perbandingan tinggi badan anak usia 0 12 bulan yang...
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN TINGGI BADAN ANAK USIA 0 – 12 BULAN
YANG DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DAN YANG TIDAK
DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN PAMULANG
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Nabila Shafira Aisyah
NIM: 11151030000046
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H / 2018 M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat serta umatnya.
Alhamdulillahi rabbil „alamin, penulis mendapatkan banyak bimbingan,
bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak sehingga penukis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. dr. Hari Hendarto, Sp.PD-KEMD, Ph.D, FINASIM selaku Dekan FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid., Sp,OT. Selaku Ketua Program Studi Kedokteran
FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh staf pengajar yang telah
memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama menjalani masa
pendidikan.
3. dr. Yanti Susianti Sp. A (K) dan dr. Nurmila Sari M. Kes selaku dosen
pembimbing I dan dosen pembimbing II dalam penelitian ini yang selalu
membimbing dengan sepenuh hati.
4. Drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D. selaku penanggung jawab (PJ) modul
riset PSKPD 2015.
5. Dra. Vivid Indah Dini, H. Suherlan, Drs. H. Prima Surya, dan Kevin Mizan
Dianra yang selalu memberikan dukungan, bimbingan, serta doa yang tak
henti – hentinya kepada penulis.
6. Teman – teman sekelompok riset anak, Salsabila Windya, Nesya Alifah,
Aulia Dyana, dan Tsamara Zakiyyah yang selalu menyemangati, dan
membantu satu sama lain.
7. Sahabat sejak pertama kali menginjakan kaki di UIN, Safira Belarizkia yang
selalu mendengarkan keluh kesah di saat susah maupun senang.
vi
8. Sahabat dekat penulis Rissa Rizkiia, Hasna Aqilah, dan Auliya Yasmin yang
selalu memberikan masukan positif dan curahan kasih sayang tanpa henti.
9. Kakak tingkat yang sudah dianggap seperti kakak sendiri, Annisa Luthfi
Hapsari, yang selalu dapat diandalkan dan menjadi panutan selama menjalani
pendidikan hingga sekarang.
10. Sahabat sejak SMP, Tanjung K, Nindita Ayu, Alun Sagara, dan Amirah
Raissa yang selalu menyemangati dan memberi keyakinan kepada penulis.
11. Sahabat yang selalu mengajarakan untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa
dalam menjalani kehidupan, Andre Yudha Pratama dan Ahmad Fairuz.
12. Teman – teman seperjuangan National Public Health Committee CIMSA,
terutama Ivan Dandy dan Hillarine yang telah memberikan dukungan tanpa
henti dan telah sangat pengertian selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
13. Keluarga COLA dan SCOPH UIN yang sangat penulis sayangi yang selalu
menjadi tempat pelarian dikala jenuh perkuliahan.
14. Keluarga Amigdala yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.
Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini penulis tulis, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Ciputat, September 2018
Nabila Shafira Aisyah
vii
ABSTRAK
Nabila Shafira Aisyah, Program Studi Kedokteran. Perbandingan Tinggi Badan
Anak Usia 0 – 12 Bulan yang Diberikan ASI Esklusif dan yang Tidak Diberikan
ASI Eksklusif di Kecamatan Pamulang. 2018.
Latar belakang : ASI merupakan satu – satunya makanan yang paling cocok untuk
bayi baik dalam segi kualitas ataupun kuantitasnya. WHO merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja tanpa pemberian makanan
ataupun minuman tambahan selama 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif menunjang
pemenuhan gizi yang optimal bagi bayi khususnya usia 0 – 12 bulan. Pemenuhan gizi
merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan bayi. Salah satu
parameter yang dapat diukur untuk mengetahui keadaan pertumbuhan bagi anak
adalah tinggi badan. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan
tinggi badan anak usia 0 – 12 bulan yang diberikan ASI esklusif dan yang tidak
diberikan ASI eksklusif. Metode : penelitian ini bersifat potong lintang dengan cara
melihat data sekunder pertumbuhan anak di Kecamatan Pamulang. Hasil : status
tinggi badan anak usia 0 – 12 bulan di Kecamatan Pamulang di kelompok ASI
eksklusif di dominasi oleh kategori tinggi badan normal yaitu 61.8%, pada kelompok
non ASI eksklusif juga didominasi oleh kategori tinggi badan normal yaitu 52.9%,
Hasil penelitian terdapat perbedaan signifikan tinggi badan anak yang diberikan ASI
eksklusif dan ASI non eksklusif dibuktikan dengan hasil p = 0.032. Kesimpulan :
terdapat perbedaan tinggi badan anak usia 0 – 12 bulan yang diberikan ASI eksklusif
dan yang tidak diberikan ASI eksklusif di Kecamatan Pamulang.
Kata kunci : ASI eksklusif, tinggi badan anak
.
viii
ABSTRACT
Nabila Shafira Aisyah. Medical Study Program. Height Comparison of Children
Aged 0 - 12 Months, Which are Exclusively Breastfed and Those Who are Not
Exclusively Breastfed in Pamulang sub-district. 2018.
Background: Breastmilk is the sole proper meal for infants both in terms of quality
and quantity. The content and volume of breast milk can adjust according to the
needs of the baby. WHO recommends exclusive breastfeeding, which is only
breastfeeding without additional food or drinks for 6 months. Exclusive
breastfeeding bolster up the optimal nutrition fulfillment for infants, aprticularly
aged 0 – 12 months. Nutrution fulfillment is one of the factors which determine the
infants growth. One of the measurable parameters to comprehend the infant’s growth
is the height. Object : the aim of the study was to identify the heighty comparison of
children aged 0 – 12 months, which are exclusively breastfed and those who were not
exclusively breastfed. Methods : this reseacrh was crossectional based on secondary
data of child growth in Pamulang Subdistrict. Results : height status from a grouped
of exclusively breastfed children aged 0 - 12 months in Pamulang Subdistrict were
dominated by normal category,which is 61.8%, height status from a grouped of non
exclusively breastfed children were also dominated by normal category, which is
52.9%. From this result, we can identify the significant differences of height from the
exclusively breastfed children and non exclusively breastfed which has been proven
by the result of p = 0.032.Conclusion : There are significant differences of height
between children aged 0 - 12 months, which are exclusively breastfed and those who
are not exclusively breastfed in Pamulang Sub-district.
Key words : Exclusive breastfeeding, height children.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN......................................................Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................................... xvi
BAB I ......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................................2
1.3. Hipotesis .......................................................................................................................2
1.4. Tujuan ...........................................................................................................................2
1.4.1. Tujuan Umum ........................................................................................................2
1.4.1. Tujuan Khusus .......................................................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................................................3
1.5.1 Bagi Peneliti ............................................................................................................3
1.5.2. Bagi Institusi ..........................................................................................................3
1.5.3. Bagi Masyarakat .....................................................................................................3
BAB II .....................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................................4
2.1. ASI dan ASI Eksklusif ..................................................................................................4
2.1.1. Definisi ASI dan ASI Eksklusif ..............................................................................4
x
2.1.2. Pembagian ASI Menurut Stadium Laktasi .............................................................4
2.1.3. Kandungan ASI ......................................................................................................6
2.2. Fisiologi Laktasi ..........................................................................................................10
2.3. Manfaat ASI ................................................................................................................14
2.4. Pertumbuhan ...............................................................................................................15
2.4.1. Definisi Pertumbuhan ...........................................................................................15
2.4.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan .............................................15
2.5. Kategori dan ambang batas status gizi anak ................................................................19
2.6. Kerangka Teori ...........................................................................................................22
2.7. Kerangka konsep .........................................................................................................23
2.8. Definisi Operasional ....................................................................................................24
2.8. Definisi Operasional (lanjutan) ...................................................................................25
BAB III .................................................................................................................................26
METODOLOGI PENELITIAN .........................................................................................26
3.1. Desain Penelitian .........................................................................................................26
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................................26
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................................................26
3.3.1. Populasi Target .....................................................................................................26
3.3.2. Populasi Terjangkau .............................................................................................26
3.3.3. Teknik Pemilihan dan Besar Sampel ....................................................................26
3.3.4. Kriteria Sampel ....................................................................................................28
3.3.5. Cara Pengambilan Sampel Data ...........................................................................28
3.4. Cara Kerja Penelitian ..................................................................................................30
3.4.2. Alur Penelitian .....................................................................................................31
3.5 Manajemen Data ..........................................................................................................31
3.5.1. Pengolahan Data ...................................................................................................31
3.5.2. Analisis Data ........................................................................................................32
BAB IV ..................................................................................................................................33
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................33
4.1. Deskripsi Hasil ............................................................................................................33
4.2. Pembahasan .................................................................................................................36
4.3. Keterbatasan Penelitian ...............................................................................................39
xi
BAB V ...................................................................................................................................40
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................40
5.1. Kesimpulan .................................................................................................................40
5.2. Saran ...........................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................42
Lampiran .............................................................................................................................46
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan ASI dan susu formula…………………………………………9
Tabel 2.2. Keputusan MENKES RI tentang standard antropometri penilaian status
gizi anak………………………………………………………………………….20-21
Tabel 3.1. Cara pengambilan sampel menggunakan metode cluster random
sampling.....................................................................................................................29
Tabel 4.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada anak di Kecamatan
Pamulang…………………………………………………………………………….33
Tabel 4.2. Distribusi responden di Kecamatan Pamulang berdasarkan usia 0 – 6 bulan
dan 6 – 12 bulan……………………………………………………………………...34
Tabel 4.3. Distribusi responden berdasarkan usia dan jenis kelamin……………….34
Tabel 4.4. Distribusi responden berdasarkan status tinggi badan dan usia………….34
Tabel 4.5. Perbandingan tinggi badan anak yang diberikan ASI eksklusif dan yang
tidak diberikan ASI eksklusif di Kecamatan Pamulang……………………………..35
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur payudara dilihat dari depan dan samping…………………….10
Gambar 2.2. Lobulus yang terdiri dari alveolus penghasil susu yang akan dikeluarkan
melalui duktus………………………………………………………………………..11
Gambar 2.3. Epitel alveolar mensekresikan susu kedalam lumen. Kontraksi dari
sekitar sel – sel mioepitelial akan mengeluarkan susu yang dikeluarkan melalui
duktus……………………………………………………………………………….12
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Refleks pengisapan………………………………………………………13
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Cara pengambilan sampel………………………………………………44
Lampiran 2 Tabel chi square………………………………………………………...45
Lampiran 3 Kurva WHO untuk bayi laki – laki baru lahir hingga usia 6 bulan…….46
Lampiran 4 Kurva WHO untuk bayi laki – laki usia 6 bulan hingga 2 tahun……….47
Lampiran 5 Kurva WHO untuk bayi perempuan baru lahir hingga usia 6 bulan…...46
Lampiran 6 Kurva WHO untuk bayi perempuan usia 6 bulan hingga 2 tahun……...47
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AA : Asam arakidonat
ASI : Air Susu Ibu
BALT : bronchus-associated lymphatic tissue
BB : Berat Badan
BBLR : Bayi berat lahir rendah
DHA : Asam dokosaheksanoat
GALT : gut-associated lymphatic tissue
GH : Growth Hormone
GKF : Growth hormone releasing factor
GnRH : Gonadotropin releasing hormone
hCS : human chorionic somatomammotropin
IgA : Imunoglobulin A
IGFs : Insulin like growth factor
IMT : Indeks Massa Tubuh
Kal : kalori
LCPUFA : Long-chain polyunsaturated fatty acids
MENKES RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
mg : Miligram
mL : Mililiter
Na : Natrium
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SDKI : Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
xvii
sIgA : Imunoglobulin A Sekretori
TB : Tinggi Badan
TRH : Thyrotropin releasing hormone
TSH : Thyroid stimulating hormone
U : Umur
UNICEF : United Nation Children Funds
WHO : World Health Organization
Zn : Seng
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) dikatakan sebagai mukjizat. Hal ini dapat kita
pahami dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada makanan di
dunia ini yang sesempurna ASI.1
Pada tahun 2005, World Health
Organization (WHO) dan United Nation Children Funds (UNICEF)
merekomendasikan sebaiknya anak hanya diberikan ASI selama paling sedikit
enam bulan, setelah itu anak harus diberikan makanan semi padat dan
makanan padat sebagai tambahan selain ASI. Pemberian ASI dilanjutkan
sampai anak berusia 2 tahun.2,3
WHO telah mengkaji atas lebih dari 3.000 penelitian menunjukan
pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka waktu yang paling optimal
untuk pemberian ASI eksklusif. Hal ini, didasarkan pada bukti ilmiah bahwa
ASI eksklusif mencukupi kebutuhan gizi bayi dan pertumbuhan bayi lebih
baik.4
Sekalipun banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari ASI, WHO
memperkirakan pada tahun 2010 hanya 40% dari seluruh bayi di dunia yang
mendapat ASI untuk jangka waktu 6 bulan.5
Menurut Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan pada tahun 2007 terjadi penurunan
jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2%. Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2013 juga melaporkan jumlah bayi yang menyusu ASI
eksklusif sampai usia 6 bulan di Indonesia hanyalah sebanyak 15,3%.4,5
Sementara itu, berdasarkan RISKESDAS tahun 2016, sebaran cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan adalah sebesar 54,0%,
Provinsi Banten sendiri berada pada angka di bawah Nasional yaitu 44,1%.
Sedangkan Target Indonesia Sehat 2010 cakupan ASI eksklusif adalah
sebanyak 80%.3,4,6,7
2
Usia 0 - 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas. Periode emas
dapat diwujudkan apabila pada masa ini anak memperoleh asupan gizi yang
sesuai untuk tumbuh kembang optimal.8
ASI eksklusif memegang peranan
penting terhadap pemenuhan gizi pada bayi, hal ini juga memegang peranan
penting dalam tumbuh kembang anak.9 Salah satu parameter yang dapat
diukur untuk mengetahui keadaan pertumbuhan bagi anak adalah tinggi
badan10,11
Ditinjau dari hal di atas, pemberian ASI eksklusif memungkinkan
memiliki manfaat pada tinggi badan anak usia 0 – 12 bulan yang
dikelompokan berdasarkan kategori status gizi tinggi badan banding usia yang
dinilai menggunakan rekam medik. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui perbandingan tinggi badan anak usia 0 – 12 bulan yang
diberikan ASI eksklusif dan yang tidak diberikan ASI eksklusif di Kecamatan
Pamulang.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan tinggi badan antara anak usia 0 – 12 bulan
yang diberikan ASI eksklusif dengan yang tidak diberikan ASI eksklusif di
Kecamatan Pamulang?
1.3. Hipotesis
Tinggi badan anak usia 0 – 12 bulan yang diberikan ASI eksklusif
lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak didberikan ASI esklusif di
Kecamatan Pamulang.
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan tinggi badan anak usia 0 – 12 bulan yang
diberikan ASI eksklusif dan yang tidak diberikan ASI eksklusif di Kecamatan
Pamulang.
3
1.4.1. Tujuan Khusus
Mengetahui tinggi badan anak usia 0-12 bulan yang dikelompokkan menjadi
kategori sangat pendek, pendek, normal, dan tinggi di Kecamatan Pamulang
Mengetahui tinggi badan anak usia 0 -12 bulan yang diberikan ASI eksklusif
dan tidak diberikan ASI eksklusif yang dikelompokkan menjadi kategori
sangat pendek, pendek, normal, dan tinggi di Kecamatan Pamulang.
Mengetahui data demografi anak usia 0 – 12 bulan di Kecamatan Pamulang
berdasarkan pembagian usia 0 – 6 bulan dan 7 – 12 bulan serta jenis kelamin.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menambah wawasan dan pengalaman penulis.
1.5.2. Bagi Institusi
Menambah sumber referensi penelitian tentang Perbandingan Tinggi Badan
Anak Usia 0 – 12 Bulan yang Diberikan ASI eksklusif dan yang tidak
diberikan ASI eksklusif di Kecamatan Pamulang.
1.5.3. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tenatang pengaruh ASI esklusif terhadap
tinggi badan anak usia 0 – 12 bulan untuk meningkatkan kesadaran
pentingnya pemberian ASI eksklusif.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ASI dan ASI Eksklusif
2.1.1. Definisi ASI dan ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alamiah atau susu terbaik
bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung
komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang
bayi.10
ASI diproduksi di alveoli yang berbentuk seperti buah anggur yang
terdiri dari sel – sel yang memproduksi ASI bila dirangsang oleh hormon
prolaktin. Saluran ASI (duktus laktiferus) berguna untuk menyalurkan ASI
dari alveoli ke sinus laktiferus yang merupakan tempat penyimpanan ASI
yang terletak di areola.12
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja selama enam bulan
tanpa tambahan cairan apapun, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih dan tanpa pemberian makanan tambahan lain, seperti pisang, bubur
susu, biskuit, bubur, atau nasi tim. Setelah bayi berusia enam bulan, barulah
bayi diberikan makanan pendamping ASI dengan ASI tetap diberikan sampai
usia bayi 2 tahun.10
2.1.2. Pembagian ASI Menurut Stadium Laktasi
Produksi ASI berbeda dalam kadar dan komposisi. Ini disebabkan oleh
perbedaan kebutuhan bayi untuk berkembang dari hari ke hari. Dari berbagai
unsur kebutuhan yang sangat berbeda, misalnya pada hari ke – 1 kadar
imonoglobulin A 600 mg/ml ASI, pada hari ke – 2 kadarnya menurun menjadi
500 mg/ml ASI, dan pada hari ke – 4 menjadi hanya 80 mg/ml ASI. Hal ini
disebabkan karena bayi sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
tubuh bayi sendiri sudah mulai memproses kekebalan dibantu rangsangan se l-
5
sel yang lain. Dibawah ini diuraikan berbagai macam asi sebagai
stadium ASI : 1
Stadium 1 atau kolostrum. Kolostrum adalah cairan kekuningan yang
diproduksi pada hari pertama hingga keempat dengan kandungan
protein dan zat anti infeksi yang tinggi serta berfungsi sebagai
pemenuhan gizi dan proteksi bayi baru lahir.13
Kolostrum memiliki
reaksi yang bersifat alkalis dan berat jenis 1,040 – 1,060 berbeda
dengan rata – rata berat jenis ASI matur yaitu 1,030. Jumlah kolostrum
total yang disekresi tiap hari adalah 10 – 40 mL.14
Menurut Anton
Baskoro beberapa ciri penting yang menyertai produksi kolostrum
adalah sebagai berikut:
Kolostrum bertindak sebagai laksatif yang berfungsi
membersihkan dan melapisi mekonium usus bayi yang baru
lahir, serta mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk
menerima makanan selanjutnya.
Kolostrum lebih banyak mengandung protein (sekitar 10%
protein) dibandingkan ASI matur (kira-kira 1% protein).
Pada kolostrum terdapat beberapa protein, yakni
imunoglobulin A (IgA), laktoferin, dan sel-sel darah putih.
Semuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi
terhadap serangan penyakit (infeksi).
Total energi (lemak dan laktosa) berjumlah sekitar 58
kalori/100 ml kolostrum.
Kolostrum lebih banyak mengandung vitamin A, mineral
natrium (Na), dan seng (Zn).
Pada kolostrum terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis
protein dalam usus bayi menjadi kurang sempurna, yang
menyebabkan peningkatan kadar antibodi pada bayi.
6
Lemak dalam kolostrum lebih banyak mengandung
kolesterol dan lesitin dibandingkan ASI matur.15
Stadium II atau ASI peralihan. ASI peralihan adalah air susu ibu yang
keluar setelah kolostrum. ASI peralihan diproduksi 8 – 20 hari dengan
kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air yang lebih tinggi, dan kadar
protein, mineral lebih rendah.16
Pada stadium ini volume susu secara
bertahap bertambah, konsentrasi imunoglobin menurun, dan terjadi
penambahan unsur yang menghasilkan panas lemak, dan laktosa.17
Stadium III atau ASI matur. ASI matur adalah air susu ibu yang
dihasilkan sekitar 21 hari setelah melahirkan dengan kandungan
sekitar 90% air untuk hidrasi bayi dan 10% karbohidrat, protein, dan
lemak untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi.16
ASI matur
memiliki dua tipe yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk diproduksi
pada awal menyusui yang kaya akan protein, laktosa, dan nutrisi
lainnya namun rendah lemak serta komposisi yang lebih encer.
Selanjutnya ketika penyusuan lebih lanjut, kadar lemak secara
bertahap bertambah sementara volume susu berkurang yang disebut
hindmilk.12,17
Produksi susu rata – rata bagi bayi sampai umur 6 bulan
diatas suatu periode 24 jam adalah 809 ± 171 ml, dengan rentang
antara 549 dan 1147 ml ; volume tertinggi dicapai pada pagi hari.19
2.1.3. Kandungan ASI
Asi mengandung unsur – unsur yang sangat diperlukan bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya, antara lain yaitu lemak, protein, karbohidrat,
prebiotik, zat besi, vitamin, elektrolit, dan imunoglobulin.
Lemak merupakan sumber energi utama dan menghasilkan kira –kira
setengah dari total seluruh kalori susu. Lipid terutama terdiri dari
butiran – butiran trigliserid, yang mudah dicerna dan yang merupakan
98% dari seluruh lemak susu ibu.20
ASI terdiri dari asam lemak tak
jenuh rantai panjang yang membantu perkembangan otak dan mata,
7
serta saraf dan system vaskuler. Namun, lemak yang terdapat dalam
susu ibu bervariasi sepanjang menyusui, akan bertambah bila payudara
kosong.21
Payudara penuh diasosiasikan dengan jumlah minimum
lemak dalam susu, sementara payudara yang lebih kosong
diasosiasikan dengan jumlah lemak yang lebih tinggi.18
ASI matur mengandung kira – kira 40% kasein dan 60% protein dadih
(whey protein), yang membentuk dadih lunak di dalam perut dan
mudah dicerna.22
Protein dadih mengandung protein anti infeksi,
sementara kasein penting untuk mengangkut kalsium dan fosfat.
Laktoferin mengikat zat besi, memudahkan absorpsi dan mencegah
pertumbuhan bakteri di dalam usus. Faktor bifidus yang tersedia
mendukung pertumbuhan lactobacillus bifidus (bakteri baik) untuk
menghambat bakteria jahat dengan cara meningkatkan pH feses bayi.
Taurin juga dibutuhkan untuk menggabungkan atau mengkonsumsikan
garam – garam empedu dan menyerap lemak pada hari – hari awal,
serta membentuk myelin sistem saraf.5
Prebiotik (oligosakarida) berinteraksi dengan sel – sel epitel usus
untuk merangsang sistem kekebalan menurunkan pH usus guna
mencegah bakteri – bakteri patogen agar tidak menimbulkan infeksi,
dan menambah jumlah bakteri – bakteri bifido pada mukosa.23
Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI (98%) dan dengan
cepat diurai menjadi glukosa. Laktosa penting bagi pertumbuhan otak
dan terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam susu manusia
dibandingkan dengan susu mamalia lainnya. Laktosa juga penting bagi
pertumbuhan lactobacillus bifidus. Jumlah laktosa dalam ASI juga
mengatur volume produksi susu melalui cara osmosis.5
Bayi yang diberi ASI tidak membutuhkan suplemen sebelum usia
enam bulan karena rendahnya kadar zat besi dalam ASI yang terikat
oleh laktoferi, yang menyebabkannya menjadi lebih terserap dan
dengan demikian mencegah pertumbuhan bakteri – bakteri di dalam
8
usus. Susu formula kira –kira mengandung enam kali lipat “zat besi
bebas” yang kurang terserap sehingga memacu perkembangan bakteri
dan risiko infeksi. Elemen lainnya terdapat dalam konsentrasi lebih
rendah dibandingkan dengan yang ada dalam susu formula, tetapi
dianggap ideal karena mudah diserap.24
Konsentrasi vitamin A dan E cukup bagi bayi. Namun, vitamin D dan
K tidak selalu berada dalam jumlah yang diinginkan. Vitamin D
penting untuk pembentukan tulang, tetapi jumlahnya bergantung pada
jumlah pajanan ibu terhadap sinar matahari. Vitamin K dibutuhkan
untuk pembekuan darah. Kolostrum mempunyai kadar vitamin K yang
rendah oleh karena itu vitamin K diberikan secara rutin pada bayi
ketika lahir. Ketika laktasi matur dan usus bayi terkoloni oleh bakteri,
kadar vitamin K meningkat.20
Kandungan elektrolit dalam ASI sepertiga lebih rendah dari susu
formula, dan 0,2% natrium, kalium, dan klorida. Kalsium, fosfor, dan
magnesium terkandung dalam ASI dalam konsentrasi lebih tinggi
dibandingkan dalam plasma.5
Terdapat 3 jenis imunoglobulin yang terkandung dalam ASI yang
tidak dapat ditiru susu formula, yaitu :
- Antibodi yang berasal dari infeksi yang pernah dialami oleh ibu.
- sIgA (imunoglobin A sekretori), yang terdapat dalam saluran
pencernaan
- Jaras entero-mamari dan bronco-mamari (gut-associated lymphatic
tissue (GALT) dan bronchus-associated lymphatic tissue
(BALT)).5
Sekalipun ASI merupakan standar emas bagi nurtisi bayi, beberapa ibu tidak
dapat, atau memilih untuk tidak menyusui atau memerah ASI. Satu – satunya
alternative selain ASI yang cocok bagi bayi di bawah usia satu tahun adalah susu
formula. Susu formula dirancang agar mirip dengan ASI, namun karena ASI bersifat
9
alamiah sehingga tidak dapat ditiru sepenuhnya. Pada tabel 2.1. dijelaskan perbedaan
antara ASI dan susu formula.
Tabel 2.1. Perbedaan ASI dan susu formula49
Nutrien Air Susu Ibu Susu Formula
Lemak
Omega DHA, AA Tidak mengandung DHA
Kolesterol Tidak mengandung
kolesterol
Lipase Tidak mengandung lipase
Sesuai dengan kebutuhan
bayi, berkurang dengan
seiring bertambahnya usia
Tidak dapat menyesuaikan
Protein
Tinggi kandungan air
dadih (mudah dicerna)
Tinggi kandungan dadih
(lebih sukar dicerna)
Laktoferin (mengikat zat
besi)
Tidak mengandung
laktoferin
Lisosom Tidak mengandung
lisosom
IgA Tidak mengandung IgA
Karbohidrat
Laktosa Kurang kandungan laktosa
Kaya akan oligosakarida Kurang kandungan
oligosakarida
Lain - lain Rasa bervariasi Rasa tidak pernah berubah
10
2.2. Fisiologi Laktasi
Sistem reproduksi wanita menunjang kehidupan bayi sejak konsepsi, semasa
gestasi, hingga tahap awal kehidupan di luar rahim. Susu (atau ekuivalennya)
merupakan nutrien yang esensial bagi kelangsungan hidup neonatus. Karena itu,
selama gestasi kelenjar mamaria, atau payudara, dipersiapkan untuk laktasi.25
Di bawah pengaruh lingkungan hormonal yang terdapat selama kehamilan,
kelenjar mamaria mengembangkan struktur dan fungsi kelenjar internal yang
diperlukan untuk menghasilkan susu. Payudara yang mampu menghasilkan susu
memiliki anyaman duktus yang semakin kecil yang bercabang dari puting payudara
dan berakhir di lobulus. Setiap lobulus terdiri dari sekelompok kelenjar yang mirip
kantung yang dilapisi oleh epitel dan menghasilkan susu yang dinamai alveolus. Susu
dibentuk oleh sel epitel dan kemudian di sekresikan ke dalam lumen elveolus, lalu
dialirkan oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu ke permukaan puting
payudara.25
Gambar 2.1. Struktur payudara dilihat dari depan dan samping.34
Sumber : Netter, Frank, 2014.
11
Gambar 2.2. Lobulus yang terdiri dari alveolus penghasil
susu yang akan dikeluarkan melalui duktus.25
Sumber : L, Sherwood, 2016.
Selama kehamilan, estrogen dalam kadar yang tinggi akan mendorong
perkembangan ekstensif duktus, sementara kadar progesteron yang tinggi akan
merangsang pembentukan alveolus - lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin dan
human chorionic somatomammotropin (hCS) juga ikut berperan dalam
perkembangan kelenjar mamaria dengan menginduksi sintesis enzim – enzim yang
dibutuhkan untuk memproduksi susu. Komitmen untuk mempersiapkan payudara
bagi nutrisi janin sangat besar sehingga ukuran kelenjar hipofisis selama kehamilan
meningkat dua atau tiga kali lipat akibat peningkatan jumlah sel penyekresi prolaktin
yang diinduksi oleh estrogen.25
Sebagian besar perubahan di payudara terjadi selama paruh pertama
kehamilan sehingga pada pertengahan kehamilan kelenjar mamaria telah mampu
penuh menghasilkan susu. Namun, sekresi susu tidak terjadi hingga persalinan.
Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi selama paruh terakhir kehamilan
mencegah laktasi dengan menghambat efek stimulatorik prolaktin pada sekresi susu.
Prolaktin adalah perangsang utama sekresi susu. Karena itu, meskipun steroid –
12
steroid plasenta berkadar tinggi tersebut merangsang perkembangan organ penghasil
susu, hormon – hormon ini juga mencegah kelenjar mamaria beroperasi hingga bayi
lahir dan susu dibutuhkan. Penurunan mendadak estrogen dan progesteron yang
terjadi dengan keluarnya plasenta saat persalinan memicu laktasi.25
Setelah produksi susu dimulai sesudah proses melahirkan, terdapat dua
hormon penting untuk mempertahankan laktasi, yaitu prolaktin, yang meningkatkan
sekresi susu, dan oksitosin yang menyebabkan ejeksi susu. Ejeksi susu atau milk
letdown, merujuk kepada ekspulsi kuat susu dari lumen alveolus keluar melalui
duktus. Pelepasan kedua hormon ini dirangsang oleh refleks neuroendokrin yang
dipicu oleh pengisapan.25
Gambar 2.3. Epitel alveolar mensekresikan susu ke dalam lumen.
Kontraksi dari sekitar el-sel myoepithelial akan mengeluarkan
susu yang dikeluarkan melalui duktus.25
Sumber : L, Sherwood, 2016.
13
Bagan 2.1. Refleks pengisapan.25
Sumber : L, Sherwood, 2016
Pengisapan
Mekanoreseptor di putting payudara
Hipotalamus
Jalur saraf ↓ prolactin inhibiting – hormone atau ↑ prolactin – releasing hormone
Hipofisis
posterior Hipofisis
anterior
↑ oksitosin ↑ prolaktin
Kontraksi sel
mioepitel yang
mengelilingi alveolus
Ejeksi susu
Sekresi oleh
sel epitel
alveolus
↑ sekresi susu
+
+
+ +
14
2.3. Manfaat ASI
Komposisi ASI sangat tepat bagi kebutuhan tumbuh kembang bayi
berdasarkan usianya. Selain nutrisi, ASI mengandung sejumlah sel imun, antibodi,
dan bahan kimia lain yang membantu melindungi bayi terhadap infeksi hingga bayi
dapat membentuk sendiri respons imun yang efektif beberapa bulan setelah lahir.1,23
Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI tetap
diberikan hingga usia 2 tahun. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007,
sejumlah 46,2% penyebab kematian neonatal disebabkan oleh BBLR, asfiksia, dan
penyakit infeksi.26
Bayi belum memiliki komponen kekebalan tubuh yang lengkap
layaknya orang dewasa, sehingga bakteri dan virus lebih mudah berkembang.
Pemberian makanan dan minuman selain ASI berpotensi menjadi sumber patogen
bagi bayi yang sistem imunnya belum maksimal. Bayi yang mendapat ASI
memperoleh perlindungan tambahan karena ASI mengandung banyak sel imun
limfosit T dan B, makrofag, serta neutrofil yang menghasilkan antibodi dan langsung
menghancurkan mikroorganisme patogenik. Sel ini sangat banyak terdapat pada
kolostrum. IgA sekretorik yang terkandung dalam ASI juga membantu melindungi
antibodi dari destruksi oleh asam lambung dan enzim – enzim pencernaan. Komposisi
zat gizi ASI bukan hanya tepat hal jumlah, tetapi proporsi zat gizi ASI juga membuat
ASI mudah dicerna oleh bayi. ASI mengandung protein dan asam lemak dengan rasio
yang pas, sehingga lebih mudah dicerna oleh bayi. Adanya bakteri pencernaan yaitu
bifidobakteri pada ASI juga merupakan faktor penting bagi pencernaan, salah satu
perannya adalah mempermudah proses pencernaan sehingga penyerapan zat gizi lebih
mudah dan cepat.25,27
Masa kehamilan hingga bayi berusia 2 tahun merupakan periode pertumbuhan
otak yang paling cepat. Hubungan antara perkembangan bayi dan pemberian ASI
telah banyak diteliti, penelitian Anderson menyimpulkan bahwa bayi yang diberikan
ASI memiliki tingkat perkembangan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bayi yang diberikan susu formula. Salah satu penjelasan dari hasil penelitian tersebut
adalah 60% dari otak bayi tersusun dari lemak, terutama DHA dan asam arakidonat
15
(AA), dan ASI mengandung asam lemak tak jenuh rantai panjang (LCPUFAs) seperti
DHA dan AA yang merupakan zat gizi ideal untuk pertumbuhan otak bayi yang
belum matang.27
Menyusui juga menguntungkan bagi Ibu. Pelepasan oksitosin yang dipicu
oleh menyusui mempercepat involusi uterus. Selain itu, pengisapan oleh bayi
menekan daur haid karena prolaktin menghambat GnRH, sehingga sekresi LH dan
FSH juga tertekan. Karena itu, laktasi cenderung mencegah ovulasi, sehingga
mencegah kehamilan berikutnya.25
2.4. Pertumbuhan
2.4.1. Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya
jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu. Anak tidak hanya
bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ – organ tubuh
dan otak. Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan otak adalah anak mempunyai
kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan akalnya.
Pertumbuhan fisik dapat dinilai degan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang, tanda – tanda seks sekunder.9
2.4.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh
kebang anak, yaitu :
1. Faktor genetik
Faktor genetik sangat berperan penting terhadap pertumbuhan.
Faktor genetik ini dikaitkan dengan adanya kemiripan anak dengan
orang tuanya dalam hal bentuk tubuh, proporsi tubuh, dan kecepatan
perkembangan.28
Faktor genetik merupakan modal dasar dan
mempunyai peran utama dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel
telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
16
pertumbuhan. Pertumbuhan ditandai oleh intensitas dan kecepatan
pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur
pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Yang termasuk faktor
genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, meliputi jenis kelamin, atau bangsa. Potensi genetik yang
baik bila berinteraksi dengan lingkungan yang positif, akan
membuahkan hasil akhir yang optimal. Gangguan pertumbuhan di
Negara maju lebih sering disebabkan oleh faktor genetik ini, misalnya
kelainan bawaan yang disebabkan oleh kelainan kromosom seperti
Sindrom Down, Sindrom Turner, dan sebagainya. Sementara itu di
Negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain
disebabkan oleh faktor genetik, juga disebabkan oleh faktor
lingkungan yang kurang kondusif untuk tumbuh kembang anak,
seperti penyakit infeksi, kurang gizi, penelantaran anak, dan
sebagainya yang juga berdampak terhadap tingginya angka kematian
bayi dan anak.9
Ketika seorang anak memiliki dari ibu dan ayah yang berpostur
tinggi, biasanya anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang
berpostur tinggi, sebaliknya, jika anak memiliki ibu dan ayah yang
berpostur pendek, maka anak tersebut akan tumbuh dengan postur
yang pendek juga. Orang Afrika yang tidak mendapatkan gizi yang
baik namun mereka memiliki postur tubuh yang tinggi, hal ini karena
faktor bawaan genetik. Seseorang yang memiliki potensi genetik yang
bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan yang baik
sehingga pertumbuhan akan optimal.28,29
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapainya potensi bawaan. Lingkungan yang baik akan
memungkinkan tercapainya potensi genetik yang baik juga, sedangkan
17
lingkungan yang tidak baik akan menghambat potensi genetik bawaan
yang sudah ada. Yang termasuk dalam faktor lingkungan adalah :
1. Gizi
Makanan memegang peranan yang penting bagi
pertumbuhan. Pemenuhan gizi antara bayi, anak, dan
dewasa tentunya berbeda tergantung pada usia, jenis
kelamin, dan aktifitas fisik. ASI merupakan satu – satunya
makanan yang sangat cocok dan dapat memenuhi semua
kebutuhan gizi bayi. Sekitar 80% dari volume ASI adalah
air dan oleh sebab itu bayi tidak membutuhkan minuman
tambahan, sekalipun dalam kondisi panas. ASI berisi
banyak unsur atau zat yang memenuhi kebutuhan bayi. ASI
tidak dapat digantikan secara akurat oleh susu buatan, ASI
sering kali dirujuk sebagai cairan kehidupan yang
mengandung air, lemak, protein, karbohidrat, elektrolit,
mineral, serta imunoglobulin.5,9
Menurut penelitian Winny, 2014 mengenai hubungan
antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pada anak batita di wilayah Minahasa didapatkan
hasil bahwa batita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
memiliki resiko 2x lebih besar menderita stunting
dibandingkan dengan batita yang mendapatkan ASI
eksklusif.30
2. Hormon
Hormon – hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang yaitu :
18
a. Hormon pertumbuhan / Growth Hormone (GH)
Merupakan hormon utama yang bertanggung
jawab mengatur pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan, hormon ini juga menjalankan kerja
metabolik yang sangat penting.25
Kandungan hormon pada ASI jumlahnya
sedikit, tetapi sangat diperlukan dalam proses
pertumbuhan dan sistem metabolism, antara lain
hormon GKF, GnRH, kalsitonin, insulin,
neurotensin, oksitosin, steroid ovarium, prolaktin,
relaksin, somastotatmin, triiodotironin, tiroksin,
TRH, TSH, steroid adrenal, dan faktor pertumbuhan
(epidermal growth factor, human milk growth
factors I, II,III, mammary derived growth factor I,
nerve growth factor, colony stimulating factor, dan
bifidus growth factor).1
Hormon pertumbuhan merangsang terbentuknya
somatomedin selanjutnya berefek pada tulang
rawan. GH mempunyai cardiac variation yaitu
aktifitasnya akan meningkat pada malam hari pada
waktu tidur, sesudah makan, sesudah latihan fisik,
dan pada saat terjadi perubahan kadar gula darah.9
b. Hormon tiroid
Diproduksi oleh kelenjar tiroid, adalah
suatu turunan tirosin beriodium. Hormon ini
esensial bagi pertumbuhan. Hormon tiroid akan
membantu kerja GH dalam pertumbuhan,
19
pertumbuhan anak dengan hipotiroid akan
terganggu. 25
c. Insulin like growth factor
IGFs merupakan somatomedin yang
bekerja sebagai mediator GH dengan cara kerja
yang mirip dengan insulin. Fungsinya, selain
sebagai growth promoting factor yang berperan
pada pertumbuhan, juga adalah sebagai
mediator GH. Hormon ini memiliki cara kerja
yang mirip dengan insulin dan menimbulkan
efek mitogenik pada kondrosit, osteoblast, dan
jaringan lainnya.9
2.5. Tinggi Badan
Tinggi badan didefinisikan sebagai hasil pengukuran maksimum panjang
tulang - tulang tubuh yang membentuk poros tubuh, yang diukur dari titik tertinggi
kepala yang disebut vertex (puncak kepala) ke titik terendah dari tulang kalkaneus
(tuberositas calcanei) yang disebut heel.33
2.5.1.Cara Pengukuran
Persiapkan untuk mengukur tinggi badan secepatnya setelah menimbang
anak. Pastikan sepatu anak, kaos kaki, dan hiasan rambut sudah dilepas. Jika bayi
akan ditimbang dengan telanjang, boleh menggunakan popok kering untuk
menghindari basah ketika pengukuran berlangsung. Jika ruang tempat pengukuran
dalam keadaan dingin maka selimuti anak agar tetap hangat sambil menunggu
pengukuran. Dalam pengukuran panjang atau tinggi anak, ibu harus membantu proses
pengukuran dengan tujuan untuk menenangkan serta menghibur anak. Jelaskan pada
ibu alasan pengukuran dan tahapan prosedur pengukuran. Tunjukkan dan jelaskan
kepada ibu bagaimana ibu bisa membantu. Jelaskan pula pentingnya menjaga anak
tetap tenang agar didapatkan hasil pengukuran yang tepat. Berikut adalah tata cara
mengukur tinggi badan anak menggunakan length board.34
20
Terlentangkan balita di atas papan pengukur dengan posisi kepala menempel
pada bagian papan yang datar dan tegak lurus (papan yang tidak dapat
bergerak).
Pastikan bagian puncak kepala menempel pada bagian papan yang statis.
Posisikan bagian belakang kepala, punggung, pantat, dan tumit menempel
secara tepat pada papan pengukur.
Geser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian kedua telapak kaki
menempel pada bagian papan yang dapat digeser (dengan cara menekan
bagian lutut dan mata kaki.
Baca dan catat panjang badan anak.
2.6. Kategori dan ambang batas status gizi anak
Terdapat beberapa cara untuk menentukan status gizi anak sesuai dengan
indeks yang telah ditetapkan oleh MENKES RI, penjelasan indeks status gizi anak
dapat dilihat dari tabel 2.2.
Tabel 2.2. Keputusan MENKES RI tentang standar antropometri penilaian status gizi
anak38
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat badan menurut umur
(BB/U) anak umur 0 – 60
bulan
Gizi buruk < -3 SD
Gizi kurang -3 SD sampai dengan -2 SD
Gizi baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi lebih > 2 SD
21
Tabel 2.2. Keputusan MENKES RI tentang standar antropometri penilaian status gizi
anak38
(lanjutan)
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Panjang badan menurut
umur (PB/U) atau Tinggi
badan menurut umur
(TB/U) anak umur 0 – 60
bulan
Sangat pendek < -3 SD
Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi > 2 SD
Gemuk > 2 SD
Indeks massa tubuh
menurut umur (IMT/U)
anak umur 0 – 60 bulan
Sangat kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
2.6. Kajian Islam
Anjuran memberika ASI untuk anak terkandung pula dalam Al-Qur‟an, yaitu
di Surah Al-Baqarah Ayat 233 dibahas mengenai perintah memberikan ASI yang
memberikan banyak manfaat untuk bayi. Yang Artinya: “Para ibu hendaklah
menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma‟ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya
dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.” (Q.S. Al-Baqarah,2 :
233).
22
2.6. Kerangka Teori
Bayi baru lahir
ASI Eksklusif Non ASI Eksklusif
Protein
Satu – satunya makanan yang
paling cocok untuk bayi baru
lahir hingga usia 6 bulan
Karbohidrat Lemak Vitamin Kalsium
Tumbuh Kembang
Tinggi badan Berat badan
Sangat pendek
Pendek
Normal
Tinggi
Susu
formula
Air Jus buah
Kandungannnya
kurang tepat untuk
bayi jika dibandingkan
dengan ASI
Faktor gizi Faktorgenetik Faktor lingkungan
fisik Faktor keluarga
23
2.7. Kerangka konsep
Bagan 2.4. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel bebas (independent)
: Variabel terikat (dependent)
: Hubungan yang diteliti
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pertumbuhan tinggi
badan pada anak usis 0 – 12 bulan di Kecamatan Pamulang yang diberikan ASI
eksklusif ataupun yang tidak diberikan ASI eksklusif. Pertumbuhan tinggi badan
dikategorikan dalam kelompok tinggi badan tinggi, normal, pendek, dan sangat
pendek.
Anak usia 0 – 12 bulan
Diberikan ASI Eksklusif Tidak diberikan ASI
Eksklusif
Pertumbuhan tinggi
badan
Sangat pendek Tinggi
Pendek Normal
24
Faktor lain yang mempengaruhi tinggi badan seperti genetik, lingkungan, dan
sebagainya tidak dilakukan oleh peneliti.
2.8. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
1
Tinggi
badan
Ukuran tubuh manusia dari
rambut sampai ke kaki yang
diukur secara telentang.40
Dikategorikan menjadi
1. Sangat pendek : < -3 SD
2. Pendek : -3 SD sampai
dengan < -2 SD
3. Normal : -2 SD sampai
dengan 2 SD
4. Tinggi : >2 SD
Rekam
Medik
Hasil
dalam
sentimeter
yang di
dapatkan
dari
observasi
dokumen
Ordinal
2 Riwayat
Pemberian
ASI
Riwayat pemberian ASI
eksklusif yang dikelompokan
menjadi :
1. ASI eksklusif : yaitu
pemberian hanya ASI saja
selama enam bulan tanpa
tambahan cairan apapun, seperti
susu formula, jeruk, madu, air
teh, air putih dan tanpa
pemberian makanan tambahan
lain, seperti pisang, atau bubur.
Rekam
Medik
Observasi
dokumen
Nominal
25
2.8. Definisi Operasional (lanjutan)
No Variabel Definisi Alat
Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
2. Non ASI eksklusif : yaitu
tidak diberikan ASI eksklusif
(dapat diberikan tambahan
susu formula, air, jus buah, teh,
bubur susu atau makanan padat
sejak lahir hingga usia 6
bulan).
Rekam
Medik
Observasi
Dokumen
Nominal
3 Jenis
Kelamin
Perbedaan antara perempuan
dengan laki-laki secara
biologis sejak seseorang
lahir.36
Rekam
Medik
Perempuan
dan laki -
laki
Nominal
4 Usia Anak Lamanya waktu hidup yaitu
terhitung sejak lahir sampai
dengan sekarang.37
Rekam
Medik
0 – 6
bulan
7 – 12
bulan
Nominal
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional (potong lintang) yang
bersifat analitik kategorik tidak berpasangan yaitu mencari perbandingan antar
variabel yaitu perbedaan tinggi badan anak usia 0 – 12 bulan terhadap riwayat
pemberian ASI eksklusif atau non ASI eksklusif dan dilakukan dalam satu waktu dan
hanya satu kali.31,32
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari data 17
posyandu di Kecamatan Pamulang. Pengambilan data sekunder dilakukan pada bulan
September 2018.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Target
Populasi target penelitian adalah anak berusia 0 – 12 bulan.
3.3.2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau yang digunakan adalah anak berusia 0 – 12 bulan di
Kecamatan Pamulang yang terdata di Posyandu.
3.3.3. Teknik Pemilihan dan Besar Sampel
Pemilihan sampel menggunakan data sekunder yaitu data rekam medis
pertumbuhan anak yang di data pada bulan September 2018 terdiri dari data 17
Posyandu dan diambil sesuai dengan kriteria inklusi. Penentuan besar sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu pemilihan
sampel dilakukan bila populasi tidak terdiri dari individu – individu melainkan terdiri
dari kelompok – kelompok indvividu atau cluster.30,31
27
kemudian pemilihan sample dipilih secara acak melalui undian sehingga setiap
elemen dalam cluster mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel
penelitian.31
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian menggunakan rumus
analitik kategorik tidak berpasangan seperti dibawah ini :
[ √ √
]
[ √ √
]
Keterangan :
Zα : Standar deviasi pada kesahalan tipe I ditetapkan sebesar 5% = 1,96
Zβ : Standar deviasi pada kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20% = 0,84
P1 – P2 : Selisih minimal proporsi yang dianggap bermakna = 0,2
P2 : Angka klinis terstandar = 0,7
Q2 : 1 – 0,7 = 0,3
P1 : P2 + 0,2 = 0,7 + 0,2 = 0,9
Q1 : 1 – P1 = 1 – 0,9 = 0,1
P : (P1 + P2) / 2 = 0,8
Q : 1 – P = 1 – 0,8 = 0,2
Berdasarkan perhitungan jumlah sampel dengan rumus di atas, didapatkan
jumlah sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 68 orang dalam setiap kelompok.
28
3.3.4. Kriteria Sampel
3.3.4.1. Kriteria Inklusi
Anak berusia 0 – 12 bulan yang terdata riwayat pemberian ASI dan tinggi
badannya di Posyandu wilayah Kecamatan Pamulang.
Anak yang diukur tinggi badannya secara telentang.
3.3.4.2 Kriteria Eksklusi
Anak dengan keterangan data tidak lengkap karena tidak dapat dinilai.
3.3.5. Cara Pengambilan Sampel Data
Teknik pengambilan sampel terdiri dari dua tahap, yang pertama karena
populasi terdiri dari kelompok – kelompok yang dikelompokan dalam tiap posyandu
sehingga digunakan metode cluster random sampling. Perhitungan banyaknya sampel
di tiap posyandu dihitung berdasarkan rumus dibawah ini :
Rumus diatas digunakan untuk menentukan pemilihan jumlah sampel untuk
kategori anak yang diberikan ASI eksklusif, sedangkan pemilihan jumlah sampel
untuk kategori anak yang tidak diberikan ASI Esklusif digunakan rumus sebagai
berikut :
Setelah jumlah sampel didapatkan untuk setiap posyandu, maka tahap
selanjutnya dilakukan pemilihan sampel secara random sampling. Pemilihan sampel
29
dilakukan secara acak sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan di tiap
posyandu menggunakan fitur randomized Microsoft Excel.
Tabel 3.1. Cara pengambilan sampel menggunakan metode cluster random sampling.
Posyandu Jumlah anak
di posyandu
Jumlah anak Sampel kelompok dalam 1 posyandu
ASI
eksklusif
Non ASI
eksklusif
ASI eksklusif Non ASI eksklusif
1 22 8 14 3 12
2 3 3 - 1 -
3 19 9 10 4 9
4 10 8 2 3 2
5 12 9 3 4 3
6 22 12 10 5 9
7 4 3 1 1 1
8 9 4 5 2 4
9 23 20 3 9 3
10 42 24 18 11 16
11 8 5 3 2 3
12 21 20 1 9 1
13 4 2 2 1 2
14 7 7 - 3 -
15 2 - 2 - 2
16 16 14 2 5 1
17 11 11 - 5 -
30
3.4. Cara Kerja Penelitian
Persiapan penelitian
Menentukan tempat untuk
pengambilan data
Pembuatan proposal penelitian
Membuat surat perizinan
mengambil data rekam
medik di Posyandu
Menentukan jumlah sampel
yang dibutuhkan
Menentukan kriteria inklusi
Pengambilan data rekam medik
Tidak sesuai kriteria inklusi
Tidak diolah
Sesuai kriteria inklusi
Pengambilan data
Penyajian hasil dan
kesimpulan
31
3.4.2. Alur Penelitian
3.5 Manajemen Data
3.5.1. Pengolahan Data
Manajemen data adalah cara pengolahan data yang dilakukan mulai dari
pengumpulan data sampai dengan analisis data yang bertujuan untuk
menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan untuk mendapatkan simpulan hasil evaluasi. Tahapan manajemen
data adalah sebagai berikut.
Observasi / survei
Pengumpulan data /
informasi awal
Pembuatan proposal
Pembuatan surat perizinan
Mengambil data rekam
medik
Pengolahan data dan analisis
data
Laporan hasil penelitian
Simpulan penelitian
32
1. Cleaning
Data yang sudah ada terlebih dahulu dipilah dengan cara meneliti data
yang ada supaya tidak terdapat data yang tidak diperlukan.
2. Editing
Pada tahap ini dilakukan kembali pemeriksaan kelengkapan data
rekam medis.
3. Coding
Data yang telah terkumpul diberi kode berupa kategori yang sudah ada
agar memudahkan untuk memasukan data.
4. Entry
Data yang telah diberi kode dimasukkan kedalam computer untuk
kemudian dilakukan analisis data. Kemudian data disajikan dalam bentuk
teks, grafik, dan tabel.
5. Cleaning
Data yang sudah dimasukkan dibersihkan dan diperiksa kembali bila
ditemukan ketidaklengkapan dan kemudian dilakukan perbaikan.
3.5.2. Analisis Data
Data rekam medis yang telah diperoleh akan dianalisa menggunakan software
IBM Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 22.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data rekam medik anak usia 0 –
12 bulan yang diambil pada bulan September 2019 di 17 posyandu. Dari pengambilan
data dengan cara tersebut didapatkan anak yang terdata sebanyak 229 anak yang
terdiri dari 153 anak yang diberikan ASI eksklusif dan 76 anak yang tidak diberikan
ASI eksklusif, kemudian dilakukan pemilihan sampel sebanyak 68 tiap kelompok
berdasarkan kriteria inklusi.
4.1. Deskripsi Hasil
Tabel 4.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada anak di Kecamatan
Pamulang.
Jenis Kelamin n %
Laki - laki 77 56.6
Perempuan 59 43.4
Total 136 100.0
Berdasarkan tabel 4.1. didapatkan sebagian besar sampel anak usia 0 – 12
bulan di Kecamatan Pamulang berjenis kelamin laki – laki yaitu sebanyak 77 anak
(56.6%) sedangkan sampel yang berjenis kelamin perempuan jumlahnya lebih sedikit
yaitu sebanyak 59 anak (43.4%).
34
Tabel 4.2. Distribusi responden di Kecamatan Pamulang berdasarkan usia 0 - 6 bulan
dan 6 - 12 bulan.
Usia bayi n %
0 - 6 bulan 61 44.9
7 - 12 bulan 75 55.1
Total 136 100.0
Dari tabel 4.2. dapat dilihat distribusi responden penelitian, terdapat 61 anak
yang berusia 0 - 6 bulan (44.9%) dan terdapat 75 anak yang berusia 7 – 12 bulan
(55.1%).
Tabel 4.3. Distribusi responden berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Usia bayi
Jenis Kelamin
Laki - laki % Perempuan %
0 – 6 bulan 33 42.85 28 47.45
6 – 12 bulan 44 57.15 31 52.55
Total 77 100 59 100
Berdasarkan tabel 4.3. didapatkan responden usia 0 – 6 bulan lebih
didominasi dengan anak berjenis kelamin laki – laki yaitu berjumlah 33 dan jumlah
anak berjenis kelamin perempuan adalah 28 anak, sedangkan responden usia 6 – 12
bulan didapatkan anak berjenis kelamin laki – laki sebanyak 44 anak dan perempuan
sejumlah 31 anak.
35
Tabel 4.4. Distribusi responden berdasarkan status tinggi badan yang diukur
menggunakan kurva WHO.
Status Tinggi Badan Anak n %
Sangat Pendek 0 0
Pendek 22 16.0
Normal 86 63.0
Tinggi 28 21.0
Pada tabel 4.4. dapat dilihat distribusi responden berdasarkan status tinggi
badan yang diukur menggunakan kurva WHO, pada kategori tinggi badan pendek
terdapat 22 anak (16.0%), kategori tinggi badan normal 86 anak (63.0%), dan
kategori tinggi badan tinggi sebanyak 28 anak (21.0%). Anak usia 0 – 12 bulan di
Kecamatan Pamulang didominasi dengan status tinggi badan normal.
Tabel 4.5. Perbandingan tinggi badan anak yang diberikan ASI eksklusif dan yang
tidak diberikan ASI eksklusif di Kecamatan Pamulang.
Status Tinggi
Badan Anak
Usia 0 – 12
Bulan
Pemberian ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif
Hasil Uji
Chi Square ASI Esklusif % Non ASI
Esklusif %
Tinggi 18 26.50 10 14.7
p 0,032
Normal 44 64.70 42 61.8
Pendek
Sangat Pendek
6
0
8.80
0
16
0
23.5
0
36
4.2. Pembahasan
Dari tabel 4.1. didapatkan sebagian besar sampel yaitu sebanyak 56.6%
berjenis kelamin laki – laki, sedangkan sampel berjenis kelamin perempuan lebih
sedikit yaitu 43.4%. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Wulan Ambarwati di Kelurahan Kebun Jeruk yang mendapatkan jumlah
responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu berjumlah 37 anak
(52.9%), sedangkan responden yang berjenis kelamin laki – laki lebih sedikit yaitu
berjumlah 33 (47.1%).41
Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat pengambilan
sampel dilakukan dengan metode random sampling tanpa memperhatikan jenis
kelamin responden.
Dari tabel 4.2. didapatkan 61 anak yang berusia 0 - 6 bulan (44.9%) dan
terdapat 75 anak yang berusia 7 – 12 bulan (55.1%). Penelitian sebelumnya yamg
dilakukan oleh Jane Kristin dkk yang dilakukan di Manado didapatkan 17 bayi
(44.7%) berusia 1 – 3 bulan, sedangkan 21 bayi (55.3%) berusia 4 – 6 bulan.
Perbedaan hasil ini dikarenakan usia sampel yang digunakan berbeda dengan
penelitian sebelumnya.42
Tabel 4.3. memperlihatkan hasil distribusi usia dan jenis kelamin di
Kecamatan Pamulang. Belum terdapat penelitian lain yang menjelaskan data
demografi responden berdasarkan usia dan jenis kelamin, sehingga tidak dapat
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.
Setelah dilihat menggunakan kurva WHO height-for-age, didapatkan hasil
status tinggi badan kategori normal yang mendominasi yaitu 63.0%. Hal ini sejalan
dnegan peelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Locitasari yang menyatakan bahwa
sebanyak 69.0% anak usia 0 – 6 bulan di Kecamatan Ngawi memiliki pertumbuhan
yang baik.43
Hasil ini juga serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Indrawati
yang dilakukan di Desa Karangrejek Wonosari Gunung Kidul yang di dapatkan status
tinggi badan anak kategori normal sebanyak 95 anak (73.1%).44
37
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Chi Square, pada tingkat
kemaknaan diperoleh nilai p = 0.032 yang berarti p < 0.05, dengan demikian dapat
disimpulkan secara statistik bahwa terdapat perbedaan tinggi badan anak usia 0 – 12
bulan yang diberikan ASI eksklusif dan yang tidak diberikan ASI eksklusif.
Penelitian yang dilakukan terhadap 136 sampel menunjukan hasil 18 anak
(26.5%) yang diberikan ASI eksklusif memiliki tinggi badan kategori tinggi dan
hanya 10 orang (14.7%) anak dari kategori non ASI eksklusif yang masuk ke kategori
tinggi. Sebanyak 42 orang (61.8%) dari kelompok ASI eksklusif memiliki tinggi
badan yang normal, jumlah ini lebih besar daripada jumlah anak dengan kategori
tinggi badan normal pada kelompok non ASI eksklusif yaitu sebanyak 36 anak
(52.9%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Locitasari yang hasilnya
disebutkan bahwa bayi dengan pertumbuhan baik yang diberi ASI eksklusif
berjumlah 18 orang (85,7%) dan yang diberi susu formula berjumlah 11 orang
(52,4%),43
Hasil penilaian tinggi badan didapatkan anak yang diberikan ASI eksklusif
mempunyai tinggi badan normal dan tinggi yang lebih banyak jika dibandingkan
dengan kelompok non ASI esklusif. Hal ini dapat terjadi karena karena kalsium yang
terkandung dalam ASI lebih efisien diserap dibanding susu pengganti ASI atau susu
formula, sehingga bayi yang diberikan ASI eksklusif cenderung memiliki tinggi
badan yang lebih tinggi dibanding dengan bayi yang diberikan susu formula. ASI
mengandung kalsium yang lebih mudah diserap tubuh lebih baik sehingga dapat
memaksimalkan pertumbuhan terutama tinggi badan.50
Terdapat perbedaan pula pada
kategori tinggi badan pendek, anak yang diberikan ASI eksklusif lebih sedikit yaitu 8
anak (11.8%) jika dibandingkan dengan kelompok non ASI ekslusif yaitu 30 anak
(22.1%). Hasil penelitian yang didapatkan Locitasari pun mengatakan demikian,
pertumbuhan buruk yang diberi ASI eksklusif lebih sedikit yaitu berjumlah 3 (14,3%)
orang jika dibandingkan dengan yang diberi susu formula yaitu berjumlah 10 (47,6%)
orang.43
Kelompok anak yang diberikan ASI eksklusif dapat pula masuk ke kategori
pendek karena dalam penelitian ini faktor pertumbuhan lain seperti faktor genetik,
38
pengetahuan dan pendidikan ibu, status ekonomi, pemberian MPASI, dan frekuensi
menyusui tidak diteliti.
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah
satu dari faktor pasca natal yaitu faktor gizi.9
Unsur gizi menjadi pengaruh yang
dominan dalam pertumbuhan anak terutama pada awal kehidupan sampai umur 12
bulan. Nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi dapat dipenuhi dengan memberikan Air
Susu Ibu. ASI merupakan pilihan optimal sebagai pemberian makan pada bayi
karena mengandung nutrisi, hormon, faktor kekebalan, faktor pertumbuhan, dan anti
inflamasi. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem pencernaan bayi belum mampu
berfungsi dengan sempurna, sehingga bayi belum mampu mencerna makanan selain
ASI.45
Bayi berusia 0 – 6 bulan harus diberikan ASI eksklusif karena ASI
merupakan makanan utama bayi yang telah dibuktikan secara ilmiah.44
Hal ini
karena ASI memiliki banyak keunggulan. Sedangkan makanan pendamping ASI
diberikan pada bayi umur 6 bulan lebih dan diberikan secara bertahap.47
Namun hasil penelitian ini bertentangan denga hasil penelitian Radiah
Adawiah yang dilakukan di Aceh yang didapatkan hasil anak dengan pertumbuhan
tinggi badan baik di kategori non ASI eksklusif lebih banyak yaitu 71.4%, sedangkan
anak yang diberikan ASI eksklusif dengan tinggi badan normal sebanyak 30.3%.
Hasil ini dapat berbeda dengan teori yang sudah ada dapat disebabkan yang pertama
karena letak geografis penelitian yang berbeda, penelitian kali ini dilakukan di Ibu
Kota, pengetahuan untuk dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas ASI melalui
asupan gizi optimal sejak masa kandungan pun pasti lebih berkembang dan lebih
tersebar luas dengan mudah jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan di Aceh. Selain itu di daerah ibu kota lebih terjangkau untuk melakukan
penyuluhan pentingnya pemberian ASI sehingga Ibu – Ibu di daerah Ibu Kota sudah
paham betul bagaimana cara menyusui yang tepat sehingga produksi dan pemberian
ASI dapat optimal. Selain itu, faktor lain seperti jumlah sampel yang dilakukan pada
penelitian sebelumnya yang lebih sedikit juga dapat menjadi salah satu penyebab
39
terjadinya perbedaan hasil penelitian. Sampel yang digunakan pada penelitian
sebelumnya adalah anak usia 1 – 3 tahun yang mungkin faktor lain seperti asupan gizi
lain, aktifitas fisik lainnya bisa berperan yang menyebabkan hasil berbeda.54
4.3. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini pengambilan data hanya dilakukan dengan cara melihat
rekam medik pasien yang terdata pada formulir pemantauan pertumbuhan balita di
posyandu, sehingga faktor lain yang menentukan tinggi badan seperti faktor genetik,
pedidikan ibu, dan pekerjaan orang tua tidak dapat dinilai. Selain itu karena
keterbatasan waktu, penulis mengambil data tinggi badan dari data sekunder,
alangkah baiknya pemeriksaan tinggi badan dan variable lain dapat diukur sendiri
oleh penulis.
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Sampel anak usia 0 – 12 bulan di Kecamatan Pamulang didominasi oleh
jenis kelamin laki – laki dan dari kelompok usia 7 – 12 bulan.
2. Status tinggi badan anak usia 0 – 12 bulan di Kecamatan Pamulang pada
kategori tinggi badan pendek terdapat 22 anak (16.0%), kategori tinggi
badan normal 86 anak (63.0%), dan kategori tinggi badan tinggi sebanyak
28 anak (21.0%).
3. Status tinggi badan anak usia 0 – 12 bulan di Kecamatan Pamulang pada
kelompok ASI eksklusif adalah tinggi 18 (26.5%), normal 44 (61.8%),
dan pendek 6 (11.8%). Sedangkan pada kelompok non ASI eksklusif
tinggi badan kategori tinggi 10 (14.7%), normal 42 (52.9%), dan pendek
16 (32.4%).
4. Terdapat perbedaan tinggi anak yang diberikan ASI eksklusif dan non ASI
eksklusif di Kecamatan Pamulang. Hal ini ditunjukan dengan nilai
signifikansi sebesar 0.032.
5.2. Saran
1. Pada penilitian ini hanya melihat perbandingan tinggi badan anak yang
diberikan ASI eksklusif dan yang tidak diberikan ASi eksklusif,
alangkah baiknya apabila faktor pertumbuhan lain seperti faktor
genetik, status ekonomi, pemberian mpasi atau asupan gizi lainnya,
dan pendidikan ibu dapat diambil datanya sehingga dapat diteliti lebih
lanjut.
41
2. Diharapkan dapat digalakkan kembali tentang pentingnya pemberian
ASI eksklusif untuk bayi baru lahir hingga usia 6 bulan di Kecamatan
Pamulang.
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Purwati S Hubertin. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005; 5 – 22.
2. WHO. Exclusive breastfeeding for optimal growth, development and health of
infants. 2018. [diakses pada 31 Juli 2018].
Tersedia di : http://www.who.int/elena/titles/exclusive_breastfeeding/en/
3. Infodatin. InfoDatin, Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta : Pusat Data
dan Kementerian Kesehatan RI; 2014.
4. Hartono R. Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati Anda. Jogjakarta: Gosyen
Publishing; 2014; 3 – 30.
5. Pollard M. ASI Asuhan Berbasis Bukti. Jakarta : EGC; 2015; 2 – 48.
6. Kementerian Kesehatan RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia
2016. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI; 2017.
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI; 2013.
8. MENKES RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI) Lokal. Jakarta : MENKES RI; 2010.
9. Soetjiningsih, Gde Ranuh IGN. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 2015.
10. Wiji RN. ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.
11. Supariasa, dkk. Penelitian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC; 2013.
12. Suradi R., Roesli U. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.
13. Astutik RY. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika; 2014.
14. Waldo E, Nelson M. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Saunders; 2014;
198.
15. Prasetyono. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogya : Diva Press; 2012.
16. Widuri H. Cara Mengolah ASI Ekslusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta :
Gosyen Publising; 2013.
43
17. Stables D, Rankin J. Physiology in childbearing (3rd
edn), Edinburgh :
Elsevier; 2010.
18. Kent J, Mitoulas L, Cregan M. Volume and Frequency of Breastfeedings and
Fat Content of Breastmilk Throuout the Day, Pediatrics. 2006; 117(3): 387-
95
19. Cregan M, Mitoulas L, Hartmann P. Milk Prolactin, Feed Volume and
Duration Between Feeds in Women Breastfeeding Their Full Term Infants
Over a 24h Period. 2002; 87(2) ; 207-14.
20. RCM (Royal College of Midwifery). Ifant feeding : A resource for health
care professionals and parents, London : RCM trust. 2009.
21. Czank C, Mitoulas LR, Hartmann P. Human milk composition : Fat, in
T.Hale and P.Hartmann (eds) textbook of human lactation Amarillo. TX :
Hale Publishing. 2007; 49 – 68.
22. Lawrence R. Breastfeeding : a guide for medical profession (6th
edn), St.
Louis, MO : Mosby. 2005.
23. Coppa G, Bruni S, Morelli L. The first prebiotics in humans : human milk
oligosaccharides, journal of clinical gastroenterology, 2004; 38: 80 – 3.
24. Walker M. Brestfeeding management and the clinician : using the evidence,
London : Jones and Bartlett Publishers; 2010.
25. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC; 2013. 800
– 98.
26. MENKES RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : MENKES RI. 2007.
27. Fikawati S, Syafiq A, Karima K. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta : Rajawali Pers;
2015; 115 – 136.
28. Ismael S. Tumbuh Kembang Anak dalam Pencapaian Potensi Sumber Daya
Manusia yang Tangguh. Jakarta : FKUI; 1991.
29. Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Volume 1edisi 15. Jakarta:
Buku Penerbit Kedokteran EGC; 2000.
30. Dahlan MS. Langkah – Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Sagung Seto; 2016; 31 – 42.
44
31. Sastroasmoro, Sudigdo. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian klinis. Jakarta:
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
32. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan. Pengolahan dan Pengumpulan
Data. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan; 2007.
33. Snell, Richard S. Anatomi Klinik ed. 6. EGC : Jakarta. 2006.
34. Netter H. Atlas of Human Anatomy 25th Edition. Jakarta: EGC; 2014.
35. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi UNS. Buku manual
Keterampilan Klinik Topik Antripometri dan Penilaian Status Gizi. Surakarta
: FK UNS; 2017; 16-18.
36. Hungu. 2007. Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Grasindo.
37. Amran, YS Chaniago. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Cet. V).
Bandung: Pustaka Setia.
38. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Standar Antopometri
Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kemenkes RI; 2011.
39. Margono. Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta; 2004.
40. Donna L. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EGC; 2008.
41. Wulan A. Perbandingan Pertumbuhan Bayi yang Diberi Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif dengan Pengganti Air Susu Ibu (PASI) di Kelurahan Kebon Jeruk
Jakarta [skripsi]. Jakarta: FKIK UIN; 2014.
42. Jane K, Julia R, Rivelino H. Perbedaan Pemberian ASI Eksklusif dan Non ASI
Eksklusif dengan Perubahan berat Badan Pada Bayi di Puskesmas Bahu
Manado [jurnal]. Manado : PSIK Universitas Sam Ratulangi; 2016.
43. Locitasari Yandi. Perbedaan Pertumbuhan Bayi Usia 0-6 Bulan yang Diberi
ASI Eksklusif dengan yang Diberi Susu Formula di Kecamatan Ngawi
[skripsi]. Surakarta: FK UMS; 2015.
44. Sri Indrawati. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting
Pada Anak Usia 2 – 3 Tahun di Desa Karangrejek Wonosari Gunung Kidul
[skripsi]. Jogjakarta: FIK UNIV AISYIYAH; 2016.
45
45. Dian Insana. Hubungan Pemberian ASi dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur
6 Bulan di Puskesmas Nanggalo [tesis]. Padang: FK Universitas Andalas;
2014.
46. Schwartz MW, Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2005.
47. Purwanti S, Hubertin. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran : EGC; 2004.
48. Marimbi H. Tumbuh Kembang, Status Gizi & Imunisasi Dasar Pada Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
49. Narendra MB. Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja, Jakarta: Sagung Seto;
2010.
50. Nursalam,.Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta: Salemba Medika;
2005.
51. Kodrat, Laksono. Dahsyatnya ASI & Laktasi. Yogyakarta: Media Baca; 2010.
52. Prasetyono, D.S. ASI Eksklusif Pengenalan, Praktik dan Kemanfaatannya.,
Diva Press: Yogyakarta; 2009.
53. Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran;
2007.
54. Radiah A. Gambaran Perbedaan Pertumbuhan Anak Batita yang Diberikan
ASI Eksklusif ddengan Tidak Diberikan ASI Eksklusif Di Gampong Lambhuk
Kota Banda Aceh [jurnal]. Aceh : STIKES; 2012.
46
Lampiran 1
Cara pengambilan sampel
Posyandu
Jumlah
anak di
posyandu
Jumlah anak Sampel kelompok dalam 1
posyandu
ASI
eksklusif
Non ASI
eksklusif
ASI eksklusif Non ASI
eksklusif
1 22 8 14 3 12
2 3 3 - 1 -
3 19 9 10 4 9
4 10 8 2 3 2
5 12 9 3 4 3
6 22 12 10 5 9
7 4 3 1 1 1
8 9 4 5 2 4
9 23 20 3 9 3
10 42 24 18 11 16
11 8 5 3 2 3
12 21 20 1 9 1
13 4 2 2 1 2
14 7 7 - 3 -
15 2 - 2 - 2
16 16 14 2 5 1
17 11 11 - 5 -
47
Lampiran 2
Hasil Chi Square.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
ASI * STATUS 136 100.0% 0 0.0% 136 100.0%
ASI * STATUS Crosstabulation
STATUS
Total pendek normal tinggi
ASI ASI EKSKLUSIF Count 6 44 18 68
Expected Count 11.0 43.0 14.0 68.0
% within ASI 8.8% 64.7% 26.5% 100.0%
NON ASI EKSKLUSIF Count 16 42 10 68
Expected Count 11.0 43.0 14.0 68.0
% within ASI 23.5% 61.8% 14.7% 100.0%
Total Count 22 86 28 136
Expected Count 22.0 86.0 28.0 136.0
% within ASI 16.2% 63.2% 20.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 6.878a 2 .032
Likelihood Ratio 7.081 2 .029
Linear-by-Linear
Association 6.467 1 .011
N of Valid Cases 136
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 11.00.
48
Lampiran 3
Kurva WHO panjang badan / umur bayi laki – laki baru lahir hingga usia 6
bulan.
49
Lampiran 4
Kurva WHO panjang badan / umur bayi laki – laki usia 6 bulan hingga 2
tahun.
50
Lampiran 5
Kurva WHO panjang badan / umur bayi perempuan baru lahir hingga usia 6
bulan.
51
Lampiran 6
Kurva WHO panjang badan / umur bayi perempuan usia 6 bulan hingga 2
tahun.
52
Lampiran 7
Riwayat Penulis
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Nabila Shafira Aisyah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 27 April 1997
Agama : Islam
Alamat : Villa Pamulang Blok U 14 / 10, Tangerang Selatan, Banten
e-Mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2001-2003 : TK Islam Al – Azhar 19 Pamulang
2003-2009 : SD Islam Al – Azhar 15 Pamulang
2009-2012 : SMPN 4 Tangerang Selatan
2012-2015 : SMAN 3 Jakarta
2015-Sekarang : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta