perbub air tanah revisi 2013

21
BERITA DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN Tahun 2013 Nomor …. PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 06 Tahun 2012 tentang Pajak Air Tanah maka untuk lebih efektif dan efisiennya pelaksanaan Peraturan Daerah tersebut perlu ditetapkan peraturan pelaksanaannya; b.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati Padang Pariaman tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Tanah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956, tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2034); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984); 3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686);

Upload: yondriloeis

Post on 26-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

peraturan bupati

TRANSCRIPT

BERITA DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN Tahun 2013 Nomor .

PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMANNOMOR TAHUN 2013

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAHDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PADANG PARIAMAN,

Menimbang:a. bahwa dengan telah diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 06 Tahun 2012 tentang Pajak Air Tanah maka untuk lebih efektif dan efisiennya pelaksanaan Peraturan Daerah tersebut perlu ditetapkan peraturan pelaksanaannya;b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati Padang Pariaman tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Tanah;

Mengingat

:1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956, tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2034);2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984);3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686);4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3851); 5. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Mentawai di Propinsi Sumatera Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898);6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Pariaman di Propinsi Sumatera Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4187);7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189);8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);10. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tentang Perubahan Batas Wilayah Kodya Dati II Padang ((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3164);11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);15. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179);

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah;19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007 tentang Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;21. Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Pokok Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;22. Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas; 23. Peraturan Daerah Padang Pariaman Nomor 06 Tahun 2012 tentang Pajak Air Tanah.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan:PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Padang Pariaman.2. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman.3. Bupati adalah Bupati Padang Pariaman.4. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset yang selanjutnya disingkat DPPKA adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Padang Pariaman.5. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Padang Pariaman.6. Peraturan Daerah tentang Pajak Air Tanah yang selanjutnya disebut Perda adalah Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 06 Tahun 2012 tentang Pajak Air Tanah. 7. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

8. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)dan/atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.9. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Padang Pariaman.10. Bendahara Penerima adalah Bendahara Penerima Dinas yang kewenangannya sebagai Pengelolaan Keuangan Daerah yang berfungsi menerima hasil pembayaran atau penyetoran pajak daerah.11. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.12. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. 13. Objek Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/ atau pemanfaatan air tanah.14. Subyek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/ pemanfaatan air tanah.15. Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/ atau pemanfaatan air tanah.16. Nilai Perolehan Air Tanah yang selanjutnya disingkat NPAT adalah dasar penetapan Pajak Air Tanah di Daerah.17. Masa Pajak Air Tanah adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan kalender.18. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.19. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) tahun pajak.20. Sistem Pemungutan Pajak Daerah adalah sistem yang akan dikenakan kepada Wajib Pajak dalam memungut, memperhitungkan dan melaporkan serta menyetorkan pajak terutang. 21. Sistem Official Assesment adalah suatu sistem dimana Wajib Pajak membayar pajak terutang berdasarkan ketetapan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas laporan yang disampaikan.22. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 23. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat NPWPD, adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dan usaha wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan daerah.24. Formulir Pendaftaran Wajib Pajak adalah surat yang digunakan wajib pajak untuk mendaftarkan diri dan melaporkan objek pajak atau usahanya kepada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.25. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.26. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Bendaharawan Khusus Penerimaan atau Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.27. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.28. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, obyek pajak dan atau bukan obyek pajak dan/atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.29. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang disingkat STPD, adalah Surat untuk melakukan tagihan pajak dan/ atau sanksi administrasi berupa bunga dan/ atau denda.30. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundangundangan perpajakan daerah, yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil atau Surat Tagihan Pajak Daerah. 31. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib pajak.32. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.33. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang dan jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan labarugi pada setiap Tahun Pajak berakhir.34. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.35. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik dan/atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.36. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam tahun Pajak atau dalam bagian tahun Pajak menurut peraturan Perundangundangan perpajakan Daerah.37. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data Obyek dan Subyek Pajak, penentuan besarnya Pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan Pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya.38. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.

BAB II

NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB PAJAK

Pasal 2

(1) Dengan nama Pajak Air Tanah dipungut Pajak kepada orang pribadi atau badan atas pengambilan dan/ atau pemanfaatan air tanah.

(2) Objek Pajak Air Tanah adalah Pengambilan dan/ atau pemanfaatan air tanah.

(3) Tidak termasuk Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah :a. Pengambilan dan/ atau pemanfaatan air tanah oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMD, BUMN yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan usaha eksploitasi dan pemeliharaan pengairan.b. Pengambilan dan/ atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan.

(4) Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/ atau pemanfaatan air tanah. (5) Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang mengambil dan/ atau memanfaatkan air tanah.

BAB III

DASAR PENGENAAN, TARIF PAJAK DANCARA PENGHITUNGAN PAJAK

Pasal 3

(1) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah nilai perolehan air tanah.

(2) Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor berikut:

a. Jenis sumber air, yang terdiri dari :1. Air bawah tanah dangkal. Sebagai sumber daya alam yang mempunyai kemudahan dalam pengambilannya tetapi rawan terhadap pencemaran dan pada umumnya mempunyai potensi terbatas.

2. Air bawah tanah dalam. Sebagai sumber daya alam yang mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan air bawah tanah dangkal dalam hal pengambilannya, tetapi umumnya mempunyai potensi yang besar dan tidak mudah terkena pencemaran.

3. Mata Air. Sebagai sumber daya alam yang umumnya mempunyai potensi serta tingkat kesulitan pengambilan yang sangat beragam, tergantung besarnya debit serta lokasi pemunculannya. b. Lokasi sumber air.Didasarkan pada sumber air alternatif, yang dapat dibedakan menjadi dua daerah :1. Daerah di luar jangkauan PDAM2. Daerah di dalam jangkauan PDAM.

c. Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air.Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air dibedakan atas :1. Non niaga2. Niaga kecil3. Industri kecil4. Niaga besar5. Industri besar.

d. Volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan. Merupakan jumlah debit air yang diambil dan/atau dimanfaatkan dari dalam tanah. e. Kualitas air. Tergantung pada komposisi batuan serta pengaruh dari luar. Kualitas air dibedakan atas :1. Kualitas baik untuk air minum2. Kualitas jelek untuk air minum.

f. Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau pemanfaatan air.

(3) Besarnya nilai perolehan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 4

Tarif Pajak air tanah ditetapkan sebesar 20 % (dua puluh perseratus)

Pasal 5

Besaran pokok pajak air tanah yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman No 6 Tahun 2012.

BAB IV

SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

Pasal 6Atas Usaha pengambilan Air Tanah, Dinas Pendapat Pengelolaan Keuangan dan Aset menetapkan Sistem Pemungutan Pajak dengan Sistem Official Assesment.

BAB V

NILAI PEROLEHAN AIR TANAH Pasal 7

(1) Nilai Perolehan Air dihitung berdasarkan perkalian volume dengan Harga Dasar Air.

(2) Nilai Perolehan Air bersifat progresif tergantung pada volume pemakaian air.

(3) Volume air ditentukan berdasarkan :a. Meter Air atau;b. Perhitungan : Kapasitas Mesin Pompa Waktu Pengambilan dalam 1 bulan.

(4) Harga Dasar Air untuk menghitung Pajak Air Tanah terdapat dalam Lampiran II Peraturan Bupati ini.

BAB VI

PENDAFTARAN DAN PENDATAAN WAJIB PAJAK Pasal 8

(1) Setiap Wajib Pajak Air Tanah wajib mendaftarkan usahanya kepada Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam jangka waktu selambat-lamnbatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya kegiatan usahanya, kecuali ditentukan lain.

(2) Apabila Wajib Pajak tidak melaporkan sendiri usahanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset akan mendaftarkan usaha wajib pajak secara jabatan.

(3) Pendaftaran usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dilakukan sebagai berikut :a. Pengusaha/ penanggungjawab atau kuasanya mengambil, mengisi dan menandatangani formulir pendaftaran yang disediakan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.b. Formulir pendaftaran yang telah diisi dan ditandatangani disampaikan kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset dengan melampirkan :1. Fotocopy KTP pengusaha/ penanggungjawab/ penerima kuasa ;2. Surat Kuasa apabila pengusaha/ penanggungjawab berhalangan dengan disertai fotocopy KTP dari pemberi kuasa.

(4) Terhadap penerimaan berkas pendaftaran, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset memberikan tanda terima pendaftaran. Pasal 9

(1) Berdasarkan keterangan Wajib Pajak dan data yang ada pada formulir pendaftaran, Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset menerbitkan ; a. Surat Pengukuhan sebagai Wajib Pajak dengan Sitem Pemungutan Pajak yang dikenakan;b. Kartu NPWPD.

(2) Penyerahan Surat Pengukuhan dan Kartu NPWPD kepada pengusaha/ penanggungjawab atau kuasanya sesuai dengan tanda terima pendaftaran.

BAB VIITATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK

Pasal 10

(1) Pemungutan Pajak tidak dapat diborongkan. (2) Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya yang dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB VIIITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 11

(1) Bupati atau Pejabat lain yang ditunjuk dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah apabila :a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar ;b. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

(2) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 % (dua perseratus) sebulan, dan ditagih melalui Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

Pasal 12

(1) Pembayaran dilakukan oleh Wajib Pajak di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan.

(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah paling lambat 1 (satu) x 24 (dua puluh empat) jam.

(3) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pada ayat (2) harus dilakukan sekaligus atau lunas dengan mempergunakan Saureat Setoran Pajak Daerah (SSPD). (4) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

(5) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Pasal ini, harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua perseratus) perbulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.

(6) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga 2 % (dua perseratus) perbulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar. (7) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (6) Pasal ini, diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB IX PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal 13

(1) Wajib Pajak Air Tanah wajib menyelenggarakan pembukuan sesuai prinsip pembukuan yang berlaku umum sekurang-kurangnya menyelenggarakan pencatatan nilai peredaran/ omzet usaha atau nilai penjualan yang menjadi dasar pengenaan pajak.

(2) Pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan dengan sebaik-baiknya dan harus mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya.

(3) Pembukuan dimaksudkan untuk mempermudah Wajib Pajak dalam mengelola usahanya dan sekaligus membantu petugas DPPKA dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap usaha Wajib Pajak guna mengetahui jumlah peredaran/omzet yang menjadi dasar pengenaan pajak untuk setiap masa pajak.

(4) Apabila Wajib Pajak tidak dapat menunjukkan pembukuan pada saat pemeriksaan, maka jumlah penjualan terutang pajak akan ditetapkan secara jabatan.

(5) Pembukuan atau pencatatan serta dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan wajib pajak harus disimpan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.

(6) Untuk kepentingan pencegahan kehilangan penerimaan pajak daerah akibat dari pembukuan yang dilakukan wajib pajak, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dapat memasang perangkat elektronik yang ditetapkan oleh Bupati. (7) Tata cara pembukuan, penggunaan bill/ bon penjualan/ tanda terima/ invoice dan pelaporan usaha akan ditetapkan oleh DPPKA.

Pasal 14

(1) DPPKA berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajibab perpajakan.

(2) Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa dilengkapi dengan surat perintah tugas. (3) Wajib Pajak yang diperiksa atau kuasanya wajib :a. Memperlihatkan dan/ atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek pajak yang terutang;b. Memberikan kesempatan kepada petugas untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau c. Memberikan kesempatan kepada petugas untuk melakukan pemeriksaan kas, bon/ bill penjualan ataupun sistem pembukuan;d. Memberikan keterangan secara benar, lengkap dan jelas;e. Memenuhi ketentuan lain yang ditetapkan oleh Kepala DPPKA guna menunjang kelancaran.

(4) Dalam hal Wajib Pajak yang diperiksa tidak memenuhi kewajiban sebagaiman dimaksud pada ayat (3) maka pajak terutang ditetapkan secara jabatan.

(5) Petugas pemeriksa wajib menjaga kerahasiaan data informasi wajib pajak.

(6) Tata Cara pemeriksaan pajak dan pelaporan hasil pemeriksaan serta tindak lanjut pemeriksaan pajak akan ditetapkan kemudian oleh DPPKA.

BAB X PENYIDIKAN

Pasal 15

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah sebagaimana dimaksud di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana perpajakan daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ayat (2) Pasal ini; h. Memotret seseorang dengan kaitan tindak pidana perpajakan daerah; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; dan atauk. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik/ Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XVIKETENTUAN PIDANA

Pasal 16

(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. (2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daera dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang bayar.

Pasal 17Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 Peraturan Bupati ini, tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya Pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya bagian tahun Pajak yang bersangkutan.

BAB XVIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 18

Pada saat Peraturan Bupati ini berlaku, penyelenggaraan perpajakan Daerah yang telah dilaksanakan sebelumnya disesuaikan lebih lanjut dan mengacu kepada Peraturan Bupati ini.

BAB XVIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Padang Pariaman.

Ditetapkan di Parit Malintang pada tanggal 2013

BUPATI PADANG PARIAMAN,

ALI MUKHNIDiundangkan di Parit Malintangpada tanggal

SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN PADANG PARIAMAN,

BERITA DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN NOMOR ...

LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN NOMOR : TANGGAL :

PENGELOMPOKAN PENGAMBILAN AIR TANAH 1. Non Niaga : a. Institusi/sekolah/universitas swasta/kursus b. Lembaga swasta non komersial c. Rumah tangga mewah dengan sumur bor d. Rumah Sakit Umum /Poliklinik / Puskesmas

2. Niaga Kecil a. Usaha kecil dan menengah yang berada dalam rumah tangga b. Losmen / hotel melati / pondok wisata / penginapan / rumah kost dengan sumur bor c. Poliklinik / laboratorium swasta / rumah sakit swasta / praktek dokter d. Rumah makan / bopet / restoran kecil e. Bengkel kecil / pencucian honda f. Perdagangan kecil lainnya

3. Industri Kecil Yang mempunyai nilai investasi kecil dari 100 juta, yang terdiri dari :a. Industri tahu / tempeb. Industri rumah tanggac. Laundry kecild. Perikanan dan peternakane. Industri setara lainnya

4. Niaga Besara. Hotel bintang 1, 2, 3, 4, 5b. Salonc. Bankd. Restoran besar /cafe/pub / kateringe. Bengkel besar / Servise station/cucian mobilf . BUMN / BUMD / Perseroan Terbatasg. Supermarket / Mallh. Percetakani. Perdagangan niaga besar lainnya

5. Industri besara. Pabrik semenb. Pabrik karetc. Pabrik esd. Gudange. Pabrik Industri makanan / minuman f. Industri setara lainnya.

BUPATI PADANG PARIAMAN,

ALI MUKHNI

LAMPIRAN II : PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN NOMOR : TANGGAL :

DAFTAR : HARGA DASAR AIR TANAH

NO NILAI PEROLEHAN AIR DALAM JANGKAUAN PDAM (Dalam Rupiah)

GOLONGANTARIF0 - 5051- 500501- 10001001 25002501 3000

1NON NIAGA

1.265 m/31.718 m/31.749 m/31.779 m/31.810 m/3

2NIAGA KECIL

1.495 m/31.541 m/31.587 m/31.633 m/31.679 m/3

3INDUSTRI KECIL

1.725 m/31.794 m/31.863 m/31.932 m/32.070 m/3

4NIAGA BESAR

1.955 m/32.047 m/32.139 m/32.231 m/32.323 m/3

5INDUSTRI BESAR

2.185 m/32.300 m/32.415 m/32.530 m/32.645 m/3

NO NILAI PEROLEHAN AIR DILUAR JANGKAUAN PDAM (Dalam Rupiah)

GOLONGANTARIF0 - 5051- 500501- 10001001 25002501 3000

1NON NIAGA

920 m/3943 m/3966 m/3989 m/31.012 m/3

2NIAGA KECIL

1.150 m/31.196 m/31.242 m/31.288 m/31.334 m/3

3INDUSTRI KECIL

1.380 m/31.449 m/31.518 m/31.587 m/31.725 m/3

4NIAGA BESAR

1.610 m/31.702 m/31.794 m/31.886 m/31.978 m/3

5INDUSTRI BESAR

1.840 m/31.955 m/32.070 m/32.185 m/32.300 m/3

BUPATI PADANG PARIAMAN,

ALI MUKHNI

LAMPIRAN III : PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN NOMOR : TANGGAL :

BIAYA PERKENAAN PAJAK AIR TANAH

Contoh: 1Hotel A dengan kategore Hotel Bintang Dua menggunakan air tanah sebanyak 1.125 m3 pada bulan Agustus 2013, maka besarnya pajak air tanah yang harus dibayarnya adalah sebagai berikut : Dasar perhitungan dengan memperhatikan Lampiran I Point 4 (niaga besar) huruf a (hotel bintang 2) dari Daftar Harga Dasar Air Tanah, pengambilan air dalam jangkauan PDAM.

Air yang diambilVolume (m3)Harga Dasar Air Tanah (Rp.)TarifPajakPajak AirTanah

0 50 m3 501.95520% 19.550

51 500 m3 4502.04720%184.230

501 1.000 m3 5002.13920%213.900

1.0002.500 m3 1252.23120% 55.775

Jumlah1.125473.455

Perkenaan Pajak Air Tanah Hotel A pada Bulan Agustus 2013 dengan menggunakan air tanah sebanyak 1.125 m3 adalah sebesar Rp. 473.455

Contoh : 2Rumah Makan X menggunakan air tanah sebanyak 200 m3 pada bulan Januari 2013, maka besarnya pajak air tanah yang harus dibayar rumah makan X adalah sebagai berikut :

Dasar perhitungan dengan memperhatikan Lampiran I Point 2 (niaga kecil) huruf d (rumah makan) Daftar Harga Dasar Air Tanah, pengambilan air dalam jangkauan PDAM.

Air yang diambilVolume air (m3)Harga Dasar Air Tanah (Rp.)TarifPajakPajak Air Tanah

0 50 m3 501.49520% 14.950

51500 m3 1501.54120% 46.230

Jumlah 200 61.180

Perkenaan Pajak Air Rumah makan X pada bulan Janbuari 2013 dengan menggunakan air tanah sebanyak 200 m3 adalah sebesar Rp. 61.180,-

BUPATI PADANG PARIAMAN,

ALI MUKHNI