perbandingan salivary flow rate laki-laki...

75
PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI PEROKOK PADA BERBAGAI TINGKAT KEPARAHAN MEROKOK BERDASARKAN INDEKS BRINKMAN Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Arwinda Tanti Mendriyani NIM: 1113103000033 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Upload: hangoc

Post on 20-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI PEROKOK PADA BERBAGAI TINGKAT

KEPARAHAN MEROKOK BERDASARKAN INDEKS BRINKMAN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Arwinda Tanti Mendriyani NIM: 1113103000033

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 30 September 2016

Arwinda Tanti Mendriyani

Materai

Rp. 6000,-

ii

Page 3: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI PEROKOK PADA BERBAGAI TINGKAT KEPARAHAN MEROKOK

BERDASARKAN INDEKS BRINKMAN

Laporan penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran (S. Ked)

Oleh Arwinda Tanti Mendriyani

NIM: 1113103000033

Pembimbing I

drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D NIP. 19780402 200901 2 003

Pembimbing II

dr. Fikri Mirza Putranto, Sp. THT-KL

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016 M

iii

Page 4: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI PEROKOK PADA BERBAGAI TINGKAT KEPARAHAN MEROKOK BERDASARKAN INDEKS BRINKMANyang diajukan oleh Arwinda Tanti Mendriyani (NIM: 1113103000033), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 30 September 2016. Laporan Penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Ciputat, 30 September 2016

DEWAN PENGUJI Ketua Sidang

dr. Fikri Mirza Putranto, Sp. THT-KL

Pembimbing I

drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D NIP. 19780402 200901 2 003

Pembimbing II

dr. Fikri Mirza Putranto, Sp. THT-KL

Penguji I

dr. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK

Penguji II

dr. Rahmatina, Sp.KK NIP.19790526 200501 2 001

PIMPINAN FAKULTAS Dekan FKIK

Prof.Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes NIP. 19650808 198803 1002

Kaprodi PSKPD

dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp.OT NIP. 19780507 200501 1 005

iv

Page 5: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah

melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga Laporan Penelitian ini dapat

terselesaikan tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi panutan kehidupan.

Penulis menyadari Laporan penelitian ini tidak dapat tersusun sedemikian

rupa tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan

Profesi Dokter yang telah membimbing saya selama menjalani pendidikan di

Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku Penanggung Jawab Riset Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013 yang selalu mengingatkan

penulis untuk segera menyelesaikan penelitian ini.

4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk membimbing penulis baik

dalam pengambilan data, penyusunan laporan, hingga laporan ini dapat

terselesaikan.

5. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL selaku Pembimbing II yang terus

memberikan bimbingan, arahan, dan saran-saran yang sangat membangun

dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan penelitian.

6. Ibu Zeti Harriyati, M. Biomed dan Ibu Endah Wulandari, M.Biomed selaku PJ

Laboratorium Biologi dan Biokimia yang telah memberikan izin penggunaan

laboratorium, serta Mbak Lilis dan Mbak Suryani selaku Laboran yang turut

membantu dalam pengambilan data penelitian.

v

Page 6: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi, M.H, Ir. Rustamadji

serta kakak kandung penulis Ardini Windy Noviyanti S.Kom yang

memberikan dukungan terus menerus, semangat yang tak pernah hangus, dan

lantunan do’a yang tak pernah putus untuk penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini.

8. Aprilia Larasati, Ichtiarsyah Suminar, Zata Yuda Amaniko, dan Arian Aditya

Adi Nugroho, teman-teman seperjuangan dalam penelitian ini yang terus

berjalan bersama, menghabiskan waktu, tenaga, pikiran dan semangat bersama

dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Tim Riset PSKPD angkatan 2012 M.Reza Syahli, S.Ked, Abqariyatuzzahra,

S.Ked, Faruq Yufarriqu Mufaza, S.Ked, Sari Dewi Apriani, S.Ked dan Nabila

Syifa, S.Ked yang membimbing penulis dalam melaksanakan dan

menyelesaikan penelitian ini.

10. Tiara Bayyina, Isna Akmalia, Hazrina Julia, Ahmad Fahmi Z dan teman-

teman PSKPD 2013 yang terus mengingatkan, menemani dan memberikan

semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

11. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia menjadi sampel penelitian

sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu yang baru dari hasil penelitian ini.

12. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik

langsung maupun tak langsung yang tentunya tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

berbagai pihak dalam mewujudkan laporan penelitian yang jauh lebih baik. Hasil

laporan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak.

Semoga penelitian yang telah dilakukan ini mendapat barokah dan Ridlo dari

Allah SWT, Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ciputat, 30 September 2016

Penulis

vi

Page 7: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

ABSTRAK Arwinda Tanti Mendriyani. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Perbandingan Salivary Flow Rate Laki-Laki Perokok Pada Berbagai Tingkat Keparahan Merokok berdasarkan Indeks Brinkman Tujuan: Untuk membandingkan tingkat keparahan merokok terhadap laju aliran saliva pada perokok ringan-sedang dan perokok berat. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang yang diikuti oleh 78 laki-laki perokok, terdiri dari 58 perokok ringan sedang dan 20 perokok berat. Seluruh subjek penelitian mengisi kuisioner mengenai riwayat merokok, dan menjalani pemeriksaan fisik gigi mulut oleh dokter gigi serta dilakukan pengambilan saliva tidak terstimulasi. Pengukuran laju aliran saliva menggunakan metode passive drool. Hasil: Laju aliran saliva tidak berbeda bermakna dibandingkan antara perokok ringan -sedang dan perokok berat (p=0.922), dengan perbandingan nilai median perokok ringan-sedang (0.24 ml/menit) dan perokok berat (0.26 ml/menit). Simpulan: Tingkat keparahan merokok tidak berpengaruh secara statistik terhadap laju aliran saliva (p>0.05). Kata Kunci: Rokok, laju aliran saliva, kesehatan mulut

ABSTRACT Arwinda Tanti Mendriyani. School of Medicine. Comparison of Male Smokers’ Salivary Flow Rate in Degrees of Smoking Severity based on Brinkman Index Objective: To compare smoking severity againts salivary flow rate low-mid level mid smokers and high level smokers. Methods: This study used cross sectional method and comprised 78 men which consist of 58 low level-mid smokers and 20 high level smokers. All participants filled out questionnaire of smoking history and completed physical examination of mouth and teeth by the dentist and performed unstimulated saliva collection. The salivary flow rate was measured using passive drool method. Result: Salivary flow rate was not significantly different between low-mid level smokers and high level smokers (p=0.922). The median value of low-mid level smokers (0.24 ml/min) and the high level smokers (0.26 ml/min). Conclusion: Degrees of smoking severity statistically does not affect salivary flow rate (p>0.05). Key: Smoking, salivary flow rate, oral health

vii

Page 8: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .............................................................................................. i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1.Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................... 3 1.3.Hipotesis ....................................................................................................... 3 1.4.Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3

1.4.1.Tujuan Umum ..................................................................................... 3 1.4.2.Tujuan Khusus .................................................................................... 3

1.5.Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3 1.5.1.Bagi Peneliti ........................................................................................ 3 1.5.2.Bagi Masyarakat ................................................................................. 4 1.5.3.Bagi Civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5 2.1.Saliva ............................................................................................................. 5 2.1.1.Kelenjar Saliva ..................................................................................... 6

2.1.1.1.Kelenjar Saliva Mayor ............................................................. 6 2.1.1.2.Kelenjar Saliva Minor ............................................................. 7

2.1.2.Komposisi Saliva ................................................................................ 7 2.1.3.Fungsi Saliva untuk Kebersihan Mulut ............................................... 8 2.1.4.Fungsi Saliva ....................................................................................... 9

2.1.4.1.Indera Perasa ............................................................................ 9 2.1.4.2.Proteksi dan Lubrikasi ............................................................. 9 2.1.4.3.Dilution and Cleaning ............................................................. 9 2.1.4.4.Buffering System .................................................................... 10

2.1.5.Pengaturan Sekresi Saliva oleh Saraf................................................. 11 2.1.5.1.Anatomi Nervus Facialis ....................................................... 14 2.1.5.2.Anatomi Nervus Glossopharyngeus ...................................... 15 2.1.5.3 Transmiter Otonom dan Reseptor .......................................... 16

2.1.6.Suplai Darah ....................................................................................... 16 2.1.7.Mekanisme Pembentukan Saliva ....................................................... 17 2.1.8.Faktor yang mempengaruhi Salivary Flow ...................................... 18

2.1.8.1.Usia ....................................................................................... 18 2.1.8.2.Individual Hydration ............................................................. 18

viii

Page 9: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

2.1.8.3.Postur Tubuh ......................................................................... 19 2.1.8.4.Pencahayaan .......................................................................... 19 2.1.8.5.Irama Sirkadian ..................................................................... 19 2.1.8.6.Obat ....................................................................................... 20 2.1.8.7.Stimulasi Fikiran dan Visual ................................................. 20 2.1.8.8.Stimulasi Mekanik atau Kimia ............................................. 20 2.1.8.9.Perbedaan Sekresi Saliva pada Kelenjar Saliva .................... 20 2.1.8.10.Diabetes Mellitus ................................................................ 20 2.1.8.11.Jenis Kelamin ...................................................................... 21

2.1.9.Salivary Flow Rate ............................................................................ 21 2.1.10.Metode Pengambilan Saliva ........................................................... 21 2.2.Rokok .......................................................................................................... 23 2.2.1.Pengertian dan Kandungan Rokok .................................................. 23 2.2.2.Jenis Rokok ..................................................................................... 25 2.2.3.Klasifikasi Perokok ......................................................................... 25 2.2.4.Tahapan Perokok ............................................................................ 25 2.3.Pengaruh Merokok terhadap Sekresi Saliva ............................................... 26 2.4.Efek rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut ......................................... 28 2.6.Kerangka Teori ........................................................................................... 29 2.7.Kerangka Konsep ........................................................................................ 30 2.8.Definisi Operasional ................................................................................... 31 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 33 3.1.Desain Penelitian ........................................................................................ 33 3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 33 3.3.Populasi dan Sampel ................................................................................... 33

3.3.1.Populasi Penelitian ............................................................................ 33 3.3.2.Sampel dan Cara Pemilihan .............................................................. 33 3.3.3.Jumlah Sampel .................................................................................. 33 3.3.4.Kriteria Subjek Penelitian ................................................................. 35 3.3.4.1.Kriteria Inklusi Umum ................................................................... 35 3.3.4.2.Kriteria Eksklusi Umum ................................................................ 35

3.4.Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 35 3.5.Cara kerja Penelitian ................................................................................... 36 3.6.Identifikasi Variabel .................................................................................... 38 3.7.Managemen dan Analisis Data ................................................................... 38 3.8.Alur Penelitian ............................................................................................ 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 40 4.1.Karakteristik Subjek Penelitian ................................................................... 40 4.2.Salivary Flow Rate ...................................................................................... 41 4.3.Aspek Keislaman ........................................................................................ 43 4.3.Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 44

ix

Page 10: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 45 5.1.Kesimpulan ................................................................................................. 45 5.2.Saran ........................................................................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 46 LAMPIRAN ..................................................................................................... 50

x

Page 11: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Jaringan Kelenjar Saliva ................................................................. 5 Gambar 2.2.Anatomi Kelenjar Saliva Mayor ..................................................... 6 Gambar 2.3.Kurva Stephan ................................................................................. 9 Gambar 2.4.Penghantaran impuls refleks sekresi saliva ................................... 11 Gambar 2.5.Regulasi parasimpatis sekresi saliva ............................................. 12 Gambar 2.6.Nervus facialis dan hubungan sentralnya ...................................... 14 Gambar 2.7.Nervus glossopharyngeus dan hubungan sentralnya..................... 15 Gambar 2.8.Sel asinar : transmitter, reseptor dan intracellular pathway......... 16 Gambar 2.9.Sekresi air dan protein pada sel asinar kelenjar saliva...................18 Gambar 2.10.RitmeSirkadian pada saliva unstimulated....................................19 Gambar 3.1.Alat dan bahan penelitian...............................................................35 Gambar 3.2.Pengisian informed consent dan kuisioner.....................................35 Gambar 3.3.Pemeriksaan gigi dan mulut...........................................................36 Gambar 3.4.Pengambilan sampel saliva............................................................36 Gambar 4.2 Salivary Flow Rate.........................................................................40

xi

Page 12: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Kandungan saliva stimulated dan unstimulated................................8 Tabel 4.1.Karakteristik subjek penelitian........................................................39 Tabel 4.2.Salivary Flow Rate Perokok............................................................41

xii

Page 13: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar informed consent dan kuisioner responden .................................... 49 2. Riwayat penulis ............................................................................................. 60

xiii

Page 14: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,
Page 15: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak Abad XVII kebiasaan merokok mulai memasuki negara-negara

Islam. Kebiasaan merokok yang awalnya digunakan sebagai ritual seperti ibadah

berubah menjadi sebuah bentuk yang berbeda. Merokok saat ini sudah menjadi

hal yang amat berat untuk ditinggalkan bagi masyarakat, sehingga merokok

menjadi salah satu perhatian terbesar yang dihadapi oleh dunia kesehatan.

Menurut dr. Mangku Sitepoe, merokok adalah membakar tembakau kemudian

dihisap, baik menggunakan rokok maupun pipa. 1,2

Menurut data World Health Organization (WHO), pada tahun 2013

prevalensi perokok pria 67%, jauh lebih besar daripada perokok wanita yaitu

2,7%. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013

menyatakan bahwa perilaku merokok penduduk usia ≥ 15 tahun cenderung

meningkat dari 34,3% pada tahun 2007 menjadi 36,3% pada tahun 2013.

Sedangkan untuk konsumsi jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap dalam

satu hari penduduk umur ≥ 10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu

bungkus). Rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap bervariasi, mulai terendah

10 batang di Yogyakarta dan tertinggi di Bangka Belitung (18,3 batang).

Sedangkan pada survey Global Adults Tobacco Survey (GATS) 2011 lebih

menggambarkan lebih besarnya masalah rokok pada orang dewasa (15 tahun ke

atas), dapat ditemukan pula 80,4% dari populasi yang merokok saat ini hanya

menghisap rokok jenis kretek. 3-6

Komponen rokok yang terdiri kurang lebih 4000 bahan kimia seperti

nikotin, tar, karbon monoksida, hidrogen sianida, amoniak, benzopiren, fenol,

dan kadmium. Sehingga dapat dinilai perilaku merokok dari berbagai sudut

pandang sangat merugikan baik diri sendiri maupun orang-orang disekelilingnya.

Rokok dan asapnya mempunyai dampak yang buruk pada berbagai fungsi tubuh

manusia, mulai dari otak, gangguan paru, dan jantung. 2,3

1

Page 16: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

2

Saliva adalah sekresi eksokrin yang terdiri dari sekitar 99% air, yang

mengandung berbagai elektrolit antara lain natrium, kalium, kalsium, klorida,

magnesium, bikarbonat, fosfat, dan protein. Saliva memiliki beberapa fungsi,

yang pertama yaitu sebagai pelumas untuk membantu proses mengunyah,

berbicara, menelan, dan melindungi dari dehidrasi dan melapisi jaringan mulut

dikarenakan mengandung protein dengan karbohidrat tinggi. Yang kedua untuk

mengatur adhesi mikroorganisme pada permukaan jaringan mulut sehingga

kolonisasi bakteri dan jamur dapat terkontrol. Yang ketiga untuk melindungi

jaringan mulut dari serangan proteolitik oleh mikroorganisme.7-9

Beberapa penelitian dilakukan mengenai pengaruh rokok terhadap

salivary flow rate. Maryam Rad tahun 2010 menyatakan bahwa merokok dalam

jangka panjang secara signifikan akan menurunkan salivary flow rate. Saliva

merupakan cairan biologis pertama yang terkena paparan asap rokok, yang berisi

berbagai komposisi racun yang dapat merubah struktural dan fungsional di

saliva.

Penelitian Rad et.al tahun 2010 juga memberikan hasil signifikan adanya

penurunan salivary flow rate pada perokok dalam kurun waktu yang lama

dibandingkan dengan non-perokok. Berbeda dengan beberapa penelitian

menyebutkan bahwa merokok tidak mempengaruhi salivary flow rate seperti

laporan dari Munasib et.al., Pangestu et.al., Khan et.al., dan Hidayani et.al pada

penelitiannya, sehingga masih terdapat kontroversi mengenai pengaruh rokok

terhadap salivary flow rate.3,10-15

Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

peran rokok terhadap salivary flow rate pada berbagai tingkat keparahan

merokok. Pengklasifikasian tingkat keparahan merokok menggunakan

perhitungan indeks Brinkman yang menghitung lama merokok (dalam tahun)

dikalikan dengan jumlah rokok yang dihisap tiap harinya.4,16

Page 17: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

3

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan SFR laki-laki perokok pada berbagai tingkat

keparahan merokok berdasarkan indeks Brinkman?

1.3 Hipotesis

SFR laki-laki perokok berbanding terbalik dengan tingkat keparahan

merokok.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Membandingkan SFR laki-laki perokok pada berbagai tingkat keparahan

berdasarkan indeks Brinkman.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tingkat keparahan merokok laki-laki perokok

berdasarkan indeks Brinkman.

2. Mengetahui gambaran SFR laki-laki perokok dengan berbagai tingkat

keparahan merokok.

3. Membandingkan SFR laki-laki perokok pada berbagai tingkat

keparahan merokok berdasarkan indeks Brinkman.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk :

1.5.1 Bagi peneliti

-Merupakan syarat kelulusan preklinik Program Studi Kedokteran dan

Profesi Dokter

-Menambah pengetahuan mengenai SFR pada laki-laki perokok.

-Menambah pengetahuan mengenai kadar SFR pada laki-laki perokok

berdasarkan indeks Brinkman

Page 18: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

4

- Memperkuat penelitian sebelumnya dengan tema yang sama.

1.5.2 Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan mengenai dampak merokok terhadap SFR pada

laki-laki perokok.

1.5.3 Bagi Civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai pembelajaran dan referensi bagi peneliti yang akan melakukan

penelitian yang berkaitan dengan SFR dan indeks Brinkman.

Page 19: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saliva

Saliva adalah hasil dari sekresi kelenjar campuran yang terus-menerus

melumasi gigi dan mukosa mulut. Hal ini didasari dengan adanya tiga pasangan

kelenjar saliva utama dan kelenjar saliva minor. Saliva merupakan sekresi

eksokrin yang terdiri dari 99% air, yang mengandung berbagai elektrolit (natrium,

kalium, kalsium, klorida, magnesium, bikarbonat, fosfat), protein,

immunoglobulin, dan faktor antimikroba lainnya, mukosa glikoprotein, jejak

albumin dan beberapa polipeptida dan oligopeptida. Zat-zat tersebut secara

keseluruhan akan berinteraksi dan berperan untuk berbagai fungsi dari saliva

seperti menjaga kondisi kesehatan mulut. Saliva mengandung sekresi serosa yang

mengandung enzim α-amilase untuk memecah karbohidrat dan mukus yang

mengandung musin untuk lubrikasi dan perlindungan pada permukaan rongga

mulut. Pada seluruh jaringan kelenjar saliva terdapat 3 jenis duktus. Pertama

saliva melewati intercalated duct yang memiliki epitel sel kuboid dan lumen yang

sempit, selanjutnya saliva melalui striated duct yang dilapisi oleh sel kolumnar

dan banyak mitokondria, dan pada akhirnya saliva memasuki excretory duct yang

dilapisi epitel skuamosa bertingkat. 7-9

Gambar 2.1 Jaringan Kelejar Saliva

Sumber : E-Book Saliva and Oral Health.2012

5

Page 20: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

6

2.1.1 Kelenjar Saliva

Terdapat tiga kelenjar utama saliva yaitu kelenjar submandibularis,

kelenjar sublingualis, dan kelenjar parotid.

Kelenjar parotid berada pada inferior dan anterior telinga, posterior ramus

mandibula. Pada setiap sekresi saliva ke rongga mulut melalui kelenjar parotid

melalui duktus parotid yang menembus m. buccinator untuk membuka dibagian

dalam pipi di seberang gigi molar 2 atas. Kelenjar submandibularis terletak pada

dasar mulut tertutup di bawah angulus mandibula. Duktus submandibularis

berjalan dibawah lapisan mukosa di sisi garis tengah dasar mulut dan membuka

pada rongga mulut tepat lateral dari frenulum lingual. Kelenjar sublingual berada

dibawah mukosa dasar mulut, inferior lingual dan superior dari kelenjar

submandibularis. 7-9,17

Gambar 2.2 Anatomi Kelenjar Salivar Mayor

Sumber : Gerard J. Tortora, Bryan Derrickson. 2011

2.1.1.1 Kelenjar Saliva Mayor

Kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva terbesar yang tertutup oleh

lapisan dan kapsul parotid. Kelenjar ini berdinding tebal berkaitan dengan serat

parasimpatis nervus glossopharyngeus (N. IX). Kelenjar parotid yang mensekresi

saliva yang (serous) cair yang mengandung sali-amilase bervariasi. Kelenjar

submandibula yang berada pada bagian superfisial antara mandibula dan

Page 21: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

7

mylohyoid mengandung sel-sel yang sama dengan yang ditemukan di kelenjar

parotid, ditambah beberapa sel mukus, mereka mengeluarkan cairan yang

mengandung amilase dan mukus. Kelenjar sublingual adalah kelenjar terkecil dari

kelenjar saliva utama, mengandung sebagian besar sel mukosa, sehingga mereka

mengeluarkan cairan lebih tebal yang memberikan kontribusi hanya sejumlah

kecil amilase saliva. Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotid yang

hampir seluruhnya mensekresikan serous, lalu kelenjar submandibularis dan

kelenjar sublingualis yang menskeresikan serous dan mukus. 7-9,17

2.1.1.2 Kelenjar Saliva Minor

Kelenjar saliva minor terdiri dari buccal, labial, palatal, palatoglossal, dan

kelenjar lingual. Kelenjar saliva buccal dan labial mensekresikan serous dan

mukus, kelenjar saliva palatal dan palatoglossal mensekresikan mukus, sedangkan

kelenjar lingual mensekresikan mukus kecuali kelenjar serosa Von Ebner yang

diterletak di sekitar papila sirkumvalata. Kelenjar saliva minor merupakat unit

sekretori kecil yang terdapat di dalam mukosa mulut yang terbuka baik secara

langsung di mulut atau tidak langsung melalui banyak saluran pendek. Kelenjar

saliva minor hanya dikelilingi oleh jaringan ikat. Kelenjar saliva minor hanya

mensekresikan sebagian kecil sekitar 10% dari keseluruhan jumlah saliva

sekretori. 7-9,17

2.1.2 Komposisi Saliva

Pembentukan formasi dari saliva berawal pada bagian ujung akhir (asinus)

dimana sel serosa mensekresikan seromukus berair dan sel mukosa menghasilkan

musin kental. 99% kandungan saliva terdiri dari air dan 1% zat terlarut. Di antara

zat terlarut adalah ion, termasuk natrium, kalium, klorida, bikarbonate, fosfat,

kalsium, dan magnesium. Juga hadir beberapa gas terlarut dan berbagai zat

organik, termasuk urea dan asam urat, lendir, immunoglobulin A, lisozim enzim

bacteriolytic, dan amilase saliva, enzim pencernaan yang bekerja pada pati.

Kelenjar saliva juga membantu menghilangkan sisa-sisa molekul dari tubuh, yaitu

adanya keberadaan urea dan asam urat dalam saliva. Immunoglobulin A (IgA)

mencegah perlekatan mikroba sehingga mikroba tidak dapat menembus epitel,

Page 22: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

8

dan lisozim enzim membunuh bakteri. Namun, zat ini tidak terdapat dalam jumlah

yang cukup besar untuk menghilangkan semua bakteri mulut. 7,8,18

Tabel 2.1. Kandungan saliva stimulated dan unstimulated

Sumber: Edgar M, 2004

2.1.3 Fungsi Saliva untuk Kebersihan Mulut

Rongga mulut banyak berisi bakteri patogen yang dapat merusak jaringan

dan menimbulkan karies gigi. Sedangkan saliva membantu menghambat

pertumbuhan bakteri patogen dengan faktor-faktor yang dikandungnya. Salah

satunya ialah ion tiosianat dan beberapa enzim proteolitik terutama lisozim, yang

memiliki beberapa fungsi, yaitu menyerang bakteri dan membantu ion tiosianat

memasuki bakteri, sehingga ion ini dapat berubah menjadi bakterisid, dan

mencerna partikel-partikel makanan sehingga membantu menghilangkan

pendukung metabolisme bakteri lebih lanjut. Selain itu, terdapat pula antibodi

dalam saliva yang menghancurkan bakteri rongga mulut.

Page 23: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

9

2.1.4 Fungsi Saliva

2.1.4.1 Indera Pengecap

Protein saliva berperan untuk pertumbuhan dan maturasi gustatory buds.

Air dalam saliva merupakan media untuk melarutkan makanan sehingga dapat

dirasakan oleh reseptor gustatory yang selanjutnya akan dimulai proses

pencernaan. 7

2.1.4.2 Proteksi dan Lubrikasi

Saliva membentuk lapisan seromukus sebagai lubrikasi dan melindungi

jaringan mulut dari agen patogen. Saliva mengandung musin (protein dengan

kandungan karbohidrat tinggi) berfungsi dalam lubrikan, perlindungan terhadap

dehidrasi, pencegahan terhadap serangan proteolitik mikroorganisme dan

memodulasi secara efektif mikroorganisme pada permukaan jaringan mulut, yang

berelasi positif dengan kolonisasi bakteri dan jamur. Pengaruh dari lubrikan yaitu

memperlancar proses mengunyah, berbicara, dan menelan. 7

2.1.4.3 Dilution and Cleaning

Saliva berfungsi sebagai dilusi karena konsentrasi saliva bekerja secara

mekanik sebagai pembersih terhadap zat-zat sisa (residu) yang terdapat dalam

mulut seperti bakteri patogen, dan debris makanan. Salivary flow cenderung

mengurangi kelebihan karbohidrat, seperti contohnya pada penderita diabetes

terdapat korelasi antara konsentrasi glukosa di darah dan saliva. Mekanisme ini

membatasi ketersediaan gula yang mendukung pembentukan biofilm

mikroorganisme. Semakin besar nilai salivary flow maka semakin besar pula

kapasitas dilution dan cleaning. 7

Page 24: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

10

2.1.4.4 Buffering System

Saliva berkerja sebagai sistem penyangga untuk melindungi mulut dengan

mekanisme sebagai berikut :

1. Mencegah kolonisasi mikroorganisme patogen dengan meminimalisasi kondisi

lingkungan yang mendukung populasi mereka.

2. Menetralkan dan membersihkan zat asam yang di produksi oleh mikroorganisme

acidogenic sehingga mencegah terjadinya demineralisasi enamel gigi.

Buffering system ini berperan pada ketebalan biofilm. Residu negatif pada

protein saliva berkerja sebagai penyangga. Seperti pada sialin yaitu peptida saliva

yang berperan penting dalam meningkatkan pH biofilm setelah paparan hasil

fermentasi karbohidrat. 7

Gambar 2.3 Kurva Stephan

Sumber : E-Book Saliva and Oral Health

Seperti pada Gambar 2.3 yang menunjukkan perubahan pH setelah

dilakukan pembilasan dengan sukrosa. Dalam beberapa menit pH berubah

menjadi kurang dari 5.0. Sedangkan demineralisasi enamel gigi terjadi pada pH

kurang dari 5.5. pH ini tetap berada dalam fase kritis selama 15-20 menit. Dan

baru kembali normal dalam menit ke 40. Tingkat pemulihan ini ditentukan oleh

buffering system, salivary flow, akses dari saliva dan komponen urea saliva.

Buffering sytem meningkat dengan meningkatnya salivary flow sebagai

peningkatan dari ion bikarbonat. Setelah pH pulih kembali maka akan terjadi

remineralisasi. 7

Page 25: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

11

Urea merupakan produk dari asam amino dan katabolisme protein pada

saliva yang dapat menyebabkan peningkatan pH biofilm dengan melepaskan

amonia dan karbon dioksida ketika dihidrolisis oleh urease bakteri. Amonia,

merupakan produk urea dan metabolisme asam amino yang bersifat berbahaya

(sitotoksik) untuk jaringan gingival sehingga dapat mendukung terjadinya

gingivitis. Terdapat dua sistem penyangga pada saliva yaitu carbonic acid-

bicarbonate system dan phospate buffer system. Carbonic acid-bicarbonate

system adalah penyangga paling penting pada saliva yang terstimulasi, dan

phospate buffer system berperan pada saliva tidak terstimulasi. 7

2.1.5 Pengaturan Sekresi Saliva oleh Saraf

Gambar 2.4 Penghantaran impuls refleks sekresi saliva Sumber: Smith, 2004

Kelenjar saliva dikontrol melalui saraf otonom parasimpatik dan simpatik

yang berkerja tidak antagonistik. Baik simpatis maupun parasimpatis juga

meningkatkan sekresi liur tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanismenya

berbeda. Pada stimulasi parasimpatis, sekresi saliva lebih tinggi dan bersifat

serous. Stimulasi simpatis lebih mendominasi saat kondisi stres yang

menghasilkan sekresi saliva yang bersifat mukus.8

Page 26: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

12

Gambar 2.5 Regulasi parasimpatis sekresi saliva Sumber: Guyton and Hall, 2010

Gambar 2.5 menunjukkan jalur saraf parasimpatis untuk mengatur

pengeluaran saliva, menunjukkan bahwa kelenjar saliva terutama dikontrol oleh

sinyal saraf parasimpatis sepanjang jalan dari nukleus salivatorius superior dan

inferior pada batang otak.

Nukleus salivatorius terletak kira-kita antara pertemuan medula dari brain

steam dan akan tereksitasi oleh rangsangan taktil (reseptor tekan), pengecapan

(chemoreceptor) pada lidah dan daerah-daerah rongga mulut dan faring lainnya.

Beberapa rangsangan pengecapan, terutama disebabkan oleh asam membuat

sekresi saliva dalam jumlah sangat banyak, sering kali 8-10 kali kecepatan sekresi

basal. Rangsangan taktil tertentu, seperti adanya benda halus dalam rongga mulut

(misalnya sebuah batu krikil), menyebabkan salivasi yang nyata, sedangkan

benda yang kasar kurang menyebabkan salivasi dan kadang bahkan menghambat

saliva. Nukleus salivatorius selanjutnya mengirimkan impuls melalui saraf

otonom menuju kelenjar saliva.8

Saliva juga dapat dirangsang atau dihambat oleh sinyal-sinyal saraf yang

tiba pada nukleus salivatorius dari pusat-pusat sistem saraf pusat yang lebih

tinggi. Sebagai contoh, bila seseorang mencium atau makan makanan yang

disukainya, pengeluaran saliva lebih banyak daripada bila ia mencium atau

memakan makanan yang tidak disukainya. Daerah nafsu makan pada otak, yang

Page 27: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

13

mengatur sebagian efek ini, terletak di dekat pusat parasimpatis hipotalamus

anterior, dan berfungsi terutama sebagai respon terhadap sinyal dari daerah

pengecapan dan penciuman dari korteks serebral atau amigdala.8

Hanya dengan melihat, berfikir atau mendengar hal yang berhubungan

makanan dapat menginisiasi refleks saliva. Hal ini disebabkan oleh adanya

pengalaman atau pengetahuan sebelumnya mengenai rasa pada suatu makanan.

Saliva juga dapat terjadi sebagai respons terhadap refleks yang berasal dari

lambung dan usus halus bagian atas, khususnya saat menelan makanan yang

sangat mengiritasi atau bila seseorang mual karena adanya beberapa kelainan

gastointestinal. Saliva ketika ditelan akan membantu menghilangkan faktor iritan

pada traktus gastrointestinal dengan cara mengencerkan atau menetralkan zat

iritan.8

Perangsangan simpatis juga dapat meningkatkan saliva dalam jumlah

sedikit, lebih sedikit dari perangsangan parasimpatis. Saraf-saraf simpatis berasal

dari ganglia servikalis superior dan berjalan sepanjang permukaan dinding

pembuluh darah ke kelenjar-kelenjar saliva.8

Faktor sekunder yang juga memengaruhi sekresi saliva adalah suplai darah

ke kelenjar karena sekresi selalu membutuhkan nutrisi yang adekuat dari darah.

Sinyal-sinyal parasimpatis yang sangat merangsang salivasi, dalam derajat sedang

juga melebarkan pembuluh-pembuluh darah. Selain itu, salivasi sendiri secara

langsung melebarkan pembuluh-pembuluh darah, sehingga menyediakan

peningkatan nutrisi kelenjar saliva seperti yang juga dibutuhkan sel penyekresi.

Sebagian dari tambahan efek vasodilator ini disebabkan oleh kalikrein yang

disekresi oleh sel-sel saliva yang aktif, yang kemudian bekerja sebagai suatu

enzim untuk memisahkan satu protein darah, yaitu alfa2-globulin, untuk

membentuk bradikinin, suatu vasodilator yang kuat.8

Rata-rata saliva disekresi 1-2 liter dalam sehari, dengan salivary flow rate

0.5 ml/menit dalam keadaan basal dan 5ml/menit dalam sekresi maksimal.8

Page 28: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

14

2.1.5.1 Anatomi Nervus Facialis (N.VII)

Gambar 2.6 Nervus facialis dan hubungan sentralnya Sumber: Snell, 2011

Nuclei Parasimpatis

Nuclei ini terletak posterolateral terhadap nukleus motorik utama. Inti-inti

adalah nucleus salivatorius superior dan nucleus lacrimalis. Nucleus salivatorius

superior menerima serabut-serabut aferen dari hypothalamus melalui jaras otonom

desendes. Informasi mengenai pengecap dari rongga mulut juga diterima melalui

nucleus tractus solitarii.19

Nuclei Sensorik

Struktur ini merupakan bagian atas nucleus tractus solitarii dan terletak

dekat dengan nukleus motorik. Sensasi pengecap berjalan melalui akson-akson

perifer sel saraf yang terletak di ganglion geniculatum pada nervus cranialis

ketujuh.19

Distribusi Nervus Facialis

Nukleus salivatorius superior mempersarafi galandula submandibularis

dan sublingualis, serta glandula nasales dan palatine. Nukleus sensorik menerima

serabut-serabut pengecap dari dua-pertiga anterior lidah, dasar mulut, dan

palatum.19

Page 29: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

15

2.1.5.2 Nervus Glossopharyngeus (Nervus Cranialis IX)

Gambar 2.7 Nervus glossopharyngeus dan hubungan sentralnya Sumber: Snell, 2011

Nukleus Parasimpatis

Nukleus ini disebut juga nukleus salivatorius inferior (Gambar 2.7).

Nukleus ini menerima serabut-serabut aferen dari hypothalamus melalui jaras

otonom desendens. Struktur ini diduga juga menerima informasi dari sistem

olfaktorik melalui formatio reticularis. Informasi yang berhubungan dengan

pengecap juga diterima dari nukleus tractur solitarii dari rongga mulut.19

Serabut-serabut aferen preganglionik parasimpatis mencapai ganglion

oticum melalui ramus tympanicus nervi glossopharyngeai, plexus tympanicus, dan

nervus petrosus minor. Serabut-serabut pascaganglionik berjalan menuju glandula

parotidea.19

Nukleus Sensorik

Bagian ini merupakan bagian dari nucleus tractus solitarii. Sensasi

pengecap berjalan melalui akson perifer sel-sel saraf yang terletak di dalam

ganglion nervi glossopharyngei. Processus centralis sel-sel ini bersinaps dengan

sel-sel saraf di dalam nukleus. Serabut-serabut eferen menyilang bidang median

dan naik menuju kelompok nuclei ventrales thalami sisi kontralateral, dan juga ke

Page 30: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

16

beberapa nucleus hypothalami. Dari thalamus, akson sel-sel thalamus berjalan

melalui capsula interna dan corona radiata, serta berakhir dibagian bawah gyrus

postcentralis. Informasi aferen mengenai sensasi umum masuk ke batang otak

melalui ganglion superior nervi glossopharyngei, tetapi berakhir di dalam nukleus

spinalis nervi.19

2.1.5.3 Transmiter Otonom dan Reseptor

Gambar 2.8. Sel asinar : transmitter, reseptor dan intracellular pathway Sumber: Ekstrom J, 2012

Serat preganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan

neurotransmitter yang sama, asetilkolin (Ach), tetapi ujung pascagangilon kedua

sistem saraf ini mengeluarkan neurotransmitter yang berbeda.17 Asetilkolin adalah

transmitter postganglion parasimpatis dan noradrenalin adalah transmitter

postganglion simpatis. Noradrenalin bekerja pada a1-adrenoceptors dan b1-

adrenoceptors, asetilkolin bekerja pada reseptor muscarinic M1 dan M3.

Persarafan parasimpatis dari kelenjar saliva terdapat transmitter lainnya selain

kolinergik yaitu peptidergic (vasoctive intestinal peptide, calcitonin gene-related

peptide, substasi P, neurokinin A, neuropeptide Y) dan nitrergic (NO). 20

Page 31: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

17

2.1.6 Suplai darah

Kelenjar parotid disuplai darah oleh arteri temporal superfisial dan arteri

carotis eksterna. Sedangkan kelenjar submandibular disuplai darah dari cabang

arteri fasial dan beberapa cabang arteri lingual. Dan kelenjar sublingual disuplai

dari cabang sublingual arteri lingual dan cabang submetal dari arteri fasial. 9

2.1.7 Mekanisme Pembentukan Saliva

Semua aspek penting dari saliva diatur oleh saraf dan dimediasi melalui

G-protein reseptor. Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar campuran

khusus yang mengandung duktus asinus dan duktus salivarius yang berperan

dalam proses sekresi saliva.

Pada proses salivasi, sekresi primer yang mengalir melalui duktus akan

terjadi dua proses transport aktif utama bertujuan untuk memodifikasi ion pada

cairan saliva. Pelepasan neurotransmiter oleh saraf simpatis atau parasimpatis

memicu pelepasan adenosine cyclic monophosphate (CAMP) dan meningkatkan

mobilisasi Ca ke dalam sel. Di dalam sel asinar proses sekresi saliva terjadi

melalui pembukaan kanal ion dan transport pada bagian apikal membran sel

asinar yang menuju ke arah lumen dan basolateral membran ke arah intersisial.

Peningkatan Ca dalam sel membuka kanal K+ dan Cl-, dan pertama, ion –ion

natrium secara aktif direabsorpsi dari seluruh duktus salivarius dan akan terjadi

pertukaran ion-ion kalium secara aktif. Oleh sebab itu, konsentrasi ion natrium

saliva berkurang, sedangkan konsentrasi ion kalium berbanding terbalik sehingga

konsentrasinya meningkat. Namun reabsorpsi ion natrium terjadi melebihi sekresi

ion kalium, yang menyebabkan timbulnya kenegatifan listrik ± 70 milivolt di

dalam duktus salivarius. Dalam keadaan seperti ini maka ion klorida juga akan

direabsorpsi secara pasif. Sehingga konsentrasi ion klorida pada cairan saliva

sangat rendah, sama dengan penurunan konsentrasi ion natrium. Kedua, epitel

duktus akan mensekresikan ion-ion bikarbonat ke lumen dikarenakan sebagian

sedikit oleh pertukaran pasif ion bikarbonat dengan ion klorida.8,17,20-22

Sehingga setelah kedua tahapan ini berlangsung dapat ditemukan

konsentrasi masing-masing ion dalam keadaan istirahat, yaitu ion natrium dan

Page 32: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

18

klorida dalam saliva sekitar 15 mEq/L, sekitar sepertujuh sampai sepersepuluh

konsentrasinya dalam plasma. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium sekitar 30

mEq/L, tujuh kali lebih besar dari konsentrasinya dalam plasma. Dan konsentrasi

ion bikarbonat adalah 60-70 mEq/L, sekitar dua-tiga kali lebih besar dari

konsentrasinya dalam plasma. Sedangkan saat sekresi saliva maksimal,

konsentrasi ion pada saliva sangat berubah karena kecepatan pembentukan sekresi

primer oleh sel asini dapat meningkat 20 kali lipat yang mempengaruhi proses

penyesuaian (reconditioning) duktus menurun dan menghasilkan konsentrasi

natrium klorida ± berkisar setengah sampai dua pertiga konsentrasi dalam

plasma, dan konsentrasi kalium meningkat hanya empat kali konsentrasi dalam

plasma. 17

Gambar 2.9. Sekresi air dan protein pada sel asinar kelenjar saliva

Sumber: Ekstrom J, 2012

2.1.8 Faktor yang mempengaruhi SF dan komposisi

2.1.8.1 Usia

Secara histologis, parenkim dari kelenjar saliva pada usia lanjut secara

bertahap digantikan oleh adiposa dan jaringan fibrovaskular. Sel asinar juga

menurun bersamaan dengan meningkatnya usia. Kelenjar submandibular lebih

sensitif terhadap perubahan metabolik atau fisiologis sehingga perubahan aliran

saliva unstimulated sebagian besar dikarenakan sekresi dari kelenjar

submandibular.7

Page 33: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

19

2.1.8.2 Individual Hydration

Ketika kadar air dalam tubuh berkurang 8% maka salivary flow akan

menurun. Dan jika dalam tubuh terjadi kelebihan air (hiperhidrasi) maka salivary

flow akan meningkat. Selama dehidrasi kelenjar saliva tidak mensekresi saliva

karena terjadi proses penghematan cairan. 7

2.1.8.3 Posisi Tubuh

Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan kecepatan

aliran saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk dan berbaring. Pada

posisi berdiri, salivary flow rate mencapai 100%, pada posisi duduk 69% dan

pada posisi berbaring 25%. 7

2.1.8.4 Pencahayaan

Pada seseorang yang menutup mata atau dalam suasana gelap terjadi

penurunan salivary flow sebesar 30%-40%. Namun, berbeda dengan orang buta.

Orang buta sudah terjadi proses adaptasi dengan kurangnya cahaya yang masuk

melalui mata sehingga nilai salivary flow tidak terjadi penurunan. 7

2.1.8.5 Irama Sirkadian

Salivary flow meningkat puncaknya pada akhir sore hari dan turun

mencapai hampir nol pada malam hari. Dimusim panas, kelenjar parotid

mensekresikan lebih sedikit volume saliva, sementara di musim dingin terdapat

peningkatan salivary flow. 7

Gambar 2.10 Ritme Sirkadian pada Saliva Tidak Terstimulasi

Sumber :E-Book Saliva and Oral Health

Page 34: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

20

2.1.8.6 Obat

Faktor-faktor yang mengaktivasi saraf simpatis ataupun parasimpatis

seperti aktifitas, suhu, dan obat-obatan yang bekerja pada reseptor adrenergik

ataupun kolinergik mempengaruhi produksi saliva.7 Sedangkan alkohol dapat

menurunkan salivary flow rate 23

2.1.8.7 Stimulasi fikiran dan visual

Beberapa peneliti mengungkapkan terjadi peningkatan sedikit salivary

flow dengan pengaruh fikiran atau visual yang berkaitan dengan makanan. 7

2.1.8.8 Stimulasi Mekanik atau kimia

Peningkatan salivary flow dapat disebabkan karena adanya tindakan

seperti mengunyah dan kesan pengecapan. Substansi kimia yang dapat

menimbulkan persepsi pengecapan seperti asam sitrun, atau zat yang

menimbulkan rasa asam yang tajam bila diaplikasikan di pangkal lidah. Stimulus

kimiawi bersifat asam merupakan stimulus yang paling kuat dalam meningkatkan

sekresi saliva. 7

2.1.8.9 Perbedaan Sekresi saliva pada kelenjar saliva

Presentasi sekresi saliva pada kondisi tidak terstimulasi

• 20% oleh kelenjar parotid

• 65%-70% oleh kelenjar submandibular

• 7%-8% oleh kelenjar sublingual

• < 10% oleh kelenjar saliva minor

Pada kondisi saliva terstimulasi atau saat sekresi maksimal, maka kelenjar

parotid akan mensekresi 50% dari jumlah total sekresi saliva keseluruhan.

2.1.8.10 Diabetes Mellitus

Penyakit kronis seperti diabetes mellitus yaitu subjek yang memiliki kadar

gula yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan diuresis, sehingga akan

Page 35: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

21

berpengaruh pada produksi saliva. Oleh karena itu, sering kali pasien diabetes

mellitus mengalami keluhan mulut kering. 7

2.1.8.11 Jenis Kelamin

Ukuran kelenjar saliva pada wanita lebih kecil daripada laki-laki dan pola

hormonal wanita mengakibatkan pengurangan dari sekresi saliva. 7

2.1.9 Salivary Flow Rate

Rata-rata produksi saliva dalam satu hari orang yang sehat berkisar 1-2 L.

Pada orang dewasa normal sekresi saliva terstimulasi berkisar 1-3 mL/menit,

rentang rendah 0.7-1.0 mL/menit, sedangkan hiposaliva ditandai dengan salivary

flow kurang dari 0.7 ml/menit. Sedangkan sekresi saliva tidak terstimulasi

normalnya berkisar 0.25-0.35 mL/menit. Rentang rendah berkisar 0.1-0.25

mL/menit, sedangkan hiposaliva ditandai dengan salivary flow kurang dari 0.1

ml/menit.7,8,14

2.1.10 Metode Pengambilan Saliva

Pengukuran sekresi saliva dapat dilakukan dengan beberapa cara, di

antaranya dengan menggunakan sekresi saliva tanpa distimulasi, dengan stimulasi,

dan dengan pengumpulan saliva khususnya kelenjar parotis dengan atau tanpa

stimulasi. Teknik pengumpulan saliva tanpa distimulasi bertujuan untuk menilai

status kelenjar saliva dan komponen yang terkandung di dalamnya, sedangkan

saliva yang distimulasi digunakan untuk menilai fungsi cadangan kelenjar saliva.

Pengumpulan saliva harus dilakukan pada waktu yang terstandarisasi, berdasarkan

siklus diurnal.

Subjek dikondisikan untuk tidak makan termasuk permen karet, minuman

(kecuali air), merokok satu jam sebelum pengambilan saliva. Subjek diminta

untuk membilas mulutnya beberapa kali dengan air putih dan berdiam diri selama

5 menit. Subjek diberitahu untuk tidak melakukan banyak gerakan terutama

gerakan mulut seperti berbicara. Pada penelitian ini pengambilan saliva dimulai

dengan posisi tenang dan dianjurkan posisi kepala condong ke depan. Dan

meminta subjek untuk mengumpulan saliva pada wadah tiap 1 menit sekali

Page 36: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

22

selama 5 menit dengan kondisi tanpa distimulasi. Setelah itu dicatat hasil volume

saliva yang terkumpul dan dibagi dengan satuan mL/menit. Lalu hasil SFR

dikategorikan berupa hiposaliva, normosaliva, hipersaliva. 24

Terdapat empat jenis cara pengumpulan sampel saliva yang biasa

digunakan dalam penelitian yaitu spitting, passive drool, arbsorbent, dan suction.,

diantaranya adalah:

Passive Drool

Subjek diminta untuk mengeluarkan saliva secara pasif dengan

mencondongkan kepala ke depan dan membuka mulut ke wadah penampung

tanpa adanya rangsangan mekanoreseptor selama beberapa menit.24,25

Metode Spitting

Subjek mengumpulkan air saliva di rongga mulut dalam keadaan mulut

tertutup dan dikeluarkan ke wadah penampung setiap satu menit selama lima

sampai lima belas menit. Pengumpulan saliva dalam rongga mulut dapat

mempengaruhi aliran saliva, sehingga mempengaruhi penilaian salivary flow

rate.24,25

Metode Suction

Metode pengumpulan saliva dengan dihisap menggunakan satu alat

aspirasi, yang terdiri dari cathether aspirasi, atrap dan penghisap tekanan rendah

dengan terus menerus selama 5 menit. Contohnya pada Saliva Bio Oral Swab

(SOS). 24,25

Metode Arbsorbent

Saliva dikumpulkan dengan cara meletakkan penyerap seperti swab,

cotton, atau sponge dalam mulut selama satu sampai lima menit. Dalam metode

ini, dapat memicu aliran saliva sehingga untuk pengukuran salivary flow rate

metode ini tidak akurat, sehingga dalam pelaksanaannya penyerap diletakkan

hanya dalam waktu dua menit dalam mulut untuk menghindari adanya perubahan

konsentrasi komponen akibat aliran saliva yang terlalu tinggi.25

Page 37: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

23

2.2 Rokok

2.2.1 Pengertian dan Kandungan Rokok

Rokok merupakan campuran dari berbagai bahan kimia. Dan akan

menghasilkan 4000 bahan kimia setelah dilakukan pembakaran. Selain itu, akan

terjadi pengendapan didalam tubuh akibat pembakaran yang tidak sempurna.

Rokok terdiri dari dua komponen, yaitu komponen gas sebesar 92% dan

komponen padat atau partikel sebesar 8%. Berikut adalah komponen-komponen

yang terkandung dalam rokok.26

1. Nikotin

Nikotin merupakan zat kimia utama dalam rokok yang dapat menyebabkan

ketergantungan rokok. Setelah menghisap rokok, kadar nikotin dalam darah

meningkat dalam waktu 11-15 detik. Bolus nikotin selanjutnya akan menstimulasi

reseptor asetilkolin untuk mengaktifkan suatu sistem yang disebut brain-reward

system, dengan cara peningkatan pelepasan dopamin. Aktivasi brain-reward

system menimbulkan perasaan senang. Peningkatan kadar nikotin diiringi

penurunan kadar nikotin secara bertahap, sampai pada suatu titik withdrawal yang

hanya bisa dihilangkan dengan menghisap rokok selanjutnya. Keadaan ini

menjadi hubungan temporal antara menghisap rokok dan input sensorik dengan

stimulasi berulang dan hilangnya gejala withdrawal.28-31

2. Tar

Setiap rokok yang sudah dibakar akan menghasilkan bahan partikulat, salah

satunya adalah tar. Setiap partikel tar merupakan komposisi bahan kimia organik

dan anorganik. Salah satu zat karsinogen yang terdapat pada tar adalah

benzopyrene (senyawa polyclyclic aromatic hydrocarbon). Tar akan menganggu

fungsi perlindungan dan pembersihan paru dengan mekanisme penutupan cilia

pada trakea.

3. Karbon monoksida

Karbon mokosida saat terhirup akan terikan pada hemoglobin dalam darah yang

disebut karboksilhemoglobin. Daya ikatnya 200 kali lebih kuat dibanding oksigen

sehingga pasokan oksigen ke tubuh akan berkurang.

Page 38: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

24

4. Ammonia

Ammonia digunakan pada rokok untuk mempercepat masuknya nikotin dalam

aliran darah. Karena ada beberapa jenis tembakau yang secara alami mengandung

ammonia. Selain itu, ammonia juga merupakan hasil sampingan dari asap

rokok.28-31

5. Formid acid

Merupakan asam kuat yang dapat membuat kulit melepuh.

6. Hydrogen cyanide

Hydrogen cyanida (sianida) merupakan gas tidak berwarna yang dapat

menghalangi pernapasan. Sianida ini merupukan racun berbahaya yang biasa

digunakan untuk hukuman mati, proses-proses penempaan besi, pencelupan,

pembuatan bahan peledak, pengukiran, dan pembuatan plastik akrilik resin.

7. Metanol

Cairan yang mudah menguap dapat menyebabkan kebutaan dan kematian.

Merupakan salah satu bahan bakar roket.

8. Hydrogen sulfide

Gas beracun yang menghambat oksidasi enzim.

9. Aseton

Aseton merupakan cairan yang digunakan untuk penghapus cat.

10. Naftalen

Terpapar naftalen dengan jumlah besar dapat menyebabkan kerusakan dan

kehancuran sel darah merah.

11. Vinyl chloride

Vinyl chloride merupakan bahan dasar pembuatan plastik PVC.

12. Radioaktif

Unsur radioaktif merupakan zat yang dapat memicu terjadinya kanker.

13. Nitrous oxide

14. Formalin

15. Pyridine

16. Logam berat

Page 39: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

25

2.2.2 Jenis Rokok

Rokok pada masyarakat umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu rokok putih

(filter) dimana ada bagian pangkal rokok terdapat gabus dan rokok kretek (non

filter) tidak menggunakan gabus.32,33 Berdasarkan tes berbasis mesin (Machine-

Based Test), kretek menimbulkan paparan nikotin, karbon monoksida, dan tar

terhadap tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan rokok putih (white

cigarettes) atau rokok non kretek lainnya. Asap yang diinhalasi dari rokok kretek

bisa mengandung tiga bahan kimiawi tambahan yang bersifat toksik: eugenol,

anethole, dan coumarin.34

2.2.3 Klasifikasi Perokok

Klasifikasi perokok dibagi berdasarkan riwayat merokok :4

Perokok Aktif

Perokok Pasif

Bebas Perokok

Selain itu, perokok juga dapat dikategorikan sesuai dengan riwayat lama

nya merokok dan jumlah rata-rata batang rokok yang dikonsumsi setiap harinya.

Pengelompokan perokok indeks Brinkman dilakukan dengan cara mengkalikan

jumlah rata-rata batang rokok yang dikonsumsi setiap harinya dengan riwayat

lamanya merokok dalam tahun, sehingga dapat dikategorikan menjadi berikut:4

• Perokok ringan memiliki indeks Brinkman 0-199

• Perokok sedang memiliki indeks Brinkman 200-600

• Perokok berat memiliki indeks Brinkman lebih dari 600

2.2.4 Tahapan perokok

1. Tahap Preparatory, seseorang memiliki gambaran menyenangkan mengenai

rokok dari berbagai media sehingga timbul minat untuk merokok.

2. Tahap Initiation, merupakan tahap perintisan yaitu menentukan apakah

dilanjutkan atau tidak terhadap perilaku merokok.

Page 40: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

26

3. Tahap becoming a smoker, Apabila seseorang sudang mengkonsumsi rokok 4

batang sehari maka mempunyai kencenderungan menjadi perokok.

4. Tahap maintenance of smoking, merokok dilakukan bertujuan untuk memperoleh

efek fisiologis yang menyenangkan.35

2.3 Pengaruh Merokok terhadap Sekresi Saliva

Rokok mengandung berbagai bahan kimia, salah satunya adalah nikotin,

yaitu amina alkaloid tersier yang memberikan efek kemoatraktan langsung serta

efek spesies oksigen reaktif yang terdapat didalam asap rokok. Hal ini

mengaktifkan transkripsi nuclear factor kB (NF-kB), yang mengaktifkan gen

untuk factor necrosis tumor (TNF) dan interleukin-8 (IL-8). Hal ini kemudian

menarik dan mengaktifkan neutrofil. Neutrofil yang berkumpul mengalami

pengaktifan dan pembebesan granulanya, yang kaya akan beragam protease sel

(elastase neutrofil, proteinase3 dan katepsin G) sehingga terjadi kerusakan

jaringan. Termasuk kerusakan pada taste receptors yang berpengaruh pada

penurunan sensitivitas. Potensial reseptor beraksi saat sebagian besar zat yang

terangsang oleh vili pengecap dengan pengikatan zat kimia kecap pada reseptor

protein yang dekat atau menonjol melalui membran vilus. Hal ini akan membuka

kanal ion, sehingga ion natrium yang bermuatan positif masuk dan

mendepolarisasi kenegatifan normal di dalam sel. Sehingga pada kondisi

penurunan sensitivitas taste receptors menyebabkan penurunan impuls yang

dihantarkan oleh nervus ke nucleus salivatory di medulla oblongata.20,36

Kandungan nikotin pada rokok dapat pula mengaktifkan neuron postganglion

serat saraf simpatik sama halnya seperti asetilkolin (Ach) pada reseptor kolinergik

nikotinik.8,17 Pengikatan asetilkolin (Ach) ke reseptor ini dapat menyebabkan

pembukaan saluran kation di sel pascaganglion yang mengakibatkan mengalirnya

Na+ dan K+. Karena gradien elektrokimia untuk Na+ lebih besar daripada K+ maka

lebih banyak Na yang masuk ke dalam sel daripada K+ yang keluar, menyebabkan

depolarisasi yang memicu pembentukan potensial aksi di sel pascaganglion

dengan menimbulkan pelepasan noreprinefrin (NE) kepada reseptor alfa atau beta

adrenergik pada sel target yang kemudian menyebabkan efek tertentu pada sel

tersebut.17,37

Page 41: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

27

Gambar 2.5 Reseptor Nikotinik pada Inervasi Saraf Simpatis

Sumber : Gerard J. Tortora, Bryan Derrickson. 2011

Pada sel asinar kelenjar saliva terdapat reseptor adrenergik, penempelan

norepinefrin (NE) pada reseptor adrenergik di permukaan sel asinar di kelenjar

saliva menyebabkan peningkatan salivary flow rate dengan sifat sekresi yang

lebih kental dan lebih mukus.37

Salivary flow rate yang menurun berelasi positif dengan buffering system.

Peningkatan dua faktor tersebut berpengaruh dalam proses pembersihan bakteri

ataupun antigen yang ada dalam rongga mulut.

Ghulam Jillani Khan et al. (2010) menyatakan bagian rongga mulut

dan taste receptor terkena paparan asap rokok terus-menerus dalam jangka waktu

yang lama dapat mengakibatkan penurunan sensitivitas dan perubahan taste

receptor dari indra perasa dan semakin lama akan menyebabkan supresi pada

refleks saliva.10

Sebuah teori menyatakan bahwa radikal bebas yang terdapat pada rokok yaitu

radikal hidroksil (OH) dapat mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi

molekul pada saliva. Hidroksil (OH) dapat merusak tiga jenis senyawa yang

penting yang berfungsi dalam pertahanan integritas sel. Salah satu senyawa yang

rusak yaitu asam amino penyusun protein. Asam amino yang paling rawan yaitu

sistein. Sistein mengandung gugus sulfhidril (-SH) yang sangat peka terhadap

serangan radikal hidroksil. Pembentukan ikatan disulfide (S-S) menimbulkan

ikatan intra atau antar molekul sehingga protein (saliva) kehilangan fungsi

biologisnya, sehingga enzim tersebut dapat kehilangan sifat katalitiknya.38

Page 42: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

28

Terdapat teori lain yang menyatakan yaitu pada perokok akibat karbon

monoksida yang berasal dari rokok menyebabkan suplai oksigen pada tubuh

berkurang termasuk suplai darah pada kelenjar saliva.38

2.4 Efek Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut

Perokok akan mengalami banyak masalah kesehatan pada gigi dan mulut.

Akibat dari merokok akan terjadi karies beserta skor Delayed, Missing and Filled

Teeth (DMF) yang lebih tinggi, perbedaan pada buffering system, penurunan

fungsi saliva dalam proteksi gigi, sehingga akan muncul resiko kehilangan gigi 3x

lebih besar pada perokok dibanding dengan non-perokok. Jaringan lunak pada

rongga mulut yang juga terkena paparan utama komponen toksik akan terjadi

iritasi yang dapat menimbulkan infeksi mukosa, dry socket, memperlama

penyembuhan luka, menurunkan kemampuan fagositosis, menekan proliferasi

osteoblas, dan menurunkan asupan aliran darah ke gingiva. Perubahan

vaskularisasi dan sekresi kelenjar saliva juga dapat terjadi akibat perubahan panas

dari efek merokok. Perilaku merokok juga menimbullkan rangsangan pada papilla

filiformis untuk menjadi lebih panjang (hipertropi).39

Page 43: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

29

2.6 Kerangka Teori

Page 44: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

30

2.7 Kerangka Konsep

Page 45: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

31

2.8 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Pengukur Alat

Ukur

Cara Ukur Skala

Pengukur

an

1 Salivary

flow rate

Parameter yang

menggambarkan

normal, tinggi,

rendah, atau

sangat

rendahnya aliran

saliva yang

dinyatakan

dalam satuan

ml/menit

Peneliti Tabung

ukur

Melakukan

pengukuran

dengan

skala

volume

dalam lama

waktu

pengumpula

n saliva

dengan

satuan

(ml/menit)

Numerik

2 Status

merokok

Dikatakan

perokok jika

saat

pengambilan

sampel telah

menjadi perokok

aktif dan masuk

kriteria inklusi

dan disebut non-

perokok jika

saat

pengambilan

sampel tidak

merokok dan

masuk kriteria

inklusi

Peneliti Form

identitas

dan

riwayat

merokok

Melakukan

wawancara

dan

pengisian

form data

subjek

penelitian

dilanjutkan

pengklasifik

asian

tingkat

keparahan

merokok

menggunak

an indeks

Brinkman

Kategorik

Page 46: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

32

3 Indeks

Brinkman

Perkalian lama

paparan rokok

dengan jumlah

batang rokok

yang

dikonsumsi per

harinya

Peneliti Form

identitas

dan

riwayat

Melakukan

wawancara

dan

pengisian

Numerik

Page 47: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik bivariat tidak berpasangan cross sectional

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Pisangan, Cirendeu, dan Rengas selama bulan Februari 2015- Juli 2016, dan pengukuran SFR dilakukan langsung pada lokasi pengambilan sampel pada pukul 09.00-11.00.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi target : Laki-laki perokok

Populasi terjangkau : Laki-laki perokok yang bertempat tinggal atau bekerja di Kelurahan Pisangan, Cirendeu, dan Rengas selama bulan Februari 2015- Juli 2016

3.3.2 Sampel dan Cara Pemilihan Sampel

Penelitian ini menggunakan sampel data primer saliva laki-laki perokok. Sampel dipilih berdasarkan non-probability sampling yaitu consecutive sampling.

3.3.3 Jumlah Sampel

Jumlah sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel penelitian analitik tidak berpasangan dengan variabel numerik yakni sebagai berikut:

Keterangan:

Zα = kesalahan tipe I sebesar 10% = 1.282

Zβ = kesalahan tipe II sebesar 20% = 0.842

33

Page 48: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

34

(X1 – X2) = selisih minimal yang dianggap bermakna = 0.05

S = Sg = standar deviasi, diperoleh dengan rumus:

Sg = standar deviasi gabungan

S1 = standar deviasi kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

n1 = besar sampel kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

S2 = standar deviasi kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

n2 = besar sampel kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

Maka akan didapatkan perkiraan besar sampel berdasarkan penelitian

Munasib tahun 2015 adalah sebagai berikut:26

(Sg)2= [(0.221)2 x (42-1) + (0.136)2 x (13-1)]

42+13-2

= [(0.048) x (41) + (0.018) x (12)]

53

= [1.968 + 0.18] = 0.040

53

(Sg) = = 0.200

Kemudian dimasukkan ke dalam rumus jumlah sampel:

N = 2{(1.282 - 0.842) 0.200}2

{0.05}2 N = 61

Maka pada penelitian ini dibutuhkan sampel 61 orang untuk kelompok

perokok ringan-sedang, 61 orang untuk perokok berat.

Page 49: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

35

3.3.4 Kriteria Subjek Penelitian

3.3.4.1 Kriteria Inklusi Umum

1) Laki-laki

2) Usia 20- 55 Tahun

3) Dapat membuka mulut

4) Bersedia menyetujui lembar informed consent

5) Tidak memiliki riwayat penyakit sistemik yang berhubungan

dengan kelenjar saliva

6) Perokok aktif saat survey

7) Merokok dengan jumlah minimal 1 batang setiap hari

3.3.4.2 Kriteria eksklusi umum

1) Sedang berpuasa saat pengambilan saliva

2) Tidak dapat partisipasi karena keadaan psikologis yang buruk

(gaduh, gelisah, agitasi, nutrisi buruk)

3) Memiliki kelainan sistemik yang mempengaruhi sekresi saliva

(seperti Diabetes Melitus)

4) Mengkonsumsi alkohol dan NAPZA

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah saliva

perokok. Sedangkan alat penelitian yang digunakan antara lain, tabung ukur

penampung, jam tangan, corong 40 mm, tissu, perlengkapan alat tulis, alat

pemeriksa gigi dan mulut.

Page 50: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

36

Gambar 3.1. Alat dan bahan penelitian

3.5 Cara Kerja Penelitian 1. Menentukan sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi.

2. Memperoleh informed consent dari subjek penelitian, pengisian data

diri, riwayat merokok dan memberikan penjelasan mengenai prosedur

pengumpulan saliva yang akan dilakukan kepada subjek penelitian.

Gambar 3.2. Pengisian Informed consent dan kuisioner

3. Melakukan pemeriksaan gigi dan mulut subjek penelitian oleh dokter

gigi untuk mengetahui status GI (Gingival Index), DI (Debri Index), CI

(Calculus Index), dan OHIS (Oral Higiene Index Score)

Page 51: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

37

Gambar 3.3. Pemeriksaan Gigi dan Mulut

4. Subjek penelitian diinstruksikan untuk tidak makan dan minum 1 jam

sebelum pengambilan saliva

5. Pengambilan sampel saliva tidak terstimulasi menggunakan metode

passive drool dilakukan selama 5 menit dengan meminta subjek

penelitian duduk dan membuang saliva pada wadah penampung

melalui corong di setiap menitnya.

Gambar 3.4. Pengambilan Sampel Saliva

6. Pengukuran saliva dilihat dari saliva yang dikeluarkan oleh subjek

penelitian selama 5 menit. Selanjutnya volume saliva yang dibuang

dicatat.

Page 52: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

38

3.6 Indentifikasi Variabel

• Variabel bebas atau independen pada penelitian ini adalah SFR

• Variabel terikat atau dependen pada penelitian ini adalah perokok

pada berbagai tingkat keparahan merokok

• Variabel perancu pada penelitian ini antara lain usia dan

konsumsi obat anti kolinergik dan obat anti adrenergik

3.7 Managemen dan Analisis Data

Data dari kuisioner yang telah diisi subjek penelitian dan data hasil

pengukuran salivary flow rate dimasukkan ke dalam komputer dan dianalisis

menggunakan software SPSS. Dari kedua data tersebut dianalisa secara

deskriptif untuk mengetahui rata-rata atau median, standar deviasi atau

median, dan frekuensi. Normalitas distribusi data diuji dengan uji

Kolomogorov-Smirnov untuk kelompok yang lebih dari 50 orang dan

Shapiro-Wilk untuk kelompok yang kurang dari 50 orang.

Uji hipotesis untuk melihat perbandingan penurunan salivary flow rate

pada perokok dengan berbagai tingkat keparahan merokok diuji dengan

menggunakan uji T-Test apabila distribusi normal dan dengan uji Mann-

Whitney apabila uji tidak normal. Jika didapatkan nilai p<0.05 maka hasilnya

adalah terdapat perbedaan yang bermakna salivary flow rate perokok pada

berbagai tingkat keparahan merokok.

Page 53: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

39

3.8 Alur Penelitian

Pembuatan proposal

Pengisian kuisioner

Pengelolaan data

Catat hasil pengambilan sampel saliva dalam satuan (mL/menit)

Dilakukan pengambilan saliva dalam waktu 5 menit dalam satuan (ml/5menit)

Pengambilan sampel saliva (dalam kondisi unstimulated)

Informed consent kepada subjek

Pemilihan subjek penelitian

Mengklasifikasi tingkat keparahan perokok

Ethical Clearance dari Komisi Etik

Page 54: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 78 subjek penelitian, 58 dari 78 subjek

merupakan perokok ringan sedang dan 20 subjek merupakan perokok berat

dengan karakteristik jumlah rokok perhari dan lama merokok sesuai pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Perokok Ringan Sedang (100%)

n=58 Perokok Berat (100%)

n=20

Jumlah Rokok Perhari <11 Batang 11-20 Batang >20 Batang Median (Min-Maks)

17 (29,3%) 28 (65.5%)

3 (5.2%)

0 (0%) 5 (25%)

15 (75%)

12 (2-24) 24 (15-40)

Lama Merokok <6 Tahun 6-10 Tahun >10 Tahun

5 (8,6%) 11 (19%)

42(72,4%)

0 (0%) 0 (0%)

20

Rerata ± SD 18.24 ± 9.5 31.5 ± 7.18

Subjek penelitian perokok ringan-sedang paling tinggi mengkonsumsi 11-20

batang rokok sehari dan pada perokok berat paling tinggi mengkonsumsi >20

batang rokok perhari. Sedangkan dilihat dari lama merokok pada subjek penelitian

perokok ringan-sedang rata-rata telah mengkonsumsi rokok selama 18 tahun dan

pada perokok berat rata-rata telah mengkonsumsi rokok selama 31 tahun.

40

Page 55: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

41

4.1.2. Salivary Flow Rate

Berikut ini hasil pengukuran SFR tanpa terstimulasi pada subjek penelitian

berdasarkan tingkat keparahan Gambar 4.1.

Gambar 4.2 Salivary Flow Rate Perokok

Salivary flow rate pada perokok ringan-sedang memiliki nilai median 0.24

ml/menit dengan nilai minimum 0.01 ml/menit dan maximum 1.10 ml/menit.

Kelompok perokok berat memiliki nilai median salivary flow rate 0.26 ml/menit

dengan nilai minimum 0.02 ml/menit dan maksimum 0.52 ml/menit.

Perbandingan salivary flow rate perokok ringan sedang dan perokok berat tidak

berbeda bermakna (p=0.922;Mann-Whitney).

Page 56: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

42

Tabel 4.2. Salivary Flow Rate Perokok

Status Merokok Salivary Flow Rate p value

Ringan-Sedang 0.24 (0.01-1.10)*

0.922**

Berat 0.26 (0.02-0.50)* *Median (Minimum-maximum) ** Mann-Whitney

Hasil Pengukuran SFR pada subjek perokok berat didapatkan lebih tinggi

jika dibandingkan dengan subjek perokok ringan-sedang. Hasil yang tidak

bermakna pada penelitian ini dapat disebabkan oleh jumlah sampel yang tidak

memenuhi terutama kelompok perokok berat sehingga mengakibatkan penurunan

validitas. Namun berdasarkan nilai normal SFR yaitu 0.25-0.35 ml/menit, pada

perokok ringan-sedang membuktikan bahwa terdapat penurunan salivary flow rate

dari nilai normal. Paparan rokok pada rongga mulut dapat mengenai saliva

sebagai cairan yang diproduksi untuk melindungi mukosa mulut. Bouquot &

Schroeder telah melaporkan bahwa merokok dapat menyebabkan peningkatan

jangka pendek sekresi saliva, namun efek jangka panjang dari penggunaan

tembakau tidak jelas. Nikotin dalam rokok dapat bekerja pada reseptor kolinergik

tertentu di otak dan organ lain yang dapat menyebabkan aktivasi saraf yang

mengarah pada perubahan sekresi saliva.40 Selain itu, pengunaan rokok

memberikan efek kemoaktraktan langsung yang berpengaruh pada penurunan

mengurangi sensitivitas taste receptor sehingga berespon pada penekanan sekresi

saliva. Pengaruh rokok terhadap penurunan salivary flow rate masih

kontroversial, karena beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa efek dari

rokok tidak mempengaruhi saliva pada salivary flow rate. Khan et.al

mengobservasi adanya beberapa individu yang terbentuk toleransi terhadap efek

saliva dalam penggunaan rokok jangka panjang.10

Penelitian ini memang menunjukkan bahwa rokok tidak mempengaruhi

produksi saliva pada kuantitasnya, namun terdapat kemungkinan bahwa rokok

dapat mempengaruhi kualitas saliva misalnya pH. 41

Page 57: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

43

4.3 Aspek Keislaman

Efek rokok yang dapat menimbulkan berbagai penyakit-penyakit dalam

tubuh dengan kandungan 4000 bahan-bahan kimia yang berbahaya di dalamnya

mengharuskan kita memahami bahaya konsumsi rokok bagi diri kita. Pedoman

agama islam Al-Qur’an dan hadits juga memaparkan dengan cukup jelas

mengenai larangan untuk mendatangkan kemudharatan pada diri sendiri maupun

orang lain, sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-baqarah ayat

195:42

“Dan belanjakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu

menjatuhkan dirimu sendiri pada kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena

sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”(Q.S. Al-baqarah:

195)

Nabi bersabda dalam suatu hadits:

ر ال ��

ار وال ��

“Tidak ada kemudharatan terhadap diri sendiri dan tidak juga kepada orang

lain” (HR. Ibnu Majah no 2341)

Ayat dan hadist tersebut menerangkan larangan merokok yang dapat

merugikan tidak hanya pada diri sendiri namun juga pada orang lain. Oleh karena

itu, manusia sebagai makhluk sempurna yang diberi akal oleh Allah SWT,

memiliki kewajiban untuk berfikir dalam bertindak, memilah kegiatan yang baik

maupun buruk. Sehingga setelah mengetahui buruknya konsumsi rokok sudah

seharusnya bagi perokok memohon pertolongan kepada Allah dan mengikat tekat

saat ini untuk mulai mengurangi konsumsi rokok secara perlahan.42

Page 58: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

44

4.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain jumlah sampel yang sedikit

karena keterbatasan waktu, dan populasi sampel. Jumlah sampel yang diperlukan

pada penelitian ini berjumlah 61 subjek perokok namun hanya dapat dilakukan 20

perokok berat dan 58 perokok ringan sedang. Diharapkan dengan jumlah sampel

yang lebih banyak dapat menghasilkan data yang lebih bermakna. Ketelitian yang

kurang dalam pengukuran salivary flow rate sebagai keterbatasan peneliti dalam

alat dan bahan penelitian berupa perhitungan jumlah saliva menggunakan tabung

ukur ketelitian 0.5 ml yang seharusnya menggunakan tabung ukur dengan

ketelitian 0.05ml.

Page 59: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keparahan merokok tidak

berpengaruh secara statistik terhadap salivary flow rate (p>0.05).

5.2. Saran

a. Pengukuran salivary flow rate sebaiknya menggunakan tabung pengukur

yang memiliki ketelitian kurang dari 0.05 ml

b. Pada penelitian ini konsumsi rokok tidak mempengaruhi kualitas jumlah

produksi saliva, namun perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat

efek rokok pada komponen-komponen kuantitas yang terkandung di dalam

saliva misalnya pH41

45

Page 60: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

46

DAFTAR PUSTAKA

1. Dwiyastuti N. Perbedaan pH Saliva antara Perokok dan Bukan Perokok

pada Mahasiswa Teknik Mesin UMS. Surakarta: FK UMS; 2012

2. Imarina F. Studi Kualitatif Literatur. Jakarta: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia; 2008

3. Asri GP. Persepsi dan Sikap Perokok terhadap Inovasi Kemasan Warna

dan Gambar Peringan Kesehatan : Studi Eksplorasi Desain Kemasan.

UAJY; 2012

4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru Obstruktif kronik

(PPOK): Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia [Internet].

Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2003 [Cited 9 September

2015]. Available from: http://klikpdpi.com/konsensus/konsensus-

ppok/ppok.pdf

5. World Health Organization: WHO Report On The Global Tobacco

Epidemic; 2013 [cited 30 Juli 2016] Available from:

www.who.int/iris/bitstream/10665/85380/1/9789241505871_eng.pdf

6. World Health Organization: Global Adult Tobacco Survey: Indonesia

Report; 2011 [cited 30 Juli 2016]. Available from:

www.who.int/tobacco/surveillance/survey/gats/indonesia_report.pdf

7. Almeida PDV, Gregio AMT, Machado MAN, Lima AAS, Azevedo LR.

Saliva Composition and Functions: A Comprehensive Review. Journal of

Contemporary Dental Practice; 2008

8. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008

9. O’Mullaneetal. Saliva and Oral Health. 4rd edition. London: British Dental

Association; 2004

10. Khan GJ, Javed M, Ishaq M. Effect of Smoking on Salivary Flow Rate.

Gomal Journal of Medical Science; 2010

11. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI;

2013

Page 61: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

47

12. Rad M, Kakoie S, Brojeni FN, Pourdamghan N. Effect of Long-term

Smoking on Whole-mouth Salivary Flow Rate and Oral Health. Journal of

Dental Research, Dental Clinics, Dental Prospects; 2010

13. Kanwar A, Sah K, Grover N, Chandra S, Singh RR. Long-term Effect of

Tobacco on Resting Whole Mouth Salivary Flow Rate and pH: An

Institutional based Comparative Study. European Journal of General

Densitry 2013; 2(3): 296-299

14. Hidayani TA, Hidajani J. Efek Merokok terhadap Status pH dan Volume

Saliva pada Laki-Laki Dewasa dan Usia Lanjut. Dentika Dental Journal

2011; 16(1): 70-73

15. Pangestu A. Deteksi Salivary Flow Rate pada Pria Perokok dan Non-

Perokok. FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2014

16. Zulkeflie NASB. Pengaruh Tekanan Darah pada Perokok di Kalangan

Mahasiswa Lelaki angkatan 2007 FK USU. USU Institutional Repository;

2011

17. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC;

2012

18. Klimek J. Saliva and Oral Health. Lecture Handout for Undergraduate

Students of Dentistry. Germany; 2004

19. Snell RS. Neuroanatomi klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

2011

20. Ekstrom J, Khosravani N, Castagnola M, Messana I. Saliva and Control

It’s Secretion. In: Reiser MF, Hricak H, Knauth M, Ekberg O. Dysphagia

Diagnosis and Treatment Medical Radiology Diagnostic Imaging. New

York: Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2012: 19-47

21. Rhoades RA. Gastrointestinal Physiology: Neurogastroenterology and

Motility. In: Rhoades RA, Bell DR, editors. Medical Physiology:

Principles for Clinical Medicine Ed 4th. Philadelphia: Lippincott William

and Wilkins; 2013: 471-491

22. Costanzo LS. Fisiologi Gastrointestinal. In: Costanzo LS, Hartono A,

editor. Essential Fisiologi Kedokteran Ed 5. Jakarta: Binarupa Aksara;

2012: 309-340

Page 62: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

48

23. Kaurow C, Wowor VNS, Pangemanan DHC. Gambaran Status Karies

Peminum Alkohol di Desa Paku Weru Dua. Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi; 2015

24. Navazesh M, Kumar SK. Measuring salivary flow : Challenges and

opportunities. Journal of The American Dental Association; 2008

25. Vissink A, Wolff A, Veerman ECI. Saliva Collectors. In: Wong DT.

Salivary Diagnostics. USA: Wiley-Blackwell; 2008: 37-59

26. Munasib A. Peran Rokok terhadap Laju aliran saliva Pada Laki-laki

Perokok dan Non-Perokok. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta; 2015

27. Gondodiputro, S. Bahaya Tembakau dan Bentuk-bentuk Tembakau.

Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran

Unversitas Padjadjaran; 2007

28. Potts LA, Garwood CL. Varenicline: The newest agent for smoking

cessation. Am J Health-Syst pharm; 2007: 64:1381-4.

29. Petters MD. Morgan LC. The pharmacorherapy of smoking cessation.

Medical Journal of Australia; 2002: 176: 468-90.

30. Foulds J. The neurobiological basis for partial agonist treatment of

nicotine dependence: varenicline. Int J Clin pract 2006; 60(s):571-6.

31. Benowitz NL. Pharmacology of nicotine: Addiction and thera_ peutics.

Annu Rev Pharmacol Toxicol; 1996: 36: 597-613.

32. Sitepoe, M. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia; 2000

33. Leffondre K, Abrahamowicz M, Siemiatycki J, Rachet B.Modeling

Smoking History: A Comparison of Different Approaches. Am J

Epidemiol 2002; 156(9): 813-823.

34. Kreteks in Indonesia; 2009 [cited 05 Oktober 2016] Available from:

http://global.tobaccofreekids.org/files/pdfs/en/IW_facts_products_Kreteks.

pdf

35. Komari D, Helmi, Arvin F. Faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada

remaja. Universitas Gadjah Mada Online Journals; 2010

Page 63: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

49

36. Kumar V, Cotran RS, Robbins L. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013

37. Saladin [E-book]. Anatomy and Physiology – The Unity of Form and

Function 3rd Ed. McGraw-Hill; 2003

38. Revianti, S. Pengaruh Radikal Bebas Pada Rokok Terhadap Timbulnya

Kelainan Di Rongga Mulut. Dental Jurnal Kedokteran Gigi FKG-UHT

2007; 1(2): 85-89

39. Kusuma ARP. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut.

Majalah Ilmiah Sultan Agung; 2011

40. Bouquot DJ, Schroeder K. Oral effect of tobacco abuse. J Am Dent Inst

Contin Educ; 1992

41. Singh M, Ingle AN, Kaur N, Yadav P, Ingle E. Effect of long-term

smoking on salivary flow rate and salivary pH. Journal of Indian

Associatin of Public Health Dentistry; 2015

42. Himpunan Fatwa Haram Merokok. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-

obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia Provinsi Bali. [cited 05

Oktober 2016] Available from: http://www.halalmuibali.or.id/wp-

content/uploads/2010/07/HIMPUNAN-FATWA-HARAM

MEROKOK.pdf

43. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. US;

John Wiley & Sons; 2011

44. Palomares et al. Unstimulated salivary flow rate, pH and buffer capacity of

saliva in healthy volunteers. Revista Espanola De Enfermedades

Digestivas; 2004

45. Smith PM. Mechanisms of Salivary Secretion. In: Edgar M, Dawes C,

O’Mullane D. Saliva and Oral Health 3rd Ed. London: British Dental

Journal; 2004

Page 64: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

50

LAMPIRAN

Lampiran 1

Lembar Informed Consent dan Kuesioner Responden

Page 65: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

51

(Lanjutan)

Page 66: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

52

(Lanjutan)

Page 67: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

53

(Lanjutan)

Page 68: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

54

(Lanjutan)

Page 69: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

55

(Lanjutan)

Page 70: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

56

(Lanjutan)

Page 71: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

57

(Lanjutan)

Page 72: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

58

(Lanjutan)

Page 73: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

59

(Lanjutan)

Page 74: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

60

(Lanjutan)

Page 75: PERBANDINGAN SALIVARY FLOW RATE LAKI-LAKI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37139/2/ARWINDA... · 7. Keluarga yang tercinta, Sunardi,S.H, Ririn Meiriati, S.Pi,

61

Lampiran 2

Riwayat Penulis

Identitas :

Nama : Arwinda Tanti Mendriyani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir: Surabaya, 12 Agustus 1995

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Gebang Raya AB-11 Sidoarjo,Jawa Timur

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

• 2001 – 2007 : SD Hang Tuah 10 Juanda, Sidoarjo

• 2007 – 2010 : SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo

• 2010 – 2013 : SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo

• 2013 – sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta