perencanaan baja.pdf

Upload: dave-robert-hasibuan

Post on 08-Oct-2015

173 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Castellated Beam

    2.1.1 Pengertian Profil Castellated Beam

    Castellated Beam adalah suatu spesifikasi profil yang ditingkatkan

    kekuatan komponen strukturnya dengan memperpanjang kearah satu sama lain

    dan di las sepanjang pola. Castellated Beam ini mempunyai tinggi (h) hampir

    50% lebih tinggi dari profil awal sehingga meningkatkan nilai lentur axial,

    momen inersia (Ix), dan modulus section (Sx) (Knowles 1991).

    2.1.2 Terminologi

    Dibawah ini merupakan ilustrasi bagian-bagian dari Castellated Beam.

    Web Post : Area solid dari Castellated Beam.

    Castellation : Area yang sudah mengalami pelubangan (hole).

    Throat Width : Perpanjangan horisontal dari potongan gigi bawah profil

    Throat Depth : Tinggi daerah profil potongan gigi bawah sampai sayap

    profil (Patrick Bardley 2007).

    Gambar 2.1 Bagian-bagian Hexagonal Castellated Beams (Patrick Bardley 2007)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 5

    Castellation adalah proses memotong badan profil dengan pola zig-zag yang

    dicetak menggunakan hot-rolled (cetakan panas) berbentuk H, I, atau U. Setengah

    bagian profil baja yang telah dipotong disambung dengan cara digeser atau dibalik

    (ujung kanan di las dengan ujung kiri, dan sebaliknya) sehingga membentuk lubang

    berbentuk polygonal. Hal ini mengakibatkan bertambahnya tinggi (h) dan tinggi

    daerah pemotongan (d) (Amayreh dan Saka 2005).

    Tan = bd b =

    jtan d

    dT = 2

    dh -

    Semakin panjang e, bertambah pula tegangan tekuk (bending stress) pada bagian T

    (tee section) dikarenakan V (shear force) bertambah.

    2.2 Proses Pembuatan Castellated Beam

    Proses fabrikasi dari Castellated beams diuraikan sebagai berikut

    (Grunbauer 2001) :

    b e = dT

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 6

    1. Badan profil dibuat dicetakan hot-rolled (cetakan panas) berbentuk I, H,

    atau U dengan pola pemotongan zig zag.

    2. Setengah hasil potongan digeser, ujung atas kanan dilas dengan ujung

    bawah kiri, dan sebaliknya. Sehingga lubang yang dihasilkan berbentuk segi

    enam (hexagonal). Untuk menghasilkan lubang berbentuk segi delapan

    (octogonal) maka disisipkan plat segi empat di kedua sisi. Bila pola

    pemotongan berbentuk setengah lingkaran, maka lubang yang dihasilkan

    adalah lingkaran (circular).

    Gambar 2.2 Proses pembuatan Hexagonal Castellated Beams (Grunbauer 2001)

    2.3 Tipe Tipe Pemotongan Castellated Beam

    Ada 4 ( empat ) tipe pemotongan balok berdasarkan dimensi U dan T

    (Grunbauer 2001).

    1. Beam ends left ragged, U = T

    (Simple and cheap, but not convenient to use)

    Pemotongannya mudah, sederhana dan murah, tetapi kurang baik

    digunakan.

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 7

    Gambar 2.3 Beam ends left ragged, U = T (Grunbauer 2001)

    2. Beam ends left ragged, U >T

    (Longer ends, but not very effective)

    Menghasilkan ujung potongan yang panjang tetapi tidak efektif.

    Gambar 2.4 Beam ends left ragged, U > T (Grunbauer 2001)

    3. Beam ends finished, U = T

    (Nice finish, dearer due to extra cutting operation and material waste)

    Menghasilkan potongan yang baik (rapi) serta menghemat material (tidak

    banyak bahan yang terbuang).

    Gambar 2.5 Beam ends finished, U = T (Grunbauer 2001)

    4. Beam ends finished with infill plates, U >T

    (Strong and rigid, but expensive)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 8

    Kuat dan kaku, tetapi mahal karena adanya penambahan plat.

    Gambar 2.6. Beam ends finished with infill plates, U >T (Grunbauer 2001)

    2.4 Keuntungan dan Kekurangan dari Castellated Beam

    2.4.1 Keuntungan dari Castellated Beam :

    1. Dengan lebar profil yang lebih tinggi (dg), menghasilkan momen inersia

    dan modulus section yang lebih besar sehingga lebih kuat dan kaku bila

    dibandingkan dengan profil asalnya (Megharief 1997 dan Grunbauer

    2001).

    2. Mampu memikul momen lebih besar dengan tegangan ijin yang lebih kecil

    (Megharief 1997 dan Grunbauer 2001 ).

    3. Bahan ringan, kuat serta mudah dipasang (Megharief 1997 dan Grunbauer

    2001 ).

    4. Profil Castellated Beam ini juga cocok untuk bentang panjang (untuk

    penggunaan Castellated Beam pada atap dapat mencapai 10 50 m dan bila

    digunakan sebagai plat 12 25 m). Sehingga dapat mengurangi jumlah

    kolom dan pondasi, serta mengurangi biaya erection (pengangkatan)

    (Dougherty 1993).

    5. Dapat digunakan untuk gedung tingkat tinggi, bangunan perindustrian

    (Amayreh dan Saka 2005).

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 9

    2.4.2 Kekurangan dari Castellated Beams :

    1. Castellated Beam kurang tahan api. Sehingga harus ditambah dengan

    lapisan tahan api (fire proofing) 20% lebih tebal agar mencapai ketahanan

    yang sama dengan profil awalnya (Grnbauer 2001).

    2. Kurang kuat menerima gaya lateral, sehingga perlu diberi satu atau lebih

    plat pada ujung-ujung (dekat dengan pertemuan balok-kolom) (Grunbauer

    2001).

    3. Pada ujung-ujung bentang (di sudut-sudut profil) terjadi peningkatan

    pemusatan tegangan (stress consentrations) (Amayreh dan Saka 2005).

    4. Castellated Beam tidak sesuai untuk bentang pendek dengan beban yang

    cukup berat (Amayreh dan Saka 2005).

    5. Analisa dari defleksi lebih rumit daripada balok solid (Amayreh dan Saka

    2005).

    2.5 Kegagalan dalam Castellated Beam

    1. Vierendeel atau Shear Mechanism

    Mekanisme ini berbanding lurus dengan tegangan geser yang cukup tinggi

    pada balok. Sendi plastis terjadi pada ujung balok (reentrant corners) pada

    lubang dapat merubah bentuk bagian T (tee section) menjadi seperti

    jajargenjang (parallelogram) (Altifillisch 1957, Toprac dan Cook 1959).

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 10

    Gambar 2.7 Plastic Collapse in region of high shear (Altifillisch 1957)

    2. Flexural Mechanism

    Titik leleh yang terjadi pada bagian T (tee section) bagian atas dan bawah

    pada ujung awal (the opening) profil Castellated Beam hampir sama dengan

    profil WF solid pada kondisi under pure bending forces.

    Mp = Z x Ft ; dimana Z adalah modulus plastis yang diambil melalui garis

    tengah vertikal pada lubang.

    3. Lateral Torsional Buckling

    Pada web opening mempunyai efek yang diabaikan pada lateral torsional

    buckling pada balok-balok yang telah mereka uji.

    4. Rupture of Welded Joint

    Las pada jarak antara lubang yang satu dengan yang lainnya (e) dapat

    mengalami rupture (putus) ketika tegangan geser horisontal melebihi

    kekuatan leleh dari pengelasannya (welded joint) (Husain dan Speirs 1971)

    .

    Gambar 2.8 Rupture of Welded Joint (Husain dan Speirs 1971)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 11

    Panjang horisontal pada lubang (horizontal length of the opening)

    berbanding lurus dengan panjang pengelasan, dan ketika panjang horisontal

    berkurang untuk menambah secondary moment (Vierendeel truss), maka las

    sepanjang badan profil menjadi lebih mudah gagal (failure). Mekanisme

    Vierendeel biasanya terjadi pada balok-balok yang mempunyai jarak lubang

    horisontal yang cukup panjang (oleh karena itu mempunyai panjang las

    lebih panjang).

    5. Web Post Buckling due to Compression

    Kegagalan ini disebabkan oleh beban terpusat yang secara langsung

    dibebankan melebihi web-post. Kegagalan ini dapat dicegah bila

    penggunaan pengakunya diperkuat untuk menahan gaya tersebut.

    2.6 Kontrol Lendutan pada Balok Statis Tertentu

    2.6.1 Untuk Beban Terbagi rata

    1= x (2.1)

    Keterangan :

    q = beban terbagi rata

    L = pangjang bentang balok

    E = modulus young

    I = Momen Inersia

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 12

    2.6.2 Untuk Beban Terpusat

    1= x (2.2)

    Keterangan :

    P = beban terpusat

    L = pangjang bentang balok

    E = modulus young

    I = Momen Inersia

    2.6.3 Lendutan pada Balok Statis tak Tentu

    1 = . . , ( ) . (2.3) Keterangan :

    ml = momen lapangan

    L = pangjang bentang balok

    Mt1 = momen tumpuan kiri

    Mt2 = momen tumpuan kanan

    2.7 Profil King Cross dan Queen Cross sebagai Kolom

    Kolom adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk meneruskan

    beban diatasnya ke konstruksi pondasi bangunan.Dalam perencanan pendahuluan /

    Preliminary Design kolom, gaya-gaya dalam yang bekerja adalah Gaya aksial serta

    momen.

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 13

    Karena pada balok menggunakan profil castellated maka agar lebih mudah

    dalam perhitungan dan pelaksanaan, untuk kolom digunakan profil king cross untuk

    kolom internal dan profil queen cross untuk kolom eksternal.Adapun kelebihan

    menggunakan kolom jenis king cross karena profil ini memiliki kuat aksial yang

    cukup tinggi pada arah X dan arah Y. Maka dari itu profil ini paling baik digunakan

    untuk struktur kolom pada bangunan.

    Gambar 2.9 Profil Baja King Cross

    Gambar 2.10 Profil Queen Cross

    2.8 Hubungan Balok Kolom

    Berdasarkan SNI 03 1729 2002, hubungan berikut ini harus dipenuhi pada

    sambungan balok ke kolom:

    > 1

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 14

    Dimana : adalah jumlah momen momen kolom di bawah dan di atas sambungan pada pertemuan antara as kolom dan as balok. ditentukan dengan menjumlahkan proyeksi kuat lentur nominal kolom, termasuk voute bila ada,

    di atas dan di bawah sambungan pada as balok dengan reduksi akibat gaya

    aksial tekan kolom. Diperkenankan untuk mengambil M = Zc fyc . Bila as balok balok yang bertemu di sambungan tidak membentuk satu titik maka titik tengahnya dapat digunakan dalam perhitungan.

    adalah jumlah momen balok balok pada pertemuan as balok dan as kolom. ditentukan dengan menjumlahkan proyeksi kuat lentur nominal balok di daerah sendi plastis pada as kolom. Diperkenankan untuk mengambil M = (1,1RyMpMy), dengan My adalah momen tambahan akibat amplifikasi gaya geser dari lokasi sendi plastis ke as kolom.

    Keterangan :

    Agadalah luas penampang bruto kolom fycadalahteganganlelehpenampangkolom

    Nuc adalah gaya aksial tekan berfaktor pada kolom

    Zc adalah modulus plastis penampang kolom

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 15

    Gambar 2.16 Hubungan Balok Kolom Interior

    Gambar 2.17 Hubungan Balok Kolom Eksterior

    2.8.1 Gaya Geser Rencana pada Daerah Panel

    Berdasarkan SNI 03 1729 2002, Gaya geser berfaktor Vu pada daerah panel

    ditentukan berdasarkan momen lentur balok sesuai dengan kombinasi pembebanan

    1,2DL + L + E dan 0,9DL + E. Namun Vu tidak perlu melebihi gaya geser yang

    ditetapkan berdasarkan 0,8Ry. Mp dari balok balok yang merangka pada sayap kolom disambungan. Kuat geser rencana Vn panel ditentukan menggunakan

    persamaan berikut :

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 16

    Bila Nu 0,75Ny, = 0,6 1 + ...(2.4) Bila Nu > 0,75Ny, = 0,6 1 + 1,9 , (2.5)

    Keterangan :

    tp adalah tebal total daerah panel, termasuk pelat pengganda

    dc adalah tinggi keseluruhan penampang kolom

    bcf adalah lebar sayap kolom

    db adalah tinggi bruto penampang balok

    fy adalah tegangan leleh bahan baja pada daerah panel

    Gambar 2.18 Daerah Panel Interior

    2.8.2 Gaya Geser yang Terjadi pada Daerah Panel

    Gaya geser yang terjadi pada daerah panel pada daerah gempa tinggi

    merupakan gaya geser akibat momen kapasitas balok dan kolom. Besarnya gaya

    geser pada daerah panel dapat dilihat seperti pada gambar 3.3.

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 17

    Gambar 2.19 Gaya Geser Daerah Panel

    Kontrol gaya geser pada daerah panel :

    Gaya geser daerah panel harus memenuhi syarat > V . Apabila hasil perhitungan tidak memenuhi syarat atau < V , dimana kapasitas geser daerah panel tidak mencukupi maka perlu adanya penebalan pelat panel.

    Besar penebalan pelat daerah panel adalah sebagai berikut :

    t = xtp (2.6) 2.9 Perencanaan Sambungan

    2.9.1 Umum

    Sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat pengisi, pelat buhul,

    pelat pendukung, dan pelat penyambung) dan alat pengencang (baut dan las).

    Sambungan tipe tumpu adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut

    yang dikencangkan dengan tangan, atau baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk

    menimbulkan gaya tarik minimum yang disyaratkan, yang kuat rencananya

    disalurkan oleh gaya geser pada baut dan tumpuan pada bagian-bagian yang

    disambungkan. Sambungan tipe friksi adalah sambungan yang dibuat dengan

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 18

    30

    3050

    Balok IndukCS 585x300x10x16

    Balok AnakCS 447x200x9x14

    Baut D16

    Profil Siku60x60x6

    menggunakan baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan tarikan baut

    minimum yang disyaratkan sedemikian rupa sehingga gaya-gaya geser rencana

    disalurkan melalui jepitan yang bekerja dalam bidang kontak dan gesekan yang

    ditimbulkan antara bidang-bidang kontak.

    Pengencangan penuh adalah cara pemasangan dan pengencangan baut yang

    sesuai dengan ketentuan-ketentuan Butir 18.2.4 dan 18.2.5. Pembebanan dalam

    bidang adalah pembebanan yang gaya dan momen lentur rencananya berada dalam

    bidang sambungan sedemikian rupa sehingga gaya yang ditimbulkan dalam

    komponen sambungan hanya gaya geser.

    2.9.2 Sambungan Balok Anak dengan Balok Eksterior

    Sambungan yang digunakan adalah sambungan baut karena balok anak

    terletak pada 2 tumpuan sederhana.

    Gambar 2.20 Sambungan Balok Anak dengan Balok Eksterior

    2.9.2.1 Sambungan pada Badan Balok Anak

    Penentuan jumlah baut : Ab = pi d2 (2.7)

    Kuat Geser ( Vn ) = x Fu x 0,4 x Ab x m (2.8)

    Kuat Tumpu ( Vn ) = x 2,4 x Fu x db x tp (2.9)

    Vn yang kecil adalah yang dipakai.

    Balok Anak CS 300x100x5.5x8

    Balok Induk CS 600x200x8x13

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 19

    Jumlah baut yang diperlukan :

    n = ......(2.10) Syarat : Vu n x V

    Kontrol jarak baut :

    Jarak ke tepi = 1,5 db s.d ( 4 tp + 100mm) atau 200mm

    Jarak antar baut = 3 db s.d 15 tp atau 200mm

    2.9.3 Sambungan Balok Induk dengan Kolom

    Untuk menghubungkan kolom dengan balok, pada ujung balok di beri end

    plate, yang selanjutnya antara end plate dengan kolom disambung dengan baut/paku

    keling. End plate dihubungkan dengan las kepada ujung balok seperti diperlihatkan

    pada gambar berikut :

    Gambar 2.21 Detail End Plate Connection

    Metode ini mengasumsikan bahwa sambungan yang menerima beban lentur

    tersebut akan berputar dengan titik putar pada baut terbawah sehingga baut-baut akan

    menerima beban tarik sedemikian rupa sehingga besarnya sebanding dengan jarak

    baut terhadap titik putarnya.

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 20

    Mu = Tu1.d1 + Tu2.d2 + Tu3.d3 + Tu4.d4 (2.11)

    Kontrol Geser Vu= Pun (2.12) fuv = (2.13) Beban Tarik ( Interaksi Geser dan Tarik ) ft = (1,3. fub 1,5. fuv) (2.14) ft = fub = Tegangan Putus Baut Td = 0,75xfubxAb (2.15) Mencari garis netral anggap di bawah baut terbawah a = (2.16) Mn = 0,9xfyxa x + T. d (2.17) 2.10.3 Sambungan Pelat dengan Balok ( Sambungan Las )

    Digunakan las te = Tebal las

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 21

    h = d 2x(tw + r) (2.18) e A = 2x(h + b)xte (2.19) Ip = 2x xbxh 2 + texbx (2.20) Akibat beban geser sentris fu = (2.21) Akibat beban momen lentur Sx = (2.22) h = (2.23) Tegangan total akibat geser dan momen lentur ftot = fu + h (2.24) Kekuatan Rencana Las

    fn = (x0,6x70x70,3) (2.25) ftot fn OK!! te (2.26) a , (2.27) Syarat :

    amin = 6mm(untukketebalanpelatt = 15mm) aeff (lasdibadan) = 1,41x , (2.28) aeff (lasdisayap) = 0,707x , ....(2.29)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 23

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Bagan Alur Metodologi Penyelesaian Tugas Akhir

    Tidak

    Ya

    Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

    START

    Pengumpulan Data dan Studi Literatur Data Umum Bangunan dan Peraturan yang berkaitan

    Preliminary Design

    Pembebanan 1.Beban Hidup 3.Beban Gempa 2.Beban Mat 4.Beban Angin

    Permodelan dan Analisa Struktur

    1.Struktur Primer 2.Struktur Sekunder 3.Hubungan Balok Kolom

    Kontrol Desain

    Gambar Output Autocad

    END

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 24

    3.2 Metodologi Penyelesaian

    Metodologi penyelesaian yang digunakan adalah :

    1. Pengumpulan Data

    Mencari data umum bangunan dan data tanah Gedung Perkantoran Petrosida

    Gresik.

    a) Data Umum Bangunan Awal

    Nama Gedung : Gedung Perkantora Petrosida Gresik

    Lokasi : Jl. KIG Utara I Gresik

    Fungsi : Perkantoran

    Jumlah Lantai : 5 lantai ( 20 meter )

    Zona Gempa : 3

    Struktur Utama : Beton Bertulang

    Sistem Struktur : Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah

    (SRPMM)

    b) Data Bangunan Modifikasi

    Nama Gedung : Gedung Perkantora Petrosida Gresik

    Lokasi : Jl. KIG Utara I Gresik

    Fungsi : Perkantoran

    Jumlah Lantai : 8 lantai ( 28 meter )

    Zona Gempa : 6

    Struktur Utama : Stuktur Baja (dengan menggunakan Castellated

    Beam)

    Sistem Struktur : Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus

    (SRPMK)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 25

    c) Data Tanah

    Tipe tanah : Tanah lunak

    1. Studi Literatur

    Melakukan studi referensi berupa : buku pustaka, jurnal konstruksi

    baja, penelitian terdahulu, serta peraturan mengenai perencanaan

    struktur gedung menggunakan Castellated Beam antara lain :

    a. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983

    b. SNI 03 1729 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur

    Baja Untuk Bangunan Gedung

    c. SNI 03 1726 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan

    Gempa Untuk Bangunan Gedung

    d. American Institute of Steel Construction-Load and Resistance

    Factor Design (AISC - LRFD)

    e. Structural Steel Designers Handbook 4th edition

    f. Browsing penelitian terdahulu dan jurnal tentang Castellated Beam

    melalui internet

    2. Preliminary Design

    Pada tahap ini dilakukan hal-hal seperti berikut ini :

    a. Memperkirakan dimensi awal dari elemen struktur

    b. Penentuan mutu bahan yang digunakan dalam perencanaan

    3. Pembebanan

    Pembebanan struktur meliputi :

    a. Beban mati

    b. Beban hidup

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 26

    c. Beban angin

    d. Beban gempa

    4. Permodelan dan Analisa Struktur

    Melaukan perhitungan struktur :

    a. Struktur Primer (balok induk dan kolom)

    b. Struktur Sekunder (pelat, tangga, balok anak)

    5. Kontrol Desain

    Melakukan analisa struktur bangunan, dimana harus memenuhi syarat

    keamanan dan rasional sesuai batas-batas tertentu menurut peraturan.

    Dilakukan pengambilan kesimpulan, apakah design telah sesuai

    dengan syarat-syarat perencanaan dan peraturan angka keamanan, serta

    efisiensi. Bila telah memenuhi, maka dapat diteruskan ke tahap

    penggambaran. Bila tidak memenuhi harus melakukan re-design.

    6. Output Gambar AutoCAD

    Penuangan analisa dan perhitungan ke dalam gambar yang

    representatif

    7. Kesimpulan

    3.3 Peraturan

    Peraturan yang digunakan dalam perencanaan adalah Standar ASCE

    yang berbasis AISC-LRFD, LRFD (Load and Resistance Factor Design),

    PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung) 1983, SNI 03

    1729 2002 dan SNI 03 1726 - 2002.

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 27

    3.4 Pembebanan

    Pembebanan struktur meliputi:

    3.4.1 Beban mati (PPIUG 1983 bab 2)

    Beban mati terdiri atas :

    1. Berat sendiri dari bahan-bahan bangunan penting dan dari beberapa

    komponen gedung yang harus ditinjau di dalam menentukan beban mati

    dari suatu gedung, harus diambil menurut Tabel L.1 (terlampir).

    2. Apabila dengan bahan bangunan setempat diperoleh berat sendiri yang

    menyimpang lebih dari 10% terhadap nilai-nilai yang tercantum dalam

    Tabel L.1, maka berat sendiri tersebut harus ditentukan tersendiri dengan

    memperhitungkan kelembaban setempat, dan nilai yang ditentukan ini

    harus dianggap sebagai pengganti dari nilai yang tercantum dalam Tabel

    L.1 (terlampir) itu. Penyimpangan ini dapat terjadi terutama pada pasir

    (antara lain pasir besi), koral (antara lain koral kwarsa), batu pecah, batu

    alam, batu bata, genting, dan beberapa jenis kayu.

    3. Berat sendiri dari bahan bangunan dan dari komponen gedung yang

    tidak tercantum dalam Tabel L.1 (terlampir) harus ditentukan tersendiri.

    3.4.2 Beban hidup (PPIUG 1983 bab 3)

    Beban hidup terdiri dari beban yang diakibatkan oleh pemakaian

    gedung dan tidak termasuk beban mati, beban konstruksi dan beban akibat

    fenomena alam (lingkungan).

    3.4.3 Beban gempa (SNI 03 1726 2002 Pasal 6.1.2)

    Perhitungan beban gempa dengan analisa beban dinamis.

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 28

    Gaya geser dasar rencana total (V), ditetapkan sebagai berikut

    (SNI 03-1726-2002 Pasal 6.1.2):

    tWRICV = 1 (3.1)

    T1 = 0.085 (hn)3/4 (3.2)

    Gaya geser dasar rencana total (V), tidak lebih besar daripada nilai berikut

    (SNI 03-1729-2002 Pasal 15.2-2):

    tamaks WRxIxC

    VV =5,2

    (3.3)

    dimana :

    V = Gaya geser dasar Nominal statik ekivalen (N)

    Vmaks = Gaya geser dasar rencana maksimum (N)

    R = Faktor reduksi gempa (Tabel L.2)

    T = Waktu getar alami struktur (detik)

    Wt = Berat total struktur (N)

    I = Faktor kepentingan struktur yang ditetapkan oleh ketentuan

    yang berlaku dalam butir 3.1 dan 3.2

    C = Faktor respon gempa yang didapat dari spectrum respons

    gempa rencana menurut gambar yang terdapat pada lampiran

    Gambar G.1 (terlampir)

    Ca = Koefisien percepatan gempa yang ditetapkan oleh ketentuan

    dalam butir 3.1 dan 3.2

    hn = Tinggi total struktur.

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 29

    Pembatasan waktu getar alami fundamental (SNI 03 1726 2002 Pasal

    5.6 )

    T1 < V n

    dimana :

    V = Koefisien untuk wilayah gempa tempat struktur gedung

    berada. Tercantum dalam Tabel L.3 (terlampir)

    n = Jumlah tingkat.

    Berat total struktur Wt ditetapkan sebagai jumlah dari beban beban

    berikut ini :

    1. Beban mati total dari struktur bangunan.

    2. Bila digunakan dinding pertisi pada perencanaan lantai maka harus

    diperhitungkan tambahan sebesar 0,5 Kpa

    3. Pada gedung-gedung dan tempat-tempat penyimpanan barang maka

    sekurang-kurangnya 25% dari beban hidup rencana harus

    diperhitungkan.

    4. Beban total dari seluruh peralatan dalam struktur bangunan harus

    diperhitungkan.

    3.4.4 Beban Angin (PPIUG 1983 Bab 4)

    Beban angin dihitung sebagai berikut :

    2

    16Vp =

    (3.4)

    dimana :

    p = Desain tekanan angin (kg/m3)

    V = Kecepatan angin (m/dtk)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 30

    3.5 Kombinasi Pembebanan (SNI 03 1729 2002 Pasal 6.2.2 )

    Pembebanan struktur baja harus mampu memikul semua kombinasi

    pembebanan di bawah ini :

    1. 1.4D

    2. 1.2D + 1.6L + 0,5 (La atau H)

    3. 1.2D + 1,6 (La atau H) + (L L atau 0.8W)

    4. 1.2D + 1.3W + L L + 0,5 (La atau H)

    5. 1.2D + 1,0E + L L

    6. 0.9D (1.3W atau 1,0E)

    dimana :

    D = Beban Mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi hermanen,

    termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan

    peralatan layan tetap.

    L = Beban Hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung,

    termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti

    angin, hujan, dan lain-lain.

    La = Beban Hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh

    pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa

    oleh orang dan benda bergerak.

    W = Beban Angin

    E = Beban Gempa, yang ditentukn menurut SNI 03 1726 2002,

    atau penggantinya.

    H = Beban Hujan, tidak termasuk diakibatkan oleh genangan air

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 31

    3.6 Batasan Story Drift

    Pada LRFD pasal 15.4.1 disebutkan drift dihitung berdasarkan respons

    simpangan inelastic maximum (m).

    m = 0.7 R s (3.5)

    dimana:

    R = faktor reduksi gempa. ( lihat lampiran tabel L.2 )

    s = respons statis simpangan elastis.

    Displacement (LRFD pasal 15.4.2) terjadi ketika struktur dirancang

    akibat gaya lateral. Pembatasan story drift didasarkan pada periode dasar

    struktur, yaitu :

    T 0.7 detik m 0.025h

    T > 0.7 detik m 0.02h

    dimana :

    T = periode getar struktur.

    h = beda tinggi antar lantai.

    3.7 Kontrol Perhitungan Balok dan Kolom

    3.7.1 Kontrol Perhitungan Balok Castellated

    Kontrol Penampang (SNI 03 1729 - 2002 tabel 7.5 1)

    Pelat sayap : ; Pelat badan :

    f

    f

    t

    b

    2=l

    wth

    =l (3.6)

    yf

    p 170=l yf

    p 1680=l

    (3.7)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 32

    ryff

    r-

    =370l

    yf

    r 2550=l

    (3.8)

    Untuk memenuhi persyaratan penampang harus masuk pada kategori

    penampang kompak.

    Penampang kompak (SNI 03 1729 2002 Pasal 8.2.3)

    Pll

    Pn MM = Penampang tidak kompak (SNI 03 1729 2002 Pasal 8.2.4)

    RP lll <

    Pn MM = - ( )( )( )PR

    PRP MM ll

    ll-

    --

    (3.9)

    Kontrol Tekuk Badan untuk profil Castellated (eq. 4.2ASCE journal page

    3319)

    Gambar 3.2 Dimensi Geometri Penampang Castellated Beam

    a. w

    f

    ttd 2-

    yf

    1365 ;

    w

    f

    ttd 2-

    yf

    1100

    (3.10)

    3.0 o

    o

    ha

    Vm 32 Vp untuk balok non komposit dan balok komposit pada

    momen negatif .

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 33

    Vm 32 VP + Vc untuk balok komposit pada momen positif.

    b. w

    f

    ttd 2-

    fy

    1365 ; w

    f

    ttd 2-

    > yf

    1100

    (3.11)

    2,2o

    o

    ha

    Vm 0.45VP

    dimana :

    VP = fy tw d/ 3

    Vc = Vpt (/ 1) 0 atau Vmt (sh) Vpt ; mana yang lebih kecil

    c. Parameter Opening :

    1. po = (ao/ho) + (6ho/d) tidak boleh lebih dari 5.6; untuk balok baja.

    2. po = (ao/ho) + (6ho/d) tidak boleh lebih dari 6.0; untuk balok komposit.

    Momen Lentur Nominal (eq. 3.2 ASCE journal page 3327)

    nu MM f ( LRFD Pasal 8.1.1 )

    Mn = Mp fy.DAs

    + eho

    4; untuk balok non komposit (3.12)

    dimana :

    Mn = Kuat Momen Lentur Nominal Balok

    DAs = ho x tw

    ho = tinggi lubang

    tw = ketebalan badan

    e = eksentrisitas lubang untuk penampang non-komposit

    fy = kuat leleh baja

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 34

    Kontrol Kuat Geser (eq. 3.3a ASCE journal page 3317)

    nu VV f Vn = S Vnt Untuk tee bawah dan atas :

    3

    6+

    +n

    m (3.13)

    Vnt = 36+

    +n

    m Vpt Vpt (3.14)

    dimana :

    Vnt = kuat geser satu tee

    Vpt = fy tw st / 3 = faktor reduksi

    fy = kuat leleh baja

    ao = panjang lubang

    tw = tebal badan

    st = tinggi tee

    = aspek rasio tee = ao/st

    bf = lebar sayap

    Persamaan Interaksi Lentur dan Geser untuk Profil Castellated (eq. 3.1 ASCE

    journal page 3317)

    0,1

    33

    +

    Vn

    VuMnMu

    ff (3.15)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 35

    3.7.2 Kontrol Perhitungan Kolom

    Kontrol Penampang

    Penampang tidak boleh termasuk dalam kategori penampang langsing :

    Pelat sayap : ; Pelat badan :

    l < rl l < rl

    ff

    tb2

    1 (3.44)

    3.8.1 Daerah Panel Hubungan Balok Kolom

    3.8.1.1 Gaya Geser Rencana pada Daerah Panel

    Berdasarkan SNI 03 1729 2002 pasal 15.7.2.3, Gaya geser berfaktor Vu

    pada daerah panel ditentukan berdasarkan momen lentur balok sesuai dengan

    kombinasi pembebanan 1,2DL + L + E dan 0,9DL + E. Namun Vu tidak perlu

    melebihi gaya geser yang ditetapkan berdasarkan 0,8Ry. Mp dari balok balok yang merangka pada sayap kolom disambungan. Kuat geser rencana Vn panel

    ditentukan menggunakan persamaan berikut :

    Bila Nu 0,75Ny, = 0,6 1 + (3.45) Bila Nu > 0,75Ny, = 0,6 1 + 1,9 , (3.46) Keterangan :

    tp adalah tebal total daerah panel, termasuk pelat pengganda

    dc adalah tinggi keseluruhan penampang kolom

    bcf ada lah lebar sayap kolom

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 41

    db adalah tinggi bruto penampang balok

    fy adalah tegangan leleh bahan baja pada daerah panel

    Kapasitas aksial kolom :

    0,75Ny = 0,75xAgxfy (3.45)

    Kontrol gaya aksial kolom :

    Nu > 0,75Ny , apabila hasilnya Nu < 0,75Ny maka digunakan rumus: = 0,6 1 + (3.45) 3.8.1.2 Gaya Geser yang Terjadi pada Daerah Panel

    Gaya geser yang terjadi pada daerah panel pada daerah gempa tinggi

    merupakan gaya geser akibat momen kapasitas balok dan kolom.

    Perhitungan Momen pada balok dan kolom M = (1,1xRyxMp) Ry = 1,5 untuk fy < 300 Mpa Mp = Zxxfy Perhitungan Gaya Geser

    T1 = C1 = (3.46)

    T2 = C2 = (3.47)

    Vk = (3.48)

    Gaya geser daerah panel

    V = T1 + C2 Vk (3.49)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 42

    Kontrol gaya geser pada daerah panel :

    Gaya geser daerah panel harus memenuhi syarat > V . Apabila hasil perhitungan tidak memenuhi syarat atau < V , dimana kapasitas geser daerah panel tidak mencukupi maka perlu adanya penebalan pelat panel.

    Besar penebalan pelat daerah panel adalah sebagai berikut :

    t = xtp (3.50) 3.9 Sambungan

    Dalam perencanaan sambungan harus disesuaikan dengan bentuk struktur agar

    perilaku yang timbul nantinya tidak menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk pada

    bagian lainnya. Perencanaan sambungan harus memenuhi persyaratan sebagai

    berikut:

    Gaya-gaya dalam yang disalurkan berada dalam keseimbangan gaya-

    gaya yang bekerja pada sambungan.

    Deformasi sambungan masih berada dalam batas kemampuan deformasi

    sambungan.

    Sambungan dan komponen yang berdekatan harus mampu memikul

    gaya-gaya yang bekerja.

    3.9.1 Klasifikasi Sambungan :

    Pada sambungan antar elemen digunakan jenis End Plate Connection adalah

    sambungan yang dianggap memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan

    sudut-sudut di antara komponen-komponen struktur yang akan disambung.

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 43

    HBK Interior HBK Eksterior

    Gambar 3.3 Sambungan pada Hubungan Balok Kolom

    3.9.2 Sambungan Baut

    Kuat Geser Rnv = x fv x Ab x m (3.51)

    Kuat Tumpu Rnt = x 1.8 fy x db x tp (3.52)

    Diambil mana yang lebih kecil nilainya

    Jumlah Baut (n) = n

    u

    RVf

    (3.53)

    Kontrol Jarak Baut (SNI 03 1729 2002 Pasal 13.4)

    Jarak tepi minimum = 1.5 x db

    Jarak tepi maksimum = (4 tp + 100 mm) atau 200 mm

    Rak minimum antar baut = 3 x db

    Jarak maksimal antar baut = 15 x tp atau 200mm

    3.9.3 Sambungan Las (SNI 03 1729 2002 Pasal 13.5.3.10)

    Las sudut yang memikul gaya terfaktor per satuan panjang las, Ru, harus

    memenuhi : Ru Rnw dengan,

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 44

    f Rnw = 0,75tt (0,6 fuw ) (las) (3.54)

    (SNI 03 1729 2002 Pasal 13.5-3a)

    f Rnw = 0,75tt (0,6 fu ) (bahan dasar) (3.55)

    (SNI 03 1729 2002 Pasal 13.5-3b)

    f = 0,75 faktor reduksi kekuatan saat fraktur

    dimana :

    fuw = tegangan tarik putus logam las (MPa)

    fu = tegangan tarik putus bahan dasar(MPa)

    tt = tebal rencana las (mm)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 45

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 46

    halaman ini sengaja dikosongkan

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 45

    BAB IV

    PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER

    Perencanaan struktur sekunder meliputi struktur pelat atap balok anak, dan tangga.

    4.1. Pelat Atap ( lantai 8 )

    4.1.1. Beban Berguna ( Super Imposed Load ):

    Beban berguna dalam tabel Perencanaan Praktis adalah jumlah beban hidup

    dan beban-beban finishing lainnya.

    1. Beban hidup : ( Menurut PPIUG 1983 )

    Beban Lantai atap = 1000 N/m2

    2. Beban Finishing:

    Aspal = 2 cm x 14 = 280 N/m2

    Plafon = 110 N/m2

    Penggantung = 70 N/m2

    Sanitasi = 200 N/m2

    Plumbing = 100 N/m2

    +

    Maka, Beban Berguna = 1760 N/m2

    Berdasarkan tabel Perencanaan Praktis ( Brosur Lysaght ) :

    Direncanakan menggunakan bondex, tebal 0,75 mm untuk bentang menerus

    dengan tulangan negatif.

    Bentang = 2 m ( menggunakan 1 baris penyangga )

    Tebal plat = 9 cm

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 46

    Tul.Negatif = 1,67 cm2/m

    4.1.2 Pembebanan Pelat Atap

    1. Beban hidup :

    Lantai atap (qL) = 1000 N/m2

    2. Beban mati :

    Berat pelat bondek = 101 N/m2

    Berat beton = 0,09 x 2400 = 2160 N/m2

    Aspal = 2 cm x 14 = 280 N/m2

    Spesi (semen) = 2 cm x 21 = 420 N/m2

    Plafon = 110 N/m2

    Penggantung = 70 N/m2

    Sanitasi = 200 N/m2

    Plumbing = 100 N/m2

    +

    qD = 4441 N/m2

    Kombinasi Pembebanan (qU) :

    qU = 1,2qD + 1,6 qL

    = 1,2(4441) + 1,6(100) = 6929,2 N/m2 = 6,929 kN/m2

    3. Perencanaan Tulangan

    Dipakai tulangan 8 (As = 0,5024 cm ) Jumlah tulangan yang dibutuhkan tiap 1 m :

    = . = , , = 3,324buah 4buah

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 47

    Jarak antar tulangan tarik per meter

    = 10004 = 250 Jarak tul.vertikal ( decking ) = 20 mm

    Jadi, dipasang tulangan (tarik) negatif 8-250

    Gambar 4.1 Penulangan Bondek Atap

    4.2. Pelat Lantai

    4.2.1. Beban Berguna ( Super Imposed Load )

    1. Beban hidup : ( Menurut PPIUG 1983 )

    Beban Lantai Perkantoran (qL) = 2500 N/m2

    2. Beban Finishing:

    Tegel = 2 cm x 24 = 480 N/m2

    Spesi = 2 cm x 21 = 420 N/m2

    Plafon = 110 N/m2

    Penggantung = 70 N/m2

    Sanitasi = 200 N/m2

    Plumbing = 100 N/m2

    +

    Maka, Beban berguna = 3880 N/m2

    Berdasarkan tabel Perencanaan Praktis ( Brosur Lysaght ) :

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 48

    Direncanakan menggunakan bondek, tebal 0,75 mm untuk bentang menerus

    dengan tulangan negatif.

    Bentang = 2 m ( menggunakan 1 baris penyangga )

    Tebal plat = 11 cm

    Tul.Negatif = 4,09 cm2/m

    4.2.2 Pembebanan Pelat Lantai

    1. Beban hidup :

    Lantai Perkantoran (qL) = 2500 N/m2

    2. Beban mati :

    Berat pelat bondek = 101 N/m2

    Berat beton = 0,11 x 2400 = 2640 N/m2

    Tegel = 2 cm x 24 = 480 N/m2

    Spesi = 2 cm x 21 = 420 N/m2

    Plafon = 110 N/m2

    Penggantung = 70 N/m2

    Sanitasi = 200 N/m2

    Plumbing = 100 N/m2

    +

    qD = 6621 N/m2

    Kombinasi Pembebanan (qU) :

    qU = 1,2qD + 1,6 qL

    = 1,2(6621) + 1,6(2500) = 11945,2 N/m2 = 11,945 kN/m2

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 49

    3. Perencanaan Tulangan

    Dipakai tulangan 8 (As = 0,5024 cm ) Jumlah tulangan yang dibutuhkan tiap 1 m :

    N = . = , , = 8,140buah 8buah

    Jarak antar tulangan tarik per meter

    S = 10004 = 125mm Jarak tul.vertikal ( decking ) = 20 mm

    Jadi, dipasang tulangan (tarik) negatif tumpuan 8-125

    Gambar 4.2 Penulangan Bondek Lantai

    4.3. Perencaan Balok Anak

    Balok anak berfungsi untuk membagi luasan lantai agar tidak terlalu lebar

    sehingga kekakuannya lebih baik. Balok anak menumpu diatas dua tumpuan

    sederhana.

    4.3.1. Data Perencanaan Balok Anak Menggunakan Profil Castellated Beam :

    Profil WF 200 x 100 x 5.5 x 8

    Mutu baja BJ.41 , fy = 250 Mpa = 250000 kN/m2

    W = 0,213 kg/m r = 11 mm

    d = 200 mm Ix = 1840 cm4

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 50

    tw = 5,5 mm = 60

    bf = 100 mm Sx = 184 cm3

    tf = 8 mm h = d 2(tf + r ) = 162 mm

    Gambar 4.3 Pembebanan Balok lantai

    4.3.1.1 Kontrol Penampang

    Pelat Sayap

    = = = 6.25 l = = = 10,75

    < p Penampang Kompak (OK)

    Pelat Badan

    l = ht = 1625.5 = 29.45 l = 1680 f = 1680250 = 106,25

    < p Penampang Kompak (OK)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 51

    4.3.2. Perhitungan Dimensi Profil Castellated

    ( Berdasarkan Jurnal Opened Web Expanded Beams and Girder )

    Asumsi, K1 = 1,5

    h = d (K1 1 )

    = 200 ( 1,5 1 ) = 100 mm

    dg = d + h = 200 + 100 = 300 mm

    b = = , = 57.80 dt =

    = ( ) 100 = 42 ho = 2h = 200 mm

    e = 0,25 ho = 50 mm

    ao = 2b + e = 165,6 mm

    Gambar 4.4 Pot. Memanjang Castellated Beam

    ao ho

    dg

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 52

    Gambar 4.5 Pot. Melintang Castellated Beam

    Maka, profil wide flange menjadi profil Castellated dengan data-data sebagai

    berikut :

    dg = 300 mm = 200 mm tw = 5,5 mm ao = 165,6 mm

    bf = 100 mm r = 11 mm

    tf = 8 mm h = dg 2(tf + r ) = 262 mm

    4.3.2.1. Mencari Ix dan Zx pada profil castellated

    Momen inersia tanpa lubang

    = 112 2 112 2 2 = 225000000 7.875 x 73560059

    = 44612856 mm4

    = 0,0004461 m4

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 53

    = 4 + ( ) = 123750 + 194.5 x 292

    = 344502 mm3

    = 0,00345 m3

    Momen inersia berlubang

    = 112 2 112 2 2 112 ( 2 )

    = 225000000 7.875 x 73560059 270569,376

    = 44020152 mm4

    = 0,0004402 m4

    = 14 2 14 2 2 14 = 123750 + 194,5 x 292 - 55000

    = 289502 mm3

    = 0,002895 cm3

    = = + 2

    = 4461,2856 + 4402,01522 = 4431,65 = 0,0004431 Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 54

    4.3.3. Pembebanan Tributary Area

    Beban Segitiga

    Penurunan rumus :

    P = x b x qa

    P = x b/2 x P = x P x b

    Mmax = P1 x ( b/2 1/3 x b/2 )

    = x P x B x ( b/3 )

    = x ( 1/2 x b x qa ) x b x b/3

    Meq max = 1/8 x qeq xb Mmax = Meq-max

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 55

    1/24 x qa x b = 1/8 x qeq xb qeq = 1/3 x qa x b

    qeq = 1/3 x qa x b

    Beban Trapesium

    P2 = P x ( Ly b ) / 2

    Meq max = 1/8 x qeq x L Mmax = Meq max

    qeq = 1/2 x qa x Lx ( 1 1/3 x L / L ) Perhitungan pembebanan balok anak menggunakan tributary trapesium :

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 56

    1. Beban mati :

    qDeq = 2 x x qa x Lx ( 1 1/3 x L / L ) = 2 x x 6,621 x 4 ( 1 1/3 x 2 / 4 ) = 4,15 kN/m

    2. Beban hidup :

    Lantai Perkantoran (Tabel 3.1 PPIUG 1983) = 250 kg/m2 = 2,5 kn/m2

    qLeq = 2 x x qa x Lx ( 1 1/3 x L / L ) = 2 x x 2,5 x 4 ( 1 1/3 x 2 / 4 ) = 1,67 kN/m

    Kombinasi Beban :

    qU = 1,2qD x 1,6qL

    = (1,2 x (4,15 + 0,213)) + (1,6 x 1,67)

    = 5,23 + 2,67

    = 7,89 kNm

    Mu = x qu x L2 = x 7,89 x (4)2

    = 15,79 kNm

    Vu = x qu x L = x 7,89 x 4

    = 15,79 kNm

    4.3.4 Kontrol Penampang :

    Pelat Sayap

    l = b2t = 1002x8 = 10016 = 6,25 Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 57

    l = 170 f = 170250 = 10,75 < p Penampang Kompak (OK)

    Pelat Badan ( ketika solid )

    l = ht = 2005,5 = 36,36 l = 1680 f = 1680250 = 106,25

    < p Penampang Kompak (OK)

    Dari kombinasi pembebanan didapat,

    Mu = 15,79 kNm

    Karena penampang kompak, maka : Mn = Mp

    Mn = fy x Zx

    = 250000 x 0,002895

    = 723,75 kNm

    Mn = 0,9 x 723,75

    = 651,375 kNm

    Mn Mu

    651,375 kNm 15,79 kNm (OK)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 58

    Pelat Badan ( ketika berlubang )

    l = dTt = 428 = 5,25 l = 170 f = 170250 = 10,75 l = 370 f f = 370250 70 = 27,57

    Didapat, < p Penampang Kompak (OK)

    Karena penampang kompak, maka :

    As = ho x tw

    = 20 x 0,55

    = 11 cm2 = 0,011 m2

    Momen Lentur Nominal (berdasarkan ASCE Journal of Structural Engineering

    Vol.118, No.12 page 3327)

    Mn = M f xAs( + e) = 723,75 250 x 0,011 ( + 50) = 448 kNmm = 0,448 kNm

    Mn = 0,9 x 0,448 kNm

    = 0,403 kNm

    Mn Mu

    0,403 kNm 15,79 kNm (OK)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 59

    Kontrol Kuat Geser :

    = , = 51,63 = = 86,33 = = 69,57

    Kontrol Tekuk Badan (berdasarkan ASCE Journal of Structural Engineering

    Vol.118, No.12 page 3319)

    51,63 86,33 . 51,63 69,57. . . . ao = 165,6 mm

    ho = 200 mm ah = 165,6200 = 0,82 3,0 V = f xt x d3 = 250x5,5x17,32 = 23,815N = 0,238 kN P = ah + 6hd = 165,6200 + 1200300 = 4,82 5,6 ( nilai 5,6 adalah untuk balok baja non komposit )

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 60

    Untuk tee atas dan bawah :

    V = f xt xdt3 = 250x5,5x423 = 33341,98N = 333,42kN = 0

    v = ad = 165,642 = 3,94 6 + v + 3 = 0,43 1,0 V = 6 + v + 3V = 0,43 x 333,42

    = 143,37 kN

    Vnt Vpt 143,37 kn 333,42 ......(OK)

    Vn = Vnt = 2 x Vnt = 666,83 kN

    Vn = Vnt = 0,9 x Vn = 0,9 x 666,83

    = 600,16 kN

    Vn Vu

    600,16 kN 15,79 kN ........ OK

    4.3.5 Persamaan Interaksi :

    MM + VV 1,0

    = 157982527602,5 + 1579,8260015,56 1,0 Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 61

    = 0,059 1,0 ...... OK

    4.3.6 Kontrol Jarak Antar Lubang :

    S = 2 (b+e) = 2 (57,8 + 50) = 215,6 mm

    S ho

    215,6 mm 200 mm ........ OK

    S ao 215 165,6 , ,

    21,5 cm 1,59 cm ....................... OK

    4.3.7 Kontrol Lendutan

    cm 1,11360400

    360Lf ===

    ( )OK! ............ cm 1,11f0,23

    4431,65102400)67,115,4(

    3845

    IELqq

    3845f

    6

    4rata-ratax

    4Ld

    ==

    +

    =

    +

    =

    Jadi, Profil Balok Anak dipakai Castellated Beam 300 x 100 x 5,5 x 8

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 62

    4.4 Perencanaan Tangga

    Gambar 4.6 Denah Tangga

    Gambar 4.7 Potongan Tangga

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 63

    4.4.1. Data data Perencanaan Tangga :

    Tanjakan (t) = 18 cm

    Lebar injakan (i) = 30 cm

    Tebal plat anak tangga = 3 mm

    Tebal plat bordes = 6 mm

    Lebar bordes = 150 cm

    Lebar tangga = 120 cm

    Tinggi per lantai = 400 cm

    Tinggi Bordes = 200 cm

    Sudut kemiringan () = arc tan (20/30) = 34

    Syarat sudut kemiringan : 25 40 = 25 27 40

    Syarat perencanaan tangga :

    60 cm 2t + i 65 cm

    60 cm (2 x t) + 30 65 cm

    (2 x 18) + 30 = 60 cm

    66 cm 65 cm .....( OK )

    Jumlah antrid = 20018

    = 11 buah Jumlah oprid = 11 - 1 = 10 buah

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 64

    4.4.2. Pelat Anak Tangga :

    Gambar 4.8 Tampak Anak Tangga

    4.4.2.1. Pembebanan plat anak tangga :

    1. Beban mati :

    Berat sendiri baja = 78500 N/m

    Tebal pelat = 3 mm = 0,003 m

    Lebar tangga = 1,20 m

    +

    qD = 78500 x 0,003 x 1,20

    = 283 N/m = 0,283 kN/m

    2. Beban hidup :

    Tangga (Tabel 3.1 PPIUG 1983) = 300 kg/m2 = 3 kN/m2

    qL = 0,3 x 3= 0,9 kN/m

    Kombinasi Beban :

    qU = 1,2qD + 1,6qL

    = (1,2 x 0,283) + (1,6 x 0,9)

    = 1,78 kN/m

    Mu = x qu x L2 = x 1,78 x (0,6)2

    = 0,8 kNm

    Profil siku 45x45x5

    60 cm 30 cm

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 65

    Zx = x b x h2 = x 220 x (0,3)2

    = 4,95 cm3 = 0,0000495 m3

    Mn = fy x Zx = 250000 x 0,0000495

    = 12,375 kNm

    Mn = 0,9 x 12,375

    =11,14 kNm

    Mn Mu

    11,14 knm 0,8 knm........ OK

    4.4.2.2. Kontrol Lendutan

    fijin= L360 = 60360 =0,16cm Ix= 112 bh3= 112 x220x0,33=0,495cm4 f= 5384 x (qD+qL)L4ExIx = 5384 x (0,283+0,9)6042000000x0,49 =0,0769

    f < fijin 0,0769 < 0,16....... (OK)

    4.4.3. Pengaku Pelat Anak Tangga

    Direncanakan memakai profil siku L 50 x 50 x 6

    Mutu baja , fy = 250 Mpa = 250 N/mm2 = 250000 kN/m2

    h = b = 45 mm t = 6 mm

    w = 0,047 kN/m Ix = 13,1257 cm4 = 0,000001313 m4

    Zx = 6,7015 cm3 =0,000067 m3

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 66

    4.4.3.1. Pembebanan

    1. Beban Mati (1/2 lebar injakan)

    Tebal pelat = 3mm = 0,003 m

    Berat pelat = 7850 x 0,003 x 0,150 = 47,1 N/m

    Berat profil = 44,7 N/m

    +

    = 91,8 N/m

    Alat Penyambung 10% = 9,18 N/m

    +

    qD = 100,098 N/m

    Kombinasi pembebanan :

    VD = x qD x L = x 0,1 x 6

    = 0,3 kN

    MD = x qD x L2 = x 0,1 x (6)2

    = 0,45 kN

    2. Beban Hidup

    Beban Hidup Terpusat

    Beban hidup pada anak tangga adalah sebagai berikut :

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 67

    a. Kondisi Beban Terpusat

    Gambar 4.9 Distribusi Beban Hidup Terpusat (Kondisi 1)

    P1 = 1000 N

    VL (terpusat) = (2 x P1)/2

    = ( 2 x 1000 )/2

    = 1000 N

    ML (terpusat) = Mmax (terpusat)

    = x P1 x L

    = x 1000 x 0,6

    = 150 Nm

    Beban Hidup Terbagi Rata

    qL = 3 x 0,15 = 0,45 kN/m

    VL (terbagi rata) = 1/2 x qL x L

    = 1/2 x 0,45 x 0,6

    = 0,135 kN

    ML (terbagi rata) = Mmax (terbagi rata)

    = 1/8 x qL x L2

    = 1/8 x 0,45 x (0,6)2

    = 0,02 kN

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 68

    Sehingga :

    qu = 1,2qD + 1,6qL

    = (1,2 x 1) + (1,6 x 0,45)

    = 1,92 kN/m

    Vu = 1,2VD + 1,6VL

    = (1,2 x 0,3) + (1,6 x 0,135)

    = 0,576 kN

    Mu = 1,2MD + 1,6ML

    = (1,2 x 0,45) + (1,6 x 0,02)

    = 0,572 kNm

    4.4.3.2. Kontrol Lendutan

    fijin=

    L360

    =0,6360

    =0,00167 f = 5384 x (qD + qL)LExI = 5384 x (1 + 0,45)0,62000000x0,000001313

    = 0,000932 cm < fijin = 0,00167 .....(OK)

    4.4.3.3. Kontrol Penampang Profil

    Pelat Sayap

    l = bt = 506 = 8,33 l = 170 f = 170250 = 10,75 < p Penampang Kompak (OK)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 69

    Karena penampang kompak, maka :

    Mn = Mp

    Mn = fy x Zx = 250000 x 0,000067

    = 16,75 kNm

    Mp = 0,9 x 16,75

    = 15,075 kNm

    Mp Mu

    15,075 kNm 0,572 kNm......... OK

    4.4.3.4. Kontrol Kuat Geser

    ht = 456 = 7,5 ht

    1100 fy ( plastis) 1100 f = 1100250 = 69,57 Vn = 0,6 x fy x Aw

    = 0,6 x 250 x ( 5 x 0,6 + 5 x 0,6 )

    = 9000 N = 9 kN

    Vn = 0,9 x 9

    = 8,1 kN

    Vn Vu

    8,1 kN 0,576 kN......... OK

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 70

    4.4.4. Pelat Bordes

    Pelat bordes menggunakan pelat baja t = 3 mm. b = 1000 mm

    Mutu baja BJ 37

    fy = 240 Mpa = 240 N/mm2

    fu = 370 Mpa = 370 N/mm2

    Sx = 1/6 x b x t2

    = 1/6 x 1000 x 32 = 1500 mm3

    4.4.4.1 Pelat Bondek

    1. Beban Hidup ( tabel 3.1 PPIUG 1983 )

    Beban hidup bordes (qL) = 300 kg/m2 = 3 kN/m2

    2. Beban Mati

    Berat sendri baja = 7850 kg/m3 = 78,5 kN/m3

    Berat sendiri pelat bordes = 78,5 x 0,003 x 1 = 0,236 kN/m

    qU = 1,2qD + 1,6qL

    = (1,2 x 0,236) + (1,6 x 3)

    = 0,2832 x 4,8

    = 1,359 kN/m

    Mu = 1/8 x qU x L2

    = 1/8 x 1,359 x 0,62

    = 0,0611 kNm

    Mn = fy x Sx

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 71

    = 240 x 1500

    = 360000 Nmm = 0,36 kNm

    Mn = 0,9 x Mn

    = 0,9 x 0,36

    = 0,324 kNm

    Mn Mu

    0,324 kNm 0,0611 kNm......... OK

    4.4.5. Balok Tangga

    Direncanakan :

    WF 200 x 100 x 5,5 x 8

    Mutu baja , fy = 250 Mpa =250 N/mm2 = 250000 kN/m2

    w = 21,3 kg/m r = 11 mm

    d = 200 mm Ix = 1840 cm4

    tw = 5,5 mm Zx = 200 cm3

    bf = 100 mm = 60

    tf = 8 mm Sx = 184 cm3

    iy = 2,22 cm Ag = 27,16 cm2

    h = d 2(tf + r ) = 162 mm

    4.4.5.1 Pembebanan

    a. Pada Tangga

    1. Beban mati :

    Berat pelat = (78500 x 0,6 x 0,004 ) = 188,4 N/m

    Berat profil siku = ( 44,7 x 0,6 x 0,3 ) = 8,05 N/m

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 72

    Berat profil WF = Wcos

    = 213cos 34

    = 256,9 N/m

    +

    = 521,85 N/m

    Alat penyambung 10% = 521,85 N/m

    +

    qD = 574,03 N/m

    2. Beban hidup :

    qL = 0,6 x 3 = 1,8 kN/m

    qU1 = 1,2qD + 1,6qL

    = (1,2 x 0,574) + (1,6 x 1,8)

    = 3,568 kN/m

    a. Pada Bordes

    1. Beban mati :

    Berat pelat bordes = 4239 N/m

    Berat profil balok tangga = 213 N/m

    +

    = 4452 N/m

    Alat penyambung 10% = 445,2 N/m

    +

    qD = 4897,2 N/m

    2. Beban hidup :

    qL = 0,6 x 3 = 1,8 kN/m

    qU2 = 1,2qD + 1,6qL

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 73

    = (1,2 x 4,897) + (1,6 x 1,8)

    = 10,677 kN/m

    Gambar 4.11 Distribusi Beban Tangga

    MA = - RB (4,5) + qu1(3)(1,5) + qu2 (1,5)(3,75) = 0

    R = 3,568(4,5) + 10,677(5,625)4,5 = 16,91kN MB = RA (4,5) - qu1(3)(3) - qu2 (1,5)(0,75) = 0

    R = 3,568(9) + 10,677(1,125)4,5 = 9,8kN V = RA + RB - qu1(3) - qu2 (1,5)

    = 9,8 + 16,91 - 10,71 - 16

    = 0 .......OK

    Momen maksimum pada bentang A-C adalah :

    MX = RAX qu1 X2

    = 1860,28 X ( x 1067,664 X2) Momen maksimum terjadi bila = 0 1860,28 1067,664 X = 0

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 74

    X = , , = 1,74 Mmax = 18,60 (1,74) ( x 10,68 (1,74)2) = 16,21 kNm

    Momen maksimum pada bentang B-C adalah :

    Momen maksimum terletak pada titil C ( X= 1,5 dari kanan)

    MC KANAN = RBX qu2 X2

    = 16,91 (1,5) ( x 10,667 (1,5)2)

    = 13,36 kNm

    MC KIRI = RAX qu1 X2

    = 9,8 (3) ( x 3,568 (3)2)

    = 13,36 kNm

    MC KANAN = MC KIRI = 13,36 kNm

    Gaya lintang pada bentang A-C adalah :

    X = 0 m

    DA = RA x cos 34

    = 9,8 x cos 34 = 81,24 kN

    X = 3 m

    DC KIRI = RA x cos34 qu1(LAC) x cos34

    = 9,8 x cos34o (3,568 (3) x cos34)

    = - 0,749 kN

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 75

    Gaya lintang pada bentang B-C adalah :

    DC KANAN = RB qu2(LCB)

    = 16,91 (3,568(1,5))

    = 11,558 kN

    X = 4,5 m

    DBMAX = RB = 16,91 kN

    Gaya lintang pada bentang B-C adalah :

    NA = -RA x sin 34

    = 9,8 x sin 34 = 54,8 kN

    NC KIRI = -RA x sin 34 + qu1(LAC) x sin 34

    = -9,8 x sin 34 + (3,568(3) x sin 34)

    = 11,46 kN

    DC KANAN-B = 0

    4.4.5.2 Kontrol Penampang Profil

    Pelat Sayap

    l = b2t = 1002x8 = 10016 = 6,25

    l = 170 f = 170250 = 10,75 < p Penampang Kompak (OK)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 76

    Pelat Badan

    l = ht = 1625,5 = 29,5 l = 1680 f = 1680250 = 106,25 < p Penampang Kompak (OK)

    4.4.5.3 Kontrol Tekuk Lateral

    Lb = ( + ) = (15 + 30 ) = 33,5 cm

    Lp = 1,76 iy = 1,76 x 2,22 = 110,512 cm

    Lb < Lp = Bentang Pendek

    Karena bentang pendek, maka :

    Mn = Mp

    Mn = fy x Zx = 250000 x 0,0002

    = 50 kNm

    Mn = 0,9 x 50

    = 45 kNm

    Mn Mu

    45 kNm 20,63 kNm....... OK

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 77

    4.5.4. Kontrol Kuat Geser

    = , = 29,5

    ht

    1100 fy ( plastis) 1100 fy = 1100250 =69,57

    Vn = 0,6 x fy x Aw

    = 0,6 x 250000 x ( 0,005 x 0,162 )

    = 121,5 kN

    Vn = 0,9 x 121,5

    = 109,35 kN

    Vn Vu

    109,35 kn 26,71 kn................ OK

    4.4.5.5. Kontrol Interaksi Tekan dan Lentur

    L = 3002 + 2002 = 360,55 cm

    kc = 1 ( sendi-sendi )

    = = 1 335,41 2,22 25002000000

    = 1,68 c 1,2

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 78

    = 1,25 c2 = 3,53

    Pn = ( Ag x fy )/ = (0,2716 x 250000 ) / 3,53

    = 192,35 kN

    Pn = 0,9 x Pn = 0,9 x 192,35 = 173,11 kN = , , = 0,1 < 0,2 maka, = 0,1

    ..2

    ++

    ny

    uy

    nx

    ux

    n

    u

    MbM

    MbM

    PP

    fff

    0,1

    450006,2519

    192,35220,76

    +=

    x

    = 0,60 1,0 ................. OK

    4.4.5.6. Kontrol Lendutan

    fijin=

    L360

    =360,55

    360= 1 cm

    f = 5384

    x (qD qL)L4ExIx

    = 5384

    x(489700 + 180)360,554

    2000000x1840 = 0,14 cm < fijin = 1......(OK)

    Jadi,Profil Balok tangga dipakai : WF 200 x 100 x 5,5 x 8

    4.5. Perencanaan Balok Lift

    Perencanaan balok lift meliputi balok-balok yang berkaitan dengan ruang

    mesin lift, yaitu yang terdiri dari balok penumpu dan balok penggantung lift.

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 79

    Untuk lift pada bangunan ini menggunakan lift yang diproduksi oleh PT.

    Hyundai Elevator CO., LTD, dengan data-data sebagai berikut :

    Type lift : Office Elevator

    Merk : Hyundai

    Kapasitas : 6 orang ( 450 kg )

    Lebar pintu ( opening width ) : 800 mm

    Dimensi sangkar ( car size ) : Inside 850 x 1400 mm

    Outside 1060 x 1460 mm

    Dimensi ruang luncur : 1400 x 2200 mm

    Dimensi ruang mesin : 2600 x 2900 mm

    Beban reaksi ruang mesin : R1 = 3750kg(Beratmesinpenggerak + bebankereta + perlengkapan) R2 = 2600kg(Beratbandulpemberat + perlengkapan) 4.5.1 Balok Penggantung Lift

    1. Beban yang bekerja pada balok penumpu

    Beban yang bekerja merupakan beban akibat dari mesin penggerak lift +

    berat kereta dari mesin luncur + perlengkapan, juga akibat bandul pemberat +

    perlengkapan.

    2. Koefisien kejut beban hidup oleh keran

    Pasal 3.3.(3) PPIUG 1983 menyatakan bahwa beban keran yang membebani

    struktur pemikulnya terdiri dari berat sendiri keran ditambah muatan yang

    diangkatnya, dalam kedudukan keran induk dan keran angkat yang paling

    menentukan bagi struktur yang ditinjau. Sebagai beban rencana harus diambil

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 80

    beban keran tersebut dengan mengalikannya dengan suatu koefisien kejut

    yang ditentukan dengan rumus berikut :

    = ( 1 + k1 x k2 x V ) 1,15

    Dimana :

    = koefisien kejut yang nilainya tidak boleh diambil kurang dari 1,15.

    V = kecepatan angkat maksimum dalam m.det pada pengangkatan

    muatan maksimim dalam kedudukan keran induk dan keran angkat

    yang paling menentukan bagi struktur yang ditinjau dan nilainya

    tidak perlu diambil lebih dari 1,00 m/det.

    k1 = koefisien yang bergantung pada kekakuan struktur keran induk,

    yang untuk keran induk dengan struktur rangka, pada umumnya

    nilainya dapat diambil sebesar 0,6.

    K2 = koefisien yang bergantung pada sifat mesin angkat dari keran

    angkatnya dan diambil sebesar 1,3.

    Jadi, beban yang bekerja pada balok adalah :

    P = R x

    = (37,50 + 26 ) x ( 1 + 0,6 x 1,3 x 1 )

    = 113,03 kN ( beban terpusat lift )

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 81

    Gambar 4.13 Denah Lift

    4.5.1.1 Data-data Perencanaan

    Direncanakan :

    WF 200 x 100 x 5,5 x 8

    Mutu baja BJ 41 , fy = 250 Mpa = 250 N/mm2 = 250000 kN/m2

    w = 21,3 kg/m r = 11 mm

    d = 200 mm Ix = 1840 cm4

    tw = 5,5 mm Zx = 200 cm3

    bf = 100 mm = 60

    tf = 8 mm Sx = 184 cm3

    iy = 2,22 cm Ag = 27,16 cm2

    h = d 2(tf + r ) = 162 mm

    Panjang balok penggantung (L) = 0,95 m

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 82

    4.5.1.2 Pembebanan Balok Penggantung Lift

    1. Beban mati :

    Berat profil = 213 N/m

    Berat bondek = 101 x (1/2 x 1,25) = 63,13 N/m

    Beton = 0,09 x 24000 x 0,625 = 1350 N/m

    +

    = 1626,13 N/m

    Penggantung 10% = 162,6 N/m

    +

    qD = 1788,73 N/m

    2. Beban hidup :

    (Tabel 3.1 PPIUG 1983)

    Beban hidup pada atap = 1000 N/m2

    qL = x 1,25 x 1000 = 625 N/m

    Kombinasi Beban :

    P = 113,03 kN

    qu = 1,2qD + 1,6qL

    = (1,2 x 1,79) + (1,6 x 0,625) = 2,78 kN/m

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 83

    Dari persamaan didapat MB = 97,5 kN

    Va = Vb = x 56,51 kN = 28,25 kN MMAX = (

    x 56,51 x 0,95) + ( x 2,79 x 0,95 ) = 13,42 + 0,63 = 14,05 kNm

    4.5.1.3 Kontrol Penampang

    Pelat Sayap

    l = bf2tf

    = 1002x8 = 10016 = 6,25

    l p = 170 fy = 170250 = 10,75 < p Penampang Kompak (OK)

    Pelat Badan

    l = htw

    = 1625,5 = 29,45 l p = 1 fy = 1 250 = 67,98

    < p Penampang Kompak (OK)

    Dari kombinasi pembebanan didapat,

    Mu = 13,42 kNm

    Karena penampang kompak, maka : Mn = Mp

    Mn = Fy x Zx

    = 250000 x 0,0002 = 50 kNm

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 84

    Mn = 0,9 x 50

    = 45 kNm

    Mn Mu

    45 kNm 13,42 kNm ......... OK

    4.5.1.4 Kontrol Kuat Geser

    l = = , = 29,45 l p = 1100 fy = 1100250 = 69,57 h

    tw 1100 fy = Plastis

    Vn = 0,6 x Fy x Aw

    = 0,6 x 250000 x (0,05 x 0,2)

    = 150 kN

    Vn = 0,9 x 150 = 135 kN

    Vn Vu

    135 kN 28,25 kN ..... OK

    4.5.1.5 Kontrol Lendutan

    cm 0,53360190

    360Lf ===

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 85

    ( )OK ............ 0,53f0,26

    18401020,95412,

    3845

    IEL)q(q

    3845f

    6

    4x

    4Ld

    ==

    =

    +

    =

    Jadi, Profil Balok Penggantung Lift dipakai Profil WF 200 x 100 x 5,5 x 8

    4.5.2 Balok Penumpu Lift

    4.5.2.1 Data-data Perencanaan

    Direncanakan : Profil WF 200 x 150 x 6 x 9

    Mutu baja BJ 41 , fy = 250 Mpa = 250 N/mm2 = 250000 kN/m2

    W = 30,6 kg/m r = 13 mm

    d = 200 mm Ix = 2690 cm4

    tw = 6 mm Zx = 296 cm3

    bf = 150 mm Sx = 277 cm3

    tf = 9 mm

    h = d 2(tf + r )

    = 200-2(9+13) = 15 mm

    Panjang balok penumpu (L) = 1,45 m

    4.5.2.2 Pembebanan Penumpu Lift

    Beban reaksi perletakan balok penggantung lift

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 86

    Va = Vb = x 56,52 x 2

    = 56,52 kN

    Vu = 56,51 kN

    Ma = 0

    M1= M3 = 56,52 x 0,75

    = 42,38 kNm

    M2 = 56,52 (0,75 + 0,25) 56,52 x 0,25

    = 56,52 14,12

    = 42,38 kNm

    M max = 42,38 kNm

    4.5.2.3 Kontrol Penampang

    Pelat Sayap

    l = bf2tf

    = 602x8

    = 6016

    = 3,75

    l p = 170 fy = 170250 = 10,75 < p Penampang Kompak (OK)

    Pelat Badan

    l = ht = 916 = 15,17 l p = 1680 fy = 1680250 = 106,25

    < p Penampang Kompak (OK)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 87

    Dari kombinasi pembebanan didapat,

    Mu = 42,38 kNm

    Karena penampang kompak, maka : Mn = Mp

    Mn = Fy x Zx

    = 250000 x 0,000296 = 74 kNm

    Mn = 0,9 x 74

    = 66 kNm

    Mn Mu

    66 kNm 42,38 kNm (OK)

    4.5.2.4 Kontrol Kuat Geser

    l = ht = 916 = 15,17 l p = 1100 fy = 1100250 = 69,57 htw 1100 fy PLASTIS

    Vn = 0,6 x Fy x Aw

    = 0,6 x 250000 x (0,006 x 0,2)

    = 180 kN

    Vn = 0,9 x 180 kN

    = 162 kN

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 88

    Vn Vu

    162 kN 56,51 kN (OK)

    4.5.2.5 Kontrol Lendutan

    cm 0,0043601,45

    360Lf ===

    ( )OK! ............ 59,0f0.25

    26901021,4541,2

    3845

    IEL)q(q

    3845f

    6

    4x

    4Ld

    ==

    =

    +

    =

    Jadi, Profil Balok Penumpu Lift dipakai Profil WF 200 x 150 x 6 x 9

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 89

    BAB V

    PEMBEBANAN DAN ANALISA STRUKTUR PRIMER

    5.1 Umum

    Merencanakan beban gempa adalah bertujuan untuk mendapatkan beban

    gempa yang sesuai dengan peraturan untuk dibebankan kedalam struktur gedung.

    Beban gempa rencana dicek terhadap kontrol kontrol sesuai peraturan gempa yaitu

    SNI 03-1726-2002, dimana kontrol kontrol tersebut terdiri dari kontrol nilai gaya

    geser dasar (base shear), waktu getar alami fundamental (T), dan simpangan (drift).

    5.2 Pembebanan

    Untuk mendapatkan beban gempa yang sesuai dengan SNI 03-1726-2002,

    maka terlebih dahulu dicek besarnya Vdinamis yang telah didapatkan dengan bantuan

    program ETABS v9.7.1 dan membandingkan besaran Vdinamis tersebut dengan Vstatis

    yang akan diperhitungkan di bawah ini sesuai dengan SNI 03-1726-2002 Ps.6.1, dan

    nilai Vstatis ini harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung ke masing masing

    lantai sesuai SNI 03-1726-2002 Ps.6.1.2

    5.2.1 Data Gedung

    Data data gedung yang akan dibutuhkan dalam penghitungan Vstatis adalah

    sebagai berikut,

    - Mutu baja : BJ41

    - Mutu beton ( fc ) : 25MPa

    - Tinggi tipikal lantai : 4,25 m

    - Tebal pelat bondek lantai 1 6 : 11 cm

    - Tebal pelat bondek lantai atap : 9 cm

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 90

    - Profil balok induk 1 : Castellated beam 675 x 200 x 9 x 14

    - Profil balok induk 2 : Castellated beam 450 x 150 x 6,5 x 9

    - Profil balok induk 3 : Castellated beam 225 x 75 x 5 x 7

    - Profil balok anak : Castellated beam 300 x 100 x 5,5 x 8

    - Profil balok tangga : WF 200 x 100 x 5,5 x 8

    - Profil kolom king cross : King cross 800 x 300 x 14 x 26

    - Profil kolom queen cross : King cross 800 x 300 x 14 x 26

    - Wilayah gempa : WG6

    - Kategori tanah : Tanah Lunak

    - I ( Faktor keutamaan gedung ) : 1

    Denah gedung terlampir.

    5.2.2 Perhitungan Berat Struktur

    Beban gravitasi berupa beban mati dan beban hidup yang bekerja di tiap lantai

    atau atap.

    a) Lantai 8 (Atap)

    Kolom king cross : 4 x 3697 x 29 = 428852 N

    Kolom queen cross : 4 x 2774 x 29 = 321784 N

    Balok induk 1 : 2160 x 660 = 142560 N

    Balok induk 2 : 122,35 x 367 = 26060 N

    Balok induk 3 : 16,3 x 140 = 2282 N

    Balok anak : 255,6 x 213 = 54443 N

    Balok Penggantung lift : 4 x 213 = 852 N

    Balok Penumpu lift : 4,35 x 306 = 1330 N

    Pelat bondek : 915,92 x 101 = 92508 N

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 91

    Pelat beton : 915,92 x 0,11 x 24000 = 418029 N

    Dinding : 43 x 4 x 2500 = 376250 N

    Penggantung : 915,92 x 70 = 64114 N

    Plafond : 915,92 x 110 = 100750 N

    Aspal t = 1 cm : 915,92 x 240 = 219820 N

    Spesi t = 2 cm : 915,92 x 210 x 2 = 384686 N

    Plumbing : 915,92 x 100 = 91592 N

    Pipa + ducting : 915,92 x 200 = 91592 N

    Wd8 = 2117504 N

    Dan beban hidup yang bekerja pada lantai tersebut adalah,

    Beban hidup : = 915,92 x 250 = 228980 Kg = 2289800 N

    Wl8 : = 228980 Kg = 2289800 N

    Menurut PPIUG Ps.3.5 bahwa beban hidup dapat direduksi untuk komponen

    struktur yang menumpu bebrapa lantai tingkat, maka beban hidup diatas dapat

    direduksi dikalikan dengan koefisien reduksi untuk beban hidup sebesar 0,6 untuk

    gedung yang berfungsi sebagai perkantoran menurut PPIUG Ps.3.5 Tabel 3.3.

    Sehingga setelah dikalikan faktor reduksi tersebut , maka total beban hidup (Wl1)

    menjadi,

    Wl8 = 0,3 x Wl3

    = 0,3 x 228980

    = 68694 Kg = 686940 N

    Sehingga berat total lantai 8 menjadi,

    Wt8 = Wd8 + Wl8

    = 211750,4 + 68694 = 280444,4 Kg = 2804444 N

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 92

    b) Lantai 3-7

    Kolom king cross : 4 x 3697 x 29 = 428852 N

    Kolom queen cross : 4 x 2774 x 29 = 321784 N

    Balok induk 1 : 216 x 660 = 142560 N

    Balok induk 2 : 116,35 x 367 = 24783 N

    Balok induk 3 : 16,3 x 140 = 2282 N

    Balok anak : 255,6 x 213 = 54443 N

    Balok tangga : 18 x 213 = 3834 N

    Pelat bondek : 915,92 x 101 = 92508 N

    Pelat beton : 915,92 x 0,11 x 24000 = 2418029 N

    Dinding : 188 x 3,325 x 2500 = 156275 N

    Penggantung : 915,92 x 70 = 64114 N

    Plafond : 915,92 x 110 = 100750 N

    Tegel : 915,92 x 240 = 219820 N

    Spesi t = 2 cm : 915,92 x 210 x 2 = 384686 N

    Plumbing : 915,92 x 100 = 915920 N

    Pipa + ducting : 915,92 x 200 = 915920 N

    Wd3 = 6004389 N

    Dan beban hidup yang bekerja pada lantai tersebut adalah,

    Beban hidup : = 915,92 x 250 = 228980 Kg = 228980 N

    Wl3 : = 228980 Kg = 2289800 N

    Menurut PPIUG Ps.3.5 bahwa beban hidup dapat direduksi untuk komponen

    struktur yang menumpu bebrapa lantai tingkat, maka beban hidup diatas dapat

    direduksi dikalikan dengan koefisien reduksi untuk beban hidup sebesar 0,3 untuk

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 93

    gedung yang berfungsi sebagai perkantoran menurut PPIUG Ps.3.5 Tabel 3.3.

    Sehingga setelah dikalikan faktor reduksi tersebut , maka total beban hidup (Wl1)

    menjadi,

    Wl3 = 0,3 x Wl3

    = 0,3 x 228980

    = 68694 Kg = 686940 N

    Sehingga berat total lantai 3-6

    Wt3 = Wd3 + Wl3

    = 600438,9 + 68694 = 669132,9 Kg = 6691329 N

    c) Lantai 1-2

    Kolom king cross : 4 x 3697 x 29 = 428852 N

    Kolom queen cross : 4 x 2774 x 29 = 321784 N

    Balok induk 1 : 216 x 660 = 142560 N

    Balok induk 2 : 110,35 x 367 = 40498 N

    Balok induk 3 : 16,3 x 140 = 2282 N

    Balok anak : 249,6 x 213 = 53165 N

    Balok tangga : 18 x 213 = 3834 N

    Pelat bondek : 915,92 x 101 = 92508 N

    Pelat beton : 915,92 x 0,11 x 24000 = 2418029 N

    Dinding : 188 x 3,325 x 2500 = 1562750 N

    Penggantung : 915,92 x 70 = 64114 N

    Plafond : 915,92 x 110 = 100750 N

    Tegel : 915,92 x 240 = 219820 N

    Spesi t = 2 cm : 915,92 x 210 x 2 = 384686 N

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 94

    Plumbing : 915,92 x 100 = 91592 N

    Pipa + ducting : 915,92 x 200 = 91592 N

    Wd1 = 6018816 N

    Dan beban hidup yang bekerja pada lantai tersebut adalah,

    Beban hidup : 915,92 x 250 = 228980 Kg = 2289800 N

    Wl1 : 228980 Kg = 2289800 N

    Menurut PPIUG Ps.3.5 bahwa beban hidup dapat direduksi untuk komponen

    struktur yang menumpu bebrapa lantai tingkat, maka beban hidup diatas dapat

    direduksi dikalikan dengan koefisien reduksi untuk beban hidup sebesar 0,6 untuk

    gedung yang berfungsi sebagai perkantoran menurut PPIUG Ps.3.5 Tabel 3.3.

    Sehingga setelah dikalikan faktor reduksi tersebut , maka total beban hidup (Wl1)

    menjadi,

    Wl1 = 0,3 x Wl1

    = 0,3 x 228980

    = 68694 Kg = 686940 N

    Sehingga berat total lantai 1-2

    Wt1 = Wd1 + Wl1

    = 601881,6 + 69712,5 = 671594,1 Kg = 6715941 N

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 95

    Ringkasan berat bangunan dinyatakan dalam Tabel 5.1 berikut ini :

    Tabel 5.1 Berat Struktur per Lantai

    Lantai Tinggi hx (m) Berat Lantai Wx

    (N) Lantai 8 28 2804444 Lantai 7 24 6691329 Lantai 6 20 6691329 Lantai 5 16 6691329 Lantai 4 12 6691329 Lantai 3 8 6691329 Lantai 2 4 6715941 Lantai 1 0 6715941

    5.3 Pembebanan Gempa Statik Ekivalen

    5.3.1 Waktu Getar Alami

    Menurut Ps. 5.6 SNI 03-1726-2002, untuk mencegah penggunaan struktur

    gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental T1 struktur harus

    dibatasi. Dengan rumus empiris Method A dari UBC section 1630.2.2, waktu getar

    alamai gedung adalah :

    Ct = 0,0853 (koefisien untuk bangunan sistem rangka pemikul momen baja)

    Hn = 4 x 7 = 28 m (tinggi gedung dalam m, diukur dari taraf penjepitan)

    Tempiris = Ct x = 0,0853 x 12,17

    = 1,038 detik

    Menurut Ps .5.6 tabel 8 SNI 03-1726-2002 untuk wilayah gempa, pembatasan waktu

    getar alami adalah : = 0,15 (wilayah gempa 6) n = 7 (jumlah tingkat gedung yang ditinjau)

    Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

  • 96

    T = xn = 0,15 x 7

    = 1,05 detik

    Sehingga Tempiris = 1,038 detik < T= 1,05 detik.....OK!

    5.3.2 Gaya Geser Dasar Nominal