perawatan medis

5
Perawatan Medis Obat-obat topikal dan sistemik telah digunakan dalam pengobatan hiperhidrosis. Pilihan pengobatan lain untuk hiperhidrosis meliputi iontophoresis dan suntikan toksin botulinum 1,4 . Toksin botulinum menghamnat pelepasan asetilkholin pada presinaptik di kedua neuromuscular dan neuron kolinergik sehingga mengurangi produksi keringat secara tidak tetap. Biasanya selama 3-4 bulan. 4 Bahan topikal untuk terapi hiperhidrosis meliputi antikolinergik topikal, boric acid, larutan asam tannic 2-5 %, resorsinol , potassium permanganate, formaldehyde ( yang dapat menyebabkan sensitisasi), glutaraldehid , dan methenamine . Semua bahan diatas mempunyai kekurangan berupa pewarnaan, kontak sensitisasi, iritasi, atau efektivitasnya terbatas 1 . Karena keterbatasan bahan-bahan tersebut, Drysol (20 % aluminium klorida hexahydrate dalam absolute anhydrous ethyl alcohol) lebih umum digunakan sebagai lini pertama obat topikal. Drysol harus diterapkan setiap malam pada kulit kering dengan atau tanpa oklusi sampai menunjukkan hasil , setelah itu interval pemakaian dapat diperpanjang. Untuk meminimalkan iritasi, sisa obat sebaiknya dicuci saat pasien terbangun, dan daerah dapat dinetralkan dengan pemberian baking soda topikal. 1 Bahan sistemik yang digunakan untuk mengobati hiperhidrosis termasuk obat antikolinergik. Antikolinergik seperti propantheline bromida, glycopyrrolate, oxybutyni , dan benztropine

Upload: sitialimah

Post on 26-Jan-2016

222 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

MEDIS

TRANSCRIPT

Page 1: Perawatan Medis

Perawatan Medis

Obat-obat topikal dan sistemik telah digunakan dalam pengobatan hiperhidrosis. Pilihan

pengobatan lain untuk hiperhidrosis meliputi iontophoresis dan suntikan toksin botulinum1,4.

Toksin botulinum menghamnat pelepasan asetilkholin pada presinaptik di kedua neuromuscular

dan neuron kolinergik sehingga mengurangi produksi keringat secara tidak tetap. Biasanya

selama 3-4 bulan.4

Bahan topikal untuk terapi hiperhidrosis meliputi antikolinergik topikal, boric acid,

larutan asam tannic 2-5 %, resorsinol , potassium permanganate, formaldehyde ( yang dapat

menyebabkan sensitisasi), glutaraldehid , dan methenamine . Semua bahan diatas mempunyai

kekurangan berupa pewarnaan, kontak sensitisasi, iritasi, atau efektivitasnya terbatas1.

Karena keterbatasan bahan-bahan tersebut, Drysol (20 % aluminium klorida hexahydrate

dalam absolute anhydrous ethyl alcohol) lebih umum digunakan sebagai lini pertama obat

topikal. Drysol harus diterapkan setiap malam pada kulit kering dengan atau tanpa oklusi sampai

menunjukkan hasil , setelah itu interval pemakaian dapat diperpanjang. Untuk meminimalkan

iritasi, sisa obat sebaiknya dicuci saat pasien terbangun, dan daerah dapat dinetralkan dengan

pemberian baking soda topikal.1

Bahan sistemik yang digunakan untuk mengobati hiperhidrosis termasuk obat

antikolinergik. Antikolinergik seperti propantheline bromida, glycopyrrolate, oxybutyni , dan

benztropine efektif karena neurotransmitter preglandular untuk sekresi keringat adalah

asetilkolin (meskipun sistem saraf simpatik mempersarafi kelenjar keringat ekrin). Penggunaan

antikolinergik mungkin tidak menarik karena mempunyai efek samping seperti midriasis,

pandangan kabur, mulut dan mata kering, kesulitan dalam berkemih, dan sembelit1,2. Selain itu,

obat sistemik lainnya, seperti obat sedatif and tranquilizers, indometasin, dan calcium channel

blockers, mungkin bermanfaat dalam pengobatan palmoplantar hyperhidrosis1.

Iontophoresis diperkenalkan pada tahun 1952 dan yang mempunyai aliran arus listrik

langsung ke kulit. Mekanisme kerja masih dalam perdebatan. Pada hiperhidrosis palmoplantar,

pengobatan harian dilakukan selama 30 menit pada 15-20 mA dengan tapwater iontophoresis

menunjukkan hasil yang efektif. Banyak agen telah digunakan untuk menginduksi hipohidrosis,

termasuk tapwater dan antikolinergik1. Namun, pengobatan dengan antikolinergik iontophoresis

Page 2: Perawatan Medis

lebih efektif daripada tapwater iontophoresis. Hal ini memakan waktu disamping hanya efektif

untuk kasus-kasus ringan. beberapa pasien biasanya lebih memilih solusi permanen daripada

mengulangi perawatan ini berulang-ulang2.

Perawatan Bedah

Selain terapi farmakologis, perawatan lain termasuk bedah simpatektomi, ablasi frekuensi

radio, eksisi bedah dari daerah yang terkena , dan sedot lemak subkutan. Setiap tindakan tersebut

telah digunakan secara efektif.1

Palmar hiperhidrosis adalah gangguan fungsional yang menyebabkan gangguan

psikologis dan sosial. Sebuah survei menunjukkan simpatektomi thoracoscopic merupakam

minimal invasif dan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, bahkan jika kompensasi

hiperhidrosis terjadi1.

Sympathectomy melibatkan penghancuran ganglia yang bertanggung jawab untuk

hiperhidrosis. Torakal 2 (T2) dan Torakal 3 (T3) bertanggung jawab untuk hiperhidrosis

palmaris, sementara torakal 4 (T4) untuk aksila hiperhidrosis, dan torakal pertama ( T1 )

mengontrol hiperhidrosis wajah.

Dua pendekatan bedah yang tersedia: pendekatan terbuka dan pendekatan endoskopi

yang lebih baru. Pendekatan endoskopi telah menjadi favorit karena perbaikan dalam hal

komplikasi, luka bedah, dan waktu operasi. Banyak komplikasi yang terjadi dengan pilihan

selain perawatan endoskopi, ini termasuk keringat kompensasi (CS)( induksi berkeringat di

daerah yang sebelumnya tidak terkena), gustatory sweating, pneumotoraks, interkostal neuralgia,

sindrom Horne , kekambuhan hiperhidrosis , dan gejala sisa dari penggunaan anestesi umum1

Simpatektomi toraks Endoskopi (ETS) telah diterima secara luas sebagai prosedur yang

lebih aman dan lebih efektif untuk pengobatan hiperhidrosis palmaris dengan tingkat

keberhasilan yang lebih tinggi. Namun, efek samping yang mencolok kebanyakan

mempengaruhi kualitas hidup adalah adanya kompensasi berkeringat.3

Berbeda dengan prosedur saat T2 atau T3 simpatektomi untuk hiperhidrosis palmaris, T4

simpatektomi akan menjadi prosedur yang lebih baik dan lebih efektif dengan komplikasi jangka

panjang minimal. Tingkat T4 sekarang tingkat yang paling diindikasikan untuk mengobati

Page 3: Perawatan Medis

hiperhidrosis palmaris. Bila dibandingkan dengan ETS2 dan ETS3 , ETS4 memberikan hasil

yang lebih memuaskan. Selanjutnya, ETS4 mengurangi terjadinya dan tingkat keparahan dari

keringat kompensasi (CS), memberikan sedikit lembab, bukan telapak tangan pecah-pecah,

meminimalkan penyesalan setelah operasi, dan hasil dalam kepuasan umum tentang kualitas

hidup. Sementara itu, palmar overdryness merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat

kepuasan setelah simpatektomi. Tidak ada hubungan antara obesitas dan kehadiran CS. Namun,

penderita obesitas yang dijadwalkan untuk simpatektomi harus diberitahu tentang kemungkinan

peningkatan keparahan CS.3

1. Schwartz Robert, dkk. 2013. Hyperhidrosis Treatment & Management. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1073359-treatment#showall [8-5-2014]

2. Palmar Hyperhidrosis. Diunduh dari : https://www.cedars-sinai.edu/Patients/Programs-and-Services/Lung-Institute/Conditions-and-Treatments/Palmar-Hyperhidrosis.aspx [8-5-2014]

3. Chang, dkk. 2007. Treatment of Palmar Hyperhidrosis T4 Level Compared With T3 and T2. Ann Surg. Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1933552/ [8-5-2014]

4. Maltese, dkk. 2012. Botulinum toxin treatment of axillary and palmar hyperhidrosis. Region Västra Götaland, HTA-centre: 45