peraturan anggota dewan gubernur tentang …
TRANSCRIPT
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR
NOMOR 23/ 16 /PADG/2021
TENTANG
PENYELESAIAN TRANSAKSI BILATERAL ANTARA INDONESIA DAN TIONGKOK
MENGGUNAKAN RUPIAH DAN YUAN MELALUI BANK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BANK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dapat
dilakukan dengan mengurangi ketergantungan terhadap
mata uang tertentu;
b. bahwa untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata
uang tertentu, Bank Indonesia dan People’s Bank of China
melakukan kerja sama untuk mendorong penyelesaian
transaksi bilateral menggunakan rupiah dan yuan melalui
bank;
c. bahwa agar pelaksanaan kerja sama antara Bank Indonesia
dan People’s Bank of China dapat berjalan baik dan
terstruktur, diperlukan peraturan pelaksanaan sebagai
pedoman bagi bank dan pelaku pasar di pasar keuangan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Penyelesaian
Transaksi Bilateral antara Indonesia dan Tiongkok
Menggunakan Rupiah dan Yuan Melalui Bank;
2
Mengingat : Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/12/PBI/2020 tentang
Penyelesaian Transaksi Bilateral Menggunakan Mata Uang Lokal
melalui Bank (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6550) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 23/9/PBI/2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/12/PBI/2020 tentang
Penyelesaian Transaksi Bilateral Menggunakan Mata Uang Lokal
melalui Bank (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6699);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG
PENYELESAIAN TRANSAKSI BILATERAL ANTARA INDONESIA
DAN TIONGKOK MENGGUNAKAN RUPIAH DAN YUAN MELALUI
BANK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud
dengan:
1. Bank adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran, termasuk kantor cabang dari bank yang
berkedudukan di luar negeri.
2. Penyelesaian Transaksi Bilateral Menggunakan Rupiah dan
Yuan (Local Currency Settlement) yang selanjutnya disebut
LCS Rupiah dan Yuan adalah penyelesaian transaksi yang
dilakukan secara bilateral oleh pelaku usaha di Indonesia
dan di Tiongkok dengan menggunakan rupiah dan yuan.
3
3. Bank yang Ditunjuk untuk Melaksanakan Transaksi Mata
Uang atau Appointed Cross Currency Dealer Bank yang
selanjutnya disebut Bank ACCD adalah bank yang ditunjuk
untuk melakukan penyelesaian kegiatan dan transaksi
keuangan tertentu untuk kepentingan pelaksanaan LCS
Rupiah dan Yuan.
4. Bank ACCD Indonesia adalah Bank ACCD di Indonesia.
5. Bank ACCD Tiongkok adalah Bank ACCD di Tiongkok.
6. Rekening Special Purpose Non-Resident Account Rupiah
yang selanjutnya disebut SNA Rupiah adalah rekening
khusus milik Bank ACCD Tiongkok dalam mata uang
rupiah yang dibuka pada Bank ACCD Indonesia untuk
kepentingan pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan.
7. Rekening Sub-Special Purpose Non-Resident Account Rupiah
yang selanjutnya disebut Sub-SNA Rupiah adalah rekening
khusus milik nasabah LCS Tiongkok dalam mata uang
rupiah yang dibuka pada Bank ACCD Tiongkok untuk
kepentingan pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan.
8. Rekening Special Purpose Non-Resident Account Yuan yang
selanjutnya disebut SNA Yuan adalah rekening khusus
milik Bank ACCD Indonesia dalam mata uang yuan yang
dibuka pada Bank ACCD Tiongkok untuk kepentingan
pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan.
9. Rekening Sub-Special Purpose Non-Resident Account Yuan
yang selanjutnya disebut Sub-SNA Yuan adalah rekening
khusus milik nasabah LCS Indonesia dalam mata uang
yuan yang dibuka pada Bank ACCD Indonesia untuk
kepentingan pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan.
10. Underlying Transaksi adalah seluruh kegiatan ekonomi
yang mendasari pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan.
11. Pembiayaan adalah pembiayaan yang diberikan Bank
ACCD Indonesia kepada nasabah LCS Indonesia.
12. Nasabah LCS Indonesia adalah pihak yang melakukan
Underlying Transaksi dengan nasabah LCS Tiongkok.
13. Nasabah LCS Tiongkok adalah pihak yang melakukan
Underlying Transaksi dengan Nasabah LCS Indonesia.
4
14. Transaksi Keuangan adalah transaksi yuan atau valuta
asing terhadap rupiah.
15. Aksi Korporasi adalah penggabungan, peleburan,
pemisahan, dan/atau integrasi.
16. Hari adalah hari kerja.
BAB II
BANK ACCD INDONESIA
Bagian Kesatu
Kriteria Penunjukan Bank ACCD Indonesia
Pasal 2
Bank ACCD Indonesia ditunjuk oleh Bank Indonesia dengan
mempertimbangkan:
a. kondisi kesehatan Bank;
b. kemampuan Bank dalam memfasilitasi kegiatan keuangan
dan Transaksi Keuangan antara Indonesia dan Tiongkok;
c. kemampuan Bank dalam menjalin hubungan bisnis
dengan perbankan di Indonesia dan Tiongkok;
d. akses jaringan kantor Bank di Indonesia, atau memiliki
induk atau cabang di Tiongkok dan direkomendasikan oleh
People’s Bank of China; dan
e. kriteria lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia bersama
People’s Bank of China.
Bagian Kedua
Permohonan sebagai Bank ACCD Indonesia
Pasal 3
(1) Bank menyampaikan surat permohonan untuk menjadi
Bank ACCD Indonesia kepada Bank Indonesia.
5
(2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat informasi kesiapan Bank untuk
menjadi Bank ACCD Indonesia.
(3) Contoh surat permohonan tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.
(4) Bank Indonesia memberikan persetujuan penunjukan
Bank sebagai Bank ACCD Indonesia.
BAB III
KEGIATAN KEUANGAN BANK ACCD INDONESIA
Bagian Kesatu
SNA Rupiah
Pasal 4
(1) Bank ACCD Indonesia menerima permintaan pembukaan
SNA Rupiah dari Bank ACCD Tiongkok.
(2) Bank ACCD Indonesia hanya dapat membukakan 1 (satu)
SNA Rupiah untuk setiap Bank ACCD Tiongkok.
(3) Bank ACCD Indonesia dapat memberikan bunga atau bagi
hasil untuk SNA Rupiah.
Pasal 5
Total saldo SNA Rupiah milik suatu Bank ACCD Tiongkok pada
seluruh Bank ACCD Indonesia dibatasi paling banyak
Rp1.250.000.000.000,00 (satu triliun dua ratus lima puluh
miliar rupiah) pada akhir Hari.
Pasal 6
(1) Bank ACCD Indonesia memonitor agar saldo SNA Rupiah
tidak melebihi jumlah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 pada akhir Hari.
(2) Saldo SNA Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat melebihi jumlah saldo sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 sepanjang Bank ACCD Indonesia menerima
dokumen dari Bank ACCD Tiongkok yang membuktikan
6
bahwa kelebihan saldo tersebut akan digunakan untuk
membayar kewajiban Underlying Transaksi pada Hari
berikutnya.
Bagian Kedua
Sub-SNA Yuan
Pasal 7
(1) Bank ACCD Indonesia menerima permintaan pembukaan
Sub-SNA Yuan dari Nasabah LCS Indonesia.
(2) Sub-SNA Yuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibatasi hanya untuk Nasabah LCS Indonesia.
(3) Bank ACCD Indonesia dapat memberikan bunga atau bagi
hasil untuk Sub-SNA Yuan.
Pasal 8
(1) Nasabah LCS Indonesia dapat mengelola saldo Sub-SNA
Yuan yang berasal dari hasil Underlying Transaksi dengan
melakukan investasi pada instrumen keuangan dalam
yuan di Tiongkok.
(2) Investasi pada instrumen keuangan dalam yuan di
Tiongkok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
dalam bentuk:
a. deposito;
b. tabungan;
c. sertifikat deposito; atau
d. bentuk lain yang dipersamakan.
(3) Nasabah LCS Indonesia dapat melakukan transfer pokok
dan/atau hasil investasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ke Sub-SNA Yuan milik Nasabah LCS Indonesia.
(4) Nasabah LCS Indonesia dapat melakukan penyetoran
yuan ke Sub-SNA Yuan dan penarikan yuan dari Sub-SNA
Yuan secara tunai di Indonesia.
7
Bagian Ketiga
SNA Yuan
Pasal 9
(1) Bank ACCD Indonesia dapat membuka SNA Yuan pada
Bank ACCD Tiongkok.
(2) Bank ACCD Indonesia hanya dapat membuka 1 (satu) SNA
Yuan pada setiap Bank ACCD Tiongkok (one-to-many
relationship).
Pasal 10
(1) Bank ACCD Indonesia dapat mengelola saldo SNA Yuan
melalui:
a. investasi pada instrumen keuangan dalam yuan di
Tiongkok; dan/atau
b. konversi ke mata uang rupiah atas saldo yang berasal
dari transaksi dengan Bank ACCD Tiongkok (passive
position).
(2) Investasi pada instrumen keuangan dalam yuan di
Tiongkok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
dilarang dalam bentuk:
a. deposito;
b. tabungan;
c. sertifikat deposito; atau
d. bentuk lain yang dipersamakan.
(3) Bank ACCD Indonesia dapat melakukan transfer pokok
dan/atau hasil investasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) kembali ke SNA Yuan milik Bank ACCD Indonesia.
Bagian Keempat
Sub-SNA Rupiah
Pasal 11
(1) Nasabah LCS Tiongkok dapat mengelola saldo Sub-SNA
Rupiah yang berasal dari hasil Underlying Transaksi
dengan melakukan investasi pada instrumen keuangan
dalam rupiah di Indonesia.
8
(2) Bank ACCD Indonesia melaksanakan perintah Nasabah
LCS Tiongkok melalui Bank ACCD Tiongkok untuk
melakukan investasi pada instrumen keuangan dalam
rupiah di Indonesia menggunakan dana Sub-SNA Rupiah.
(3) Investasi pada instrumen keuangan dalam rupiah di
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
dalam bentuk:
a. deposito;
b. tabungan;
c. sertifikat deposito; atau
d. bentuk lain yang dipersamakan.
(4) Bank ACCD Indonesia dapat melaksanakan perintah
Nasabah LCS Tiongkok melalui Bank ACCD Tiongkok
untuk menerima transfer pokok dan/atau hasil investasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kembali ke Sub-SNA
Rupiah milik Nasabah LCS Tiongkok.
Pasal 12
Nasabah LCS Tiongkok tidak dapat melakukan penyetoran
rupiah ke Sub-SNA Rupiah dan penarikan rupiah dari Sub-SNA
Rupiah secara tunai di Tiongkok.
Bagian Kelima
Penerimaan Transfer Rupiah
Pasal 13
Bank yang menerima dana rupiah yang ditujukan kepada
rekening rupiah milik nonresiden dari:
a. Bank ACCD Tiongkok; atau
b. Bank ACCD Indonesia,
harus mendapatkan Underlying Transaksi atas penerimaan
dana rupiah tersebut.
9
Bagian Keenam
Pembiayaan
Paragraf 1
Pemberian Pembiayaan
Pasal 14
(1) Bank ACCD Indonesia dapat memberikan Pembiayaan
dalam mata uang yuan kepada Nasabah LCS Indonesia.
(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan untuk:
a. pembiayaan kegiatan perdagangan (trade financing);
dan/atau
b. pembiayaan investasi langsung (investment financing).
Pasal 15
(1) Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(1) wajib memiliki Underlying Transaksi yang dibuktikan
dengan dokumen Underlying Transaksi.
(2) Dokumen Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1):
a. bersifat final;
b. dapat berdenominasi selain yuan atau rupiah; dan
c. diterima oleh Bank ACCD Indonesia paling lambat
pada saat pengajuan Pembiayaan.
(3) Pembiayaan yang menggunakan dokumen Underlying
Transaksi dalam denominasi mata uang selain yuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b harus
dinyatakan dalam yuan dan dibayarkan dalam yuan.
Paragraf 2
Penyediaan Dana Pembiayaan
Pasal 16
Dana dalam yuan untuk Pembiayaan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 14 ayat (1) disediakan dari:
10
a. dana dalam yuan yang telah dimiliki oleh Bank ACCD
Indonesia;
b. transaksi swap yuan terhadap rupiah atau valuta asing
dengan Bank ACCD Indonesia lainnya dan/atau Bank
ACCD Tiongkok; dan/atau
c. pinjaman langsung (direct borrowing) dalam yuan dari Bank
ACCD Indonesia lainnya dan/atau Bank ACCD Tiongkok.
Pasal 17
(1) Transaksi swap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
huruf b dan pinjaman langsung (direct borrowing)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c wajib
dilakukan dengan Underlying Transaksi berupa dokumen
pemberian Pembiayaan.
(2) Jangka waktu pinjaman langsung (direct borrowing)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c dilarang
melebihi jangka waktu Underlying Transaksi dan dilarang
melebihi 1 (satu) tahun.
Paragraf 3
Pembiayaan kepada Nasabah LCS Tiongkok
Pasal 18
Dalam mendukung Bank ACCD Tiongkok untuk memberikan
pembiayaan dalam rupiah kepada Nasabah LCS Tiongkok,
Bank ACCD Indonesia dapat melakukan:
a. transaksi swap yuan terhadap rupiah atau valuta asing
dengan Bank ACCD Indonesia lainnya dan/atau Bank
ACCD Tiongkok; dan/atau
b. penempatan rupiah pada Bank ACCD Tiongkok.
Pasal 19
(1) Transaksi swap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf a dan penempatan rupiah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 huruf b wajib memiliki Underlying Transaksi
berupa dokumen pemberian pembiayaan.
11
(2) Jangka waktu penempatan rupiah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 huruf b tidak dapat melebihi jangka waktu
Underlying Transaksi dan tidak dapat melebihi jangka
waktu 1 (satu) tahun.
BAB IV
TRANSAKSI KEUANGAN BANK ACCD INDONESIA
Bagian Kesatu
Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward
Pasal 20
LCS Rupiah dan Yuan dikecualikan dari larangan untuk
melakukan transaksi domestic non-deliverable forward di
Tiongkok dalam mata uang yuan terhadap rupiah.
Bagian Kedua
Transaksi Yuan terhadap Rupiah
Pasal 21
(1) Bank ACCD Indonesia dapat melakukan transaksi yuan
terhadap rupiah berupa:
a. transaksi spot;
b. transaksi forward;
c. transaksi swap;
d. transaksi cross-currency swap;
e. transaksi domestic non-deliverable forward; dan/atau
f. transaksi lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(2) Bank ACCD Indonesia dapat melakukan transaksi yuan
terhadap rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan:
a. Bank ACCD Indonesia lainnya;
b. Bank ACCD Tiongkok;
c. Nasabah LCS Indonesia;
d. non-Bank ACCD Indonesia yang bertindak untuk
kepentingan Nasabah LCS Indonesia; dan/atau
12
e. non-Bank ACCD Tiongkok untuk kepentingan
squaring position.
(3) Penyelesaian transaksi yuan terhadap rupiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui
pemindahan dana pokok secara penuh (gross basis) atau
secara neto (net basis).
Pasal 22
(1) Transaksi yuan terhadap rupiah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (1) wajib dilakukan dengan Underlying
Transaksi.
(2) Transaksi untuk menurunkan eksposur yuan yang berasal
dari transaksi dengan Bank ACCD Tiongkok (passive
position) dikecualikan dari kewajiban Underlying Transaksi.
(3) Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berdenominasi selain yuan atau rupiah.
(4) Transaksi yuan terhadap rupiah berupa spot sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a wajib dilakukan
dengan dokumen Underlying Transaksi yang bersifat final.
(5) Transaksi yuan terhadap rupiah selain transaksi spot
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a
wajib dilakukan dengan dokumen Underlying Transaksi
yang bersifat final atau dokumen Underlying Transaksi yang
bersifat perkiraan.
(6) Dokumen Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diterima oleh Bank ACCD Indonesia paling
lambat pada tanggal penyerahan (settlement date).
Bagian Ketiga
Penyesuaian Transaksi Keuangan
Pasal 23
(1) Transaksi yuan terhadap rupiah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (1) dapat dilakukan penyesuaian
berupa:
a. perpanjangan transaksi;
13
b. percepatan penyelesaian transaksi; atau
c. pengakhiran transaksi
(2) Contoh penyesuaian transaksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini.
Pasal 24
(1) Penyesuaian transaksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (1) dapat dilakukan dengan menggunakan
dokumen Underlying Transaksi yang sama dengan
transaksi awal.
(2) Penyesuaian transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), harus dilakukan dengan lawan transaksi (counterparty)
yang sama dengan transaksi awal.
BAB V
UNDERLYING TRANSAKSI
Bagian Kesatu
Jenis Underlying Transaksi
Pasal 25
Underlying Transaksi untuk transaksi LCS Rupiah dan Yuan
yaitu:
a. transaksi berjalan antara Nasabah LCS Indonesia dan
Nasabah LCS Tiongkok berupa:
1. kegiatan perdagangan barang dan jasa antara
Indonesia dan Tiongkok;
2. transaksi pendapatan primer yang meliputi:
a) transaksi penerimaan dan pembayaran
kompensasi tenaga kerja; dan
b) pendapatan investasi dari:
1) investasi langsung;
2) investasi portofolio; dan/atau
3) investasi lainnya; dan
14
3. transaksi pendapatan sekunder yang meliputi:
a) penerimaan dan pembayaran sektor pemerintah;
b) penerimaan dan pembayaran sektor lainnya
termasuk remitansi; dan
c) transaksi sejenis lainnya,
namun tidak termasuk hibah, hadiah, donasi,
dan/atau sejenisnya;
b. kegiatan investasi langsung antara Nasabah LCS Indonesia
dan Nasabah LCS Tiongkok berupa:
1. investasi antara Nasabah LCS Indonesia dan Nasabah
LCS Tiongkok, dengan batasan:
a) untuk investasi di Indonesia, ekuitas milik
Nasabah LCS Tiongkok minimum sebesar 10%
(sepuluh persen); atau
b) untuk investasi di Tiongkok, ekuitas milik
Nasabah LCS Indonesia minimum sebesar 10%
(sepuluh persen); atau
2. pinjaman antarperusahaan dalam satu grup yang
sama; atau
c. Underlying Transaksi lainnya.
Bagian Kedua
Dokumen Underlying Transaksi
Pasal 26
(1) Dokumen Underlying Transaksi dapat berupa:
a. dokumen Underlying Transaksi yang bersifat final;
atau
b. dokumen Underlying Transaksi yang bersifat
perkiraan.
(2) Rincian dokumen Underlying Transaksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.
15
Pasal 27
(1) Nominal dalam dokumen Underlying Transaksi yang
bersifat perkiraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
ayat (1) huruf b dihitung berdasarkan rencana penerimaan
atau kebutuhan pembayaran transaksi berjalan atau
investasi langsung.
(2) Jangka waktu dalam dokumen Underlying Transaksi yang
bersifat perkiraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dapat melebihi jangka waktu transaksi berjalan atau
investasi langsung.
(3) Dokumen Underlying Transaksi yang bersifat perkiraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat untuk
masing-masing Underlying Transaksi.
Bagian Ketiga
Batasan Nominal dan Jangka Waktu Transaksi
Pasal 28
(1) Nominal transaksi yuan terhadap rupiah dilarang melebihi
nominal Underlying Transaksi.
(2) Jangka waktu transaksi yuan terhadap rupiah dilarang
melebihi jangka waktu Underlying Transaksi.
BAB VI
CROSS-BORDER PAYMENT
Pasal 29
(1) Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 huruf a termasuk kegiatan transaksi berjalan yang
dilakukan melalui cross-border payment.
(2) Penyelenggara sistem pembayaran yang menyediakan
fasilitas cross-border payment sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menggunakan Bank ACCD Indonesia untuk
melakukan:
a. pembukaan Sub-SNA Yuan; dan
b. transaksi yuan terhadap rupiah.
16
BAB VII
KUOTASI HARGA
Pasal 30
(1) Bank ACCD Indonesia wajib menyampaikan kuotasi spot
dan forward yuan terhadap rupiah dengan ketentuan:
a. dilakukan pada sarana penyedia informasi; dan
b. disampaikan paling sedikit 1 (satu) kali setiap Hari.
(2) Kuotasi harga yuan terhadap rupiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus:
a. merefleksikan harga wajar yang terjadi di pasar valuta
asing; dan
b. dapat ditransaksikan atau dieksekusi (executable).
(3) Bank ACCD Indonesia menggunakan kuotasi harga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai acuan dalam
melakukan transaksi yuan terhadap rupiah.
BAB VIII
EVALUASI DAN PENGAKHIRAN PENUNJUKAN
BANK ACCD INDONESIA
Bagian Kesatu
Evaluasi
Pasal 31
(1) Bank Indonesia dapat melakukan evaluasi terhadap Bank
ACCD Indonesia.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan mempertimbangkan perkembangan bisnis Bank
ACCD Indonesia untuk kepentingan pelaksanaan LCS
Rupiah dan Yuan serta kepatuhan Bank ACCD Indonesia
terhadap ketentuan Peraturan Bank Indonesia mengenai
penyelesaian transaksi bilateral menggunakan mata uang
lokal melalui bank.
17
Bagian Kedua
Pengakhiran Penunjukan Bank ACCD Indonesia
Pasal 32
(1) Bank Indonesia dapat mengakhiri penunjukan Bank
sebagai Bank ACCD Indonesia.
(2) Pengakhiran penunjukan Bank sebagai Bank ACCD
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan:
a. berdasarkan hasil evaluasi Bank Indonesia;
b. dalam hal izin usaha Bank ACCD Indonesia dicabut
oleh otoritas yang berwenang;
c. dalam hal Bank ACCD Indonesia melakukan Aksi
Korporasi dan Bank ACCD Indonesia bukan
merupakan Bank hasil Aksi Korporasi; atau
d. berdasarkan permintaan Bank ACCD Indonesia
sendiri.
Pasal 33
(1) Bank ACCD Indonesia wajib menyampaikan surat
pemberitahuan kepada Bank Indonesia dalam hal:
a. sedang dalam proses pencabutan izin usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf
b; atau
b. akan melakukan Aksi Korporasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf c.
(2) Bank ACCD Indonesia menyampaikan surat keputusan
terkait pencabutan izin atau Aksi Korporasi kepada Bank
Indonesia dalam hal telah mendapatkan izin, persetujuan,
atau rekomendasi dari otoritas terkait:
a. pencabutan izin usaha oleh otoritas yang berwenang;
b. melakukan Aksi Korporasi; atau
c. pencabutan izin usaha atas inisiatif sendiri (self-
liquidation).
(3) Contoh surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran IV yang
18
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini.
Pasal 34
Dalam hal Bank hasil Aksi Korporasi bukan merupakan Bank
ACCD Indonesia dan bermaksud menjadi Bank ACCD
Indonesia, Bank harus mengajukan permohonan penunjukan
sebagai Bank ACCD Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3.
Pasal 35
(1) Bank Indonesia menyampaikan surat pengakhiran
penunjukan Bank sebagai Bank ACCD Indonesia kepada
Bank ACCD Indonesia berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2).
(2) Bank yang telah diakhiri penunjukannya sebagai Bank
ACCD Indonesia harus segera memberitahukan kepada
nasabahnya mengenai:
a. pengakhiran penunjukan Bank sebagai Bank ACCD
Indonesia; dan
b. mekanisme penyelesaian hak dan kewajiban terkait:
1. penutupan SNA Yuan dan/atau Sub-SNA Yuan;
2. penyelesaian Pembiayaan; dan
3. hal lain terkait transaksi Bank dengan Nasabah
LCS Indonesia untuk kepentingan pelaksanaan
LCS Rupiah dan Yuan.
(3) Bank yang telah diakhiri penunjukannya sebagai Bank
ACCD Indonesia tidak dapat melakukan kegiatan dan
Transaksi Keuangan untuk kepentingan pelaksanaan LCS
Rupiah dan Yuan, kecuali transaksi terkait mekanisme
penyelesaian hak dan kewajiban nasabah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b.
19
BAB IX
TATA CARA PELAPORAN
Bagian Kesatu
Penyampaian Laporan
Pasal 36
Bank ACCD Indonesia wajib menyampaikan laporan berkala
terkait pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan kepada Bank
Indonesia.
Pasal 37
(1) Laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
meliputi laporan:
a. transaksi valuta asing;
b. posisi terbuka yuan pada SNA Yuan;
c. saldo dan mutasi SNA Rupiah; dan
d. posisi Pembiayaan.
(2) Laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat data selama 1 (satu) periode laporan yaitu dari
tanggal 1 sampai dengan akhir bulan yang bersangkutan.
(3) Dalam hal tidak terdapat transaksi dan/atau posisi untuk
setiap laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dalam 1 (satu) periode laporan maka laporan tersebut
tetap disampaikan berupa header.
(4) Penyusunan laporan berkala sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengacu pada Lampiran V yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota
Dewan Gubernur ini.
Pasal 38
Untuk kepentingan pengawasan, Bank Indonesia sewaktu-
waktu dapat meminta laporan insidental kepada Bank ACCD
Indonesia.
20
Bagian Kedua
Koreksi Laporan
Pasal 39
Dalam hal terdapat kesalahan atas laporan yang telah
disampaikan oleh Bank ACCD Indonesia kepada Bank
Indonesia, Bank ACCD Indonesia wajib menyampaikan koreksi
atas kesalahan laporan dimaksud.
Bagian Ketiga
Waktu Penyampaian Laporan
Pasal 40
(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dan/atau
koreksi laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat pada
tanggal 14 bulan berikutnya.
(2) Dalam hal pada tanggal 14 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) jatuh pada hari libur, laporan dan/atau koreksi
laporan disampaikan pada Hari berikutnya.
(3) Bank ACCD Indonesia dinyatakan telah menyampaikan
laporan dan/atau koreksi laporan pada tanggal
diterimanya laporan dan/atau koreksi laporan.
Bagian Keempat
Gangguan Teknis dan Keadaan Kahar
Paragraf 1
Gangguan Teknis
Pasal 41
(1) Dalam hal Bank ACCD Indonesia mengalami gangguan
teknis dalam menyampaikan laporan maka Bank ACCD
Indonesia segera menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis kepada Bank Indonesia disertai dengan bukti
pendukung.
21
(2) Dalam hal Bank ACCD Indonesia mengalami gangguan
teknis dalam menyampaikan laporan dan/atau koreksi
laporan pada tanggal berakhirnya penyampaian laporan,
Bank ACCD Indonesia menyampaikan laporan dan/atau
koreksi laporan paling lambat pada Hari berikutnya
setelah gangguan teknis dapat diatasi.
Paragraf 2
Keadaan Kahar
Pasal 42
(1) Dalam hal Bank ACCD Indonesia mengalami keadaan
kahar, Bank ACCD Indonesia dikecualikan dari kewajiban
menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 dan/atau koreksi laporan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 dan penyampaian laporan setelah
gangguan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
ayat (2).
(2) Bank ACCD Indonesia yang mengalami keadaan kahar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan
laporan dan/atau koreksi laporan paling lambat 5 (lima)
Hari setelah Bank ACCD Indonesia kembali melakukan
kegiatan operasional secara normal.
BAB X
KORESPONDENSI
Pasal 43
(1) Surat-menyurat terkait penunjukkan Bank ACCD
Indonesia, pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan dan
pengakhiran Bank ACCD Indonesia disampaikan kepada:
Departemen Pengembangan Pasar Keuangan
Bank Indonesia
Jalan MH. Thamrin Nomor 2
Jakarta Pusat – 10350
Surat elektronik: [email protected] dan
22
(2) Surat-menyurat terkait pelaporan disampaikan kepada:
Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan
Bank Indonesia
Jalan MH. Thamrin Nomor 2
Jakarta Pusat – 10350
Surat elektronik: [email protected]
(3) Laporan dan/atau koreksi laporan disampaikan secara
luring dalam hal sistem pelaporan secara daring belum
tersedia.
(4) Pelaporan daring mengikuti ketentuan Peraturan Bank
Indonesia mengenai laporan bank umum terintegrasi.
(5) Dalam hal terdapat perubahan alamat korespondensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Bank
Indonesia menginformasikan perubahan alamat tersebut
melalui surat dan/atau media lainnya.
BAB XI
TATA CARA PENGENAAN SANKSI
Pasal 44
(1) Bank Indonesia mengenakan sanksi berupa teguran
tertulis kepada Bank ACCD Indonesia yang melanggar
ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai
penyelesaian transaksi bilateral menggunakan mata uang
lokal melalui bank.
(2) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan melalui surat dengan tembusan kepada
otoritas terkait.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 45
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
23
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 September 2021
...........................
ANGGOTA DEWAN GUBERNUR,
TTD
DESTRY DAMAYANTI
PENJELASAN
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR
NOMOR 23/ 16 /PADG/2021
TENTANG
PENYELESAIAN TRANSAKSI BILATERAL ANTARA INDONESIA DAN TIONGKOK
MENGGUNAKAN RUPIAH DAN YUAN MELALUI BANK
I. UMUM
Bank Indonesia dan People’s Bank of China telah melakukan
kesepakatan guna mendorong penggunaan rupiah dan yuan untuk
penyelesaian transaksi bilateral antara Indonesia dan Tiongkok. Hal
tersebut merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi ketergantungan
pada mata uang tertentu yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan
tugas Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Guna mendukung pelaksanaan kesepakatan tersebut, Bank Indonesia
telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/12/PBI/2020
tentang Penyelesaian Transaksi Bilateral Menggunakan Mata Uang Lokal
melalui Bank sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 23/9/PBI/2021 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 22/12/PBI/2020 tentang Penyelesaian Transaksi Bilateral
Menggunakan Mata Uang Lokal melalui Bank.
Sebagai pedoman pelaksanaan atas ketentuan tersebut diperlukan
peraturan yang mengatur pelaksanaan kegiatan dan transaksi keuangan
melalui skema LCS Rupiah dan Yuan.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
2
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Contoh:
Bank ACCD Indonesia AAA dapat membukakan 1 (satu) SNA
Rupiah untuk Bank ACCD Tiongkok QQQ dan 1 (satu) SNA Rupiah
untuk Bank ACCD Tiongkok YYY.
Ayat (3)
Pemberian bunga atau bagi hasil untuk SNA Rupiah dilakukan
berdasarkan kebijakan Bank ACCD Indonesia.
Pasal 5
Contoh:
Bank ACCD Tiongkok QQQ memiliki SNA Rupiah di Bank ACCD
Indonesia AAA, Bank ACCD Indonesia BBB, dan Bank ACCD Indonesia
CCC.
Total saldo SNA Rupiah pada Bank AAA, Bank BBB, dan Bank CCC
paling banyak Rp1.250.000.000.000,00 (satu triliun dua ratus lima
puluh miliar rupiah) pada akhir Hari.
Pasal 6
Ayat (1)
Contoh:
Bank ACCD Tiongkok QQQ memiliki SNA Rupiah di Bank ACCD
Indonesia AAA, Bank ACCD Indonesia BBB, dan Bank ACCD
Indonesia CCC.
Bank ACCD Indonesia AAA memonitor agar saldo SNA Rupiah
milik Bank ACCD Tiongkok QQQ pada Bank ACCD Indonesia AAA
paling banyak Rp1.250.000.000.000,00 (satu triliun dua ratus
lima puluh miliar rupiah) pada akhir Hari.
3
Ayat (2)
Contoh:
Bank ACCD Tiongkok QQQ memiliki SNA Rupiah di Bank ACCD
Indonesia AAA.
Pada akhir Hari tanggal 1 September 2021, total saldo SNA Rupiah
milik Bank ACCD Tiongkok QQQ di Bank ACCD Indonesia AAA
sebesar Rp1.300.000.000.000,00 (satu triliun tiga ratus miliar
rupiah).
Bank ACCD Tiongkok QQQ mengirimkan dokumen yang
membuktikan bahwa kelebihan saldo tersebut akan digunakan
untuk membayar kewajiban Underlying Transaksi pada tanggal
2 September 2021.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pemberian bunga atau bagi hasil untuk SNA Yuan dilakukan
berdasarkan kebijakan Bank ACCD Indonesia.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Contoh:
Nasabah LCS Indonesia ABC membeli saham di bursa Tiongkok
sebesar CNY1.000.000,00 (satu juta yuan) dengan menggunakan
dana pada Sub-SNA Yuan.
Nasabah LCS Indonesia ABC kemudian menjual seluruh saham
Tiongkok tersebut dengan harga sebesar CNY1.100.000,00 (satu
juta seratus ribu yuan).
4
Dana hasil penjualan saham tersebut dapat ditransfer kembali ke
Sub-SNA Yuan milik Nasabah LCS Indonesia ABC pada Bank
ACCD Indonesia.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Contoh:
Bank ACCD Indonesia AAA dapat membuka 1 (satu) rekening SNA
Yuan di Bank ACCD Tiongkok QQQ dan 1 (satu) rekening SNA
Yuan di Bank ACCD Tiongkok YYY.
Pasal 10
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan passive position adalah posisi yuan yang
dimiliki oleh Bank ACCD Indonesia dari transaksi jual CNY/IDR
oleh Bank ACCD Tiongkok untuk memenuhi kebutuhan
rupiahnya.
Contoh:
Bank ACCD Indonesia AAA membeli obligasi pemerintah/surat
berharga negara Tiongkok sebesar CNY1.000.000,00 (satu juta
yuan) dengan dana yang berada pada SNA Yuan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Contoh:
Bank ACCD Indonesia AAA melakukan investasi pada surat
berharga negara Tiongkok sebesar CNY30.000.000,00 (tiga puluh
juta yuan) dengan kupon 3% (tiga persen) per tahun. Pada saat
jatuh waktu pembayaran kupon, Bank ACCD Indonesia AAA
menerima kupon sebesar CNY225.000,00 (dua ratus dua puluh
lima ribu yuan). Penerimaan kupon tersebut dapat ditransfer ke
rekening SNA Yuan milik Bank ACCD Indonesia AAA.
5
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Contoh:
Bank ACCD Indonesia AAA melakukan perintah Nasabah LCS
Tiongkok XYZ melalui Bank ACCD Tiongkok QQQ untuk
melakukan investasi berupa pembelian saham di Indonesia
sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)
menggunakan saldo Sub-SNA Rupiah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Contoh:
Nasabah LCS Tiongkok XYZ melakukan transaksi spot beli CNY/IDR
sebesar Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) dengan Bank
ACCD Tiongkok QQQ.
Nasabah LCS Tiongkok XYZ memerintahkan Bank ACCD Tiongkok QQQ
untuk melakukan transfer rupiah tersebut kepada rekening rupiah
milik nonresiden FGH, Ltd. di non-Bank ACCD Indonesia FFF.
Non-Bank ACCD Indonesia FFF harus meminta Underlying Transaksi
atas penerimaan dana rupiah tersebut.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
6
Ayat (3)
Contoh:
Nasabah LCS Indonesia ABC melakukan pembelian barang
sebesar USD100.000,00 (seratus ribu dolar Amerika Serikat) dari
Nasabah LCS Tiongkok.
Nasabah LCS Indonesia ABC membuka letter of credit di Bank
ACCD Indonesia AAA untuk melunasi tagihan dari Nasabah LCS di
Tiongkok sebesar USD100.000,00 (seratus ribu dolar Amerika
Serikat) atau ekuivalen sebesar CNY10.800.000,00 (sepuluh juta
delapan ratus ribu yuan).
Berdasarkan tagihan tersebut Bank ACCD Indonesia AAA dapat
memberikan Pembiayaan kepada Nasabah LCS Indonesia sebesar
CNY10.800.000,00 (sepuluh juta delapan ratus ribu yuan) yang
akan digunakan untuk melunasi tagihan tersebut.
Pasal 16
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Transaksi swap yuan terhadap rupiah atau valuta asing dilakukan
di trading platform yang disepakati seperti China Foreign Exchange
Trading System (CFETS).
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
7
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Contoh:
Bank ACCD Indonesia melakukan transaksi spot CNY/IDR dengan
Nasabah LCS Indonesia.
Nasabah LCS Indonesia wajib menyampaikan dokumen Underlying
Transaksi yang bersifat final seperti letter of credit atau invoice
terkait transaksi perdagangan atau investasi antara Indonesia dan
Tiongkok.
Ayat (5)
Contoh:
Bank ACCD Indonesia melakukan transaksi forward CNY/IDR
dengan Nasabah LCS Indonesia.
Nasabah LCS Indonesia menyampaikan dokumen Underlying
Transaksi yang bersifat perkiraan seperti neraca proforma (cash
flow projection) yang menunjukan perkiraan penerimaan atau
kebutuhan pembayaran.
Ayat (6)
Contoh:
Pada tanggal 1 Agustus 2021, Bank ACCD Indonesia melakukan
transaksi forward CNY/IDR dengan jangka waktu 1 (satu) tahun
dengan Nasabah LCS Indonesia untuk tenor 1 (satu) tahun untuk
keperluan impor dari Tiongkok.
Nasabah LCS Indonesia dapat menyerahkan dokumen Underlying
Transaksi hingga tanggal settlement date yaitu tanggal 1 Agustus
2022.
8
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
Yang dimaksud dengan “investasi” adalah investasi jangka
panjang (long-term investment) dan tidak termasuk investasi
jual beli saham jangka pendek (trading).
Angka 2
Perusahaan dalam grup yang sama antara lain:
a. perusahaan induk;
b. kantor pusat;
c. kantor cabang;
d. anak perusahaan dengan kepemilikan lebih dari 50%
(lima puluh persen);
e. perusahaan asosiasi (associate company) dengan
kepemilikan antara 10% (sepuluh persen) sampai dengan
50% (lima puluh persen) saham; atau
f. perusahaan terafiliasi (sister company) yaitu entitas yang
dimiliki oleh pemegang saham yang sama, lebih dari 10%
(sepuluh persen) kepemilikan saham.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “dokumen Underlying Transaksi yang
bersifat final” adalah dokumen yang mengikat secara hukum
(legally binding) yang menunjukkan kewajiban untuk
9
membayar atau hak untuk menerima pembayaran dengan
jumlah nominal yang tidak berubah.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “dokumen Underlying Transaksi yang
bersifat perkiraan” adalah dokumen yang menunjukkan
perkiraan kebutuhan pembayaran atau penerimaan
pembayaran.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Contoh:
Nasabah LCS Indonesia ABC memiliki aktivitas impor dan ekspor.
Nasabah LCS Indonesia ABC melakukan transaksi forward beli
CNY/IDR dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan sebesar
CNY10.000.000,00 (sepuluh juta yuan) untuk membayar impor
pembelian barang dari Tiongkok.
Nasabah LCS Indonesia ABC kemudian melakukan transaksi
forward jual CNY/IDR dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan sebesar
CNY2.000.000,00 (dua juta yuan) untuk menjual devisa hasil
ekspor ke Tiongkok.
Nasabah LCS Indonesia ABC harus menyampaikan dokumen
Underlying Transaksi sebagai berikut:
1. dokumen perkiraan pembayaran impor sebesar
CNY10.000.000,00 (sepuluh juta yuan); dan
2. dokumen perkiraan penerimaan ekspor sebesar
CNY2.000.000,00 (dua juta yuan).
10
Pasal 28
Ayat (1)
Contoh:
Nasabah LCS Indonesia ABC sesuai kontrak penjualan (sales
contract) memiliki kewajiban kepada eksportir di Tiongkok sebesar
CNY5.000.000,00 (lima juta yuan).
Berdasarkan Underlying Transaksi tersebut, Nasabah LCS
Indonesia ABC dapat melakukan transaksi pembelian CNY/IDR
paling banyak sebesar CNY5.000.000,00 (lima juta yuan).
Ayat (2)
Contoh:
Nasabah LCS Indonesia ABC sesuai kontrak penjualan (sales
contract) memiliki kewajiban kepada eksportir di Tiongkok yang
akan jatuh waktu 1 (satu) bulan.
Berdasarkan Underlying Transaksi tersebut, Nasabah LCS
Indonesia ABC dapat melakukan transaksi derivatif CNY/IDR
dengan jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
Pasal 29
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “cross-border payment” adalah transaksi
pembayaran antara payor dan payee yang tunduk pada yurisdiksi
negara yang berbeda.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “penyelenggara sistem pembayaran”
adalah pihak yang telah mendapatkan izin/penetapan untuk
menyelenggarakan kegiatan sistem pembayaran mengacu pada
ketentuan Peraturan Bank Indonesia mengenai sistem
pembayaran.
Pasal 30
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “sarana penyedia informasi” antara
lain sarana yang disediakan oleh China Foreign Exchange
Trading System (CFETS), Refinitiv dan Bloomberg.
11
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Bank Indonesia dapat meminta masukan dan informasi dari
People’s Bank of China dalam melakukan evaluasi terhadap Bank
ACCD Indonesia.
Ayat (2)
Pertimbangan mengenai perkembangan bisnis Bank ACCD
Indonesia untuk kepentingan pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan
serta kepatuhan Bank ACCD Indonesia terhadap ketentuan
Peraturan Bank Indonesia mengenai LCS Rupiah dan Yuan, antara
lain diperoleh berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh
Bank Indonesia dan/atau hasil koordinasi antara Bank Indonesia
dan otoritas terkait lainnya.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Surat pemberitahuan disertai dengan bukti pendukung antara lain
hasil rapat umum pemegang saham terkait rencana Aksi
Korporasi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
12
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “transaksi valuta asing” adalah data
transaksi yuan terhadap rupiah dan valuta asing yang
dilakukan oleh Bank ACCD Indonesia untuk kepentingan
pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “posisi terbuka yuan” adalah data
posisi terbuka yuan pada akhir Hari yang merupakan selisih
bersih antara pembelian dan penjualan yuan terhadap rupiah
secara outright dari transaksi today, tomorrow, spot, dan/atau
forward.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “saldo dan mutasi SNA Rupiah”
adalah saldo akhir Hari dan mutasi harian dari SNA Rupiah.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “posisi Pembiayaan” adalah data
posisi harian Pembiayaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
13
Pasal 39
Contoh:
Bank ACCD Indonesia AAA telah menyampaikan laporan untuk bulan
November 2021. Pada bulan Januari 2022, Bank ACCD Indonesia AAA
menyadari bahwa terdapat kesalahan pengisian pada salah satu baris
formulir posisi Pembiayaan.
Bank ACCD Indonesia AAA wajib menyampaikan kembali seluruh
informasi dalam laporan posisi Pembiayaan yang mencakup baris yang
telah dikoreksi dan baris lainnya yang tidak dikoreksi.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Ayat (1)
Contoh:
Wilayah tempat kedudukan Bank ACCD Indonesia AAA mengalami
keadaan kahar sepanjang bulan September 2021.
Oleh sebab itu, Bank AAA tidak dapat melaporkan transaksi yang
dilakukan selama bulan September 2021.
Selanjutnya, Bank AAA dikecualikan dari kewajiban
menyampaikan laporan pada bulan Oktober 2021.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.