perdarahan post partum s2
DESCRIPTION
Perdarahan Post partumTRANSCRIPT
MAKALAH KEGAWATDARURATANDALAM KEBIDANAN DAN NEONATAL
HEMORRHAGE POST PARTUM
DOSEN PENGAMPU :
dr.Pelsi Sulaini,SpOG(K)
KELOMPOK 3
1; Yuli Hartati M.Keb 150332; Desi Andriani M.Keb 150343; Rati Purwati M.Keb 150354; Ulfa Yulia Sari M.Keb 150385; Apriyona Amir M.Keb 152016; Astari Seto M.Keb 152017; Dian Maya Sari M.Keb 152038; Masnia Handayani M.Keb 152059; Mona Saputri M.Keb 1520610; Rosmeri Rosha M.Keb 1520711; Yulia Fatma Nst M.Keb 15208
PROGRAM PASCA SARJANA KEBIDANANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ANDALAS
T.A 2014/2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas
limpahan kaaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
kegawatdaruratan maternal dan noenatal dengan judul “ Hemorrhage Post
Partum”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang diampu oleh dr.Pelsi
Sulaini,SpOG(K),program pasca sarjana ilmu kebidanan Universitas Andalas
Padang.
Dalam makalah ini dibahas tentang Kegawatdaruratan dalam Kebidanan
dan Neonatal dengan topik “Hemorrhage Post Partum”.Kami berharap makalah
ini dapat menambah informasi lebih lanjut oleh tenaga kesehatan khususnya untuk
Bidan.
Penulis menyakini di dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan isi
dan kualitas makalah ini.
Padang, Maret 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1; Latar Belakang
Menurut Manuaba (1998 : 295) perdarahan postpartum adalah perdarahan
yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung, sedangkan menurut
Mochtar (1998 : 30), perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600
ml selama 24 jam setelah anak lahir, termasuk perdarahan retensio plasenta,
perdarahan postpartum perdarahan dalam kala IV.
Hemorargia Post Partum adalah pendarahan pascasalin primer terjadi dalam
24 jam pertama setelah persalinan, sementara pendarahan pascasalin sekunder
adalah pendarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam
hingga 12 minggu setelah persalinan.
Suatu pendarahan dikatakan fisiologis apabila hilangnya darah tidak
melebihi 500cc pada persalinan pervagina dan tidak lebih dari 1000cc pada sectio
cesarea. Perlu diingat bahwa pendarahan yang terjadi pada waktu persalinan
sebenarnya hanyalah setengah dari pendarahan yang sebenarnya. Sering kali
sectio cesarea menyebabkan pendarahan yang lebih banyak, harus diingat kalau
narkotik akan mengurangi efek vasokontriksi dari pembuluh darah.
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa dalam tahun
1995 hampir 515.000 bumil meninggal karena komplikasi kehamilan dan
melahirkan. Sebagian besar kematian tersebut terjadi di negara-negara
berkembang, karena sering perempuan kurang mendapatkan akses terhadap
perawatan penyelamatan hidup (life saving care). Dinegara berkembang,
perempuan cenderung lebih mendapat perawatan antenatal atau perawatan
sebelum melahirkan dibandingkan mendapat perawatan kebidanan yang
seharusnya diterima selama persalinan atau pasca persalinan.
1.2; Tujuan Pembuatan Makalah
Untuk mengetahui lebih dalam tentang Hemorrhage Post Partum pada
Kasus Kegawatdaruratan dalam Kebidanan dan Neonatal, komponen-
komponennya serta manfaat dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hemorrhage Post Partum
Perdarahan post partum merupakan penyebab kematian maternal
terbanyak . Semua wanita yang sedang hamil 20 minggu memiliki resiko
perdarahan post partum.Walaupun angka kematian maternal telah turun secara
drastis di negara-negara berkembang, perdarahan post partum tetap merupakan
penyebab kematian maternal terbanyak dimana-mana.
Kehamilan yang berhubungan dengan kematian maternal secara langsung
di Amerika Serikat diperkirakan 7-10 wanita tiap 100.00 kelahiran hidup. Data
statistik nasional Amerika Serikat menyebutkan sekitar 8 % dari kematian ini
disebabkan oleh perdarahan post partum.
Negara industri, perdarahan post partum biasanya terdapat pada 3
peringkat teratas penyebab kematian maternal, bersaing dengan embolisme dan
hipertensi, beberapa negara berkembang angka kematian maternal melebihi 1000
wanita tiap 100.000 kelahiran hidup, dan data WHO menunjukan bahwa 25 %
dari kematian maternal disebabkan oleh perdaraha post partum dan diperkirakan
100.000 kematian maternal tiap tahunnya.
2.2. Definisi
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan
abdominal. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan
jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang
telaah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah,
limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea (nafas cepat dan sesak/ lebih
dari normal), tekanan darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadi > 100x/menit, kadar
Hb < 8 g/dL.
Perdarahan post partum dibagi menjadi:
1; Perdarahan Post Partum Dini / Perdarahan Post Partum Primer (Early
Post Partum Hemorrhage): Perdarahan post partum dini adalah
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kala III.
2; Perdarahan Pada Masa Nifas / Perdarahan Post Partum Sekunder (Late
post partum hemorrhage). Perdarahan pada masa nifas adalah
perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak termasuk
24 jam pertama setelah kala III.
2.3. Faktor Predisposisi
Kelainan implantasi dan pembentukan plasenta: plasenta previa, solutio
plasenta, plasenta akreta/inkreta/perkreta, kehamilan etopik, mola
hidatidosa.
Trauma saat kehamilan dan persalinan : episiotomi, persalinan
pervaginam dengan instrumen, bekas section cesaria atau histerktomi
Volume darah ibu yang minimal, terutama pada ibu berat badan kurang,
preeklamsi berat/eklamsia, sepsis atau gagal ginjal
Gangguan koagulasi
2.4. Klasifikasi
Menurut Mochtar (1998 : 298) waktu terjadinya perdarahan postpartum di
bagi atas dua bagian :
a; Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
b; Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke lima sampai 15
postpartum.
Menurut Wirakusumah (2005:171) Perdarahan pascapersalinan sekarang
dapat di bagi menjadi :
a; Perdarahan pascapersalinan dini ialah perdarahan ≥ 500 cc pada 24
jam pertama setelah persalinan.
b; Perdarahan pascapersalinan lambat ialah berdasarkan ≥ 500 cc setelah
24 jam persalinan.
Menurut Jansen (2004 : 664). Perdarahan pascapersalinan dapat terjadi
secara tiba-tiba dan bahkan sangat pasif. Perdarahan sedang tetapi menetap
dapat berlanjut selama beberapa hari atau minggu yaitu :
a; Perdarahan pasca partum dapat terjadi dini, dalam 24 jam pertama
setelah melakukan persalinan.
b; Perdarahan pasca partum lambat dari 24 jam setelah melahirkan
sampai hari ke 28 pasca partum.
Menurut Mansjoer (2002 : 313) perdarahan postpartum dibagi atas :
a; Perdarahan primer (perdarahan persalinan dini) terjadi 24 jam
pertama.
b; Perdarahan skunder (perdarahan masa nifas) terjadi setelah itu.
Menurut Manuaba (1998 : 296). Perdarahan postpartum di bagi
menjadi perdarahan postpartum primer dan skunder.
a; Perdarahan postpartum primer terjadi antar 24 jam pertama,
terbanyak dalam 2 jam pertama.
b; Perdarahan postpartum sekunder terjadi setelah 2 jam pertama.
2.5. Proknosis
Wanita dengan perdarahan pascapersalinan seharusnya tidak meninggal
akibat perdarahannya sekalipun untuk mengatasinya perlu di lakukan Histerktomi
(Wirakusumah, 2005:172).
Perdarahan postpartum masih merupakan ancaman yang tidak terduga
walaupun dengan pengawasan sebaik-baiknya perdarahan postpartum masih
merupakan salah satu sebab kematian ibu yang penting. Sebaiknya, menurut
pendapat para ahli kebidanan moderen, perdarahan postpartum tidak perlu
membawa kematian pada ibu bersalin, pendapat ini memang benar bila kesadaran
masyarakat tentang hal ini sudah tinggi dan dalam klinik tersedia banyak darah
dan cairan serta fasilitas lainnya. Tingginya angka kematian karena banyak
penderita perdarahan postpartum dari luar dengan keadaan umum yang jelek dan
anemia dimana tindakan apapun kadang-kadang tidak menolong (Mochtar, 1998 :
304).
2.6. Etiologi
Penyebab terjadinya perdarahan post partum antara lain:
Atonia Uteri
Luka jalan lahir
Retensio Plasenta
Gamgguan pembekuan darah
Menurut Jensen (2004 : 664) perdarahan postpartum di sebabkan oleh :
a; Atonia Uterus.
Atonia uterus merupakan hipotonia uterus yang mencolok, pada kondisi-
kondisi tersebut uterus merenggang berlebihan dan kontraksinya buruk.
Atonia uterus merupakan penyebab pertama perdarahan pascapartum.
b; Laserasi jalan lahir.
Laserasi jalan lahir merupakan penyebab utama kedua perdarahan pasca
partum pada pendarahan yang kontiniu, walaupun kontraksi uterus pasca
partum efisien, namun jalan lahir harus di inspeksi, dan itu dilakukan secara
ulang, laserasi jalan lahir dapat meliputi cidera pada labia, perenium, vagina,
dan serviks.
c; Plasenta tertahan.
1; Plasenta tertahan tidak melekat apabila plasenta belum memisah dalam
30 menit setelah bayi lahir.
2; Plasenta tertahan melekat
Plasenta yang implantasi zigot di daerah endometrium yang mengalami
efek, tidak ada zona pemisah antara plasenta dan desidua, derajat
perlekatan berikut sudah di akui yaitu :
a; Plasenta akreta (Vera) : Penetrasi kecil miometrium oleh trofloblas
plasenta (tidak lazim).
b; Plasenta inkreta : penetrasi dalam oleh plasenta (jarang).
c; Plasenta perkreta (destruen) : Perforasi uterus akibat plasenta (sangat
banyak terjadi).
d; Inversi Uterus
Inversi uterus (membelok keluar) setelah proses melahirkan merupakan
komplikasi yang berpotensi mengancam kehidupan insiden inverse uterus
sekitar satu pada 2500 kelahiran (Zahn dan Yeomans, 1990)
Menurut Wirakusuma (200 : 171), etiologi perdarahan pasca persalinan,
yaitu :
a; Trauma traktus genitalis, akibat episiotomi yang luas, laserasi jalan lahir,
dan ruptur uteri
b; Pendarahan dari tempat implantasi plasenta
a; Pendarahan Atonis
b; Retensio plasenta
c; Gangguan koagualopati
Menurut Manuaba (1998 : 395) pendarahan postparum disebabkan oleh :
a; Atonia uteri, yaitu kegagalan kontraksi otot rahim menyebabkan pembuluh
darah bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan
pendarahan
b; Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah
jam setelah bayi lahir
c; Sisa plasenta atau membran yang tertinggal
d; Robekan jalan lahir
e; Inversio uteri
Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam
kavum uteri, dapat terjadi mendadak atau terjadi perlahan.
Menurut Yulianti (2006 : 110), pendarahan postpartum disebabkan
oleh:
a; Atonia Uteri
Uterus yang gagal berkontraksi setelah kelahiran
b; Robekan servik, vagina, atau perenium
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua hemoragi postparum
c; Retensio uterus
d; Inversi uterus
Uterus terbalik selama kelahiran plasenta
2.7. Insiden
Berdasarkan dari laporan-laporan baik di negara maju maupun di negara
berkembang angka kejadian berkisar antara 5 % sampai 15 %. Berdasarkan
penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut:
Atonia Uteri 50 - 60%
Sisa Plasenta 23 - 24%
Retensio Plasenta 16 – 17%
Laserasi Jalan Lahir 4 – 5%
Kelainan Darah 0,5 - 0,8%
Tabel. Penilaian Klinik untuk Menentukan Penyebab Perdarahan Post
Partum
Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis KerjaUterus tidak berkontraksi dan
lembek.
Perdarahan segera setelah anak
lahir.
Syok
Bekuan darah pada serviks
atau posisi telentang akan
menghambat aliran darah
keluar
Atoni Uteri
Darah segar mengalir segera setelah
bayi lahir.
Uterus berkontraksi dan keras.
Plasenta lengkap.
Pucat
Lemah
Menggigil
Robekan jalan lahir.
Plasenta belum lahir setelah 30
menit.
Perdarahan segera .
Uterus berkontraksi dan keras.
Tali pusat putus akibat traksi
berlebihan.
Inversio uteri akibat tarikan .
Perdarahan lanjutan.
Retensio plasenta
Plasenta atau sebagian selaput tidak
lengkap.
Perdarahan segera.
Uterus berkontraksi tetapi
tinggi fundus tidak berkurang
Retensi sisa plasenta
Uterus tidak teraba .
Lumen vagina terisi massa.
Tampak tali pusat (bila plasenta
belum lahir).
Sub involusi uterus.
Nyeri tekan perut bawah dan pada
uterus.
Perdarahan sekunder.
Neurogenik syok.
Pucat dan limbung.
Anemia.
Demam
Inversio uteri
Endometritis atau sisa
fragmen plasenta
( terinfeksi atau tidak)
2.8. Kriteria Diagnosis
Pemeriksaan fisik :
Pucat, dapat disertai tanda- tanda syok
Tekanan darah rendah
Denyut nadi cepat
Ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui vagina terus
menerus.
Pemeriksaan obstetri:
Kontraksi usus lembek
Uterus membesar bila ada atonia uteri
Bila kontraksi uterus baik, perdarahan mungkin karena perlukaam
jalan lahir.
Pemeriksaan ginekologi:
Dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki
Kontraksi uterus
Luka jalan lahir
Retensi sisa plasenta
2.9; Faktor Resiko
Penggunaan obat-obatan (anestesi umum, magnesium sulfat).
Partus presipitatus
Solutio plasenta
Persalinan traumatis
Uterus yang terlalu teregang (gemelli, hidramnion)
Adanya cacat parut, tumor,anomali uterus
Partus lama
Grandemultipara.
Plasenta previa
Riwayat perdarahan pasca persalinan.
2.10. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
; Pemeriksaan darah lengkap harus harus dilakukan sejak periode
antenatal. Kadar hemoglobin dibawah 10 g/dL berhubungan
dengan hasil kehamilan yang buruk.
; Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak
periode antenatal.
; Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu
perdarahan dan waktu pembekuan.
Pemeriksaan radiologi
; Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan
diagnosis dan penangannya yang tepat, resolusi biasanya terjadi
sebelum pemeriksaan labo
; ratorium atau radiologis dapat dapat dilakukan. Berdasarkan
pengalaman, pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat
adanya jendalan darah dan retensi sisa plasenta.
; USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi
pasien dengan resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi
terjadinya perdarahan post partum seperti plasenta previa.
Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan sensitivitas dan
spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta dan variannya.
2.11. Penatalaksanaan
Pasien dengan perdarahan post partum harus ditangani dalam 2 komponen,
yaitu:
; Resusitasi dan penanganannya perdarahan obstetri serta kemungkinan
syok hipovolemik
; Identifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarahan post
partum.
Resusitasi cairan
Pengangkatan kaki dapat meningkatan aliran darah balik vena sehingga dapat
memberikan waktu untuk menegakan diagnosis dan menangani penyebab
perdarahan.
Perlu dilakukan pemberian oksigen dan akses intravena pada wanita dengan
resiko perdarahan post partum, dan dipertimbangkan jalur kedua pada pasien
dengan resiko sangat tinggi.
Berikan resusitasi dengan cairan kristaloid dalam volume yang besar, baik
normal salin (NS/NaCL) atau cairan Ringer Laktat melalui akses intravena
perifer. Resiko terjadinya asidosis hiperkloremik sangat rendah dalam
hubungan dengan perdarahan post partum. Bila dibutuhkan cairan kristaloid
dalam jumlah banyak ( >10 L ), dapat dipertimbangkan penggunaan cairan
Ringer Laktat. Cairan yang mengandung dextrosa, seperti Dex 5 % tidak
memiliki peran pada penanganan perdarahan post partum. Perlu diingat
bahwa kehilangan 1 L darah perlu penggantian 4-5 L kristaloid, karena
sebagian cairan infus tidak tertahan di ruang intravaskuler, tetapi terjadi
pergeseran ke ruang interstisial. Pergeseran ini bersamaan dengan
penggunaan oksitosin, dapat menyebabkan edema perifer pada hari-hari
setelah post partum . Ginjal normal dengan mudah mengekskresi kelebihan
cairan. Perdarahan post partum lebih dari 1.500 mL pada wanita hamil yang
normal dapat ditangania cukup dengan infus kristaloid jika penyebab
perdarahan dapat tertangani. Kehilangan darah yang banyak,biasanya
membutuhkan penambahan transfusi sel drah merah.
Cairan koloid dalam jumlah besar ( 1.000-1.500 mL/hari) dapat menyebabkan
efek yang buruk pada hemostasis. Tidak ada cairan koloid yang terbukti lebih
baik dibandingkan NS, dan karena harga serta resiko terjadinya efek yang
tidak diharapkan pada pemberian koloid, maka cairan kristaloid tetap
direkomendasikan
Transfusi Darah
o Transfusi darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus brlanjut dan
diperkirakan akan melebihi 2.000 mL atau keadaan klinis pasien menunjukan
tanda-tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat.
o PRC digunakan dengan komponen darah lain dan diberikan jika terdapat
indikasi. Para klinis harus memprhatikan darah transfusi, berkaitan dengan
waktu, tipe dan jumlah produk darah yang tersedia dalam keadaan gawat.
o Tujuan transfusi adalah memasukan 2-4 unit PRC untuk menggantikan
pembawa oksigen yang hilang untuk mengembalikan volume sirkulasi. PRC
bersifat sangat kental yang dapat menurunkan jumlah tetesan infus. Masalah
ini dapat diatasi dengan menambahkan 100 mL NS pada masing-masing unit.
Jangan menggunakan cairan Ringer Laktat untuk tujuan ini karena kalsium
yang dikandungnya dapat menyebabkan penjedalan.
Penyulit
Syok ireversibel
DIC
Amenorea sekunder
2.12. Pencegahan
Penanganan aktif kala III dapat menurunkan insiden dan tingkat keparahan
perdarahan post partum. Penanganan aktif kala III merupakan kombinasi dari hal-
hal berikut:
Pemberian uterotonika (dianjurkan oksitosin) segera setelah bayi
dilahirkan.
Penjepitan dan pemotongan tali pusatdengan cepat dan tepat.
Penarikan tali pusat yang lembut dengan traksibalik uterusketika uterus
berkontraksi dengan baik.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan