup tinggi dan gerakan tanah yang relatif tinggi pula sehingga berbahaya untuk dikembangkan bagi aktivitas manusia. Selain itu alokasi zona konservasi sesuai dengan fungsi Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu, yang selain merupakan kawasan pusat pengembangan pertanian juga merupakan kawasan dengan fungsi konservasi.

4.2.2 Konsep Sirkulasi

Menurut Laurie (1986), kelangsungan arah tiap sirkulasi merupakan suatu persoalan fungsi dan ekonomi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu jalur sirkulasi harus dibangun dengan memperhatikan fungsi dan efisiensi sehingga menguntungkan bagi penggunanya. Konsep Sirkulasi pada kawasan agrowisata Desa Banyuroto ini direncanakan dengan memanfaatkan jalur yang sudah ada akan tetapi perlu porsi lebih untuk pengunjung. Agrowisata lebih menekankan pada keberlangsungan wisata tanpa menganggu aktivitas masyarakat, akan tetapi hal ini tidak berarti meniadakan kontak antara wisatawan dengan masyarakat dan kegiatan kesehariannya. Sirkulasi dalam kawasan terbagi menjadi jalur wisatawan dan jalur masyarakat yang merupakan jalur pendukung aktivitas sehari-hari. Konsep jalur untuk wisatawan adalah menghubungkan antara sub-sub zona atraksi yang ada sehingga memudahkan wisatawan untuk menikmati keseluruhan atraksi agrowisata. Jalur ini terbagi atas jalur primer, sekunder dan tersier yang dibedakan berdasarkan intensitas penggunaan dan kepentingan. Jalur primer merupakan jalur dengan intensitas penggunaan yang tinggi dan mengakomodasi kepentingan mobilitas antar sub-zona atraksi dan antar subzone penunjang dalam zona agrowisata. Jalur ini mengambil pola loop atau memutar. Jalur sekunder merupakan jalur dengan intensitas penggunaan sedang dan mengakomodasi kepentingan mobilitas antara zona atraksi dengan zona penunjang agrowisata. Jalur yang ketiga yaitu jalur tersier, merupakan jalur dengan intensitas penggunaan rendah dan berfungsi mengakomodasi kepentingan mobilitas antara zona agrowisata dengan zona non-agrowisata.

Page 5: PERENCANAAN LANSKAP

Gambar 10 Konsep Sirkulasi Wisata

Sedangkan sirkulasi masyarakat yang merupakan jalur produksi, sifatnya menghubungkan antara kebun sayuran dengan jalur pengangkutan terdekat. Selain itu jalur masyarakat juga merupakan jalur ketetanggaan yang menghubungkan antar dusun dan antar kampung, serta merupakan akses masyarakat dalam zona agrowisata dalam kaitannya dengan aktivitas pelayanan agrowisata.

4.2.3 Konsep Aktivitas dan Fasilitas

Pengembangan jenis aktivitas di dalam kawasan dikaitkan dengan tujuan utama perencanaan, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus memperluas pengetahuan, pengalaman dan sebagai sarana rekreasi yang efektif bagi pengunjung. Jenis aktivitas tersebut kemudian dipisahkan berdasarkan tingkat keikutsertaan wisatawan dalam aktivitas pertanian. Dengan demikian, jenis aktivitas agrowisata yang dikembangkan dibagi menjadi aktivitas agrowisata aktif dan aktivitas agrowisata pasif, seperti terlihat pada Gambar 12

Gambar 11 Konsep Aktivitas

A. Aktivitas Agrowisata Aktif

Yaitu aktivitas agrowisata yang menuntut partisipasi aktif dari wisatawan untuk terlibat langsung dalam kegiatan dan proses budidaya pertanian, atau menginterpretasi kegiatan budidaya dengan bantuan interpreter dalam rangka mendapatkan pengetahuan dan pemahaman melalui pengalaman dan penyampaian langsung.

B. Aktivitas Agrowisata Pasif

Yaitu aktivitas agrowisata yang menekankan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif, untuk mengimbangi adanya aktivitas agrowisata aktif dan memenuhi kebutuhan wisatawan. Keterlibatan wisatawan dengan aktivitas pertanian minimum dalam aktivitas agrowisata pasif. Nilai edukasi didapatkan melalui pemahaman dan pengamatan sendiri oleh wisatawan.

Konsep fasilitas yang dikembangkan adalah konsep fasilitas yang disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas agrowisata. Secara umum fasilitas yang akan dikembangkan terbagi atas fasilitas agrowisata aktif, fasilitas agrowisata pasif, dan fasilitas penunjang.

4.2.4 Konsep Tata Hijau

Konsep tata hijau direncanakan dengan tujuan untuk melestarikan dan melindungi plasma nutfah, melindungi tanah dan air, serta meningkatkan kenyamanan pengunjung. Penggunaan jenis tanaman disesuaikan dengan kondisi kawasan, yaitu berupa tanaman zona pegunungan. Penggunaan material tanaman diutamakan yang merupakan tanaman asli, sedangkan tanaman introduksi dapat digunakan apabila telah memenuhi persyaratan tumbuh dan tidak dikhawatirkan mnyebabkan persaingan dengan tanaman lokal atau membahayakan kestabilan ekosistem. Dengan demikian diharapkan tata hijau dapat berfungsi secara maksimal baik secara ekologis maupun estetika. Tata hijau berdasarkan peruntukan dan fungsinya terbagi kedalam tata hijau peneduh, tata hijau penyangga (buffer), tata hijau konservasi dan terutama tata hijau untuk kegiatan budidaya. Masing-masing bagian memiliki kontribusi terhadap terciptanya kualitas agrowisata yang baik. Tata hijau peneduh dialokasikan pada zona aktivitas wisata pasif, yaitu zona penghubung. Berfungsi

Page 6: PERENCANAAN LANSKAP

menciptakan kesan teduh dan santai pada area sebelum wisatawan memasuki kompleks atraksi serta merupakan penunjang untuk kegiatan wisata pasif seperti sight seeing, jalan-jalan santai dan duduk (fungsi sheltering). Selain itu tata hijau peneduh juga diterapkan pada beberapa titik pada zona atraksi untuk mendukung aktivitas agrowisata pasif yang mengikuti aktivitas agrowisata aktif.

Tata hijau penyangga merupakan tata hijau asli berupa hutan dan kebun. Yang disebut kebun sebenarnya adalah hutan alami yang belum dibuka untuk kegiatan pertanian dan berbatasan langsung dengan lahan pertanian milik masyarakat. Kebun ini terdiri atas tegakan pohon dan semak. Fungsi kebun dapat dilihat sebagai penyangga terhadap perkembangan kegiatan masyarakat dalam kawasan baik yang kaitannya dengan usaha pertanian maupun kebutuhan tempat tinggal. Selain fungsi tersebut, strukturnya yang kompak dengan beragam tanaman juga bermanfaat untuk menjaga kestabilan siklus air dan konservasi. Tata hijau konservasi yang dimaksud adalah segala tata hijau pada daerah potensi bahaya (gerakan tanah tinggi, kemiringan tinggi). Diantaranya adalah kelompok hutan dataran tinggi dan padang rumput yang terletak di lereng Gunung Merbabu. Selain itu tata hijau konservasi juga meliputi bagian selatan dari kawasan, dimana pada titik ini jenis tata hijau yang ada adalah hutan dan semak belukar.

Tata hijau budidaya merupakan kelompok tanaman yang sengaja ditanam untuk diambil manfaatnya dalam kegiatan produksi pertanian, yang terdiri atas kelompok tanaman sayuran dan buah-buahan. Jenis tata hijau ini meliputi 36% dari luas keseluruhan kawasan dan tercakup dalam tata guna lahan pertanian lahan kering. Tata hijau budidaya dimanfaatkan sebagai zona atraksi dalam konsep ruang dari agrowisata yang direncanakan.