peraturan dirjen rehabilitasi sosial nomor 5 tahun 2021

212
Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021 (Revisi ke-1)

Upload: others

Post on 02-Apr-2022

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021 (Revisi ke-1)

Page 2: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya, Pedoman Operasional

Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) Lanjut Usia Tahun 2020 dapat diselesaikan dengan

baik.

ATENSI Lanjut Usia adalah layanan rehabilitasi sosial bagi Lanjut Usia yang menggunakan

pendekatan berbasis keluarga, komunitas, dan/atau residensial melalui kegiatan

dukungan pemenuhan hidup layak, perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak,

dukungan keluarga, terapi fisik, terapi psikososial, terapi mental spiritual, pelatihan

vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan dan asistensi sosial serta dukungan

aksesibilitas.

Pedoman ATENSI Lanjut Usia bertujuan untuk memberikan acuan bagi pelaksanaan

program kegiatan ATENSI dan menguraikan mekanisme serta prosedur kerja rehabilitasi

sosial melalui, Balai/Loka, Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Lanjut Usia, Unit

Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), keluarga Lanjut Usia dan masyarakat untuk menjamin

mutu/standar pelayanan dalam pemenuhan hak dan kepentingan terbaik bagi Lanjut

Usia.

Kami berharap agar seluruh pihak terkait dapat memahami isi pedoman operasional ini

sehingga pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia dapat berjalan dengan baik dan sesuai

ketentuan yang berlaku. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah berkontribusi terhadap penyusunan pedoman operasional ini.

Jakarta, Januari 2021

Direktur Jendral Rehabilitasi Sosial

Harry Hikmat

Page 3: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021
Page 4: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021
Page 5: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021
Page 6: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021
Page 7: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 1

B. DASAR HUKUM 2

C. DEFINISI OPERASIONAL 4

D. TUJUAN PEDOMAN 8

E. MANFAAT 8

BAB II KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM 9

A. ANALISIS SITUASI 9

B. TUJUAN 15

C. LANDASAN KONSEPTUAL 15

D. KEBIJAKAN REHABILITASI SOSIAL 18

E. STRATEGI 18

F. KOMPONEN PROGRAM 19

G. PRINSIP 19

BAB III PROGRAM REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA 21

A. TUJUAN 21

B. SASARAN 21

C. KOMPONEN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL LAYANAN

TIDAK LANGSUNG 21

D. INDIKATOR KINERJA PROGRAM 23

BAB IV PELAKSANAAN ATENSI LANJUT USIA 24

A. TUJUAN 24

B. SASARAN DAN KRITERIA 24

C. KOMPONEN ATENSI 25

D. PENDEKATAN ATENSI 27

E. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN ATENSI 31

F. PENDAMPING ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL LANSIA 31

G. PENDATAAN 32

H. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 34

I. PEMANTAUAN DAN EVALUASI 35

J. PELAPORAN 37

K. PENDANAAN 38

L. INDIKATOR KINERJA PROGRAM 38

BAB V MEKANISME PELAKSANAAN ATENSI LANJUT USIA 39

A. TAHAPAN UMUM PELAKSANAAN ATENSI 39

1. FASILITASI AKSES LAYANAN 40

2. PENDEKATAN AWAL DAN KESEPAKATAN BERSAMA 40

3. ASESMENT KOMPREHENSIF 41

4. PERENCANAAN 44

5. IMPLEMENTASI 45

6. SUPERVISI 48

Page 8: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

7. MONITORING DAN EVALUASI 48

8. PASCA LAYANAN DAN TERMINASI 49

B. MEKANISME PENYALURAN DAN PELAKSANAAN ATENSI 49

1. MEKANISME PENYALURAN 49

2. MEKANISME PELAKSANAAN 51

3. MEKANISME PENYALURAN BANTUAN/LAYANAN DALAM

SITUASI DARURAT 55

4. ADMINISTRASI 56

5. PENENTUAN KUOTA 58

6. PERSYARATAN PENERIMA ATENSI LU 59

7. JENIS BANTUAN ATENSI 59

8. PANDUAN PENYUSUNAN RAB 61

9. MEKANISME PENGGANTIAN 62

10. MEKANISME PERJANJIAN KERJASAMA 65

11. PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK 66

12. PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN 66

13. PENYUSUNAN LAPORAN OLEH LKS LU/ PUSAKA 67

BAB VI KELEMBAGAAN 70

A. STRUKTUR KELEMBAGAAN 70

B. PEMBAGIAN KEWENANGAN 71

C. (draft sotk balai yang baru)

BAB VII SERASI LANSIA 79

A. URGENSI 79

B. TUJUAN 80

C. SASARAN 80

D. TUGAS POKOK DAN FUNGSI 80

E. MEKANISME 83

F. INDIKATOR KINERJA 84

G. SENTRA KREASI ATENSI 84

BAB VIII MEKANISME PENYALURAN BANTUAN PEMERINTAH 89

A. DASAR HUKUM 90

B. TUJUAN 90

C. PEMBERI BANTUAN 90

D. PENERIMA BANTUAN 90

E. PERSYARATAN PENERIMA BANTUAN 91

F. BENTUK BANTUAN 91

G. ALOKASI ANGGARAN DAN RINCIAN JUMLAH BANTUAN 91

H. TATA KELOLA PENCAIRAN DANA BANTUAN 92

I. PENYALURAN DANA BANTUAN 92

BAB IX PENUTUP 105

Page 9: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 POPULASI LANJUT USIA DI INDONESIA 1

GAMBAR 2 TREN PERSENTASE LANJUT USIA INDONESIA, 1980-2100 9

GAMBAR 3 DATA LANJUT USIA MENURUT TEMPAT TINGGAL 10

GAMBAR 4 DATA LANJUT USIA MENURUT STATUS TEMPAT TINGGAL 11

GAMBAR 5 JUMLAH LANJUT USIA MENURUT DTKS 12

GAMBAR 6 HARAPAN LANJUT USIA TERKAIT PIHAK YANG MERAWAT 14

GAMBAR 7 PERSENTASE GANGGUAN MOBILITAS DAN KAPABILITAS 14

GAMBAR 8 LOGICAL FRAMEWORK ATENSI LANJUT USIA 35

GAMBAR 9 MEKANISME PELAKSANAAN ATENSI LANJUT USIA 39

GAMBAR 10 RINCIAN MEKANISME ATENSI MELALUI PUSAKA 47

GAMBAR 11 SKEMA PENYALURAN BANTUAN ATENSI 55

GAMBAR 12 SKEMA PENYALURAN BANTUAN DALAM SITUASI DARURAT 56

GAMBAR 13 STRUKTUR ORGANISASI TERKAIT PELAYANAN TIDAK LANGSUNG 70

GAMBAR 14 STRUKTUR ORGANISASI TERKAIT PELAYANAN LANGSUNG DI BALAI 76

GAMBAR 15 STRUKTUR ORGANISASI TERKAIT PELAYANAN LANGSUNG DI LOKA 78

GAMBAR 16 FUNGSI SENTRA LAYANAN SOSIAL (SERASI) 81

GAMBAR 17 SERASI DALAM PENYELENGGARAAN REHSOS KOMPREHENSIF 83

GAMBAR 18 ALUR PROSES ATENSI RESOS LANJUT USIA 91

Page 10: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

DAFTAR TABEL

TABEL 1 PERKEMBANGAN PENDUDUK INDONESIA 1980-2045 10

TABEL 2 PERSENTASE KEMISKINAN MENURUT KELOMPOK UMUR 12

TABEL 3 BALAI/LOKA LANJUT USIA DI TIGA WILAYAH REGIONAL 78

Page 11: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN SELEKSI

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN ASESMENT

LAMPIRAN 3 RUJUKAN ATAU TERMINASI

LAMPIRAN 4 INSTRUMEN ASESMENT PENDEKATAN AWAL

LAMPIRAN 5 FACESHEET

LAMPIRAN 6 ASESMENT FUNGSIONAL KOMPREHENSIF

LAMPIRAN 7 KONTRAK

LAMPIRAN 8 RENCANA REHABILITASI SOSIAL

LAMPIRAN 9 REVIEW PERKEMBANGAN KASUS

LAMPIRAN 10 TERMINASI

Page 12: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

1 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada Tahun 2019 jumlah lanjut usia di Indonesia sudah mencapai 25,6 juta

jiwa, angka ini sudah mencapai 9,6 persen dari populasi penduduk di Indonesia

(BPS, Bappenas: 2019). Pertumbuhan populasi lanjut usia yang terjadi di Indonesia

sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lanjut usia. Apabila lanjut usia

hidup dengan sehat maka lanjut usia dapat berperan aktif, produktif dan

memberikan manfaat bagi keluarga dan masyarakat disekitarnya. Sebaliknya apabila

lanjut usia hidup sakit-sakitan, tidak berdaya, dan tidak dapat melakukan aktifitas

apapun, kondisi tersebut dapat membawa dampak negatif bagi lanjut usia maupun

bagi keluarganya.

Gambar 1. Populasi Lanjut Usia di Indonesia

Situasi perkembangan populasi lansia tersebut tidak dapat dibiarkan begitu

saja, atau tidak dilakukan apa-apa. Pemerintah atau Negara harus melihat bahwa

Page 13: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

2 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

pertumbuhan populasi penduduk khususnya lanjut usia harus diperhatikan dan

diintervensi. Intervensi ini dapat berupa program langsung atau tidak langsung.

Melihat latar belakang sejarah pelayanan lanjut usia, pada tahun 2006, pemerintah

telah mencanangkan Program Jaminan Sosial Lanjut Usia yang telah menyasar

12.500 lanjut usia. Program tersebut dikembangkan cakupannya pada tahun 2008

hingga berjumlah 26.000 lanjut usia. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2006 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Program Jaminan Sosial Lanjut

Usia berubah menjadi Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar (ASLUT) yang khusus

menyasar pada lanjut usia terlantar sebanyak 30.000 lanjut usia pada tahun 2009.

Jumlah lanjut usia yang seharusnya mendapatkan ASLUT adalah 2 (dua) juta lanjut

usia terlantar, namun dengan keterbatasan fiskal, anggaran untuk ASLUT masih

sangat terbatas.

Dalam pengembangan program bagi lanjut usia, pemerintah melalui

Direktorat Jaminan Sosial Keluarga menginisiasi Program Keluarga Harapan (PKH)

komponen lanjut usia. Dengan lahirnya PKH komponen lanjut usia, cakupan jumlah

lanjut usia yang mendapat PKH lanjut usia sebanyak 3 (tiga) juta lanjut usia dalam

keluarga. Disisi lain, jumlah lanjut usia yang terdapat dalam Data Terpadu

Kesejahteraan Sosial (DTKS) saat itu mencapai 12,9 juta lanjut usia (Sumber : DTKS,

Januari 2019). Pada saat itu, masih terdapat 1,9 juta lanjut usia diluar keluarga yang

belum mendapat intervensi dari PKH lanjut usia. Sebagai upaya alternatif,

pemerintah melaksanakan Program Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (PROGRES LU)

yang menyasar 27.460 lanjut usia diluar keluarga melalui Lembaga Kesejahteraan

Sosial (LKS).

Upaya pemerintah dalam memberikan bantuan sosial kepada lanjut usia baik

melalui PKH lanjut usia maupun PROGRES LU masih mengalami banyak kendala,

diantaranya duplikasi penerima program, inclusion error, exclusion error dan moral

hazard dari pelaksana di lapangan. Sebagai upaya untuk meminimalisir kendala

Page 14: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

3 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

tersebut, pemerintah menginisiasi lahirnya program Asistensi Rehabilitasi Sosial

Lanjut Usia (ATENSI LU). Melalui Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (ATENSI

LU) diharapkan intervensi kepada lanjut usia dapat diperluas untuk meningkatkan

kualitas lanjut usia di masa depan.

B. Dasar Hukum

1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut

Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 190,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3796);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah

beberapa kali diubah, terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Page 15: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

4 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5679);

7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pekerja Sosial (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 182, tambahan lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6397)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4451);

9. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan

Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 2,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6178);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2020 tentang Tata Cara Penetapan

Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 268, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6584)

13. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan

Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor

33);

14. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);

Page 16: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

5 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu (Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 288).

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme

Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah di Kementerian/Lembaga

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340) sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Anggaran Bantuan Pemerintah pada

Kementerian/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 1745);

17. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 1845) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan

Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua

atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2018 Nomor 1517);

18. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018 Tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Sosial;

19. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penyaluran Belanja

Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial;

20. Peraturan Menteri Sosial Nomor 11 tahun 2020 tentang Mekanisme

Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian

Sosial

21. Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2020 tentang Asistensi

Rehabilitasi Sosial.

Page 17: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

6 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

C. Definisi Operasional

1. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam

puluh) tahun atau lebih.

2. Lanjut Usia Mampu adalah Lanjut usia yang tidak memerlukan

pertolongan orang lain.

3. Lanjut Usia Tidak Mampu adalah Lanjut usia yang memerlukan

pertolongan orang lain.

4. Lanjut Usia Potensial adalah Lanjut Usia yang dapat melakukan

aktifitas sehari-hari tanpa memerlukan pertolongan dari orang lain.

5. Lanjut Usia Tidak Potensial adalah Lanjut Usia yang dalam melakukan

aktifitas sehari-hari memerlukan pertolongan dari orang lain.

6. Lanjut Usia Kit adalah Paket bantuan yang diperuntukan bagi Lanjut

Usia dengan komposisi bantuan sandang, pangan, tempat tinggal,

perlengkapan, dan vokasional.

7. Pelaku Rawat (Caregiver) adalah individu yang tinggal bersama atau

berada di sekitar lingkungan lanjut usia yang memiliki kemampuan umum

dalam memberikan perawatan kepada lanjut usia secara profesional.

8. Aksesibilitas adalah Pemberian kemudahan yang diberikan oleh

lingkungan untuk menunjang aktifitas lanjut usia.

9. Alat Bantu adalah peralatan yang dapat membantu lanjut usia

mempermudah melakukan aktifitas sehari-hari

10. Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) yaitu Layanan rehabilitasi

sosial yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas

dan/atau residensial melalui kegiatan dukungan pemenuhan kehidupan

layak, dukungan keluarga, perawatan sosial, terapi fisik, terapi

psikososial, terapi mental, pelatihan vokasional pembinaan

Page 18: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

7 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

kewirausahaan, bantuan sosial, asistensi sosial serta dukungan

aksesibilitas.

11. Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan

untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya

secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

12. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu,

dan/atau rentan terhadap risiko sosial.

13. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi kriteria

bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada perseorangan,

kelompok masyarakat atau Lembaga pemerintah/ non pemerintah.

14. Bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) adalah Bantuan

yang diberikan Pemerintah kepada seseorang, keluarga, kelompok atau

masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial

berupa uang, barang dan atau jasa sebagai stimulus dan intervensi atas

permasalahan sosial PPKS dan juga berfungsi sebagai komplementer atau

pelengkap atas Bantuan Sosial untuk menuju kemandirian PPKS.

15. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat

PPKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat

yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat

melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga memerlukan pelayanan sosial

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani dan rohani maupun

sosial secara memadai dan wajar.

16. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami

istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan

anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah

sampai dengan derajat ketiga.

Page 19: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

8 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

17. Telantar adalah kondisi seseorang yang tidak terpenuhi kebutuhan

dasarnya, tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak terurus.

18. Pekerja Sosial adalah seseorang yang memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan sosial serta telah mendapatkan

sertifikat kompetensi.

19. Pendamping Rehabilitasi Sosial adalah seseorang yang ditugaskan

untuk melakukan pendampingan kepada PPKS Rehabilitasi Sosial.

20. Operator Data Lanjut Usia adalah Petugas yang diberi tanggungjawab

untuk mencatat dan mengelola data lanjut usia sesuai unit satuannya.

21. Sentral Layanan Sosial Lanjut Usia adalah layanan sosial yang

terintegrasi bagi lanjut usia untuk dapat memenuhi kebutuhan dan

memperoleh solusi terhadap masalah yang dihadapi secara efektif, efisien

dan berkelanjutan melalui rujukan atau penyelesaian secara langsung.

22. Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia yang selanjutnya di

singkat dengan LKS LU adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial

yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk

oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak

berbadan hokum untuk memberikan pelayanan kepada lanjut usia.

23. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang sosial.

24. Data Terpadu adalah sistem data elektronik berisi nama dan alamat

yang memuat informasi sosial, ekonomi, dan demografi dari individu

dengan status kesejahteraan terendah di Indonesia.

25. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) adalah Sekumpulan

data terdiri atas Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteran Sosial (PPKS),

Penerima Bantuan dan Pemberdayaan Sosial, dan Potensi Sumber

Page 20: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

9 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Kesejahteraan Sosial yang dikelola dalam Sistem Informasi Kesejahteraan

Sosial Next Generation (SIKS Ng)

26. Balai Dan Loka Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia adalah Unit Kerja

Teknis yang berperan sebagai Pusat Koordinasi Regional Layanan Lanjut

Usia, dan pemberi layanan langsung dalam pelaksanaan Asistensi

Rehabilitasi Sosial

27. Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) adalah Lembaga yang dibentuk

oleh masyarakat untuk memberikan layanan langsung kepada lanjut usia

dan keluarganya

28. Graha Lanjut Usia adalah adalah Lembaga yang dibentuk oleh

pemerintah daerah untuk memberi layanan langsung kepada lanjut usia,

baik lanjut usia mampu, lanjut usia tidak mampu, lanjut usia potensial

dan lanjut usia tidak potensial.

29. Pegiat Lansia adalah individu atau organisasi yang menaruh perhatian

khusus dalam isu-isu kelanjutusiaan

30. Profesional adalah Individu atau kelompok yang memiliki keahlian

khusus dalam melakukan suatu kegiatan dengan cara yang spesifik,

tertentu sesuai dengan bidang yang dilakukan.

31. Keberfungsian Sosial adalah Suatu kondisi yang memungkinkan

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mampu memenuhi

kebutuhan dan hak dasarnya, melaksanakan tugas, dan peranan

sosialnya serta mengatasi masalah dalam kehidupannya

32. Penerima Manfaat adalah PPKS telah mendapat intervensi atau

layanan atau yang mendapat manfaat di bidang pelayanan kesejahteraan

sosial

33. Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah Seseorang yang dididik dan

dilatih secara professional untuk melaksanakan tugas pelayanan dan

Page 21: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

10 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja baik di

lembaga pemerintah maupun swasta yang ruang lingkup kegiatannya di

bidang kesejahteraan sosial.

34. Penyuluh Sosial adalah Seseorang yang mempunyai ruang lingkup,

tugas, tanggungjawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan

penyuluhan bidang pembangunan kesejahteraan sosial khususnya terkait

program atensi lanjut usia.

35. Relawan Sosial adalah Seseorang dan/atau kelompok masyarakat baik

yang berlatar bnelakang pekerjaan sosial maupun bukan berlatar

belakang pekerjaan sosial, tetapi melaksanakan kegiatan penyelengaraan

di bidang sosial bukan diinstansi sosial pemerintah atas kehendak sendiri

dengan atau tanpa imbalan.

D. Tujuan Pedoman

1. Panduan bagi Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, Balai dan Loka

Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota, Grha

Lanjut Usia dan Pusat Santunan Keluarga dalam Pelaksanaan Asistensi

Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia;

2. Panduan masyarakat umum dan pemangku kepentingan untuk membantu

peningkatan dalam pemenuhan hak-hak bagi lanjut usia.

E. Manfaat

1. Sebagai acuan bagi Balai dan Loka Rehabilitasi Sosial lanjut usia dalam

pelaksanaan program ATENSI;

2. Dapat dijadikan dasar bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan ATENSI;

3. Sebagai acuan bagi kementerian/lembaga terkait.

Page 22: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

11 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

BAB II

KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM

A. ANALISIS SITUASI

Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lanjut usia (penduduk usia 60 tahun ke

atas) telah mencapai 10%. Persentasenya bahkan semakin meningkat menjadi

16,5% pada tahun 2035, dan pada 100 tahun Indonesia merdeka mencapai

hampir 20%. Pada tahun 2045, penduduk lansia Indonesia mencapai 61,4 juta

orang dan berkontribusi sekitar 3% penduduk lansia dunia. (Sumber:BPS,

Bappenas Proyeksi, 2019).

Perkembangan penduduk lanjut usia di masa depan diprediksi dapat memicu

terjadinya Bonus Demografi Kedua. Tentunya kondisi ini dapat tercapai apabila

disertai dengan kualitas sumberdaya manusia yang unggul.

Gambar 2

Tren Persentase Lanjut Usia Indonesia, 1980-2100

811

1418

22 26 3257

91

5,4 6,3 7,2 7,6 8,5 9,511,1

17,9

29,7

0

5

10

15

20

25

30

35

0

50

100

150

200

250

300

350

1980 1990 2000 2010 2015 2020 2025 2045 2100

Presentase Usia Lanjut Usia

Populasi Usia 60+

Populasi Bawah Usia 60

Persentase Usia Lanjut terhadap total penduduk (%)

Page 23: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

12 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Saat ini Indonesia sudah memasuki periode Bonus Demografi Pertama, yang

secara demografis ditandai dengan rendahnya rasio ketergantungan (lebih kecil

atau sama dengan 50). Pada tahun 2020, rasio ketergantungan sebesar 45,5,

artinya dua orang penduduk usia kerja menanggung satu orang penduduk usia

bukan kerja. Kondisi ini sebenarnya dapat menguntungkan, jika penduduk usia

kerja tersebut benar-benar produktif, sehingga dapat menabung dan

menanggung usia lainnya.

Tabel 1

Perkembangan Penduduk Indonesia 1980-2045

INDONESIA 1980 2015 2020 2035 2045

Jumlah Penduduk (juta orang) 146,8 255,2 269,6 301 311,7

Jumlah Penduduk Usia 60+

(juta orang)

7,9 21,6 28,7 49,6 61,4

Persentase Lanjut Usia (persen) 5,4 8,5 10,6 16,5 19,7

Rasio Penduduk 60+

Perempuan/Laki-laki

1,09 1,12 1,13

Sumber: BPS Sensus Penduduk 1980, dan BPS, Bappenas Proyeksi

Gambar 2

Gambar 3

Data Lanjut Usia Menurut Tempat Tinggal, Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin, SUSENAS 2019

Page 24: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

13 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Penduduk lanjut usia juga perlu dilihat menurut rasio jenis kelamin, dengan

jumlah lanjut usia perempuan lebih banyak dibanding lanjut usia laki-laki. Apalagi

jika dilihat dari status sosial ekonominya, lanjut usia perempuan lebih berisiko

dibanding lanjut usia laki-laki, karena statusnya lebih rendah. LANJUT USIA yang

tinggal sendiri, terutama lanjut usia perempuan perlu mendapat perhatian.

Apalagi jika mereka hidup dalam keadaan miskin dan menggantungkan kehidupan

kepada orang lain. Selain itu, lanjut usia yang tinggal bersama keluarga, atau

bersama tiga generasi (lansia tinggal bersama anak dan cucu dalam satu rumah

tangga) perlu membangun hubungan yang harmonis antar generasi tersebut. Hal

ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kekerasan, dan penelantaran

terhadap lanjut usia yang dilakukan oleh anggota keluarga lanjut usia.

Gambar 4

Data Lanjut Usia Berdasarkan Status Tempat Tinggal

Page 25: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

14 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Dibandingkan kelompok umur lainnya, lanjut usia mempunyai tingkat kemiskinan

yang tinggi, terutama untuk lanjut usia perempuan. Dari data BPS tahun 2019,

diperoleh Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) 2019. Data tersebut

diperoleh dari hasil konfirmasi dengan data lanjut usia di lapangan menurut by

name by address.

Pada tahun 2019, terdapat 12,6 juta lanjut usia miskin dan rentan, yang terpilah

menjadi lanjut usia dalam keluarga (10,7 juta), dan di luar keluarga (1,9 juta).

Selain itu, terdapat 1,1 juta lanjut usia usia penerima Program Keluarga Harapan

(PKH).

Tabel 2

Persentase Kemiskinan Menurut Kelompok Umur, SUSENAS 2017

Page 26: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

15 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Gambar 5

Jumlah Lanjut Usia Menurut DTKS, 2019

Kesehatan lanjut usia merupakan salah satu faktor penting untuk diperhatikan,

dengan berbagai masalah yang perlu dikenali, yaitu:

1. Immunosenescence, penurunan sistem imun pada sebagian lanjut usia

terutama yang frail;

2. Multimorbiditas (memiliki banyak penyakit kronik degeneratif): Hipertensi

(Tekanan darah tinggi), Diabetes (Kencing Manis), Artritis, PJK, Stroke, Gagal

ginjal, Kanker;

3. Malnutrisi (kondisi gizi yang tidak seimbang). Lanjut usia cenderung memiliki

penurunan nafsu makan, berkurangan sistem indera perasa, lambatnya

pengosongan lambung;

4. Sarkopenia dan Frailty: penurunan massa, kekuatan, dan performa otot, jatuh

dan patah tulang.

Page 27: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

16 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Data Pusdatin Kemenkes tahun 2019, terdapat 44% lanjut usia Indonesia memiliki

Multimorbiditas. Penyakit yang terbanyak diderita lanjut usia antara lain;

hipertensi (3,5%), gangguan gigi geligi (53,6%), artritis (18%), gangguan oral

(17%), Diabetes Mellitus (5,7%), penyakit Jantung Koroner (4,5%), Stroke

(4,4%), Gagal Ginjal (0,8%), Keganasan (Kanker) sebanyak 0,4%. Selain itu,

penyakit yang perlu diwaspadai yaitu demensia/alzeimer. Meskipun

persentasenya masih kecil, namun meningkat terus. Tahun 2030 menjadi 0,74%,

meningkat dari 0,4% tahun 2015. Lanjut usia yang mengalami penyakit ini

memerlukan pendamping dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Umumnya setiap individu mengalami kemunduran fisik dan psikis seiring dengan

bertambahnya usia. Pada lanjut usia, ada yang mengalami penurunan kapabilitas

fungsional sehingga membutuhkan Perawatan Jangka Panjang (long-term care).

Lanjut usia yang memerlukan Perawatan Jangka Panjang (PJP) biasanya

memerlukan pendampingan atau perawatan oleh orang lain, misal oleh anggota

keluarganya atau perawat professional atau care giver. Namun biasanya lanjut

usia lebih menginginkan dirawat oleh pasangan dan anaknya (sebagai

pendamping) jika membutuhkan bantuan perawatan. Oleh karena itu, peran dari

keluarga (terutama pasangan dan anak) yang menjadi pendamping atau perawat

lanjut usia perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan dalam perawatan lanjut

usia.

Gambar 6

Harapan Lanjut Usia Terkait Pihak yang Merawat Saat Dibutuhkan,

Page 28: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

17 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Gambar 7

Persentase Gangguan Mobilitas dan Kapabilitas Lanjut Usia Indonesia,

SUSENAS 2017

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan dasar, melaksanakan tugas dan peranan sosial, serta

mengatasi masalah dalam kehidupannya.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya lajut usia yang dapat memenuhi kebutuhan dasar,

meliputi:

1) mampu melakukan perawatan diri (ADL)

2) mampu menghadapi masalah sosial psikologis

3) mampu melakukan aktualisasi diri sesuai potensi yang dimiliki

Page 29: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

18 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

4) mampu kembali ke keluarga

b. Meningkatnya keluarga lanjut usia yang mampu melaksanakan

perawatan/pengasuhan/perlindungan sosial

c. Meningkatnya komunitas/LKS yang mampu melaksanakan Asistensi

Rehabilitasi Sosial

d. Meningkatnya SDM yang mampu melaksanakan Asistensi Rehabilitasi

Sosial

C. Landasan Konseptual

1. Lanjut Usia dalam Perspektif Biopsikososial

Dalam the United Nations Principles for Older Persons (United Nations,

1998), terdapat 5 (lima) prinsip utama yaitu bagi kehidupan lanjut usia yaitu:

1) Independence; akses ke kebutuhan dasar, pekerjaan, pelatihan, lingkungan

yang aman, hak untuk tinggal di rumah selama memungkinkan, 2)

Partcipation; berbagi pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan sosial

dan kemasyarakatan, 3) Care; menjaga tingkat kesejahteraan fisik, mental,

dan emosional yang optimal, 4) Self-fulfilment; kesempatan untuk

mengembangkan potensi dengan akses pendidikan dan rekreasi, dan 5)

Dignity; hidup dalam martabat dan keamanan, diperlakukan secara adil dan

dihargai secara mandiri. Dengan demikian, secara lebih luas kehidupan lanjut

usia berada dalam perspektif biopsikososial. Perspektif biopsikososial-religius

merupakan perspektif yang paling banyak dipergunakan dan diterima dalam

berbagai aktivitas profesional pelayanan kemanusiaan termasuk bagi lanjut

usia. Untuk memahami lanjut usia secara utuh; pikiran, perilaku, perasaan,

harapan, aspirasi, keinginan, kebutuhan, penyakit, gangguan, maka harus

memahami lanjut usia itu dalam konteks situasi/lingkungan di mana ia berada

pada masa lalu dan masa kini.

Page 30: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

19 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Proses penuaan secara biologi merupakan perubahan fisik yang

menyebabkan berkurangnya efisiensi sistem organ tubuh manusia, seperti

jantung dan sistem sirkulasi. Beberapa tanda-tanda fisik lanjut usia merupakan

perubahan-perubahan dalam wujud fisik seperti; lambatnya tanggapan,

kehilangan keberfungsiaan motorik dan sensori, kecenderungan pada

keletihan yang lebih cepat, penurunan tenaga dan beberapa atau semua.Hal

ini kadang-kadang digabungkan dengan penyakit-penyakit kronik atau

progresif akibat suatu sifat ketidakmampuan.

Proses penuaan psikologis merujuk kepada perubahan dalam hal

proses sensori, persepsi dan keberfungsian mental (seperti memori,

pembelajaran dan intelegensi), kapasitas penyesuaian, dan kepribadian.

Perilaku orang lanjut usia sering dibandingkan dengan individu yang lebih

muda. Perbedaan yang tampak antara dua kelompok dilihat pada aspek-aspek

psikologis dari lanjut usia dalam aspek-aspek seperti kemampuan intelektual

mereka untuk belajar, pemecahan masalah dan berkreasi. Dalam hal

kepribadian manusia yang berhubungan dengan pertambahan usia, sering

individu muncul dengan citra diri dan konsep diri yang berbeda dari

imaginasinya. Hal ini dapat mempengaruhi sikap mentalnya yang akan

memberi pengaruh terhadap hubungannya dengan orang lain. Sering individu

menjadi menyadari dirinya, mereka dapat menarik diri dari kejadian-kejadian

sosial dan mulai menolak identitas yang menjadi miliknya dan memperkuat

apa yang dia percayai sebagai penyebab penolakan masyarakat pada dirinya,

yaitu melalui penekanan tentang kemudaan dan keindahan fisik.

Proses penuaan sosial (social aging) merupakan perubahan peranan

dan hubungan individu dalam struktur sosial misalnya dengan keluarga dan

kawan-kawan, dalam peranan yang berbayar dan tak berbayar, dan dengan

organisasi termasuklah kumpulan keagamaan dan politik. Seperti halnya

Page 31: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

20 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

proses penuaan biologi dan psikologi, dalam proses penuaan sosial ini peranan

sosial mereka dan hubungan mereka juga berkurang. Kebanyakan orang yang

hidup dalam abad lalu sampai dekade keempat dari kehidupan, dan sebab

kehidupan mereka berakar dalam sistem ekonomi yang tergantung pada

keluarga sebagai unit dari kehidupan, di sana selalu ada tempat lanjut usia

dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, termasuk sebagai orang tua dan

kakek-nenek. Akan tetapi, dengan perubahan yang terjadi melalui organisasi

dan industrialisasi, disana telah ada perpecahan keluarga. sebagai suatu unit

produksi. Dengan meningkatnya jumlah orang yang hidup ke dalam dekade

kehidupan selanjutnya, disana telah terjadi perubahan dalam struktur umur

dari sebuah masyarakat.

2. Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia

Salah satu fungsi dari Pelayanan Sosial adalah Rehabilitasi Sosial,

bahkan istilah pelayanan sering disatukan dengan istilah rehabilitasi sosial,

karena rehabilitasi sosial itu sendiri sudah merupakan suatu pelayanan. Namun

ada beberapa pelayanan yang bukan merupakan proses refungsionalisasi atau

pengembangan potensi individu, seperti pelayanan akomodasi, kesehatan dan

terapi khusus.

Dalam konteks pelayanan sosial bagi lanjut usia, tugas yang berkaitan

dengan rehabilitasi sosial adalah memperbaiki atau mengembalikan

keberfungsian sosial lanjut usia. Konsep keberfungsian sosial lanjut usia pada

intinya menunjuk pada kapabilitas lanjut usia, keluarga atau masyarakat

dalam menjalankan peran-peran sosial di lingkungannya. Konsepsi ini

mengedepankan nilai bahwa lanjut usia adalah subyek pembangunan, lanjut

usia memiliki kapabilitas dan potensi yang dapat dikembangkan dalam proses

pembangunan, lanjut usia memiliki dan/atau dapat menjangkau,

Page 32: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

21 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

memanfaatkan, dan memobilisasi asset dan sumber-sumber yang ada di

sekitar dirinya.

3. Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia

Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia dilaksanakan dengan berbasis

keluarga, komunitas, dan residensial. Pelayanan sosial yang diberikan kepada

lanjut usia melalui pendekatan continuum of care, yaitu pelayanan secara

berkesinambungan dan komprehensif di sepanjang siklus hidup. Pada

pendekatan tersebut, terdapat tiga hal utama yang dapat dilakukan yaitu:

1. Primer, ditujukan untuk pencegahan

Kegiatan yang dapat dilakukan melalui pemberian pendidikan,

informasi/kampanye sosial, sensitisasi (Webinar, Baliho/Spanduk/ Poster,

Dialog interaktif di media, Kampanye Sosial, dan sebagainya)

2. Sekunder, ditujukan untuk penguatan keluarga

Kegiatan yang dapat dilakukan melalui pemberian dukungan keluarga

(PKH, BPNT/BSP, BST, SEMBAKO), dan intervensi dini (TRC,FDS, RBM).

Selain itu pemberian layanan dukungan/terapi fisik, psikososial, mental

spiritual dan penghidupan

3. Tersier, ditujukan untuk pegasuhan/perawatan, dan perlindungan

Kegiatan yang dapat dilakukan melalui intervensi krisis, terapi fisik,

psikososial, mental spiritual dan penghidupan, dukungan keluarga secara

intensif (family based care), layanan di luar keluarga inti (community based

care: community services organization), layanan residensial (balai/loka,

panti).

Page 33: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

22 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

D. Kebijakan Rehabilitasi Sosial

1. Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak pemerlu

pelayanan kesejahteraan sosial;

2. Penguatan sistem rehabilitasi sosial yang terintegrasi dengan jaminan

sosial, pemberdayaan sosial & perlindungan sosial penerima manfaat;

3. Perluasan jangkauan rehabilitasi sosial penerima manfaat berbasis

keluarga, komunitas dan/atau residensial;

4. Penguatan kapasitas & kelembagaan Balai Rehabilitasi Sosial dan LKS;

5. Peningkatan kampanye sosial melalui kampanye pencegahan, publikasi,

sosialisasi, edukasi dan penyebarluasan informasi program rehabilitasi

sosial di seluruh sector dan masyarakat;

6. Peningkatan peran masyarakat dan swasta dalam pelayanan rehabilitasi

sosial.

E. Strategi

a. Asistensi rehabilitasi Sosial Lanjut usia (ATENSI), memperkuat

pelaksanaan Rehabilitasi Sosial berbasis keluarga, komunitas dan

residensial

b. Renovasi Balai/Loka untuk Tahun 2021, dengan memperhatikan

prioritas bangunan dan peralatan yang rusak berat dan layanan

langsung kepada Lanjut Usia, serta PPKS lainnya seperti Anak,

Penyandang Disabilitas,

c. Piloting SERASI, Memastikan Lanjut Usia terpenuhi hak dasarnya dan

dalam perlindungan keluarga melalui Layanan ATENSI.

d. Kampanye Nasional Menggunakan Multimedia dan dilaksanakan secara

massif terkait dengan pencegahan masalah sosial.

Page 34: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

23 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

e. Standarisasi balai/Loka/LKS/Pusaka/Panti Sosial (Penguatan Lembaga

dan SDM, Akreditas LKS LU dan Sertifikasi Pendamping Rehabilitasi

Sosial)

F. Komponen Program

Program Rehabiliasi Sosial meliputi layanan

a. Tidak langsung; dan

b. Langsung

Layanan Tidak Langsung dilaksanakan melalui:

1) peningkatan kampanye sosial melalui kampanye pencegahan, publikasi,

sosialisasi, edukasi, dan perluasan informasi Rehabilitasi Sosial di

seluruh sector masyarakat;

2) bimbingan teknis kompetensi bagi pengelola dan Pendamping

Rehabilitasi Sosial;

3) refleksi kebijakan;

4) supervisi, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan;

5) perumusan pedoman umum dan pedoman operasional;

6) rapat koordinasi teknis; dan

7) advokasi sosial

Layanan langsung dilakukan melalui ATENSI dalam bentuk:

1) dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak;

2) perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak;

3) dukungan keluarga;

4) terapi fisik, terapi psikososial, dan terapi mental spiritual;

5) pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan;

6) bantuan sosial dan asistensi sosial; dan

Page 35: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

24 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

7) dukungan aksesibilitas

G. Prinsip

Layanan Atensi diberikan berdasarkan prinsip yaitu:

1. Prinsip multifungsi layanan

Pelaksanaan ATENSI merespon ragam masalah sosial yang membutuhkan

penanganan segera atau mendesak untuk dilayani.

2. Holistik.

Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI harus memandang individu Lanjut Usia

sebagai bagian dari kesatuan sistem biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual.

3. Sistematik

Untuk memastikan tahapan program ATENSI yang terencana melalui manajemen

kasus sehingga dapat dievaluasi outcome dan impactnya.

4. Terstandar

Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

5. Berbasis hak

Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI memperhatikan norma dan prinsip hak asasi

manusia.

6. Multiprofesi

Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI melibatkan profesi lain guna meningkatkan

efektivitas program bagi penerima manfaat.

7. Multilevel intervensi

Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI diberikan kepada individu, keluarga,

komunitas, dan masyarakat.

8. Multiaktor kolaborasi

Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI tidak hanya dilaksanakan Pekerja Sosial

namun melibatkan sumber daya manusia kesejahteraan sosial lainnya.

Page 36: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

25 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

9. Dinamis

Untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi ATENSI harus

memperhatikan segala sesuatu atau kondisi yang berubah, bergerak secara aktif,

dan berkembang di masyarakat.

10. Integratif

Untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ATENSI harus

mempertimbangkan seluruh aspek Lanjut Usia secara satu kesatuan dan bukan

terpisah-pisah.

11. Komplementer

Untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ATENSI harus menyatu

dan bersinergi untuk saling melengkapi dalam pemenuhan kebutuhan PPKS.

12. Berjejaring

Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI harus mampu memanfaatkan dan bekerja

sama dengan potensi sumber daya yang tersedia di pemerintah daerah dan

masyarakat.

Page 37: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

26 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

BAB III

PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL

A. Tujuan

Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial bertujuan untuk mencapai

Keberfungsian Sosial individu, keluarga, dan komunitas dalam:

1. Memenuhi kebutuhan dan hak dasar;

2. Melaksanakan tugas dan peranan sosial; dan

3. Mengatasi masalah dalam kehidupan.

B. Sasaran

1. Lanjut Usia dan Keluarga

2. Balai dan Loka Lanjut Usia

3. UPTD atau PSTW Lanjut Usia

4. Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)

5. Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA)

6. Posyandu Lansia

7. Komunitas Lanjut Usia

8. Pegiat Lanjut Usia

9. Mitra Lanjut Usia

10. Kementerian/Lembaga Terkait

11. Pemerintah Daerah

12. Dunia Usaha

13. Profesional

14. Generasi Muda

15. Lembaga Pendidikan

Page 38: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

27 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

C. Komponen Program Rehabilitasi Sosial Layanan Tidak Langsung

Layanan tidak langsung Program Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia yang

dilaksanakan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia dalam bentuk

kegiatan:

1. Peningkata Kampanye Sosial melalui kampanye pencegahan,

publikasi, sosialisasi, edukasi dan perluasan informasi Rehabilitasi

Sosial di seluruh sector masyarakat

Kampanye merupakan suatu proses dirancang secara sadar, bertahap dan

berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan

mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan. Kampanye sosial

didesain sebagai upaya pencegahan masalah sosial dan peningkatan

kesejahteraan sosial lanjut usia. Kampanye sosial dilaksanakan dengan

dengan berbagai metode komunikasi, edukasi dan pemberdayaan dengan

melibatkan berbagai pihak yang mendukung dan berpengaruh dalam

komunikasi publik.

2. Bimbingan Teknis Kompetensi bagi pengelola dan Pendamping

Rehabilitasi Sosial

Bimbingan teknis dilaksanakan untuk peningkatan kapasitas sumber daya

yang terlibat dalam pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial berupa

pemberian materi spesifik untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan teknis.

3. Refleksi Kebijakan

Pelaksanaan Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia akan mendapatkan

umpan balik dari berbagai pihak. Oleh karenanya perlu dilakukan feleksi atas

Page 39: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

28 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

berbagai masukan yang ada dan kemudian dirumuskan dalam kebijakan yang

lebih baik dimasa yang akan datang.

4. Supervisi, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Supervisi dilakukan untuk memastikan Program Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia

melalui Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia berjalan sesuai dengan

pedoman umum dan pedoman pelaksanaan yang berlaku. Selain itu perlu

dilakukan pemantauan, pengawasan dan evaluasi untuk memberikan

masukan kepada berbagai pihak dalam rangka meningkatkan layanan dengan

lebih baik. Semua kegiatan yang dilaksanakan dibuatkan laporannya secara

berjenjang.

5. Perumusan Pedoman Umum dan Pedoman Operasional

Pedoman operasional merupakan turunan dari Peraturan Menteri Sosial

Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial yang kemudian

dijabarkan ke dalam Pedoman Umum Asistensi Rehabilitasi Sosial. Pedoman

operasional memuat tentang pedoman pelaksanaan Asistensi Rehabilitasi

Sosial Lanjut Usia bagi Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, Balai dan

Loka serta Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia sebagai mitra dalam

layanan kesejahteraan sosial di masyarakat.

6. Rapat Koordinasi Teknis

Rapat koordinasi teknis merupakan upaya pembahasan bersama dalam

penanganan permasalahan yang merupakan tanggung jawab berbagai

pemangku kepentingan terkait. Kegiatan rapat koordinasi teknis bertujuan

untuk terjalinnya koordinasi yang baik antar pemangku kepentingan dan

terlaksananya ATENSI yang komprehensif dengan pihak-pihak terkait.

Page 40: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

29 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

7. Advokasi Sosial

Advokasi sosial dilakukan secara sistematik dan terorganisir untuk

mempengaruhi, dan meyakinkan pemangku kepentingan dalam

melaksanakan tugas dan peran tanggung jawabnya dalam pemenuhan hak-

hak lanjut usia.

D. Indikator Kinerja Program

4. Meningkatnya kemampuan lanjut usia, keluarga dan masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan dasar, melaksanakan tugas peranan sosial,

mengatasi masalah dalam kehidupan.

5. Meningkatnya kapasitas SDM dan Lembaga Pelaksana Penanganan Lanjut

Usia;

6. Meningkatnya kesadaran masyarakat dan pemangku kepentingan dalam

pelaksanaan program lanjut usia;

Page 41: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

30 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

BAB IV

PELAKSANAAN ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL

A. Tujuan

1. Memberikan pelayanan sosial terpadu dan berkelanjutan bagi lanjut usia,

keluarga, komunitas atau LKS LU;

2. Memberikan perlindungan kepada Lanjut Usia;

3. Meningkatkan kualitas pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia;

4. Menjangkau Lanjut Usia dan Keluarga Lanjut Usia yang mengalami masalah

sosial;

5. Menjangkau Lanjut Usia dan lingkungan sosialnya.

B. Sasaran dan Kriteria

Sasaran Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) lanjut usia meliputi lanjut

usia, keluarga, dan masyarakat. Adapun kriteria lanjut usia penerima ATENSI

yang utama adalah lanjut usia yang mengalami masalah sosial berupa

kemiskinan, ketelantaran, disabilitas, keterpencilan, tuna sosial dan

penyimpangan perilaku, korban bencana, dan korban tidak kekerasan,

eksploitasi, dan diskriminasi serta lanjut usia yang mengalami hambatan dalam

fungsi sosialnya. Penerima ATENSI lainnya selain tersebut di atas juga dapat

diberikan kepada Lanjut Usia yang memiliki prestasi dan karya bagi bangsa dan

negara dan layak mendapat penghargaan dan penghormatan.

Sasaran Keluarga adalah keluarga lanjut usia yang merupakan keluarga

kandung lansia, baik anak, cucu, kakak/adik kandung lanjut usia. Apabila lanjut

usia tidak memiliki keluarga kandung lagi, maka orang-orang disekitar lanjut usia

seperti tetangga, ketua lingkungan setempat atau tokoh tokoh masyarakat

setempat bisa menjadi keluarga pengganti. Hal ini berarti sasaran layanan bisa

Page 42: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

31 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

ditujukan kepada keluarga kandung atau keluarga pengganti sebagai tempat

lanjut ujsia mendapat perawatan, perhatian dan kasih sayang.

Sasaran Komunitas adalah kelompok khusus yang ada dan tinggal

disekitar lanjut usia. Komunitas diantaranya LKS Lanjut Usia/ Pusat Santunan

Keluarga, Karang Werdha, dan berbagai jenis organisasi yang dibentuk

masyarakat untuk memberi perhatian khusus kepada lanjut usia

Sasaran Residensial adalah pelayanan berbasis residensial merupakan

alternatif terakhir setelah pelayanan berbasis komunitas dan keluarga. Layanan

residensial melalui Balai/Loka Rehsos, Panti Rehsos atau PUSAKA/LKS LU

menjadi kebutuhan bagi lanjut usia yang tidak memiliki keluarga atau

ditelantarkan oleh keluarga atau keluarga yang tidak mampu merawat lanjut

usia karena permasalahan ekonomi dan sosial. Perawatan Residensial di

Balai/Loka/Panti atau LKS dapat menjamin kualitas kesejahteraan sosial lanjut

usia bagi terpenuhinya kebutuhan fisik, psikologis dan sosial lanjut usia yang

dilaksanakan secara temporer. Layanan residensial adalah alternative terakhir

maka UPT Pusat sebagai centerlink/SERASI harus memfokuskan layanannya

dalam mendukung keterbatasan kapasitas UPT Daerah dan LKS.

C. Komponen Atensi

1. Dukungan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak.

Dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak bagi lanjut usia merupakan

upaya untuk membantu memenuhi standar kebutuhan PPKS untuk dapat

hidup layak secara fisik, mental, dan psikososial. Dukungan pemenuhan

kebutuhan hidup layak dilakukan dengan cara memberikan bantuan sosial,

bantuan sarana dan prasarana dasar, serta bantuan kebutuhan dasar lainnya.

Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi:

Page 43: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

32 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

a) Kebutuhan sandang/pakaian;

b) Kebutuhan pangan/makanan atau nutrisi;

c) Kebutuhan papan/ tempat tinggal;

d) Kebutuhan Kesehatan;

e) Kebutuhan interaksi dengan orang lain;

f) Kebutuhan kasih sayang;

g) Kebutuhan hukum/rasa aman/perlindungan;

h) Kebutuhan spiritual;

i) kebutuhan hiburan/rekreasi;

j) kebutuhan apresiasi/pengakuan;

k) kebutuhan pendidikan.

2. Perawatan Sosial.

Perawatan sosial merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang,

kelekatan, keselamatan, kesejahteraan yang permanen dan berkelanjutan

bagi lanjut usia guna meningkatkan kualitas hidup, dan berperan secara aktif

di lingkungan sosialnya. Kegiatan perawatan sosial dilakukan secara individu

maupun berkelompok baik yang dilakukan di lingkungan keluarga maupun di

luar lingkungan keluarga. Perawatan sosial dapat dilakukan oleh keluarga

serumah, tetangga atau pendamping khusus.

Kegiatan yang dilakukan dalam perawatan sosial diantaranya membantu

lanjut usia melakukan aktivitas sehari-hari mulai dari bangun tidur di pagi hari

sampai kembali tidur di malam hari. Jenis kegiatan perawatan sosial

disesuaikan dengan kondisi lanjut usia dan kondisi lingkungannya.

Page 44: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

33 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

3. Dukungan Keluarga.

Dukungan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan terhadap anggota

keluarga berupa dukungan emosional, pengetahuan, dan keterampilan

perawatan sosial, keterampilan berelasi dalam keluarga, serta dukungan

untuk memahami masalah yang dihadapi. Dukungan keluarga dlakukan

dengan memberikan pendampingan kepada keluarga dan/atau penguatan

kapabilitas dan tanggungjawab sosial keluarga serta memberikan bantuan

perlengkapan bagi keluarga atau anggota keluarga.

Dukungan terhadap keluarga sendiri meliputi mediasi keluarga,

preservasi keluarga, reunifikasi, lingkar dukungan antar keluarga, dukungan

kelompok sebaya dan/atau temu penguatan lansia dan keluarga. Dukungan

terhadap keluarga pengganti meliputi reintegrasi, fasilitasi pengasuhan oleh

keluarga pengganti, Lembaga rujukan berbasis temporary shelter, dan/atau

advokasi sosial.

4. Terapi Fisik, terapi Psikososial, dan Terapi Mental Spiritual

Terapi merupakan upaya untuk mengoptimalkan, memelihara, dan mencegah

kerusakan atau ganguan pada fungsi fisik, mental spritual, psikososial.

a) Terapi yang dapat dilakukan meliputi Terapi fisik, psikososial, dan mental

spiritual. Terapi fisik dilakukan dengan cara Latihan terapeutik, pijat, urut

dan terapi elektronik, dukungan alat bantu, serta pelatihan dan terapi

olahraga.

b) Terapi psikososial merupakan kumpulan terapi untuk mengatasi masalah

yang muncul dalam interaksi PPKS dengan lingkungan sosialnya baik

keluarga, komunitas, maupun masyarakat. Terapi Psikososial dilakukan

dengan cara melakukan berbagai terapi untuk mengatasi masalah yang

Page 45: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

34 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

berkaitan dengan aspek kognisi, psikis, dan sosial, serta dukungan alat

bantu.

c) Terapi mental spiritual merupakan terapi yang menggunakan nilai nilai

moral , spiritual, dan agama untuk menyelaraskan pikiran, tubuh, dan jiwa

dalam upaya mengatasi kecemasan dan depresi. Terapi menta spiritual

dilakukan dengan cara meditasi, terapi seni, ibadah keagamaan, dan atau

terapi yang menekankan harmoni dengan alam, serta dukungan alat

bantu.

5. Pelatihan Vokasional dan/atau Pembinaan Kewirausahaan

Pelatihan vokasional merupakan usaha pemberian keterampilan kepada

lanjut usia agar mampu hidup mandiri dan produktif. Pelaksanaan kegiatan

ini dilakukan dengan cara pengembangan dan penyaluran minat, bakat,

potensi, dan menciptakan aktifitas yang produktif, akses modal usaha

ekonomi, bantuan kemandirian, bantuan sarana dan prasarana produksi,

serta mengembangan jejaring pemasaran.

6. Bantuan Sosial dan Asistensi Sosial

Bantuan Sosial merupakan bantuan berupa uang , barang, atau jasa kepada

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan

atau rentan terhadap risiko sosial. Asistensi Sosial merupakan bantuan berupa

uang, barang, jasa pelayanan, dan/atau jaminan sosial kepada seseorang,

keluarga, kelompok atau masyarakat yang berpendapan rendah sampai

dengan berpendapatan tinggi.

Page 46: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

35 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

7. Dukungan Aksesibilitas

Merupakan upaya untuk membantu lanjut usia sehingga memperoleh akses

yang setara terhadap peralatan, pelayanan public, serta lingkungan fisik dan

non fisik. Dukungan aksesibilitas dilakukan dengan cara melaksanakan

sosialisasi, fasilitasi, dan advokasi sosial kepda pemanu kepentingan serta

penyediaan sarana dan prasarana yang memenuhi standar aksesibilitas.

D. Pendekatan Atensi

Layanan langsung Program Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia dilaksanakan

dalam bentuk Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (ATENSI-LU) oleh Balai dan

Loka lingkup Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. Dalam melaksanakan

layanan kepada PPKS Balai dan Loka dapat melaksanakan layanan secara

langsung dan tidak langsung dengan bermitra dengan Unit Pelaksana Teknis

Daerah dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia (LKS-LU / PUSAKA).

Pemberian layanan ATENSI-LU menggunakan metode manajemen kasus.

Manajemen kasus merupakan suatu langkah sistematis untuk mengatur dan

melakukan layanan dalam rangka mengatasi masalah perlindungan dan/atau

kesejahteraan yang kompleks terkait PPKS secara tepat, sistematis, dan tepat

waktu melalui dukungan langsung dan rujukan sesuai dengan tujuan pelayanan.

Dalam hal terjadi situasi darurat, layanan ATENSI-LU dapat diberikan melalui

respon kasus.

Program Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia dapat dilaksanakan dengan Asistensi

Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (ATENSI-LU) dalam bentuk:

1. Pendekatan Berbasis Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat dan merupakan

lembaga sosialisasi pertama serta utama dalam masyarakat yang mempunyai

Page 47: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

36 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

peranan penting dalam mewujudkan kesejahteraan anggotanya. Keluarga

memiliki peran bagi lanjut usia sebagi tempat untuk memenuhi kebutuhan

fisik dan psikis lanjut usia, memberikan perlindungan yang utama lanjut usia,

membantu lanjut usia menjalankan peran dan mengaktualisasikan diri.

Keluarga yang baik, harmonis dan bahagia dapat meningkatkan kualitas

kesejahteraan sosial lanjut usia melalui perawatan sedangkan keluarga yang

tidak peduli, tidak harmonis, dan penuh konflik akan berisiko bagi kesehatan

fisik dan psikis lanjut usia. Keluarga merupakan tempat terbaik bagi lanjut

usia. Dengan demikian, dukungan keluarga kepada lanjut usia harus

diperkuat agar terwujudnya pemenuhan hak dan kebutuhannya.

ATENSI-LU berbasis keluarga dilakukan dengan 3 (tiga) cara di antaranya sebagai

berikut:

a. Pendampingan Keluarga

Pendampingan keluarga merupakan upaya yang dilakukan oleh pekerja sosial

atau pendamping lanjut usia dalam mengatasi masalah yang terjadi pada lanjut

usia dan keluarga. Adapun upaya tersebut dapat dilakukan melalui konsultasi

keluarga, terapi/konseling keluarga dan pertemuan/ musyawarah keluarga.

b. Penguatan Kapasitas Keluarga

Penguatan kapasitas keluarga merupakan upaya yang dilakukan oleh pekerja

sosial atau pendamping lanjut usia dalam pemberian pengatahuan, pemahaman

dan peningkatan keterampilan keluarga. Adapun upaya tersebut dapat dilakukan

melalui edukasi atau pelatihan bagi keluarga yang memiliki lanjut usia dalam

kondisi sakit menahun, pelatihan keterampilan bagi lanjut usia potensial dan

keluarga dan perawatan jangka panjang bagi lanjut usia yang tinggal sendiri di

dalam rumah tangga.

Page 48: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

37 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

c. Dukungan Keluarga Pengganti

Dukungan keluarga pengganti merupakan upaya peningkatan perlindungan

sosial dan pemenuhan hak serta kebutuhan. Adapun upaya tersebut dapat

dilakukan melalui:

(1) Mediasi keluarga (family mediation), yaitu mediasi keluarga dengan lanjut

usia

(2) Pengembalian fungsi keluarga (family preservation), yaitu

mengembalikan fungsi keluarga lanjut usia

(3) Reunifikasi (reunification), yaitu reunifikasi lanjut usia dengan keluarga

(4) Lingkungan pertemanan (circle friends), yaitu pertemanan lanjut usia

dengan sesama lanjut usia, anak dan tetangga lanjut usia

(5) Keluarga asuh (foster family), yaitu keluarga dekat atau tetangga yang

menjadi pengganti keluarga kandung bagi lanjut usia dan berperan dalam

perawatan lanjut usia sepanjang hidup lanjut usia.

(6) Dukungan masyarakat (community support), yaitu dukungan masyarakat

terhadap lanjut usia.

Sebagai penguatan DUkungan Keluarga pemerintah menyalurkan Bantuan

sosial bagi lanjut usia diantaranya disalurkan melalui Program Keluarga

Harapan (PKH) komponen kesejahteraan sosial lanjut usia, Bantuan Pangan

Non Tunai (BPNT). Pemberian bantuan sosial bagi lanjut usia dikhususkan

bagi lanjut usia yang terdaftar dalam DTKS dan telah memenuhi eligibilitas

program tersebut.

Dalam pelaksanaan ATENSI LU, untuk mendukung komplementaritas

program bantuan sosial dan mendorong percepatan lanjut usia keluar dari

status kemiskinan dan ketelantaran serta meningkatkan peran keluarga

dalam perawatan lanjut usia, balai/loka rehabilitasi sosial lanjut usia akan

Page 49: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

38 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

menyalurkan bantuan stimulan kepada lanjut usia dan keluarga sesuai hasil

manajemen kasus.

2. Pendekatan Berbasis Komunitas

Setiap komunitas atau Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)

mempunyai potensi untuk mengatasi masalah kesejahteraan sosial yang ada

secara mandiri dengan mengorganisisr diri untuk mengelola sumber daya

manusia, alami dan sosialnya. Adapun peran komunitas atau LKS antara lain

sebagai berikut :

a. Komunitas merupakan lingkungan terdekat bagi lanjut usia dalam

pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis;

b. Komunitas yang memiliki kesadaran bersama akan melindungi lanjut usia

dari kerentanan dan diskriminasi;

c. LKS-LU / PUSAKA menjadi penggerak utama bagi keluarga dan komunitas

untuk melakukan perawatan sosial bagi lanjut usia ;

d. Komunitas adalah yang terdekat dengan keluarga lanjut usia. Maka,

komunitas harus dikuatkan melalui LKS agar lebih sensitif dan responsif

dalam mencegah dan menyelesaikan permasalahan yang dialami lanjut

usia.

Dalam pelaksanaan ATENSI LU berbasis Komunitas atau LKS,

pemerintah akan bekerja bersama LKS LU/PUSAKA untuk meningkatkan

upaya perlindungan dan kesejahteraan lanjut usia. Kerjasama danupaya

peningkatan tersebut salah satunya pendataan dan pendaftaran Lansia dalam

DTKS agar dapat mengakses bantuan sosial PKH dan BPNT. Dengan

terdaftarnya lanjut usia ke dalam DTKS dan memenuhi eligibilitas yang

ditetapkan, maka setiap lanjut usia dapat menerima Bantuan Sosial PKH dan

BPNT.

Page 50: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

39 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

3. Pendekatan Berbasis Residensial

Pelayanan berbasis institusi/ residensial merupakan alternatif terakhir

setelah pelayanan berbasis keluarga dan komunitas. Layanan residential

melalui Balai Rehsos, Panti Rehsos atau LKS menjadi kebutuhan bagi lanjut

usia yang tidak memiliki keluarga atau ditelantarkan oleh keluarga atau

keluarga yang tak mampu merawat lanjut usia karena permasalahan

ekonomi, sosial atau masalah lainnya. Perawatan di Panti atau LKS

diharapkan dapat menjamin kualitas kesejahteraan sosial bagi terpenuhinya

kebutuhan fisik, psikologis dan sosial lanjut usia yang dilaksanakan secara

temporer.

UPT Pusat (Balai/Loka) dapat berperan sebagai centrelink/ SERASI

yang memfokuskan pelayanan kepada peningkatan kapasitas UPT Daerah

dan LKS pada penguatan dukungan keluarga agar lanjut usia terlantar/rentan

dapat sesegera mungkin kembali kepada keluarga. Dalam membantu UPTD

dan LKS untuk memberikan layanan residential, balai/loka juga telah

dilengkapi dengan sarana dan prasarana untuk memberikan layanan

residential yang memadai, namun demikian layanan residential yang

diberikan bersifat terbatas (temporary). Masa tinggal lanjut usia selama

menerima layanan residential di balai/loka ditentukan oleh hasil manajemen

kasus dan pembahasan kasus (case conferences) dari lanjut usia tersebut.

E. Jangka Waktu Pelaksanaan Atensi

Jangka waktu pelaksanaan Asistensi Rehabilitasi Sosial disesuaikan dengan

hasil assessment yang dilakukan oleh Pekerja Sosial bekerja sama dengan

unsur professional lainnya. Masa pelaksanaan Atensi disesuaikan dengan

kontrak layanan antara Lanjut Usia sebagai Penerima Layanan dan Lembaga

Layanan.

Page 51: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

40 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

F. Pendamping Rehabilitasi Sosial

Pendamping Rehabilitasi Sosial adalah tenaga kesejahteraan sosial terlatih

terdiri dari Pekerja Sosial, Penyuluh Sosial, Caregiver atau Pelaku Rawat baik

yang berbayar maupun sukarela dan pegiat (termasuk relawan)

kelanjutusiaan.

1. Persyaratan

a) Warga Negara Indonesia;

b) Memahami tugas fungsi dan wewenangnya;

c) Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam layanan terhadap

lanjut usia;

d) Mematuhi aturan yang berlaku.

2. Tugas Pokok dan Fungsi

a) Tugas Pokok: memberikan pelayanan kepada lanjut usia;

b) Fungsi: memberikan perawatan kepada lanjut usia dan bekerja

sama dengan tenaga profesional di bidang kesehatan, keagamaan,

psikologi, sosial, vokasional, okupasi, mental spiritual, fisioterapi,

kewirausahaan, Pendidikan, kesenian dan kebudayaan.

3. Ruang Lingkup

a) Berbayar adalah kegiatan pendamping yang ditentukan oleh

profesionalitas tertentu tentang lansia tetapi dengan imbalan.

b) Sukarela adalah kegiatan pendamping yang dilakukan dengan

keikhlasan tanpa imbalan apapun dari pihak manapun.

c) Temporary adalah kegiatan pendamping yang dilakukan sewaktu-

waktu/ berbatas waktu.

Page 52: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

41 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

d) Rutin adalah kegiatan pendamping yang selalu dilakukan secara

berkesinambungan, terjadwal dan terus menerus.

e) Kerjasama adalah kegiatan pendamping yang dilakukan antar dan

inter pihak yang disepakati Bersama.

4. Peningkatan Kapasitas

a) Sosialisasi adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat,

Balai dan Loka untuk memberikan informasi baru, kebijakan baru

atau regulasi baru kepada Pemerintah Daerah dan Masyarakat

khususnya terkait ATENSI. Pelaksanaan kegiatan Sosialisasi dapat

dilakukan mellaui pertemuan langsung (offline) ataupun

pertemuan secara daring (Online)

b) Bimbingan Teknis adalah kegiatan yang diberikan kepada

pendamping untuk meningkatkan kapasitas melalui bimbingan

terbatas yang dilaksanakan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial

Lanjut Usia/ Instansi lain yang memiliki kapasitas untuk hal

tersebut.

c) Pelatihan adalah kegiatan yang diberikan kepada pendamping

untuk meningkatkan kapasitas melalui Pendidikan Khusus dengan

jangka waktu tertentu.

d) Kursus adalah kegiatan yang dilakukan oleh para pendamping

untuk meningkatkan kapasitas melalui Pendidikan singkat.

e) Otodidak adalah kegiatan yang dilakukan oleh para pendamping

untuk meningkatkan kapasitas melalui pengalaman dan

pembelajaran secara mandiri.

G. Pendataan

Page 53: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

42 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Sumber data penerima layanan ATENSI berasal dari Data Terpadu

Kesejahteraan Sosial (DTKS). Dalam hal penerima layanan ATENSI tidak

terdapat dalam DTKS, layanan tetap dapat diberikan dengan ketentuan

penerima layanan ATENSI harus segera dilaporkan ke dinas sosial daerah

provinsi , dinas sosial daerah kabupaten/kota, atau Kementerian Sosial untuk

diusulkan masuk ke dalam DTKS. Tata cara pendaftaran PPKS dalam DTKS

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

H. Pembinaan dan Pengawasan

Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan ATENSI

di daerah provinsi. Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melaksanakan

pembinaan dan pengawasan penerapan ATENSI di daerah kabupaten/kota.

Dalam hal melakukan pembinaan dan pengawasan, gubernur sebagai wakil

pemerintah pusat:

a. Belum mampu melakukan pembinaan dan pengawasan teknis, Menteri

berdasarkan permintaan bantuan dari gubernur sebagai wakil

pemerintah pusat melakukan pembinaan dan pengawasan

penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/ kota sesuai

dengan kewenangan masing-masing; atau

b. tidak melakukan pembinaan dan pengawasan teknis, Menteri

berdasarkan telaahan hasil pembinaan dan pengawasan melakukan

pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota

sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Menteri dalam melakukan pembinaan dan pengawasan teknis sesuai dnegan

kewenangannya berkoordinasi dengan Menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang dalam negeri.

Page 54: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

43 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

I. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dilaksanakan untuk menjamin ketepatan sasaran,

pemanfaatan program, kesinambungan dan efektivitas langkah secara

terpadu, yang dilakukan secara berkala baik langsung maupun tidak langsung

melalui kunjungan dan observasi terhadap pelaksanaan ATENSI lanjut usia.

Pemantauan bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan

dan pelaksanaan ATENSI lanjut usia sebagai bahan untuk melakukan

evaluasi. Pemantauan dilakukan secara berjenjang mulai dari pemerintah

pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

Evaluasi pelaksanaan ATENSI dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah

provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

Gambar 8

Logical Framework Dalam Pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia

Page 55: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

44 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Dalam pelaksaan pemantauan dan evaluasi ATENSI Lanjut Usia perlu

mempertimbanhgkan komponen penting dalam pelaksanaan Agtensi yaitu:

komponen (1) Situasi, (2) Input, (3) Aktivitas, (4) Subyek, (5) Output dan (6)

Outcome atau Kinerja.

(1) Situasi

Pelaksanaan pemantauan di awal sangat penting melihat bagaimana situasi

nyata kondisi lanjut usia saat ini, pelayanan saat ini. Proses pemantauan dapat

melihat dan menggambarkan baik secara kuantitatif dan kualitatif

diangtaranya apakah layanan lanjut usia sudah terintegrasi atau masih

fragmentaris, apakah respon diberikan hanya pada saat masalah muncul

(reaktif/kuratif) atau apakah sudah dilakukan upaya upaya pencegahan atau

mitigasi agar lanjut usia tidak berada dalam situasi yang telantar atau

mengalami disfungsi sosial/. Aspek lainnya menyangkut situasi yang perlu

dilakukan pemantauan adalah apakah layanan masih terbatas pada layanan

tunggal atau sudah berada pada layanan komprehensif.

(2) Input

Langkah selanjutnya dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi perhatikan

input berupa aspek regulasi yang ada apakah regulasi sudah mendukung

terlaksananya ATENSI dengan optimal, apakah anggaran sudah tersedia

dengan optimal baik APBN atau APBD, apakah Sumber Daya Manusia yang

tersedia sudah memiliki kapasitas dalam melaksanakan ATENSI lanjut Usia,

kemudian bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia untuk

melaksanakan ATENSI .

(3) Aktivitas

Komponen Aktifitas juga bagian yang sangat penting untuk dilakukan

pemantauan terkait dengan berjalannya ATENSI. Pelaksana atau unsur

pengambil kebijakan harus melihat apakah Aktivitas yang dilakukan dalam

Page 56: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

45 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

pelaksanaan ATENSI, diantaranya 7 komponen pelayanan langsung yang

dilakukan oleh Balai/Loka Lanjut Usia sudah dilaksanakan sesuai standar dan

ketentuan yang berlaku, kemudian apakah bimb ingan teknis yang diberikan

kepada pelaksana ATENSI dapat membuat tercapainya tujuan pelaksanaan

ATENSI

(4) Subyek

Komponen pemantauan lainnya adalah subyek ATENSI itu sendiri diantara

Lanjut Usia, keluargaKelompok atau Komunitas pelaksana Atensi seperti LKS

LU (PUSAKA), SDM di Pusat dan Balai/Loka. Setiap subyek perlu dilakukan

monitoring mulai dari awal pelaksanaan, masa pelaksanaan sampai akhir

pelaksanaan.

(5) Output

Komponen pemantauan selanjutnya adalah output dari kegiatan Atensi,

apakah setiap output yang telah direncanakan telah mendapatkan manfaat

dari pelaksanaan ATENSI, dan seberapa besar jumlah output yang dihasilkan

berbanding dengan dana yang telah dikeluarkan, hal ini dapat melihat

efektifitas dan efisiensi program dan anggaran.

(6) Outcome/Kinerja

Komponen yang sangat strategis adalah outcome atau Kinerja dari

pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia. Evaluasi Kinerja sangat penting untuk

melihat tingkat keberhasilan Pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia khususnya pada

aspek perubahan perilaku atau perubahan status kesejahteraan Lanjut Usia,

keluarga, dan lingkungan disekiutar lanjut usia.

J. Pelaporan

Page 57: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

46 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Pelaporan, pelaksanaan ATENSI LU secara tertulis dilaporkan secara periodik

atau sesuai dengan kebutuhan pada tahun anggaran berjalan, dan berjenjang

sebagai berikut:

1. Laporan dari LKS LU (PUSAKA) disampaikan kepada Balai/Loka

Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia sesuai jangkauan wilayah kerja dan

diketahui oleh Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota setempat.

2. Laporan dari Balai/Loka Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia dilaporkan ke

Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia dengan tembusan ke Direktorat

Jenderal Rehabilitasi Sosial.

3. Laporan Pelaksanaan Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia memuat

capaian keberhasilan pelaksanaan Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut

Usia baik terkait capaian output, outcome dan impact pelaksanaan

Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia

4. Laporan pelaksanaan ATENSI LU mencakup proses kegiatan ATENSI LU

dan pertanggung jawaban penggunaan anggaran.

K. Pendanaan

Pendanaan untuk pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia yang menjadi tanggung

jawab Menteri dibebankan pada:

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

2. Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pendanaan untuk pelaksanaan ATENSI LU di Grha Lanjut Usia dibebankan

pada:

1. Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) provinsi.

Page 58: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

47 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

2. Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

L. Indikator Kinerja Program

1. Meningkatnya Lanjut Usia yang terpenuhi kebutuhan dasarnya

a. Meningkatnya lanjut usia yang mampu melakukan perawatan diri

(ADL)

b. Meningkatnya Lanjut usia yang mampu melakukan aktualisasi diri

sesuai potensi yang dimiliki

c. Meningkatnya Lanjut Usia yang kembali ke keluarga

2. Meningkatnya Keluarga Lanjut Usia yang mampu melaksanakan

perawatan, perlindungan sosial bagi lanjut usia;

3. Meningkatnya komunitas / Pusaka / LKS LU yang mampi melaksanakan

ATENSI.

4. Meningkatnya SDM yang mampu melaksanakan ATENSI

Page 59: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

48 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

BAB V

MEKANISME PELAKSANAAN ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL

A. TAHAPAN UMUM PELAKSANAAN ATENSI

Mekanisme Pelaksanaan Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia dirancang

untuk dapat mengakomodasi kompleksitas kebutuhan pelayanan dalam setiap

area Program Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. Untuk itu pelaksanaannya bersifat

dinamis sesuai dengan perkembangan penanganan permasalahan lanjut usia dan

keluarganya di berbagai konteks lingkungannya.

Pada dasarnya proses ini ditujukan sebagai bentuk intervensi dini terhadap

kondisi kerentanan lanjut usia, keluarga dan respon atas krisis (masalah)

perlindungan lanjut usia. Namun demikian, pada akhirnya informasi yang

dihasilkan dari keseluruhan proses harus dapat dimanfaatkan untuk penyiapan

upaya pencegahan tingkat pertama di tataran masyarakat luas dan advokasi

kebijakan yang relevan.

Gambar 9

Mekanisme Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia

Page 60: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

49 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

1. Identifikasi Akses Layanan

Akses merupakan langkah awal yang menghubungkan antara lanjut usia

yang mengalami masalah sosial dengan sistem sumber pelayanan sosial.

Adapun 3 (tiga) sumber akses yaitu: referal atau rujukan, laporan dan

penjangkauan (outreach). Sumber akses rujukan adalah proses

pelimpahan tanggungjawab penanganan dimana penerima rujukan

diharapkan dapat menindaklanjuti pelayanan sesuai dengan kebutuhan

klien meliputi:

a. Sumber rujukan secara perorangan

b. Sumber rujukan Pihak Ketiga yang berasal dari Kepolisian, Rumah

Sakit, panti sosial, LKS-LU dan/atau PUSAKA (Pusat Santunan

Keluarga), dan diantar oleh warga masyarakat.

c. Sumber akses laporan diantaranya melalui contact centre, hotline,

lanjut usia yang dating sendiri, media online dan LKS-LU dan/atau

PUSAKA.

d. Sumber Penjangkauan (outreach) diantaranya pekerja sosial, Tim

Reaksi Cepat (TRC), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan

(TKSK), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), pendamping sosial

lansia, dan pendamping sosial lainnya.

e. Respon Kasus Khusus penanganan Lanjut usia pada situasi

darurat diantaranya Bencana dan Darurat Khusus (penelantaran,

kekerasan, berhadapan hukum, dsb).

2. Pendekatan Awal dan Kesepakatan Bersama

Pendekatan Awal dan kesepakatan bersama dalam ATENSI LU terdiri dari

asesmen awal, respon darurat dan kesepakatan awal. Asesmen awal

dilakukan dengan verifikasi kasus melalui home visit, lembaga, ruang publik

Page 61: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

50 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

dan lain-lain. Respon darurat dilakukan oleh rescue/safety, tenaga medis

dan psikologis. Serta kesepakatan awal didapatkan melalui pengisian inform

concent, persetujuan keluarga atau wali lanjut usia baik yang dilakukan oleh

balai/loka, dinsos provinsi, dinsos Kab./kota, dan LKS LU dan/atau PUSAKA.

3. Asesmen Komprehensif

Suatu tahap untuk mempelajari masalah-masalah yang dihadapi lanjut usia.

Tahap ini berisi tentang identifikasi atau pernyataan masalah, analisis

masalah berdasarkan aspek medical, legal, fisik, psikososial mental, spiritual,

minat dan bakat dan penelusuran keluarga dan kesimpulan masalah lanjut

usia yang dilakukan oleh balai/loka, dinsos provinsi, dinsos kab./kota, dan

LKS LU atau PUSAKA. Hasil asesmen komprehensif akan menjadi dasar dalam

perencanaan ATENSI yang akan diberikan kepada lanjut usia apakah berbasis

keluarga, komunitas/LKS atau residensial. Hasil asesmen juga akan

digunakan sebagai dasar pelaksanaan supervisi.

Asesmen Komprehensif adalah kegiatan yang dilakukan oleh Petugas (Pekerja

Sosial, Pendamping Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, Pendamping

LKSLU/PUSAKA, Case Manager atau petugas lain yang diberi amanah) untuk

melaksanakan pemahaman dan pendalaman masalah, kebutuhan, potensi

dan sumber, jenis bantuan yang telah diterima, dan jenis layanan/bantuan

yang dibutuhkan oleh lansia selaku calon penerima ATENSI LU. Hasil asesmen

komprehensif tersebut dituangkan dalam laporan hasil asesmen

komprehensif dan menjadi dasar pengajuan proposal calon penerima ATENSI

LU oleh LKSLU/PUSAKA.

Page 62: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

51 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Tujuan dari Asesmen Komprehensif adalah mendapatkan data dan informasi

secara komprehensif dari lansia calon Penerima ATENSI LU terkait sebagai

berikut:

1. Identitas Lansia (By Name By Address).

2. Gambaran Umum Kondisi Lansia baik secara Fisik/Medis, Psikologis,

Sosial, Ekonomi, dan Spiritual.

3. Masalah yang dihadapi oleh Lansia.

4. Minat, Bakat, dan Keterampilan.

5. Kebutuhan akan Layanan.

6. Potensi dan Sumber.

7. Bantuan Sosial yang telah dan sedang diterima.

8. Pendekatan yang diperlukan (berbasis Keluarga, Komunitas, dan atau

residensial, serta gabungan).

9. Kesimpulan atau Rekomendasi.

Pelaksanaan Asesmen Komperehensif dapat dilakukan oleh sebagai berikut:

1. Pekerja Sosial atau Petugas dari Balai/Loka RSLU atau dari Direktorat

RSLU.

2. Pendamping Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia.

3. Pendamping LKSLU/PUSAKA yang telah mendapatkan pembekalan

terkait teknis pelaksanaan asesmen komprehensif ATENSI LU.

Metode yang digunakan dalam rangka mendapatkan informasi sesuai

kebutuhan asesmen komprehensif adalah wawancara, observasi, studi

dokumentasi, diskusi, dan refleksi. Hasil yang didapatkan melalui Asesmen

Komprehensif adalah sebagai berikut;

1) Gambaran Fisik

Terkait kemampuan fungsional yakni mengukur atau mengetahui

tingkat kemandirian lansia terkait kemampuan fungsional rawat

Page 63: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

52 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

diri/Activity Daily of Living (ADL) seperti mandi, makan, minum,

berpindah tempat, berganti pakaian, toileting, control Buang Air

Besar (BAB)/Buang Air Kecil (BAK), serta kemampuan seperti

memasak, mengurus rumah, berkomuninasi, dan berbelanja. Selain

itu, gambaran fisik juga terkait riwayat penyakit atau disabilitas yang

dialami. Sebagai kesimpulannya adalah apakah lansia mengalami

masalah maupun kendala secara fisik atau tidak.

2) Gambaran Psikologis

Hal ini terkait gambaran mental dan kognitif lansia apakah normal

atau mengalami kendala kognitif seperti dimensia, alzheimer, atau

kendala komunikasi post stroke. Sebagai kesimpulannya adalah

apakah ada masalah atau kendala yang dialami oleh lansia secara

psikologis atau tidak.

3) Gambaran Sosial

Mengetahui tingkat keterhubungan dan keserasian sosial antara

lansia dengan lingkungan sekitarnya (tetangga, kerabat, dan

keluarga). Apakah harmonis atau ada masalah. Termasuk tingkat

aksesibilitas terhadap layanan publik bahkan partisipasi sosial seperti

keterlibatan dalan kegiatan-kegiatan sosial (pengajian, kerja bakti,

upacara adat, dan organisasi sosial). Sebagai kesimpulan informasi

adalah apakah ada masalah atau kendala yang dialami oleh lansia

secara sosial.

4) Gambaran Ekonomi

Hal ini untuk mengetahui pekerjaan atau sumber penghasilan/

penghidupan lansia (dari bekerja sendiri, transfer dari keluarga,

uluran tangan dari tetangga/kerabat, dan atau mengemis), termasuk

kepemilikan asset (rumah, tanah, dan kendaraan). Hal ini untuk

Page 64: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

53 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

mengetahui apakah ada kendala secara ekonomi yang dialami oleh

lansia tersebut.

5) Gambaran Spiritual

Hal ini untuk mengetahui tingkat pemaknaan diri lansia terhadap

kondisinya saat ini dan relevansinya dengan ketenangan jiwa,

kebahagiaan, serta kedekatan dengan Tuhan yang diwujudkan

dengan ibadah ritual.

6) Masalah yang dihadapi

Rumusan masalah diambil dari hambatan-hambatan yang dialami

oleh lansia baik secara fisik, psikologis, sosial, ekonomi, dan spiritual.

Kemudian dibuat prioritas masalah yang akan diberikan intervensi.

7) Kebutuhan

Kebutuhan merupakan jawaban atas kondisi masalah yang dialami

oleh lansia tersebut.

8) Potensi dan Sumber

Hal ini menggambarkan tentang keadaan atau ketersediaan layanan

yang dapat diakses untuk membantu lansia dalam pemecahan

masalahnya. Hal ini dapat berupa potensi dan sumber internal

maupun eksternal atau kemasyarakatan. Penetapan potensi dan

sumber harus dikaitkan dengan masalah yang dirumuskan serta

rencana intervensinya.

9) Pendekatan yang diperlukan

Dalam proses asesmen ini akan menenetukan apakah layanan yang

dibutuhkan oleh lansia tersebut berbasis keluarga, komunitas,

residensial atau gabungan.

10) Jenis Bantuan yang telah dan sedang diterima

Page 65: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

54 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Hal ini perlu diketahui agar bantuan ATENSI LU yang diberikan tidak

duplikasi dengan jenis bantuan sosial yang telah dan sedang diterima.

11) Jenis Layanan yang dibutuhkan

Hal ini dikaitkan dengan masalah yang akan dipecahkan, jika layanan

tersebut membutuhkan anggaran maka hal inilah yang dituangan

dalam bentuk RAB. Jenis layanan ini tentunya mengacu pada 7

(tujuh) layanan ATENSI LU (pemenuhan kebutuhan hidup layak,

perawatan sosial, dukungan keluarga, terapi, pelatihan keterampilan

dan kewirausahaan, bantuan dan asistensi sosial, serta dukungan

aksesibilitas).

12) Langkah-Langkah

1) Penugasan oleh Lembaga.

2) Kunjungan Lapangan.

3) Pengumpulan Data dan Informasi.

4) Analisa/Pendalaman.

5) Penyusunan RAB.

6) Laporan dan Dokumentasi.

4. Perencanaan

Suatu pemilihan strategi teknik dan metode yang didasarkan pada proses

asesmen masalah. Dalam proses perencanaan ATENSI LU, akan dilakukan

pemetaan sistem sumber yang diperlukan oleh lanjut usia, rencana ATENSI

dan kesepakatan bersama antara pekerja sosial dari balai/loka, LKS LU atau

PUSAKA dengan lansia.

Page 66: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

55 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

5. Implementasi

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan berencana

pada diri lanjut usia, keluarga dan komunitas. Adapun implementasi ATENSI

LU yang diberikan sebagai berikut:

1. Lansia

Data Lansia yang memerlukan bantuan ATENSI LU berdasarkan by name

by addres yang ada dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)

2. PUSAKA

a. Membentuk Tim Manajemen Kasus yang dipimpin oleh seorang Case

Manager untuk melakukan tugas manajemen kasus dan

pendampingan;

b. Membuat asesmen masalah, kebutuhan, potensi dan sistem sumber

pemecahan masalah terhadap lanjut usia calon penerima bantuan

ATENSI LU Tahun 2021 yang dituangkan dalam proposal;

c. Melakukan koordinasi dengan Instansi Sosial terkait Lanjut Usia yang

telah memenuhi kriteria sebagai calon penerima Bantuan Sosial;

d. Mengajukan proposal bantuan ATENSI LU bagi lansia;

e. Membantu penyalurkan bantuan ATENSI LU dalam bentuk barang

kepada Lansia sesuai dengan kebutuhannya;

f. Melakukan pemantauan pelaksanaan dan pemanfaatan Bantuan

ATENSI LU;

g. Membuat laporan pelaksanaan ATENSI LU 2021 kepada Balai/Loka

Lanjut Usia, dengan tembusan kepada Instansi Sosial terkait.

3. Dinas Sosial Kabupaten/Kota

Page 67: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

56 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

a. Dinas Sosial Kabupaten/Kota mengarahkan dan mengkoordinasikan

Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia/ Pusaka di wilayahnya

dalam proses pelaksanaan Atensi di wilayahnya;

b. Dinas Sosial membantu Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut

Usia/PUSAKA terkait keperluan administrasi dalam proses permohonan

bantuan ATENSI

c. Menerima laporan pelaksanaan ATENSI LU Tahun 2021 dari PUSAKA

4.Dinas Sosial Provinsi

a. Dinas Sosial Provinsi mengarahkan dan mengkoordinasikan DInas

Sosial Kabupaten/Kota dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia/

Pusaka diwilahnya dalam proses pelaksanaan Atensi di wilayahnya;

b. Dinas Sosial Provinsi membantu Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut

Usia/PUSAKA terkait keperluan administrasi dalam proses permohonan

bantuan ATENSI

c. Menerima laporan pelaksanaan ATENSI LU Tahun 2021 dari PUSAKA

5.Balai/Loka

a. Memeriksa permohonan/ proposal ATENSI LU;

b. Melakukan verifikasi dan koordinasi terhadap pemohon;

c. Menyalurkan Bantuan ATENSI LU sesuai permohonan dan hasil

assessment;

d. Menerima laporan pelaksanaan ATENSI LU Tahun 2021 dari PUSAKA

6. Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia

a. Menerima laporan dan memberikan rekomendasi atas rencana

penyaluran bantuan;

Page 68: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

57 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

b. Melaksanakan Supervisi, Monitoring dan Evaluasi terkait pelaksanan

ATENSI LU;

c. Menerima laporan pelaksanaan ATENSI LU 2021 dari balai/loka

6. Supervisi

Supervisi adalah upaya sinkronisasi pelaksanaan pelayanan ATENSI LU

yang dilaksanakan melalui keluarga, komunitas dan residential. Supervisi juga

dilakukan dalam rangka mengarahkan setiap pelaksana ATENSI LU agar

memenuhi kaidah dan standardisasi yang berlaku. Supervisi juga dilakukan

untuk menyelesaikan permasalahan terkait administrasi maupun teknis yang

dilaksanakan oleh Balai/loka. Salah satu inisiasi dalam supervisi adalah

piloting pelaksanaan ATENSI LU berbasis centrelink melalui Sentra Layanan

Sosial (SERASI). Supervisi dilaksanakan oleh balai/loka, Direktorat

Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, dinsos provinsi, dinsos kab./kota. Supervisi

dilaksanakan minimal 1 kali setahun.

7. Monitoring dan Evaluasi

Suatu penilaian terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

pada perencanaan serta melihat kembali kemajuan-kemajuan yang telah

dicapai sesuai dengan tujuan. Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan

terhadap ATENSI LU mencakup komponen proses dan hasil, serta untuk

melihat apakah pelaksanaan telah sesuai dengan standar dan kaidah yang

telah ditetapkan. Pelaksanaan monitoring dilakukan pada triwulan 1, triwulan

2 dan triwulan 3 dalam satu tahun anggaran. Pelaksanaan evaluasi dilakukan

melalui evaluasi pre-test dan evaluasi post-test.

Page 69: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

58 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Hasil dari monitoring dan evaluasi diharapkan dapat mengukur tingkat

keberhasilan program baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Adapun

indikator keberhasilan kinerja ATENSI LU adalah sebagai berikut :

1. Persentase lanjut usia yang terpenuhi kebutuhan dasarnya.

• Persentase lanjut usia yang mampu melakukan perawatan diri.

• Persentase lanjut usia yang mampu melakukan aktualisasi diri sesuai

potensi yang dimiliki (keterampilan).

• Persentase lanjut usia yang kembali ke keluarga.

2. Persentase Keluarga lanjut usia yang mampu melaksanakan perawatan/

perlindungan sosial bagi lanjut usia

3. Persentase Komunitas/ LKS yang mampu melaksanakan ATENSI LU.

4. Persentase SDM yang mampu melaksanakan ATENSI LU.

8. Pasca Layanan dan Terminasi

Tahap ini dilakukan apabila tujuan-tujuan yang telah disepakati dalam

kesepakatan telah dicapai. Pada tahap ini diharapkan adanya ketahanan

keluarga dalam memberikan perawatan yang berkelanjutan bagi lanjut usia.

Dalam tahap ini pula diharapkan lanjut usia dan keluarga memiliki kelekatan

sosial dalam menjalankan perannya masing-masing, hal tersebut menjadi

indikator bahwa lanjut usia telah selesai mendapatkan layanan ATENSI LU

secara langsung. Sebagai tindak lanjut pasca layanan residensial yang

diberikan oleh balai/loka, lanjut usia potensial yang telah mendapatkan

program ATENSI LU selama di balai/loka dapat menerima dukungan non

operasional untuk peningkatan kesejahteraan lanjut usia.

Page 70: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

59 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

B. Tahapan Operasional Atensi

Mekanisme Pelaksanaan dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Asesmen Komperehensif

Pelaksana layanan atensi melakukan asesmen komprehensif untuk

menentukan apakah lansia tersebut memerlukan layanan berbasis

keluarga, komunitas, dan atau residensial. Asesmen tersebut juga

menjadi dasar penentuan jenis layanan/bantuan. Asesmen dilakukan

oleh Petugas dari Balai/Loka RSLU dan atau Pendamping dari

LKSLU/PUSAKA yang telah mendapatkan pembekalan.

2. Penyusunan Proposal

Bagi pelaksana LKSLU/PUSAKA kemudian menuangkan hasil asesmen

tersebut dalam bentuk proposal yang memuat data by name by address,

masalah, kebutuhan, jenis bantuan dan Rencana Anggaran Biaya (RAB),

serta pendekatan layanan (berbasis keluarga, komunitas, dan atau

residensial) yang diperlukan setiap lansia. Proposal dari LKS LU/Pusaka

kemudian disampaikan kepada Balai/Loka. Tim pelaksana dari

Balai/Loka juga membuat telaah terhadap proposal tersebut untuk

rencana layanan yang akan diberikan.

Salah satu komponen dalam proposal yang diajukan oleh

LKSLU/PUSAKA adalah adanya Penyusunan RAB kebutuhan masing-

masing lansia. RAB tersebut disusun berdasarkan sebagai berikut:

a) LKSLU/PUSAKA terlebih dahulu menyusun daftar kebutuhan

yang akan dibelanjakan berdasarkan hasil asesmen

komprehensif.

Page 71: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

60 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

b) LKSLU/PUSAKA melakukan pengecekan harga barang dipasaran

yang akan dibelanjakan sebagai referensi dalam pembuatan

RAB.

3. Verifikasi dan Validasi

Balai/Loka RSLU selanjutnya melakukan verifikasi dan validasi serta

analisa terkait Proposal LKSLU/PUSAKA. Aspek-aspek yang diverifikasi

validasi terkait data lansia, masalah, kebutuhan serta jenis bantuan yang

diajukan. Verifikasi validasi memuat kelengkapan dokumen yang

disyaratkan serta bantuan. Verifikasi validasi dapat dilakukan melalui

kajian dokumen, kunjungan lapangan, atau meminta klarifikasi atau

presentasi dari setiap LKSLU/PUSAKA.

4. Verifikasi Data Administrasi PPKS

Petugas Administrasi di Balai/Loka melakukan verifikasi data

administrasi PPKS yang telah ditetapkan sebagai penerima bantuan,

Pengecekan administasi mencakup Nama, NIK, Nomor Rekening PPKS,

serta memastikan tidak ada duplikasi data penerima Bantuan Atensi di

dalam Balai/Loka atau antara Balai/Loka.

5. Penyaluran Bantuan

Penyaluran Bantuan Atensi dilakukan dengan beberapa cara diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Melalui transfer Bank langsung ke rekening PPKS;

2. Penyaluran dengan pemberian uang tunai kepada PPKS;

3. Pemberian bantuan dalam bentuk barang kepada PPKS;

Page 72: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

61 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

4. Pemberian barang melalui LKS LU untuk kemudian disalurkan

kepada PPKS

6. Berita Acara Serah Terima (BAST)

Setiap serah terima bantuan wajib dibuatkan BAST serta kelengkapan

administrasi lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

7. Laporan

LKSLU/PUSAKA wajib membuat laporan dan melengkapi

administrasi yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dalam proses pembuatan laporan, Balai/Loka dapat melakukan

pendampingan LKS LU/ PUSAKA termasuk memfasilitasi pembiayaan

pembuatan laporan diantaranya:

1. Rental/ Sewa Komputer

2. Pembelian Kertas

3. Pencetakan Laporan

4. Pencetakan Foto-foto kegiatan

5. Penjilidan laporan

6. Penggandaan Laporan

7. Pengiriman Laporan dari LKS LU/PUSAKA ke Balai/Loka Lanjut Usia

dengan tembusan kepada Direktorat Lanjut Usia, Dinas Sosial

Provinsi dan Dinas Sosial Kabupaten Kota dalam Soft copy.

Dalam hal fasilitasi Balai/Loka kepada LKS LU/PUSAKA dalam

proses pembuatan laporan pelaksanaan Atensi harus dilengkapi dengan

kuitansi pengeluaran biaya tersebut diatas yang memuat informasi,

Page 73: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

62 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

biaya pengeluaran, nama toko/usaha, alamat toko/usaha, nomor telp,

dan stemple toko.

9. Monitoring dan Evaluasi

Balai/Loka RSLU Bersama dengan Direktorat RSLU akan

melaksanakan monitoring dan evaluasi guna memastikan kegiatan

ATENSI LU Tahun 2021 berjalan sesuai ketentuan yang berlaku dan

guna mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan ATENSI LU Tahun

2021.

C. Mekanisme Pelaksanaan Dalam Situasi Darurat

Kondisi kedaruratan yang terdampak pada lansia memerlukan

penanganan dan intervensi yang bersifat cepat, tetap, dan efektif melalui

respon kasus. Oleh karena itu perlu dibuat suatu mekanisme penyaluran

bantuan/intervensi ATENSI LU dalam situasi kedaruratan yang membedakan

dengan penyaluran bantuan/intervensi dalam situasi normal, sebagaimana

mekanisme yang telah dijelaskan sebelumnya. Berikut dijelaskan terkait

dengan mekanisme yang mengatur mitra penyalur, bentuk bantuan, dan

skema penyaluran bantuan yaitu sebagai berikut:

1. Mitra penyaluran

a) Penyaluran melalui LKS LU. Penyaluran Bantuan atensi dalam

situasi darurat tetap memprioritaskan melalui LKS LU-Pusaka

sebagai mitra, Balai/Loka menyalurkan bantuan uang tunai

kepada PPKS yang telah diasesment oleh Tim PUSAKA/LKS LU

Page 74: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

63 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

yang kemudian dibelanjakan oleh PPKS dengan didampingi oleh

Tim dari Pusaka setempat sesuai kebutuhan lanjut usia;

b) Dinas Sosial. Jika disuatu wilayah tidak atau belum ada LKS LU

yang dapat menjadi mitra, maka penyaluran Bantuan ATENSI

dapat bermitra dengan Dinas Sosial Setempat dalam proses

asesmen PPKS dan Penyaluran Bantuan di dalam situasi darurat

baik dalam bentuk uang tunai atau barang langsung kepada PPKS

dengan didampingi oleh Dinas Sosial atau Pemerintah Daerah

setempat

Penyaluran Bantuan kedaruratan didasarkan pada laporan

masyarakat, berita nasional atau lokal yang terjadi secara insidental

dan instruksi dari Pimpinan di lingkungan Kementerian Sosial.

Penyaluran Bantuan didasarkan pula oleh SK Penetapan Bantuan

Respon Kasus. SK penetapan respon Kasus ditetapkan oleh PPK

Balai/Loka dengan diketahui oleh Kuasa Pengguna Anggaran.

2. Bentuk Bantuan

Bentuk Bantuan dalam situasi kedaruratan dapat berupa uang, barang

dan atau jasa. Pengadaan barang dilakukan oleh Balai/Loka RSLU untuk

selanjutnya disalurkan ke LKSLU/PUSAKA atau Dinas Sosial. Kemudian

LKSLU/PUSAKA atau Dinas Sosial menyalurkan kepada PPKS.

3. Persyaratan Penerima

Lansia Calon Penerima Bantuan/Layanan ATENSI LU dapat diusulkan

dengan kriteria atau persyaratan sebagai berikut:

1. Lansia (usia minimal 60 tahun).

Page 75: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

64 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

2. PPKS Cluster lain yang mengalami masalah sosial berupa kemiskinan,

ketelantaran, disabilitas, keterpencilan, tuna sosial dan penyimpangan

perilaku, korban bencana, dan korban tidak kekerasan, eksploitasi, dan

diskriminasi serta lanjut usia yang mengalami hambatan dalam fungsi

sosialnya

3. Diprioritaskan terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

(DTKS)

4. Apabila terdapat lansia miskin dan atau tidak mampu belum terdapat

dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dapat diusulkan ke

dalam ATENSI LU dengan menandatangani kontrak layanan serta

mengikuti salah satu ketentuan sebagai berikut:

a. Lansia tersebut ditetapkan oleh Ketua/Kepala RT/RW/Dusun/Desa

bahwa Lansia tersebut miskin dan tidak mampu.

b. Lansia tersebut telah diajukan ke Dinas Sosial untuk didata dalam

DTKS (melampirkan Surat keterangan dari Dinas Sosial

Kabupaten/Kota).

c. Lansia tersebut oleh LKSLU/PUSAKA telah diinput kedalam aplikasi

Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial-New Generation (SIKS-NG)

untuk diusulkan kedalam DTKS (dibuktikan dengan screenshoot).

d. Lansia tersebut telah dilakukan asemen komprehensif baik dari

Balai/Loka RSLU, Direktorat, maupun dari LKSLU/PUSAKA.

D. Jenis Bantuan

1. Dukungan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak

Dilakukan dengan cara memberikan sebagai berikut:

a. Bantuan Sarana dan Prasarana Dasar.

b. Bantuan Kebutuhan Dasar lainnya.

Page 76: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

65 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi sebagai berikut:

a. Sandang dan Pangan (Lansia KIT).

b. Tempat Tinggal Sementara.

c. Akses Kesehatan, Pendidikan, dan Identitas.

2. Perawatan Sosial

Dilakukan dengan cara memberikan Bantuan Sarana dan Prasarana

Perawatan Sosial (seperti Kebersihan Diri).

3. Dukungan Keluarga

Dilakukan dengan cara memberikan sebagai berikut:

a. Pendampingan kepada Keluarga.

b. Penguatan Kapabilitas dan Tanggung Jawab Sosial Keluarga.

c. Bantuan Perlengkapan bagi Keluarga atau Anggota Keluarga.

4. Terapi

a. Terapi Fisik

Dilakukan dengan cara memberikan sebagai berikut:

1) Latihan Terapeutik.

2) Pijat.

3) Urut dan Terapi Elektronik.

4) Dukungan Alat Bantu.

5) Pelatihan dan Terapi Olahraga.

b. Terapi Psikososial

Dilakukan dengan cara memberikan sebagai berikut:

1) Melakukan berbagai terapi untuk mengatasi masalah yang berkaitan

dengan aspek sebagai berikut:

a) Kognisi.

Page 77: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

66 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

b) Psikis dan Sosial.

c) Dukungan Alat Bantu.

c. Terapi Mental Spiritual

Dilakukan dengan cara memberikan sebagai berikut:

1) Meditasi.

2) Terapi Seni.

3) Ibadah Keagamaan.

4) Terapi yang Menekankan Harmoni dengan Alam.

5) Dukungan Alat Bantu.

5. Pelatihan Vokasional dan/atau Pembinaan Kewirausahaan

Dilakukan dengan cara memberikan sebagai berikut:

a. Pengembangan dan Penyaluran Minat, Bakat, dan Potensi.

b. Menciptakan Aktivitas yang Produktif.

c. Akses Modal Usaha Ekonomi.

d. Bantuan Kemandirian.

e. Bantuan Sarana dan Prasarana Produksi.

f. Mengembangkan Jejaring Pemasaran.

6. Bantuan Sosial dan Asistensi Sosial

Bantuan Sosial merupakan bantuan berupa uang , barang, atau jasa kepada

lansia, keluarga, kelompok/komunitas lansia atau masyarakat miskin, tidak

mampu, dan atau rentan terhadap risiko sosial. Asistensi Sosial merupakan

bantuan berupa uang, barang, jasa pelayanan, dan/atau jaminan sosial

kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat yang berpendapan

rendah sampai dengan berpendapatan tinggi.

7. Dukungan Aksesibilitas

Dilakukan dengan cara memberikan sebagai berikut:

Page 78: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

67 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

a. Alat Bantu Jalan/Mobilitas.

b. Alat Bantu Dengar.

c. Alat Bantu Penglihatan.

E. Mekanisme Penggantian

Pelaksanaan ATENSI LU Tahun 2021 terdapat 2 (dua) jenis penggantian, yakni

penggantian target dan penggantian jenis bantuan/layanan. Hal itu dijelaskan

sebagai berikut:

1. Penggantian Target

Penggantian Target dilakukan jika lansia meninggal dunia atau berpindah

tempat dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Dalam kondisi lansia meninggal dunia setelah Surat Keputusan terbit,

akan tetapi bantuan belum disalurkan, maka LKSLU dapat mengajukan

permohonan penggantian.

b. Jika lansia meninggal dunia setelah bantuan disalurkan/ditransfer ke

Rekening PM, maka bantuan tersebut dapat digunakan untuk

kebutuhan pemulasaraan jenasah/pemakaman. Jika terdapat sisa

anggaran dari layanan pemulasaran jenazah maka bantuan tersebut

dapat dialihkan kepada PM baru dengan catatan LKS LU mengajukan

permohonan penambahan PM atau dana tersebut dikembalikan ke

Kas Negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Permohonan Penggantian target dengan alasan meninggal dunia atau

pindah domisili, maka LKS LU wajib melampirkan surat keterangan

kematian atau pindah domisili dari Desa/lurah.

2. Penggantian Jenis Bantuan/Layanan

Page 79: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

68 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

LKSLU/PUSAKA dapat mengajukan permohonan penggantian jenis

bantuan/layanan jika ada lansia yang mengalami suatu kondisi dimana

secara signifikan terjadi perubahan masalah dan kebutuhannya. Contoh

kasus, lansia potensial yang awalnya akan diberikan bantuan kewirausahaan

tapi kemudian mengalami penyakit/kecelakaan yang mengharuskan dia

bedridden, sehingga dia lebih membutuhkan layanan perawatan,

pengobatan, dan kebersihan diri. Pengajuan penggantian jenis bantuan

/layanan tersebut harus didasarkan atas hasil re-asesmen komprehensif,

kemudian LKSLU/PUSAKA mengajukan permohonan penggantian jenis

bantuan/layanan yang melampirkan hasil re-asesmen komprehensif yang

kemudian terbit Surat Keputusan oleh PPK.

F. Pengendalian dan Pengawasan

1. Setiap penyaluran bantuan ATENSI LU baik berupa Uang, Barang dan Jasa

melalui Balai/Loka Lanjut Usia kepada PPKS harus didasari dengan Surat

Keputusan PPK tentang Penetapan Penerima Bantuan ATENSI LU;

2. Proses perbelanjaan barang sesuai kebutuhan bagi PPKS yang berasal dari

dana Atensi Wajib mendapatkan pendampingan petugas baik dari Direktorat

RSLU, Balai/Loka RSLU, Pendamping Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, Dinas

Sosial, atau Case Manager dari PUSAKA;

3. Setiap perbelanjaan barang dari dana atensi didukung dengan bukti kuitansi

yang wajib memuat informasi tempat dan tanggal perbelanjaan, jenis

barang yang dibelanjakan, alamat dan nomor telepon Toko Penyedia

Barang;

4. Seluruh kuitansi perbelanjaan dikompilasi dengan rapih oleh Case Manager

PUSAKA atau Dinas Sosial yang mendampingi PPKS untuk digunakan

sebagai bukti pengendalian dan pengawasan pelaksanaan Atensi;

Page 80: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

69 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

5. Dana Atensi yang sudah ditransfer ke rekening PPKS, apabila tidak dilakukan

penarikan dana dan dibelanjakan sesuai kebutuhan assessment dalam kurun

waktu 3 Bulan oleh PPKS, maka harus diberikan catatan tertulis alasan tidak

dilakukan perbelanjaan, serta diberikan himbauan untuk dicairkan dan

dimanfaatkan oleh PPKS secepat cepatnya, dan apabila tidak ada transaksi

atau penarikan dana dari rekening oleh PPKS, sebelum tanggal 31 Desember

maka Bantuan Atensi harus segera di Tarik dan dikembalikan ke Kas

negara;

6. Dana Atensi yang sudah ditransfer ke Rekening PPKS, kemudian di tarik oleh

PPKS dan dimanfaatkan untuk pengembangan kewirausahaan, yang

kemudian mengalami penambahan nilai akan dianggap rekening aktif dan

tetap dapat digunakan;

7. Case Manager Pusaka membuat pembukuan keuangan terhadap dana yang

tersimpan dalam rekening Atensi PPKS, untuk memantau dana masuk dan

keluar sebagai implementasi pelaksanaan Atensi berbasis Non Tunai.

8. Dalam hal penyaluran Bantuan Atensi dalam bentuk barang yang disalurkan

melalui Pusaka, maka Case Manager Pusaka melakukan pembukuan barang

yang memuat informasi kepada siapa Bantuan barang Atensi telah

tersalurkan dan sudah termanfaatkan.

9. Tim Direktorat, Balai dan Loka Lanjut Usia melakukan pertemuan langsung

(fisik) di Dinas Sosial Provinsi, bersama unsur Dinas Sosial Provinsi, Dinas

Sosial Kabupaten Kota, dan Case Manager dari setiap Pusaka untuk

melakukan koordinasi terkait Pengendalian dan Pengawasan, pelaksanaan

direkomendasikan 30 hari setelah Bantuan Atensi disalurkan baik dalam

bentuk barang ataupun uang.

Page 81: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

70 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

10. Tim Direktorat, Balai dan Loka membuat Laporan Pelaksanaan Supervisi,

Monitoring dan Evaluasi dilengkapi dengan Berita Acara Pelaksanaan

Kegiatan mencakup:

a. Bantuan uang atau barang yang sudah tersalurkan dan termanfaatkan

oleh PPKS;

b. Bantuan uang atau barang yang sudah tersalurkan namun yang belum

dicairkan atau dibelanjakan atau dimanfaatkan oleh PPKS;

c. Hambatan dalam Pelaksanaan Atensi di setiap daerah di Indonesia;

d. Hal-hal lain yang dianggap strategis.

11. Pembiayaan Kegiatan Supervisi, Monitoring dan Evaluasi sebagai bentuk

pengawasan dan pengendalian atas kegiatan ATENSI bersumber dari DIPA

atau Anggaran Unit Direktorat, Balai dan Loka Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia.

G. Penyusunan Laporan oleh LKS LU/PUSAKA

1. Isi Laporan

a. Pendahuluan

b. Maksud dan Tujuan

c. Jumlah Lansia yang Ditangani

1) Jumlah dan % PM yang berbasis Keluarga

2) Jumlah dan % PM yang berbasis Komunitas

3) Jumlah dan % PM berbasis Residensial

4) Jumlah total

d. Realisasi Anggaran dan Realisasi Target

1) Realisasi anggaran dan target berbasis Keluarga

2) Realisasi anggaran dan target berbasis komunitas

3) Realisasi anggaran dan target berbasis residensial

e. Pelaksanaan Kegiatan

Page 82: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

71 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

f. Jenis Layanan dan Bantuan yang Diberikan

g. Waktu Pelaksanaan

h. Hambatan

i. Mitra Kerja

j. Hasil Kegiatan.

1) Jumlah lansia dan PPKS lainnya yang meningkat kemandiriannya

terkait pelaksanaan ADL/IADL, setelah mendapatkan bantuan

alat bantun dan aksesibilitas.

2) Jumlah lansia dan PPKS lainnya yang memiliki usaha /

keterampilan setelah mendapatkan bantuan pelatihan

keterampilan dan kewirausahaan

3) Jumlah lansia yang meningkat penghasilannya setelah

mendapatkan bantuan pelatihan keterampilan dan

kewirausahaan

4) Jumlah lansia yang meningkat kualitas hidup/Kesehatan setelah

mendapatkan bantuan perawatan sosial

5) Jumlah lansia yang terpenuhi kebutuhan hidup dasarnya setelah

mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan hidup layak.

6) Jumlah keluarga yang meningkat pengetahuan, kompetensi dan

tanggungjawabnya setelah mendapatkan bantuan dukungan

keluarga.

7) Jumlah lansia yang mendapatkan akses terhadap bantuan sosial

(PKH, BPNT dll) dan jaminan sosial (JKN, dll)

8) Jumlah lansia yang diusulkan masuk DTKS dan jumlah lansia yang

berhasil terdata di DTKS

k. Laporan Perbelanjaan Bantuan Atensi

l. Lampiran (Dokumentasi dan SPJ)

2. Bentuk Laporan

Page 83: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

72 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Laporan disampaikan kepada Balai/Loka RSLU dengan tembusan kepada

Dinas Sosial Provinsi, Dinas Sosial Kabupaten/Kota dalam bentuk cetak dan

soft file dengan ekstensi PDF.

3. Pengiriman Laporan

Laporan kegiatan ATENSI LU ditujukan kepada Kepala Balai/Loka RSLU

dengan Tembusan Kepada Direktur RSLU, Kepala Dinas Sosial Provinsi, dan

Kabupaten/Kota.

Page 84: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

73 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

BAB VI

KELEMBAGAAN

A. Kelembagaan

Pelaksanaan Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia memerlukan sinergi antara

Pemerintah, Swasta dan masyarakat. Hal ini disebabkan karena ATENSI Lanjut Usia

merupakan upaya pemulihan dan pengembangan keberfungsian sosial lanjut usia

keluarga dan masyarakat melalui kegiatan promotive, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Rehabilitasi sosial yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan

berkelanjutan oleh Pemerintah Pusat bekerja sama dengan Pemerintah daerah serta

unsur pendukung dari swasta dan masyarakat.

B. Pembagian Kewenangan

B.1. Menteri memiliki tanggung jawab

1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan ATENSI;

2. Menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait dengan

pelaksanaan ATENSI;

3. Mengelola Anggaran program yang bersumber dari Anggaran

Pembiayaan dan belanja Negara atau sumber-sumber lain yang tidak

mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Melakukan supervisi, asistensi, pemantauan dan evaluasi terhadap

penyelenggaran ATENSI Lanjut Usia;

5. Memberikan penguatan kepada Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut

Usia (PUSAKA) sebagai pelaksana ATENSI Lanjut Usia berbasis

residensial, komunbitas dan keluarga;

6. Mendorong pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pelaksanaan

ATENSI Lanjut Usia;

Page 85: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

74 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

7. Memberikan bimbingan teknis bagi penyelenggara pelaksanaan

ATENSI Lanjut Usia;

8. Melakukan koordinasi bagi penyelenggara pelaksanaan ATENSI Lanjut

Usia;

9. Melakukan kloordinasi dan membangun system rujukan dengan

kementerian/ Lembaga terkait.

B.2. Gubernur memiliki tanggungjawab

1. Melaksanakan norma, standar, prosedur dan kriteria terkait dengan

pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia di daerah;

2. Mengalokasikan anggaran pembiayaan dan belanja daerah (APBD)

Provinsi untuk penyelenggaraan ATENSI Lanjut Usia di daerah;

3. Melakukan SUpervisi Pemantauan, dan evaluasi terhadap

penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia di daerah;

4. Mendorong Pemerintah Daerah Kabnupaten/Kota dalam

mennyelenggarakan layanan ATENSI Lanjut Usia di daerah

Kabupaten/Kota;

5. Membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia

di daerah sesuai dengan tugas kewenangan yang dimiliki kepada

Menteri urusan sosial dan Menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang dalam negeri;

6. Membangun system rujukan antar perangkat daerah terkait;

B.3 Bupati/Walikota memiliki tanggungjawab

1. Melaksanakan norma, standar, prosedur dan kriteria terkait dengan

pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia di daerah kabupaten/kota;

Page 86: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

75 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

2. Mengalokasikan annggaran pembiayaan dan belanja daerah (APBD)

Kabupaten/Kota untuk penyelenggaraan ATENSI Lanjut Usia di

daerah;

3. Melakukan Supervisi Pemantauan, dan evaluasi terhadap

penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia di daerah;

4. Mendorong Pemerintah Daerah Kabnupaten/Kota dalam

mennyelenggarakan layanan ATENSI Lanjut Usia di daerah

Kabupaten/Kota;

5. Membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia

di daerah sesuai dengan tugas kewenangan yang dimiliki kepada

Menteri urusan sosial dan Menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang dalam negeri;

6. Membangun system rujukan antar perangkat daerah terkait;

B.4. MASYARAKAT

1. Menggerakkan kader dan masyarakat dalam mendukung

pelaksanaan kegiatan ATENSI Lanjut Usia;

2. Memberikan Penyuluhan pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia;

3. Memberikan Dukungan Sarana dan Prasarana dalam pelaksanaan

Atensi Lanjut Usia;

4. Membantu melakukan advokasi program kelanjutusiaan kepada

pemangku kepentingan dan mitra kerja terkait;

5. Melakukan koordinasi antar mitra kerja dalam pelaksanaan ATENSI

Lanjut usia

Page 87: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

76 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

B.5. PEGIAT

a. Memfasilitasi dan berperan aktif dalam penyelenggaraan ATENSI

Lanjut Usia;

b. Memberikan dukungan sarana dan dana operasional ;

c. Berperan aktif dalam pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia;

B.6. PERGURUAN TINGGI

a. Melakukan kajian dan penelitian tentang kelanjutusiaan;

b. Berperan menanamkan karakter dan softskill dalam pemecahan

masalah lanjut usia;

c. Memberi edukasi kepada masyarakat tentang kelanjutusiaan;

d. Melakukan pengembangan kurikulum tentang kelanjutusiaan;

e. Berperan aktif dalam pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia.

B.7. PROFESIONAL

a. Berperan dalam melakukan pelayanan terhadap Lanjut usia termasuk

memberikan Penyuluhan

b. Mendukung Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan tentang

kelanjut usiaan;

c. Mendukung pengembangan kegiatan dan Inovasi penanganan Lanjut

Usia;

d. Menemukenali tentang masalah-masalah kelanjutusiaan untuk

diselesaikan secara komprehensif.

Page 88: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

77 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

B.8. DUNIA USAHA

a. Bertanggungjawab terhadap aspek maupun proses tentang

kelanjutusiaan melalui tanggung jawab perusahaan atau Corporate

Social Responsibility (CSR);

b. Membangun kemitraan dengan Balai/Loka Lanjut Usia, Pemerintah

Daerah, LKS LU (PUSAKA) dalam pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia;

c. Berperan aktif dalam pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia.

C. LAYANAN MULTIFUNGSI UPT

UPT melaksanakan layanan utama atau Primary Service kepada lanjut usia.

Selain itu juga melaksanakan UPT melaksanakan Secondary Service atau layanan

bagi PPKS lainnya di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial meliputi

penyandang disabilitas, anak, korban penyalahgunaan NAPZA, Tuna Sosial dan

Korban Perdagangan Orang. Selain layanan di atas, UPT juga melaksanakan

layanan sementara atau Tertiary Service dan kedaruratan dalam upaya

penanganan fungsi lain yang meliputi:

a. perlindungan dan jaminan sosial;

b. penanganan fakir miskin;

c. pemberdayaan sosial; dan

d. pendidikan, pelatihan, penyuluhan sosial, pelaporan masyarakat dan

pengawasan.

Layanan sementara dalam pelaksanaan fungsi lain dapat dilakukan

dalam bentuk respon kasus, layanan kedaruratan dan peningkatan kapasitas

PPKS yang menunjang layanan rehabilitasi sosial yang terintegrasi berdasarkan

hasil assesment petugas. Layanan dukungan terhadap rehabilitasi sosial dalam

fungsi-fungsi pemberdayaan, perlindungan, pelatihan dan penyuluhan bersifat

sementara, untuk selanjutnya dirujuk kepada unit yang mempunyai tugas

utama dalam fungsi tersebut.

Page 89: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

78 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

BAB VII

SENTRA LAYANAN REHABILITAS SOSIAL

(SERASI)

A. Urgensi

SERASI atau Sentra Layanan Sosial adalah layanan sosial yang terintegrasi

bagi lanjut usia untuk dapat memenuhi kebutuhan dan memperoleh solusi terhadap

masalah yang dihadapi secara efektif, efisien dan berkelanjutan melalui rujukan atau

penyelesaian masalah secara langsung. SERASI dilaksanakan oleh Balai/ Loka

Lanjut Usia di lingkungan Kementerian Sosial dan menjalankan perannya bekerja

sama dengan dinas/instansi sosial, serta GRAHA dan PUSAKA.

Pelaksanaan SERASI menggunakan sistem teknologi, komunikasi, dan

informasi yang terhubung dengan sistem layanan dan rujukan terpadu di daerah

(GRAHA) dan PUSAKA, serta sistem informasi layanan sosial dasar yang

dilaksanakan oleh perangkat daerah/unit pelaksana teknis daerah (GRHA) dan atau

PUSAKA. Dalam pelaksanaan SERASI oleh Balai/Loka Lanjut Usia di lingkungan

Kementerian Sosial ditetapkan oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial dalam

Pedoman Operasional SERASI.

SERASI dalam layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial bagi lanjut usia

merupakan:

1. Gambaran layanan komprehensif terhadap lanjut usia di Indonesia;

2. Kantor “juru bayar” sekaligus layanan lapangan pemerintah untuk

“pembayaran” (tunai/non tunai) untuk perlindungan sosial lanjut usia seperti

lanjut usia miskin dan rentan, atau yang mengalami goncangan dan krisis;

3. Penyedia layanan rehabilitasi sosial pemerintah bagi lanjut usia secara langsung

dan/atau melalui LKS LU (PUSAKA)

Page 90: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

79 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

B. Tujuan

1) memberikan layanan terintegratif lanjut usia;

2) menjadi layanan sosial rujukan yang responsif;

3) memudahkan akses lanjut usia terhadap layanan ATENSI dan komunitas;

4) meningkatkan kapasitas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat GRHA ATENSI

Lanjut Usia, UPT daerah (GRHA) dan LKS LU (PUSAKA) dalam peningkatan

ketahanan keluarga agar lanjut usia dapat segera kembali kepada keluarga.

Jenis layanan terpadu SERASI mengacu pada Layanan terpadu Single

Entry Point, yaitu Layanan terpadu pada level ini masih sudah lebih maju dari

Single Referal Point karena selain menyediakan layanan informasi, melakukan

asesmen, juga memberikan layanan Emergency yang dapat diselesaikan

ditempat. Namun demikian beberapa layanan lain masih berada di luar sistem

sehingga perlu ada rujukan.

C. Sasaran

Sasaran Sentra Layanan Sosial (SERASI) adalah sebagai berikut:

1. Lanjut Usia yang memerlukan Layanan ATENSI

2. Lanjut Usia yang memerlukan dan elijibel untuk mendapatkan program

pemerintah lainnya

3. LKS Lanjut Usia (LKS LU) atau Pusat Santunan Keluarga yang memerlukan

dukungan dalam pelayanan sosial kepada Lanjut Usia

D. Tugas Pokok dan Fungsi

SERASI atau Sentra Layanan Sosial adalah wahana lanjut usia untuk

mendapatkan layanan ATENSI secara efektif, efisien, dan berkelanjutan. SERASI

dilaksanakan di lingkup nasional dan regional yang memiliki fungsi antara lain:

Page 91: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

80 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

a. peningkatan inklusivitas dan penjangkauan;

b. penguatan sumber pendanaan rehabilitasi sosial dari pemerintah

daerah, masyarakat, LKS, dan/atau swasta.

c. penanganan keluhan dan kejadian luar biasa yang cepat dan akurat;

d. penyediaan data tunggal yang aspiratif;

e. penyediaan Program Rehabilitasi Sosial yang integratif dan saling

komplemen dengan program jaminan sosial, perlindungan sosial, dan

pemberdayaan sosial, serta penanganan fakir miskin;

f. kerja sama dan koordinasi program pusat dan daerah yang efektif; dan

g. layanan sosial yang berbasis sistem.

Gambar ...... Skema Fungsi SERASI

Dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan Sentra Layanan Sosial

diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang diperlukan diantaranya adalah:

1. Manajer, bertugas memimpin dan mengambil keputusan;

Gambar 16

Fungsi Sentra Layanan SOSIAL (SERASI) Dalam Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial Komprehensif

Page 92: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

81 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

2. Petugas Administrasi, bertugas menerima lanjut usia dan masyarakat yang

datang ke kantor SERASI, mengadministrasikan seluruh kegiatan yang

dilaksanakan di Kantor Serasi;

3. Petugas data dan operator, bertugas menerima pengaduan, mencatat dan

mengumpulkan pengaduan.

4. Pekerja sosial, bertugas melakukan assessment lanjut usia dan masyarakat

yang datang melaporkan pengaduan.

5. Petugas Pengamanan, bertugas memberi keamanan dan kenyaman bagi

masyarakat dan petugas pelayanan di Kantor Layanan SERASI.

Adapun sarana Prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan Sentra

Layanan Sosial adalah sebagai berikut

1. Ruang tunggu/ resepsionis, ruang yang digunakan untuk menerima

masyarakat yang melakukan pengaduan;

2. Ruang data dan informasi, ruang yang digunakan untuk menyimpan,

mengelola dan menampilkan data dan informasi terkait layanan, kegiatan

dan program bagi lanjut usia;

3. Ruang Asesmen, ruang yang digunakan untuk melakukan assessment bagi

lanjut usia atau keluarga yang membutuhkan pelayanan;

4. Ruang manajemen kasus, ruang yang digunakan oleh manajer, pekerja

sosial, dan tim di Kantor SERASI untuk mengkaji secara mendalam dan

menemukan solusi terkait permasalahan masyarakat yang mengadu di kantor

layanan SERASI.

5. Ruang Istirahat, ruang yang digunakan untuk lanjut usia yang mengalami

disfungsi sosial dan membutuhkan tempat istirahat selama kurang dari 12

jam, sambil dilakukan assessment mendalam oleh petugas dalam mencari

solusi bagi lanjut usia;

Page 93: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

82 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

6. Pantry dan Toilet;

7. Meubelair untuk ruang pelayanan;

8. Alat Pengolah Data diantaranya Komputer, Printer, Telepon, Jaringan

Internet;

9. Tempat Tidur, Oksigen, alat tensi, timbangan, alat bantu

10. Air Conditioner

E. Mekanisme

Adapun mekanisme pelaksanaan SERASI adalah sebagai berikut:

Gambar 17 Fungsi Sentra Layanan SOSIAL (SERASI)

Dalam Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial Komprehensif

Bagi lanjut usia yang memerlukan layanan rehabilitasi sosial melalui layanan

SERASI, mekanisme yang bisa diberikan dapat diakses secara:

1. Langsung.

Page 94: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

83 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Yang bersangkutan datang sendiri ke kantor layanan SERASI yang ada di

Balai/Loka Lanjut Usia.

2. Tidak Langsung

Yang bersangkutan mengakses melalui media atau pihak lain.

Serasi menjadi penghubung bagi Lanjut Usia yang mengalami

disfungsi sosial untuk memperoleh layanan sesuai kebutuhan lanjut usia yang

tersedia di Balai/Loka Lanjut Usia. Disamping itu Lanjut Usia juga dapat

mengakses bantuan lain yang sesuai dengan kebutuhan melalui Serasi

berupa layanan rujukan, yang selanjutnya diteruskan oleh Layanan Serasi

yang ada di Balai/Loka kepada Unit yang memberikan bantuan atau program

tersebut. Adapun bantuan atau program rujukan yang bisa diakses lanjut usia

melalui serasi diantaranya bantuan perumahan , pangan, air bersih, lapangan

kerja, identitas dan kebutuhan dasar lainnya. Melalui SERASI diharapkan

adanya percepatan layanan kepada lanjut usia yang dapat meningkatkan

kualitas hidup dan kesejahteraan lanjut usia.

F. Indikator Kinerja

1. Meningkatnya kualitas layanan sosial di Sentra;

2. Meningkatnya perspektif positif masyarakat terhadap layanan sosial lanjut

usia;

3. Meningkatnya kualitas kesejahteraan sosial lanjut usia;

G. SENTRA KREASI ATENSI (SKA)

1. Sentra Kreasi ATENSI sebagai pusat pengembangan kewirausahaan dan

vokasional serta media promosi hasil karya penerima manfaat dalam satu

kawasan terpadu.

Page 95: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

84 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

2. Sentra Kreasi Atensi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari layanan

atensi sebagai wadah/sarana bagi para penerima manfaat untuk praktek

belajar kerja dan/atau magang kerja, yang berbentuk bengkel kerja atau

sentra penjualan dalam mendukung peningkatan kemampuan dan

keterampilan usaha penerima manfaat.

3. Penerima manfaat yang sudah selesai mengikuti pelatihan kerja di UPT dan

siap untuk berwirausaha diberikan kesempatan untuk mematangkan

kemampuan dan keterampilannya di Sentra Kreasi Atensi dengan diberikan

bantuan ATENSI lanjutan berdasarkan hasil asesmen.

4. Penerima Manfaat yang mendapat kesempatan mematangkan

kemampuannya di Sentra Kreasi Atensi, setelah dilakukan Asesmen dan

dinyatakan mandiri, dapat melanjutkan aktifitas usahanya secara mandiri di

luar Sentra Kreasi Atensi dengan diberikan bimbingan lanjut atau

pendampingan.

5. Pengelolaan Sentra Kreasi Atensi dilakukan oleh penerima manfaat dengan

pendampingan petugas UPT.

6. Dalam Pengelolaan Sentra Kreasi Atensi perlu ditunjuk petugas UPT yang

bertugas menjadi supervisor bagi pengelolaan keuangan, pengawasan

layanan konsumen, dan pengawasan mutu produk yang dipasarkan.

7. Sentra Kreasi ATENSI bertujuan:

a) Meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan vokasional penerima

manfaat;

b) Menciptakan/membuka lapangan pekerjaan bagi penerima manfaat;

c) Meningkatkan taraf kemandirian sosial ekonomi penerima manfaat;

d) Meningkatkan taraf kesejahteraan sosial penerima manfaat dari kelompok

termiskin/termarjinal/terlantar; dan

Page 96: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

85 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

e) Terciptanya tempat perbelanjaan dan rekreasi dalam satu kawasan yang

inklusif;

f) Tempat untuk aktualisasi diri, pengisian waktu luang, dan dukungan

interaksi antar generasi.

3. Sasaran Penerima manfaat Sentra Kreasi ATENSI meliputi:

a) Penerima manfaat Program Rehabilitasi Sosial;

b) Penerima manfaat program Perlindungan dan Jaminan Sosial;

c) Penerima manfaat Program Pemberdayaan Sosial; dan/atau

d) Penerima manfaat Program Penanganan Fakir Miskin.

4. Pelaksanaan Sentra Kreasi ATENSI dilakukan oleh balai Sentra

Terpadu/Sentra/Loka, pemerintah, pemerintah daerah, Pusaka, lembaga

pendidikan, dunia usaha (BUMN, swasta), kelompok/organisasi, dan

masyarakat. Pelaksanaan Sentra Kreasi ATENSI dapat dilakukan dengan

supervisi dari Kementerian Sosial.

5. Sentra Kreasi ATENSI dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan:

a) Agrowisata

Agrowisata adalah pemanfaatan lahan di sekitar sentra dalam bentuk

pertanian, peternakan, perikanan, tanaman hias, tanaman pangan dan

holtikultura untuk menciptakan lingkungan yang asri dan indah, pelestarian

sumber daya alam, pemenuhan pangan mandiri, dan pemberdayaan

ekonomi PPKS.

b) Kuliner

Kuliner adalah aktivitas yang dilakukan oleh PPKS yang menyediakan

jajanan makanan dan minuman.

c) Workshop

Workshop adalah wahana aktivitas penerima manfaat untuk menciptakan

suatu produk barang dan/atau jasa yang memiliki nilai ekonomi yang

Page 97: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

86 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

dimulai dari proses pelatihan, magang kerja, produksi, dan penjualan hasil

produksi. Workshop dapat berupa aktivitas perakitan alat bantu seperti

kursi roda, kursi roda listrik, kursi roda adaptif, tongkat pintar dan motor

roda tiga modifikasi, atau bentuk-bentuk keterampilan lainnya seperti

penjahitan, barista, jasa pijat, otomotif, elektronik, pertukangan dan

keterampilan lainnya sesuai dengan hasil asesmen.

d) Perdagangan

Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang dan/atau jasa berdasarkan

kesepakatan bersama yang menghasilkan nilai manfaat/keuntungan

antara kedua belah pihak. Contohnya jual beli barang-barang kebutuhan

rumah tangga (klontong).

e) Handycraft

Handycraft adalah kegiatan seni yang menitik beratkan pada keterampilan

tangan dan mempunyai fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering

ditemukan di sekitar lingkungan dan diolah menjadi benda-benda yang

bernilai dan bermanfaat, contohnya lampu gantung, kerajinan enceng

gondok, kerajinan kayu, dan lain-lain.

f) Karya seni

Karya seni adalah ciptaan artistik atau benda estetik berupa seni rupa, seni

music, seni suara, fotografi, seni murni (lukisan dan patung)

g) Jasa

Jasa adalah aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah interaksi dengan

konsumen atau dengan barang-barang milik tapi tidak memiliki transfer

kepemilikan.

h) Tata Boga

Tata boga adalah aktivitas terkait dengan seni dalam menyiapkan,

memasak dan menghidangkan makanan siap saji.

Page 98: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

87 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

i) Konfeksi

Konfeksi adalah aktivitas usaha memproduksi baju atau pakaian yang

dibuat secara massal diantaranya pakaian jadi seperti Batik, Polo, Shirt,

kemeja, celana.

j) Pelatihan

Pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan

kapasitas penerima manfaat melalui rangkaian kegiatan identifikasi,

pengkajian dan proses belajar yang terencana.

k) Rekreasi

Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali

jasmani dan rohani seseorang

l) Olah raga;

Olah raga adalah aktifitas untuk melatih tubuh seseorang tidak hanya

jasmani tetapi juga rohani

m) Daur ulang sampah

Daur ulang sampah adalah proses untuk menjadikan suatu barang bekas

menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang

sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai ekonomi.

n) Jasa ruang kerja (co-working place).

Jasa ruang kerja adalah sebuah ruang kerja baru dimana kita bekerja

bersamaan dengan orang lain dari perusahaan yang berbeda di tempat

yang sama.

o) Ruang Pameran (Showroom)

Ruang pamer biasa didefinisikan sebagai tempat untuk memamerkan

produk tertentu, seperti produk kerajinan tangan, batik, dan karya hasil

Penerima Manfaat di UPT dan ditujukan meningkatkan pemasaran dan

penjualan produk.

Page 99: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

88 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Uang, barang dan jasa yang dihasilkan dari pelaksanaan Sentra Kreasi

ATENSI menjadi hak sepenuhnya penerima manfaat dan berlaku pengenaan

tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak sampai dengan Rp0,00 (nol rupiah).

H. Posyandu Lansia

Posyandu Lansia merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yang berbasis masyarakat. Posyandu

Lansia dilaksanakan balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial. Posyandu

Lansia dilaksanakan balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial bersama

masyarakat, pemerintah dan swasta. Pelaksanaan Posyandu Lansia dilakukan

di Rukun Warga (RW) yang merupakan wadah kegiatan.

Posyandu Lansia kepengurusannya dipilih secara demokratis oleh

anggotanya yang menyusun dan melaksanakan program untuk

pemberdayaan kesejahteraan sosial Lansia. Keanggotaan Posyandu Lansia

meliputi Lansia dan Pra Lansia.

Tugas Posyandu Lansia meliputi:

a. mendata seluruh Lansia potensial, Lansia tidak potensial dan Lansia

yang terlantar yang berada di lingkungannya;

b. menyusun dan melaksanakan program untuk pemberdayaan

kesejahteraan sosial Lansia;

c. membantu proses pengajuan Lansia tidak potensial dan Lansia terlantar

untuk menjadi penghuni Panti Werdha;

Draft 19 Juli

2021

Page 100: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

89 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

BAB VIII

MEKANISME PENYALURAN BANTUAN ATENSI

1. Dasar Hukum Pemberian Bantuan ATENSI

a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun

Standar (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1618);

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme

Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah di Kementerian/Lembaga (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340) sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme

Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian/Lembaga (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1745);

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 228/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan

Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 2147);

d. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penyaluran Belanja Bantuan

Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2019 Nomor 75);

e. Peraturan Menteri Sosial Nomor 11 tahun 2020 tentang Mekanisme Pelaksanaan

Anggaran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian Sosial (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1233);

f. Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 tahun 2020 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial.

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1566);

g. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Kep/304/04/PB/2019 tentang

Pemutakhiran Kodifikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar;

h. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Kep/135/PB/2020 tentang

Pemutakhiran Kodifikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar.

Page 101: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

90 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

2. Tujuan Penggunaan Bantuan ATENSI

a. Mencapai keberfungsian sosial individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan hak dasarnya, melaksanakan tugas dan

peranan sosialnya, serta mengatasi masalah dalam kehidupannya;

b. Melindungi PPKS, kelompok rentan dan masyarakat miskin/marginal/terlantar dari

kemungkinan terjadinya risiko sosial;

c. Meningkatkan kemandirian ekonomi dan/atau kesejahteraan sosial PPKS, kelompok

rentan dan masyarakat miskin/marginal/terlantar;

d. Meningkatkan aksesibilitas PPKS, kelompok rentan dan masyarakat

miskin/marginal/terlantar dalam menjalankan perannya ditengah keluarga dan

masyarakat.

3. Pemberi Bantuan ATENSI

Pemberi bantuan adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Direktorat Jenderal

Rehabilitasi Sosial.

4. Penerima Bantuan ATENSI

a) Penerima manfaat ATENSI merupakan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial

(PPKS), yang berasal dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

b) Dalam hal penerima manfaat ATENSI tidak terdapat dalam DTKS, layanan tetap

dapat diberikan dengan ketentuan penerima manfaat ATENSI harus segera

dilaporkan ke Dinas Sosial Daerah Provinsi, Dinas Sosial Daerah Kabupaten/kota,

atau Kementerian Sosial untuk diusulkan masuk ke dalam DTKS.

c) Dalam kondisi tertentu, seperti dalam situasi bencana atau situasi darurat, sebelum

penetapan penerima manfaat ATENSI oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), calon

penerima manfaat ATENSI yang berbasis keluarga, komunitas, dan residensial harus

dilakukan verifikasi dan validasi oleh UPT.

Page 102: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

91 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

d) Semua Penerima manfaat ATENSI yang menggunakan anggaran dalam DIPA UPT,

ditetapkan dalam Surat Keputusan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan

disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Penetapan penerima manfaat

ATENSI dibuat dalam SK kolektif dan/atau SK perseorangan.

e) Seorang penerima manfaat dapat menerima bantuan ATENSI lebih dari 1 (satu) kali

sesuai kebutuhan sampai tercapainya peningkatan taraf kesejahteraan sosial dan

kemandirian penerima manfaat.

f) Pemberian bantuan ATENSI lebih dari 1 (satu) kali didasarkan pada perkembangan

hasil asesmen dan/atau konferensi kasus/konferensi keluarga dan hasil monitoring

serta evaluasi.

g) Penerima manfaat ATENSI dapat menerima bantuan lainnya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

h) Keluaran dari bantuan ATENSI lebih dari 1 (satu) kali dihitung tetap 1 orang.

5. Persyaratan Penerima Bantuan ATENSI

Individu yang memiliki kriteria kemiskinan, ketelantaran, disabilitas, keterpencilan, tuna

sosial dan penyimpangan perilaku, korban bencana; dan/atau korban tindak kekerasan,

eksploitasi, dan diskriminasi.

6. Bentuk Bantuan ATENSI

Bantuan ATENSI merupakan bantuan dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa yang

bersumber dari akun 521219, 571112, 526321, 526322.

7. Alokasi Anggaran dan Rincian Jumlah Bantuan ATENSI

Bantuan ATENSI bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

yang dialokasikan pada DIPA UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan sumber

dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Page 103: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

92 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

Besaran nilai bantuan ATENSI berdasarkan pada hasil asesmen yang dituangkan dalam

Surat Keputusan PPK yang disahkan oleh KPA, dengan indeks rata-rata sebesar

Rp.2.400.000/orang. Jumlah bantuan tersebut yaitu:

a. Khusus digunakan untuk kepentingan penerima bantuan (tidak boleh digunakan

untuk operasional petugas).

b. Setiap penerima bantuan dapat menerima lebih dari atau kurang dari Rp. 2.400.000.

c. Besaran bantuan yang layak berdasarkan hasil asesmen.

Adapun rincian penggunaan bantuan tersebut antara lain untuk:

a. dukungan pemenuhan hidup layak;

b. perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak;

c. dukungan keluarga;

d. terapi fisik, terapi psikososial, dan terapi mental spiritual;

e. pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan;

f. bantuan sosial dan asistensi sosial;dan

g. dukungan aksesibilitas.

8. Tata Kelola Pencairan Dana Bantuan ATENSI

a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan penerima ATENSI baik secara

kolektif maupun perseorangan melalui Surat Keputusan yang disahkan oleh Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA).

b. PPK mengajukan Surat Permohonan Pembayaran (SPP) kepada Pejabat

Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM).

c. PPSPM memeriksa dan menguji dokumen pencairan yang diajukan PPK, untuk

selanjutnya dibuatkan SPM dan diajukan ke KPPN.

d. KPPN mengeluarkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan mencairkan

anggaran melalui bank persepsi.

Page 104: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

93 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

9. Penyaluran Dana Bantuan ATENSI

a. Bantuan ATENSI dalam bentuk belanja barang non operasional lainnya (akun

521219) dapat disalurkan:

i. Langsung kepada penerima manfaat

Penyaluran langsung kepada penerima manfaat dapat diberikan dalam bentuk:

a. Bantuan uang tunai yang diberikan langsung oleh UPT. Uang tunai ini

diberikan untuk penerima manfaat yang berada dalam kondisi kedaruratan

atau kondisi tertentu lainnya yang membutuhkan bantuan segera.

(1) Mekanisme pembayaran oleh bendahara pengeluaran melalui uang

persediaan (UP) atau tambahan uang persediaan (TUP).

(2) Dokumen pertanggungjawabannya terdiri dari:

(a) Hasil asesmen kebutuhan.

(b) Surat Keputusan Penerima Manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan

disahkan oleh KPA.

(c) Kuitansi penerimaan uang. Jika ada pembelian barang, maka harus

dilengkapi kuitansi dan nota pembelian barang. Jika ada

penggunaan uang untuk jasa, maka harus dilengkapi dengan

kuitansi biaya pemanfaatan jasa.

(d) Berita Acara Serah Terima antara pemberi dan penerima.

(e) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.

b. Bantuan Uang yang diberikan dengan mekanisme transfer ke rekening

penerima manfaat yang jumlah dan penggunaannya sudah diketahui

sebelumnya berdasarkan hasil asesmen.

(1) Mekanisme pembayarannya melalui:

(a) Transfer ke rekening penerima oleh Bendahara pengeluaran dengan

uang persediaan (UP) atau tambahan uang persediaan (TUP), atau

(b) SPM-LS ke rekening penerima bantuan.

(2) Dokumen pertanggungjawabannya terdiri dari:

Page 105: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

94 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

(a) Hasil asesmen kebutuhan.

(b) Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan

disahkan oleh KPA.

(c) Bukti transfer ke penerima manfaat.

(d) Berita Acara Serah Terima antara pemberi dan penerima.

(e) Laporan penggunaan uang yang telah ditransfer disertai kuitansi dan

nota pembelian barang sesuai dengan BAST. Jika ada penggunaan

uang untuk jasa, maka harus dilengkapi dengan kuitansi biaya

pemanfaatan jasa.

(f) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.

(3) Terkait dengan mekanisme pembayaran transfer dalam bentuk uang,

terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:

(a) Dalam hal penerima manfaat sudah memiliki rekening, bantuan

ATENSI dapat langsung ditransfer ke rekening penerima dari Bank

Persepsi KPPN melalui SPM-LS atau transfer oleh bendahara

pengeluaran yang bersumber dari Uang Persediaan (UP) dan/atau

Tambahan Uang Persediaan (TUP).

(b) Dalam hal penerima belum memiliki rekening, maka PPK

menyerahkan data penerima kepada Bank yang telah melakukan

MoU dengan Ditjen Rehsos untuk dibuatkan rekening.

(c) Dalam hal penyaluran secara transfer melalui Bank Penyalur, dengan

SPM-LS dilakukan mekanisme sebagai berikut:

a. Penyaluran bantuan langsung ke rekening masing-masing

penerima manfaat yang melebihi 100 (seratus) orang penerima

manfaat, dilaksanakan melalui RPL UPT Direktorat Jenderal

Rehabilitasi Sosial.

b. PPK melakukan perjanjian kerjasama dengan pihak Bank

Penyalur.

c. PPK melalui persetujuan KPPN Membuka Rekening

Penampungan Lainnya (RPL) pada Bank Penyalur untuk

Page 106: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

95 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

menampung dana bantuan merujuk pada PMK Nomor

168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Anggaran Bantuan

Pemerintah pada Kementerian/Lembaga.

d. PPK menyerahkan data penerima bantuan kepada Pihak Bank

Penyalur dengan Berita Acara Serah Terima.

e. Pihak Bank melakukan pengecekan data penerima layanan

ATENSI yang diterima dari PPK untuk memenuhi syarat

mandatori dalam proses pembukaan rekening. Hasil

pengecekan data disampaikan ke UPT.

f. Pihak Bank membuatkan rekening tabungan penerima manfaat

ATENSI sesuai data yang lolos proses pengecekan.

g. Pihak Bank menyerahkan buku tabungan dan/atau kartu

ATENSI kepada penerima manfaat.

h. Kartu ATM ATENSI dapat digunakan oleh penerima manfaat

untuk menerima bantuan, menampung hasil usaha, dan

tabungan, sekaligus sebagai upaya pelaksanaan inklusi

keuangan.

i. Dalam pencairan dana bantuan pihak Bank berkoordinasi

dengan UPT, pendamping, dan/atau LKS.

c. Bantuan Barang yang diberikan langsung oleh UPT

Pemberian barang secara langsung oleh UPT dilakukan dalam kondisi

penerima manfaat sangat membutuhkan barang tersebut, misalnya dalam

kondisi darurat bencana alam, bencana sosial, dan/atau bencana non-alam.

Termasuk didalamnya bantuan barang untuk mendukung pelaksanaan

Layanan Dukungan Psikososial (LDP).

Mekanisme pengadaan jenis dan jumlah barang oleh UPT melalui swakelola

dan/atau kontraktual sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

Mekanisme pembayarannya melalui:

Page 107: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

96 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

(a) Tunai atau transfer ke rekening penyedia barang oleh bendahara

pengeluaran dengan uang persediaan (UP) atau tambahan uang

persediaan (TUP); atau

(b) SPM-LS ke rekening penyedia barang.

Dokumen pertanggungjawabannya terdiri dari:

(a) Hasil asesmen cepat kebutuhan.

(b) Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan

disahkan oleh KPA, baik SK kolektif maupun perseorangan.

(c) Kuitansi penerimaan uang (jika dibayarkan langsung oleh bendahara

pengeluaran).

(d) Berita Acara Serah Terima uang antara PPK dan penyedia barang (jika

dibayarkan langsung oleh bendahara/SPM - LS).

(e) Kuitansi dan nota pembelian barang.

(f) Bukti transfer pembayaran ke penyedia barang.

(g) Dokumen Kontrak (jika pengadaannya melalui mekanisme kontraktual).

(h) Berita Acara Serah Terima Barang antara PPK dan penerima bantuan.

(i) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.

2) Pemberian bantuan atas Kerja Sama dengan Lembaga Kesejahteraan

Sosial (LKS)

Pemberian bantuan ATENSI yang dilaksanakan atas kerja sama dengan LKS

melalui tahapan:

a. Balai Besar/Balai/Loka membuat perjanjian kerjasama dengan LKS dalam

pelaksanaan program ATENSI.

b. LKS menyampaikan hasil asesmen untuk data calon penerima manfaat dan

selanjutnya LKS mengajukan proposal ditujukan kepada UPT dengan

melampirkan hasil asesmen calon penerima manfaat disertai rencana

kebutuhan ATENSI dan anggaran.

Page 108: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

97 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

c. UPT melakukan verifikasi dan validasi data calon penerima manfaat,

memeriksa kelengkapan dokumen administrasi dan melakukan survey

kondisi riil lapangan dalam rangka menilai kelayakan proposal yang

dituangkan dalam laporan atau Berita Acara Hasil Verifikasi.

d. PPK membuat surat keputusan tentang penerima bantuan yang memuat

antara lain:

1) Nama calon penerima manfaat.

2) Nomor Induk Kependudukan (jika sudah memiliki KTP).

3) Alamat tempat tinggal/domisili.

4) Jumlah dan jenis bantuan yang diterima setiap penerima manfaat.

5) Nomor rekening penerima bantuan.

6) Nama LKS pendamping.

7) Alamat LKS.

8) Nama Ketua LKS.

e. LKS membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).

f. Mekanisme pembayaran melalui:

a. Transfer ke rekening penerima manfaat oleh bendahara pengeluaran

dengan uang persediaan (UP) atau tambahan uang persediaan (TUP);

atau

b. SPM-LS langsung ke rekening penerima manfaat.

Dokumen pertanggungjawabannya terdiri dari:

a. Semua dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan e di

atas.

b. Kuitansi penerimaan uang (jika dibayarkan langsung oleh bendahara

pengeluaran).

c. Berita Acara Serah Terima uang/barang antara PPK dan penerima manfaat

(jika dibayarkan langsung oleh bendahara/SPM-LS).

d. Bukti transfer pembayaran kepada penerima manfaat.

e. Kuitansi dan nota pembelian barang serta pembayaran jasa.

f. Daftar hadir kegiatan.

Page 109: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

98 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

g. Daftar tanda terima barang antara LKS dan penerima bantuan (jika

diberikan dalam bentuk barang melalui LKS).

h. Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.

Ketentuan tentang LKS:

a. Diprioritaskan sudah terakreditasi;

b. Jika belum atau masih dalam proses akreditasi, maka diperlukan rekomendasi

dari dinas sosial setempat.

Ketentuan Perpajakan

Pengenaan pajak untuk akun 521219 tetap berpedoman pada ketentuan

perpajakan yang berlaku.

a. Bantuan ATENSI dalam akun 571112 (bantuan sosial dalam bentuk barang)

1. Pengadaan bantuan ATENSI dalam bentuk barang yang dilaksanakan oleh UPT

menggunakan mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

Jenis barang yang termasuk dalam akun 571112 ini dapat berupa alat bantu

ataupun jenis barang lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan hasil asesmen,

seperti kursi roda dewasa/standar, kursi roda anak, kursi roda elektrik/adaftif,

motor roda tiga sesuai dengan kebutuhan, stroller, kruk/tongkat ketiak/axilary

cruthes, kruk siku, tongkat biasa/cane, tongkat netra/tongkat lipat, tongkat

pintar/tongkat penuntun ATENSI, walker/alat bantu jalan, alat untuk belajar jalan

seperti jemuran, alat penopang kaki/ankle foot orthoses (AFO), alat penopang

lutut dan kaki/knee ankle foot orthose (KAFO), alat penyangga pergelangan

tangan, lengan, dan jari, alat penyangga tulang leher, alat penyangga tulang

belakang/ortosis torako-lumbosakral, alat penyangga kelainan tulang

belakang/skoliosis, alat penyanggah punggung, protesa jari/partial-foot

prosthesis, ankle disarticulation/syme prosthesis, prostesis bawah lutut/transtibial

Page 110: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

99 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

(below-knee) prosthesis, prostesis atas lutut/transfemoral (above-knee)

prosthesis, prostesis sebagian tangan, prostesis lengan bawah/transradial (below

elbow) prosthesis, protesis lengan atas/transhumeral (above elbow) prosthesis,

kaca mata low vision, tablet, e-book reader, telepon genggam (dengan

memanfaatkan fasilitas/settingan tambahan untuk pengguna dengan disabilitas

netra), laptop bicara/braille, ABD implan, ABD non implan, pampers, motor

modifikasi roda tiga untuk usaha, omron compressor nebulizer ne-c28 (alat bantu

pernafasan), alat bantu peraga edukatif dan UEP, jam tangan braille/bicara,

matras, sepeda statis, carseat, standing frame, kursi meja terapi, lampu infra red,

backslap tangan/kaki, korset pinggang/punggung, dome magnifier, reglet dan

pen, reading stand, pantule, kaca pembesar genggam, penggaris taktil, papan

catur, baby walker, alat vibrator untuk latihan wicara dan Alat bantu sensor air

minum dalam gelas, dll. Setelah pekerjaan pengadaan barang selesai

dilaksanakan dan telah dilakukan serah terima barang dari penyedia barang

kepada UPT, maka barang akan dicatat sebagai barang persediaan (buffer stock).

Dan jika sampai dengan akhir tahun anggaran masih terdapat material sisa

dan/atau barang belum diserahkan, maka akan tetap tercatat sebagai barang

persediaan. Adapun terkait pengenaan pajak untuk pengadaan alat bantu yang

menggunakan akun 571112 tetap berpedoman pada ketentuan perpajakan yang

berlaku.

Dalam hal bantuan ATENSI dalam bentuk barang khususnya alat bantu, UPT

dapat melakukan pembelian unit barang dan material untuk dilakukan perakitan

oleh penerima manfaat baik yang berada didalam Balai/Loka maupun eks

penerima manfaat seperti motor roda tiga untuk usaha, kursi roda elektrik serta

tongkat pintar/tongkat penuntun ATENSI.

Penggunaan Akun Standar perakitan Alat Bantu Aksesibilitas bagi penerima

manfaat yaitu menggunakan akun Belanja Bantuan Sosial untuk Rehabilitasi

Sosial dalam bentuk Barang (571112) yang dialokasikan ke dalam 3 (tiga) jenis

komponen, yaitu:

Page 111: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

100 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

1. Belanja untuk material utama (menggunakan akun 571112) yang digunakan

untuk melakukan pengadaan komponen utama alat bantu yang akan dibuat,

misalnya kursi roda dan motor roda tiga serta tongkat pintar.

2. Belanja untuk material supporting (menggunakan akun 571112) yang

digunakan untuk melakukan pengadaan bahan-bahan pendukung yang

diperlukan untuk membuat barang jadi menjadi alat bantu yang siap dipakai

dan sesuai dengan keperluan penerima manfaat.

3. Belanja untuk jasa perakitan (menggunakan akun 571112) yang digunakan

untuk melakukan perakitan sesuai dengan kebutuhan sehingga semua

komponen dapat tersusun menjadi alat bantu siap pakai. Akun ini

dipergunakan karena outputnya adalah bentuk barang/ alat bantu disabilitas.

Komponen pembiayaan pada kegiatan (1) dan (2) dilakukan dengan mekanisme

pengadaan barang dan jasa sesuai peraturan yang berlaku, sedangkan komponen

pada kegiatan (3) dilakukan dengan mekanisme SPM – LS ke penerima manfaat

yang merakit.

Jika ada pembelian peralatan dan bahan yang mendukung proses produksi,

misalnya mesin bubut, rompi, dll tidak menggunakan akun 571112, tetapi

menggunakan akun belanja modal (53) dan belanja barang (52), sehingga tidak

termasuk dalam pembentuk belanja sosial di akun 571112.

Dokumen pertanggungjawaban atas proses pengadaan barang meliputi:

1) Harga Perkiraan Sendiri (HPS).

2) Dokumen kontrak lengkap.

3) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan.

4) Berita Acara Pemeriksaan Barang.

5) Berita Acara Serah Terima Barang

6) Faktur dari Penyedia Barang

7) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak dari Penyedia Barang.

8) Dokumen pembayaran lengkap antara lain permintaan pembayaran dari

penyedia barang, Berita Acara Pembayaran, kuitansi, SPP, SPM, SP2D, SSP.

Page 112: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

101 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

2. Penyaluran Bantuan ATENSI dalam bentuk barang yang bersumber dari akun

571112 diberikan berupa:

a. Bantuan barang langsung kepada penerima manfaat.

Penyaluran langsung kepada penerima manfaat ATENSI diberikan langsung

oleh UPT kepada pemohon perseorangan yang berada dalam kondisi darurat

atau tidak darurat. Barang yang telah diberikan dapat diolah sesuai dengan

kebutuhan penerima manfaat. Sebagai contoh: pemanfaatan komponen-

komponen untuk pembuatan atau modifikasi motor roda tiga dan kursi roda

serta tongkat pintar.

Dokumen pertanggungjawaban untuk perseorangan dalam kondisi darurat:

(1) Data calon penerima manfaat yang telah di verifikasi dan validasi oleh

petugas Balai Besar/Balai/Loka Rehabilitasi Sosial.

(2) Surat Keputusan Penerima Manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan

disahkan oleh KPA.

(3) Berita Acara Serah Terima Bantuan ATENSI antara pemberi dan

penerima.

(4) Surat pernyataan telah menerima bantuan dan akan memanfaatkan

sesuai ketentuan dan hasil asesmen kebutuhan.

(5) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.

(a) Dokumen pertanggungjawaban untuk perseorangan yang tidak dalam kondisi

darurat:

(1) Surat permohonan dari calon penerima

manfaat/wali/LKS/komunitas/instansi pemerintah.

(2) Data calon penerima manfaat yang telah di verifikasi dan validasi oleh

petugas Balai Besar/Balai/Loka Rehabilitasi Sosial.

(3) Surat Keputusan Penerima Manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan

disahkan oleh KPA.

(4) Berita Acara Serah Terima antara pemberi dan penerima.

Page 113: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

102 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

(5) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.

b. Bantuan barang melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)

Pemberian bantuan ATENSI dalam bentuk barang dari akun 571112 melalui LKS

dilaksanakan dengan tahapan:

(a) LKS menyampaikan hasil asesmen data calon penerima manfaat ATENSI

yang telah masuk ke dalam DTKS. (Catatan: Tanpa proposal karena DTKS

dipastikan datanya valid).

(b) LKS mengajukan proposal yang ditujukan kepada UPT dengan melampirkan

hasil asesmen calon penerima manfaat yang belum masuk DTKS disertai

rencana kebutuhan dan anggaran.

(c) UPT membuat perjanjian kerjasama dengan LKS dalam pemanfaatan dana

ATENSI.

(d) UPT memastikan kembali akurasi data calon penerima manfaat dan

melakukan asesmen untuk calon penerima manfaat yang belum masuk

DTKS.

(e) UPT memverifikasi administrasi dan lapangan terhadap proposal yang masuk

untuk menilai kelayakannya dalam bentuk laporan atau Berita Acara Hasil

Verifikasi.

(f) PPK membuat surat keputusan tentang penerima bantuan yang memuat

antara lain:

(1) Nama LKS

(2) Alamat LKS

(3) Nama Ketua LKS

(4) Nama penerima bantuan

(5) Jumlah dan jenis bantuan yang diterima setiap penerima bantuan.

(g) LKS membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).

Dokumen pertanggungjawabannya terdiri dari:

Page 114: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

103 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

a) Semua dokumen sebagaimana tercantum dalam huruf a) sampai dengan g)

diatas.

b) Berita Acara Serah Terima Barang antara PPK dan LKS.

c) Berita Acara Serah Terima Barang antara LKS dan Penerima Manfaat.

d) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.

e) Dokumen pertanggungjawaban yang dibuat oleh LKS dikirimkan kepada UPT

yang memberikan bantuan dalam bentuk foto copy, sedangkan dokumen

aslinya disimpan oleh LKS.

c. Bantuan ATENSI dalam bentuk uang yang bersumber dari akun

526321 dan bantuan ATENSI dalam bentuk barang yang bersumber

dari akun 526322

Bantuan yang berasal dari akun 526321 dalam bentuk uang kepada penerima manfaat

untuk penanganan Covid-19. Bantuan yang berasal dari akun 526321 diberikan

dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Bantuan diberikan dalam bentuk uang kepada penerima manfaat untuk

penanganan Covid-19.

(2) Penyaluran bantuan dilakukan oleh UPT kepada penerima

manfaat/wali/penanggungjawab lainnya baik perseorangan maupun kolektif yang

berada di dalam lembaga maupun di masyarakat.

(3) Uang dapat diberikan melalui transfer atau tunai.

Dokumen pertanggungjawaban penyaluran akun 526321:

(1) Data penerima manfaat yang telah diverifikasi dan validasi oleh petugas UPT.

(2) Surat keterangan terpapar Covid-19 dari instansi kesehatan dan/atau data

tentang zona penyebaran Covid-19 dari Satgas Covid-19.

Page 115: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

104 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

(3) Surat Keputusan Penerima Manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan oleh

KPA.

(4) Bukti penerimaan uang berupa kuitansi atau bukti transfer.

(5) Berita Acara Serah Terima Bantuan ATENSI antara pemberi dan

penerima/wali/penanggungjawab lainnya.

(6) Jika terdapat pembelian barang maka disertakan bukti nota dan kwitansi

pembelian.

(7) Surat Pernyataan Telah Menerima Bantuan dan akan memanfaatkan sesuai

ketentuan dan hasil asesmen kebutuhan.

(8) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.

Bantuan yang berasal dari akun 526322 dalam bentuk barang untuk bantuan lainnya

yang akan diserahkan kepada penerima manfaat ATENSI dalam rangka penanganan

Covid-19. Bantuan yang berasal dari akun 526322 diberikan dengan ketentuan

sebaga berikut:

(1) Bantuan diberikan dalam bentuk barang kepada penerima manfaat ATENSI untuk

penanganan Covid-19.

(2) Penyaluran bantuan dilakukan oleh UPT kepada penerima

manfaat/wali/penanggungjawab lainnya baik perseorangan maupun kolektif yang

berada di dalam lembaga maupun di masyarakat.

(3) Pengenaan pajak untuk akun 526322 tetap berpedoman pada ketentuan

perpajakan yang berlaku.

Dokumen pertanggungjawaban penyaluran akun 526322, berupa:

(1) Data penerima manfaat ATENSI yang telah diverifikasi dan validasi oleh petugas

UPT.

(2) Surat Keterangan terpapar Covid-19 dari instansi kesehatan dan/atau data

tentang zona penyebaran Covid-19 dari Satgas Covid-19.

Page 116: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

105 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

(3) Surat Keputusan Penerima Manfaat ATENSI yang dikeluarkan oleh PPK dan

disahkan oleh KPA.

(4) Nota dan kwitansi pembelian barang.

(5) Bukti penerimaan barang.

(6) Berita Acara Serah Terima Bantuan ATENSI antara pemberi dan

penerima/wali/penanggungjawab lainnya.

(7) Surat Pernyataan Telah Menerima Bantuan dan akan memanfaatkan sesuai

ketentuan dan hasil asesmen kebutuhan.

(8) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.

10. Ketentuan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

a) Jenis PNBP yang dikenakan tarif sebesar Rp0,00 (nol rupiah) adalah uang, barang

dan jasa yang merupakan hasil dari layanan UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi

Sosial.

b) Bantuan ATENSI diberikan langsung untuk kepentingan penerima manfaat.

Bahan/benih/bibit/alat/barang yang dibeli oleh UPT dan diserahkan untuk

kepentingan penerima manfaat harus dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima

(BAST). Sebagai contoh: bahan keterampilan yang telah dibeli oleh UPT, setelah

diserahkan kepada penerima manfaat akan sepenuhnya menjadi hak penerima

manfaat, baik penggunaan maupun hasil penjualannya. Karena itu hasil dari

pengolahan dan penjualan barang serta jasa yang diberikan penerima manfaat tidak

menjadi objek Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

c) Seluruh penyerahan dan penggunaan bahan/ benih/ bibit/ alat/ barang berpedoman

pada prinsip akuntabilitas.

11. Pelaporan

Seluruh dokumen pertanggungjawaban disampaikan kepada UPT pemberi

bantuan selambat-lambatnya 30 hari sejak bantuan diterima. Penerima

bantuan wajib membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan dana

Page 117: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

106 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

bantuan sesuai peruntukannya dengan didukung bukti-bukti asli transaksi

pembelanjaan dan menyampaikan fotocopy dokumen pertanggungjawaban

bantuan kepada UPT Ditjen Rehabilitasi Sosial. Penerima bantuan dalam

membuat laporan dapat didampingi oleh pendamping dan atau LKS.

12. Sanksi

Sanksi diberikan kepada penerima bantuan ATENSI apabila pemanfaatan tidak sesuai

dan atau tidak melaporkan pertanggungjawaban, maka akan diberikan sanksi berupa:

a) Teguran lisan.

b) Teguran tertulis, dalam hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

pemberian bantuan berikutnya dan atau bantuan lainnya.

c) Penghentian bantuan.

d) Pengembalian bantuan (penyetoran ke kas negara, jika hasil pemeriksaan

ditemukan terdapat kerugian negara).

e) Diproses secara hukum jika terbukti melakukan pelanggaran pidana terkait dengan

penggunaan bantuan ATENSI.

13. Lain-lain

Hal-hal yang belum tercantum dalam pedoman operasional ini akan diatur lebih lanjut

dalam petunjuk teknis pelaksanaan yang dibuat oleh KPA, dan tetap merujuk pada

pedoman operasional ini.

Page 118: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

107 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

BAB IX

PENUTUP

Demikian Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia ini

telah disusun untuk membantu semua pihak dalam pelaksanaan kegiatan baik

melalui Keluarga, Komunitas dan Residensial. Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut

Usia berharap pedoman ini dapat bermanfaat dan digunakan bagi semua pihak

secara umum dan secara khusus.

Diharapkan dengan telah disusunnya pedoman ini dapat dijadikan acuan

untuk menjalankan tugas dalam rangka pembinaan dan pengawasan, pelaksanaan

kegiatan. Dalam pelaksanaan ATENSI Lanjut Usia dibutuhkan profesionalitas dan

kompetensi pemangku-kepentingan yang dapat diterapkan untuk mewujudkan

lanjut usia Indonesia yang mandiri, sejahtera dan bermartabat.

Page 119: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

108 | Pedoman Operasional ATENSI Lanjut Usia 2021

L A M P I R A N

Page 120: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL

LANJUT USIA

INSTRUMEN SELEKSI

PEKERJA SOSIAL

TANGGAL PENGISIAN

Pada Hari……………..tanggal……………………..tahun……………..Telah dilaksaakan seleksi kepada klien yang

datanya tercantum di bawah ini :

A. Identitas klien

1. Nama :

2. Umur/Tempat tgl lahir :

3. Jenis Kelamin :

4. Agama :

5. Pendidikan Terakhir :

6. Pekerjaan/Keterampilan :

7. Status Perkawinan :

8. Penyakit yang pernah diderita :

9. Permasalahan yang dihadapi :

10. Keterangan lain :

B. Identitas Keluarga/Wali yang bertanggung jawab :

1. Nama :

2. Pekerjaan :

3. Alamat :

4. HUbungan Keluarga :

C. Kesimpulan

D. Saran

……………………………..,………………………………thn………….

Pendamping

(…………………………………….)

Page 121: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL

LANJUT USIA

INSTRUMEN SELEKSI

PEKERJA SOSIAL

TANGGAL PENGISIAN

INSTRUMEN ASESMEN

(PENELAAHAN DAN PENGUNGKAPAN MASALAH)

A. Identitas klien

Nama klien :

Tempat tgl lahir :

Alamat :

Nomor tlp/Hp :

Catatan Kasus :

Tanggal di rujuk :

Pekerja Sosial :

Laporan dibuat :

B. Dasar Pertimbangan Laporan :

C. Dasar Pertimbangan Keterlibatan Pekerja Sosial :

D. Sumber Daya :

E. Latar Belakang dan Situasi Keluarga :

F. Fungsi Kesehatan :

G. Fungsi Intelektual :

H. Fungsi Emosional :

I. Relasi Interpersonal dan Sosial :

J. Potensi dan Kemampuan Memecahkan Masalah:

K. Kesimpulan Hasil Asesmen :

L. Harapan Klien mendapat pelayanan di Balai/

Loka LU :

Page 122: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL

LANJUT USIA

INSTRUMEN SELEKSI

PEKERJA SOSIAL

TANGGAL PENGISIAN

SURAT TERMINASI/RUJUKAN

Yang bertanda tangan dibawah ini Pendamping Sosial menerangkan bahwa :

N a m a :………………………………………………………………..

U m u r :………………………………………………………………

Status klien dampingan dari ……………………………………………………………………………………………………………

Berdasarkan hasil ………………………………………………………………………………………………………………………………

Serta didukung oleh data lainnya menunjukkan bahwa klien yang menjadi dampingan saya……………..

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Seiring dengan hal tersebut, klien dampingan tersebut masih perlu memperoleh………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

lebih lanjut dirujuk ke………………………………………………………………………………………………………………………….

Sesuai dengan permasalahannya.

Demikin agar menjadi maklum dan atas bantuan dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

…………………………………………..,…………………………………………….tahun

Pendamping

Page 123: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL

LANJUT USIA

ASESMEN/PENDEKATAN AWAL

PEKERJA SOSIAL

TANGGAL PENGISIAN

Nama PPKS

NDK KTP :

Tanggal lahir BPJS/KIS/asuransi lainnya :

Jenis Kontak Pihak selain klien yang terlibat dalam inisiatif rujukan/kontak

Kunjungan ke BRSLU Anggota keluarga:

Melalui telepon Tetangga/teman :

Kunjungan Rumah Dokter :

Lainnya : Lembaga/Instansi:

Lainnya :

Level keterlibatan klien dalam rujukan/kontak :

Klien hadir dan terlibat Klien tidak mengetahui (jelaskan)

Klien tidak hadir tapi menginginkan rujukan/kontak

Klien tidak hadir, tapi mengetahui ttg rujukan/kontak

Klien hadir tapi tidak terlibat (jelaskan) : Tidak yakin (seperti via telepon) :

Masalah yang muncul :

Tambahan riwayat (durasi/upaya/hasil) :

Ekspektasi orang saat wawancara, termasuk layanan yang diminta : Penting?

Ya

Tidak

Informasi awal dalam domain fungsional

Sosial :

Lingkungan :

Kesehatan Mental :

Page 124: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

2

Kesehatan Fisik :

ADL/IADL :

Ekonomi :

DISPOSISI Rehabilitasi Sosial di Balai Teratasi saat Respon Kasus

Bantuan Bertujuan LU

Merujuk ke lembaga lain Tidak dapat dibantu (alasan)

Dukungan Keluarga

Lainnya

Apakah pada saat wawancara ada yang menandakan bawa klien tinggal dalam lingkungan yang membahayakan bagi kunjungan Pekerja Sosial? (Ceklis dan jelaskan). Pastikan untuk mencatat bahaya pada face sheet.

Tetangga berbahaya Senjata dalam rumah Penggunaan/pengedaran

KDRT Hewan peliharaan berbahaya narkoba di rumah

Lainnya

Jelaskan (termasuk sumber informasi dan kesan seriusnya bahaya) :

Tambahan komentar (jika diperlukan) :

Tanda tangan Pekerja Sosial __________________________________________________________

Page 125: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL

LANJUT USIA

FACE SHEET

PEKERJA SOSIAL

TANGGAL PENGISIAN

Nama PPKS/Usia JK Suku Status Agama Bahasa Pendidikan

BPJS/KIS KTP Pekerjaan

NDK : 004 – TS - 2020 TMT Masuk :

Alamat :

Kel/Desa : Kecamatan : Kota/Kab :

No.Kontak PPKS Propinsi :

Petunjuk Arah/Catatan Kasus :

Respon Kasus

Petugas Respon Kasus :

Petugas dan Tanggal Penjemputan : Penempatan

Kasus :

Nama Keluarga/Wali : Hubungandgn PM Hub.dgn PPKS :

No.Kontak KTP

Alamat :

Alasan merujuk :

Instansi/Lembaga Perujuk

Nama

No.Kontak

Alamat

Alasan merujuk

Catatan (tambahan informasi penting yang tidak tercantum di atas)

Tandatangan Pekerja Sosial _____________________

Foto

Page 126: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA

ASESMEN FUNGSIONAL KOMPREHENSIF

PEKERJA SOSIAL

NAMA PPKS

NDK

I. SOSIAL

A. Persepsi Lanjut usia/Keluarga terhadap keberfungsian sosial lanjut usia?

B. Ketika lanjut usia memiliki permasalahan, siapa orang yang diandalkan oleh lanjut usia?

C. Dimensi keberfungsian sosial

1. Kemampuan lanjut usia/preferensi/hambatan dalam membuat dan merawat hubungan sosial

(contoh : isolasi sosial, menyukai pertemuan dengan orang, pemalu, memilih untuk menyendiri, sulit untuk

berkomunikasi)

2. Apakah lanjut usia memiliki pengasuh/perawat? ___Tidak___YA (jika ya, gambarkan dinamika, seperti:

kepuasan lanjut usia terhadap pengasuh/perawat, tanggung jawab pengasuh dan hambatannya, bukti

burnout, kasar terhadap lanjut usia, penghargaan hubungan pengasuh/lanjut usia)

3. Dinamika hubungan sosial dengan dan bersama keluarga, teman, dan lainnya (Contoh: tetangga, dapat

menggunakan genogram, social mapping dll)

4. Perubahan/latar belakang signifikan keberfungsian sosial pada keluarga/lanjut usia.

Page 127: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

2

II. LINGKUNGAN

A. Persepsi Lanjut usia/Keluarga terhadap lingkungan rumah dan tetangga

B. Tempat tinggal

Jenis Tempat Tinggal Kepemilikan Fasilitas Pelayanan Sosial

Rumah Milik Sendiri Panti Sosial Pemerintah

Rusun Sewa/Disewakan Panti Sosial swasta

Gelandang/di Jalan Menumpang Fasilitas rehab/akut

________________ _________________ Penampungan Sementara

________________ _________________ _____________________

C. Lokasi Tempat Tinggal __ Kota __ Desa __ Lokasi Terisolir

D. Kondisi tidak sehat, tidak aman, tidak memadai pada lingkungan lanjut usia. Jika lanjut usia tinggal di dalam

fasilitas pelayanan sosial, catatan diberikan pada bagian komentar

Aksesibilitas rumah Kebersihan Rumah Tangga

Aksesibilitas luar rumah Hewan/Hama Akses Transportasi

Kamar mandi Tempat Sampah Akses Pasar

Toilet Ventilasi Udara Lainnya

Area Mencuci/ Menjemur Pemanas/ Pendingin Ruangan _______________

Dapur/Peralatan Memasak Sistem kelistrikan rumah _______________

Ruang Makan Lantai _______________

Halaman Kondisi Rumah _______________

Komentar:

E. Hal di sekitar lingkungan lanjut usia yang mengancam atau mengganggu kondisi mental, fisik, keselamatan,

atau menghambat akses lanjut usia menerima pelayanan?

F. Kekuatan lingkungan

Page 128: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

3

III. MENTAL/EMOSIONAL

A. Persepsi keluarga/ lanjut usia terhadap kondisi kesehatan mental/ emosi lanjut usia

B. Apakah lanjut usia pernah mendapatkan asesmen kondisi mental/kognitif? __ Tidak __ Ya

Instrumen Dilakukan oleh Hasil/ Simpulan

C. Permasalahan Mental, Emosi dan Kognitif-Penyakit, Gejala, Gangguan

Diagnosa/ Gejala Sumber Catatan

Perilaku Agresif/ Kekerasan

Gelisah/ Cemas/ Serangan Panik

Perubahan tingkat aktivitas (tiba-tiba/ekstrem)

Perubahan suasana hati (tiba-tiba/ekstrem)

Perubahan nafsu makan

Gangguan kognitif/ Gangguan ingatan

Gangguan disabilitas/ Keterbelakangan mental

Halusinasi/ delusi

Perasaan yang tidak wajar (datar/ inkongruen)

Gangguan kemampuan analisa/penilaian

Penyakit mental

Gangguan orientasi

Perasaan sedih yang berkepanjangan

Gangguan tidur

Penggunaan obat terlarang

Pikiran tentang bunuh diri

Perilaku keluyuran

*Sumber : L = Pendapat lanjut usia K = Pendapat keluarga

P = Observasi pekerja sosial M = petugas kesehatan mental profesional O = lainnya__________

D. Riwayat pengobatan/ intervensi untuk masalah emosi/ mental (perawatan RSJ, perawatan rawat jalan, terapi,

penggunaan obat, nama terapis atau profesional terlibat dalam penanganan mental lanjut usia)

E. Riwayat gangguan emosi/ mental atau penggunaan obat pada keluarga lanjut usia

F. Kekuatan status mental/ emosi lanjut usia/keluarga

Page 129: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

4

IV. KESEHATAN FISIK

A. Persepsi keluarga/ lanjut usia terhadap kondisi kesehatan fisik lanjut usia

B. Permasalahan kesehatan-penyakit, gangguan, gejala

Diagnosa/ Gejala Sumber Catatan

Arthritis / Ostoeporosis / Gout

Asma / Sesak nafas / lainnya

Kontinensia urin / masalah kandung kemih

Kontinensia feses / masalah pencernaan

Luka lebam

Luka bakar

Kanker

Masalah gigi

Vertigo / Pusing / jatuh

Penyakit / kondisi penglihatan

Sakit kepala

Gangguan pendengaran

Hipertensi

Gangguan hati

Penyakit ginjal / gangguan ginjal

Jantung

Malnutrisi / dehidrasi

Stroke

Nyeri

Parkinson

Gangguan bicara

Parapeglia / quadripeglia / gangguan syaraf

*Sumber : L = Pendapat lanjut usia K = Pendapat keluarga

P = Observasi pekerja sosial M = petugas kesehatan O = lainnya__________

C. Penyedia Layanan Medis Catatan (jenis penyedia, reguler atau sesuai kebutuhan)

D. Pengobatan (resep) dan Perawatan (seperti diet khusus, pijat)

Nama Keterangan (dosis, efek samping, dll)

Page 130: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

5

E. Apakah lanjut usia memerlukan bantuan dalam pengobatan atau perawatan? Jika iya, apakah lanjut usia

mendapatkan bantuan?

__ tidak membutuhkan bantuan

__ Membutuhkan bantuan dari _________________

__ Membutuhkan bantuan, tapi tidak mendapatkannya.

F. Riwayat kesehatan lanjut usia/keluarga, termasuk rawat inap (RS) dan rawat jalan

G. Peralatan medis tahan lama/perangkat pembantu/persediaan (tulis U jika lanjut usia menggunakannya saat

ini, N jika lanjut usia membutuhkan tapi tidak memilikinya)

__ Kateter __ Alat bantu dengar __ Lainnya

__ Kruk __ persediaan inkontinensia ______________

__ Gigi palsu __ Kantong penampung feses

__ Persediaan diabetic __ Peralatan oksigen

__ Kacamata __ Kursi roda

__ Palang/pegangan __ alat bantu jalan/walker

Penjelasan :

H. Kekuatan-kekuatan pada kesehatan fisik lanjut usia/keluarga

V. ADL/IADL

A. Persepsi Lanjut usia/keluarga mengenai kemampuan lanjut usia berkativitas sehari-hari

Page 131: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

6

B. Review aktivitas sehari-hari

ADL

Memerlukan bantuan? Kebutuhan

terpenuhi? (1-ya,

2-parsial, 3-tidak)

Keterangan (siapa yang membantu, hambatan dll)

Tid

ak

Seb

agia

n

Tota

l

Ambulans

Mandi

Berpakaian

Makan

Kebersihan diri

BAB/BAK

Berpindah

Dari/ke tempat tidur

Dari/ke tempat duduk

Masuk/keluar mobil

IADL

Membersihkan rumah

Mencuci

Memasak

Penggunaan transportasi

C. Apakah lanjut usia bisa membaca? __Ya, __Tidak

Apakah lanjut usia bisa menulis? __Ya, __Tidak

D. Kekuatan lanjut usia/keluarga

VI. FINANSIAL

A. Persepsi lanjut usia/keluarga mengenai situasi finansial dan kemampuan dalam mengatur keuangan

B. Pendapatan per bulan ____________________ Sumber pendapatan :

C. Pengeluaran per bulan ____________________ Jenis pengeluaran :

Page 132: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

7

D. Adakah permasalahan dalam mengatur keuangan baik oleh lanjut usia maupun keluarga?

E. Jika pengeluaran lebih besar dari pendapatan, apa yang lanjut usia lakukan?

F. Kekuatan lanjut usia/keluarga

VII. Program Bantuan Pemerintah yang diterima Lanjut usia/Keluarga

CATATAN TAMBAHAN

(jika kolom yang tersedia di atas tidak mencukupi atau terdapat informasi penting yang tidak ada pada pertanyaan)

Page 133: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

8

KESIMPULAN

Ditandatangani pada tanggal :

Pekerja Sosial,

_______________________

Page 134: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA

KONTRAK (INCERN CONFIRM)

PEKERJA SOSIAL

NAMA PPKS

NDK

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN (INCERN CONFIRM)

PELAYANAN SOSIAL LANJUT LANJUT USIA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

I. Nama :

Jenis kelamin :

Tempat/tgl.lahir :

Alamat :

Status dalam pelayanan : Penerima Manfaat

II. Nama :

Jenis kelamin :

Alamat :

Status dalam pelayanan : Pekerja Sosial

Mempunyai hubungan sebagai Penerima Manfaat dari Pihak ke-II, telah mendapat penjelasan

mengenai hasil asesmen dan intervensi yang akan dilaksanakan oleh pihak ke-II terhadap

Penerima Manfaat. Memberikan wewenang kepada Pekerja Sosial yang bersangkutan untuk

melaksanakan intervensi dan tindakan lain yang diperlukan.

Persetujuan ini diberikan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaaan dari pihak manapun.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan penuh rasa tanggung jawab.

…………………….., ……………., ………

Yang Menyatakan,

Pihak Ke-II Pihak Ke-I

Pekerja Sosial Penerima Manfaat

Page 135: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA

Nama PPKS STATUS RRS PPKS

NDK Awal

NIK Update

Tanggal RRS Akhir

NO HAL YG PERLU DIUBAH

(MASALAH/KEBUTUHAN) TARGET

TGL

TARGET AKTIVITAS/PELAYANAN PELAKSANA

TGL TELAH

DILAK. STATUS

Page 136: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA

REVIEW PERKEMBANGAN KASUS

NAMA PPKS

NDK

TANGGAL REVIEW

1

Adakah perubahan atau peristiwa sejak review terakhir yang memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan

penerima manfaat atau membutuhkan layanan rehabilitasi sosial? Jika ada berikan penjelasan singkat dan jelas.

(Update face sheet jika ada perubahan pada alamat, no.kontak atau susunan anggota keluarga)

Review Keberfungsian Sosial PPKS (masukkan ringkasan dari masalah baru yang muncul, kondisi yang memburuk, kemajuan, pencapaian, dan sistem sumber yang baru sertakan dokumen yang menunjang)

Sosial

Lingkungan

Kesehatan Mental dan Emosional

Kesehatan Fisik

Ekonomi

ADL/IADL

Page 137: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

Kemajuan Pencapaian Tujuan

Tujuan # & Deskripsi

Kemajuan ⃝ Tujuan Tercapai/Dihentikan ⃝ Tujuan Hampir Tercapai ⃝ Tujuan Dalam Proses ⃝ Mencoba Strategi Lain ⃝ Revisi Tujuan ⃝ Lainnya:

Tujuan # & Deskripsi

Kemajuan

⃝ Tujuan Tercapai/Dihentikan ⃝ Tujuan Hampir Tercapai ⃝ Tujuan Dalam Proses ⃝ Mencoba Strategi Lain ⃝ Revisi Tujuan ⃝ Lainnya:

Tujuan # & Deskripsi

Kemajuan. ⃝ Tujuan Tercapai/Dihentikan ⃝ Tujuan Hampir Tercapai ⃝ Tujuan Dalam Proses ⃝ Mencoba Strategi Lain ⃝ Revisi Tujuan ⃝ Lainnya:

Tujuan # & Deskripsi

Kemajuan ⃝ Tujuan Tercapai/Dihentikan ⃝ Tujuan Hampir Tercapai ⃝ Tujuan Dalam Proses ⃝ Mencoba Strategi Lain ⃝ Revisi Tujuan ⃝ Lainnya:

Tujuan # & Deskripsi

Kemajuan ⃝ Tujuan Tercapai/Dihentikan ⃝ Tujuan Hampir Tercapai ⃝ Tujuan Dalam Proses ⃝ Mencoba Strategi Lain ⃝ Revisi Tujuan ⃝ Lainnya:

Pekerja Sosial ________________________

Page 138: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL LANJUT

USIA

TERMINASI

NAMA PPKS

NDK

TANGGAL PENGISIAN

PPKS akan __ dipulangkan ke keluarga __ ditransfer ke ________________________ efektif

__ dimakamkan di Komp.Pemakaman ……………………………………………

Jika dipulangkan ke keluarga, alasannya yaitu : __ PPKS menolak layanan __ PPKS meminta terminasi layanan __ PPKS tidak diketahui keberadaannya __ PPKS meninggal __ BRSLU tidak dapat melanjutkan layanan __ Tujuan layanan telah tercapai __ Lainnya

Jika ditransfer, alasannya yaitu : __ PPKS membutuhkan layanan lembaga lain __ Redistribusi kasus dengan tujuan administratif __ Lainnya

Tanggal review terakhir _______

Perubahan signifikan sejak review terakhir ________________________________________________

_____________________________________________________________________________________

_____________________________________________________________________________________

_____________________________________________________________________________________

Penyelesaian aktivitas pekerjaan sosial yang tertunda atas nama PPKS / keluarga sejak review terakhir

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

Masalah yang belum terpecahkan___________ _______________________________________________

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

Respon PPKS/keluarga atas penutupan atau transfer kasus ______________________________________

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

______________________________________________________________________________________

Pekerja Sosial _________________________________________

Page 139: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

FORM ASESMEN KOMPREHENSIF JARAK JAUH

NAMA PETUGAS ASESMEN

NO. HP

JABATAN/PEKERJAAN

HARI/TGL KEGIATAN

LKS LU/PUSAKA

BLOK A-IDENTITAS LANJUT USIA

Nama Lengkap Lanjut Usia :

NIK* (Wajib, 16 Digit Angka) :

ID DTKS (Jika Sudah Ada) :

Penerima Bantuan Pemerintah : a. Belum Menerima Bantuan Pemerintah

b. Program Keluarga Harapan c. Kartu Sembako/BPNT/BSP

d. Bantuan Sosial Tunai e. Kartu Indonesia Sehat /PBI JK

f. Program APBD Prov/Kab/Kota ………………………….. (Lingkari Satu atau lebih)

Tempat Lahir Lanjut Usia :

Tanggal Lahir Lanjut Usia :

Jenis Kelamin Lanjut Usia : Laki-Laki/ Perempuan

Agama Lanjut Usia :

Alamat Lengkap

Provinsi :

Kabupaten/Kota :

Kecamatan :

Kelurahan/Desa :

Dusun/RT/RW, No. Jalan :

Nama Ibu Kandung/Wali (Wajib Diisi) :

BLOK B – KONDISI LINGKUNGAN LANJUT USIA

Kepemilikan Rumah (Tempat Tinggal) : a. Milik Sendiri d. Fasilitas Umum b. Sewa e. Telantar/Gelandangan

c. Menumpang f. Lainnya ………

(lingkari salah satu)

Kondisi Tempat Tinggal Saat ini (Diisi oleh Fasilitator)

: Layak / Tidak Layak (Lingkari Salah Satu)

Tinggal Saat ini : a. Sendiri

b. Bersama Pasangan c. Bersama Keluarga

d. Lainnya ………………………….. (Lingkari Salah Satu)

BLOK C – KONDISI FUNGSIONAL LANJUT USIA

Kategori Lanjut Usia : Mampu / Tidak Mampu (lingkari salah satu)

Disabilitas : a. Tidak Ada b. Disabilitas Mental c. Disabilits Intelektual

d. Disabilitas Fisik e. Disabilitas Sensorik

f. Disabilitas Ganda g. lainnya ……………………………..

(Lingkari Salah satu)

Kemampuan Melakukan Aktifitas Sehari-

hari (Activity Daily Living)

: a. Mandiri

b. Mampu Sebagian c. Bergantung Penuh kepada Orang Lain

d. Lainnya …………………………………………. (lingkari salah satu)

FOTO

LANJUT USIA

Page 140: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

Kemampuan Melakukan Aktifitas Instrumental Sehari Hari (Instrumental

Activity Daily Living / IADL)

: a. Mandiri b. Mampu Sebagian

c. Bergantung Penuh kepada Orang Lain d. Lainnya …………………………………………

(lingkari salah satu) Minat/Bakat/Ketrampilan yang

dilakukan/diinginkan oleh Lanjut Usia

:

BLOK D – KONDISI FISIK PSIKOLOGIS, SOSIAL, MENTAL SPIRITUAL, EKONOMI (ORIENTASI PENGAMATAN FASILITATOR TERHADAP LANJUT USIA)

Kondisi Fisik (Penjelasan terkait kondisi Kesehatan, kemampuan mobilitas,

dst)

:

Kondisi Psikologis (Penjelasan terkait kondisi mental, hambatan kognitif, demensia, perilaku, dst)

:

Kondisi Sosial (gambaran terkait kehidupan sosial seperti interaksi dan

komunikasi dengan tetangga, keluarga, aparat setempat, keterlibatan dalam kegiatan, organisasi sosial, harmonis atau tidak atau mungkin kurang bersosialisasi, dll)

:

Kondisi Mental Spiritual (terkait dengan pelaksanaan kegiatan ibadah keagamaan

atau pemaknaan diri terhadap kehidupannya saat ini)

:

Kondisi Ekonomi (gambaran terkait kondisi ekonomi, sumber penghasilan, dan kondisi rumah atau kepemilikan rumah/asset, dll)

:

BLOK E – PERMASALAHAN DAN SOLUSI

Masalah Yang dihadapi oleh Lansia Saat

ini

Kebutuhan Lanjut Usia Saat ini

Potensi dan Sumber (Lembaga/ pihak apa saja yang dapat dijadikan rujukan atau sumber untuk membantu lansia memecahkan masalahnya)

Pendekatan ATENSI a. Berbasis Keluarga b. Berbasis Komunitas

c. Berbasis Residensial d. Lainnya ……………………………………….

(Lingkari Satu atau lebih) Komponen Atensi Yang Dibutuhkan 1. Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak

2. Perawatan Sosial 3. Dukungan Keluarga 4. Terapi (Fisik, Psikososial, Mental spiritual)

5. Pelatihan Vokasional pembinaan kewirausahaan 6. Bantuan sosial dan Atensi Sosial

7. Dukungan Aksesibilitas (Lingkari Satu atau lebih)

Bentuk Komponen Bantuan Atensi Yang Akan diberikan & Volumenya

Nilai Bantuan Atensi hasil asesmen Rp …………………………………………………………………. Terbilang :

Demikian pelaksanaan Asesmen Jarak Jauh Komprehensif ini dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai ketentuan yang berlaku

Lokasi Asesmen, Tanggal

Ttd+Stempel Lembaga

Nama Petugas Asesmen

Page 141: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 1 -

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 2019

TENTANG

PENYALURAN BELANJA BANTUAN SOSIAL

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 40 Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja

Bantuan Sosial pada Kementerian/Lembaga, perlu menetapkan

Peraturan Menteri Sosial tentang Penyaluran Belanja Bantuan

Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1998 Nomor 190, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3796);

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4916);

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5235);

Page 142: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 2 -

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang

Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 83 Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5235);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68 Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013 tentang

Upaya Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan

Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2013 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5449);

7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

8. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang

Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 86);

9. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang

Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 156);

10. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33);

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 228/PMK.05/2016 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial pada

Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 2147);

12. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua

atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial

Page 143: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 3 -

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor

1517);

13. Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 tentang

Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi Data Terpadu

Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 184);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG PENYALURAN

BELANJA BANTUAN SOSIAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

SOSIAL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang,

atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok atau

masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan

terhadap risiko sosial.

2. Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran berupa

transfer uang, barang, atau jasa yang diberikan oleh

Pemerintah kepada masyarakat miskin atau tidak mampu

guna melindungi masyarakat dari kemungkinan

terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan

ekonomi dan/atau kesejahteraan masyarakat.

3. Penerima Bantuan Sosial adalah seseorang, keluarga,

kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu,

dan/atau penyandang masalah kesejahteraan sosial.

4. Penyaluran Bantuan Sosial non tunai adalah penyaluran

Bantuan Sosial yang dilaksanakan oleh pemberi Bantuan

Sosial melalui bank penyalur ke rekening atas nama

PenerimaBantuan Sosial.

5. Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak

Mampu yang selanjutnya disingkat DT PFM dan OTM

adalah basis data berisi nama dan alamat serta informasi

Page 144: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 4 -

sosial, ekonomi, dan demografi dari rumah tangga dengan

status kesejahteraan terendah di Indonesia dan data

penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya yang

telah diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Sosial

yang berkoordinasi dengan pemerintah daerah.

6. Verifikasi adalah proses kegiatan pemeriksaan dan

pengkajian untuk menjamin kebenaran data.

7. Validasi adalah suatu tindakan untuk menetapkan

kesahihan data.

8. Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang selanjutnya

disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan

pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat.

9. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat

KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari

pengguna anggaran untuk melaksanakan sebagian

kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran

pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

10. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat

PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA

untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang

dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.

11. Bank Penyalur adalah bank sebagai mitra kerja tempat

dibukanya rekening atas nama pemberi Bantuan Sosial

untuk menampung dana belanja Bantuan Sosial yang

akan disalurkan kepada Penerima Bantuan Sosial.

12. Uang Elektronik adalah alat pembayaran yang diterbitkan

atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada

penerbit di mana nilai uang disimpan dalam suatu media

server atau chip yang dapat digunakan sebagai alat

penyaluran Bantuan Sosial dan bukan merupakan

simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang

yang mengatur mengenai perbankan.

13. Rekonsiliasi adalah proses pencocokan data transaksi

keuangan yang diproses dengan beberapa

sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen

sumber yang sama.

Page 145: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 5 -

14. Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang selanjutnya

disingkat APIP adalah inspektorat jenderal kementerian,

unit pengawasan lembaga pemerintah nonkementerian,

inspektorat provinsi, dan inspektorat kabupaten/kota.

Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini hanya mengatur

penyaluran Belanja Bantuan Sosial yang bersumber dari APBN

yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial.

Pasal 3

Peraturan Menteri ini bertujuan:

a. sebagai pedoman/acuan dalam melaksanakan penyaluran

BelanjaBantuan Sosial;

b. agar proses penyaluran Belanja Bantuan Sosial dapat

berjalan secara efektif, efisien, dan tepat sasaran; dan

c. agarBantuan Sosial yang diberikan dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 4

Peraturan Menteri ini ditujukan kepada penyelenggara

Bantuan Sosial dalam pelaksanaan penyaluran Belanja

Bantuan Sosial.

BAB II

BENTUK DAN SIFAT BANTUAN SOSIAL

Pasal 5

(1) Pemberian Bantuan Sosial merupakan semua upaya yang

diarahkan untuk meringankan penderitaan, melindungi,

dan memulihkan kondisi kehidupan fisik, mental, dan

sosial termasuk kondisi psikososial dan ekonomi serta

memberdayakan potensi yang dimiliki agar seseorang,

keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang

mengalami guncangan dan kerentanan sosial dapat tetap

hidup secara wajar.

Page 146: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 6 -

(2) Bantuan Sosial yang diberikan kepada Penerima Bantuan

Sosial tidak untuk dikembalikan dan diambil hasilnya.

Pasal 6

Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)

diberikan dalam bentuk:

a. uang;

b. barang; dan/atau

c. jasa.

Pasal 7

(1) Bantuan Sosial dalam bentuk uang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 huruf a disalurkan secara

nontunai.

(2) Bantuan Sosial secara nontunai sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat dikecualikan bagi:

a. penyandang disabilitas berat;

b. lanjut usia terlantar non potensial;

c. eks penderita penyakit kronis non potensial;

d. Komunitas Adat Terpencil (KAT); dan/atau

e. daerah yang belum memiliki infrastruktur untuk

mendukung penyaluran Bantuan Sosial secara non

tunai.

(3) Selain Bantuan Sosial yang dikecualikan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dapat juga diberikan secara tunai

kepada:

a. lanjut usia potensial;

b. lanjut usia tidak potensial;

c. anak yang memerlukan/membutuhkan perlindungan

khusus; dan/atau

d. daerah yang telah memiliki infrastruktur namun

tidak dapat digunakan karena akibat bencana.

(4) Bantuan Sosial dalam bentuk barang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 huruf b disalurkan kepada

Penerima Bantuan Sosial yang pengadaan barangnya

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

Page 147: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 7 -

perundang-undangan mengenai pengadaan barang dan

jasa pemerintah.

(5) Pengadaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dikecualikan bagi:

a. penyaluran beras bagi masyarakat berpendapatan

rendah oleh Perusahaan Umum Bulog; dan/atau

b. penunjukan langsung dalam hal keadaan darurat

bencana.

(6) Bantuan Sosial dalam bentuk jasa sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 6 huruf c disalurkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 8

Bantuan Sosial dalam bentuk uang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (1) dapat digunakan untuk menghasilkan

barang dan/atau jasa yang dapat dikerjakan secara swakelola

atau melalui pihak ketiga.

Pasal 9

(1) Bantuan Sosial dapat bersifat:

a. sementara; dan

b. berkelanjutan.

(2) Bantuan Sosial yang bersifat sementara sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pemberian

bantuan yang tidak harus diberikan setiap tahun

anggaran, serta dapat dihentikan apabila Penerima

Bantuan Sosialtelah lepas dariRisiko Sosial, sehingga

tidak termasuk lagi dalam kriteria Penerima Bantuan

Sosial.

(3) Bantuan Sosial yang bersifat berkelanjutan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan bantuan yang

diberikan secara terus-menerus untuk mempertahankan

taraf kesejahteraan sosial dan upaya untuk

mengembangkan kemandirian.

(4) Ketentuan mengenai batasan waktu dari sifat Bantuan

Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)

ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Page 148: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 8 -

BAB III

PENYELENGGARAAN PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL

Pasal 10

PelaksanaanBantuan Sosial meliputi:

a. pemberdayaan sosial;

b. rehabilitasi sosial;

c. perlindungan dan jaminan sosial; dan

d. penanganan fakir miskin.

Pasal 11

Penerima Bantuan Sosial meliputi:

a. perorangan;

b. keluarga;

c. kelompok; dan/atau

d. masyarakat.

Pasal 12

Penerima Bantuan Sosial memiliki kriteria masalah sosial yang

meliputi:

a. kemiskinan;

b. keterlantaran;

c. kedisabilitasan;

d. keterpencilan;

e. ketunaan sosial atau penyimpangan perilaku;

f. korban bencana; dan/atau

g. korban tindak kekerasan, eksploitasi, diskriminasi,

korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat

adiktif lainnya.

Page 149: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 9 -

Pasal 13

Jenis Bantuan Sosial pada pemberdayaan sosial sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 huruf a meliputi bantuan untuk:

a. pemberdayaan komunitas adat terpencil; dan/atau

b. perorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat

yang masuk kategori Risiko Sosial.

Pasal 14

Jenis Bantuan Sosial pada rehabilitasi sosial sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 huruf b meliputi bantuan untuk:

a. rehabilitasi sosial penyandang disabilitas;

b. rehabilitasi sosial anak;

c. rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkotika,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya;

d. rehabilitasi sosial lanjut usia; dan/atau

e. rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban perdagangan

orang.

Pasal 15

Jenis Bantuan Sosial pada perlindungan dan jaminan sosial

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c meliputi

bantuan untuk:

a. program keluarga harapan;

b. korban bencana alam; dan/atau

c. korban bencana sosial.

Pasal 16

Jenis Bantuan Sosial pada penanganan fakir miskin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d meliputi:

a. Bantuan Sosial pangan;

b. rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni dan sarana

prasarana lingkungan; dan/atau

c. Bantuan Sosial usaha ekonomi produktif melalui

kelompok usaha bersama.

Page 150: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 10 -

Pasal 17

(1) Penerima Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 12 yang memiliki kategori miskin dan tidak mampu

sumber datanya mengacu kepada DT PFM dan OTM

Kementerian Sosial.

(2) Sebelum ditetapkan menjadi Penerima Bantuan Sosial

Kementerian Sosial dan/atau dinas sosial

kabupaten/kota/provinsi melakukan verifikasi dan/atau

validasi data.

(3) Kementerian Sosial menetapkan surat keputusan

Penerima Bantuan Sosial atas hasil verifikasi dan/atau

validasi data.

(4) Kementerian Sosial menyalurkan Bantuan Sosial kepada

Penerima Bantuan Sosial sesuai surat keputusan yang

ditetapkan.

Pasal 18

(1) Penerima Bantuan Sosialyang sumber datanya mengacu

DT PFM dan OTM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17

ayat (1)dapat dikecualikan bagi:

a. korban bencana;

b. tuna sosial atau penyimpangan perilaku, korban

perdagangan orang dan orang dengan HIV/AIDS;

c. korban tindak kekerasan, eksploitasi, diskriminasi,

korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan

zat adiktif lainnya;

d. penyandang disabilitas;

e. anak yang membutuhkan perlindungan khusus; dan

f. Komunitas Adat Terpencil.

(2) Selain penerima Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) Menteri Sosial dapat menetapkan Penerima

Bantuan Sosial.

Pasal 19

(1) Penerima Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18, untuk mendapatkan Bantuan Sosial

berkelanjutan harus diusulkan dalam DT PFM dan OTM.

Page 151: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 11 -

(2) Proses pengusulan Penerima Bantuan Sosial sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 20

Ketentuan mengenai pelaksanaan pengelolaan Bantuan Sosial,

secara teknis diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal yang

menyelenggarakan Bantuan Sosial.

BAB IV

MEKANISME PENYALURAN BANTUAN SOSIAL

Pasal 21

(1) Penyaluran Bantuan Sosial dalam bentuk uang dari

pemberi Bantuan Sosial dilakukan melalui Bank Penyalur

ke rekening Penerima Bantuan Sosial.

(2) Penyaluran Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) secara umum meliputi:

a. proses registrasi dan/atau pembukaan rekening;

b. pelaksanaan edukasi dan sosialisasi;

c. proses penyaluran; dan

d. penarikan uang dan/atau pembelian barang/jasa

menggunakan dana dari rekening Penerima Bantuan

Sosial.

(3) Penyaluran Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diberikan sepenuhnya kepada Penerima Bantuan

Sosial, tidak dikenakan biaya oleh Bank Penyalur.

(4) Mekanisme secara khusus penyaluran Bantuan Sosial

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 22

(1) Pemberian Bantuan Sosial dalam bentuk barang/jasa

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 152: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 12 -

(2) Pemberian Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) sesuai surat keputusan yang ditetapkan, disertai

dengan berita acara serah terima Bantuan Sosial.

BAB V

REKONSILIASI PENYALURAN BANTUAN SOSIAL

Pasal 23

Bantuan Sosial yang penyalurannya melalui Bank Penyalur ke

rekening Penerima Bantuan Sosial harus dilakukan

rekonsiliasi.

Pasal 24

(1) Jenis rekonsiliasi penyaluran Bantuan Sosial terdiri dari:

a. rekonsiliasi eksternal; dan

b. rekonsiliasi internal.

(2) rekonsiliasi eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a meliputi:

a. tingkat pusat; dan

b. tingkat wilayah/daerah.

(3) Rekonsiliasi eksternal tingkat pusatsebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf amerupakan rekonsiliasi

yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial dengan Bank

Penyalur Bantuan Sosial.

(4) Rekonsiliasi eksternal tingkat wilayah/daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan

rekonsiliasi yang dilaksanakan oleh cabang Bank Penyalur

dengan dinas sosial setempat.

(5) Rekonsiliasi internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b merupakan rekonsiliasi yang dilaksanakan oleh

Kementerian Sosial dengan dinas sosial daerah provinsi

atau dinas sosial daerah kabupaten/kota.

(6) Mekanisme rekonsiliasi penyaluran Bantuan Sosial

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 153: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 13 -

Pasal 25

(1) Rekonsiliasi penyaluran dilaksanakan paling lambat

tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setiap tahapan

penyaluran.

(2) Rekonsiliasi penyaluran tahap akhir dan rekonsiliasi

tahunan pada akhir tahun dilaksanakan paling lambat

tanggal 10 (sepuluh) Januari setiap tahunnya.

(3) Rekonsiliasi penyaluran setiap tahap paling sedikit

memuat informasi:

a. anggaran Bantuan Sosial setiap tahap penyaluran;

b. realisasi Bantuan Sosial yang disalurkan setiap tahap

penyaluran;

c. sisa dana Bantuan Sosial yang tidak tersalur;

d. dana yang disetorkan ke kas negara;

e. dana retur yang belum dan/atau disalurkan;

f. dana sisa Bantuan Sosial yang belum dan/atau

tersalur tahun sebelumnya;

g. dana Bantuan Sosial yang akan disetor ke kas negara;

dan

h. dana Bantuan Sosial yang akan disalurkan kembali

pada tahun berikutnya.

(4) Rekonsiliasi tahunan paling sedikit memuat informasi:

a. anggaran Bantuan Sosial setiap tahap penyaluran;

b. realisasi Bantuan Sosial yang disalurkan setiap tahap

penyaluran;

c. sisa dana Bantuan Sosial yang tidak tersalur;

d. dana yang disetorkan ke kas negara;

e. dana retur yang belum dan/atau disalurkan;

f. dana sisa Bantuan Sosial yang belum dan/atau

tersalur tahun sebelumnya;

g. dana Bantuan Sosial yang akan disetor ke kas negara;

dan

h. dana Bantuan Sosial yang akan disalurkan kembali

pada tahun berikutnya.

Page 154: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 14 -

Pasal 26

(1) Rekonsiliasi internal dilaksanakan menggunakan sumber

data yang berupa:

a. berita acara serah terima barang dari kantor pusat

Kementerian Sosial ke gudang provinsi/wilayah;

b. berita acara serah terimaBantuan Sosial dalam

bentuk barang dari gudang provinsi/wilayah ke

masyarakat; dan

c. hasil opname fisik terhadap persediaan yang berasal

dari Bantuan Sosial dalam bentuk barang yang

dilaksanakan setiap bulan dan ditandatangani oleh

penanggung jawab barang.

(2) Sumber data sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menjadi acuan rekonsiliasi antara aplikator persediaan

tingkat provinsi/wilayah dengan kantor pusat

Kementerian Sosial yang memuat informasi terkait:

a. jumlah Bantuan Sosial yang telah disalurkan; dan

b. jumlah barang Bantuan Sosial yang masih tersisa di

seluruh gudang provinsi/wilayah.

BAB VI

PERTANGGUNGJAWABAN, PENGAWASAN, DAN PELAPORAN

BELANJA BANTUAN SOSIAL

Pasal 27

Pertanggungjawaban penyaluran Belanja Bantuan Sosial

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 28

(1) APIPKementerian Sosial melaksanakan pengawasan

penyaluran Belanja Bantuan Sosial sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengawasan penyaluran Belanja Bantuan Sosial

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pencapaian target kinerja penyaluran Belanja

Bantuan Sosial kepada Penerima Bantuan Sosial;

Page 155: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 15 -

b. kesesuaian Belanja Bantuan Sosial dengan

peruntukan dan ketepatan sasaran pemberian

Bantuan Sosial;

c. akuntabilitas pertanggungjawaban penyusunan

laporan penyaluran Belanja Bantuan Sosial;

d. transparansi penyaluran Belanja Bantuan Sosial;

e. pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyaluran

Belanja Bantuan Sosial oleh KPA; dan

f. pelaksanaan tanggung jawab PPK dalam penyaluran

Belanja Bantuan Sosial.

(3) APIP Kementerian Sosial melaporkan hasil pengawasan

kepada pihak yang berkepentingan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 29

APIP Kementerian Sosialdapat melakukan koordinasi dengan

KPA dalam pengawasan penyaluran Belanja Bantuan Sosial.

Pasal 30

(1) Penanggungjawab program wajib melaporkan hasil

penyaluran Belanja Bantuan Sosial kepada Menteri Sosial

setiap semester.

(2) Penanggungjawab program sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib menyampaikan hasil rekonsiliasi kepada

Direktur Jenderal terkait dan Sekretaris Jenderal c.q

Kepala Biro Keuangan per bulan dan/atau per tahapan

penyaluran Belanja Bantuan Sosial.

(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:

a. anggaran Bantuan Sosial setiap tahap penyaluran;

b. realisasi Bantuan Sosial yang disalurkan setiap tahap

penyaluran;

c. sisa dana Bantuan Sosial yang tidak tersalur;

d. dana yang disetorkan ke kas negara;

e. dana retur yang belum dan/atau disalurkan;

f. dana sisa Bantuan Sosial yang belum dan/atau

tersalur tahun sebelumnya;

g. dana Bantuan Sosial yang akan disetor ke kas negara;

Page 156: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 16 -

h. dana Bantuan Sosial yang akan disalurkan kembali

pada tahun berikutnya;

i. laporan persediaan barang didukung dengan hasil

opname fisik per triwulan yang ditandatangani

penanggungjawab barang persediaan;

j. hambatan dan permasalahan yang dihadapi; dan

k. solusi dan rencana tindak atas hambatan dan

permasalahan yang dihadapi.

BAB VII

MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 31

(1) Menteri Sosial, gubernur, dan bupati/wali kota serta pihak

terkait melakukan pemantauan pelaksanaan kebijakan

dan kegiatan Bantuan Sosial.

(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan untuk mengetahui dan memastikan

pelaksanaan Bantuan Sosial sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun

atau sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 32

(1) Menteri Sosial, gubernur, dan bupati/wali kota serta pihak

terkait melakukan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan

kegiatan Bantuan Sosial.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan

pelaksanaan Bantuan Sosial.

(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

pada setiap akhir tahun anggaran.

(4) Menteri Sosial, gubernur, dan bupati/wali kota sesuai

dengan kewenangannya melakukan evaluasi pelaksanaan

kebijakan dan kegiatan Bantuan Sosial yang dilakukan

secara berkala.

Page 157: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 17 -

(5) Hasil evaluasi pelaksanaan kebijakan dan kegiatan

Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

digunakan untuk perencanaan tahun berikutnya untuk

perbaikan program.

(6) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 33

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan

Menteri Sosial yang mengatur mengenai Bantuan Sosial, masih

tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan

Menteri ini.

Pasal 34

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Page 158: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 18 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 25 Januari 2019

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS GUMIWANG KARTASASMITA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 4 Februari 2019

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 75

Page 159: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 11 TAHUN 2020

TENTANG

MEKANISME PELAKSANAAN ANGGARAN BANTUAN PEMERINTAH

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (1)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015

tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan

Pemerintah pada Kementerian/Lembaga, perlu menetapkan

Peraturan Menteri Sosial tentang Mekanisme Pelaksanaan

Anggaran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian

Sosial;

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang

Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 86);

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015

tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan

Page 160: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 2 -

Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan

Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian

Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 1745);

5. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845)

sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan

Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang

Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Sosial Nomor

20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2018 Nomor 1517);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG MEKANISME

PELAKSANAAN ANGGARAN BANTUAN PEMERINTAH DI

LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak

memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh

Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat,

atau lembaga pemerintah/nonpemerintah.

2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya

disingkat DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran

yang digunakan sebagai acuan pengguna anggaran dalam

melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai

Page 161: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 3 -

pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

3. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA

adalah Menteri Sosial yang bertanggung jawab atas

pengelolaan anggaran pada Kementerian Sosial.

4. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat

KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA

untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan

tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian

Sosial.

5. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat

PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA

untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang

dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara.

6. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah

uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan

kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai

kegiatan operasional sehari-hari Satker atau membiayai

pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak

mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran

langsung.

7. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang

selanjutnya disebut PP-SPM adalah pejabat yang diberi

kewenangan oleh KPA untuk melakukan pengujian atas

Surat Permintaan Pembayaran dan menerbitkan Surat

Perintah Membayar.

8. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya

disebut SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh

PP-SPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari

DIPA dalam rangka pembayaran tagihan kepada

penerima hak/Bendahara Pengeluaran.

9. Bank/Pos Penyalur adalah bank/pos mitra kerja sebagai

tempat dibuka rekening atas nama satuan kerja untuk

menampung dana Bantuan Pemerintah yang akan

disalurkan kepada penerima Bantuan Pemerintah.

Page 162: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 4 -

10. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara

yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku

bendahara umum negara untuk menampung seluruh

penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran

negara.

11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang sosial.

Pasal 2

(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman

bagi seluruh unit kerja eselon I di lingkungan

Kementerian Sosial dalam pelaksanaan anggaran

Bantuan Pemerintah.

(2) Peraturan Menteri ini bertujuan agar pelaksanaan

anggaran Bantuan Pemerintah di lingkungan

Kementerian Sosial dapat berjalan secara efektif dan

efisien.

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:

a. bentuk Bantuan Pemerintah;

b. pelaksanaan;

c. alokasi anggaran Bantuan Pemerintah;

d. mekanisme penyaluran dan pertanggungjawaban

Bantuan Pemerintah;

e. pengawasan; dan

f. pemantauan dan evaluasi.

Pasal 4

Bantuan Pemerintah meliputi:

a. tunjangan kehormatan;

b. bantuan pemakaman/penguburan;

c. bantuan sarana/prasarana;

d. bantuan rehabilitasi dan/atau pembangunan gedung/

bangunan;

e. bantuan buku braille dan buku bicara;

f. bantuan alat pengolah data;

Page 163: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 5 -

g. pemberian bantuan kepada masyarakat;

h. bantuan operasional potensi dan sumber kesejahteraan

sosial perorangan dan lembaga;

i. beasiswa;

j. pemberian bantuan kepada sumber daya manusia

penyelenggara kesejahteraan sosial; dan

k. pemberian penghargaan.

BAB II

PELAKSANAAN

Pasal 5

(1) Pengalokasian anggaran Bantuan Pemerintah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilaksanakan

sesuai dengan peruntukan.

(2) Bantuan Pemerintah dalam bentuk pemberian tunjangan

kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf

a dan bantuan pemakaman/penguburan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, dialokasikan pada

kelompok akun belanja barang nonoperasional.

(3) Bantuan Pemerintah dalam bentuk bantuan sarana/

prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c

dialokasikan pada kelompok akun belanja peralatan dan

mesin untuk diserahkan kepada masyarakat dan/atau

pemerintah daerah atau belanja barang lainnya untuk

diserahkan kepada masyarakat/pemerintah daerah.

(4) Bantuan Pemerintah dalam bentuk bantuan rehabilitasi

dan/atau pembangunan gedung/bangunan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 huruf d dialokasikan pada

kelompok akun belanja gedung dan bangunan untuk

diserahkan kepada masyarakat/pemerintah daerah.

(5) Bantuan Pemerintah dalam bentuk bantuan buku braille

dan buku bicara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

huruf e dan bantuan alat pengolah data sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 huruf f, dialokasikan pada

kelompok akun belanja barang lainnya untuk diserahkan

kepada masyarakat/pemerintah daerah.

Page 164: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 6 -

(6) Bantuan Pemerintah dalam bentuk pemberian bantuan

kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4 huruf g, bantuan operasional potensi dan sumber

kesejahteraan sosial perorangan dan lembaga

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf h, beasiswa

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf i, pemberian

bantuan kepada sumber daya manusia penyelenggaraan

kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4 huruf j, dan pemberian penghargaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 huruf k, dialokasikan pada

kelompok akun belanja barang nonoperasional.

(7) Pemberian Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) sampai dengan ayat (6) merupakan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang

dialokasikan melalui DIPA Kementerian Sosial.

Pasal 6

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyaluran Bantuan

Pemerintah berupa petunjuk teknis ditetapkan oleh

pejabat tinggi madya terkait.

(2) Petunjuk teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

paling sedikit memuat:

a. dasar hukum pemberian Bantuan Pemerintah;

b. tujuan penggunaan Bantuan Pemerintah;

c. pemberi Bantuan Pemerintah;

d. persyaratan penerima Bantuan Pemerintah;

e. bentuk Bantuan Pemerintah;

f. alokasi anggaran dan rincian jumlah Bantuan

Pemerintah;

g. tata kelola pencairan dana Bantuan Pemerintah;

h. penyaluran dana Bantuan Pemerintah;

i. pertanggungjawaban Bantuan Pemerintah;

j. ketentuan perpajakan; dan

k. sanksi.

Page 165: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 7 -

BAB III

MEKANISME PENYALURAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

BANTUAN PEMERINTAH

Bagian Kesatu

Tunjangan Kehormatan

Pasal 7

(1) Bantuan Pemerintah berupa tunjangan kehormatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a diberikan

kepada janda/duda/salah satu anak kandung dari

pahlawan nasional serta perintis kemerdekaan dan

janda/duda perintis kemerdekaan.

(2) Bantuan Pemerintah berupa tunjangan kehormatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam

bentuk uang.

Pasal 8

Mekanisme pemberian tunjangan kehormatan kepada

janda/duda/salah satu anak kandung dari pahlawan nasional

serta perintis kemerdekaan dan janda/duda perintis

kemerdekaan dilaksanakan dengan ketentuan:

a. KPA melakukan verifikasi dan validasi data janda/duda/

salah satu anak kandung dari pahlawan nasional serta

perintis kemerdekaan dan janda/duda perintis

kemerdekaan;

b. PPK menetapkan daftar nama penerima tunjangan

kehormatan dan disahkan oleh KPA; dan

c. PPK melakukan transfer ke rekening penerima tunjangan

kehormatan melalui Bank/Pos Penyalur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 166: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 8 -

agian Kedua

Bantuan Pemakaman/Penguburan

Pasal 9

(1) Bantuan Pemerintah berupa bantuan pemakaman/

penguburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf

b diberikan kepada janda/duda/salah satu anak

kandung dari pahlawan nasional dan perintis

kemerdekaan, serta janda/duda perintis kemerdekaan.

(2) Bantuan Pemerintah berupa bantuan pemakaman/

penguburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan berdasarkan pengajuan ahli waris.

(3) Pemberian bantuan pemakaman/penguburan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh PPK

dan disahkan oleh KPA.

(4) Bantuan pemakaman/penguburan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diberikan berupa uang biaya

pemakaman/penguburan.

Pasal 10

Mekanisme pemberian bantuan pemakaman/penguburan

kepada janda/duda/salah satu anak kandung dari pahlawan

nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)

dilaksanakan dengan ketentuan:

a. ahli waris pahlawan nasional membuat surat kuasa

penerima bantuan pemakaman/penguburan yang

ditandatangani oleh seluruh ahli waris dilengkapi

dengan:

1. fotokopi nomor rekening ahli waris yang ditunjuk;

2. kartu tanda penduduk semua ahli waris;

3. surat kematian janda/duda/salah satu anak

kandung dari pahlawan nasional; dan

4. fotokopi Keputusan Presiden tentang penetapan

sebagai pahlawan nasional.

b. PPK menetapkan daftar nama penerima bantuan

pemakaman/penguburan dan disahkan oleh KPA dan

selanjutnya melakukan transfer ke rekening penerima

Page 167: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 9 -

bantuan pemakaman/penguburan melalui Bank/Pos

Penyalur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 11

Mekanisme pemberian bantuan pemakaman/penguburan

kepada perintis kemerdekaan dan janda/duda perintis

kemerdekaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)

dilaksanakan dengan ketentuan:

a. keluarga perintis kemerdekaan dan janda/duda perintis

kemerdekaan mengajukan permohonan bantuan

pemakaman/penguburan yang ditandatangani dilengkapi

dengan:

1. fotokopi nomor rekening salah satu anggota keluarga

yang ditunjuk;

2. kartu tanda penduduk salah satu anggota keluarga

yang ditunjuk;

3. surat kematian perintis kemerdekaan dan

janda/duda perintis kemerdekaan; dan

4. fotokopi Keputusan Menteri Sosial tentang

Penetapan sebagai Perintis Kemerdekaan dan

Janda/Duda Perintis Kemerdekaan.

b. PPK menetapkan daftar nama penerima bantuan

pemakaman/penguburan dan disahkan oleh KPA dan

selanjutnya melakukan transfer ke rekening penerima

bantuan pemakaman/penguburan melalui Bank/Pos

Penyalur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Bagian Ketiga

Bantuan Sarana/Prasarana

Pasal 12

(1) Bantuan Pemerintah berupa bantuan sarana/prasarana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c

merupakan sarana/prasarana untuk mendukung:

a. operasionalisasi sistem layanan dan rujukan terpadu

Page 168: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 10 -

di daerah kabupaten/kota setempat;

b. sistem pelayanan pemberian izin undian gratis

berhadiah serta pengumpulan uang/barang secara

dalam jaringan;

c. operasionalisasi lembaga kesejahteraan sosial; dan

d. operasionalisasi unit pelayanan program rehabilitasi

sosial.

(2) Bantuan Pemerintah berupa bantuan sarana/prasarana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam

bentuk barang.

Pasal 13

Mekanisme pemberian bantuan sarana/prasarana untuk

mendukung operasionalisasi sistem layanan dan rujukan

terpadu di daerah kabupaten/kota setempat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a dilaksanakan

dengan ketentuan:

a. KPA menetapkan daerah kabupaten/kota sebagai lokasi

sistem layanan dan rujukan terpadu;

b. PPK melakukan pengadaan sarana/prasarana sistem

layanan dan rujukan terpadu melalui mekanisme

pengadaan; dan

c. PPK mengirimkan dan menyerahkan sarana/prasarana

ke daerah kabupaten/kota sebagai lokasi sistem layanan

dan rujukan terpadu.

Pasal 14

Mekanisme pemberian bantuan sarana/prasarana untuk

mendukung sistem pelayanan pemberian izin undian gratis

berhadiah serta pengumpulan uang/barang secara dalam

jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf

b dilaksanakan dengan ketentuan:

a. KPA menetapkan daerah provinsi sebagai lokasi

pelaksanaan sistem pelayanan pemberian izin undian

gratis berhadiah serta pengumpulan uang/barang secara

dalam jaringan;

Page 169: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 11 -

b. PPK melakukan pengadaan sarana/prasarana sistem

pelayanan pemberian izin undian gratis berhadiah serta

pengumpulan uang/barang secara dalam jaringan; dan

c. PPK mengirimkan dan menyerahkan sarana/prasarana

ke daerah provinsi sebagai lokasi sistem pelayanan

pemberian izin undian gratis berhadiah serta

pengumpulan uang/barang secara dalam jaringan.

Pasal 15

Mekanisme pemberian bantuan sarana/prasarana untuk

mendukung operasionalisasi lembaga kesejahteraan sosial

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c

dilaksanakan dengan ketentuan:

a. KPA menetapkan lembaga kesejahteraan sosial penerima;

b. PPK melakukan pengadaan sarana/prasarana lembaga

kesejahteraan sosial; dan

c. PPK mengirimkan dan menyerahkan sarana/prasarana

ke lokasi lembaga kesejahteraan sosial.

Pasal 16

Mekanisme pemberian bantuan sarana/prasarana untuk

mendukung operasionalisasi unit pelayanan program

rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat

(1) huruf d dilaksanakan dengan ketentuan:

a. KPA menetapkan lokasi pelaksanaan program rehabilitasi

sosial;

b. PPK melakukan pengadaan sarana/prasarana program

rehabilitasi sosial; dan

c. PPK mengirimkan dan menyerahkan sarana/prasarana

ke lokasi program rehabilitasi sosial.

Page 170: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 12 -

Bagian Keempat

Bantuan Rehabilitasi dan/atau Pembangunan

Gedung/Bangunan

Pasal 17

(1) Bantuan Pemerintah berupa bantuan rehabilitasi

dan/atau pembangunan gedung/bangunan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 huruf d diberikan kepada:

a. lembaga kesejahteraan sosial yang

menyelenggarakan rehabilitasi sosial; dan

b. makam pahlawan nasional.

(2) Pemberian bantuan rehabilitasi dan/atau pembangunan

gedung/bangunan kepada penerima Bantuan Pemerintah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan

dalam bentuk barang dan/atau uang.

Pasal 18

(1) Mekanisme pencairan bantuan rehabilitasi dan/atau

pembangunan gedung/bangunan dalam bentuk barang

untuk lembaga kesejahteraan sosial yang

menyelenggarakan rehabilitasi sosial dilaksanakan

dengan ketentuan:

a. KPA melakukan verifikasi dan validasi berkas

permohonan rehabilitasi dan/atau pembangunan

gedung/bangunan sesuai dengan persyaratan; dan

b. PPK menetapkan daftar nama lembaga yang akan

diberikan bantuan rehabilitasi dan/atau

pembangunan gedung/bangunan dan disahkan oleh

KPA.

(2) Mekanisme penyaluran bantuan rehabilitasi dan/atau

pembangunan gedung/bangunan dengan melakukan

pengadaan barang/jasa bantuan rehabilitasi dan/atau

pembangunan gedung/bangunan dilaksanakan melalui

mekanisme pengadaan barang/jasa.

Page 171: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 13 -

(3) Berdasarkan hasil mekanisme pengadaan barang/jasa

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemenang

melaksanakan rehabilitasi dan/atau pembangunan

gedung/bangunan.

Pasal 19

(1) Mekanisme pencairan bantuan rehabilitasi dan/atau

pembangunan gedung/bangunan dalam bentuk barang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) untuk

makam pahlawan nasional dilaksanakan dengan

ketentuan:

a. KPA melakukan verifikasi dan validasi berkas

permohonan rehabilitasi dan/atau pembangunan

gedung/bangunan sesuai dengan persyaratan; dan

b. PPK menetapkan daftar makam yang akan diberikan

bantuan rehabilitasi dan/atau pembangunan

gedung/bangunan dan disahkan oleh KPA.

(2) Mekanisme penyaluran bantuan rehabilitasi dan/atau

pembangunan gedung/bangunan dengan melakukan

pengadaan barang/jasa bantuan rehabilitasi dan/atau

pembangunan gedung/bangunan dilaksanakan melalui

mekanisme pengadaan.

(3) Berdasarkan hasil mekanisme pengadaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), pemenang melaksanakan

rehabilitasi dan/atau pembangunan gedung/bangunan.

Pasal 20

(1) Mekanisme penyaluran bantuan pemerintah berupa

bantuan rehabilitasi dan/atau pembangunan gedung/

bangunan dalam bentuk uang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 ayat (2) dilaksanakan dengan ketentuan:

a. KPA melakukan verifikasi dan validasi penerima

bantuan rehabilitasi dan/atau pembangunan

gedung/bangunan lembaga kesejahteraan sosial

yang menyelenggarakan rehabilitasi sosial dan

makam pahlawan nasional;

Page 172: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 14 -

b. PPK menetapkan daftar penerima bantuan

rehabilitasi dan/atau pembangunan gedung/

bangunan lembaga kesejahteraan sosial yang

menyelenggarakan rehabilitasi sosial dan daftar

makam pahlawan nasional serta disahkan oleh KPA;

dan

c. PPK melakukan transfer ke rekening penerima

bantuan rehabilitasi dan/atau pembangunan

gedung/bangunan lembaga kesejahteraan sosial

yang menyelenggarakan rehabilitasi sosial dan

makam pahlawan nasional melalui Bank/Pos

Penyalur sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Bagian Kelima

Bantuan Buku Braille dan Buku Bicara

Pasal 21

(1) Bantuan Pemerintah berupa bantuan buku braille dan

buku bicara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf

e diberikan kepada perseorangan dan lembaga.

(2) Bantuan buku braille dan buku bicara sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disalurkan dalam bentuk barang.

Pasal 22

Mekanisme penyaluran bantuan buku braille dan buku bicara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) dilaksanakan

dengan ketentuan:

a. KPA melakukan verifikasi dan validasi berkas

permohonan bantuan buku braille dan buku bicara;

b. PPK menetapkan daftar nama penerima bantuan buku

braille dan buku bicara dan disahkan oleh KPA; dan

c. PPK mengirimkan dan menyerahkan buku braille dan

buku bicara ke penerima bantuan.

Page 173: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 15 -

Bagian Keenam

Bantuan Alat Pengolah Data

Pasal 23

Bantuan Pemerintah berupa bantuan alat pengolah data

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f diberikan

kepada pemerintah daerah kabupaten/kota untuk

mendukung pelaksanaan program penyelenggaraan

kesejahteraan sosial.

Pasal 24

Mekanisme pemberian bantuan alat pengolah data

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dilaksanakan dengan

ketentuan:

a. KPA menetapkan pemerintah daerah kabupaten/kota

sebagai lokasi pelaksanaan program penyelenggaraan

kesejahteraan sosial;

b. PPK melakukan pengadaan alat pengolah data secara

dalam jaringan; dan

c. PPK mengirimkan dan menyerahkan bantuan alat

pengolah data ke daerah kabupaten/kota sebagai lokasi

program penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Bagian Ketujuh

Pemberian Bantuan Kepada Masyarakat

Pasal 25

(1) Bantuan Pemerintah berupa pemberian bantuan kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf

g meliputi:

a. penerima asistensi rehabilitasi sosial; dan

b. dalam kondisi kedaruratan.

(2) Bantuan Pemerintah berupa pemberian bantuan kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diberikan dalam bentuk uang, barang, dan/atau jasa.

Page 174: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 16 -

(3) Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) diberikan melalui lembaga kesejahteraan sosial

dan/atau lembaga pemerintah.

Pasal 26

Mekanisme pemberian Bantuan Pemerintah kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25

dilaksanakan dengan ketentuan:

a. KPA melakukan verifikasi dan validasi berkas

permohonan calon penerima bantuan kepada

masyarakat; dan

b. PPK menetapkan daftar nama penerima bantuan kepada

masyarakat dan disahkan oleh KPA.

Bagian Kedelapan

Bantuan Operasional Potensi dan Sumber

Kesejahteraan Sosial Perorangan dan Lembaga

Pasal 27

Bantuan Pemerintah berupa bantuan operasional potensi dan

sumber kesejahteraan sosial perorangan dan lembaga

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf h diberikan

dalam bentuk uang dan/atau barang.

Pasal 28

Mekanisme penyaluran bantuan operasional potensi dan

sumber kesejahteraan sosial perorangan dan lembaga

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dilaksanakan dengan

ketentuan:

a. KPA melakukan verifikasi dan validasi berkas

permohonan bantuan operasional potensi dan sumber

kesejahteraan sosial perorangan dan lembaga; dan

b. PPK menetapkan daftar nama lembaga penerima bantuan

operasional potensi dan sumber kesejahteraan sosial

perorangan dan lembaga dan disahkan oleh KPA.

Page 175: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 17 -

Bagian Kesembilan

Beasiswa

Pasal 29

(1) Bantuan Pemerintah berupa pemberian beasiswa

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf i diberikan

kepada penerima beasiswa yang bukan Pegawai Negeri

Sipil untuk pendidikan ilmu kesejahteraan sosial di

dalam dan di luar negeri.

(2) Mekanisme pemberian beasiswa sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan surat keputusan

yang ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA.

(3) Beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

berupa:

a. uang pendidikan/kuliah;

b. biaya hidup;

c. biaya buku/diklat;

d. biaya penelitian;

e. sarana dan prasarana Pendidikan dan pelatihan;

dan/atau

f. biaya lain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan

pendidikan/kuliah.

Pasal 30

(1) Pembayaran uang pendidikan/kuliah dan biaya lain yang

dibutuhkan untuk pelaksanaan pendidikan/kuliah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) huruf a

dan huruf f diberikan dalam bentuk uang yang

disalurkan secara langsung dari rekening Kas Negara ke

rekening penyelenggara pendidikan/perkuliahan.

(2) Pembayaran biaya hidup, biaya buku/diklat, dan biaya

penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3)

huruf b sampai dengan huruf d, diberikan dalam bentuk

uang yang disalurkan secara langsung dari rekening Kas

Negara ke rekening penerima beasiswa melalui

mekanisme SPM-LS.

Page 176: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 18 -

(3) Dalam hal pembayaran secara langsung kepada

penyelenggara pendidikan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tidak dapat dilakukan, pembayaran uang

pendidikan/kuliah dan biaya lainnya dapat dibayarkan

ke rekening penerima beasiswa.

(4) Dalam hal tidak dapat dilakukan mekanisme SPM-LS,

pembayaran dapat menggunakan mekanisme UP.

Bagian Kesepuluh

Pemberian Bantuan Kepada Sumber Daya Manusia

Penyelenggara Kesejahteraan Sosial

Pasal 31

(1) Bantuan Pemerintah berupa bantuan kepada sumber

daya manusia penyelenggara kesejahteraan sosial

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf j diberikan

kepada:

a. pekerja sosial;

b. tenaga kesejahteraan sosial;

c. penyuluh sosial; dan/atau

d. relawan sosial.

(2) Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diberikan dengan ketentuan:

a. berprestasi; dan/atau

b. dalam kondisi kedaruratan.

(3) Bantuan Pemerintah kepada sumber daya manusia

penyelenggara kesejahteraan sosial sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk

barang dan/atau uang.

Pasal 32

Mekanisme pemberian Bantuan Pemerintah kepada sumber

daya manusia penyelenggara kesejahteraan sosial

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dengan ketentuan:

a. KPA melakukan seleksi secara berjenjang terhadap

sumber daya manusia penyelenggara kesejahteraan

sosial; dan

Page 177: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 19 -

b. PPK menetapkan daftar nama yang akan diberikan

bantuan sumber daya manusia penyelenggara

kesejahteraan sosial dan disahkan oleh KPA.

Bagian Kesebelas

Pemberian Penghargaan

Pasal 33

(1) Bantuan Pemerintah berupa pemberian penghargaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf k diberikan

kepada individu, masyarakat atau lembaga yang telah

melakukan kegiatan yang berguna bagi lingkungan

sekitarnya dan/atau berprestasi.

(2) Bantuan Pemerintah berupa pemberian penghargaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam

bentuk barang dan/atau uang.

Pasal 34

Mekanisme pemberian penghargaan bagi individu, masyarakat

atau lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)

dilaksanakan dengan ketentuan:

a. pemberian penghargaan dilaksanakan berdasarkan

daftar individu, masyarakat, atau lembaga yang

ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA;

b. pemberian penghargaan berupa barang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) PPK mengirimkan atau

menyerahkan barang ke penerima penghargaan; dan

c. pemberian penghargaan berupa uang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) PPK melakukan

transfer ke rekening penerima melalui Bank/Pos

Penyalur sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Page 178: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 20 -

BAB IV

PENGAWASAN

Pasal 35

(1) Menteri melakukan pengawasan pengelolaan Bantuan

Pemerintah.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pengelolaan Bantuan Pemerintah.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh aparat pengawas intern pemerintah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

BAB V

PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pasal 36

KPA bertanggung jawab atas:

a. pencapaian target kinerja pelaksanaan dan penyaluran

Bantuan Pemerintah;

b. transparansi pelaksanaan dan penyaluran Bantuan

Pemerintah; dan

c. akuntabilitas pelaksanaan dan penyaluran Bantuan

Pemerintah.

Pasal 37

(1) Untuk pencapaian target kinerja, transparansi, dan

akuntabilitas pelaksanaan serta penyaluran Bantuan

Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, KPA

melaksanakan pemantauan dan evaluasi.

(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dengan melakukan pengawasan terhadap:

a. kesesuaian antara pelaksanaan penyaluran Bantuan

Pemerintah dengan pedoman umum dan petunjuk

teknis yang telah ditetapkan serta ketentuan

peraturan terkait lainnya; dan

Page 179: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 21 -

b. kesesuaian antara target capaian dengan realisasi.

(3) KPA mengambil langkah tindak lanjut berdasarkan hasil

pemantauan dan evaluasi untuk perbaikan penyaluran

Bantuan Pemerintah.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 38

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan

Menteri Sosial Nomor 15 Tahun 2019 tentang Mekanisme

Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah di Lingkungan

Kementerian Sosial Tahun 2020 (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2019 Nomor 1305), dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku.

Pasal 39

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Page 180: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 22 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 19 Oktober 2020

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

ttd

JULIARI P BATUBARA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 23 Oktober 2020

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 1233

Page 181: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 1 -

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 2020

TENTANG

ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan rehabilitasi sosial terarah,

terpadu, dan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat, perlu

mengatur mengenai pelaksanaan asistensi rehabilitasi

sosial;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan

Menteri Sosial tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial;

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1998 Nomor 190, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3796);

Page 182: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 2 -

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah

beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2017 Nomor 237, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5946);

4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4720);

5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran

Negara Republik lndonesia Nomor 4916);

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

7. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5062);

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana

telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

Page 183: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 3 -

9. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang

Penyandang Disabilitas (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 69, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5871);

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pekerja

Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182

Tahun 2019, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 6397);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6041);

13. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang

Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 86);

14. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845)

sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan

Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang

Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Sosial Nomor

20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2018 Nomor 1517);

Page 184: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 4 -

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG ASISTENSI

REHABILITASI SOSIAL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan

pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam

kehidupan masyarakat.

2. Asistensi Rehabilitasi Sosial yang selanjutnya disebut

ATENSI adalah layanan Rehabilitasi Sosial yang

menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas,

dan/atau residensial melalui kegiatan dukungan

pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial

dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi

fisik, terapi psikososial, terapi mental spiritual, pelatihan

vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan sosial

dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas.

3. Keberfungsian Sosial adalah suatu kondisi yang

memungkinkan individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat mampu memenuhi kebutuhan dan hak

dasarnya, melaksanakan tugas dan peranan sosialnya,

serta mengatasi masalah dalam kehidupannya.

4. Program Rehabilitasi Sosial adalah program yang bersifat

holistik, sistematik, dan terstandar untuk mencapai

Keberfungsian Sosial individu, keluarga, kelompok,

dan/atau masyarakat.

5. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial yang

selanjutnya disingkat PPKS adalah perseorangan,

keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena

suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat

melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga memerlukan

Page 185: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 5 -

pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

baik jasmani dan rohani maupun sosial secara memadai

dan wajar.

6. Pekerja Sosial adalah seseorang yang memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan

sosial serta telah mendapatkan sertifikat kompetensi.

7. Pendamping Rehabilitasi Sosial adalah sumber daya

manusia kesejahteraan sosial yang meliputi pekerja

sosial, tenaga kesejahteraan sosial, relawan sosial, dan

penyuluh sosial yang bekerja di bidang ATENSI.

8. Sentra Layanan Sosial yang selanjutnya disebut Serasi

adalah layanan sosial yang terintegrasi bagi PPKS untuk

dapat memenuhi kebutuhan dan memperoleh solusi

terhadap masalah yang dihadapi secara efektif, efisien,

dan berkelanjutan melalui rujukan atau penyelesaian

secara langsung.

9. Lembaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat

LKS adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial

yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan

sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang

berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang sosial.

BAB II

PROGRAM REHABILITASI SOSIAL

Pasal 2

(1) Program Rehabilitasi Sosial meliputi layanan:

a. tidak langsung; dan

b. langsung.

(2) Layanan tidak langsung sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui:

a. peningkatan kampanye sosial melalui kampanye

pencegahan, publikasi, sosialisasi, edukasi, dan

Page 186: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 6 -

perluasan informasi Rehabilitas Sosial di seluruh

sektor masyarakat;

b. bimbingan teknis kompetensi bagi pengelola dan

Pendamping Rehabilitasi Sosial;

c. refleksi kebijakan;

d. supervisi, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan;

e. perumusan pedoman umum dan pedoman

operasional;

f. rapat koordinasi teknis; dan

g. advokasi sosial.

(3) Layanan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dilaksanakan melalui ATENSI.

Pasal 3

(1) Sasaran Program Rehabilitasi Sosial terdiri atas 5 (lima)

kluster.

(2) Kluster sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. anak;

b. penyandang disabilitas;

c. tuna sosial dan korban perdagangan orang;

d. korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika,

dan zat adiktif lainnya; dan

e. lanjut usia.

BAB III

PELAKSANAAN ATENSI

Pasal 4

Pelaksanaan ATENSI bertujuan untuk mencapai

Keberfungsian Sosial individu, keluarga, dan komunitas

dalam:

a. memenuhi kebutuhan dan hak dasar;

b. melaksanakan tugas dan peranan sosial; dan

c. mengatasi masalah dalam kehidupan.

Page 187: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 7 -

Pasal 5

(1) Pelaksanaan ATENSI sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 dilakukan oleh balai besar/balai/loka

Rehabilitasi Sosial.

(2) Dalam melaksanakan ATENSI sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), balai besar/balai/loka dapat bermitra

dengan unit pelaksana teknis daerah dan LKS.

(3) Selain bermitra sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

unit pelaksana teknis daerah dapat melaksanakan

ATENSI secara mandiri.

(4) Pelaksanaan ATENSI secara mandiri sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan supervisi dari

Kementerian Sosial.

Pasal 6

ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilaksanakan

dengan berbasis:

a. keluarga;

b. komunitas; dan/atau

c. residensial.

Pasal 7

Sasaran ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

meliputi:

a. individu;

b. keluarga;

c. kelompok; dan/atau

d. komunitas.

Pasal 8

Sasaran ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

memiliki kriteria:

a. kemiskinan;

b. ketelantaran;

c. disabilitas;

d. keterpencilan;

Page 188: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 8 -

e. tuna sosial dan penyimpangan perilaku;

f. korban bencana; dan/atau

g. korban tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi.

Pasal 9

(1) Layanan ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

diberikan berdasarkan prinsip:

a. holistik;

b. sistematik;

c. terstandar;

d. berbasis hak;

e. multiprofesi;

f. multilevel intervensi;

g. multiaktor kolaborasi;

h. dinamis;

i. integratif;

j. komplementer; dan

k. berjejaring.

(2) Prinsip holistik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a untuk memastikan pelaksanaan ATENSI harus

memandang individu PPKS sebagai bagian dari kesatuan

sistem biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual.

(3) Prinsip sistematik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b untuk memastikan tahapan program ATENSI

yang terencana melalui manajemen kasus sehingga dapat

dievaluasi outcome dan impactnya.

(4) Prinsip terstandar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c untuk memastikan pelaksanaan ATENSI sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Prinsip berbasis hak sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf d untuk memastikan pelaksanaan ATENSI

memperhatikan norma dan prinsip hak asasi manusia.

(6) Prinsip multiprofesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf e untuk memastikan pelaksanaan ATENSI

melibatkan profesi lain guna meningkatkan efektivitas

program bagi penerima manfaat.

Page 189: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 9 -

(7) Prinsip multilevel intervensi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf f untuk memastikan pelaksanaan ATENSI

diberikan kepada individu, keluarga, komunitas, dan

masyarakat.

(8) Prinsip multiaktor kolaborasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf g untuk memastikan pelaksanaan

ATENSI tidak hanya dilaksanakan Pekerja Sosial namun

melibatkan sumber daya manusia kesejahteraan sosial

lainnya.

(9) Prinsip dinamis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf h untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi ATENSI harus memperhatikan segala

sesuatu atau kondisi yang berubah, bergerak secara

aktif, dan berkembang di masyarakat.

(10) Prinsip integratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf i untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi ATENSI harus mempertimbangkan seluruh

aspek PPKS secara satu kesatuan dan bukan terpisah-

pisah.

(11) Prinsip komplementer sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf j untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi ATENSI harus menyatu dan bersinergi

untuk saling melengkapi dalam pemenuhan kebutuhan

PPKS.

(12) Prinsip berjejaring sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf k untuk memastikan pelaksanaan ATENSI harus

mampu memanfaatkan dan bekerja sama dengan potensi

sumber daya yang tersedia di pemerintah daerah dan

masyarakat.

Pasal 10

(1) ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

dilaksanakan dalam bentuk:

a. dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak;

b. perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak;

c. dukungan keluarga;

Page 190: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 10 -

d. terapi fisik, terapi psikososial, dan terapi mental

spiritual;

e. pelatihan vokasional dan/atau pembinaan

kewirausahaan;

f. bantuan sosial dan asistensi sosial; dan

g. dukungan aksesibilitas.

(2) Pemberian layanan ATENSI sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dengan menggunakan metode manajemen kasus.

(3) Manajemen kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

merupakan suatu langkah sistematis untuk mengatur

dan melakukan layanan dalam rangka mengatasi

masalah perlindungan dan/atau kesejahteraan yang

kompleks terkait PPKS secara tepat, sistematis, dan tepat

waktu melalui dukungan langsung dan rujukan sesuai

dengan tujuan pelayanan.

(4) Proses manajemen kasus sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dilakukan supervisi pekerjaan sosial oleh Pekerja

Sosial.

(5) Dalam hal terjadi situasi darurat, layanan ATENSI dapat

diberikan melalui respon kasus.

Pasal 11

(1) Dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a

merupakan upaya untuk membantu memenuhi standar

kebutuhan PPKS untuk dapat hidup layak secara fisik,

mental, dan psikososial.

(2) Dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

cara memberikan bantuan sosial, bantuan sarana, dan

prasarana dasar, serta bantuan kebutuhan dasar

lainnya.

(3) Pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) meliputi:

a. sandang dan pangan;

b. tempat tinggal sementara; dan

Page 191: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 11 -

c. akses kesehatan, pendidikan, dan identitas.

Pasal 12

(1) Perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b

merupakan layanan pemenuhan kasih sayang,

keselamatan, kelekatan, dan kesejahteraan.

(2) Layanan perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

cara merawat, mengasuh dan memberikan perhatian

yang berkelanjutan, serta memberikan bantuan sarana

dan prasarana perawatan sosial dan/atau pengasuhan

anak.

Pasal 13

(1) Dukungan keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal

10 ayat (1) huruf c merupakan upaya pemberian bantuan

terhadap anggota keluarga berupa dukungan emosional,

pengetahuan, dan keterampilan pengasuhan anak

dan/atau perawatan sosial, keterampilan berelasi dalam

keluarga, serta dukungan untuk memahami masalah

yang dihadapi.

(2) Dukungan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan memberikan pendampingan kepada

keluarga dan/atau penguatan kapabilitas dan tanggung

jawab sosial keluarga serta memberikan bantuan

perlengkapan bagi keluarga atau anggota keluarga.

(3) Dukungan kepada keluarga sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) terdiri atas:

a. keluarga sendiri; dan/atau

b. keluarga pengganti.

(4) Dukungan terhadap keluarga sendiri sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi:

a. mediasi keluarga;

b. preservasi keluarga;

c. reunifikasi;

Page 192: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 12 -

d. lingkar dukungan antarkeluarga;

e. dukungan kelompok sebaya; dan/atau

f. temu penguatan anak dan keluarga.

(5) Dukungan terhadap keluarga pengganti sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf b meliputi:

a. reintegrasi;

b. fasilitasi pengasuhan oleh keluarga pengganti;

c. lembaga rujukan berbasis temporary shelter;

dan/atau

d. advokasi sosial.

Pasal 14

(1) Terapi fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat

(1) huruf d dimaksudkan untuk mengoptimalkan,

memelihara, dan mencegah kerusakan atau gangguan

fungsi fisik.

(2) Terapi fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan cara latihan terapeutik, pijat, urut dan

terapi elektronik, dukungan alat bantu, serta pelatihan

dan terapi olahraga.

(3) Terapi psikososial sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (1) huruf d merupakan kumpulan terapi

untuk mengatasi masalah yang muncul dalam interaksi

PPKS dengan lingkungan sosialnya baik keluarga,

kelompok, komunitas, maupun masyarakat.

(4) Terapi psikososial sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilakukan dengan cara melakukan berbagai terapi untuk

mengatasi masalah yang berkaitan dengan aspek kognisi,

psikis, dan sosial, serta dukungan alat bantu.

(5) Terapi mental spiritual sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (1) huruf d merupakan terapi yang

menggunakan nilai-nilai moral, spiritual, dan agama

untuk menyelaraskan pikiran, tubuh, dan jiwa dalam

upaya mengatasi kecemasan dan depresi.

(6) Terapi mental spiritual sebagaimana dimaksud pada ayat

(5) dilakukan dengan cara meditasi, terapi seni, ibadah

Page 193: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 13 -

keagamaan, dan/atau terapi yang menekankan harmoni

dengan alam, serta dukungan alat bantu.

Pasal 15

(1) Pelatihan vokasional dan/atau pembinaan

kewirausahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

ayat (1) huruf e merupakan usaha pemberian

keterampilan kepada PPKS agar mampu hidup mandiri

dan/atau produktif.

(2) Pelatihan vokasional dan/atau pembinaan

kewirausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan cara pengembangan dan penyaluran

minat, bakat, potensi, dan menciptakan aktivitas yang

produktif, akses modal usaha ekonomi, bantuan

kemandirian, bantuan sarana dan prasarana produksi,

serta mengembangkan jejaring pemasaran.

Pasal 16

(1) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

ayat (1) huruf f merupakan bantuan berupa uang,

barang, atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok

atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan

terhadap risiko sosial.

(2) Asistensi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

ayat (1) huruf f merupakan bantuan berupa uang,

barang, jasa pelayanan, dan/atau jaminan sosial kepada

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat yang

berpendapatan rendah sampai dengan berpendapatan

tinggi.

Pasal 17

(1) Dukungan Aksesibilitas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (1) huruf g merupakan upaya untuk

membantu PPKS memperoleh akses yang setara terhadap

peralatan, pelayanan publik, serta lingkungan fisik dan

nonfisik.

Page 194: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 14 -

(2) Dukungan Aksesibilitas sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan dengan cara melaksanakan sosialisasi,

fasilitasi, dan advokasi sosial kepada pemangku

kepentingan serta penyediaan sarana dan prasarana

yang memenuhi standar aksesibilitas.

Pasal 18

(1) Mekanisme pelaksanaan ATENSI terdiri atas tahapan:

a. fasilitasi akses;

b. pendekatan awal dan kesepakatan bersama;

c. asesmen komprehensif dan berkelanjutan;

d. perencanaan layanan sosial;

e. implementasi;

f. monitoring dan evaluasi; dan

g. pascalayanan dan terminasi.

(2) Dalam setiap tahapan ATENSI sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus melalui supervisi pekerjaan sosial.

(3) Supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilaksanakan oleh Pekerja Sosial yang memiliki

kompetensi supervisi pekerjaan sosial.

Pasal 19

Fasilitasi akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

ayat (1) huruf a dapat berasal dari:

a. rujukan;

b. laporan pengaduan; dan/atau

c. penjangkauan kasus.

Pasal 20

Pendekatan awal dan kesepakatan bersama sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b meliputi:

a. asesmen awal;

b. respon kasus; dan/atau

c. kesepakatan awal.

Page 195: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 15 -

Pasal 21

Asesmen komprehensif dan berkelanjutan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf c meliputi:

a. medis;

b. legal;

c. fisik;

d. psikososial;

e. mental;

f. spiritual;

g. minat dan bakat;

h. penelusuran keluarga; dan/atau

i. aspek lainnya yang dibutuhkan untuk penanganan

masalah.

Pasal 22

Perencanaan layanan sosial sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 ayat (1) huruf d dilakukan dengan:

a. pemetaan sistem sumber;

b. penyusunan rencana layanan sosial; dan

c. penetapan bersama.

Pasal 23

Implementasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)

huruf e dilakukan dengan berbasis keluarga, komunitas,

dan/atau residensial.

Pasal 24

(1) Monitoring sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat

(1) huruf f merupakan proses untuk memantau

perkembangan aktivitas penyelenggaraan ATENSI.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)

huruf f merupakan aktivitas penilaian secara

keseluruhan pelaksanaan ATENSI yang telah

dilaksanakan baik meliputi proses maupun indikator

ketercapaian layanan program.

Page 196: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 16 -

(3) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan berdasarkan indikator

kinerja yang meliputi masukan, proses, keluaran,

manfaat, dan dampak.

Pasal 25

(1) Pascalayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

ayat (1) huruf g merupakan layanan lanjutan yang

diberikan kepada PPKS setelah PPKS selesai mendapat

layanan ATENSI.

(2) Layanan lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan PPKS

dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di

lingkungan sosialnya dan/atau mendukung lembaga

rujukan agar lebih sesuai dengan kebutuhan mantan

PPKS.

(3) Pascalayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan berdasarkan hasil asesmen Pekerja Sosial.

(4) Terminasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat

(1) huruf g merupakan proses pengakhiran rangkaian

program ATENSI dimana terjadi pemutusan layanan

antara penyedia layanan dan PPKS.

Pasal 26

(1) Jangka waktu pelaksanaan ATENSI diberikan

berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan oleh Pekerja

Sosial.

(2) Selain berdasarkan hasil asesmen sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), jangka waktu pelaksanaan

ATENSI dapat diberikan berdasarkan hasil:

a. konferensi kasus bekerja sama dengan tenaga

profesional lainnya; dan/atau

b. konferensi keluarga yang melibatkan keluarga.

Page 197: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 17 -

Pasal 27

Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme ATENSI untuk

setiap klaster ditetapkan oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi

Sosial dalam pedoman operasional ATENSI.

BAB IV

SERASI

Pasal 28

(1) Serasi dimaksudkan sebagai wahana bagi PPKS untuk

mendapatkan layanan ATENSI secara efektif, efisien, dan

berkelanjutan.

(2) Serasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan di lingkup nasional dan regional.

Pasal 29

Serasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 berfungsi:

a. peningkatan inklusivitas dan penjangkauan;

b. penguatan sumber pendanaan rehabilitasi sosial dari

pemerintah daerah, masyarakat, LKS, dan/atau swasta.

c. penanganan keluhan dan kejadian luar biasa yang cepat

dan akurat;

d. penyediaan data tunggal yang aspiratif;

e. penyediaan Program Rehabilitasi Sosial yang integratif

dan saling komplemen dengan program jaminan sosial,

perlindungan sosial, dan pemberdayaan sosial, serta

penanganan fakir miskin;

f. kerja sama dan koordinasi program pusat dan daerah

yang efektif; dan

g. layanan sosial yang berbasis sistem.

Pasal 30

Serasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 bertujuan:

a. memudahkan akses PPKS terhadap layanan ATENSI dan

komunitas;

b. menjadi layanan sosial lanjutan rujukan;

Page 198: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 18 -

c. menjadi layanan sosial responsif;

d. meningkatkan kapasitas personal dan ketahanan

keluarga agar PPKS terpenuhi hak dasarnya dan dalam

keluarga; dan

e. meningkatkan kapasitas unit pelaksana teknis daerah

dan LKS dalam peningkatan ketahanan keluarga agar

PPKS dapat segera kembali kepada keluarga.

Pasal 31

(1) Serasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

dilaksanakan oleh balai besar/balai/loka di lingkungan

Kementerian Sosial.

(2) Dalam menjalankan perannya balai besar/balai/loka

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bekerja sama

dengan dinas/instansi terkait.

Pasal 32

Pelaksanaan Serasi menggunakan sistem teknologi,

komunikasi, dan informasi yang terhubung dengan sistem

layanan dan rujukan terpadu di daerah serta sistem informasi

layanan sosial dasar yang dilaksanakan oleh perangkat

daerah/unit pelaksana teknis daerah.

Pasal 33

Pelaksanaan Serasi oleh balai besar/balai/loka di lingkungan

Kementerian Sosial ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Rehabilitasi Sosial dalam pedoman operasional Serasi.

BAB V

PENDAMPING REHABILITASI SOSIAL

Pasal 34

(1) ATENSI dilaksanakan oleh Pendamping Rehabilitasi

Sosial.

(2) Pendamping Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Pekerja Sosial.

Page 199: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 19 -

(3) Pekerja Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dalam melaksanakan tugasnya bekerja sama dengan:

a. tenaga kesejahteraan sosial;

b. dokter;

c. terapis;

d. instruktur;

e. perawat;

f. psikolog;

g. relawan sosial;

h. penyuluh sosial; dan/atau

i. tenaga profesional lainnya.

(4) Pendamping Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) disediakan oleh pemerintah pusat,

pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah

kabupaten/kota, dan masyarakat.

BAB VI

PENDATAAN

Pasal 35

(1) Sumber data penerima layanan ATENSI berasal dari data

terpadu kesejahteraan sosial.

(2) Dalam hal penerima layanan ATENSI tidak terdapat

dalam data terpadu kesejahteraan sosial sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), layanan tetap dapat diberikan

dengan ketentuan penerima layanan ATENSI harus

segera dilaporkan ke dinas sosial daerah provinsi, dinas

sosial daerah kabupaten/kota, atau Kementerian Sosial

untuk diusulkan masuk ke dalam data terpadu

kesejahteraan sosial.

Pasal 36

Tata cara pendaftaran PPKS dalam data terpadu

kesejahteraan sosial dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 200: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 20 -

BAB VII

TANGGUNG JAWAB

Pasal 37

Menteri memiliki tanggung jawab:

a. merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan

ATENSI;

b. menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait

dengan pelaksanaan ATENSI;

c. mengelola anggaran program yang bersumber dari

Anggaran Pembiayaan dan Belanja Negara atau sumber-

sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. melakukan supervisi, pemantauan, dan evaluasi

terhadap penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI;

e. memberikan penguatan kepada lembaga penyelenggara

pelaksanaan ATENSI;

f. mendorong pemerintah daerah dalam menyelenggarakan

pelaksanaan ATENSI;

g. memberikan bimbingan teknis bagi penyelenggara

pelaksanaan ATENSI;

h. melakukan koordinasi bagi penyelenggara pelaksanaan

ATENSI; dan

i. melakukan koordinasi dan membangun sistem rujukan

dengan kementerian/lembaga terkait.

Pasal 38

Gubernur memiliki tanggung jawab:

a. melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria

terkait dengan pelaksanaan ATENSI di daerah;

b. mengalokasikan anggaran pembiayaan dan belanja

daerah provinsi untuk penyelenggaraan pelaksanaan

ATENSI di daerah;

c. melakukan supervisi, pemantauan, dan evaluasi

terhadap penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI

di daerah;

Page 201: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 21 -

d. mendorong pemerintah daerah kabupaten/kota dalam

menyelenggarakan layanan ATENSI di daerah

kabupaten/kota;

e. membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI

di daerah sesuai dengan tugas dan kewenangan yang

dimiliki kepada Menteri dan menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam

negeri; dan

f. membangun sistem rujukan antarperangkat daerah

terkait.

Pasal 39

Bupati/wali kota memiliki tanggung jawab:

a. melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria

terkait dengan pelaksanaan ATENSI di daerah

kabupaten/kota;

b. mengalokasikan anggaran pembiayaan dan belanja

daerah kabupaten/kota untuk penyelenggaraan

pelaksanaan ATENSI di daerah kabupaten/kota;

c. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap

penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah

kabupaten/kota;

d. membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI

di daerah kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan

kewenangan yang dimiliki kepada Menteri dan menteri

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

dalam negeri; dan

e. membangun sistem rujukan antarperangkat daerah

terkait.

BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 40

(1) Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan

teknis penerapan ATENSI di daerah provinsi.

Page 202: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 22 -

(2) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melaksanakan

pembinaan dan pengawasan penerapan ATENSI

di daerah kabupaten/kota.

(3) Dalam hal melakukan pembinaan dan pengawasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), gubernur sebagai

wakil pemerintah pusat:

a. belum mampu melakukan pembinaan dan

pengawasan teknis, Menteri berdasarkan

permintaan bantuan dari gubernur sebagai wakil

pemerintah pusat melakukan pembinaan dan

pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-

masing; atau

b. tidak melakukan pembinaan dan pengawasan

teknis, Menteri berdasarkan telaahan hasil

pembinaan dan pengawasan melakukan

pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-

masing.

(4) Menteri dalam melakukan pembinaan dan pengawasan

teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)

sesuai dengan kewenangannya berkoordinasi dengan

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang dalam negeri.

BAB IX

PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Bagian Kesatu

Pemantauan

Pasal 41

(1) Pemantauan dilaksanakan untuk menjamin

kesinambungan dan efektivitas langkah secara terpadu

dalam pelaksanaan ATENSI.

Page 203: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 23 -

(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan secara berkala baik langsung maupun tidak

langsung melalui kunjungan dan observasi terhadap

pelaksanaan ATENSI.

Pasal 42

(1) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41

bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara

pelaksanaan dengan ATENSI dan sebagai bahan untuk

melakukan evaluasi.

(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan secara berjenjang mulai dari pemerintah

pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah

daerah kabupaten/kota.

Bagian Kedua

Evaluasi

Pasal 43

(1) Evaluasi pelaksanaan ATENSI dilakukan oleh pemerintah

pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah

daerah kabupaten/kota.

(2) Hasil evaluasi pelaksanaan ATENSI sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai bahan:

a. penyempurnaan ATENSI;

b. perencanaan program dan anggaran;

c. peningkatan mutu layanan Rehabilitasi Sosial; dan

d. pelaporan akuntabilitas kinerja dan keuangan.

BAB X

PELAPORAN

Pasal 44

Gubernur dan bupati/wali kota wajib membuat laporan

tertulis secara berjenjang mengenai pelaksanaan ATENSI

sesuai dengan kewenangannya.

Page 204: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 24 -

BAB XI

PENDANAAN

Pasal 45

(1) Pendanaan untuk pelaksanaan ATENSI yang menjadi

tanggung jawab Menteri dibebankan pada:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan

b. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(2) Pendanaan untuk pelaksanaan ATENSI di panti sosial

daerah provinsi dibebankan pada:

a. anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi;

dan

b. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 46

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

a. Keputusan Menteri Sosial Nomor 30/HUK/1996 tentang

Rehabilitasi Gelandangan dan Pengemis di dalam Panti

Sosial;

b. Keputusan Menteri Sosial Nomor 20/HUK/1999 tentang

Rehabilitasi Sosial Bekas Penyandang Masalah Tuna

Susila;

c. Peraturan Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 862);

d. Peraturan Menteri Sosial Nomor 25 Tahun 2012 tentang

Standar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas oleh

Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1217);

Page 205: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 25 -

e. Peraturan Menteri Sosial Nomor 12 Tahun 2013 tentang

Program Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1212);

f. Peraturan Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 2013 tentang

Asistensi Sosial melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial

Lanjut Usia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2013 Nomor 411);

g. Peraturan Menteri Sosial Nomor 08 Tahun 2014 tentang

Pedoman Rehabilitasi Sosial Pecandu Narkotika dan

Korban Penyalahgunaan Narkotika yang Berhadapan

dengan Hukum di dalam Lembaga Rehabilitasi Sosial

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

899);

h. Peraturan Menteri Sosial Nomor 13 Tahun 2015 tentang

Pelayanan Sosial bagi Anak Penyandang Disabilitas

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

1410);

i. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2017 tentang

Standar Nasional Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan

Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat

Adiktif Lainnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2017 Nomor 923);

j. Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2018 tentang

Standar Nasional Rehabilitas Sosial Lanjut Usia (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 780);

k. Peraturan Menteri Sosial Nomor 6 Tahun 2018 tentang

Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Orang dengan

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno

Deficiency Syndrome (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2018 Nomor 781); dan

l. Peraturan Menteri Sosial Nomor 26 Tahun 2019 tentang

Program Rehabilitasi Sosial Anak (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2019 Nomor 1677),

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 206: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

- 26 -

Pasal 47

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 4 Desember 2020

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JULIARI P BATUBARA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 22 Desember 2020

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 1566

Page 207: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

BRANDING IDENTITYASISTENSI REHABILITASI SOSIAL (ATENSI)

1. Dasar Hukum

Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 16 Tahun 2020 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial

2. Tujuan

❑Menjadi Brand Identity Program Asistensi Rehabilitasi Sosial.

❑Mewujudkan standardisasi penggunaan logo sebagai identitas program.

❑Mensemaikan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas keluarga besar Ditjen Rehabilitasi

Sosial dalam setiap gerak langkah program dan kegiatan.

3. Brand Logo ATENSI

Filosofi Lambang/ Logo

Huruf “A” merupakan punggawa dalam

deret huruf alfabet yang berarti

pertama/utama. Selain itu juga merupakan

manifestasi dari salah satu huruf vokal yang

senantiasa hadir dalam setiap padanan kata

untuk menegaskan sebuah makna.

B. Keterangan Lambang/ Logo

1. Bentuk huruf “A” yang digambarkan sebagai wujud segitiga sama sisi dengan

sisi utama mengarah keatas mengandung makna bahwa Ditjen Rehabilitasi

Sosial memiliki tujuan/ cita-cita luhur yang senantiasa ditunaikan dengan

menghadirkan berbagai inovasi dan progresifitas perubahan sesuai dengan

perkembangan zaman.

2. Bentuk Orbit Lingkaran menegaskan makna bahwa layanan Rehabilitasi Sosial

dilaksanakan secara dinamis, integrative dan komplementari untuk terwujudnya

keberfungsian sosial bagi PPKS.

3. Lima padanan warna pada huruf “A” menggambarkan 5 kluster Direktorat pada

Ditjen Rehabilitasi Sosial.

Anak PD TS KPO KP NAPZA LU

Page 208: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

Typografi

Typografi menggunakan jenis huruf Geometr415 Blk BT dan Bree Serif yang

memberikan kesan elegan dan tegas dalam menghadirkan estetika gambar maupun

makna dalam sebuah kata.

Konfigurasi Warna

Merah C : 0; M : 100; Y : 100; K : 0

Hijau #1 C : 78; M : 40; Y : 40; K : 22

Hijau #2 C : 65; M : 4; Y : 48, K : 0

Kuning C : 0; M : 11; Y : 47; K : 0

Biru #2 C : 23; M : 20; Y : 0; K : 0

Biru #1 C : 84; M : 51; Y : 15; K : 0

Biru C : 100; M : 100; Y : 0; K : 0

E. Arti Warna

Merah menegaskan makna kekuatan, dan perjuangan, energi positif, spirit

mandiri dan berdikari.

Hijau #1 mengandung arti bahagia, aman dan nyaman.

Hijau #2 mengandung arti sejuk, jernih dan percaya diri.

Kuning mengandung arti harapan dan wawasan kedepan secara menyeluruh,

dinamis dan dapat dipercaya.

Biru #2 mengandung arti ketenangan, kreatifitas dan pembaharuan.

Biru #1 mengandung arti wawasan luas, bijak dan bahagia.

Biru mengandung arti sifat kepercayaan, mengayomi, kehandalan, dan

bertanggung jawab.

Page 209: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

4. Yel-yel ATENSI

Instruktur:

ATENSI ……… (sesuaikan dengan lokus)

Audience:

Kita Bisa… Harus Bisa…Pasti Bisa… ATENSI (diikuti dengan gerakan tangan symbol ATENSI)Yes !!! (dua tangan mengepal diturunkan)

5. MARS ATENSI

Matahari masih bersinar

Harapan selalu ada

Kuatkan jiwa jiwa yang lemah

Asistensi Rehabilitasi Sosial

Membawa sejuta harapan

Layanan sosial berbasis keluarga, komunitas dan residensial

Reff

Bersama ATENSI wujudkan mimpi mimpi

Bersama ATENSI kembalikan senyuman

Bersama untuk negeri:

Bersama ATENSI wujudkan mimpi mimpi

Bersama ATENSI kembalikan senyuman

Bersama untuk negeri

Sorus:

Bersama ATENSI tuk anak, bersama ATENSI tuk tuna sosial, bersama ATENSI tuk

korban NAPZA, bersama ATENSI tuk lanjut usia, bersama ATENSI tuk penyandang

disabilitas

Back to reff

Cipt : Choky Suhendra

Page 210: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

6. Implementasi Branding Identity pada Media Kemeja

Spesifikasi:

o Kemaja Putih merupakan baju/

seragam kebesaran korps Ditjen

Rehsos.

o Digunakan dalam kegiatan formal

kedinasan (menyesuaikan).

o Penempatan logo sesuai pada

contoh gambar dengan

perbandingan dimensi sama

besar antarlogo.

o Ukuran besar logo dibuat dengan

memperhatikan dimensi dan

komposisi baju/ kemeja.

Contoh perbandingan ukuran logo:

Ukuran Sama Besar

7. Implementasi Branding Identity pada Media Kaos

Spesifikasi:

o Warna kaos dapat dibuat

menyesuaikan warna kluster atau

kebutuhan.

o Model kaos dapat menggunakan

jenis kaos berkerah atau oblong

(menyesuaikan kebutuhan).

o Penempatan logo sesuai pada

contoh gambar dengan

perbandingan dimensi sama

besar antarlogo.

o Ukuran besar logo dibuat dengan memperhatikan dimensi dan komposisi kaos.

o Desain gambar atau ilustrasi dapat dikembangkan/ disesuaikan dengan kebutuhan.

o Jenis kain yang digunakan dalam kaos tersebut dapat disesuaikan dengan

keperuntukan kebutuhan.

Page 211: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

8. Implementasi Branding Identity pada Media Rompi

KEMENTERIAN SOSIAL

KEMENTERIAN SOSIAL

KEMENTER IA N SOSIA L KEMENTER IA N SOSIA L K EMEN TER IA N SO SIA L

KEMENTER IA N SOSIA LKEMENTER IA N SOSIA L KEMENTER IA N SOSIA L

KEMENTER IA N SOSIA LKEMENTER IA N SOSIA L

KEMENTER IA N SOSIA L KEMENTER IA N SOSIA L

Spesifikasi:

o Warna rompi dapat dibuat menyesuaikan warna kluster atau kebutuhan.

o Penempatan logo sesuai pada contoh gambar dengan perbandingan dimensi sama

besar antarlogo.

o Ukuran besar logo dibuat dengan memperhatikan dimensi dan komposisi rompi.

o Desain gambar atau ilustrasi dapat dikembangkan/ disesuaikan dengan kebutuhan.

o Jenis kain yang digunakan dalam rompi tersebut dapat disesuaikan dengan

keperuntukan kebutuhan.

9. Implementasi Branding Identity pada Media Topi

Spesifikasi:

o Warna rompi dapat dibuat menyesuaikan warna kluster atau kebutuhan.

o Ukuran besar logo dibuat dengan memperhatikan dimensi dan komposisi topi.

o Desain gambar atau ilustrasi dapat dikembangkan/ disesuaikan dengan kebutuhan.

o Jenis bahan yang digunakan dapat disesuaikan dengan keperuntukan kebutuhan.

Contoh: Topi Ripcurl.

Page 212: Peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial Nomor 5 Tahun 2021

10.Implementasi Branding Identity pada Media Kendaraan

Spesifikasi:

o Model dan jenis kendaraan dapat menyesuaikan dengan keperuntukan kebutuhan,

dengan tetap memperhatikan aksesibilitas dan fungsi.

o Media logo yang digunakan dapat berupa cutting sticker, paint maupun media lainnya.