perda no 10 tahun 2009 rtrw bangkalan

110
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2009 2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKALAN, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Bangkalan dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, Daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha. c. bahwa telah terjadi perubahan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bangkalan Nomor 15 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bangkalan; d. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Rencana

Upload: zuhardjito

Post on 25-Nov-2015

807 views

Category:

Documents


155 download

DESCRIPTION

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Kabupaten Bangkalan yang mengatur struktur dan pola tata ruang wilayah Kabupaten

TRANSCRIPT

  • PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

    PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN

    NOMOR 10 TAHUN 2009

    TENTANG

    RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANGKALAN

    TAHUN 2009 2029

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    BUPATI BANGKALAN,

    Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Bangkalan

    dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil

    guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan,

    perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);

    b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar

    sektor, Daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah

    merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan

    pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha.

    c. bahwa telah terjadi perubahan struktur dan pola pemanfaatan ruang

    wilayah yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah

    Tingkat II Bangkalan Nomor 15 Tahun 1999 tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bangkalan;

    d. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun

    2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Peraturan

    Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Rencana

  • 2

    Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur, maka strategi dan arahan

    kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah nasional perlu dijabarkan ke

    dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangkalan;

    e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a,

    b, c dan d, perlu menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

    Bangkalan dengan Peraturan Daerah.

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

    Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor

    104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2013).

    2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan &

    Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

    23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469).

    3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

    Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699).

    4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888).

    5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377).

    6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421).

    7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

    8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2005 tentang Pengelolaaan Sampah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69,

    Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4851);

    9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723).

  • 3

    10. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

    Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723).

    11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).

    12. UndangUndang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah

    Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2007 Nomor 84 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 4739).

    13. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4746).

    14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59 Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).

    15. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64 Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4849).

    16. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Batu

    Mineral dan Batu Bara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2009 Nomor 4 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4959).

    17. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan

    Jalan.

    18. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak

    dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat

    dalam Kegiatan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 1996, Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 3660).

    19. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3696).

  • 4

    20. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian

    Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 3934).

    21. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan

    Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385).

    22. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4489).

    23. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengelolaan air

    Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490).

    24. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4624).

    25. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4655).

    26. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

    Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Daerah Provinsi dan

    Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 4737).

    27. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan

    Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan

    Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814).

    28. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4833).

  • 5

    29. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pengelolaan

    Sumber Daya Air.

    30. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 tentang Perubahan

    Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5019).

    31. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan

    Kawasan Lindung.

    32. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi

    Penataan Ruang Nasional;

    33. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara

    Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang

    Daerah.

    34. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/2007 tentang

    Pengelolaan Sistem Irigasi.

    35. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 41/PRT/M/2007 Tentang

    Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya.

    36. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor .11/PRT/M/2009 tentang

    Pedoman Persetujuan Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah

    Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dan Rencana Tata

    Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Beserta Rencana Rincinya.

    37. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.147 Tahun 2004 tentang Badan

    Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

    38. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis

    Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai

    dan Bekas Sungai.

    39. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang

    Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur Tahun 2005 2020.

    40. Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 4 Tahun 2008 tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah

    Kabupaten Bangkalan Tahun 2008 Nomor 3/D).

    Dengan Persetujuan Bersama

  • 6

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANGKALAN

    dan

    BUPATI BANGKALAN

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH

    KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2009 -2029.

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Bagian Kesatu

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

    1. Daerah adalah Kabupaten Bangkalan;

    2. Kepala Daerah adalah Bupati Bangkalan;

    3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bangkalan;

    4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD

    adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangkalan yang

    berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

    5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan

    ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan

    makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan

    kehidupannya;

    6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang;

    7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

    jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung

    kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki

    hubungan fungsional;

    8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang

    meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang

    untuk fungsi budidaya;

  • 7

    9. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan

    ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;

    10. Penyelenggaraan penataan ruang, adalah kegiatan yang meliputi

    pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang;

    11. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum

    bagi pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam penataan

    ruang;

    12. Pembinaan penataan ruang, adalah upaya untuk meningkatkan kinerja

    penataan ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah

    daerah dan masyarakat;

    13. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan

    ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,

    dan pengendalian pemanfaatan ruang;

    14. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan

    penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan;

    15. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib

    tata ruang;

    16. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;

    17. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

    segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan

    aspek administratif dan/ atau aspek fungsional;

    18. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai

    jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah;

    19. Sistem internal perkotaan struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai

    jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan;

    20. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disingkat

    RTRW Kabupaten adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah

    Kabupaten Bangkalan yang mengatur struktur dan pola tata ruang

    wilayah Kabupaten;

    21. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau

    budidaya;

  • 8

    22. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

    melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya

    alam dan sumber daya buatan;

    23. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

    untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,

    sumberdaya manusia dan sumber daya buatan;

    24. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan

    oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan

    tetap;

    25. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas

    yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun

    bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi, serta

    memelihara kesuburan tanah;

    26. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

    sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan

    alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat

    dipisahkan;

    27. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya,

    keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang

    mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia

    serta makhluk hidup lain;

    28. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup

    untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

    29. Daya tampung lingkungan hidup kemampuan lingkungan hidup untuk

    menyerap zat, energi dan atau komponen lain yang masuk atau

    dimasukan kedalamnya;

    30. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan

    kesatuan utuh, menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk

    keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup;

    31. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan

    tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat

    pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air;

    32. Daerah aliran sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah

    tertentu yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu kesatuan dengan

  • 9

    sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung air yang

    berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian

    mengalirkannya melalui sungai utama ke laut;

    33. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, yang

    mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi

    sungai;

    34. Kawasan sekitar waduk dan situ adalah kawasan di sekeliling waduk dan

    situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan

    kelestarian fungsinya.

    35. Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang

    mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi

    mata air;

    36. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di

    daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

    kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

    ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga

    kehidupan;

    37. Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena kondisi

    alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau

    ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya

    berlangsung secara alami;

    38. Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang

    mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis

    satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan

    dan perlindungan terhadap habitatnya;

    39. Kawasan hutan konservasi adalah kawasan pelestarian alam untuk

    tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis

    asli dan atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian,

    ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata

    dan rekreasi;

    40. Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang

    terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam;

  • 10

    41. Kawasan rawan gerakan tanah adalah kawasan yang berdasarkan

    kondisi geologi dan geografi dinyatakan rawan longsor atau kawasan

    yang mengalami kejadian longsor dengan frekuensi cukup tinggi;

    42. Kawasan rawan banjir adalah daratan yang berbentuk flat, cekungan

    yang sering atau berpotensi menerima aliran air permukaan yang relatif

    tinggi dan tidak dapat ditampung oleh drainase atau sungai, sehingga

    melimpah ke kanan dan ke kiri serta menimbulkan masalah yang

    merugikan manusia;

    43. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar

    kawasan lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun kawasan

    perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan

    hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan

    penghidupan;

    44. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

    pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan

    fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa

    pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi;

    45. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih

    pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi

    pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan

    oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem

    permukiman dan sistem agrobisnis;

    46. Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budidaya, baik diruang

    darat maupun ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk

    mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan

    di sekitarnya;

    47. Kawasan Pengembangan Utama Komoditi (KAPUK) adalah kawasan

    ekonomi yang didominasi oleh satu komoditas dalam satu wilayah

    kabupaten;

    48. Kawasan pengembangan ekonomi terintegrasi adalah kawasan potensial

    dengan berbagai komoditas komoditi yang saling terkait antar wilayah

    kabupaten/kota dan dapat diolah menjadi suatu komoditas baru

    khususnya komoditas olahan yang saling terkait;

  • 11

    49. Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukan

    bagi kegiatan industri yang terdiri dari Kawasan Industri dan Zona

    Industri;

    50. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri

    yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang

    dikembangkan dan dikelola secara terpadu oleh suatu lembaga atau

    institusi tertentu;

    51. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

    bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

    permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

    pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi;

    52. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas

    sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan

    inti dengan kawasan perkotaan disekitarnya yang saling memiliki

    keterkaitan fungsional yang dihubunkan dengan sistem jaringan

    prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara

    keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa;

    53. Kawasan megapolitan, adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau

    lebih kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan

    bentuk sebuah sistem;

    54. Kawasan tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional

    mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya termasuk kawasan

    yang diprioritaskan;

    55. Kawasan khusus militer adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi

    utama untuk kegiatan pertahanan dan keamanan yang terdiri dari

    kawasan latihan militer, kawasan TNI Angkatan Darat, kawasan

    Pangkalan TNI AU, kawasan pangkalan TNI Laut;

    56. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah pusat

    permukiman yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke

    kawasan-kawasan internasional dan mempunyai potensi untuk

    mendorong daerah sekitarnya serta sebagai pusat jasa, pusat

    pengolahan, simpul transportasi yang melayani beberapa

    daerah/kabupaten dan nasional;

  • 12

    57. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kota

    sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang

    melayani beberapa kabupaten;

    58. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan

    perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota

    atau beberapa kecamatan;

    59. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah

    kawasan kutub pertumbuhan yang berada diluar Pusat Kegiatan Lokal;

    60. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah

    kawasan yang merupakan hinterland dari Pusat Pelayanan Kawasan;

    61. Kawasan prioritas adalah kawasan yang dianggap perlu diprioritaskan

    penanganannya serta memerlukan dukungan penataan ruang segera

    dalam kurun waktu perencanaan;

    62. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya di

    prioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

    Kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan / atau lingkungan;

    63. Kawasan potensial adalah kawasan yang memiliki peran untuk

    mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan sekitarnya serta dapat

    mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang;

    64. Kawasan pengendalian ketat adalah kawasan yang memerlukan

    pengawasan secara khusus dan dibatasi pemanfaatannya untuk

    mempertahankan daya dukung, mencegah dampak negatif, menjamin

    proses pembangunan yang berkelanjutan;

    65. Sub Satuan Wilayah Pengembangan yang selanjutnya disingkat SSWP

    adalah suatu wilayah dengan satu dan atau semua kecamatan/kota-

    perkotaan didalamnya mempunyai hubungan hirarki yang terikat oleh

    sistem jaringan jalan sebagai prasarana perhubungan darat, dan atau

    yang terkait oleh sistem jaringan sungai atau perairan sebagai prasarana

    perhubungan air;

    66. Energi baru adalah bentuk energi yang dihasilkan dari sumber daya

    energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika

    dikelola dengan baik;

    67. Energi terbarukan adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh teknologi

    baru.

  • 13

    68. Ekosistem adalah sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal

    balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya;.

    69. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi

    kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan

    generasi mendatang;

    70. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan ekosistem untuk

    mendukung kehidupan organisme secara sehat sekaligus

    mempertahankan produktifitas, kemampuan adaptasi dan kemampuan

    memperbaruhi diri;

    71. Ramah lingkungan adalah suatu kegiatan industri, jasa dan perdagangan

    yang dalam proses produksi atau keluarannya mengutamakan metoda

    atau teknologi yang tidak mencemari lingkungan dan tidak berbahaya

    bagi makhluk hidup;

    72. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang jalur atau mengelompok,

    yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,

    baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di tanam;

    73. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan

    pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan;

    74. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan

    pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk

    setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana

    rinci tata ruang;

    75. Orang adalah orang persorangan dan/atau korporasi;

    76. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk

    masyarakat hukum adat atau badan hukum;

    77. Peran Serta Masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang

    timbul atas kehendak dan prakarsa masyarakat, untuk berminat dan

    bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang.

  • 14

    Bagian Kedua

    Ruang Lingkup

    Pasal 2

    Ruang lingkup Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

    (RTRW) Kabupaten Bangkalan ini mencakup visi, misi, tujuan, sasaran,

    kebijakan & strategi, struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten yang

    meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara menurut peraturan

    perundang-undangan.

    BAB II

    ASAS , VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

    Bagian Pertama

    Asas

    Pasal 3

    RTRW Kabupaten Bangkalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disusun

    berdasarkan asas :

    a. keterpaduan;

    b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;

    c. keberlanjutan;

    d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;

    e. keterbukaan;

    f. kebersamaan dan kemitraan;

    g. perlindungan kepentingan umum;

    h. kepastian hukum dan keadilan; dan

    i. akuntabilitas.

    Bagian Kedua

    Visi dan Misi Penataan Ruang

    Pasal 4

  • 15

    (1) Visi Penataan Ruang Kabupaten Bangkalan adalah Terwujudnya

    Penataan Ruang Kabupaten Bangkalan Sebagai Pintu Gerbang Madura

    menuju Kota Industri, Pariwisata dan Jasa.

    (2) Dalam upaya mencapai visi di atas maka misi penataan ruang antara lain

    yaitu;

    a. mewujudkan keseimbangan struktur ruang guna mendorong

    pertumbuhan wilayah;

    b. mewujudkan pola ruang yang selaras dan berkelanjutan;

    c. mewujudkan terciptanya kepastian hukum dalam kegiatan usaha

    sesuai rencana tata ruang serta mendorong peluang investasi

    produktif;

    d. mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara

    berkeadilan dan proporsional untuk peningkatan sumber daya

    manusia yang lebih produktif, mandiri, dan berdaya saing tinggi;

    e. mengintegrasikan program pembangunan yang didukung seluruh

    pemangku kepentingan

    Bagian Ketiga

    Tujuan

    Pasal 5

    Penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten Bangkalan bertujuan untuk :

    a. mewujudkan penataan ruang wilayah yang sesuai dengan tatanan

    kehidupan masyarakat Kabupaten Bangkalan yang religius dan

    berbudaya terutama pada peranan Kabupaten Bangkalan sebagai pintu

    gerbang menuju Pulau Madura khususnya pasca pembangunan

    Jembatan Suramadu;

    b. optimalisasi potensi sumber daya hayati dan non hayati, pembangunan

    dan pengembangan wilayah yang merata di seluruh Kabupaten

    Bangkalan;

    c. penetapan struktur dan pola ruang yang selaras berazaskan pada

    pembangunan yang berkelanjutan (Suistainable Development) dengan

    tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat

    Kabupaten;

  • 16

    d. Bangkalan secara merata dan berbasis pada potensi sumber daya alam

    dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, ekologis dan

    konservasi sumber daya ala

    Bagian Keempat

    Sasaran

    Pasal 6

    Sasaran penataan ruang Kabupaten Bangkalan, adalah untuk :

    a. merumuskan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang kabupaten;

    b. merumuskan rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi

    sistem permukiman dan sistem prasarana wilayah kabupaten;

    c. merumuskan rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi

    kawasan lindung dan kawasan budidaya;

    d. menetapkan kawasan strategis kabupaten;

    e. merumuskan arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi

    indikasi program utama jangka menengah lima Tahunan;

    f. merumuskan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

    kabupaten yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan

    perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif serta ketentuan sanksi.

    Bagian Kelima

    Kebijakan dan Strategi

    Paragraf 1

    Umum

    Pasal 7

    (1) Untuk mewujudkan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 6 ditetapkan kebijakan dan strategi perencanaan ruang

    wilayah; dan

    (2) Kebijakan dan strategi perencanaan ruang wilayah sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) meliputi: struktur ruang wilayah, pola ruang

    wilayah dan penetapan kawasan strategis dan pesisir/pulau-pulau kecil.

  • 17

    Paragraf 2

    Kebijakan dan Strategi Penetapan

    Struktur Ruang Wilayah Kabupaten

    Pasal 8

    Kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang wilayah daerah memuat :

    a. kebijakan dan strategi sistem permukiman;

    b. kebijakan dan strategi rencana prasarana wilayah.

    Pasal 9

    Kebijakan dan Strategi sistem permukiman sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 8 huruf (a), memuat :

    a. mengendalikan perkembangan kawasan metropolitan pada wilayah

    Kabupaten Bangkalan yang berada dalam lingkup wilayah Surabaya

    Metropolitan Area yaitu ada wilayah Kecamatan Labang, Tragah, Kamal ,

    Socah, Bangkalan dan Kecamatan Burneh yang merupakan kawasan

    utama pengembangan perkotaan, dengan strategi; penentuan hirarki

    perkotaan yang dibagi dalam hirarki PKN, PKL, PPK, PPL;

    b. mengarahkan struktur permukiman secara berhirarki dan mengendalikan

    perkembangan kawasan perkotaan agar tidak cenderung memusat

    kearah kawasan metropolitan di Kabupaten Bangkalan, dengan strategi;

    menata kawasan perkotaan sesuai dengan fungsi dan peran masing

    masing yakni sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan

    dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan,

    pendidikan, kesehatan, serta transportasi, pergudangan dan sebagainya

    c. menata pusat permukiman perkotaan SSWP direncanakan berperan

    sebagai pusat-pusat pertumbuhan, dengan strategi; pembentukan desa

    sebagai pusat pertumbuhan melalui konsep Agropolitan;

    d. distribusi pemanfaatan ruang terbangun kawasan permukiman secara

    merata untuk mencegah kawasan permukiman padat, dengan strategi;

    mendorong pertumbuhan wilayah dan pemerataan pembangunan di

    seluruh wilayah permukiman serta melengkapi pusat permukiman dengan

    pelayanan jasa pemerintahan , pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

  • 18

    e. membentuk ruang terbuka hijau dengan strategi; kawasan permukiman

    perkotaan wajib menyediakan 30% wilayahnya sebagai Ruang Terbuka

    Hijau atau yang terdiri dari Ruang Terbuka Hijau Publik sebesar 20% dan

    Ruang Terbuka Hijau Privat sebesar 10%.

    Pasal 10

    Kebijakan dan strategi pengembangan prasarana wilayah sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 8 huruf (b) memuat :

    a. pengembangan penataan sistem transportasi, dengan strategi sebagai

    berikut :

    1. pengembangan prasarana transportasi darat yang meliputi

    pengembangan akses suramadu, hirarki jalan, terminal penumpang,

    angkutan kereta api, dan angkutan penyeberangan;

    2. pengembangan prasarana transportasi laut yang meliputi

    pengembangan pelabuhan internasional, pelabuhan regional,

    pelabuhan khusus dan pelabuhan lokal;

    b. pengembangan telematika, dengan strategi sebagai berikut :

    1. pengembangan jaringan telekomunikasi ke wilayah yang memiliki

    potensi tumbuhnya kegiatan ekonomi baru;

    2. pengembangan fasilitas telekomunikasi perdesaan sebagai tanggung

    jawab pemerintah dalam memberikan pelayanan telekomunikasi

    kepada seluruh lapisan masyarakat;

    3. pengembangan teknologi modern untuk meningkatkan luas daerah

    pelayanan khususnya wilayah yang secara geografis memiliki lokasi

    yang sulit.

    c. pengembangan sumber daya air, dengan strategi sebagai berikut :

    1. Pembangunan dan meningkatan volume air waduk dan embung untuk

    menyediakan air baku, dengan tujuan penyehatan lingkungan untuk

    meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih tinggi;

    2. Pemanfaatan sumber air baku alternatif;

    3. Pembangunan prasarana pengendali banjir;

    4. Pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi;

  • 19

    5. Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait dalam upaya

    melestarikan kawasan konservasi untuk menjaga ketersediaan air

    tanah yang berpengaruh terhadap volume prasarana penampungan

    air.

    d. pengembangan sumber daya energi, dengan strategi sebagai berikut:

    1. Pembangunan pembangkit listrik baru untuk memenuhi kebutuhan

    energi bagi industri dan perumahan baru yang akan dikembangkan

    pada kawasan kawasan pertumbuhan baru;

    2. Meningkatkan upaya eksplorasi sebagai kegiatan yang bertujuan

    memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan

    dan memperoleh cadangan migas;

    3. Peningkatan pengelolaan lingkungan akibat penambangan termasuk

    pencegahan, penanggulangan pencemaran atas terjadinya kerusakan

    lingkungan hidup;

    e. pengembangan prasarana lingkungan, dengan strategi sebagai berikut :

    1. Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) terpadu antar

    kecamatan yang dikelola bersama, secara umum pembuangan

    sampah yang tidak memenuhi syarat lingkungan maka diperlukan

    tempat yang jauh dari pemukiman;

    2. Meningkatkan teknologi pengomposan sampah organik teknologi daur

    ulang sampah non organik, teknologi pembakar pembakaran sampah

    dengan incenerator serta teknologi sanitary landfil ;

    3. Pengelolaan lingkungan buatan ditekankan pada pengendalian

    pencemaran baik di daerah perkotaan maupun perdesaan terutama

    yang berkaitan dengan perlindungan mutu air tanah, laut dan udara

    serta pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) secara

    terpadu.

    Paragraf 3

    Kebijakan dan Strategi Penetapan Pola Ruang

    Wilayah Kabupaten

    Pasal 11

  • 20

    Kebijakan dan strategi penetapan pola ruang wilayah kabupaten memuat :

    a. kebijakan dan strategi penetapan kawasan lindung;

    b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya.

    Pasal 12

    Kebijakan dan strategi penetapan kawasan lindung sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 11 huruf (a), memuat :

    (1) Penetapan kawasan lindung setempat :

    a. kawasan sempadan mata air

    Kebijakan : melindungi kawasan mata air dari kegiatan manusia yang

    dapat mengganggu kelestarian fungsi mata air, dengan strategi;

    1. pencegahan kegiatan budidaya disekitar mata air yang dapat

    merusak kualitas mata air ;

    2. penetapan minimum berjari-jari 200 meter dari sumber mata air

    tersebut;

    b. kawasan sempadan sekitar waduk/embung :

    kebijakan : melindungi waduk dari kegiatan budidaya yang dapat

    mengganggu kelestarian fungsi waduk, dengan strategi ;

    1. pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya disekitar waduk

    yang dapat mengganggu fungsi waduk;

    2. Pengendalian kegiatan yang telah ada disekitar waduk;

    3. Pengamanan daerah aliran sungai.

    c. kawasan sempadan sungai :

    Kebijakan : melindungi dari kegiatan manusia yang dapat

    mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik air sungai

    serta mengamankan aliran sungai, dengan strategi;

    1. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya disepanjang sungai

    yang dapat menggangu atau merusak kualitas air kondisi fisik

    dan dasar sungai serta alirannya;

    2. Pengendalian kegiatan telah ada disekitar sungai;

    3. Pengamanan daerah aliran sungai.

    d. kawasan sempadan pantai :

  • 21

    Kebijakan : melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang dapat

    mengganggu kelestarian fungsi pantai, dengan strategi;

    1. pencegahan kegiatan budidaya di sepanjang pantai yang dapat

    mengganggu kelestarian fungsi pantai;

    2. pencegahan adanya kawasan terbangun di sepanjang garis

    pantai;

    3. pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi

    maka dilarang ada peralihan fungsi dan harus mempertahankan

    serta mengembangkan fungsi lindung yang ada misalnya dengan

    pembentukan hutan mangrove;

    4. Pengembalian fungsi lindung pantai yang telah mengalami

    kerusakan.

    e. kawasan sempadan hutan bakau.

    Kebijakan : melindungi kawasan tempat tumbuhnya hutan mangrove

    diwilayah pesisir/laut yang berfungsi untuk melindungi habitat,

    ekosistem dan aneka biota laut serta melindungi pantai dari

    sendimentasi, abrasi dan proses akresi (penambahan pantai) untuk

    mencegah terjadinya pencemaran pantai, dengan strategi;

    1. kegiatan budidaya yang dikembangkan harus disesuaikan dengan

    karakterisitik setempat dan tetap mendukung fungsi lindungnya;

    2. untuk tetap menjaga fungsi lindungnya maka perlu ada rekayasa

    teknis dalam pengembangan kawasan pantai berhutan bakau;

    3. pengembangan kawasan berhutan bakau harus disertai dengan

    pengendalian pemanfaatan ruang.

    (2) Penetapan kawasan pelestarian alam dan cagar budaya.

    Kebijakan : pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata serta

    peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari

    pencemaran, dengan strategi;

    1. mengembangkan zona-zona pemanfaatan ruang untuk

    pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi dan

    pendidikan;

    2. pengelolaan taman wisata alam yang memadukan kepentingan

    pelestarian dan pariwisata/rekreasi alam;

    3. melindungi kawasan cagar budaya;

  • 22

    4. membuat peraturan pembangunan tidak boleh melebihi tinggi dari

    bangunan yang bernilai tinggi/situs purbakala.

    (3) Penetapan kawasan rawan bencana

    Kebijakan : Perlindungan pada kawasan rawan bencana alam untuk

    mengeleminasi dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa alam, dengan

    strategi;

    1. penetapan wilayah rawan banjir;

    2. penyediaan sistem peringatan dini (early warning system);

    3. pelatihan kepada masyarakat di sekitar kawasan rawan bencana.

    (4) Penetapan perlindungan bawahan

    Kawasan Hutan Lindung

    Kebijakan : sebagai keseimbangan hidrologis serta penyerapan air di

    Kabupaten Bangkalan, dengan strategi :

    1. Mengembalikan fungsi lindung bagi kawasan yang telah rusak.

    2. Percepatan Rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan

    tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung.

    kawasan Karst 1

    kebijakan : sebagai perlindungan hidrologi dan ekologi di Kabupaten

    Bangkalan, dengan strategi;

    1. penetapan kawasan yang memiliki perbukitan karst mutlak tidak bisa

    dilakukan eksploitasi dan diperlakukan sebagai kawasan konservasi;

    2. percepatan reboisasi lahan yang rusak agar sifat peresapannya

    masih tetap berfungsi;

    3. peningkatan pengawasan kegiatan masyarakat yang berada di

    kawasan tersebut.

    Pasal 13

    Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 11 huruf (b), memuat :

    (1) Penetapan pengembangan kawasan budidaya

    a. Kawasan hutan produksi biasa

  • 23

    Kebijakan : memanfaatkan hasil hutan yang eksploitasinya dilakukan

    baik dengan cara tebang pilih dan maupun tebang habis, dengan

    strategi;

    1. pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta

    peladangan ilegal;

    2. pemanfaatan ruang pada kawasan hutan produksi konservasi

    untuk kegiatan pertanian (perkebunan dan tanaman pangan)

    sesuai dengan fungsinya.

    b. Kawasan hutan rakyat

    Kebijakan : memanfaatkan potensi hutan pada kawasan yang

    pemanfaatannya dapat dialihkan untuk kegiatan lain, dengan strategi;

    1. Pengembangan pola Hutan Tanaman Industri (HTI);

    2. Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas tebangan HPH;

    3. Penyelesaian masalah tumpang tindih dengan kegiatan budidaya

    lain

    (2) Kawasan pertanian

    a. Pertanian lahan basah/sawah

    Kebijakan : mempertahankan kawasan pertanian khususnya sawah

    beriirigasi teknis dan ditingkatkan intensifikasinya, dengan

    strategi;

    1. Pengembangan sawah irigasi teknis atau pencetakan sawah baru

    dilakukan dengan memprioritaskan perubahan dari sawah tadah

    hujan menjadi sawah irigasi sejalan dengan perluasan jaringan

    irigasi dan pengembangan waduk/embung;

    2. Perubahan kawasan pertanian menjadi non pertanian harus diikuti

    oleh pengembangan kawasan pertanian baru dengan tetap

    memperhatikan luas kawasan yang dipertahankan sebagai

    kawasan pertanian;

    3. Pemanfaatan kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

    produksi dan produktifitas tanaman pangan dengan

    mengembangkan kawasan cooperative farming dan hortikultura

    dengan mengembangkan kawasan good agriculture practices.

    b. Kawasan perkebunan dan kawasan pertanian pangan lahan kering

  • 24

    Kebijakan : mengembangkan areal produksi perkebunan terutama

    untuk komoditas utama dengan memanfaatkan dengan potensi lahan,

    serta mengembangkan kawasan pertanian tanaman pangan lahan

    kering, dengan strategi;

    1. peremajaan dan perluasan areal tanaman perkebunan;

    2. pengembangan wilayah-wilayah tanaman perkebunan sesuai

    dengan potensi lahannya secara optimal;

    3. pengendalian perluasan tanaman perkebunan untuk memelihara

    kelestarian lingkungan;

    4. pengembangan kawasan-kawasan potensial untuk pertanian

    pangan lahan kering;

    5. bila tidak cukup air lahan basah dapat dimanfaatkan untuk lahan

    kering.

    c. Kawasan peternakan

    Kebijakan : mengembangkan produksi usaha ternak terutama untuk

    komoditas utama dengan mengembangkan ternak unggas dan hewan

    yang menjadi sektor basis masyarakat Bangkalan, dengan strategi;

    1. pengembangan ternak unggulan (ternak besar-ternak kecil) sesuai

    dengan potensi yang ada;

    2. pengembangan kawasan peternakan dengan bermitra antara

    swasta dan masyarakat.

    (3) Kawasan pertambangan

    Kebijakan : mengembangkan kawasan yang mempunyai potensi bahan

    galian strategis/vital untuk kegiatan-kegiatan penelitian umum,

    eksploitasi yang termasuk dalam wilayah kuasa pertambangan, dengan

    strategi;

    1. pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan pertambangan

    agar tidak mengganggu fungsi lindung;

    2. pengendalian fungsi lindung pada kawasan bekas pertambangan.

    (4) Kawasan peruntukan industri

    Kebijakan : Pengelolaan kawasan industri yang dilengkapi dengan

    prasarana, sarana dan fasilitas penunjang lainnya, dengan strategi;

    pengembangan kawasan perindustrian di wilayah perkotaan dan

  • 25

    perdesaaan dalam bentuk peruntukan industri besar, menengah dan

    sentra industri kecil.

    (5) Kawasan pariwisata

    Kebijakan : mengembangkan kawasan prioritas yang memiliki objek

    wisata terutama untuk wisatawan lokal dan mancanegara yang

    pengembangannya diharapkan akan berdampak positif bagi kawasan-

    kawasan lainnya, dengan strategi;

    1. revitalisasi kawasan wisata;

    2. pengembangan prasarana dan sarana kawasan wisata;

    3. pembangunan kawasankawasan wisata baru untuk menunjang

    keberadaan Suramadu.

    (6) Kawasan permukiman

    a. permukiman kota

    Kebijakan : mengembangkan kawasan permukiman kota sebagai

    tempat pemusatan penduduk yang ditunjang oleh penyediaan

    prasarana dan sarana perkotaan yang memadai sesuai dengan

    hierarki dan fungsinya, dengan strategi; penataan ruang kota

    Kabupaten Bangkalan yang terdiri perkotaan Bangkalan, perkotaan

    Labang dan perkotaan Tragah (Kawasan Kaki Jembatan Suramadu),

    perkotaan Socah, perkotaan Burneh dan areal pengembangan

    perkotaan di Kecamatan Arosbaya, Klampis dan Sepulu.

    b. permukiman perdesaan

    Kebijakan : mengembangkan kawasan permukiman yang terkait

    dengan kegiatan budidaya pertanian yang tersebar sesuai dengan

    potensi pertanian, dengan strategi;

    1. pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan;

    2. penataan lingkungan permukiman desa, penyediaan fasilitas dan

    utilitas desa.

    Paragraf 4

    Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis

    Wilayah Kabupaten

    Pasal 14

  • 26

    Kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis wilayah Kabupaten

    Bangkalan meliputi :

    a. kebijakan dan strategi dari kawasan strategis militer;

    b. kebijakan dan strategi dari kawasan strategis kawasan ekonomi;

    c. kebijakan dan strategi dari kawasan sudut kepentingan sosial dan

    budaya;

    d. Kebijakan dan strategi dari kawasan pengendalian ketat/high control

    zone;

    e. Kebijakan dan strategi dari kawasan pesisir dan pulau pulau kecil.

    Pasal 15

    Kebijakan dan strategi dari kawasan strategis militer sebagaimana yang

    dimaksud dalam Pasal 14 (a), memuat :

    kebijakan : pengamanan dan melindungi tempat serta ruang disekitar

    kawasan militer arsenal Batuporon di Kecamatan Kamal dan Laboratorium

    senjata militer di Kecamatan Labang; dengan strategi :

    a. penataan kawasan khusus militer berdasarkan karakteristik kawasan

    diarahkan agar lokasinya jauh dari kegiatan umum perkotaan dan

    masyarakat umum;

    b. penetapan jarak bebas aman kawasan khusus militer dengan guna lahan

    lainnya, terutama permukiman.

    Pasal 16

    Kebijakan dan strategi dari Kawasan strategis sudut Kepentingan Ketahanan

    Ekonomi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14 (b), memuat :

    kebijakan : peningkatan dan pemantapan kawasan agar dapat mendorong

    pertumbuhan ekonomi wilayah dan mendorong peran wilayah dalam

    perkembangan wilayah Propinsi dan Nasional; dengan strategi :

    a. pengembangan Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS);

    b. pengembangan Rencana Pelabuhan Petikemas Internasional di Tanjung

    Bulupandan;

  • 27

    c. pengembangan kawasan akses koridor jalan poros Suramadu;

    d. pengembangan Kawasan Jalan sirip Surabaya-Madura;

    Pasal 17

    Kebijakan dan strategi dari Kawasan strategis sudut Kepentingan sosial

    dan budaya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14 (c), memuat :

    kebijakan : melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi

    tempat serta ruang disekitar bangunan bersejarah, situs purbakala dan

    kawasan dengan bentukan geologi; dengan strategi :

    a. melestarikan kawasan sekitar serta memberikan gambaran berupa relief

    atau sejarah yang menerangkan obyek/situs tersebut;

    b. pembinaan masyarakat sekitar untuk ikut berperan menjaga peninggalan

    sejarah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat yang merata dan

    adil;

    c. meningkatkan nilai tambah kawasan melalui pengembangan sebagai

    obyek wisata sejarah, menjaga dan melestarikan kearifan lokal (local

    indigenous);

    d. mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan

    masyarakat; dan

    e. melestarikan situs warisan budaya bangsa.

    Pasal 18

    Kebijakan dan strategi dari Kawasan Pengendalian Ketat/high Control

    Zone (HCZ) sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14 (d), memuat :

    kebijakan : Pengendalian terhadap kawasan yang memerlukan pengawasan

    secara khusus dan dibatasi pemanfaatannya untuk mempertahankan daya

    dukung, mencegah dampak negatif, menjamin proses pembangunan yang

    berkelanjutan; dengan strategi : pengendalian terhadap kawasan kawasan

    yang dianggap mempunyai kecenderungan perkembangan kegiatan

    budidaya yang sangat tinggi, pengendalian tersebut digunakan untuk

    menghindari terjadinya konflik dengan kawasan pengendalian ketat.

  • 28

    Paragraf 5

    Kebijakan dan Strategi Penetapan

    Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

    Pasal 19

    (1) Kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan pesisir dan pulau-pulau

    kecil, adalah meliputi ; Pengembangan kota-kota pesisir di Kabupaten

    Bangkalan.

    (2) Kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan pesisir dan pulau-pulau

    kecil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi :

    a. Meningkatkan akses menuju kota-kota pesisir yang menjadi orientasi

    utama di wilayah Kabupaten Bangkalan;

    b. Mengembangkan pelayanan penunjang kegiatan perdagangan

    internasional, berskala kecil hingga besar;

    c. Meningkatkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan social

    ekonomi masyarakat;

    d. Meningkatkan kegiatan ekonomi dengan sebesar-besarnya

    memanfaatkan sumber daya lokal (sumber daya manusia, sumber

    daya alam dan sumber daya buatan);

    e. Mempertahankan dan menjaga kelestariannya dengan membatasi

    pembukaan areal tambak baru yang mengakibatkan terganggunya

    ekosistem di kawasan pesisir dan pulau pulau kecil.

    BAB III

    STRUKTUR RUANG WILAYAH

    Bagian Kesatu

    Umum

  • 29

    Pasal 20

    Struktur pemanfaataan ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan

    pengembangan:

    a. sistem permukiman;

    b. sistem prasarana wilayah.

    Bagian Kedua

    Sistem Permukiman

    Pasal 21

    Sistem permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a,

    meliputi:

    a. Sistem pusat kegiatan;

    b. pengembangan perkotaan Metropolitan;

    c. Pengembangan kawasan Agropolitan.

    Pasal 22

    (1) Hirarki sistem permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf

    a, meliputi :

    a. Pusat Kegiatan Nasional ( PKN ) yang meliputi : Ibukota Bangkalan,

    dan kawasan perkotaan Kaki Jembatan Suramadu yang meliputi

    Kecamatan Labang;

    b. Pusat Kegiatan Lokal ( PKL ) : meliputi perkotaan di Kecamatan

    Klampis, Tanjung bumi, Blega dan Kecamatan Tanah Merah yang

    merupakan pusat dari SSWP;

    c. Pusat Pelayanan Kawasan ( PPK ) : meliputi kutub pertumbuhan

    desa/kelurahan yang berada di PPK ini terletak pada kawasan

    perkotaan pada masing-masing kecamatan (diluar perkotaan diatas)

  • 30

    di Kabupaten Bangkalan yang terletak di sepanjang jalan utama

    (arteri/kolektor dan lokal primer), keberadaan guna lahan kawasan

    perdagangan dan jasa serta fasilitas umum dengan skala pelayanan

    kecamatan;

    d. Pusat Pelayanan Lokal ( PPL ) meliputi desa-desa yang menjadi area

    hinterland PPK serta desa-desa yang berada diluar pengaruh secara

    langsung perkembangan wilayah kota di Ibukota Kecamatan.

    (2) Pengembangan Perkotaan Metropolitan sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 20 huruf b, yaitu :

    a. Perkotaan Metropolitan Bangkalan merupakan bagian dari wilayah

    perkotaan Gerbangkertosusila;

    b. pengembangan Kota Metropolitan Bangkalan terdiri atas kota inti,

    yaitu Kota Bangkalan dan Perkotaan sekitar Kawasan Kaki Jembatan

    Suramadu dan satelit utama adalah Perkotaan Socah, dan Perkotaan

    Klampis;

    c. perkembangan Metropolitan ini didukung oleh sistem angkutan

    massal perkotaan, bus metro dan prasarana pendukung lainnya.

    (3) Kawasan Agropolitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c,

    meliputi : Kecamatan Socah Burneh Bangkalan ( SOBURBANG ),

    dengan penetapan Kecamatan Socah sebagai pusat kota tani dikawasan

    agropolitan.

    Bagian Ketiga

    Sistem Prasarana Wilayah

    Pasal 23

    Sistem prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b,

    meliputi :

    a. sistem prasarana transportasi meliputi:

  • 31

    1. hirarki jalan;

    a. sistem jaringan jalan arteri primer;

    b. sistem jaringan kolektor primer;

    c. sistem jaringan lokal primer.

    2. prasarana transportasi darat

    a. terminal penumpang tipe A;

    b. jaringan kereta api;

    c. angkutan penyeberangan.

    3. prasarana transportasi laut

    a. pelabuhan petikemas internasional;

    b. pelabuhan regional;

    c. pelabuhan khusus;

    d. pelabuhan lokal.

    b. sistem prasarana telematika;

    c. sistem prasarana sumber daya air;

    d. sistem prasarana energi;

    e. sistem pengelolaan prasarana lingkungan.

    Paragraf 1

    Rencana Pengembangan Prasarana

    Transportasi Jalan

    Pasal 24

    (1) Rencana pengembangan sistem prasarana transportasi jalan

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a angka 1, terdiri dari

    sistem jaringan jalan arteri primer yang dinyatakan dalam status dan

    fungsi jalan, sistem jaringan kolektor primer, sistem jaringan lokal primer.

    (2) Rencana pengembangan jalan arteri primer sebagaimana dimaksud ayat

    (1) dengan pengembangan ruas jalan yang melalui Surabaya Jembatan

    Suramadu Labang Tragah Burneh Tanah Merah Galis Blega

  • 32

    Sampang dan terhubung langsung dari Kota Bangkalan pengembangan

    jaringan jalan Interchange Burneh Arosbaya Pelabuhan Peti Kemas

    Bulupandan ( Kecamatan Klampis ).

    (3) Rencana Pengembangan Jalan Kolektor Primer sebagaimana dimaksud

    dalam ayat (1), meliputi ruas :

    a. jalan lintas selatan Kabupaten Bangkalan yaitu jaringan yang

    menghubungkan antara Kecamatan Kamal - Kecamatan Labang -

    Kecamatan Kwanyar - Kecamatan Modung - Kabupaten Sampang;

    b. jalan lintas utara Kabupaten Bangkalan yaitu jaringan jalan yang

    menghubungkan antara Kota Bangkalan - Kecamatan Arosbaya -

    Kecamatan Klampis - Kecamatan Sepulu - Kecamatan Tanjungbumi

    - Kabupaten Sampang;

    c. jaringan jalan Modung Blega Konang Kokop Tanjung Bumi

    yang menghubungkan wilayah pesisir selatan Kabupaten Bangkalan

    dengan wilayah pesisir utara;

    d. pengembangan jaringan jalan Bangkalan Burneh atau Bangkalan

    Socah Morkepek Burneh sebagai jalan kolektor primer. Hal ini

    sesuai dengan peran kawasan Perkotaan Bangkalan yang akan

    dijadikan sebagai wilayah dengan fungsi primer perdagangan dan

    jasa serta pemerintahan.

    (4) Rencana Pengembangan Jalan Lokal Primer sebagaimana dimaksud

    dalam ayat (1), meliputi ruas :

    a. jaringan jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Labang -

    Desa Parseh;

    b. jaringan jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Tanah Merah

    Geger Sepulu;

    c. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Socah- Desa Jaddih

    (Kecamatan Socah);

    d. jaringan jalan yang menghubungkan Kwanyar Barat Dasa Sumur

    Koneng (Kecamatan Kwanyar);

    e. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Tanah Merah Laok Desa

    Tanah Merah Dajjah (Kecamatan Tanah Merah);

    f. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Karanganyar Desa

    Pandanan (Kecamatan Kwanyar);

  • 33

    g. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Pandanan Desa

    Duwekbuter Desa Alas Kokon (Kecamatan Kwanyar);

    h. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Galis Desa Banyubunih

    ( Kecamatan Galis);

    i. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Pakan Dajjah Desa

    Lantek Barat Desa Lantek timur (Kecamatan Galis );

    j. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Pakan Kranggan Timur

    Galis Paterongan (Kecamatan Galis);

    k. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Pandan Lajeng Karang

    Duwek Arosbaya (Kecamatan Arosbaya );

    l. jaringan jalan yang menghubungkan Arosbaya Geger Kokop;

    m. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Katol Barat Durin Barat

    Konang;

    n. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Sorpah Petong

    Jangkar Tanahmerah Dajah;

    o. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Landak Batangan

    Binoh;

    p. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Binoh Panggalangan

    Tunjung;

    q. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Dabung Lerpak Lantek

    Timur;

    r. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Tlokoh Genteng

    Konang;

    s. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Galis Pekandan

    Brangkasdajah Modung;

    t. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Tragah Tambin

    Bajeman Katetang Kwanyar Barat;

    u. jaringan Jalan Desa Masaran Jl Halim Perdanakusuma.

    v. Jaringan jalan frontage pada sepanjang koridor Akses Suramadu dari

    Labang Burneh.

  • 34

    Pasal 25

    Rencana pengembangan sistem prasarana transportasi jalan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1), adalah :

    (1) Untuk mengefektifkan dan menghubungkan antara fungsi kegiatan utama

    di tiap wilayah di Kabupaten Bangkalan, direncanakan sistem fungsi

    jaringan jalan utama yang terdiri dari jaringan jalan primer yaitu Jalan

    Poros Suramadu serta beberapa jalan yang menghubungkan antar

    kecamatan di Kabupaten Bangkalan;

    (2) Jalan Poros Suramadu sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) yang

    melintas di wilayah perencanaan. Jalan tersebut secara langsung

    maupun tidak langsung akan mempengaruhi struktur kegiatan dan tata

    ruang di wilayah perencanaan, karena jaringan tersebut akan menarik

    kegiatan kota/regional menyebar disepanjang jaringan utama. Sehingga

    akan mempengaruhi pola struktur tata ruang secara keseluruhan. Jalan

    Poros Suramadu ini melintas dari Kecamatan Labang Kecamatan

    Tragah Kecamatan Burneh Kecamatan Geger Kecamatan Arosbaya

    Kecamatan Klampis;

    (3) Merupakan jalan yang menghubungkan pusat kegiatan di tiap PKL

    dengan pusat kegiatan didalamnya.

    a. jalan Arteri Primer;

    b. merupakan jalan dengan persyaratan sebagai berikut :

    1. Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas dan kegiatan lokal;

    2. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien;

    3. Tidak terputus walaupun memasuki kota;

    4. Memiliki kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas jalan lainya.

    (4) Pengembangan rute angkutan umum dari Kota Surabaya ke Kota

    Bangkalan melalui Jembatan Suramadu.

    Paragraf 2

    Rencana Pengembangan Prasarana

    Terminal Penumpang & Penyeberangan

    Pasal 26

  • 35

    Rencana pengembangan prasarana terminal penumpang dan

    penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, meliputi :

    (1) Pembangunan Terminal tipe A di sekitar akses Suramadu.

    (2) Pengembangan prasarana transportasi penyeberangan sebagaimana

    dimaksud dalam pasal 22 huruf b, angka 2, dengan beroperasinya

    Jembatan Suramadu dengan tidak mematikan fungsi Dermaga

    penyeberangan yang ada. Penyeberangan Kamal Ujung akan tetap

    beroperasi dengan kapasitas dan mengoptimalkan layanan

    penyeberangan.

    (3) Pengembangan angkutan penyeberangan untuk prasarana wisata bahari.

    Rencana Pengembangan Prasarana

    Transportasi Perkeretaapiaan

    Pasal 27

    Rencana pengembangan prasarana transportasi perkeretaapian

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a angka 2, meliputi :

    a. melayani angkutan kereta regional maupun nasional;

    b. melayani sistem angkutan masal GKS berbasis kereta api;

    c. melayani simpul terminal utama : terminal penumpang laut;

    d. melayani angkutan barang bagi wilayah industri dan simpul terminal

    angkutan barang terutama pelabuhan;

    e. revitalisasi rel kereta api Kamal Sampang - Pamekasan-Sumenep;

    f. Pengembangan jalur kereta api P.Madura Surabaya.

    Paragraf 3

    Rencana Pengembangan Prasarana

    Transportasi Laut

    Pasal 28

    Sistem Pengembangan prasarana transportasi laut sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 22 huruf a, angka 3, meliputi :

  • 36

    a. pembangunan pelabuhan peti kemas Tanjung Bulupandan di Kecamatan

    Klampis sebagai pelabuhan peti kemas internasional;

    b. pengembangan pelabuhan Telaga Biru di Kecamatan Tanjung Bumi

    menjadi pelabuhan regional;

    c. pembangunan pelabuhan khusus di Kecamatan Socah sebagai area

    pelayanan kawasan industri Socah;

    d. pengembangan pelabuhan di Kecamatan Sepulu dengan pengembangan

    sebagai pelabuhan lokal.

    Paragraf 4

    Rencana Pengembangan Prasarana

    Telematika

    Pasal 29

    Sistem pengembangan prasarana telematika sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 22 huruf c, adalah :

    (1) Prasarana telematika yang dikembangkan, meliputi :

    a. sistem kabel;

    b. sistem seluler; dan

    c. sistem satelit.

    (2) Rencana pengembangan prasarana telematika sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1), akan terus ditingkatkan perkembangannya hingga

    mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana

    telematika mendorong kualitas perencanaan dan pelaksanaan

    pembangunan;

    (3) Rencana penyediaan infrastruktur telematika, berupa tower BTS (Base

    Transceiver Station) secara bersama-sama;

    (4) Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil, pemerintah memberi

    dukungan dalam pengembangan kemudahan jaringan telematika;

  • 37

    (5) Pengelolaan ada di bawah otorita tersendiri sesuai dengan peraturan

    perundangan yang berlaku.

    Paragraf 5

    Rencana Pengembangan Prasarana

    Sumber Daya Air

    Pasal 30

    (1) Sistem prasarana pengairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

    huruf d meliputi jaringan air bersih (PDAM) dan irigasi;

    (2) Rencana pengembangan pengairan sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) disusun berdasarkan wilayah sungai;

    (3) Prasarana pengairan direncanakan sesuai dengan kebutuhan

    peningkatan sawah irigasi teknis dan non teknis baik untuk irigasi air

    permukaan maupun air tanah;

    (4) Rencana pengembangan pengairan berdasarkan wilayah sungai;

    (5) Pemenuhan kebutuhan akan air bersih dan irigasi dilakukan dengan

    peningkatan jaringan sampai ke wilayah yang belum terjangkau,

    sedangkan irigasi dengan peningkatan saluran dari sistem setengah

    teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi irigasi teknis.

    (6) Upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih di

    Kabupaten Bangkalan seperti :

    a. perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan

    air;

    b. perluasan daerah tanggapan air; dan

    c. peningkatan pelayanan dan pengelolaan air bersih oleh PDAM

    dengan peningkatan sistem jaringan air bersih hingga ke wilayah

    perdesaan;

    d. pemenuhan kebutuhan air bersih untuk industri dan permukiman

    pasca Suramadu dengan peningkatan sistem utilitas Suramadu.

    (7) Upaya pengembangan pelayanan pengairan dilakukan dengan cara

    membangun waduk dan embung yang meliputi :

    a. waduk Blega di Kecamatan Galis;

    b. embung Pangalangan 1 di Kecamatan Burneh;

  • 38

    c. embung Tambak Pocok di Kecamatan Tanjung Bumi;

    d. embung Sangkiyah di Kecamatan Tanjung Bumi;

    e. embung Dupok di Kecamatan Tanjung Bumi;

    f. embung Paselaju di Kecamatan Tanjung Bumi;

    g. embung Pangolangan 2 di Kecamatan Burneh;

    h. embung Maneron di Kecamatan Sepulu;

    i. embung Pakis 3 di Kecamatan Kokop;

    j. embung Manoan di Kecamatan Kokop;

    k. embung Kombangan 1 di Kecamatan Arosbaya;

    l. embung Kombangan 2 di Kecamatan Arosbaya;

    m. embung Kombangan 3 di Kecamatan Arosbaya;

    n. embung Kampak di Kecamatan Arosbaya.

    (8) Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk industri dan permukiman dengan

    memanfaatkan utilitas Jembatan Suramadu.

    Paragraf 6

    Rencana Pengembangan Prasarana

    Sumber Energi

    Pasal 31

    (1) Pengembangan sumber daya energi sebagaimana yang dimaksud dalam

    Pasal 22 huruf d dimaksudkan untuk menunjang penyediaan jaringan

    energi listrik dan pemenuhan energi lainnya.

    (2) Sumber daya energi adalah sebagian dari sumber daya alam yang dapat

    dimanfaatkan sebagai sumber energi dan atau energi baik secara

    langsung maupun dengan proses konservasi atau transportasi.

    (3) Pengembangan Sarana untuk pengembangan listrik meliputi :

    a. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Desa Gili Timur

    Kecamatan Kamal;

    b. Pengembangan Jaringan Saluran Udara Tenaga Ekstra Tinggi 500

    KV dan saluran kabel tegangan tinggi 150 KV diperlukan untuk

    menyalurkan energi listrik yang dibangkitkan oleh supply dari Pulau

    Jawa-Bali, yaitu :

    1) Kecamatan Burneh;

  • 39

    2) Kecamatan Geger;

    3) Kecamatan Arosbaya;

    4) Kecamatan Klampis;

    5) Kecamatan Sepulu;

    6) Kecamatan Tanjung Bumi;

    7) Kecamatan Kokop;

    8) Kecamatan Konang;

    9) Kecamatan Kwanyar;

    (4) Pengembangan pelayanan energi listrik, meliputi :

    a. peningkatan daya energi listrik pada daerah-daerah pusat

    pertumbuhan dan daerah pengembangan berupa pembangunan dan

    penambahan gardu-gardu listrik;

    b. penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada daerah-

    daerah yang belum terlayani, utamanya bagi sekitar 35 % KK yang

    belum memperoleh pelayanan energi listrik yang bersumber dari PLN;

    serta

    c. meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga terjadi

    pemerataan pelayanan diseluruh wilayah Kabupaten Bangkalan,

    sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap KK akan memperoleh

    layanan jaringan listrik, sehingga tidak ada masyarakat yang belum

    terlayani.

    (5) Rencana pengelolaan sumber daya energi adalah untuk memenuhi

    kebutuhan listrik dan energi sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku. Antara lain meliputi :

    a. Membatasi kegiatan pengembangan di sekitar lokasi SUTT dan

    SUTET;

    b. Menetapkan areal konservasi di sekitar lokasi SUTT dan SUTET yaitu

    sekitar 20 meter pada setiap sisi tiang listrik untuk mencegah

    terjadinya gangguan kesehatan bagi masyarakat; serta

    c. Menetapkan sempadan SUTT 66 kv tanah datar dan sempadan

    SUTT 150 kv tanah datar.

  • 40

    Paragraf 7

    Rencana Pengembangan

    Sistem Prasarana Lingkungan

    Pasal 32

    1. Rencana pengembangan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 22 huruf e, Pengembangan Sistem Prasarana Lingkungan

    prasarana yang digunakan lintas wilayah administratif.

    2. Prasarana yang digunakan lintas wilayah administratif sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) meliputi :

    a. Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) terpadu yang dikelola bersama

    untuk kepentingan antar wilayah di Kecamatan Tanah Merah;

    b. Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Regional di Desa Buluh,

    Kecamatan Socah;

    c. tempat pengelolaan limbah industri B3 dan non B3.

    3. Rencana pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan

    lintas wilayah administratif, adalah :

    a. kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan

    masalah sampah terutama di wilayah perkotaan;

    b. pengalokasian tempat pembuangan akhir sesuai dengan persyaratan

    teknis;

    c. pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai

    dengan kaidah teknis; serta;

    d. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan

    daya dukung lingkungan;

    4. Upaya penanganan permasalahan sanitasi/limbah khusus rumah tangga,

    meliputi :

    a. pada wilayah perkotaan pengembangan sanitasi diarahkan kepada

    pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing KK; dan

    b. pada wilayah perdesaan penanganan limbah khusus rumah tangga

    dapat dikembangkan fasilitas sanitasi pada setiap KK serta fasilitas

    sanitasi umum.

  • 41

    5. Penyediaan prasarana pengelolaan limbah bagi industri dan perumahan

    baru yang akan didirikan dengan ketentuan; setiap industri harus memiliki

    Induk Pembuangan Akhir Limbah (IPAL) baik terpadu maupun sendiri.

    BAB IV

    RENCANA POLA RUANG WILAYAH

    Bagian Kesatu

    Umum

    Pasal 33

    Pola ruang wilayah menggambarkan rencana sebaran kawasan lindung dan

    kawasan budidaya.

    Bagian Kedua

    Pelestarian Kawasan Lindung

    Paragraf 1

    Pola Ruang Untuk Kawasan Lindung

    Pasal 34

    (1) Pola ruang untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33,

    meliputi :

    a. kawasan perlindungan setempat;

    b. kawasan pelestarian alam & cagar budaya;

    c. kawasan rawan bencana alam;

    d. Kawasan perlindungan bawahan.

    (2) Sebaran kawasan lindung sebagaimana dimaksud ayat (1) sebagaimana

    tercantum pada lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

    Peraturan Daerah ini.

    Pasal 35

    Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34

    ayat (1) huruf a, meliputi :

  • 42

    a. kawasan sempadan mata air;

    b. kawasan sempadan sekitar waduk/danau;

    c. kawasan sempadan sungai;

    d. kawasan sempadan pantai;

    e. kawasan sempadan hutan bakau/mangrove.

    Pasal 36

    Kawasan pelestarian alam & cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 34 ayat (1) huruf b, meliputi:

    a. kawasan pelestarian, meliputi Wanawisata Gunung Geger, Kecamatan

    Geger dengan luas 30,2 Ha;

    b. Cagar budaya untuk lingkungan bangunan non-gedung meliputi :

    1. makam Aer Mata Ratu Ebuh seluas 560 m2 di Kecamatan

    Arosbaya;

    2. makam Syaichona Kholil 300 m2 di Kecamatan Bangkalan;

    3. makam Agung, seluas 350 m2 di Kecamatan Arosbaya;

    c. Cagar budaya untuk lingkungan bangunan gedung adalah pelestarian

    bangunan Klenteng Eng An Bio seluas 435 m2 di Kecamatan

    Bangkalan, Menara Mercusuar 200 m2 di Kecamatan Socah dan

    Benteng Kolonial + 10.000 m2.

    Pasal 37

    Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat

    (1) huruf c, meliputi :

    (1) Kawasan rawan longsor dimaksud pada ayat (1) meliputi :

    a. Kecamatan Blega;

    b. Kecamatan Konang.

  • 43

    (2) Kawasan rawan Banjir dimaksud pada ayat (1) meliputi :

    a. Kecamatan Blega;

    b. Kecamatan Arosbaya.

    Pasal 38

    Kawasan perlindungan bawahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34

    ayat (1) huruf d, meliputi ; hutan lindung seluas 634,8 ha, yaitu di ;

    Kecamatan Blega seluas 87,9 ha dan Kecamatan Sepulu seluas 546,9 ha.

    Paragraf 2

    Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung

    Pasal 39

    (1) Rencana pengelolaan kawasan lindung meliputi semua upaya

    perlindungan, pengawetan, konservasi dan pelestarian fungsi sumber

    daya alam dan lingkungannya guna mendukung kehidupan secara serasi

    yang berkelanjutan dan tidak dapat dialihfungsikan menjadi kawasan

    budidaya;

    (2) Rencana pengelolaan kawasan lindung dimaksud meliputi : perlindungan

    setempat, kawasan pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan

    bencana alam.

    Pasal 40

    Rencana pengelolaan kawasan yang memberi perlindungan setempat

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2), adalah :

  • 44

    a. Pengelolaan kawasan perlindungan setempat sekitar mata air, adalah :

    1. Penetapan perlindungan pada sekitar mata air ini adalah minimum

    berjari-jari 200 meter dari sumber mata air tersebut jika di luar

    kawasan permukiman dan 100 meter jika di dalam kawasan

    permukiman. Terutama sungai Pocong di Kecamatan Tragah yang

    merupakan sumber mata air terbesar kabupaten Bangkalan. Di

    sekitar kawasan sumber air tersebut dapat ditanami dengan jenis

    tanaman yang dapat mengikat air, sehingga kawasan di sekitar

    sumber air juga dapat digunakan sebagai daerah resapan;

    2. Untuk mata air yang terletak pada kawasan lindung, maka

    perlindungan sekitarnya tidak dilakukan secara khusus, sebab pada

    kawasan lindung tersebut sudah sekaligus berfungsi sebagai

    perlindungan terhadap lingkungan dan air.

    b. Pengelolaan kawasan perlindungan setempat sekitar waduk/danau,

    adalah :

    1. Perlindungan sekitar waduk/danau blega untuk kegiatan yang

    menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan

    kualitas sumber air;

    2. Pengelolaan Waduk Blega selain untuk irigasi, pengendali air,

    perikanan, sumber energi listrik juga untuk pariwisata. Untuk itu

    diperlukan pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di

    atasnya;

    3. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan

    penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan

    erosi terhadap air; serta

    4. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung

    untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi waduk.

    c. Pengelolaan kawasan perlindungan setempat sempadan sungai, adalah :

    1. Perlindungan pada sungai besar di luar kawasan permukiman ditetapkan

    minimum 100 meter kiri-kanan sungai. Termasuk sungai besar di

    Kabupaten Bangkalan ini antara lain adalah : Sungai Budduh, Sungai

    Jambu, Sungai Pocong, dan Sungai Penyantren;

  • 45

    2. Perlindungan terhadap anak sungai - anak sungai diluar permukiman

    ditetapkan minimum 50 meter. Termasuk pada wilayah ini adalah seluruh

    anak Sungai Budduh, anak Sungai Jambu dan Anak Sungai Pocong;

    3. Pada sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan permukiman

    ditetapkan minimum 15 meter. Kawasan ini terdapat di Kecamatan

    Bangkalan, Arosbaya, Konang, Blega, dan Tanjung Bumi.

    d. Pengelolaan kawasan perlindungan setempat sempadan pantai, adalah :

    1. perlindungan kawasan sempadan pantai 100 meter dari pasang

    tertinggi dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan

    kerusakan kualitas pantai;

    2. pada sempadan pantai dan sebagian kawasan pantai yang

    merupakan pesisir terdapat ekosistem bakau, terumbu karang,

    padang lamun, dan estuaria harus dilindungi dari kerusakan;

    3. pada kawasan sepanjang pantai yang termasuk sebagai kawasan

    lindung memiliki fungsi sebagai kawasan budidaya seperti :

    permukiman perkotaan dan perdesaan, pariwisata, pelabuhan,

    pertahanan dan keamanan, serta kawasan lainnya. Pengembangan

    kawasan ini harus dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan yang

    telah ditentukan dalam rencana tata ruang kawasan pesisir;

    4. melakukan sistem peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya

    bencana;

    5. memantapkan kawasan lindung di daratan untuk menunjang

    kelestarian kawasan lindung pantai;

    6. bangunan di pantai diarahkan di luar sempadan pantai, kecuali

    bangunan yang harus ada di sempadan pantai seperti dermaga,

    tower penjaga keselamatan pengunjung pantai;

    e. Pengelolaan Kawasan Perlindungan Setempat Sempadan Hutan

    Bakau/mangrove, adalah:

    1. pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau dilakukan melalui

    penanaman tanaman bakau dan nipah di pantai;

    2. pengembangan kegiatan budidaya di kawasan pantai berhutan

    bakau;

    3. Kegiatan budidaya yang dikembangkan harus disesuaikan dengan

    karakteristik setempat dan tetap mendukung fungsi lindungnya;

  • 46

    4. Untuk tetap menjaga fungsi lindungnya maka perlu adanya rekayasa

    teknis dalam pengembangan kawasan pantai berhutan bakau;

    5. Pengembangan kawasan pantai berhutan bakau harus disertai

    dengan pengendalian pemanfaatan ruang;

    6. Koefisien dasar kegiatan budidaya terhadap luas hutan bakau

    maksimum 30 %.

    Pasal 41

    Rencana pengelolaan kawasan pelestarian alam dan kawasan cagar budaya

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2), adalah :

    a. pengelolaan kawasan taman wisata alam, adalah :

    1. Mengupayakan pengembalian fungsi lindung pada wilayah yang telah

    dibuka, dengan reboisasi sesuai jenis tumbuhan dengan tegakan

    yang dapat memberikan fungsi lindung;

    2. Pengelolaan kawasan penyangga dengan tanaman produktif dengan

    tegakan yang dapat memberikan fungsi lindung;

    b. Pengelolaan kawasan cagar budaya adalah :

    1. Meningkatkan pelestarian pada bangunan peninggalan sejarah dan

    budaya;

    2. Pada kawasan sekitar bangunan cagar budaya harus dikonservasi

    untuk kelestarian dan keserasian benda cagar budaya, berupa

    pembatasan pembangunan, pembatasan ketinggian, dan menjadikan

    tetap terlihat dari berbagai sudut pandang;

    4. Menetapkan pembatasan bangunan yang terdapat disekitar kawasan

    cagar budaya;

    5. Sebagai obyek daya tarik wisata sejarah.

    Pasal 42

    Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 39 ayat (2), adalah :

    a. Pengelolaan kawasan rawan bencana longsor, adalah :

  • 47

    1. Pencegahan yaitu segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk

    meniadakan sebagian atau seluruh akibat bencana;

    2. Mitigasi, yaitu upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi

    atau memperkecil ancaman bencana;

    b. Pengelolaan kawasan rawan bencana banjir, adalah :

    1. Pelestarian dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai secara lintas

    wilayah;

    2. Pembuatan tanggul pada kawasan Daerah Aliran Sungai dengan

    prioritas pada kawasan dataran dan rawan banjir;

    3. Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air.

    Pasal 43

    Rencana pengelolaan kawasan lindung bawahan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 39 Ayat (2), adalah;

    a. Pengelolaan kawasan hutan lindung, adalah :

    1. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran

    yang proporsional, baik ditinjau dari fungsi dan luasan hutan maupun

    sebaran lokasi;

    2. Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan

    tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung

    b. Pengelolaan kawasan Kars 1, adalah :

    1. Kawasan yang memiliki perbukitan karst 1 mutlak tidak bisa dilakukan

    eksploitasi dan diperlakukan sebagai kawasan konservasi;

    2. Percepatan reboisasi lahan yang rusak agar sifat peresapannya

    masih tetap berfungsi;

    3. Peningkatan patroli.

    Bagian Ketiga

    Pengembangan Kawasan Budidaya

    Paragraf 1

    Pola Ruang Kawasan Budidaya

    Pasal 44

  • 48

    (1) Pola ruang untuk kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    33 meliputi:

    a. Kawasan Hutan;

    b. Kawasan Pertanian;

    c. Kawasan Pertambangan;

    d. Kawasan Peruntukan Industri;

    e. Kawasan Pariwisata;

    f. Kawasan Permukiman;

    g. Kawasan Perdagangan dan Jasa;

    h. Kawasan Ruang Terbuka Hijau;

    i. Kawasan Pesisir dan pulau-pulau kecil.

    (2) Sebaran kawasan budidaya sebagaimana dimaksud ayat (1)

    sebagaimana tercantum pada lampiran II yang merupakan bagian tidak

    terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 45

    Kawasan hutan produksi dan hutan rakyat seluas 12.341,63 ha,

    sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 44 ayat (1) huruf a, meliputi :

    a. Hutan Produksi : Kecamatan Geger luas 2180.4 ha dan Kecamatan Blega

    luas 1655,61 ha;

    b. Hutan Rakyat : Kecamatan Arosbaya 147,00 ha, Kecamatan Kokop 2.242

    ha, Kecamatan Tanah Merah 1.231,91 ha, Kecamatan Kwanyar 846,31

    ha, Kecamatan Konang 762 ha, Kecamatan Klampis 125,37 ha,

    Kecamatan Sepulu 1,573 ha, Kecamatan Burneh 200 ha, Kecamatan

    Tragah 732,69 ha, Kecamatan Tanjung Bumi 535,50 ha, Kecamatan

    Labang 296,96 ha, Kecamatan Modung 1.209 ha, Kecamatan Galis

    1.744,65 ha, Kecamatan Socah 349,00 ha.

    Pasal 46

    (1) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1)

    huruf b meliputi pertanian lahan basah, lahan kering, Tahunan dan

    perkebunan, peternakan dan perikanan;

  • 49

    (2) Kawasan pertanian lahan basah atau sawah sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) ditetapkan sebagai kawasan lahan abadi pertanian pangan,

    direncanakan 12161,76 ha sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

    menyebar hampir semua kecamatan di Kabupaten Bangkalan;

    (3) Kawasan perkebunan seluas 3846.07 ha, sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) terletak disemua Kecamatan;

    (4) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

    peternakan ternak besar, peternakan ternak kecil, peternakan unggas

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terletak hampir disemua

    Kecamatan;

    (5) Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1),

    meliputi : perikanan tangkap, perikanan budidaya air payau, perikanan

    budidaya air tawar, dan perikanan budidaya laut, yang terletak di

    Kecamatan Kamal, Labang, Kwanyar, Socah, Bangkalan, Arosbaya,

    Tanjung Bumi, Sepulu, dan Klampis.

    Pasal 47

    (1) Kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1)

    huruf c, meliputi pertambangan bahan galian golongan galian strategis,

    golongan bahan galian vital dan golongan bahan galian yang tidak

    termasuk kedua golongan di atas;

    (2) Pertambangan galian golongan galian strategis sebagaimana dimaksud

    pada ayat 1 terletak di Kecamatan Kamal, Labang, Tragah, Kwanyar,

    Galis, Konang, Modung, dan Blega.

    Pasal 48

    (1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44

    ayat (1) huruf d, terdiri atas : kawasan industrial estate, sentra industri

    kecil, zona industri;

    (2) Pengembangan Kawasan sentra industri kecil & menengah di wilayah

    Kaki Jembatan Suramadu yang terintegrasi dengan kawasan pemukiman

  • 50

    untuk industri dan kawasan perdagangan dan jasa serta pelayanan

    umum yang melayaninya di Kecamatan Labang;

    (3) Pengembangan industrial estate & zona industri di Kawasan Pelabuhan

    Peti Kemas Tanjung Bulupandan di Kecamatan Klampis. Kawasan

    industri memiliki luas lahan sebesar 1600 ha;

    (4) Pengembangan industrial estate di Kecamatan Socah dengan luas

    wilayah 800 Ha;

    (5) Pengembangan Zona Industri di Kecamatan Tragah dengan luas lahan

    640 Ha dan menjadi kawasan peruntukan industri dengan desain zona

    industri;

    (6) Home industry yang menyebar, pada beberapa sentra yaitu : industri

    rumah tangga batik Madura dan industri hasil laut berupa terasi di

    Kecamatan Tanjung Bumi; industri gerabah / anyaman bambu di

    Kecamatan Konang; Industri pembuatan kasur di kecamatan Tanah

    Merah ; industri pembuatan emping melinjo di Kecamatan Burneh ;

    industri pengeringan dan minuman saribuah di Kecamatan Labang;

    industri pembuatan krupuk udang dan petis di Kecamatan Socah serta

    beberapa industri lainnya.

    Pasal 49

    (1) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf e;

    terdiri atas: kawasan wisata alam pegunungan dan kawasan wisata alam

    pantai, kawasan budaya dan kawasan wisata minat khusus;

    (2) Kawasan pariwisata alam pegunungan sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1), terletak di wanawisata Gunung Geger, Kecamatan Geger;

    (3) kawasan pariwisata alam pantai meliputi :

    a. Pantai Rongkang, Kecamatan Kwanyar;

    b. Pantai Siring Kemuning, Tanjung Bumi;

    c. Pantai Marina, Kecamatan Labang & Kamal.

  • 51

    (4) Kawasan pariwisata budaya meliputi :

    a. Pesarean Syaichona Kholil, Kecamatan Bangkalan;

    b. Makam Aer Mata, Kecamatan Arosbaya.

    (5) Kawasan pariwisata minat khusus, meliputi :

    a. Taman Rekreasi Kota, Kecamatan Bangkalan;

    b. Taman Wisata Permainan Alam, Kecamatan Labang;

    c. Taman Satwa, Kecamatan Labang.

    Pasal 50

    (1) Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf f,

    meliputi permukiman perdesaan ;

    (2) Permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :

    a. permukiman pusat perdesaan;

    b. permukiman desa; dan

    c. permukiman pada pusat perdusunan.

    (3) Permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

    a. permukiman perkotaan sedang; dan

    b. permukiman perkotaan kecil.

    Pasal 51

    Kawasan Perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44

    huruf g, meliputi :

    1) Kawasan perdagangan dan jasa di Kaki Jembatan Suramadu;

    2) Kawasan perdagangan dan jasa dikawasan Pelabuhan Peti Kemas

    Tanjung Bulu Pandan, Kecamatan Klampis;

    3) Kawasan perdagangan dan jasa di setiap Ibu Kota Kecamatan;

    4) Pada kawasan perdagangan terpadu wajib menyediakan prasarana

    lingkungan, utilitas umum, area pedagang informal, dan fasilitas sosial

    dengan proporsi 40% dari keseluruhan luas lahannya yang selanjutnya

    diarahkan terintergrasi pada lokasi perdagangan dan jasa.

  • 52

    Pasal 52

    Kawasan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf

    h, meliputi ruang terbuka hijau di perkotaan dan secara keseluruhan seperti

    yang terdiri dari persawahan, tegalan, perkebunan, hutan rakyat, dan

    sebagian emplacement militer.

    Pasal 53

    Kawasan Pesisir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf i, meliputi

    kawasan pesisir selatan, kawasan pesisir utara, dan pulau kecil Karang

    Jamuang di perairan Laut Jawa.

    Paragraf 2

    Rencana Pengelolaan Kawasan Budidaya

    Pasal 54

    (1) Rencana pengelolaan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud Pasal

    44 ayat (1), meliputi segala usaha untuk meningkatkan pendayagunaan

    lahan yang dilakukan di luar kawasan lindung, yang kondisi fisik dan

    sumber daya alamnya dianggap potensial untuk dimanfaatkan, tanpa

    mengganggu keseimbangan dan kelestarian ekosistem;

    (2) Rencana pengelolaan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) meliputi : kawasan hutan, kawasan pertanian, kawasan

    pertambangan, kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan

    permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan ruang terbuka

    hijau, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

    Pasal 55

    Rencana pengelolaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    44 ayat (1), adalah :

    a. pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan

    memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak;

  • 53

    b. peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan

    hutan kerakyatan;

    c. pengembangan dan diversifikasi penamanam jenis hutan sehingga

    memungkinkan untuk diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah;

    d. peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih,

    tebang gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbangan alam;

    dan

    e. meningkatkan perwujudan hutan kota.

    Pasal 56

    Rencana pengelolaan kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 44 ayat (1), adalah :

    a. sawah be