perancangan spanram untuk produksi batik …

14
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019 Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814 B6-1 PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK BERDASARKAN KEBUTUHAN PENGGUNA DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Design for Spanram of Batik Production Based on User Requirements using Quality Function Deployment Debrina Puspita Andriani¹, Mahendra Habriantama², Azizah Putri Nur Aini², Adam Khano², dan Arga Bayu Rachman² ¹Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono No. 167, Malang, Indonesia 65145 ²Laboratorium Statistik dan Rekayasa Kualitas, Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono No. 167, Malang, Indonesia 65145 Korenspondesi Penulis Email : [email protected] Kata kunci: batik, kebutuhan pengguna, spanram, perancangan produk, quality function deployment Keywords: batik, spanram, product design, quality function deployment, user requirements ABSTRAK Penetapan batik sebagai warisan budaya membuat batik tetap memiliki eksistensi dan menjadi motif favorit masyarakat hingga saat ini. Berbagai jenis batik beredar di masyarakat, mulai dari batik tulis, batik cap, dan batik lukis. Meskipun telah banyak teknologi digital yang dimanfaatkan dalam pembuatan batik, beberapa pengrajin masih bertahan menggunakan alat manual, salah satunya yaitu spanram. Penelitian awal menunjukkan bahwa spanram saat ini belum memenuhi kebutuhan penggunanya, seperti memudahkan dalam proses pewarnaan dan penyimpanan, serta aspek ergonomis. Penelitian ini bertujuan merancang ulang spanram agar dapat dengan optimal memenuhi kebutuhan penggunanya, yaitu dalam proses pembuatan batik. Hasil penelitian menjelaskan bahwa material, material pengait, dan tinggi spanram merupakan tiga hal utama yang diprioritaskan untuk diperbaiki. Melalui pendekatan quality function deployment (QFD), diberikan desain usulan spanram guna memenuhi kebutuhan pengguna dan peningkatan kualitas produk batik. ABSTRACT Reinforce of batik as cultural heritage make batik still have an existence and become a favorite motif of the society today. Various types of batik circulate in the community, ranging from written batik, stamped batik, and painted batik. Although many digital technologies have been used in making batik, some craftsmen still survive using manual appliances, one of which is spanram. Preliminary research showed that spanram currently did not meet the user requirements, such as ease in the dyeing and storage process, as well as ergonomic aspects. This study aims to redesign spanram in order to optimally meet the user requirements. The results explained that the material, hook material, and the height of the spanram were the three main things that were prioritized for improvement. Through the quality function deployment (QFD) approach, a design proposal was given to meet the user requirements and improve the quality of batik.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-1

PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK BERDASARKAN

KEBUTUHAN PENGGUNA DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

Design for Spanram of Batik Production Based on User Requirements using Quality

Function Deployment

Debrina Puspita Andriani¹, Mahendra Habriantama², Azizah Putri Nur Aini², Adam Khano², dan

Arga Bayu Rachman²

¹Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono No. 167, Malang, Indonesia 65145

²Laboratorium Statistik dan Rekayasa Kualitas, Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono No. 167, Malang,

Indonesia 65145

Korenspondesi Penulis

Email : [email protected]

Kata kunci: batik, kebutuhan pengguna, spanram, perancangan produk, quality function deployment

Keywords: batik, spanram, product design, quality function deployment, user requirements

ABSTRAK

Penetapan batik sebagai warisan budaya membuat batik tetap memiliki eksistensi dan menjadi motif

favorit masyarakat hingga saat ini. Berbagai jenis batik beredar di masyarakat, mulai dari batik tulis,

batik cap, dan batik lukis. Meskipun telah banyak teknologi digital yang dimanfaatkan dalam

pembuatan batik, beberapa pengrajin masih bertahan menggunakan alat manual, salah satunya yaitu

spanram. Penelitian awal menunjukkan bahwa spanram saat ini belum memenuhi kebutuhan

penggunanya, seperti memudahkan dalam proses pewarnaan dan penyimpanan, serta aspek

ergonomis. Penelitian ini bertujuan merancang ulang spanram agar dapat dengan optimal memenuhi

kebutuhan penggunanya, yaitu dalam proses pembuatan batik. Hasil penelitian menjelaskan bahwa

material, material pengait, dan tinggi spanram merupakan tiga hal utama yang diprioritaskan untuk

diperbaiki. Melalui pendekatan quality function deployment (QFD), diberikan desain usulan spanram

guna memenuhi kebutuhan pengguna dan peningkatan kualitas produk batik.

ABSTRACT

Reinforce of batik as cultural heritage make batik still have an existence and become a favorite motif

of the society today. Various types of batik circulate in the community, ranging from written batik,

stamped batik, and painted batik. Although many digital technologies have been used in making

batik, some craftsmen still survive using manual appliances, one of which is spanram. Preliminary

research showed that spanram currently did not meet the user requirements, such as ease in the

dyeing and storage process, as well as ergonomic aspects. This study aims to redesign spanram in

order to optimally meet the user requirements. The results explained that the material, hook material,

and the height of the spanram were the three main things that were prioritized for improvement.

Through the quality function deployment (QFD) approach, a design proposal was given to meet the

user requirements and improve the quality of batik.

Page 2: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-2

PENDAHULUAN

Batik merupakan budaya Indonesia yang telah diakui sebagai warisan dunia dan terus

mengalami tren peningkatan setiap tahunnya, meskipun kondisi ekonomi tidak stabil (Kurniasih,

2018; Rustianti, dkk., 2019; Andriani, dkk., 2019). Mulainya globalisasi juga menyebabkan negara

lain berhasil masuk dengan menggunakan kain bermotif batik (Setiawati, dkk., 2011; Setyanto,

dkk., 2019).

Berdasarkan teknik pembuatannya, batik dibagi menjadi tiga jenis yaitu batik tulis, batik cap,

dan batik lukis (Tamin, dkk., 2019). Proses pembuatan melalui beberapa tahapan yaitu membuat

pola, mengisi bagian yang sudah di buat pola (ngiseni), membatik pada sisi sebaliknya (nerusi),

menutup kain yang tidak akan diwarnai (memboki), proses penghalusan tembokan (mriki),

pewarnaan, merebus kain agar malam/wax larut (nglorod), dan proses terakhir adalah mbabari

(Widihastuti, 2014). Pada proses pewarnaan batik system kuas/semprot digunakan alat bantu

spanram. Spanram merupakan alat yang terbuat dari kayu ataupun bambu yang dibuat sesuai

dengan ukuran kain dan berfungsi untuk membentangkan kain pada proses pembatikan dan

pewarnaan (Priyanto, 2018).

Permasalahan yang muncul adalah desain spanram yang ada saat ini kurang ergonomis

karena tidak memiliki penyangga kaki. Selain itu, penempatan spanram yang diletakkan di lantai

mengharuskan pengrajin membungkuk ketika menggunakannya. Hal-hal tersebut menyebabkan

pengrajin mengalami kelelahan serta mengakibatkan adanya musculosceletal disorders (MSDs)

(Siswiyanti & Luthfianto, 2014). Spanram yang dijual di pasaran saat ini juga memiliki dimensi

yang cukup besar, yaitu sekitar 1 – 2 meter, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Spanram Batik

Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah banyak dilakukan penelitian mengenai

perancangan, mulai dari perancangan alat kerja hingga stasiun kerja pada industri batik. Adanya

keluhan MSDs menjadikan dasar penelitian yang dilakukan Agustina & Maulana (2012),

Setiawan, dkk. (2014), dan Russanti, dkk. (2018), untuk merancang meja, kursi, dan alat-alat

lainnya pada proses pembuatan batik tulis. Selain itu juga ada penelitian lain yang telah

membahas dalam perancangan dan perbaikan alat-alat kerja pada produksi batik cap (Sutari,

Page 3: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-3

dkk., 2015; dan Anugraha, dkk., 2015). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan obyek

penelitian yaitu spanram sebagai salah satu alat bantu dalam memproduksi batik. Tujuan

penelitian ini yaitu untuk melakukan perancangan dan pengembangan produk spanram agar

sesuai dengan kebutuhan penggunanya, sehingga fungsi spanram dapat optimal dalam

meningkatkan produktivitas pengrajin batik.

Beberapa metode dapat digunakan dalam melakukan perancangan dan pengembangan

produk seperti kano model, concurrent engineering, kansei engineering, TRIZ, value

engineering, quality function deployment (QFD), dan lainnya. Pada penelitian ini digunakan

metode QFD untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. QFD merupakan sebuah pendekatan

untuk melakukan perancangan dengan menerjemahkan kebutuhan pengguna (user needs) ke

dalam technical requirements (Rahman & Supomo, 2012; Jaelani, 2012; Andriani, dkk., 2019).

Tujuan dari QFD adalah menjamin bahwa produk yang dihasilkan dapat memenuhi tingkat

kualitas yang diperlukan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna, serta untuk

melakukan perbaikan kualitas secara berkesinambungan (Sulistyo, 2011; Germani, dkk., 2012).

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai perancangan dan pengembangan produk

biasanya hanya berfokus untuk merancang produk akhir sesuai dengan kebutuhan pengguna

eksternal, sedangkan kebutuhan pengguna internal sering kali diabaikan (Bolar, dkk., 2017).

Melalui penelitian ini diharapkan perancangan spanram batik yang akan ergonomis dan praktis

dengan menggunakan QFD telah disesuaikan dengan kebutuhan pengguna internal dan

eksternal.

METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode

penelitian deskriptif digunakan karena dengan deskriptif dan analisis permasalahan dari

keadaan nyata objek penelitian sehingga didapatkan solusi permasalahan berupa usulan strategi

perbaikan (Sugiyono, 2009). Pendekatan metode yang dilakukan dalam penelitian adalah Quality

Function Deployment (QFD). Adapun langkah-langkah perancangan produk dengan QFD

dimulai dengan identifikasi peluang hingga pengujian desain produk (Ulrich dan Eppinger,

2001).

Pada tahap identifikasi peluang dilakukan berbagai identifikasi jenis peluang yang mungkin

muncul terkait dengan produk yang dikembangkan. Dalam tahap identifikasi peluang dilakukan

pemilihan metode identifikasi peluang, studi pustaka dan benchmarking, serta pengambilan

voice of user dengan kuisioner terbuka. Setelah itu dilakukan pula identifikasi kebutuhan

konsumen dengan pembuatan daftar pernyataan pengguna.

Selanjutnya dilakukan penetapan spesifikasi produk dengan pembuatan house of quality

(HOQ). HOQ merupakan upaya untuk menerjemahkan pernyataan pengguna menjadi spesifikasi

dari produk yang dirancang (Cohen, 1995). Pembuatan HOQ pada penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan software QFD Designer (Andriani, dkk., 2019). Hasil spesifikasi teknis

selanjutnya dieksplorasi dengan menggunakan FAST diagram dan morphological chart yang

Page 4: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-4

akan menghasilkan alternatif konsep. Alternatif konsep yang ada kemudian diseleksi

menggunakan PUGH matriks. Pada tahap ini konsep terbaik dipilih melalui screening dan

scoring method.

Tahap berikutnya setelah terpilih konsep adalah perancangan arsitektur produk dan desain

industri. Pada tahap ini dilakukan pembuatan bill of material (BOM) tree dan identifikasi

kebutuhan konsumen dari segi ekonomi dan estetika. Pemodelan dan prototyping dari desain

produk dibuat dimodelkan dengan menggunakan software SketchUp. Tahap terakhir yaitu

pengujian desain produk yang dilakukan untuk mengetahui apakah keinginan dan kebutuhan

pengguna telah terpenuhi, serta mengetahui kelemahan dari produk yang dibuat agar dapat

diperbaiki untuk pengembangan berkelanjutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini dibahas mengenai hasil serta analisis perancangan produk menggunakan

pendekatan QFD. Analisis dimulai dari tahap identifikasi peluang, identifikasi kebutuhan

pengguna, penetapan spesifikasi produk, pengembangan konsep, pemilihan konsep, pengujian

konsep, arsitektur produk, hingga desain industri dari produk spanram (Ginting, 2010).

Identifikasi Peluang

Dalam melakukan identifikasi peluang spanram, metode yang digunakan adalah dengan

wawancara kepada para pengrajin batik yang berada di salah satu kota di Jawa Timur. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui produk seperti apa yang diinginkan oleh pengguna. Selain itu, dari

wawancara yang didasarkan atas perancangan pertanyaan secara terbuka dapat diketahui apa

saja yang dibutuhkan pengguna terhadap produk spanram dan inovasi apa yang diperlukan

untuk meningkatkan kepuasan penggunanya terhadap produk spanram agar spanram yang

akan diproduksi dapat diterima oleh pasar dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Tabel 1. Pernyataan Kebutuhan Pengguna

Pernyataan Pengguna Pernyataan Kebutuhan Pengguna

Memudahkan pewarnaan Spanram dapat memudahkan proses pewarnaan

Spanram mudah disimpan

Spanram dapat dilipat

Spanram mudah dipindahkan

Penyimpanan praktis

Spanram mudah dibersihkan Spanram mudah dibersihkan dari cat

Pengait pada spanram tidak merusak

kain

Spanram aman untuk kain

Bahan pengait tidak mudah berkarat

Desain spanram ergonomis Spanram memiliki desain yang ergonomis

Tinggi spanram dapat menyesuaikan tubuh

Spanram tahan lama Spanram dapat digunakan dalam jangka waktu yang

lama

Spanram dapat memudahkan proses pewarnaan Memudahkan pewarnaan

Penyimpanan praktis Spanram mudah disimpan

Page 5: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-5

Tabel 1 berisi mengenai pernyataan kebutuhan pengguna berdasarkan hasil wawancara.

Pernyataan kebutuhan pengguna selanjutnya digunakan untuk penyusunan kuesioner tertutup

pada tahap identifikasi kebutuhan pengguna.

Penetapan Spesifikasi Produk

Tahap spesifikasi produk dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan tentang hal-hal yang

harus dilakukan oleh sebuah produk. Upaya untuk mengonversikan voice of user secara

langsung terhadap respon teknis dari produk yang dihasilkan dapat menggunakan house of

quality (HOQ). Dalam HOQ terdapat delapan room yang memiliki fungsi masing-masing. Pada

HOQ juga dilakukan benchmarking dengan tujuan untuk mengetahui posisi-posisi relatif produk

yang ada dipasaran yang merupakan kompetitor. Gambar 2 menunjukkan HOQ secara

keseluruhan untuk produk spanram, sedangkan untuk analisis HOQ dijelaskan sebagai berikut:

1. Room 1 (User Needs). Pada room 1 berisi data atau informasi terstruktur mengenai

kebutuhan dan keinginan konsumen berdasarkan hasil pengumpulan data sebelumnya.

Data tersebut diungkapkan dalam bahasa konsumen dan bersifat kualitatif. Pada HOQ

produk spanram terdapat 10 pernyataan kebutuhan pengguna, salah satunya adalah

spanram dapat memudahkan proses pewarnaan.

2. Room 2 (Technical Response). Pada room 2 berisi informasi mengenai tanggapan teknis,

yang merupakan gagasan produk atau jasa yang akan dikembangkan. Biasanya gambaran

tersebut diturunkan dari user needs pada bagian pertama HOQ. Pada HOQ produk

spanram, terdapat 8 respon teknis, salah satunya adalah berat spanram.

3. Room 3 (Relationship Matrix). Pada room 3 berisi hubungan antara room 1 dan 2.

Keterkaitan yang berhubungan erat diberikan bobot 9, hubungan sedang dan lemah

dengan bobot 3 dan 1. Sebagai contoh, pada kebutuhan pengguna spanram dapat

memudahkan proses pewarnaan berhubungan lemah dengan respon teknis untuk berat

spanram, sehingga bobot keduanya bernilai 1.

4. Room 4 (Benchmarking). Pada room 4 berisi benchmarking untuk membandingkan

ekspektasi produk dengan kompetitor. Pada penelitian ini dipilih 2 produk spanram yaitu

Tono Spanram dan Spanram Batik Celaket sebagai kompetitor. Untuk kebutuhan

pengguna spanram dapat memudahkan proses pewarnaan diketahui nilai ekspektasi

produk dan nilai kompetitor memiliki nilai yang sama, yakni di 1,4.

5. Room 5 (Technical Benchmarking). Pada room 5 berisi perbandingan kemampuan teknis

produk yang akan dirancang dengan kedua produk kompetitor. Sebagai contoh untuk

berat spanram, Tono Spanram diketahui memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan Spanram

Celaket.

Page 6: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-6

Gambar 2. HOQ Produk Spanram

Page 7: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-7

6. Room 6 (Correlation). Pada room 6 berisi hubungan antar matriks pada tingkat

kepentingan. Matriks korelasi tersebut menunjukkan pengaruh antar elemen. Terdiri atas

korelasi kuat positif, korelasi posistif, korelasi negatif, dan korelasi kuat negatif. Sebagai

contoh, berat spanram memiliki korelasi kuat positif dengan lebar spanram.

7. Room 7 (Importance of Technical). Pada room 7 terdapat tingkat kepentingan respon

teknis dari room 2 untuk diwujudkan. Terdapat 3 prioritas tertinggi dari respon teknis

yaitu material spanram, tinggi spanram, dan panjang spanram.

8. Room 8 (Performance Standard). Pada room 8 menunjukan mengenai standar performansi

produk atas tiap respon teknis. Contohnya, berat spanram memiliki standar performansi

yaitu 200 gr.

Pengembangan Konsep

Setelah membuat HOQ, langkah selanjutnya adalah menganalisis lebih lanjut dari HOQ.

Pada tahap ini dilakukan studi spesifikasi dari alternatif-alternatif konsep untuk dikembangkan

lebih lanjut. Tahap pengembangan konsep dibagi menjadi dua bagian yaitu, pembuatan FAST

diagram dan morphological chart.

FAST (Function Analysis System Technique) diagram mampu memberikan gambaran dalam

bentuk grafis mengenai fungsi setiap bagian produk beserta interaksinya dalam suatu sistem

(produk atau proses) untuk memperoleh produk yang diinginkan (Borza, 2011). Gambar 3

adalah FAST diagram untuk produk spanram pada penelitian ini. Dengan fungsi yang

didekomposisi menjadi 3, yaitu desain yang ergonomis, keandalan, dan fleksibilitas, terbentuk 9

respon atau spesifikasi teknis yang dapat digunakan untuk memberikan kriteria terhadap

alternatif-alternatif konsep yang disusun.

Alternatif konsep merupakan sebuah alternatif yang dimunculkan dari setiap fungsi yang

dibuat sebelumnya. Dalam alternatif konsep digunakan tabel kombinasi berupa morphological

chart untuk mempertimbangkan kombinasi secara sistematis. Tabel 4 adalah ringkasan dari

alternatif konsep yang dapat disusun pada penelitian ini. Dengan 9 kriteria selanjutnya

terbentuklah 6 konsep sebagai alternatif konsep.

Page 8: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-8

Alat pewarnaan batik tulis

Desain yang ergonomis

Untuk Keandalan

Fleksibilitas Spanram

Menyesuaikan postur tubuh

Menggunakan material yang awet

Menggunakan material pengait

yang awet

Mudah dipindahkan

Dapat dilipat

Tinggi Spanram

Panjang Spanram

Lebar Spanram

Material Spanram

Material Spanram

Adanya trolley

Berat Spanram

Adanya engsel

Gambar 3. FAST Diagram produk Spanram

Page 9: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-9

Tabel 2. Alternatif Konsep Spanram Batik

Kriteria Konsep

A B C D E F

Tinggi Spanram (A) 69 cm 64,68 cm 64,68 cm 64,68 cm 64,68 cm 64,68 cm

Panjang Spanram (B) 220 cm 220 cm 200 cm 200 cm 200 cm 200 cm

Lebar Spanram (C) 110 cm 110 cm 110 cm 110 cm 110 cm 110 cm

Material Spanram (D) Paralon Paralon Alumunium Paralon Paralon Kayu

Material Pengait (E) Stainless

Steel

Stainless

Steel

Stainless

Steel

Stainless

Steel

Stainless

Steel

Stainless

Steel

Bentuk Pengait

Spanram (E) Paku Kail Paku Kail Kail Kail

Adanya Trolley (F) Ada Ada Ada Ada Ada Ada

Jenis Trolley (G) Trolley

biasa

Trolley

Kancing

Trolley

Kancing

Trolley

biasa

Trolley

biasa

Trolley

Kancing

Berat Spanram (H) 1 Kg 1,5 Kg 1 Kg 1,5 Kg 2 Kg 1,5 Kg

Adanya Engsel (I) Ada Ada Ada Ada Ada Ada

Pemilihan Konsep

Setelah menentukan beberapa alternatif konsep dari produk spanram, selanjutnya dilakukan

pemillihan konsep dengan menggunakan Pugh Matrix. Terdapat dua tahap dalam pemilihan

konsep yaitu penyaringan konsep (screening) dan penilaian konsep (scoring). Penyaringan

konsep merupakan proses yang ditujukan untuk mempersempit alternatif konsep yang sudah

dibuat oleh perancang produk. Penyaringan konsep didasarkan pada metode seleksi konsep

PUGH yang bertujuan untuk mempersempit jumlah konsep secara cepat dan untuk

memperbaiki konsep. Pada PUGH matrix, terdapat tiga kriteria seleksi dan enam alternatif

konsep yang dinilai dengan +, 0, dan – dimana masing – masing bernilai lebih baik, sama

dengan, dan lebih buruk. Acuan yang digunakan untuk penyaringan konsep adalah produk

kompetitor spanram. Tabel 3 merupakan PUGH Matrix dari produk spanram.

Dari tabel matriks PUGH didapat konsep yang memiliki nilai paling tinggi yakni konsep F,

ranking 2 adalah konsep D,dan ranking 3 adalah konsep B. Konsep lainnya tidak terpilih sebagai

konsep yang dapat dilanjutkan karena memiliki nilai yang dianggap oleh tim pengembang

kurang dari standar, sehingga konsep B, D, dan F yang akan dilanjutkan dalam perancangan

produk.

Setelah terpilih konsep tersaring, selanjutnya adalah tahap penilaian konsep (scoring) untuk

mengetahui konsep terpilih (Tabel 4). Dalam penilaian konsep, untuk mendapatkan nilai bobot

maka dilakukan perhitungan dengan mengalikan antara beban (%) dengan skala 1 – 5, dimana 1

diartikan sebagai sangat buruk dan 5 diartikan sebagai sangat baik. Sebagai contoh pada kriteria

seleksi desain yang ergonomis pada konsep B, nilai 0,99 didapatkan dari 33% dikalikan dengan

Page 10: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-10

rating 3. Dari nilai beban setiap kriteria dijumlahkan untuk menentukan peringkat konsep. Pada

tahap ini, konsep D memiliki total nilai paling besar yaitu 4, sehingga konsep D terpilih untuk

dikembangkan lebih lanjut.

Pada konsep D diketahui bahwa spanram memiliki dimensi panjang yaitu 200 cm dan lebar

110 cm. Spanram memiliki kaki penyangga yang ergonomis dengan tinggi 64,68 cm. Spanram

dibuat dengan material paralon sehingga berat dari spanram adalah 1,5 kg. Pengait spanram

berbentuk kail dengan material stainless steel agar kuat dan tidak mudah berkarat. Agar

spanram yang dibuat fleksibel, maka spanram dilengkapi dengan roda dan terdapat engsel

sehingga dapat dilipat.

Tabel 3. PUGH Matrix Spanram untuk penyaringan konsep

Kriteria Seleksi Konsep-konsep

A B C D E F Ref

Memastikan kenyamanan + + - + + + 0

Memastikan keandalan 0 + 0 + + + 0

Meningkatkan fleksibilitas + + - + - + 0

Jumlah + 2 3 0 3 2 3

Jumlah 0 (sama) 1 0 1 0 0 0

Jumlah - 0 0 2 0 1 0

Nilai Akhir 2 3 -2 3 1 3

Ranking 4 3 6 2 5 1

Lanjutkan? Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya

Tabel 4. PUGH Matrix untuk Penilaian Konsep

Kriteria Seleksi Beban B D F

Desain yang ergonomis 33% 3 0,99 4 1,32 4 1,32

Untuk keandalan 43% 4 1,72 4 1,72 3 1,29

Fleksibilitas Spanram 24% 4 0,96 4 0,96 4 0,96

Total Nilai Peringkat 3,67 4 3,53

Lanjutkan? Tidak Ya Tidak

Desain Arsitektur Produk dan Desain Industri

Pada tahap desain arsitektur produk, dilakukan perancangan skema dari produk dengan

membuat Bill of Material (BOM) Tree yang ditunjukkan Gambar 4. Berdasarkan BOM Tree yang

dibuat, terdapat empat level yaitu level 0,1,2, dan 3.

Page 11: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-11

0Spanram

1

1Badan Spanram

1

1.1Badan Spanram

1

1.2Engsel

2

1.3Pengait Spanram

4

Paralon Kuningan Stainless Steel

2Kaki Spanram

4

2.1Kaki Spanram

4

2.2Engsel

4

2.3Roda

4

2.3.1Penutup Roda

4

2.3.2Pengunci Roda

4

2.3.3Roda

4

Paralon Kuningan Stainless Steel Stainless Steel Karet

Level 0

Level 1

Level 2

Level 3

Level Material

Gambar 4. BOM Tree Produk Spanram

Sementara itu, pada desain industri dibuat dengan analisis dari aspek ergonomi dan

estetika dari produk rancangan (Nurmianto, 2003). Investigasi kebutuhan konsumen yang

dilakukan pada tahap diaplikasikan pada konsep produk yang sedang dikembangkan untuk

kemudian digunakan sebagai desain usulan (Andriani dkk., 2018). Tabel 5 dan 6 merupakan

desain industri dari produk spanram. Sementara itu, Gambar 5 merupakan desain dari konsep

terpilih.

Tabel 5. Aspek Ergonomis pada Desain Industri Spanram

Aspek Ergonomis Penjelasan

Visual Ergonomics Bernilai 3 (fair) karena tampilan/display produk tidak terlalu

diperhatikan.

Cultural Ergonomics Bernilai 3 (fair) karena tidak terlalu diperhatikan.

Postur Kerja dan Antropometri Bernilai 9 (tinggi) dengan antropometri yang digunakan adalah D16

(tinggi popliteal) dan D11 (tinggi siku)

Bentuk Coupling Bernilai 8 (tinggi) karena spanram memiliki ukuran besar sehingga

memerlukan pegangan untuk memindahkan spanram dengan

mudah.

Keselamatan dan

Kesehatan Penggunaan

Bernilai 8 (tinggi) karena dalam proses pembuatan batik, pengguna

harus berinteraksi langsung dengan spanram sehingga dibutuhkan

spanram dengan bahan material dan design yang aman.

Tabel 6. Aspek Estetika dari Desain Industri Spanram

Aspek Estetika Penjelasan

Diferensial Produk Bernilai 8 karena produk spanram memiliki spesifikasi yang sangat

berbeda dibanding produk yang sudah ada, yaitu dapat dilipat dan

memiliki roda.

Mode/Kesan Bernilai 7 karena produk spanram membuat kesan praktis karena dapat

dilipat dan mudah dipindahkan dengan adanya roda.

Page 12: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-12

Gambar 5. Desain Terpilih Produk Spanram

Pengujian Desain Produk

Pengujian desain adalah suatu langkah untuk melihat apakah desain produk yang akan

diluncurkan telah sesuai dengan keinginan pengguna secara umum dan dapat diterima

dengan melihat potensi penjualan produk. Pengukuran respon pengguna dapat dilihat dari

hasil kuesioner yang akan diberikan kepada responden pengrajin batik. Gambar 6 merupakan

hasil kuesioner peluang kemungkinan pengguna membeli produk spanram.

Dari hasil kuesioner yang disebarkan ke 30 pengrajin batik, responden yang pasti akan

membeli produk spanram adalah 6 responden atau 20%, sedangkan untuk yang memberikan

respon membeli, mungkin membeli, dan tidak membeli adalah 17%, 56%, dan 7%. Hal ini

menunjukkan bahwa usulan desain spanram pada penelitian ini dapat dikembangkan lebih

lanjut.

Gambar 6. Hasil Kuesioner Peluang Kemungkinan Membeli

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dengan menggunakan metode QFD diketahui hasil

identifikasi kebutuhan pengguna untuk produk spanram yaitu sebanyak 10 kebutuhan dan

untuk menjawabnya disusun 8 respon teknis. Hasil analisis HOQ menyebutkan bahwa material

pengait spanram, material spanram, dan tinggi spanram menjadi prioritas dalam

pengembangan desain spanram.

7%

56%17%

20% Tidak Membeli

Mungkin membeli

Membeli

Pasti Membeli

Page 13: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-13

Pada tahap pengembangan konsep, terdapat enam konsep dan konsep yang terpilih

memiliki kriteria yaitu memiliki panjang 200 cm, lebar 110 cm, dan tinggi kaki 64.68 cm.

Spanram dibuat dari material paralon dan pengait spanram dibuat dengan bahan stainless steel.

Pengait spanram berbentuk kail. Spanram dilengkapi dengan roda dan engsel. Dengan konsep

tersebut, maka selanjutnya dikembangkan dalam bentuk arsitektur produk dan desain industri.

Hasil pengujian desain menunjukkan bahwa produk spanram usulan banyak diminati oleh

pengguna potensialnya, yaitu para pengrajin batik.

KONTRIBUSI PENULIS

Karya tulis Perancangan Spanram untuk Produksi Batik Berdasarkan Kebutuhan Pengguna

dengan Quality Function Deployment ini penulis pertama, kedua, dan ketiga, Debrina Puspita

Andriani, Mahendra Habriantama, dan Azizah Putri Nur Aini, berkontribusi sebagai kontributor

utama, sedangkan penulis keempat dan kelima, Adam Khano dan Arga Bayu, berkontribusi

sebagai kontributor anggota.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Laboratorium Statistik dan Rekayasa Kualitas, Jurusan

Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya atas segala bentuk dukungan yang

diberikan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, F., & Maulana A. (2012). Analisis Postur Kerja Dengan Tinjauan Ergonomi Di Industri Batik

Madura. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 1(3), 167-171.

Andriani, D.P.; Choiri, M.; Desrianto, F.X.B. (2018). Redesain Produk Berfokus Pada User Requirements

Dengan Integrasi Axiomatic Design dan House of Quality. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 17 (1), 71-82.

Andriani, D.P., dkk. (2019). Peningkatan Kualitas Produk IKM Rotan Melalui Perancangan Produk Unggulan

dengan Pendekatan Quality Function Deployment. Seminar dan Konferensi Nasional IDEC (pp. 1 –

10). Surakarta.

Andriani, D.P., dkk. (2019). Perancangan Business Digital Platform dalam Mendukung Keberlanjutan IKM

dengan Pendekatan Quality Function Deployment. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 18(1), 42-54.

Andriani, D.P., dkk. (2019). Optimasi Parameter Ketahanan Luntur Batik Terhadap Keringat Dengan Desain

Eksperimen. Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah, 36(1), 81-94.

Anugraha, R.A., Sutan, W., & Mufidah, I. (2015). The design of batik stamp tool scraping working table

using ergonomics principles. Procedia Manufacturing 4, 543 – 551.

Bolar, A.A., Tesfamariam, S., & Sadiq, R. (2017). Framework for prioritizing infrastructure user expectations

using Quality Function Deployment (QFD). International Journal of Sustainable Built Environment, 6,

16–29.

Borza, J. (2011). FAST Diagrams: The Foundation for Creating Effective Function Models. Trizcon 2011.

Cohen, L. (1995). Quality Function Deployment: How to Make QFD Work for You. Singapura: Addison –

Wesley Publishing Company.

Germani, M., Mengoni, M., & Peruzzini, M. (2012). A QFD-based method to support SMEs in

benchmarking co-design tools. Computers in Industry, 63, 12–29.

Ginting, R. (2010). Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Page 14: PERANCANGAN SPANRAM UNTUK PRODUKSI BATIK …

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B6-14

Jaelani, E. (2012). Perancangan dan Pengembangan Produk dengan Quality Function Deployment (QFD).

Jurnal Sains & Akuntansi, 4(1), 11 – 29.

Kurniasih, R. (2018). Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Produk Batik Tulis Banyumas. Jurnal Ekonomi,

Bisnis, dan Akuntansi (JEBA), 20 (1), 1-12.

Nurmianto, E. (2003). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Prima Printing.

Priyanto, D. (2018). Kritik Holistik: Ekspresionisme dalam Karya Batik Abstrak Pandono. Ornamen Jurnal

Kriya, 15(1), 22 – 32.

Rahman, A., & Supomo, H. (2012). Analisa Kepuasan Pengguna pada Pekerjaan Reparasi Kapal dengan

Metode Quality Function Deployment (QFD). Jurnal Teknik ITS, 1(1), 297 – 302.

Russanti, I., Yulistiana, & Wibowo, P.H.A. (2018). Developing an Ergonomic and Flexible Gawangan Batik

Design. In 1st International Conference on Social, Applied Science and Technology in Home

Economics (ICONHOMECS 2017). Advances in Social Science, Education and Humanities Research

(ASSEHR), 112 (pp. 100-102).

Rustianti, E. L., dkk. (2019). Sinergitas Penggiatan Ekonomi Kerajinan Batik Lampung, Eksplorasi Budaya

dan Edukasi Konservasi: Andanan Batik Tulis, Negeri Sakti, Pesawaran, Lampung. Sakai Sembayan -

Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 60 - 63.

Setiawan, J., Mandegani, G. B., & Rufaida, E. Y. (2014). Analisis Kesesuaian Kursi Pembatik Terhadap

Kondisi Antropometri Pekerja Batik Tulis. Dinamika Kerajinan dan Batik , 31 (2), 113-122.

Setiawati, E., Abdullah, I., dan Lasiyo. (2011). Strategi Pengembangan Komoditas Studi Tentang Budaya

Ekonomi di Kalangan Pengusaha Batik Laweyan. Kawistara, 1(3), 213-320.

Setyanto, A.R., Samodra, B.R., & Pratama, Y.P. (2019). Kajian Strategi Pemberdayaan UMKM dalam

Menghadapi Perdagangan Bebas Kawasan ASEAN. Jurnal Etikonomi, 14(2), 205 – 220.

Siswiyanti, & Luthfianto, S. (2014). Aplikasi Ergonomi Pada Perancangan Meja Batik Untuk Meningkatkan

Produktivitas Dan Mengurangi Keluhan Pembatik Di Sentra Industri Batik Tulis Tegal. Prosiding

Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) (pp. B-263-B272). Yogyakarta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistyo, H. (2011). Implementasi QFD dalam Meningkatkan Daya Saing Pasar Tradisional. Jurnal siasat

Bisnis, 15(2), 157 – 169.

Sutari, W., Yekti, Y.N.D., Astuti, M.D., & Sari, Y.M. (2015). Analysis of working posture on muscular skeleton

disorders of operator in stamp scraping in ‘batik cap’ industry. Procedia Manufacturing, 4, 133 – 138.

Tamin, R.A., dkk. (2019). Pengembangan Motif Gurita Jenis Amphioctopus Marginatus pada Aplikasi

Berbasis Web. e - proceeding of Engineering, 6(1), 1476 – 1485.

Ulrich, K.T., & Epingger, S.D. (2001). Perancangan dan Pengembangan Produk. Jakarta: Penerbit Salemba.

Widihastuti, 2014. How To Make Indonesian Traditional Batik. In Workshop: Design Development of Batik

Fashion for Spring/Summer 2015-2016. Yogyakarta.