perbedaan job order costing dengan proses costing

10
1. Job Order Costing Sistem job order costing digunakan untuk perusahaan yang memproduksi bermacam produk selama periode tertentu. Dalam sistem job order costing, biaya dialokasikan ke pekerjaan dan biaya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan untuk menghasilkan harga rata-rata per unit. a. Mengukur biaya bahan langsung Jika perusahaan memesan produk standar, maka akan ada dokumen kebutuhan barang yaitu dokumen yang berisi tipe dan kuantitas dari masing-masing bahan yang digunakan untuk menyelesaikan setiap unit produksi. Stelah ada kesepakatan dengan konsumen departemen produksi menyiapkan formulir permintaan barang yaitu dokumen sumber yang berisi (1) spesifikasi tipe dan kuantitas bahan yang dikeluarkan dari gudang, dan (2) identifikasi pekerjaan untuk membebankan biaya bahan. Formulir ini berperan sebagai alat pengendali bahan yang masuk ke dalam produksi dan oleh akuntansi. b. Kartu biaya (job cost sheet) Setelah order dibuat, departemen akuntansi akan menyiapkan kartu biaya yang berarti formulir yang disiapkan untuk setiap pekerjaan yang diterima. Kartu biaya berisi data bahan, tenaga kerja dan overhead yang dibebankan ke pesanan yang diterima. Kartu biaya juga menjadi buku pembantu rekening barang dalam proses, yang berfungsi untuk catatan rinci pekerjaan dalam proses yang akan ditambahkan dalam saldo pekerjaan dalam proses. c. Mengukur biaya tenaga kerja langsung Para pekerja menggunakan kartu jam kerja untuk mencatat waktu yang mereka gunakan untuk setiap pekerjaan dan tugas lainnya. Kartu jam kerja yang lengkap berisi ringkasan aktivitas tenaga kerja setiap jamnya. d. Pembebanan overhead pabrik Tiga alasan kenapa pembebanan overhead pabrik dapat menjadi tugas yang sulit untuk setiap unit produksi :

Upload: sufianav

Post on 05-Dec-2015

1.191 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

perbedaan

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Job Order Costing Dengan Proses Costing

1. Job Order CostingSistem job order costing digunakan untuk perusahaan yang memproduksi bermacam

produk selama periode tertentu. Dalam sistem job order costing, biaya dialokasikan ke pekerjaan dan biaya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan untuk menghasilkan harga rata-rata per unit.a. Mengukur biaya bahan langsung

Jika perusahaan memesan produk standar, maka akan ada dokumen kebutuhan barang yaitu dokumen yang berisi tipe dan kuantitas dari masing-masing bahan yang digunakan untuk menyelesaikan setiap unit produksi.Stelah ada kesepakatan dengan konsumen departemen produksi menyiapkan formulir permintaan barang yaitu dokumen sumber yang berisi (1) spesifikasi tipe dan kuantitas bahan yang dikeluarkan dari gudang, dan (2) identifikasi pekerjaan untuk membebankan biaya bahan. Formulir ini berperan sebagai alat pengendali bahan yang masuk ke dalam produksi dan oleh akuntansi. b. Kartu biaya (job cost sheet)

Setelah order dibuat, departemen akuntansi akan menyiapkan kartu biaya yang berarti formulir yang disiapkan untuk setiap pekerjaan yang diterima. Kartu biaya berisi data bahan, tenaga kerja dan overhead yang dibebankan ke pesanan yang diterima. Kartu biaya juga menjadi buku pembantu rekening barang dalam proses, yang berfungsi untuk catatan rinci pekerjaan dalam proses yang akan ditambahkan dalam saldo pekerjaan dalam proses.c. Mengukur biaya tenaga kerja langsung

Para pekerja menggunakan kartu jam kerja untuk mencatat waktu yang mereka gunakan untuk setiap pekerjaan dan tugas lainnya. Kartu jam kerja yang lengkap berisi ringkasan aktivitas tenaga kerja setiap jamnya.d. Pembebanan overhead pabrik

Tiga alasan kenapa pembebanan overhead pabrik dapat menjadi tugas yang sulit untuk setiap unit produksi : Overhead pabrik adalah biaya tidak langsung, berarti sangat sulit untuk menelusuri biaya

ini ke produk atau pekerjaan tertentu. Overhead pabrik terdiri dari berbagai macam jenis  biaya. Walaupun output produksi berfluktuasi, biaya overhead pabrik relatif tetap karena adanya

biaya tetap.Cara untuk membebankan overhead ke produk adalah dengan menggunakan proses

alokasi, yang dapat dilakukan dengan memilih basis alokasi (allocation base) yaitu suatu ukuran seperti jam kerja langsung (JKL) atau jam mesin (JM) yang digunakan untuk membebankan biaya overhead ke produk jasa. Basis alokasi digunakan untuk menghitung tarif overhead yang ditentukan dimuka dengan cara :Tarif overhead yang ditentukan dimuka = Estimasi biaya overhead pabrik total

                                                                  Estimasi unit produksi total

Page 2: Perbedaan Job Order Costing Dengan Proses Costing

e. Memilih basis alokasi biaya overheadBasis alokasi yang digunakan bertindak sebagai cost driver biaya overhead. Cost driver

adalah faktor sperti jam mesin, bed yang ditempati, waktu penggunaan komputer, jam terbang yang mengakibatkan adanya biaya overhead. Jika basis yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung tarif overhead bukanlah cost driver, akan berakibat tidak akuratnya tarif overhead dan biaya produk akan terdistori.f. Perhitungan  biaya per unit

Pertama : total biaya bahan langsung, BTKL, dan biaya overhead pabrik dipindahkan ke ringkasan biaya (cost summary) dari karu biaya dan ditambahkan bersama untuk memperoleh total biaya. Kedua : Total biaya dibagi dengan total unit untuk mendapatkan biaya per unit.

2. Process CostingSistem proces costing digunakan dalam perusahaan yang memproduksi satu jenis

produk dalam jumlah besar dalam jangka panjang.Contohnya :  produksi kertas di weyerhaeuser, pencampuran dan pengemasan dalam botol minuman Coca Cola, dan lain sebagainya.

Prinsip dasar dari process costing adalah mengakumulasi biaya dari operasi atau departemen tertentu selama satu periode penuh dan  kemudian membaginya dengan jumlah unit yang diproduksi selama periode tersebut. Rumus :Biaya per unit = Total biaya produksi

Unit produksi total

3. Perbandingan Job Order Costing Dan Process CostingDalam beberapa hal, process costing memiliki kesamaan dan perbedaan dengan job

order costing. Persamaan antara Job Order Costing dan Process Costing

Persamaan yang ada antara Job –Order Costing dengan Process costing adalah sebagai berilkut :

Tujuan utama dari kedua sistem tersebut adalah memebankan biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead ke produk dan memberikan mekanisme penghitungan biaya per unit. Kedua sistem menggunakan rekening yang sama termasuk overhead pabrik, bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.

Perbedaan antara job order costing dengan  process costingPerbedaan antara job order costing dengan process costing disebabkan dua faktor :

(1) Aliran unit dalam sistem proses costing bersifat kontinu(2) Masing- masing unit ini tidak bisa dibedakan

Job order costing Beberapa pekerjaan yang berbeda dikerjakan dalam satu periode. Masing-masing

pekerjaan memiliki spesifikasi masing-masing.

Page 3: Perbedaan Job Order Costing Dengan Proses Costing

Biaya dikumpulkan untuk setiap pekerjaan. Kartu biaya adalah dokumen sumber yang digunakan untuk mengendalikan pengumpulan

biaya suatu pekerjaan. Biaya per unti dihitung untuk setiap pekerjaan berdasarkan kartu biaya.

Process costing Hanya ada satu jenis produk yang diproduksi secara kontinyu dan dalam jangka panjang.

Seluruh unit bersifat identik. Biaya diakumulasikan per departemen. Laporan produksi departemen menjadi dokumen sumber yang menunjukan pengumpulan

dan disposisi biaya per departemen. Biaya per unit dihitung per departemen berdasarkan laporan produksinper departemen.

4. Aliran Biaya Job Order Costinga. Pembelian dan pengeluaran materialMencatat pembelian bahan baku :Bahan baku xxx

Utang dagang xxx

Pengeluaran bahan tidak langsungJurnal yang dibuat untuk pengeluaran bahan tidak langsung :Barang dalam proses xxxOverhead pabrik xxx

Bahan baku xxx

Pengeluaran bahan langsungJurnal yang dibuat untuk pengeluaran bahan langsung :Barang dalam proses xxx

Bahan baku xxx                        b. Biaya tenaga kerjaJurnalnya :Barang dalam proses xxxOverhead pabrik xxx

Utang upah dan gaji xxx

c. Biaya overhead pabrikSeluruh biaya operasi pabrik selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung

diklasifikasikan sebagai biaya overhead pabrik.Jurnalnya :Overhead pabrik xxx

Utang dagang xxx

Page 4: Perbedaan Job Order Costing Dengan Proses Costing

Mengakui adanya pajak dan asuransi yang dibayar dimuka.Jurnalnya :

Overhead pabrik xxx      Pajak property xxx

Asuransi dibayar dimuka xxx

Mengakui adanya penyusutanJurnalnya :

Overhead pabrik xxxAkumulasi penyusutan xxx

d. Pembebanan overhead pabrikJurnal untuk pembebanan overhead pabrik ke barang dalam proses :

Jurnalnya :Barang dalam proses xxx

Overhead pabrik xxx

Biaya overhead aktual tidak dibebankan ke pewkerjaan, biaya overhead aktual tidak tampak dalam kartu biaya ataupun dalam rekening barang dalam proses. Yang akan tampak dalam kartu biaya dan rekening barang dalam proses hanyalah biaya overhead yang dibebankan berdasarkan tarif overhead pabrik yang ditentukan dimuka.

e. Biaya non produksiBiaya non produksi tidak akan diperhitungkan dalam rekening overhead pabrik.

Jurnalnya :Beban gaji xxx

Utang gaji dan upah xxx

Jurnal untuk penyusutanJurnalnya :Beban penyusutan xxx

Akumulasi penyusutan xxx

f. Harga pokok produksiJurnalnya :Barang jadi xxx

Barang dalam proses xxx

g. Harga pokok penjualanUntuk mencatat penjualanJurnalnya :Piutang dagang xxx

Penjualan xxxHarga pokok penjualan xxx

Page 5: Perbedaan Job Order Costing Dengan Proses Costing

Barang jadi xxx

5. ProblemMasalah pembebanan overhead

Dua permasalahan dalam overhead :Pertama : perhitungan overhead yang dibebankan terlalu tinggi dan terlalu rendah.Kedua : diposisi saldo yang masih tersisa dalam rekening overhead pabrik pada akhir periode. Disposisi saldo overhead yang dibebankan terlalu rendah atau overhead yang dibebankan terlalu tinggi.Salso tersebut diperlakukan dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara dibawah ini :

(1) Ditutup ke harga pokok penjualan Menutup saldo dalam rekening overhead pabrik lebih sederhana daripada metode

alokasi.(2) Dialokasikan ke beberapa rekening

Alokasi overhead yang dibebankan terlalu rendah atau terlalu tinggi diantara barang dalam proses, barang jadi, dan dan harga pokok penjualan lebih akurat daripada menutupnya ke rekening harga pokok penjualan, karena bahwa alokasi akan membebankan biaya overhead ke tempat semula sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membuat estimasi tarif overhead yang ditentukan dimuka.

6. Unit Ekuivalen ProduksiDalam proses costing, perhitungannya adalah sebagai berikut :

Unit ekuivalen didefenisikan sebagai hasil dari jumlah unit setengah jadi dan persentase penyelesaian. Unit ekuivalen adalah jumlah unit selesai yang seharusnya diperoleh dari bahan dan usaha yang digunakan untuk menghasulkan barang setengah jadi. Ada dua cara yang berbeda untuk menghitung unit ekuivalen produksi untuk suatu periode, yaitu metode FIFO dan metode rata-rata. Metode FIFO dalam process costing adalah metode yang menganggap bahwa unit ekuivalen dan biaya per unit hanya berkaitan sela periode tertentu saja. Sedangkan metode rata-rata menggabungkan unit dan biaya dari periode sekarang dengan unit dan biaya periode sebelumnya. Dengan metode rata-rata, unit ekuivalen produksi untuk suatu departemen adalah jumlah unit yang ditransfer ke departemen berikutnya ditambah dengan unit ekuivalen persediaan akhir barang dalam prosesdi departemen tersebut.

7. Laporan Biaya Produksi Dengan Metode Rata- Rata TertimbangTujuan laporan produksi adalah untuk meringkas semua aktivitas yang dilakukan dan

akhirnya dimasukakan dalam BDP setiap departemen untuk periode tertentu. Aktivitas ini meliputi unit dan biaya yang mengalir melalui rekening barang dalam proses. Laporan produksi terdiri dari tiga komponen yang saling berkaitan yaitu :1. Skedul kuantitas yang menunjukan aliran unit melalui departemen dan perhitungan unit

ekuivalen2. Perhitungan biaya per unit ekuivalen3. Rekonsiliasi seluruh biaya yang masuk dan keluar dari departemen selama periode

tertentu.

Page 6: Perbedaan Job Order Costing Dengan Proses Costing

Tahap I : menyiapkan skedul kuantitas dan menghitung unit ekuivalenBagian pertama dari laporan produksi terdiri dari skedul kuantitas, yang menunjukkan

arus unit dari satu departemen dan perhitungan unit ekuivalen. Skedul kuantitas memungkinkan manajer untuk melihat secara sepintas berapa unit yang diproses melalui suatu departemen selama satu periode dan melihat tingkat penyelesaian unit yang masih dalam proses. Dan juga skedul kuantitas berguna sebagai panduan utama dalam menyiapkan dan menggabungkan dengan bagian laporan produksi yang lainnya.

Tahap II : menghitung biaya per unit ekuivalenDisebut sebagai metode rata-rata tertimbang, karena metode tersebut membuat rata-

rata unit dan biaya dari periode sebelumnya dengan periode sekarang dengan menambahkan biaya persediaan awal barang dalam proses ke biaya yang terjadi pada periode sekarang.

Tahap III : menyiapkan rekonsiliasi biayaTujuan rekonsiliasi biaya adalah menunjukan bagaimana biaya ayang dibebankan ke

departemen selama satu periode dihitung.

8. Laporan Biaya Produkdi dengan Metode FIFODua perbedaan antara metode rata-rata dengan metode FIFO, yaitu :1. Perhitungan unit ekuivalen2. Perlakuan biaya dalam persediaan awal dilakukan dalam laporan rekonsiliasi biaya.Laporan produksi dengan metode FIFOTahap I : menyiapkan skedul kuantitas dan mengjitung unit ekuivalen.

Hanya ada satu perbedaan antara penyusunan skedul kuantitas dengan metode rata-rata dengan metode FIFO. Perbedaannya berkaitan dengan unit yang dikirim keluar.Tahap II : menghitung biaya per unit ekuivalen

Hanya memperhitungkan biaya yang terjadi selama satu periode sekarang dan mengabaikan biaya-biaya yang berkaitan persedian awal barang dalam proses.Tahap III : menyiapkan rekonsiliasi biaya

Menggunakan metode FIFO ada dua elemen biaya yang berkaitan dengan pekerjaan yang dikerjakan pada periode sekarang.

Page 7: Perbedaan Job Order Costing Dengan Proses Costing

“ AKUNTANSI BIAYA ”

JOB ORDER COSTING & PROCESS COSTING

DI SUSUN OLEH :

SUFIAN ACHMAD VARIANTO (142120066)

AKUNTANSI

EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

SEPTEMBER 2013