peraturan anggota dewan gubernur tentang …

36
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 23/ 16 /PADG/2021 TENTANG PENYELESAIAN TRANSAKSI BILATERAL ANTARA INDONESIA DAN TIONGKOK MENGGUNAKAN RUPIAH DAN YUAN MELALUI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dapat dilakukan dengan mengurangi ketergantungan terhadap mata uang tertentu; b. bahwa untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang tertentu, Bank Indonesia dan People’s Bank of China melakukan kerja sama untuk mendorong penyelesaian transaksi bilateral menggunakan rupiah dan yuan melalui bank; c. bahwa agar pelaksanaan kerja sama antara Bank Indonesia dan People’s Bank of China dapat berjalan baik dan terstruktur, diperlukan peraturan pelaksanaan sebagai pedoman bagi bank dan pelaku pasar di pasar keuangan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Penyelesaian Transaksi Bilateral antara Indonesia dan Tiongkok Menggunakan Rupiah dan Yuan Melalui Bank;

Upload: others

Post on 29-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR

NOMOR 23/ 16 /PADG/2021

TENTANG

PENYELESAIAN TRANSAKSI BILATERAL ANTARA INDONESIA DAN TIONGKOK

MENGGUNAKAN RUPIAH DAN YUAN MELALUI BANK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dapat

dilakukan dengan mengurangi ketergantungan terhadap

mata uang tertentu;

b. bahwa untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata

uang tertentu, Bank Indonesia dan People’s Bank of China

melakukan kerja sama untuk mendorong penyelesaian

transaksi bilateral menggunakan rupiah dan yuan melalui

bank;

c. bahwa agar pelaksanaan kerja sama antara Bank Indonesia

dan People’s Bank of China dapat berjalan baik dan

terstruktur, diperlukan peraturan pelaksanaan sebagai

pedoman bagi bank dan pelaku pasar di pasar keuangan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan

Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Penyelesaian

Transaksi Bilateral antara Indonesia dan Tiongkok

Menggunakan Rupiah dan Yuan Melalui Bank;

2

Mengingat : Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/12/PBI/2020 tentang

Penyelesaian Transaksi Bilateral Menggunakan Mata Uang Lokal

melalui Bank (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020

Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 6550) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 23/9/PBI/2021 tentang Perubahan atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/12/PBI/2020 tentang

Penyelesaian Transaksi Bilateral Menggunakan Mata Uang Lokal

melalui Bank (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021

Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 6699);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG

PENYELESAIAN TRANSAKSI BILATERAL ANTARA INDONESIA

DAN TIONGKOK MENGGUNAKAN RUPIAH DAN YUAN MELALUI

BANK.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud

dengan:

1. Bank adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran, termasuk kantor cabang dari bank yang

berkedudukan di luar negeri.

2. Penyelesaian Transaksi Bilateral Menggunakan Rupiah dan

Yuan (Local Currency Settlement) yang selanjutnya disebut

LCS Rupiah dan Yuan adalah penyelesaian transaksi yang

dilakukan secara bilateral oleh pelaku usaha di Indonesia

dan di Tiongkok dengan menggunakan rupiah dan yuan.

3

3. Bank yang Ditunjuk untuk Melaksanakan Transaksi Mata

Uang atau Appointed Cross Currency Dealer Bank yang

selanjutnya disebut Bank ACCD adalah bank yang ditunjuk

untuk melakukan penyelesaian kegiatan dan transaksi

keuangan tertentu untuk kepentingan pelaksanaan LCS

Rupiah dan Yuan.

4. Bank ACCD Indonesia adalah Bank ACCD di Indonesia.

5. Bank ACCD Tiongkok adalah Bank ACCD di Tiongkok.

6. Rekening Special Purpose Non-Resident Account Rupiah

yang selanjutnya disebut SNA Rupiah adalah rekening

khusus milik Bank ACCD Tiongkok dalam mata uang

rupiah yang dibuka pada Bank ACCD Indonesia untuk

kepentingan pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan.

7. Rekening Sub-Special Purpose Non-Resident Account Rupiah

yang selanjutnya disebut Sub-SNA Rupiah adalah rekening

khusus milik nasabah LCS Tiongkok dalam mata uang

rupiah yang dibuka pada Bank ACCD Tiongkok untuk

kepentingan pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan.

8. Rekening Special Purpose Non-Resident Account Yuan yang

selanjutnya disebut SNA Yuan adalah rekening khusus

milik Bank ACCD Indonesia dalam mata uang yuan yang

dibuka pada Bank ACCD Tiongkok untuk kepentingan

pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan.

9. Rekening Sub-Special Purpose Non-Resident Account Yuan

yang selanjutnya disebut Sub-SNA Yuan adalah rekening

khusus milik nasabah LCS Indonesia dalam mata uang

yuan yang dibuka pada Bank ACCD Indonesia untuk

kepentingan pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan.

10. Underlying Transaksi adalah seluruh kegiatan ekonomi

yang mendasari pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan.

11. Pembiayaan adalah pembiayaan yang diberikan Bank

ACCD Indonesia kepada nasabah LCS Indonesia.

12. Nasabah LCS Indonesia adalah pihak yang melakukan

Underlying Transaksi dengan nasabah LCS Tiongkok.

13. Nasabah LCS Tiongkok adalah pihak yang melakukan

Underlying Transaksi dengan Nasabah LCS Indonesia.

4

14. Transaksi Keuangan adalah transaksi yuan atau valuta

asing terhadap rupiah.

15. Aksi Korporasi adalah penggabungan, peleburan,

pemisahan, dan/atau integrasi.

16. Hari adalah hari kerja.

BAB II

BANK ACCD INDONESIA

Bagian Kesatu

Kriteria Penunjukan Bank ACCD Indonesia

Pasal 2

Bank ACCD Indonesia ditunjuk oleh Bank Indonesia dengan

mempertimbangkan:

a. kondisi kesehatan Bank;

b. kemampuan Bank dalam memfasilitasi kegiatan keuangan

dan Transaksi Keuangan antara Indonesia dan Tiongkok;

c. kemampuan Bank dalam menjalin hubungan bisnis

dengan perbankan di Indonesia dan Tiongkok;

d. akses jaringan kantor Bank di Indonesia, atau memiliki

induk atau cabang di Tiongkok dan direkomendasikan oleh

People’s Bank of China; dan

e. kriteria lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia bersama

People’s Bank of China.

Bagian Kedua

Permohonan sebagai Bank ACCD Indonesia

Pasal 3

(1) Bank menyampaikan surat permohonan untuk menjadi

Bank ACCD Indonesia kepada Bank Indonesia.

5

(2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

paling sedikit memuat informasi kesiapan Bank untuk

menjadi Bank ACCD Indonesia.

(3) Contoh surat permohonan tercantum dalam Lampiran I

yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.

(4) Bank Indonesia memberikan persetujuan penunjukan

Bank sebagai Bank ACCD Indonesia.

BAB III

KEGIATAN KEUANGAN BANK ACCD INDONESIA

Bagian Kesatu

SNA Rupiah

Pasal 4

(1) Bank ACCD Indonesia menerima permintaan pembukaan

SNA Rupiah dari Bank ACCD Tiongkok.

(2) Bank ACCD Indonesia hanya dapat membukakan 1 (satu)

SNA Rupiah untuk setiap Bank ACCD Tiongkok.

(3) Bank ACCD Indonesia dapat memberikan bunga atau bagi

hasil untuk SNA Rupiah.

Pasal 5

Total saldo SNA Rupiah milik suatu Bank ACCD Tiongkok pada

seluruh Bank ACCD Indonesia dibatasi paling banyak

Rp1.250.000.000.000,00 (satu triliun dua ratus lima puluh

miliar rupiah) pada akhir Hari.

Pasal 6

(1) Bank ACCD Indonesia memonitor agar saldo SNA Rupiah

tidak melebihi jumlah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5 pada akhir Hari.

(2) Saldo SNA Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat melebihi jumlah saldo sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 sepanjang Bank ACCD Indonesia menerima

dokumen dari Bank ACCD Tiongkok yang membuktikan

6

bahwa kelebihan saldo tersebut akan digunakan untuk

membayar kewajiban Underlying Transaksi pada Hari

berikutnya.

Bagian Kedua

Sub-SNA Yuan

Pasal 7

(1) Bank ACCD Indonesia menerima permintaan pembukaan

Sub-SNA Yuan dari Nasabah LCS Indonesia.

(2) Sub-SNA Yuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibatasi hanya untuk Nasabah LCS Indonesia.

(3) Bank ACCD Indonesia dapat memberikan bunga atau bagi

hasil untuk Sub-SNA Yuan.

Pasal 8

(1) Nasabah LCS Indonesia dapat mengelola saldo Sub-SNA

Yuan yang berasal dari hasil Underlying Transaksi dengan

melakukan investasi pada instrumen keuangan dalam

yuan di Tiongkok.

(2) Investasi pada instrumen keuangan dalam yuan di

Tiongkok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang

dalam bentuk:

a. deposito;

b. tabungan;

c. sertifikat deposito; atau

d. bentuk lain yang dipersamakan.

(3) Nasabah LCS Indonesia dapat melakukan transfer pokok

dan/atau hasil investasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ke Sub-SNA Yuan milik Nasabah LCS Indonesia.

(4) Nasabah LCS Indonesia dapat melakukan penyetoran

yuan ke Sub-SNA Yuan dan penarikan yuan dari Sub-SNA

Yuan secara tunai di Indonesia.

7

Bagian Ketiga

SNA Yuan

Pasal 9

(1) Bank ACCD Indonesia dapat membuka SNA Yuan pada

Bank ACCD Tiongkok.

(2) Bank ACCD Indonesia hanya dapat membuka 1 (satu) SNA

Yuan pada setiap Bank ACCD Tiongkok (one-to-many

relationship).

Pasal 10

(1) Bank ACCD Indonesia dapat mengelola saldo SNA Yuan

melalui:

a. investasi pada instrumen keuangan dalam yuan di

Tiongkok; dan/atau

b. konversi ke mata uang rupiah atas saldo yang berasal

dari transaksi dengan Bank ACCD Tiongkok (passive

position).

(2) Investasi pada instrumen keuangan dalam yuan di

Tiongkok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

dilarang dalam bentuk:

a. deposito;

b. tabungan;

c. sertifikat deposito; atau

d. bentuk lain yang dipersamakan.

(3) Bank ACCD Indonesia dapat melakukan transfer pokok

dan/atau hasil investasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) kembali ke SNA Yuan milik Bank ACCD Indonesia.

Bagian Keempat

Sub-SNA Rupiah

Pasal 11

(1) Nasabah LCS Tiongkok dapat mengelola saldo Sub-SNA

Rupiah yang berasal dari hasil Underlying Transaksi

dengan melakukan investasi pada instrumen keuangan

dalam rupiah di Indonesia.

8

(2) Bank ACCD Indonesia melaksanakan perintah Nasabah

LCS Tiongkok melalui Bank ACCD Tiongkok untuk

melakukan investasi pada instrumen keuangan dalam

rupiah di Indonesia menggunakan dana Sub-SNA Rupiah.

(3) Investasi pada instrumen keuangan dalam rupiah di

Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang

dalam bentuk:

a. deposito;

b. tabungan;

c. sertifikat deposito; atau

d. bentuk lain yang dipersamakan.

(4) Bank ACCD Indonesia dapat melaksanakan perintah

Nasabah LCS Tiongkok melalui Bank ACCD Tiongkok

untuk menerima transfer pokok dan/atau hasil investasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kembali ke Sub-SNA

Rupiah milik Nasabah LCS Tiongkok.

Pasal 12

Nasabah LCS Tiongkok tidak dapat melakukan penyetoran

rupiah ke Sub-SNA Rupiah dan penarikan rupiah dari Sub-SNA

Rupiah secara tunai di Tiongkok.

Bagian Kelima

Penerimaan Transfer Rupiah

Pasal 13

Bank yang menerima dana rupiah yang ditujukan kepada

rekening rupiah milik nonresiden dari:

a. Bank ACCD Tiongkok; atau

b. Bank ACCD Indonesia,

harus mendapatkan Underlying Transaksi atas penerimaan

dana rupiah tersebut.

9

Bagian Keenam

Pembiayaan

Paragraf 1

Pemberian Pembiayaan

Pasal 14

(1) Bank ACCD Indonesia dapat memberikan Pembiayaan

dalam mata uang yuan kepada Nasabah LCS Indonesia.

(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan untuk:

a. pembiayaan kegiatan perdagangan (trade financing);

dan/atau

b. pembiayaan investasi langsung (investment financing).

Pasal 15

(1) Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat

(1) wajib memiliki Underlying Transaksi yang dibuktikan

dengan dokumen Underlying Transaksi.

(2) Dokumen Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1):

a. bersifat final;

b. dapat berdenominasi selain yuan atau rupiah; dan

c. diterima oleh Bank ACCD Indonesia paling lambat

pada saat pengajuan Pembiayaan.

(3) Pembiayaan yang menggunakan dokumen Underlying

Transaksi dalam denominasi mata uang selain yuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b harus

dinyatakan dalam yuan dan dibayarkan dalam yuan.

Paragraf 2

Penyediaan Dana Pembiayaan

Pasal 16

Dana dalam yuan untuk Pembiayaan sebagaimana dimaksud

pada Pasal 14 ayat (1) disediakan dari:

10

a. dana dalam yuan yang telah dimiliki oleh Bank ACCD

Indonesia;

b. transaksi swap yuan terhadap rupiah atau valuta asing

dengan Bank ACCD Indonesia lainnya dan/atau Bank

ACCD Tiongkok; dan/atau

c. pinjaman langsung (direct borrowing) dalam yuan dari Bank

ACCD Indonesia lainnya dan/atau Bank ACCD Tiongkok.

Pasal 17

(1) Transaksi swap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16

huruf b dan pinjaman langsung (direct borrowing)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c wajib

dilakukan dengan Underlying Transaksi berupa dokumen

pemberian Pembiayaan.

(2) Jangka waktu pinjaman langsung (direct borrowing)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c dilarang

melebihi jangka waktu Underlying Transaksi dan dilarang

melebihi 1 (satu) tahun.

Paragraf 3

Pembiayaan kepada Nasabah LCS Tiongkok

Pasal 18

Dalam mendukung Bank ACCD Tiongkok untuk memberikan

pembiayaan dalam rupiah kepada Nasabah LCS Tiongkok,

Bank ACCD Indonesia dapat melakukan:

a. transaksi swap yuan terhadap rupiah atau valuta asing

dengan Bank ACCD Indonesia lainnya dan/atau Bank

ACCD Tiongkok; dan/atau

b. penempatan rupiah pada Bank ACCD Tiongkok.

Pasal 19

(1) Transaksi swap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

huruf a dan penempatan rupiah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 huruf b wajib memiliki Underlying Transaksi

berupa dokumen pemberian pembiayaan.

11

(2) Jangka waktu penempatan rupiah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 huruf b tidak dapat melebihi jangka waktu

Underlying Transaksi dan tidak dapat melebihi jangka

waktu 1 (satu) tahun.

BAB IV

TRANSAKSI KEUANGAN BANK ACCD INDONESIA

Bagian Kesatu

Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward

Pasal 20

LCS Rupiah dan Yuan dikecualikan dari larangan untuk

melakukan transaksi domestic non-deliverable forward di

Tiongkok dalam mata uang yuan terhadap rupiah.

Bagian Kedua

Transaksi Yuan terhadap Rupiah

Pasal 21

(1) Bank ACCD Indonesia dapat melakukan transaksi yuan

terhadap rupiah berupa:

a. transaksi spot;

b. transaksi forward;

c. transaksi swap;

d. transaksi cross-currency swap;

e. transaksi domestic non-deliverable forward; dan/atau

f. transaksi lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(2) Bank ACCD Indonesia dapat melakukan transaksi yuan

terhadap rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dengan:

a. Bank ACCD Indonesia lainnya;

b. Bank ACCD Tiongkok;

c. Nasabah LCS Indonesia;

d. non-Bank ACCD Indonesia yang bertindak untuk

kepentingan Nasabah LCS Indonesia; dan/atau

12

e. non-Bank ACCD Tiongkok untuk kepentingan

squaring position.

(3) Penyelesaian transaksi yuan terhadap rupiah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui

pemindahan dana pokok secara penuh (gross basis) atau

secara neto (net basis).

Pasal 22

(1) Transaksi yuan terhadap rupiah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 ayat (1) wajib dilakukan dengan Underlying

Transaksi.

(2) Transaksi untuk menurunkan eksposur yuan yang berasal

dari transaksi dengan Bank ACCD Tiongkok (passive

position) dikecualikan dari kewajiban Underlying Transaksi.

(3) Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berdenominasi selain yuan atau rupiah.

(4) Transaksi yuan terhadap rupiah berupa spot sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a wajib dilakukan

dengan dokumen Underlying Transaksi yang bersifat final.

(5) Transaksi yuan terhadap rupiah selain transaksi spot

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a

wajib dilakukan dengan dokumen Underlying Transaksi

yang bersifat final atau dokumen Underlying Transaksi yang

bersifat perkiraan.

(6) Dokumen Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diterima oleh Bank ACCD Indonesia paling

lambat pada tanggal penyerahan (settlement date).

Bagian Ketiga

Penyesuaian Transaksi Keuangan

Pasal 23

(1) Transaksi yuan terhadap rupiah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 ayat (1) dapat dilakukan penyesuaian

berupa:

a. perpanjangan transaksi;

13

b. percepatan penyelesaian transaksi; atau

c. pengakhiran transaksi

(2) Contoh penyesuaian transaksi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan

Anggota Dewan Gubernur ini.

Pasal 24

(1) Penyesuaian transaksi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 23 ayat (1) dapat dilakukan dengan menggunakan

dokumen Underlying Transaksi yang sama dengan

transaksi awal.

(2) Penyesuaian transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), harus dilakukan dengan lawan transaksi (counterparty)

yang sama dengan transaksi awal.

BAB V

UNDERLYING TRANSAKSI

Bagian Kesatu

Jenis Underlying Transaksi

Pasal 25

Underlying Transaksi untuk transaksi LCS Rupiah dan Yuan

yaitu:

a. transaksi berjalan antara Nasabah LCS Indonesia dan

Nasabah LCS Tiongkok berupa:

1. kegiatan perdagangan barang dan jasa antara

Indonesia dan Tiongkok;

2. transaksi pendapatan primer yang meliputi:

a) transaksi penerimaan dan pembayaran

kompensasi tenaga kerja; dan

b) pendapatan investasi dari:

1) investasi langsung;

2) investasi portofolio; dan/atau

3) investasi lainnya; dan

14

3. transaksi pendapatan sekunder yang meliputi:

a) penerimaan dan pembayaran sektor pemerintah;

b) penerimaan dan pembayaran sektor lainnya

termasuk remitansi; dan

c) transaksi sejenis lainnya,

namun tidak termasuk hibah, hadiah, donasi,

dan/atau sejenisnya;

b. kegiatan investasi langsung antara Nasabah LCS Indonesia

dan Nasabah LCS Tiongkok berupa:

1. investasi antara Nasabah LCS Indonesia dan Nasabah

LCS Tiongkok, dengan batasan:

a) untuk investasi di Indonesia, ekuitas milik

Nasabah LCS Tiongkok minimum sebesar 10%

(sepuluh persen); atau

b) untuk investasi di Tiongkok, ekuitas milik

Nasabah LCS Indonesia minimum sebesar 10%

(sepuluh persen); atau

2. pinjaman antarperusahaan dalam satu grup yang

sama; atau

c. Underlying Transaksi lainnya.

Bagian Kedua

Dokumen Underlying Transaksi

Pasal 26

(1) Dokumen Underlying Transaksi dapat berupa:

a. dokumen Underlying Transaksi yang bersifat final;

atau

b. dokumen Underlying Transaksi yang bersifat

perkiraan.

(2) Rincian dokumen Underlying Transaksi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran III

yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.

15

Pasal 27

(1) Nominal dalam dokumen Underlying Transaksi yang

bersifat perkiraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26

ayat (1) huruf b dihitung berdasarkan rencana penerimaan

atau kebutuhan pembayaran transaksi berjalan atau

investasi langsung.

(2) Jangka waktu dalam dokumen Underlying Transaksi yang

bersifat perkiraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak dapat melebihi jangka waktu transaksi berjalan atau

investasi langsung.

(3) Dokumen Underlying Transaksi yang bersifat perkiraan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat untuk

masing-masing Underlying Transaksi.

Bagian Ketiga

Batasan Nominal dan Jangka Waktu Transaksi

Pasal 28

(1) Nominal transaksi yuan terhadap rupiah dilarang melebihi

nominal Underlying Transaksi.

(2) Jangka waktu transaksi yuan terhadap rupiah dilarang

melebihi jangka waktu Underlying Transaksi.

BAB VI

CROSS-BORDER PAYMENT

Pasal 29

(1) Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

25 huruf a termasuk kegiatan transaksi berjalan yang

dilakukan melalui cross-border payment.

(2) Penyelenggara sistem pembayaran yang menyediakan

fasilitas cross-border payment sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) menggunakan Bank ACCD Indonesia untuk

melakukan:

a. pembukaan Sub-SNA Yuan; dan

b. transaksi yuan terhadap rupiah.

16

BAB VII

KUOTASI HARGA

Pasal 30

(1) Bank ACCD Indonesia wajib menyampaikan kuotasi spot

dan forward yuan terhadap rupiah dengan ketentuan:

a. dilakukan pada sarana penyedia informasi; dan

b. disampaikan paling sedikit 1 (satu) kali setiap Hari.

(2) Kuotasi harga yuan terhadap rupiah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus:

a. merefleksikan harga wajar yang terjadi di pasar valuta

asing; dan

b. dapat ditransaksikan atau dieksekusi (executable).

(3) Bank ACCD Indonesia menggunakan kuotasi harga

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai acuan dalam

melakukan transaksi yuan terhadap rupiah.

BAB VIII

EVALUASI DAN PENGAKHIRAN PENUNJUKAN

BANK ACCD INDONESIA

Bagian Kesatu

Evaluasi

Pasal 31

(1) Bank Indonesia dapat melakukan evaluasi terhadap Bank

ACCD Indonesia.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan mempertimbangkan perkembangan bisnis Bank

ACCD Indonesia untuk kepentingan pelaksanaan LCS

Rupiah dan Yuan serta kepatuhan Bank ACCD Indonesia

terhadap ketentuan Peraturan Bank Indonesia mengenai

penyelesaian transaksi bilateral menggunakan mata uang

lokal melalui bank.

17

Bagian Kedua

Pengakhiran Penunjukan Bank ACCD Indonesia

Pasal 32

(1) Bank Indonesia dapat mengakhiri penunjukan Bank

sebagai Bank ACCD Indonesia.

(2) Pengakhiran penunjukan Bank sebagai Bank ACCD

Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan:

a. berdasarkan hasil evaluasi Bank Indonesia;

b. dalam hal izin usaha Bank ACCD Indonesia dicabut

oleh otoritas yang berwenang;

c. dalam hal Bank ACCD Indonesia melakukan Aksi

Korporasi dan Bank ACCD Indonesia bukan

merupakan Bank hasil Aksi Korporasi; atau

d. berdasarkan permintaan Bank ACCD Indonesia

sendiri.

Pasal 33

(1) Bank ACCD Indonesia wajib menyampaikan surat

pemberitahuan kepada Bank Indonesia dalam hal:

a. sedang dalam proses pencabutan izin usaha

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf

b; atau

b. akan melakukan Aksi Korporasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf c.

(2) Bank ACCD Indonesia menyampaikan surat keputusan

terkait pencabutan izin atau Aksi Korporasi kepada Bank

Indonesia dalam hal telah mendapatkan izin, persetujuan,

atau rekomendasi dari otoritas terkait:

a. pencabutan izin usaha oleh otoritas yang berwenang;

b. melakukan Aksi Korporasi; atau

c. pencabutan izin usaha atas inisiatif sendiri (self-

liquidation).

(3) Contoh surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran IV yang

18

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan

Anggota Dewan Gubernur ini.

Pasal 34

Dalam hal Bank hasil Aksi Korporasi bukan merupakan Bank

ACCD Indonesia dan bermaksud menjadi Bank ACCD

Indonesia, Bank harus mengajukan permohonan penunjukan

sebagai Bank ACCD Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3.

Pasal 35

(1) Bank Indonesia menyampaikan surat pengakhiran

penunjukan Bank sebagai Bank ACCD Indonesia kepada

Bank ACCD Indonesia berdasarkan pertimbangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2).

(2) Bank yang telah diakhiri penunjukannya sebagai Bank

ACCD Indonesia harus segera memberitahukan kepada

nasabahnya mengenai:

a. pengakhiran penunjukan Bank sebagai Bank ACCD

Indonesia; dan

b. mekanisme penyelesaian hak dan kewajiban terkait:

1. penutupan SNA Yuan dan/atau Sub-SNA Yuan;

2. penyelesaian Pembiayaan; dan

3. hal lain terkait transaksi Bank dengan Nasabah

LCS Indonesia untuk kepentingan pelaksanaan

LCS Rupiah dan Yuan.

(3) Bank yang telah diakhiri penunjukannya sebagai Bank

ACCD Indonesia tidak dapat melakukan kegiatan dan

Transaksi Keuangan untuk kepentingan pelaksanaan LCS

Rupiah dan Yuan, kecuali transaksi terkait mekanisme

penyelesaian hak dan kewajiban nasabah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b.

19

BAB IX

TATA CARA PELAPORAN

Bagian Kesatu

Penyampaian Laporan

Pasal 36

Bank ACCD Indonesia wajib menyampaikan laporan berkala

terkait pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan kepada Bank

Indonesia.

Pasal 37

(1) Laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36

meliputi laporan:

a. transaksi valuta asing;

b. posisi terbuka yuan pada SNA Yuan;

c. saldo dan mutasi SNA Rupiah; dan

d. posisi Pembiayaan.

(2) Laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memuat data selama 1 (satu) periode laporan yaitu dari

tanggal 1 sampai dengan akhir bulan yang bersangkutan.

(3) Dalam hal tidak terdapat transaksi dan/atau posisi untuk

setiap laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dalam 1 (satu) periode laporan maka laporan tersebut

tetap disampaikan berupa header.

(4) Penyusunan laporan berkala sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mengacu pada Lampiran V yang merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota

Dewan Gubernur ini.

Pasal 38

Untuk kepentingan pengawasan, Bank Indonesia sewaktu-

waktu dapat meminta laporan insidental kepada Bank ACCD

Indonesia.

20

Bagian Kedua

Koreksi Laporan

Pasal 39

Dalam hal terdapat kesalahan atas laporan yang telah

disampaikan oleh Bank ACCD Indonesia kepada Bank

Indonesia, Bank ACCD Indonesia wajib menyampaikan koreksi

atas kesalahan laporan dimaksud.

Bagian Ketiga

Waktu Penyampaian Laporan

Pasal 40

(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dan/atau

koreksi laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39

disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat pada

tanggal 14 bulan berikutnya.

(2) Dalam hal pada tanggal 14 sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) jatuh pada hari libur, laporan dan/atau koreksi

laporan disampaikan pada Hari berikutnya.

(3) Bank ACCD Indonesia dinyatakan telah menyampaikan

laporan dan/atau koreksi laporan pada tanggal

diterimanya laporan dan/atau koreksi laporan.

Bagian Keempat

Gangguan Teknis dan Keadaan Kahar

Paragraf 1

Gangguan Teknis

Pasal 41

(1) Dalam hal Bank ACCD Indonesia mengalami gangguan

teknis dalam menyampaikan laporan maka Bank ACCD

Indonesia segera menyampaikan pemberitahuan secara

tertulis kepada Bank Indonesia disertai dengan bukti

pendukung.

21

(2) Dalam hal Bank ACCD Indonesia mengalami gangguan

teknis dalam menyampaikan laporan dan/atau koreksi

laporan pada tanggal berakhirnya penyampaian laporan,

Bank ACCD Indonesia menyampaikan laporan dan/atau

koreksi laporan paling lambat pada Hari berikutnya

setelah gangguan teknis dapat diatasi.

Paragraf 2

Keadaan Kahar

Pasal 42

(1) Dalam hal Bank ACCD Indonesia mengalami keadaan

kahar, Bank ACCD Indonesia dikecualikan dari kewajiban

menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 37 dan/atau koreksi laporan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 39 dan penyampaian laporan setelah

gangguan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41

ayat (2).

(2) Bank ACCD Indonesia yang mengalami keadaan kahar

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan

laporan dan/atau koreksi laporan paling lambat 5 (lima)

Hari setelah Bank ACCD Indonesia kembali melakukan

kegiatan operasional secara normal.

BAB X

KORESPONDENSI

Pasal 43

(1) Surat-menyurat terkait penunjukkan Bank ACCD

Indonesia, pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan dan

pengakhiran Bank ACCD Indonesia disampaikan kepada:

Departemen Pengembangan Pasar Keuangan

Bank Indonesia

Jalan MH. Thamrin Nomor 2

Jakarta Pusat – 10350

Surat elektronik: [email protected] dan

[email protected]

22

(2) Surat-menyurat terkait pelaporan disampaikan kepada:

Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan

Bank Indonesia

Jalan MH. Thamrin Nomor 2

Jakarta Pusat – 10350

Surat elektronik: [email protected]

(3) Laporan dan/atau koreksi laporan disampaikan secara

luring dalam hal sistem pelaporan secara daring belum

tersedia.

(4) Pelaporan daring mengikuti ketentuan Peraturan Bank

Indonesia mengenai laporan bank umum terintegrasi.

(5) Dalam hal terdapat perubahan alamat korespondensi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Bank

Indonesia menginformasikan perubahan alamat tersebut

melalui surat dan/atau media lainnya.

BAB XI

TATA CARA PENGENAAN SANKSI

Pasal 44

(1) Bank Indonesia mengenakan sanksi berupa teguran

tertulis kepada Bank ACCD Indonesia yang melanggar

ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai

penyelesaian transaksi bilateral menggunakan mata uang

lokal melalui bank.

(2) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan melalui surat dengan tembusan kepada

otoritas terkait.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 45

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada

tanggal ditetapkan.

23

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 6 September 2021

...........................

ANGGOTA DEWAN GUBERNUR,

TTD

DESTRY DAMAYANTI

PENJELASAN

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR

NOMOR 23/ 16 /PADG/2021

TENTANG

PENYELESAIAN TRANSAKSI BILATERAL ANTARA INDONESIA DAN TIONGKOK

MENGGUNAKAN RUPIAH DAN YUAN MELALUI BANK

I. UMUM

Bank Indonesia dan People’s Bank of China telah melakukan

kesepakatan guna mendorong penggunaan rupiah dan yuan untuk

penyelesaian transaksi bilateral antara Indonesia dan Tiongkok. Hal

tersebut merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi ketergantungan

pada mata uang tertentu yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan

tugas Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Guna mendukung pelaksanaan kesepakatan tersebut, Bank Indonesia

telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/12/PBI/2020

tentang Penyelesaian Transaksi Bilateral Menggunakan Mata Uang Lokal

melalui Bank sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 23/9/PBI/2021 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 22/12/PBI/2020 tentang Penyelesaian Transaksi Bilateral

Menggunakan Mata Uang Lokal melalui Bank.

Sebagai pedoman pelaksanaan atas ketentuan tersebut diperlukan

peraturan yang mengatur pelaksanaan kegiatan dan transaksi keuangan

melalui skema LCS Rupiah dan Yuan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

2

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Contoh:

Bank ACCD Indonesia AAA dapat membukakan 1 (satu) SNA

Rupiah untuk Bank ACCD Tiongkok QQQ dan 1 (satu) SNA Rupiah

untuk Bank ACCD Tiongkok YYY.

Ayat (3)

Pemberian bunga atau bagi hasil untuk SNA Rupiah dilakukan

berdasarkan kebijakan Bank ACCD Indonesia.

Pasal 5

Contoh:

Bank ACCD Tiongkok QQQ memiliki SNA Rupiah di Bank ACCD

Indonesia AAA, Bank ACCD Indonesia BBB, dan Bank ACCD Indonesia

CCC.

Total saldo SNA Rupiah pada Bank AAA, Bank BBB, dan Bank CCC

paling banyak Rp1.250.000.000.000,00 (satu triliun dua ratus lima

puluh miliar rupiah) pada akhir Hari.

Pasal 6

Ayat (1)

Contoh:

Bank ACCD Tiongkok QQQ memiliki SNA Rupiah di Bank ACCD

Indonesia AAA, Bank ACCD Indonesia BBB, dan Bank ACCD

Indonesia CCC.

Bank ACCD Indonesia AAA memonitor agar saldo SNA Rupiah

milik Bank ACCD Tiongkok QQQ pada Bank ACCD Indonesia AAA

paling banyak Rp1.250.000.000.000,00 (satu triliun dua ratus

lima puluh miliar rupiah) pada akhir Hari.

3

Ayat (2)

Contoh:

Bank ACCD Tiongkok QQQ memiliki SNA Rupiah di Bank ACCD

Indonesia AAA.

Pada akhir Hari tanggal 1 September 2021, total saldo SNA Rupiah

milik Bank ACCD Tiongkok QQQ di Bank ACCD Indonesia AAA

sebesar Rp1.300.000.000.000,00 (satu triliun tiga ratus miliar

rupiah).

Bank ACCD Tiongkok QQQ mengirimkan dokumen yang

membuktikan bahwa kelebihan saldo tersebut akan digunakan

untuk membayar kewajiban Underlying Transaksi pada tanggal

2 September 2021.

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Pemberian bunga atau bagi hasil untuk SNA Yuan dilakukan

berdasarkan kebijakan Bank ACCD Indonesia.

Pasal 8

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Contoh:

Nasabah LCS Indonesia ABC membeli saham di bursa Tiongkok

sebesar CNY1.000.000,00 (satu juta yuan) dengan menggunakan

dana pada Sub-SNA Yuan.

Nasabah LCS Indonesia ABC kemudian menjual seluruh saham

Tiongkok tersebut dengan harga sebesar CNY1.100.000,00 (satu

juta seratus ribu yuan).

4

Dana hasil penjualan saham tersebut dapat ditransfer kembali ke

Sub-SNA Yuan milik Nasabah LCS Indonesia ABC pada Bank

ACCD Indonesia.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Contoh:

Bank ACCD Indonesia AAA dapat membuka 1 (satu) rekening SNA

Yuan di Bank ACCD Tiongkok QQQ dan 1 (satu) rekening SNA

Yuan di Bank ACCD Tiongkok YYY.

Pasal 10

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan passive position adalah posisi yuan yang

dimiliki oleh Bank ACCD Indonesia dari transaksi jual CNY/IDR

oleh Bank ACCD Tiongkok untuk memenuhi kebutuhan

rupiahnya.

Contoh:

Bank ACCD Indonesia AAA membeli obligasi pemerintah/surat

berharga negara Tiongkok sebesar CNY1.000.000,00 (satu juta

yuan) dengan dana yang berada pada SNA Yuan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Contoh:

Bank ACCD Indonesia AAA melakukan investasi pada surat

berharga negara Tiongkok sebesar CNY30.000.000,00 (tiga puluh

juta yuan) dengan kupon 3% (tiga persen) per tahun. Pada saat

jatuh waktu pembayaran kupon, Bank ACCD Indonesia AAA

menerima kupon sebesar CNY225.000,00 (dua ratus dua puluh

lima ribu yuan). Penerimaan kupon tersebut dapat ditransfer ke

rekening SNA Yuan milik Bank ACCD Indonesia AAA.

5

Pasal 11

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Contoh:

Bank ACCD Indonesia AAA melakukan perintah Nasabah LCS

Tiongkok XYZ melalui Bank ACCD Tiongkok QQQ untuk

melakukan investasi berupa pembelian saham di Indonesia

sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)

menggunakan saldo Sub-SNA Rupiah.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Contoh:

Nasabah LCS Tiongkok XYZ melakukan transaksi spot beli CNY/IDR

sebesar Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) dengan Bank

ACCD Tiongkok QQQ.

Nasabah LCS Tiongkok XYZ memerintahkan Bank ACCD Tiongkok QQQ

untuk melakukan transfer rupiah tersebut kepada rekening rupiah

milik nonresiden FGH, Ltd. di non-Bank ACCD Indonesia FFF.

Non-Bank ACCD Indonesia FFF harus meminta Underlying Transaksi

atas penerimaan dana rupiah tersebut.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

6

Ayat (3)

Contoh:

Nasabah LCS Indonesia ABC melakukan pembelian barang

sebesar USD100.000,00 (seratus ribu dolar Amerika Serikat) dari

Nasabah LCS Tiongkok.

Nasabah LCS Indonesia ABC membuka letter of credit di Bank

ACCD Indonesia AAA untuk melunasi tagihan dari Nasabah LCS di

Tiongkok sebesar USD100.000,00 (seratus ribu dolar Amerika

Serikat) atau ekuivalen sebesar CNY10.800.000,00 (sepuluh juta

delapan ratus ribu yuan).

Berdasarkan tagihan tersebut Bank ACCD Indonesia AAA dapat

memberikan Pembiayaan kepada Nasabah LCS Indonesia sebesar

CNY10.800.000,00 (sepuluh juta delapan ratus ribu yuan) yang

akan digunakan untuk melunasi tagihan tersebut.

Pasal 16

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Transaksi swap yuan terhadap rupiah atau valuta asing dilakukan

di trading platform yang disepakati seperti China Foreign Exchange

Trading System (CFETS).

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

7

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Contoh:

Bank ACCD Indonesia melakukan transaksi spot CNY/IDR dengan

Nasabah LCS Indonesia.

Nasabah LCS Indonesia wajib menyampaikan dokumen Underlying

Transaksi yang bersifat final seperti letter of credit atau invoice

terkait transaksi perdagangan atau investasi antara Indonesia dan

Tiongkok.

Ayat (5)

Contoh:

Bank ACCD Indonesia melakukan transaksi forward CNY/IDR

dengan Nasabah LCS Indonesia.

Nasabah LCS Indonesia menyampaikan dokumen Underlying

Transaksi yang bersifat perkiraan seperti neraca proforma (cash

flow projection) yang menunjukan perkiraan penerimaan atau

kebutuhan pembayaran.

Ayat (6)

Contoh:

Pada tanggal 1 Agustus 2021, Bank ACCD Indonesia melakukan

transaksi forward CNY/IDR dengan jangka waktu 1 (satu) tahun

dengan Nasabah LCS Indonesia untuk tenor 1 (satu) tahun untuk

keperluan impor dari Tiongkok.

Nasabah LCS Indonesia dapat menyerahkan dokumen Underlying

Transaksi hingga tanggal settlement date yaitu tanggal 1 Agustus

2022.

8

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Angka 1

Yang dimaksud dengan “investasi” adalah investasi jangka

panjang (long-term investment) dan tidak termasuk investasi

jual beli saham jangka pendek (trading).

Angka 2

Perusahaan dalam grup yang sama antara lain:

a. perusahaan induk;

b. kantor pusat;

c. kantor cabang;

d. anak perusahaan dengan kepemilikan lebih dari 50%

(lima puluh persen);

e. perusahaan asosiasi (associate company) dengan

kepemilikan antara 10% (sepuluh persen) sampai dengan

50% (lima puluh persen) saham; atau

f. perusahaan terafiliasi (sister company) yaitu entitas yang

dimiliki oleh pemegang saham yang sama, lebih dari 10%

(sepuluh persen) kepemilikan saham.

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 26

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “dokumen Underlying Transaksi yang

bersifat final” adalah dokumen yang mengikat secara hukum

(legally binding) yang menunjukkan kewajiban untuk

9

membayar atau hak untuk menerima pembayaran dengan

jumlah nominal yang tidak berubah.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “dokumen Underlying Transaksi yang

bersifat perkiraan” adalah dokumen yang menunjukkan

perkiraan kebutuhan pembayaran atau penerimaan

pembayaran.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Contoh:

Nasabah LCS Indonesia ABC memiliki aktivitas impor dan ekspor.

Nasabah LCS Indonesia ABC melakukan transaksi forward beli

CNY/IDR dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan sebesar

CNY10.000.000,00 (sepuluh juta yuan) untuk membayar impor

pembelian barang dari Tiongkok.

Nasabah LCS Indonesia ABC kemudian melakukan transaksi

forward jual CNY/IDR dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan sebesar

CNY2.000.000,00 (dua juta yuan) untuk menjual devisa hasil

ekspor ke Tiongkok.

Nasabah LCS Indonesia ABC harus menyampaikan dokumen

Underlying Transaksi sebagai berikut:

1. dokumen perkiraan pembayaran impor sebesar

CNY10.000.000,00 (sepuluh juta yuan); dan

2. dokumen perkiraan penerimaan ekspor sebesar

CNY2.000.000,00 (dua juta yuan).

10

Pasal 28

Ayat (1)

Contoh:

Nasabah LCS Indonesia ABC sesuai kontrak penjualan (sales

contract) memiliki kewajiban kepada eksportir di Tiongkok sebesar

CNY5.000.000,00 (lima juta yuan).

Berdasarkan Underlying Transaksi tersebut, Nasabah LCS

Indonesia ABC dapat melakukan transaksi pembelian CNY/IDR

paling banyak sebesar CNY5.000.000,00 (lima juta yuan).

Ayat (2)

Contoh:

Nasabah LCS Indonesia ABC sesuai kontrak penjualan (sales

contract) memiliki kewajiban kepada eksportir di Tiongkok yang

akan jatuh waktu 1 (satu) bulan.

Berdasarkan Underlying Transaksi tersebut, Nasabah LCS

Indonesia ABC dapat melakukan transaksi derivatif CNY/IDR

dengan jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

Pasal 29

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “cross-border payment” adalah transaksi

pembayaran antara payor dan payee yang tunduk pada yurisdiksi

negara yang berbeda.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “penyelenggara sistem pembayaran”

adalah pihak yang telah mendapatkan izin/penetapan untuk

menyelenggarakan kegiatan sistem pembayaran mengacu pada

ketentuan Peraturan Bank Indonesia mengenai sistem

pembayaran.

Pasal 30

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “sarana penyedia informasi” antara

lain sarana yang disediakan oleh China Foreign Exchange

Trading System (CFETS), Refinitiv dan Bloomberg.

11

Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 31

Ayat (1)

Bank Indonesia dapat meminta masukan dan informasi dari

People’s Bank of China dalam melakukan evaluasi terhadap Bank

ACCD Indonesia.

Ayat (2)

Pertimbangan mengenai perkembangan bisnis Bank ACCD

Indonesia untuk kepentingan pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan

serta kepatuhan Bank ACCD Indonesia terhadap ketentuan

Peraturan Bank Indonesia mengenai LCS Rupiah dan Yuan, antara

lain diperoleh berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh

Bank Indonesia dan/atau hasil koordinasi antara Bank Indonesia

dan otoritas terkait lainnya.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Ayat (1)

Surat pemberitahuan disertai dengan bukti pendukung antara lain

hasil rapat umum pemegang saham terkait rencana Aksi

Korporasi.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

12

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “transaksi valuta asing” adalah data

transaksi yuan terhadap rupiah dan valuta asing yang

dilakukan oleh Bank ACCD Indonesia untuk kepentingan

pelaksanaan LCS Rupiah dan Yuan.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “posisi terbuka yuan” adalah data

posisi terbuka yuan pada akhir Hari yang merupakan selisih

bersih antara pembelian dan penjualan yuan terhadap rupiah

secara outright dari transaksi today, tomorrow, spot, dan/atau

forward.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “saldo dan mutasi SNA Rupiah”

adalah saldo akhir Hari dan mutasi harian dari SNA Rupiah.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “posisi Pembiayaan” adalah data

posisi harian Pembiayaan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

13

Pasal 39

Contoh:

Bank ACCD Indonesia AAA telah menyampaikan laporan untuk bulan

November 2021. Pada bulan Januari 2022, Bank ACCD Indonesia AAA

menyadari bahwa terdapat kesalahan pengisian pada salah satu baris

formulir posisi Pembiayaan.

Bank ACCD Indonesia AAA wajib menyampaikan kembali seluruh

informasi dalam laporan posisi Pembiayaan yang mencakup baris yang

telah dikoreksi dan baris lainnya yang tidak dikoreksi.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Ayat (1)

Contoh:

Wilayah tempat kedudukan Bank ACCD Indonesia AAA mengalami

keadaan kahar sepanjang bulan September 2021.

Oleh sebab itu, Bank AAA tidak dapat melaporkan transaksi yang

dilakukan selama bulan September 2021.

Selanjutnya, Bank AAA dikecualikan dari kewajiban

menyampaikan laporan pada bulan Oktober 2021.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.