perbandingan pengetahuan tentang interaksi …digilib.unila.ac.id/54879/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
i
PERBANDINGAN PENGETAHUAN TENTANG INTERAKSI MAKHLUK
HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA DAN SIKAP PEDULI
LINGKUNGAN PESERTA DIDIK DI SEKOLAH
AREA KAWASAN TNWK DAN DI KOTA
(Skripsi)
Oleh
SHEVYTA RYANDANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
ii
ABSTRAK
PERBANDINGAN PENGETAHUAN TENTANG INTERAKSI MAKHLUK
HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA DAN SIKAP PEDULI
LINGKUNGAN PESERTA DIDIK DI SEKOLAH
AREA KAWASAN TNWK DAN DI KOTA
Oleh
SHEVYTA RYANDANI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan interaksi
makhluk hidup dengan lingkungannya dan sikap peduli lingkungan peserta didik
di SMP N 1 Labuhan Maringgai dengan di SMP N 18 Bandar Lampung. Peneliti
menggunakan metode deskriptif verifikatif dan desain penelitian ex post facto.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data penelitan
diperoleh dari soal tes dan kuisioner sikap peduli lingkungan, kemudian keduanya
dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji regresi linier sederhana dan
independent sampel t test.
Hasil penelitian ini menunjukkan , diketahui bahwa hasil rata-rata tes pengetahuan
peserta didik di SMP N 1 Labuhan Maringgai dalam kriteria “sedang” sedangkan
hasil rata-rata tes pengetahuan peserta didik di SMP N 18 Bandar Lampung
termasuk dalam kriteria “sangat rendah”. Hal ini menunjukkan bahwa hasil rata-
iii
rata tes pengetahuan peserta didik di SMP Negeri 1 Labuhan Maringgai lebih
tinggi dibanding SMP N 18 Bandar Lampung.
Kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan hasil uji regresi linier sederhana
terdapat hubungan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya dengan sikap
peduli lingkungan peserta didik pada masing masing sekolah yaitu, SMP N 1
Labuhan Maringgai dan di SMP N 18 Bandar Lampung. Kemudian simpulan
berdasarkan hasil uji independent sampel t test yaitu, perbedaan pengetahuan
peserta didik tentang interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya dan sikap
peduli lingkungan peserta didik di SMP N 1 Labuhan Maringgai dan di SMP N 18
Bandar Lampung.
Kata kunci: perbandingan, pengetahuan, sikap peduli lingkungan
iv
PERBANDINGAN PENGETAHUAN TENTANG INTERAKSI MAKHLUK
HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA DAN SIKAP PEDULI
LINGKUNGAN PESERTA DIDIK DI SEKOLAH
AREA KAWASAN TNWK DAN DI KOTA
Oleh
SHEVYTA RYANDANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
v
vi
vii
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro, 12 Desember 1996 sebagai
putri kedua dari dua bersaudara yang merupakan buah hati
Bapak Purnomo dengan Ibu Mesirah Herna Yuliawati.
Pendidikan formal diawali di Taman Kanak-Kanak Sumber
Deras pada tahun 2002 kemudian dilanjutkan di SD Negeri
3 Surya Adi dan selesai pada tahun 2008, lalu jenjang
pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Mesuji lulus pada tahun 2011,
dan jenjang pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Metro lulus pada tahun
2014.
Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi pendidikan
Biologi jurusan pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur
SBMPTN. Selama berkuliah di Universitas Lampung. Pada Tahun 2017 penulis
mengikuti Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Kampung
Gunung Labuhan, kecamatan Gunung Labuhan, kabupaten Way Kanan, dan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Gunung Labuhan.
ix
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).”
(Q.S Al-Insyirah : 5-7)
“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar” (Umar bin Khattab ra.)
x
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulillahirobbil’alamin, terima kasih kepada Allah SWT
yang telah memeberiku kesehatan, kesabaran, ketabahan, ridho, dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini dan ku persembahkan karya usaha terbaikku ini kepada:
Ayahku (Purnomo, S.Pd., M.Si.) dan Ibuku (Mesirah Herna Yualiawati, S.Pd.)
tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus,
kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing, mendidik, tak pernah lelah berkorban, dan memberikan semangat, motivasi serta doa untuk keberhasilan anaknya.
Kakakku (Evan Adhyatma)
tersayang, yang telah banyak mengalah, sabar, memberi nasihat, motivasi, dan doa.
Saudara-saudaraku yang selalu memberi motivasi hingga aku sampai ditahap ini.
xi
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikian MIPA FKIP UNILA. Skripsi ini berjudul “Perbandingan
Pengetahuan Tentang Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya dan Sikap
Peduli Lingkungan Peserta Didik Di Sekolah Area Kawasan TNWK Dan Di
Kota”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi besar Rasulullah
Muhammad SAW. Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai;
4. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai;
5. Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai;
xii
6. Alm. Drs. Arwin Achmad, M.Si., dan Dr. Dewi Lengkana, M.Sc. selaku
pembahas yang telah memberikan saran-saran perbaikan dan motivasi yang
berharga;
7. Bapak dan Ibu dosen serta Staff Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Lampung yang telah memberikan pengetahuan dan berbagi pengalaman
kepada penulis;
8. Kepala sekolah, guru, staff, dan siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Labuhan
Maringgai dan SMP Negeri 18 Bandar Lampunb atas izin, kerjasama, dan
motivasi yang diberikan selama penelitian;
9. Sahabat seperjuangan pendidikan Biologi 2014 atas doa, semangat, dan
dukungannya;
10. Sahabat seperjuangan skripsi yaitu Vidi Ayu Winingdyah, S.Pd., Dian
Handayani, S.Pd., serta Maharani Aulia Fajri, S.Pd., Anggi Aggramayeni,
S.Pd., Arinda Syahfiranti, S.Pd., Sulastri Fauziah, serta sahabat sedari SMA
Rekha Devina, S. KM., Nurul Irma Wardani, S.Pd., Fitriana Sukma Dewi,
Wahyuning Safitri dan saudara Mardhi Nopriyansah, atas nasehat, dan
motivasi,
11. Rekan terbaik Deja Gunawan yang selalu menemani.
Alhamdulillahirabbil’aalamin. Penulis berharap agar karya ini bisa bermanfaat
bagi penulis dan pembaca. Aamiin.
Bandar Lampung, 13 Desember 2018
Shevyta Ryandani
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8
C. Tujuan ....................................................................................................... 9
D. Manfaat ..................................................................................................... 9
E. Ruang Lingkup .......................................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendiidkan Lingkungan Hidup di Indonesia ............................................. 13
B. Konsep Dasar Pengetahuan ....................................................................... 18
C. Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya ........................ 22
D. Sikap Peduli Lingkungan ......................................................................... 27
E. Penitngnya Sikap Peduli Lingkungan ....................................................... 31
F. Kerangka Pikir .......................................................................................... 33
G. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 36
III. METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 37
B. Populasi dan Sampe l ................................................................................. 37
C. Desain Penelitian ....................................................................................... 39
D. Prosedur Penelitian .................................................................................... 40
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ................................................ 42
F. Validasi dan Reliabilitas Instrumen ........................................................... 46
G. Analisis Data ............................................................................................ 58
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 65
B. Pembahasan ............................................................................................... 80
xiv
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................... 87
B. Saran .......................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 88
LAMPIRAN
1. Uji analisis instrumen ............................................................................. 92
2. Kisi-kisi soal tes pengetahuan ................................................................. 101
3. Pemetaan soal tes pengetahuan .............................................................. 103
4. Soal tes pengetahuan ............................................................................... 113
5. Kisi-kisi kuisioner sikap peduli lingkungan ............................................ 117
6. Rubrik penilaian kuisioner ...................................................................... 118
7. Kuisioner sikap peduli lingkungan.......................................................... 121
8. Hasil analisis data ................................................................................... 124
9. Foto-foto penelitian ................................................................................. 132
10. Surat pernyataan validator ...................................................................... 134
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah sampel di SMP Negeri 1 Labuhan Maringgai ......................... 38
2. Jumlah sampel di SMP Negeri 18 Bandar Lampung .......................... 38
3. Kisi-kisi soal pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya ...................................................................................... 44
4. Kisi-kisi soal pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya ...................................................................................... 44
5. Kisi-kisi kuisioner sikap peduli lingkungan ........................................ 45
6. Kriteria validitas instrumen tes ............................................................ 47
7. Kriteria reliabilitas instrumen kuisioner .............................................. 48
8. Indeks tingkat kesukaran ..................................................................... 49
9. Klasifikasi daya pembeda butir soal .................................................... 49
10. Kriteria kualitas pengecoh tes .............................................................. 50
11. Kriteria validitas kuisioner .................................................................. 52
12. Kriteria reliabilitas instrumen kuisioner .............................................. 52
13. Kriteria penilaian kemampuan pengetahuan tentang interaksi
makhluk hidup dengan lingkungannya ................................................ 53
14. Kriteria penilaian sikap peduli lingkungan siswa ................................ 54
15. Interval koefisien tingkat hubungan pengetahuan tentang interaksi
makhluk hidup dengan sikap peduli lingkungan .................................. 62
16. Hasil penelitian pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya dan sikap peduli lingkungan ........................................ 66
17. Kompetensi peserta didik tentang pengetahuan interaksi
makhluk hidup dengan lingkungannya ................................................ 67
18. Sikap peduli lingkungan peserta didik ................................................. 72
19. Hasil uji normalitas data di SMP N 1 Labuhan Maringgai
(sekolah area kawasan TNWK ............................................................ 76
20. Hasil uji normalitas data di SMP N 18 bandar Lampung
(sekolah kota) ....................................................................................... 76
21. Hasil homogenitas data ........................................................................ 77
22. Hasil uji Hasil uji regresi linier sederhana di SMP N 1 Labuhan
Maringgai ............................................................................................. 78
23. Hasil uji Hasil uji regresi linier sederhana di SMP N 1 Labuhan
Maringgai ............................................................................................. 78
24. Hasil uji independent sampel t test pengetahuan ................................ 79
25. Hasil uji independent sampel t test sikap peduli lingkungan .............. 79
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Taksonomi bloom .................................................................................. 22
2. Piramida makanan .................................................................................. 25
3. Bagan perangka pikir .............................................................................. 35
4. Diagram batang hasil tes pengetahuan indikator 1 ................................ 66
5. Diagram batang hasil tes pengetahuan indikator 2 ................................ 66
6. Diagram batang hasil tes pengetahuan indikator 3 ................................ 69
7. Diagram batang hasil tes pengetahuan indikator 4 ................................ 69
8. Diagram batang hasil tes pengetahuan indikator 5 ................................ 70
9. Diagram perbandingan rata-rata hasil tes peserta didik kedua sekolah
untuk variabel pengetahuan..................................................................... 71
10. Diagram batang hasil rata-rata sikap peduli lingkungan indikator 1 ..... 73
11. Diagram batang hasil rata-rata sikap peduli lingkungan indikator 2 ..... 73
12. Diagram batang hasil rata-rata sikap peduli lingkungan indikator 3 ..... 74
13. Diagram batang sikap peduli lingkungan peserta didik
kedua sekolah ......................................................................................... 75
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
tidak ternilai harganya, sehingga harus senantiasa dijaga, dikelola, dan
dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi sumber penghidupan bagi
manusia dan mahkluk lainnya demi meningkatkan kualitas hidup. Menurut
Sari (2016: 1) antara manusia dan lingkungan sekitar tentu sangat
berhubungan erat, karena manusia berinteraksi dan saling berpengaruh dengan
alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik positif
maupun negatif. Dengan demikian kesadaran lingkungan hidup merupakan
kesadaran yang lahir dari pemahaman tentang hubungan manusia dengan
lingkungannya.
Manusia merupakan satu kesatuan dengan lingkungan hidup dan memiliki
peran penting dalam keberhasilan pengelolaannya. Lingkungan hidup yang
baik dan sehat merupakan hak asasi setiap Warga Negara Indonesia dan
Pembangunan Ekonomi Nasional yang diselenggarakan berdasarkan prinsip
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Masalah lingkungan hidup semakin lama
2
semakin besar, meluas, dan serius. Kualitas lingkungan hidup yang semakin
menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh
semua pemangku kepentingan.
Menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan hokum
lingkungan yang begitu pesat, Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) secara
implisit sudah dimulai sejak penggunaan kurikulum 1975 pada program
sekolah dengan jalan mengintegrasikanya pada mata pelajaran yang relevan,
mulai sejak SD sampai tingkat SLTA berdasarkan S.K. Menteri P dan K No.
008/U/1975. Perkembangan penyelenggaraan Pendidikan Lingkungan Hidup
(PLH) di Indonesia dilaksanakan oleh Institut Keguruan Ilmu Pendidikan
(IKIP) Jakarta pada tahun 1975. Pada tahun 1977/1978 rintisan Garis-Garis
Besar Program Pengajaran Lingkungan Hidup di ujicobakan di 15 Sekolah
Dasar Jakarta. Pada tahun 1979 di bawah koordinasi Kantor Menteri Negara
Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg PPLH) dibentuk
Pusat Studi Lingkungan (PSL) diberbagai Perguruan Tinggi Negeri dan
Swasta, dimana pendidikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) mulai dikembangkan.
Salah satu aspek utama dalam memajukan pendidikan lingkungan hidup
adalah dengan mengembangkan kurikulum lingkungan hidup yang telah ada
saat ini. Semenjak diselenggarakan oleh Institut Keguruan Ilmu Pendidikan
3
pada 1975, PLH terus berkembang hingga saat ini. Pendidikan Lingkungan
Hidup memiliki tujuan yaitu: meningkatkan kesadaran yang berhubungan
dengan saling ketergantungan ekonomi, sosial, politik, dan ekologi antara
daerah perkotaan dan pedesaan; memberikan kesempatan kepada setiap
individu untuk memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap tanggung jawab,
dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melindungi dan meningkatkan
lingkungan; menciptakan pola baru perilaku individu, kelompok dan
masyarakat secara menyeluruh menuju lingkungan yang sehat, serasi dan
seimbang. Tujuan pendidikan lingkungan tersebut dapat dijabarkan menjadi
enam kelompok, yaitu: kesadaran, pengetahuan, sikap, keterampilan,
partisipasi, dan evaluasi (Istiadi, 2016: 1).
Berdasarkan tujuan di atas, tersirat bahwa masalah lingkungan hidup terutama
berkaitan dengan manusia, bukan hanya lingkungan. Oleh karena itu dalam
pengembangan program PLH harus ditujukan pada aspek tingkah laku
manusia, terutama interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya dan
kemampuan memecahkan masalah lingkungan. Dengan demikian pendidik
PLH tidak cukup hanya dengan memiliki pemahaman tentang lingkungan,
tetapi juga harus memiliki pemahaman mendasar tentang manusia (James dan
Stapp dalam Istiadi, 2016: 2).
Tujuan PLH harus sejalan dengan tujuan pendidikan secara umum. Hal
penting lainnya adalah membantu manusia merealisasikan potensinya.
Kegagalan PKLH yang lalu karena lembaga pendidikan formal terlalu
4
menekankan kepada pencapaian individu untuk bersaing menjadi yang terbaik
untuk mendapatkan penghargaan. Akibatnya individu menjadi egocentris dan
sulit untuk menempatkan dirinya menjadi bagian kecil dari sistem yang lebih
besar (Dabusaputro dalam Istiadi, 2016: 2).
Sistem pendidikan yang ada tidak memberi kontribusi untuk penggunaan
keterampilan yang semestinya dan bakat yang diperlukan untuk menghargai
diri (self-esteem) juga untuk pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat,
terlalu menekankan kepada intelegensi. Dengan demikian hal paling penting
dalam menanggulangi masalah lingkungan adalah perubahan mendasar sikap
manusia terhadap lingkungan. Jika tujuan PLH ditekankan kepada perubahan
sikap maka langkah pembelajaran yang dapat ditempuh adalah dengan
menghadapkan peserta didik kepada permasalahan lingkungan yang ada.
Sehingga sikap akan dapat terbentuk dan diperkuat dengan memperbanyak
contoh oleh pendidik (Harlen dalam Istiadi, 2016: 2).
Banyak faktor yang menjadi penyebab menurunnya permasalahan lingkungan.
Diantaranya, yaitu rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang
lingkungan hidup, sehingga mereka kurang respon untuk dapat menerima
informasi yang bermanfaat bagi dirinya. Di samping itu, kebiasaan hidup
masyarakat yang selalu membuang sampah disembarangan tempat, sulit untuk
diubah dan ketidak pedulian terhadap lingkungan yang mengakibatkan
lingkungan menjadi kotor dan tercemar (Hermawan, 2007: 22).
5
PLH dapat diajarkan melalui berbagai cara seperti observasi, diskusi, kegiatan
atau praktek lapangan, praktek laboratorium, laporan kerja praktek, seminar,
debat, kerja proyek, magang dan kegiatan petualangan. Bukan hanya
berceramah tentang konsep, sehingga peserta didik hanya mendengarkan dan
pasif. Jika hanya berceramah pembelajaran yang didapatkan oleh peserta didik
tidak bermakna. Tempat yang dapat dijadikan obyek kajian sangat bervariasi:
lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal, lingkungan perkotaan, pasar,
terminal, selokan, sungai, sawah, taman kota, lapangan udara, pembangkit
tenaga atom, danau, instalasi pengolahan air minum, pengolahan sampah, pipa
buangan rumah tangga, tempat pembuangan sampah dan lingkungan lain di
sekitar atau dekat sekolah (Istiadi, 2016: 3-4).
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata,
dan rekreasi (Departemen Kehutanan, 2002: 16). Provinsi Lampung
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki Taman Nasional
yaitu Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Taman Nasional ini secara
administratif terletak di Kecamatan Way Jepara, Labuhan Maringgai,
Sukadana, Purbolinggo, Rumbia, dan Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung
Tengah dan Lampung Timur. Ada beberapa ekosistem yang dimiliki TNWK
yaitu, hutan rawa air tawar, hutan bakau, padang alang-alang atau semak
belukar, dan hutan sekunder (Departemen Kehutanan, 2002: 17).
6
Berdasarkan uarian diatas peneliti melakukan wawancara dengan pendidik
IPA di SMP Negeri 1 Labuhan Maringgai. Dari hasil wawancara tersebut
diperoleh informasi bahwa PLH telah diintegrasikan didalam mata pelajaran,
seperti mata pelajaran IPA, IPS, dan Penjaskes. Materi yang terdapat dalam
mata pelajaran IPA salah satunya adalah materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungannya, materi tersebut sesuai apabila pendidik dan peserta
didik mengamati langsung lingkungan sekitar atau lingkungan diluar sekolah
seperti TNWK yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan. Namun
berdasarkan keterangan dari pendidik di SMP tersebut, dalam penggunaan
alam sekitar seperti lingkungan sekolah dan TNWK yang semestinya dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran atau sebagai objek kajian dalam
PLH jarang dilakukan di sekolah tersebut.
SMP Negeri 1 Labuhan Maringgai merupakan salah satu kawasan penyangga
TNWK, tetapi untuk menuju TNWK diperlukan waktu lebih kurang 45 menit,
sehingga pendidik di sekolah tersebut tidak pernah memanfaatkan TNWK
sebagai objek kajian secara langsung dalam PLH ataupun dalam mata
pelajaran karena terkendala waktu. Kemudian untuk hasil integrasi PLH
terhadap sikap peduli lingkungan siswa di sekolah tersebut masih tergolong
rendah, hal ini dikarenakan kurangnya program PLH di sekolah sehingga
pendidik dan peserta didik kurang berperan aktif dalam pengelola lingkungan.
7
Selain melakukan wawancara dengan pendidik di SMP Negeri 1 Labuhan
Maringgai, peneliti juga melakukan wawancara dengan pendidik IPA di SMP
Negeri 18 Bandar Lampung. Diperoleh hasil wawancara tersebut adalah
pendidik telah mengintegrasikan PLH dalam mata pelajaran, salah satunya
pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya atau ekosistem
dan klasifikasi makhluk hidup. Integrasi PLH dengan pengetahuan lingkungan
yang telah dilakukan pendidik di sekolah tersebut tergolong sedang, peserta
didik dapat membedakan sampah organik dan anorganik, fungsi tumbuhan
dalam kehidupan, dan macam-macam tumbuhan yang ada di lingkungan
sekolah. Tetapi, walaupun pengetahuan lingkungan telah diintegrasikan
namun sikap peduli lingkungan peserta didik di sekolah tersebut masih
tergolong rendah, seperti membuang sampah sembarangan, mencabut
tanaman, mencoret-coret tembok, meja, dan kursi sekolah.
Penggunaan alam sekitar sebagai objek kajian dalam pembelajaran
lingkungan juga masih jarang dilakukan oleh pendidik, hal tersebut
disebabkan terbatasnya lahan di sekolah tersebut, kurangnya metode
pembelajaran, serta kurangnya rasa ingin tahu peserta didik terhadap
lingkungan sekolah. Selain itu kurangnya program PLH di sekolah
menyebabkan pendidik mengalami keterbatasan waktu dan peserta didik
kurang terlibat dalam pengelolaan lingkungan, sehingga sikap peduli
lingkungan peserta didik di sekolah tersebut tergolong rendah.
8
Proses pembelajaran di kedua sekolah tersebut kurang memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai objek kajian pembelajaran, sehingga pengetahuan
peserta didik hanya sekedar menghafal saja. Padahal Setiap sekolah memiliki
lingkungan yang berbeda sehingga akan semakin menarik karena
keragamannya. Walaupun obyek kajian di lingkungan sekolah berbeda namun
tujuan pembelajarannya tetap sama. Pengetahuan lingkungan yang telah
diperoleh peserta didik akan mempengaruhi sikap peserta didik dalam
kepeduliannya terhadap lingkungan. Berdasakan uraian tersebut maka peneliti
tertarik untuk meneliti “Perbandingan Pengetahuan Tentang Interaksi
Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya dan Sikap Peduli Lingkungan
Peserta Didik Di Sekolah Area Kawasan TNWK Dan Di Kota”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini, antara lain:
1. Apakah ada perbedaanpengetahuan tentang interaksi antara makhluk
hidup dengan lingkungannya antara peserta didik di SMP N 1 Labuhan
Maringgai dengan di SMP N 18 Bandar Lampung?
2. Apakah ada perbedaansikap peduliantara peserta didik di SMP N 1
Labuhan Maringgai dengan di SMP N 18 Bandar Lampung?
3. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan interaksi makhluk hidup
dengan lingkungannya dan sikap peduli lingkungan peserta didik di SMP
N 1 Labuhan Maringgai?
9
4. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan interaksi makhluk hidup
dengan lingkungannya dan sikap peduli lingkungan peserta didik di SMP
N 18 Bandar Lampung?
C. Tujuan
Adapun tujuan pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui:
1. Hubungan antara pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya dan sikap peduli lingkungan peserta didik di SMP N 1
Labuhan Maringgai.
2. Hubungan antara pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya dan sikap peduli lingkungan peserta didik di SMP N 18
Bandar Lampung.
3. Perbedaan pengetahuan tentang interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya antara peserta didik di SMP N 1 Labuhan Maringgai
dengan di SMP N 18 Bandar Lampung.
4. Perbedaansikap peduliantara peserta didik di SMP N 1 Labuhan
Maringgai dengan di SMP N 18 Bandar Lampung.
D. Manfaat
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Peneliti
Menambah wawasan baru yang berguna sebagai kajian lebih lanjut
mengenai perbandingan pengetahuan tentang interaksi makhluk hidup dan
10
sikap peduli lingkungan peserta didik di SMP N 1 Labuhan Maringgai dan
di SMP N 18 Bandar Lampung.
2. Peserta Didik
Memberi pengalaman baru dalam menyelesaikan soal-soaltentang
interaksi makhluk hidup dengan lngkungannya dan soal-soal berbasis
lingkungan.
3. Guru
Informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam pembelajaran Biologi
yang mengarah pada upaya peningkatan pengetahuan tentang interaksi
makhluk hidup dan sikap peduli lingkungan peserta didik.
4. Kepala Sekolah
Hasil penelitian yang berupa informasi terhadap capaian tentang
pengetahuan interaksi makhluk hidup dan sikap peduli lingkungan peserta
didik dapat dijadikan masukan bagi kepala sekolah dalam mengevaluasi
pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan di sekolah.
E. Ruang Lingkup
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhada permasalahan yang akan
dibahas maka peneliti membatasi masalah ruang lingkup penelitian sebagai
berikut:
1. Pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, menurut
Surakusuma (2017: 1) akan membentuk suatu ekosistem. Ekosistem
adalah tempat dimana terjadinya proses saling interaksi dan
11
ketergantungan antara makhluk hidup sebagai komponen biotik, dengan
lingkungan hidupnya yang merupakan komponen abiotik. Komponen
abiotik atau komponen tak hidup meliputi udara, oksigen, karbon
dioksida, angin, kelembaban), suhu, air, mineral, cahayaa, keasaman, dan
salinitas. Komponen biotik atau komponen hidup terdiri dari produser,
konsumer, dan dekomposer (pengurai). Dalam ekosistem, organisme
dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik,
sebaliknya bahwa organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk
keperluan hidup. Berdasarkan interaksi tersebut menunjukkan bahwa
makhluk hidup dan lingkungannya saling memengaruhi.
2. Sikap peduli lingkungan menurut Yaumi (2014:111) peduli lingkungan
adalah sikap dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan alam di
lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
3. SMP Negeri 1 Labuhan Maringgai merupakan salah satu sekolah yang
terdapat di area kawasan TNWK karena merupakan daerah administratif
(TNWK) dan SMP N 18 Bandar Lampung merupakan sekolah
pembanding yang terdapat di kota
4. Capaian pengetahuan peserta didik tentang interaksi makhluk hidup
dengan lingkungannya dilihat dari skor total jawaban benar peserta didik
yang diperoleh dari soal tes berbentuk pilihan jamak dan benar/salah, yang
mengacu pada Kompetensi Dasar (KD) kelas VIII semester genap pada
mata pelajaran IPA.
12
5. Materi pokok soal pengetahuan berjumlah 22 soal yang mengacu pada KD
yaitu (1) menjelaskan konsep lingkungan dan komponen-komponennya,
(2) membedakan konsep biotik dan abiotik, (3) menejelaskan konsep
bentuk saling ketergantungan makhluk hidup, (4) menguraikan pola-pola
interaksi, dan (5) menejelaskan pola interaksi manusia memengaruhi
ekosistem.
6. Sikap peduli lingkungan peserta didik diukur dengan menggunakan
kuisioner yang berjumlah 26 butir pernyataan yang meliputi tiga indikator
yaitu (1) kepercayaan, persepsi, dan pengetahuan lingkungan, (2) perasaan
individu terhadap objek sikap menyangkut masalah emosional terhadap
lingkungan, dan (3) kecenderungan untuk bertindak atau berperilaku
terhadap lingkungan.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di Indonesia
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2014: 203), Pendidikan Lingkungan
Hidup (PLH) secara implisit sudah dimulai sejak penggunaan kurikulum 1975
pada program sekolah dengan jalan mengintegrasikanya pada mata pelajaran
yang relevan, mulai sejak SD sampai tingkat SLTA berdasarkan S.K. Menteri
P dan K No. 008/U/1975. Perkembangan penyelenggaraan Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH) di Indonesia dilaksanakan oleh Institut Keguruan
Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta pada tahun 1975. Pada tahun 1977/1978
rintisan Garis-Garis Besar Program Pengajaran Lingkungan Hidup di
ujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta. Pada tahun 1979 di bawah koordinasi
Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup
(Meneg PPLH) dibentuk Pusat Studi Lingkungan (PSL) diberbagai Perguruan
Tinggi Negeri dan Swasta, dimana pendidikan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) mulai dikembangkan.
Pada hakikatnya tujuan akhir dari PLH menurut (Suaedi, Tantu, 2016: 43)
adalah membentuk warga negara yang berwawasan kependudukan dan
lingkungan hidup, yaitu warga negara yang dalam segala perilakunya
berpandangan ke depan terhadap masalah kependudukan dan lingkungan
14
hidup, menuju masyarakat yang serasi, selaras dan seimbang dalam
hubungannya dengan lingkungan hidup. Dengan demikian akan tercipta
masyarakat yang berkelanjutan yaitu mengubah paradigma masyarakat dari
mentalitas frontier menjadi mentalitas masyarakat yang berkarib dengan
lingkungan (environmentaly friendly), dan tidak sekadar berwawasan
lingkungan, tetapi senantiasa berusaha menghormati dan memelihara
komunitas kehidupan, memperbaiki kualitas hidup manusia, melestarikan
daya hidup dan keragaman bumi, menghindari pemborosan sumber-sumber
daya yang tak terbarukan, berusaha tidak melampaui batas kapasitas daya
dukung bumi, mengubah sikap dan gaya hidup yang konsumtif dan
berlebihan, serta berupaya melindunginya (UU No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Beberapa permasalahan tentang lingkungan hidup dan kependudukan yang
dapat menjadi topik pembelajaran, mulai dari jenjang pendidikan SD, SLTP,
SLTA, dan pendidikan tinggi. Berbagai permasalahan lingkungan yang harus
dipahami oleh peserta didik dengan kadar (content) yang disesuaikan dengan
masing-masing jenjang pendidikan. Masalah yang urgent dalam lingkungan
hidup, seperti: pencemaran (tanah, air, udara, dan suara); diversitas (flora,
fauna, negara, dan manusia); sumber-sumber energi (tak terbarukan dan
terbarukan); daya dukung batas bumi (area, populasi, pangan, energi, ozon,
dan abiotik) yang tersedia dalam lingkungan; dan berbagai masalah turunan
dari berbagai ulah dan tindakan manusia terhadap lingkungan hidup.
15
Sementara permasalahan kependudukan yang harus dipahamkan kepada setiap
peserta didik, seperti pertumbuhan penduduk (fertilitas, mortalitas, distribusi,
urbanisasi, dan kuantitas); kualitas penduduk (pendidikan, kesehatan,
kemiskinan, dan pengangguran); serta berbagai permasalahan kependudukan
yang bersumber dari ketidakmampuan pemerintah mengelola cepatnya laju
pertumbuhan penduduk untuk mengimbanginya dengan suatu laju
pembangunan berkelanjutan (Suadei, Tantu, 2016: 43-44).
Dalam skala implementasinya tujuan pembelajaran PLH pada masing-masing
jenjang pendidikan formal harus dirumuskan dalam bentuk stratifikasi konten
sesuai dengan tujuan pendidikan sesuai jenjangnya. Untuk jenjang pendidikan
dasar, kontennya dititikberatkan pada upaya mengenalkan permasalahan
lingkungan hidup dan kependudukan, serta menumbuhkan sikap kepedulian
terhadap permasalahan tersebut. Untuk jenjang pendidikan menengah
pertama, kontennya dititikberatkan pada upaya memperoleh kompetensi dasar
tentang permasalahan lingkungan hidup dan kependudukan, serta
menumbuhkan sikap, perilaku, dan partisipasi dalam pencegahan timbulnya
permasalahan tersebut.
Jenjang pendidikan menengah atas, kontennya dititikberatkan pada upaya
memperoleh kompetensi lanjut tentang permasalahan lingkungan hidup dan
kependudukan, serta meningkatkan sikap, perilaku, dan partisipasi dalam
pencegahan timbulnya permasalahan tersebut. Untuk jenjang pendidikan
tinggi, kontennya dititikberatkan pada upaya mematrikan sikap, perilaku, dan
16
partisipasi dalam pencegahan timbulnya permasalahan lingkungan dan
kependudukan, sekaligus memperoleh kompetensi ilmiah untuk melakukan
usaha penanggulangan terhadap permasalahan lingkungan hidup dan
kependudukan yang telah terjadi, berdasarkan ruang lingkup dan spesifikasi
jurusan yang ditekuninya (Suadei, Tantu, 2016: 44).
Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran PLH harus direncanakan dengan
cermat dan terpadu sehingga tidak terjadi overlaping dan/atau gap dalam
penyajian PLH yang bersifat integratif. PLH dilaksanakan secara bergradasi
dan berintegrasi, baik dalam kelas, maupun dalam stratifikasi jenjang
pendidikan. Semua pendidik yang mengajar pada satu kelas, kesemuanya
harus saling berkoordinasi untuk membagi dan menetapkan komponen materi
PLH yang menjadi beban tugas masing-masing (Suadei, Tantu, 2016: 44).
Demikian pula tentang peningkatan konten dari kelas yang rendah ke kelas
yang tinggi, maka guru bidang studi yang sama harus saling berkoordinasi
untuk membagi dan menetapkan tingkatan konten materi pembelajarannya.
Hal yang perlu ditetapkan dalam peraturan pemerintah adalah pembagian
konten antarjenjang pendidikan yang dikelola oleh instansi/institusi yang
berbeda sehingga tidak akan terjadi overlap dan/atau gap di antara jenjang
pendidikan yang ada karena kendala kesulitan koordinasi
antarinstansi/institusi tersebut (Suadei, Tantu, 2016: 44-45).
17
Hal yang juga sangat penting diperhatikan dalam penyajian materi PLH
adalah faktor rasio waktu belajarnya. Belajar PLH hendaknya tidak hanya
di kelas, tetapi juga di lapangan. Misalnya, pergi ke sungai, ke kolam, ke
waduk, atau ke tanah lapang sambil melihat-lihat selokan, sehingga peserta
didik akan langsung melaksanakan pengamatan lapangan, mengetahui
sumber pencemaran, dan memahami cara pencegahan pencemaran tersebut.
Metode pembelajaran lapangan semacam ini sangat cocok untuk semua topik
PLH dengan persentase waktu yang berbeda-beda sesuai dengan sifat dan
karakteristik dari topiknya (Suadei, Tantu, 2016: 45).
Pengertian lingkungan hidup menurut Odum dalam Muhsinatun, Masruri
(2002: 52) menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, maka lingkungan hidup dapat
diartikan sebagai interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup
lainnya, dan makhluk hidup dengan lingkungannya, dimana interaksi tersebut
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan.
Lingkungan hidup dibagi menjadi dua komponen oleh Muhsinatun, Masruri,
(2002: 52-53) yaitu komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik
merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi makhluk hidup, terdiri dari
18
tanah, atmosfer, air, dan sinar matahari. Komponen biotik adalah semua
makhluk hidup, baik itu manusia, hewan, maupun tumbuhan. Pada tataran
lingkungan hidup, manusia sebagai makhluk tertinggi dan berkemampuan
mempunyai mandat untuk melakukan pengolahan, pengaturan dan
pemeliharaan atas semua itu sehingga terpelihara ataupun rusaknya alam
menjadi tanggung jawab manusia. Agar lingkungan tetap terjaga maka
dibutuhkan sikap peduli lingkungan.
B. Konsep Dasar Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata)
(Notoatmodjo, 2005: 50).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang
yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan
negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin
19
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi dan Wawan, 2010: 12).
Ranah kognitif adalah ranah yang berkaitan dengan hasil belajar intelektual
yang meliputi enam apsek yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif
tingkat rendah dan ke empat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi
(Sudjana, 2010: 22). Sementara itu Bloom dalam Purwanto (2010: 50-51)
membagi dan menyusun secara hirarkhis tingkat hasil belajar kognitif mulai
dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai paling tinggi dan
kompleks yaitu evaluasi. Tingkatan hasil belajar kognitif menurut taksonomi
Bloom revisi antara lain: kemampuan mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasi (C3), kemampuan menganalisis (C4), kemampuan
mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).
Tingkat pengetahuan (kognitif) menurut Wawan dan Dewi (2010: 12-14)
didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
20
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
antara lain harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
21
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Dalam dunia pendidikan, Taksonomi Bloom ikut berpengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam pegembangan kurikulum. Dalam
Taksonomi yang telah direvisi, hasil belajar apa pun akan diwakili dalam dua
dimensi yang segera menyajikan kemungkinan membangun sebuah tabel dua
dimensi, yang disebut tabel Taksonomi. Dimensi Pengetahuan pada
sumbu vertikal dari tabel, sedangkan proses kognitif pada sumbu horisontal
(Krathwohl, 2002: 215).
Tabel Taksonomi menurut Anderson dan Krathwohl (2010: 143) sebagaimana
nampak pada tabel 1, bermanfaat untuk membantu para guru dan pendidik
lainnya setidaknya dengan tiga cara. Pertama, tabel Taksonomi dapat
membantu para guru lebih memahami tujuan-tujuan pembelajaran mereka
(tujuan yang mereka buat sendiri dengan tujuan-tujuan yang telah disediakan
oleh pihak lain); yakni, tabel Taksonomi membantu para pendidik penjawab
pertanyaan apa yang disebut dengan “pertanyaan tentang pembelajaran”.
22
Kedua, dengan pemahaman yang lebih utuh perihal tujuan-tujuan
pembelajaran mereka, guru-guru dapat menggunakan tabel Taksonomi untuk
membuat keputusan-keputusan yang lebih bagus mengenai bagaimana
mengajar dan mengases siswa dengan kerangka tujuan-tujuan pembelajaran
itu; yakni, tabel Taksonomi membantu para pendidik menjawab “pertanyaan
tentang pembelajaran” dan “pertanyaan tentang asesmen”. Ketiga, tabel
Taksonomi dapat membantu mereka menentukan seberapa sesuai antara
tujuan, asesmen, dan pembelajarannya dengan cara yang tepat; yakni, tabel
Taksonomi membantu para pendidik menjawab “pertanyaan tentang
kesesuaian semua komponen (Anderson dan Krathwohl, 2010: 143).
Gambar 1. Tabel Taksonomi (Anderson dan Krathwohl, 2010:40)
C. Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya
Materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan materi IPA
pada kelas VII semester genap. Materi ini terdapat pada Kompetensi Dasar
(KD) 3.7Menganalisis interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya
serta dinamika populasi akibat interaksi tersebut. Karakteristik materi
23
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan salah satu materi
IPA yang objek dan sumber belajarnya berkaitan dengan lingkungan sekitar,
sehingga untuk mempelajari materi tersebut perlu melibatkan siswa dengan
alam secara langsung. Berikut ini merupakan sub bab yang terdapat dalam
materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.
1. Pengertian Lingkungan
Istilah lingkungan berasal dari kata "Environment", yang memiliki makna
"The physical, chemical, and biotic condition surrounding an organism”.
Berdasarkan istilah tersebut, lingkungan secara umum dapat diartikan
sebagai segala sesuatu di luar individu. Segala sesuatu di luar individu
merupakan sistem yang kompleks, sehingga dapat memengaruhi satu
sama lain. Kondisi yang saling memengaruhi ini membuat lingkungan
selalu dinamis dan dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi (Widodo,
Rachmadiarti, dan Hidayati, 2017: 29).
2. Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah organisme di suatu wilayah beserta faktor-faktor fisik
uyang berinteraksi dengan organisme-organisme tersebut (Campbell,
2008: 327). Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di
dalamnya selalu melakukan hubungan tumbal balik, baik antar makhluk
hidup maupun makhluk hidup. Hubungan timbal balik ini menimbulkan
ketergantungan antara komponen ekosistem sangat terorganisir. Setiap
komponen memiliki makna khusus bagi komponen lainnya. Hubungan
24
tersebut berlangsung secara dinamis sehingga terjadi keseimbanga
lingkungan (Irnaningtyas, 2013: 391).
Lingkungan terdiri atas dua komponen utama, yaitu komponen biotik dan
abiotik. Komponen biotik adalah unsur makhluk hidup atau benda yang
mampu menunjukkan ciri-ciri kehidupan seperti bernapas, memerlukan
makan, tumbuh, dan berkembang biak. Unsur tersebut terdiri atas
produsen, konsumen, dan pengurai.
Produsen yaitu organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dari
bahan anorganik sederhana. Produsen pada umumnya adalah tmbuhan
hijau yang dapat membentuk bahan makanan melalui fotosintesis.
Konsumen adalah organisme yang tidak mampu membuat makanan
sendiri, terdiri atas manusia dan hewan. Pengurai atau perombak
(dekomposes) adalah organisme yang mampu mengurai bahan organic
sisa dari organisme lain menjadi bahan anorganik yang akan dipakai oleh
produsen, seperti cacing (Irnaningtyas, 2013: 391). Komponen abiotik
menurut Campbell (2008: 331-333) unsur abiotik terdiri atas suhu, air,
salinitas, sinar matahari, bebatuan dan tanah.
3. Interaksi dalam Ekosistem Membentuk Suatu Pola
Setiap organisme tidak dapat hidup sendiri dan selalu bergantung pada
organisme yang lain dan lingkungannya. Saling ketergantungan ini akan
membentuk suatu pola interaksi. Terjadi interaksi antara komponen biotik
25
dengan komponen abiotik, dan terjadi interaksi antarsesama komponen
biotik.
a. Interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup yang lain
interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup yang lain dapat
terjadi melalui rangkaian peristiwa makan dan dimakan. Seperti rantai
makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida makanan. Selain itu,
melalui bentuk hidup bersama, yaitu simbiosis. Perhatikan Gambar 2.
(Widodo, Rachmadiarti, dan Hidayati, 2017: 33).
Gambar 2. Piramida makanan (Widodo, Rachmadiarti, dan Hidayati,
2017: 34).
b. Macam-macam Simbiosis
Simbiosis merupakan bentuk hidup bersama antara dua individu yang
berbeda jenis. Ada tiga (3) macam simbiosis, yaitu simbiosis
mutualisme, simbiosis komensalisme, dan simbiosis parasitisme.
Simbiosis mutualisme merupakan suatu hubungan dua jenis individu
yang saling memberikan keuntungan satu sama lain. Simbiosis
komensalisme adalah hubungan interaksi dua jenis individu yang
memberikan keuntungan kepada salah satu pihak, tetapi pihak lain
26
tidak mendapatkan kerugian. Simbiosis parasitisme merupakan
hubungan dua jenis individu yang memberikan keuntungan kepada
salah satu pihak dan kerugian pada pihak yang lain (Widodo,
Rachmadiarti, dan Hidayati, 2017: 34).
Contoh simbiosis mutualisme adalah antara jamur dan akar pohon
pinus. Jamur mendapatkan makanan dari pohon pinus, sedangkan
pohon pinus mendapatkan garam mineral dan air lebih banyak jika
bersimbiosis dengan jamur. Contoh simbiosis komensalisme adalah
antara tanaman anggrek dengan pohon mangga. Tanaman anggrek
mendapatkan keuntungan berupa tempat hidup, sedangkan pohon
mangga tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian dari
keberadaan tanaman anggrek tersebut. Contoh simbiosis parasitisme
adalah antara kutu rambut dan manusia. Kutu rambut memperoleh
keuntungan dari manusia berupa darah yang diisap sebagai
makanannya sedangkan manusia akan merasakan gatal pada kulit
dikepalanya (Widodo, Rachmadiarti, dan Hidayati, 2017: 34-35).
c. Peran Organisme Berdasarkan Kemampuan Menyusun Makanan
Berdasarkan kemampuan menyusun makanan, peran organisme dibagi
menjadi dua, yaitu autrotof dan heterotroph. Organisme heterotrof,
berdasarkan jenis makanannya dibagi lagi menjadi 3 (tiga), yaitu
herbivora, karnivora, dan omnivora.
27
4. Pola Interaksi Manusia Memengaruhi Ekosistem
Perubahan suatu ekosistem tidak hanya disebabkan salah satu
komponennya berkurang, melainkan juga bertambah. Hal ini terjadi pada
populasi manusia, pertambahan jumlah populasi manusia yang meningkat
akan berpengaruh terhadap lingkungan. Tingginya populasi baik di daerah
maupun di kota-kota besar menyebabkan meningkatnya berbagai
kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup bagi manusia tentunya disedaikan oleh
alam semesta. Seperti makanan antara lain beras, gandum, kagung, dan
sagu, serta minuman seperti air, udara, serta lahan untuk tempat tinggal.
Tingginya populasi tersebut mengakibatkan kebutuhan manusia juga
tinggi dan menimbulkan kerusakan lingkungan. Sehingga akan
menyebabkan sawah berkurang, hutan menjadi gundul, udara menjadi
panas, air menjadi tercemar, dan lingkungan menjadi rusak (Sudibyo,
Wasis, dan Suhartati, 2010: 259).
D. Sikap Peduli Lingkungan
Definisi sikap menurut Krech dalam Kadir (2015: 8) merupakan taksiran dari
perilaku dan kecenderungan untuk bertindak. Sejalan dengan Krech, bahwa
sikap merupakan cakupan dari perilaku sehingga apabila seseorang memiliki
sikap yang positif terhadap suatu objek tertentu, maka akan cenderung dan
memiliki kesiapan untuk membantu, mendekati, mendukung, dan menerima
untuk dapat menjadikannya dalam kondisi yang seimbang. Pengertian sikap
menurut Saifuddin (2002: 5) merupakan respon terhadap stimuli sosial yang
28
telah terkondisikan. Individu akan memberikan respon dengan cara-cara
tertentu terhadap stimuli yang diterima. Respon tersebut merupakan bentuk
kesiapan individu. Saifuddin (2002: 7) mengklasifikasikan respon menjadi
menjadi tiga macam, yaitu respon kognitif (respon perseptual dan pernyataan
mengenai apa yang diyakini), respon afektif (respon syaraf simpatetik dan
pernyataan afeksi), serta respon perilaku atau konatif (respon berupa tindakan
dan pernyataan mengenai perilaku). Dengan melihat salah satu saja di antara
ketiga bentuk respon tersebut, sikap seseorang sudah dapat diketahui.
Pengertian peduli lingkungan menurut Narwanti (2011: 30) merupakan sikap
dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi. Upaya-upaya tersebut seharusnya dimulai dari diri
sendiri dan dilakukan dari hal-hal kecil seperti membuang sampah pada
tempatnya, menanam pohon, menghemat penggunaan listrik dan bahan bakar.
Jika kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh semua orang maka akan
didapatkan lingkungan yang bersih, sehat dan terjadi penghematan pada
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Sikap merupakan konsep yang dibentuk oleh tiga komponen utama
yaitukognisi, afeksi, dan konasi. Komponen kognisi yang berhubungandengan
believe (kepercayaan atau keyakinan), ide, konsep persepsi, opini yang
dimiliki individu mengenai sesuatu hal. Komponen afeksi berhubungan
29
dengan kehidupan emosional seseorang menyangkut perasaan individu
terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Komponen konasi yang
merupakan kecenderungan bertingkah laku (belum berprilaku) (Waluyo,
2009: 37).
Sikap peduli lingkungan didefinisikan sebagai kepedulian individu kepada
lingkungan fisik yang ada disekitarnya dan memiliki keinginan untuk dapat
melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijaksana. Sikap
peduli lingkungan sangat penting karena dengan sikap peduli lingkungan
dapat menimbulkan perilaku peduli lingkungan yang menentukan meningkat
atau menurunnya kualitas lingkungan. Secara sederhana sikap meliputi
komponen kognitif, afektif, dan unsur-unsur konatif. Seseorang memiliki
sikap peduli lingkungan tinggi atau rendah dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya, dengan adanya informasi terkini mengenai isu lingkungan, usia,
jenis kelamin, status sosial ekonomi, bangsa, tempat tinggal
(perkotaan/pedesaan), agama, politik, kepribadian, pengalaman, pendidikan,
dan pengetahuan lingkungan (Gifford dan Sussman, 2012: 4).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap peduli lingkungan
berarti sikap yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari untuk
melestarikan, memperbaiki dan mencegah kerusakan dan pencemaran
lingkungan. Sikap-sikap itu dapat dilihat dari respon perilaku atau konatif
(respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku). Indikator yang
30
dapat dilakukan untuk melestarikan lingkungan hidup menurut Salim (2009:
234) dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut,
1. Peningkatan kesehatan lingkungan yang menyangkut usaha kebersihan
selokan, tempat mandi-cuci-kakus, terpeliharanya sumur air minum.
2. Kebersihan dalam rumah, termasuk jendela yang bisa memasukkan sinar
matahari, kebersihan dapur.
3. Usaha hemat energi, seperti:
a. Menghemat pemakaian aliran listrik dengan memadamkan
lampulampu yang tidak diperlukan pada waktu tidur, serta segera
memadamkan lampu pada pagi hari.
b. Mengehmat pemakaian air, jangan sampai ada kran ataupun tempat air
(bak) yang bocor, ataupun dibiarkan mengalir/menetes terus.
4. Pemanfaatan kebun atau pekarangan dengan tumbuh-tumbuhan yang
berguna, penanaman bibit tumbuh-tumbuhan untuk penghijauan, rumah
dan halaman diusahakan sebersih dan seindah mungkin sehingga
merupakan lingkungan yang sehat dan menyenangkan bagi keluarga
5. Penanggulangan sampah, memanfaatkan kembali sampah organis, dan
mendaur ulang (recycling) sampah anorganis (botol, kaleng, plastik, dan
lain-lainnya) melalui tukang loak atau yang serupa.
6. Mengembangkan teknik biogas, memanfaatkan sampah hewan, manusia
dan kotoran dapur, untuk dibiogaskan sebagai sumber energi untuk
dimasak.
31
7. Meningkatkan keterampilan sehingga dapat memanfaatkan bahan tersedia,
sisa bahan, atau bahan bekas, lalu turut mendaur-ulang berbagai bahan
berkali-kali, seperti merangkai bunga dari bahan sisa, dan sebagainya.
E. Pentingnya Sikap Peduli Lingkungan
Bentuk-bentuk kerusakan lingkungan yang menjadi isu global, dialami pula
oleh Indonesia, mulai dari kerusakan hutan, kerusakan tanah, pencemaran air
baik di darat maupun di laut, pencemaran udara, penipisan lapisan ozon, efek
rumah kaca, hujan asam, kebisingan, penurunan keanekaragaman hayati,
sampai dengan berbagai penyakit yang disebabkan atau ditularkan oleh
lingkungan yang tidak sehat (Muhsinatun dan Masruri, 2002: 63). Kesadaran
manusia terhadap lingkungannya merupakan hal yang sangat vital untuk
eksistensi bumi ini. Pembentukan kesadaran terhadap kondisi yang ada di
lingkungannya dapat ditempuh melalui pendidikan yang ada di sekolah.
Sekolah seharusnya memainkan perannya dalam membentuk kesadaran
terhadap lingkungan. Perlu ada pembentukan karakter terhadap lingkungan
pada diri siswa. Karakter ini bisa dimulai dari persoalan sepele, seperti
penyediaan tempat sampah yang memadai, sampai pada perumusan action
plan tentang program-program kepedulian lingkungan. Melalui pembentukan
karakter ini diharapkan lahir generasi yang memiliki kepedulian lingkungan.
Hal itu berarti, sekolah sebagai institusi pendidikan, memiliki tugas untuk
membentuk karakter peduli lingkungan pada diri siswa. Karakter terbentuk
dari sikap yang dilakukan terus menerus sehingga sekolah mempunyai
32
kewajiban untuk menanamkan sikap peduli lingkungan secara
berkesinambungan. Ini sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik (Mustakin,
2011: 86).
Implementasi menurut pendidikan karakter menurut Muchlas dan Hariyanto
(2012: 9) hendaknya dimulai dari nilai esensisl, sederhana, dan mudah
dilaksanakan sesuai kondisi masing-masing sekolah, misalnya bersih, rapi,
nyaman, disiplin, sopan, dan santun. Selain itu, agar sikap peduli lingkungan
dapat terbentuk, maka anak perlu dilatih melalui pembiasaan, mandiri, sopan
santun, kreatif, tangkas, rajin bekerja, dan punya tanggung jawab. Oleh karena
itu, sikap peduli lingkungan yang dilakukan secara terus-menerus dapat
membentuk karakter peduli lingkungan.
Implementasi karakter peduli lingkungan menurut Narwanti (2011: 69) di
sekolah pada peserta didik dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan sebagai
berikut: a) kebersihan ruang kelas terjaga, b) menyediakan tong sampah
organik dan nonorganik, c) hemat dalam penggunaan bahan praktik, dan d)
penanganan limbah bahan kimia dari kegiatan praktik.
F. Kerangka Pikir
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak
langsung. Lingkungan terdiri dari dua komponen yaitu komponen biotik dan
33
abiotik. Komponen biotik terdiri dari manusia, tumbuhan, dan hewan,
sedangkan komponen abiotik terdiri dari suhu, kelembaban, intensitas cahaya,
air, udara.
Menjaga dan melestarikan komponen-komponen lingkungan tersebut
diperlukan adanya suatu pendidikan, yaitu Pendidikan Lingkungan Hidup
(PLH). Pendidikan yang merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan menjadi salah satu sorotan penting dalam pengembangan
lingkungan hidup. PLH menyediakan tempat khusus bagi lingkungan untuk
dapat ikut berperan dalam memajukan taraf hidup manusia sehingga saat ini
selalu dicanangkan dalam pendidikan bagaimana menjaga dan merawat
lingkungan.
Saat ini dalam memajukan pendidikan lingkungan hidup adalah dengan
mengembangkan kurikulum lingkungan hidup yang telah ada saat ini.
Semenjak diselenggarakan oleh Institut Keguruan Ilmu Pendidikan pada
1975, PLH terus berkembang. Di sekolah-sekolah banyak yang telah
mengintegrasikan PLH sebagai kurikulum tetap dalam pembelajaran.
Pembelajaran PLH di sekolah dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran
seperti IPA, IPS, dan Penjaskes. Pembelajaran tersebut selalu mengaitkan atau
memanfaatkan lingkungan secara langsung sebagai objek kajian dalam
pembelajaran sehingga pembelajaran yang diperoleh oleh peserta didik tidak
hanya menghafal tetapi akan lebih bermakna.
34
SMP Negeri 1 Labuhan Maringgai merupakan salah satu sekolah yang berada
di area kawasan TNWK. Jarak tempuh sekolah ke TNWK lebih kurang 45
menit. Kawasan TNWK tersebut terdapat berbagai interaksi makhluk hidup
dengan lingkungannya atau ekosistem, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
tujuan pendidikan. Penggunaan area TNWK sebagai objek kajian dalam
pembelajaran dengan cara observasi langsung, dapat memberikan
pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Peserta didik dapat
mengamati secara langsung lingkungan yang terdapat di TNWK tersebut,
sehingga akan berpengaruh juga terhadap sikap peduli lingkungan peserta
didik.
SMP Negeri 18 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah yang
berlokasi ditengah kota. Padatnya perkantoran serta perumahan di kota
menyebabkan lingkungan sekolah di SMP ini terbatas. Terbatasnya
lingkungan sekolah banyak menjadi kendala bagi pendidik dalam
memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai objek kajian dalam
pembelajaran. Terbatasnya lingkungan sekolah sebagai objek kajian
pembelajaran akan mempengaruhi pengetahuan peserta didik terhadap materi
yang berkaitan dengan lingkungan, salah satunya adalah mata pelajaran IPA
yang banyak berkaitan dengan lingkungan. Pengetahuan lingkungan yang
didapatkan peserta didik diasumsikan bahwa semakin tinggi pengetahuan
lingkungannya maka sikap peduli lingkungan peserta didik akan semakin
tinggi.
35
Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. H0 = Tidak terdapat hubungan pengetahuan interaksi makhluk hidup
dengan lingkungannya dengan sikap peduli lingkungan peserta didik di
SMP N 1 Labuhan Maringgai.
Pendidikan Lingkungan Hidup
(PLH)
Sekolah area kawasan TNWK
Pembelajaran di sekolah
Sekolah di Kota
Pengetahuan
tentang
interaksi
makhluk hidup
dengan
lingkungannya
Sikap peduli
lingkungan Pengetahuan
tentang interaksi
makhluk hidup
dengan
lingkungannya
Sikap peduli
lingkungan
Lingkungan
36
H1= Terdapat hubungan pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya dengan sikap peduli lingkungan peserta didik di SMP N 1
Labuhan Maringgai.
2. H0 = Tidak terdapat hubungan pengetahuan interaksi makhluk hidup
dengan lingkungannya dengan sikap peduli lingkungan peserta didik di
SMP N 18 Bandar Lampung.
H1= terdapat hubungan pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya dengan sikap peduli lingkungan peserta didik di SMP N 18
Bandar Lampung.
3. H0 = Tidak terdapat perbedaan antara pengetahuan peserta didik tentang
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya di SMP N 1 Labuhan
Maringgai dengan di SMP N 18 Bandar Lampung
H1 = Terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik tentang interaksi
makhluk hidup dengan lingkungannya di SMP N 1 Labuhan Maringgai
dengan di SMP N 18 Bandar Lampung.
4. H0 = Tidak terdapat perbedaan sikap peduli lingkungan peserta didik di
SMP N 1 Labuhan Maringgai dengan di SMP N 18 Bandar Lampung.
H1 = Terdapat perbedaan sikap peduli lingkungan SMP N 1 Labuhan
Maringgai dengan di SMP N 18 Bandar Lampung.
37
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019 di SMP Negeri 1 Labuhan Maringgai, Kabupaten
Lampung Timur dan SMP Negeri 18 Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Penelitian ini melibatkan seluruh peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 1
Labuhan Maringgai yang berjumlah 180 peserta didik dan seluruh peserta
didik kelas VIII di SMP Negeri 18 Bandar Lampung yang berjumlah 320
peserta didik. Sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili seluruh
karakteristik dari populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah sampling bertujuan khusus (purposeve sampling) yaitu peneliti dengan
sengaja mengambil sampel peserta didik kelas VIII di SMP N 1 Labuhan
Maringgai dan SMP 18 Bandar Lampung karena pada kelas VIII peserta didik
telah menempuh materi mengenai interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya.
38
Tabel 1. Jumlah sampel di SMP Negeri 1 Labuhan Maringgai
No Kelas Populasi Peserta Didik Sampel Peserta Didik
1 VIII 1 30
2 VIII 2 28
3 VIII 3 29 29
4 VIII 4 32 32
5 VIII 5 31 29
6 VIII 6 30
Jumlah 180 90
Penentuan pengambilan sampel menurut Arikunto (2008:116) apabila jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-55% atau lebih.Karena
jumlah populasi lebih dari 100 maka peneliti menggunakan sampel 50% dari
jumlah populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel didapatkan dengan
cara melakukan undian dari 6 kelas yang ada, diperoleh kelas VIII 3, VIII 4,
dan VIII 5, sehingga didapatkan 90 peserta didik sebagai sampel penelitian.
Tabel 2. Jumlah sampel di SMP Negeri 18 Bandar Lampung
No Kelas Populasi Peserta Didik Sampel Peserta Didik
1 VIII 1 28
2 VIII 2 27
3 VIII 3 28
4 VIII 4 27
5 VIII 5 27
6 VIII 6 27
7 VIII 7 28 22
8 VIII 8 28 28
9 VIII 9 28 25
10 VIII 10 28
11 VIII 11 27
Jumlah 303 75
Sampel yang digunakan adalah 25% dari populasi yang ada. Teknik
pengambilan sampel dengan cara melakukan undian dari 11 kelas yang ada,
39
diperoleh kelas VIII 7, VIII 8, dan VIII 9, sehingga didapatkan 84 peserta
didik sebagai sampel penelitian. Penentuan 25% sampel tersebut didasari pada
perbandingan sampel yang digunakan di SMP 1 Labuhan Maringgai, agar
sampel yang diguankan seimbang maka diambil 25% sampel dari seluruh
populasi. Namun pada saatpelaksanaan penelitian terdapat beberapa peserta
didik yang tidak masuk sekolah, sehingga diambil untuk mendapatkan sampel
yang diharapkan peneliti yaituberjumlah 75peserta didik sebagai sampel.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif dan desain penelitian
ex post facto. Metode deskriptif verifikatif diguankan karena, menurut (Hasan,
2009: 11) penelitian ini hanya menguji kebenaran suatu (pengetahuan) dalam
bidang yang telah ada dan digunakan untuk menguji suatu hipotesis yang
menggunakan perhitungan statistik tanpa melakukan suatu perlakuan apapun.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian ex post factokarena,menurut
(Sugiono, 2010: 7) penelitian ex post facto dilakukan untuk meneliti peristiwa
yang telah terjadi kemudian menurun ke belakang untuk mengetahui faktor-
faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif karena, menurut
Sudaryono, Margono, dan Rahayu (2013: 9-10), pendekatan kuantitatifyaitu
data berupa angka untuk mengetahui perbandingan pengetahuan tentang
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya dan sikap pedui lingkungan
40
peserta didik antara di SMP N 1 Labuhan Maringgai dan SMP N 18 Bandar
Lampung. Peneliti mendeskripsikan kompetensi pengetahuan tentang
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya dan sikap peduli lingkungan
peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 1 Labuhan Maringgai dan SMP
Negeri 18 Bandar Lampung, kemudian melihat pengaruh pengetahuan
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya dengan sikap peduli
lingkungan peserta didik di kedua sekolah tersebut dengan menggunakan uji
regrehasi linier sederhana. Setelah mengetahui adanya pengaruh atau
tidaknya, selanjutnya melihat perbedaan pengetahuan tentang interaksi
makhluk hidup dengan lingkungannya dan sikap peduli lingkungan peserta
didik di SMP Negeri 1 Labuhan Maringgai dengan SMP Negeri 18 Bandar
Lampung menggunakan uji independent sampel t test.
D. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang dilakukan peneliti sebagai berikut.
1. Pra Penelitian
a. Menetapkan subjek penelitian, yaitu peserta didik kelas VIII di SMP
Negeri 1 Labuhan Maringgai dan SMP Negeri 18 Bandar Lampung.
b. Melakukan observasi sekolah, melakukan perizinan untuk
mendapatkan data peserta didik berupa jumlah kelas VIII, jumlah
peserta didik kelas VIII, serta melakukan wawancara dengan pendidik
yang mengampu mata pelajaran IPA untuk menentukan permasalahan
dalam penelitian.
41
c. Membuat soal tentang pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya yang sesuai dengan KD kelas VIII dan membuat
kuisioner mengenai sikap peduli lingkungan untuk mengetahui sikap
peduli lingkungan peserta didik.
d. Melakukan uji konten dan uji bahasa dengan dosen ahli lingkungan
untuk soal tes pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya dan kuisioner sikap peduli lingkungan.
e. Melakukan uji konten soal tes pengetahuan dan kuisioner sikap peduli
lingkungan peserta didik di SMP N 3 Bandar Lampung, pada 2
Agustus 2018.
f. Membagikan soal pengetahuan dan kuisioner sikap peduli lingkungan
pada peserta didik kelas VIII di SMP N 3 Bandar Lampung yaitu
sebanyak 31 siswa.
g. Melakukan uji validitas, reliabilitas, kesukarasn soal, daya pembeda,
dan analisis pengecoh (distractor) pada soal tes. Sehingga diperoleh
soal yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan peserta didik
sebanyak 22 soal.
h. Melakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuisioner sikap peduli
lingkungan peserta didik. Sehingga diperoleh 26 pernyataan yang
dapat digunakan unutk mengukur sikap peduli lingkungan peserta
didik.
2. Pelaksanaan Penelitian
42
a. Membagikan soal tes pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya kepada peserta didik yang telah ditentukan sebagai
sampel penelitian. Peserta didik diberi waktu 1 jam pelajaran atau 45
menit untuk mengerjakan soal tersebut.
b. Membagikan kuisioner mengenai sikap peduli lingkungan untuk
mengetahui kepedulian lingkungan peserta didik. Peserta didik diberi
waktu 25 menit untuk mengerjakan kuisioner.
c. Mencermati, menganalisis dan memberikan skor tes pengetahuan
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya dan kuisioner sikap
peduli lingkungan peserta didik.
d. Mengolah data hasil tes pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkunganya dengan rumus rata-rata dan menggunakan SPSS versi 17
dengan cara melakukan analisis data dengan uji independent sampel t
test kemudian uji prasayarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
e. Mengolah data sikap peduli lingkungan peserta didik dengan rumus
rata-rata dan menggunakan SPSS versi 17 dengan cara melakukan
analisis data dengan uji independent sampel t test kemudian uji
prasayarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu data kuantitatif. Data
kuantitatif berupa skor kompetensi pengetahuan tentang interaksi makhluk
43
hidup dengan lingkunganya yang diperoleh dari skor tes tertulis dan skor
kuisioner sikap peduli lingkungan. Metode penelitian kuantitatif menurut
Sugiyono (2015: 14) yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
a. Tes
1. Soal tes disesuaikan dengan KD 3.7 yaitu interaksi antara makhluk
hidup dan lingkungannya serta dinamika populasi akibat interaksi
tersebut. Soal tes berjumlah 22 soal. Berdasarkan KD tersebut, peneliti
membuat lima indikator yang harus dicapai peserta didik yaitu
menjelaskan konsep lingkungan dan komponen-komponennya,
membedakan komponen biotik dan abiotik, menjelaskan konsep
bentuk saling ketergantungan makhluk hidup, menguraikan pola-pola
interaksi, menjelaskan pola interaksi manusia yang memengaruh
ekosistem. Berdasarkan indikator tersebut, peneliti membuat dua jenis
soal untuk mengukur pengetahuan peserta didik, yaitu dengan
membuat soal pilihan jamak dan benar/salah. Adapaun kisi-kisi soal
44
pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. Kisi-kisi soal pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya
Jenis soal Indikator Nomor
soal
Ranah
kognitif
Kunci
jawaban P
ilih
an j
amak
1. Menjelaskan konsep
lingkngan dan
komponen-
komponennya
10 C4 B
2. Membedakan konsep
komponen biotik dan
abiotik
4, 7 C2, C6 B, C
3. Menjelaskan konsep
bentuk saling
ketergantungan
makhluk hiudp
1, 3, 5, 6,
8, 12
C6, C6,
C3, C3,
C4, C4
C, B, C,
B, A, D
4. Menguraikan pola-
pola interkasi
2, 9, 12 C4, C5,
C4
C, A, A
5. Menjelaksan pola
interaksi manusia
memengaruhi
ekosistem
11, 14 C4, C2 D, A
Tabel 4. Kisi-kisi soal pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya Jenis soal Indikator Nomor
soal
Ranah
kognitif
Kunci
jawaban
Ben
ar/S
alah
1. Menjelaskan konsep
lingkngan dan
komponen-
komponennya
15 C1 B
2. Membedakan konsep
komponen biotik dan
abiotic
16, 17,
18
C2, C2,
C2
B, S, B
3. Menjelaskan konsep
bentuk saling
ketergantungan
makhluk hiudp
19, 20 C4, C3 B, S
4. Menguraikan pola-pola
interkasi
21, 22 C4, C3 S, S
5. Menjelaksan pola
interaksi manusia
memengaruhi ekosistem
- - -
45
b. Kuisioner
Kuisioner pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui sikap
peduli lingkungan peserta didik. Sikap menurut Waluyo (2009: 37)
merupakan konsep yang dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu
kognisi, afeksi, dan konasi. Berdasarkan komponen tersebut maka
peneliti membuat tiga dimensi untuk mengukur sikap peduli
lingkungan peserta didik, yaitu kognisi, afeksi, dan konasi. Kisi-kisi
lembar kuisioner sikap peduli lingkungan peserta didik sebagai
berikut:
Tabel 5. Kisi-kisi kuisioner sikap peduli lingkungan
Dimensi Indikator Item pernyataan
Positif Negatif
Kognisi Kepercayaan, persepsi, dan
pengetahuan lingkungan
11, 16 1, 2, 5, 6, 7,
22
Afeksi Perasaan individu terhadap
objek sikap menyangkut
masalah emosiaonal
terhadap lingkungan
3, 4, 15,
20
17, 19, 20
Konasi Kecenderungan untuk
bertindak atau berperilaku
terhadap lingkungan
4, 23, 24,
25, 26
8, 9, 10, 12,
13, 18
Jumlah 11 15
Total 26
46
F. Validasi dan Realiabilitas Instrument
1. Analisis Kualitas Instrumen
a. Tes
1) Uji validitas
Uji validitas untuk mengetahui instrument yang digunakan valid
atau tidak. Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan
kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Jadi pengujian validitas
itu mengacu pada sejauh mana suatu instrument dalam
menjalankan fungsi. Instrumen yang valid menurut Sugiyono
(2012: 121) berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Nilai uji validitas menurut Triyono (2013: 185) untuk data diskrit
atau memiliki skor dikotom yaitu 1 dan 0 dapat dihitung
menggunakan rumus korelasi point biseral, jika diperoleh koefisien
hasil perhitungan rpbi nilainya lebih tinggi dari rtabel maka dapat
diartikan bahwa instrumen valid. Begitu pula sebaliknya, jika rpbi
nilainya lebih rendah dari rtabel maka dapat diartikan bahwa
instrumen tidak valid. Dengan taraf signifikansi 5%. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
47
Keterangan:
r = koefisien korelasi biseral
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang
dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar dibagi jumlah seluruh
siswa
q = proporsi siswa yang menjawab salah (q =1-p) (Purnomo,
2015: 137)
Untuk mengetahui tingkat validitas tes, maka nilai hasil uji
validitas dengan korelasi point biseral dapat dimasukan dalam
kriteria sebagai berikut.
Tabel 6. Kriteria validitas instrumen tes
No Nilai r Tingkat Validitas
1 0,81-1,00 Sangat Tinggi
2 0,61-0,80 Tinggi
3 0,41-0,60 Cukup
4 0,21-0,40 Rendah
5 0,00-0,20 Sangat Rendah
Sumber: Arikunto (2010: 29).
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas alat ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut
dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya, kapan pun alat ukur
tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama.
Reliabilitas instrumen dapat dianalisis menggunakan program
SPSS KuderRrichardson 20. Rumus yang digunakan yaitu:
KR -20 = [n/n-1] [1-(Σpq)/Var]
48
Keterangan:
n = jumlah sampel dalam tes
var = varians
p = jumlah siswa yang menjawab benar
q = jumlah siswa yang menjawab salah
Σ = jumlah
Tabel 7. Kriteria reliabilitas instrumen kuisioner
No Nilai KR Tingkat Reliabilitas
1 0,8000-1,0000 Sangat Tinggi
2 0,6000-0,7999 Tinggi
3 0,4000-0,5999 Cukup
4 0,2000-0,3999 Rendah
5 0,0000-0,1999 Sangat Rendah
Sumber: Sugiyono (2010: 39).
3) Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau
kemampuan Peserta didik dalam menjawabnya, bukan dilihat dari
sudut pandang guru sebagai pembuat soal. Soal yang baik menurut
Arikunto (2009: 207) adalah soal yang tidak terlalu mudah atau
tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak akan membuat
Peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan Peserta
didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Rumus yang digunakan
untuk tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:
49
Keterangan
P = Indeks tingkat kesukaran
B = Banyak Peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh Peserta didik peserta tes
Tabel 8.Indeks Tingkat Kesukaran
Rentang Keterangan
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Sumber: Arikunto (2009: 210).
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan
Peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dengan peserta
didik yang memiliki kemampuan rendah (Arikunto, 2009: 211).
Rumus yang digunakan untuk melihat daya pembeda adalah
Keterangan:
D = indeks daya pembeda
JA = banyak peserta kelompok atas
JB = banyak peserta kelompok bawah
BA = banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar
BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
Tabel 9. Klasifikasi daya pembeda Rentang Keterangan
0,00 - 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
Sumber: Arikunto (2009: 218).
50
5) Analisis Pengecoh (Distractor)
Pada tes pilihan ganda ada beberapa option/alternatif jawaban yang
sengaja dimasukan sebagai distraktor (pengecoh). Butir soal yang
baik pengecohnya akan dipilih secara merata oleh siswa-siswa
yang menjawab salah. Sebaliknya butir soal yang buruk,
pengecohnya akan dipilih secara tidak merata. Pengecoh dianggap
baik bila jumlah siswa yang memilih pengecoh itu sama atau
mendekati jumlah ideal (Sudijono, 2007: 389). Rumus yang
digunaka adalah sebagai berikut:
Keterangan:
IPc = Indeks Pengecoh/Distraktor
nPc = Jumlah siswa yang memilih pengecoh itu
N = Jumlah seluruh subyek yang ikut tes
nB = Jumlah subyek yang menjawab benar pada butir soal
Alt = Banyak alternatif jawaban/option (3, 4, atau 5
Tabel 10. Kriteria kualitas pengecoh tes
No IPc Kualitas pengecoh
1 76% - 122% Sangat baik
2 51% - 75 % atau 126% - 150 % Baik
3 26% - 50 % atau 151 % - 175 % Kurang baik
4 0% - 25 % atau 176% - 200% Buruk
5 >200 % Sangat buruk
Sumber: Sudjono (2007: 389).
51
b. Kuisioner
1) Uji Validitas
Instrument yang valid menurut Triyono (2013: 185) yaitu
instrument yang memiliki korelasi yang kuat atau mendukung
terhadap skor secara total dan tidak valid jika sebuah instrumen
tidak memiliki korelasi secara signifikan terhadap skor totalnya.
Nilai uji validitas untuk data kontinum yaitu 0-10 atau 1-5 dapat
dihitung menggunakan rumus Pearson Product Moment.
Jika diperoleh koefisien hasil perhitungan rhitung nilainya lebih
tinggi dari rtabel maka dapat diartikan bahwa instrumen valid.
Begitu pula sebaliknya, jika rhitung nilainya lebih rendah dari rtabel
maka dapat diartikan bahwa instrumen tidak valid. Dengan taraf
signifikansi 5% Rumus yang digunakan adalah sebaagai berikut:
=
Keterangan:
rxy = Angka indeks korelasi produk moment (r)
N = Number of cases
ΣXY = Jumlah hasil penelitian antara skor X dan skor Y
ΣX = Jumlah seluruh skor X
ΣY = Jumlah seluruh skor Y (Triyono, 2013: 187-188)
Tabel 11. Kriteria validitas kuisioner No Nilai r Tingkat validitas
1 0,81 – 1,00 Sangat tinggi
2 0,61 – 0,80 Tinggi
3 0,41 – 0,60 Cukup
4 0,21 – 0,40 Rendah
5 0,00 – 0,20 Sangat rendah
Sumber: Arikunto (2010: 29).
52
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas menurut Triyono (2013: 191) merupakan ketepatan
atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya yang
berarti kapan pun alat penilaian digunakan akan memberikan hasil
yang relatif sama. Reliabilitas instrumen kuisoiner dapat dianalisis
menggunakan rumus Cronbach Alpha, suatu variabel dinyatakan
reliabel atau ajeg jika memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar
dari 0,06. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Keterangan:
rxy = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir soal/kuisioner
ΣSi2 = Jumlah Varians skor butir
St2 = Varians total (Triyono, 2013: 191).
Tabel 12. Kriteria reliabilitas instrumen kuisioner
No Nilai reliabilitas Tingkat reliabilitas
1 0,8000 – 1,0000 Sangat tinggi
2 0,6000 – 0,7999 Tinggi
3 0,4000 – 0,5999 Cukup
4 0,2000 – 0,3999 Rendah
5 0,0000 – 0,1999 Sangat rendah
Sumber: Triyono (2013: 191).
2. Data kuantitatif
a) Teknik analisis untuk capaian pengetahuan tentang interaksi makhluk
hidup dengan lingkungannya dilakukan dengan cara penskoran secara
manual dengan menggunakan kunci jawaban yang ada. Jika peserta
menjawab soal pilihan jamak dengan benar maka mendapat skor 1 dan
53
jika salah atau tidak menjawab diberi skor 0. Untuk menghitung
presentase kemampuan menjawab soal menurut Purwanto (2013: 112)
digunakan rumus sebagai berikut.
S =
Keterangan
S = nilai kemampuan literasi sains
R = jumlah skor soal yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes
Tabel 13. Kriteria penilaian kemampuan pengetahuan tentang interaksi
makhluk hidup dengan lingkungannya
Interval Kategori
86-100 Sangat tinggi
76-85 Tinggi
60-75 Sedang
55-59 Rendah
≤ 54 Sangat rendah
Sumber: Dimodifikasi dari Purwanto (2013: 103).
b) Sikap Peduli lingkungan Peserta Didik
Teknik analisis untuk melihat sikap peduli lingkungan peserta didik
dilakukan dengan cara penskoran secara manual dengan menggunakan
kunci jawaban yang ada. Jika peserta didik menjawab pernyataan
kemungkinan jawaban positif akan memperoleh skor SS = 4, S = 3,
TS = 2, STS = 1 dan jika menjawab kemungkinan jawaban negatif
akan memperoleh skor SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4. Menghitung
persentase kemampuan sikap peduli lingkungan peserta didik menurut
Sudijono (2007:43) dengan cara:
54
P =
Keterangan:
P = angka persentase sikap peduli lingkungan peserta didik
f = jumlah skor sikap peserta didik yang diperoleh
N = skor maksimal sikap peserta didik
Tabel 14. Kriteria penilaian sikap peduli lingkungan siswa
Interval Kategori
≤ 43,74% Rendah
43,75% - 62,49% Sedang
62,50% - 81,24% Tinggi
≥ 81,25% Sangat tinggi
Sumber: dimodifikasi dari Kusara dalam Marpaung (2011: 23).
3. Hasil Analisis Kualitas Instrumen
a. Tes
1) Uji Validitas
Tes pilihan jamak dan benar/salah di ujicobakan pada 31 peserta
didik di SMP Negeri 3 Bandar Lampung pada tanggal 2 Agustus
2018. Dari hasil uji validitas diperoleh butir soal yang valid dan
tidak valid. Berdasarkan hasil uji validitas tes pengetahuan
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, dengan taraf
siginfikansi 5% didapatkan butir soal yang valid untuk jenis soal
pilihan jamak adalah 12 butir soal dan untuk jenis soal benar/salah
adalah 8 butir soal. Sehingga total seluruh soal yang valid adalah
20 butir soal. Soal-soal yang valid tersebut dilihat dari nilai rhitung
lebih besar dari ttabel, dengan ttabel adalah 0,35. Namun terdapat 2
55
butir soal tambahan yaitu nomor 3 dan 7 dengan ranah kognitif C6.
Berdasarkan hasil uji validitas nomor soal 3 dan 7 termasuk soal
yang tidak valid, tetapi untuk memenuhi ranah kognitif dari C1-C6
maka nomor butir soal tersebut dapat digunakan. Hasil uji validitas
soal tes pengetahuan terdapat dilampiran.
2) Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil uji reliabilitas tes pengetahuan interaksi
makhluk hidup dengan lingkungannya dengan uji Kuder
Richardson (KR) 20, diperoleh nilai reliabiliats untuk jenis soal
pilihan jamak adalah 0,70 dengan tingkat reliabilitas dalam kriteria
tinggi. Sedangkan nilai reliabilitas untuk jenis soal benar/salah
adalah 0,52 dengan tingkat reliabilitas dalam kriteria cukup. Hasil
uji realiabilitas pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya untuk jenis soal pilihan jamak dan benar/salah
terdapat dilampiran.
3) Tingkat Kesukaran
Uji tingkat kesukaran merupakan peluang untuk menjawab benar
suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya
dinyatakan dalam bentuk indeks. Berdasarkan hasil uji tingkat
kesukaran tes pengetahuan makhluk hidup dengan lingkungannya,
diperoleh tingkat kesukaransoal dalam beberapa kriteria, yaitu
mudah, sedang, dan sukar. sebagai berikut. Indeks kesukaran dan
56
kriteria soal tes pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya untuk jenis soal pilihan jamak dan benar/salah
terdapat dilampiran.
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat
membedakan antara siswa yang belajar/siswa yang telahmenguasai
materi dengan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi
yang ditanyakan. Berdasarkan hasil uji daya
pembeda soal tes pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya, diperoleh tingkat daya pembedasoal diperoleh
beberapa kriteria yiatu jelek, cukup, baik, dan baik sekali. Hasil uji
indeks daya pembeda dan kriteria soal pengetahuan untuk jenis
soal pilihan jamak dan benar/salah terdapat dilampiran.
5) Analisis Pengecoh (Distractor)
Butir soal yang baik pengecohnya akan dipilih secara merata oleh
peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya butir soal yang
buruk, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata. Berdasarkan
hasil analisis pengecoh pada soal tes pengetahuan interaksi
makhluk hidup dengan lingkungannya diperoleh kriteria ditolak,
direvisi, dan diterima. Hasil analisis pengecoh soal tes
pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya untuk
jenis soal pilihan jamak terdapat dilampiran.
57
Berdasarkan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya
beda dan uji ditractor maka soal yang baik dan dapat digunakan
untuk mengukur pengetahuan tentang interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya sebanyak 22 soal yaitusoal nomor 3, 6, 7, 8, 9, 11, 12,
13, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 26, 30, 33, 35, 36, 38, 42, 45.
b) Kuisioner
1) Uji Validitas
Dari hasil uji validitas kuisioner yang telah dilakukan diperoleh
butir pernyataan yang valid dan tidak valid. Berdasarkan hasil uji
validitas kuisioner sikap peduli lingkungan peserta didik, dengan
taraf siginfikansi 5% didapatkan butir pernyataan yang valid
adalah 26 butir pernyataan. Pernyataan yang valid tersebut dilihat
dari nilai rhitung lebih besar dari ttabel, dengan ttabel adalah 0,35. Hasil
uji validitas kuisioner sikap peduli lingkungan secara lengkap
terdapat dilampiran.
2) Uji Reliabilitas
Berdasarkan uji reliabilitas kuisioner sikap peduli lingkungan
peserta didik dengan uji Alpha Cronbach, diperoleh nilai
reliabilitas 0,82 dengan tingkat reliabilitas dalam kriteria sangat
tinggi. Hasil uji reliabilitas sikap peduli lingkungan terdapat
dilampiran
58
G. Analisis Data
1. Uji Normalitas
Sebelum menganalisis data, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas data.
Data di uji kenormalannya, apakah data kedua kelompoktersebut
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitasdilakukan dengan uji
Kolmogorov Smirnov, dengan rumus sebagaiberikut:
D = maksimum ׀ Ft – Fs ׀
Keterangan:
Ft = Probabilitas kumulatif normal
Fs = Probabilitas kumulatif empiris
D = Selisih absolute terbesar
Untuk mengkonversi nilai mentah (x) menjadi notasi z (z) menggunakan
rumus:
zi =
Keterangan:
Zi = angka notasi
Zi = nilai variabel x ke i
X = nilai rata-rata variabel x
S = Standar deviasi
Menentukan nilai probabilitas kumulatif normal Ft dengan cara
menghitung luas kurva z dari ujung kiri hingga notasi zi. Menentukan
nilai probabilitas kumulatif empiris Fs dengan rumus sebagai berikut:
Fs =
59
Dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Taraf Signifikansi
Taraf signifikansi yang digunakan α = 5%
2) Hipotesis
H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
3) Keputusan Uji
Tolak H0 jika Asymp.Sig ≤ tabel k-s dan terima H0 jika Asymp.Sig≥
tabel k-s dengan taraf α 5% = taraf nyata untuk pengujian (Sudjana,
2005: 273).
Tujuan dari uji normalitas ini adalah untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh dari kegiatan penelitian mempunyai distribusi (sebaran) yang
normal atau tidak, jika distribusi (sebaran) data normal, maka rumus uji
hipotesis yang akan digunakan adalah jenis uji yang termasuk kedalam
statistik parametrik dan jika tidak berdistribusi normal, maka menggunakan
rumus statistik non parametrik. Data yang dieproleh dalam penelitian
adalah berdistribusi normal, berarti data tersebut dapat dianggap mewakili
populasi.Sehingga digunakan uji independent sampel t test.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kelompok
peserta didik atau sampel yang berasal dari kedua kelompok tersebut
dapat dikatakan bervarians sama (homogen) ataupun tidak. Uji
60
homogenitas data adalah uji persyaratan analisis tentang kelayakan data
untuk dianalisis dengan menggunakan uji statistik tertentu (Misbahuddin
dan Hasan, 2013: 289).Untuk menguji homogenitas varians dari dua
kelompok data, makapeneliti menggunakan rumus uji Levene statistic
sebagai berikut:
Keterangan:
N = jumlah observasi
K = banyaknya kelompok
Zij = ׀ Yij-Yi׀
Yi = rata-rata dari kelompok ke i
Zt = rata-rata kelompok dari Zi
Z = rata-rata menyeluruh dari Zij
Dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Taraf signifikansi
Taraf signifikansi yang digunakan α = 5%
2) Hipotesis
H0 = data varians homogen
H1 = data varians tidak homogen
3) Keputusan Uji
H0 diterima apabila Sig ≥ 0,05 dan H0 ditolak apabila Sig ≤ 0,05
61
Menyimpulkan apakah H0 diterima atau ditolak (Misbahuddin dan Hasan,
2013:290-291). Uji homogenitas ini merupakan salah satu rumus statistik
yang sangat diperlukan dalam penelitian karena uji homogenitas ini
merupakan uji prasyaratan analisis tentang kelayakan data tanpa adanya
uji homogenitas dalam suatu penelitian, data yang didapat secara teori
tidak layak untuk dianalisis menggunakan uji statistik tertentu.
3. Uji Hipotesis
1. Uji regresi linier sederhana
Uji regresi pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
signifikansihubungan anatarvariabel, keeratan hubungan antarvariabel,
dan kontribusivariabel X terhadap variabel Y.
a. Signifikansi Hubungan Antarvariabel (Nilai Signifikansi)
Untuk menarik kesimpulan dari hipotesis dan untuk memperkuat
didalam menganalisis data, peneliti menggunakan uji hipotesis
denganmenggunkan SPSS 20. Data hasil uji hipotesis bersumber
pada outputtabel ANOVA, kemudian pengujian dilakukan dengan
membandingkananatara nilai signifikansi dan 0,05 dengan
langkah-langkah sebagaiberikut.
1. Kriteria pengujian
a. Jika Sig. ≤ 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan
b. Jika Sig. > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang
signifikan.
62
2. Membuat kesimpulan
Membandingkan antara nilai Sig. dan nilai α dan
kesimpulandilihat dari kriteria pengujian.
b. Keeratan hubungan antarvariabel (Koefisien Korelasi)
Keeratan hubungan antara variabel X (pengetahuan tenteng
ekosistemdan perubahan lingkungan) dan variabel Y (sikap peduli
lingkungan)dilakukan dengan melihat nilai r pada analisis regresi
linear sederhana.Kemudian, hasilnya disesuikan dengan kriteria
sebagai berikut.
Tabel 15. Interval koefisien tingkat hubungan pengetahuan tentang
interaksi makhluk hidup dengan sikap peduli lingkungan
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2012: 257)
c. Kontribusi Variabel X terhadap Variabel Y (Koefisien Determinasi)
Uji ini dilihat melalui besar kecilnya nilai R Square pada uji
regresilinear sederhana. Presentase nilai R Square dapat
diinterpretasikan sebagai besarnya kontribusi variabel X terhadap
variabel Y.
63
1. H0 = Tidak terdapat hubungan pengetahuan interaksi makhluk
hidup dengan lingkungannya dengan sikap peduli lingkungan
peserta didik di SMP N 1 Labuhan Maringgai.
H1 = terdapat hubungan pengetahuan interaksi makhluk hidup
dengan lingkungannya dengan sikap peduli lingkungan peserta
didik di SMP N 1 Labuhan Maringgai.
2. H0 = Tidak terdapat hubungan pengetahuan interaksi makhluk
hidup dengan lingkungannya dengan sikap peduli lingkungan
peserta didik di SMP N 18 Bandar Lampung.
H1 = terdapat hubungan pengetahuan interaksi makhluk hidup
dengan lingkungannya dengan sikap peduli lingkungan peserta
didik di SMP N 18 Bandar Lampung.
2. Uji Independent sampel T test
Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti
yangdigunakan untuk menarik suatu kesimpulan dari masalah yang
ada.Teknik analisis data dan pengujian hipotesis yang digunakan
dalampenelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif. Data
yang dianalisismerupakan hasil tes pengetahuan peserta didik
tentang interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya dan hasil
kuisioner sikap peduli lingkungan peserta didik, untuk menguji
hipotesis perbedaan yaitu hipotesis 1 dan 2, untuk variabel bebas
(Y) (SMP N 1 Labuhan Maringgai dan SMP N 18 Bandar
64
Lampung) terhadap sekelompok variabel terikat (X) (hasil tes
pengetahuan dan kuisioner sikap peduli lingkungan digunakan uji
independent sampel t test dengan taraf signifikansi 5%.
1. Hipotesis
1. H0 = Tidak terdapat perbedaan antara pengetahuan peserta
didik tentang interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya
di SMP N 1 Labuhan Maringgai dengan di SMP N 18 Bandar
Lampung.
2. H1 = Terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik tentang
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya di SMP N 1
Labuhan Maringgai dengan di SMP N 18 Bandar Lampung.
H0 = Tidak terdapat perbedaan sikap peduli lingkungan peserta
didik di SMP N 1 Labuhan Maringgai dengan di SMP N 18
Bandar Lampung.
H1 = Terdapat perbedaan sikap peduli lingkungan SMP N 1
Labuhan Maringgai dengan di SMP N 18 Bandar Lampung.
2. Keputusan uji
Apabila nilai Sig. (2-tailed)> 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Apanila nilai Sig. (2-tailed)) < 0,05 maka H0 diterima dan H1
ditolak (Sudjana, 2005: 287).
87
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Terdapat hubungan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya
dengan sikap peduli lingkungan peserta didik pada masing masing sekolah
yaitu, SMP N 1 Labuhan Maringgai dan di SMP N 18 Bandar Lampung.
2. Terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik tentang interaksi makhluk
hidup dengan lingkungannya dan sikap peduli lingkungan peserta didik di
SMP N 1 Labuhan Maringgai dan di SMP N 18 Bandar Lampung.
B. Saran
Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pada peneliti selanjutnya yang akan menggunakan intrumen berupa soal tes
dan kusioner, sebaiknya memberikan waktu pengerjaan soal tes dan kusioner
lebih lama agar siswa tidak terburu-buru dalam menjawab soal tes dan
kusioner sehingga hasilnya lebih baik dalam membandingkan antara
pengetahuan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya dan sikap peduli
lingkungan peserta didik di sekolah area kwasan TNWK dan di kota kota
Bandar Lampung.
88
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W dan David R.K2010. Kerangka Landasan untuk. Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesment (Revisi Taksonomi Bloom). Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Arikunto, S. 2008. Metodelogi penelitian. Bina Aksara. Yogyakarta.
_________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta.
Azwar, S. 2016. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Pustaka
Pelajar.Yogyakarta
Campbell, N. A. dan J. B. Reece. 2008. Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3.
Terjemahan: Damaring Tyas Wulandari. Erlangga. Jakarta.
Dahlia, Ibrohim, dan Susriyati. 2016. Pemanfaatan Hutan Wisata Baning Sebagai
Sumber belajar Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan di SMP.
Jurnal Pros. Semnas Pend. IPA Pacasarjana UM. Vol 1, 2016.
Departemen Kehutanan. 2002. Keputusan Menteri Kehutanan No. 8205/Kpts-II/2002
tentang Perubahan Terhadap Peraturan Menteri Kehutanan
No.P.70/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan
Lahan. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia.
Fauzi, M. H. 2012. Hubungan Pengetahuan Lingkungan Terhadap Pembentukan
Sikap Peduli Lingkungan Pada Siswa SMA Kelas XI Karanganyar.
Skripsi.Universitas Negeri Yogyakarta.Yogyakarta.
Fitriani, R. 2017. Perilaku Peduli Lingkungan Pada Siswa Kelas X Sma
Muhammadiyah 1 Yogyakarta (Skripsi). Yogyakarta. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Gifford, R. dan Reuven, S. 2012. Environmental Attitudes. Journal Psychology,
Personality and Social Psychology. Vol 10 (2). 3-18 hlm.
Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rosdakarya Remaja. Bandung.
89
Hasan, I. 2009. Analisis Data Penelitian Statistik. Bumi Aksara. Jakarta.
Hermawan, L., Q. dan C., Puspita. 2007. Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Sumber Biogas untuk Mengatasi Krisis Energi Dalam Negeri. Karya Tulis
Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Irnaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Erlangga. Jakarta.
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru.Gaung Persada.Ciputat.
Istiadi, Y. 2016.Pendidikan Lingkungan Hidup Terlupakan Dalam Kurikulum. Jurnal:
Manusia dan Lingkungan. Vol 23 (1), 129-135, 2016. 2.
Istiana, R. 2014. Hubungan antara Pengetahuan Pencemaran dan Etika Lingkungan
dengan Perilaku Mahasiswa dalam Mencegah Pemanasan Global. Jurnal
Ilmiah Pendidikan PEDAGOGIA. 6 (1): 98 – 107.
Insani, M.D. 2016. Studi Pendahuluaan Identifikasi Kesulitan dalam Pembelajaran
pada Guru IPA SMP Se-kota Malang. Jurnal Pendidikan Biologi. Malang.
Vol. 7 No. 2.
Kadir. 2015. Statistika Terapan: Konsep, Contoh, dan Analisa Data dengan.
Program SPSS/Lisre dalam Peneltian. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2014. Statistik. Kemenlh dan
Kemenhut. Jakarta.
Krathwohl, D. R. 2002. A revision of Bloom's Taxonomy: an overview – Theory Into
Practice,College of Education, The Ohio State University Learning
Domains or Bloom's Taxonomy: The Three Types of Learning, tersedia di
www.nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.html.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung.
Masruri, Siasah, Muhsinatun. 2002. Pendidikan Kependudukan dan. Lingkungan
Hidup. UPT MKU UNY. Yogyakarta.
Misbahuddin dan Hasan I. 2013. Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Edisi Ke-
2). Bumi Aksara. Jakarta.
Muchlas, S. dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. PT
Remaja Rosdakarya Offset. Bandung.
Muhsinatun, S.M. 2002. Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. UNY
Press. Yogyakarta.
90
Mustakin, B. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas
Menuju Indonesia Bermartabat. Samudra Biru. Yogyakarta.
Narwanti, S. 2011. Pendidikan Karakter. Familia.Yogyakarta.
Notoatmodjo, S.2005. Promosi kesehatan teori dan Aplikasi. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Purnomo, E. 2015. Evaluasi Pembelajaran dan Pendidikan. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Purwanto, N. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosda
Karya. Bandung.
Sari, P. E. 2015. Pengawasan Oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(Bplhd) Terhadap Pengelolaan Pembuangan Limb Ah Cair Pt Indo
Lampung Perkasa Kabupaten Tulang Bawang (Skripsi). Bandar Lampung.
Universitas Lampung.
Saifuddin, A. 2002. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Salim, E. 2009. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Mediatama Sarana. Jakarta.
Suaedi dan Tantu, H. 2016. Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. IPB Press.
Bogor.
Sudaryono, Margono dan Rahayu. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian
Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sudijono, A. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Rajawali Pers. Jakarta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Pusat Bahasa Depdiknas. Bandung.
________2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Surakusuma, W. 2017. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran/Paket
Keahlian Teknik Produksi Hasil Hutan. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan.
Suryabrata. 2011. Metodologi Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
91
Suwarto. 2007. Metodik dan Teknik peneitian Sosial. Andi. Yogyakarta.
Syahrul, M. 2012. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Triyono. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Ombak (IKAPI). Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Wahyuningsih, S. 2015. Pembelajaran IPA Berpendekatan JAS (Jelajah Alam
Sekitar) Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya Terhadap
Hasil Belajar dan Karakter Ilmiah Siswa. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Waluyo, M. 2009. Psikologi Teknik Industri. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Wawan, D.M. 2010. Teori dan pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.
Widodo, W., Rachmadiarti, F., Hidayati S.N. 2017. Ilmu Pengetahuan Alam.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Yaumi, M. 2014. Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi. Predana
Media Group. Jakarta.
Yusuf, Z. 2013. Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Anggota Komunitas Pemuda
Peduli Lingkungan Tentang Pencemaran Lingkungan Di Kelurahan Sei
Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2013
(Skripsi). Universitas Sumatera Utara. Medan.