perawatan penyakit periodontal pada orang lanjut usia
DESCRIPTION
pedoman pelayanan rawat jalanpedoman pengorganisasian rawat jalanprogram kerja rawat jalanTRANSCRIPT
Perawatan Penyakit Periodontal Pada Orang Lanjut Usia
Populasi orang lanjut usia kini lebih banyak dibandingkan dengan populasinya di
masa lalu. Meningkatnya populasi orang lanjut usia ini pun terjadi di seluruh dunia.1 Populasi
penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia mengalami peningkatan signifikan. Berdasarkan
data di Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia) dan Departemen Sosial (Depsos), pada
tahun 2000 tercatat sekitar 7,18% penduduk Indonesia berusia lanjut (14,4 juta orang), hingga
Mei 2009 jumlah lansia mencapai lebih kurang 20 juta orang atau terbesar keempat di dunia
setelah Amerika Serikat, China, dan India, dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlahnya akan
mencapai 11,34% dari seluruh penduduk Indonesia (28,8 juta orang).2,3
Dalam bidang kedokteran gigi, hal ini berarti bahwa orang lanjut usia tersebut masih
mempertahankan gigi geligi aslinya. Bagaimanapun, bertahannya gigi geligi tersebut berarti
lebih banyak gigi yang beresiko terkena penyakit periodontal, dan oleh sebab itulah
prevalensi penyakit periodontal dapat berkaitan dengan penuaan.1
Penuaan, didefinisikan sebagai proses dimana seseorang menjadi tua seiring
berjalannya waktu. Hal ini mencakup interaksi kompleks antara proses biologis, psikologis,
dan sosiologis sepanjang waktu. Orang lanjut usia secara riwayat kronologis yaitu berusia 65
tahun. Namun, secara literatur terdapat kategori orang lanjut usia yaitu; (1) orang lanjut usia
yang bergantung secara fungsional (dalam keadaan sakit atau lemah); (2) orang lanjut usia
yang dirawat dan lemah; (3) orang setengah baya, yaitu berusia 65 – 70 tahun (sehat dan
semangat); (4) orang tua, yang berusia 75 – 85 tahun; dan (5) orang yang sangat tua, berusia
85 tahun keatas.4
Perawatan penyakit periodontal yang bijaksana dan efektif pada pasien lanjut usia
membutuhkan pengertian mengenai seluruh kondisi kesehatannya. Kondisi periodontal
pasien lanjut usia telah mengalami berbagai proses fisiologis, psikologis, dan sosial yang
harus diperhatikan saat merencanakan perawatan gigi dan periodontal yang efektif dan sesuai
dengan masing – masing individu.5
Tanpa memperhatikan usiapun, kewajiban seorang dokter gigi yaitu untuk mendiagnosa
penyakit periodontal dan melakukan perawatan yang tepat berdasarkan evaluasi yang adekuat
dari informasi yang ada. Prinsip umum yang harus dipertimbangkan yaitu bahwa perawatan
yang diberikan haruslah menguntungkan dan hanya sedikit atau tidak sama sekali merugikan
pasien. Karena itulah penting untuk merencanakan perawatan yang didahului dengan analisis
dari faktor – faktor yang mempengaruhi hasil dan prognosa dari perawatan itu sendiri.6
Faktor – faktor sistemik seperti status kesehatan umum, gangguan fungsional, ingatan
yang mulai memburuk, pengobatan dan fungsi biologis sebaiknya dievaluasi. Sikap dan
harapan pasien juga harus dipertimbangkan. Kesuksesan perawatan membutuhkan kerjasama
dari pasien, yaitu tidak hanya kemampuan menjaga kebersihan mulut pasien saja tetapi juga
kemauan untuk datang kontrol kembali (baik perawatan aktif maupun perawatan suportif).
Evaluasi terhadap sikap dan kemampuan fungsional juga penting untuk diperhatikan.6
PENILAIAN PADA PASIEN LANJUT USIA
1. Riwayat Fisik dan Medis1,4
Pemeriksaan pasien dimulai sejak kunjungan pertama. Yang harus diperhatikan yaitu
postur, gaya berjalan, mobilitas, dan karakteristik wajah. Riwayat medis didapat
dengan pemeriksaan visual. Pada saat melakukan pemeriksaan riwayat medis, lihat
mata pasien, bicaralah dengan jelas, dan tidak berbicara layaknya seorang anak kecil.
Perlu diingat bahwa kemampuan visual dan pendengaran pasien telah berkurang.
Terkadang terdapat kecenderungan bagi pasien lanjut usia untuk melupakan atau
mengacuhkan masalah medisnya. Karenanya, riwayat medis membutuhkan kesabaran
yang lebih dari pemeriksa.4
Riwayat medis pada orang lanjut usia sebaiknya terperinci dan meliputi
tinjauan kondisi medis dan mental masa lalu dan sekarang, termasuk kunjungan ke
rumah sakit baik dalam keadaan darurat maupun tidak serta ada atau tidaknya
penyakit yang serius. Tinjauan medis ini harus fokus pada evaluasi penyakit dan
kelainan sistemik terutama yang berkaitan dengan perawatan gigi seperti kelainan
perdarahan, penggunaan antikoagulan, diabetes, gangguan katup jantung, kondisi
kardiovaskular tertentu, stroke, sendi buatan, dan penggunaan kortikosteroid.
Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter yang menangani pasien tersebut
terutama pada pasien yang memiliki masalah medis atau jika direncanakan akan
dilakukan suatu prosedur yang kompleks dan invasif. Riwayat medis juga mencakup
obat – obatan yang dikonsumsi sehari – hari, dan adakah alergi terhadap obat – obatan
tertentu, logam, dan alergen lingkungan pada pasien tersebut.1
Orang lanjut usia biasanya mengkonsumsi berbagai obat – obatan dan telah
merubah metabolisme dan sensitivitasnya terhadap obat yang diresepkan.4
Kebanyakan obat yang dikonsumsi orang lanjut usia memiliki pengaruh negatif
terhadap kesehatan mulutnya. Untuk mendapatkan daftar lengkap dari resep dan obat
– obatannya, maka mintalah pasien untuk membawa tiap botol atau kemasan obat ke
klinik. Hal ini tidak hanya membantu mendapatkan daftar pengobatan lengkap tetapi
juga dapat memberikan informasi tambahan, seperti dosis obat, dan jumlah dokter
yang memberikan resep tersebut.1
Riwayat medis juga bisa didapat dari keluarganya, pasangannya
(suami/istrinya), atau dari orang lain yang merawatnya jika pasien tersebut sangat
bergantung secara fungsional atau lemah atau pasien yang tidak dapat memberikan
informasi dengan baik. Ketika memperoleh riwayat medis, penting juga untuk menilai
perubahan fungsi motoriknya untuk mendapatkan informasi masalah medis lainnya.4
2. Riwayat Dental
Pada awalnya, wawancara dengan pasien bertujuan membantu pasien dalam
mengutarakan kebutuhan, keinginan, dan nilai perawatan dental. Riwayat dental
meliputi waktu pemeriksaan gigi dan kunjungan terakhir ke dokter gigi, pemeriksaan
radiograf, dan frekuensi profilaksis gigi. Riwayat dental ini juga meliputi tinjauan
restorasi yang lalu, perawatan endodontik, ekstraksi, bedah mulut, perangkat prostetik
(termasuk unit lepasan atau cekat baik tunggal maupun multipel), perawatan
periodontal, dan perawatan gnatologik. Informasi lain yang berguna mencakup cara
perawatan rongga mulut harian dirumah, status fluoride pada air minumnya, serta
jenis pasta gigi yang digunakan (mengandung fluoride atau tidak).1
3. Sosial dan Mental
Sikap pasien lanjut usia terhadap perawatan akan mempengaruhi kesuksesan atau
kegagalan perawatan periodontal. Freedman menjelaskan berbagai jenis tingkah laku
pasien sebagai berikut: (1) sangat bergantung: banyak permintaan, mendesak, dan
berulang – ulang; (2) pseudo-kooperatif: datang tepat waktu, membayar pelayanan,
ramah dan mengikuti instruksi, namun entah bagaimana tidak pernah melakukannya
diluar klinik; (3) perfeksionis: membuat permintaan yang tidak realistis dengan
ancaman terselubung, menjelaskan gejalanya, menyesuaikan gigi tiruannya sendiri,
membuat anjuran mengenai diagnosisnya atau rencana perawatan, dan mencoba
makan dengan gigi tiruannya dimana ia tidak dapat makan dengan gigi geligi aslinya.4
Kebanyakan pasien lanjut usia menjadi mudah frustasi, terutama dalam
lingkungan dental yang mencemaskan. Disisi lain, kebanyakan pasien lanjut usia
dapat merespon dengan baik terhadap perawatan dan dapat mentoleransi prosedur
yang panjang. Para dokter gigi harus mengetahui dalam merawat individu yang
memiliki pengalaman unik, harapan dan kebutuhan tertentu.4
Riwayat sosial diperiksa untuk menentukan usia pasien, penggunaan tembakau
(perkiraan jenis dan jumlahnya), penggunaan alkohol dan status caregiver. Status
caregiver mengindikasikan tingkat fungsional pasien menjadi mandiri secara
fungsional, lemah, atau bergantung secara fungsional.1
PEMERIKSAAN EKSTRAORAL DAN INTRAORAL
1. Pemeriksaan Ekstraoral
Pemeriksaan ekstraoral yaitu memeriksa kepala dan leher. Pemeriksaan kepala dan
leher dilakukan untuk menentukan apakah bentuk tengkorak normal tanpa luka
traumatik. Pemeriksaan ini juga meliputi pemeriksaan kulit, nodul, dan saraf kranial
yang terlibat dalam fungsi oral. Sendi temporomandibula juga diperiksa. Seluruh
pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada perubahan dari yang normal, lesi yang jelas
terlihat, dan disfungsinya.1
2. Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan intraoral yaitu memeriksa seluruh jaringan keras dan lunak dalam rongga
mulut. Pemeriksaan ini membantu untuk mengetahui status giginya yaitu restorasi
yang lalu, karies, disfungsi oklusi, dan gigi yang hilang. Pemeriksaan periodontal
meliputi titik perdarahan saat probing dan kedalaman poket. Pemeriksaan intraoral
juga meliputi pemeriksaan bibir, pipi, lidah, gingiva, dasar mulut, palatum, daerah
retromolar, dan daerah oropharyngeal untuk mengetahui apakah ada kelainan
jaringan, patch merah atau putih, ulserasi, dan pembengkakan. Fokus utama pada
pemeriksaan ini yaitu untuk mengetahui apakah ada kanker oral dan pharyngeal.1
JARINGAN PERIODONTAL PADA PASIEN LANJUT USIA
1. Gingiva
Keratinisasi epitel gingiva yang menipis dan berkurang terjadi berkaitan dengan usia.
Keadaan ini berarti permeabilitas terhadap antigen bakteri meningkat, resistensi
terhadap trauma fungsional berkurang, atau keduanya. Karena itulah, perubahan
tersebut dapat mempengaruhi hasil perawatan periodontal jangka panjang.1
Migrasi epitel junction ke arah permukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi
gigi melewati gingiva sebagai usaha untuk mengatur kontak oklusal dengan gigi
lawannya (erupsi pasif) akibat hilangnya permukaan gigi karena atrisi. Hal ini
kemudian berkaitan dengan resesi gingiva. Resesi gingiva yang terjadi pada lanjut
usia bukanlah merupakan proses fisiologis yang pasti, namun merupakan akibat
kumulatif dari inflamasi atau trauma yang terjadi pada periodontal (seperti menyikat
gigi yang terlalu keras).1,5
2. Ligamen Periodontal
Perubahan pada ligamen periodontal yang berkaitan dengan lanjut usia yaitu
berkurangnya fibroblas dan strukturnya lebih irregular, berkurangnya produksi
matriks organik dan sisa sel epitel serta meningkatnya jumlah serat elastis.1 Dalam
referensi lain disebutkan adanya peningkatan fibrosis dan menurunnya selularitas
ligamen periodontal.5
3. Sementum
Penebalan sementum disepanjang seluruh permukaan akar meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, dan penebalan ini lebih terlihat pada sepertiga apikal akar.
Perubahan ini dapat merupakan akibat dari pemakaian oklusal dan erupsi gigi, meski
hal ini juga terjadi pada gigi yang impaksi.5
4. Tulang Alveolar
Dalam suatu kelompok orang berusia 65 tahun atau yang lebih tua, menunjukkan
adanya kehilangan perlekatan dan tulang alveolar yang lebih berat dibandingkan
orang yang lebih muda. Gambaran klinis ini kemungkinan terjadi akibat efek dari
akumulasi plak dalam jangka waktu yang lama. Faktanya, penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penuaan kronologis tidak selalu menyebabkan terjadinya
kehilangan perlekatan ataupun penurunan penyangga tulang alveolar.5
PERAWATAN PENYAKIT PERIODONTAL
Keberhasilan perawatan penyakit periodontal pada pasien lanjut usia dapat tercapai. Namun,
dokter gigi harus mengenal kategori pasien lanjut usia yang harus dirawat dengan memeriksa
kondisi fisik dan psikologis serta emosional pasien tersebut. Hal ini penting untuk
menentukan prognosis dan rencana perawatan yang akan diberikan terhadap kebutuhan dan
keinginan pasien.4 Pada pasien lanjut usia, perawatan non bedah umumnya merupakan pilihan
utama. Namun, sesuai dengan penyakit periodontal yang meluas maka perawatan bedah pun
dapat dilakukan.1
A. Perawatan Bedah Periodontal
Tujuan utama perawatan bedah periodontal adalah untuk memberikan
pemeliharaan periodonsium jangka panjang dengan memudahkan pembersihan plak
dan kontrol plak. Tujuan lainnya yaitu untuk regenerasi pendukung periodontal.6
Usia sendiri bukan merupakan suatu kontraindikasi bagi pembedahan
periodontal. Penyembuhan setelah perawatan tidak berbeda antara orang lanjut usia
dengan individu yang lebih muda. Namun, terdapat faktor – faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam melakukan pembedahan pada orang lanjut usia yaitu status
kesehatan medis dan mental, status obat – obatan, status fungsional, dan kebiasaan
serta gaya hidup, keparahan penyakit, dan kemampuan melakukan prosedur
kebersihan mulut, serta kemampuan untuk mentoleransi perawatan. Faktor – faktor
tersebut dapat menentukan keberhasilan perawatan bedah periodontal.1,6
Pasien lanjut usia yang dapat diindikasikan untuk dilakukan perawatan bedah
peridoontal ini umumnya pasien yang tidak bergantung secara fungsional dan mampu
memelihara hasil perawatan bedah tersebut. Pasien tersebut mampu untuk menjaga
kebersihan rongga mulutnya, dan mampu untuk datang kontrol dan dilakukan
perawatan oleh dokter giginya.1,6
Kontraindikasi perawatan bedah periodontal yaitu bagi pasien lanjut usia yang
termasuk dalam pasien yang lemah, bergantung secara fungsional, atau yang tidak
dapat bertanggung jawab secara emosional dan psikologis terhadap perawatan bedah
periodontal. Pasien tersebut akan memerlukan perawatan non bedah seperti scaling,
root planing, dan kontrol berkala, dan bukan dilakukan tindakan bedah periodontal.4
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan bila seorang pasien lanjut usia akan
dilakukan perawatan bedah periodontal antara lain:4
1. Durasi pembedahan yang dipersingkat.
2. Komunikasi yang terbuka dan hubungan dokter-pasien yang adekuat.
3. Konfirmasi kemampuan pasien untuk melakukan perawatan dirumah yang
adekuat.
4. Trauma minimal.
5. Obat – obatan yang dikurangi (karena meningkatnya sensitivitas terhadap
obat).
6. Jadwal kunjungan pagi hari. 4
Untuk memudahkan perawatan pemeliharaan paska operasi, penghilangan
poket baik pada jaringan lunak maupun keras seringkali dapat membantu dalam
perawatan bedah periodontal. Perawatan tersebut dapat menyebabkan terbukanya akar
terhadap rongga mulut. Karena karies akar dapat meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, maka tindakan ini perlu dikurangi, atau dapat juga dilakukan
suatu tehnik flap yang memelihara jaringan periodontal dengan tujuan untuk
meminimalisir jumlah akar yang terbuka.1,6
Instrumentasi permukaan akar supragingiva juga harus dibatasi untuk
menghilangkan kalkulus dengan tujuan melindungi permukaan akar terluar, yang kaya
akan fluoride. Sebagai tambahan dalam kontrol plak profesional, tindakan pencegahan
karies yang tepat seperti aplikasi fluoride dan anjuran diet harus diberikan untuk
meminimalisir resiko berkembangnya karies akar.6
B. Perawatan Periodontal Suportif
Perawatan periodontal suportif merupakan bagian yang penting dalam perawatan
pasien periodontitis.6 Kerry menjelaskan tiga tujuan perawatan periodontal suportif:
Untuk mencegah perkembangan dan kekambuhan penyakit periodontal pada
pasien yang sebelumnya telah dilakukan perawatan untuk mengobati
periodontitisnya.
Untuk mengurangi insidensi hilangnya gigi
Untuk meningkatkan peluang mengetahui dan merawat penyakit atau kondisi
lainnya yang ditemukan dalam rongga mulut.6
Hasil penelitian jangka-panjang menyatakan bahwa orang lanjut usia yang
pernah melakukan perawatan pencegahan secara rutin akan memiliki insidensi
kehilangan gigi dan perkembangan penyakit periodontal yang rendah. Tantangan dari
sudut pandang perawatan suportif ini adalah pemeliharaan pasien yang telah berhasil
dirawat dan terus bertahan hingga usia lanjut. Karena pasien seperti ini memiliki
resiko yang lebih tinggi terhadap perkembangan penyakit periodontal dan
kekambuhannya daripada orang lanjut usia lainnya, dan karena itu pasien tersebut
lebih membutuhkan perawatan suportif yang lebih diperhatikan.6
Pasien yang tidak mengikuti perawatan, akan memiliki kebersihan mulut yang
buruk atau akan bermasalah secara medis atau lemah dan bergantung secara
fungsional, maka perawatan periodontal pendukung paliatif lebih optimal
dibandingkan dengan perawatan periodontal komprehensif.
Umumnya, perawatan profesional berkala dapat memperlambat atau bahkan
menghentikan perkembangan penyakit. Pada pasien tertentu, terapi antibiotik topikal
dapat melengkapi instrumentasi subgingiva selama perawatan suportif.6
Rencana kunjungan berkala untuk pasien periodontal lanjut usia meliputi
konsultasi profesional untuk perawatan periodontal pendukung setiap 3 – 6 bulan
sekali. Jarak waktu antar tiap kunjungan ditentukan berdasarkan tiap individu,
tergantung pada kebersihan mulut standar pasien, tingkat resiko perkembangan
penyakit periodontal yang dapat ditoleransi tanpa mempengaruhi seluruh tujuan
perawatan dan kondisi kesehatan umum. Pada kunjungan berikutnya, dilakukan
pembersihan gigi supragingiva oleh dokter gigi dan semua daerah yang menunjukkan
tanda klinis penyakit (perdarahan saat probing) diinstrumentasi subgingiva. Berkumur
dengan larutan 0.1 – 0.2% klorheksidin hanya pada kondisi tertentu, dapat digunakan
untuk mendukung pembersihan gigi secara mekanis. Bagaimanapun, berkumur
dengan klorheksidin tidak akan meningkatkan kondisi periodontal kecuali telah
dilakukan instrumentasi subgingiva.
Topikal aplikasi klorheksidin yang terbukti dapat memperlambat rekolonisasi
bakteri pada daerah subgingiva pada perawatan poket yang tepat, maka penggunaan
antiseptik selama 4 minggu pertama setelah instrumentasi berkala dapat
memperpanjang jarak antar tiap kunjungan pada perawatan pendukung.6
KESIMPULAN
Kecenderungan perawatan kesehatan rongga mulut mendatang akan terus meningkat
terutama pada pasien lanjut usia yang membutuhkan perawatan periodontal. Para dokter gigi
seharusnya sudah dapat memberikan perawatan periodontal komprehensif untuk populasi
lajut usia tersebut. Pasien dental lajut usia memiliki kondisi rongga mulut dan kondisi umum
tersendiri dimana para dokter gigi juga tidak hanya harus mengetahuinya tetapi juga
mendeteksi, berkonsultasi serta merawatnya.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Spackman SS, Janet GB., 2006. Periodontal Treatment for Older Adults, in (Carranza’s Clinical Periodontology). 10th ed, St.louis: WB Saunders Company, 93 – 97, 675 - 691.
2. Yon Parjiyono. 2,7 Juta Lansia Rawan Bermasalah Sosial. 30 Juni 2009. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=228285.
3. Komisi Nasional Lanjut Usia. Tentang Kami. 30 Juni 2009 http://www.komnaslansia.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=25:sekilas-komnas-lansia&catid=34:static&Itemid=28.
4. Carranza FA, 1990. Glickman’s Clinical Periodontology. 7th ed, Philadelphia: WB Saunders Company, 587 – 590.
5. Wilson Thomas G, Kenneth S Kornman, 2003. Fundamentals of Periodontics. 2nd ed, Carol Stream: Quintessence Publishing Co, 163 – 167.
6. Wennstrom JL. 1998. Treatment of Periodontal Disease in Older Adluts in.Periodontology 2000, vol.16. Denmark. 106 – 111.