perda no 03 tahun 2010 penjelasan rtrw

15
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2009-2028 I. UMUM 1. Ruang wilayah Kabupaten Pacitan, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada Kabupaten Pacitan yang perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta makna yang terkandung dalam falsafah dan dasar negara Pancasila. 2. Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, sebagai tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya, yang pada dasarnya ketersediaannya tidak tak terbatas. Berkaitan dengan hal tersebut untuk mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Pacitan yang aman, nyaman, dan berkelanjutan maka perlunya dilakukan penataan ruang yang dapat mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan yang mampu mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan, serta dapat memberikan perlindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang. 3. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa penataan ruang wilayah Nasional, wilayah Propinsi dan wilayah Kabupaten/Kota dilakukan secara terpadu dan tidak dipisah-pisahkan. Ruang wilayah Kabupaten Pacitan meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sampai batas tertentu yang diatur dengan peraturan perundang-undangan. 4. Secara geografis Kabupaten Pacitan berada antara 110 o 55’ – 111 o 25’ Bujur Timur dan 7 o 55’ – 8 o 17’ Lintang Selatan. Adapun wilayah administrasi Kabupaten Pacitan setelah diberlakukannya Undang-udang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Daerah, maka Kabupaten Pacitan telah terjadi pengembangan wilayah terutama di desa yang terjadi pemekaran berjumlah 7 desa, dari sebelumnya 12 kecamatan, 5 kelurahan, dan 159 desa menjadi 12 kecamatan, 5 kelurahan, dan 166 desa. 5. Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah, wewenang penyelenggaraan penataan ruang oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, yang mencakup kegiatan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang, didasarkan pada pendekatan wilayah dengan batasan wilayah administratif. Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah antara lain disebutkan bahwa pemberian kedudukan kabupaten sebagai daerah otonom dan sekaligus sebagai wilayah administrasi dilakukan dengan pertimbangan untuk memelihara hubungan serasi antara pusat, propinsi, dan daerah, untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang bersifat lintas Kabupaten. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan kabupaten sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan dan kewenangan dalam bidang tertentu, termasuk bidang penataan ruang. Dalam menentukan kewenangan kabupaten digunakan kriteria yang berkaitan dengan pelayanan pemanfaatan ruang dan konflik kepentingan pemanfaatan ruang di setiap wilayah kecamatan.

Upload: ardhanes-rumbi-wimbardhi

Post on 16-Feb-2016

217 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PENJELASAN RTRW

TRANSCRIPT

Page 1: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN

NOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

TAHUN 2009-2028

I. UMUM

1. Ruang wilayah Kabupaten Pacitan, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada Kabupaten Pacitan yang perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta makna yang terkandung dalam falsafah dan dasar negara Pancasila.

2. Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, sebagai tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya, yang pada dasarnya ketersediaannya tidak tak terbatas. Berkaitan dengan hal tersebut untuk mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Pacitan yang aman, nyaman, dan berkelanjutan maka perlunya dilakukan penataan ruang yang dapat mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan yang mampu mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan, serta dapat memberikan perlindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang.

3. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa penataan ruang wilayah Nasional, wilayah Propinsi dan wilayah Kabupaten/Kota dilakukan secara terpadu dan tidak dipisah-pisahkan. Ruang wilayah Kabupaten Pacitan meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sampai batas tertentu yang diatur dengan peraturan perundang-undangan.

4. Secara geografis Kabupaten Pacitan berada antara 110o 55’ – 111o 25’ Bujur Timur dan 7o 55’ – 8o 17’ Lintang Selatan. Adapun wilayah administrasi Kabupaten Pacitan setelah diberlakukannya Undang-udang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Daerah, maka Kabupaten Pacitan telah terjadi pengembangan wilayah terutama di desa yang terjadi pemekaran berjumlah 7 desa, dari sebelumnya 12 kecamatan, 5 kelurahan, dan 159 desa menjadi 12 kecamatan, 5 kelurahan, dan 166 desa.

5. Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah, wewenang penyelenggaraan penataan ruang oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, yang mencakup kegiatan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang, didasarkan pada pendekatan wilayah dengan batasan wilayah administratif.

Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah antara lain disebutkan bahwa pemberian kedudukan kabupaten sebagai daerah otonom dan sekaligus sebagai wilayah administrasi dilakukan dengan pertimbangan untuk memelihara hubungan serasi antara pusat, propinsi, dan daerah, untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang bersifat lintas Kabupaten.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan kabupaten sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan dan kewenangan dalam bidang tertentu, termasuk bidang penataan ruang. Dalam menentukan kewenangan kabupaten digunakan kriteria yang berkaitan dengan pelayanan pemanfaatan ruang dan konflik kepentingan pemanfaatan ruang di setiap wilayah kecamatan.

Page 2: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

6. Penataan ruang dengan pendekatan kegiatan utama kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. Kawasan perkotaan menurut besarannya dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil, kawasan perkotaan sedang, kawasan perkotaan besar, kawasan metropolitan, dan kawasan megapolitan. Penataan ruang dengan pendekatan nilai strategis kawasan dimaksudkan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan demi terwujudnya pemanfaatan yang berhasil guna.

Penataan ruang Kabupaten Pacitan merupakan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan di wilayah yang menjadi kewenangan Kabupaten Pacitan, dalam rangka optimalisasi dan mensinergikan pemanfaatan sumberdaya daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di kabupaten Pacitan.

7. Penataan ruang Kabupaten Pacitan didasarkan pada karakteristik, daya dukung, dan daya tampung lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan subsistem yang akan berpengaruh pada subsistem lainnya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem ruang Kabupaten Pacitan secara keseluruhan. Pengaturan penataan ruang menuntut dikembangkannya suatu kebijakan penataan ruang Kabupaten Pacitan sebagai ciri utama yang memadukan berbagai kebijaksanaan pemanfaatan ruang Kabupaten Pacitan.

8. Perencanaan tata ruang Kabupaten Pacitan dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif, sedangkan rencana rinci disusun berdasarkan pendekatan strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan. Dalam penataan ruang Kabupaten Pacitan diperlukan suatu pengendalian pemanfaatan ruang sebagai upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang dapat melalui perizinan pemanfaatan ruang, pemberian insentif, dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

Perizinan pemanfaatan ruang di Kabupaten Pacitan dimaksudkan sebagai upaya untuk penertiban pemanfaatan ruang melalui izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksana kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang di Kabupaten Pacitan, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan.

Pemberian disisentif dimaksudkan sebagai upaya untuk membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang di Kabupaten Pacitan.

Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizianan pemanfaatan ruang, tapi juga dikenakan kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang menertibkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

9. Selanjutnya dengan maksud tersebut, maka untuk mencapai tujuan pemanfaatan ruang wilayah secara optimal, serasi, dan seimbang diperlukan tindakan penetapan fungsi ruang yang jelas, tegas, dan menyeluruh serta memberikan kepastian hukum bagi upaya perencanaan dan pemanfaatan ruang serta pengendalian dan pengawasan pembangunan di Kabupaten Pacitan, melalui penetapan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan.

Page 3: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Tujuan penataan ruang dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kabupaten; 2) karakteristik wilayah kabupaten; 3) isu strategis; dan 4) kondisi objektif yang diinginkan.

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Yang dimaksud dengan “aman” adalah situasi masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman.

Yang dimaksud dengan “nyaman” adalah keadaan masyarakat dapat mengartikulasikan nilai sosial budaya dan fungsinya dalam suasana yang tenang dan damai.

Yang dimaksud dengan “produktif” adalah proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat, sekaligus meningkatkan daya saing.

Yang dimaksud dengan “berkelanjutan” adalah kondisi kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, termasuk pula antisipasi untuk mengembangkan orientasi ekonomi kawasan setelah habisnya sumber daya alam tak terbarukan.

Pasal 5

Kebijakan penataan ruang dirumuskan berdasarkan: 1) tujuan penataan ruang wilayah kabupaten; 2) karakteristik wilayah kabupaten; 3) kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya; dan 4) ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Strategi penataan ruang dirumuskan berdasarkan: 1) kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten; 2) kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya; dan 3) ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Page 4: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Kebijakan dan strategi pelestarian kawasan lindung dimaksudkan untuk menjamin kelestarian fungsi lingkungan dan keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan sesuai dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Transportasi no. 4.2 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-10.

Pasal 21

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Transportasi no. 4.2 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-10.

Pasal 22

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Transportasi no. 4.2 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-10.

Pasal 23

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Transportasi no. 4.2 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-10.

Pasal 24

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Listrik dan Sumber Daya Energi no. 4.3 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-12.

Pasal 25

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Listrik dan Sumber Daya Energi no. 4.3 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-12.

Page 5: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

Pasal 26

Ayat 1

Cukup jelas

Ayat 2

Penyediaan sarana pendistribusian Liquid Petroleum Gas (LPG) direncanakan dengan penyediaan Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) dan direncanakan di lokasi yang tingkat kepadatan permukimannya rendah, dengan ketentuan pendirian SPBE sesuai aturan PERTAMINA.

Pasal 27

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Telekominikasi no. 4.4 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-13

Pasal 28

Yang dimaksud dengan “Daerah Aliran Sungai” adalah suatu wilayah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian mengalirkannya melalui sungai utama ke laut.

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Pengelolaan Air Bersih no. 4.5 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-19.

Pasal 29

Ayat 1

Cukup jelas

Ayat 2

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Pengelolaan Limbah no. 4.6 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-23.

Ayat 3

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Pengelolaan Air Bersih no. 4.7 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 4-25.

Ayat 4

Cukup jelas

Pasal 30

Cukup jelas

Pasal 31

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Pola Ruang no. 5.2 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-4.

Pasal 32

Ayat 1

Cukup jelas

Ayat 2

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Rakyat no. 5.3 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-6.

Ayat 3

Cukup jelas.

Ayat 4

Cukup jelas

Page 6: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

Ayat 5

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Karst no. 5.4 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-7.

Ayat 6

Cukup jelas

Ayat 7

Cukup jelas

Pasal 33

Ayat 1

Cukup jelas

Ayat 2

Cukup jelas

Ayat 3

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Sempadan Pantai no. 5.5 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-8.

Ayat 4

Cukup jelas

Ayat 5

Cukup jelas

Ayat 6

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Sempadan Sungai no. 5.6 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-9.

Ayat 7

Cukup jelas

Ayat 8

Cukup jelas

Ayat 9

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Sekitar Mata Air no. 5.7 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-11.

Ayat 10

Cukup jelas

Ayat 11

Cukup jelas

Ayat 12

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan SUTT no. 5.8 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-12.

Ayat 13

Cukup jelas

Pasal 34

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Cagar Alam no. 5.9 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-14.

Page 7: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

Pasal 35

Cukup jelas

Pasal 36

Ayat 1

Cukup jelas

Ayat 2

Cukup jelas

Ayat 3

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Kawasan RTH no. 5.10 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-17.

Ayat 4

Cukup jelas

Ayat 5

Cukup jelas

Ayat 6

Cukup jelas

Ayat 7

Cukup jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Peruntukan Hutan Produksi no. 5.13 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-37.

Pasal 39

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Rakyat no. 5.3 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-6.

Pasal 40

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Peruntukan Pertanian no. 5.14 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-39.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diatur dengan Peraturan Daerah

Pasal 41

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Peruntukan Perikanan no. 5.15 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 5-41.

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Cukup jelas

Pasal 44

Cukup jelas

Page 8: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

Pasal 45

Ayat 1

Cukup jelas

Ayat 2

Permukiman perdesaan merupakan permukiman yang sebagian besar kegiatan penduduknya pertanian. Permukiman pedesaan sebagian besar tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan dengan pengelompokan skala kecil.

Permukiman perkotaan merupakan permukiman yang sebagian besar kegiatannya bukan pertanian dan ini terletak di Kecamatan Pacitan.

Ayat 3

Cukup jelas

Ayat 4

Cukup jelas

Ayat 5

Cukup jelas

Pasal 46

Cukup jelas

Pasal 47

Cukup jelas

Pasal 48

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan Pasal 11 meliputi kawasan pendaratan dan lepas landas, kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan, kawasan di bawah permukaan horizontal-dalam, kawasan di bawah permukaan horizontal-luar, kawasan di bawah permukaan kerucut, kawasan di bawah permukaan transisi, dan kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi penerbangan. KKOP yang dikemukakan di atas akan mempengaruhi penetapan ketinggian bangunan maksimal di Kabupaten Pacitan, yang arahan ketinggian bangunan banyak ditentukan oleh fungsi atau kegiatan pemanfaatan ruangannya.

Pasal 49

Cukup jelas

Pasal 50

Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya, dan/atau peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penetapan kawasan strategis di Kabupaten Pacitan diprioritaskan pada kawasan yang mempunyai pengaruh sangat penting terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan di wilayah Kabupaten Pacitan.

Ayat 1

Cukup jelas

Ayat 2

Cukup jelas

Ayat 3

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Strategis Pariwisata no. 6.1 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 6-5.

Page 9: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

Ayat 4

Cukup jelas

Ayat 5

Seperti tertuang dalam dalam peta Rencana Kawasan Strategis Agropolitan no. 6.2 lampiran buku RTRW Kabupaten Pacitan 2009 - 2028, hal 6-9.

Ayat 6

Cukup jelas

Ayat 7

Cukup jelas

Ayat 8

Cukup jelas

Pasal 51

Cukup jelas

Pasal 52

Cukup jelas

Pasal 53

Cukup jelas

Pasal 54

Cukup jelas

Pasal 55

Cukup jelas

Pasal 56

Cukup jelas

Pasal 57

Cukup jelas

Pasal 58

Pengendalian pemanfaatan ruang di Kabupaten Pacitan sesuai dengan UU Nomor 26 tahun 2007 Pasal 26 ayat (2), dimaksudkan agar pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang Kabupaten Pacitan, melalui ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disisentif, dan arahan sanksi.

Pasal 59

Ayat (1)

Zonasi yang dilakukan di Kabupaten Pacitan merupakan pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi atau karakteristik semula atau diarahkan untuk pengembangan fungsi-fungsi lain. Regulasi Zonasi (Zoning Regulation) adalah ketentuan yang mengatur klasifikasi zoning dan penerapannya ke dalam ruang, pengaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan lahan dan prosedur pemanfaatan lahan.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 60

Cukup jelas

Page 10: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

Pasal 61

Cukup jelas

Pasal 62

Cukup jelas

Pasal 63

Cukup jelas

Pasal 64

Cukup jelas

Pasal 65

Cukup jelas

Pasal 66

Cukup jelas

Pasal 67

Cukup jelas

Pasal 68

Cukup jelas

Pasal 69

Cukup jelas

Pasal 70

Cukup jelas

Pasal 71

Ayat (1)

Perizinan merupakan upaya yang mengatur agar pembangunan di Kabupaten Pacitan sesuai dengan yang direncanakan serta mengatur agar kegiatan yang memiliki peluang melanggar ketentuan perencanaan dan pembangunan, serta yang dapat menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum dapat dikendalikan. Izin dalam penataan ruang merupakan izin yang berkaitan dengan lokasi, kualitas ruang, dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hukum adat, dan kebiasaan yang berlaku.

Prinsip dasar penerapan mekanisme perizinan dalam pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut:

- Setiap kegiatan dan pembangunan yang berpeluang menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum, pada dasarnya dilarang kecuali dengan izin dari Pemerintah Kabupaten Pacitan.

- Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon izin dari pemerintah Kabupaten Pacitan yang akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana, serta standar administrasi legal.

- Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang harus melalui pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa manfaatnya jauh lebih besar dari kerugiannya bagi semua pihak terkait sebelum dapat diberikan izin.

Ayat (2)

Cukup jelas

Page 11: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

Ayat (3)

Syarat-syarat mengenai pengajuan izin pemanfaatan ruang antara lain:

a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);

b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

c. Fotokopi akte pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang (bila ada);

d. Uraian rencana pemanfaatan lahan (bila ada);

e. Gambar teknis berupa site plan, tapak, potongan, dan situasi sekitar (bila ada);

f. Gambar teknis konstruksi sipil (bila ada);

g. Informasi surat penguasaan tanah;

h. Informasi sertifikat hak atas tanah atau bukti perjanjian sewa tanah;

i. Surat kuasa bila diurus orang lain.

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 72

Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat izin sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap kegiatan yang meminta izin pemanfaatan ruang, perlu memperoleh konfirmasi kesesuaian kegiatannya dengan RTRW atau produk rencana yang lebih rinci, sehingga pengembangan kegiatan tersebut tidak menyimpang dari fungsi ruang yang telah ditetapkan.

Perubahan pemanfaatan lahan harus melalui prosedur khusus yang berbeda dari prosedur reguler/normal. Dalam masa transisi tahapan rencana, izin khusus dapat diberikan apabila dampak kegiatan yang dimohonkan negatif atau kecil dan berdasarkan kebijakan Pemerintah Kabupaten Pacitan.

Pasal 73

Ayat (1)

Pemberian insentif bertujuan untuk merangsang perkembangan yang sesuai dengan fungsi atau pemanfaatan ruang pada suatu kawasan. Insentif diterapkan di wilayah Kabupaten Pacitan yang memiliki fungsi sebagai kawasan budidaya.

Insentif dapat diberikan antarpemrintah daerah yang saling berhubungan berupa subsidi silang dari daerah yang penyelenggaraan penataan ruangnya memberikan dampak kepada daerah yang dirugikan, atau antara pemerintah dan swasta dalam hal pemerintah memberikan preferensi kepada swasta sebagai imbalan dalam mendukung perwujudan rencana tata ruang.

Ayat (2)

Pemberian disisentif adalah untuk menghambat atau membatasi perkembangan yang tidak sesuai dengan fungsi atau pemanfaatan ruang pada suatu kawasan. Disinsentif diperuntukan bagi kawasan lindung.

Ayat (3)

Cukup jelas

Page 12: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

Pasal 74

Cukup jelas

Pasal 75

Cukup jelas

Pasal 76

Cukup jelas

Pasal 77

Cukup jelas

Pasal 78

Cukup jelas

Pasal 79

Cukup jelas

Pasal 80

Cukup jelas

Pasal 81

Cukup jelas

Pasal 82

Cukup jelas

Pasal 83

Cukup jelas

Pasal 84

Cukup jelas

Pasal 85

Cukup jelas

Pasal 86

Cukup jelas

Pasal 87

Cukup jelas

Pasal 88

Cukup jelas

Pasal 89

Cukup jelas

Pasal 90

Cukup jelas

Pasal 91

Cukup jelas

Pasal 92

Cukup jelas

Page 13: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

Pasal 93

Sesuai dengan aturan perundangan Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, memuat ketentuan pidana sebagai berikut:

Romawi I :

1. Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

3. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Romawi II :

1. Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf b, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

3. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

4. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Romawi III :

Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf c, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Romawi IV :

Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang‐undangan dinyatakan sebagai milik umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Romawi V :

1. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (8), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2. Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya.

Romawi VI :

1. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Romawi I, Romawi II, Romawi III, dan Romawi IV dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda

Page 14: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Romawi I, Romawi II, Romawi III, dan Romawi IV.

2. Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:

- pencabutan izin usaha; dan/atau

- pencabutan status badan hukum.

Romawi VII :

5. Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Romawi I, Romawi II, Romawi III, dan Romawi IV, dapat menuntut ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana.

6. Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan hukum acara pidana.

Pasal 94

Ayat (1)

Pengangkatan penyidik pegawai negeri sipil dilakukan dengan memperhatikan kompetensi pegawai seperti pengalaman serta pengetahuan pegawai dalam bidang penataan ruang dan hukum.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 95

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Untuk keperluan penggandaan buku Album Peta, skala yang digunakan dalam peta buku Album Peta adalah skala batang.

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 96

Cukup jelas

Pasal 97

Cukup jelas

Pasal 98

Cukup jelas

Page 15: Perda No 03 Tahun 2010 Penjelasan Rtrw

Pasal 99

Cukup jelas

Pasal 100

Cukup jelas

Pasal 101

Cukup jelas

Pasal 102

Cukup jelas