percepatan pemulihan das siak_muat di riau pos 27 jan 2014.doc

11
PERCEPATAN PEMULIHAN DAS SIAK DENGAN UNDANG UNDANG KONSERVASI TANAH DAN AIR Oleh: Dwi Prabowo YS Tenaga Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indragiri-Rokan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mencanangkan program percepatan (quick wins) pemulihan 4 daerah aliran sungai (DAS) kritis yaitu DAS Ciliwung dan DAS Citarum di Jawa, DAS Kapuas di Kalimantan dan DAS Siak untuk wilayah Sumatera. Pemilihan DAS Siak sebagai salah satu DAS yang harus dipulihkan ini bukannya tanpa alasan, mengingat cukup tingginya degradasi lingkungan yang telah terjadi. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu DAS Siak yang disusun oleh Balai Pengelolaan DAS Indragiri- Rokan menyatakan bahwa degradasi lingkungan tersebut timbul dikarenakan adanya beberapa permasalahan yang belum tuntas antara lain ancaman banjir dan pencemaran Sungai Siak, masih terjadinya kerusakan hutan dan tingginya konversi lahan, konflik pengelolaan sumberdaya

Upload: dwi-prabowo-ys

Post on 28-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROGRAM PERCEPATAN PENYELAMATAN DAS SIAK DENGAN UU KTA

PERCEPATAN PEMULIHAN DAS SIAK DENGAN UNDANG UNDANG KONSERVASI TANAH DAN AIROleh: Dwi Prabowo YS

Tenaga Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan

Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indragiri-Rokan

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mencanangkan program percepatan (quick wins) pemulihan 4 daerah aliran sungai (DAS) kritis yaitu DAS Ciliwung dan DAS Citarum di Jawa, DAS Kapuas di Kalimantan dan DAS Siak untuk wilayah Sumatera. Pemilihan DAS Siak sebagai salah satu DAS yang harus dipulihkan ini bukannya tanpa alasan, mengingat cukup tingginya degradasi lingkungan yang telah terjadi. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu DAS Siak yang disusun oleh Balai Pengelolaan DAS Indragiri-Rokan menyatakan bahwa degradasi lingkungan tersebut timbul dikarenakan adanya beberapa permasalahan yang belum tuntas antara lain ancaman banjir dan pencemaran Sungai Siak, masih terjadinya kerusakan hutan dan tingginya konversi lahan, konflik pengelolaan sumberdaya alam dan belum adanya sinkronisasi tata ruang, masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian DAS Siak, kelembagaan urusan DAS yang belum optimal.Undang-undang No. 37 tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air (UU KTA) yang baru disahkan memberikan tambahan darah baru bagi upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup. Semangat dari UU KTA adalah melindungi tanah dan air sebagai sumberdaya alam yang tidak terbarukan, sehingga manfaatnya dapat didayagunakan secara berkelanjutan. Bagaimana UU KTA mendorong program percepatan pemulihan DAS Siak?Peran vegetasi dan tanah dalam DASIssue utama yang selalu menjadi momok dalam pengelolaan DAS adalah tidak stabilnya tata air, serta tingginya laju erosi dan sedimentasi sungai. Sebelum membahas keterkaitan antara UU KTA dan percepatan pemulihan DAS Siak, ada baiknya kita mengetahui bagaimana peranan vegetasi dan tanah, sebagai dua unsur yang akan dikonservasi dalam menjaga kestabilan tata air dalam suatu DAS. Disamping itu akan disinggung juga peranannya dalam mengendalian laju erosi dan sedimentasi sungai.Air yang mengalir di sungai, yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti air baku, pertanian dan lain-lain, dipasok dari jaringan anak-anak sungai yang ada di bagian hulu dari sungai utamanya. Jaringan sungai tersebut pada umumnya dibatasi oleh punggung-punggung perbukitan atau pegunungan, sedemikian rupa sehingga membentuk suatu daerah aliran sungai atau sering juga disebut dengan daerah tangkapan air (catchment area).

Ciri dari sebuah sungai yang sudah terganggu kestabilan airnya adalah, adanya perbedaan yang mencolok antara aliran di musim penghujan dan musim kemarau. Dengan kata lain terjadi luapan banjir di musim penghujan dan tidak ada aliran air di musim kemarau. Kestabilan pasokan air yang masuk ke badan sungai sangat ditentukan oleh seberapa besar kapasitas daerah tangkapan air untuk menahan air hujan yang jatuh diatasnya (water holding capacity). Faktor yang menentukan kapasitas menahan air adalah kedalaman perakaran dari vegetasi yang tumbuh di daerah tangkapan air tersebut dan kondisi fisik tanahnya. Vegetasi yang memiliki kedalaman perakaran yang dalam misalnya tutupan lahan hutan, khususnya yang berada pada tanah dengan tekstur yang berpasir akan memiliki kapasitas yang jauh lebih tinggi dari vegetasi dengan perakaran yang dangkal seperti lahan pertanian semusim terutama yang berada diatas tanah dengan tekstur halus. Perpaduan kondisi kedalaman perakaran dan kondisi fisik tanah ini yang memiliki peran sebagai pengatur tata air. Di musim penghujan air hujan akan terserap dan tersimpan sebagai pada air tanah dangkal. Air yang tersimpan pada lapisan tanah ini akan terlepas pada pada musim kemarau, sehingga kuantitas aliran sungai akan tetap terjaga sepanjang tahun. Dengan demikian jelas bahwa perubahan tutupan lahan hutan menjadi lahan bukan hutan, apalagi yang bersifat kurang bersahabat dalam menyimpan air, sudah seharusnya dilarang dengan keras.

Banjir sebagai ciri dari sudah terganggunya vegetasi dan tanah sebagai pengatur tata air juga disebabkan karena menurunnya daya tampung sungai, sehingga terjadi luapan aliran sungai. Menurunnya data tampung sungai ini antara lain disebabkan oleh penyempitan dan pendangkaan alur sungai akibat tingginya laju sedimentasi. Ketika berbicara sedimentasi sungai, maka harus dikaitkan dengan faktor penyebabnya yaitu erosi di hulu sungainya. Tingginya erosi yang terjadi di daerah tangkapan air, disebabkan karena butiran hujan yang jatuh, langsung menghantam permukaan tanah. Kondisi ini akan lebih parah jika tidak ada tanaman penutup tanah atau seresah yang melindungi permukaan tanah. Butiran tanah yang terlepas akan terangkut oleh aliran permukaan, masuk ke jaringan sungai dan mengendap. Untuk mengurangi besarnya energi kinetik dari hantaman butiran hujan ini maka keberadaan vegetasi dan seresah-seresahnya yang menutupi permukaan tanah merupakan faktor penting yang dapat menurunkan laju erosi. Adanya tanaman penutup dan seresah juga dapat meningkatkan laju penyerapan air kedalam tanah. Upaya konservasi tanah dan air yang lebih serius.Dari gambaran singkat diatas terlihat bahwa keberadaan tutupan vegetasi dan lapisan tanah di daerah tangkapan air sebuah sungai memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur tata air dan mencegah erosi serta sedimentasi sehingga laju degradasi DAS dapat berkurang. UU KTA adalah instrumen yang mengatur bagaimana fungsi tanah dan juga vegetasi dalam sebuah DAS dilindungi, dipulihkan, ditingkatkan dan dipelihara sehingga manfaatnya dapat didayagunakan secara lestari dan berkelanjutan. Program percepatan penyelamatan DAS Siak seyogyanya dilakukan secara terpadu, tidak hanya terfokus kepada badan Sungai Siak saja, namun juga harus memperhatikan upaya-upaya pelestarian dan atau peningkatan daya dukung daerah tangkapan airnya. Seperti yang disebutkan dalam UU KTA bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan KTA adalah untuk meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai atau daerah tangkapan air. Hal ini dilakukan dengan menyelenggarakan metode-metode konservasi tanah yaitu menejemen, vegetatif, agronomi, sipil teknis dan/atau metode lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Koordinasi yang intensif antara Kementerian Pupera yang menggawangi pengelolaan sungai, danau dan rawa dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau kementerian atau lembaga lain yang terkait dengan KTA harus ditingkatkan.

Sebuah daerah tangkapan air, karena merupakan sebuah area dengan batas-batas tertentu memiliki berbagai bentuk pemanfaatan dan peruntukan lahan. Maka tidak heran jika konflik kepentingan berkaitan dengan pemanfaatan lahan ini juga terkadang mengemuka di daerah tangkapan air. Dalam hal ini pemerintah baik pusat maupun daerah harus bersikap tegas dan konsisten untuk melindungan kelestarian fungsi sungai, karena manfaat yang diberikan oleh sungai tersebut tidak hanya untuk masyarakat lokal, tetapi menjangkau wilayah yang lebih luas. Masyarakat, khususnya pemilik lahan-lahan pertanian di daerah tangkapan air, juga memegang peranan yang sangat besar dalam melestarikan fungsi sungai. Kesadaran masyakarat akan arti penting konservasi tanah dan air juga harus semakin ditingkatkan.

CURRICULUM VITAENama

: Dwi Prabowo Yuga Suseno

Tempat/Tanggal lahir: Kebumen/ 4 November 1975

Alamat Rumah: Villa Citra Kencana Blok E No. 1

Jl. Cipta Karya, Panam, Pekanbaru

HP: 081261329948; email: [email protected]

Riwayat Pendidikan

1993 - 1998Sarjana Sains (S.Si) Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

2007 - 2009Master of Science (M.Sc), Program double degree: Geoinformation for Spatial Planning and Risk Management,Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia dan International Institute for Geoinformation Science and Earth Observation (ITC), Enschede, The Netherlands.

2010 - 2013Doctor of Philosophy (Ph.D), Division of Field Engineering for Environment, Graduate School of Engineering, Hokkaido University, Sapporo, Japan.

Riwayat Pekerjaan

1998 - 2000Forest Fire Prevention Management Project (FFPMP) JICA-PHKA di Bogor, sebagai Asisten Expert bidang Peringatan dan deteksi dini kebakaran hutan.

2000 - 2001Forest Watch Indonesia di Bogor sebagai pengelola data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis.

2001 - sekarangTenaga Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) di Balai Pengelolaan DAS Indragiri Rokan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Nomer Rekening

BNI Kantor Cabang Pekanbaru

No. 0197307913 An. Dwi Prabowo Yoga Suseno, S.Si, M.Sc