perencanaan keuangan hari tua dan pengaruhnya … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai...

46
PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN EKONOMI SUBJEKTIF KELUARGA USIA PENSIUN DYAH PURNAMASARI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: buikiet

Post on 12-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

i

PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN

EKONOMI SUBJEKTIF KELUARGA USIA PENSIUN

DYAH PURNAMASARI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,
Page 3: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Keuangan

Hari Tua dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Ekonomi Keluarga Usia

Pensiun adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Dyah Purnamasari

NIM I24090027

Page 4: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

ABSTRAK

DYAH PURNAMASARI. Perencanaan Keuangan Hari Tua dan Pengaruhnya

terhadap Kesejahteraan Ekonomi Subjektif Keluarga Usia Pensiun. Dibimbing

oleh HARTOYO.

Menikmati masa tua yang sejahtera dan terjamin secara finansial merupakan

impian semua orang sehingga, diperlukan strategi pengelolaan sumberdaya

keluarga yang baik dan tepat. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Perencanaan Keuangan Hari Tua (PKHT) dan pengaruhnya terhadap

kesejahteraan ekonomi subjektif pada keluarga usia pensiun. Penelitian ini

melibatkan 154 keluarga dengan suami dan atau istri yang sudah pensiun dengan

usia lebih atau sama dengan 56 tahun dan dipilih secara purposive. Pengumpulan

data dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuesioner yang dianalisis

secara deskriptif, uji beda t-test, uji regresi logistik, dan uji regresi linier berganda.

Lama pendidikan dan toleransi risiko menunjukkan perbedaan yang nyata antara

contoh PNS dengan non PNS. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa

orientasi waktu berpengaruh signifikan terhadap melakukan PKHT. Hasil

selanjutnya, kesejahteraan ekonomi subjektif dipengaruhi oleh pendapatan

keluarga, orientasi waktu, toleransi risiko, dan PKHT.

Kata kunci: keluarga usia pensiun, kesejahteraan ekonomi subjektif, orientasi

waktu, perencanaan keuangan hari tua, toleransi risiko

ABSTRACT

DYAH PURNAMASARI. Financial Planning for Retirement and Economic

Subjective Well-being of Families at Retirement Age. Supervised by HARTOYO.

Enjoying great life and having financial security after retirement is a dream

for all people. Therefore, a good strategy of management family‟s resources is

needed. The objective of this study is to analyze some factors that influence

financial retirement planning and economic subjective well-being. This study used

cross sectional design and involved 154 families with retired husband or wives

aged over or 56 years old and selected purposively. Data were collected by

interview using questionnaire and was analyzed by descriptive, independent

sample t-test, logistic regression, and multiple linear regression. The result

showed, length of education and risk tolerances were significant different between

public sector and non public sector retired. Increasing of time orientation (future

time orientation) affected family at retirement age to do financial planning for

retirement. Moreover, family‟s income, future time orientation, risk tolerances,

and financial retirement planning gave significant effect on economic subjective

well-being of family at retirement age.

Keywords: economic satisfaction, financial planning for retirement, perception of

time orientation, families at retirement age, risk tolerances

Page 5: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

iii

Page 6: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN

EKONOMI SUBJEKTIF KELUARGA USIA PENSIUN

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

DYAH PURNAMASARI

Page 7: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

v

Page 8: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

Judul Skripsi : Perencanaan Keuangan Hari Tua dan Pengaruhnya terhadap

Kesejahteraan Ekonomi Subjektif Keluarga Usia Pensiun

Nama : Dyah Purnamasari

NIM : I24090027

Disetujui oleh

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc

Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal Lulus:

Page 9: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

rahmat, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Perencanaan Keuangan Hari Tua dan Pengaruhnya

terhadap Kesejahteraan Ekonomi Keluarga Usia Pensiun”. Penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku

dosen pembimbing, Ibu Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA dan Ibu Alfiasari SP,

M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran, serta Ibu

Megawati Simanjuntak, SP, M.Si selaku pembimbing akademik.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga tercinta, Bapak

Bambang Sumaryanto, SE, MM, Ibu Neneng Rosnadewi, Adik-adikku Desi dan

Dea, terima kasih atas kasih sayang, doa, nasihat, dan motivasi yang tidak pernah

putus diberikan. Tidak lupa terima kasih kepada teman seperjuangan penelitian,

Halisa Rohayu, Silvia Dewi S A, Sri Sulastri, S.Si, dan Sri Wahyuni Muhsin, S.Si

atas waktu, kebersamaan, dan kerjasamanya. Selanjutnya penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada teman-teman IKK 46, terutama Siti Holilah,

S.Si, Nanda Lusita A, S.Si, dan Tri Rahmawati Lestari atas kebersamaan dan

persahabatan yang penuh warna. Terakhir penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada Willy Monika Yohansyah, SP yang senantiasa memberikan

dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT

membalas semuanya dengan kebaikan.

Demikian ucapan terima kasih ini dipersembahkan dari hati yang paling

dalam. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak orang.

Bogor, Januari 2014

Dyah Purnamasari

Page 10: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

KERANGKA PEMIKIRAN 5

METODE 7

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 7

Teknik Pengambilan Contoh 7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 8

Pengolahan dan Analisis Data 9

Definisi Operasional 11

HASIL 12

Karakteristik Individu dan Keluarga 12

Orientasi Waktu 12

Toleransi Risiko 13

Perencanaan Keuangan Hari Tua (PKHT) 14

Kesejahteraan Ekonomi Subjektif 20

Pengaruh Riwayat Pekerjaan, Lama Pendidikan, Orientasi Waktu, dan Toleransi

Risiko terhadap Kesejahteraan Ekonomi Subjektif 20

Pengaruh Riwayat Pekerjaan, Lama Pendidikan, Pendapatan Keluarga, Jumlah

Tanggungan, Orientasi Waktu, Toleransi Risiko, dan PKHT terhadap

Kesejahteraan Ekonomi Subjektif 21

PEMBAHASAN 23

SIMPULAN DAN SARAN 26

Simpulan 26

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 30

RIWAYAT HIDUP 33

Page 11: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

ix

DAFTAR TABEL

1 Cara analisis data 10

2 Nilai rata-rata, standar deviasi, dan p-value karakteristik individu dan

keluarga berdasarkan riwayat pekerjaan 12

3 Sebaran orientasi waktu contoh berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min,

max, rataan ± SD 13

4 Sebaran toleransi risiko contoh berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min,

max, rataan ± SD 13

5 Sebaran partisipasi PKHT dan keikutsertaan program dana pensiun

wajib contoh berdasarkan jenis pekerjaan 14

6 Sebaran usia contoh dalam melakukan PKHT berdasarkan jenis

pekerjaan 15

7 Sebaran bentuk PKHT contoh berdasarkan jenis pekerjaan 15

8 Sebaran jumlah dan jenis tabungan, intensitas dan frekuensi

menabung, jumlah uang yang ditabungkan per-bulan, dan alasan

memilih menabung contoh berdasarkan jenis pekerjaan 17

9 Sebaran jumlah dan jenis investasi, persentase uang yang

diinvestasikan, dan alasan memilih investasi contoh berdasarkan jenis

pekerjaan 18

10 Sebaran jumlah dan jenis asuransi, jumlah polis yang dimiliki, dan

premi yang dibayarkan contoh setiap tahunnya berdasarkan jenis

pekerjaan 19

11 Sebaran keikutsertaan contoh mengikuti program dana pensiun diluar

program dana pensiun wajib (DPLK) berdasarkan jenis pekerjaan 19

12 Sebaran tingkat kesejahteraan ekonomi subjektif keluarga usia

pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20

13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan, orientasi

waktu, dan toleransi risiko terhadap melakukan PKHT 21

14 Nilai koefisien regresi linier riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, orientasi waktu, toleransi

risiko, dan PKHT terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif 22

DAFTAR GAMBAR

15 Kerangka pemikiran penelitian 6

16 Skema penarikan contoh 8

Page 12: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

DAFTAR LAMPIRAN

1 Persentase sebaran jawaban contoh berdasarkan pernyataan orientasi

waktu dan riwayat pekerjaan (%) 30

2 Persentase sebaran jawaban contoh berdasarkan pernyataan toleransi

risiko dan riwayat pekerjaan (%) 31

3 Persentase sebaran jawaban contoh berdasarkan pernyataan

kesejahteraan ekonomi subjektif keluarga dan riwayat pekerjaan (%) 32

4 Riwayat hidup 33

Page 13: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan usia harapan hidup penduduk merupakan salah satu indikator

keberhasilan pembangunan sebuah negara. Harapan hidup penduduk Indonesia

(laki-laki dan perempuan) diketahui mengalami peningkatan yakni dari 67.8

tahun pada periode 2000-2005 menjadi 73.6 tahun pada periode 2020-2025 (Data

Statistik Indonesia 2013). Namun, seiring dengan meningkatnya usia harapan

hidup, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) juga dipastikan meningkat. Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyampaikan,

tahun 2013 penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 250 juta jiwa dengan

penduduk lansia mencapai 7.59 persen atau mencapai 17 juta jiwa.1

Jumlah lansia yang semakin banyak dan mempunyai hidup yang makin

lama bukan tidak menimbulkan persoalan. Di Indonesia, data statistik mengenai

penduduk 60 tahun ke atas yang memperoleh pendapatan berdasarkan sumber

pendapatan terbesar menunjukkan, jumlah lansia yang mengandalkan

anak/menantu sebagai pendapatan terbesarnya mencapai 39.6 persen. Selain itu,

sebesar 3.0 persen lansia diketahui masih mengandalkan saudara dan sebesar 0.6

persen lansia masih mengandalkan orang lain dalam membiayai hidupnya (Data

Statistik Indonesia 2013). Hal ini menandakan bahwa generasi lansia Indonesia

masih membebani keturunan dibawahnya untuk membiayai mereka.

Persoalan lain yang muncul seiring dengan bertambahnya jumlah lansia

dan taraf hidup yang meningkat adalah beberapa negara maju seperti Eropa,

Amerika Serikat, dan Jepang yang mengalami defisit anggaran karena kesulitan

membiayai generasi lansia.2 Hal ini tentunya akan menjadi ancaman serius

karena akan berdampak krisis pada ekonomi global. Richard Suzman dari

National Institute of Aging mengatakan bahwa secara tidak langsung peningkatan

jumlah lansia, terutama lansia yang mempunyai kondisi kesehatan yang buruk

akan memengaruhi perkembangan suatu negara dan akan mempersulit situasi

perekonomian.3

Situasi serupa juga terjadi di Indonesia, dimana porsi untuk

pensiunan PNS mencapai 23.2 persen (Rp 50 triliun) dari total belanja pegawai

dalam APBN 2012.4

Menikmati masa tua yang sejahtera dan terjamin secara finansial

merupakan impian semua orang. Namun, hasil riset terbaru Manulife Asset

Management tahun 2012 memaparkan bahwa, tingkat kekayaan finansial dan

kekayaan bersih hari tua di Indonesia masih relatif rendah.5

Hal ini dikarenakan

tidak adanya perencanaan hari tua yang jelas sehingga, banyak diantara orang

menyongsong masa pensiunnya tanpa mempunyai persiapan dan penetapan

tujuan yang harus dicapai.

1 “BKKBN: Tahun ini Penduduk Indonesia Capai 250 Juta Jiwa” dalam http://www.health.liputan6.com

[31Agustus2013] 2 2030, Indonesia Alami Ledakan Lansia?dalam http://www.portalhr.com [31 Agustus 2013]

3 Penduduk Lansia akan Membludak di 2040 dalam http://www.health.detik.com [31Agustus2013] 4 Beban Membengkak, Pemerintah Kaji Ubah Sistem Pembayaran Pensiun dalam http://www.setkab.go.id

[31Agustus2013] 5 Penduduk Indonesia Belum Siap Pensiun dalam http://www.keuangan.kontan.co.id [31Agustus2013]

Page 14: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

2

Semakin bertambahnya biaya hidup dari tahun ke tahun, ketidakpastian

ekonomi dan ketidakpastian fisik seseorang di masa mendatang, merupakan

alasan-alasan mengapa seseorang perlu mempersiapkan masa tua (Senduk 1999).

Selain itu, usia hidup orang Indonesia yang semakin panjang dan adanya sikap

ingin bergantung pada anak dan sanak saudara, merupakan alasan lain mengapa

perencanaan pensiun semakin diperlukan (Manurung & Rizky 2009).

Joo & Pauwels 2002 dalam Joo & Grable (2005), menyatakan bahwa

seseorang yang aktif menabung untuk hari tua cenderung memiliki tingkat

kesiapan yang lebih tinggi dalam menghadapi hari tuanya. Selain itu, beberapa

penelitian cross sectional dan retrospektif juga menyebutkan bahwa perencanaan

hari tua membawa hasil yang positif seperti: kesehatan yang lebih baik, kepuasan

terhadap masa pensiun, dan penyesuaian yang lebih baik ketika pensiun (Elder &

Rudolf 1999; Schellenberg et al 2005; Zhu-Sams 2004).

Terdapat banyak hal yang diduga memengaruhi seseorang dalam

membuat perencanaan hari tua. Banyak dari penelitian terdahulu hanya terfokus

pada faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, pendapatan, tingkat pendidikan,

dan besar keluarga. Namun belakangan, diketahui bahwa faktor psikologis

berperan secara substansial dalam proses perencanaan pensiun (Hershey et al

2007). Hershey (2004) berpendapat bahwa walaupun faktor demografi

berpengaruh terhadap keputusan menabung untuk hari tua, pengaruh tersebut

diperantarai oleh jiwa.

Model konseptual yang dibangun Hershey (2004) memasukan variabel

orientasi waktu dan toleransi risiko sebagai faktor kepribadian dari pengaruh

psikologis dalam menduga tingkah laku investor. Berdasarkan hal tersebut,

orientasi waktu dan toleransi risiko dipilih sebagai prediktor tambahan dalam

menduga perilaku Perencanaan Keuangan Hari Tua (PKHT). Penelitian

terdahulu menunjukkan bahwa, level perspektif masa depan dan toleranssi risiko

yang tinggi pada seseorang berhubungan dengan profil menabung yang agresif

(Jacobs-Lawson & Hershey 2005). Selain itu, Trone et al (1996) mengatakan

bahwa time horizon dan toleransi terhadap risiko merupakan faktor yang terkait

dalam proses pengambilan keputusan keuangan seseorang.

Orientasi waktu mengukur kecendrungan individu dalam mengkonsumsi

berdasarkan preferensi waktu, apakah dirinya berfokus pada masa depan ataukah

hanya berfokus pada masa sekarang. Berdasarkan ilmu psikologi, orientasi waktu

disebut sebagai perspektif terhadap masa depan atau orientasi masa depan

sementara berdasarkan ilmu ekonomi lebih dikenal dengan istilah level

kesabaran seseorang dan planning horizon (Jacobs-Lawson & Hershey 2005).

Hershey dan Mowen (2000) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa orientasi

kepada masa depan mempunyai pengaruh yang langsung terhadap

mempersiapkan keuangan hari tua.

Toleransi risiko mencerminkan tingkat penerimaan seseorang terhadap

resiko atau ketidakpastian. Yuh dan Devaney (1996) menyatakan bahwa toleransi

risiko terkait secara langsung dalam partisipasi perencanaan pensiun dan

akumulasi tabungan hari tua. Selain itu, Grable dan Joo (1997) menyatakan

bahwa toleransi risiko merupakan prediktor signifikan dari investasi untuk hari

tua dan strategi menabung.

Page 15: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

3

3

Perumusan Masalah

Masa pensiun merupakan masa dimana pendapatan yang didapatkan tidak

sama besar dengan pendapatannya saat masih bekerja. Bagi mantan pegawai

swasta, uang pensiun (pesangon) biasanya hanya diberikan satu kali dan

diberikan seluruhnya sesuai dengan masa kerjanya. Sedangkan untuk Pegawai

Negeri Sipil (PNS), uang pensiun diberikan per bulan. Meskipun begitu, uang

pensiun yang diterima oleh pegawai PNS per bulannya tidak sebesar gaji yang

diterima ketika masih bekerja.

Kurangnya kepuasan terhadap kondisi ekonomi pada saat pensiun,

membuat banyak dari pensiunan memutuskan tetap bekerja untuk meningkatkan

pendapatannya. Namun, bekerja setelah usia pensiun pun bukanlah pilihan yang

paling tepat baik bagi kesehatan maupun dari sisi produktifitas. Di Indonesia,

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) penduduk lanjut usia cukup tinggi,

walaupun kesenjangan antarjenis kelamin juga cukup tinggi. TPAK lansia laki-

laki mencapai 72.26 persen, sedangkan perempuan 37.83 persen pada tahun 2007.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Komnas Lansia pada tahun 2008, ditemukan

bahwa alasan paling umum lansia masih bekerja adalah karena ekonomi yang

tidak mencukupi.6 Tingginya TPAK penduduk lanjut usia menunjukkan bahwa,

bagi banyak orang uang pensiun yang diterima belum bisa mencukupi kebutuhan

mereka setelah pensiun.

Hasil survei yang dilakukan oleh Life Insurance Marketing Research

Assosiation (LIMRA) pada tahun 2009 mengenai kondisi pekerja saat memasuki

masa pensiun begitu memprihatinkan. Hasil survei menyebutkan bahwa 40 tahun

setelah usia masa produktif yakni pada usia 65 tahun, 49.0 persen responden

mengatakan hidupnya mengandalkan anak, panti jompo atau sumbangan dari

pemerintah untuk masa tuanya, 12.0 persen bangkrut, 5.0 persen tetap bekerja,

4.0 persen keuangan yang mandiri dan 1.0 persen tergolong kaya.7

Kondisi

seperti ini sangat memprihatinkan, karena ternyata hanya sebesar 1.0 persen saja

pensiunan yang dapat hidup makmur dan kaya raya di hari tuanya.

Pada dasarnya, sulit sekali bagi kita untuk memprediksi kemungkinan

yang akan terjadi 20 atau 30 tahun kedepan sehingga kita tidak pernah tahu akan

seperti apa hidup kita setelah pensiun. Perencanaan yang matang baik secara fisik

maupun materi diperlukan untuk menghadapi ketidakpastian tersebut. Senduk

(1999) mengemukakan bahwa, ada beberapa kesalahan yang dilakukan dalam

mempersiapkan masa pensiun yang berakibat dapat menurunkannya

kesejahteraan saat pensiun. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain: terlambat

memulai program pensiun; jumlah penghasilan pensiun tetap, sementara biaya

hidup biasanya naik terus setiap tahun; langsung tertarik dengan janji

penghasilan pensiun yang akan diterima kelak; tidak memperkirakan jumlah

biaya hidup setelah pensiun; menggabungkan program pensiun dengan asuransi

jiwa; dan merasa puas dengan program pensiun yang diikuti oleh perusahaan.

6 Penduduk Lanjut Usia dalam http//www.menegpp.go.id [7 Maret 2013] 7 Perencanaan Keuangan Hari Tua dalam http//www.uanganda.or.id [5 Maret 2013]

Page 16: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

4

Perilaku mempersiapkan hari tua di masa lalu dan kaitannya dengan

kesejahteraan pada masa sekarang yang dirasakan oleh keluarga usia pensiun

menimbulkan pemikiran dan motivasi penelitian ini untuk menganalisis perilaku

PKHT sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi di

masa pensiun. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahannya dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku PKHT yang dilakukan contoh di masa lalunya?

2. Adakah perbedaan pada variabel karakteristik individu dan keluarga,

orientasi waktu, toleransi risiko, dan kesejahteraan ekonomi subjektif pada

contoh PNS dengan non PNS?

3. Bagaimana pengaruh riwayat pekerjaan, lama pendidikan, orientasi waktu,

dan toleransi risiko terhadap melakukan PKHT?

4. Bagaimana pengaruh riwayat pekerjaan, lama pendidikan, jumlah

tanggungan, pendapatan keluarga, orientasi waktu, toleransi risiko, dan

PKHT terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku PKHT

dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif pada keluarga usia

pensiun.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi perilaku PKHT pada contoh.

2. Menganalisis karakteristik individu dan keluarga, orientasi waktu, toleransi

risiko, dan kesejahteraan ekonomi subjektif pada keluarga usia pensiun PNS

dengan non PNS.

3. Menganalisis pengaruh riwayat pekerjaan, lama pendidikan, orientasi waktu,

dan toleransi risiko terhadap melakukan PKHT.

4. Menganalisis pengaruh antara riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, orientasi waktu, toleransi risiko,

dan PKHT terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi mengenai

PKHT dan pentingnya membuat PKHT. Berdasarkan informasi tersebut,

penelitian ini dapat menjadi acuan penelitian-penelitian selanjutnya terkait topik

manajemen sumberdaya keluarga. Bagi pemerintah dan instansi, hasil penelitan

ini diharapkan dapat dijadikan informasi dalam merumuskan kebijakan yang

berhubungan dengan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan pensiun yang

lebih baik. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam membuat perencanaan hari tua sedini mungkin guna

meningkatkan kepuasan keluarga di saat pensiun.

Page 17: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

5

5

KERANGKA PEMIKIRAN

Usia harapan hidup yang semakin meningkat membuat sebuah keluarga

merasa perlu mempersiapkan hari tuanya, karena menikmati masa tua yang

sejahtera dan terjamin secara finansial merupakan impian semua orang. Impian

tersebut akan mudah tercapai jika keluarga mempunyai perencanaan keuangan

yang jelas karena, mempersiapkan masa pensiun merupakan sebuah proses dan

tidak bisa dilakukan secara instan.

Perencanaan keuangan masa tua seseorang akan berbeda-beda, karena

setiap orang mempunyai nilai dan standar kepuasan yang berbeda-beda. Di

tengah kondisi perekonomian yang tidak menentu seperti sekarang ini, sulit

sekali bagi keluarga yang sudah pensiun untuk bertahan secara ekonomi jika

hanya mengandalkan tunjangan pensiun sementara harga-harga bahan pokok dan

tingkat kebutuhan dirasakan semakin meningkat. Oleh karena itu, penting bagi

keluarga untuk mulai menata dan merencanakan keuangan untuk keamanan

finansial di masa pensiun.

Peneltian ini mengadopsi model keputusan konsumen dari Engel et al

(1990) yang mengatakan bahwa setidaknya ada tiga faktor yang memengaruhi

seseorang membuat keputusan, yaitu: 1) karakteristik individu, 2) lingkungan,

dan 3) proses psikologis. Model ini diadopsi sebagai kerangka penelitian untuk

menduga keputusan individu dalam melakukan PKHT. Karakteristik individu

yang dipilih sebagai variabel independen adalah riwayat pekerjaan dan lama

pendidikan. Orientasi waktu dan toleransi risiko dipilih sebagai variabel

independen dari proses psikologis. Hal ini merujuk pada pernyataan Jacobs-

Lawson dan Hershey (2005) yang mengatakan bahwa variabel psikologis seperti

perspektif terhadap masa depan, pengetahuan mengenai perencanaan pensiun,

dan toleransi risiko merupakan variabel penting dalam mempelajari perilaku

perencanaan hari tua seseorang. Namun demikian, penelitian ini tidak meneliti

pengaruh lingkungan dalam menduga keputusan individu melakukan PKHT.

Penelitian terdahulu menunjukkan, perencanaan keuangan hari tua

(PKHT) akan menjauhkan seseorang dari kehidupan yang stres baik secara fisik

maupun psikologis. Hal ini sesuai dengan temuan penelitian Noone (2010) yang

mengatakan bahwa seseorang yang melakukan perencanaan hari tua baik secara

finansial maupun psikososial mempunyai kesehatan dan kepuasan hidup di masa

tuanya. Beberapa langkah seperti menabung, berinvestasi, membeli asuransi hari

tua, dan mengikuti program pensiun dapat dijadikan alternatif pilihan bagi

keluarga dalam mengalokasikan uangnya sebagai tabungan untuk masa pensiun

(Senduk 1999).

Pada penelitian ini, variabel orientasi waktu masa depan dan toleransi

risiko juga diukur pengaruhnya secara langsung terhadap kesejahteraan ekonomi

subjekif untuk melihat pengaruh langsung proses psikologis dalam memengaruhi

kesejahteraan ekonomi subjektif seseorang. Hal ini merujuk pada pernyataan

Guhardja et al (1992) yang mengatakan bahwa, puas atau tidaknya seseorang

dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan tujuan yang

diinginkan. Apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan nilai yang dianut maka

diharapkan kepuasan akan terpenuhi.

Page 18: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

6

Output berupa kesejahteraan ekonomi di masa pensiun sebagai hasil dari

pengelolaan sumber daya pada masa lalu merupakan ujung variabel yang diteliti

dalam penelitian ini. Penelitian ini akan mengungkap perilaku PKHT individu

dan membandingkannya dengan kesejahteraan ekonomi subjektif atau kepuasan

terhadap ekonomi yang dirasakan setelah pensiun. Kerangka pemikiran yang

dapat lebih menjelaskan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan:

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti

Pengelolaan

sumberdaya masa lalu

Perencanaan Keuangan

Hari Tua (PKHT)

Menabung

Investasi

Asuransi

Dana pensiun

Mandiri

Masa sekarang

Kesejahteraan

ekonomi subjektif

keluarga

Pengaruh

Lingkungan

Lingkungan kerja

Lingkungan

keluarga

Proses psikologis

Orientasi waktu

Toleransi risiko

Karakteristik

individu dan keluarga

Jumlah

tanggungan

Pendapatan

keluarga

Riwayat

pekerjaan

Lama

pendidikan

Page 19: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

7

7

METODE

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study,

yaitu salah satu cara pengumpulan data dalam waktu tertentu dan tidak

berkelanjutan. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor Utara, Kota

Bogor (perumahan Bantarjati dan Indraprasta) dan Kecamatan Ciomas,

Kabupaten Bogor (perumahan Ciomas Permai dan Taman Pagelaran). Pemilihan

lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa daerah

tersebut terdapat perumahan yang sudah lama ada sehingga, diharapkan terdapat

penduduk usia pensiun yang memiliki latar belakang usia dan riwayat pekerjaan

yang sesuai dengan kriteria penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan

selama dua bulan yaitu pada bulan April hingga Mei 2013.

Teknik Pengambilan Contoh

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian “payung” dengan tema

“Manajemen Sumberdaya Keluarga Usia Pensiun”. Penelitian payung tersebut

ingin mengungkap bagaimana perilaku manajemen sumberdaya keluarga yang

terkait dengan peran gender dalam mengambil keputusan, alokasi waktu dan

pengeluaran, strategi nafkah dan dukungan sosial, dan perencanaan keuangan

hari tua pada masa lalu, yang kemudian akan dibedakan berdasaarkan tempat

tinggal (kota dan kabupaten) dan riwayat pekerjaan (PNS dan non PNS). Namun,

dalam penelitian ini hanya terfokus pada perencanaan keuangan hari tua

berdasarkan riwayat pekerjaan (PNS dan non PNS) yang akan dilihat

pengaruhnya terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif keluarga usia pensiun.

Populasi pada penelitian ini adalah keluarga yang telah memasuki usia

pensiun (≥56 tahun) dan tinggal di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor yaitu di

empat perumahan yang telah ditentukan. Perumahan-perumahan yang dipilih

merupakan perumahan yang sudah lama ada dan diduga terdapat banyak

penduduk lanjut usia.

Contoh pada penelitian ini adalah 160 orang suami atau istri yang telah

memasuki usia pensiun (≥56 tahun), memiliki riwayat pekerjaan sebagai Pegawai

Negeri Sipil (PNS) dan non PNS (pegawai swasta, wiraswasta, dan pegawai

BUMN), dan sudah mengalami pensiun. Contoh penelitian berjumlah 160 orang

yang terdiri dari 80 orang usia pensiun PNS dan 80 orang usia pensiun non PNS.

Jumlah tersebut dipilih karena untuk memenuhi kriteria minimal statistik N=30.

Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive sampling. Setelah proses

cleaning, contoh yang dapat digunakan dalam penelitian ini berjumlah 154 (77

orang usia pensiun PNS dan 77 orang usia pensiun non PNS). Penjelasan lebih

lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 20: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

8

Gambar 2 Skema penarikan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data

primer meliputi: 1) karakteristik individu (jenis kelamin, usia, pendapatan, lama

pendidikan, riwayat pekerjaan), 2) karakteristik keluarga (jumlah tanggungan

keluarga, lama pernikahan), 3) orientasi waktu, 4) toleransi risiko, 5) PKHT pada

masa lalu, dan 6) kesejahteraan ekonomi subjektif keluarga. Data primer

diperoleh dari hasil penggalian informasi yang dilakukan melalui wawancara dan

laporan diri dengan alat bantu kuesioner. Data sekunder yang diperoleh adalah

data monografi dari Kelurahan Bantarjati di Kota Bogor dan Kelurahan Ciomas

di Kabupaten Bogor. Data yang diambil dari kelurahan tersebut adalah data

jumlah keluarga yang termasuk usia pensiun.

Kuesioner penelitian berisi tentang karakteristik individu dan keluarga

yang terdiri dari usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan, dan

lama pernikahan. Selain itu kuesioner juga berisi tentang orientasi waktu,

toleransi risiko, PKHT, dan kesejahteraan ekonomi subjektif. Berikut adalah cara

pengukuran variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini:

1. Orientasi waktu diukur menggunakan kuesioner yang mengadopsi dari

Sofiarrahmi (2012) yang dimodifikasi oleh peneliti. Di dalam kuesioner ini

terdapat 10 item pernyataan yang terdiri dari lima peryataan mengenai

present oriented dan lima pernyataan future oriented dengan scoring skala

pengukuran interval. Semakin tinggi skor mengindikasikan contoh

terkategori sebagai future oriented dan semakin rendah skor mengindikasikan

contoh terkategori present oriented.

Provinsi Jawa Barat

Kota Bogor Kabupaten Bogor

Kec. Bogor Utara Kec. Ciomas

Perumahan

Taman Pagelaran

Perumahan

Ciomas Permai

Perumahan

Indraprasta

Perumahan

Bantarjati

n = 40 keluarga n = 40 keluarga n = 40 keluarga n = 40 keluarga

Purposive

Purposive

Purposive

Purposive

Purposive

PNS

n=20

Non

PNS

n=20

PNS

n=20

Non

PNS

n=20

PNS

n=20

Non

PNS

n=20

PNS

n=20

Non

PNS

n=20

Page 21: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

9

9

2. Grable (2000) mendefinisikan toleransi risiko keuangan sebagai jumlah

maksimum dari ketidakpastian yang berani diterima seseorang saat membuat

keputusan finansial. Kuesioner untuk mengukur toleransi risiko terdiri dari 10

item pernyataan. Pernyataan pada variabel toleransi risiko merujuk pada

Jacob-Lawson 2003 diacu dalam Jacob-Lawson dan Hershey (2005).

Semakin tinggi skor mengindikasikan contoh mempunyai toleransi risiko

yang tinggi (risk taker) dan semakin rendah skor mengindikasikan contoh

mempunyai toleransi risiko yang rendah (risk averse).

3. Kuesioner untuk mengukur kesejahteraan ekonomi subjektif terdiri dari 10

pernyataan yang merujuk pada material living standards yang termasuk

dalam key dimension of well being pada Commission on the Measurement of

Economic Performance and Social Progress. Pernyataan mengenai material

living standards mencakup pernyataan mengenai pendapatan, konsumsi, dan

kekayaan yang dirasakan.

4. Pengukuran perilaku PKHT contoh dilakukan dengan metode recall dengan

menggunakan kuesioner pertanyaan terbuka yang terkait dengan profil

menabung, investasi, membeli asuransi dan program dana pensiun yang

dilakukan dalam rangka mempersiapkan masa tua contoh.

Kuesioner yang mengukur variabel orientasi waktu masa depan dan

toleransi risiko diukur menggunakan skala likert dari 1 hingga 5 (sangat tidak

setuju hingga sangat setuju). Kesejahteraan ekonomi subjektif keluarga diukur

dengan skala likert dari 1 hingga 5 (sangat tidak puas hingga sangat puas). Nilai

Cronbach’s alpha kuesioner orientasi waktu, toleransi risiko, dan kesejahteraan

ekonomi subjektif berturut-turut adalah 0.894, 0.697, dan 0.528. Berdasarkan uji

validitas, variabel orientasi waktu, toleransi risiko, dan kesejahteraan ekonomi

subjektif menunjukkan hasil yang valid karena nilai probabilitas korelasinya

lebih kecil dari taraf signifikan (α) sebesar 0.05.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul dari hasil wawancara, selanjutnya diolah melalui

proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, analisis, dan interpretasi data.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007

dan SPSS for Windows. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif

dan inferensia. Analisis deskriptif meliputi frekuensi, rata-rata, standar deviasi,

nilai minimum, dan nilai maksimum. Analisis inferensia yang digunakan adalah

uji beda independent sample t-test, regresi logistik, dan regresi linier berganda.

Adapun cara analisis data dapat dilihat pada Tabel 1.

Skor dari setiap variabel orientasi waktu, toleransi risiko, dan

kesejahteraan ekonomi subjektif dijumlahkan dan dikateorikan menjadi tiga

kelompok, yaitu 1) rendah (10-23), 2) sedang (24-37), 3) tinggi (38-50).

Pengkategorian digunakan berdasarkan sebaran skor. Pembagian interval kelas

untuk menentukan tiga kategori menggunakan persamaan sebagai berikut:

Interval kelas (I) = Skor maksimum-Skor minimum

Jumlah kategori

Page 22: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

10

Untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap melakukan

PKHT, digunakan uji regresi logistik dengan model persamaannya sebagai

berikut:

α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε

p = Peluang untuk melakukan PKHT (ya=1, tidak=0)

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

X1 = Riwayat pekerjaan

X2 = Lama pendidikan

X3 = Orientasi waktu

X4 = Toleransi risiko

ε = Eror

Untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kesejahteraan ekonomi subjektif, digunakan uji regresi berganda dengan model

persamaannya sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9

Y = Skor kesejahteraan ekonomi subjektif

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

X1 = Riwayat pekerjaan

X2 = Lama pendidikan

X3 = Jumlah tanggungan

X4 = Pendapatan keluarga

X5 = Orientasi waktu

X6 = Toleransi risiko

X7 = Mengikuti program dana pensiun wajib dan melakukan PKHT

X8 = hanya melakukan PKHT saja

X9 = hanya mengikuti program dana pensiun wajib saja

Tabel 1 Cara analisis data

No Variabel yang dianalisis Cara analisis data

1 Mengidentifikasi perilaku PKHT contoh Dianalisis secara deskriptif 2 Perbedaan pada karakteristik individu dan keluarga,

orientasi waktu, toleransi risiko, dan kesejahteraan

ekonomi subjektif pada keluarga usia pensiun PNS

dengan non PNS

Diuji dengan uji beda rata-

rata independent sample t-

test

3 Pengaruh antara riwayat pekerjaan, lama

pendidikan, orientasi waktu, dan toleransi risiko

terhadap melakukan PKHT

Diuji dengan uji regresi

logistic

4 Pengaruh antara riwayat pekerjaan, lama

pendidikan, pendapatan keluarga, jumlah

tanggungan, orientasi waktu, toleransi risiko, dan

PKHT terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif

Diuji dengan uji regresi

linier berganda

Page 23: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

11

11

Definisi Operasional

Keluarga usia pensiun adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan

perkawinan darah atau adopsi, terdiri dari suami, istri, dan anak-anak serta

anggota keluarga lainnya dengan suami dan atau istri termasuk ke dalam

usia pensiun (≥56 tahun ) dan telah mengalami pensiun

Contoh adalah suami atau istri yang telah memasuki usia pensiun (≥56 tahun),

memiliki riwayat pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan non

PNS (pegawai swasta, wiraswasta, dan pegawai BUMN), dan sudah

mengalami pensiun.

Karakteristik individu dan keluarga adalah segala informasi yang berkaitan

dengan identitas diri contoh dan keluarganya, seperti: nama, jenis kelamin,

usia, pekerjaan, lama pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan

keluarga, dan lama pernikahan.

Usia adalah lama hidup contoh yang dinyatakan dalam tahun.

Lama Pendidikan adalah lama contoh menempuh pendidikan formal yang

dinyatakan dalam tahun.

Riwayat Pekerjaan adalah jenis profesi terakhir contoh yang dibedakan menjadi

PNS atau non PNS.

Jumlah Tanggungan Keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga

yang masih tinggal bersama dan hidupnya masih menjadi tanggungan

kepala keluarga tersebut.

Pendapatan Keluarga adalah total pengeluaran yang dikeluarkan oleh keluarga

ditambah saving.

Orientasi Waktu adalah nilai yang dianut contoh terhadap sejauh mana dirinya

berfokus kepada masa depan atau masa sekarang.

Toleransi Risiko adalah pandangan contoh dalam menerima adanya risiko atau

ketidakpastian yang mungkin terjadi di masa mendatang yang terkait dalam

keputusan mengalokasikan uang.

Perencanaan Keuangan adalah proses pengelolaan keuangan/aset yang dimiliki

keluarga untuk mendapatkan kepuasan di masa mendatang.

Perencanaan Keuangan Hari Tua adalah segala upaya seperti menabung,

investasi, membeli asuransi, mengikuti program dana pensiun mandiri,

ataupun kombinasi dari keempatnya yang secara sengaja dan dilakukan

oleh contoh di masa lalu yang diharapkan untuk meningkatkan kualitas

hidup mereka disaat mereka sudah pensiun.

Kesejahteraan Ekonomi Subjektif adalah persepsi kepuasan keluarga usia

pensiun terhadap ekonomi yang dirasakan dan merasa tidak mengalami

kendala dalam pemenuhan pendidikan anak, belanja, dan dapat beraktivitas

tanpa khawatir akan mengganggu kondisi finansialnya.

Page 24: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

12

HASIL

Karakteristik Individu dan Keluarga

Lebih dari tiga per empat contoh PNS (81.8%) maupun non PNS (85.7%)

berjenis kelamin laki-laki. Usia contoh terkategori kedalam dewasa akhir dengan

total rata-rata usia contoh 60.9 tahun (Hurlock 1980). Berdasarkan uji beda tidak

ada perbedaan usia antara contoh PNS dengan non PNS. Lama pendidikan

contoh tergolong tinggi (≥12 tahun) dengan total rata-rata lama pendidikan 13.1

tahun. Uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada lama

pendidikan contoh PNS dengan non PNS, dengan rata-rata lama pendidikan

contoh PNS lebih lama (0.8 tahun) dibandingkan dengan contoh non PNS.

Tabel 2 Nilai rata-rata, standar deviasi, dan p-value karakteristik individu dan

keluarga berdasarkan riwayat pekerjaan

No Karakteristik individu

dan keluarga PNS Non PNS Total p-value

Rataan ± SD Rataan ± SD Rataan ± SD 1. Usia contoh (tahun) 61.5 ± 4.6 60.3 ± 4.7 60.9 ± 4.7 0.114 2. Lama pendidikan

contoh (tahun) 13.5 ± 2.3 12.7 ± 2.5 13.1 ± 2.4 0.045**

3. Lama pernikahan

(tahun) 33.9 ± 8.6 32.7 ± 6.8 33.4 ± 7.7 0.334

4. Jumlah tanggungan

keluarga (orang) 3.0 ± 1.1 3.0 ± 1.3 3.0 ± 1.2 0.121

5. Pendapatan keluarga

(Rp/bulan) 5 117 262.3 ±

2 532 680.1 4 666 235.9 ±

2 992 357.8 4 891 749.1 ±

2 772 237.2 0.314

Keterangan: ** signifikan pada p-value<0.05

Hasil selanjutnya menunjukkan, total rata-rata lama pernikahan keluarga

contoh adalah 33.4 tahun. Berdasarkan uji beda yang dilakukan tidak ada

perbedaan lama pernikahan antara contoh PNS dengan non PNS. Total rata-rata

jumlah tanggungan keluarga contoh 3.0 orang. Uji beda menyatakan tidak ada

perbedaan antara jumlah tanggungan antara contoh PNS dengan non PNS. Rata-

rata total pendapatan keluarga contoh PNS (Rp 5 117 262.3) lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata total pendapatan keluarga contoh non PNS (Rp 4

666 235.9). Namun, berdasarkan uji beda yang dilakukan tidak ada perbedaan

total pendapatan antara contoh PNS dengan non PNS (Tabel 2).

Orientasi Waktu

Hasil pada Tabel 3 menunjukkan, 76.0 persen contoh mempunyai skor

orientasi waktu yang tinggi. Skor orientasi waktu yang tinggi mencerminkan

bahwa contoh mempunyai orientasi pada masa depan (jangka panjang) daripada

masa sekarang. Berdasarkan jenis pekerjaan, contoh PNS mempunyai rataan skor

orientasi waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan contoh non PNS. Namun

demikian uji beda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada orientasi waktu

antara contoh PNS dengan non PNS (p>0.05).

Page 25: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

13

13

Tabel 3 Sebaran orientasi waktu masa depan contoh berdasarkan jenis

pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD

Orientasi waktu Jenis pekerjaan Total PNS Non PNS

n % n % n % Rendah (10-23) 2 2.6 1 1.3 3 2 Sedang (24-37) 13 16.9 21 27.3 34 22 Tinggi (38-50) 62 80.5 55 71.4 117 76 Total 77 100.0 77 100.0 154 100.0 Min - max 16 - 50 23 - 50 16 - 50 Rataan ± SD 42.0 ± 7.5 41.1 ± 7.2 41.5 ± 7.3 p-value 0.436

Toleransi Risiko

Toleransi risiko yang diukur dalam penelitian ini mengacu pada tingkat

risiko keuangan. Seseorang yang mempunyai toleransi risiko keuangan yang

tinggi (risk taker) menunjukkan sikap lebih berani memilih menginvestasikan

uangnya daripada menabung. Sementara, seseorang yang mempunyai toleransi

risiko keuangan rendah (risk averse) cenderung lebih suka menabungkan

uangnya untuk menghindari risiko dalam berinvestasi. Hasil penelitian

menunjukkan, 51.9 persen contoh memiliki skor toleransi risiko yang rendah.

Hal ini berarti, contoh lebih suka menabung daripada berinvestasi karena mereka

kurang berani dalam menghadapi risiko kehilangan keuangan.

Berdasarkan jenis pekerjaan, lebih dari separuh (58.4%) contoh PNS

mempunyai toleransi terhadap risiko yang rendah dan lebih dari separuh (50.6%)

contoh non PNS mempunyai toleransi terhadap risiko yang sedang. Hal ini

menyiratkan contoh non PNS cenderung risk taker dibandingkan dengan contoh

PNS yang tergolong risk averse. Pernyataan tersebut sejalan dengan uji beda

yang dilakukan karena terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) pada toleransi

risiko antara contoh PNS dengan non PNS, dimana skor rataan toleransi risiko

contoh non PNS lebih tinggi dibandingkan dengan contoh PNS. Hal ini berarti,

contoh non PNS lebih bersedia mempertimbangkan risiko tertentu dalam

mengalokasikan uangnya (Tabel 4).

Tabel 4 Sebaran toleransi risiko contoh berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min,

max, rataan ± SD

Toleransi risiko Jenis pekerjaan Total PNS Non PNS

n % n % n % Rendah (10-23) 45 58.4 35 45.5 80 51.9 Sedang (24-37) 31 40.3 39 50.6 70 45.5 Tinggi (38-50) 1 1.3 3 3.9 4 2.6

Total 77 100.0 77 100.0 154 100.0 Min - max 10 - 39 12 - 42 10 - 42 Rataan ± SD 22.7 ± 6.6 24.9 ± 6.9 23.7 ± 6.8 p-value 0.045** Keterangan: ** signifikan pada p-value <0.05

Page 26: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

14

Perencanaan Keuangan Hari Tua (PKHT)

Manurung dan Rizky (2009) mengatakan, untuk bisa mempunyai masa

pensiun yang menyenangkan dibutuhkan trade-off atau pengorbanan.

Pengorbanan yang dimaksud bisa merujuk pada perencanaan yang jelas dan

matang jika seseorang ingin mempunyai masa pensiun yang menyenangkan.

Hasil pada Tabel 5 menunjukkan, 60.4 persen contoh melakukan PKHT dengan

proporsi contoh non PNS lebih banyak 3.9 persen dibandingkan dengan contoh

PNS. Hal ini menandakan bahwa baik contoh PNS maupun non PNS telah

melakukan persiapan finansial untuk hari tua mereka. 39.6 persen contoh

mengaku tidak melakukan PKHT dalam mempersiapkan hari tuanya.

Berdasarkan hasil penggalian informasi, alasan yang dikemukakan contoh yang

tidak melakukan PKHT diantaranya adalah: tidak terpikirkan, hanya menjalani

hidup apa adanya, dan hanya mengandalkan dana pensiun pemerintah atau

pesangon perusahaan. Namun, alasan yang paling banyak dikemukakan contoh

adalah mempunyai gaji yang pas-pasan dan habis untuk keperluan anak dan

rumah tangga.

Hasil selanjutnya menunjukkan, 70.8 persen contoh mengaku ikut

program dana pensiun wajib. Program dana pensiun wajib adalah program dana

pensiun yang diberikan pemberi kerja kepada pegawainya. Program dana pensiun

wajib bagi contoh PNS berupa Taspen (Tabungan dan Asuransi Pensiun),

sementara program dana pensiun wajib bagi contoh non PNS berupa Jamsostek

atau program dana pensiun wajib yang dibuat oleh perusahaannya. Peraturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 2013 mengenai asuransi sosial PNS menyebutkan

bahwa semua instansi pemerintah, baik di pusat maupun di daerah wajib

memotong penghasilan bulanan PNS.8 Pemotongan penghasilan tersebut

dimaksudkan untuk iuran pensiun dan hari tua sehingga, tidak ada contoh PNS

yang tidak mengikuti dana pensiun wajib. Lain halnya dengan contoh PNS,

sebanyak 58.4 persen contoh non PNS mengaku tidak mengikuti program dana

pensiun wajib karena, ada atau tidaknya program dana pensiun wajib tergantung

dari kebijakan perusahaan tempatnya bekerja.

Tabel 5 Sebaran partisipasi PKHT dan keikutsertaan program dana pensiun

wajib contoh berdasarkan jenis pekerjaan

PKHT dan program dana pensiun

wajib contoh Riwayat pekerjaan Total

PNS Non PNS n % n % n %

PKHT Melakukan 45 58.4 48 62.3 93 60.4 Tidak melakukan 32 41.6 29 37.7 61 39.6 Total 77 100.0 77 100.0 154 100.0

Program dana pensiun wajib Ikut 77 100.0 32 41.6 109 70.8 Tidak ikut 0 0.0 45 58.4 45 29.2 Total 77 100.0 77 100.0 154 100.0

8 PNS Wajib Bayar Iuran Dana Pensiun 8% per Bulan dalam http://www.bpk.go.id/web [11 Januari 2014]

Page 27: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

15

15

Usia Melakukan PKHT. Usia contoh saat mulai melakukan PKHT

beragam. Namun, usia 20-30 mendominasi contoh PNS maupun non PNS dalam

melakukan PKHT (74.2%) (Tabel 6). Usia 20an sampai dengan 30an merupakan

usia yang tepat untuk memulai melakukan perencanaan keuangan hari tua.

Menurut Dan Kadlec, seseorang pada usia 20an harus mempunyai pengelolaan

uang yang baik dan memulai merencanakan tujuan jangka panjangnya.

Selanjutnya, perencanaan keuangan hari tua harus mulai serius dilakukan pada

usia 30an, karena pada usia ini merupakan usia yang sangat tepat untuk memulai

merencanakan keuangan masa depan.9

Tabel 6 Sebaran usia contoh dalam melakukan PKHT berdasarkan jenis

pekerjaan

Usia melakukan PKHT Jenis pekerjaan Total PNS Non PNS

n % n % n % Usia 20an 14 31.1 18 37.5 32 34.4 Usia 30an 22 48.9 15 31.3 37 39.8 Usia 40an 4 8.9 10 20.8 14 15.0 Usia 50an 5 11.1 5 10.4 10 10.8 Total 45 100.0 48 100.0 93 100.0

Bentuk PKHT. PKHT dalam bentuk menabung saja menjadi pilihan

yang paling banyak dilakukan oleh contoh dalam merencanakan hari tuanya,

dengan proporsi mencapai 72.0 persen. PKHT dapat juga dilakukan dengan

mengkombinasikan beberapa bentuk PKHT. Sebanyak 23.7 persen contoh yang

melakukan PKHT mengaku melakukan dua atau lebih bentuk perencanaan dalam

lebih mempersiapkan hari tuanya, dengan proporsi keluarga usia pensiun non

PNS lebih tinggi 7.1 persen dibandingkan dengan keluarga usia pensiun PNS

(Tabel 7).

Tabel 7 Sebaran bentuk PKHT contoh berdasarkan jenis pekerjaan

Bentuk PKHT Jenis pekerjaan Total PNS Non PNS

n % n % n % Menabung saja 32 71.1 35 72.9 67 72.0 Investasi saja 3 6.7 0 0.0 3 3.2 Asuransi saja 1 2.2 0 0.0 1 1.1 Melakukan dua atau lebih perencanaan 9 20.0 13 27.1 22 23.7 Total 45 100.0 48 100.0 93 100.0

9 Planning For Retiremet at Any Age dalam http://www.content.time.com [12 Maret 2013]

Page 28: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

16

Menabung. Menabung merupakan kegiatan menyisihkan sebagian

pendapatan aktual untuk dikonsumsi di masa depan. Selain itu, menabung juga

merupakan salah satu cara bagi keluarga untuk bertahan secara ekonomi dan

menghadapi ketidakpastian. Hasil dari Tabel 8 menunjukkan, lebih dari tiga per

empat (76.1%) contoh yang melakukan PKHT dengan cara menabung mengaku

hanya mempunyai satu jenis tabungan saja dan tabungan di bank adalah jenis

tabungan yang paling banyak dipilih (76.4%).

Secara keseluruhan (88.6%) baik contoh PNS maupun non PNS mengaku

rutin dalam menabungkan uangnya, dengan persentase frekuensi menabung yang

paling dominan dilakukan adalah setiap bulan (73.9%). Rata-rata uang yang

ditabungkan per bulan oleh contoh sangat beragam. Persentase terbesar contoh

PNS (39.0%) dan contoh non PNS (44.7%) mengaku menabungkan uangnya

untuk PKHT pada rentang Rp 300 001-500 000/bulannya. Persentase contoh non

PNS yang menabungkan uangnya pada rentang >Rp 900 000/bulan lebih banyak

14.0 persen dibandingkan contoh PNS. Sebesar hampir empat per lima (79.54%)

contoh PNS maupun non PNS memilih menabung sebagai PKHT karena

menganggap menabung lebih aman daripada berinvestasi.

Investasi. Investasi adalah suatu kegiatan penempatan dana dengan

bentuk-bentuk kekayaan lain selama periode tertentu, dengan harapan

memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi (Hartoyo & Johan

2009). Hasil dari Tabel 9 menunjukkan, lebih dari tiga per empat (87.5%) contoh

PNS dan hampir tiga per empat (72.7%) contoh non PNS yang melakukan PKHT

dengan cara investasi mengaku hanya mempunyai satu jenis investasi saja.

Investasi dengan jenis properti merupakan investasi yang paling banyak

dilakukan (63.6%) oleh contoh dalam rangka PKHT. Jenis investasi keluarga

contoh non PNS lebih beragam daripada contoh PNS. Contoh non PNS mengaku

berinvestasi pada saham, mata uang asing, emas/perhiasan dan properti.

Sementara, contoh PNS hanya berinvestasi pada emas/perhiasan dan properti.

Persentase terbesar (37.5%) dari contoh PNS mengaku menginvestasikan

21-30% uangnya dalam PKHT, sementara persentase terbesar (54.5%) dari

contoh non PNS hanya menginvestasikan 1-10% uangnya dalam PKHT. Alasan

yang paling banyak dikemukakan oleh contoh dalam memilih berinvestasi

sebagai PKHT adalah, karena tingkat pengembaliannya besar (42.1%) dan ingin

menghindari jatuhnya nilai mata uang (42.1%).

Page 29: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

17

17

Tabel 8 Sebaran jumlah dan jenis tabungan, intensitas dan frekuensi menabung,

jumlah uang yang ditabungkan per bulan, dan alasan memilih

menabung contoh berdasarkan jenis pekerjaan

PKHT dalam bentuk menabung Jenis pekerjaan Total

PNS Non PNS

n % n % n % Jumlah tabungan

Mempunyai satu jenis tabungan 32 78.0 35 74.5 67 76.1 Mempunyai dua atau lebih jenis

tabungan 9 22.0 12 25.5 21 23.9

Total 41 100.0 47 100.0 88 100.0 Jenis tabungan* Tabungan di bank 40 76.9 44 75.9 84 76.4 Tabungan di koperasi 4 7.7 2 3.4 6 5.4 Tabungan di rumah 1 1.9 2 3.4 3 2.7 Arisan 4 7.7 3 5.2 7 6.4 Tanah 3 5.8 7 12.1 10 9.1 Total 52 100.0 58 100.0 110 100.0 Intensitas Rutin 37 90.2 41 87.2 78 88.6 Tidak rutin 4 9.8 6 12.8 10 11.4 Total 41 100.0 47 100.0 88 100.0 Frekuensi Setiap hari 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Setiap minggu 3 7.3 0 0.0 3 3.4 Setiap bulan 30 73.2 35 74.5 65 73.9 Setiap tahun 0 0.0 2 4.2 2 2.3 Tidak tentu 8 19.5 10 21.3 18 20.4 Total 41 100.0 47 100.0 88 100.0 Rata-rata uang yang ditabungkan

per bulan

< 100 000 2 4.9 7 14.9 9 10.2 100 000-300 000 15 36.6 7 14.9 22 25.0 300 001-500 000 16 39.0 21 44.7 37 42.0 500 001-700 000 4 9.8 1 2.1 5 5.7 700 001-900 000 1 2.4 1 2.1 2 2.3 > 900 000 3 7.3 10 21.3 13 14.8 Total 41 100.0 47 100.0 88 100.0 Alasan menabung Menabung lebih aman 32 78.0 38 80.8 70 79.5 Sudah cukup dengan tabungan 4 9.8 3 6.4 7 8.0 Investasi terlalu sulit dipahami 2 4.9 3 6.4 5 5.7 Mudah diambil 3 7.3 3 6.4 6 6.8 Total 41 100.0 47 100.0 88 100.0 jawaban boleh lebih dari satu

Page 30: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

18

Tabel 9 Sebaran jumlah dan jenis investasi, persentase uang yang

diinvestasikan, dan alasan memilih investasi contoh berdasarkan jenis

pekerjaan

PKHT dalam bentuk investasi Jenis pekerjaan Total

PNS Non PNS

n % n % n %

Jumlah investasi Mempunyai satu jenis investasi 7 87.5 8 72.7 15 78.9 Mempunyai dua atau lebih jenis investasi 1 12.5 3 27.3 4 21.1 Total 8 100.0 11 100.0 19 100.0

Jenis investasi* Reksadana 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Obligasi 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Saham 0 0.0 3 23.1 3 13.6 Mata uang asing 0 0.0 1 7.7 1 4.6 Emas/perhisan lainnya 1 11.1 3 23.1 4 18.2 Properti 8 88.9 6 46.1 14 63.6 Total 9 100.0 13 100.0 22 100.0

Persentase uang yang diinvestasikan 1-10% 1 12.5 6 54.5 7 36.8 11-20% 1 12.5 2 18.2 3 15.8

21-30% 3 37.5 2 18.2 5 26.3

31-40% 2 25.0 1 9.1 3 15.8 >40% 1 12.5 0 0.0 1 5.3 Total 8 100.0 11 100.0 19 100.0

Alasan berinvestasi Tingkat pengembalian besar 2 25.0 6 54.5 8 42.1 Senang berinvestasi 1 12.5 2 18.2 3 15.8 Menghindari jatuhnya nilai mata uang 5 62.5 3 27.3 8 42.1 Total 8 100.0 11 100.0 19 100.0 jawaban boleh lebih dari satu

Asuransi. Senduk (1999) mengatakan bahwa program asuransi hari tua

merupakan program asuransi jiwa yang dikemas dengan nama perlindungan hari

tua atau asuransi pensiun. Senduk juga menambahkan, bahwa prinsip dari

program ini adalah memberikan dana tunai kepada pembeli asuransi pada umur

tertentu kelak (pemberian dana bisa sekali atau beberapa kali tergantung

kesepakatan pembeli).

Seluruh (100.0%) contoh PNS maupun non PNS yang melakukan PKHT

dengan membeli asuransi, hanya mempunyai satu bentuk asuransi saja. Asuransi

yang banyak dimiliki oleh keluarga usia pensiun PNS maupun non PNS dalam

melakukan PKHT adalah asuransi jiwa (87.5%). Hanya sebesar 12.5 persen yang

spesifik mempunyai asuransi dana pensiun.

Jumlah polis yang dimiliki oleh contoh beragam, namun sebanyak empat

per lima (80.0%) contoh PNS dan dua per tiga (66.7%) contoh non PNS

mengaku hanya memiliki 1-2 polis asuransi. Selanjutnya, sebesar tiga per empat

(75.0%) contoh mengaku telah membayarkan premi pada rentang ≤Rp 4 000 000

setiap tahunnya (Tabel 10).

Page 31: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

19

19

Tabel 10 Sebaran jumlah dan jenis asuransi, jumlah polis yang dimiliki, dan

premi yang dibayarkan contoh setiap tahunnya berdasarkan jenis

pekerjaan

PKHT dalam bentuk asuransi Jenis pekerjaan Total

PNS Non PNS

n % n % n %

Jumlah asuransi Mempunyai satu jenis asuransi 5 100.0 3 100.0 8 100.0 Mempunyai dua atau lebih jenis asuransi 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 5 100.0 3 100.0 8 100.0

Jenis asuransi* Asuransi jiwa 4 80.0 3 100.0 7 87.5 Asuransi dana pensiun 1 20.0 0 0.0 1 12.5 Total 5 100.0 3 100.0 8 100.0

Jumlah polis yang dimiliki 1-2 4 80.0 2 66.7 6 75.0 3-4 1 20.0 0 0.0 1 12.5 >4 0 0.0 1 33.3 1 12.5 Total 5 100.0 3 100.0 8 100.0

Premi yang dibayarkan tiap tahun ≤ Rp 4 000 000 3 60.0 3 100.0 6 75.0 Rp 4 000 001 - < Rp 10 000 000 1 20.0 0 0.0 1 12.5 Rp 10 000 001 - < Rp 20 000 000 1 20.0 0 0.0 1 12.5 Rp > 20 000 000 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 5 100.0 3 100.0 8 100.0 jawaban boleh lebih dari satu

Program Dana Pensiun. Program pensiun adalah program yang khusus

disediakan untuk mempersiapkan tabungan masa tua. Tan (2010) mengemukakan

bahwa saat ini program dana pensiun di Indonesia disediakan oleh dua pihak,

yaitu: 1) Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK), yakni program dana pensiun

yang diberikan perusahaan/pemberi kerja untuk karyawannya, 2) Dana Pensiun

Lembaga Keuangan (DPLK), yakni program rencana pensiun yang ditawarkan

oleh perusahaan asuransi atau bank. Program ini diikuti oleh inisiatif dari

individu itu sendiri, dan bukan disediakan oleh perusahaan.

Hasil pada Tabel 11 menunjukkan, hanya sebesar 1.1 persen contoh yang

mengaku ikut program dana pensiun secara mandiri sisanya, 98.9 persen contoh

mengaku tidak mengikuti program dana pensiun secara mandiri. Hal ini

dikarenakan, mereka sudah mengikuti program dana pensiun wajib dari tempat

dirinya bekerja.

Tabel 11 Sebaran keikutsertaan contoh mengikuti program dana pensiun diluar

program dana pensiun wajib (DPLK) berdasarkan jenis pekerjaan

Program dana pensiun yang diikuti

secara mandiri Jenis pekerjaan Total

PNS Non PNS n % n % n %

Ikut 0 0.0 1 2.0 1 1.1 Tidak ikut 45 100.0 47 98.0 92 98.9 Total 45 100.0 48 100.0 93 100.0

Page 32: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

20

Kesejahteraan Ekonomi Subjektif

Hasil pada Tabel 12 menunjukkan bahwa, 87.0 persen keluarga usia

pensiun terkategori mempunyai kesejahteraan ekonomi subjektif yang sedang.

Hal ini menandakan bahwa keluarga usia pensiun mengaku sudah merasa cukup

puas dengan keadaan ekonomi setelah pensiun namun mengalami sedikit kendala

dalam pemenuhan aktivitas yang dapat mengganggu keuangan keluarga

(Lampiran 3). Berdasarkan jenis pekerjaan, contoh PNS mempunyai rataan skor

kesejahteraan ekonomi subjektif sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan contoh

non PNS. Namun demikian uji beda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

pada kesejahteraan ekonomi subjektif antara contoh PNS dengan non PNS

(p>0.05).

Tabel 12 Sebaran tingkat kesejahteraan ekonomi subjektif keluarga usia

pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD

Tingkat kesejahteraan

ekonomi subjektif Jenis pekerjaan Total

PNS Non PNS n % n % n %

Rendah (10-23) 5 6.5 7 9.1 12 7.8

Sedang (24-37) 70 90.9 64 83.1 134 87.0

Tinggi (38-50) 2 2.6 6 7.8 8 5.2

Total 77 100.0 77 100.0 154 100.0 Min - max 17 - 46 17 - 47 17 - 47 Rataan ± SD 29.8 ± 4.7 29.3 ± 5.4 29.5 ± 5.0 p-value 0.464

Pengaruh Riwayat Pekerjaan, Lama Pendidikan, Orientasi Waktu dan

Toleransi Risiko terhadap Melakukan PKHT

Hasil dari Tabel 13 menunjukkan bahwa model yang dibangun untuk

menganalisis pengaruh riwayat pekerjaan, lama pendidikan, orientasi waktu, dan

toleransi risiko terhadap melakukan PKHT memiliki koefisien determinasi

(Nagelkerke R Square) sebesar 0.159. Angka ini menunjukkan bahwa model

yang dibangun hanya dapat menjelaskan sebesar 15.9 persen pengaruh riwayat

pekerjaan, lama pendidikan, orientasi waktu, dan toleransi risiko terhadap

melakukan PKHT. Sementara itu, 84.1 persen lainnya dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hasil analisis regresi menunjukkan, variabel orientasi waktu yang diukur

dengan skor berpengaruh signifikan terhadap melakukan PKHT. Setiap kenaikan

satu skor orientasi waktu, orang usia pensiun berpeluang 1.1 kali untuk

melakukan PKHT. Hal ini berarti, semakin orang usia pensiun berfokus pada

masa depan berpeluang dalam melakukan PKHT untuk mempersiapkan hari

tuanya.

Variabel riwayat pekerjaan berpengaruh tidak signikan terhadap

melakukan PKHT, sehingga memiliki pekerjaan sebagai PNS ataupun non PNS

tidak memengaruhi orang usia pensiun dalam melakukan PKHT. Seperti yang

kita ketahui besar kecilnya pendapatan seseorang dapat dilihat dari jenis

pekerjaannya. Seseorang yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi akan dapat

Page 33: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

21

21

memenuhi kebutuhan keluarga pada masa kini sehingga dirinya bisa memikirkan

kebutuhan masa depan. Oleh karena itu, jenis pekerjaan yang menghasilkan

pendapatan yang tinggi akan memungkinkan seseorang melakukan PKHT.

Lama pendidikan juga ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap melakukan PKHT. Hal ini berarti semakin lama orang usia pensiun

duduk dibangku sekolah tidak menjamin orang tersebut melakukan PKHT untuk

hari tuanya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya pendidikan formal di

Indonesia yang mengajarkan mengenai perencanaan hari tua.

Toleransi risiko juga berpengaruh tidak signifikan terhadap melakukan

PKHT sehingga, orang usia pensiun yang mempunyai toleransi risiko yang tinggi

tidak serta merta akan melakukan PKHT. Hal ini mungkin disebabkan karena

orang yang mempunyai toleransi risiko tinggi adalah orang yang berani

menerima ketidakpastian, sehingga mereka akan beranggapan bahwa membuat

PKHT merupakan suatu kegiatan yang tidak perlu.

Tabel 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan, orientasi

waktu, dan toleransi risiko terhadap melakukan PKHT

Variabel independen Melakukan PKHT (1=ya, 0=tidak)

B Exp(B)

Konstanta -5.989 0.003

Riwayat pekerjaan (1=PNS, 0=non PNS) 0.238 1.269

Lama pendidikan (tahun) 0.063 1.065

Orientasi waktu (skor) 0.102*** 1.107

Toleransi risiko (skor) 0.044 1.045

Chi-square 11.805

Nagelkerke R2

0.159

Keterangan: ***signifikan pada p<0.01

Pengaruh Riwayat Pekerjaan, Lama Pendidikan, Pendapatan

Keluarga, Jumlah Tanggungan, Orientasi Waktu, Toleransi Risiko, dan

PKHT terhadap Kesejahteraan Ekonomi Subjektif

Model regresi yang dibangun dengan variabel bebas yang terdiri dari

riwayat pekerjaan, lama pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan keluarga,

orientasi waktu, toleransi risiko, dan PKHT terhadap kesejahteraan ekonomi

subjektif hanya dapat menjelaskan sebesar 25.5 persen (R2=0.255). Sisanya,

sebesar 74.5 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model tersebut. Hal ini

menandakan bahwa banyak faktor lain yang dapat memengaruhi kesejahteraan

ekonomi subjektif keluarga.

Seperti terlihat pada Tabel 14, variabel kesejahteraan ekonomi subjektif

(skor) dipengaruhi secara signifikan oleh pendapatan keluarga, orientasi waktu,

toleransi risiko, dan PKHT. Sementara itu, variabel riwayat pekerjaan, lama

pendidikan, dan jumlah tanggungan berpengaruh tidak signifikan terhadap

variabel kesejahteraan ekonomi subjektif.

Page 34: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

22

Tabel 14 Nilai koefisien regresi linier riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, orientasi waktu, toleransi

risiko, dan PKHT terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif

Variabel independen Koefisien β

b Beta

Konstanta 16.600

Riwayat pekerjaan (1=PNS, 0=non PNS) -0.175 -0.017

Lama pendidikan (tahun) -0.029 -0.014

Pendapatan keluarga (rupiah) 3.429E-7 0.188**

Jumlah tanggungan (orang) -0.076 -0.018

Orientasi waktu (skor) 0.177 0.257***

Toleransi risiko (skor) 0.107 0.145*

D1 (1= mengikuti program dana pensiun wajib dan

melakukan PKHT; 0=lainnya)

3.332 0.329**

D2 (1= hanya melakukan PKHT saja; 0=lainnya) 2.879 0.215**

D3 (1= hanya mengikuti program dana pensiun wajib saja;

0=lainnya)

1.150 0.102

F 5.464

R 0.505

R2 0.255

Keterangan: *signifikan pada p<0.1; **signifikan pada p<0.05; ***signifikan pada p<0.01

Pendapatan keluarga yang diukur dengan rupiah berpengaruh signifikan

terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif (b=3.429E-7). Hal ini berarti setiap

kenaikan satu juta rupiah pada pendapatan keluarga akan meningkatkan skor

kesejahteraan ekonomi subjektif sebesar 0.3429 poin. Hal ini menandakan bahwa

kesejahteraan ekonomi subjektif keluarga usia pensiun masih sangat sensitif

dipengaruhi oleh pendapatan keluarganya sehingga, semakin tinggi pendapatan

keluarga maka semakin tinggi pula kesejahteraan ekonomi subjektifnya.

Variabel orientasi waktu yang diukur dengan skor berpengaruh signifikan

terhadap variabel kesejahteraan ekonomi subjektif (b=0.177). Hal ini berarti

setiap kenaikan satu skor orientasi waktu akan meningkatkan skor kesejahteraan

ekonomi subjektif sebesar 0.177 poin. Hal ini menandakan bahwa orang usia

pensiun yang memiliki skor orientasi waktu masa depan lebih tinggi atau

mempunyai fokus mengenai masa depan, maka keluarganya akan memiliki

kesejahteraan ekonomi subjektif yang tinggi pula.

Variabel toleransi risiko yang diukur dengan skor berpengaruh signifikan

terhadap variabel kesejahteraan ekonomi subjektif (b=0.107). Hal ini berarti

setiap kenaikan satu skor toleransi risiko akan meningkatkan skor kesejahteraan

ekonomi subjektif sebesar 0.107 poin. Hal ini menandakan bahwa orang usia

pensiun yang memiliki skor toleransi risiko lebih tinggi maka akan memiliki

kesejahteraan ekonomi subjektif yang tinggi pula karena, orang yang mempunyai

toleransi risiko yang lebih tinggi akan berani menginvetasikan uangnya daripada

ditabung. Berdasarkan konsep investasi yang high risk high return, orang yang

berinvestasi maka akan memiliki pengembalian yang lebih tinggi daripada orang

yang menabung.

Variabel D1 memiliki pengaruh yang besar terhadap kesejahteraan

ekonomi subjektif keluarga karena memiliki nilai Beta tertinggi, yakni sebesar

0.329. Hal ini berarti, semakin orang usia pensiun mempersiapkan masa tuanya

Page 35: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

23

23

(melakukan PKHT) walaupun sudah mengikuti dana pensiun wajib maka

keluarganya akan mempunyai kesejahteraan ekonomi subjektif yang lebih baik

ketika pensiun. Selain itu, variabel D2 juga berpengaruh signifikan terhadap

kesejahteraan ekonomi subjektif. Hal ini berarti, orang usia pensiun yang

melakukan PKHT saja dalam mempersiapkan hari tuanya mempunyai

kesejahteraan ekonomi subjektif yang lebih baik jika dibandingkan dengan orang

usia pensiun yang tidak melakukan PKHT dan tidak ikut program pensiun wajib.

Variabel riwayat pekerjaan berpengaruh tidak signifikan terhadap

kesejahteraan ekonomi subjektif keluarga, sehingga memiliki pekerjaan sebagai

PNS ataupun non PNS tidak memengaruhi kepuasan keluarga usia pensiun

terhadap ekonominya setelah pensiun. Variabel lama pendidikan juga tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif

keluarga. Hal ini berarti semakin lama orang usia pensiun duduk dibangku

sekolah tidak menjamin keluarganya mempunyai kepuasan ekonomi lebih tinggi.

Walaupun seperti yang kita ketahui, seseorang yang mempunyai pendidikan yang

tinggi akan meningkatkan kesempatannya untuk mendapatkan pekerjaan yang

lebih baik sehingga, dapat meningkatkan kondisi finansial keluarga dan

mengantarkan keluarganya kepada kepuasan.

Jumlah tanggungan sebuah keluarga ternyata juga berpengaruh tidak

signifikan terhadap kepuasan keluarga terhadap kondisi ekonomi setelah pensiun.

Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar contoh tergolong keluarga yang

sudah pensiun. Seperti yang diketahui, keluarga yang pensiun sudah pensiun

akan mengalami penurunan finansial karena dirinya sudah tidak lagi bekerja dan

mendapatkan upah seperti saat produktif. Hal ini berarti, walaupun jumlah

tanggungan berkurang kondisi finansial keluarga juga mengalami penurunan

sehingga dapat menyebabkan ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi.

PEMBAHASAN

Perencanaan yang matang dibutuhkan jika seseorang ingin mempunyai

masa pensiun yang menyenangkan. Dalam manajemen keuangan, perencanaan

hari tua merupakan bagian paling penting untuk kesejahteraan hari tua sehingga

perlu untuk diprioritaskan (Hartoyo & Johan 2009). Berdasarkan hasil penelitian

ini, contoh dengan riwayat pekerjaan PNS bisa dibilang lebih terjamin kehidupan

pensiunnya daripada contoh dengan riwayat pekerjaan non PNS. Hal ini terlihat

pada pendapatan keluarga contoh PNS yang lebih tinggi daripada contoh non

PNS (Tabel 2). Hal ini dikarenakan, contoh PNS mempunyai tunjangan pensiun

per bulan karena telah mengikuti program dana pensiun wajib dari pemerintah

berupa Taspen (Tabungan dan Asuransi Pensiun). Oleh karena itu, di Indonesia

PKHT perlu mendapat perhatian terlebih bagi pekerja non PNS karena saat

pensiun dirinya tidak mendapat tunjangan pensiun per bulan seperti yang di

dapat oleh pensiunan PNS.

Hasil penelitian ini menunjukkan, sebanyak 60.4 persen contoh telah

melakukan PKHT dan sisanya 39.6 persen mengaku tidak melakukan PKHT.

Usia contoh PNS maupun contoh non PNS saat mulai melakukan PKHT

beragam, namun didominasi (74.2%) pada rentang usia 20-30an. Hal ini

Page 36: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

24

merupakan temuan positif, karena keluarga usia pensiun memiliki kesadaran

yang tinggi akan pentingnya membuat PKHT.

Pada dasarnya PKHT dapat dilakukan dengan berbagai cara. Senduk

(1999) mengatakan bahwa PKHT dapat dilakukan dengan menyisihkan sebagian

aset dalam bentuk tabungan, berinvestasi, membeli asuransi, atau mengikuti

program dana pensiun. Berdasarkan hasil penelitian, menabung merupakan

bentuk PKHT yang paling banyak dipilih oleh contoh (72.0%) dengan tabungan

di bank adalah jenis tabungan yang paling banyak dipilih (76.4%). Hasil ini

sejalan dengan survei yang dilakukan terhadap investor di Indonesia yang

menunjukkan bahwa, kebanyakan orang Indonesia menyadari pentingnya

membuat perencanaan hari tua namun mereka masih mengandalkan tabungan

atau deposito (Manulife Investors Sentiment Index 2013).

Menabung menjadi bentuk PKHT yang paling digemari karena contoh

menganggap menabung lebih aman daripada berinvestasi (Tabel 8). Keputusan

menabungkan uang di bank dalam rangka PKHT menjadi kurang tepat karena

tabungan mempunyai bunga yang lebih rendah daripada tingkat inflasi sehingga,

jika menabungkan sejumlah uang dalam jangka waktu yang lama maka nilai

uang tersbut akan menjadi turun seiring dengan laju inflasi yang semakin

meningkat tiap tahunnya. Keunggulan tabungan yang menawarkan keamanan,

uang kembali utuh, dan dapat diambil kapan saja menjadi pilihan contoh karena

sejalan dengan skor toleransi risiko contoh contoh berada pada toleransi risiko

yang rendah (51.9%). Grable dan Lytton (2003) menyatakan, seseorang dengan

toleransi risiko yang rendah dilaporkan memegang lebih banyak sekuritas

berpenghasilan tetap dan uang tunai.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya variabel orientasi waktu

saja yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap melakukan PKHT,

sementara variabel riwayat pekerjaan, lama pendidikan, dan toleransi risiko

berpengaruh tidak signifikan. Lama pendidikan tidak berpengaruh signifikan

terhadap melakukan PKHT. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian di Amerika

yang mengemukakan bahwa tingkat pendidikan memengaruhi seseorang dalam

mempersiapkan pensiun (Lusardi 2003; Joo & Grable 2005). Folk et al (2012)

dalam penelitiannya juga menyebutkan, semakin beredukasi orang Malaysia

maka semakin mereka mempersiapkan pensiun. Hal ini menandakan bahwa

kesadaran orang Indonesia melakukan PKHT tidak dipengaruhi oleh lama

pendidikan.

Toleransi risiko tidak berpengaruh signifikan terhadap melakukan PKHT

sehingga, seseorang dengan toleransi risiko yang lebih tinggi tidak serta merta

dapat meningkatkan peluang untuk melakukan PKHT. Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian di Amerika yang menunjukkan tingginya toleransi

risiko seseorang berhubungan dengan profil menabung yang agresif (Jacobs-

Lawson & Hershey 2005). Hal ini berarti di Indonesia, orang yang mempunyai

toleransi risiko tinggi ternyata tidak melakukan PKHT karena mungkin mereka

akan beranggapan bahwa mempersiapkan masa tua dengan cara berinvestasi

dapat dilakukan nanti. Karena pada dasarnya seseorang dengan toleransi risiko

yang tinggi adalah orang yang siap menerima ketidakpastian.

Orientasi waktu mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung

terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif keluarga. Hasil regresi menunjukkan

bahwa orientasi waktu berpengaruh sangat signifikan (p<0.01) terhadap

Page 37: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

25

25

melakukan PKHT dan kesejahteraan ekonomi subjektif keluarga. Hershey dan

Mowen (2000) mengatakan, orientasi waktu kepada masa depan yang tinggi

tidak hanya berpengaruh pada keterlibatan seseorang pada proses perencanaan

keuangan tetapi juga berpengaruh langsung terhadap persiapan finansial saat

pensiun. Hal ini berarti, bahwa seseorang yang berorientasi kepada masa depan

akan berpeluang melakukan PKHT yang pada akhirnya akan membawa

keluarganya mencapai kepuasan ekonomi yang lebih baik saat pensiun.

Kesejahteraan ekonomi subjektif keluarga usia pensiun diketahui secara

signifikan dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, orientasi waktu, toleransi risiko,

dan melakukan PKHT. Lama pendidikan tidak menunjukkan pengaruh yang

signifikan terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif. Temuan ini tidak sejalan

dengan Blanchflower dan Oswald (2001) yang melaporkan bahwa kesejahteraan

dilaporkan lebih tinggi pada seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi.

Seseorang dengan pendidikan yang tinggi memungkinkan dirinya dapat

mengelola sumberdaya keluarganya dengan lebih baik sehingga, akan

meningkatkan peluang untuk sejahtera.

Jumlah tanggungan juga berpengaruh tidak signifikan terhadap

kesejahteraan ekonomi subjektif. Namun ada kecenderungan dimana semakin

sedikit jumlah tanggungan ketika pensiun akan meningkatkan kepuasan terhadap

kesejahteraan ekonomi subjektif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hartoyo

dan Aniri (2010) yang menyebutkan bahwa keluarga dengan jumlah anggota

yang lebih banyak memiliki beban kebutuhan yang lebih besar sehingga, peluang

untuk sejahtera menjadi lebih kecil.

Pendapatan dan kekayaan merupakan komponen penting dari

kesejahteraan individu (OECD 2011). Hayo dan Seifert (2002) dalam

penelitiannya mengatakan, kekayaan materi dan pendapatan akan meningkatkan

kesejahteraan ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pendapatan

keluarga berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif.

Hal ini menegaskan bahwa orang Indonesia masih sangat sensitif terhadap

pendapatan sehingga, semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin puas

kesejahteraan ekonominya.

PKHT mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesejahteraan ekonomi

subjektif (p<0.01). Hal ini sejalan dengan pernyataan Panis (2003) bahwa

seseorang yang melakukan perencanaan keuangan ketika masih bekerja lebih

mungkin mengalami kepuasan ketika pensiun daripada mereka yang tidak

merencanakan, walaupun pendapatan rumah tangganya cenderung konstan.

Selain itu, hasil penelitian Lusardi (2003) juga menambahkan bahwa, rumah

tangga yang tidak mempunyai perencanaan untuk pensiun berakhir dengan

memiliki tabungan jauh lebih rendah daripada rumah tangga yang memiliki

pemikiran (sedikit atau banyak) tentang pensiun.

Toleransi risiko memengaruhi seseorang dalam keputusannya

mengalokasikan aset (Grable & Lytton 2003; Gilliam et al 2010). Sikap terhadap

risiko juga merupakan faktor penentu dari akumulasi aset pensiun (Hariharan et

al 2000). Dalam penelitian ini, toleransi risiko menunjukkan pengaruh positif

signifikan terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif. Hasil ini sejalan dengan

hasil penelitian Finke dan Huston (2003) yang menggunakan data Survey of

Consumer Finances dari tahun 1998 yang menunjukkan bahwa, kesediaan

Page 38: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

26

mengambil risiko keuangan berhubungan secara signifikan dengan kekayaan

bersih yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil uji beda, variabel lama pendidikan menunjukkan

perbedaan yang nyata (p<0.05) antara contoh PNS dengan non PNS. Contoh

PNS mempunyai lama pendidikan yang lebih lama dibandingkan dengan contoh

non PNS. Jika dilihat dari pendapatan keluarga, contoh PNS mempunyai rata-rata

pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan contoh non PNS walaupun

tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Hartoyo dan Aniri (2010) yang mengatakan, semakin tinggi tingkat pendidikan

memberikan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang

tinggi sehingga, dapat meningkatkan status ekonomi keluarga.

Variabel toleransi risiko juga menunjukkan perbedaan yang nyata

(p<0.05) antara contoh PNS dengan non PNS. Contoh PNS mempunyai toleransi

risiko yang lebih rendah daripada contoh non PNS. Hal ini sejalan dengan

pendapat Bellante dan Link (1981) yang menyebutkan bahwa orang yang

mempunyai kecenderungan menghindari risiko tertarik untuk memilih bekerja

disektor publik daripada di swasta. Bonin et al (2007) menambahkan, bekerja di

sektor publik menyiratkan secara signifikan mempunyai risiko lebih rendah

daripada bekerja di swasta. Hal ini dapat dijelaskan karena perusahaan swasta

lebih rentan mengalami likuidasi dan PHK sehingga, risiko bekerja di sektor

swasta lebih tinggi.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pengambilan contoh yang

dilakukan secara purposive sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisir.

Kecilnya nilai Nagelkerke R2

dan R2

pada model regresi juga menandakan bahwa

banyak faktor lain yang dapat memengaruhi variabel independen yang tidak

diteliti dalam penelitian ini. Kekurangan penelitian ini juga terletak pada

instrumen yang digunakan, karena kuesioner yang digunakan merupakan

pengembangan awal sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Persentase orang usia pensiun yang melakukan PKHT dalam menyambut

hari tuanya lebih banyak daripada yang tidak melakukan, dengan usia saat

memulai PKHT didominasi pada rentang 20-30an. Hal ini menyiratkan,

kesadaran akan pentingnya mempersiapkan hari tua sudah baik karena telah

melakukan PKHT sedini mungkin. PKHT dalam bentuk menabung lebih banyak

dipilih karena orang usia pensiun merasa menabung lebih aman daripada

berinvestasi, dimana selaras dengan skor rata-rata toleransi risiko yang berada

pada kategori rendah.

Berdasarkan uji beda yang dilakukan, lama pendidikan dan toleransi

risiko antara orang usia pensiun PNS dengan non PNS berbeda nyata. Lama

pendidikan orang usia pensiun PNS lebih lama dan mempunyai toleransi risiko

yang lebih rendah dibandingkan dengan orang usia pensiun non PNS. Hasil

penelitian menunjukkan, orientasi waktu berpengaruh kuat terhadap melakukan

Page 39: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

27

27

PKHT sehingga, semakin orang usia pensiun mempunyai orientasi waktu yang

tinggi (berfokus pada masa depan) maka sewaktu muda dirinya melakukan

PKHT untuk meningkatkan kepuasan di hari tuanya.

Kesejahteraan ekonomi subjektif keluarga pensiun dipengaruhi oleh

pendapatan keluarga, orientasi waktu, toleransi risiko, dan PKHT. PKHT

menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif

keluarga. Hal ini terlihat pada koefisien regresi orang usia pensiun yang hanya

mengikuti program dana pensiun saja (variabel D3) yang tidak menunjukkan

pengaruh terhadap kesejahteraan ekonomi subjektif. Hal ini berarti, jika

dibandingkan dengan orang usia pensiun yang tidak melakukan apa-apa dalam

mempersiapkan pensiunnya, orang usia pensiun yang hanya mengikuti program

dana pensiun saja mempunyai kesejahteraan ekonomi subjektif yang sama. Dapat

disimpulkan, dana pensiun per bulan atau pesangon yang didapatkan oleh orang

usia pensiun belum dapat menutupi kebutuhan keluarganya saat pensiun

sehingga menyebabkan ketidakpuasan keluarga terhadap kesejahteraan

ekonominya.

Saran

Diperlukan upaya pemerintah dan kalangan swasta untuk mendorong

masyarakat Indonesia melakukan PKHT agar menjadi pensiun yang mempunyai

kesejahteraan ekonomi subjektif yang lebih baik. Bagi seseorang yang kurang

toleran dalam mengambil risiko, diversifikasi dalam berinvestasi dapat dilakukan

guna mencapai tujuan jangka panjang. Karena, instrumen investasi sangat cocok

dipilih untuk tujuan jangka panjang (perencanaan hari tua) dibandingkan dengan

menabung, mengingat laju inflasi yang lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga

yang didapatkan. Untuk kesempurnaan penelitian berikutnya, perlu dilakukan

penambahan variabel yang berasal dari pengaruh lingkungan yang tidak diteliti di

dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bellante D, Link AN. 1981. Are public sector workers more risk averse than

private sector workers?. Industrial and Labor Relations Review. 34(3):408-

412.

Blanchflower DG, Oswald AJ. 2004. Well-being over time in britain and the

USA. Journal of Public Economics. 88:1359-1386. doi:10.1016/S0047-

2727(02)00168-8.

Bonin H, Dohmen T, Falk A, Huffman D, Sunde U. 2007. Cross-sectional

earnings risk and occupational sorting: the role of risk atti-tudes. Labour

Economics. 14(6):926-937.

[DSI] Data Statistik Indonesia. 2013. Penduduk 60 Tahun Ke Atas yang

Memperoleh Pendapatan menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Pendapatan

Terbesar, Indonesia. Diambil dari: www.datastatistik-indonesia.com.

Page 40: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

28

Elder HW, Rudolph PM. 1999. Does retirement planning affect the level of

retirement satisfaction?. Financial Services Review. 8:117-127.

Engel JF, Blackwell RD, Miniard, RW. 1990. Consumer behaviour. Orlando

(US): Dryden Press.

Finke MS, Huston SJ. 2003. The brighter side of financial risk: financial risk

tolerance and wealth. Journal of Family and Economic Issues. 24(3):233-

256. doi: 10.1023/A:1025443204681

Folk JY, Beh LS, Baranovich DL. 2012. Financial education: determinant of

retirement planning in malaysia. Journal of Business Management and

Economics. 3(2):69-78.

Gilliam J, Chatterjee S, Grable J. 2010. Measuring the perception of financial

risk tolerance: a tale of two measures. Journal of Financial Counseling and

Planning. 21(2):30-43.

Grable JE. 2000. Financial risk tolerance and additional factors that affect risk

taking in everyday money matters. Journal of Business and Psychology.

14:625-630.

Grable JE, Joo S. 1997. Determinants of risk preference: implications for family

and consumer sciences professionals. Family Economics and Resource

Management Biennial. 2:19–24.

Grable JE, Lytton RH. 2003. The development of a risk assessment instrument:

follow-up study. Financial Services Review.12:257–274.

Guhardja S, Puspitawati H, Hartoyo, Hastuti D. 1992. Diktat manajamen

sumberdaya keluarga. Jurusan Gizi dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas

Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Hariharan G, Chapman KS, Domian DL. 2000. Risk tolerance and asset

allocation for investors nearing retirement. Financial Services

Review.9:159–170.

Hartoyo, Johan IR. 2009. Diktat Manajemen Keuangan Konsumen. Bogor (ID):

IPB.

Hartoyo, Aniri NB. 2010. Analisis tingkat kesejahteraan keluarga pembudidaya

ikan dan non pembudidaya ikan di kabupaten bogor. Jurnal Ilmu Keluarga

dan Konsumen. 3(1):64-73.

Hayo B, Seifert W. 2002. Subjective economic well-being in eastern europe.

Journal of Economic Psychology. 24:329-348. doi:10.1016/S0167-

4870(02)00173-3.

Hershey DA. 2004. Psychological influences on the retirement investor. CSA

Journal: Certified Senior Advisor. 22:31–39.

Hershey DA, Jacobs-Lawson JM, McArdle JJ, Hamagami F. 2007. Psychological

foundations of financial planning for retirement. Journal of Adult

Development. 14:26-36. doi: 10.1007/s10804-007-9028-1.

Hershey DA, Mowen JC. 2000. Psychological determinants of financial

preparedness for retirement. Gerontologist. 40(6):687-697.

Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan: suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan. Jakarta (ID): Erlangga.

Jacobs-Lawson JM, Hershey DA. 2005. Influence of future time perspective,

financial knowledge, and financial risk tolerance on retirement saving

behavior. Financial Services Review. 14:331-334.

Page 41: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

29

29

Joo S, Grable JE. 2005. Employee education and the likelihood of having a

retirement savings program. Financial Planning and Counseling.16:37-49.

Lusardi A. 2003. Planning and Saving for Retirement. Dartmouth College

Working Paper.

Manulife Investors Sentiment Index. 2013. Investor Confidence Low Acress

Developed Asia: indonesian think they invest enough but reality says

otherwise. Diambil dari: www.manulife-indonesia.com.

Manurung AH, Rizky LT. 2009. Successful Financial Planner: A complete guide.

Jakarta (ID): Grasindo.

Noone JH. 2010. Psychological and Socioeconomic Factors Influencing Men

and Women‟s Planning for Retirement [thesis]. New Zealand, Psychology,

Massey University

[OECD] Organisation for Economic Co-operation and Development. 2011.

How’s life? Measuring Well-Being. Paris(FR): OECD Publishing.

Schellenberg G, Turcotte M, Ram B. 2005. Preparing for retirement. Canadian

Social Trends. 78:8-11.

Senduk S. 1999. Merancang Program Pensiun. Jakarta (ID): PT. Elex Media

Komputindo.

Sofiarrahmi M. 2012. Analisis peran gender dan perilaku menabung pada

keluarga nelayan: Studi di Keluarahan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi

[skripsi]. Bogor: Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia,

Institut Pertanian Bogor.

Tan I. 2010. Smart With Your Money: cerdas mengelola keuangan pribadi &

berinvestasi agar hari tua sejahtera. Jakarta (ID): Penerbit Libri.

Trone DB, Allbright WR, Taylor PR. 1996. The Management of Investment

Decision. Chicago (US): Irwin.

Panis CWA. 2003. Annuities and retirement well-being. Design and structure:

new lessons from behavioral finance. New York (US): Oxford University

Press.hlm259-274.

Yuh Y, DeVaney SA. 1996. Determinants of couples‟ defined contribution

retirement funds. Financial Counseling and Planning. 7:31–38.

Zhu-Sams D. 2004. Will pre-retirement planning affect post-retirement

experience?. Papers for the Western Family Economics Associations. 19:51-

57.

Page 42: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

30

LAMPIRAN

Lampiran 1 Persentase sebaran jawaban contoh berdasarkan pernyataan orientasi masa depan dan riwayat pekerjaan (%)

Pernyataan Tidak setuju Netral Setuju Total p-value

PNS Non

PNS

PNS Non

PNS

PNS Non

PNS

PNS Non

PNS

Saya memiliki kebiasaan menghabiskan seluruh

pendapatan untuk kebutuhan hidup sekarang

75.4 66.3 5.2 14.3 19.5 19.5 100.0 100.0 0.474

Tak perlu memikirkan kebutuhan masa depan karena

prinsip hidup saya adalah „bagaimana nanti‟

84.5 72.8 2.6 7.8 13.0 19.5 100.0 100.0 0.187

Menabung tidak perlu dilakukan jika tidak ada tujuan di

masa depan

78.0 78.0 3.9 7.8 18.2 14.3 100.0 100.0 0.888

Saya tidak memikirkan kehidupan masa mendatang 84.5 81.9 5.2 5.2 10.4 13.0 100.0 100.0 0.814

Saya menikmati hidup untuk saat ini tanpa memikirkan

apa yang akan terjadi besok

83.2 71.5 2.6 7.8 14.3 20.8 100.0 100.0 0.275

Saya berusaha untuk menyisihkan sebagian kecil dari

pendapatan

9.1 9.1 6.5 2.6 84.5 88.4 100.0 100.0 0.934

Kebutuhan di masa mendatang akan lebih mahal

sehingga perlunya menyimpan sebagian pendapatan

7.8 9.1 11.7 6.5 80.6 84.5 100.0 100.0 0.875

Prisip hidup saya adalah bersusah-susah dahulu

bersenang-senang kemudian

2.6 5.2 6.5 5.2 90.9 89.7 100.0 100.0 0.431

Keberlangsungan kehidupan masa depan akan

tergantung pola konsumsi kita saat ini

1.3 2.6 6.5 6.5 92.2 91.0 100.0 100.0 0.356

Perlunya untuk merencanakan kehidupan masa yang

akan dating

3.9 7.8 2.6 3.9 93.5 88.3 100.0 100.0 0.305

Page 43: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

31

Lampiran 2 Persentase sebaran jawaban contoh berdasarkan pernyataan toleransi risiko dan riwayat pekerjaan (%)

Pernyataan Tidak setuju Netral Setuju Total p-value

PNS Non

PNS

PNS Non

PNS

PNS Non

PNS

PNS Non

PNS

Saya sangat ingin menjadi wirausahawan 45.5 39.0 9.1 9.1 45.5 52.0 100.0 100.0 0.185

Saya lebih senang menabung daripada berinvestasi 13.0 22.1 14.3 20.8 72.8 57.2 100.0 100.0 0.006***

Saya berani memilih investasi dengan pengembalian

yang tinggi walaupun beresiko

85.7 74.1 6.5 9.1 7.8 16.9 100.0 100.0 0.021**

Dalam berinvestasi, keamanan keuangan menjadi yang

terpenting dibandingkan tingkat pengembalian

79.3 75.4 5.2 7.8 15.6 16.9 100.0 100.0 0.426

Saya berani melakukan investasi yang beresiko untuk

menjamin keseimbangan keuangan di hari tua

85.7 70.2 5.2 7.8 9.1 22.1 100.0 100.0 0.012**

Saya mencari investasi yang menghindari saya dari

kehilangan

67.6 80.5 7.8 7.8 24.7 11.7 100.0 100.0 0.069

Saya bersedia mempertimbangkan resiko tertentu untuk

meningkatkan kemungkinan memperoleh hasil yang

lebih tinggi

50.7 42.9 13.0 15.6 36.4 41.6 100.0 100.0 0.519

Saya melakukan investasi bukan untuk mendapatkan

penghasilan masa kini

33.8 40.3 15.6 7.8 50.7 52.0 100.0 100.0 0.810

Saya berani menghadapi risiko kehilangan keuangan 80.5 74.1 6.5 9.1 13.0 16.9 100.0 100.0 0.171

Saya sangat tidak menyukai risiko dan saya tidak ingin

nilai investasi saya menurun

22.1 26.0 7.8 5.2 70.2 68.8 100.0 100.0 0.236

Keterangan: ** nyata pada p-value<0.05; ***nyata pada p-value<0.01

Page 44: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

32

Lampiran 3 Persentase sebaran jawaban contoh berdasarkan pernyataan kesejahteraan ekonomi subjektif keluarga dan riwayat pekerjaan

(%)

Pernyataan Tidak setuju Netral Setuju Total p-value

PNS Non

PNS

PNS Non

PNS

PNS Non PNS PNS Non

PNS

Keluarga merasa puas dengan kondisi keuangan

keluarga setelah pensiun

13.0 13.0 7.8 18.2 79.3 68.9 100.0 100.0 0.129

Keluarga merasa pendapatan setelah pensiun tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

40.3 50.7 14.3 19.5 45.5 29.9 100.0 100.0 0.032**

Semenjak pensiun, keluarga mengurangi waktu

untuk melakukan hobi demi menjaga keuangan

keluarga

23.4 26.0 11.7 13.0 65.0 61.1 100.0 100.0 0.411

Semenjak pensiun, keluarga mengurangi waktu

untuk berbelanja yang tidak penting

3.9 5.2 7.8 7.8 88.4 87.0 100.0 100.0 0.325

Keluarga mengurangi pembelian barang baru

karena pendapatan setelah pensiun terbatas

5.2 5.2 9.1 7.8 85.8 87.1 100.0 100.0 0.654

Keluarga lebih suka menghabiskan waktu dirumah

daripada melakukan aktivitas yang dapat

mengganggu keuangan keluarga

11.7 7.8 11.7 7.8 76.7 84.5 100.0 100.0 0.697

Keluarga bisa melakukan hal yang diinginkan

tanpa khawatir memengaruhi keuangan keluarga

27.3 36.4 16.9 19.5 55.9 44.2 100.0 100.0 0.193

Keluarga merasa kesulitan memenuhi pendidikan

anggota keluarga

84.4 70.2 10.4 13.0 5.2 16.9 100.0 100.0 0.016**

Keluarga mengalami kesulitan dalam membiayai

kesehatan

75.4 71.5 13.0 14.3 11.7 14.3 100.0 100.0 0.311

Keluarga memiliki tabungan yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan yang tidak dapat ditunda

33.8 37.7 11.7 14.3 54.6 48.1 100.0 100.0 0.42

Keterangan: ** nyata pada p-value<0.05

Page 45: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

33

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 24 Mei 1991. Penulis

adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bambang Sumaryanto, SE,

MM dan Neneng Rosnadewi. Riwayat pendidikan penulis antara lain TK Nurul

Huda (1994-1996), SD Muhammadiyah 12 Pamulang (1997-2003), Madrasah

Tsanawiyah UIN Jakarta (2003-2006). Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri

46 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Mandiri IPB (USMI) yang

kemudian diterima di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas

Ekologi Manusia (FEMA).

Selama di perkuliahan penulis aktif dalam berbagai organisasi dan

kepanitiaan, diantaranya anggota Divisi Penyuluhan dan PAUD Desa Mitra

Fakultas Ekologi Manusia (SAMISAENA) 2010, panitia Pemilihan Raya FEMA

tahun 2010, Staff Divisi Consumer Club HIMAIKO 2011, panitia Gebyar

Nusantara 2011, Staff Divisi Humas, Publikasi, Desain, dan Dekorasi Karnaval

Anak 2011, dan panitia Family and Consumer Day 2012. Selain terlibat di dalam

kepanitiaan, penulis juga hobi dibidang olahraga diantaranya menjadi tim basket

putri FEMA tahun 2011 dalam Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) tahun 2011 dan

berhasil membawa FEMA menjadi juara II. Penulis juga mendapatkan

penghargaan sebagai kelompok tiga besar terbaik dalam kompetisi video Gender

dan Keluarga tahun 2011 dan menjadi mahasiswa berprestasi FEMA 2011.

Page 46: PERENCANAAN KEUANGAN HARI TUA DAN PENGARUHNYA … · pensiun berdasarkan jenis pekerjaan, nilai min, max, rataan ± SD 20 13 Nilai koefisien regresi riwayat pekerjaan, lama pendidikan,

34