perdarahan post partum sekunder
TRANSCRIPT
PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER
A. Pengertian
Perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah 24 jam pertama setelah anak lahir, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 hari
postpartum. Pada kenyataannya sangat sulit untuk membuat determinasi batasan
pascapersalinan dan akurasi jumlah perdarahan murni yang terjadi. Batasan operasional
untuk periode pascapersalinan adalah periode waktu setelah bayi dilahirkan. Sedangkan
batasan jumlah perdarahan hanya merupakan hanya merupakan taksiran secara tidak
langsung dimana sebutkan sebagai perdarahan abnormal yang menyebabkan perubahan
tanda vital (pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea,
sistolik < 90 mmHg,nadi >100 x/menit, kadar Hb < 8 g%). (PONEK 2008)
B. Penyebab
1. Sub Involusio
Sub involusio adalah kemacetan atau kelambatan involusio yang disertai
pemanjangan periode pengeluaran lokhea dan kadang-kadang oleh perdarahan yang
banyak.proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan
uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih
lunak daripada keadaan normalnya.
Gejala :
Nyeri tekan perut bawah dan pada uterus, kadang di persulit dengan anemia dan
demam.
2. Hematoma Vulva
Khususnya yang terbentuk dengan cepat dapat menyebabkan rasa nyeri mencekam
yang sering menjadi keluhan utama. Hematoma dengan ukuran sedang dapat diserap
spontan.jaringan yang melapisi gumpalan hematoma dapat menghilang karena
mengalami nekrosis akibat penekanan sehingga terjadi perdarahan yamg banyak
proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus
yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak
daripada keadaan normalnya keadaan ini mungkin disebabkan oleh kebocoran
pembuluh darah yang mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama. Yang lebih
jarang terjadi, pembuluh darah yang ruptur terletak diatas vasia pelvik dan keadaan
tersebut hematoma akan ter bentuk diatasnya. Hematoma vulva mudah didiagnosis
dengan adanya rasa nyeri perineum yang hebat dan tumbuh inferksi yang
menyeluruh.dengan ukuran yang bervariasi.jaringan yang melapisi gumpalan
hematoma dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat penekanan sehingga
terjadi perdarahan yamg banyak proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang
berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus
akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya.
3. Sisa Plasenta
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat
(biasanya terjadi dalam 6 – 10 hari pasca persalinan). Pada perdarahan postpartum
dini akibat sisa plasenta ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah
plasenta lahir dan kontraksi rahim baik. Pada perdarahan postpartum lambat
gejalanya sama dengan subinvolusi rahim, yaitu perdarahan yang berulang atau
berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim. Perdarahan akibat sisa plasenta
jarang menimbulkan syok.
Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali apabila
penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah plasenta lahir. Apabila
kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan akan sisa
plasenta, maka untuk memastikan adanya sisa plasenta ditentukan dengan eksplorasi
dengan tangan, kuret atau alat bantu diagnostik yaitu ultrasonografi. Pada umumnya
perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik
dianggap sebagai akibat sisa plasenta yang tertinggal dalam rongga rahim.
C. Patofisiologi
Selama masa kehamilan banyak sekali sinus-sinus darah terbentuk di bawah plasenta.
Setelah persalinan otot uterus berkontraksi, gerakannya menutup pembuluh darah, dan
mencegah kehilangan banyak darah. Bila terdapat jaringan dalam uterus atau bila otonya
terlampau teregang, uterus tidak dapat berkontraksi dengan sempurna dan mengakibatkan
hemoragie atau perdarahan. Oleh karena itu, plasenta tertahan, inversi uterus, dan tumor
dapat menyebabkan perdarahan postpartum serius.
Ketika terdapat laserasi (robekan) servik atau vagina yang merupakan tempat darah
mengalir, tidak ada kontraksi uterus yang dapat menghentikan hemoragie atau
perdarahan. Setelah persalinan dokter menginpeksi jalan lahir dengan ketat untuk
mengetahui adanya laserasi. Bila didapati hal tersebut, maka keadaan diperbaiki dengan
cepat. Kadang-kadang pembuluh darah yang masih terbuka tidak terlihat dan masih
mengakibatan hemoragi lanjutan.
D. Tanda dan Gejala
1.Terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui pengeluaran lokhea normal
2. Terjadi perdarahan cukup banyak
3. Rasa sakit di daerah uterus
4. Pada palpasi fundus uteri masih dapat diraba lebih besar dari seharusnya
5. Pada VT didapatkan uterus yang membesar, lunak dan dari ostium uteri keluar darah.
6. Pucat
7. Lemah
8. Menggigil
9. Tekanan darah rendah ( sistolik < 90 mmHg )
10. Nadi cepat ( > 100x/m )
11. Anemia ( hb < 8 g% )
E. Komplikasi
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :
1. Syok hemoragie
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran
akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke
seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani
dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal
dan selanjutnya meruak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal
ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan
hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut
menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan
berdampak juga pada asupan ASI bayi.
3.Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok.
Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar
hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat mempengaruhi sistem endokrin.
F. Penatalaksanaan
1. Pasang infus dan transfusi darah.
2. Tergantung dari sumber perdarahannya:
a. Perdarahan berasal dari perlukaan yang terbuka :
1) Dijahit kembali
2) Evaluasi kemungkinan terjadi hematoma
b. Perdarahan berasal dari bekas implantasi plasenta :
1) Lakukan anesthesia dengan demikian kuretase dapat di lakukan dengan aman
dan bersih.
2) Jaringan yang di dapatkan harus dilakukan pemeriksaan untuk memperoleh
kepastian.
c. Perawatan terapi sekunder perdarahan postpartum:
1) Rehidrasi diteruskan sampai tercapai keadaan optimal
2) Berikan antibiotika
3) Berikan pengobatan suportif:
4) Gizi yang baik
5) Vitamin dan praparat Fe
ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS HPP SEKUNDER
A. Pengkajian / Pengumpulan Data
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam manajemen kebidanan. Pengkajian
dilaksanakan secara umum meliputi aspek biopsikososial spiritual yang komprehensif, data
dapat dikumpulkan dari berbagai sumber dari pasien, keluarga, tenaga kesehatan, catatan
medik, catatan perawatan dan hasil pemeriksaan penunjang.
1. Data Subjektif
a. Identitas pasien terdiri dari : nama pasien, umur, kebangsaan / suku, agama,
pendidikan, alamat, pekerjaan.
b. Anamnesa terdiri dari :
1) Keluhan utama : Ibu masih mengeluarkan banyak darah dari kemaluannya
sampai berkali-kali ganti pembalut. Ibu mengatakan nyeri atau sakit pada
kemaluanya, lelah.
2) Riwayat kesehatan ibu
Ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa
plasenta.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan
hemopilia dan penyakit menular.
4) Riwayat persalinan sekarang terdiri dari : persalinan yang ke berapa, tempat dan
penolong persalinan, lama kala I,II,III serta komplikasi yang dialami, jenis
persalinan, perdarahan pada kala IV ( > 500 cc) serta komplikasinya
5) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu (jika ada) terdiri dari :
persalinan yang ke, umur anak, UK, jenis persalinan, penolong, BB/PB, JK,
komplikasi ibu dan bayi, lama masa laktasi.
6) Riwayat penggunaan kontrasepsi terdiri dari : jenis kontrasepsi yang pernah
digunakan, lama pemakaian dan keluhan selama pemakaian.
7) Riwayat sibling rivalry yaitu penerimaan kakak terhadap adiknya yang baru lahir
tersebut.
8) Kecukupan nutrisi terdiri dari : makan terakhir pukul berapa, jenis serta porsi
makanan, minum terakhir pukul berapa, jenis dan jumlah minuman
9) Eliminasi terdiri dari : terakhir eliminasi pukul berapa serta keluhannya.
10) Istirahat dan tidur terdiri dari : lama istirahat
11) Mobilisasi terdiri dari : apakah ibu dapat tidur miring kiri atau kanan, duduk
maupun berjalan
12) Rencana menyusui terdiri dari ada atau tidak pengalaman menyusui dan rencana
lama menyusui
13) Pengetahuan ibu mengenai : bahaya masa nifas 2-6 hari, cara memeriksa
kontraksi uterus, cara masase fundus uteri, cara mencegah hipotermi bayi, cara
menyusui dan senam nifas lanjutan .
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan
1) Keadaan umum, kesadaran, keadaan emosional, keadaan psikologis, antropometri
dan tanda vital ( nadi, tekanan darah, suhu, resprasi)
2) Pemeriksaan fisik :
a) Wajah : oedema/pucat/normal
b) Mata : konjungtiva, sclera.
c) Mulut : pucat/kering/lembap
d) Dada dan aksila : kebersihan dan bentuk payudara, puting susu, pengeluaran air
susu, kelainan payudara.
e) Abdomen : distensi, kandung kemih, TFU, kontraksi uterus, nyeri tekan
f) Genetalia eksterna : inspeksi vulva (lochea), jahitan perineum, oedema, tanda
infeksi, kelainan
g) Anus terdapat haemoroid atau tidak.
h) Ekstremitas atas dan bawah : oedema, kekuatan sendi,kemerahan, varices dan
patella.
i) Bounding skor
B. Analisa Data Dasar
Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan yang disebut dengan
diagnosa kebidanan.
-Kondisi pasien yang terkait dengan masalah
-Masalah utama dan penyebab utama masalah potensial
-Kebutuhan pasien
C. Deteksi Dini
1. Pada saat anamnesis, ibu mengeluh mengeluarkan banyak darah dari kemaluannya
sampai berkali-kali ganti pembalut. Ibu mengatakan nyeri atau sakit pada kemaluanya,
lelah.
2. Periksaan vital sign : Tekanan darah di bawah normal, nadi cepat lemah, respirasi cepat,
suhu meningkat
3. Pada saat pemeriksaan fisik, muka : pucat, bibir kering, TFU masih dapat diraba lebih
besar dari seharusnya, kontraksi lemah, kandung kemih penuh, jumlah perdarahan > 500
cc, perdarahan aktif.
D. Perencanaan
Dibuat untuk setiap permasalahan sesuai kebutuhan serta tindakan yang spesifik,
perencanaan harus dikembangkan pada pasien dan keluarga, rencana asuhan kebidanan pada
ibu nifas dengan HPP sekunder adalah sebagai berikut :
1. Mendiagnosa dan penanganan secara dini
2. Jelaskan tentang kondisi ibu
3. Informed consent pada ibu dan keluarga atas tindakan yang akan dilakukan
4. Stabilkan kondisi ibu
5. Hentikan perdarahan sesuai penyebab
6. Rujuk ibu atau kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah disusun, beberapa prinsip
dalam melaksanakan tindakan kebidanan sebagai berikut :
1. Tindakan kebidanan ada yang dapat dikerjakan sendiri atau dibantu dan dilimpahkan
kepada pasien atau keluarga, kolaborasi dan dirujuk kepada tenaga kesehatan yang lebih
berwenang.
2. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan bidan tentang tindakan yang dilakukan.
3. Mencatat dan mengadakan konsultasi dan rujukan jika perlu.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan terkait kasus HPP sekunder adalah stabilkan
kondisi pasien, menghentikan perdarahan sesuai penyebab perdarahan, rujuk dan
dampingi pasien.
F. Menilai Keberhasilan Tindakan
Jika keadaan pasien kembali stabil dan perdarahan dapat dihentikan, maka pertolongan
pertama yang bidan berikan berhasil. Selanjutnya pasien dirujuk untuk mendapatkan
tindakan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Anonim. 2012. Perdarahan Post Partum Sekunder. Dalam :
http://bundowidiafitri.blogspot.com/2012/05/perdarahan-postpartum-sekunder.html.
Diakses tanggal 11 September 2012