peraturan daerah kabupaten cilacap nomor

23
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR ……. TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang  Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014  tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perencanaan Pembangunan Desa sudah tidak sesuai lagi sehingga harus diganti; b. bahwa  berdasarkan  pertimbangan  sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembangunan Perdesaan. Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan  Daerah-daerah  Kabupaten  dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara tanggal 8 Agustus 1950); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan  Peraturan  Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta-hun 2014

Upload: lamthien

Post on 31-Dec-2016

247 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAPNOMOR ……. TAHUN 2016

TENTANG

PEMBANGUNAN PERDESAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP

Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Undang­Undang Nomor6 Tahun 2014  tentang Desa  dan Peraturan PemerintahNomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan PelaksanaanUndang­Undang   Nomor   6   Tahun   2014  tentang   Desasebagaimana telah diubah dengan Peraturan PemerintahNomor   47   Tahun   2015   tentang    Perubahan   atasPeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014   tentangPeraturan Pelaksanaan Undang­Undang Nomor 6 Tahun2014 tentang Desa, Peraturan Daerah Kabupaten CilacapNomor   2   Tahun   2010   tentang   PerencanaanPembangunan   Desa   sudah   tidak   sesuai   lagi   sehinggaharus diganti;

b. bahwa   berdasarkan   pertimbangan   sebagaimanadimaksud dalam huruf a,  perlu menetapkan PeraturanDaerah tentang Pembangunan Perdesaan.

Mengingat : 1. Pasal   18   Ayat   (6)   Undang­Undang   Dasar   NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang­Undang   Nomor   13   Tahun   1950   tentangPembentukan   Daerah­daerah   Kabupaten   dalamLingkungan   Propinsi   Jawa   Tengah   (Berita   Negaratanggal 8 Agustus 1950);

3. Undang­Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

4. Undang­Undang   Nomor   12  Tahun   2011  tentangPembentukan   Peraturan   Perundang­undangan(Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2004Nomor  82,   Tambahan   Lembaran   Negara   RepublikIndonesia Nomor 5234);

5. Undang­Undang   Nomor   6   Tahun   2014   tentang   Desa(Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Ta­hun   2014

Nomor   7,   Tambahan   Lembaran   Negara   RepublikIndonesia Nomor 5495);

6. Undang­Undang   Nomor   23   Tahun   2014   tentangPemerintahan   Daerah   (Lembaran   Negara   RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimanatelah   diubah   beberapa   kali   terakhir   dengan   Undang­Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Keduaatas   Undang­Undang   Nomor   23   Tahun   2014   tentangPeme­rintahan Daerah (Lembaran Negara Republik  In­donesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lem­baranNegara Republik Indonesia Nomor 5679);

7. Peraturan   Pemerintah   Nomor   7   tahun   2008   ten­tangDekonsentrasi   dan   Tugas   Pembantuan   (Lem­baranNegara   Republik   Indonesia   Tahun   2008   No­mor   20,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4816);

8. Peraturan  Pemerintah Nomor  43 Tahun 2014  ten­tangPeraturan   Pelaksanaan   Undang­Undang   No­mor   6Tahun 2014  tentang Desa  (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor  5539), sebagaimanayang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor47   Tahun   2015  tentang   Perubahan   atas   PeraturanPemerintah Nomor  43  Tahun 2014   tentang PeraturanPelaksanaan   Undang­Undang   Nomor   6   Tahun   2014tentang   Desa   (Lembaran   Negara  Republik   IndonesiaTahun 2015 Nomor 157, Tambahan  Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5717);

9. Peraturan   Pemerintah   Republik   Indonesia   Nomor   60Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Ber­sumber dariAnggaran   Pendapatan  dan  Belanja   Negara   (LembaranNegara  Republik   Indonesia  Ta­hun   2014  Nomor  168,Tambahan   Lembaran   Nega­ra   Republik   IndonesiaNomor 5558);

10. Peraturan  Presiden  Nomor  87  Tahun  2014   tentangPeraturan   Pelaksanaan   Undang­Undang   Nomor   12Tahun   2011   tentang   Pembentukan   PeraturanPerundang­undangan   (Lembaran   Negara   Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);11. Peraturan   Presiden   Nomor   4   Tahun   2015  tentang

Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden No­mor 54Tahun   2010  tentang   Pengadaan   Barang  /  JasaPemerintah   (Lembaran   Negara  Republik   In­donesiaTahun 2015 Nomor 5);

12. Peraturan   Daerah   Kabupaten   Cilacap   Nomor   23Tahun   2008   tentang   Rencana   Pembangunan   JangkaPanjang   Daerah   (RPJPD)   Kabupaten   Cilacap   Tahun2005­2025   (Berita   Daerah   Kabu­paten   Cilacap   Tahun2008   Nomor   23,   Tambahan   Lembaran   DaerahKabupaten Cilacap Tahun 2008 Nomor 31);

13. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 9 Tahun2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenCilacap Tahun 2011­2031 (Lembaran Daerah KabupatenCilacap   Tahun   2011   Nomor   9,   Tambahan   LembaranDaerah Kabupaten Cilacap Nomor 63);

14. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 5 Tahun2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka MenengahDaerah (RPJMD) Kabupaten Ci­lacap Tahun 2012­2017(Lembaran   Daerah   Kabu­paten   Cilacap   Tahun   2013Nomor   5,   Tambahan   Lembaran   Daerah   KabupatenCilacap Nomor 96);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PEWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang Pemba­ngunanDesa

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap.

2. Bupati adalah Bupati Cilacap.3. Desa  adalah   Desa  dan   Desa   adat   atau   yang   disebut   dengan  nama   lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memilikibatas   wilayah   yang   berwenang   untuk   mengatur   dan   mengurus   urusanpemerintahan,   kepentingan   masyarakat   setempat   berdasarkan   prakarsamasyarakat,   hak   asal   usul,   dan/atau   hak   tradisional   yang   diakui   dandihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

4. Pemerintahan   Desa   adalah   penyelenggaraan   urusan   pemerintahan   dankepentingan   masyarakat   setempat   dalam   sistem   pemerintahan   NegaraKesatuan Republik Indonesia. 

5. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan na­ma laindibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pe­merintahan Desa. 

6. Pembangunan   Desa   adalah   upaya   peningkatan   kualitas   hidup   dankehidupan untuk sebesar­besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. 

7. Kawasan   Perdesaan   adalah   kawasan   yang   mempunyai   kegiatan   u­tamapertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsikawasan   sebagai   tempat   permukiman   perdesaan,   pelayanan   jasapemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan eko­nomi. 

8. Badan  Permusyawaratan  Desa  disingkat  BPD  atau  yang  disebut   de­ngannama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi peme­rintahan yanganggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilanwilayah dan ditetapkan secara demo­kratis. 

9. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah mu­syawarahantara   Badan   Permusyawaratan   Desa,   Pemerintah   Desa,   dan   unsurmasyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permu­syawaratan Desa untukmenyepakati hal yang bersifat strategis. 

10. Perencanaan Pembangunan Desa adalah hasil kesepakatan antara BadanPermusyawaratan  Desa,   Pemerintah  Desa,   dan  unsur   ma­syarakat   dalamMusyawarah Desa.

11. Musyawarah   Perencanaan   Pembangunan   Desa,   selanjutnya   disebutMusrenbang  Desa   adalah   forum musyawarah   yang  diselenggarakan  olehPemerintah Desa dan diikuti oleh Badan Permusyawaratan De­sa dan unsurmasyarakat untuk menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhanPembangunan Desa yang didanai  oleh Anggaran Pendapatan dan BelanjaDesa,   swadaya   masyarakat   De­sa,   dan/atau   Anggaran   Pendapatan   danBelanja Daerah Kabupaten.

12. Rencana  Pembangunan  Jangka  Menengah  Desa,   selanjutnya  di­singkatRPJM  Desa,   adalah  Rencana  Kegiatan  Pembangunan  Desa   untuk   jangkawaktu 6 (enam) tahun.

13. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disebut RKP Desa, adalahpenjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. 

14. Peraturan Desa adalah peraturan perundang­undangan yang dite­tapkanoleh   Kepala   Desa   setelah   dibahas   dan   disepakati   bersama   BadanPermusyawaratan Desa. 

15. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan danbelanja   negara   yang   diperuntukkan   bagi   Desa   yang   ditransfer   melalui

anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten dan digunakan untukmembiayai   penyelenggaraan   pemerintahan,   pelak­sanaan   pembangunan,pembinaan kemasyarakatan, dan pemberda­yaan masyarakat. 

16. Alokasi   Dana   Desa,   selanjutnya   disingkat   ADD,   adalah   dana   per­imbangan yang diterima kabupaten dalam anggaran pendapatan dan belanjadaerah kabupaten setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. 

17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa,adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. 

18. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa,dibeli atau diperoleh atas beban APB Desa atau perolehan hak lainnya yangsah. 

19. Badan Usaha Milik Desa,  yang selanjutnya disebut  BUM Desa,  ada­lahbadan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimi­liki oleh Desamelalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yangdipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayan­an, dan usaha lainnya untuksebesar­besarnya kesejahteraan ma­syarakat Desa. 

20. Barang Milik Desa adalah kekayaan milik Desa berupa barang ber­gerakdan barang tidak bergerak. 

21. Pemberdayaan   Masyarakat   Desa   adalah   upaya   mengembangkan   ke­mandirian   dan   kesejahteraan   masyarakat   dengan   meningkatkanpengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadar­an, sertamemanfaatkan   sumber   daya   melalui   penetapan   kebijakan,   program,kegiatan,   dan   pendampingan   yang   sesuai   dengan   esensi   masalah   danprioritas kebutuhan masyarakat Desa. 

22. Tugas   Pembantuan   Pemerintah   adalah   penugasan   dari   Pemerintahkepada   Pemerintah   Daerah   dan   atau   Desa   untuk   melaksanakan   tu­gastertentu yang disertai pembiayaan, prasarana, dan sarana serta sumber dayamanusia   dengan   kewajiban   melaporkan   pelaksana­annya   danmempertanggungjawabkannya kepada yang menugas­kan.

23. Tugas   Pembantuan   Pemerintah   Daerah   adalah   penugasan   dari   Pe­merintah   Daerah   kepada   Desa   untuk   melaksanakan   tugas   tertentu   yangdisertai   pembiayaan,   prasarana,   dan   sarana   serta   sumber   daya   manusiadengan   kewajiban   melaporkan   pelaksanaannya   danmempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan.

BAB IIASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Pembangunan perdesaan diselenggarakan berdasarkan asas:a. Asas kepastian hukum yaitu asas dalam negara hukum yang meng­utamakan

landasan  peraturan   perundang­undangan,   kepatutan,   dan   keadilan  dalamsetiap kebijakan Penyelenggara Negara;

b. Asas   tertib   penyelenggaraan   negara   yaitu   asas   yang   menjadi   lan­dasanketeraturan,   keserasian,   dan   keseimbangan   dalam   pengenda­lianpenyelenggaraan Negara;

c. Asas   kepentingan   umum   yaitu   asas   yang   mendahulukan   kesejah­teraanumum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif;

d. Asas keterbukaan yaitu asas yang membuka diri terhadap hak ma­syarakatuntuk   memperoleh   informasi   yang   benar,   jujur,   dan   tidak   diskriminatiftentang penyelenggaraan negara dengan tetap mem­perhatikan perlindunganatas hak asasi pribadi, golongan, dan ra­hasia Negara;

e. Asas proporsionalitas yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antarahak dan kewajiban Penyelenggara Negara;

f. Asas   profesionalitas   yaitu   asas   yang   mengutamakan   keahlian   yangberlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang­un­dangan; dan

g. Asas akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan danhasil   akhir   dari   kegiatan   Penyelenggara   Negara   harus   dapatdipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegangkedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan.

Pasal 3

Tujuan pembangunan perdesaan adalah:a. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia

serta   penanggulangan   kemiskinan   melalui   pemenuhan   kebutuhan   dasar,pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomilokal,   serta   pemanfaatan   sumber   daya   alam   dan   lingkungan   secaraberkelanjutan;

b. mempercepat   dan   meningkatkan   kualitas   pelayanan,   pembangunan,   danpemberdayaan   masyarakat   Desa   melalui   pendekatan   pembangunanpartisipatif; 

Pasal 4

Ruang lingkup pembangunan perdesaan adalah:a. pembangunan Desa; danb. pembangunan kawasan perdesaan. 

BAB IIIPEMBANGUNAN DESA

Bagian KesatuPerencanaan Pembangunan Desa

Paragraf SatuMusyawarah Desa

Pasal 5

(1) Perencanaan   pembangunan   Desa   disusun   berdasarkan   hasil   kesepakatandalam musyawarah Desa.

(2) Badan  Permusyawaratan  Desa  menyelenggarakan  Musyawarah  Desa  yangdiikuti   oleh   Badan   Permusyawataran   Desa,   Pemerintah   Desa,   dan   unsurmasyarakat Desa.

(3) Hasil   musyawarah   Desa   sebagaimana  dimaksud  pada  ayat   (2)   menjadiRencana   Pembangunan   Desa   yang   menjadi   dasar   bagi   penyusunanRancangan RPJM Desa, Rancangan RKP Desa, dan daftar usulan RKP Desa.

(4) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang­kurangnyadiselenggarakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. 

(5) Musyawarah Desa paling  lambat dilaksanakan bulan Juni   tahun anggaranberjalan.

Paragraf DuaMusyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

Pasal 6

(1)Dalam   menyusun   RPJM   Desa   dan   RKP   Desa,   Pemerintah   Desa   wajibmenyelenggarakan   musyawarah   perencanaan   pembangunan  (Musrenbang)Desa secara partisipatif. 

(2)Musrenbang Desa sebagaimana dimaksud ayat  (1) diselenggarakan setelahMusrenbang Dusun.

(3)Musrenbang Dusun diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menyerapaspirasi pembangunan Desa di lingkup Dusun.

(4)Musrenbang Dusun diikuti oleh Pemerintah Desa, Rukun Tetangga, RukunWarga, Kepala Dusun, dan unsur masyarakat di tingkat Dusun.

(5)Hasil Musrenbang Dusun menjadi materi pembahasan Musrenbang Desa. (6)Peraturan   lebih   lanjut   berkaitan   Musyawarah   Dusun   ditetapkan   melalui

Peraturan Desa.

Pasal 7

(1) Musrenbang Desa menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhanPembangunan Desa  yang didanai  oleh  Anggaran Pendapatan dan BelanjaDesa,   swadaya   masyarakat   Desa,   dan/atau   Anggaran   Pendapatan   danBelanja Daerah Kabupaten.

(2) Prioritas,   program,   kegiatan,   dan   kebutuhan   Pembangunan   Desasebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   dirumuskan   berdasarkan   penilaianterhadap kebutuhan masyarakat Desa yang meliputi:a. peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar;b. pembangunan   dan   pemeliharaan   infrastruktur   dan   lingkungan

berdasarkan kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang tersedia;c. pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif;

d. pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuanekonomi; dan

e. peningkatan   kualitas   ketertiban   dan   ketenteraman   masyarakat   Desaberdasarkan kebutuhan masyarakat Desa.

(3) Musrenbang   Desa   sebagaimana   maksud   pada   ayat   (1)   dalam   rangkapenyusunan RPJM Desa paling lambat dilaksanakan 1 (satu) bulan setelahkepala Desa terpilih dilantik.

(4) Musrenbang   Desa   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   dalam   rangkapenyusunan RKP Desa  paling   lambat  dilaksanakan pada bulan Juli   tahunanggaran berjalan.

(5) Ketentuan mengenai   tata  cara  dan peserta  Musrenbang Desa diatur   lebihlanjut dalam Peraturan Bupati.

Paragraf TigaPenetapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan 

Rencana Kerja Pemerintah Desa

Pasal 8

(1) Pemerintah  Desa  membahas  dan  menetapkan  RPJM  Desa  dan  RKP  Desadalam Musrenbang Desa.

(2) RPJM  Desa  dan  RKP  Desa  merupakan  pedoman  dalam  penyusunan  APBDesa.

(3) Tata cara penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa sesuai dengan peraturanperundang­undangan yang berlaku.

Pasal 10

(1) RPJM Desa dan RKP Desa ditetapkan melalui Peraturan Desa.(2) Peraturan  Desa   tentang  RPJM  Desa   dan  RKP  Desa  merupakan   dokumen

perencanaan Desa.(3) RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling lambat 3

(tiga) bulan setelah kepala Desa terpilih dilantik.(4) RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) ditetapkan paling  lambat

bulan September tahun anggaran berjalan.(5) RPJM Desa dan RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

kepada Pemerintah Daerah melalui dinas terkait.

Pasal 9

(1) RPJM Desa mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.(2) RPJM  Desa   sebagaimana  dimaksud   pada   ayat   (1)   memuat   visi   dan  misi

Kepala   Desa,   rencana   penyelenggaraan   Pemerintahan   Desa,   pelaksanaanpembangunan, pembinaan kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat, danarah kebijakan pembangunan Desa.

(3) RPJM Desa disusun dengan mempertimbangkan kondisi  objektif  Desa danprioritas pembangunan Kabupaten.

Pasal 10

(1) RKP Desa  merupakan penjabaran dari  RPJM Desa  untuk  jangka waktu 1(satu) tahun.

(2) RKP   Desa   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   memuat   rencanapenyelenggaraan   Pemerintahan   Desa,   pelaksanaan   pembangunan,pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

(3) RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit berisi uraian:a. evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;b. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh Desa;c. prioritas  program,  kegiatan,  dan anggaran Desa  yang dikelola  melalui

kerja sama antar­Desa dan pihak ketiga;d. rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh Desa

sebagai   kewenangan   penugasan   dari   Pemerintah,   Pemerintah   DaerahProvinsi, dan/atau Pemerintah Daerah Kabupaten; dan

e. pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur perangkat Desa dan/atauunsur masyarakat Desa.

(4) RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) disusun oleh PemerintahDesa   sesuai   dengan   informasi   dari   Pemerintah   Daerah   berkaitan   denganpagu indikatif  Desa dan rencana kegiatan Pemerintah, Pemerintah DaerahProvinsi, dan Pemerintah Daerah.

(5) RKP Desa menjadi dasar penetapan APB Desa.

Pasal 11

Pemerintah Daerah dalam perencanaan pembangunan Desa memiliki kewajibansebagai berikut:a. melakukan pendampingan dalam penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa; b. memeriksa kesesuaian antara RPJM Desa dengan RPJM Daerah;c. memeriksa kesesuaian antara RKP Desa dengan RPJM Desa;d. memberi   penilaian   terhadap  RPJM Desa  dan  RKP  Desa   sesuai   ketentuan

teknis berdasar peraturan dan perundang­undangan yang berlaku; dane. memberi koreksi, rekomendasi, dan evaluasi perbaikan terhadap RPJM Desa

dan RKP Desa.

Pasal 12

(1) Pemerintah   Daerah   dalam   rangka   melaksanakan   kewajiban   sebagaimanapasal 11 menunjuk SKPD terkait dan atau membentuk tim khusus.

(2) Tim   khusus   sebagaimana  dimaksud   pada   ayat   (1)   diatur   oleh   PeraturanBupati.

Pasal 13

(1) Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan pembangunan Desa kepadaPemerintah Daerah.

(2) Dalam   hal   tertentu,   Pemerintah   Desa   dapat   mengusulkan   kebutuhanpembangunan Desa kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah Provinsi.

(3) Usulan kebutuhan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)harus mendapatkan persetujuan Bupati.

(4) Dalam hal Bupati memberikan persetujuan, usulan sebagaimana dimaksudpada   ayat   (2)   disampaikan   oleh   Bupati   kepada   Pemerintah   dan/atauPemerintah Daerah Provinsi.

(5) Usulan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)dihasilkan dalam Musrenbag Desa.

(6) Dalam hal Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerahmenyetujui usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), usulantersebut dimuat dalam RKP Desa tahun berikutnya.

Pasal 14

(1) RPJM Desa dan/atau RKP Desa dapat diubah dalam hal:a. terjadi   peristiwa   khusus,   seperti   bencana   alam,   krisis   politik,   krisis

ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; ataub. terdapat   perubahan   mendasar   atas   kebijakan   Pemerintah,   Pemerintah

Daerah Provinsi, dan/atau Pemerintah Daerah.(2) Perubahan RPJM Desa dan/atau RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat

(1)   dibahas   dan   disepakati   dalam   Musrenbang   Desa   dan   selanjutnyaditetapkan dengan Peraturan Desa.

Bagian KeduaPelaksanaan Pembangunan Desa

Pasal 15

(1)Pembangunan Desa dilaksanakan sesuai dengan RKP Desa.(2)Pembangunan lokal berskala Desa dilaksanakan sendiri oleh Desa. (3)Kepala   Desa   mengkoordinasikan   kegiatan   pembangunan   Desa   yang

dilaksanakan oleh perangkat Desa dan/atau unsur masyarakat Desa. (4)Pelaksanaan   pembangunan   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)

mengutamakan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alamyang   ada   di   Desa   serta   mendayagunakan   swadaya   dan   gotong   royongmasyarakat. 

(5)Pelaksana kegiatan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan dengan mempertimbangkan keadilan gender.

Pasal 16

(1)Pelaksana kegiatan pembangunan melaporkan hasil pembangunan Desa.

(2)Laporan   pembangunan   Desa   disampaikan   oleh   pelaksana   kepada   KepalaDesa dalam forum yang diselenggarakan khusus oleh Pemerintah Desa.

(3)Pada   forum   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2),  Pemerintah   Desamengikutsertakan Badan Permusyawaratan Desa, Perangkat Desa, dan unsurmasyarakat Desa.

(4)Tata cara penyelenggaraan forum laporan pembangunan desa  sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut melalui Peraturan Desa.

Pasal 17

(1) Pemerintah Daerah menyelenggarakan program sektoral dan program daerahyang masuk ke Desa. 

(2) Program   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   diinformasikan   kepadaPemerintah Desa untuk diintegrasikan ke dalam pembangunan Desa. 

(3) Program  sebagaimana  dimaksud  pada   ayat   (1)   yang  berskala   lokal  Desadidelegasikan pelaksanaannya kepada Desa melalui penugasan. 

(4) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam Lampiran APBDesa.

(5) Pengintegrasian   program   sektoral   dan   program   Daerah   ke   dalampembangunan   Desa   dimaksudkan   untuk   menghindari   tumpang   tindihprogram dan anggaran.

Pasal 18

(1) Pengadaan barang  dan/atau  jasa di  Desa yang pembiayaannya bersumberdari   APB   Desa   tidak   termasuk   dalam   ruang   lingkup   pasal   2   PeraturanPresiden   Nomor   54   tahun   2010   sebagaimana   diubah   dalam   PeraturanPresiden Nomor 70  tahun 2012  tentang Perubahan Kedua atas  PeraturanPresiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

(2) Pengadaan barang dan/atau  jasa di  Desa diatur  dengan peraturan Bupatiyang mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh LKPP. 

Pasal 19

(1) Pengadaan   barang   dan/atau   jasa   di   Desa   pada   prinsipnya   dilaksanakansecara swakelola dengan memaksimalkan penggunaan material/bahan dariwilayah   setempat,   dilaksanakan   secara   gotong   royong   dan   melibatkanpartisipasi masyarakat setempat.

(2) Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa yang tidak bisa dilakukan secaraswakelola   sebagaimana   dimaksud   ayat   (1)  baik   sebagian   maupunkeseluruhan, dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa yang dianggapmampu. 

(3) Pemerintah   Daerah   dapat   membentuk   tim   asistensi   dalam   masa   transisipemberlakukan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasadi Desa. 

(4) Tim asistensi sebagaimana dimaksud ayat (3) terdiri dari:

a. Unit Layanan Pengadaan;b. Satuan Kerja Perangkat Daerah; dan c. unsur lain terkait di Pemerintah Daerah.

(5) Tugas dan fungsi tim asistensi adalah: a. meningkatkan kapasitas SDM; danb. melakukan pendampingan pengadaan barang dan/atau jasa di Desa.

Pasal 20

(1) Pekerjaan swakelola oleh Pemerintah Desa merupakan kegiatan PengadaanBarang/Jasa   dimana   pekerjaannya   direncanakan,   dikerjakan   dan/ataudiawasi sendiri oleh Pemerintah Desa sebagai penanggung jawab anggaran. 

(2) Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan Swakelola sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi:a. pekerjaan   yang   bertujuan   untuk   meningkatkan   kemampuan   dan/atau

memanfaatkan   kemampuan   teknis   sumber   daya   manusia   serta   sesuaidengan tugas pokok Pemerintah desa;

b. pekerjaan   yang   operasi   dan   pemeliharaannya   memerlukan   partisipasilangsung masyarakat setempat;

c. pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannyatidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa;

d. pekerjaan   yang   secara   rinci/detail   tidak   dapat   dihitung/   ditentukanterlebih   dahulu,   sehingga   apabila   dilaksanakan   oleh   PenyediaBarang/Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar; 

e. penyelenggaraan   diklat,   kursus,   penataran,   seminar,   lokakarya   ataupenyuluhan;

f. pekerjaan   untuk   proyek   percontohan   (pilot   project)   dan   survei   yangbersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belumdapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa;

g. pekerjaan Industri Kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri;(3) Prosedur   Swakelola   meliputi   kegiatan   perencanaan,   pelaksanaan,

pengawasan, penyerahan, pelaporan dan pertanggungjawaban pekerjaan.(4) Pengadaan Pemerintah Desa melalui Swakelola dapat dilakukan oleh:

a. Penanggung Jawab Anggaran;b. Instansi Pemerintah lain Pelaksana Swakelola; dan/atauc. Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.

(5) PA/KPA menetapkan  jenis pekerjaan serta pihak yang akan melaksanakanPengadaan Barang/Jasa secara Swakelola.

(6) Pengadaan   barang   dan/atau   jasa   di   Desa   yang   bisa   dilaksanakan   secaraswakelola senilai di bawah nilai swakelola kabupaten.

(7) Tata   cara   pelaksanaan   pekerjaan   Pemerintah   Desa   melalui   swakelolamengikuti peraturan dan perundang­undangan yang berlaku.

Bagian KetigaPemantauan Dan Pengawasan Pembangunan Desa

Pasal 21

(1) Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa melakukan upaya pemberdayaanmasyarakat Desa.

(2) Pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukanmelalui pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan Desadan pembangunan Desa yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakatDesa.

(3) Masyarakat   Desa   berhak   melakukan   pemantauan   terhadap   pelaksanaanPembangunan Desa.

(4) Hasil   pengawasan   dan   pemantauan   pembangunan   Desa   sebagaimanadimaksud   pada   ayat   (2),   menjadi   dasar   pembahasan   musyawarah   Desadalam rangka pelaksanaan pembangunan Desa.

Pasal 22

(1) Pemantauan   pembangunan   Desa   oleh   masyarakat   Desa   dilakukan   padatahapan   perencanaan   pembangunan   Desa   dan   tahapan   pelaksanaanpembangunan Desa.

(2) Pemantauan  tahapan perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat  (1),dilakukan dengan cara menilai penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa.

(3) Pemantauan   tahapan pelaksanaan   sebagaimana  dimaksud  pada  ayat   (1),dilakukan dengan cara menilai antara lain: a. pengadaan barang dan/atau jasa;b. pengadaan bahan/material;c. pengadaan tenaga kerja;d. pengelolaan administrasi keuangan;e. pengiriman bahan/material;f. pembayaran upah; dang. kualitas hasil kegiatan pembangunan Desa.

Pasal 23

(1) Bupati   melakukan   pemantauan   dan   pengawasan   perencanaan   danpelaksanaan pembangunan Desa dengan cara: a. memantau   dan   mengawasi   jadwal   perencanaan   dan   pelaksanaan

pembangunan Desa;b. menerima, mempelajari dan memberikan umpan balik terhadap laporan

realisasi pelaksanaan APB Desa;c. mengevaluasi   perkembangan   dan   kemajuan   kegiatan   pembangunan

Desa; dand. memberikan pembimbingan teknis kepada pemerintah Desa.

(2) Dalam   hal   terjadi   keterlambatan   perencanaan   dan   pelaksanaanpembangunan Desa   sebagaimana dimaksud pada ayat   (1)   sebagai  akibatketidakmampuan dan/atau kelalaian Pemerintah Desa, Bupati melakukan:a. menerbitkan surat peringatan kepada Kepala Desa;

b. membina dan mendampingi Pemerintah Desa dalam hal mempercepatperencanaan   pembangunan   Desa   untuk   memastikan   APB   Desaditetapkan 31 Desember tahun berjalan; dan

c. membina dan mendampingi Pemerintah Desa dalam hal mempercepatpelaksanaan   pembangunan   Desa   untuk   memastikan   penyerapan   APBDesa sesuai peraturan perundang­undangan.

Pasal 24

(1) Masyarakat   Desa   berhak   mendapatkan   informasi   mengenai   rencana   danpelaksanaan Pembangunan Desa.

(2) Masyarakat   Desa   berhak   melakukan   pemantauan   terhadap   pelaksanaanPembangunan Desa.

(3) Masyarakat   Desa   melaporkan   hasil   pemantauan   dan   berbagai   keluhanterhadap   pelaksanaan   Pembangunan   Desa   kepada   Pemerintah   Desa   danBPD.

(4) Pemerintah   Desa   wajib   menginformasikan   perencanaan   dan   pelaksanaanRPJM  Desa,  RKP   Desa,   dan  APB  Desa   kepada  masyarakat  Desa   melaluilayanan  informasi  kepada umum dan melaporkannya dalam MusyawarahDesa paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.

(5) Masyarakat Desa berpartisipasi dalam Musyawarah Desa untuk menanggapilaporan pelaksanaan Pembangunan Desa.

BAB IVPEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

Pasal 25

(1) Pembangunan   Kawasan   Perdesaan   merupakan   perpaduan   pembangunanantar­Desa dalam 1 (satu) Kabupaten.

(2) Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan dalam upaya mempercepatdan meningkatkan kualitas  pelayanan,  pembangunan,  dan pemberdayaanmasyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunanpartisipatif.

(3) Pembangunan Kawasan Perdesaan meliputi:a. penggunaan dan pemanfaatan wilayah Desa dalam rangka penetapan

kawasan pembangunan sesuai dengan tata ruang Kabupaten;b. pelayanan   yang   dilakukan   untuk   meningkatkan   kesejahteraan

masyarakat perdesaan;c. pembangunan   infrastruktur,   peningkatan   ekonomi   perdesaan,   dan

pengembangan teknologi tepat guna; dand. pemberdayaan  masyarakat   Desa   untuk  meningkatkan   akses   terhadap

pelayanan dan kegiatan ekonomi.

(4) Rencana   pembangunan   Kawasan   Perdesaan   dibahas   bersama   olehPemerintah,   Pemerintah   Daerah   Provinsi,   Pemerintah   Daerah,   danPemerintah Desa.

(5) Rencana  pembangunan  Kawasan  Perdesaan   sebagaimana  dimaksud  padaayat   (4)   ditetapkan   oleh   Bupati   sesuai   dengan   Rencana   PembangunanJangka Menengah Daerah.

Pasal 26

(1) Pembangunan   Kawasan   Perdesaan   oleh   Pemerintah,   Pemerintah   DaerahProvinsi,  Pemerintah  Daerah,  dan/atau  pihak ketiga  yang   terkait  denganpemanfaatan Aset Desa dan tata ruang Desa wajib melibatkan PemerintahDesa.

(2) Perencanaan,   pelaksanaan,   pemanfaatan,   dan   pendayagunaan   Aset   Desauntuk pembangunan Kawasan Perdesaan merujuk pada hasil MusyawarahDesa.

Pasal 27

(1) Pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, PemerintahDaerah Provinsi,  dan Pemerintah Daerah Kabupaten melalui  satuan kerjaperangkat   daerah,   Pemerintah   Desa,   dan/atau   BUM   Desa   denganmengikutsertakan masyarakat Desa.

(2) Pembangunan   Kawasan   Perdesaan   yang   dilakukan   oleh   Pemerintah,Pemerintah   Daerah   Provinsi,   Pemerintah   Daerah   Kabupaten,   dan   pihakketiga wajib mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber dayamanusia serta mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa.

(3) Pembangunan   Kawasan   Perdesaan   yang   berskala   lokal   Desa   wajibdiserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar­Desa.

Pasal 28

(1) Pembangunan   kawasan   perdesaan   merupakan   perpaduan   pembangunanantar­Desa yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkankualitas   pelayanan,   pembangunan,   dan   pemberdayaan   masyarakat   Desamelalui pendekatan pembangunan partisipatif.

(2) Pembangunan kawasan perdesaan terdiri atas: a. penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan secara partisipatif;b. pengembangan pusat pertumbuhan antar­Desa secara terpadu;c. penguatan kapasitas masyarakat;d. kelembagaan dan kemitraan ekonomi; dane. pembangunan infrastruktur antar­perdesaan.

(3) Pembangunan kawasan perdesaan memperhatikan kewenangan berdasarkanhak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa serta pengarusutamaanperdamaian   dan   keadilan   sosial   melalui   pencegahan   dampak   sosial   dan

lingkungan yang  merugikan  sebagian  dan/atau  seluruh  Desa  di  kawasanperdesaan.

Pasal 29

(1) Pembangunan kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dilaksanakan di lokasi yang telah ditetapkan oleh Bupati.

(2) Penetapan   lokasi  pembangunan kawasan perdesaan  dilaksanakan denganmekanisme: a. Pemerintah   Desa   melakukan   inventarisasi   dan   identifikasi   mengenai

wilayah,   potensi   ekonomi,   mobilitas   penduduk,   serta   sarana   danprasarana   Desa   sebagai   usulan   penetapan   Desa   sebagai   lokasipembangunan kawasan perdesaan; 

b. usulan penetapan Desa sebagai lokasi pembangunan kawasan perdesaandisampaikan oleh kepala Desa kepada Bupati; 

c. Bupati melakukan kajian atas usulan untuk disesuaikan dengan rencanadan program pembangunan Daerah; dan 

d. berdasarkan   hasil   kajian   atas   usulan,   Bupati   menetapkan   lokasipembangunan kawasan perdesaan dengan Keputusan Bupati.

(3) Bupati  dapat  mengusulkan program pembangunan kawasan perdesaan dilokasi yang telah ditetapkannya kepada Gubernur dan kepada Pemerintahmelalui Gubernur.

(4) Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal  dari  Pemerintahdan Pemerintah Daerah Provinsi dibahas bersama Pemerintah Daerah untukditetapkan sebagai program pembangunan kawasan perdesaan.

(5) Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal  dari  Pemerintahditetapkan oleh Menteri  yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perencanaan pembangunan nasional.

(6) Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal  dari  PemerintahDaerah Provinsi ditetapkan oleh Gubernur.

(7) Program pembangunan kawasan perdesaan yang berasal  dari  PemerintahDaerah ditetapkan oleh Bupati.

(8) Bupati   melakukan   sosialisasi   program   pembangunan   kawasan   perdesaankepada Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan masyarakat.

(9) Pembangunan   kawasan   perdesaan   yang   berskala   lokal   Desa   ditugaskanpelaksanaannya kepada Desa.

Pasal 30

(1) Perencanaan, pemanfaatan, dan pendayagunaan aset Desa dan tata ruangdalam   pembangunan   kawasan   perdesaan   dilakukan   berdasarkan   hasilMusyawarah Desa yang selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Desa.

(2) Pembangunan kawasan perdesaan yang memanfaatkan aset Desa dan tataruang Desa wajib melibatkan Pemerintah Desa.

(3) Pelibatan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam hal:

a. memberikan   informasi   mengenai   rencana   program   dan   kegiatanpembangunan kawasan perdesaan;

b. memfasilitasi   Musyawarah   Desa   untuk   membahas   dan   menyepakatipendayagunaan aset Desa dan tata ruang Desa; dan

c. mengembangkan mekanisme penanganan perselisihan sosial.

BAB VKETENTUAN PENUTUP

Pasal 31 

Hal­hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang teknispelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 32

Peraturan   Daerah   ini   mulai   berlaku   pada   tanggal   diundangkan.  Agar   setiaporang   mengetahuinya,   memerintahkan   pengundangan   Peraturan   Daerah   inidengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kabupaten Cilacap.

Ditetapkan di: CILACAPPada Tanggal:

Bupati Cilacap

Ttd

H. Tatto Suwarto Pamuji

LEMBARAN DAERAH TAHUN …… NOMOR ……

PENJELASAN ATASPERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

NOMOR ……. TAHUN 2016

TENTANG

PEMBANGUNAN PERDESAAN

Pasal 1Pasal 2Pasal 3Pasal 4Pasal 5Pasal 6Pasal 7Pasal 8Pasal 9Pasal 10Pasal 11Pasal 12Pasal 13Pasal 14Pasal 15

Ayat (2)Yang dimaksud dengan “kewenangan pembangunan lokal berskala Desa”meliputi : a. kewenangan   yang   mengutamakan   kegiatan   pelayanan   dan

pemberdayaan masyarakat; b. kewenangan yang mempunyai lingkup pengaturan dan kegiatan hanya

di   dalam   wilayah   dan   masyarakat   Desa   yang   mempunyai   dampakinternal Desa; 

c. kewenangan   yang   berkaitan   dengan   kebutuhan   dan   kepentingansehari­hari masyarakat Desa; 

d. kegiatan yang telah dijalankan oleh Desa atas dasar prakarsa Desa; 

e. program kegiatan  pemerintah,  pemerintah provinsi,  dan pemerintahkabupaten/kota dan pihak ketiga yang telah diserahkan dan dikelolaoleh Desa; dan 

f. kewenangan lokal  berskala  Desa  yang  telah  diatur  dalam peraturanperundang­undangan   tentang   pembagian   kewenangan   pemerintah,pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. 

Pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam huruf e meliputi: a. individu; b. organisasi kemasyarakatan; c. perguruan tinggi; d. lembaga swadaya masyarakat; e. lembaga donor; dan f. perusahaan. Kewenangan lokal berskala Desa meliputi: a. bidang pemerintahan Desa, b. pembangunan Desa; c. kemasyarakatan Desa; dan d. pemberdayaan masyarakat Desa. Kewenangan   lokal   berskala   Desa   di   bidang   pemerintahan   Desasebagaimana dimaksud huruf a antara lain meliputi: a. penetapan dan penegasan batas Desa; b. pengembangan sistem administrasi dan informasi Desa; c. pengembangan tata ruang dan peta sosial Desa; d. pendataan dan pengklasifikasian tenaga kerja Desa; e. pendataan penduduk yang bekerja pada sektor pertanian dan sektor

non pertanian; f. pendataan penduduk menurut jumlah penduduk usia kerja, angkatan

kerja, pencari kerja, dan tingkat partisipasi angkatan kerja; g. pendataan penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut

lapangan pekerjaan jenis pekerjaan dan status pekerjaan; h. pendataan penduduk yang bekerja di luar negeri; i. penetapan organisasi Pemerintah Desa; j. pembentukan Badan Permusyaratan Desa; k. penetapan perangkat Desa; l. penetapan BUM Desa; m. penetapan APB Desa; n. penetapan peraturan Desa; o. penetapan kerja sama antar­Desa; p. pemberian izin penggunaan gedung pertemuan atau balai Desa; q. pendataan potensi Desa; r. pemberian izin hak pengelolaan atas tanah Desa; 

s. penetapan   Desa   dalam   keadaan   darurat   seperti   kejadian   bencana,konflik,   rawan   pangan,   wabah   penyakit,   gangguan   keamanan,   dankejadian luar biasa lainnya dalam skala Desa; 

t. pengelolaan arsip Desa; dan u. penetapan pos keamanan dan pos kesiapsiagaan lainnya sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi sosial masyarakat Desa. Kewenangan lokal berskala Desa di bidang pembangunan meliputi: a. pelayanan dasar Desa; b. sarana dan prasarana Desa; c. pengembangan ekonomi lokal Desa; dan d. pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan Desa. Kewenangan lokal berskala Desa di bidang pelayanan dasar meliputi: a. pengembangan pos kesehatan Desa dan Polindes; b. pengembangan tenaga kesehatan Desa; c. pengelolaan dan pembinaan Posyandu melalui: 

1) layanan gizi untuk balita; 2) pemeriksaan ibu hamil; 3) pemberian makanan tambahan; 4) penyuluhan kesehatan; 5) gerakan hidup bersih dan sehat; 6) penimbangan bayi; dan 7) gerakan sehat untuk lanjut usia. 

d. pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional; e. pemantauan   dan   pencegahan   penyalahgunaan   narkotika   dan   zat

adiktif di Desa; f. pembinaan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini; g. pengadaan dan pengelolaan sanggar belajar, sanggar seni budaya, dan

perpustakaan Desa; dan h. fasilitasi dan motivasi terhadap kelompok­kelompok belajar di Desa. Kewenangan   lokal  berskala  Desa  di  bidang   sarana  dan  prasarana  Desameliputi: a. pembangunan dan pemeliharaan kantor dan balai Desa; b. pembangunan dan pemeliharaan jalan Desa; c. pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha tani; d. pembangunan dan pemeliharaan embung Desa; e. pembangunan energi baru dan terbarukan; f. pembangunan dan pemeliharaan rumah ibadah; g. pengelolaan pemakaman Desa dan petilasan; h. pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan; i. pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala Desa; j. pembangunan dan pemeliharaan irigasi tersier; k. pembangunan dan pemeliharaan lapangan Desa; l. pembangunan dan pemeliharaan taman Desa; 

m. pembangunan   dan   pemeliharaan   serta   pengelolaan   saluran   untukbudidaya perikanan; dan 

n. pengembangan sarana dan prasarana produksi di Desa. Kewenangan   lokal   berskala   Desa   bidang   pengembangan   ekonomi   lokalDesa meliputi: a. pembangunan dan pengelolaan pasar Desa dan kios Desa; b. pembangunan dan pengelolaan tempat pelelangan ikan milik Desa; c. pengembangan usaha mikro berbasis Desa; d. pendayagunaan keuangan mikro berbasis Desa; e. pembangunan dan pengelolaan keramba jaring apung dan bagan ikan; f. pembangunan   dan   pengelolaan   lumbung   pangan   dan   penetapan

cadangan pangan Desa; g. penetapan komoditas unggulan pertanian dan perikanan Desa; h. pengaturan   pelaksanaan   penanggulangan   hama   dan   penyakit

pertanian dan perikanan secara terpadu; i. penetapan   jenis   pupuk   dan   pakan   organik   untuk   pertanian   dan

perikanan; j. pengembangan benih lokal; k. pengembangan ternak secara kolektif; l. pembangunan dan pengelolaan energi mandiri; m. pendirian dan pengelolaan BUM Desa; n. pembangunan dan pengelolaan tambatan perahu; o. pengelolaan padang gembala; p. pengembangan   wisata   Desa   di   luar   rencana   induk   pengembangan

pariwisata kabupaten/kota; q. pengelolaan balai benih ikan; r. pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil pertanian dan

perikanan; dan s. pengembangan sistem usaha produksi pertanian yang bertumpu pada

sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal. Kewenangan lokal berskala Desa di bidang kemasyarakatan Desa meliputi: membina keamanan, ketertiban dan ketenteraman wilayah dan masyarakatDesa; a. membina kerukunan warga masyarakat Desa; b. memelihara perdamaian, menangani konflik dan melakukan mediasi di

Desa; dan c. melestarikan dan mengembangkan gotong royong masyarakat Desa. Kewenangan lokal berskala Desa bidang pemberdayaan masyarakat antaralain: a. pengembangan seni budaya lokal; b. pengorganisasian   melalui   pembentukan   dan   fasilitasi   lembaga

kemasyarakatan dan lembaga adat; c. fasilitasi kelompok­kelompok masyarakat melalui: 

1) kelompok tani; 

2) kelompok nelayan; 3) kelompok seni budaya; dan 4) kelompok masyarakat lain di Desa. 

d. pemberian santunan sosial kepada keluarga fakir miskin; e. fasilitasi   terhadap kelompok­kelompok rentan,  kelompok masyarakat

miskin, perempuan, masyarakat adat, dan difabel; f. pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal untuk

memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat Desa; g. analisis kemiskinan secara partisipatif di Desa; h. penyelenggaraan   promosi   kesehatan   dan   gerakan   hidup   bersih   dan

sehat; i. pengorganisasian   melalui   pembentukan   dan   fasilitasi   kader

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat; j. peningkatan kapasitas melalui pelatihan usaha ekonomi Desa; k. pendayagunaan teknologi tepat guna; dan l. peningkatan kapasitas masyarakat melalui: 

1) kader pemberdayaan masyarakat Desa; 2) kelompok usaha ekonomi produktif; 3) kelompok perempuan; 4) kelompok tani; 5) kelompok masyarakat miskin; 6) kelompok nelayan; 7) kelompok pengrajin; 8) kelompok pemerhati dan perlindungan anak; 9) kelompok pemuda; dan 10)kelompok lain sesuai kondisi Desa. 

Pasal 16Pasal 17

Ayat (2)Pemerintah  kabupaten   memberitahukan   kepada   kepala   desa   mengenailingkup urusan pemerintahan yang akan ditugaskan pada tahun anggaranberikutnya segera setelah ditetapkannya PPAS.Ayat (3)Penugasan   dari   Pemerintah   dan/atau   Pemerintah   Daerah   kepada   Desameliputi penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan PembangunanDesa,  pembinaan  kemasyarakatan  Desa,   dan  pemberdayaan  masyarakatDesa. 

Pasal 18Pasal 19

Ayat (2)Penyedia   Barang/Jasa   yang   dianggap   mampu   dalam   pelaksanaanpengadaan   Barang/Jasa   harus   memenuhi   persyaratan   memilikitempat/lokasi usaha dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).  Selain  itu,Penyedia Barang/Jasa untuk pekerjaan konstruksi,  mampu menyediakan

tenaga   ahli   dan/atau   peralatan   yang   diperlukan   dalam   pelaksanaanpekerjaan.

Pasal 20Pasal 21Pasal 22Pasal 23Pasal 24Pasal 25Pasal 26Pasal 27Pasal 28Pasal 29Pasal 30