perempuan dan parlemen: studi atas kinerja...

75
PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA SUPARMI SEBAGAI KETUA DPRD KOTA TANGERANG TAHUN 2014 - 2019 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Fauziah NIM: 11151120000008 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

PEREMPUAN DAN PARLEMEN:

STUDI ATAS KINERJA SUPARMI SEBAGAI KETUA DPRD KOTA

TANGERANG TAHUN 2014 - 2019

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Fauziah

NIM: 11151120000008

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019

Page 2: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

PEREMPUAN DAN PARLEMEN:

STUDI ATAS KINERJA SUPARMI SEBAGAI KETUA DPRD KOTA

TANGERANG TAHUN 2014 - 2019

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Fauziah

NIM: 11151120000008

Dosen Pembimbing,

Dra. Gefarina Djohan, MA.,

NIP: 196310241999032001

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2019

Page 3: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

PEREMPUAN DAN PARLEMEN:

Studi Atas Kinerja Suparmi Sebagai Ketua DPRD Kota Tangerang Tahun

2014 - 2019

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 11 November 2019

Fauziah

Page 4: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Fauziah

NIM : 11151120000008

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

PEREMPUAN DAN PARLEMEN:

Studi Atas Kinerja Suparmi Sebagai Ketua DPRD Kota Tangerang Tahun

2014 - 2019

dan telah diujikan pada tanggal 11 November 2019.

Ciputat, 11 November 2019

Mengetahui, Mengetahui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Iding Rosyidin, M.Si Dra. Gefarina Djohan, MA

NIP: 19701013 200501 1 003 NIP: 1963102419990321001

Page 5: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

PEREMPUAN DAN PARLEMEN: Studi Atas Kinerja Suparmi Sebagai

Ketua DPRD Kota Tangerang Tahun 2014 - 2019

Oleh:

Fauziah

11151120000008

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

pada 11 November 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua Sekretaris

Dr. Iding Rosyidin, M.Si Suryani, M.Si

NIP: 197010132005011003 NIP: 197704242007102003

Penguji I, Penguji II,

Suryani, M.Si Ana Sabhana Azmy, M.I.P

NIP: 197704242007102003 NIDN: 2010018601

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada 11 November 2019.

Ketua Program Studi Ilmu Politik, FISIP UIN Jakarata

Dr. Iding Rosyidin, M.Si

NIP: 19701013 2005011003

Page 6: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

iv

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang perempuan dan parlemen dengan Studi

kinerja Suparmi sebagai Ketua DPRD Kota Tangerang Tahun 2014-2019. Tujuan

dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui kinerja Suparmi sebagai perempuan

pertama yang menjabat Ketua DPRD. Selain itu, dianalisis juga faktor yang

mempengaruhi kinerja Suparmi dan melihat apakah pandangan gender yang

melekat pada masyarakat dapat menghambat kinerjanya.

Keterlibatan perempuan dalam politik masih sangat sedikit, walaupun

pemerintah telah membuat kebijakan tentang kouta 30% dalam pemilu legislatif.

Kentalnya budaya patriarki yang melekat di masyarakat beranggapan bahwa

perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

dunia tersebut. Hal ini menjadi kendala sehingga menghambat keinginan

perempuan untuk terjun ke dalam ranah politik. Terkadang ada juga perempuan

yang menjadi anggota legislatif merasa keberadaannya dimarginalkan dan tidak

dapat memberikan aspirasinya penuh untuk memperjuangkan kepentingan

perempuan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengambilan

data melalui wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan teori gender, teori keterwakilan perempuan, dan konsep kinerja.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pandangan gender yang mengatakan

perempuan belum mampu bersaing dengan laki-laki di dunia politik adalah salah.

Sebab, Suparmi dapat membuktikan bahwa perempuan mampu bersaing di dunia

politik bahkan mampu menjadi seorang pemimpin. Kinerja Suparmi sebagai

Ketua DPRD juga sudah berusaha semaksimal mungkin, walaupun kinerjanya

dalam merespon keluhan masyarakat masih lamban.

Kata kunci: ketua DPRD perempuan, kinerja, keterwakilan politik

Page 7: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa

Ta’ala karena atas berkah, rahmat dan hidayahNya sehingga penulis akhirnya

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam dicurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul yang telah membawa umatnya dari

kegelapan pada masa yang terang benderang hingga saat ini.

Skripsi yang berjudul “PEREMPUAN DAN PARLEMEN: Studi Atas

Kinerja Suparmi Sebagai Ketua DPRD Kota Tangerang Tahun 2014-2019”

disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program

Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin akan

terlaksanakan apabila tidak ada bantuan dari beberapa pihak terkait, melalui

kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ali Munhanif, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

vi

3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Suryani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Dra. Gefarina Djohan, M.A, selaku Dosen Pembimbing dalam penelitian ini,

terimakasih atas bimbingan, kritikan, dan dorongannya selama penelitian ini.

6. Suryani, M.Si dan Ana Sabhana Azmy, M.I.P selaku dosen penguji skripsi

yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan

masukan serta koreksi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.

8. Suparmi, ST, Ella Silvia, SH, MH, Hapipi, S.Sos, dan H. Turidi Susanto,

terimakasih atas waktunya untuk bersedia diwawancarai serta memberikan

masukan atas penelitian ini.

9. Seluruh dosen pengajar Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta,

terimakasih atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan selama penulis

berkuliah.

10. Seluruh pejabat dan staf FISIP UIN Jakarta, terimakasih atas dukungannya

kepada penulis.

11. Kedua orangtua penulis yang tercinta, Asnawi dan Napisah, terimakasih atas

doa, dukungan, dan kasih sayangnya yang tidak pernah berhenti selama ini.

Page 9: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

vii

Tanpa kasih sayang dan perjuangan kalian, penulis tidak akan pernah

menjadi seperti saat ini.

12. Terimakasih kepada sahabat penulis Fauziah Setianingsih, Dewi Ayu, Fiko

Farnolo, dan Anggi Stiadi yang telah memberikan waktu, doa, serta

dukungan bagi penulis selama penelitian ini.

13. Terimakasih kepada teman-teman penulis, Chika Susanti, Alissa Januar,

Wida Pangestika, Nida Mardhiah, dan Ressy Yuliawati yang telah

memberikan waktu, doa, serta dukungan bagi penulis selama penelitian ini.

14. Kelas Ilmu Politik A 2015 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terima

kasih selama kuliah telah memberikan semangat dan banyak pembelajaran

berharga.

15. Teman-teman Ilmu Politik 2015 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu,

terima kasih selama kuliah telah memberikan semangat dan banyak

pembelajaran berharga.

16. Terimakasih kepada Kak Quwatul M Zakiyah yang telah membantu serta

membimbing penulis selama kuliah, mau berbagi ilmu dan memberikan

semangat serta pembelajaran berharga.

17. Terimakasih kepada Kak Oktavia dan Feby teman sesama dospem

pembimbing yang selalu memberikan semangat dan selalu bertukar ilmu

serta pikiran bersama.

Page 10: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

viii

18. Teman-teman KKN MENTARI 108 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-

persatu yang sudah memberikan pengalaman dan banyak pembelajaran.

19. Terimakasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu,

yang telah berkontribusi di dalam kehidupan penulis selama ini.

Penulis berharap segala bentuk dukungan dan semangat yang telah

diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap dapat

memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis juga terbuka akan kritik dan saran

yang bersifat membangun guna melengkapi segala kekurangan dan keterbatasan

dalan penyusunan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat dan wawasan bagi setiap pembacanya serta bagi pengembangan studi

Ilmu Politik.

Jakarta, 11 November 2019

Fauziah

Page 11: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 5

C.1. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

C.2. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 6

E. Metodologi Penelitian ....................................................................................... 11

E.1. Pendekatan Penelitian............................................................................. 11

E.2. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 11

a) Wawancara ......................................................................................... 11

b) Studi Literatur .................................................................................... 12

E.3. Teknik Analisis Data .............................................................................. 12

F. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 13

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP ................................................. 15

A. Gender .............................................................................................................. 15

A.1. Pengertian Gender .................................................................................. 15

A.2. Kesetaraan dan Keadilan Gender ........................................................... 16

B. Keterwakilan Perempuan dalam Politik ........................................................... 19

C. Kinerja .............................................................................................................. 22

C.1. Pengertian Kinerja .................................................................................. 22

C.2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ...................................................... 23

Page 12: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

x

C.3. Penilaian Kinerja .................................................................................... 25

C.4. Indikator Kinerja .................................................................................... 26

BAB III PROFIL SUPARMI DAN DPRD KOTA TANGERANG ............... 29

A. Biografi Politik Suparmi .................................................................................. 29

B. Gambaran Umum DPRD Kota Tangerang ....................................................... 35

BAB IV KINERJA SUPARMI SEBAGAI KETUA DPRD KOTA

TANGERANG .................................................................................................... 39

A. Proses Terpilihnya Suparmi Sebagai Ketua DPRD Kota Tangerang .............. 39

B. Kinerja Ketua DPRD Kota Tangerang Tahun 2014-2019 ............................... 40

B.1. Produktivitas .......................................................................................... 41

B.2. Responsivitas.......................................................................................... 43

B.3. Akuntabilitas .......................................................................................... 45

B.4. Responbilitas ......................................................................................... 47

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Suparmi Sebagai Ketua DPRD

Kota Tangerang ..................................................................................................... 53

C.1. Faktor Pendukung .................................................................................. 53

C.2. Faktor Penghambat ................................................................................ 55

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 56

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 56

B. Saran ................................................................................................................. 57

B.1. Saran Akademis ..................................................................................... 57

B.2. Saran Praktis........................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 59

Page 13: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Jumlah Perolehan Suara Sah 5 Partai Politik Teratas Dalam Pemilu

Legislatif 2014 di Kota Tangerang ........................................................................ 2

Tabel I.2. Jumlah Anggota Legislatif Perempuan di DPRD Kota Tangerang . ...... 3

Tabel III.1 Nama-nama Anggota DPRD Kota Tangerang Provinsi BantenTahun

2014-2019 ............................................................................................................. 37

Tabel III.2 Nama-nama Ketua Komisi DPRD Kota Tangerang Provinsi Banten

Tahun 2014-2019 .. ............................................................................................... 38

Page 14: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aturan mengenai kewajiban kouta 30% bagi calon legislatif perempuan

sudah tertuang dalam sejumlah Undang-Undang. Hal tersebut ada di Undang-

undang No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, Undang-Undang No.12 Tahun

2003 tentang Pemilihan Umum, Undang-Undang No.2 Tahun 2008 tentang

Partai Politik, serta Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum Anggota DPR/DPRD.

Dengan diberlakukannya Affirmative Action menjadi sebuah harapan bagi

perempuan di Indonesia agar keikutsertaan dalam aktivitas publik maupun

politik dapat menyuarakan kepentingan perempuan dengan kaum laki-laki baik

dalam ranah lokal, nasional, serta internasional.

Sama halnya dengan Kota Tangerang yang telah memberlakukan

Affirmative Action dan berusaha untuk meningkatkan keterwakilan perempuan

dalam setiap parlemen. Daerah yang dekat dengan Ibu Kota Jakarta membuat

Kota Tangerang menjadi kota heterogen dan letaknya yang cukup strategis.

Selama 21 tahun Kota Tangerang berdiri, DPRD Kota Tangerang selalu

dipimpin oleh seorang laki-laki.

Pada pemilu legislatif 2014, DPRD Kota Tangerang mengalami

perubahan kepemimpinan, pertama kalinya DPRD Kota Tangerang dipimpin

oleh sosok perempuan. Perempuan tersebut adalah Suparmi dari PDIP, dan PDIP

Page 15: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

2

juga yang memperoleh suara tertinggi pada pemilu legislatif di Kota Tangerang

tahun 2014.

Perolehan suara yang didapatkan oleh PDIP pada pemilu legislatif 2014

di Kota Tangerang cukup tinggi di bandingkan dengan partai lainnya. Hal ini

dapat dilihat perolehan suara dari 5 yang teratas adalah sebagai berikut1

Tabel I.1

Jumlah Perolehan Suara Sah 5 Partai Politik Teratas Dalam Pemilu

Legislatif 2014 di Kota Tangerang

No Partai Politik Suara Sah Persentase%

1 PDIP 166.688 21,07%

2 Golkar 118.025 14,92%

3 Gerindra 102.637 12,98%

4 PPP 73.896 9,34%

5 Demokrat 57.489 7,27%

Sumber: KPUD Kota Tangerang

Tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan suara tertinggi di peroleh

oleh partai PDIP sebesar 166.688 suara dan yang terendah oleh partai Demokrat

sebesar 57.489 suara.

Periode 2014-2019 ketika Suparmi menjadi Ketua DPRD adanya

peningkatan keterwakilan perempuan di DPRD Kota Tangerang dari periode

sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini sebagai berikut2

1 Data dari KPUD Kota Tangerang diakses dari https://www.kpu-tangerangkota.go.id,

pada tanggal 05 April pukul 18:00

2 Data dari KPUD Kota Tangerang diakses dari https://www.kpu-tangerangkota.go.id,

pada tanggal 05 April pukul 18:15

Page 16: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

3

Tabel I.2

Jumlah Anggota Legislatif Perempuan di DPRD Kota Tangerang

No Partai Politik Periode 2009-2014 Periode 2014-2019

1 PKS 1 1

2 PAN 1 1

3 Demokrat 4 2

4 Hanura 1 1

5 PDIP 1 3

6 Golkar - 1

7 PPP - 1

Jumlah 8 10

Sumber: KPUD Kota Tangerang

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada periode 2009-2014 hanya ada 8

anggota legislatif perempuan atau 16% perempuan. Kemudian pada periode

2014-2019 jumlah keterwakilan perempuan di DPRD Kota Tangerang

mengalami peningkatan berjumlah 10 anggota legislatif perempuan atau 20%

perempuan dari 50 anggota DPRD.3

Sebagai perbandingan bahwa di DPRD Kota Tangerang Selatan hanya

mampu memperoleh 11 perempuan (22%) pada periode 2014-2019 dari 50

anggota legislatif.4 Sama halnya di DPRD Kabupaten Karawang hanya mampu

memperoleh 6 orang (12%) perempuan pada periode 2009-2014 dari 50 anggota

legislatif.5

3 Data dari KPUD Kota Tangerang diakses dari https://www.kpu-tangerangkota.go.id,

pada tanggal 05 April pukul 18:20

4 Siti Rahmadianti, “Peran Anggota Legislatif Perempuan Di DPRD Kota Tangerang

Selatan Periode 2014-2019”, (Jakarta: Uin Jakarta 2015), hal. 49

5 Eka Yulyana, “Keterlibatan Politik Perempuan dalam Proses Legislasi DPRD Kabupaten

Karawang Periode 2009-2014”, (Jurnal Politikom Indonesiana, Vol 2 No. 2, November 2017),

105-113

Page 17: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

4

Pada dasarnya ketentuan kouta 30% sangat memungkinkan perempuan

untuk masuk ke dunia politik. Walaupun masih banyak hambatan untuk

perempuan masuk ke dalam politik, yang seolah-olah hanya layak bagi laki-laki

saja, banyak orang yang beranggapan bahwa dunia politik adalah dunia publik.

Ada juga yang berpandangan bahwa dunia politik adalah dunia yang keras, serta

dunia yang membutuhkan pikiran-pikiran cerdas, tetapi semua asumsi itu

ditujukan kepada laki-laki bukan perempuan. Pandangan yang mengatakan

bahwa perempuan tidak pantas untuk berpolitik, sebab perempuan sudah

dianggap sebagai penghuni dapur yang tidak dapat berpikir rasional dan masih

takut untuk mengambil resiko.6

Pemerintah juga telah mengakomodir perempuan dengan menetapkan

kouta 30% bagi setiap partai. Dalam Undang-undang No 8 Tahun 2012 Pasal 8

ayat (2e) yang berbunyi bahwa partai politik harus menyertakan sekurang-

kurangnya kouta 30% bagi perempuan dalam kepengurusan partai.7

Affirmative Action menjadi langkah strategis bagi perempuan untuk

masuk ke dalam politik. Sama halnya seperti yang dilakukan oleh Suparmi, kouta

30% untuk keterwakilan perempuan telah digunakan oleh Suparmi dengan sebaik

mungkin. Menjadi Ketua DPRD membuat Suparmi harus mampu membuktikan

bahwa ia dapat memberikan kinerja terbaiknya.

6 Tri Marheni Pudji Astuti, Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial, (Semarang: Unnes

Press, 2011), hal. 17

7 Undang-undang No 8 Tahun 2012

Page 18: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

5

Oleh karena itu, berdasarkan pada penjelasan di atas, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kinerja Suparmi sebagai Ketua

DPRD dan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Suparmi sebagai

Ketua DPRD. Maka penelitian skripsi ini berjudul Perempuan dan Parlemen:

Studi Atas Kinerja Suparmi Sebagai Ketua DPRD Kota Tangerang Tahun 2014-

2019.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana kinerja Suparmi sebagai Ketua DPRD Kota Tangerang?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Suparmi sebagai Ketua

DPRD?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah:

1. Menggambarkan tentang kinerja Suparmi sebagai Ketua DPRD Kota

Tangerang.

2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Suparmi sebagai

Ketua DPRD.

C.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian adalah:

a. Manfaat Akademis, secara umum, penelitian ini dapat memberikan

informasi atau dijadikan referensi tambahan bagi penelitian selanjutnya

terutama pada ilmu politik tentang kajian perempuan di parlemen.

Page 19: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

6

b. Manfaat Praktis, sebagai informasi atau dijadikan referensi tambahan

bagi mahasiswa dan masyarakat umum yang minat akan kajian tentang

Perempuan dan Parlemen.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan studi pustaka yang

dimulai dari disertasi, tesis, skripsi, dan referensi lainnya seperti buku dan jurnal

ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian yang penulis susun.

Setelah melakukan kajian pustaka, penulis menemukan penelitian yang

juga menjadikan perempuan dalam politik sebagai objek kajiannya. Namun,

penelitian yang sudah ada sebelumnya tentunya berbeda dengan pokok

pembahasan yang akan penulis teliti. Untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan, berikut penulis jabarkan beberapa penelitian yang sudah ada tersebut.

Pertama, karya Dian Pertiwi.8 Penelitian Skripsi yang berjudul Kinerja

Anggota Perempuan DPRD Kota Semarang Tahun 2014-2015 Dalam Perspektif

Feminisme. Hasil penelitian ini adalah kinerja anggota dewan perempuan dalam

fungsi legislasi terdapat perjuangan dalam menyuarakan kepentingan perempuan

melalui pembuatan Perda, tetapi dalam fungsi anggaran belum terdapat anggaran

yang responsif gender khususnya untuk pemberdayaan perempuan yang kurang

dari 1% APBD, sedangkan dalam fungsi pengawasan terlihat hak politik yang

sama antara anggota laki-laki dan perempuan dalam mewujudkan fungsi

pengawasan. Perbedaan skripsi ini dengan penelitian yang penulis tulis adalah

8 Dian Pertiwi, “Kinerja Anggota Perempuan DPRD Kota Semarang Tahun 2014-2015

Dalam Perspektif Feminisme” (Skripsi Jurusan Politik Dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2016)

Page 20: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

7

skripsi ini membahas kinerja anggota legislatif perempuan sedangkan penelitian

ini membahas kinerja Ketua DPRD perempuan.

Kedua, karya Anik Amikawati.9 Penelitian tesis yang berjudul Analisis

Gender Pada Kinerja DPRD Provinsi Jawa Tengah Periode 2004-2009 (Studi

Kasus Pelaksanaan Program DPRD Provinsi Jawa Tengah pada Bidang Sosial

Khususnya Pemberdayaan Perempuan). Hasil penelitian ini adalah mengenai

analisis gender pada kinerja DPRD Provinsi Jawa Tengah periode 2004-2009

khususnya pada pelaksanaan fungsi legislasi dalam bidang sosial, terkait dengan

pemberdayaan perempuan. Apabila secara kultur atau budaya, gender memang

sebuah konstruksi sosial yang membedakan peran antara laki-laki dan

perempuan. Tetapi, nyatanya dalam proses rekruitmen anggota DPRD Provinsi

Jawa Tengah tidak ada pembuktian yang jelas terkait ketidakadilan dan

diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Tingginya angka diskriminasi dan

ketidakadilan terhadap perempuan tidak menjadi halangan bagi kinerja

perempuan dalam ranah politik. Seperti anggota perempuan DPRD Provinsi Jawa

Tengah yang dilihat dari beberapa indikator kinerja yang mengatakan bahwa

kaum perempuan lebih unggul dibandingkan dengan laki-laki. Contohnya

kuantitas kerja, kehadiran, maupun ketepatan hadir tepat waktu. Perbedaan tesis

ini dengan penelitian yang penulis tulis adalah tesis ini membahas kinerja

anggota legislatif dilihat dari perspektif gender sedangkan penelitian ini

membahas kinerja Ketua DPRD perempuan dari beberapa indikator kinerja.

9 Anik Amikawati, “Analisis Gender Pada Kinerja DPRD Provinsi Jawa Tengah Periode

2004-2009 (Studi Kasus Pelaksanaan Program DPRD Provinsi Jawa Tengah pada Bidang Sosial

Khususnya Pemberdayaan Perempuan)” (Tesis Pascasarjana Ilmu Administrasi, Fakultas

Administrasi Publik, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008).

Page 21: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

8

Ketiga, karya Mari Rosieana.10

Penelitian jurnal tentang Keterwakilan

Perempuan Dalam Lembaga Legislatif Anggota DPRD Kabupaten Malinau.

Hasil penelitian ini adalah membahas UU pemilu No. 10 Tahun 2008 yang

berupaya membuka ruang partisipasi politik yang lebih luas bagi perempuan dan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 mengamatkan perlunya pendidikan politik

dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender. Ketika pemilihan umum

tahun 2004 tidak ada perempuan yang terpilih sebagai anggota legislatif di

Kabupaten Malinau. Pada Pemilihan Umum tahun 2009, jumlah anggota DPRD

periode 2009-2014 Kabupaten Malinau berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 17

Anggota DPRD laki-laki dan 3 Anggota DPRD perempuan. Hal ini merupakan

suatu sejarah awal karena ini pertama kalinya ada keterwakilan perempuan di

Lembaga legislatif Kabupaten Malinau, karena pada periode sebelumnya tidak

ada perempuan yang terpilih menjadi anggota DPRD di Kabupaten Malinau.

Untuk mewujudkan peran serta kaum perempuan serta menjadikan kaum

perempuan Kabupaten Malinau yang mandiri, cerdas dan inovatif, serta memiliki

rasa kepercayaan diri perlu upaya memberikan kesempatan yang sama bagi

anggota DPRD perempuan untuk memperjuangkan hak dan tuntutan pada bidang

pemberdayaan perempuan tanpa membedakan suku, ras, dan golongan melalui

kebijakan maupun anggaran. Perbedaan jurnal ini dengan penelitian yang penulis

tulis adalah jurnal ini membahas pertama kalinya hadir anggota legislatif

perempuan di Kabupaten Malinau sedangkan penelitian ini membahas pertama

kalinya hadir Ketua DPRD perempuan di DPRD Kota Tangerang.

10

Mari Rosieana, “Keterwakilan Perempuan Dalam Lembaga Legislatif Anggota DPRD

Kabupaten Malinau”, (Jurnal Pemerintahan Integratif, Vol 1 No 1, 2013), 1-12.

Page 22: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

9

Keempat, karya Syafruddin Ritonga, Beby Masitho Batubara, Rehia K

Isabella Barus.11

Penelitian jurnal ini tentang Kendala Anggota Legislatif

Perempuan di DPRD Kota Medan Menghasilkan Kebijakan Berbasis Kesetaraan

Gender. Hasil dari penelitian ini adalah mengenai tatanan kehidupan umat

manusia yang di dominasi laki-laki atas perempuan dan sudah mengakar kuat

dalam sejarah. Termasuk anggota perempuan di DPRD Kota Medan dari periode

ke periode tidak sesuai dengan affirmative action. Dapat dilihat dari Hasil Pemilu

legislatif 2004-2009 di Kota medan, calon legislatif perempuan hanya

menempatkan posisi 2,5% dari jumlah keseluruhan atau hanya 5 orang, pada

pemilu Legislatif 2009-2014 di kota Medan, anggota legislatif Perempuan yang

terpilih hanya naik 0,5% saja, atau berjumlah 6 orang, dan dalam pelaksanaannya

hanya berjumlah 5 orang karena satu orang meninggal dunia. Sedangkan pada

Pemilu legislatif 2014-2019 di Kota Medan mengalami penurunan, anggota

legislatif perempuan terpilih juga hanya berjumlah 5 orang atau hanya 2,5%, dari

hasil semuanya jauh dari yang ingin dicapai pada tindakan khusus sementara bagi

perempuan di Indonesia. Perbedaan jurnal ini dengan penelitian yang penulis tulis

adalah jurnal ini membahas rendahnya keterwakilan perempuan di DPRD Kota

Medan sedangkan penelitian ini membahas meningkatnya keterwakilan

perempuan di DPRD Kota Tangerang Tahun 2014-2019.

11

Syafruddin Ritonga dkk., “Kendala Anggota Legislatif Perempuan di DPRD Kota

Medan Menghasilkan Kebijakan Berbasis Kesetaraan Gender”, (Jurnal Politea, Vol 7 No 1,

Januari 2015), 1-8.

Page 23: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

10

Kelima, karya Lisa Ristyaningsih.12

Penelitian jurnal tentang

Implementasi Kinerja dan Representasi Politik Perempuan di DPRD Cilacap

Hasil Pemilu 2014. Hasil penelitian ini adalah mengenai kinerja anggota legislatif

perempuan dalam pemenuhan hak-hak perempuan dan representasi politik

perempuan di DPRD Kabupaten Cilacap hasil pemilu 2014. Banyak keterbatasan

yang dihadapi anggota legislatif Cilacap dalam memperjuangkan dan mewadahi

aspirasi-aspirasi masyarakat khususnya persoalan tentang perempuan. Disisi lain,

masih ada beberapa hambatan lain terkait pemenuhan hak-hak perempuan selain

persoalan diatas salah satunya yaitu rendahnya dukungan dari partai politik yang

mengusungnya. Begitu juga bagi kaum perempuan, keberadaan perempuan di

dalam partai politik relatif sudah banyak diterima. Perempuan yang berada di

partai politik mereka memainkan perannya untuk mendapatkan dukungan dan

melakukan kampanye tidak lain juga untuk kepentingan partai yang

mengusungnya. Partai politik tidak terlalu memberikan keuntungan bagi

perempuan yang terlibat didalamnya. Kandidat perempuan biasanya jarang

mendapat dukungan dari partai politik, baik dalam pendanaan maupun dukungan

atas kepentingan yang diajukannya. Penelitian jurnal ini membahas kinerja

anggota legislatif perempuan di DPRD Kabupaten Cilacap yang masih

mendapatkan banyak hambatan sehingga belum maksimal dalam

memperjuangkan kepentingan perempuan.

12

Lisa Ristyaningsih, “Implementasi Kinerja Dan Representasi Politik Perempuan di

DPRD Cilacap Hasil Pemilu 2014”, (Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum,Vol 6 No

2, 2017), 409-418.

Page 24: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

11

E. Metodologi Penelitian

E.1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif melalui

analisa serta pemahaman yang mendalam. Penelitian dengan metode ini

menghasilkan data deskriptif berupa deskripsi dari unit analisis yang diteliti. Para

peneliti ilmu politik sering menggunakan metode kualitatif dalam penelitiannya,

sebab para partisipan yang ada di dunia politik cenderung untuk bersedia

berbicara tentang keterlibatan dan peran mereka dalam jabatan kekuasaan

formal.13

Dari hasil pembicaraan para partisipan tersebut penulis berharap

memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai kinerja Ketua DPRD

perempuan dalam lembaga legislatif. Selain itu, penulis ingin melihat faktor-

faktor yang mempengaruhi Suparmi ketika menjabat sebagai Ketua DPRD.

E.2. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:

a) Wawancara

Wawancara adalah proses yang penting dalam melaksanakan suatu

penelitian khususnya dalam penelitian yang bersifat kualitatif. Wawancara

mengharuskan kedua belah pihak baik peneliti maupun subjek kajian bertemu

dan berinteraksi langsung agar dapat mendapatkan data yang akurat.14

Peneliti

melakukan wawancara secara langsung dengan Ketua DPRD Suparmi, ST,

13

David Marsh dan Gerry Stoker, Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik (Bandung:

Nusamedia, 2002), hal. 242.

14 Lawrence Neuman, “Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif”, (Jakarta: 2013), hal. 493

Page 25: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

12

Wakil Ketua I Hapipi, S.Sos dari fraksi Golkar, Ketua Komisi IV Turidi Susanto

dari fraksi Gerindra, dan anggota Komisi I Ella Silvia, SH, MH dari fraksi PAN

di kantor DPRD Kota Tangerang dan rumah H.Turidi Susanto.

b) Studi Literatur

Dalam kajian studi literatur, pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengambil data-data yang mendukung atau yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti dan data dapat bersumber dari media cetak maupun media

elektronik seperti disertasi, tesis, skripsi, jurnal, buku, artikel, laporan atau arsip

serta sumber media elektronik lainnya.

E.3. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif yang

bertujuan untuk memberikan gambaran suatu masyarakat tertentu atau suatu

peristiwa. Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap data yang

didapat dan terkumpul dengan memberikan interpretasi terhadap data tersebut.

Teknik analisis ini lebih mengarah untuk memberikan gejala, fakta, atau kejadian

secara sistematis dan akurat.15

Dalam penelitian ini data-data tersebut kemudian di analisis berdasarkan

teori gender dan konsep kinerja, di mana hasil analisis data tersebut kemudian

dapat dijadikan kesimpulan.

15 Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 100

Page 26: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

13

F. Sistematika Penulisan

Penulis membagikan topik penelitian ini ke dalam beberapa bab agar

dapat memberikan gambaran secara menyeluruh serta mempermudah dalam

menelaah penelitian tersebut.

Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab yang

memaparkan tentang latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II berisi tentang kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian

ini untuk memperkuat data yang diperoleh. Dalam bagian bab ini akan dijelaskan

mengenai teori gender, serta konsep kinerja untuk membantu dalam menganalisa

data penelitian.

Bab III berisi tentang biografi politik Suparmi, di mana menjelaskan awal

mula Suparmi terjun ke dalam politik, serta perjalanan politiknya di DPRD

sebelum menjadi Ketua DPRD. Kemudian menjelaskan profil DPRD kota

Tangerang.

Bab IV dalam bagian ini menjelaskan mengenai kinerja Suparmi sebagai

Ketua DPRD Kota Tangerang. Serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Suparmi sebagai Ketua DPRD.

Page 27: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

14

Bab V adalah bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi tentang

kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang berkaitan dengan masalah di

dalam penelitian ini.

Page 28: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

15

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Gender

A.1. Pengertian Gender

Sepanjang sejarah dalam kehidupan manusia, banyak masalah

ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Perempuan hanya

diposisikan pada peran domestik dan reproduksi yang sangat menghambat dunia

publik dan produksi. Hal itu sudah terjadi sejak dahulu dan mengakar kuat dalam

budaya masyarakat. Untuk mereposisi peran perempuan dalam kehidupan sosial

masyarakat, maka lahirlah konsep gender untuk merekonstruksi hubungan antara

laki-laki dan perempuan secara universal agar dapat bersaing pada dunia publik

dan tidak ada lagi perbedaan yang menggelutinya.

Secara umum gender juga bisa dijadikan alat analisis yang baik untuk

memahami persoalan diskriminasi terhadap kaum perempuan. Dalam konstruksi

sosial dan budaya, gender menjadi pembagian antara laki-laki dan perempuan.1

Gender sering diidentikkan dengan jenis kelamin (sex), padahal gender dengan

sex sudah jelas berbeda. Di mana sex adalah pembagian dua jenis kelamin

manusia yang ditentukan secara biologis dan melekat pada jenis kelamin tertentu.

1 Ulfatun Hasanah dan Najahan Musyafak, “Gender dan Politik: Keterlibatan Perempuan

Dalam Politik”, (Jurnal Sawwa, Vol 12 No. 3, 2017), 409-432

Page 29: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

16

Sedangkan gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki atau perempuan yang

dikonstruksikan secara sosial maupun kultural.2

Menurut Mansour Faqih,3 gender merupakan suatu sifat yang melekat

pada laki-laki atau perempuan yang telah dikontruksi secara sosial dan kultural.

Berbeda dengan Helen Tierney4 yang mengatakan bahwa gender adalah konsep

kultural yang berupaya membuat perbedaan antara laki-laki dan perempuan

dalam hal perilaku, peran, mentalitas, serta karakteristik emosional di lingkungan

masyarakat.

Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa definisi di atas, bahwa gender

adalah perbedaan antara laki-laki dengan perempuan secara kultural maupun

emosional tetapi memiliki hak yang sama.

A.2. Kesetaraan dan Keadilan Gender

Berbicara tentang hal gender tentu saja tidak terlepas dari pembahasan

tentang ketidakadilan pada perempuan yang terdapat di dalam masyarakat baik

masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Gender juga melingkupi

ruang privat dan ruang publik, dimana perempuan hanya boleh berada diruang

privat saja, seperti dikeluarga.

2 Alfian Rokhmansyah, PENGANTAR GENDER DAN FEMINISME: Pemahaman Awal

Kritik Sastra Feminisme, (Yogyakarta: Garudhawaca, 2016), hal. 2

3 Mansour Faqih, “Analisis Gender dan Transformasi Sosial”, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2007), hal. 8

4 Helen Tierney, “Women’s Studies Encyclopedia”, (New York: Green Wood Press), hal.

153

Page 30: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

17

Pandangan tentang gender juga dapat menimbulkan subornasi, di mana

ada anggapan bahwa perempuan lebih emosional dibandingkan dengan laki-laki.

Ketika perspektif itu terjadi, perempuan mungkin tidak bisa tampil menjadi

seorang pemimpin, sebab dari kejadian tersebut muncullah praduga yang

menganggap perempuan tidak penting.

Perbedaan gender tidak menjadi persoalan apabila tidak menimbulkan

ketidakadilan gender, tetapi yang menjadi masalah ketika perbedaan gender telah

menimbulkan masalah yang sangat fatal yaitu ketidakadilan gender baik kepada

kaum laki-laki dan terutamanya bagi kaum perempuan. Selain itu, telah timbul

diskiminasi gender, marginalisasi gender, steriotip, serta sub ordinasi.5

Ketika berbicara tentang gender, isu kepemimpinan juga sangat

berpengaruh dalam keragaman gender. Dilihat dari sudut pandang gender,

terdapat stigma bahwa laki-laki dianggap lebih unggul dibandingkan perempuan.

Praduga tersebut menjadikan perempuan sebagai kelas kedua, termasuk dalam hal

kepemimpinan. Dengan stigma tersebut, banyak masyarakat yang masih skeptis

terhadap sosok pemimpin perempuan dan lebih tertarik dengan pemimpin laki-

laki.

Terkadang kepemimpinan perempuan juga sering dilihat dari kacamata

maskulin. Hal itu menjadi tantangan bagi seorang pemimpin perempuan agar

dapat diterima dilingkungan masyarakat. Dengan adanya sosok pemimpin

5 Rasyidin dan Fidhia Aruni, GENDER DAN POLITIK: Keterwakilan Wanita Dalam

Politik, (Sulawesi: Unimal Press, 2016), hal. 11

Page 31: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

18

perempuan yang berkualitas itu membuktikan bahwa perempuan juga mampu

untuk bersaing di dunia publik dan memiliki integritas yang tinggi.

Rendahnya keterwakilan perempuan dalam dunia politik masih

disebabkan oleh mengakarnya patriarki di sebagian masyarakat Indonesia.

Pemikiran patriarki cenderung menempatkan perempuan dibawah laki-laki, selain

itu perempuan juga dianggap tidak ahli dalam beberapa bidang publik.

Perempuan hanya bisa berada diruang privat dan keberadaannya dalam ruang

publik masih diragukan.

Menghadirkan identitas perempuan dalam representasi politik secara

kuantitas sangat mendorong keadilan serta kesetaraan, selain itu kepentingan

perempuan juga bisa mengakses sumber daya untuk kebaikan seluruh

masyarakat.6 Ketika membicarakan tentang kepentingan perempuan, semua

permasalahan yang terkait dengan perempuan menjadi wacana atau isu yang bisa

diperjuangkan oleh gerakan perempuan.

Di Indonesia, pemerintah telah berusaha untuk mewujudkan kesetaraan

dan keadilan gender. Hal ini telah dibuktikan dengan diterbitkannya berbagai

sumber hukum mulai dari ratifikasi konvensi CEDAW (Convention on

Elimination Discrimination Against Women) yang ada dalam Undang-Undang

6 Ann. Philips, “Politics of Presence”, (USA: Oxford University Press, 1998), hal. 37

Page 32: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

19

No.7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi PBB Mengenai Penghapusan

Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan.7

Upaya pemerintah untuk membangun keadilan dan kesetaraan gender

adalah dengan mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2000

tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional.8

Teori gender ini digunakan untuk melihat bagaimana pandangan gender

terhadap kepemimpinan perempuan pertama di DPRD Kota tangerang. Kemudian

untuk melihat apakah ada ketidakadilan gender di dalam parlemen yang

menyebabkan kinerja Suparmi mengalami hambatan.

B. Keterwakilan Perempuan dalam Politik

Keterwakilan perempuan di dalam lembaga legislatif sangat penting untuk

membuat kebijakan. Seiring perkembangan zaman, pemikiran tentang

keterwakilan perempuan mulai berkembang. Keterwakilan perempuan harus

hadir dalam lembaga legislatif dan memiliki porsi yang sama dengan

keterwakilan laki-laki. Apabila keterwakilan perempuan hadir dalam lembaga

legislatif maka kepentingan perempuan dalam kehidupan masyarakat akan

diperjuangkan. Tetapi nyatanya, partisipasi perempuan dalam lembaga legislatif

masing sering mengalami hambatan.

7 Rasyidin dan Fidhia Aruni, (GENDER DAN POLITIK: Keterwakilan Wanita Dalam

Politik), (Sulawesi: PT Unimal Press, 2016), hal. 2

8 Inpres Nomor 9 Tahun 2000

Page 33: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

20

Menurut Nuri Suseno9 keterwakilan adalah kehadiran seseorang untuk

mewakilan orang lain yang tidak hadir. Pada umumnya, perwakilan tersebut

menjadi delegasi atau orang yang bertindak sesuai kemauan orang yang

diwakilinya atau bertindak sesuai kepentingan yang diwakili.

Bagi Anne Phillips10

fondasi dasar untuk politik keterwakilan ialah

pengakuan kesetaraan politik seluruh masyarakat dan perlu adanya kontrol publik

yang kuat terhadap keberlangsungan politik. Selain itu, politik kehadiran juga

mempunyai tujuan agar tercapainya inklusifitas pada kelompok yang termarjinal.

Hadirnya kelompok minoritas atau kelompok termarjinal dalam lembaga

legislatif dapat menciptakan perwakilan yang seimbang.

Apabila politik kehadiran sudah terwujud dalam suatu negara, maka dapat

mewujudkan keseimbangan keterwakilan antara laki-laki dan perempuan. Selain

itu, politik kehadiran juga menuntut adanya keterwakilan yang setara, menuntut

untuk lebih adil, serta tidak ada lagi perbedaan ras, gender, dan etnis pada setiap

masyarakat.11

Anne Phillips juga berpendapat bahwa rendahnya keterwakilan

perempuan di parlemen terjadi karena beberapa faktor. Pertama, faktor struktural

di mana sistem pemilihan umum yang di dominasi oleh laki-laki. Kedua, faktor

9 Nuri Suseno, Representasi Politik: Perkembangan dari Ajektiva ke Teori, (Depok:

Puskapol Fisip UI, 2013), hal. 7

10 Anne Phillips, The Politics of Presence, (USA: Oxford University Press, 1998), hal. 30

11 Anne Phillips, The Politics of Presence, (USA: Oxford University Press, 1998), hal. 9

Page 34: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

21

kultural seperti negative stereotype yang beranggapan bahwa perempuan tidak

mampu berkiprah dalam dunia politik.12

Di Indonesia, ada dua masalah yang menjadi rendahnya keterwakilan

perempuan di dunia politik. Pertama, kuatnya pandangan patriarki di sebagian

masyarakat Indonesia. Di mana pola pikir patriarki lebih cenderung

menempatkan perempuan di bawah laki-laki. Kedua, belum adanya platform

partai yang secara konkrit membela kepentingan perempuan. Maka dari itu, kouta

30% menjadi sangat penting.13

Anne Phillips juga mengatakan bahwa perempuan yang tidak terwakili

dalam lembaga representatif dianggap menjadi masalah yang luas, sehingga

upaya partai politik untuk meningkatkan keterwakilan perempuan salah satunya

dengan kouta untuk perempuan.14

Kabar baiknya, sekarang Indonesia telah memberikan ruang untuk

perempuan ikut berpartisipasi dalam politik. Kebijakan pemerintah memberikan

kouta 30% untuk keterwakilan perempuan telah terlaksana. Dalam Undang-

Undang No.2 tahun 2008 tentang Partai Politik terdapat kouta 30% dalam pasal

20 yang berbunyi: Kepengurusan partai politik tingkat provinsi dan

kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3)

12

Anne Phillips, “The Politics of Presence” (USA: Oxford University Press, 1998), hal.

31

13 Isnaini Rodiyah, “Keterwakilan Perempuan Dalam Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah”, (Jurnal JKMP,Vol 1 No 1, Maret 2013), 55-70.

14 Anne Phillips, The Politics of Presence, (USA: Oxford University Press, 1998), hal. 9

Page 35: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

22

disusun dengan memperhatikan keterwakilan perempuan paling rendah 30% yang

diatur dalam AD/ART partai politik masing-masing.15

Kebijakan kouta menjadi salah satu bentuk dari affirmatic action. Kouta

sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara laki-laki dan perempuan,

serta agar keterwakilan perempuan di parlemen lebih meningkat. Dengan kouta

30% keterwakilan perempuan ini diharapkan dapat membantu terbentuknya

kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kepentingan-kepentingan perempuan.

Teori ini digunakan untuk melihat keterwakilan Suparmi di parlemen.

C. Kinerja

C.1. Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil kerja seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi dengan periode waktu tertentu.16

Pada

dasarnya keberhasilan suatu kinerja sangat ditentukan oleh beberapa aspek dalam

melaksanakan pekerjaan antara lain: tingkat kompetensi, kejelasan peran,

keadaan lingkungan, nilai, budaya, serta faktor lainnya. Kebijakan manajemen

aparatur yang efektif dan efisien juga dapat mendukung terciptanya good

government dalam hal meningkatkan kinerja.17

Ada juga yang mengatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dengan

15

Undang-undang No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

16 Arini, Panduan Praktis Penyusunan KPI (Key Performance Indicator), (Jakarta: Raih

Asa Sukses, 2017), hal. 10-11

17 Didi, Marzuki, Bekerja Demi Rakyat: Meningkatkan Kompetensi Aparatur Pemerintah

Daerah Dalam Kebijakan dan Pelayanan Publik, (Jakarta: Komunal, 2006), hal. 237

Page 36: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

23

wewenang dan tanggung jawab masing-masing.18

Dapat dikatakan bahwa kinerja

adalah suatu pencapaian dalam kegiatan atau program yang telah direncanakan

untuk mencapai tujuan dalam waktu tertentu.

C.2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Marzuki berpendapat bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil

kerja yaitu: pertama, faktor internal yang dapat dilihat dari kemampuan

intelektual seperti pendidikan dan keterampilan serta sikap mental seperti

motivasi kerja. Kedua, faktor eksternal dilihat dari kebijakan dan praktik sumber

daya manusia.19

Pada umumnya kinerja bukan hanya menyatakan sebagai hasil

kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja itu berlangsung.

Menurut Yeremias T. Keban20

ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas penilaian kinerja, antara lain:

a) Manajemen sumber daya manusia yang berlaku memiliki fungsi dan proses

yang sangat menentukan efektivitas penilaian kinerja. Manajemen sumber

daya manusia menjadi kunci utama untuk keberhasilan sistem penilaian

kinerja.

b) Komitmen para pemimpin terhadap pentingnya penilaian suatu kinerja.

Apabila pemimpin selalu memberikan komitmen yang tinggi terhadap

18

Suyadi Prawirosentono, “Manajemen Sumber Daya Manusia (Kebijakan Kinerja

Karyawan)”, (Yogyakarta: BPFE, 1999), hal. 2

19 Didi, Marzuki, Bekerja Demi Rakyat: Meningkatkan Kompetensi Aparatur Pemerintah

Daerah Dalam Kebijakan dan Pelayanan Publik, (Jakarta: Komunal, 2006), hal. 238

20 Yeremias T. Keban, “Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori dan

Isu”, (Yogyakarta: Gava Media, 2004), hal. 203

Page 37: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

24

efektivitas penilaian kinerja, maka para penilai akan berusaha melakukan

penilaian secara tepat dan benar.

c) Kejelasan peraturan perundangan untuk melakukan penilaian kinerja secara

benar dan tepat.

Menurut Harbani Pasolong21

ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerjanya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:

a. Kemampuan yaitu kapasitas seseorang yang bertanggung jawab dalam

melaksanakan tugasnya pada suatu pekerjaan.

b. Motivasi atau kemauan merupakan kesediaan individu untuk mengeluarkan

upaya yang tinggi dalam tujuan organisasi.

c. Kompensasi adalah sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa

atas kinerja dan bermanfaat baginya. Jika pegawai mendapat kompensasi

yang setimpal dengan hasil kerjanya, maka pegawai dapat bekerja dengan

tenang dan tekun.

d. Kejelasan tujuan merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian

kinerja. Oleh karena pegawai yang tidak mengetahui dengan jelas tujuan

pekerjaan yang hendak dicapai, maka tujuan yang tercapai tidak efisien dan

atau kurang efektif.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi

tingkat kinerja dalam suatu organisasi atau individu. Setiap organisasi atau

21

Harbani Pasolong, “Teori Administrasi Publik”, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 186-

189

Page 38: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

25

individu mempunyai tingkat kinerja yang berbeda-beda sehingga permasalahan

yang sering dihadapi juga berbeda tergantung pada faktor internal maupun

eksternalnya.

C.3. Penilaian Kinerja

Penilaian terhadap suatu kinerja juga sangat penting untuk dilakukan,

karena untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang sudah dicapai. Maka dari

itu, perlu dilakukan sebuah evaluasi dalam setiap individu, kelompok, dan

organisasi terhadap kinerjanya.

Penilaian terhadap kinerja individu tidak mudah untuk dilakukannya,

selain itu perlu juga dilakukan generalisasi mengenai kesepakatan yang tepat

untuk melakukan proses penilaian tersebut. Setiap individu mempunyai karakter,

sifat, dan tujuan yang berbeda, maka cara menilai setiap individu pun berbeda-

beda.

Tujuan penilaian kinerja adalah sebagai alat diagnostic serta proses

penilaian terhadap pengembangan individu, kelompok, serta organisasi.

Sedangkan manajemen kinerja adalah suatu proses yang dirancang untuk

menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan individu, sehingga bertemunya

kedua tujuan tersebut. Perlu diketahui juga bahwa kinerja adalah pelaksanaan

tugas yang dikerjakan oleh seseorang dalam kurun waktu tertentu.22

22

Suprihati, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Perusahaan

Sari Jati di Sragen”, (Jurnal Paradigma, Vol 12 No. 1, 2014), 93-112

Page 39: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

26

Penilaian kinerja seseorang yang baik berawal dari sebuah motivasi kerja

yang tinggi. Motivasi kerja menjadi suatu hal yang mendorong serta

mengarahkan para pekerja atau karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang

diberikan agar mencapai target dengan tanggung jawab untuk menyelesaikannya

dengan tepat waktu.

Jika berbicara tentang penilaian kinerja, maka ada beberapa manfaat dari

penilaian kinerja. Pertama, pembinaan karyawan, dimana menjadi sarana untuk

membantu karyawan dalam menghadapi hambatan ketika meningkatkan

prestasinya. Kedua, penyusunan program pelatihan serta pengembangan

karyawan. Ketiga, penyusunan program kaderisasi, dimana dapat

mengidentifikasikan karyawan-karyawan yang mempunyai potensi untuk

dikembangkan sesuai potensinya.23

C.4. Indikator Kinerja

Jika berbicara mengenai kinerja, maka perlu diketahui bahwa ada

indikator kinerja di dalamnya. Indikator kinerja merupakan salah satu alat untuk

mengukur hasil dari kegiatan, aktivitas, atau proses bukan hasil ataupun tujuan itu

sendiri.24

Mengukur kinerja seseorang dapat dilihat dari beberapa indikator yang

ada.

23

Ahmad Ruky, Sistem Manajemen Kinerja, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2004), hal. 22

24 Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005),

hal. 159

Page 40: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

27

Ada beberapa syarat-syarat indikator kinerja yang baik. Dalam bukunya

Dwiyanto25

ada beberapa indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur

kinerja birokrasi publik, antara lain:

a. Produktivitas yaitu bukan hanya mengukur tingkat efisiensi, namun juga

mengukur efektivitas pelayanan.

b. Responsivitas yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan

program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

aspirasi masyarakat. Responsivitas dimaksudkan sebagai salah satu indikator

kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan

birokrasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.

c. Akuntabilitas yaitu menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan

birokrasi politik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.

Asumsinya ialah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh

rakyat, dengan sendirinya akan memprioritaskan kepentingan publik.

Selanjutnya, dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan

untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi publik itu

konsisten dengan kehendak publik.

25

Agus Dwiyanto, “Mewujudkan Good Governance Melayani Publik”, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University, 2006), hal 50-51

Page 41: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

28

d. Responsibilitas yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar

dengan kebijaksanaan birokrasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

Konsep kinerja digunakan untuk melihat bagaimana kinerja Suparmi

sebagai Ketua DPRD menggunakan beberapa indikator diatas serta melihat

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Suparmi sebagai Ketua DPRD.

Page 42: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

29

BAB III

PROFIL SUPARMI DAN DPRD KOTA TANGERANG

A. Biografi Politik Suparmi

Pada negara demokrasi seperti di Indonesia, semua orang bebas untuk

terjun ke dalam politik dengan tahapan-tahapan yang harus dipenuhi. Bagi kaum

laki-laki politik menjadi hal yang mudah untuk mereka masuk ke dalamnya,

berbeda dengan kaum perempuan yang seolah-olah selalu ada penghalang untuk

ikut berpartisipasi. Sosok perempuan seakan hanya mampu untuk mengurusi

pekerjaan rumah dan dianggap tidak mampu bersaing melawan laki-laki dalam

ruang politik.

Untuk terjun ke dunia politik seseorang membutuhkan partai politik

sebagai wadah utama untuk mereka berproses. Dalam partai politik, seseorang

dapat belajar tentang bagaimana cara berpolitik yang baik dan benar. Dapat

diketahui bahwa partai politik adalah sekelompok orang yang diorganisasikan

untuk tujuan mendapatkan kekuasaan memerintah, melalui jalan pemilihan umum

ataupun dengan cara lainnya.1 Sama halnya dengan yang Suparmi lakukan ketika

pertama kali ia terjun ke dalam ranah politik, Suparmi bergabung dengan salah

satu partai terbesar di Indonesia yaitu PDIP.

PDIP adalah sebuah partai nasionalis yang sudah berdiri sejak 40 tahun

lalu. Partai ini juga merupakan salah satu partai besar dari 8 partai yang ada di

1 Ikhsan Darmawan, Mengenal Ilmu Politik, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,

2015), hal. 129

Page 43: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

30

Indonesia. Tidak perlu diragukan eksistensinya dalam politik Indonesia cukup

kuat, bahkan PDIP sudah pernah berhasil menempati perempuan pertama untuk

menjadi seorang Presiden. Megawati adalah perempuan pertama yang menjadi

presiden di Indonesia pada pemilu 1999.2

Pada proses rekruitmen ada dua tahap yang dilakukan oleh PDIP, yaitu

ada tahap sertifikasi dan tahap penominasian. Tahap sertifikasi adalah tahap

proses pencalonan di mana para caleg harus memenuhi kriteria-kriteria agar dapat

lolos dan lanjut ke tahap berikutnya. Selanjutnya tahap penominasian yaitu proses

di mana calon legislatif baik laki-laki maupun perempuan harus melewati tahap

penjaringan, penyaringan, serta penetapan. Setelah proses tahap ini selesai, maka

calon legislatif akan menjadi Daftar Calon Tetap (DCT).3

Upaya yang dilakukan PDIP untuk memenuhi kouta 30% caleg

perempuan adalah PDIP selalu berusaha merekrut caleg perempuan yang

berkualitas, mengembangkan karir politik kader perempuan, serta mendampingi

caleg perempuan dalam melakukan proses kampanye. Tidak dapat dipungkiri,

bahwa masih banyak hambatan untuk perempuan terjun langsung ke dalam

politik. Bahkan sering juga perempuan yang enggan untuk terjun ke politik.

PDIP juga membuka rekruitmen caleg dari luar partai, tetapi caleg harus

memenuhi syarat tertentu seperti menerima ideologi dan melaksanakannya sesuai

2 Diakses pada https://www.pdiperjuangan.id, pada tanggal 26 April 2019 pukul 18:12

3 Resta Konitiarani dan Ahmad Zuber, “Upaya PDIP (Partai Demokrat Indonesia

Perjuangan) Dalam Memenuhi Kouta Pencalonan Legislatif Perempuan Tahun 2014 Di Kota

Surakarta”, (Jurnal Sosiologi Dilema, Vol 32 No. 1, 2017), 45-55

Page 44: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

31

ketentuan partai. Seseorang caleg eksternal juga harus mempunyai nilai tambah

bagi partai seperti kecakapan yang professional dan skill yang dibutuhkan.

Pada umumnya perekrutan kader perempuan dalam setiap partai hampir

sama. Setiap partai memilah dan memilih kader dengan kriteria yang benar-benar

memiliki kualitas yang bagus. Kualitas tersebut dapat dilihat berdasarkan latar

belakang pendidikan serta latar belakang sosial agar menempatkan kader

perempuan untuk menjadi pengurus partai dan calon anggota legislatif yang

berkompeten.4

Suparmi lahir di Kota Solo pada tanggal 11 Juni 1976. Sosok perempuan

yang mempunyai motto berjuang untuk kesejahteraan rakyat. Usahanya untuk

mensejahterakan rakyat tidak pernah padam, satu persatu dengan perlahan ia

berhasil mewujudkan keinginannya. Duduknya Suparmi di DPRD menjadi salah

satu cara untuk membantu kesejahteraan rakyat.5

keterwakilan perempuan merupakan hal penting di dunia demokrasi,

termasuk di dalam segala hal yang tertuju dengan partai politik. Ketika menjelang

pemilu, partai politik berbondong-bondong mengangkat isu gender untuk

menarik perhatian calon legislatif perempuan. Kouta 30% membuat partai politik

harus bekerja ekstra untuk mendapatkan calon legislatif perempuan yang ingin

mencalegkan dirinya. Partai politik tidak dapat ikut dalam pemilu ketika kouta

4 Nurul Fadliyah, “Affirmative Action Partai Dalam Pencalonan Politisi Perempuan

Anggota DPRD Kota Makassar (Studi Komparasi Partai PPP Dan PDIP Kota Makassar )”

(Skripsi Ilmu Politik, Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, Universitas Islam Negeri (UIN)

Alauddin, Makassar, 2016)

5 Diakses pada https://dprd.tangerangkota.go.id, pada tanggal 22 April 2019 pukul 14:35

Page 45: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

32

30% tidak terpenuhi, walaupun terlihat mudah tetapi banyak perempuan yang

masih enggan untuk terjun ke dalam ranah politik.

Keterwakilan perempuan dalam politik sudah didasarkan pada Undang-

Undang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD serta Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik di mana

yang berisi pesan kepada partai politik untuk memenuhi kouta 30% bagi

perempuan dalam politik, terutama di lembaga perwakilan rakyat.6

Setelah Indonesia menjalankan affirmative action, Suparmi menjadi salah

satu perempuan yang ikut berpartisipasi ke dalam ruang politik. Awal mula

Suparmi terjun ke dunia politik ketika tahun 2009, Suparmi mengikuti pemilu

legislatif di Kota Tangerang untuk periode 2009-2014. Dengan tekad dan usaha

hasil kerja kerasnya, Suparmi terpilih menjadi anggota DPRD Kota Tangerang.

Lima tahun kemudian, Suparmi mencoba lagi untuk ikut Pileg 2014 dan hasilnya

dia terpilih menjadi salah satu anggota DPRD Kota Tangerang dan terpilih

menjadi Ketua DPRD Kota Tangerang tahun 2014-2019.7

Alasan Suparmi terjun ke dunia politik adalah dorongan dan dukungan

dari orang tua. Walaupun latar belakang pendidikan Suparmi seorang Sarjana

Teknik, namun Suparmi tetap melanjutkan terjun ke dunia politik. Ketika terjun

6 UU No. 10 Tahun 2 dan UU No. 2 Tahun 2008

7 Diakses dari www.tangerangkota.go.id, pada tanggal 19 September 2019 pukul 15:00

Page 46: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

33

ke dunia politik, Suparmi memilih masuk ke dalam partai PDIP dan menjadi

anggota partai di DPC Kota Tangerang.8

Periode 2009-2014, awal Suparmi mendapatkan dua jabatan pada satu

periode. Ketika 2,5 tahun pertama, Suparmi menjabat sebagai Wakil Ketua

Komisi II bidang Kesejahteraan Rakyat. Kemudian 2,5 tahun terakhir, Suparmi

menjabat sebagai Ketua Komisi IV bidang Pembangunan dan Infrastruktur.9

Sewaktu menjabat dalam bidang kesejahteraan rakyat (Kesra) Suparmi

bersama anggota DPRD yang lain berusaha semaksimal mungkin untuk

membantu masyarakat seperti, mendorong raskin supaya gratis di Kota

Tangerang, mendorong gepeng supaya bersih di Kota Tangerang, mendorong

dinas sosial dapat bekerja dengan baik dalam hal menyampaikan program pusat,

provinsi, maupun program kita sendiri. Dinas sosial juga mengawasi program

yang menjurus kepada masyarakat sehingga masyarakat itu dapat langsung

menerima program dari pusat, provinsi, atau kita sendiri itu dapat dirasakan oleh

masyakarat. Terkait dengan pendidikan, seperti, berusaha untuk angka putus

sekolah tidak bertambah, berusaha angka tenaga kerja pengangguran berkurang,

serta program-program yang lain. Sedangkan di Komisi IV Suparmi bersama

anggota dewan lainnya berusaha untuk melakukan pengawasan bahkan berusaha

agar infrastuktur di Kota Tangerang mempunyai kualitas yang baik.10

8 Wawancara dengan Suparmi, ST, di DPRD Kota Tangerang pada tanggal 05 Agustus

2019

9 Di akses pada https://dprd.tangerangkota.go.id, pada tanggal 22 April 2019 pukul 14:45

10 Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

Page 47: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

34

Keberadaan Suparmi dalam ruang politik seolah berkaitan dengan gender.

Pembahasan tentang gender sering kali orang berpendapat bahwa gender identik

dengan perempuan, padahal istilah gender tersebut berasal dari kosakata bahasa

Inggris yang berarti jenis kelamin (sex). Gender yang dimaksud adalah perbedaan

antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab, serta

perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya, dan adat istiadat dari

kelompok masyarakat yang dapat berubah kapanpun.11

Berbicara tentang gender, isu kepemimpinan juga sangat berpengaruh

dalam keberagaman gender. Dilihat dari sudut pandang gender, terdapat stigma

bahwa laki-laki dianggap lebih unggul dibandingkan perempuan. Praduga

tersebut menjadikan perempuan sebagai kelas kedua, termasuk dalam hal

kepemimpinan. Dengan stigma tersebut, banyak masyarakat yang masih skeptis

terhadap sosok pemimpin perempuan dan lebih tertarik dengan pemimpin laki-

laki.

Pada pemilu legislatif 2014 di Kota Tangerang, Suparmi mencalonkan

dirinya di DPRD. Suparmi bersaing dengan beberapa calon dari berbagai partai

maupun dari partai yang sama dengannya. Pemilu legislatif 2014, Suparmi

berhasil memperoleh 4.329 suara di Dapil 2 (Jatiuwung, Cibodas, dan Periuk).12

Periode 2014-2019 ada 15 partai politik yang mengikuti pemilu legislatif

di Kota Tangerang. Hasil pemilu legislatif di Kota Tangerang menetapkan 10

11

Alfian Rokhmansyah, Pengantar Gender dan Feminisme: Pemahaman Kritik Awal

Sastra Feminisme, (Yogyakarta: Garudhawaca, 2016), hal. 2

12 Denny Bagus Irawan, “Inilah Daftar Calon DPRD Kota Tangerang Terpilih Dapil 2”

diakses dari https://www.tangerangnews.com, pada tanggal 14 Oktober 2019 pukul 16:52

Page 48: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

35

partai yang dapat mengisi DPRD Kota Tangerang dengan kadernya. Perolehan

suara terbanyak didapatkan oleh PDIP dengan 166.688 suara, maka dari itu PDIP

berhasil memperoleh 10 kursi. Sedangkan partai politik lainnya ada Golkar dan

Gerindra yang berhasil memperoleh 6 kursi masing-masing, PKB, Demokrat, dan

PPP hanya dapat 5 kursi masing-masing partai. Kemudian ada yang mendapatkan

4 kursi bagi masing-masing partai yaitu PKS dan PAN, posisi dua terbawah di

duduki oleh Hanura yang berhasil mendapatkan 3 kursi serta Nasdem hanya 2

kursi.13

Berbeda pada periode 2009-2014 dimana PDIP hanya mendapatkan 5

kursi di DPRD Kota Tangerang. Periode 2014, PDIP mampu membuktikan

dengan mendapatkan 10 kursi di DPRD Kota Tangerang dan PDIP berharap

mampu bersaing dengan partai-partai lainnya.14

B. Gambaran Umum DPRD Kota Tangerang

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (4) tentang

Pemerintahan Daerah mengatakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berfungsi sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah. DPRD menjadi badan yang membuat

keputusan untuk kepentingan umum.15

13

Ades, “Inilah 50 Wakil Rakyat 2014-2019 Kota Tangerang Siap Dilantik”, diakses dari

https://www.detaktangsel.com, pada tanggal 22 April 2019 pukul 15:27

14 Diakses pada https://www.jariungu.com, pada tanggal 23 April 2019 pukul 13:11

15 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Page 49: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

36

DPRD sebagai lembaga legislatif daerah mempunyai fungsi sebagaimana

yang tercantum dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah Pasal 41 yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.

Salah satu fungsi DPRD yang penting yaitu fungsi legislasi, dimana

peranan DPRD dalam membangun dan berusaha kebijakan serta keputusan

Pemerintah Daerah agar diterima oleh masyarakat sekitar.16

Kemampuan

lembaga legislatif dalam menjalankan tugasnya sebagai fungsi perwakilan dan

fungsi legislasi dapat dilihat sejauh mana mereka mengangkat persoalan dalam

masyarakat untuk didiskusikan dalam forum.

Sebelum Suparmi terpilih menjadi Ketua, DPRD Kota Tangerang

dipimpin oleh beberapa sosok laki-laki dari berbagai partai. Pertama, pada

periode 1999-2004 Ketua DPRD Kota Tangerang adalah Gian Sugiarsono dari

PDIP. Kedua, periode 2004-2009 Ketua DPRD Kota Tangerang adalah Herry

Rumawatine dari Demokrat. Ketiga, periode 2009-2014 kedua kalinya Ketua

DPRD Kota Tangerang adalah Herry Rumawatine dari Demokrat.17

Hasil Pemilu Legislatif (Pileg) tahun 2014 di Kota Tangerang, Komisi

Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan sebanyak 50 calon anggota DPRD

untuk menduduki kursi yang ada di DPRD. Pemilu Legislatif (Pileg) telah

dilaksanakan pada tanggal 09 April 2014. Dari banyaknya Daftar Caleg Tetap

(DCT) sekitar 500 orang lebih, hanya ada 50 caleg yang terpilih dari 5 dapil di

16

Deddy dan Dadang, “Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah”, (Jakarta: PT

Gramedia, 2004), hal. 224

17 Data dari KPUD Kota Tangerang diakses dari https://www.kpu-tangerangkota.go.id,

pada tanggal 05 April pukul 19:30

Page 50: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

37

Kota Tangerang. Berikut ini adalah tabel dari pemenangan pemilu legislatif tahun

2014 di Kota Tangerang.18

Tabel. III.1

Nama-nama Anggota DPRD Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun

2014-2019

No Nama Asal Partai No Nama Asal Partai

1. Ade Suryadi Demokrat 26. H. TB.Mansyur Abubakar BA PKB

2. Sahabudin H.Tamami PAN 27. Sugianto PDIP

3. H. Muyadi H.Muslih PPP 28. Agus Setiawan, SE PDIP

4. Minarto NasDem 29. Kuswarsa, S.sos Golkar

5. Misbahuddin S,Ag PKB 30. Pontio Prayogo Gerindra

6. Hilmi Fuad, ST, M.Kom PKS 31. Tati Rahmawati S.Ip Demokrat

7. Drs. M. Johan Saragih PDIP 32. Dedi Hasbullah, SE PAN

8. Muhammad Rijal, SE PDIP 33. Dra. Yati Rohayati, MM PPP

9. Hapipi, S.sos Golkar 34. Wawan Anwar, SE Hanura

10. H. Kosasih SE, MM Golkar 35. Anggiat Sitohang NasDem

11. Ir. Turidi Susanto Gerindra 36. Kemal Fasya Madjid, S.Ag M.Si PKB

12. Drs. H. Gatot Purwanto Demokrat 37. Ahmad Dede Fauzi, ST PKS

13. Riyanto, SE PPP 38. Sumarti PDIP

14. H. Syahroni S.Pd PKB 39. Suparmi, ST PDIP

15. Yatmi, S.Pd.I PKS 40. Wawan Setiawan Golkar

16. Anggraini J. Ningsih PDIP 41. Nurhadi, ST Gerindra

17. Hartoto PDIP 42. Siti Hayani, SH, MH Demokrat

18. Hj. Kartini Golkar 43. Ir. H. M. Sjaifudin Z. Hamadin, MM PAN

19. M. Solihin, SE Gerindra 44. H. Dedi Chandra Wijaya PPP

20. Amarno Gerindra 45. M. Haris Supratman Hanura

21. Eddy Ham, SE, MM Demokrat 46. H. Mustaya Hasyim, S.sos PKB

22. Ella Silvia, SH, MH PAN 47. Pabuadi PDIP

23. Drs. Sholihin PPP 48. Supardi PDIP

24. Sainah, S.sos Hanura 49. H. Mulyadi Golkar

25. Tengku Iwan, J. ST PKS 50. Apanudin, ST Gerindra

Sumber: KPUD Kota Tangerang

Pada DPRD Kota Tangerang terbagi menjadi empat komisi, yaitu

pertama, komisi I bidang pemerintahan. Kedua, komisi II bidang kesejahteraan

rakyat. Ketiga, komisi III bidang ekonomi keuangan dan perekonomian. Terakhir,

komisi IV bidang pembangunan dan infrastruktur. Semua komisi tersebut di

18

Data dari KPUD Kota Tangerang diakses dari https://www.kpu-tangerangkota.go.id,

pada tanggal 05 April pukul 18:30

Page 51: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

38

ketuai oleh seorang laki-laki, hanya ada satu komisi yang dipimpin oleh seorang

perempuan yaitu komisi II bidang kesejahteraan rakyat. Berikut ini nama-nama

ketua komisi DPRD Kota Tangerang, antara lain:19

Tabel. III.2

Nama-nama Ketua Komisi DPRD Kota Tangerang Provinsi Banten Tahun

2014-2019

No Nama Komisi Fraksi Partai

1 Supardi I PDIP

2 Hj. Kartini, SH II Golkar

3 Drs. Sholihin III PPP

4 Turidi Susanto IV Gerindra

Sumber: KPUD Kota Tangerang

Data di atas menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan yang ada di

DPRD Kota Tangerang masih sedikit. Terlihat hanya ada satu perempuan yang

berhasil menjabat sebagai ketua komisi.

19

Data dari KPUD Kota Tangerang diakses dari https://www.kpu-tangerangkota.go.id,

pada tanggal 05 April pukul 19:30

Page 52: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

39

BAB IV

KINERJA SUPARMI SEBAGAI KETUA DPRD KOTA TANGERANG

A. Proses Terpilihnya Suparmi Sebagai Ketua DPRD Kota Tangerang

Proses terpilih menjadi seorang pemimpin ada hal-hal yang harus lakukan

oleh para calon kandidat agar terpilih. Para calon kandidat harus bersaing dengan

jujur dan mempunyai intelektual yang tinggi. Sama halnya yang dikatakan

Suparmi, bahwa:

Proses saya menjadi Ketua DPRD itu tidak mudah. Karena PDIP

memperoleh suara tertinggi pada pemilu legislatif di Kota Tangerang

Tahun 2014-2019, maka PDIP melakukan proses pemilihan Ketua

DPRD dari calon kader partainya secara internal. Walaupun saya hanya

memperoleh 4.329 suara dan tidak mendapatkan suara tertinggi di dapil,

namun PDIP tetap memutuskan Suparmi menjadi Ketua DPRD. Bagi

PDIP ada tahapan khusus untuk memilih seorang Ketua DPRD, di mana

anggota legislatif dari partai tersebut harus mengumpulkan poin

terbanyak ketika melakukan seleksi. Setelah itu, poin tersebut akan

diakumulasikan dan anggota legislatif yang memiliki poin terbanyak

akan ada peluang untuk menjadi Ketua DPRD. Selain mengumpulkan

poin terbanyak, ada juga seleksi-seleksi tertutup yang partai lakukan.1

Jabatan sebagai Ketua DPRD tidak dapat diubah atau diganti dengan

sesukanya. Sebab, pada partai PDIP itu sudah menjadi keputusan final yang

diberikan oleh Ketua Umum. Sekalipun yang mengubahnya seperti Ketua DPC,

Ketua DPP atau yang lain itu tetap tidak bisa di ganti. Beda hal lagi jika ketua itu

mengundurkan diri, meninggal, atau tersangkut hukum. Terpilih menjadi Ketua

DPRD bagi Suparmi, ia harus mengikuti beberapa psikotes untuk mendapatkan

1 Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang pada tanggal 05

Agustus 2019

Page 53: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

40

poin selama menjadi anggota partai, dan dari poin tersebut itu menjadi sebuah

pertimbangan bagi partai untuk memilih siapa yang layak menjadi ketua.2

Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa terpilihnya Suparmi menjadi

Ketua DPRD dilakukan proses internal dalam PDIP. Walaupun perolehan suara

tertinggi didapatkan oleh Sugianto teman sesama partainya dengan 7.852 suara,

tetapi tidak menjadi tolak ukur untuk PDIP memilih Ketua DPRD dari perolehan

suara.3 Bagi PDIP harus mengikuti seleksi serta mengumpulkan poin sebanyak-

banyaknya, selain itu ada juga seleksi tertutup yang PDIP lakukan.

Berdirinya Suparmi menjadi Ketua DPRD harus dapat membuktikan

bahwa perempuan juga mampu untuk bersaing dengan laki-laki dalam dunia

politik. Jika berbicara dalam sudut pandang agama, perempuan memang dibawah

laki-laki, namun dalam sudut pandang yang berbeda sebenarnya kesempatan

perempuan jauh lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Kouta 30% untuk

perempuan itu menjadi modal utama bagi perempuan yang ingin terjun ke dalam

ranah politik.

B. Kinerja Ketua DPRD Kota Tangerang Tahun 2014-2019

Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil kerja seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu organisasi dengan periode waktu tertentu.4 Menjadi Ketua

2 Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang pada tanggal 05

Agustus 2019

3 Data dari KPUD Kota Tangerang diakses dari https://www.kpu-tangerangkota.go.id,

pada tanggal 05 April pukul 18:15

4 Arini, Panduan Praktis Penyusunan KPI (Key Performance Indicator), (Jakarta: Raih

Asa Sukses, 2017), hal. 10-11

Page 54: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

41

DPRD adalah pengalaman pertama bagi Suparmi ketika masuk ke dalam ranah

politik. Jika berbicara mengenai kinerja, maka perlu diketahui bahwa ada

indikator kinerja di dalamnya.

Indikator kinerja merupakan salah satu alat untuk mengukur hasil dari

kegiatan, aktivitas, atau proses bukan hasil ataupun tujuan itu sendiri.5 Mengukur

kinerja seseorang dapat dilihat dari beberapa indikator yang ada. Maka dari

indikator kinerja tersebut, kita dapat menilai apakah kinerja seseorang atau

lembaga sudah berhasil atau belum. Berikut ini beberapa indikator untuk menilai

kinerja individu atau organisasi, antara lain:

B.1. Produktivitas

Produktivitas bukan hanya mengukur tingkat efisiensi, namun juga

mengukur efektivitas pelayanan.6 Untuk melihat produktivitas, penulis melihat

kemampuan Suparmi sebagai penyambung aspirasi masyarakat. Ketika

melaksanakan tugasnya, Suparmi diharapkan mampu menjadi penyambung

aspirasi masyarakat.

Di Kota Tangerang permasalahan mengenai kesehatan dan pendidikan

menjadi perhatian publik, walaupun permasalahan tersebut juga muncul di

berbagai daerah Indonesia. Ada 2 ribu anak yang putus sekolah di Kota

Tangerang dengan berbagai alasan. Selain itu, anak putus sekolah di Kota

5 Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005),

hal. 159

6 Agus Dwiyanto, “Mewujudkan Good Governance Melayani Publik”, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University, 2006), hal 50

Page 55: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

42

Tangerang banyak berasal dari sekolah swasta.7 Hal ini juga disampaikan oleh

Suparmi bahwa:

Saya bersama anggota dewan yang lain berusaha membuat program

yang membantu masyarakat. Seperti program Tangerang Cerdas, di

mana program tersebut dapat membantu anak-anak yang putus sekolah

dengan berbagai alasan. Program Tangerang Cerdas tersebut berfokus

menggratiskan sekolah-sekolah swasta baik di tingkat SD hingga

SMA/SMK.8

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa Suparmi berusaha

untuk mengurangi angka putus sekolah di Kota Tangerang. Program tersebut

telah dilakukan ketika bertepatan dengan Peringatan hari Kemerdekaan Republik

Indonesia ke 69 yaitu pada tahun 2014. Dana yang telah dialokasikan sebesar Rp.

80 Miliar dari APBD Kota Tangerang, dan sudah 45 ribu orang dari tingkat SD

sampai SMA/SMK yang menerima bantuan tersebut.9 Berhasilnya program

tersebut tidak hanya dicapai oleh satu pihak saja, tetapi ada beberapa pihak yang

ikut terlibat membantu berjalannya program tersebut. Pihak yang ikut membantu

seperti Dinas Pendidikan, Walikota, serta yang lainnya.

Masalah kesehatan juga terjadi di Kota Tangerang, di mana banyak warga

kurang mampu yang ada di Kota Tangerang mengalami kendala uang ketika

ingin berobat. Keluhan masyarakat tersebut membuat DPRD mengeluarkan Kartu

7 Ega Alfreda, “2 Ribu Anak di Tangerang Putus Sekolah, Kebanyakan dari Sekolah

Swasta”, diakses dari https://jakarta.tribunnews.com, pada tanggal 16 November 2019 pukul

15:16

8 Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

9 Ganet Dirgantara, “Program Tangerang Cerdas Berikan Jaminan Warga Bisa

Bersekolah”, diakses dari https://www.banten.antarnews.com, pada tanggal 22 November pukul

21:47

Page 56: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

43

Multiguna untuk warga kurang mampu.10

Hal yang sama juga disampaikan oleh

Suparmi, sebagai berikut:

Kami anggota dewan DPRD membuat program Kartu Multiguna untuk

membantu masyarakat kurang mampu yang ada di Kota Tangerang.

Kami berharap dengan adanya kartu tersebut dapat membantu

masyarakat yang terhambat dengan keuangan. Tahun 2016, semua

anggaran multiguna dialihkan ke BPJS dan warga kurang mampu yang

memiliki kartu multiguna dipindahkan ke BPJS. Namun saat ini hanya

22 rumah sakit yang melayani BPJS di Kota Tangerang dan ada 600

ribuan warga yang memiliki BPJS.11

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa Suparmi bersama

anggota dewan yang lain berusaha membuat program dengan berupaya

mengurangi angka kematian yang ada di Kota Tangerang. Walaupun program

BPJS sudah dijalankan di Kota Tangerang, tetapi masih ada masyarakat yang

mengeluhkan mengenai program tersebut. Hal itu terjadi karena masih sedikitnya

rumah sakit yang melayani BPJS bagi warga kurang mampu.

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam indikator produktivitas Suparmi

sudah berusaha berperan dalam menjalankan tugasnya sebagai Ketua DPRD.

Suparmi bersama anggota dewan yang lain berusaha agar program yang

dikeluarkan efektif dalam membantu masyarakat.

B.2. Responsivitas

Responsivitas yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan

10

Johan, “Kartu Multiguna Bakal Dihapus”, diakses dari https://megapolitaspos.com,

pada tanggal 16 November 2019 pukul 15:36

11

Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

Page 57: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

44

program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

aspirasi masyarakat. Responsivitas dimaksudkan sebagai salah satu indikator

kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan

birokrasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.12

Melihat kinerja Suparmi dalam indikator responsivitas adalah bagaimana

mengenali kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang kemudian dituangkan dalam

sebuah kebijakan. Suparmi bersama anggota DPRD yang lain mempunyai hak

untuk mengajukan rancangan peraturan daerah.

Periode 2014-2019 ketika dipimpin oleh Suparmi, DPRD Kota Tangerang

berhasil mengeluarkan 7 perda inisiatif. Berbeda dengan periode sebelumnya,

2009-2014 ketika dipimpin oleh Herry Rumawatine DPRD Kota Tangerang

hanya mengeluarkan 3 perda inisiatif.13

Hal yang sama juga dikatakan oleh

Suparmi, bahwa:

Saya bersama anggota dewan yang lain sudah berhasil mengeluarkan 7

perda inisiatif. Perda tersebut antara lain penyelenggaraan wajib belajar

Diniyah Takmiliyah, pelestarian cagar budaya, ketahanan keluarga,

pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah, penanaman modal

daerah-daerah, pelestarian warisan budaya tak benda Kota Tangerang,

dan terakhir perda tentang bantuan sosial kematian bagi penduduk

miskin Kota Tangerang.14

12

Agus Dwiyanto, “Mewujudkan Good Governance Melayani Publik”, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University, 2006), hal 50

13 Achmad Irfan Fauzi, “Luar Biasa! 7 Perda Inisiatif Dihasilkan DPRD Kota

Tangerang 2014-2019”, diakses dari https://www.tangerangnews.com, pada tanggal 16 November

2019 pukul 16:36

14

Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

Page 58: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

45

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa sudah ada kemajuan

dari periode sebelumnya. Di mana Suparmi bersama anggota dewan yang lain

berusaha mengeluarkan perda yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat. Selain itu, Suparmi dan anggota legislatif perempuan juga berusaha

memperjuangkan kepentingan perempuan dengan mengeluarkan perda tentang

pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah.

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam indikator responsivitas Suparmi

sudah berusaha berperan dalam menjalankan tugasnya sebagai Ketua DPRD.

Suparmi juga sudah berusaha memperjuangkan kepentingan perempuan dengan

mengeluarkan perda tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan

daerah yang kemudian disepakati tanggal 19 Juli 2018 menjadi Perda No. 5

Tahun 2018 tentang Pengarusutamaan Gender.

B.3. Akuntabilitas

Akuntabilitas yaitu menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan

birokrasi politik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.

Asumsinya ialah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat,

dengan sendirinya akan memprioritaskan kepentingan publik. Selanjutnya, dalam

konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa

besar kebijakan dan kegiatan birokrasi publik itu konsisten dengan kehendak

publik.15

15

Agus Dwiyanto, “Mewujudkan Good Governance Melayani Publik”, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University, 2006), hal 51

Page 59: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

46

Melihat kinerja Suparmi dalam indikator akuntabilitas adalah bagaimana

mengenali kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang kemudian dituangkan dalam

merumuskan kebijakan. Suparmi bersama anggota DPRD yang lain berusaha

menampung segala keluhan-keluhan yang disampaikan oleh masyarakat,

kemudian disampaikan dalam rapat di tingkat fraksi, komisi, maupun rapat

paripurna.

Seperti yang dikatakan oleh Pemuda dan Mahasiswa Kota Tangerang

menganggap kinerja DPRD Kota Tangerang kurang merespon dalam menyikapi

permasalahan yang ada di masyarakat. Contohnya permasalahan U-turn di jalan

MH Thamrin Cikokol yang belum tuntas sampai saat ini.16

Hal ini juga

disampaikan oleh Suparmi, bahwa:

Saya bersama komisi IV sudah berusaha menyelesaikan masalah

tersebut. Kami bukan kurang greget atau kurang merespon masalah U-

turn di jalan MH Thamrin Cikokol, namun kami sudah berkoordinasi

dengan Dishub Kota Tangerang, Polres, bahkan Dishub Provinsi untuk

segera menutupnya.17

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa belum ada kepastian

dari DPRD Kota Tangerang terhadap keluhan yang masyarakat berikan.

Masyarakat menganggap DPRD Kota Tangerang lamban dalam merespon

keluhan masyarakat. Berdasarkan pemaparan di atas, dalam indikator

akuntabilitas Suparmi belum berperan dalam menjalankan tugasnya sebagai

16

Ades, “Pemuda dan Mahasiswa Anggap Kinerja DPRD Kota Tangerang Kurang

Greget”, diakses dari https://www.detaktangsel.com, pada tanggal 16 November 2019 pukul

19:01

17

Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

Page 60: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

47

Ketua DPRD. Hal ini diperkuat berdasarkan data keluhan masyarakat yang

menganggap DPRD kurang merespon keluhan masyarakat.

B.4. Responbilitas

Responsibilitas yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar

dengan kebijaksanaan birokrasi, baik yang eksplisit maupun implisit.18

Melihat

kinerja Suparmi dalam indikator responbilitas adalah bagaimana mengenali

kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang kemudian dituangkan dalam tanggung

jawab terhadap tugasnya.

Menilai kinerja Suparmi ada yang mengatakan kinerjanya sudah cukup

baik, ada juga mengatakan kinerjanya bukan dilihat dari gender apapun. Hal sama

juga dikatakan oleh Ella Silvia teman sesama anggota legislatif dari fraksi PAN,

bahwa:

Suparmi cukup menjadi perempuan yang tangguh dalam memimpin, di

mana Suparmi juga harus harus mengimbangi eksekutif dan legislatif

yang ada di Kota Tangerang. Mampu menjaga komunikasi yang baik

dengan Walikota Kota Tangerang beserta jajarannya. Performanya untuk

seorang perempuan juga luar biasa, di mana Suparmi mampu

menyampaikan aspirasi-aspirasi masyarakat, serta mengawal dan

menaungi 49 anggota dewan dengan penuh tanggung jawab. Suparmi juga

mampu mengakomodir dan mengayomi para anggotanya dengan adil.19

18

Agus Dwiyanto, “Mewujudkan Good Governance Melayani Publik”, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University, 2006), hal 51

19 Wawancara dengan Ella Silvia, SH, MH (Teman Sesama Anggota DPRD dari Fraksi

PAN), di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

Page 61: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

48

Sama halnya dengan yang dikatakan H. Turidi Susanto yang menilai

kinerja Suparmi sudah berupaya dan berusaha semaksimal mungkin memberikan

pelayanan terhadap masyarakat agar lebih baik lagi. H. Turidi Susanto menilai

kinerja Suparmi sudah cukup bagus untuk mensejahterakan masyarakat. Hal ini

terbukti pada periode selanjutnya Suparmi terpilih menjadi anggota DPRD Kota

Tangerang, di mana masyarakat telah percaya dan memilih kembali Suparmi

untuk menyampaikan aspirasi masyarakat di pemerintah.20

Berbeda dengan yang dikatakan oleh Hapipi teman sesama anggota

legislatif dari fraksi Golkar yang mengatakan bahwa menilai kinerja Suparmi,

bagi Hapipi bukan persoalan masalah laki-laki atau perempuan, yang terpenting

siapapun itu orangnya dia mampu untuk memimpin dan tidak dilihat dari gender

apapun.21

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam indikator responbilitas Suparmi

sudah berusaha berperan dalam menjalankan tugasnya sebagai Ketua DPRD.

Suparmi juga sudah berusaha bertanggung jawab dalam tugasnya, walaupun ada

perbedaan pendapat dari beberapa teman anggota legislatif dalam menilai kinerja

Suparmi.

Ketika berbicara mengenai Suparmi, ada isu gender di dalam perjalanan

politiknya. Gender menjadi alat analisis untuk menilai persoalan diskriminasi

20

Wawancara dengan H. Turidi Susanto (Teman Sesama Anggota DPRD dari Fraksi

Gerindra), di rumah H. Turidi Susanto 30 Juli 2019

21 Wawancara dengan Hapipi, S.sos (Teman Sesama Anggota DPRD dari Fraksi Golkar),

di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

Page 62: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

49

terhadap perempuan.22

Selama ini banyak masyarakat yang berpandangan bahwa

perempuan belum mampu untuk bersaing dengan laki-laki dalam dunia politik.

Perempuan selalu dianggap hanya mampu berada diruang privat dan tidak

mampu bersaing diruang publik. Hal berbeda disampaikan oleh Suparmi, bahwa:

Menurut saya, pandangan gender yang mengatakan perempuan dibawah

dibandingkan dengan laki-laki adalah salah, sebab saya telah

membuktikan bahwa terjunnya saya ke dalam ranah politik dapat

membawa diri saya menjadi perempuan pertama sebagai Ketua DPRD.23

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa Suparmi membantah

ketika perempuan dianggap belum mampu terjun ke dalam ranah politik.

Pandangan masyarakat terhadap terjunnya perempuan ke dalam ranah politik

harus dievaluasi, sebab dengan adanya pandangan tersebut membuat perempuan

ragu untuk terjun dan bersaing dengan laki-laki di dunia politik.

Menjadi seorang pemimpin seperti Ketua DPRD wajib mensejahterakan

rakyat dan menyampaikan semua aspirasi rakyat. Seorang pemimpin dituntut

untuk melakukan dan membuat kebijakan yang pro terhadap rakyat. Hal yang

sama juga dikatakan oleh Suparmi, bahwa:

Saya selalu berusaha kerja semaksimal mungkin untuk mensejahterakan

rakyat. Salah satu usaha yang saya lakukan adalah membuat kebijakan

yang pro terhadap rakyat, dan saya juga dengan tegas menolak apabila

ada kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat.24

22

Ulfatun Hasanah dan Najahan Musyafak, “Gender dan Politik: Keterlibatan

Perempuan Dalam Politik”, (Jurnal Sawwa, Vol 12 No. 3, 2017), 409-432

23

Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

24

Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

Page 63: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

50

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa Suparmi berusaha

membuat kebijakan yang pro terhadap rakyat. Selain itu, Suparmi berusaha untuk

membuat rakyat sejahtera dan berusaha mewujudkan aspirasi rakyat Kota

Tangerang.

Di era sekarang ini, masih banyak pandangan masyarakat yang

menganggap bahwa pemimpin perempuan tidak mampu bekerja, kinerjanya

lamban bahkan dapat memperlambat kinerjanya. Berbeda halnya dengan Suparmi

yang mengatakan bahwa:

Doktrin perempuan yang melekat pada diri saya ketika menjadi Ketua

DPRD tidak ada masalah. Sebab, saya merasa tidak ada kendala dalam

bekerja dan dengan doktrin perempuan tersebut. Duduknya saya sebagai

Ketua DPRD perempuan pertama harus menjadi motivasi bagi

perempuan lain bahwa perempuan juga pantas dan mampu menjadi

seorang pemimpin.25

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa Suparmi tidak

merasa ada masalah dengan doktrin perempuan yang melekat pada dirinya ketika

bekerja. Suparmi berharap agar perempuan lain tidak merasa ragu untuk terjun ke

dalam ranah politik dan mampu untuk menjadi Ketua DPRD.

Pada era modern, bidang politik menjadi salah satu bentuk kebijakan yang

terkait dengan perempuan diruang umum yang dapat diperjuangkan. Hal ini

berarti keterwakilan perempuan harus ikut serta dalam mengubah tatanan

kehidupan melalui bentuk partisipasi mereka dalam bentuk pembuatan kebijakan.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Suparmi bahwa:

25 Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

Page 64: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

51

Saya juga sering memberikan motivasi serta dukungan kepada anggota

dewan perempuan, selain itu saya juga sering berdiskusi dengan anggota

DPRD perempuan agar mereka selalu semangat. Bahkan saya juga selalu

mengatakan kepada mereka bahwa mereka juga mampu untuk berdiri dan

dapat menjadi ketua DPRD seperti saya.26

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa Suparmi berharap

anggota legislatif perempuan selalu semangat dalam menjalankan tugasnya.

Suparmi juga berharap pada periode yang akan datang ada sosok perempuan lain

yang menggantikan dirinya sebagai Ketua DPRD.

Bagi Anne Phillips27

pondasi dasar untuk politik keterwakilan ialah

pengakuan kesetaraan politik seluruh masyarakat dan perlu adanya kontrol publik

yang kuat terhadap keberlangsungan politik. Selain itu, politik kehadiran juga

mempunyai tujuan agar tercapainya inklusifitas pada kelompok yang termarjinal.

Hadirnya kelompok minoritas atau kelompok termarjinal dalam lembaga

legislatif dapat menciptakan perwakilan yang seimbang.

Apabila politik kehadiran sudah terwujud dalam suatu negara, maka dapat

mewujudkan keseimbangan keterwakilan antara laki-laki dan perempuan. Selain

itu, politik kehadiran juga menuntut adanya keterwakilan yang setara, menuntut

untuk lebih adil, serta tidak ada lagi perbedaan ras, gender, dan etnis pada setiap

masyarakat.28

26

Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

27 Anne Phillips, The Politics of Presence, (USA: Oxford University Press, 1998), hal. 30

28 Anne Phillips, The Politics of Presence, (USA: Oxford University Press, 1998), hal. 9

Page 65: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

52

Di Indonesia, ada dua masalah yang menjadi rendahnya keterwakilan

perempuan di ranah politik. Pertama, kuatnya pandangan patriarki di sebagian

masyarakat Indonesia. Di mana pola pikir patriarki lebih cenderung

menempatkan perempuan di bawah laki-laki. Kedua, belum adanya platform

partai yang secara konkrit membela kepentingan perempuan. Maka dari itu, kouta

30% menjadi sangat penting.29

Sama halnya yang dikatakan Suparmi, bahwa:

Menurut saya, peluang perempuan untuk terjun ke dalam ranah politik

sangat besar. Sebab, kouta 30% menjadi kesempatan besar untuk

perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Di parlemen saat ini,

keterwakilan perempuan memang masih sedikit dibandingkan dengan

laki-laki. Namun, saya bersama anggota legislatif perempuan lain

berusaha untuk memperjuangkan kepentingan perempuan.30

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa Suparmi

menggunakan kouta 30% dengan sebaik mungkin. Kouta 30% keterwakilan

perempuan juga menjadi peluang besar untuk perempuan turun dalam ranah

politik.

Melihat kesuksesan seseorang dalam menjabat tentu harus melihat

bagaimana indikator kinerja terhadap kinerja seseorang tersebut. Indikator kinerja

antara lain ada produktivitas, responsivitas, responsibilitas, serta akuntabilitas.31

Dari indikator kinerja tersebut dapat terlihat apakah kinerja seseorang dapat

dikatakan sukses atau gagal.

29

Isnaini Rodiyah, “Keterwakilan Perempuan Dalam Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah”, (Jurnal JKMP,Vol 1 No 1, Maret 2013), 55-70.

30

Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

31 Agus Dwiyanto, “Mewujudkan Good Governance Melayani Publik”, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University, 2006), hal 50-51

Page 66: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

53

Ketika diwawancarai Suparmi juga mengatakan bahwa dia tidak pernah

menganggap dirinya telah sukses dalam menjabat sebagai Ketua DPRD, tetapi

Suparmi selalu berusaha bagaimana caranya dia harus membantu masyarakat,

membuat kebijakan untuk masyarakat, dan bagaimana caranya apa yang dia

lakukan untuk masyarakat dapat berhasil. Bagi Suparmi, akan ada kepuasan

sendiri untuk dia jika semua yang dia lakukan akan berhasil.32

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Suparmi Sebagai Ketua

DPRD Kota Tangerang

Ketika menjalankan tugas sebagai Ketua DPRD, Suparmi merasakan

beberapa hal yang mempengaruhi kinerjanya. Ada faktor pendukung yang dapat

dijadikan semangat ketika bekerja, namun ada juga faktor hambatan yang

menggangu dirinya ketika bekerja.

C.1. Faktor Pendukung

Seseorang yang bekerja dalam bidang apapun harus mempunyai semangat

dan dukungan dari siapapun dan dalam hal apapun. Sebab, semangat dapat

menjadi motivasi serta faktor pendukung bagi seseorang ketika melakukan

pekerjaannya. Contohnya dukungan dari keluarga, itu menjadi pendukung utama

ketika seseorang melakukan hal apapun. Sama halnya dengan yang Suparmi

katakan, bahwa:

32

Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

Page 67: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

54

Keluarga menjadi pendukung utama bagi saya. Dukungan dari orang tua,

suami dan anak sangat penting buat saya, sebab itu menjadi semangat

ketika saya menjalankan tugas sebagai Ketua DPRD. Izin dari suami juga

penting, karena jam berapa pun saya pergi untuk bekerja apabila suami

mengizinkan maka di Ridhoi oleh Allah.33

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa keluarga menjadi

pendukung utama bagi Suparmi. Izin dari suami juga menjadi hal terpenting bagi

Suparmi ketika dia pergi mendadak untuk bekerja dalam keadaan apapun.

Faktor pendukung lainnya adalah lingkungan pekerjaan. Lingkungan

pekerjaan yang nyaman, saling mendukung satu sama lain, dan selalu

memberikan semangat kepada sesama temannya menjadi faktor pendukung dan

dapat mempengaruhi kinerja seseorang ke dalam hal positif. Sama halnya yang

dikatakan Suparmi, bahwa:

Saya kepada anggota dewan yang lain atau semua karyawan selalu

mendukung satu sama lain. Saya berusaha bersikap adil terhadap

semuanya, baik ke anggota dewan maupun kepada staf karyawan. Bagi

saya tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan. Siapapun

yang giat bekerja dan cekatan dalam mengerjakan tugasnya, maka itu

yang saya pilih untuk membantu saya dalam bekerja.34

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa lingkungan

pekerjaan juga menjadi faktor pendukung selain keluarga bagi Suparmi. Suparmi

berusaha saling mendukung satu sama lain dengan anggota legislatif dan semua

staf karyawan yang ada di DPRD Kota Tangerang.

33

Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

34 Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

Page 68: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

55

C.2. Faktor Penghambat

Ketika berbicara faktor pendukung, ada juga faktor penghambat yang

dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Pada dunia pekerjaan, kritik dan saran

menjadi hal yang penting untuk seseorang dalam mengevaluasi kinerjanya. Sama

halnya yang dikatakan Suparmi, bahwa:

Ketika awal menjadi Ketua DPRD, saya sempat mengalami kendala atau

hambatan dengan rakyat Kota Tangerang. Pada waktu itu, ada

masyarakat yang demo mengenai berbagai masalah, dan saya merasa

tidak sanggup dalam menghadapi amarah masyarakat tersebut.35

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa hambatan Suparmi ketika menjadi

Ketua DPRD adalah masyarakat yang demo dengan berbagai masalah. Suparmi

merasa tidak sanggup untuk mengendalikan emosi beberapa para demonstran.

35 Wawancara dengan Suparmi, ST, di Kantor DPRD Kota Tangerang 05 Agustus 2019

Page 69: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

56

BAB V

PENUTUP

Penutup ini berisi kesimpulan dan saran terkait dengan perempuan dan

parlemen studi atas kinerja Suparmi sebagai Ketua DPRD Kota Tangerang tahun

2014-2019.

A. Kesimpulan

1. Kinerja Suparmi sebagai Ketua DPRD sudah berusaha semaksimal

mungkin. Jika dilihat dari indikator produktivitas, Suparmi berusaha

mengeluarkan program yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu,

Suparmi juga mengawasi agar program yang berjalan tetap efektif

dalam membantu masyarakat. Pada indikator responsivitas, Suparmi

bersama anggota dewan yang lain sudah mengeluarkan 7 perda

inisiatif. Diantara 7 perda inisiatif tersebut, ada juga kepentingan

perempuan yang diperhatikan dengan mengeluarkan salah satu perda.

Perda yang terkait dengan kepentingan perempuan adalah

pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah. Berbeda

dengan indikator akuntabilitas, Suparmi belum berperan penuh dalam

menjalankan tugasnya sebagai Ketua DPRD. Hal ini terjadi karena

lambannya respon Suparmi dalam menanggapi keluhan yang

diberikan oleh masyarakat Kota Tangerang. Terakhir dari indikator

responbilitas, Suparmi sudah bertanggung jawab terhadap tugasnya.

Page 70: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

57

Hal yang sama juga dikatakan oleh beberapa teman sesama anggota

dewan bahwa Suparmi berusaha untuk mensejahterakan rakyat.

2. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kinerja Suparmi sebagai Ketua

DPRD. Keluarga dan lingkungan kerja menjadi faktor pendukung bagi

Suparmi bekerja. Sedangkan faktor penghambat yang dirasakan oleh

Suparmi adalah tidak bisa mengendalikan emosi para demonstran saat

berlangsungnya demonstrasi. Selain itu, pandangan gender yang

mengatakan bahwa perempuan belum mampu bersaing di dunia

politik adalah salah. Sebab, Suparmi sudah membuktikan dengan

menjadi perempuan pertama sebagai Ketua DPRD.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang penulis

rekomendasikan setelah melakukan penelitian ini, antara lain:

B.1. Saran Akademis

1. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk referensi tambahan

bagi penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian lebih lanjut

yang berkaitan dengan perempuan dan parlemen.

B.2. Saran Praktis

1. Pemerintah harus lebih banyak sosialisasi atau memberikan

pendidikan gender kepada masyarakat agar masyarakat sadar bahwa

pentingnya partisipasi perempuan di ruang publik, khususnya dalam

Page 71: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

58

ruang politik. Hal ini bermaksud agar mengubah pandangan

masyarakat bahwa partisipasi perempuan dalam ranah politik sangat

penting dan dapat membuat kebijakan yang mengarah ke gender,

sehingga pencalonan perempuan bukan lagi untuk memenuhi kouta

partai politik semata.

2. Kesempatan perempuan untuk masuk ke dalam ruang publik,

khususnya ruang politik harus lebih banyak agar keterwakilan

perempuan dapat membuat kebijakan yang mengarah ke gender.

3. Kinerja Ketua DPRD harus ditingkatkan lagi, supaya keluhan-

keluhan dan aspirasi masyarakat mendapat respon lebih cepat.

Diharapkan lebih banyak lagi program-program yang dikeluarkan

oleh DPRD Kota Tangerang untuk membantu masyarakat.

Page 72: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

59

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arini. Panduan Praktis Penyusunan KPI (Key Performance Indicator).

Jakarta: Raih Asa Sukses, 2017.

Astuti, Tri Marheni Pudji. Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial.

Semarang: Unnes Press, 2011.

Darmawan, Ikhsan. Mengenal Ilmu Politik. Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara, 2015.

Deddy, dan Dadang. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Jakarta: PT Gramedia, 2004.

Dwiyanto, Agus. Mewujudkan Good Governance Melayani Publik.

Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2006.

Faqih, Mansour. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007.

Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana, 2009.

Keban, Yeremias T. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik,

Konsep, Teori dan Isu. Yogyakarta: Gava Media, 2004.

Mahmudi. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP

YKPN, 2005.

Marsh, David, dan Gerry Stoker. Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik.

Bandung: Nusamedia, 2002.

Marzuki, Didi. Bekerja Demi Rakyat: Meningkatkan Kompetensi

Aparatur Pemerintah Daerah Dalam Kebijakan dan Pelayanan Publik. Jakarta:

Komunal, 2006.

Neuman, Lawrence. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif

dan Kuantitatif. Jakarta: 2013.

Pasolong, Harbani. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta, 2010.

Philips, Ann. Politics of Presence. USA: Oxford University Press, 1998.

Rasyidin, dan Fidhia Aruni. GENDER DAN POLITIK: Keterwakilan

Wanita Dalam Politik. Sulawesi: Unimal Press, 2016.

Rokhmansyah, Alfian. PENGANTAR GENDER DAN FEMINISME:

Pemahaman Awal Kritik Sastra Feminisme. Yogyakarta: Garudhawaca, 2016.

Page 73: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

60

Ruky, Ahmad. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2004.

Suseno, Nuri. Representasi Politik: Perkembangan dari Ajektiva ke Teori.

Depok: Puskapol Fisip UI, 2013.

Tierney, Helen. Women’s Studies Encyclopedia. New York: Green Wood

Press.

Prawirosentono, Suyadi. Manajemen Sumber Daya Manusia (Kebijakan

Kinerja Karyawan). Yogyakarta: BPFE, 1999.

Skripsi dan Tesis

Amikawati, Anik, “Analisis Gender Pada Kinerja DPRD Provinsi Jawa

Tengah Periode 2004-2009 (Studi Kasus Pelaksanaan Program DPRD Provinsi

Jawa Tengah pada Bidang Sosial Khususnya Pemberdayaan Perempuan)”, Tesis

Pascasarjana Ilmu Administrasi, Fakultas Administrasi Publik, Universitas

Diponegoro, Semarang, 2008.

Fadliyah, Nurul, “Affirmative Action Partai Dalam Pencalonan Politisi

Perempuan Anggota DPRD Kota Makassar (Studi Komparasi Partai PPP Dan

PDIP Kota Makassar )”, Skripsi Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ushuluddin,

Filsafat dan Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar, 2016.

Rahmadianti, Siti, “Peran Anggota Legislatif Perempuan Di DPRD Kota

Tangerang Selatan Periode 2014-2019”, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2015

Pertiwi, Dian, “Kinerja Anggota Perempuan DPRD Kota Semarang

Tahun 2014-2015 Dalam Perspektif Feminisme”, Skripsi Jurusan Politik Dan

Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, Semarang,

2016.

Jurnal

Hasanah, Ulfatun, dan Najahan Musyafak. “Gender dan Politik:

Keterlibatan Perempuan Dalam Politik.” Jurnal Sawwa, Volume 12 No. 3, 2017.

Konitiarani, Resta, dan Ahmad Zuber. “Upaya PDIP (Partai Demokrat

Indonesia Perjuangan) Dalam Memenuhi Kouta Pencalonan Legislatif

Perempuan Tahun 2014 Di Kota Surakarta.” Jurnal Sosiologi Dilema, Volume 32

No. 1, 2017.

Page 74: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

61

Ristyaningsih, Lisa. “Implementasi Kinerja Dan Representasi Politik

Perempuan di DPRD Cilacap Hasil Pemilu 2014.” Jurnal Pendidikan

Kewarganegaraan dan Hukum, Volume 6 No 2, 2017.

Ritonga, Syafruddin. “Kendala Anggota Legislatif Perempuan di DPRD

Kota Medan Menghasilkan Kebijakan Berbasis Kesetaraan Gender.” Jurnal

Politea, Volume 7 No 1, Januari 2015.

Rodiyah, Isnaini. “Keterwakilan Perempuan Dalam Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.” Jurnal JKMP, Volume 1 No 1, Maret 2013.

Rosieana, Mari. “Keterwakilan Perempuan Dalam Lembaga Legislatif

Anggota DPRD Kabupaten Malinau.” Jurnal Pemerintahan Integratif, Volume 1

No 1, 2013.

Suprihati. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Perusahaan Sari Jati di Sragen.” (Jurnal Paradigma, Volume 12 No. 1, 2014.

Yulyana, Eka. “Keterlibatan Politik Perempuan dalam Proses Legislasi

DPRD Kabupaten Karawang Periode 2009-2014.” Jurnal Politikom Indonesiana,

Volume 2 No. 2, November 2017.

Dokumen Elektronik

Ades. “Inilah 50 Wakil Rakyat 2014-2019 Kota Tangerang Siap

Dilantik”, https://www.detaktangsel.com, diakses pada tanggal 22 April 2019

pukul 15:27.

Ades. “Pemuda dan Mahasiswa Anggap Kinerja DPRD Kota Tangerang

Kurang Greget”, https://www.detaktangsel.com, diakses pada tanggal 16

November 2019 pukul 19:01.

Alfreda, Ega. “2 Ribu Anak di Tangerang Putus Sekolah, Kebanyakan

dari Sekolah Swasta”, https://jakarta.tribunnews.com, diakses pada tanggal 16

November 2019 pukul 15:16.

Diakses dari https://www.kpu-tangerangkota.go.id, pada tanggal 05 April

pukul 18:00.

Diakses dari https://dprd.tangerangkota.go.id, pada tanggal 22 April 2019

pukul 14:35.

Diakses dari https://www.jariungu.com, pada tanggal 23 April 2019 pukul

13:11.

Diakses dari https://www.pdiperjuangan.id, pada tanggal 26 April 2019

pukul 18:12.

Page 75: PEREMPUAN DAN PARLEMEN: STUDI ATAS KINERJA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49205/...perempuan lebih cocok berada diruang privat dan laki-laki yang mendominasi

62

Diakses dari www.tangerangkota.go.id, pada tanggal 19 September 2019

pukul 15:00.

Dirgantara, Ganet. “Program Tangerang Cerdas Berikan Jaminan Warga

Bisa Bersekolah”, https://www.banten.antarnews.com, diakses pada tanggal 22

November pukul 21:47.

Fauzi, Achmad Irfan. “Luar Biasa! Perda Inisiatif Dihasilkan DPRD

Kota Tangerang 2014-2019”, http://www.tangerangnews.com, diakses pada

tanggal 24 Agustus 2019 pukul 17:46.

Irawan, Denny Bagus. “Inilah Daftar Calon DPRD Kota Tangerang

Terpilih Dapil 2” https://www.tangerangnews.com, diakses pada tanggal 14

Oktober 2019 pukul 16:52.

Johan. “Kartu Multiguna Bakal Dihapus”, https://megapolitaspos.com,

diakses pada tanggal 16 November 2019 pukul 15:36.

Wawancara

Wawancara dengan Suparmi (Ketua DPRD) di Kantor DPRD Kota

Tangerang pada 05 Agustus 2019.

Wawancara dengan Ella Silvia, SH, MH (Teman Sesama Anggota DPRD

dari Fraksi PAN) di Kantor DPRD Kota Tangerang pada 05 Agustus 2019.

Wawancara dengan Hapipi, S.sos (Teman Sesama Anggota DPRD dari

Fraksi Golkar) di Kantor DPRD Kota Tangerang pada 05 Agustus 2019.

Wawancara dengan H. Turidi Susanto (Teman Sesama Anggota DPRD

dari Fraksi Gerindra) di Rumah H. Turidi Susanto pada 30 Juli 2019.

Undang-undang

Undang-undang No 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.

Undang-undang No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Inpres Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender Dalam

Pembangunan Nasional.