percobaan v steril injeksi
TRANSCRIPT
PERCOBAAN V
FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
(INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4 %)
A. Tujuan
Mengenal dan memahami maksud dan syarat sediaan injeksi, menghitung
tonisitas suatu larutan injeksi Aminophyllin dan melakukan uji kualitas/ evaluasi terhadap
sediaan injeksi.
B. Dasar Teori
Bentuk suatu obat yang dibuat sebagai obat suntik tergantung pada sifat obat itu
sendiri dengan memperhitungkan sifat fisika kimia dan juga mempertimbangkan
terapeutik tertentu ( Ansel, 1989).
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspense atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral,
disuntikkan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit
atau selaput lendir ( Lukas, 2006).
Larutan injeksi sebisa mungkin isotonis agar tidak terasa sakit. Isotonis artinya
tekanan osmosis sediaan sama dengan tekanan osmosis yang ada dalam darah/cairan
tubuh dimana tekanannya sama dengan tekanan osmosis larutan NaCl yaitu 0,9 %.
Isotonis perlu diperhatikan pada penyuntikkan :
1. Subkutan karena dapat menimbulkan rasa sakit atau nekrosis (sel-sel rusak)
2. Intralumbal dapat menimbulkan rangsang pada selaput otak
3. Infus, dapat menimbulkan hemolisa (pecahnya sel darah merah)
(Anief 2005).
Aminofilin merupakan campuran stabil dari teofilin dan etilendiamin, dimana
etilendiamin memberikan kelarutan yang tinggi dalam air. Aminofilin merpakan basa
lemah dengan pKa 5,0 dan mudah larut dalam air jika nilai pH turun menjadi dibawah 8.
Injeksi aminofilin mempunyai pH 8,6-9,0 (Anonim 2007).
C. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Autoklav
b. Glassware
c. Timbangan
d. Kertas saring
e. ampul
2. Bahan :
a. Theophyllin
b. Etilendiamin
c. NaCl
d. WFI bebas CO2
e. Aqua p.i
Formula
R/ Theophyllin 2,4
Etilendiamin 0,5
Aqua p.i ad 100 Ml
m.f.solutio
D. Cara Kerja
Dihitung tonisitas formula. Jika masih hipotonis, dihitung banyaknya NaCl yang
dibutuhkan untuk menjadi isotonis
Dilarutkan Theophyllin dengan sebagian aqua
Dilarutkan etilendiamin dalam sisa aqua
Ditambahkan tetes demi tetes larutan etilendiamin
Dicek larutan pH (9,2-9,6)
Dimasukkan larutan jernih ke dalam ampul sebanyak 5,0 mL dan disegel serta
disterilisasi di autoklav (121oC selama 20 menit)
Dikeluarkan ampul dan diberi etiket
Dievaluasi sediaan (pH, kebocoran, adanya partikel)
E. DATA DAN ANALISIS DATA
Penimbangan
Theophyllin (g) Etilendiamin (g)
Wadah kosong 0,26 14,21
Wadah + isi 2,68 14,72
Wadah + sisa 0.27 15,22
Jumlah zat 2,41 0,5
Perhitungan Tonisitas Larutan :
Nilai NaCl equivalen untuk:
Theofilin E = 0,1
Etilendiamin E= 0,46
Theofilin = 2,4% x 110 mL x 0,1 = 0,264 g/110mL
Etilendiamin = 0,5% x 110 mL x0,46 = 0,253 g/110mL
Jumlah = 0,517 g/110mL
NaCl isotonis = 0,9% yang setara dengan 0,99 g/110mL sehingga didapatkan informasi
bahwa larutan yang didapat hipotonis, sehingga perlu ditambahkan NaCl sebanyak :
(0,99 - 0,517)g/110mL = 0,473 g/110mL
Uji pH Uji Adanya Partikel Uji Kebocoran
Sebelum autoklav 9 Tidak ada Tidak bocor
Sesudah autoklav 9 Tidak ada Tidak bocor
F. PEMBAHASAN
Tujuan percobaan kali ini adalah untuk memahami cara pembuatan injeksi aminofilin
dan cara menguji kualitas dari sediaan steril yang dibuat. Dibuat injeksi aminofilin 2,4%
dimana di dalam sediaan mengandung zat aktif aminofilin yang tibuat dari teofilin sebanyak
2,4 gram/100 ml. Injeksi aminofilin berfungsi sebagai bronkodilator dalam pengobatan asma,
empisema, kegagalan jantung kongesif dan relaksan otot polos.
Dalam pembuatan sediaan injeksi aminofilin, harus diperhatikan parameter-
parameter: sediaan harus steril; bebas partikel; bebas pirogen dan mikroorganisme; stabil;
isotonis dan isohidris; mengandung pelarut yang netral secara fisiologis dan jernih. Dibuat
isotonis untuk mencegah terjadinya lisis sel akibat hipotonis atau sel tubuh menjadi
mengkerut karena hipertonis. Bebas pirogen dan mikroorganisme (steril) untuk mencegah
aktifnya sistem imun yang akhirnya menyebabkan alergi.
Pembuatan injeksi aminofilin dibuat dari teofilin yang dilarutkan dalam akuades
bebas CO2 dengan bantuan etilendiamin untuk melarutkan. Teofilin memiliki sifat sukar larut
dalam air dan bersifat endotermis. Etilendiamin bersifat volatil. Teofilin dan etilendiamin
akan bereaksi sebagai berikut:
HN
NN
CH3
O
N
H3C
O
theophyllin
2 . H2O
+H2N
NH2
ethylene diamine
HN
NN
CH3
O
N
H3C
O
aminophyllin
H2N
NH2
2
+ H2O
Percobaan dimulai dengan menghitung tonisitas formula, dimana diharapkan
didapat sediaan yang isotonis. Berdasar perhitungan, formula yang dibuat belum isotonis
dengan angka nilai yang belum setara dengan 9% NaCl atau 0,9/100 ml, sehingga perlu
ditambahkan NaCl sebanyak 0,473 gram. Injeksi aminofilin yang dibuat bersifat tidak
stabil, dimana dengan adanya asam akan memecah aminofilin menjadi teofilin dan
etilendiamin. Teofilin yang terpecah akan membentuk kristal yang tak larut dan
berbahaya karena dapat menyumbat aliran darah. Maka dari itu digunakan akuades bebas
CO2 untuk melarutkan teofilin. Adanya kandungan CO2 pada akuades akan dapat
membentuk asam dengan reaksi sebagai berikut:
CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 H+ + HCO3-
HCO3- H+ + CO3
2-
Akuades bebas CO2 sudah disediakan namun dalam pembuatannya dibuat dengan
mendidihkan akuades. Setelah mendidih kemudian ditutup dengan rapat/kapas untuk
menyerap kandungan CO2 di udara. Teofilin harus dilarutkan dengan akuades yang
mendidih agar dapat larut sempurna karena sifatnya yang endotermis dan sukar larut.
Etilendiamin digunakan untuk membantu kelarutan teofilin dengan membuat
suasana basa pada pH sekitar 9,2 - 9,6. Etilendiamin seharusnya ditimbang menggunakan
botol timbang karena sifatnya yang volatil. Kemudian dilarutkan dengan akuades hangat.
Kemudian dicampurkan secara cepat ke dalam teofilin sambil terus diaduk agar dapat
larut dengan sempurna. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu takar dan di ad
sampai 100 ml.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan larutan ke dalam ampul kaca. Setiap
ampul berisi larutan sebanyak 10 ml. Ampul ditutup dengan cara dilas sehingga menjadi
tertutup rapat lalu disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121(C selama 20 menit.
Kemudian setelah dingin dilakukan uji kualitas sediaan, yaitu uji pH, uji kebocoran dan
uji partikel asing.
Uji pH dilakukan untuk melihat apakah ada perubahan pH dari sebelum dan
sesudah sterilisasi dengan autoklav. Dari uji tersebut didapat tidak ada perubahan pH. pH
larutan sekitar 9. Pada uji kebocoran, ampul direndam dalam larutan metilen blue. Jika
terdapat kebocoran, maka akan terlihat ada warna biru di dalam ampul. Dari uji tersebut
tidak didapat adanya kebocoran sediaan. Pada uji partikel asing, sediaan diamati dibawah
lampu dengan latar hitam untuk melihat adanya partikel berwarna terang dan latar putih
untuk melihat adanya partikel berwarna gelap. Dari uji ini tidak didapat adanya partikel
asing dalam sediaan.
G. KESIMPULAN
1. Praktikan memahami cara pembuatan sediaan steril injeksi aminofilin.
2. Sediaan dinilai sudah baik dilihat dari hasil uji-uji yang dilakukan meliputi uji pH,
kebocoran dan partikel asing.
H. DAFTAR PUSTAKA
Anief,M.,2005, Farmasetika, UGM Press, Yogyakarta, hal.193.
Anonim,2007, http://www.pharmainfotech.co.nz/manual/formulation/aminophyllin.html
diakses tanggal 10 Mei 2013.
Ansel,H.,1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Universitas Indonesia,
Jakarta, hal.411-414.