perbedaan kualitas hidup pasien saat dipasung, masa ...eprints.ums.ac.id/71767/1/naskah...

22
i PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA PERAWATAN, DAN PASCA PERAWATAN PASIEN PASCA PASUNG DI SUKOHARJO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: DEWI AULIA RACHMAWATI J210171173 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: dinhdat

Post on 18-Aug-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

i

PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG,

MASA PERAWATAN, DAN PASCA PERAWATAN

PASIEN PASCA PASUNG DI SUKOHARJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

DEWI AULIA RACHMAWATI

J210171173

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

i

Page 3: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

ii

Page 4: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

iii

Page 5: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

1

PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG,

MASA PERAWATAN, DAN PASCA PERAWATANPASIEN

PASCAPASUNG DI SUKOHARJO

Abstrak

Gangguan mental berdampak pada penurunan produktivitas, peningkatan

biaya perawatan dan menciptakan masalah baru. Pemahaman tentang

keluarga dan komunitas yang kurang dalam gangguan mental dan

pandangan miring tentang hasil penderita dalam keluarga dengan gangguan

mental semakin tidak mampu membuat keputusan yang tepat untuk merawat

orang-orang dengan gangguan mental. Jadi jika keluarga telah menyerah

untuk mempertimbangkan beban, pengasingan atau pasung menjadi pilihan

keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas

hidup pasien saat di pasung, perawatan massal, dan pasca perawatan pasien

setelah pasung di Sukoharjo. Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Populasi penelitian adalah 30 pasien pasung di wilayah Kabupaten

Sukoharjo. Sampel penelitian dari 30 pasien pasca pasung ditentukan

dengan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data penelitian

menggunakan instrumen kuesioner, sedangkan analisis data menggunakan

analisis univariat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan

kualitas hidup pasien pasung, masa perawatan dan pasung pasung pasien di

wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo.

Kata kunci: kualitas hidup, selama pasung, masa pengobatan, pasca pasung

Abstract

Mental disorders have an impact on decreasing productivity, increasing

maintenance costs and creating new problems. Understanding of families

and communities who are lacking in mental disorders and a slanted view of

sufferers results in families with mental disorders increasingly unable to

make the right decisions to care for people with mental disorders. So if the

family has come to surrender to consider a burden, exile or pasung becomes

the choice of the family. This study aims to determine the differences in the

quality of life of patients while in pasung, mass care, and post-treatment of

patients after pasung in Sukoharjo. This research is quantitative descriptive.

The study population was 30 patients after pasung in the Sukoharjo

Community Health Center work area. The study sample of 30 patients post

pasung was determined using total sampling technique. The collection of

research data using questionnaire instruments, while data analysis using

univariate analysis. The conclusion of the study was that there were

differences in the quality of life of patients during pasung, the period of care

and post-pasung patient pasung in the work area of Sukharjo Health Center.

Page 6: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

2

Keywords: quality of life, during pasung, treatment period, post pasung

1. PENDAHULUAN

Gangguan jiwa merupakan kondisi dimana mental seseorang kurang berfungsi

dengan baik yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi sehari-hari.

Gangguan jiwa yang dialami seseorang memiliki gejala yang berbeda-beda, baik

yang tampak jelas maupun yang hanya terdapat dalam pikirannya. Mulai dari

perilakuyang tidak mau berhubungan dengan orang lain, menghindar dari

lingkungan, tidak mau makan hingga mengamuk tanpa sebab yang jelas (Lestari,

2014). Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan manifestasi yang berhubungan

dengan psikologik atau perilaku yang berkaitan dengan gangguan fungsi akibat

gangguan sosial, biologis, psikologis, genetik, kimiawi maupun fisik dengan tanda

gejala yang khas (Wijayanti, 2014).

Menurut badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization

(WHO)tahun 2016 melaporkansekitar 450 juta orang di dunia mengalami

gangguan jiwa. Menurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan

jumlah penduduk sekitar 250 juta orang sakit jiwa, sedangkan Indonesia memiliki

600-800 psikiatri, hal tersebut berarti satu orang menangani 300.000 hingga

400.000 orang (Wijayanti, 2016). Di Cina jumlah pemasungan di tahun 2012

mencapai 230 ini berlokais di daerah demonstrasi di 26 provinsi (Guan, et all.

2015).

Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia mencapai 1,7 permil. Data gangguan

jiwa berat yang pernah dipasung sebanyak 14,3 persen. Pemasungan yang terjadi

dipedesaan 18,2 persen. Pravelensi gangguan mental emosional yang terjadi di

pedesaan sebanyak 6,1 persen. Dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) di Indonesia

jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta jiwa. Studi penelitian

(Wijayanti, 2016). Penyebaran pasien pasung di Jawa Tengah pada tahun 2011-

2015 yang sebagian besar dirawat di RSJ dr. Soerojo Magelang berjumlah 260

kasus. Jumlah kunjungan pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) pada tahun

2015 sebanyak 31.504. kunjungan pada orang dengan gangguan jiwa terbesar

dirumah sakit sebanyak 60,59 persen (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Page 7: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

3

Tahun 2015). Pasien pasung yang berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo pada

tahun 2013 yang masuk RSJ Surakarta sebanyak 37 pasien data ini didapat dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.

Pemasungan merupakan tindakan memasung menggunakan balok kayu pada

tangan dan kaki seseorang, diikat atau dirantai, diasingkan pada suatu tempat

tersendiri di dalam rumah ataupun hutan. Salah satu tujuan pemasungan adalah

membatasi gerak penderita gangguan jiwa dengan cara memasang kayu yang

dibuat secara khusus (kayu apit) pada kedua kaki sehingga seseorang itu tidak

dapat melakukan aktivitas kehidupan seperti perawatan diri, buang air kecil dan

buang air besar. Alasan keluarga melakukan pemasungan cukup beraneka ragam

diantaranya untuk mencegah seseorang yang dipasung melakukan tindakan

kekerasan yang membahayakan bagi dirinya dan orang lain, mencegah untuk

meninggalkan rumah, mencegah menyakiti diri sendiri seperti melakukan bunuh

diri, dan karena ketidaktahuan serta ketidakmampuan keluarga dalam menangani

ketika kambuh. Faktor kemiskinan dan rendahnya pendidikan keluarga merupakan

penyebab seseorang dengan gangguan jiwa berat dipasung (Suharto, 2014).

Faktor keluarga melakukan pemasungan diantaranya untuk mencegah

penderita gangguan jiwa melakukan tindakan kekerasan yang dianggap

membahayakan terhadap orang lain maupun diri sendiri. Selain itu upaya ini

mencegah penderita gangguan jiwa agar tidak kambuh (meninggalkan rumah,

perilaki kekerasan, isolasi sosial). Selain itu kemiskinan dan rendahnya

pendidikan keluarga mempengaruhi salah satu penyebab pasien gangguan jiwa

berat hidup terpasung. Ketidaktahuan keluarga, rasa malu keluarga, penyakit yang

tidak kunjung sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan tindakan keluarga

untuk mengamankan lingkungan merupakan penyebab seseorang dengan

gangguan jiwa mengalami pemasungan oleh keluarga (Romandoni, 2015).

Tindakan pasung dilakukan oleh pasien gangguan jiwa kronis, disertai dengan

perilaku agresif, kekerasan, mengamuk, dan halusinansi yang beresiko menciderai

diri sendiri maupun orang lain dilingkungannya. Pemasungan merupakan

kegagalan keluarga dalam mendukung keluarga untuk membawa pasien ke tempat

pelayanan kesehatan yang terdekat, tindakan pemasungan itu hanya memperparah

Page 8: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

4

kondisi gangguan jiwa. Pemasungan itu sendiri dapat menyebabkan terbatasnya

pemenuhan kebutuhan dasar hidup, termasuk kesehatan, pendidikan dan

pekerjaan. Seseorang yang dipasung dalam waktu yang lama akan mengalami

atropi otot, tidak mampu berjalan, mengalami cidera. Dampak lain dari

pemasungan itu sendiri pasien mengalami trauma, dendam kepada keluarga,

merasa terbuang, rendah diri, dan putus asa, bisa jadi muncul depresi dan

berniatan melakukan bunuh diri (Yususf, 2017).

Kesehatan mental telah dikonseptualisasikan sebagai emosi positif yang ada

dalam konsep kesehatan mental positif termasuk kesejahteraan, ketahanan, dan

kualitas hidup. Dalam mencapai tujuan kesehtaan seseorang tidak dapat

mengabaikan kesehatan fisik dan kesehatan mental (Kalre et al, 2012).

Kualitas hidup merupakan konsep multidimensi yang berhubungan dengan

kepuasan individu terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk fungsi fisik,

sosial, kesehatan jiwa maupun kesehatan umum. Kualitas hidup terdiri dari dua

elemen yaitu subjektif dan objektif. Kualitas hidup itu sendiri dipengaruhi oleh

kesehatan fisik dan kesehatan jiwa seseorang, tingkat kemandirian, hubungan

sosial dengan lingkungan. Kualitas hidup pasien gangguan jiwa menjadi lebih

rendah setelah penyembuhan dari gangguan jiwa sebagai hasil dari faktor sosial

termasuk stigma dan diskriminasi. Oleh sebab itu masalah kesehatan jiwa perlu

ditangani secara serius karena dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, karena

akan mempengaruhi aktivitas yang dilakukan sehari-hari seperti aktifitas

menjalankan peran dalam rumah tangga, bekerja, aktifitas pendidikan, perawatan

diri dan keterlibatan dalam pelayanan sosial atau kesehatan.

Berdasarkan masalah pada studi pendahuluan diatas maka penelitian tertarik

untuk melakukan penelitian tentang perbedaan kualitas hidup pasien saat

dipasung, masa perawatan dan pasca perawatan pasien pasca pasung di Sukoharjo.

2. METODE

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah apakah adsa perbedaan kualtias

hidup pasien saat dipasung, masa perawatan dan pasca perawatan pasien pasca

pasung di Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Page 9: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

5

Populasi penelitian adalah 30 pasien pasca pasung di wilayah kerja Puskesmas

Kabupaten Sukoharjo. Sampel penelitian sebanyak 30 pasien pasca pasung yang

ditentukan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data penelitian

menggunakan instrument kuesioner, sedangkan analisis data menggunakan

analisis univariat.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Karakteristik Frek %

1. Jenis kelamin keluarga

a. Perempuan

b. Laki-laki

Total

14

16

30

47,7%

53,3%

100,0%

2. Pendidikan responden

a. Tamat SD

b. Tamat SMP

c. Tamat SMA

d. Tamat Sarjana/Diploma

Total

10

10

9

1

30

33,3%

33,3%

30,0%

3,4%

100,0%

3. Mengalami gangguan jiwa

sejak

a. < 10 tahun

b. 11 – 20 tahun

c. > 20 tahun

Total

2

18

10

30

6,7%

60,0%

33,3%

100,0%

4. Lama dipasung

a. < 10 tahun

b. 11 – 20 tahun

c. > 20 tahun

Total

18

10

2

30

60,0%

33,3%

6,7%

100,0%

5. Lama dirawat di RSJ

a. < 5 bulan

b. 6 – 10 bulan

c. > 11 bulan

Total

12

13

5

30

40,0%

43,3%

16,7%

100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi karakteristik responden

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 16 responden (53,3%) dan perempuan sebesar 14 responden (47,7%).

Page 10: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

6

Karakteristik tingkat pendidikan responden menunjukkan distribusi tertinggi

adalah SMP dan SD yaitu masing-masing 10 responden (33,3%) dan distribusi

terendah sarjana 1 responden (3,4%). Karakteristik lama mengalami gangguan

jiwa menunjukkan distribusi tertenggi adalah lebih dari 10 – 20 tahun sebanyak 18

responden (60,0%), distribusi terendah adalah kurang dari 10 tahun sebesar 2

responden (6,7%). Karakteristik lama mengalami pasung menunjukkan distribusi

tertinggi adalah kurang dari 10 tahun sebanyak 18 responden (60,0%) dan

terendah adalah lebih dari 20 tahun sebesar 2 responden (6,7%). Karakteristik

lama dirawat di Rumah Sakit Jiwa menunjukkan distribusi tertinggi 6 sampai 10

bulan sebanyak 13 responden (43,3%) dan distribusi terendah lebih dari 11 bulan

sebesar 5 responden (16,7%).

3.2 Kualitas Hidup Pasien Saat Dipasung

Tabel 2. Data Statistik Skor Kualitas Hidup Saat Dipasung

Kualitas

Hidup

Saat

Dipasung

Mean Median Nilai

SD Minimum Maximum

37,90 33,00 22,00 69,00 10,66

Sumber : data primer yang diolah tahun 2019

Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo

menunjukkan bahwa sebagian besar kualitas hidup pasien kategori rendah.

Pemasungan pada pasien pasung di Puskesmas Sukoharjo dilakukan untuk

membatasi gerak pasien gangguan jiwa dengan cara memasang kayu yang dibuat

secara khusus (kayu apit), ada yang sebagian mengunakan rantai yang dipasnag

pada kedua kaki penderita sehingga orang tersebut tidak dapat berjalan dan

bahkan tidak dapat melakukan aktivitas kehidupan dasar seperti perawatan diri,

buang air kecil dan buang air besar. Pasien pasung biasanya ditempatkan pada

ruangan atau bangunan khusus dan dipisahkan dari anggota keluarga lain. Pada

perkembangan selanjutnya, pemasungan dengan cara memasang kayu mulai

ditinggalkan dan beralih menggunakan rantai misalnya borgol yang dipasang pada

kedua kaki. Hal ini menunjukkan bahwa pemasungan yang dilakukan pada pasien

pasung di wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo memberikan dampak pada kualitas

Page 11: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

7

hidup pasien pasung, baik fisik, psikologis dan sosial. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Rasmawati (2018) bahwa tindakan pemasungan dapat

mempengaruhi kondisi psikis orang dengan gangguan jiwa.

Orang dengan gangguan jiwa yang dilakukan pemasungan dapat mengalami

trauma, merasa dibuang, rendah diri, putus asa dan menyebabkan dendam pada

keluarga (Lestari dan Wardani, 2014). Selain itu, stigma dan diskriminasi yang

didapatkan orang dengan gangguan jiwa juga dapat semakin memperburuk

keadaannya. Stigma, diskriminasi dan pemukulan oleh keluarga paling sering

dialami ODGJ yang dipasung (Adeosun, dkk, 2014). Pemasungan juga terjadi

akibat kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kesehatan jiwa (Fitriani,

2014).

Laila, Renti, Tri dan Siddharudha (2018) Pasung dianggap sebagai langkah

yang perlu untuk melindungipasien dan orang lain dari perilaku agresif pasien.

Keterbatasan keuangan dan ketidakpuasan dengan layanan kesehatan mental yang

ada memaksa anggota keluarga untuk mencari pengobatan alternatif atau tidak.

Pengetahuan yang buruk dan kesalahpahaman tentang skizofrenia lazim di

kalangan anggota keluarga dan tokoh masyarakat. Meningkatkan layanan

kesehatan mental, terutama di pedesaan dan menekankan aksesibilitas dan kualitas

sangat penting. Pendidikan kesehatan tentang skizofrenia dan kesalahpahaman

yang lazim dan pemberian yang tepat waktu dan tepat pengobatan diperlukan.

3.3 Kualitas Hidup Pasien Masa Perawatan

Tabel 3. Data Statistik Skor Kualitas hidup Masa perawatan

Kualitas

Hidup

Masa

Pasung

Mean Median Nilai

SD Minimum Maximum

53,56 53,00 37,00 82,00 10,22

Sumber : data primer yang diolah tahun 2019

Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten

Sukoharjo menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien masa perawatan sebagian

besar termasuk kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien

masa pasung di Puskesmas Kabupaten Sukoharjo belum sepenuhnya mengalami

perubahan yang lebih baik. Pasung merupakan suatu kondisi pembatasan fisik,

mental, dan sosial seseorang dengancarapengikatan atau pengurungan. Pasung

Page 12: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

8

menyebabkan pasien tidak bisa berdiri; kontraktur; merusak organ tubuh;

memudahkan terkena penyakit infeksi seperti tuberkulosis; kematian; terpisah dari

keluarga;gangguan jiwa bertambah parah, memperlambat kesembuhan; keluarga

merasa diasingkan;keluarga menjadi malu; melanggar hak asasi manusia;

Perawatan dan dukungan yang tepatuntuk orang dengan gangguan jiwa berat

secara individual, dapat pulihdari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang

memuaskan sertaproduktif. Pemulihan merupakan proses dimana seseorang

mampu hidup, bekerja, belajar, dan berpartisipasi secara penuh dalam

komunitasnya. Hasil penelitian ini diperoleh kualitas hidup pasien masa

perawatan dengan mean 53,56. Upaya untuk memulihkan atau rehabilitasi bagi

orang dengan gangguan jiwa bertujuan untuk mempersiapkan diri pasien pasung

dimasyarakat, oleh karena itudiperlukan program rehabilitasi psikososial. Program

pelayanan rehabilitasi psikososial bagi penderita gangguan jiwa paska pasung

sangatlah diperlukan untuk mengembalikan individu baik hakdan fungsinya

sebagai warga masyarakat yang mandiri danberguna, dan dapat meningkatkan

kemampuan bersosialisasi baikdalam keluarga maupun masyarakat (Rahayu dkk,

2015.

3.4 Kualitas Hidup Pasien Pasca Perawatan

Tabel 4. Data Statistik Skor Kualitas hidup Pasca Perawatan

Kualitas

Hidup

Pasca

Pasung

Mean Median Nilai

SD Minimum Maximum

67,30 71,50 42,00 91,00 11,89

Sumber : data primer yang diolah tahun 2019

Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten

Sukoharjo menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien pasca perawaatan sebagian

besar termasuk kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa pasien pasca

perawaatan sudah mengalami peningkatan kualitass hidup yang lebih baik.

Permasalahan yang masih dihadapi pasca pemasungan dapat berupa stigma dan

diskriminasi. Penderita gangguan jiwa seringkali mendapat stigma dari

lingkungan sekitarnya. Stigma tersebut melekat pada penderita sendiri maupun

keluarganya. Hal ini karena, orang dengan gangguan jiwa dipercaya sebagai orang

yang berbahaya dan tidak bisa diprediksi, kurang kompeten, tidak dapat bekerja,

Page 13: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

9

harus dirawat di RSJ, dan tidak akan pernah sembuh (Lestari dan Wardani, 2014).

Gangguan jiwa berdampak penurunan produktivitas, peningkatan biaya

perawatan, dan cenderung menimbulkan permasahan, misalnya penganiayaan dan

penyiksaan. Perawatan dan dukungan yang tepat untuk orang dengan gangguan

jiwaberat secara individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan

yang memuaskan serta produktif. Pemulihan merupakanproses dimana seseorang

mampu hidup, bekerja, belajar, danberpartisipasi secara penuh dalam

komunitasnya. Pemulihan merupakan kemampuan untuk hidup dalam kehidupan

yang berkecukupan dan produktif. Rehabilitasi merupakan berbagai kegiatan

dalam bentuk aktivitas fisik, penyesuaian psikososial, dan latihan vocational

untuk mempersiapkan diri dan memperoleh fungsi dan penyesuaian diri secara

maksimal (Rahayu dkk, 2015).

Hasil penelitian tentang kualitas hidup pasien saat di pasung menunjukkan

distribusi tertinggi adalah sedang, selanjutnya rendah, dan tinggi. Berdasarkan

hasil analisis, maka sebagian besar pasien pasca pasung saat dipasung memiliki

kualitas hidup dalam kategori sedang. Pasung adalah suatu tindakan memasang

sebuah balok kayu pada tangan dan atau kaki seseorang, diikat atau dirantai,

diasingkan padasuatu tempat tersendiri di dalam rumah ataupun di hutan.

Pemasungan bisa diartikan sebagai segala tindakan yang dapat mengakibatkan

kehilangan kebebasan seseorang akibat tindakan pengikatan dan pengekangan

fisikwalaupun telah ada larangan terhadap pemasungan. Penyebab tindakan

pemasungan banyak alasan mengapa keluarga harus memasung, antara lain

mengganggu orang lainatau tetangga, membahayakan dirinya sendiri,jauhnya

akses pelayanan kesehatan, tidak adabiaya, ketidak pahaman keluarga dan

masyarakat tentang gangguan jiwa (Suharto, 2014).

Kualitas hidup merupakan persepsi individu tentang posisinya dalam

kehidupan, ada hubungannya dengan sistem nilai dan budaya yang menyangkut

dengan cita-cita, pengaharapan, dan pandangannya, yang merupakan pengukuran

multidimensi, tidak bisa diukur hanya pada efek fisik maupun pengobatan

psikologis (Siregar, 2014). Yusra (2011) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang

berhubungan dengan kualitas hidup seseorang adalah usia, jenis kelamin, tingkat

Page 14: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

10

pendidikan dan pekerjaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harry Minas dan Hervita Diatri

(2008) menunjukkan bahwa penyalahgunaan hak asasi manusia yang diwakilkan

oleh pasung bukanlah produk dari kebodohan atau ketidaktahuan keluarga dan

masyarakat, atau dengan penolakan untuk menerima perawatan psikiatrik, tetapi

lebih tepat dikaitkan dengan pengabaian oleh pemerintah. tanggung jawab mereka

untuk menyediakan layanan kesehatan mental dasar untuk orang dengan penyakit

mental yang parah. Strategi sistematis perlu dikembangkan untuk memberantas

praktik ini. Ini akan membutuhkan partisipasi kolaboratif dari pembuat kebijakan,

pengembang dan manajer layanan dan profesional kesehatan, LSM pembangunan

dan lembaga bilateral, serta organisasi masyarakat sipil termasuk mereka yang

memiliki fokus yang jelas pada promosi dan perlindungan hak asasi manusia yang

paling rentan dalam rangkaian sumber daya rendah.

Pada akhirnya, satu-satunya strategi yang efektif dan berkelanjutan untuk

memberantas praktik ini adalah untuk memastikan bahwa keluarga dan

masyarakat memiliki akses yang terjangkau dan merata kepelayanan kesehatan

mental dasar.Penyediaan layanan kesehatan mental dasar masyarakat, di

manatidak ada sebelumnya, memungkinkan mayoritas orang yang telah ditahan

untuk menerima perawatan kejiwaan dan akan dibebaskan dari pasung.

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien gangguan jiwa

pasca perawatan memiliki kualitas hidup yang cukup. Kondisi ini dimungkinkan

adanya kemampuan keluarga yang merawat dan memanfaatkan pelayanan

kesehatan sehingga ada peningkatan kualitas hidup pasien pasca perawatan.

Merawat anggota keluarga yang sakit merupakan bentuk rasa kasih sayangikatan

yang terjadi antar anggota keluarga. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian

Mugianti dan Suprajitno (2014) bahwa kemampuan keluarga dalam merawat

pasien paska pemasungan sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien

pasung. Kejadian pemasungan dimungkinkan belum tahunya masyarakat atau

keluarga yang memiliki anggota keluarga menderita gangguan jiwa. Secara

sederhana masyarakat perlu diberikan pengertian tentang pemasungan, yaitu

segala tindakan pengikatan dan pengekangan fisik yang dapat mengakibatkan

Page 15: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

11

kehilangan kebebasan seseorang. Dari pengertian tersebut, pemasungan termasuk

penelantaran, bertentangan dengan rasa kemanusiaan, dan melanggar HAM (hak

azasi manusia) penderita gangguan jiwa (Mugianti dan Suprajitno, 2014).

3.5 Perbedaan Kualitas hidup saat dipasung, masa perawatan dan pasca

perawatan

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kualitas hidup

No Kualitas

hidup

Saat Dipasung Masa Perawatan Pasca Perawatan

Frekuensi Persentase

(%)

Frekuensi Persentase

(%)

Frekuensi Persentase

(%)

1

2

3

Tinggi

Sedang

Rendah

2

12

16

6,7%

40,0%

53,3%

5

20

5

16,7%

53,6%

16,7%

15

11

4

50,0%

36,7%

13,3%

Total 30 100% 30 100% 30 100 Sumber : data primer yang diolah tahun 2019

Hasil penelitian tentang perbedaan kualitas hidup saat dipasung, masa

perawatan dan pasca pasca pasung pasien pasung di wilayah kerja Puskesmas

Kabupaten Sukoharjo diketahui pada saat pasung diperoleh mean 42,06, masa

pasung mengalami peningkatan kualitas hidup dengan mean 53,56 dan

selanjutnya pasca pasung mengalami peningkatan kualitas hidup yaitu mean

diperoleh 64,73. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

kualitas hidup saat dipasung, masa perawatan dan pasca perawatan pasca pasung

di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Sukoharjo. Hal ini dikarenakan pasien

gangguan jiwa pasca pasung sudah terbebas dari pengekangan dan sudah

mendapatkan perawatan yang layak, namun hal ini juga tidak menutup

kemungkinan akan kekambuhan dan pemasungan lagi. Perawatan keluarga yang

tepat terhadap pasien gangguan jiwa mempengaruhi keberhasilan pengobatan

pasien. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Kustanti dan Widodo (2008) pemberian relaksi pasien skizofrenia sangat efektif

untuk mengurangi ketegangan otot, kecemasan dan kelelahan yang dialami klien

sehingga akan mempengaruhi status mental klien.

Adapun dalam penelitian ini perawatan yang dilakukan keluarga

terhadap pasien gangguan jiwa tidak melakukan pengobatan teratur, di biarkan

dirumah, di kurung dan ke pelayanan kesehatan jika kondisi darurat (tidak

bisa menangani). Banyak kasus dimasyarakat yang tidak melakukan penanganan

Page 16: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

12

secara tepat untuk anggota keluarga gangguan jiwa, terutama dalam hal

pengobatan yang seharusnya dilakukan secara rutin, Goldstein dan Shemansky

(2000, dalam Stuart & Laraia, 2005) menyatakan terapi medikasi teratur pada

klien gangguan jiwa kronis dapat menurunkan angka relaps 30-40%. Relaps

terjadi satu tahun pertama sekitar 60%-70% dan dengan kombinasi

antipsikotik dan dukungan kelompok edukasi dapat menurunkan relaps sampai

15,7% (Olfson, et al., 2000, dalam Stuart & Laraia, 2005).

Keluarga merupakan “perawat” utama dan support system terbesar untuk

klien. Gangguan jiwa yang dialami klien akan menimbulkan berbagai respon dari

keluarga dan lingkungan, salah satunya berupa berupa pemasungan yang

dilakukan oleh keluarga terhadap klien gangguan jiwa jika dianggap berbahaya

bagi lingkungan. Pemasungan yang dilakukan oleh keluarga sangat dipengaruhi

oleh perilaku keluarga yang diuraikan menurut teori Green (1980) meliputi

predisposing factor, enabling factor dan reeinforcing factor. Konsep keluarga

diuraikan melalui bebrapa aspek yaitu kemampuan, fungsi, peran, tugas dan

karakteristik keluarga. Semua faktor tersebut mempengaruhi kemampuan keluarga

dalam merawat klien gangguan jiwa.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Wulansih dan Widodo (2008) bahwa ada hubungan antara dengan kekambuhan

pada pasien skizofrenia, hal ini menunjukkan bahwa dengan sikap yang baik pada

keluarga dapat mencegah kekambuhan pasien skizofrenia. Sikap keluarga pasien

skizofrenia dalam penelitian ini sikap adalah afek atau penilaian positif atau

negatif terhadap suatu objek sebagai upaya untuk memperbaiki sikap keluarga

dalam memberi dukungan ataupun merawat pasien skizofrenia yaitu dengan cara

meningkatkan pengetahuanya terlebih dahulu karena sikap dan perilaku seseorang

akan ditentukan oleh tingkat pengetahuan yang dia miliki. Sehingga seseorang

dapat berperan dalam upaya meningkatkan kesehatan dirumah maupun perilaku

mereka.

Laila, Renti, Tri dan Siddharudha (2018) pencegahan pemasungan dapat

dilakukan dengan upaya serentak untuk memperkuat layanan kesehatan mental

dasar dan pendidikan kesehatan mengenai skizofrenia atau sakit jiwa,

Page 17: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

13

kesalahpahaman yang lazim dan pentingnya perawatan yang tepat waktu dan tepat

diperlukan terutama di daerah pedesaan. Anggota keluarga dan masyarakat pada

umumnya menganggap bahwa pasung diperlukan untuk alasan keamanan karena

perilaku agresif pasien seperti kekerasan fisik terhadap tetangga, mencuri

makanan, dll. Menurut pemimpin masyarakat, keluarga sering tidak menanggapi

permintaan pasien untuk dibebaskan dari pasung. Anggota keluarga memiliki

kendala keuangan untuk mencari perawatan kesehatan mental dan juga tidak puas

dengan layanan yang tersedia. Penyedia layanan kesehatan disorotpengetahuan

yang buruk dan kesalahpahaman yang berlaku tentang skizofrenia di masyarakat.

Bentuk kegiatan perawatan pada hal sederhana memungkinkan dilakukan

oleh keluarga, menimbulkan rasa spontan perawatan oleh anggota keluarga yang

lain, sehingga dapat disimpulkan kemampuan keluarga melakukan tugas untuk

merawat anggota keluarga yang sakit akan memperkecil kemungkinan pasien

gangguan jiwa dipasung. Proses pemasungan yang pernah dialami oleh pasien

berdampak pada terjadinya penurunan kemampuan fisik dan sosial pasien

terhadap kehidupannya. Penelitian Suharto (2014) menunjukkan bahwa dampak

pemasungan adalah menurunnya kemampuan merawat diri pada pasien,

kemampuan kognitif pasien dan kemampuan interaksi pasien dengan kehidupan

sosial. Pemasungan penderita gangguan jiwa masih juga dilakukan oleh keluarga

saat ini. Keadaan tersebut bertentangan dengan deklarasi Menteri Kesehatan RI

pada 10 Oktober 2010 yaitu Menuju Indonesia Bebas Pasung. Alasannya

melanggar UU yang dimiliki Negara Indonesia, karena gangguan jiwa dapat

disembuhkan dan penderita gangguan jiwa berhak mendapatkan layanan

pengobatan dan perlakuan yang manusiawi. Sehingga, Indonesia Bebas Pasung

memiliki makna upaya untuk membuat Indonesia bebas secara nasional dari

adanya praktik pasung dan penelantaran terhadap penderita gangguan jiwa. Hasil

penelitian Buanasari, Novy dan Ice (2017) menyimpulkan bahwa perawatan

psikososial untuk remaja yang tinggal bersama orang tua dengan pasung harus

mempertimbangkan dampak psikologis dan sosial sebagai akibat dari merawat

orang tua mereka dengan pasung.

Dengan menggunakan pendekatan kekeluarga, kita bisa meningkatkan

Page 18: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

14

kualitas hidup seseorang contohnya promosi kesehatan dari pihak tenaga

kesehatan ke keluarga dan pasien, itu bentuk kepedulian keluarga dengan dan

pihak tenaga kesehatan demi meningkatkan tarah kualitas hidup pasien dengan

gangguan jiwa yang dipasung (Arif Widodo, et.all . 2019)

Hasil penelitian Idaiani dan Raflizar (2015) variabel yang mempunyai

hubungan paling kuat terhadap pasung adalah status ekonomi rumah tangga.

Menurus Riset Kesehatan Daerah (2013) faktor yang paling berperan terhadap

pasung di Indonesia adalah status ekonomi rumah tangga. Faktor ini ditambah

dengan ketidaktahuan fasilitas kesehatan dan tempat tinggal yang jauh dari

perkotaan.

4. PENUTUP

4.1 Kualitas hidup pasien pasca pasung di Sukoharjo saat dipasung mempunyai

kualitas hidup yang rendah.

4.2 Terdapat perbedaan antarakualitas hidup pasien saat dipasung, masa

perawatan dan pasca perawatan pasien pasung di wilayah kerja Puskesmas

Sukoharjo, yaitu dengan mean saat pasung 37,90, masa perawatan 53,56 dan

pasca perawatan 67,30.

DAFTAR PUSTAKA

Ardani, A. T. (2013). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Karya Putra Darwati: Bandung

Afiyanti, Y & Rachmawati, N I. (2014). Metodelogi Penelitian Kualitatif Dalam

Riset Keperawatan. Jakarta.Kharisma Putra Utama Offset

Billington, D., dkk. (2010). The New Zealand World Health Organization Quality

of Life (WHOQOL) Group. Journal of the New Zealand Medical

Association. Vol.123

Buanasari, Novy dan Ice. 2017. the experience of adolescents having mentally ill

parents with pasung. 1130-8621/@2017 Elsevier Espana S.L.U. All right

Reserverd. www.elsevier.es/enfermeriaclinica.

Page 19: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

15

Dharma, K. (2013). Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan Melaksanakan

dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Media

Dermawan, DedendanRusdi. (2013). Keperawatanjiwa

;KonsepdanKerangkaAsuhanKeperawatanJiwa. Yogyakarta :Gosyen

Publishing.

Donsu, J. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru

Press

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.Jakarta:SalembaMedika.

Guan, L., et all. (2015). Unlocking patients with mental disorder who were in

restrants at home : a national follow-up study of china’s: New Pablic

Mental Health Intiatives. Jurnal pone 0121425.

https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.012142

5

Harry Minas dan Hervita Diatri. 2008.Pasung: Physical Restraint and

Confinement of the Menatally Ill in the Community. International

Journal of Mental Health Systems 2:8. doi:10.1186/1752-4458-2-8.

http://www.ijmhs.com/content/2/1/8

Idiaiani, S & Raflizar. (2015). Faktor yang Paling Dominan Terhadap

Pemasungan Orang Dengan Gangguan Jiwa di Indonesia: Buletin

Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 18. No. 1. 2015.

Kalra, G., et all. (2012). Mental Health Promotion: Guaidance and Strategies.

European Psychiatry. No.27, Page 81-86.

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia / Kemenkuham. Undang-Undang

Kesehatan Republik Indonesia, No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan

Jiwa (2014). Tidak dipublikasikan tersimpan dalam lembaran negara RI

Tahun 2014, Nomor 185.

Keliat, Budi Anna. 2009. Proses KeperawatanKesehatanJiwa.Jakarta : EGC.

Kustanti, E. dan Widodo A. 2008. Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap

Perubahan Status Mental Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daewrah

Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697. Vol 1. No. 3

September, page : 131-136.

Laila, Renti, Tri dan Siddharudha. 2018. Perceptions aobut pasung (physical

restraint and confinement of schizophrenia patients: a qualitative study

among family members and other key stakeholders in Bogor Regency,

West Java Province, Indonesia 2017. Laila etalIntJ Ment Health Syst

Page 20: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

16

(12:35) https://doi.org/10.1186/s13033-018-0216-0 International Journal

of Mental Health Systems.

Lestari,I,P,.Choiriyyah, Z & Mutgafi. (2014). Kecenderungan atau Sikap Keluarga

Penderita Gangguan Jiwa Terhadap Tindakan Pasung (Studi Kasus di RSJ

Amino Gandho Hutomo Semarang): Jurnal Keperawatan Jiwa.

Vol.2.No.1.2014.

Lestari, W & Wardani, Y, Z. (2015). Stigma dan Penanganan Penderita Gangguan

Jiwa Berat yang Dipasung: Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 17.

No. 2. 2015.

Minas, H., dan Diatri, H. (2008). Pasung: Physical restraint and confinement of

the mentally ill in the community. International Journal of Mental Health

Systems. Vol 2 (1), 1-5. Doi:10.1186/1752-4458-2-8.

Moleong, L J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya

Offset.

Mugianti, S & Suprajitno. (2014). Prediksi Penderita Gangguan Jiwa Dipasung

Keluarga(Predictin of Mental Discorders Deprived by Family: Jurnal Ners

Poltekes Malang. Vol. 9. No. 1. 2014.

Nasir, A. Muhith, A. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika:

Jakarta.

Nurjanah, I. (2014). PedomanPenangananpadaGangguanJiwaManagemen,

Proses KeperawatandanHubunganTerapeutikPerawat-Klien.Mocomedia:

Yogyakarta.

Nihayati, H, E. Mukhahalladah, D, A & Krisnana, I. (2016). Pengalaman

Keluarga Merawat Klien Gangguan Jiwa Pasca Pasung: Jurnal Ners Unair

Surabaya. Vol.11.No. 2. 2016.

Rianang, A. (2018). Pengaruh Promosi Kesehatan Pencegahan Pemasungan

Untuk Mengetahui Perubahan Kualitas Hidup Pasien dan Dukungan

Sosial pada Keluarga Pasien Pasca Pasung di Kabupaten

Klaten.http://eprints.ums.ac.id/56128/

Risnawati, D. Pamungkas, I, Y & Suwarni, A. (2014). Hubungan Peran Serta

Keluarga Pasien Gangguan Jiwa Dengan Perawatan Pasca Hospitalisasi Di

Desa Gedangan Grogol Sukoharjo: Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia.

Vol. 7. No. 2. 2014.

Rohmandoni, A & Mundzakir. (2015). Analisis Faktor yang Mempengaruhi

Keluarga Melakukan Pemasungan pada Anggota Keluarga dengan

Gangguan Jiwa : The Sun. Vol. 2. No. 3. 2015.

Page 21: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

17

Saryono & Anggraeni, D M. (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam

Bidang Kesehatan. Yogyakarta. Muha Medika

Siregar, A. R dan Muslimah. R. N. (2014). Gambaran Kualitas Hidup Pada

Wanita Dewasa Awal Penderita Kanker Payudara. Psikologia : Jurnal

pemikiran & penelitian psikologi, Vol. 9, No. 3

Suharto, B. (2014). Budaya Pasung dan Dampak Yuridis sosiologi (Studi Tentang

Upaya Pelepasan Pasung dan Pencegahan Tindakan Pemasungan di

Kabupaten Wonogiri): IJMS Indonesia Journal on Medical Science. Vol 1.

No. 2. 2014.

Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta

Sukandarrumidi. 2012. Dasar-dasar Petunjuk Proposal Penelitian : Petunjuk

Praktik Untuk Penelitian Pemula. Yogyakarta : Gajah Mada University

press.

Tamara, E., dkk.(2014). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dan Kualitas

Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Rsud Arifin Achmad Provinsi

riau. Jom Psik vol.1, no.2 oktober 2014

Widodo, Prabandari, Sudiyanto, dan Rahmat . (2019). Increasing the Quality of

Life of Post Shackling Patients Through Multivel Health Promotion of

Shackling Prevention, Bali Medcal Jurnal. Vol 8. Nomber 2.2019.

http://balimedicalkurnal.org/index.php/bmj/pages/viuw/indexing

Wijayanti, A, P & Masyur, A, M. (2016). Lepas Untuk Kembali Dikungkung:

Studi Pemasungan Kembali Eks Pasien Gangguan Jiwa: Jurnal Empati.

Vol. 5. No. 4. 2016.

Wijayanti, A & Puspitosari, W, A. (2014). Hubungan Onset Usia dengan Kualitas

hidup Penderita Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II

Bantul Yogyakarta : Mutiara Medika. Vol. 14. No. 1: 47-53. 2014.

Wilkinson, G. Dkk., 2013. Self-report quality of life measure for people with

schizophrenia: the SQLS Self-report of life measure for people with

schizophrenia : the SWLS. , PP.42-46. The British Journal OF psychiatry

(2013) 177,42-46 doi ; 10.1192/bjp/177.1.42

Wirya, A & Zahra, A. A. (2017). Hukum yang Bipolar: Melindungi atau

Memasung ? : Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat. Jakarta

Page 22: PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN SAAT DIPASUNG, MASA ...eprints.ums.ac.id/71767/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfMenurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

18

World Healt Organization (WHO). Global Tuberculosos Report 2015.

Switzerland. 2015

Wulansih S dan Widodo A. 2008. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan

Sikap Keluarga Dengan Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia di RSJD

Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan, ISSN 1979-2697, Vol. 1 No. 4

Desember, page 181-186.

Yususf, A., Tristiana, D, R & MS, I , P. (2017) Fenomena Pasung dan Dukungan

keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa Pasca pasung: JKP. Vol. 5. No. 3.

2017.

Yusra, A. (2011). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup

Pasien Dm Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat

Jakarta. Diperoleh pada tanggal 30 Agustus 2018 dari

www.lonntar.ui.ac.id