perbaikan askep diversi usus

15
1

Upload: adisedana93

Post on 16-Feb-2016

250 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

Page 1: Perbaikan Askep Diversi Usus

1

Page 2: Perbaikan Askep Diversi Usus

Konsep Dasar Gangguan Pencernaan (Diversi Usus)I. Definisi/pengertian

Diversi usus/fekal secara umum disebut pembedahan ostomi, dapat permanen atau sementara. Ini dilakukan terutama pada obstruksi usus mekanis, paling umum adalah kanker kolon, kolitis ulseratif, penyakit divertikular, dan trauma pada usus. Ostomi dibuat melalui pembedahan dengan membuat lubang (stoma) melalui dinding abdomen dengan menggunakan segmen proksimal dari usus. Feses kemudian dikeluarkan melalui stoma.Awalan yang mengikuti ostomi menunjukkan segmen usus yang dikeluarkan melalui dinding abdomen.

II. Etiologi/penyebabPenyebab nyata dari kanker kolorectal belum diketahui secara pasti, namun faktor

resiko & faktor predisposisi telah diidentifikasi. Faktor resiko yang mungkin adalah adanya riwayat kanker payudara dan tumor uterus atau kanker kolon atau polip dalam keluarga ; riwayat penyakit usus inflamasi kronis.Faktor predisposisi yang penting adalah adanya hubungan dengan kebiasaan makan, karena kanker kolorektal ( seperti juga divertikulosis ) adalah sekitar 10 kali lebih banyak pada penduduk di dunia barat, yang mengkonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung karbohidrat refined dan rendah serat kasar, dibandingkan penduduk primitive ( Afrika ) dengan diet kaya serat kasar. Burkitt ( 1971 ) mengemukakan bahwa diet rendah serat, tinggi karbohidarat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan degradasi garam – garam empedu atau hasil pemecahan protein & lemak, dimana sebagian dari zat – zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik ini dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, massa transisi feses meningkat, akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.

III. Epidemiologi/ insiden kasusTumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relatif

umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling umum kedua dri kanker internal di Amerika serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal.

2

Page 3: Perbaikan Askep Diversi Usus

Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.

Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.

IV. Faktor PredisposisiAdanya hubungan dengan kebiasaan makan, karena kanker kolorektal ( seperti juga

divertikulosis ) adalah sekitar 10 kali lebih banyak pada penduduk di dunia barat, yang mengkonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung karbohidrat refined dan rendah serat kasar, dibandingkan penduduk primitive ( Afrika ) dengan diet kaya serat kasar. Burkitt ( 1971 ) mengemukakan bahwa diet rendah serat, tinggi karbohidarat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan degradasi garam – garam empedu atau hasil pemecahan protein & lemak, dimana sebagian dari zat – zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik ini dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, massa transisi feses meningkat, akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.

V. PatofisiologiKanker kolon dan rektum terutama ( 95 % ) adenokarsinoma ( muncul dari lapisan

epitel usus ). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati ).Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :1.Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.2.Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon3.Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal.4.Penyebaran secara transperitoneal5.Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis relative baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila telah terjadi metastase ke kelenjar limfe. Dengan menggunakan metode Dukes, kanker kolorektal digolongkan berdasarkan metastasenya :Stadium A : tumor dibatasi pada mukosa dan submukosa sajaStadium B :kanker yang sudah menembus usus ke jaringan di luar rectaltanpa keterlibatan nodus limfe.Stadium C : invasi ke dalam system limfe yang mengalir regional

3

Page 4: Perbaikan Askep Diversi Usus

Stadium D :metastase regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas &tidak dapat dioperasi lagi.

VI. Manifestasi Klinis

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi. Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak ( suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik ). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.

Gejala Klinis

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.

Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya datah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah

VII. Pemeriksaan Fisik Kehadiran suara-suara yang datang dari usus-usus yang terjadi ketika ada

halangan/rintangan dari usus-usus, Kehadiran tanda-tanda peradangan (dengan pengaturan-pengaturan siasat yang

khusus selama pemeriksaan), Lokasi dari segala kesensitifan,

4

Page 5: Perbaikan Askep Diversi Usus

Kehadiran dari suatu massa dalam perut yang menyarankan suatu tumor atau abses/bisul (suatu kumpulan infeksi nanah),

Kehadiran darah dalam feces yang mungkin menandai suatu persoalan usus seperti suatu borok, kanker usus besar, kolitis, atau iskemia.

VIII. Pemeriksaan PenunjangA. Pemeriksaan Laboratorium

The American Cancer Society merekomendasikan pemeriksaan rectal manual setiap tahun bagi orang dengan usia di atas 40 tahun, sample feses untuk menilai adanya darah setiap tahun setelah usia 50 tahun dan proktosigmoidoskopi setiap 3 – 5 tahun setelah usia 50 tahun, yang mengikuti pemeriksaan dengan dua kali hasil negative setiap tahunnya. Rekomendasi ini adalah untuk orang – orang yang asimtomatik, dan evaluasi lebih sering pada individu yang diketahui mempunyai factor – factor resiko yang lebih tinggi. Sebanyak 60 % dari kasus kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi.

B. Pemeriksaan Antigen Karsinoembrionik

Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan, meskipun antigen karsinoembrionik mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.

IX. Prognosis

X. Tindakan Penanganan

Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebnayakan kanker kolon dan rektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam menbuat keputusan di kolon; massa tumor kemudian di eksisi. Laser Nd: YAG telah terbukti efektif pada beberapa lesi. Reseksi usus diindikasikan ntuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kakker koon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan.

Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993) :

a. Reseksi segmental dengan anostomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisis pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)

b. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)

5

Page 6: Perbaikan Askep Diversi Usus

c. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anostomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi)

d. Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi)

XI. Terapi Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terpai komponen darah dapat diberikan.Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan. Endoskopi, ultrasonografi dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam pentahapan kanker kolorektal pada periode praoperatif. Metode pentahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke:

a. Kelas A – tumor dibatasi pada mukosa dan sub mukosab. Kelas B – penetrasi melalui dinding ususc. Kelas C – Invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regionald. Kelas D – metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas

Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi atau imunoterapi.Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker kolon kelas C adalah program 5-FU/ Levamesole. Pasien dengan kanker rektal Kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan dosis tinggi radiasi pelvis.

Terapi radiasi sekarang digunakan pada periode praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih baik dari pembedahan, dan untuk mengurangi resiko kekambuhan. Untuk tumor yang tidak dioperasi atau tidak dapat disekresi, radiasi digunakan untuk menghilangkan gejala secara bermakna. Alat radiasi intrakavitas yang dapat diimplantasikan dapat digunakan.

Data paling baru menunjukkan adanya pelambatan periode kekambuhan tumor dan peningkatan waktu bertahan hidup untuk pasien yang mendapat beberapa bentuk terapi ajufan.

XII. KomplikasiPertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.

Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PengkajianRiwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah; adanya

nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengang makan atau defekasi); pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus. Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan lemak dan/ atau serat serta jumlah konsumsi alkohol. Riwayat penurunan berat badan adalah penting.

6

Page 7: Perbaikan Askep Diversi Usus

Pengkajian objektif adalah mencakup auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.

2. Diagnosa KeperawatanBerdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang berikut :

1. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi3. Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan mual

dan anoreksia5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi6. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker7. Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan

diri setelah pulang8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan

perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi

3. Intervensi Keperawatan Praoperatif1. Mempertahankan Eliminasi

Frekuensi dan konsistensi defekasi dipantau. Laksatif dan enema diberikan sesuai resep. Pasien yang menunjukkan tanda perkembangan kearah obstruksi total disiapkan untuk menjalani pembedahan.

2. Menghilangkan NyeriAnalgesik diberikan sesuai resep. Lingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan lampu, mematikan televisi atau radio, dan membatasi pengunjung dan telepon bila diinginkan oleh pasien. Tindakan kenyamanan tambahan ditawarkan : Perubahan posisi, gosokan punggung, dan teknik relaksasi.

3. Meningkatkan Toleransi AktivitasToleransi aktivitas pasien dikaji. Aktivitas diubah dan dijadwalkan untuk memungkinkan periode tirah baring yang adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihan pasien. Terapi komponen darah diberikan sesuai resep bila pasien menderita anemia berat. Apabila transfusi darah diberikan, pedoman keamanan umum dan kebijakan institusi mengenai tindakan pengamanan harus diikuti. Aktivitas pascaoperatif ditingkatkan dan toleransi dipantau.

4. Memberikan Tindakan NutrisionalApabila kondisi pasien memungkinkan, diet tinggi kalori, protein dan karbohidrat serta rendah residu diberikan pada periode praoperatif selama beberapa hari untuk memberikan nutrisi adekuat dan meminimalkan kram dengan menurunkan peristaltik berlebihan. Diet cair penuh dapat diberikan 24 jam sebelum pembedahan untuk menurunkan bulk. Nutrisi parenteral total diberikan pada beberapa pasien untuk menggantikan penipisan nutrien, vitamin dan mineral. Penimbangan berat badan harian dicatat dan dokter diberitahu bila pasien terus mengalami penurunan berat badan pada saat menerima nitrisi parenteral.

5. Mempertimbangkan Keseimbangan Cairan dan ElektrolitMasukan dan haluaran mencakup muntah diukur dan dicatat, untuk menyediakan data akurat tentang keseimbangan cairan. Masukan makanan oral dan cairan pasien dibatasi untuk mencegah muntah. Antiemetik diberikan sesuai resep. Cairan penuh atau jernih

7

Page 8: Perbaikan Askep Diversi Usus

dapat ditoleransi, atau pasien dipuasakan. Selang nasogastrik akan dipasang pada periode praoperatif untuk mengalirkan akumulasi cairan dan mencegah distensi abdomen. Kateter urinarius indwelling dapat dipasang untuk memungkinkan pemantauan haluaran setiap jam. Haluaran kurang dari 30 ml/jam dilaporkan sehingga terapi cairan intravena dapat disesuaikan bila perlu. Pemberian cairan intravena dan elektrolit dipantau. Kadar elektrolit serum dipantau untuk mendeteksi hipokalemia dan hiponatremia, yang terjadi akibat kehilangan cairan gastrointestinal. Tanda vital dikaji untuk mendeteksi tanda hipovolemia, takikardia, hipotensi, dan penurunan jumlah denyut. Status hidrasi dikaji, dan penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, urin pekat, serta peningkatan berat jenis urin dilaporkan.

6. Menurunkan AnsietasTingkat ansietas pasien dikaji, seperti mekanisme koping yang digunakan untuk menghadapi stress. Upaya pendukung mencakup pemberian privasi bila diinginkan dan meninstruksikan pasien untuk latihan relaksasi. Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesedihan, atau pertanyaan yang diajukan oleh pasien. Perawat akan mengatur pertemuan dengan rohaniawan bila pasien menginginkannya, dengan dokter bila pasien mengharapkan diskusi pengobatan atau prognosis dan dengan ahli terapi enterostomal. Penderita stoma yang lain dapat diminta untuk berkunjung bila pasien mengungkapkan minat untuk berbicara dengan mereka.Untuk meningkatkan kenyamanan pasien, perawat harus mengutamakan relaksasi dan perilaku empati. Pertanyaan yang diajukan dijawab dengan jujur. Semua tes dan prosedur dijelaskan menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien. Setiap informasi dari dokter harus dijelaskan, jika perlu. Kadang – kadang kecemasan berkurang jika pasien mengetahui persiapan fisik yang diperlukan selama periode praoperatif dan mengetahui kemungkinan hasil pascaoperatif. Beberapa pasien akan lebih senang jika diperbolehkan melihat hasil pemeriksaan, sementara yang lain memilih untuk tidak mengetahuinya. Kebutuhan dan keinginan pasien akan informasi dikaji dan digunakan sebagai pedoman pengajaran.

7. Mencegah InfeksiAntibiotik seperti kanamisin sulfat (kantrex), eritromisin (erythromycin), dan neomisin sulfat diberikan sesuai resep utuk mengurangi bakteri usus dalam rangka persiapan pembedahan usus. Preparat ini diberikan melalui mulut untuk mengurangi kandungan bakteri kolon dan melunakkan serta menurunkan bulk dari isi kolon. Selain itu, usus dapat dibersihkan dengan laksatif, enema, atau irigasi kolonis. Antibiotik dapat diberikan pada periode pasca operatif untuk membantu dalam mencegah infeksi.

8. Pendidikan Pasien PraoperatifPengetahuan pasien saat ini tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah, dan tingkat fungsi yang diinginkan pada pascaoperatif harus dikaji. Informasi yang diperlukan, bagaimana hal ini ditunjukkan, kapan pasien paling dapat menerimanya, dan siapa yang harus menemani selama instruksi, juga harus ditentukan.9. Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan pasien untuk pembedahan, penampilan dan perawatan yang diharapkan dari luka pascaoperatif, teknik perawatan ostomi, pembatasan diet, kontrol nyeri, dan penatalaksanaan obat dimasukkan dalam materi rencana penyuluhan.

4. Intervensi Keperawatan Pascaoperatif

8

Page 9: Perbaikan Askep Diversi Usus

a. Perawatan LukaLuka abdomen diperiksa dengan sering selama 24 jam pertama untuk meyakinkan bahwa luka akan sembuh tanpa komplikasi (infeksi, dehisens, hemoragi, edema berlebihan). Balutan diganti sesuai kebutuhan untuk untuk mencegah infeksi. Pasien dibantu untuk membebat insisi abdomen selama batuk dan nafas dalam untuk mengurangi tegangan pada tepi insisi. Suhu, nadi, dan frekuensi pernapasan dipantau terhadap adanya peningkatan yang mengindikasikan proses infeksi.Stoma diperiksa terhadap pembengkakan (edema ringan akibat manipulasi bedah adalah normal), warna ( stoma sehat adalah merah jambu), rabas ( rembesan berjumlah sedikit adalah normal), dan perdarahan (tanda abnormal). Kulit peristoma dibersihkan dengan perlahan dan dikeringkan untuk mencegah iritasi. Barier pelindung kulit harus diberikan sebelum melekatkan kantung drainase.Apabila malignansi telah diangkat dengan rute perineal, luka di observasi dengan cermat untuk tanda hemoragi. Luka ini dapat mengandung drain dan tampon yang diangkat secara bertahap. Mungkin terdapat jaringan yang terkelupas selama beberapa minggu. Proses ini dipercepat dengan irigasi mekanis luka atau rendam duduk yang dilakukan dua atau tiga kali sehari. Kondisi luka perineal dan adanya perdarahan, infeksi atau nekrosis didokumentasikan.

b. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di RumahPerencanaan pulang memerlukan upaya gabungan dari dokter, perawat, ahli terapi enterostoma, pekerja sosial dan ahli diet. Pasien dipulangkan dari rumah sakit diberikan informasi khusus, individual sesuai kebutuhan mereka, tentang perawatan ostomi dan komplikasi yang harus diobservasi. Instruksi diet penting untuk membantu pasien mengidentifikasi dan menghindari makanan pengiritasi yang dapat menyebabkan diare atau konstipasi. Pasien diajarkan tentang obat yang diresepkan (kerja, tujuan, dan kemungkinan efek samping masing – masing).Tindakan (irigasi, pembersihan luka) dan penggantian balutan ditinjau ulang, dan keluarga didorong untuk berpartisipasi. Pasien memerlukan pengarahan khusus tentang kapan mereka harus menghubungi dokter. Mereka perlu mengetahui dengan pasti kapan komplikasi memerlukan perhatian segera (perdarahan, distensi abdomen, dan kekakuan, diare, dan sindrom dumping). Apabila terapi radiasi diperlukan, efek samping yang mungkin terjadi (anoreksia, muntah, diare, dan kelelahan) harus ditinjau ulang.Perawatan kesehatan di rumah sering diperlukan untuk memberikan perawatan esensial pada pasien yang lemah atau untuk mengawali perawatan tindak lanjut terhadap luka. Kunjungan ini merupakan kesempatan untuk memberikan penyuluhan tambahan dan mengobservasi kondisi mum pasien.

c. Citra Tubuh PositifPasien didorong untuk mengungkapkan perasaan dan masalah yang dialami serta mendiskusikan tentang pembedahan dan stoma (bila telah dibuat). Perawatan kolostomi harus dipelajari dan pasien harus mulai merencanakan untuk memasukkan perawatan stoma dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan pendukung dan sikap dari pihak perawat penting dalam meningkatkan adaptasi pasien terhadap perubahan yang terjadi akibat pembedahan.

d. Pemantauan dan Penatalaksanaan KomplikasiKondisi pasien diobservasi terhadap gejala komplikasi. Pengkajian yang sering terhadap abdomen, termasuk penurunan atau perubahan bising usus dan peningkatan lingkar abdomen harus dilakukan. Pasien perlu dipersiapkan untuk menjalani pembedahan darurat. Tanda vital dipantau akan adanya peningkatan dan penurunan nadi dan pernapasan, penurunan tekanan darah, serta perdarahan rektal yang menunjukkan adanya hemoragi.

9

Page 10: Perbaikan Askep Diversi Usus

Hematokrit dan hemoglobin dipantau. Terapi komponen darah diberikan sesuai ketentuan. Adanya perubahan tiba – tiba pada nyeri abdomen harus dilaporkan karena ini dapat menunjukkan perforasi. Peningkatan jumlah sel darah putih suhu dan / atau gejala syok dilaporkan karena dapat menunjukkan sepsis. Antibiotik diberikan sesuai pesanan untuk kemungkinan komplikasi pascaoperatif.

5. EvaluasiHasil yang diharapkanDx 1 : Mempertahankan eliminasi usus adekuat

Dx 2 : Mengalami sedikit nyeriDx 3 : Meningkatkan toleransi aktivitasDx 4 : Mencapai tingkat nutrisi optimal

1. Makan diet rendah residu, tinggi protein, dan tinggi kalori2. Kram abdomen berkurang

Dx 5 : Keseimbangan cairan tercapai1. Membatasi masukan makanan dan cairan oral bila terjadi mual2. Berkemih sedikitnya 1,5 L/24 jamDx 6 : Mengalami penurunan ansietas1. Mengungkapkan masalah dan rasa takut dengan bebas2. Menggunakan tindakan koping untuk menghadapi stresDx 7 : Memerlukan informasi tentang diagnosis, prosedur bedah, dan perawatan diri setelah pulang1. Mendiskusikan diagnosa, prosedur bedah, dan perawatan diri pascaoperatif2. Mendemonstrasikan teknik perawatan ostomiDx 8 : Mempertahankan insisi tetap bersih, stoma, dan luka perineal

1. Secara bertahap meningkatkan partisipasi dalam perawatan stoma dan kulit periostomalDx 9 : Mengungkapkan perasaan dan masalah tentang diri sendiri secara verbal

Jika tidak mengalami komplikasi1. Menggunakan antibiotik oral sesuai resep2. Bekerjasama dalam protokol pembersihan usus3. Tidak demam4. Bising usus ada5. Lingkar abdomen dalam batas normal atau menurun6. Tidak ada bukti perforasi atau perdarahan

10