perdarahan post partum sekunder

13
PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER A. Pengertian Perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah 24 jam pertama setelah anak lahir, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 hari postpartum. Pada kenyataannya sangat sulit untuk membuat determinasi batasan pascapersalinan dan akurasi jumlah perdarahan murni yang terjadi. Batasan operasional untuk periode pascapersalinan adalah periode waktu setelah bayi dilahirkan. Sedangkan batasan jumlah perdarahan hanya merupakan hanya merupakan taksiran secara tidak langsung dimana sebutkan sebagai perdarahan abnormal yang menyebabkan perubahan tanda vital (pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, sistolik < 90 mmHg,nadi >100 x/menit, kadar Hb < 8 g%). (PONEK 2008) B. Penyebab 1. Sub Involusio Sub involusio adalah kemacetan atau kelambatan involusio yang disertai pemanjangan periode pengeluaran lokhea dan kadang-kadang oleh perdarahan yang banyak.proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya. Gejala :

Upload: anggyani-raka-siwi

Post on 07-Dec-2014

145 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perdarahan Post Partum Sekunder

PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER

A. Pengertian

Perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi

setelah 24 jam pertama setelah anak lahir, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 hari

postpartum. Pada kenyataannya sangat sulit untuk membuat determinasi batasan

pascapersalinan dan akurasi jumlah perdarahan murni yang terjadi. Batasan operasional

untuk periode pascapersalinan adalah periode waktu setelah bayi dilahirkan. Sedangkan

batasan jumlah perdarahan hanya merupakan hanya merupakan taksiran secara tidak

langsung dimana sebutkan sebagai perdarahan abnormal yang menyebabkan perubahan

tanda vital (pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea,

sistolik < 90 mmHg,nadi >100 x/menit, kadar Hb < 8 g%). (PONEK 2008)

B. Penyebab

1. Sub Involusio

Sub involusio adalah kemacetan atau kelambatan involusio yang disertai

pemanjangan periode pengeluaran lokhea dan kadang-kadang oleh perdarahan yang

banyak.proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan

uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih

lunak daripada keadaan normalnya.

Gejala :

Nyeri tekan perut bawah dan pada uterus, kadang di persulit dengan anemia dan

demam.

2. Hematoma Vulva

Khususnya yang terbentuk dengan cepat dapat menyebabkan rasa nyeri mencekam

yang sering menjadi keluhan utama. Hematoma dengan ukuran sedang dapat diserap

spontan.jaringan yang melapisi gumpalan hematoma dapat menghilang karena

mengalami nekrosis akibat penekanan sehingga terjadi perdarahan yamg banyak

proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus

yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak

daripada keadaan normalnya keadaan ini mungkin disebabkan oleh kebocoran

pembuluh darah yang mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama. Yang lebih

jarang terjadi, pembuluh darah yang ruptur terletak diatas vasia pelvik dan keadaan

Page 2: Perdarahan Post Partum Sekunder

tersebut hematoma akan ter bentuk diatasnya. Hematoma vulva mudah didiagnosis

dengan adanya rasa nyeri perineum yang hebat dan tumbuh inferksi yang

menyeluruh.dengan ukuran yang bervariasi.jaringan yang melapisi gumpalan

hematoma dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat penekanan sehingga

terjadi perdarahan yamg banyak proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang

berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus

akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya.

3. Sisa Plasenta

Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat

menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat

(biasanya terjadi dalam 6 – 10 hari pasca persalinan). Pada perdarahan postpartum

dini akibat sisa plasenta ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah

plasenta lahir dan kontraksi rahim baik. Pada perdarahan postpartum lambat

gejalanya sama dengan subinvolusi rahim, yaitu perdarahan yang berulang atau

berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim. Perdarahan akibat sisa plasenta

jarang menimbulkan syok.

Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali apabila

penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah plasenta lahir. Apabila

kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau terdapat keraguan akan sisa

plasenta, maka untuk memastikan adanya sisa plasenta ditentukan dengan eksplorasi

dengan tangan, kuret atau alat bantu diagnostik yaitu ultrasonografi. Pada umumnya

perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik

dianggap sebagai akibat sisa plasenta yang tertinggal dalam rongga rahim.

C. Patofisiologi

Selama masa kehamilan banyak sekali sinus-sinus darah terbentuk di bawah plasenta.

Setelah persalinan otot uterus berkontraksi, gerakannya menutup pembuluh darah, dan

mencegah kehilangan banyak darah. Bila terdapat jaringan dalam uterus atau bila otonya

terlampau teregang, uterus tidak dapat berkontraksi dengan sempurna dan mengakibatkan

hemoragie atau perdarahan. Oleh karena itu, plasenta tertahan, inversi uterus, dan tumor

dapat menyebabkan perdarahan postpartum serius.

Page 3: Perdarahan Post Partum Sekunder

Ketika terdapat laserasi (robekan) servik atau vagina yang merupakan tempat darah

mengalir, tidak ada kontraksi uterus yang dapat menghentikan hemoragie atau

perdarahan. Setelah persalinan dokter menginpeksi jalan lahir dengan ketat untuk

mengetahui adanya laserasi. Bila didapati hal tersebut, maka keadaan diperbaiki dengan

cepat. Kadang-kadang pembuluh darah yang masih terbuka tidak terlihat dan masih

mengakibatan hemoragi lanjutan.

D. Tanda dan Gejala

1.Terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui pengeluaran lokhea normal

2. Terjadi perdarahan cukup banyak

3. Rasa sakit di daerah uterus

4. Pada palpasi fundus uteri masih dapat diraba lebih besar dari seharusnya

5. Pada VT didapatkan uterus yang membesar, lunak dan dari ostium uteri keluar darah.

6. Pucat

7. Lemah

8. Menggigil

9. Tekanan darah rendah ( sistolik < 90 mmHg )

10. Nadi cepat ( > 100x/m )

11. Anemia ( hb < 8 g% )

E. Komplikasi

Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :

1. Syok hemoragie

Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran

akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke

seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani

dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal

dan selanjutnya meruak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal

ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.

2. Anemia

Page 4: Perdarahan Post Partum Sekunder

Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan

hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut

menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan

berdampak juga pada asupan ASI bayi.

3.Sindrom Sheehan

Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok.

Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar

hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat mempengaruhi sistem endokrin.

F. Penatalaksanaan

1.      Pasang infus dan transfusi darah.

2.      Tergantung dari sumber perdarahannya:

a.      Perdarahan berasal dari perlukaan yang terbuka :

1) Dijahit kembali

2) Evaluasi kemungkinan terjadi hematoma

b.      Perdarahan berasal dari bekas implantasi plasenta :

1) Lakukan anesthesia dengan demikian kuretase dapat di lakukan dengan aman

dan bersih.

2) Jaringan yang di dapatkan harus dilakukan pemeriksaan untuk memperoleh

kepastian.

c.       Perawatan terapi sekunder perdarahan postpartum:

1) Rehidrasi diteruskan sampai tercapai keadaan optimal

2) Berikan antibiotika

3) Berikan pengobatan suportif:

4) Gizi yang baik

5) Vitamin dan praparat Fe  

Page 5: Perdarahan Post Partum Sekunder

ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS HPP SEKUNDER

A. Pengkajian / Pengumpulan Data

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam manajemen kebidanan. Pengkajian

dilaksanakan secara umum meliputi aspek  biopsikososial spiritual yang komprehensif, data

dapat dikumpulkan dari berbagai sumber dari pasien, keluarga, tenaga kesehatan, catatan

medik, catatan perawatan dan hasil pemeriksaan penunjang.

1. Data Subjektif

a. Identitas pasien terdiri dari : nama pasien, umur, kebangsaan / suku, agama,

pendidikan, alamat, pekerjaan. 

b. Anamnesa terdiri dari :

1) Keluhan utama : Ibu masih mengeluarkan banyak darah dari kemaluannya

sampai berkali-kali ganti pembalut. Ibu mengatakan nyeri atau sakit pada

kemaluanya, lelah.

2) Riwayat kesehatan ibu

Ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,

hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan

kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa

plasenta.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita

hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan

hemopilia dan penyakit menular.

Page 6: Perdarahan Post Partum Sekunder

4) Riwayat persalinan sekarang terdiri dari : persalinan yang ke berapa, tempat dan

penolong persalinan, lama kala I,II,III serta komplikasi yang dialami, jenis

persalinan, perdarahan pada kala IV ( > 500 cc) serta komplikasinya

5) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu (jika ada) terdiri dari :

persalinan yang ke, umur anak, UK, jenis persalinan, penolong, BB/PB, JK,

komplikasi ibu dan bayi, lama masa laktasi.

6) Riwayat penggunaan kontrasepsi terdiri dari : jenis kontrasepsi yang pernah

digunakan, lama pemakaian dan keluhan selama pemakaian.

7) Riwayat sibling rivalry yaitu penerimaan kakak terhadap adiknya yang baru lahir

tersebut.

8) Kecukupan nutrisi terdiri dari : makan terakhir pukul berapa, jenis serta porsi

makanan, minum terakhir pukul berapa, jenis dan jumlah minuman

9) Eliminasi terdiri dari : terakhir eliminasi pukul berapa serta keluhannya.

10) Istirahat dan tidur terdiri dari : lama istirahat

11) Mobilisasi terdiri dari : apakah ibu dapat tidur miring kiri atau kanan, duduk

maupun berjalan

12) Rencana menyusui terdiri dari ada atau tidak pengalaman menyusui dan rencana

lama menyusui

13) Pengetahuan ibu mengenai : bahaya masa nifas 2-6 hari, cara memeriksa

kontraksi uterus, cara masase fundus uteri, cara mencegah hipotermi bayi, cara

menyusui dan senam nifas lanjutan .

2. Data Objektif 

a. Pemeriksaan

1) Keadaan umum, kesadaran, keadaan emosional, keadaan psikologis, antropometri

dan tanda vital ( nadi, tekanan darah, suhu, resprasi)

2) Pemeriksaan fisik :

a) Wajah : oedema/pucat/normal

b) Mata : konjungtiva, sclera.

c) Mulut : pucat/kering/lembap

Page 7: Perdarahan Post Partum Sekunder

d) Dada dan aksila : kebersihan dan bentuk payudara, puting susu, pengeluaran air

susu, kelainan payudara.

e) Abdomen : distensi, kandung kemih, TFU, kontraksi uterus, nyeri tekan

f) Genetalia eksterna : inspeksi vulva (lochea), jahitan perineum, oedema, tanda

infeksi, kelainan

g) Anus terdapat haemoroid atau tidak.

h) Ekstremitas atas dan bawah : oedema, kekuatan sendi,kemerahan, varices dan

patella.

i) Bounding skor

B. Analisa Data Dasar

Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan yang disebut dengan

diagnosa kebidanan.

-Kondisi pasien yang terkait dengan masalah

-Masalah utama dan penyebab utama masalah potensial

-Kebutuhan pasien

C. Deteksi Dini

1. Pada saat anamnesis, ibu mengeluh mengeluarkan banyak darah dari kemaluannya

sampai berkali-kali ganti pembalut. Ibu mengatakan nyeri atau sakit pada kemaluanya,

lelah.

2. Periksaan vital sign : Tekanan darah di bawah normal, nadi cepat lemah, respirasi cepat,

suhu meningkat

3. Pada saat pemeriksaan fisik, muka : pucat, bibir kering, TFU masih dapat diraba lebih

besar dari seharusnya, kontraksi lemah, kandung kemih penuh, jumlah perdarahan > 500

cc, perdarahan aktif.

D. Perencanaan

Dibuat untuk setiap permasalahan sesuai kebutuhan serta tindakan yang spesifik,

perencanaan harus dikembangkan pada pasien dan keluarga, rencana asuhan kebidanan pada

ibu nifas dengan HPP sekunder adalah sebagai berikut :

1. Mendiagnosa dan penanganan secara dini

Page 8: Perdarahan Post Partum Sekunder

2. Jelaskan tentang kondisi ibu

3. Informed consent pada ibu dan keluarga atas tindakan yang akan dilakukan

4. Stabilkan kondisi ibu

5. Hentikan perdarahan sesuai penyebab

6. Rujuk ibu atau kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah disusun, beberapa prinsip

dalam melaksanakan tindakan kebidanan sebagai berikut :

1. Tindakan kebidanan ada yang dapat dikerjakan sendiri atau dibantu dan dilimpahkan

kepada pasien atau keluarga, kolaborasi dan dirujuk kepada tenaga kesehatan yang lebih

berwenang.

2. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan bidan tentang tindakan yang dilakukan.

3. Mencatat dan mengadakan konsultasi dan rujukan jika perlu.

Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan terkait kasus HPP sekunder adalah stabilkan

kondisi pasien, menghentikan perdarahan sesuai penyebab perdarahan, rujuk dan

dampingi pasien.

F. Menilai Keberhasilan Tindakan

Jika keadaan pasien kembali stabil dan perdarahan dapat dihentikan, maka pertolongan

pertama yang bidan berikan berhasil. Selanjutnya pasien dirujuk untuk mendapatkan

tindakan selanjutnya.

Page 9: Perdarahan Post Partum Sekunder

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Anonim. 2012. Perdarahan Post Partum Sekunder. Dalam :

http://bundowidiafitri.blogspot.com/2012/05/perdarahan-postpartum-sekunder.html.

Diakses tanggal 11 September 2012