peraturan menteri perindustrian republik...
TRANSCRIPT
2013, No.92 14
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/M-IND/PER/12/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN
PEDOMAN
PENGELOLAAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perencanaan Pemberian Bantuan
C. Serah Terima PPK atas Pengadaan Peralatan dan/atau Mesin
BAB II MEKANISME PENYERAHAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU
MESIN
A. Mekanisme Penyerahan ke Pemda, BUMN, Perusahaan Industri
yang Berbentuk Badan Hukum, dan Instansi Lain
1. Serah Terima Operasional
2. Penetapan Status Penggunaan BMN
3. Serah Terima Kepemilikan kepada Pemda, BUMN, Perusahaan
Industri yang Berbentuk Badan Hukum, dan Instansi Lain
B. Prosedur Serah Terima Kepemilikan atas Bantuan Peralatan
dan/atau Mesin
2. Penyerahan BMN ke Pemerintah Daerah
a. BMN yang berasal dari Belanja Barang pada Anggaran
019/APBN-P
b. BMN yang berasal dari Dana Tugas Pembantuan (TP)
c. BMN yang berasal dari Dana Dekon/TP sebelum Tahun
Anggaran 2011
d. BMN yang berasal dari Dana Dekon/TP setelah Tahun
Anggaran 2011
e. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 15
3. Penyerahan ke BUMN dalam rangka Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat Berasal dari Belanja Modal Anggaran
019/APBN-P
4. Penyerahan dalam rangka Dioperasionalkan oleh Pihak Lain
dalam Menjalankan Pelayanan Umum Sesuai Tugas dan
Fungsi Kementerian Perindustrian
5. Penyerahan ke Instansi Lain dalam rangka Alih Status
BAB III PENATAUSAHAAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN
A. Pencatatan Bantuan Peralatan dan/atau Mesin yang Diserahkan
ke Pemda, BUMN, Perusahaan Industri yang Berbentuk Badan
Hukum atau Instansi Lain
1. Bila berasal dari Belanja Barang Non Operasional/ Bagian
Anggaran 19
2. Bila berasal dari MAK Belanja Modal Bagian Anggaran 19
3. Bila berasal dari PHLN
4. Bila berasal dari Dana Tugas Pembantuan
B. Penghapusan Peralatan dan/atau Mesin
C. Tabel Penatausahaan Bantuan Peralatan dan/atau Mesin
LAMPIRAN:
Lampiran 1 Prosedur Hibah Pada Pengguna Barang di Lingkungan
Kementerian Perindustrian Dana APBN Anggaran 19/PHLN
Lampiran 2 Prosedur Hibah Pada Pengguna Barang di Lingkungan
Kementerian Perindustrian Dana Dekon/TP Sebelum Tahun
Anggaran 2011
Lampiran 3 Prosedur Hibah Pada Pengguna Barang/Eselon I/Kuasa
Pengguna Barang di Lingkungan Kementerian Perindustrian
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 16
Dana Dekon/TP Setelah Tahun Anggaran 2011
(BMN Dihasilkan dari Kegiatan Fisik Lain)
Lampiran 4 Prosedur Hibah Pada Pengguna Barang/Eselon I/Kuasa
Pengguna Barang di Lingkungan Kementerian Perindustrian
Dana Dekon/TP Setelah Tahun Anggaran 2011
(BMN Dihasilkan dari Kegiatan Fisik)
Lampiran 5 Prosedur Pengajuan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat Pada
Pengguna Barang
Lampiran 6 Prosedur Peralatan dan/atau Mesin (BMN) yang
Dioperasionalkan Pihak Lain Pada Pengguna Barang/Eselon
I/Kuasa Pengguna Barang di Lingkungan Kementerian
Perindustrian
Lampiran 7 Prosedur BMN yang Dialihstatuskan ke Instansi Lain oleh
Pengguna Barang/Eselon I/Kuasa Pengguna Barang
di Lingkungan Kementerian Perindustrian
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
MOHAMAD S. HIDAYAT
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 17
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka merangsang pertumbuhan rumpun industri yang sehat dan kuat
melalui pengembangan rantai pertambahan nilai, penguatan hubungan antar industri
yang terkait secara horizontal, dan penyediaan sarana bagi peningkatan kapasitas
produksi, perlu strategi pembangunan industri melalui Program Peningkatan
Kemampuan Industri Lokal. Program tersebut dilaksanakan untuk mendukung
program Industri Prioritas Nasional sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan
(Road Map) Pengembangan Klaster industri Prioritas 2010-2014. Dalam hal ini.
Program Peningkatan Kemampuan Industri Lokal dilaksanakan melalui
pemberian bantuan peralatan dan atau mesin. Pemberian Bantuan dimaksudkan
untuk meningkatkan kemampuan industri nasional, oleh karena itu perlu dibuat
pedoman pemberian bantuan Barang Milik Negara (BMN) dari unit kerja di
lingkungan kementerian.
Pedoman Pemberian Bantuan Peralatan dan/atau Mesin ini diharapkan
dapat memberikan kemudahan, kepastian, dan keamanan bagi Satuan Kerja
(satker) pemberi bantuan maupun Pemerintah Daerah (Pemda), Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), perusahaan industri yang berbentuk badan hukum, dan
instansi lain.
B. Perencanaan Pemberian Bantuan
Rencana pengadaan peralatan dan/atau mesin yang akan diserahkan
kepada Pemda, BUMN, perusahaan industri yang berbentuk badan hukum, dan
instansi lain harus dimulai sejak penyusunan RKA-KL yang terdokumentasi
dalam dokumen perencanaan. Dalam proses perencanaan pemberian Bantuan
Mesin atau Peralatan, perlu diperhatikan hal berikut:
1. Dalam TOR perlu ditegaskan bahwa pengadaan peralatan dan/atau mesin
tersebut tujuannya akan diserahkan ke pihak lain dan harus dicantumkan
penyerahan peralatan dan/atau mesin diselesaikan dalam tahun berjalan.
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 18
2. Peralatan dan atau Mesin yang diserahkan ke pihak lain tersebut merupakan
Barang Milik Negara (BMN)
3. Sumber dana dapat berasal dari bagian anggaran 019/ APBN (Kementerian
Perindustrian), atau Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN).
4. Akun yang digunakan adalah Belanja Barang (526) atau Belanja Modal (53).
5. BMN yang tujuan semula direncanakan akan diserahkan ke Pemda, maka
menggunakan Akun Belanja Barang (526).
6. BMN yang tujuan semula direncanakan akan diserahkan ke BUMN, maka
menggunakan Akun Belanja Modal (53)
7. BMN yang akan diserahkan kepada instansi lain menggunakan Akun Belanja
Modal (53)
8. BMN yang dioperasikan kepada perusahaan industri yang berbentuk badan
hukum (termasuk BUMN) menggunakan Akun Belanja Modal (53)
C. Serah Terima PPK atas Pengadaan Peralatan dan/atau Mesin
1. Peralatan dan/atau Mesin yang Diadakan oleh Satker Pusat
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menyampaikan laporan hasil
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kepada Sekretaris
Ditjen/Sekretaris Badan/Kepala Biro/Kepala Pusat di lingkungan
Sekretariat Jenderal dengan melampirkan dokumen berita acara serah
terima hasil pekerjaan dari pihak penyedia barang berikut dokumen
kontrak/SPK dan lampiran kontrak/SPK, dengan tembusan kepada
Sekretaris Jenderal/Inspektur Jenderal/ Direktur Jenderal/Kepala
Badan.
2. Peralatan dan/atau Mesin yang Diadakan oleh Unit Pelaksana Teknis
(UPT) dan Unit Pendidikan di Lingkungan Kementerian Perindustrian.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menyampaikan laporan hasil
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kepada Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA). Selanjutnya KPA menyampaikan laporan selesainya
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 19
kegiatan pengadaan mesin peralatan kepada Sekretaris Ditjen/Sekretaris
Badan/Kepala Biro/Direktur Teknis pada Ditjen/Kepala Pusat yang
khusus menangani pengelolaan BMN dengan melampirkan dokumen
berita acara serah terima hasil pekerjaan dari pihak penyedia jasa
berikut dokumen kontrak/SPK dan lampiran kontrak/SPK, dengan
tembusan kepada Sekretaris Jenderal/Inspektur Jenderal/Direktur
Jenderal/Kepala Badan.
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 20
BAB II MEKANISME PENYERAHAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN
A. Mekanisme Penyerahan ke Pemda, BUMN, Perusahaan Industri yang Berbentuk Badan Hukum, dan Instansi Lain
Mekanisme penyerahan bantuan peralatan dan/atau mesin kepada Pemda,
BUMN, perusahaan industri yang berbentuk badan hukum, dan Instansi Lain,
terdiri dari 3 (tiga) tahapan, yaitu:
1. Serah Terima Operasional;
2. Penetapan Status Penggunaan; dan
3. Serah Terima Kepemilikan
1. Serah Terima Operasional
Serah terima operasional dari Satker kepada Pemda, BUMN,
perusahaan industri yang berbentuk badan hukum, dan Instansi lain,
dilaksanakan dengan langkah kerja sebagai berikut:
a. Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan setelah menerima usulan
pemindahtanganan, segera melaksanakan koordinasi dengan Biro yang
menangani pengelolaan BMN dan Pejabat Eselon II/Direktur Teknis pada
Ditjen/Kepala Pusat pada Badan terkait untuk membentuk Tim Internal
yang melakukan penelitian administrasi dan teknis dari hasil kegiatan
belanja modal, belanja barang, atau PHLN dalam rangka pelaksanaan
serah terima operasional dan persiapan pengusulan hibah, penyertaan
modal pemerintah pusat, dioperasionalkan pihak lain dan alih status.
b. Penelitian administrasi dan teknis tersebut dilakukan sebelum masa
pemeliharaan/perawatan yang menjadi kewajiban penyedia barang/jasa
berakhir. Hal ini bertujuan agar apabila ditemukan adanya
kekurangan/kerusakan, perlu dilakukan perbaikan/penyempurnaan, dan
masih bisa ditindaklanjuti oleh penyedia barang/jasa.
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 21
c. Tugas Tim Internal penelitian administrasi dan teknis mengacu kepada
Pasal 6 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 43/M-IND/PER/4/2011
atau perubahannya.
d. Apabila berdasarkan berita acara hasil penelitian administrasi dan teknis
tersebut ditemukan adanya kerusakan/kekurangan, maka penyedia
barang/jasa wajib memperbaiki dan melengkapi kekurangan dimaksud.
Sedangkan apabila tidak ditemukan adanya kerusakan/kekurangan,
maka dapat dilaksanakan penandatanganan Berita Acara Serah Terima
Operasional (BASTO) beserta daftar barang dari hasil kegiatan belanja
modal, barang, atau PHLN.
e. Penandatanganan BASTO dilakukan oleh Pihak Pertama sebagai pihak
yang menyerahkan bantuan yaitu Kepala Satker atau Pejabat yang
ditunjuk untuk menandatangani berita acara tersebut seperti Sekretaris
Ditjen/Sekretaris Badan dengan Pihak Kedua sebagai pihak yang
menerima bantuan yaitu Pemda, BUMN, perusahaan industri yang
berbentuk badan hukum atau Instansi lain.
f. Dalam waktu 1 (satu) minggu setelah serah terima operasional selesai
dilaksanakan, Sekretaris Ditjen/Sekretaris Badan wajib melaporkan
pelaksanaan serah terima hasil kegiatan kepada Menteri Perindustrian
dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal,
Direktur Jenderal/Kepala Badan, Kepala Biro Keuangan dan Kepala Biro
Umum, Pejabat Eselon II, Direktur Teknis terkait, Pejabat Eselon III di
lingkungan Ditjen/Badan/Biro yang khusus menangani BMN.
g. Setelah dilakukan serah terima operasional kepada Pemda, BUMN,
perusahaan industri yang berbentuk badan hukum, atau Instansi lain,
selanjutnya Direktur Teknis/Kepala Pusat menyimpan seluruh dokumen
yang menyangkut hasil kegiatan belanja modal, belanja barang, atau
PHLN dan BASTO.
h. Atas dasar BASTO, dibuat usulan penetapan status penggunaan kepada
Kementerian Keuangan dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan sejak
diterimanya dokumen pendukung.
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 22
2. Penetapan Status Penggunaan BMN
a. Seluruh BMN yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk
diserahkan kepada pihak lain harus ditetapkan status penggunaannya
oleh Pengelola Barang (Menteri Keuangan), kecuali BMN yang berasal dari
dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan yang pengadaannya setelah
tahun 2011 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 248/PMK.07/2010.
b. BMN yang diserahkan kepada pihak lain tersebut adalah dalam rangka
penyertaan modal pemerintah pusat, dihibahkan, dioperasionalkan oleh
pihak lain, serta dialihkan status penggunaannya kepada Instansi Lain.
c. Batas nominal bantuan peralatan dan/atau mesin yang diajukan
penetapan statusnya mengacu kepada Pasal 7 Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 43/M-IND/ PER/4/2011 atau perubahannya.
d. Terhadap BMN yang akan diserahkan melalui Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat, terlebih dahulu diaudit oleh Aparat Pengawasan
Fungsional sebelum diusulkan penetapan status penggunaannya
Tata Cara Pengajuan Usul Penetapan Status Penggunaan BMN dalam
rangka Hibah, penyertaan modal pemerintah pusat, pengalihan status, dan
dioperasionalkan pihak lain, mengikuti Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.06/2007 dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 43/M-
IND/PER/4/2011 atau perubahannya.
3. Serah Terima Kepemilikan kepada Pemda, BUMN, Perusahaan Industri yang
Berbentuk Badan Hukum, dan Instansi lain
Serah terima operasional belum merupakan serah terima kepemilikan.
Serah terima kepemilikan baru dapat dilaksanakan bila:
a. Penetapan status penggunaan sudah disetujui oleh Kementerian
Keuangan.
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 23
b. Setelah adanya persetujuan hibah dari Kementerian Keuangan dan
Keputusan Penghapusan dari Menteri Perindustrian untuk hibah kepada
Pemda.
c. Setelah adanya Peraturan Pemerintah dan Keputusan Penghapusan dari
Menteri Perindustrian untuk Penyertaan Modal Pemerintah Pusat kepada
BUMN.
d. Setelah adanya Keputusan penetapan Status penggunaan BMN untuk
dioperasionalkan pihak lain untuk menunjang tugas dan fungsi
Kementerian Perindustrian dari Kementerian Keuangan dan Keputusan
Penunjukan Pengoperasian dari Menteri Perindustrian kepada
Perusahaan industri yang berbentuk badan hukum termasuk BUMN.
e. Setelah adanya surat persetujuan Alih status dari Kementerian Keuangan
dan Keputusan Penghapusan dari Menteri Perindustrian untuk alih
status kepada Instansi lain.
B. Prosedur Serah Terima Kepemilikan atas Bantuan Peralatan dan/atau Mesin
Dalam rangka serah terima kepemilikan kepada Pemda, BUMN, Perusahaan
industri yang berbentuk badan hukum, atau Instansi lain, prosedur penyerahan
bantuan mesin atau peralatan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Penyerahan BMN ke Pemerintah Daerah
a. BMN yang berasal dari Belanja Barang pada Anggaran 019/APBN-P
Penyerahan BMN kepada Pemda yang berasal dari Anggaran 019/APBN-P
dengan menggunakan Belanja Barang dilakukan melalui prosedur Hibah
sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 dan
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 43/M-IND/PER/4/2011 atau
perubahannya, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Nilai BMN yang dihibahkan didasarkan pada realisasi pelaksanaan
kegiatan anggaran yang bersangkutan.
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 24
2) Batasan nilai untuk pengusulan hibah BMN mengacu pada Pasal 7
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 43/M-IND/ PER/4/2011 atau
perubahannya.
3) Hibah atas BMN yang sejak perencanaan pengadaannya dimaksudkan
untuk dihibahkan, tidak memerlukan persetujuan DPR.
4) Tidak perlu dilakukan audit oleh Aparat Pengawasan Fungsional.
5) BMN yang dihibahkan harus digunakan sebagaimana fungsinya pada
saat dihibahkan, atau tidak diperbolehkan untuk dimanfaatkan oleh
dan/atau dipindahtangankan kepada pihak lain.
6) BMN yang diserahkan ke Pemda tersebut dibuat Berita Acara Serah
Terima (BAST).
Dokumen Pendukung untuk usulan Hibah kepada Pengelola Barang
adalah :
1) Pertimbangan/alasan;
2) Bukti dokumen kepemilikan/Kartu Identitas Barang;
3) Penetapan Status Penggunaan;
4) SK Pembentukan Tim Internal dalam rangka Hibah;
5) Surat Pernyataan tidak berkeberatan dari Penerima Hibah; dan
6) Hasil Kajian Tim Internal.
b. BMN yang berasal dari Dana Tugas Pembantuan (TP)
Mekanisme Penyerahan ke Pemda yang berasal dari dana TP terdapat 2
(dua) perlakuan, yaitu :
1) Terhadap BMN yang berasal dari dana Dekon/TP sebelum tahun
anggaran 2011, berlaku Peraturan Menteri Keuangan Nomor
125/PMK.06/2011.
2) Terhadap BMN yang berasal dari dana Dekon/TP setelah tahun
anggaran 2011, berlaku Peraturan Menteri Keuangan Nomor
248/PMK.07/2010.
c. BMN yang berasal dari Dana Dekon/TP sebelum Tahun Anggaran 2011
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 25
Penyerahan BMN kepada Pemda yang berasal dari dana Dekon/TP
sebelum tahun anggaran 2011, dilakukan melalui prosedur hibah yang
mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.06/2011,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Hibah dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Kementerian
Keuangan.
2) Bila BMN yang akan dihibahkan memililki nilai di atas
Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah), persetujuan hibah
diberikan oleh Kementerian Keuangan setelah mendapat persetujuan
Presiden.
3) Usulan hibah BMN Dekon/TP harus disertai dengan data pendukung.
4) Tidak perlu diaudit oleh Aparat Pengawasan Fungsional.
5) Setelah mendapat surat persetujuan hibah dari Kementerian
Keuangan, menjadi dasar untuk melakukan serah terima barang
dengan penerima hibah paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal
surat persetujuan hibah diterbitkan, dan dituangkan dalam Berita
Acara Serah Terima Barang (BAST).
6) Penandatanganan BAST dilakukan oleh Pihak Pertama sebagai pihak
yang menyerahkan bantuan yaitu Kepala Satker atau PPK atau
Pejabat yang ditunjuk untuk menandatangani Berita Acara tersebut
seperti Sekretaris Ditjen/Badan dengan Pihak Kedua sebagai pihak
yang menerima bantuan yaitu Pemda.
d. BMN yang berasal dari Dana Dekon/TP setelah Tahun Anggaran 2011
Penyerahan BMN yang berasal dari dana Dekon/TP setelah tahun
anggaran 2011 kepada Pemda dilakukan melalui prosedur hibah yang
mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) BMN yang dihasilkan dari kegiatan fisik lain
a) BMN dihasilkan dari kegiatan fisik lain diserahkan oleh Satker
yang menyerahkan kepada Pemerintahan Daerah c.q SKPD
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 26
pelaksana tugas Pembantuan dengan Berita Acara Serah Terima
paling lambat 6 (enam) bulan setelah realisasi pengadaan barang.
b) Berdasarkan BAST, SKPD penerima wajib menatausahakan dan
melaporkan pada neraca Pemerintah Daerah.
c) Kepala Satker melaporkan serah terima barang kepada Menteri
Keuangan c.q DJKN dengan melampirkan BAST.
d) Dalam hal Kementerian Perindustrian tidak menyerahkan, maka
BMN tersebut direklasifikasi menjadi aset tetap pada Kementerian
Perindustrian.
2) BMN yang berasal dari kegiatan fisik
a) Aset Tetap berasal dari kegiatan fisik dihibahkan oleh Satker yang
menyerahkan kepada Pemerintahan Daerah c.q SKPD pelaksana
Tugas Pembantuan sepanjang pihak Kementerian Perindustrian
bermaksud menyerahkan BMN yang dituangkan dalam Surat
Pernyataan Kesediaan Menghibahkan dan Pemerintah Daerah
menyatakan kesediaannya untuk menerima aset tetap dimaksud
yang dituangkan dalam Surat Pernyataan Kesediaan Menerima
Hibah.
b) Surat Pernyataan Kesediaan Menghibahkan dan Surat Pernyataan
Kesediaan Menerima Hibah sebagaimana dimaksud diterbitkan
sebelum disampaikannya surat Keputusan Menteri tentang
penugasan atas program dan kegiatan yang akan dilaksanakan di
daerah.
c) Permohonan persetujuan hibah kepada Menteri Keuangan c.q.
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara harus diajukan oleh menteri
paling lama 6 (enam) bulan setelah realisasi pengadaan barang.
d) Satker yang menyerahkan melaporkan pelaksanaan Hibah kepada
Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang c.q Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dan
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 27
Direktorat Jenderal Anggaran dengan melampirkan Berita Acara
Serah Terima.
e) Dalam hal SKPD tidak bersedia menerima BMN sebagaimana
dimaksud maka BMN yang dimaksud tetap dicatat sebagai aset
tetap pada Kementerian Perindustrian.
Prosedur Hibah sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.06/2007 dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 43/M-
IND/PER/4/2011 atau perubahannya.
Dokumen Pendukung untuk pengusulan hibah kepada Pengelola Barang:
1) Rincian barang yang akan dihibahkan termasuk tahun perolehan,
identitas/spesifikasi, nilai buku, lokasi, peruntukan barang;
2) Surat pernyataan tanggungjawab mutlak tak bersyarat dari satker
yang menyerahkan atas kebenaran materiil mengenai BMN Dekon/TP;
3) Data calon penerima hibah;
4) Surat pernyataan kesediaan menghibahkan BMN Dekon/TP dari
satker yang menyerahkan; dan
5) Surat pernyataan kesediaan menerima hibah BMN Dekon/TP dari
Pemda dan/atau berita acara serah terima barang dalam hal BMN
Dekon/TP sudah diserahoperasikan kepada Pemda.
e. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)
Bantuan peralatan dan/atau mesin kepada Pemda tersebut dapat yang
berasal dari PHLN yang menjadi bagian dari DIPA Kementerian
Perindustrian atau langsung diberikan oleh Pemberi Pinjaman/Hibah
Luar Negeri kepada Pemda. BMN tersebut perlu pengesahan/diregistrasi
ke Ditjen Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan dengan
prosedur sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
191/PMK.05/2011.
Bila peralatan dan mesin yang didanai dari PHLN yang menjadi bagian
DIPA Kementerian Perindustrian maka berlaku ketentuan dan prosedur
Hibah sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 dan
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 28
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 43/M-IND/PER/4/2011 atau
perubahannya.
Namun bila peralatan dan mesin yang diserahkan ke Pemda tersebut
diterushibahkan dari Pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri, maka
Kementerian Perindustrian perlu melakukan langkah sebagai berikut:
1) Satker terkait, melalui Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian,
meminta seluruh dokumen pengadaan/ kepemilikan serta dokumen
pendukung lainnya dari Kementerian Keuangan cq Ditjen PU dan
surat penetapan penggunaan BMN tersebut.
2) Selanjutnya, melakukan prosedur hibah ke Pemda sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.06/2007 dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 43/M-
IND/PER/4/2011 atau perubahannya.
2. Penyerahan ke BUMN dalam rangka Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
Berasal dari Belanja Modal Anggaran 019/APBN-P
Penyerahan BMN Anggaran 019/APBN-P/PHLN ke BUMN dengan
menggunakan Belanja Modal dilakukan melalui prosedur penyertaan modal
pemerintah pusat (PMN), sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.06/2007 dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 43/M-
IND/PER/4/2011 atau perubahannya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pengajuan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat tersebut dilaksanakan
paling lama 6 (enam) bulan setelah penetapan status penggunaannya oleh
Kementerian Keuangan.
b. Batasan nilai untuk pengusulan Penyertaan Modal Pemerintah mengacu
pada Pasal 7 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 43/M-
IND/PER/4/2011 atau perubahannya.
c. Dalam hal pengajuan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat tersebut
dilakukan setelah batas waktu tersebut, BUMN penerima/calon penerima
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 29
penyertaan modal dimaksud dikenakan sewa penggunaan BMN terhitung
sejak tanggal penetapan status penggunaannya.
d. BMN yang disertakan sebagai Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dinilai
berdasarkan realisasi pelaksanaan kegiatan anggaran.
e. Pelaksanaan penyertaan modal pemerintah pusat atas BMN, terlebih
dahulu harus diaudit oleh aparat pengawas fungsional pemerintah untuk
menentukan kewajaran BMN yang akan disertakan sebagai penyertaan
modal pemerintah pusat dibandingkan realisasi pelaksanaan kegiatan
anggaran.
f. Semua biaya yang timbul dari pelaksanaan penyertaan modal pemerintah
pusat dibebankan pada penerima penyertaan modal pemerintah pusat.
g. Melakukan persiapan penyertaan modal pemerintah pusat yaitu:
1) Menyiapkan kelengkapan data administrasi sekurang-kurangnya
meliputi KIB dan daftar barang yang diusulkan serta Surat penetapan
status penggunaan BMN.
2) Menyiapkan Surat usulan penyertaan modal pemerintah pusat untuk
diajukan oleh Menteri Perindustrian/ Sekretaris Jenderal Kementerian
Perindustrian kepada Menteri Keuangan, Kepala Kanwil KN/Kepala
KPKNL sesuai batasan nilai sebagaimana tercantum dalam Pasal 7
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 43/M-IND/PER/4/2011 atau
perubahannya, dengan disertai dokumen pendukung.
3) Bila usulan disetujui, Kementerian Keuangan mengajukan
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang penyertaan modal
pemerintah kepada Presiden untuk ditetapkan.
h. Setelah Peraturan Pemerintah Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
ditetapkan, Kepala Satker melakukan serah terima barang dengan
penerima penyertaan modal pemerintah pusat yang dituangkan dalam
Berita Acara Serah Terima Barang (BAST).
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 30
i. Berdasarkan BAST, satker melakukan penghapusan dari Daftar Barang
Pengguna setelah Pengguna Barang menerbitkan keputusan
penghapusan BMN.
j. Kepala Satker menyampaikan laporan kepada Kementerian Keuangan
disertai dengan BAST dan keputusan penghapusan.
k. Berdasarkan laporan tersebut, Kementerian Keuangan menghapuskan
dari Daftar Barang Milik Negara dengan menerbitkan keputusan
penghapusan barang apabila barang tersebut ada dalam Daftar Barang
Milik Negara.
Dokumen Pendukung untuk pengusulan penyertaan modal pemerintah
pusat::
a. Pertimbangan/alasan;
b. Bukti dokumen kepemilikan/Kartu Identitas Barang;
c. Daftar barang yang diusulkan dengan sekurang-kurangnya; memuat
jenis, jumlah, kondisi, harga dan tahun perolehan;
d. Hasil audit Aparat Pengawasan Fungsional;
e. Penetapan Status Penggunaan;
f. SK Pembentukan Tim Internal dalam rangka penyertaan modal
pemerintah pusat;
g. Surat Pernyataan tidak berkeberatan dari Penerima penyertaan modal
pemerintah pusat (pemegang saham atau instansi yg berkompeten
mewakili pemegang saham);
h. Laporan Keuangan Penerima penyertaan modal pemerintah pusat
(audited) selama 5 tahun terakhir;
i. Hasil Kajian Tim Internal; dan
j. Perhitungan kuantitatif kontribusi melalui mekanisme penyertaan modal
pemerintah pusat apabila dibandingkan dengan bentuk pemanfaatan
lain.
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 31
3. Penyerahan dalam rangka Dioperasionalkan oleh Pihak Lain dalam
Menjalankan Pelayanan Umum Sesuai Tugas dan Fungsi Kementerian
Perindustrian
BMN dapat ditetapkan status penggunaanya untuk dioperasionalkan oleh
pihak lain dalam menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi
Kementerian sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2006. Yang dimaksud pihak lain adalah koperasi, BUMN, dan
Perusahaan industri yang berbentuk badan hukum.
Dalam rangka penyerahan untuk dioperasionalkan pihak lain tersebut, BMN
tersebut terlebih dahulu ditetapkan status penggunaannya di Kementerian
Perindustrian. Setelah itu diusulkan penetapan status penggunaan untuk
dioperasionalkan pihak lain. Setelah surat penetapan untuk dioperasionalkan
terbit, Pengguna Barang atau Pejabat yang diberi wewenang oleh Pengguna
Barang harus membuat Perjanjian Kerjasama Pengoperasian. Jangka waktu
kerjasama pengoperasian dengan pihak lain selama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang.
Dalam perjanjian kerjasama operasi tersebut pihak lain dapat memungut
biaya kepada pihak ketiga atas pelayanan umum yang diberikan sebesar
biaya yang dibutuhkan untuk menutup biaya pemeliharaan BMN tersebut.
Besaran uang yang dipungut dari pihak ketiga ditetapkan oleh Menteri
Perindustrian selaku Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan dari
Pengelola Barang. Apabila terdapat margin yang berasal dari pendapatan
pelayanan umum setelah dikurangi biaya pemeliharaan, maka margin
tersebut harus disetorkan ke Kas Negara.
Tata cara penetapan status penggunaan BMN yang dioperasikan pihak lain
dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi
Kementerian sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang menyeselaikan dokumen
kepemilikan atas BMN yang pengadaannya atas beban APBN atau
perolehan lain yang sah.
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 32
b. Tahap Pengajuan Usul
Pengguna Barang mengajukan permintaan status penggunaan BMN yang
akan dioperasionalkan oleh pihak lain kepada Menteri Keuangan disertai
penjelasan dan pertimbangan dengan melampirkan dokumen kepemilikan
atau BAST.
c. Tahap Penetapan Status Penggunaan
Pengguna Barang menerima Keputusan Penetapan status penggunaan
BMN yang akan dioperasikan oleh pihak lain dari Kementerian Keuangan
Dalam penetapan Status Penggunaan BMN yang dioperasonalkan pihak lain,
Pengguna Barang perlu menindaklanjuti Surat Keputusan penetapan Status
penggunaan BMN dari Kementerian Keuangan tersebut dengan membuat:
a. Keputusan Penunjukan Pengoperasian
b. Berita acara Serah Terima Pengoperasian BMN
c. Membuat Perjanjian Kerja Sama
Bila BMN yang telah ditetapkan status penggunaan untuk dioperasionalkan
pihak lain, akan dioperasionalkan oleh pihak lainnya lagi, maka pelaksanaan
pengalih-operasian tersebut harus dilaporkan dan mendapat persetujuan
Menteri Keuangan.
Bila BMN yang telah ditetapkan status penggunaan untuk dioperasikan
perusahaan industri yang berbentuk badan hukum, kemudiaan akan
digunakan kembali oleh Kementerian Perindustrian, maka harus dimintakan
persetujuan kembali untuk penetapan status penggunaan kepada Menteri
Keuangan.
Pengguna barang harus menyimpan asli/fotocopy dokumen kepemilikan dan
dokumen pendukung lainnya disatukan dengan asli keputusan penetapan
status penggunaan.
Dokumen Pendukung untuk Pengusulan status penggunaan untuk
dioperasionalkan pihak lain kepada Pengelola barang:
a. Penjelasan dan pertimbangan;
b. Dokumen kepemilikan;
c. BAST antara Penyedia Barang dengan PPK; dan
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 33
d. Keputusan Penetapan status Penggunaan BMN.
4. Penyerahan ke Instansi Lain dalam rangka Alih Status
Dalam rangka optimalisasi BMN sesuai dengan tugas dan fungsi, Pengguna
Barang dapat mengalihkan status penggunaan dari Satuan Kerja di
lingkungan Kementerian Perindustrian kepada Instansi lain.
Tata cara alih status BMN dari Satker Kementerian Perindustrian kepada
Instansi lain, sebagai berikut:
a. Tahap Pengajuan Usul:
1) Satker/Kuasa Pengguna Barang mengajukan usul alih status kepada
Pengguna Barang/Menteri Perindustrian disertai penjelasan,
pertimbangan dan dokumen pendukung serta dokumen kepemilikan.
2) Pengguna Barang meneliti usulan alih status.
3) Pengguna Barang mengajukan usulan alih status tersebut kepada
Pengelola Barang/Menteri Keuangan disertai penjelasan dan
pertimbangan, keputusan penetapan status penggunaan serta surat
pernyataan kesediaan menerima pengalihan BMN dari Instansi lain
sebagai calon Pengguna barang baru.
b. Tahap Persetujuan
Satker Kementerian Perindustrian sebagai Pengguna Barang lama
menerima Surat Persetujuan Alih status dari Menteri Keuangan, setelah
Kementerian Keuangan melakukan penelitian usulan pengalihan tersebut
termasuk melakukan peninjauan lapangan bila diperlukan. Instansi lain
sebagai pengguna barang baru mendapatkan tembusan Surat
Persetujuan Alih status tersebut.
Atas dasar Surat Persetujuan Alih status tersebut, Kementerian
Perindustrian sebagai pengguna barang lama membuat keputusan
penghapusan BMN dari daftar barang pengguna.
c. Tahap Serah Terima
Satker kementerian Perindustrian sebagai Pengguna barang lama
melakukan serah terima kepada Instansi lain sebagai pengguna barang
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 34
baru yang dituangkan dalam BAST, paling lama 1 (satu) bulan sejak
Keputusan Penghapusan diterbitkan dan dilaporkan kepada Pengelola
Barang.
Dokumen pendukung untuk pengajuan Alih Status Penggunaan kepada
Pengelola Barang:
a. Penjelasan dan pertimbangan;
b. Dokumen kepemilikan;
c. BAST antara Penyedia Barang dengan PPK;
d. Keputusan penetapan status penggunaan; dan
e. Surat pernyataan kesediaan menerima pengalihan BMN dari
Kementerian/Lembaga sebagai calon Pengguna barang baru.
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 35
BAB III PENATAUSAHAAN BANTUAN PERALATAN DAN/ATAU MESIN
A. Pencatatan Bantuan Peralatan dan/atau Mesin yang Diserahkan ke
Pemda, BUMN, Perusahaan Industri yang Berbentuk Badan Hukum atau Instansi Lain
Pengadaan peralatan dan/atau mesin yang akan diserahkan ke pihak lain
harus dicatat pada Satker yang mengelola DIPA bantuan tersebut, dengan
perlakuan akuntansi sebagai berikut:
1. Bila berasal dari Belanja Barang Non Operasional/ Bagian anggaran 19,
maka:
a. Mesin dan peralatan tersebut dicatat dalam akun Persediaan di Neraca
sesuai BAST yang telah ditandatangani oleh Penyedia barang dan Satker
yang mempunyai DIPA.
b. Nilai persediaan berupa Mesin dan Peralatan tersebut dicatat sebesar:
1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian sebesar nilai
realisasi keuangan;
2) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; dan
3) Nilai wajar apabila diperoleh cara lain seperti donasi/rampasan.
c. Pada akhir tahun buku, akun Persediaan tersebut perlu dilakukan
penyesuaian dengan BAST dan Naskah Hibah yang telah dibuat. Bila
seluruh bantuan tersebut telah dibuatkan BAST dan Naskah Hibahnya,
maka nilai akun Persediaan di Neraca menjadi Nol.
d. Kondisi ini harus diungkapkan secara lengkap dan jelas (Full Disclousure)
dalam Catatan Atas Laporan Kuangan (CaLK).
2. Bila berasal dari MAK Belanja Modal Bagian Anggaran 19, maka:
a. Peralatan dan atau mesin tersebut dicatat dalam akun Aset Tetap di
Neraca sesuai BAST yang telah ditandatangani oleh Penyedia barang dan
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 36
Satker yang mempunyai DIPA, serta secara otomatis akan tercatat dalam
Laporan BMN (setelah dilakukan rekonsiliasi).
b. Nilai Aset Tetap dicatat sebesar nilai perolehan. Nilai perolehan adalah
nilai realisasi keuangan.
Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada
saat perolehan.
Proses pemindahtanganan melalui penyertaan modal pemerintah pusat,
harus diungkapkan secara lengkap dan jelas (Full Disclousure) dalam
Catatan Atas Laporan Kuangan (CaLK) dan catatan atas Laporan BMN.
c. Bila Proses penyertaan modal pemerintah pusat telah selesai yaitu telah
dibuat BAST dan SK Penghapusan, maka BMN tersebut dihapuskan dari
Laporan BMN dan Neraca Satker.
d. Untuk BMN yang dioperasionalkan pihak lain, BMN tetap tercatat di
Satker Pemilik DIPA sebagai Aset Tetap namun didisclousure dalam CaLK
dan Catatan atas Laporan BMN.
e. Untuk BMN yang dialih statuskan ke Instansi lain tetap tercatat sebagai
Aset tetap, dan dihapuskan dari Neraca dan Laporan BMN setelah terbit
BAST Pengoperasian dan Surat Keputusan Penghapusan.
3. Bila berasal dari PHLN, maka:
a. Peralatan dan/atau Mesin tersebut dicatat bila sudah mendapat
pengesahan/diregistrasi di Ditjen PU Kementerian Keuangan dan
mendapat status penggunaan oleh Kementerian Keuangan, maka Satker
mencatat dalam Aset Tetap di Neraca sesuai dengan BAST atau cukup
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
b. Proses pemindahtanganan dilakukan melalui proses Hibah atau
penyertaan modal pemerintah pusat, harus diungkapkan secara lengkap
dan jelas (Full Disclousure) dalam Catatan Atas Laporan Kuangan (CaLK)
dan catatan atas Laporan BMN
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 37
c. Bila Proses Hibah atau penyertaan modal pemerintah pusat telah selesai,
maka BMN tersebut dihapuskan dari catatan atau Neraca Satker (bila
dicatat sebagai Aset tetap).
4. Bila berasal dari Dana Tugas Pembantuan, maka:
a. BMN yang berasal dari kegiatan fisik dan menggunakan Belanja Modal,
dicatat sebagai Aset tetap sebesar nilai realisasi anggaran.
b. BMN yang dihasilkan dari kegiatan fisik lain yang berasal dari dana
penunjang dan menggunakan Belanja Barang dicatat sebagai Persediaan
sebesar nilai realisasi keuangan.
c. Proses pemindahtanganan melalui proses Hibah, harus diungkapkan
secara lengkap dan jelas (Full Disclousure) dalam Catatan Atas Laporan
Kuangan (CaLK) dan catatan atas Laporan BMN ( bila dicatat sebagai
aset tetap).
d. Bila Proses Hibah telah selesai dengan diterbitkannya BAST dan naskah
hibah maka BMN tersebut dihapuskan dari catatan atau Neraca Satker.
B. Penghapusan Peralatan dan/atau Mesin
1. Berdasarkan persetujuan pemindahtanganan BMN dari Menteri Keuangan,
Pengguna barang/Kuasa Pengguna Barang menerbitkan Surat Keputusan
Penghapusan BMN paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal persetujuan
pemindahtanganan BMN ditandatangani Menterian Keuangan, serta
melakukan penghapusan Peralatan dan/atau Mesin yang diserahkan ke
pihak lain dimaksud dengan cara menghapuskannya dari Daftar Inventaris
Barang.
2. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang melaporkan penghapusan
barang tersebut ke Kementerian Keuangan paling lambat 1 (satu) bulan
sejak serah terima disertai tembusan berita acara, naskah hibah dan
keputusan penghapusan.
3. Berdasarkan laporan tersebut, Kementerian Keuangan menghapuskan dari
Daftar BMN, apabila barang tersebut ada dalam Daftar BMN.
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 38
4. Data kelengkapan usulan penghapusan, antara lain Surat Keputusan
Panitia Penghapusan dan lampiran Surat Keputusan Panitia Penghapusan,
Berita acara penelitian/penilaian barang, Daftar Barang terdiri dari No.
urut, No. kode barang, Nama/jenis barang, merek/tipe, tahun
pembuatan/perolehan, jumlah/total, kondisi barang (laporan kondisi
barang), No. KIB (fotocopy KIB), Foto asli barang serta Persetujuan Menteri
Keuangan.
C. Tabel Penatausahaan Bantuan Peralatan dan/atau Mesin Berdasarkan uraian di atas, maka keterkaitan antara sumber dana,
penerima bantuan, mekanisme penyerahan bantuan dan perlakukan
akuntansinya pada Satker dapat dilihat pada tabel berikut:
No. Sumber Dana Penerima Bantuan
Mekanisme Penyerahan
Perlakuan Akuntansi
1. APBN (BA 019) Rupiah Murni
- Belanja Modal BUMN PMN Aset Tetap
Instansi lain BAST Alih Status Aset Tetap (transfer out)
Perusahaan
industri yang
berbadan
hukum/BUMN
Dioperasionalkan
Pihak Ketiga
Aset tetap
- Belanja Barang Pemda Hibah Persediaan
2. Tugas Pembantuan (TP) Mulai TA 2011
- Belanja Modal Pemda Hibah Aset Tetap
- Belanja Barang Pemda BAST Persediaan
3. Anggaran 99
Belanja Modal BUMN PMN Aset Tetap
Pemda Hibah Aset Tetap
4. PHLN
- Pinjaman Pemda Hibah Aset Tetap/Calk
BUMN PMN AsetTetap/Calk
- Hibah Pemda Hibah Aset Tetap/Calk
BUMN PMN Aset Tetap/Calk
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 39
Lampiran 1
Prosedur Hibah Pada Pengguna Barang
di Lingkungan Kementerian Perindustrian
Dana APBN Anggaran 19/PHLN
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 40
Lampiran 2
Prosedur Hibah Pada Pengguna Barang
di Lingkungan Kementerian Perindustrian
Dana Dekon/TP Sebelum Tahun Anggaran 2011
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 41
Lampiran 3
Prosedur Hibah Pada Pengguna Barang/Eselon I/Kuasa Pengguna Barang di
Lingkungan Kementerian Perindustrian
Dana Dekon/TP Setelah Tahun Anggaran 2011
(BMN Dihasilkan dari Kegiatan Fisik Lain)
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 42
Lampiran 4
Prosedur Hibah Pada Pengguna Barang/Eselon I/Kuasa Pengguna Barang di
Lingkungan Kementerian Perindustrian
Dana Dekon/TP Setelah Tahun Anggaran 2011
(BMN Dihasilkan dari Kegiatan Fisik)
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 43
Lampiran 5
Prosedur Pengajuan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
Pada Pengguna Barang
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 44
Lampiran 6
Prosedur Peralatan dan/atau Mesin (BMN)
yang Dioperasionalkan Pihak Lain Pada Pengguna Barang/ Eselon
I/Kuasa Pengguna Barang
di Lingkungan Kementerian Perindustrian
www.djpp.depkumham.go.id
2013, No.92 45
Lampiran 7
Prosedur BMN yang Dialihstatuskan ke Instansi Lain
oleh Pengguna Barang/Eselon I/Kuasa Pengguna Barang
di Lingkungan Kementerian Perindustrian
www.djpp.depkumham.go.id