perbedaan perubahan warna permukaan tumpatan …

16
PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN NANOFIL YANG DIPOLES DENGAN DUA TEKNIK PEMOLESAN SETELAH PERENDAMAN KOPI Dona Saputri 1 , Gatot Sutrisno 2 , Dini Asrianti 3 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia 2 Staf Pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi, Universitas Indonesia 3 Staf Pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi, Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perubahan warna permukaan resin komposit nanofil yang dipoles dengan teknik pemolesan one step dan multi-step polish setelah perendaman kopi. Sampel berbentuk silinder, diameter 6 mm, tebal 3 mm, sebanyak 30 sampel kemudian dibagi menjadi 3 perlakuan: dipoles PoGo® (one step polish), dipoles Sof- Lex® (multi step polish) dan tidak dipoles. Beberapa sampel direndam larutan kopi dan lainnya direndam salin selama 12 hari. Pengukuran perubahan warna menggunakan vita classic yang diurutkan berdasarkan value. Setelah perendaman selama 12 hari, seluruh kelompok sampel direndam kopi (dipoles Sof-Lex®, PoGo® dan tidak poles) menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan warna awal. Perubahan warna pada nanokomposit yang dipoles Sof-Lex® lebih kecil dibanding PoGo® namun tidak bermakna (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pemolesan one step dan multi-step polish system tidak mampu mencegah perubahan warna nanofil akibat kopi. Teknik pemolesan multi-step polish menghasilkan perubahan warna yang lebih kecil dibandingkan teknik pemolesan one step polish namun tidak bermakna. Kata kunci: Kopi; Nanofil; Pemolesan; Perubahan warna Abstract This research aims to compare color change on the nanofiller surface polished by one step and multi step polish technique after being immersed in coffee. Cylindrical samples of which 6 mm in diameter and 3 mm in width, treated differently into 3 types which were polished by PoGo® (one step polish), Polished by Sof-Lex® (multi step polish) and unpolished. Some samples were immersed in coffee and others in saline in 12 days. Colour change was measured by using vita classic arranged by its value. After 12 days of immersion, all sample groups (polished by PoGo®, polished by Sof-Lex®, and unpolished) immersed in coffee, reveal significant difference compare to initial color. Color change on nanofiller polished by Sof-Lex® is less than the one polished by PoGo® but the difference is not significant (p<0,05), so it can be concluded one step and multi step polish not able to prevent color change cause by coffee. Multi step polish technique produces less color change compare to one step polish but the difference is not significant Keywords: Coffee; Color change; Nanofiller; Polish Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Upload: others

Post on 16-Nov-2021

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN NANOFIL YANG DIPOLES DENGAN DUA TEKNIK PEMOLESAN

SETELAH PERENDAMAN KOPI

Dona Saputri1, Gatot Sutrisno

2, Dini Asrianti

3

1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia

2 Staf Pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi, Universitas Indonesia

3 Staf Pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi, Universitas Indonesia

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perubahan warna permukaan resin komposit

nanofil yang dipoles dengan teknik pemolesan one step dan multi-step polish setelah

perendaman kopi. Sampel berbentuk silinder, diameter 6 mm, tebal 3 mm, sebanyak 30

sampel kemudian dibagi menjadi 3 perlakuan: dipoles PoGo® (one step polish), dipoles Sof-

Lex® (multi step polish) dan tidak dipoles. Beberapa sampel direndam larutan kopi dan

lainnya direndam salin selama 12 hari. Pengukuran perubahan warna menggunakan vita

classic yang diurutkan berdasarkan value. Setelah perendaman selama 12 hari, seluruh

kelompok sampel direndam kopi (dipoles Sof-Lex®, PoGo® dan tidak poles) menunjukkan

perbedaan yang bermakna dengan warna awal. Perubahan warna pada nanokomposit yang

dipoles Sof-Lex® lebih kecil dibanding PoGo® namun tidak bermakna (p<0,05), sehingga

dapat disimpulkan bahwa metode pemolesan one step dan multi-step polish system tidak

mampu mencegah perubahan warna nanofil akibat kopi. Teknik pemolesan multi-step polish

menghasilkan perubahan warna yang lebih kecil dibandingkan teknik pemolesan one step

polish namun tidak bermakna.

Kata kunci: Kopi; Nanofil; Pemolesan; Perubahan warna

Abstract

This research aims to compare color change on the nanofiller surface polished by one step

and multi step polish technique after being immersed in coffee. Cylindrical samples of which

6 mm in diameter and 3 mm in width, treated differently into 3 types which were polished by

PoGo® (one step polish), Polished by Sof-Lex® (multi step polish) and unpolished. Some

samples were immersed in coffee and others in saline in 12 days. Colour change was

measured by using vita classic arranged by its value. After 12 days of immersion, all sample

groups (polished by PoGo®, polished by Sof-Lex®, and unpolished) immersed in coffee,

reveal significant difference compare to initial color. Color change on nanofiller polished by

Sof-Lex® is less than the one polished by PoGo® but the difference is not significant

(p<0,05), so it can be concluded one step and multi step polish not able to prevent color

change cause by coffee. Multi step polish technique produces less color change compare to

one step polish but the difference is not significant

Keywords: Coffee; Color change; Nanofiller; Polish

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 2: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

PENDAHULUAN

Resin komposit merupakan salah satu material restorasi yang banyak digunakan dan

menjadi pilihan dalam prosedur restorasi. Resin komposit telah mengalami berbagai

penyempurnaan dan pengembangan, Salah satu kemajuan yang penting dalam beberapa tahun

belakangan adalah kemunculan komposit yang mengandung nano filer. Nanofil mampu

menyediakan estetik yang bagus sebagai restorasi anterior karena menghasilkan permukaan

restorasi yang halus dan juga sifat mekanis yang memadai sebagai restorasi posterior. Data

ilmiah dari penelitian secara invitro menyatakan bahwa nanofiler resin komposit

menghasilkan kualitas permukaan yang lebih halus dan hasil poles yang superior.1

Telah banyak peneliti yang mengemukakan tentang perubahan warna pada resin

komposit. Diskolorasi resin komposit dapat disebabkan faktor intrinsik maupun ekstrinsik.

Faktor intrinsik melibatkan pewarnaan akibat perubahan pada matriks resin itu sendiri atau

pada perhubungan antara matriks dan filer atau hidrolisis dalam matriks resin. Faktor

ekstrinsik melibatkan absorbsi dan retensi bahan pewarna sebagai akibat kontaminasi pada

permukaan dari berbagai sumber eksogen seperti kopi, teh, dan minuman berwarna lainnya,

hal ini terjadi karena salah satu sifat resin komposit yang mampu menyerap air.2

Kopi merupakan salah satu minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia.

Kebisaaan minum kopi telah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia baik daerah perkotaan

maupun pedesaan. Salah satu kerugian dalam mengkonsumsi kopi adalah dapat menimbulkan

stain pada gigi ataupun restorasi. Dilihat dari segi rata-rata intensitas pewarnaan, sejumlah

peneliti menemukan bahwa kopi menghasilkan perubahan warna lebih banyak dari teh, kola,

dan air.3

Polishing merupakan bagian penting pada prosedur suatu penumpatan, begitu juga

dengan restorasi resin komposit. Polishing permukaan resin komposit mempengaruhi

berbagai aspek dari hasil akhir restorasi, termasuk stabilitas warna, akumulasi plak, dan

ketahanan terhadap keausan. 3

Kekasaran permukaan restorasi akibat prosedur poles yang

tidak sempurna memudahkan perlekatan staining dan zat warna pada permukaan serta

mengurangi kilap natural seperti gigi asli.1 Untuk alasan tersebut, berbagai usaha dilakukan

untuk meningkatkan stabilitas warna dengan berbagai langkah dalam prosedur polishing

(multi-step polish system) pada komposit.

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 3: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

Beberapa tahun terakhir kemajuan telah dibuat untuk meningkatkan kualitas

permukaan dengan menggunakan one-step polish system. Disebut sebagai one-step polish

system karena prosedur polishing bisa diselesaikan dengan satu instrumen saja sehingga

prosedur poles dapat diselesaikan secara lebih cepat.4 Umumnya mekanisme poles

konvensional membutuhkan dua, tiga bahkan lebih unit alat poles. Penggunaannya dimulai

dari unit dengan permukaan kasar, selanjutnya medium hingga akhirnya permukaan paling

halus.5

Kemajuan ini tentu sangat menguntungkan bagi operator karena dapat menghemat

waktu dan tenaga dalam prosedur penumpatan resin komposit terutama pada prosedur

pemolesan. Namun demikian, apakah ada perbedaan stabilitas warna restorasi yang dihasilkan

dengan metode one-step polish system dibandingkan dengan teknik pemolesan konvensional

atau multi-step polish system perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk

membandingkan teknik pemolesan mana yang menghasilkan restorasi yang lebih tahan

terhadap perubahan warna permukaan akibat kopi

TINJAUAN TEORITIS

Bahan Tumpatan Resin Komposit

Resin komposit merupakan tumpatan adhesive yang dapat berikatan dengan jaringan

keras gigi melalui sistem bonding.6 Tumpatan ini mulai diperkenalkan pada tahun 1970. Pada

awal kemunculannya, resin komposit hanya digunakann untuk merestorasi gigi anterior,

dimana estetik menjadi pertimbangan utama. Sejak saat itu, resin komposit terus

dikembangkan dan sukses digunakan sebagai tumpatan untuk gigi posterior.7

Resin komposit memiliki tiga komponen utama yakni matriks, filer, dan coupling

agent. Matriks resin, berfungsi untuk membentuk hubungan ikatan silang yang kuat pada

bahan komposit dan mengontrol konsistensi pasta komposit. Matriks resin dapat menyerap air

dan substansi kimia dari lingkungan sehingga mengakibatkan perubahan warna.8 Air dapat

berpenetrasi ke dalam polimer melalui ruang antar molekul. Banyaknya air yang dapat diserap

bergantung pada ikatan silang matriks, semakin padat ikatan silang maka akan semakin

sedikit ruang kosong yang dapat dimasuki oleh air sehingga semakin kecil pula volume air

yang dapat diserap.9

Filer ditambahkan kedalam matriks guna meningkatkan sifat fisik dan mekanis dari

tumpatan resin komposit. Filer mengurangi efek ekspansi termal, shrinkage pada proses

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 4: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

curing, radiopasitas, dan meningkatkan estetis. Oleh karena itu, menempatkan filer sebanyak-

banyaknya merupakan konsep dasar dari perkembangan resin komposit.10

Coupling agent adalah bahan yang digunakan untuk memberikan ikatan antara partikel

pengisi anorganik atau filer dengan matriks resin. Coupling agent yang paling sering

digunakan yakni organic silicone yang disebut silane. Ikatan coupling agent yang baik sangat

penting pada resin komposit sebab bila tidak cukup kuat akan menyebabkan lepasnya filer dan

memungkinkan air masuk diantara filer dan matriks.6

Resin Komposit Nanofil

Resin komposit nanofil merupakan temuan terbaru restorasi resin komposit. Resin

komposit jenis ini dibuat dengan teknologi nanofiler yang mampu membuat material dengan

struktur berkisar dari 5-100 nm. Secara garis besar terdapat dua formulasi filer nanofil yaitu

nanomer dan nanocluster. Nanomer terdiri dari partikel-partikel nonagglomerated (terpisah-

pisah) silika atau zinkornia dengan ukuran partikel kurang lebih 1-100 nm, sedangkan

nanocluster merupakan ikatan longgar dari nanomer dengan ukuran partikel 5 -75 nm yang

disatukan dengan teknik pemapatan (sintering) sehingga dihasilkan ukuran yang lebih besar

dengan ukuran kurang lebih 100 nm – 0,6 µm. Gabungan dari nanomer dan nanocluster

menghasilkan formulasi resin komposit yang padat dan rapat karena menyisakan sedikit ruang

interstisial.7

Penelitian menunjukkan bahwa nanofil lebih unggul dibanding resin komposit jenis

lainnya. Berikut beberapa keunggulan nanofil: Adhesi yang baik antara tumpatan dengan

struktur gigi, shrinkage yang sangat kecil, sifat mekanis yang lebih baik, water sorption yang

kecil dan stabilitas warna yang baik, koefisien ekspansi termal yang rendah, Solubilitas yang

kecil, estetis dan retensi pemolesan yang superior.11, 12, 13, 14, 15

Perubahan Warna pada Permukaan Tumpatan

Perubahan warna permukaan resin komposit dapat terjadi karena ketidak-teraturan

atau ketidak-halusan permukaan restorasi sehingga menyebabkan retensi bahan warna dari

luar (ekstrinsik). Debri atau zat warna terperangkap diantara filer yang menonjol dan tidak

dapat dihilangkan dengan menyikat gigi. Stain pada permukaan tumpatan resin berasal dari

zat warna sebagai akibat kontaminasi dari berbagai sumber dari luar (eksogen).

. Kehalusan permukaan terkait dengan jenis filer yang terkandung di dalam bahan.

Semakin besar filer, maka kekasaran permukaan akan semakin meningkat dan perubahan

warna akan lebih mudah terjadi.6 Selain itu, kualitas pemolesan juga menentukan kehalusan

permukaan restorasi.16

Debri atau zat warna terperangkap diantara filer yang menonjol dan

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 5: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

tidak dapat dihilangkan dengan menyikat gigi. Stain pada permukaan tumpatan resin berasal

dari zat warna sebagai akibat kontaminasi dari berbagai sumber dari luar (eksogen).

Sifat lainnya yang dapat menyebabkan diskolorasi permukaan resin komposit yakni

kemampuan menyerap air dari resin komposit itu sendiri. Resin komposit bisa menyerap air

bisa juga menyerap cairan berpigmen sehingga mengakibatkan diskolorasi. Air bertindak

sebagai kendaraan untuk terjadinya penetrasi stain kedalam matriks. Penyerapan air

menyebabkan penurunan ketahanan resin komposit dengan membuat matriks menjadi

mengembang dan plastis dan menghidrolisis silane. Munculnya celah mikro di dalam matriks

akibat efek pembengkakan dan plastis serta celah yang terbentuk diantara filer dan matriks

memberi jalan terhadap penetrasi dan diskolorasi restorasi. Penyerapan air sangat bergantung

pada matriks yang dikandungnya. Bila monomer diurutkan berdasarkan sifat hidrofilik dan

konversinya dari yang tertinggi sampai yang terendah maka yang tertinggi adalah TEDGMA,

BIS-GMA, UDMA dan terendah HMDMA. TEDGMA juga lebih rentan terhadap hidrolisis

dibandingkan dengan BIS-EMA. Penyerapan air juga mengakibatkan peningkatan kekasaran

permukaan karena secara predominan resin terdiri dari monomer yang rentan terhidrolisis.17

Kopi merupakan minuman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kopi

memiliki pH 4,70 dengan kata lain bersifat asam. Salah satu unsur kimia yang terdapat dalam

kopi adalah asam klorogenat yang merupakan satu senyawa fenol propanoit. Bahan resin jika

berkontak dengan larutan fenol akan menunjukkan peningkatan berat dan pengaruh kimiawi

yang sifatnya merusak permukaan resin karena senyawa tersebut akan masuk ke dalam

permukaan resin dan mengakibatkan permukaan mengembang dan menjadi lunak. Perubahan

warna yang terjadi pada resin komposit setelah direndam larutan kopi disebabkan larutan

asam dari minuman kopi bereaksi dengan resin komposit. Adanya kelebihan ion H+ dari

larutan asam dalam kopi menyebabkan ikatan kimia dari resin komposit tidak stabil. Ion H+

dari asam menyebabkan degradasi ikatan polimer sehingga beberapa monomer dari resin

terlepas, lalu disertai pelepasan bahan pengisi resin komposit yang terdiri dari unsur lithium,

barium, atau stronsium. Adanya pelepasan bahan pengisi ini akan menyebabkan ruang-ruang

kosong diantara matriks polimer bertambah banyak sehingga memudahkan terjadinya proses

difusi cairan dari luar masuk ke dalam resin.18

Pemolesan Resin Komposit

Polishing merupakan bagian penting pada prosedur suatu penumpatan, begitu juga

dengan restorasi resin komposit.. Polishing diartikan sebagai reduksi kekasaran dan goresan

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 6: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

yang dihasilkan oleh finishing instrument. Polishing permukaan resin komposit

mempengaruhi berbagai aspek dari restorasi akhir, termasuk stabilitas warna, akumulasi plak

dan ketahanan terhadap keausan.3 Kekasaran permukaan restorasi akibat prosedur polishing

yang tidak sempurna memudahkan perlekatan staining dan zat warna serta mengurangi kilap

natural seperti gigi asli.1 Untuk alasan tersebut, berbagai usaha dilakukan untuk

meningkatkan stabilitas warna dengan berbagai langkah dalam prosedur polishing (multi-step

polish system) pada komposit.

Beberapa tahun terakhir kemajuan telah dibuat, meningkatkan kualitas permukaan

dengan menggunakan one-step polish system. Disebut sebagai one-step polish system karena

prosedur polishing bisa diselesaikan dengan satu instrumen saja.4

Umumnya mekanisme poles

konvensional membutuhkan 2, 3 bahkan lebih unit alat poles, dimulai dari unit dengan

permukaan kasar, selanjutnya medium hingga akhirnya permukaan paling halus.5

Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Korkmanz (2008)4

mengenai perbedaan kekasaran permukaan

pada komposit nano yang dipoles dengan one step dan multi-step polish system didapat hasil

bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti pada one step polish system (menggunakan merk

PoGo® dan Optrapol®) dan multi-step polish system (menggunakan merk Sof-Lex®)

terhadap derajat kekasaran nanofiler. Namun demikian, multi step polish system menunjukkan

derajat kekasaran yang lebih besar dibanding one step polish system, sehingga didapat

kesimpulan olehnya bahwa dilihat dari penghematan waktu dan hasil akhir, one step polish

system sebaiknya digunakan untuk teknik pemolesan pada resin komposit.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jung dan Eichelberger (2007)1 tentang

surface geometry dari beberapa jenis resin komposit setelah dipoles dengan one step dan

multi-step polish system menunjukkan hasil yakni semakin banyak langkah atau jumlah

prosedur poles yang dilakukan maka semakin halus permukaan resin komposit. Dari

percobaan yang dilakukannya three step polish (astropol®) menghasilkan permukaan terhalus

dibandingkan dengan one step system (optishine®)

Pengukuran Perubahan Warna

Berdasarkan hukum grassman perbedaan warna dapat di bedakan oleh mata manusia

hanya dalam tiga parameter, yaitu panjang gelombang yang dominan (hue), saturasi warna

(chroma) dan refleksi gelap terang (value). Hue adalah warna dasar suatu objek. Secara klinis

hue adalah istilah yang dipakai untuk menyebut warna gigi dari golongan A, B, C, D pada

Vident® vita classic shade guide dan chroma adalah derajat saturasi hue atau intensitas yang

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 7: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

ditampilkan suatu warna. Secara klinis chroma digunakan untuk menggolongkan kepekatan

warna pada satu golongan yang sama, contohnya A1, A2, A3, atau A3,5 pada Vident® vita

classic shade guide. Value adalah derajat gelap terangnya suatu warna atau kecerahan dari

suatu warna19

Vita easy shade classic shade guide mampu merepresentasikan secara akurat

determinasi shade dari masing-masing gigi dengan menggunakan gigi keramik yang dibuat

seperti gigi insisif. Vita classic disusun berdasarkan kelompok berikut: A1-A4 (kemerahan -

kecoklatan); B1-B4 (kemerahan - kekuningan); C1-C4 (keabu-abuan); D2-D4 (kemerahan -

keabu-abuan).19

Vita classic juga dapat diurutkan berdasarkan value dengan urutan yang

dianjurkan sebagai berikut: B1, A1, B2, D2, A2, C1, C2, D4, A3, D3, B3, A3.5, B4, C3, A4,

C4 19

METODE PENELITIAN

Persiapkan Spesimen Resin Komposit Nanofil.

Resin komposit nanofil (Z350XT®) ditumpatkan ke dalam mold berbahan stainless

steel dengan diameter 3 mm dan tebal 6 mm. Selanjutnya dilakukan penyinaran menggunakan

LED ligh curing (ledimax®) selama 20 detik dengan ujung light curing unit diletakkan tegak

lurus permukaan cincin. Lempeng komposit dilepas dari cetakan setelah 10 menit. Semua

sampel direndam selama 24 jam dalam salin untuk menghasilkan spesimen yang

terpolimerisasi sempurna (n =30)

Pemolesan Resin Komposit.

Sebanyak 12 spesimen yang diambil secara acak kemudian dipoles dengan

menggunakan one step polish system (PoGo®). 12 spesimen lainnya dipoles dengan

menggunakan multi step polish system (Sof-Lex®). Pemolesan dengan PoGo® dilakukan

dengan menggunakan 1 instrumen selama 60 detik untuk tiap spesimen sedangkan pemolesan

dengan Sof-Lex® menggunakan 4 instrumen (coarse disc, medium disc, fine disc, dan super

fine disc) selama 20 detik setiap instrumen sehingga total pemolesan selama 80 detik tiap

spesimen. 6 spesimen yang tersisa tidak dilakukan pemolesan namun saat proses curing,

spesimen tersebut dilapisi dengan matriks strip sehingga menghasilkan permukaan restorasi

yang paling halus yang berfungsi sebagai kelompok kontrol.

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 8: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

Pengukuran Warna Sebelum Perendaman.

Semua spesimen dilakukan pengukuran warna awal dengan menggunakan vident®

vita classic shade guide yang diurutkan berdasarkan value

Proses Perendaman Kelompok Perlakuan.

12 spesimen yang dipoles Sof-Lex® selanjutnya dibagi menjadi dua kelompok

perlakuan (kelompok IA dan kelompok IIA). Begitu juga dengan spesimen yang dipoles

PoGo® (kelompok IB dan IIB). Seluruh kelompok I (kelompok IA dan kelompok IB) dan

kelompok kontrol merupakan kelompok spesimen yang direndam larutan kopi (10g kopi

kapal api® dalam 200 ml air) selama 12 hari, perendaman kopi selama 10 jam setiap harinya.

Sedangkan kelompok II (kelompok IIA dan kelompok IIB) direndam dalam salin selama 12

hari

Pengukuran Warna Setelah Perendaman.

Perubahan warna permukaan pada penelitian ini diukur dengan vita easy shade classic

yang diurutkan berdasarkan value kemudian dilakukan pembobotan sebagai berikut:

1 = B1, 2 = A1, 3 = B2, 4 = D2, 5 = A2, 6 = C1, 7 = C2, 8 = D4, 9 = A3, 10 = D3,

11 = B3, 12 = A,3,5, 13 = B4, 14 = C3, 15 = A4, 16 = C4.

Nilai perubahan warna permukaan pada penelitian ini adalah selisih antara warna resin

komposit setelah perlakuan dengan warna resin komposit sebelum perlakuan. Pengukuran

warna diukur setelah perendaman pada hari ke-3, 6 dan 12 dianalogikan dengan

pengkonsumsian selama 3, 6, dan 12 bulan dengan konsumsi kopi perhari 2 kali dengan

durasi konsumsi 10 menit.

Analisis Data.

Menggunakan analisis statistik non-parametrik dengan analisis Wilcoxon dan Mann

Whitney

HASIL PENELITIAN

Perendaman setelah 3 hari

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 9: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

Tabel 1. Perbandingan perubahan warna semua kelompok sampel sebelum perendaman dan setelah perendaman

selama 3 hari

Kelompok

sebelum perendaman setelah perendaman hari ke-3

p Mean±s.b. Median

(min-max)

Mean±s.b. Median

(min-max)

IA 0 0 1 ± 1 1 (0-2) 0,063

IB 0 0 0 0 1

IIA 0 0 2,2 ± 1,095 2 (1-4) 0,026

IIB 0 0 0 0 1

Kontrol 0 0 3,3 ± 1,506 3 (2-5) 0,026

Ket: Uji berpasangan analisis statistik dengan wilcoxon (p = 0,05)

Dari hasil pengukuran setelah perendaman selama 3 hari yang dibandingkan dengan

kondisi sebelum perendaman, kelompok nanofil yang dipoles Sof-Lex® kemudian direndam

salin (kelompok IB) dan kelompok nanofil yang dipoles PoGo® kemudian direndam salin

(kelompok IIB) tidak mengalami perbedaan warna dengan kondisi awalnya. Sementara itu,

seluruh kelompok yang direndam kopi mengalami perubahan warna. Perubahan warna

terbesar terjadi pada kelompok nanofil yang tidak dipoles kemudian direndam kopi

(kelompok kontrol) Namun demikian, secara statistik hanya sediaan yang dipoles PoGo®

kemudian direndam kopi (kelompok IIA) serta kelompok tidak dipoles (kontrol) saja yang

mengalami perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Kelompok yang dipoles Sof-Lex®

kemudian direndam kopi (kelompok IA) menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna

(p>0,05)

Tabel 2 Perbandingan perubahan warna kelompok sediaan yang dipoles Sof-Lex® dengan kelompok yang

dipoles PoGo® pada perendaman dalam kopi selama 3 hari

Kelompok N Mean ± s.b. Median

(min-maks) p

IA 6 1 ± 1 1 (0-2) 0,127

IIA 6 2,2 ± 1,095 2 (1-4) Ket: Uji tidak berpasangan analisis statistik dengan mann-whitney (p = 0,05)

Pada perendaman selama 3 hari terlihat perubahan warna baik antara kelompok

sediaan yang dipoles dengan Sof-Lex® (kelompok IA) dan yang dipoles dengan PoGo®

(kelompok IIA) pada perendaman kopi, dimana perubahan warna pada komposit yang dipoles

dengan PoGo® lebih besar. Namun demikian secara statistik menunjukkan perbedaan yang

tidak bermakna antara keduanya. (tabel 2)

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 10: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

Perendaman setelah 6 hari

Tabel 3. Perbandingan perubahan warna semua kelompok sampel sebelum perendaman dan setelah perendaman

selama 6 hari

Kelompok sebelum perendaman setelah perendaman selama 6

hari p

Mean ± s.b. Median

(min-max) Mean ± s.b. Median

(min-max)

IA 0 0 1,8 ± 0,447 1 (0-2) 0,020

IB 0 0 0 0 1

IIA 0 0 3 ± 1,871 2 (1-4) 0,026

IIB 0 0 0 0 1

Kontrol 0 0 3,67 ± 1,506 4 (3-5) 0,026

Ket: Uji berpasangan analisis statistik dengan wilcoxon (p = 0,05)

Pada tabel 3 terlihat bahwa seluruh kelompok yang direndam kopi menghasilkan

perubahan warna yang semakin besar. Secara statistik terlihat perbedaan yang bermakna pada

kelompok IA, IIA, kontrol (p<0,05). Kelompok kontrol tetap menghasilkan perubahan warna

terbesar pada hari ke-6 ini. Sementara itu kelompok perlakuan yang direndam salin yakni

kelompok IB dan IIB tidak berubah warna

Tabel 4. Perbandingan perubahan warna kelompok sediaan yang dipoles Sof-Lex® dengan kelompok yang

dipoles PoGo® pada perendaman dalam kopi setelah 6 hari

Kelompok N Mean ± s.b. Median

(min-maks) p

IA 6 1,8 ± 0,447 2 (1-2) 0,718

IIA 6 3 ± 1,871 2 (1-5)

Ket: Uji tidak berpasangan analisis statistik dengan mann-whitney (p = 0,05)

Pada kelompok IA dan IIA setelah perendaman selama 6 hari, menunjukkan

perbedaan yang tidak bermakna secara statistik (p>0,05) Perubahan warna lebih besar pada

kelompok IIA (tabel 4)

Perendaman setelah 12 hari

Tabel 5. Perbandingan perubahan warna semua kelompok sampel sebelum perendaman dan setelah perendaman

selama 12 hari

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 11: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

Ket: Uji berpasangan analisis statistik dengan wilcoxon (p = 0,05)

Perendaman selama 12 hari menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada

kelompok IA, IIA, dan Kontrol, sedangkan kelompok IB dan IIB tidak menunjukkan

perubahan warna.

Tabel 6. Perbandingan perubahan warna kelompok sediaan yang dipoles Sof-Lex® dengan kelompok yang

dipoles PoGo® pada perendaman dalam kopi selama 12 hari

Kelompok N Mean ± s.b. Median

(min-maks) P

IA 6 1,8 ± 0,447 2 (1-2) 0,434

IIA 6 3,6 ± 1,949 5 (1-5)

Ket: Uji tidak berpasangan analisis statistik dengan mann-whitney (p = 0,05)

Pada tabel 6 terlihat perubahan warna baik antara kelompok IA dan IIA, dimana

perubahan warna pada kelompok IIA lebih besar. Namun secara statistik menunjukkan

perbedaan yang tidak bermakna antara keduanya (p > 0,05).

Perbandingan pengukuran hari ke-3, 6 dan 12

Grafik 1. Rerata nilai perubahan warna pada nanofil yang dipoles PoGo® (kelompok IIA), Sof-Lex® (Kelompok

IA) setelah perendaman kopi

0

1

2

3

4

3 hari 6 hari 12 hari

Soflex(kelompok IA)

Pogo(kelompok IIA)

Kelompok sebelum perendaman setelah perendaman selama 12

hari p

Mean ± s.b.

Median (min-max)

Mean ± s.b. Median

(min-max)

IA 0 0 1,8 ± 0,447 2 (1-2) 0,020

IB 0 0 0 0 1

IIA 0 0 3,6 ± 1,945 5 (1-5) 0,026

IIB 0 0 0 0 1

Kontrol 0 0 4 ± 1,095 4 (3-5) 0,024

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 12: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

Dari grafik terlihat bahwa perubahan warna yang dihasilkan oleh PoGo® (kelompok

IIA) lebih besar dibandingkan Sof-Lex® (kelompok IA) setelah perendaman kopi pada hari

ke- 3, 6, dan 12

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan komposit nanofil karena dari penelitian sebelumnya

diketahui bahwa nanofil lebih unggul dibanding komposit jenis lainnya pada beberapa sifat

berikut: water sorption yang kecil dan stabilitas warna yang baik, solubilitas yang kecil,

estetis dan retensi pemolesan yang superior. Penelitian ini menggunakan alat poles one step

polish PoGo® dan multi step polish Sof-Lex®. PoGo® merupakan salah satu alat poles yang

menggunakan teknologi one step polish dengan komposisi terdiri dari polimerized urethane

dimethacrylate resin yang dicampur dengan fine diamond powder, dan silicone oxide.

Penggunaan PoGo® dengan tekanan yang ringan mampu menghasilkan permukaan restorasi

resin komposit yang terpoles dengan sempurna, beberapa keuntungan penggunaan alat poles

merk ini yakni dari tes laboratorik terlihat bahwa PoGo® menghasilkan permukaan restorasi

komposit yang kehalusannya dapat diterima, mudah digunakan dan langkah prosedur poles

lebih sedikit jika dibandingkan dengan produk poles lainnya, selain itu jumlah metal yang

terkandung lebih sedkit sehingga tidak akan merusak permukaaan restorasi saat prosedur

pemolesan.21

Sof-Lex® merupakan instrument poles berbentuk disc yang terdiri dari 4 instrumen.

Instrumen ini terbuat urethane coated paper atau polyesther film yang memberi sifat

fleksibilitas pada disc dan juga aluminium oxide. Banyak sedikitnya jumlah aluminium oxide

akan menentukan kasar atau halusnya instrument dengan kisaran coarse hingga super fine.

Adapun keuntungan menggunakan alat poles merk ini yakni kehalusan permukaan dan glossy

yang baik terhadap permukaan resin komposit, sifatnya yang lentur sehingga mudah untuk

digunakan dan menyesuaikan lekuk anatomis gigi, memiliki pilihan ketebalan dan besar disc

yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan operator.22

Setelah diberi perlakuan selama 12 hari, secara garis besar, hasil penelitian ini yakni;

semua kelompok sampel yang direndam kopi selama 12 hari, seluruhnya mengalami

perubahan warna (kelompok IA, kelompok IIA, dan kontrol), sedangkan kelompok sampel

yang direndam salin tidak mengalami perubahan warna (kelompok IB dan kelompok IIB).

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 13: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

Jika membandingkan dua teknik pemolesan yang digunakan pada penelitian ini,

diketahui bahwa baik antara nanofil yang dipoles PoGo® (kelompok IIA) ataupun Sof-Lex®

(kelompok IA) tidak dapat mencegah terjadi perubahan warna setelah perendaman kopi.

Perubahan warna secara visual sudah terlihat pada hari ke-3 baik pada kelompok IA dan IIA.

Namun demikian, menurut perhitungan statistik, jika dibandingkan dengan warna awal

sebelum perendaman, kelompok sediaan yang dipoles PoGo® (kelompok IIA) menunjukkan

perbedaan warna yang bermakna setelah perendaman selama 3 hari (p<0,05), sedangkan

kelompok sediaan yang dipoles dengan Sof-Lex® (kelompok IIA) menunjukkan perbedaan

warna yang tidak bermakna (p>0,05). Setelah perendaman selama 6 hari, terlihat bahwa

kelompok Sof-Lex® (kelompok IA) telah menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05)

dengan warna awal sebelum perendaman begitu pun dengan kelompok yang dipoles PoGo®

(kelompok IIA) .

Selanjutnya, setelah perendaman selama 12 hari, kedua kelompok baik yang dipoles

dengan Sof-Lex® (kelompok IA) maupun PoGo® (kelompok IIA) menunjukkan perubahan

warna yang bermakna jika dibandingkan dengan warna awal sebelum perendaman (p<0,05),

dari hasil di atas diketahui bahwa pemolesan dengan PoGo® (kelompok IIA) menghasilkan

perubahan warna yang bermakna secara statistik lebih cepat jika dibandingkan dengan

pemolesan dengan Sof-Lex® (kelompok IA), hal ini dapat dijelaskan bahwa pemolesan

dengan Sof-Lex® menghasilkan kualitas permukaan tumpatan yang lebih baik atau dengan

kata lain menghasilkan permukaan tumpatan yang lebih halus dibandingkan pemolesan

dengan PoGo®. Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Jung dkk (2007), bahwa semakin

banyak langkah atau jumlah prosedur poles yang dilakukan maka semakin halus permukaan

resin komposit.1

Selain perubahan warna yang lebih cepat terjadi pada kelompok yang dipoles PoGo®

(kelompok IIA) dibandingkan dengan kelompok yang dipoles Sof-Lex (kelompok IA),

perubahan warna pada kelompok yang dipoles PoGo® juga lebih besar jika dilihat dari nilai

rata-rata perubahan warnanya. Menurut grafik 1 terlihat bahwa kelompok sediaan yang

dipoles PoGo® mengalami perubahan warna yang lebih besar dibandingkan Sof-Lex®.

Fenomena ini dapat terlihat pada setiap kali pengukuran yang pada penelitian ini dilakukan

sebanyak tiga kali. Namun demikian, jika dibandingkan perbedaan perubahan warna kedua

kelompok tersebut berdasarkan perhitungan statistik, menunjukkan perbedaan yang tidak

bermakna baik pada pengukuran hari ke-3, 6, dan 12 (p>0,05). Sehingga dapat ditarik

kesimpulan secara statistik bahwa pemolesan dengan PoGo® (kelompok IIA) menghasilkan

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 14: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

perubahan warna yang lebih besar dibandingkan dengan Sof-Lex® (kelompok IA) setelah

perendaman kopi namun tidak berbeda bermakna. Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh

jumlah sampel yang kecil sehingga menghasilkan nilai deviasi yang cukup besar.

Kelompok kontrol pada penelitian ini yakni sediaan yang tidak dipoles kemudian

direndam kopi, dimana saat proses curing sediaan pada kelompok ini ditutup oleh matriks

strip. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa resin komposit mengkilat

dan halus bila menggunakan matriks strip4.

Namun demikian dari hasil penelitian ini, kelompok kontrol menghasilkan perubahan

warna paling besar dibandingkan dengan kelompok yang dipoles dan sama-sama mendapat

perlakuan direndam kopi (tabel 1, tabel 3, dan, tabel 5). Hal ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa sediaan yang dilapisi matriks strip saat curing

menghasilkan permukaan tumpatan yang sangat halus, namun demikian sediaan ini juga

menghasilkan lapisan permukaan tumpatan yang kaya akan resin atau matriks, sedangkan

pada tumpatan yang dipoles, selain menghasilkan permukaan yang halus, lapisan permukaan

yang kaya akan matriks terangkat pada saat pemolesan sehingga water sorption pada

kelompok kontrol juga lebih besar dibanding kelompok yang dipoles.20

menurut perhitungan

statistik kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) dengan

kelompok yang dipoles Sof-Lex® (kelompok IA) dan perbedaan yang tidak bermakna

(p>0,05) dengan kelompok yang dipoles PoGo® (kelompok IIA).

KESIMPULAN

Terdapat perubahan warna permukaan pada restorasi resin komposit yang dipoles

dengan teknik one step polish system dan multi step polish system setelah perendaman dalam

larutan kopi. Perubahan warna permukaan resin komposit yang dipoles dengan multi step

polish lebih kecil dibandingkan dengan resin komposit yang dipoles dengan one step polish

setelah perendaman dalam larutan kopi, namun tidak berbeda bermakna

SARAN

Beberapa saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan

penelitian dengan menggunakan alat ukur perubahan warna yang memiliki realibilitas dan

sensitivitas yang lebih baik. Sedangkan saran untuk praktisi kedokteran gigi dari hasil

penelitian ini, yakni pemolesan dengan teknik multi-step polish menghasilkan restorasi

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 15: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

dengan perubahan warna yang lebih kecil terhadap kopi jika dibandingkan dengan one step

polish, karena itu nanofil sebaiknya dipoles dengan teknik multi-step polish.

Kepustakaan

1. Jung M, Eichelberger K, and Klimek J. Surface Geometry of Four Nanofiller and One

Hybrid Composite After One-step and Multiple-step Polishing. Operative Dentistry.

2007; 32(4).

2. Neo CJL, Yap AUJ . Composite Resins. In: Mount, graham J. and W.R. Hume(Eds).

Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2nd

ed. London: Knowledge Books

and Software; 2005. p. 199-218.

3. Farrahany W. Perbedaan Restorasi Resin Komposit yang Dipolis dan Tidak Dipolis

pada Perendaman Larutan Kopi Hitam dan Kopi Krimmer. [Tesis]. Medan: Fakultas

Kedokteran Gigi USU, 2009.

4. Korkmaz Y. The Influence of One-step Polishing System on The Surface Roughness

and Microhardness of Nanocomposite. Operative Dentistry. 2008; 33(1).

5. Howard S, Glazer D. Simplifying Finishing and Polishing Techniques for Direct

Composite Restorations. Dentistry Today. 2009 Januari.

6. Damanik A. Derajat Perubahan Warna Resin Komposit Supranano dan Nanohibrid

oleh Minuman Kopi. [Tesis]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi UI, 2010.

7. Power JM. Composite Restorative Materials. In: Craigh Robert G(Eds). Restorative

Dental Materials. 11th ed. St. louis, Missouri: Elsevier; 2002. p. 232-249.

8. Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental material: clinical application for dental

assistant and dental hygienist. USA: Philadelphia; 2003.

9. Obrien WJ. Dental material and their selection. 3rd

ed. montreal. Canada:

quintessence publ.inc.; 2002.

10. Garcia AH, et al. Composite Resin a Review of Material and Clinical Indication.

Medical Oral. 2006; 215(20).

11. Kaur P, Reena L, and Puneet. Nanocomposites - A Step Towards Improved

Restorative Dentistry. Indian Journal of Dental Sciences. 2011; 4(3).

12. Mitra SB, Holmes BN. An application of nanotechnology in advent dental materials. J

am Dent Ass. 2003; 134(10).

13. Berger SB, et al. Characterization of Water Sorption, Solubility and Filler Particle of

Light Cure Composite Resin. Braz Dent J. 2009; 20(4).

14. Alsahlan TA. Invitro Staining Nanocomposite Exposed to Cola Beverage. Pakistan

Oral & Dental Jurnal. 2009; 29(1).

15. Homouda IM, Hagag AE. Evaluation the Mechanical Properties of Nanofilled

Composite Resin Restorative Material. Journal of Biomaterial and Biotechnology.

2012; 3. 238-242

16. Guler AU, et.al. Effects of Polishing Procedures on Color Stability of Composite

Resins. J.Appl Oral Sci. 2009; 17(2):108-12

17. Mundim FM, Garcia L, Carvalho F. Effect of Staining Solution and Repolishing on

Color Stability of Direct Composites. J appl oral sci. 2010; 18(3).

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013

Page 16: PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PERMUKAAN TUMPATAN …

18. Aprilia LR, Rahardiarto E. Pengaruh minuman kopi terhadap perubahan warna pada

resin komposit. Indonesian Dent J. 2007; 14(3).

19. http://vident.com/products/shade-management/vita-classical-previously-the-lumin-

vacuum-shade-guide/. Diunduh pada tanggal 12 desember 2012

20. Ma'an MN, Haq A, Nikaido T. Long-term Water Sorption of Three Resin Based

Restorative Materials. Int Chin J Dent. 2005; 5(1-6).

21. www.dentsply.es/DFU/eng/PoGo_eng.pdf. Diunduh tanggal 12 Januari 2013

22. http://multimedia.3m.com/mws/mediawebserver. Diunduh tanggal 12 Januari 2013

Perbedaan perubahan ..., Dona Saputri, FKG UI, 2013