perancangan sop dan biaya standar untuk...

15
PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK MELIHAT PENCAPAIAN TARGET PERUSAHAAN TERHADAP RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) HPH DI PT. X Budi Setiawan, Naning Aranti Wessiani, Yudha Andrian. Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email : [email protected] ; [email protected] ; [email protected] Abstrak PT. X merupakan salah satu perusahaan HPH yang berada di Kalimantan Tengah. Perusahaan tersebut bekerjasama dengan salah satu kontraktor yang bernama PT. Y untuk menjalankan proses produksinya. Di dalam kerja sama tersebut terdapat kontrak yang berisi target yang harus dicapai oleh PT. Y berupa volume produksi dan biaya operasional. Untuk memenuhi target RKT, manajemen harus menetapkan jumlah tenaga kerja dan alat yang diperlukan sebagai faktor produksi utama. Pada penelitian ini membantu PT. Y dalam merumuskan standar proses bisnis dan biaya sebagai dasar acuan untuk menetapkan jumlah kebutuhan tenaga kerja dan alat berdasarkan target RKT dalam situasi lingkungan yang deterministik. Selanjutnya keputusan deterministik yang dihasilkan akan diuji kehandalannya dalam menghadapi beberapa situasi ketidakpastian dengan modifikasi pendekatan PERT dan simulasi Monte Carlo. Pada Penelitian ini menghasilkan standar proses bisnis berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) dan biaya standar sebagai acuan mejalankan proses bisnis perusahaan. Terdapat SOP aktivitas produksi utama yaitu penebangan, penarikan, pengupasan, pemuatan, dan pengangkutan. Pada biaya standar yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa biaya standar bahan baku, tenaga kerja, dan overhead. Pada hasil simulasi Monte Carlo didapatkan probabilitas pencapaian target volume produksi sebesar 85,3% dan total biaya 94%. Kata Kunci : sistem produksi HPH, standar operasional prosedur, biaya standar, simulasi Monte Carlo Abstract PT. X is a forest concession company located in central kalimantan. This company cooperates with a contractor called PT. Y to conduct its production process. The cooperation between these two company were sealed by a contract which contains a specific target on production volume and operational cost that needs to be fulfilled by PT. Y. To fulfill annual target, the management must define the number of workers and tools as the main production factor. This research helps PT. Y in composing cost and business process standard as a reference to define worker and tools requirement according to annual target in a deterministic environment condition. The reliability of the deterministic decision will be tested against several uncertainty situation with some modification using PERT approach and monte carlo simulation. The result of this research is a standard business process in the form of a standard operating procedure (SOP) and a standard cost as the reference in conducting company’s business process. The activity included in the SOP are logging, dispatching, paring, loading and unloading. The standard cost produced by this research consist of raw material, worker and overhead. Monte carlo simulation result shows that the probability of achieving production target volume is 85,3% and the probability of achieving total cost target is 94%. Keywords : forest concession production system, standard operating procedure, standard costing, monte carlo simulation

Upload: doanhanh

Post on 01-Feb-2018

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK MELIHAT PENCAPAIAN

TARGET PERUSAHAAN TERHADAP RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) HPH

DI PT. X

Budi Setiawan, Naning Aranti Wessiani, Yudha Andrian.

Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email : [email protected] ; [email protected] ; [email protected]

Abstrak

PT. X merupakan salah satu perusahaan HPH yang berada di Kalimantan Tengah. Perusahaan tersebut bekerjasama dengan salah satu kontraktor yang bernama PT. Y untuk menjalankan proses produksinya. Di dalam kerja sama tersebut terdapat kontrak yang berisi target yang harus dicapai oleh PT. Y berupa volume produksi dan biaya operasional. Untuk memenuhi target RKT, manajemen harus menetapkan jumlah tenaga kerja dan alat yang diperlukan sebagai faktor produksi utama. Pada penelitian ini membantu PT. Y dalam merumuskan standar proses bisnis dan biaya sebagai dasar acuan untuk menetapkan jumlah kebutuhan tenaga kerja dan alat berdasarkan target RKT dalam situasi lingkungan yang deterministik. Selanjutnya keputusan deterministik yang dihasilkan akan diuji kehandalannya dalam menghadapi beberapa situasi ketidakpastian dengan modifikasi pendekatan PERT dan simulasi Monte Carlo. Pada Penelitian ini menghasilkan standar proses bisnis berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) dan biaya standar sebagai acuan mejalankan proses bisnis perusahaan. Terdapat SOP aktivitas produksi utama yaitu penebangan, penarikan, pengupasan, pemuatan, dan pengangkutan. Pada biaya standar yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa biaya standar bahan baku, tenaga kerja, dan overhead. Pada hasil simulasi Monte Carlo didapatkan probabilitas pencapaian target volume produksi sebesar 85,3% dan total biaya 94%. Kata Kunci : sistem produksi HPH, standar operasional prosedur, biaya standar, simulasi Monte Carlo

Abstract

PT. X is a forest concession company located in central kalimantan. This company cooperates with a contractor called PT. Y to conduct its production process. The cooperation between these two company were sealed by a contract which contains a specific target on production volume and operational cost that needs to be fulfilled by PT. Y. To fulfill annual target, the management must define the number of workers and tools as the main production factor. This research helps PT. Y in composing cost and business process standard as a reference to define worker and tools requirement according to annual target in a deterministic environment condition. The reliability of the deterministic decision will be tested against several uncertainty situation with some modification using PERT approach and monte carlo simulation. The result of this research is a standard business process in the form of a standard operating procedure (SOP) and a standard cost as the reference in conducting company’s business process. The activity included in the SOP are logging, dispatching, paring, loading and unloading. The standard cost produced by this research consist of raw material, worker and overhead. Monte carlo simulation result shows that the probability of achieving production target volume is 85,3% and the probability of achieving total cost target is 94%. Keywords : forest concession production system, standard operating procedure, standard costing, monte carlo simulation

Page 2: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

1. Pendahuluan

Pada beberapa tahun terakhir

khususnya pada tahun 2010 ini tercatat di

Direktorat Wilayah Pengelolaan dan

Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan

terdapat 59 unit Izin Usaha Pemanfaatan Hasil

Hutan Kayu (IUPHHK) dengan total luas

4.067.010 ha di Kalimantan Tengah yang

salah satunya adalah PT. X. PT. X merupakan

salah satu perusahaan yang mendapatkan izin

untuk melakukan pembalakan mekanis di atas

hutan alam yang biasa disebut dengan Hak

Pengusahaan Hutan (HPH). HPH mulai

muncul sejak dikeluarkannya Peraturan

Pemerintah No. 21 Tahun 1970 tentang Hak

Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan

Hasil Hutan. Untuk menjalankan aktivitas

produksinya PT. X bekerjasama dengan salah

satu kontraktor di Surabaya yang bernama PT.

Y.

Kondisi yang terjadi pada PT. Y yaitu

salah satu perusahaan kontraktor dari PT. X,

baru memulai kerjasama khususnya di bidang

produksi HPH. PT. Y mendapatkan

kewenangan dari PT. X untuk melakukan

produksi kayu yang dimulai dari pengambilan

pohon di dalam hutan sampai berupa kayu

gelondongan atau log yang siap

diperjualbelikan. Oleh karena itu, terdapat

sebuah kerjasama atau kontrak antara PT. X

dengan PT. Y. Di dalam kontrak tersebut

terdapat kesepakatan atau target yang harus

dicapai oleh PT. Y selaku kontraktor. Target

tersebut tercantum dalam Rencana Kerja

Tahunan (RKT). Di dalam RKT terdapat target

volume produksi dan biaya operasional yang

harus dicapai oleh PT. Y dalam waktu satu

tahun. Untuk itu perlu adanya usaha yang

perlu dilakukan oleh PT. Y untuk mencapai

target tersebut meskipun dengan kondisi masih

baru bergerak dalam bidang produksi HPH di

hutan Kalimantan Tengah.

Untuk memenuhi target RKT tersebut,

manajemen harus menetapkan jumlah

kebutuhan tenaga kerja dan alat yang

diperlukan sebagai faktor produksi utama

dalam industri ini (variabel keputusan).

Penetapan tersebut bukan hal yang mudah

karena perusahaan belum memiliki

standarisasi bisnis proses dan biaya sebagai

dasar acuan estimasi. Selain itu, tingginya

faktor-faktor ketidakpastian menyebabkan

variabel keputusan harus handal dalam

menghadapi ketidakpastian tersebut.

Penelitian ini membantu PT. Y dalam

merumuskan standar proses bisnis dan biaya

sebagai dasar acuan untuk menetapkan jumlah

kebutuhan tenaga kerja dan alat berdasarkan

target RKT dalam situasi ketidakpastian yang

mungkin terjadi dalam kegiatan operasional

HPH (mengingat karakteristik umum

permasalahan riil yang dominan stokastik

daripada deterministik). Modifikasi

pendekatan PERT dan simulasi Monte Carlo

akan digunakan untuk mengevaluasi kualitas

keputusan dalam menghadapi situasi

ketidakpastian.

2. Metodologi Penelitian

Secara metodologi penelitian ini

menggunakan pendekatan mix method, yaitu

gabungan antara metode kualitatif dan

kuantitatif. Secara umum metode kualitatif

dilakukan pada awal penelitian yang dilakukan

dengan melakukan wawancara dengan pihak

manajemen perusahaan untuk mengetahui

kebutuhan dan permasalahan yang ada pada

perusahaan. Di sisi lain, metode kuantitatif

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan membuat model perhitungan untuk

mengetahui biaya standar, dimana metode ini

dimanfaatkan untuk mendapatkan gambar

model konseptual pada sistem produksi HPH

yang sesuai dengan kondisi perusahaan.

Tahapan awal yang dilakukan dalam

penelitian adalah mengidentifikasi sistem

produksi HPH sehingga dapat didefinisikan

rumusan masalah dan tujuan dari penelitian.

Berlandaskan informasi kondisi sistem

tersebut selanjutnya dilakukan observasi dan

pembuatan SOP untuk menentukan detail

aktivitas produksi yang sesuai dengan kondisi

perusahaan.

Tahapan selanjutnya adalah

menentukan standar proses dan biaya standar

sebagai proses yang akan menentukan output

yang dihasilkan. Setelah itu dilakukan

pembuatan model konseptual. Pada tahap ini

dilakukan pembuatan model yang sesuai

dengan kondisi yang sebenarnya dimana

sistem dimulai dari input berupa target RKT,

jumlah pohon dan harga kayu pada kondisi

sekarang. Data yang digunakan berasal dari

SOP yang dibuat pada tahapan di atas.

Tahapan terakhir pada penelitian ini

adalah dengan melakukan simulasi

menggunakan pendekatan PERT dan metode

simulasi monte carlo dengan menggunakan

software @Risk. Simulasi ini dilakukan untuk

Page 3: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

menguji kualitas keputusan atau pencapaian

target produksi perusahaan terhadap

ketidakpastian.

3. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Hak Pengusahaan Hutan PT. X

merupakan salah satu perusahaan anggota

kelompok usaha Korindo Group, yang

memiliki Industri Primer Hasil Hutan Kayu

(IPHHK) PT. KORINDO ARIABIMA SARI

yang berlokasi di Jalan Korindo No. 77

Kelurahan Mendawai, Kecamatan Arut

Selatan, Pangkalan Bun Kotawaringin Barat,

Provinsi Kalimantan Tengah. Kayu yang

dihasilkan dari areal HPH PT. X hampir

seluruhnya digunakan untuk memasok

kebutuhan bahan baku industri tersebut

sehingga sampai sejauh ini perusahaan tidak

menghadapi kesulitan dalam hal pemasaran

kayu bulat yang dihasilkan. Hal ini terkait

dengan tingkat kebutuhan bahan baku industri

yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

jumlah produksi kayu bulat dari hutan alam

sehingga seluruh kayu bulat yang berasal dari

HPH pada Hutan Alam akan relatif mudah

terserap oleh pasar. Pada proses produksinya

PT. X melakukan kerjasama dengan PT. Y

sehingga PT. Y memiliki kewenangan untuk

melakukan pembalakan kayu mekanis atas ijin

dari PT. X.

Kegiatan produksi merupakan

kegiatan yang paling utama pada perusahaan

HPH. Hal ini dikarenakan fokusan untuk

menjalankan bisnis prosesnya adalah

melakukan produksi kayu. Perusahaan HPH

yang mempunyai kewenangan melakukan

pembalakan kayu yang berada di hutan sesuai

dengan ijin yang didapatkan dari Departemen

Kehutanan. Kegiatan produksi hutan

merupakan rangkaian kegiatan yang

mengubah tegakan pohon menjadi potongan

kayu atau log sehingga kayu tersebut memiliki

nilai ekonomis. Kegiatan ini dimulai dengan

penebangan kayu di dalam hutan sampai kayu

berada di dekat sungai besar atau biasa disebut

dengan logpond.

Rencana Kerja Tahunan atau yang

disebut dengan RKT adalah suatu penjabaran,

penyesuaian dan operasionalisasi tahunan dari

Rencana Kerja Lima tahun (RKL). Syarat

penyusunan RKT adalah perusahaan telah

memiliki RKL yang sudah disahkan dan

terdapat rencana blok RKT atau areal kerja

HPH dengan luas dan batas tertentu yang akan

dilakukan penebangan dalam jangka waktu

satu tahun yang disetujui oleh Dinas

Kehutanan. Selain areal kerja, ditentukan juga

target produksi yang harus dicapai oleh

perusahaan dalam waktu setahun dengan jenis

kayu yang telah ditentukan. Rencana kerja

tahunan 2011 PT. X disahkan pada tanggal 11

Januari 2011 dengan No. 522.1.300/3/Dishut.

Pada RKT 2011, PT. X mendapatkan target

IUPHHK 47.410 m³ untuk Tebang Pilih

Tanam Indonesia (TPTI). Di bawah ini adalah

gambar RKT 2011.

Gambar 3.1 Blok RKT 2011 (Sumber: PT. X)

Blok RKT 2011 merupakan tempat untuk

melakukan aktivitas penebangan yang

lokasinya sudah ditentukan oleh Dinas

Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah.

Berdasarkan hasil RKT 2011, dapat dijelaskan

target menurut jenis kayunya sebagai berikut :

Tabel 3.1 Target TPTI Menurut Jenis Kayu

No Jenis Kayu Target TPTI

Pohon Volume (M³)

1 Meranti 12.252 26.048 2 Keruing 3.797 7.686 3 Nyatoh 1.230 2.275 4 Bengkirai 966 2.193 5 Agathis 14 54 6 Kempas 558 1.028 7 Komersil lain 3.618 7.259 8 Ulin 94 262 9 Sindur 401 605

Total 22.930 47.410

Rata-rata volume tiap pohon 2,07

Pada penelitian ini jenis kayu

dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok

meranti, bangkirai & keruing, dan kelompok

rimba campuran. Yang termasuk dalam

kelompok meranti adalah kayu meranti,

nyatoh dan agathis sedangkan yang

dikelompokkan rimba campuran adalah

kempas dan komersil lain. Untuk ulin dan

sindur termasuk jenis kayu indah.

Page 4: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

Pengelompokan ini dikarenakan melihat harga

dari masing-masing kelompok yang memiliki

perbedaan.

Standar Operasional Prosedur (SOP)

merupakan suatu standar atau pedoman yang

dipergunakan untuk menyelesaikan suatu

proses kerja tertentu. Pada aktivitas produksi

di PT. X dengan kontraktor PT. Y belum

memiliki SOP pada tiap aktivitas kerja

terutama pada bagian produksi dikarenakan

baru memulai pembukaan IUPHHK di Camp

Palikodan sejak bulan Februari 2011. Oleh

karena itu, perusahaan memerlukan SOP

sebagai pedoman dalam melaksanakan

pekerjaan rutin di bagian produksi. SOP pada

aktivitas produksi akan dijadikan sebagai

acuan untuk membuat suatu standar proses

pada sistem produksi. Selain itu, SOP akan

dijadikan sebagai alat komunikasi dan

pengawasan bagi pekerja. Pada penelitian ini

akan berfokus pada pembuatan SOP pada

aktivitas proses produksi. SOP yang akan

dibuat berupa flowchart tiap aktivitas dan

pembuatan formulir-formulir yang harus diisi

oleh tiap pekerja sebagai controlling system.

SOP yang akan dijelaskan adalah SOP

penebangan, SOP penarikan, SOP pengupasan,

SOP Pemuatan, dan SOP Pengangkutan.

Berikut adalah contoh SOP pada aktivitas

produksi penebangan.

Mulai

Mempersiapkan

peralatan

Peralatan siap Perbaikan

Melakukan

pengisian BBM

Mencatat

pemakaian BBM

Data

pemakaian

BBM

Mengisi absensi

Memilih jenis

pohon

Menentukan arah

rebah

Menebang pohon

Membersihkan

cabang dan

ranting

Membuka jalur

winching

Mengisi formulir

hasil kerja

Menyerahkan dan

melaporkan

formulir hasil

kerja ke mandor

produksi

Data hasil

penebangan

Membersihkan

chainsaw dan

alat-alat yang lain

Mengecek

peralatan

Selesai

Data kehadiran

karyawan

Jam kerja

selesai

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Standar Operasional Prosedur

Aktivitas Penebangan

Di Blok RKT 2011

Gambar 3.2 Flowchart Aktivitas Penebangan

Nomor Dokumen : PLKDN.103.01 Tanggal : 01/02/2011

Standar Operasional Prosedur Terbitan :

Aktivitas Penebangan Revisi : 01/05/2012

(Pemotongan Pohon di Blok ) Halaman : 1 dari 2

I. Tujuan

Proses aktivitas penebangan

dilaksanakan dengan benar dan

mendapatkan hasil sesuai dengan

target perusahaan.

II. Tanggung Jawab

Operator Chainsaw

Melakukan pemotongan pohon

Membersihkan cabang dan

ranting pohon

Membuka jalur winching

Mengisi formulir hasil kerja

Menyerahkan dan melaporkan

formulir

Page 5: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

Nomor Dokumen : PLKDN.103.01 Tanggal : 01/02/2011

Standar Operasional Prosedur Terbitan :

Aktivitas Penebangan Revisi : 01/05/2012

(Pemotongan Pohon di Blok ) Halaman : 2 dari 2

III. Dokumen terkait

PLKDN.103.11 Daftar Hasil

Penebangan

PLKDN.103.19 Daftar Absensi Kerja

PLKDN.103.20 Daftar Pemakaian

BBM

PLKDN.103.21 Peta Kerja

IV. Standar Operasional Prosedur

1. Persiapan Peralatan

1.1. Mempersiapkan mesin

chainsaw dengan melakukan

pengecekan pada mesin

chainsaw, memperbaiki

mesin chainsaw jika mesin

mengalami kerusakan.

1.2. Melakukan pengisisan BBM

pada mesin chainsaw dan

mencatat pemakaiannya pada

lembar konsumsi BBM

setiap hari.

1.3. Mengisi Absensi sebelum

melakukan aktivitas

pekerjaan. Dan Jika

berhalangan untuk bekerja,

pekerja harus melapor

kepada mandor produksi.

2. Melakukan Penebangan

2.1 Memilih jenis pohon yang

akan ditebang dengan memilih

pohon yang berdiameter di

atas 40 cm.

2.2 Menentukan arah rebah sesuai

arah penyaradan kayu, dan

melihat posisi pohon, normal

atau miring.

2.3 Membersihkan cabang dan

ranting serta memotong ujung

dan pangkal pohon.

2.4 Membuka jalur winching yang

sesuai dengan arah

penyaradan.

3. Setelah Melakukan Penebangan

3.1 Mengisi formulir hasil kerja.

3.2 Menyerahkan dan melaporkan

formulir hasil kerja kepada

mandor produksi.

3.3 Membersihkan chainsaw dan

alat-alat lain selesai bekerja.

3.4 Memeriksa chainsaw setiap

sore hari untuk persiapan

besoknya. Bagian-bagian yang

perlu diperiksa adalah rantai

gergaji, bilah gergaji, kopling,

saringan minyak dan bahan

bakar, busi, sistem

pembuangan asap, rem rantai,

dan pelindung pegangan

depan.

Biaya standar pada penelitian ini

ditentukan dari data yang diperoleh dari

pengamatan langsung pada obyek amatan.

Data tersebut menjadi input-an dari standar

proses yang akan dijalankan pada alat bantu

pendukung keputusan. Berikut adalah data tiap

aktivitas.

Tabel 3.2 Data Tiap Aktivitas

Page 6: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

Dari data di atas dipakai sebagai acuan untuk

standar proses yang didapatkan dari observasi

langsung.

Pada perusahaan HPH, bahan baku

langsungnya berupa sejumlah pohon pada suatu

areal yang sudah mendapatkan ijin di dalam RKT.

Perusahaan akan membayar sejumlah uang

tertentu kepada pemerintah melalui Departemen

Kehutanan. Pada Peraturan Pemerintah No. 59

tahun 1998 dijelaskan tentang tarif atas jenis

penerimaan negara bukan pajak pada Departemen

Kehutanan dan Perkebunan. Penerimaan tersebut

disebut Provisi Sumber Daya Hutan atau PSDH

dengan ketentuan kayu bulat yang mempunyai

ukuran diameter 30 cm ke atas untuk jenis kayu

meranti dan rimba campuran dengan biaya 6% per

m³ dari harga kayu. Untuk perhitungannya dapat

dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.3 Tabel Perhitungan Biaya Bahan Baku

Hasil dari perhitungan didapatkan pada RKT 2011

biaya standar bahan baku langsung sebesar Rp

4.805.376.000.

Tenaga kerja langsung merupakan faktor

yang fundamental dalam aktivitas produksi karena

jumlah tenaga kerja akan mempengaruhi

kebutuhan dari mesin yang digunakan serta akan

berimbas pada konsumsi BBM. Untuk

menentukan biaya standar tenaga kerja dengan

melihat upah standar dari pekerja dan dan jumlah

tenaga kerja yang dibutuhkan. Untuk upah tenaga

kerja langsung tiap aktivitas produksi dapat dilihat

pada tabel berikut ini. Tabel 3.4 Upah Tenaga Kerja Langsung

Untuk hasil perhitungan biaya tenaga kerja

langsung pada tiap aktivitas produksi dapat dilihat

pada tabel berikut ini. Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung

(Lanjutan)

Biaya standar overhead merupakan

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan mengenai

bahan-bahan yang mendukung aktivitas produksi.

Biaya overhead pada penelitian ini berupa biaya

bahan baku tidak langsung, biaya tenaga kerja

tidak langsung, dan biaya BBM.

Pada biaya bahan baku tidak langsung

ditentukan oleh Iuaran Hak Pengusahaan Hutan

(IHPH) yang tercantum pada Peraturan

Pemerintah No. 59 tahun 1998. Pada peraturan

tersebut dijelaskan mengenai pembayaran IHPH

dengan tariff Rp 50.000 per hektar luas areal yang

disetujui pada RKT. Selain itu perusahaan juga

dikenai beban untuk dana reboisasi sebesar $ 16

untuk kelompok jenis meranti dan $ 13 untuk

kelompok rimba campuran. Hal ini termaktub

Tabel 3.2 Data Tiap Aktivitas (lanjutan)

Page 7: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

dalam Peraturan Pemerintah No. 92 tahun 1999

tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan

pajak pada Departemen Kehutanan dan

Perkebunan. Pada tabel 3.3, dijelaskan bahwa

iuran HPH sebesar Rp 65.000.000 dan iuran Dana

Reboisasi sebesar Rp 6.834.960.000 sehingga

biaya standar bahan baku tidak langsung dapat

dihitung sebesar Rp 6.899.960.000.

Pada biaya tenaga kerja tidak langsung

ditentukan oleh upah karyawan bulanan. Pada

upah karyawan bulanan tersebut sudah

memperhitungkan pencapaian target hasil

produksi tiap bulannya yaitu 5926,25 m³. Hal ini

diperhitungkan karena akan mempengaruhi premi

dari tiap karyawan. Pada lampiran 1 dapat

diketahui biaya standar tenaga kerja tidak

langsungnya sebesar Rp 125.306.750,-. per bulan.

Biaya BBM pada penelitian ini

dipengaruhi oleh jumlah mesin yang dibutuhkan

serta harga BBM yang berlaku di tempat

penelitian. Pada tiap aktivitas produksi, jumlah

mesin yang dibutuhkan sama dengan jumlah

tenaga kerja yang dibutuhkan kecuali pada

aktivitas pengupasan yang tidak membutuhkan

mesin untuk menjalankan aktivitasnya. Pada

aktivitas penebangan biaya BBM tidak

diperhitungkan, dikarenakan biaya BBM

ditanggung oleh operator chainsaw. Harga BBM

yang berlaku di tempat penelitian berkisar Rp

10.250 per liter untuk solar dan Rp 19.000 per

liter untuk oli med 40 . Berikut adalah tabel

perhitungan biaya BBM. Tabel 3.7 Biaya BBM

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa biaya

BBM per tahun adalah Rp 10,237 Milyar.

Pada perancangan alat bantu pendukung

keputusan dalam penelitian ini berupa sebuah

aplikasi yang dapat digunakan untuk

merencanakan kebutuhan tenaga kerja sehingga

dapat digunakan untuk melihat biaya tenaga kerja

maupun yang lainnya. Alat bantu ini diawali

dengan pembuatan model konseptual. Model

konseptual alat bantu pendukung keputusan pada

proses produksi HPH ini terdiri input, proses, dan

output. Pada proses dipengaruhi oleh standar

proses yang mendetailkan setiap aktivitas pada

proses. Berikut adalah model konseptual dari alat

bantu.

Gambar 3.3 Model Konseptual Alat Bantu Pendukung

Keputusan

Pada alat bantu pendukung keputusan

menggunakan data input untuk mengawali

prosesnya. Data input yang digunakan adalah

target Rencana Kerja Tahunan, luas areal, rata-

rata volume pohon, jumlah pohon tiap jenisnya

(meranti, bangkirai&keruing, rimba campuran),

dan harga kayu tiap jenis. Data input tersebut akan

diproses pada model perhitungan dengan

menggunakan formulasi yang ada untuk

menghasilkan output. Model perhitungan yang digunakan

untuk memproses input menggunakan formulasi

matematis. Formulasi yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. Rata-rata volume tiap pohon = target RKT :

jumlah pohon

2. Prestasi kerja tiap operator = hasil kerja per

hari x rata-rata volume pohon

3. Rencana produksi per tahun = jumlah

pohon x volume pohon

4. Target prestasi kerja per hari = rencana

produksi per tahun : jumlah hari kerja per

tahun

5. Jumlah operator = target prestasi kerja per

hari : prestasi kerja tiap operator

6. Biaya tenaga kerja langsung penebang =

(volume meranti x upah)+(vol.

bangkirai&Keruing x upah) +(vol. R.

Campuran x upah)

7. Biaya BBM = jumlah mesin x kebutuhan

BBM x harga BBM

Form input adalah bentuk visualisasi

alat bantu pendukung keputusan untuk

memasukkan data input. Berikut tampilan kotak

dialog input.

Page 8: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

Gambar 3.4 Form Input pada Alat Bantu Pendukung

Keputusan

Setelah form input diisi sesuai dengan

kondisi RKT, kemudian ditekan tombol ok untuk

memunculkan output secara keseluruhan pada

aktivitas yang ada dalam proses. Output yang

dihasilkan adalah rencana produksi kayu,

kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan mesin,

kebutuhan BBM, rencana produksi kayu, biaya

tenaga kerja dan BBM, serta perkiraan

pendapatan. Sedangkan untuk output tiap aktivitas

akan muncul ketika tombol aktivitas produksi

pada kotak proses ditekan. Tampilan output tiap

aktivitas akan muncul kebutuhan tenaga kerja,

kebutuhan mesin, kebutuhan BBM, biaya BBM,

dan biaya tenaga kerja.

Untuk melihat hasil output dan biaya

standar dari bahan baku langsung, tenaga kerja

langsung, dan biaya BBM dapat mengklik tombol

output pada kotak output. Tampilan output biaya

standar dapat dilihat di bawah ini, baik output standar per bulan maupun output standar per

tahun.

Gambar 3.5 Output per Tahun

Gambar 3.6 Output per Bulan

Setelah diketahui hasil keputusan,

kemudian dilakukan pengujian keputusan

terhadap ketidakpastian dari hasil perhitungan

pada alat bantu pendukung keputusan. Pengujian

dilakukan dengan melakukan simulasi Monte

Carlo yaitu melakukan percobaan pada elemen

kemungkinan dengan menggunakan sampel

random acak. Percobaan ini dilakukan dengan

software @Risk untuk memudahkan melakukan

simulasi.

Pada simulasi ini data yang disimulasikan

berdistribusi pert menggunakan taksiran-taksiran

atau estimasi untuk menentukan suatu kondisi

yang realistis. Tiga macam taksiran tersebut

adalah most likely, optimistic, dan pessimistic. Model pert pada dasarnya menjabarkan proses

taksiran secara ilmiah ke dalam distribusi Beta

sehingga bisa diketahui bagaimana proses

penaksiran pada variabel data yang ada. Distribusi

beta adalah salah satu distribusi teoritik yang

dapat digunakan sebagai model pembuat

keputusan. Sedangkan pada simulasi Monte Carlo

adalah membuat nilai dari tiap variabel yang

menyusun model dengan menghitung hasil

variabel di masa lalu. Kemudian membangun

distribusi kemungkinan kumulatif untuk tiap-tiap

variabel serta menentukan interval angka random

untuk tiap variabel. Setelah disimulasikan akan

didapatkan hasil kemungkinan-kemungkinan yang

terjadi secara realistis. Variabel data yang

disimulasikan diperoleh dari kuesioner yang diisi

oleh manager dari perusahaan amatan. Variabel

data tersebut dijelaskan pada tabel berikut ini.

Page 9: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

Tabel 3.8 Variabel Data untuk Simulasi

Tabel 3.8 Variabel Data untuk Simulasi (Lanjutan)

Model yang dibuat disimulasikan dengan

software @Risk dengan iterasi 1000 untuk

menentukan volume produksi dan total biaya.

Pada variabel data jumlah hari kerja per tahun

dibangkitkan (generate) sampai 180 hari kerja per

tahun.

Setelah dilakukan simulasi, didapatkan

hasil pada software @Risk yang dijelaskan pada

gambar berikut ini :

Gambar 3.7 Output Volume Produksi per Tahun

Gambar 3.8 Output Total Biaya per Tahun

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa

probabilitas untuk mencapai volume produksi

tersebut adalah 85,3 %. Sedangkan probabilitas

total biayanya adalah 94 %.

Dari hasil simulasi juga bisa dilihat

faktor kritis yang paling berpengaruh terhadap

hasil output yaitu random hari baik untuk volume

produksi maupun total biaya. Di bawah ini

gambar faktor yang berpengaruh terhadap output.

Gambar 3.9 Faktor Kritis Output

Page 10: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

4. Analisis dan Interpretasi Data

Pada perusahaan HPH, proses produksi

atau aktivitas produksi merupakan sesuatu yang

paling utama. Proses produksi akan menentukan

hasil produksi dari suatu perusahaan. Proses

produksi diawali dengan kegiatan penebangan.

Tahap penebangan sangat penting dalam

kelancaran kegiatan produksi hutan secara

keseluruhan. Lancar atau tidaknya kegiatan

penebangan akan berdampak pada lancar tidaknya

kegiatan berikutnya karena aktivitas dari proses

produksi berjalan berurutan. Pada proses

penebangan dilakukan pada petak tebang yang

berada di dalam hutan. Petak tebang tersebut

sudah ditentukan lokasi maupun tempatnya pada

RKT. Oleh karena itu, operator chainsaw harus

mengetahui areal yang akan ditebang agar tidak

keluar dari areal yang ditentukan pada RKT.

Karena jika keluar dari RKT perusahaan akan

menerima sanksi dari Dinas Kehutanan

dikarenakan melanggar izin yang telah ditetapkan.

Untuk menghindari hal tersebut, operator

chainsaw bertempat tinggal di dekat petak tempat

penebangan dengan menggunakan camp tarik.

Dengan demikian, operator chainsaw tidak keluar

masuk hutan tiap hari sehingga dapat mengurangi

aktivitas non produktif.

Karyawan yang bekerja di PT. X ini

dibagi menjadi dua yaitu karyawan tetap dan

karyawan borongan. Pada karyawan tetap, sistem

pengupahannya menggunakan sistem bulanan

yang sudah ditetapkan komponen gajinya.

Komponen untuk karyawan bulanan terdapat gaji

pokok, tunjangan bulanan, uang makan dan premi.

Pada gaji pokok besarnya disesuaikan dengan

jabatannya sama halnya dengan tunjangan gaji.

Yang berhak menerima tunjangan gaji hanya

beberapa jabatan saja seperti personalia, mandor

produksi, dan chief mechanic. Hal ini dikarenakan

jabatan-jabatan tersebut memiliki tanggung jawab

yang lebih berat dibandingkan jabatan-jabatan

yang lain. Uang makan yang diberikan pada

karyawan besarnya seragam rata-rata yaitu Rp

300.000,-. Uang makan dari seluruh pekerja tidak

diberikan kepada karyawannya karena uang

tersebut digunakan untuk makan sehari-hari

pekerja. Uang makan tersebut dikoordinir oleh

tukang masak yang ada di camp. Premi adalah

bagian dari pendapatan yang diperoleh karyawan

bulanan. Premi dihitung dengan mengalikan nilai

premi dengan hasil produksi pada bulan tersebut.

Harapannya dengan adanya uang premi tersebut

bisa menambah semangat para pekerja bulanan.

Dari kesemua komponen tersebut rata-rata gaji

dari karyawan bulanan adalah di atas Upah

Minimum Regional (UMR) yang ada di

Kalimantan Tengah yaitu Rp 1.134.580,-

(Sidauruk, 2011).

Pada sistem pengupahan untuk

karyawan borongan dibagi dalam dua komponen

yaitu uang makan dan premi. Premi ditentukan

oleh hasil kerja dari masing-masing karyawan.

Hal ini dapat menjadi motivasi untuk karyawan

agar bekerja lebih baik dan menghasilkan output yang maksimal bagi perusahaan sehingga gaji

yang didapatkan oleh karyawan maksimal juga.

Dengan adanya sistem borongan juga akan

menghindarkan dari kinerja karyawan yang

bermalas-malasan.

Standar operasional prosedur yang telah

dibuat digunakan sebagai pedoman untuk

menjalan aktivitas produksi. SOP tersebut berisi

flowchart dimana flowchart tersebut menunjukkan

alur yang harus dijalani oleh seorang karyawan

dalam hal ini operator. SOP yang dibuat terdiri

dari SOP aktivitas penebangan, aktivitas

penarikan, aktivitas pengupasan, aktivitas

pemuatan 1, aktivitas pengangkutan 1, aktivitas

bongkar muat, aktivitas pengangkutan 2, dan

aktivitas pembongkaran.

SOP dari masing-masing aktivitas

produksi HPH berisi nomer dokumen yang

digunakan sebagai inisial dari jenis aktivitasnya.

Keuntungan bagi karyawan dengan adanya SOP

adalah SOP digunakan karyawan untuk

mengetahui tanggung jawab yang harus dilakukan

oleh karyawan tersebut. Sedangkan keuntungan

bagi perusahaan adalah perusahaan mendapatkan

hasil yang sesuai dengan target perusahaan. Di

dalam SOP juga dijelaskan dokumen-dokumen

yang terkait dengan aktivitas tertentu sehingga

akan mempermudah dalam hal administrasi an

controlling. Controlling yang dilakukan oleh

perusahaan juga bisa dengan melihat SOP, apakah

karyawan sudah melakukan pekerjaan dengan

baik atau belum. Pada SOP yang telah dibuat

dapat dilihat dalam 3 hal yaitu kegiatan atau

aktivitas, tugas atau tanggung jawab, dan prosedur

kerja. Di dalam SOP yang dibuat terdapat

aktivitas atau kegiatan yang mengidentifikasi

fungsi utama dalam suatu pekerjaan dan langkah-

langkah yang diperlukan dalam menjalankan

fungsi kegiatan tersebut. Tugas atau tanggung

jawab merupakan suatu kewajiban yang harus

dipenuhi oleh masing-masing karyawan. Tugas

atau tanggung jawab tersebut mendeskripsikan

jabatan tertentu. Deskripsi tugas berdasarkan

fungsi atau posisi bukan individual. Jadi,

sekelompok orang akan memiliki fungsi atau

Page 11: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

peran yang sama. Pada prosedur kerja diperoleh

langkah-langkah yang penting untuk

melaksanakan pekerjaan. Prosedur kerja memiliki

peranan yang penting bagi perusahaan karena

memberikan pengawasan yang lebih baik

mengenai apa yang dilakukan dan bagaimana

pekerjaan tertentu dilakukan oleh karyawan.

Pada RKT 2011, biaya standar bahan

baku langsung berasal dari iuran Provisi Sumber

Daya Hutan (PSDH) sedangkan untuk biaya

standar bahan baku tidak langsung berasal dari

pembayaran dana reboisasi dan Iuran HPH. Untuk

iuran PSDH sebesar 6% dari harga kayu per m³.

Untuk biaya standar bahan baku langsung per m3

adalah Rp 324.000 sedangkan biaya standar bahan

baku tidak langsung per m3 adalah jumlah dari

iuran DR dan IHPH per m3 yaitu Rp 406.348.

Total biaya standar bahan baku sebesar Rp

730.348, jika diprosentasekan sebesar 49 % dari

pendapatan perusahaan per m³ untuk jenis kayu

meranti.

Pada biaya tenaga kerja merupakan

biaya yang paling rendah dibandingkan dengan

biaya-biaya yang lain. Pada RKT 2011 biaya

standar tenaga kerja langsung sebesar Rp 985 juta

sedangkan biaya standar tenaga kerja tidak

langsung besarnya Rp 1,002 Milyar. Hal ini

dikarenakan pembayaran upah tenaga kerja tidak

bergantung pada jumlah tenaga kerja tetapi

besarnya upah tenaga kerja bergantung pada

jumlah volume produksi. Jika volume produksi

besar maka upah yang diterima oleh tenaga kerja

juga besar. Besarnya upah tenaga kerja untuk

jenis pekerjaan tertentu dipengaruhi oleh jenis

kayu. Aktivitas produksi yang upah tenaga

kerjanya dipengaruhi oleh jenis kayu adalah

penebangan, penarikan dan pengangkutan 2. Rata-

rata upah untuk jenis kayu bangkirai dan keruing

lebih besar dibandingkan dengan jenis kayu yang

lain. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.3. Alasan

lain dikarenakan harga kayu keruing lebih mahal

dibandingkan dengan kayu meranti dan kayu

rimba campuran sehingga upah tenaga kerja untuk

jenis kayu bangkirai dan keruing lebih tinggi.

Jika dilihat pada gambar 3.5 output per

tahun terlihat bahwa biaya BBM merupakan

biaya yang cukup besar dikeluarkan oleh

perusahaan sekitar Rp 10 Milyar dengan harga

solar Rp 10.250 per liter dan Oli Med 40 seharga

Rp 19.000 per liter. Hal ini terlihat dari harga

BBM yang ada merupakan harga BBM non

subsidi sehingga harganya lebih mahal

dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi.

Selain itu kebutuhan BBM untuk tiap mesin lebih

besar dibandingkan kebutuhan standar mesin-

mesin pada umumnya di perusahaan lain. Faktor

yang mengakibatkan hal tersebut bisa dikarenakan

mesin-mesin yang digunakan untuk aktivitas

produksi merupakan mesin-mesin yang sudah

berumur lebih dari 10 tahun dengan efisiensi

sekitar 60 %. Hal ini bisa meyebabkan pemakaian

BBM yang boros. Selain itu pemakaian BBM

yang boros dibandingkan pada umumnya,

dikarenakan medan jalanan yang dilalui oleh

mesin-mesin tersebut membutuhkan tenaga yang

ekstra untuk melaluinya. Jika dilihat dari lokasi

tempat produksi di daerah gunung, jalanan yang

dilalui oleh mesin kebanyakan batu-batuan dan

tidak beraspal. Untuk itu membutuhkan konsumsi

BBM yang lebih, Inilah sebabnya kenapa

perusahaan HPH kebanyakan berusaha untuk

meminimalisir pemakaian BBM yang akan

berdampak pada penurunan total biaya.

Pada target RKT, untuk output volume

produksi 47.410 m³ dan total biaya tidak lebih dari

10 milyar bisa dilihat probabilitas pencapaiannya

pada gambar 3.7 dan gambar 3.8 dari hasil

simulasi monte carlo. Probabilitas total output tebang per tahun nilainya 85,3 %. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan

untuk mencapai target produksi memiliki

probabilitas 85,3 %. Angka ini sudah cukup

menunjukkan bahwa hasil keputusan memiliki

kepercayaan 85,3 % pada output volume

produksi.

Pada output total biaya per tahun

menunjukkan bahwa probabilitas kesesuaian hasil

simulasi dengan hasil keputusan pada alat bantu

pendukung keputusan sebesar 94 %. Hal ini

menunjukkan bahwa model yang ada dalam alat

bantu pendukung keputusan merepresentasikan

kondisi sebenarnya dalam faktor total biaya

dengan probabilitas pencapaian 94 %.

Dari gambar 3.9 diketahui bahwa faktor

yang sangat mempengaruhi output dari volume

produksi dan output total biaya adalah random

hari. Hal ini terlihat bahwa hasil sensitifitasnya

kurang memuaskan. Hal ini terjadi karena

assessmen jumlah hari pesimis, moderate, dan

optimis sangat signifikan bedanya (112, 160, dan

180 hari). Jumlah hari pada aktivitas produksi

sangat menentukan output hasil pencapaian target

produksi. Jika jumlah hari produksi menurun akan

mempengaruhi hasil pencapaian target produksi.

Selain itu jika jumlah hari produksi rendah akan

menurunkan jumlah biaya produksi dengan kata

lain jumlah hari produksi berbanding terbalik

dengan total biaya.

Page 12: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan dari penelitian ini terkait dengan

sistem produksi HPH bahwa pada RKT 2011

terdapat 8 aktivitas yang dilakukan pada sistem

produksi sehingga didapatkan delapan jenis SOP

yaitu SOP penebangan, SOP penarikan, SOP

pengupasan, SOP pemuatan , SOP pengangkutan

1, SOP bongkar muat, SOP pengangkutan 2, dan

SOP pembongkaran pada sistem produksi HPH di

PT. X. SOP ini akan digunakan sebagai acuan

atau pedoman untuk melakukan aktivitas

produksi.

Pada RKT 2011, biaya standar bahan

baku didapatkan dari iuran PSDH dengan besar

Rp 4.805.409.780. Sedangkan biaya standar bahan

baku tidak langsung diperoleh dari pembayaran

dana reboisasi dan IHPH sebesar Rp

6.638.912.210. Pada biaya standar tenaga kerja

langsung sebesar Rp 985.824.093 dan biaya

standar tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp

1.002.454.000. Biaya BBM yang dikeluarkan oleh

perusahaan sebesar Rp 10.237.920.000. Kesemua

biaya ini akan menjadi acuan perusahaan untuk

mengendalikan biaya yang akan dikeluarkan oleh

perusahaan.

Dari hasil simulasi diketahui bahwa

kemungkinan pencapaian target produksi RKT

2011 sebesar 85,3 % dengan kemungkinan total

biaya yang dikeluarkan memiliki kepercayaan 94

%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil keputusan

yang dihasilkan bia mewakili kondisi yang

sebenarnya.

Dalam pengembangan SOP yang

dihasilkan, sebaiknya perusahaan melakukan

pengontrolan secara berkala terhadap setiap

aktivitas produksi yang dilakukan oleh karyawan.

Pengontrolan tersebut perlu dilakukan oleh orang

tertentu yang bertugas sebagai time keeper

sehingga tidak dibebankan hanya kepada mandor

produksi. Selain itu, sebaiknya perusahaan perlu

melakukan evaluasi terhadap SOP yang

dijalankan oleh karyawan untuk mengetahui

kinerja dari karyawan dan diperlukan suatu

kerjasama antar karyawan untuk menjalankan

SOP dengan baik.

Untuk pengembangan penelitian ini, bisa

dikembangkan dengan melakukan penilaian

aktivitas produksi dengan menggunakan

pendekatan sistem dinamik.

6. Daftar Pustaka

Atmoko, T.2010.Standar Operasional Prosedur

(SOP) dan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah. <URL : http://e-

dokumen.kemenag.go.id>. Diakses 29

desember 2010.

Barat, D. K.2011.Permohonan Ijin IUPHHK

pada Hutan Alam. <URL :

http://kehutanan.kalbarprov.go.id>. Diakses

17 Februari 2011.

Baridwan, Zaki.2002. Sistem Akuntansi:

Penyusunan Prosedur dan Metode, Edisi

5.Yogyakarta:BPFE

Basundoro, A. S.2008. Pengembangan

Perangkat Lunak Sistem Manufaktur

pada PT. Krama Yudha Ratu Motor

dengan Studi Kasus Pengelolaan

peralatan Berbasis Web Sistem

Manufaktur. Bandung: Jurusan Teknik

Mesin ITB.

Carter, W., & Usry, M. F.2005. Cost Accounting

13th Edition. Singapore: Thomson.

Djati, B. S. L. 2007. Simulasi Teori dan

Aplikasinya. Yogyakarta:ANDI.

Frenky.2010.DefinisiSistem.<URL:http://fr3nky8

9.blogspot.com>. Diakses 2 Desember

2010.

Horngren, C., & Foster, G.2005. Cost

Accounting: A Managerial Emphasis 12th

edition.New Jersey:Prentice Hall.

Kartadinata, A.2000. Akuntansi dan Analisis

Biaya. Jakarta: Rineka Cipta.

Laodesyamri.2010. Sistem Biaya Standar. <URL

: http://id.shvoong.com>. Diakses 30

Desember 2010.

Matz, A., & Usry, M. F. (1980). Cost

Accounting: Planning and Control,

Seventh Edition.Filiphina:South-Western

Publishing Co.

Mulyadi.1993. Akuntansi Biaya. Yogyakarta:Bagian Penerbitan Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Mulyadi.2007. Sistem Akuntansi. Jakarta:Salemba Empat.

Pardede, B.2009. Konsep Dasar Produksi.

<URL : http://www.stttelkom.ac.id>.

Diakses 10 Desember 2010.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :

P.20/Menhut-II/2007 Tentang Tata Cara

Pemberian Ijin Usaha Pemanfaatan

Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam

Pada Hutan Produksi Melalui

Permohonan.

Page 13: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1970 tentang

Hak Pengusahaan Hutan dan Hak

Pemungutan Hasil Hutan.

Peraturan Pemerintah No. 06 2007 tentang Tata

Hutan Dan Penyusunan Rencana

Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan

Hutan.

Peraturan Pemerintah No. 03 2008 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata

Hutan Dan Penyusunan Rencana

Pengelolaan. Sidauruk, M.2011. Upah Minimum Provinsi

(UMP) 2011 Naik. <URL :

http://www.gajimu.com>. Diakses 3 Juni

2011.

Simamora, H.1999. Akuntansi Manajemen. Jakarta:Salemba Empat.

Supriyono, R.2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: STIE YKPN.

Supriyono, R.1999. Sistem Pengendalian

Manajemen. Yogyakarta:PT BPFE.

Sutanto.2009. Model Simulasi Monte Carlo.

<URL : http://sutanto.staff.uns.ac.id>.

Diakses 2 Juni 2011.

Willson, J. D., & Campbell, J. B.1991.

Controllership, the Work of the

Managerial Accountant. New York: John

Wiley & Sons.

Page 14: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Gaji Standar Karyawan Bulanan

No Nama Jabatan Gaji Pokok Tunjangan Uang

Makan Premi

Total Pendapatan

1 Amalludinnor Personalia 1.500.000

500.000 300.000

888.938

3.188.938

2 Andri Sugiar Staf Logistik 1.500.000

- 300.000

592.625

2.392.625

3 Budi Santoso Mandor Produksi

2.000.000

1.000.000 300.000

5.037.313

8.337.313

4 Edi Heriono Driver 1.300.000

- 300.000

1.481.563

3.081.563

5 Vimala Cakra Netra ADM P'Bun

1.300.000

- 300.000

-

1.600.000

6 Syaifulloh Muhyaddin

Logistik P'Bun

1.300.000

- 300.000

-

1.600.000

7 Ismawati Jurmas P'Bun

800.000

- 300.000

-

1.100.000

8 Simba Sudarsono

Mekanik/ Welder

2.000.000

- 300.000

1.185.250

3.485.250

9 Sukiman Mechanik 2.500.000

- 300.000

1.777.875

4.577.875

10 Suryadi Mechanik 2.000.000

- 300.000

1.777.875

4.077.875

11 Yopie Formes Chief Mekanik

2.500.000

1.000.000 300.000

2.963.125

6.763.125

12 Sius Arman Driver Dump Truck

1.500.000

- 300.000

888.938

2.688.938

13 Darman Pengukuran 1.500.000

- 300.000

592.625

2.392.625

14 Masto Pembantu Mekanik

1.300.000

- 300.000

888.938

2.488.938

15 Nendra Pembantu Mekanik

1.300.000

- 300.000

888.938

2.488.938

16 Imamat Hardianto Ka. Logistik

2.000.000

1.000.000 300.000

1.185.250

4.485.250

17 Dodi Apriadi Pengukuran 1.500.000

- 300.000

592.625

2.392.625

18 Heriyanto Mekanik 1.750.000

- 300.000

1.185.250

3.235.250

19 Robby Martinus Tireman 1.500.000

- 300.000

1.185.250

2.985.250

20 Siswanto Mekanik Elektrik

2.750.000

- 300.000

1.185.250

4.235.250

21 Suroso Pembantu Mekanik

1.300.000

- 300.000

592.625

2.192.625

22 Suwadak Ka. Satpam 1.500.000

500.000 300.000

1.185.250

3.485.250

23 Masa Perminyakan 1.300.000

- 300.000

592.625

2.192.625

Page 15: PERANCANGAN SOP DAN BIAYA STANDAR UNTUK …digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf · perancangan sop dan biaya standar untuk melihat pencapaian target perusahaan

No Nama Jabatan Gaji Pokok Tunjangan Uang

Makan Premi

Total Pendapatan

24 Irwanto Bag. Perminyakan

1.300.000

- 300.000

592.625

2.192.625

25 Bibit Juru Masak 800.000

- 300.000

592.625

1.692.625

26 Mistini Juru Masak 800.000

- 300.000

592.625

1.692.625

27 E f i. H Juru Masak 800.000

- 300.000

592.625

1.692.625

28 Suminah Juru Masak 800.000

- 300.000

592.625

1.692.625

29 Yakobus Beker Satpam / Jaga Malam

1.000.000

- 300.000

592.625

1.892.625

30 Nurudin Pembantu mekanik

1.300.000

- 300.000

592.625

2.192.625

31 Kuswaji Driver/Mekanik

750.000

- 300.000

1.185.250

2.235.250

32 Darius CP. Manager Camp

5.000.000

- 500.000

17.778.750

23.278.750

33 Soni Manager Produksi

5.000.000

- 350.000

5.926.250

11.276.250

Total

125.306.750