percobaan iv fenil benzoat

15
PERCOBAAN IV SINTESIS FENIL BENZOAT I. Tujuan Mengenal sintesis senyawa ester fenil benzoat melalui reaksi Schotten- Baumann. II. Tinjauan Pustaka Menurut Tim Dosen Kimia Organik Sintesis (2014) bahwa fenil benzoat dapat disintesis dari reaksi antara benzoil klorida dan fenol . Kondisi reaksi dilakukan dalam suasana basa biasanya menggunakan NaOH . Reaksi tersebut bisa dikenal dengan reaksi Schotten Bowmann . Hasil reaksi akan bersifat basa dan dapat diraksikan dengan asam untuk mengendapkan garamnya . Reaksi sintesis fenil benzoat : C 6 H 5 COCl + C 6 H 5 OH C 6 H 5 COOC 6 H 5 + HCl (-NaCl) (Benzoil klorida) (fenol) (fenil benzoat) Banyak senyawa fenol yang dapat memberikan kristalin turunan benzoil dengan benzoil klorida, dengan adanya natrium hidroksida (metode Schotten- Baumann). Reaksi Schotten-Baumann adalah metode untuk mensintesis amida dari amina dan asam klorida. Kadang-kadang nama untuk reaksi ini juga digunakan untuk menunjukkan reaksi antara asam klorida dan alkohol untuk membentuk ester. Reaksi pertama kali dijelaskan pada tahun 1883 oleh ahli kimia Jerman Carl Eugen Baumann dan Schotten (Tim Kimia Organik, 2014). Reaksi Schotten-Baumann merupakan reaksi organik yang digunakan untuk mengkonversi asil halida atau anhidrida ke amida jika direaksikan dengan amina dan basa, atau ester jika direaksikan dengan alkohol dan basa. Reaksi dengan amina dimulai dengan nitrogen menyerang karbon karbonil dari asil halida yang menata kembali untuk menendang keluar halida. Deprotonasi dengan dasar

Upload: faradisa-anindita

Post on 25-Nov-2015

2.297 views

Category:

Documents


405 download

TRANSCRIPT

  • PERCOBAAN IV

    SINTESIS FENIL BENZOAT

    I. Tujuan

    Mengenal sintesis senyawa ester fenil benzoat melalui reaksi Schotten-

    Baumann.

    II. Tinjauan Pustaka

    Menurut Tim Dosen Kimia Organik Sintesis (2014) bahwa fenil benzoat

    dapat disintesis dari reaksi antara benzoil klorida dan fenol . Kondisi reaksi

    dilakukan dalam suasana basa biasanya menggunakan NaOH . Reaksi tersebut bisa

    dikenal dengan reaksi Schotten Bowmann . Hasil reaksi akan bersifat basa dan

    dapat diraksikan dengan asam untuk mengendapkan garamnya .

    Reaksi sintesis fenil benzoat :

    C6H5COCl + C6H5OH C6H5COOC6H5 + HCl (-NaCl)

    (Benzoil klorida) (fenol) (fenil benzoat)

    Banyak senyawa fenol yang dapat memberikan kristalin turunan benzoil

    dengan benzoil klorida, dengan adanya natrium hidroksida (metode Schotten-

    Baumann). Reaksi Schotten-Baumann adalah metode untuk mensintesis amida

    dari amina dan asam klorida. Kadang-kadang nama untuk reaksi ini juga

    digunakan untuk menunjukkan reaksi antara asam klorida dan alkohol untuk

    membentuk ester. Reaksi pertama kali dijelaskan pada tahun 1883 oleh ahli kimia

    Jerman Carl Eugen Baumann dan Schotten (Tim Kimia Organik, 2014).

    Reaksi Schotten-Baumann merupakan reaksi organik yang digunakan

    untuk mengkonversi asil halida atau anhidrida ke amida jika direaksikan dengan

    amina dan basa, atau ester jika direaksikan dengan alkohol dan basa. Reaksi

    dengan amina dimulai dengan nitrogen menyerang karbon karbonil dari asil halida

    yang menata kembali untuk menendang keluar halida. Deprotonasi dengan dasar

  • kemudian memberikan produk akhir amida. Reaksi dengan alkohol akan terjadi

    dengan cara yang sama (Tim Kimia Organik, 2014).

    Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol

    membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat.

    Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2 R

    dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat

    dapat balik. ster diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat

    mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini

    digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Disini kita hanya

    akan melihat kasus-kasus dimana hidrogen pada gugus -COOH digantikan oleh

    sebuah gugus alkil, meskipun tidak jauh beda jika diganti dengan sebuah gugus

    aril (yang berdasarkan pada sebuah cincin benzen) (Fessenden dan Fessenden,

    1982).

    Penambahan basa diperlukan untuk menyerap ini proton asam, atau reaksi

    tidak akan dilanjutkan. Seringkali, larutan basa ditambahkan secara perlahan ke

    dalam campuran reaksi. Nama "Schotten-Baumann kondisi reaksi" sering

    digunakan untuk menunjukkan penggunaan sistem pelarut dua fase, yang terdiri

    dari air dan pelarut organik. Dasar dalam fasa air menetralkan asam, yang

    dihasilkan dalam reaksi, sedangkan bahan awal dan produk tetap dalam fase

    organik, sering diklorometana atau dietil eter. Memiliki dasar dalam fase terpisah

    mencegah reaktan amina dari yang terprotonasi, yang sebaliknya akan dapat

    bereaksi sebagai nukleofil. Reaksi Schotten-Baumann atau kondisi reaksi yang

    banyak digunakan saat ini dalam kimia organik. Contoh : sintesis N-vanillyl non

    anamide, juga dikenal sebagai capsaicin sintetis sintesis benzamide dari benzoil

    klorida dan phenethylamine asilasi benzylamine dengan asetil klorida (anhidrida

    asetat merupakan alternatif) di Fischer peptida sintesis (Hermann Emil Fischer,

    1903) asam klorida -kloro dikondensasikan dengan ester dari asam amino. Ester

    ini kemudian dihidrolisis dan asam dikonversi ke asam klorida yang

    memungkinkan perpanjangan rantai peptida oleh unit lain. Di tahap akhir atom

  • klorida digantikan oleh gugus amino menyelesaikan sintesis peptida (Anonim,

    2014).

    Dalam larutan asam, oksigen karbonil dari suatu ester dapat diprotonkan.

    Kemudian karbon yang bermuatan positif parsial, dapat diserang oleh nukleofil

    lemah seperti air. Dalam suatu larutan basa, karbon karbonil suatu ester dapat

    diserang oleh suatu nukleofil yang baik tanpa protonasi sebelumnya. Esterifikasi

    asam karboksilat dengan suatu alkohol merupakan reaksi reversible. Bila asam

    karboksilat diesterkan, digunakan alkohol berlebih. Untuk membuat reaksi

    kebalikannya yakni hidrolisis berkataliskan asam dari ester menjadi asam

    karboksilat digunakan ar berlebih. Kelebihan air akan menggeser kesetimbangan

    ke arah sisi asam karboksilat. Hidrolisis suatu ester dalam basa atau penyabunan

    (saponifikasi) merupakan suatu reaksi takreversibel. Karena reaksi berlangsung

    dalam suasana basa, hasil penyabunan adalah garam karboksilat. Asam bebas akan

    diperoleh jika larutan itu diasamkan. Perhatikan bahwa OH- merupakan pereaksi

    bukan katalis dalam reaksi ini. Pertukaran bagian alkohol dari suatu ester dapat

    dicapai dalam larutan asam atau basa oleh suatu reaksi reversibel antara ester dan

    alkohol. Reaksi transesterifikasi ini beranalogi langsung dengan hidrolisis dalam

    asam atau basa (Fessenden dan Fessenden, 1982).

    Fenol merupakan senyawa dengan gugus OH yang terikat langsung pada

    cincin aromatic. Senyawa fenol banyak terdapat di alam dan merupakan

    intermediet bagi industri untuk berbagai macam produk seperti adhesive dan

    antiseptic. Fenol sendiri dapat dipakai sebagai disinfektan dan diperoleh dari tar

    batubara. Alkohol dan fenol dapat diubah menjadi eter dan ester, namun keduanya

    mempunyai sifat yang berbeda. Fenol (paling sederhan) merupakan cairan atau

    padatan yang meleleh pada temperature rendah. Karena adanya ikatan hydrogen,

    senyawa fenol mempunyai titik didih yang tinggi (182 oC) dan itik leleh sebesar 43

    oC. Fenol larut dalam air (9 g per 100 g air), tetapi sebagian besar turunan fenol

    tidak laruta dalam air (Riswiyanto, 2002).

  • Benzoil klorida, juga dikenal sebagi benzenakarbonil klorida, adalah cairan

    tak berwarna dan berkabut C6H5COCl dengan bau yang menusuk. Senyawa ini

    digunakan sebagai bahan kimia antara dalam pembuatan zat warna, parfum,

    peroksida, obat-obatan, dan resin. Ia juga digunakan dalam bidang fotografi dan

    digunakan dalam proses pembuatan tanin sintetik. Ia sebelumnya digunakan

    sebagai gas iritan dalam peperangan. Benzoil klorida merupakan asil klorida. Ia

    beraksi dengan alkohol dan amina, menghasilkan ester dan amida terkait. Ia

    menjalani asilasi Friedel-Crafts dengan arena, menghasilkan benzofenon terkait. Ia

    juga beraksi dengan air, menghasilkan asam klorida dan asam benzoat (Anonim,

    2014).

  • III. Alat dan Bahan

    3.1. Alat

    Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain

    erlenmeyer 125 ml, gelas ukur 100 ml dan 15 ml, batang pengaduk, gelas

    kimia 100 ml, neraca analitik, corong kaca, corong buhner, lemari asam,

    gelas arloji, desikator, hotplate, pipet tetes, botol semprot, kaca arloji,

    melting point.

    3.2. Bahan

    Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain NaOH

    10%, fenol, benzoil klorida, etanol 95%, kertas saring, aquades, aluminium

    foil.

  • IV. Prosedur Kerja

    Melarutkan 2,5 g fenol dalam 37,5 ml larutan NaOH 10% pada

    erlenmeyer 200 ml. Menambahkan 4,5 ml benzoil klorida ke dalam erlenmeyer

    dan menutupnya dengan aluminium foil. Kemudian mengocok larutan selama 20

    menit sampai diperoleh padatan. Menyaring ester padat yang terbentuk dan

    membuatnya menjadi serpihan kecil, kemudian mencucinya dengan air dan

    selanjutnya mengeringkan dengan baik. Merekristalisasi crude ester dengan

    etanol 95%, menggunakan sejumlah larutan panas. Menyaring endapan dengan

    penyaring buhner sampai didapatkan kristal fenil benzoat berwarna dengan titik

    leleh 690 C dan rendemen 4 g.

    V. Hasil Pengamatan

    Berat gelas arloji + kertas saring (a) = 24,050 gram

    Berat kristal + berat arloji + berat kertas saring (b) = 27,786 gram

    Berat kristal = b - a

    = (27,786 24,050) gram

    = 3,736 gram

    Titik leleh : 68oC 76OC

  • VI. Mekanisme Reaksi

  • VII. Pembahasan

    Fenil benzoat adalah senyawa organik bubuk putih yang termasuk dalam

    kategori yang luas bahan kimia yang dikenal sebagai ester. Fenil benzoat

    digunakan terutama sebagai bagian dari produksi poliester dengan berbagai

    macam aplikasi. Salah satu penggunaan yang mengambil keuntungan dari sifat

    listrik dari fenil benzoat adalah pengembangan layar kristal cair. Fenil benzoat

    dianggap sebagai bahan awal yang sangat baik untuk produksi komponen optik,

    terutama lensa berkualitas tinggi untuk masih dan kamera film.

    Fenil benzoat terbentuk dalam reaksi antara fenol, natrium hidroksida

    sebagai katalis dan benzoil klorida. Percobaan ini bertujuan untuk mengenal

    sintesis ester fenil benzoat melalui reaksi Schotten-Baumann. Reaksi Schotten-

    Baumann adalah reaksi organik yang digunakan untuk mengkonversi asil halida

    atau anhidrida ke amida jika bereaksi dengan amina dan basa, atau ester jika

    direaksikan dengan alkohol dan basa. Pada percobaan kali ini dilakukan sintesis

    senyawa ester fenil benzoat dari bahan awal fenol dan benzoil klorida dengan

    katalis NaOH.

    Pada perlakuan pertama yaitu melarutkan fenol dalam larutan NaOH

    10%. Penambahan NaOH bertujuan untuk mengkatalisis reaksi yang terjadi

    sehingga fenol berubah menjadi ion fenoksida yang reaktif, yang dapat

    mengaktifkan fenol dengan mengeliminasi atom H+ oleh gugus hidroksil dari

    NaOH karena pada fenol, gugus hidroksilnya terikat langsung pada cincin

    benzena yang menyebabkan atom H mudah lepas dari fenol, hal ini juga yang

    menyebabkan kenapa senyawa fenol bersifat asam. Reaksi pada tahap ini yaitu

    ion hidroksida dari NaOH yang bersifat nukleofilik mengambil proton dari

    fenol sehingga membentuk ion fenoksida dan air.

    Setelah itu dilakukan penambahan benzoil klorida sebanyak 4,5 ml.

    Kemudian dilakukan pengocokan selama 20 menit yang bertujuan untuk

    mempercepat reaksi akibat tumbukan yang terjadi antara molekul benzoil

  • klorida dan ion alkoksida. Ion fenoksida yang telah terbentuk pada reaksi

    sebelumnya direaksikan dengan benzoil klorida, karena ion fenoksida dapat

    bereaksi lebih cepat dengan benzoil klorida dibanding fenol sehingga padatan

    fenil benzoat dapat terbentuk. Penambahan benzoil klorida bertujuan sebagai

    reagen dapat bereaksi dengan senyawa natrium fenoksida yang telah terbentuk

    sebelumnya melalui atom oksigen karbonil pada benzoil klorida bersifat lebih

    elektronegatif maka cenderung untuk menarik elektron sehingga terbentuk

    karbokation yang akan diserang oleh atom oksigen pada natrium fenoksida

    yang akan membentuk produk antara yang bersifat tidak stabil. Senyawa antara

    yang terbentuk ini akan membentuk ikatan antara atom natrium dan klorida

    sehingga akan terbentuk garam natrium klorida yang akan dieliminasi

    selanjutnya..

    Kemudian endapan yang diperoleh dari reaksi fenol dan benzoil klorida

    dengan katalis basa NaOH dilakukan penyaringan dengan alat penyaring vakum

    yakni corong buchner. Penyaringan dengan alat bertujuan untuk mempercepat

    waktu penyaringan dan endapannya lebih mudah mengering bila dibandingkan

    dengan menggunakan alat penyaringan biasa seperti corong kaca. Prinsip dari

    penyaringan vakum evaporator ini yaitu meminimalisir suatu tekanan di dalam

    sistem sehingga tekanan di luar sistem menjadi lebih besar, hal ini yang

    membuat proses penyaringan manjadi lebih cepat.

    Setelah itu dilakukan pencucian dengan menggunakan akuadest yang

    bertujuan untuk menghilangkan sifat alkalinitas dari kristal yang diperoleh

    karena masih mengandung garam NaCl. Sehingga garam NaCl dapat ikut

    teremilinasi bersama air. Pencucian dilakukan dengan cara penyaringan

    menggunakan corong kaca sehingga sehingga garam NaCl dapat langsung

    tereliminasi bersama air. Setelah itu dilakukan pengeringan dengan baik, agar

    air yang masih terkandung di dalam fenil benzoat dapat menguap, pengeringan

  • ini dibantu dengan alat desikator agar dapat mempercepat proses penghilangan

    molekul air.

    Endapan yang diperoleh selanjutnya direkristalisasi dengan etanol

    panas. Menurut Anonim (2014) rekristalisasi adalah proses pengulangan kristal

    agar diperoleh zat murni atau kristal yang lebih murni. Senyawa organik

    berbentuk kristal yang diperoleh dari suatu reaksi biasanya tidak murni. Mereka

    masih terkontaminasi oleh sejumlah senyawa yang terjadi selama reaksi. Oleh

    karena itu perlu dilakukan pengkristalan kembali dengan mengurangi kadar

    pengotor. Rekristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan senyawa dalam

    suatu pelarut tunggal atau campuran. Pada dasarnya proses rekristalisasi adalah

    melarutkan senyawa yang dimurnikan ke dalam pelarut yang sesuai pada atau

    dekat titik didihnya. Rekristalisasi dilakukan dengan menggunakan pelarut

    etanol 95% dalam kondisi panas disini dikarenakan senyawa fenil benzoat

    bersifat non polar sedangkan etanol bersifat semi polar sehingga diperlukan

    suhu tinggi untuk mempercepat reaksi pelarutan, etanol juga digunakan karena

    etanol bersifat volatil sehingga mudah menguap pada suhu ruang yang

    diharapkan pengotornya juga ikut menguap.

    Selanjutnya kristal fenil benzoat yang diperoleh disaring menggunakan

    corong buchner dan dikeringkan kembali dalam desikator, dimana silika gel

    yang terdapat dalam desikator tersebut akan menyerap air yang masih terikut

    dalam kristal sehingga akan didapatkan berat konstan dari kristal tersebut.

    Adapun berat kristal yang diperoleh setelah dikonstankan yaitu 3,736 gram.

    Hasil yang diperoleh ini telah mendekati literatur yang ada, menurut Tim Dosen

    Kimia Organik Sintesis (2014) berat rendemen kristal fenil benzoat dari

    percobaan yang dilakukan adalah 8 gram, tetapi karena percobaannya dilakukan

    secara setengah prosedur maka rendemennya sebesar 4 gram. Perbedaan

    tersebut disebabkan oleh pengerjaan prosedur yang kurang analis oleh

    praktikan.

  • Langkah akhir pada percobaan ini yaitu melakukan uji titik leleh dari

    kristal fenil benzoat dengan menggunakan alat melting point. Prinsip kerja dari

    alat ini yaitu bahan yang dimasukkan pada tempatnya, kemudian dipanaskan

    dan tingkat kelelehan dapat diketahui, pipa kapiler akan menghisap sampel,

    kemudian pipa tersebut dibekukan setelah itu dimasukkan ke dalam wadah

    sampel di bagian atasalat. Dilihat melalui lensa saat bahan meleleh. Tekan

    HOLD makan akan muncu suhu pada layar display. Sehingga diperoleh titik

    leleh fenil benzoat yaitu antara 68oC 76OC. Hasil ini telah mendekati litetatur

    yang ada, menurut Tim Dosen Kimia Organik Sintesis (2014) titik leleh kristal

    fenil benzoat yaitu 69oC.

  • VIII. Kesimpulan dan Saran

    8.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil percobaan sintesis dibenzalaseton dapat

    disimpulkan bahwa :

    1. Fenil benzoat adalah senyawa organik bubuk putih yang termasuk

    dalam kategori yang luas bahan kimia yang dikenal sebagai ester.

    2. Fenil benzoat dapat disintesis dengan mereaksikan fenol dan

    benzoil klorida dengan menggunakan katalis basa yaitu NaOH,

    sintesis ini didasarkan pada reaksi Schotten-Baumann.

    3. Berat kristal yang diperoleh setelah rekristalisasi yaitu 3,736 gram,

    dengan titik leleh 68oC 76OC.

    8.2. Saran

    Untuk percobaan selanjutkan proses rekristalisasi dapat

    dilakukan secara maksimal sehingga dapat memperoleh rendemen

    kristal yang sesuai dengan literatur.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2014. Fenil Benzoat. http://blogspot.com/2012/02/Sintesis - fenil - benzoat.

    (Diakses pada tanggal 20 Maret 2014).

    Anonim. 2014. Benzoil Klorida. http://www.wikipedia.com. (Diakses pada tanggal 20

    Maret 2014).

    Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

    Riswiyanto. 2002. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.

    Tim Dosen Kimia Organik Sintesis. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Organik

    Sintesis. FMIPA UNTAD. Palu.

    Tim Kimia Organik. 2014. Praktikum Sintesis Kimia Organik. Departemen Kimia

    FMIPA UI. Depok.

  • LEMBAR ASISTENSI

    Nama : Faradisa Anindita

    No.Stambuk : G 301 11 020

    Kelompok : I (Satu)

    Asisten : Sayu Nila Widayanti

    No. Hari/Tanggal Perbaikan Paraf

  • Laporan Praktikum

    Kimia Organik Sintesis

    Percobaan IV

    SINTESIS FENIL BENZOAT

    Nama : Faradisa Anindita

    Stambuk : G 301 11 020

    Kelompok : I (Satu)

    Asisten : Sayu Nila Widayanti

    LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

    JURUSAN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS TADULAKO

    PALU

    2014