perawatan luka modern

13
Perawatan Luka Modern Posted on 7 January, 2009 by Hana by : Hana Rizmadewi Agustina, SKp. MN I. Pendahuluan Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal. Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Secara

Upload: darmayanti-ni-luh

Post on 16-Apr-2017

280 views

Category:

Healthcare


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perawatan Luka Modern

Perawatan Luka Modern Posted on 7 January, 2009 by Hana

by : Hana Rizmadewi Agustina, SKp. MNI.      Pendahuluan

Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat

terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga

memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping

itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan

perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan

metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai

kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses

penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.

Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan

keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari

pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan,

evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis.

Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost

effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal

ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-

produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk

memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan

keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk yang

tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan

(safety). Secara umum, perawatan luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan

pada intervensi yang melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis,

ekonomi, dan sosial.

 

II.    Definisi Luka, Klasifikasi dan Proses Penyembuhan LukaSecara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena

adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur

anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun berdasarkan sifat

yaitu : abrasi, kontusio, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dll. Sedangkan

klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan

Page 2: Perawatan Luka Modern

epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full

thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke

tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

A.    Healing by primary intention

Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi,

tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke

ekseternal.

 

B.    Healing by secondary intention

Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai

dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.

 

C.   Delayed primary healing (tertiary healing)

Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi,

diperlukan penutupan luka secara manual.

 Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu:

akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-

3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk

sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika

proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa

juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing)

atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.

 

III.   Proses Penyembuhan LukaA.    Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang

tindih (overlap)

B.    Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab

luka tersebut

C.   Fase penyembuhan luka :

            1.        Fase inflamasi :

         Hari ke 0-5

         Respon segera setelah terjadi injuri pembekuan darah untuk mencegah

kehilangan darah

Page 3: Perawatan Luka Modern

         Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa

         Fase awal terjadi haemostasis

         Fase akhir terjadi fagositosis

         Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi

 

            2.        Fase proliferasi or epitelisasi

         Hari 3 – 14

         Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan

granulasi pada luka luka nampak merah segar, mengkilat

         Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh

darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid

         Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan

epidermis pada tepian luka

         Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi

 

            3.        Fase maturasi atau remodelling

         Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun

         Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta

peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)

         Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya dengan

jaringan sebelumnya

         Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and

vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan

 

IV.  Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka Status Imunologi

Kadar gula darah (impaired white cell function)

Hidrasi (slows metabolism)

Nutritisi

Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)

Suplai oksigen dan vaskularisasi

Nyeri (causes vasoconstriction)

Corticosteroids (depress immune function)

 

Page 4: Perawatan Luka Modern

V.    Pengkajian LukaA.    Kondisi luka

            1.        Warna dasar luka

         Slough (yellow)

         Necrotic tissue (black)

         Infected tissue (green)

         Granulating tissue (red)

         Epithelialising (pink)

            2.        Lokasi ukuran dan kedalaman luka

            3.        Eksudat dan bau

            4.        Tanda-tanda infeksi

            5.        Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban

            6.        Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung

B.    Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin

C.   Status vascular : Hb, TcO2

D.   Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain

E.    Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya

 

 

VI.  PerencanaanA.   Pemilihan Balutan Luka

Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan

yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini

dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada

tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang

optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori

perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:

            1.        Mempercepat fibrinolisis

Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan

sel endotel dalam suasana lembab.

            2.        Mempercepat angiogenesis

Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih

pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.

            3.        Menurunkan resiko infeksi

Page 5: Perawatan Luka Modern

Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan

kering.

            4.        Mempercepat pembentukan Growth factor

Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum

corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat

terbentuk dalam lingkungan yang lembab.

            5.        Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.

Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan

limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

 

Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka

harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:

1.    Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka

(absorbing)

2.    Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko

terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)

3.    Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)

4.    Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan

5.    Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian

antibiotic ke seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)

 

Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :

         Apakah suplai telah tersedia?

         Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?

         Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?

         Bagaimana dengan pertimbangan biaya?

         Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?

         Bagaimana cara mengevaluasi?

 B.   Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya

            1.        Film Dressing

         Semi-permeable primary atau secondary dressings

         Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive

         Conformable, anti robek atau tergores

Page 6: Perawatan Luka Modern

         Tidak menyerap eksudat

         Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi

         Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak

         Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm

 

            2.        Hydrocolloid

         Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers

         Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough

         Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis

         Waterproof

         Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal

         Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV

         Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

 

            3.        Alginate

         Terbuat dari rumput laut

         Membentuk gel diatas permukaan luka

         Mudah diangkat dan dibersihkan

         Bisa menyebabkan nyeri

         Membantu untuk mengangkat jaringan mati

         Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita

         Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat

         Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering

         Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan

 

            4.        Foam Dressings

         Polyurethane

         Non-adherent wound contact layer

         Highly absorptive

         Semi-permeable

         Jenis bervariasi

         Adhesive dan non-adhesive

         Indikasi : eksudat sedang s.d berat

         Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam

Page 7: Perawatan Luka Modern

         Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

 

            5.        Terapi alternatif

         Zinc Oxide (ZnO cream)

         Madu (Honey)

         Sugar paste (gula)

         Larvae therapy/Maggot Therapy

         Vacuum Assisted Closure

         Hyperbaric Oxygen

 

VII. ImplementasiA.    Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)

         Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)

         Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat

         Untuk merangsang granulasi

         Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

         Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan

hydrofibre dressings

 

B.    Luka Nekrotik

         Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)

         Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis

         Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

         Hydrogels, hydrocolloid dressings

 

C.   Luka terinfeksi

         Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka

         Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka

         Wound culture – systemic antibiotics

         Kontrol eksudat dan bau

         Ganti balutan tiap hari

         Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver

dressings

 

Page 8: Perawatan Luka Modern

D.   Luka Granulasi

         Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru,

jaga kelembaban luka

         Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

         Moist wound surface – non-adherent dressing

         Treatment overgranulasi

         Hydrocolloids, foams, alginates

 

E.    Luka epitelisasi

         Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”

         Transparent films, hydrocolloids

         Balutan tidak terlalu sering diganti

 

F.    Balutan kombinasi

Tujuan Tindakan

Rehidrasi Hydrogel + film

atau hanya hydrocolloid

Debridement (deslough) Hydrogel + film/foam

Atau hanya hydrocolloid

Atau alginate + film/foam

Atau hydrofibre + film/foam

Manage eksudat sedang

s.d berat

Extra absorbent foam

Atau extra absorbent alginate + foam

Atau hydrofibre + foam

Atau cavity filler plus foam

 

VIII.        Evaluasi dan Monitoring Luka         Dimensi luka : size, depth, length, width

         Photography

         Wound assessment charts

         Frekuensi pengkajian

         Plan of care

 

Page 9: Perawatan Luka Modern

IX.  Dokumentasi Perawatan Luka-          Potential masalah

-          Komunikasi yang adekuat

-          Continuity of care

-          Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul

-          Harus bersifat faktual, tidak subjektif

-          Wound assessment charts

 

X.    Kesimpulan

1. Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan

nilai optimal jika digunakan secara tepat

2. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang

komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan

pasien

3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang

perawatan luka yang berkualitas

 Referensi1.    http://www.podiatrytoday.com/article/1894

2.    Georgina Casey, Modern Wound Dressings. Nursing Standard, Oct 18-Oct 24, 2000:15,5:

Proquest Nursing & Allied Health Search

3.    Kathleen Osborn, Nursing Burn Injuries. Nursing Management; May 2003; 34,5: Proquest

Nursing & Allied Health Search

4.    Madelaine Flanagan, Managing Chronic Wound Pain in Primary Care. Practice Nursing;

Jun 23, 2006; 31, 12; ABI/INFORM Trade & Industry

5.    Maureen Benbow, Healing and Wound Classification. Journal of Community Nursing; Sep

2007; 21,9; Proquest Nursing & Allied Health Search

6.    Ritin Fernandez, Rhonda Griffiths, Cheryl Ussia (2002). The Effectiveness of Solutions,

Techniques and Pressure in Wound Cleansing. The Joanna Briggs Institute for Evidence

Based Nursing & Midwifery. Australia. www.joannabriggs.org.au

7.    Ruth Ropper. Principles of Wound Assessment and Management. Practice Nurse; Feb 24,

2006; 31,4; Proquest Nursing & Allied Health Search