perancangan sistem pusat penanganan kebakaran...
TRANSCRIPT
1
PERANCANGAN SISTEM PUSAT PENANGANAN KEBAKARAN TERPADU DI
SURABAYA BERBASIS TEKNOLOGI SMS GATEWAY DAN SHORTEST ROUTE
Galang Mitra Aditya, Arief Rahman, Dody Hartanto Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: [email protected] ; [email protected]
Abstrak Tingginya angka kejadian kebakaran di Surabaya berpotensi menimbulkan kerugian yang berupa
jatuh korban jiwa dan materi. Dinas Kebakaran Kota Surabaya menjadi salah satu pihak yang
bertugas didalam proses penanganan dan pemadaman kebakaran di Surabaya. Didalam
melakukan pemadaman, masalah yang terjadi di Dinas Kebakaran Kota Surabaya adalah adanya
ketidaksesuaian antara waktu tanggap aktual berdasarkan data-data eksisting dari Dinas
Kebakaran Kota Surabaya dengan standarisasi waktu tanggap penanganan kebakaran di
Indonesia menurut Peraturan Pemerintah. Untuk mengantisipasi ketidaksesuaian tersebut,
dirancang suatu sistem penanganan kebakaran terpadu sehingga segala informasi yang berkaitan
dengan kejadian kebakaran bisa diintegrasikan komponennya satu sama lain. Sistem penanganan
kebakaran yang terpadu menggunakan aplikasi software sebagai Basis komponennya. Software
yang dirancang memiliki sub-komponen yang diinputkan didalamnya yaitu algoritma shortest
route serta teknologi sms gateway. Sistem penanganan kebakaran usulan ini selanjutnya diuji dan
dibandingkan dengan sistem penanganan kebakaran eksisting dari Dinas Kebakaran Kota
Surabaya untuk membandingkan total waktu tanggap masing-masing. Berdasarkan hasil
pengujian sistem usulan, didapatkan persentase penurunan total waktu tanggap dibandingkan
sistem penanganan kebakaran eksisting sebesar 78,6%. Sehingga, pengaplikasian sistem
penanganan kebakaran usulan dapat direkomendasikan untuk pelaksanaan penanganan
kebakaran yang dilakukan oleh Dinas Kebakaran Kota Surabaya.
Kata kunci: Waktu tanggap kebakaran, sistem penanganan kebakaran, shortest route, sms
gateway
ABSTRACT
The high number of fire incident in Surabaya has the potential to cause losses in terms of human
lives and monetary aspect. Surabaya City Fire Department is one of the responsible task force on
handling fire extinguishment process in Surabaya. The problem that occurs in conducting fire
extinguishment is the incoherency between actual fire response time according to existing data in
Surabaya City Fire Department with the standard time to response fire according to government
rule, which is 15 minutes. The integrated fire treatment system use software application as its base
component. The software itself consists of several sub components, which is shortest route
algorithm and SMS gateway technology. This suggested system will then tested and compared with
the existing fire treatment system of the Surabaya City Fire Department in terms of total response
time. According to the test result, it was found that the suggested system successfully reduced the
total response time by 78,6%. Therefore, it is recommended to apply the fire treatment system
within the Surabaya City fire Department.
Keywords: fire response time, integrated fire treatment system, Shortest route,sms
gateway
1. Pendahuluan
Kebakaran merupakan bencana yang
patut diwaspadai di perkotaan. Kebakaran
adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya
ancaman potensial dan derajat terkena pancaran
api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga
penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan.
(Martono, 2001).Surabaya menjadi salah satu
kota yang rawan terjadi kebakaran. Jika
dianalisa berdasarkan pola terjadinya kejadian
kebakaran di Surabaya menurut pola diatas,
maka Surabaya Timur memiliki kejadian
kebakaran paling banyak di tahun 2009, yaitu
sebanyak 116 kasus yang meliputi kebakaran
2
bangunan, kebakaran lahan, kendaraan, dan
lain-lain. Dibawah ini adalah data jumlah
kejadian kebakaran di Surabaya di selang tahun
2006 sampai dengan 2009.
Gambar 1. Kejadian Kebakaran di Surabaya Tahun
2006 Sampai 2009
(sumber:Data Dinas Kebakaran Kota Surabaya)
Elemen utama yang memiliki
wewenang dan tugas untuk menanggulangi
kebakaran di wilayah kota Surabaya adalah
Dinas Kebakaran Kota Surabaya. Terdapat
beberapa tahapan yang dilakukan oleh Dinas
Kebakaran Kota Surabaya didalam melakukan
pemadaman kebakaran, salah satunya adalah
tahapan waktu tanggap kebakaran. Menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum mengenai
pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran
di perkotaan, waktu tanggap adalah periode
waktu yang terdiri atas waktu pengiriman
pasukan dan sarana pemadam kebakaran
(dispatching time), waktu perjalanan menuju
lokasi kebakaran, dan waktu menggelar sarana
pemadam kebakaran sampai siap untuk
melaksanakan pemadaman. Masalah yang
terjadi adalah di tahun 2009, terdapat 43,29%
dari total kejadian kebakaran yang ditangani
oleh Dinas Kebakaran Kota Surabaya memiliki
waktu tanggap lebih dari 15 menit.
Ketidaksesuaian waktu antara standar waktu
tanggap dengan total waktu tanggap dari kondisi
eksisting berdasarkan data rekapan Dinas
Kebakaran Kota Surabaya dapat terjadi
dikarenakan pelaksanaan aktivitas-aktivitas
yang berada di lingkup waktu tanggap tersebut
dilakukan secara manual oleh petugas informasi
kebakaran (petugas piket). Beberapa aktivitas
tersebut antara lain proses verifikasi kejadian
kebakaran yang masuk ke line telepon 113,
Penentuan pos pemadam kebakaran yang
dikirim ke lokasi, serta penentuan rute yang
ditempuh oleh petugas pemadam kebakaran
menuju ke lokasi. Munculnya waktu yang tidak
efisien menjadi dampak adanya pelaksanaan
aktivitas secara manual, terlebih lagi adanya
unsur subjektivitas didalam melakukan aktivitas
tersebut dapat berakibat kesalahan penentuan
dan pemilihan tindakan petugas pemadam
kebakaran didalam melakukan penanganan
kebakaran di lokasi kejadian. Waktu yang kritis
dan kecepatan respon dari petugas pemadam
didalam melakukan penanganan atas informasi
kejadian kebakaran yang didapat menjadi dasar
perlunya pelaksaan aktivitas yang dilakukan
secara efisien dan tepat. Atas dasar itulah
diperlukan suatu sistem pusat kebakaran yang
dapat mengintegrasikan informasi-informasi
penting terkait kebakaran seperti kelas
kebakaran, tingkat bahaya bangunan, macam
media yang tepat untuk mengatasi kebakaran
yang terjadi dan informasi yang lain.
Penganalisaan dan penentuan output yang tepat
untuk tiap kejadian kebakaran juga menjadi
pertimbangan didalam merancang sistem usulan.
Sistem penanganan kebakaran usulan memiliki
sub-sistem antara lain analisa informasi
kebakaran, algoritma shortest route untuk
penentuan wilayah pos pemadam kebakaran
serta penentuan rute meuju ke lokasi, serta
teknologi sms gateway yang dapat
menyampaikan output sistem dalam bentuk sms
(short message service) ke database kontak
didalam sistem. Pemilihan penggunaan
teknologi sms gateway didasarkan kecepatan
penyampaian informasi media sms dan
fleksibilitas penggunaan dan penyampaian ke
kontak personal, sehingga akan tepat dijadikan
basis sistem usulan. Pos pemadam kebakaran
yang digunakan sebagai objek analisa sebanyak
5 UPTD, sedangkan sebagai titik lokasi
terjadinya kebakaran ditetapkan 9 titik yang
berada dikawasan Surabaya Selatan dan Timur.
Dari tiap UPTD menuju ke titik lokasi
kebakaran memiliki 2 rute yang tidaklah sama
jalan dan waktu tempuhnya.Sistem usulan
nantinya akan dibandingkan total waktu
tanggapnya dengan sistem yang eksisting untuk
mengetahui performansi sistem usulan dan
kaitannya dengan tujuan untuk meminimasi
waktu tanggap kebakaran.
3
2. Penelitian Terdahulu
Terdapat penelitian-penelitian lain yang
dilakukan dengan mengambil objek matan yang
berupa Dinas Kebakaran Kota Surabaya. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Rahmaniah
Yulianti pada tahun 1998 yang berjudul
“Penerapan Set Covering Technique dan Metode
Simulasi Untuk Menentukan Jumlah Stasiun
dan Unit Pemadam Kebakaran di Kota
Surabaya”. Di penelitian ini, penulis
memberikan solusi yang berupa pengaplikasian
metode set covering methods untuk menentukan
jumlah stasiun pemadam kebakaran yang paling
optimal untuk menjangkau keseluruhan wilayah
kelurahan yang terdapat di Surabaya dengan
batasan waktu tanggap kebakaran yang didapat
maksimal 15 menit. Pada penelitian tersebut,
solusi optimal jumlah stasiun pemadam
kebakaran yang paling optimal sebanyak 19
stasiun. Penelitian lain yang berkisar mengenai
Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Erwan
Desianto pada tahun 2004 dengan judul
“Penggunaan Sistem Informasi Geografis Untuk
Mengetahui Jalur Tercepat Mobil Pemadam
Kebakaran Serta Analisa Letak Sumber Air
(Sumur Air) Di Surabaya Pusat”. Penulis
memberikan solusi perancangan Sistem
Informasi Geografis (GIS) sebagai dasar
penentuan rute tercepat dari UPTD ke lokasi
kebakaran. Sebagai tambahannya adalah
perencanaan letak sumber air paling optimal
yang dapat menjangkau kawasan Surabaya
Selatan dan Surabaya Pusat. Penulis
memberikan batasan dalan hal lingkup kawasan
serta kecepatan kendaraan yang terbagi hanya 2
skala saja. Penelitian lain tentang Dinas
Kebakaran Kota Surabaya juga dilakukan di
tahun 2004, yaitu dilakukan oleh “Evaluasi
Kebutuhan Unit Pemadam Kebakaran Pada
Tiap-Tiap Kebakaran Surabaya Dengan
Menggunakan Metode Simulasi (Studi Kasus :
Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya)”. Di
penelitian ini penulis memberikan solusi yang
berupa penentuan jumlah unit kendaraan
pemadam di 5 UPTD paling optimal didalam
mengantisipasi fluktuasi kejadian kebakaran
yang terekap di selang waktu tahun 2000-2003.
Dari penelitian tersebut, didapatkan kesimpulan
bahwa jumlah eksisiting unit kendaraan di tiap
UPTD kurang dari yang seharusnya.
3. Metodologi Penelitian
Pada metodologi penelitian akan
diuraikan langkah-langkah sistematis untuk
melakukan penelitian, yaitu pengembangan
kerangka berpikir, pengidentifikasian dan
evaluasi sistem penanganan kebakaran Dinas
Kebakaran Kota Surabaya yang eksisting, serta
perancangan sistem usulan dan software. Proses
evaluasi terhadap sistem penanganan kebakaran
yang eksisting dilakukan dengan metode
pengamatan langsung serta melakukan interview
dengan petugas informasi yang bertugas di
ruang PHB (Pembawa Harian Berita).
Kemudian dari sistem yang dirancang akan
dilakukan perhitungan total waktu tanggap dan
selanjutnya akan dilakukan perbandingan
dengan total waktu tanggap di sistem yang
eksisting. Sehingga nantinya dapat diketahui
perbedaan dan selisih pengurangan total waktu
tanggap sistem usulan dan sistem yang eksisting
Tahapan yang selanjutnya adalah merumuskan
kesimpulan atas tahapan analisa yang telah
dilakukan di penelitian tugas akhir ini.
3.1 Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan
data-data yang terkait dengan penelitian, antara
lain data jumlah petugas di tiap UPTD,
identifikasi aktivitas yang berada di lingkup
waktu tanggap, evaluasi media komunikasi di
Dinas Kebakaran, penentuan rute, dan titik
lokasi kebakaran. Didalam melakukan
penanganan terhadap panggilan kebakaran dan
respon yang masuk ke nomor panggilan Dinas
Kebakaran Surabaya, terdapat standarisasi
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh operator
panggilan. Standarisasi penanganan kebakaran
tersebut tercantum didalam Peraturan Walikota
Surabaya No.16 th.2010 mengenai prosedur
operasional standar penanggulangan kebakaran
di Surabaya. Aktivitas-aktivitas tersebut secara
umum dapat dilihat pada gambar dibawah ini
berikut dengan penjelasan masing-masing
aktivitasnya.
Gambar 1. Standar aktivitas penanganan respon
kejadian kebakaran
Berikut adalah penjelasan dari gambar diatas.
4
1. Terdapat panggilan yang masuk ke nomor
113.
2. Operator ruang PHB menerima panggilan
tersebut dan melakukan verifikasi kejadian
kebakaran dengan cara memberikan
pertanyaan kepada penelpon antara lain
nama penelpon dan nomor telepon
alamat bangunan atau gedung yang
terbakar
fungsi atau peruntukan bangunan atau
gedung
jam kejadian
titik kenal (tanda yang menunjukkan
bahwa telah terjadi kebakaran di lokasi
tersebut)
3. Operator akan melakukan plotting dan
pemilihan UPTD maupun pos pembantu
yang paling dekat dengan lokasi kebakaran
secara manual menggunakan bantuan peta
Surabaya.
4. UPTD dan pos pembantu yang paling dekat
dengan lokasi kejadian, maka operator
melakukan kontak dengan UPTD dan pos
pembantu menggunakan radio transmisi
untuk memberitahukan informasi mengenai
kejadian kebakaran.
5. UPTD dan pos pembantu yang telah
dihubungi operator,kemudian melakukan
persiapan pemadaman diantaranya adalah
mempersiapkan juru padam serta
mempersiapkan alat-alat pemadaman. Di
tahap persiapan ini petugas pemadam
kebakaran juga melakukan penentuan rute
menuju ke lokasi kebakaran yang juga
dilakukan berdasarkan unsur subjektivitas
juru mudi yang mengendarai unit kendaraan
pemadam kebakaran.
Berdasarkan aktivitas waktu tanggap
yang dijelaskan sebelumnya, media
komunikasi memiliki peran didalam
penyampaian informasi yang berkaitan
dengan informasi kebakaran kepada petugas
pemadam. Media komunikasi yang
digunakan adalah radio. Kelemahan dari
media radio ini adalah muncul noise ketika
digunakan. Hal ini dapat disebabkan karena
usia radio serta jarak pancar radio yang lebih
dari standar jarak dari UPTD I ke tiap UPTD.
Kelemahan dari radio pemancar ini
berpotensi menimbulkan gangguan dalam hal
penerimaan informasi kejadian kebakaran.
Sehingga ada potensi munculnya kesalahan
didalam menangkap maksud dan isi dari
informasi dari pemberi informasi yang dalam
hal ini adalah operator yang berjaga di ruang
PHB. Sehingga perlu dirancang media
alternatif yang dapat menyampaikan
informasi secara cepat dan tepat.
Data-data yang terkait dengan jaringan
jalan dikumpulkan dari sumber data
sekunder, antara lain database jalan,
penentuan titik kebakaran, dan rute menuju
lokasi. Jumlah jalan yang diinputkan didalam
database sistem adalah sebanyak 166 ruas
jalan. Sedangkan untuk titik lokasi
kebakaran, ditetapkan sebanyak 9 titik lokasi
yang berada di kawasan Surabaya Selatan
dan Timur. Berikut ini adalah daftar titik
lokasi jalannya. Untuk tiap ruas jalan,
memiliki nilai tingkat kepadatan dan
kecepatan tempuh kendaraan masing-masing.
Nilai kepadatan jalan didefinisikan sebagai
volume kendaraan yang berada di jalan di
selang waktu tertentu. data volume jalan
didapatkan dari data Dinas Perhubungan
Kota Surabaya di tahun 2009. Untuk data
kecepatan tempuh, kendaraan melewati jalan
memiliki 3 macam nilai, yaitu kecepatan
minimum, maksimum, dan kecepatan rata.
Data kecepatan tempuh untuk jalan yang
terdapat dalam database didapatkan dari data
survey Dinas Perhubungan Kota Surabaya di
tahun 2009. Dari tiap lokasi UPTD menuju
ke tiap lokasi kebakaran, terdapat 2 macam
rute yang berbeda jalan yang
ditempuhnya.rute-rute ini didapatkan dari
aplikasi google map, sekaligus panjang jalan
karakteristik jalannya.
Data-data lain yang menjadi inputan
didalam sistem adalah database sumber air
yang terdapat di Surabaya. Data lokasi sumur
air ini digunakan untuk memberikan
informasi secara praktis kepada petugas
pemadam tentang lokasi sumur air di lokasi
terjadinya kebakaran. Terdapat 32 lokasi
sumur air aktif yang didatabasekan didalam
sistem
3.2 Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan pengolahan
data terkait data-data yang telah dikumpulkan
pada tahapan sebelumnya. Pengolahan data
dilakukan untuk mendapatkan data waktu
tempuh kendaraan melewati jalan di tiap selang
5
waktu, dan penentuan kriteria kebakaran serta
output tiap kriterianya.
Kecepatan tempuh melewati jalan tiap
jam berubah sesuai dengan perubahan kepadatan
jalan. Angka kepadatan jalan sendiri tidak dapat
dicari sehingga kepadatan jalan didekati dengan
nilai volume jalan per jam. Data volume jalan
yang didapatkan tidak bisa mencakup
keseluruhan jaringan jalan yang dibuat sehingga
hanya pola perubahan volume jalan per jam
yang akan dicari. Pola volume jalan dicari
dengan mencari rata-rata volume jalan per jam
dari semua data volume jalan yang ada. Pola
tersebut dicari dari rata-rata semua volume jalan
dikarenakan pola ini akan digunakan untuk
semua jaringan jalan dan nilainya sama. Volume
jalan rata-rata selama 16 jam dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4. Titik Lokasi Kebakaran
Untuk yang selanjutnya, dihitung volume rata-
rata kendaraan yang melintasi seluruh ruas jalan
yang dihimpun selama 16 jam menggunakan
rumus :
n
V
V
n
i
i
ratarata
1 (1)
Berdasarkan persamaan (1) ,diketahui volume
rata-rata kendaraan yang melintasi jalan selama
selang waktu 16 jam adalah 11694,875
kendaraan tiap jam. Langkah yang selanjutnya adalah
menghitung nilai ci yaitu koefisien relatif
volume kendaraan terhadap volume rata-rata
selama 16 jam. ic dapat diperoleh dengan
rumus:
(2)
Di bawah ini adalah contoh tabel koefisien ci
untuk tiap jam selama selang waktu 16 jam
Tabel 5. Titik Lokasi Kebakaran
Langkah yang selanjutnya adalah menghitung
nilai koefisien volume jam ke-I menggunakan
rumus :
min
min
cc
ccK
maks
i
i
Untuk contoh nilai Ki pada tiap jam dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Titik Lokasi Kebakaran
Langkah selanjutnya adalah menghitung rasio
kecepatan tempuh kendaraan melewati jalan di
tiap jam dalam selang waktu 16 jam
menggunakan rumus :
Satuan yang digunakan untuk parameter
kecepatan adalah Km/jam, sehingga didapatkan
nilai kecepatan tiap jalan di selang waktu 16
jam. Namun rentang waktu yang dipakai
didalam sistem untuk menggambarkan
kecepatan unit kendaraan pemadam kebakaran
melewati jalan bukanlah 16 jam, namun terbagi
atas 5 skala waktu yaitu :
Waktu I : pukul 06.00-09.00 WIB
Waktu II : pukul 09.01-13.00 WIB
Waktu III : pukul 13.01-19.00 WIB
Waktu IV : pukul 19.01-21.00 WIB
Waktu V : pukul 21.01-06.00 WIB
Pembagian ini dilakukan karena koefisien nilai
Ki yang masuk ke rentang-rentang tersebut tidak
berbeda signifikan, sehingga dapat diambil nilai
kecepatan rata-ratanya. Kecepatan rata-rata di
tiap skal waktu itulah yang nantinya dijadikan
Jam
ke
Selang
waktu Volume
Jam
ke
Selang
waktu Volume
1 05.00-06.00 4369
9 13.00-14.00 11879
2 06.00-07.00 15358
10 14.00-15.00 12547
3 07.00-08.00 16265
11 15.00-16.00 11528
4 08.00-09.00 11691
12 16.00-17.00 13463
5 09.00-10.00 9887
13 17.00-18.00 19652
6 10.00-11.00 8751
14 18.00-19.00 15883
7 11.00-12.00 7653
15 19.00-20.00 12129
8 12.00-13.00 7389
16 20.00-21.00 8674
ijamiV
Vici
ratarata
;
(3)
(4) ))(1( minmin vvKvv maksii
6
inputan pada sistem. Sehingga contoh tabel
yang menggambarkan kecepatan tempuh di tiap
waktu tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 7. Kecepatan tempuh kendaraan ditiap selang
waktu
Setelah didapatkan nilai kecepatan tempuh
kendaraan melewati jalan, maka langkah yang
terakhir adalah melakukan penghitungan waktu
tempuh kendaraan menggunakan rumus :
(5)
Berikut ini adalah contoh tabel yang
menunjukkan waktu tempuh kendaraan
melewati lokasi di tiap skala waktu
Tabel 8. Kecepatan tempuh kendaraan ditiap selang
waktu
Data yang diolah selanjutnya adalah data
kriteria dan elemen-elemen kriteria kebakaran.
Kriteria kebakaran adalah parameter yang
digunakan didalam menganalisa dan
mengestimasi kebakaran yang berlangsung.
Sedangkan elemen-elemen kriteria adalah sub-
kriteria yang mendetailkan kriteria dan memiliki
suatu nilai tersendiri. salah satu kriteria
kebakaran yang dipakai adalah objek yang
terbakar, sedangkan elemen kriterianya adalah
bangunan, kendaraan, gedung bertingkat, dan
sebagainya. Tabel berikut ini menunjukkan
secara lengkap kriteria dan elemen kriteria yang
dipakai pada sistem.
Tabel 9. Output tiap elemen-elemen kriteria yang
terpilih
Berdasarkan tabel tersebut, maka ketika terjadi
kebakaran, maka dari output tiap elemen kriteria
akan bisa diambil suatu kebijakan dan aksi dari
dinas kebakaran kota Surabaya terkait langkah
pemadaman suatu kejadian kebakaran. Hal itu
tergantung elemen kriteria manakah yang
terpilih serta kombinasi dari elemen-elemen
kriteria tersebut.
3.3 Perancangan software
Pada tahapan ini akan dirancang
komponen-komponen dari software yang
digunakan sebagai basis sistem penanganan
kebakaran usulan. Software dibuat dengan
mengintegrasikan elemen-elemen data yang
telah dikumpulkan dan diolah pada tahapan
sebelumnya dan juga mempertimbangkan
evaluasi dari sistem kebakaran yang
eksisiting.Gambar berikut ini adalah framework
konseptual rancangan software
MACAM KRITERIA MACAM ELEMEN KRITERIA TERPILIH OUTPUT SISTEM KETERANGAN POSISI PADA SOFTWARE
URUTAN RUTE MENUJU LOKASI
KEBAKARAN
URUTAN RUTE DARI ATAS KE BAWAH (TITIK AWAL
KE LOKASI TUJUAN)
MUNCUL PADA LABEL DAN
KONTEN SMS
JARAK TEMPUH MENUJU KE LOKASI
KEBAKARANDALAM SATUAN KM
MUNCUL PADA LABEL
FORM
WAKTU TEMPUH MENUJU KE LOKASI
KEBAKARANDALAM SATUAN MENIT
MUNCUL PADA LABEL
FORM
JENIS OBJEK YANG
TERBAKAR
PILIH SALAH SATU DARI JENIS OBJEK
TERBAKAR YANG TERSEDIAJENIS OBJEK TERBAKAR YANG TERPILIH -
BATU BATA MATERIAL AIR
KAYU MATERIAL AIR
PLASTIK,KARET,TEKSTIL MATERIAL AIR
MATERIAL LOGAM MATERIAL AIR/MATERIAL KHUSUS
MATERIAL GAS MATERIAL POWDER /CLEAN AGENT
MATERIAL CAIR MATERIAL BUSA
LANTAI 1-4 -
LANTAI >4 BAWA TANGGA PENYELAMAT
TERJADI LEDAKAN - -
TERDAPAT TEGANGAN LISTRIK MATERIAL POWDER /CLEAN AGENT MEDIA PEMADAM YANG DIGUNAKAN UNTUK
PEMADAMAN (YANG DIREKOMENDASIKAN)MUNCUL GELOMBANG ASAP PANAS + AIR 5 RIBU LITER
1 OBJEK 5 RIBU LITER
2 OBJEK 10 RIBU LITER
> 2 OBJEK 25 RIBU LITER
PILIH SALAH SATU DARI LOKASI YANG
TERSEDIALOKASI KEBAKARAN
MUNCUL PADA KONTEN
SMS
MACAM MATERIAL
TERBAKAR
MEDIA PEMADAM YANG DIGUNAKAN UNTUK
PEMADAMAN (YANG DIREKOMENDASIKAN)
KETINGGIAN BANGUNAN TANGGA PENYELAMAT
DESKRIPSI TAMBAHAN
VOLUME TANGKI AIR UNIIT PEMADAM
KEBAKARAN YANG DIPERLUKAN UNTUK
KEPERLUAN PEMADAMANJUMLAH OBJEK YANG
TERBAKARi
ii
v
st
7
KAPASITAS JALAN
DAN KECEPATAN
KENDARAAN
RESPON KEJADIAN
KEBAKARAN
STANDAR OPERASI
VALIDASI SISTEM
INFORMASI
PENENTUAN WILAYAH
CAKUPAN UPTD
DATA SUMBER AIR
DAN SUMUR AIR
DATA JARINGAN
JALAN
(RUTE)
KENDARAAN
ANGKUT/
TRANSPORTASI
BENTUK SMS
Gambar 2. Framework konseptual rancangan
software
Framework konseptual permodelan
sistem penanganan kebakaran yang terpadu
mengintegrasikan 7 komponen yang berkaitan
dengan informasi kebakaran, antara lain respon
kebakaran, sistem verifikasi kejadian kebakaran,
penentuan wilayah lingkup tiap UPTD,
penentuan rute menuju lokasi, data jaringan
jalan, assignment kendaraan, serta lokasi sumber
air alternatif. Ketujuh komponen ini akan
diinputkan informasi dan algoritmanya didalan
software, oleh karena itu perlu dirancang
standarisasi penggunaan software dari mulai
muncul respon yang berupa panggilan
kebakaran sampai dengan unit pemadam
kebakaran siap berangkat menuju lokasi
kebakaran. Di bawah ini adalah diagram alir
penggunaan software.
START
PANGGILAN
KEBAKARAN
PENENTUAN
LOKASI
KLASIFIKASI
KEBAKARAN
PENENTUAN
UPTD YANG
DIKIRIM
PENENTUAN
RUTE MENUJU
LOKASI
VISIBILITAS POS
PEMADAM
KEBAKARAN
tidak
VEHICLE
ASSESMENT
PENENTUAN
SUMBER AIR
TERDEKAT
PENGIRIMAN SMS
INFORMASI
FINISH
Gambar 3. Level 0 diagram rancangan sistem
Keseluruhan tahapan yang terdapat pada
diagram alir tersebut dilakukan oleh operator
ruang PHB. Berdasarkan diagram alir tersebut,
alur aktivitasnya tetap disesuaikan dengan
standarisasi aktivitas yang terdapat pada waktu
tanggap penanganan kebakaran di wilayah Kota
Surabaya menurut Peraturan Walikota. Namun
yang membedakan adalah digunakannya
aplikasi software untuk mendukung
pelaksanaanaktivitas di waktu tanggap tersebut.
Di waktu tanggap yang terdapat pada
diagram alur sistem penanganan kebakaran
usulan, aktivitas verifikasi kejadian kebakaran
digunakan untuk melakukan perekapan
informasi mengenai kejadian kebakaran yang
nantinya informasi ini akan digunakan sebagai
trigger untuk menentukan tindakan apakah yang
perlu dipersiapkan dan dilakukan oleh petugas
pemadam untuk menangani kebakaran yang
dilaporkan. Berikut ini adalah level I untuk
aktivitas verifikasi kejadian kebakaran.
Gambar 4. Level I alur aktivitas verifikasi kebakaran
Inputan yang digunakan untuk tahapan
verifikasi kebakaran ini adalah informasi
mengenai kebakaran yang disampaikan oleh
penelepon di nomor 113. Di waktu yang sama,
operator menginputkan informasi-informasi
tersebut ke dalam software. Terdapat 7 kriteria
yang digunakan untuk melakukan verifikasi
kejadian kebakaran, dengan elemen kriterianya
masing-masing.
Setelah melakukan verifikasi kebakaran,
maka selanjutnya adalah penentuan UPTD yang
akan dikirim menuju ke lokasi kebakaran.
Penentuan UPTD yang dikirim ditentukan
berdasarkan waktu tempuh tiap UPTD menuju
ke lokasi. Rute yang terpilih adalah rute yang
memiliki waktu paling pendek di skala waktu
saat itu. Artinya, skala waktu yang digunakan
8
adalah skala waktu ketika menjalankan software
saat itu. Selain itu perlu juga dilakukan
verifikasi terhadap visibilitas tiap UPTD
mengirimkan petugas pemadam kebakarannya
menuju ke lokasi. Di bawah ini adalah algoritma
yang digunakan untuk melakukan penentuan
UPTD yang dikirim ke lokasi.
START
WAKTU TEMPUH
POS PEMADAM
KEBAKARAN
MENUJU LOKASI
PENENTUAN TITIK
LOKASI
KEBAKARAN
PEMILIHAN POS PEMADAM
KEBAKARAN BERDASARKAN
WAKTU
(for Xi = 1 to n ; i = 1,2,3…,8)
If Xi = 1 and Yi = 1
PENENTUAN STATUS TIAP POS
PEMADAM KEBAKARAN
(for Yi = 1 ; i = 1,2,3,4,….,8)
POS PEMADAM
KEBAKARAN
YANG DIKIRIMyes
NEXT i
no
DATABASE
JALAN
SURABAYA
Gambar 5. Level I alur penentuan UPTD yang
terkirim menuju ke lokasi
Setelah dilakukan penentuan UPTD yang
diberangkatkan menuju lokasi, maka selanjutnya
dilakukan penentuan rute menuju ke lokasi
kebakaran, Berikut ini adalah level I penentuan
rute menuju lokasi kebakaran START
UPTD
TERPILIH
PENENTUAN
SKALA WAKTU
KEBAKARAN
PERHITUNGAN
WAKTU TEMPUH
RUTE I RUTE II
JARAK RUTE PALING
PENDEK
TIDAK
PENENTUAN
KECEPATAN
KENDARAAN
ALUR RUTE
MENUJU LOKASI
KEBAKARAN
FINISH
YA
Gambar 6. Level I penentuan rute menuju lokasi
Antarmuka pada sebuah perangkat
lunak (software) berfungsi sebagai media
interaksi secara grafis antara sistem dengan user
agar mudah dalam menggunakan software
tersebut pada komputer. Software untuk sistem
penanganan kebakaran terpadu ini dibangun
dalam empat jenis form yang memiliki fungsi-
fungsi yang berbeda. Setiap form memiliki
antarmuka yang berbeda-beda. Software ini
terdiri dari empat form utama, yaitu form
Informasi kebakaran,form sms, dan form
petugas pemadam kebakaran. Fungsi dan
penampakan dari tiap form dijelaskan sebagai
berikut :
1. Form Home, adalah form yang muncul
diawal ketika prohram telah stand by dan
siap dirunning. Pada form ini ditempatkan
form-form lain yang akan dijelaskan
selanjutnya. Untuk penampakan form home
pada software adalah sebagai berikut.
Gambar 7. Tampilan form home
2. Form informasi kebakaran, yaitu form yang
digunakan untuk menginputkan informasi-
informasi mengenai kejadian kebakaran
yang disampaikan oleh penelepon yang
diterima oleh operator di nomor line 113.
Operator akan melakukan penginputan
informasi kedalam software dengan 2 buah
metode, yaitu metode checkbox dan metode
text box. Berikut ini adalah penampakan
form informasi kebakaran pada software.
9
Gambar 8. Tampilan form informasi kebakaran
3. Form notifikasi sms adalah form yang akan
muncul setelah panginputan di form
informasi kebakaran telah selesai diproses
oleh sistem.
Gambar 9. Tampilan form notifikasi sms
4. Form petugas pemadam kebakaran. Form
ini digunakan sebagai database informasi-
informasi yang berkaitan dengan petugas
pemadam kebakaran.
Gambar 10. Tampilan form petugas pemadam
kebakaran
Setelah dilakukan perancangan
antarmuka software, maka selanjutnya
perancangan standar operasi untuk menjalankan
operasi dan tahapan sistem penanganan
kebakaran yang terdapat pada software.
Software yang dirancang memiliki karakteristik
sistem yang terpadu, sehingga data-data dan
komponen database yang terkait dengan
software dikelompokkan dalam database yang
sama. Hal ini dilakukan agar saat dilakukan
running software, data-data yang dibutuhkan
dan perlu ditampilkan di dalam software dapat
dipanggil secara mudah dan cepat. Selain itu
karakteristik suatu sistem yang terpadu dapat
dilihat dari kemampuan software untuk
memadukan data-data yang terdapat di database
menjadi bagian yang terintegrasi. Salah satu
contohnya adalah menampilkan konten isi sms
yang dikirim di form notifikasi sms. Konten sms
yang muncul adalah akumulasi dan integrasi
dari data-data yang berkaitan dengan elemen
kriteria yang dipilih di form informasi
kebakaran. Begitu pula juga terintegrasinya
komponen sistem server sms gateway yang
langsung menyatu dengan software, sehingga
dapat diakses secara langsung dari software.
Untuk proses penambahan dan pengeditan data
juga bisa dengan mudah dilakukan karena
database pada software diletakkan pada aplikasi
XAMPP, sehingga ketika terdapat perubahan
terkait dengan database seperti penambahan rute
maupun perubahan rute, dapat diedit dengan
mudah.
Untuk output yang dihasilkan oleh
sistem ditampilkan pada form notifikasi sms.
Output dari sistem berupa 3 macam informasi,
yaitu informasi kebakaran, informasi mengenai
rute jalan yang ditempuh, serta informasi
tindakan yang direkomendasikan kepada
patugas pemadam kebakaran didalam
menanggulangi kebakaran yang dilaporkan.
Sebagaimana disampaikan sebelumnya bahwa
output dari software adalah informasi yang
berbentuk sms. 3 macam informasi dalam
bentuk sms akan dikirim masing-masing 1 sms.
Sehingga untuk mengirimkan informasi
tersebut, akan dikirim dalam 3 sms yang
berbeda. Bentuk dan kriteria output informasi
yang dikirimkan dalam bentuk sms untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel contoh dibawah
ini.
10
Tabel 10. Penampakan informasi yang tercantum
pada tiap sms
Kirim UPTD 1,… Bawa tangga
penyelamat.Media pemadam Busa.
Kirim 2 unit tanki 5000 Liter. 1 unit tanki
12000 Liter
PENAMPAKAN SMS 1/3
Kebakaran Pabrik material cair di
KARANG MENJANGAN. Ketinggian
bangunan tingkat 1-4.
PENAMPAKAN SMS 2/3
Rute yang ditempuh UPTD 1:
TEMBAAN,PAHLAWAN,
GEMBLONGAN,TUNJUNGAN,GUB.SURYO,
YOS SUDARSO,GUBENG POJOK
PENAMPAKAN SMS 3/3
Sms tersebut akan dikirmkan secara berurutan
kepada database kontak petugas UPTD yang
diterjunkan ke lokasi. Pembagian pengiriman
sms ini didasarkan atas kemudahan didalam
memahami konten isi dari sms yang dikirim.
Karena apabila informasi tersebut
diakumulasikan menjadi 1 sms, dikhawatirkan
akan mempengaruhi kecepatan pemahaman dari
pembaca sms dan akan kesulitan didalam
memahami informasi yang sedemikain banyak
dan mendetail. Sehingga oleh karena itulah sms
dibagi menjadi 2 bagian seperti itu.
Para subjek penerima sms bukan semua
petugas pemadam kebakaran di tiap UPTD
secara keseluruhan, namun dibatasi hanya
dikirimkan kepada peugas yang memiliki
jabatan tertentu yaitu Kepala Dinas Kebakaran
Kota Surabaya, Kepala bagian operasional,
Kepala UPTD, Komandan unit, petugas piket di
tiap UPTD, serta semua juru mudi yang terdapat
di tiap UPTD. Pembatasan ini dilakukan untuk
menghindari lamanya waktu kirim sms yang
dikarenakan kontak yang dikirimkan sms terlalu
banyak. Sehingga untuk database petugas
pemadam kebakaran hanya dibatasi untuk
petugas pemadam kebakaran yang memiliki
jabatan tersebut.
Di dalam software, telah diberikan
sebuah sistem yang dapat mendeteksi
penempatan UPTD dari tiap kontak petugas
pemadam kebakaran yang datanya diinputkan
didalan database petugas pemadam kebakaran.
Sehingga ketika terjadi kebakaran dan software
telah menentukan UPTD manakah yang
berangkat, maka hanya petugas pemadam
kebakaran yang di data kontaknya berada di
UPTD yang saat itu diberangkatkan saja yang
dikirimkan sms oleh software. Hal ini juga
mencegah lamanya waktu pengiriman sms ke
data kontak yang disebabkan terlalu banyak data
kontak yang harus dikirmkan sms. Ketika
memang software memerintahkan 2 UPTD
untuk berada dilokasi, maka sms akan
dikirmkan hanya ke 2 UPTD yang dikirimkan
sms oleh software.
3.4 Pengujian sistem usulan
Pengujian sistem penanganan kebakaran
dilakukan dengan cara membandingkan sistem
penanganan kebakaran eksisting dengan sistem
penanganan kebakaran hasil rancangan.
Pengujian ini akan membandingkan waktu
pelaksanaan sistem yang eksisting serta sistem
yang baru. Pada pengujian masing-masing
sistem, secara rinci, akan dilakukan pengukuran
waktu untuk proses penginputan data-data dan
informasi yang disampaikan oleh penelepon
kedalam software. Selain itu juga akan diukur
waktu sms diterima oleh petugas pemadam
kebakaran, waktu respon petugas UPTD
didalam menanggapi informasi kebakaran, dan
waktu unit kendaraan dan petugas menuju ke
lokasi kebakaran. Untuk sistem penanganan
kebakaran yang eksisting, untuk penentuan
waktu tanggap kebakarannya menggunakan data
–data waktu tanggap kebakaran yang dihimpun
oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan
Kota (Bappeko) Surabaya di tahun 2009.
Sedangkan untuk pengujian sistem penanganan
kebakaran usulan dilakukan di Dinas Kebakaran
Kota Surabaya dengan menggunakan software
sistem penanganan kebakaran yang dibuat.
Dibawah ini adalah rata-rata waktu tiap aktivitas
serta total waktu tanggap yang didapatkan dari
data kejadian kebakaran yang ditangani oleh
Dinas Kebakaran Kota Surabaya di tahun 2009.
11
Tabel 11. Penampakan informasi yang tercantum
pada tiap sms
MACAM AKTIVITASWAKTU RATA-RATA
(menit)
Verifikasi Kebakaran 0,73
Penentuan UPTD 0,22
Menghubungi UPTD dan
Persiapan Peralatan4,05
Perjalanan menuju lokasi 11
Gelar Peralatan 1
TOTAL WAKTU 17
Total waktu tanggap untuk sistem penanganan
kebakaran yang eksisting adalah 17 menit. Total
waktu tanggap ini melebihi standarisasi waktu
tanggap menurut Peraturan Pemerintah.
Sedangkan untuk mengetahui waktu tiap
aktivitas waktu tanggap dilakukan simulasi dan
running mengggunakan software yang telah
dibuat. Subjek yang diminta untuk menjalankan
software adalah operator ruang PHB, hal ini
dilakukan karena operator ruang PHB adalah
petugas yang mengerti tahapan dan standar
operasi penanganan kebakaran yang dilakukan
di Dinas Kebakaran Kota Surabaya. Operator
software di tahap pengujian ini akan
melaksanakan tahapan aktivitas sesuai dengan
standar proses yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sehingga brieifing dilakukan
secara step-by-step dengan cara memberikan
informasi mengenai kegunaan dari software,
kegunaan tiap tombol dan button pada simbol,
serta petunjuk teknis mengenerate informasi
yang disampaikan oleh penelepon. Di kondisi
saat pengujian, penelepon diperankan oleh
peneliti. Penelepon akan melakukan interaksi
secara verbal dengan operator software
menggunakan 2 handphone yang masing-
masing dipegang oleh penelepon (peneliti) dan
operator software. Bentuk informasi yang
diberikan oleh penelepon kepada operator
software berbentuk studi kasus. Studi kasus ini
digunakan sebagai trigger panggilan kebakaran
yang masuk ke nomor telepon 113.
Dari proses simulasi yang dilakukan,
didapatkan rata-rata waktu tiap aktivitas serta
total waktu tanggap kebakaran menggunakan
sistem penanganan kebakaran usulan seperti
ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 12. Penampakan informasi yang tercantum
pada tiap sms
MACAM AKTIVITASWAKTU RATA-RATA
(menit)
Verifikasi Kebakaran
Penentuan UPTD
Menghubungi UPTD dan
Persiapan Peralatan
Perjalanan menuju lokasi 11
Gelar Peralatan 1
TOTAL WAKTU 13
1,07
Untuk sistem penanganan kebakaran usulan,
aktivitas verifikasi kebakaran, penentuan UPTD,
serta menghubungi operator dilakukan pada
waktu yang bersamaan, artinya waktu tersebut
adalah selang waktu ketika informasi kejadian
kebakaran diinputkan kedalam sistem sampai
dengan sms yang berisi output software sampai
pada handphone petugas yang terdapat pada
kontak.
4. Analisis dan Pembahasan
Pada bab analisis dan pembahasan akan
dilakukan analisis terhadap sistem penanganan
kebakaran eksisting serta analisa perbandingan
sistem penanganan eksisting dan usulan
4.1 Analisis Sistem penanganan kebakaran
eksisting
Dari rangkaian aktivitas-aktivitas yang
terakumulasi di dalam waktu tanggap, terdapat
beberapa evaluasi. Evaluasi didapatkan melalui
proses interview dengan operator yang bertugas
di ruang PHB (Pembawa Harian Berita). Dari
hasil observasi dan interview yang dilakukan,
maka didapatkan beberapa evaluasi terkait
sistem penanganan kebakaran yang dilakukan
oleh Dinas Kebakaran Kota Surabaya antara
lain:
1. Sarana dan prasarana sistem informasi
yang terdapat di ruang PHB kondisinya
tidak dapat bekerja secara
optimal,dikarenakan usia prasarana yang
sudah tua. Salah satunya adalah radio
transmisi. Hal Ini mengakibatkan
terganggunya penginformasian berita
kejadian kebakaran kepada UPTD dan pos
pembantu karena banyak noise dan
jangkauan sinyal radio yang terbatas.
12
2. Penentuan UPTD dikirim menangani
kebakaran yang dilakukan secara manual
menimbulkan kesulitan bagi petugas
pemadam kebakaran. Penentuan secara
manual ini tidak didasarkan pada jarak
yang benar-benar riil serta waktu tempuh
menuju kelokasi, namun hanya dilakukan
estimasi menggunakan peta kota Surabaya
untuk menentukan UPTD dan pos
pembantu manakah yang dikirim. Hal ini
mengakibatkan in-efisiensi waktu serta
berpotensi menimbulkan kesalahan
penentuannya, karena estimasi yang
dilakukan oleh tiap operator yang berbeda
bisa tidak sama untuk UPTD
3. Penentuan rute menuju ke lokasi kebakaran
yang dilakukan secara manual dan tanpa
mempertimbangkan faktor-faktor yang
berpengaruh seperti rute yang tercepat,
faktor kemacetan, serta kapasitas jalan dan
lebar jalan yang dilalui. Ini dapat
mengakibatkan waktu tempuh menuju ke
lokasi kebakaran lebih dari 15 menit
dikarenakan faktor-faktor eksternal
mempengaruhi waktu tempuhnya.
4.2 Analisis keterkaitan sistem penanganan
kebakaran eksisiting dan usulan
Sistem penanganan kebakaran yang
diusulkan ini diposisikan sebagai pendukung
dari sistem penanganan kebakaran yang saat ini
telah dilakukan di Dinas Kebakaran Kota
Surabaya. Artinya, terdapat beberapa aktivitas
dari sistem penanganan kebakaran eksisting
yang masih digunakan didalam sistem
penanganan kebakaran usulan. Beberapa
aktivitas dari sistem penanganan kebakaran
eksisiting yang masih digunakan didalam sistem
usulan adalah pemberitahuan mengenai
informasi kebakaran kepada petugas di tiap
UPTD yang terkait secara langsung
menggunakan telepon dan radio pemancar.
Untuk lebih jelas mengenai pemposisian media
yang digunakan, dibawah ini adalah tabel yang
menunjukkan kelemahan dan kelebihan dari
media radio dan media sms didalam
menyampaikan informasi kebakaran.
Tabel 14. Kelebihan dan kelemahan media radio
MEDIA YANG DIGUNAKAN
MEDIA RADIO
Kecepatan tanggap terhadap informasi
kejadian kebakaran yang disampaikan cepat
Tidak perlu dilakukan briefing khusus untuk
penyampaian informasi kebakaran kepada
UPTD yang diterjunkan
Direkomendasikan untuk penyampaian
informasi kejadian kebakaran yang sifatnya
tambahan dan on-the spot
Waktu yang dibutuhkan akan terlalu lama
untuk penyampaian informasi yang sifatnya
mendetail dan banyak
Informasi kejadian kebakaran hanya dapat
disampaikan di lingkup UPTD saja, tidak dapat
menjangkau sampai kepada personal petugas
pemadam kebakaran
KELEBIHAN
KELEMAHAN
Tabel 14. Kelebihan dan kelemahan media sms
MEDIA YANG DIGUNAKAN
MEDIA SMS
Waktu yang dibutuhkan untuk
penyampaian informasi cepat
Waktu penyampaian informasi tidak
tergantung dari kuantitas isi sms yang
disampaikan
Informasi kejadian kebakaran yang
disampaikan dapat menjangkau hingga
tingkat personel petugas pemadam
kebakaran
Waktu penerimaan informasi sms
tergantung dari kuat jaringan server nya
Kecepatan tanggap terhadap informasi
kejadian kebakaran yang disampaikan
rendah
Perlu adanya komponen pendukung lain
yang perlu alokasi biaya untuk
pengadaannya (komputer,modem, dan
handphone )
KELEBIHAN
KELEMAHAN
Berdasarkan tabel diatas, dapat dicermati bahwa
untuk media komunikasi radio dan sms
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Oleh karena itulah, untuk sistem
penanganan kebakaran usulan media
komunikasi utama adalah radio, yang akan
didukung oleh informasi-informasi kejadian
kebakaran yang disampaikan lewat media sms.
13
4.3 Analisis Perbandingan Sistem eksisting
dn usulan
Pengujian Pengujian rancangan sistem
penanganan kebakaran usulan dilakukan
dengan cara membandingkannya dengan sistem
penanganan kebakaran yang dirancang agar
menyerupai sistem yang eksisting. Sistem
penanganan kebakaran yang eksisting memiliki
total waktu tanggap sebesar 17 menit.
Sedangkan untuk sistem penananganan
kebakaran usulan memiliki total waktu tanggap
sebesar 13,07 menit. Persentase pengurangan
waktu tanggap penanganan kebakaran saat
digunakan sistem usulan dibandingkan dengan
sistem eksisting adalah sebesar 76,8%.
Perbedaan ini terjadi karena pada sistem
penanganan kebakaran usulan, terdapat
penyederhanaan dan pengintegrasian beberapa
sub-aktivitas waktu tanggap menjadi hanya 1
aktivitas saja. Ini dapat dilakukan dengan
adanya rancangan software yang dapat
memberikan informasi mengenai kebakaran
secara tepat dan cepat kepada petugas pemadam
kebkaran du UPTD dengan hanya mengirimkan
format sms ke petugas. Begitu pula dengan
aktivitas penentuan UPTD yang diberangkatkan
ke lokasi kebakaran. Di sistem penanganan
kebakaran usulan, aktivitas penentuan UPTD
yang terpilih dilakukan secara otomatis oleh
software, sehingga tidak perlu dilakukan
aktivitas mengamati jalan yang terdapat pada
peta dan menentukan UPTD yang paling dekat
dengan pertimbangan subjektivitas saja.
Sehingga sistem penanganan kebakaran usulan
yang berbasisi pada teknologi sms gateway
memiliki output waktu yang lebih baik daripada
sistem yang eksisting.
5. Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil
penelitian dan saran yang berkaitan dengan
penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada
penelitian tugas akhir ini antara lain :
1. Evaluasi yang diberikan terhadap Dinas
Kebakaran Kota Surabaya dalam hal
pelaksanaan wewenang penanggulangan
kebakaran di daerah Surabaya antara lain :
Media komunikasi yang digunakan di
sistem penanganan kebakaran eksisiting
tidak dapat berfungsi optimal
Penentuan UPTD terpilih dan rute yang
ditempuh menggunakan cara manual
yang memungkinkan terjadinya
kesalahan penentuan serta in-efisien
2. Mekanisme sistem pusat kebakaran terpadu
di Surabaya menggunakan 3 bagian form
yang saling terintegrasi, yaitu form home,
form informasi kebakaran, serta form
petugas pemadam kebakaran
3. Waktu tanggap sistem penanganan
kebakaran eksisting adalah 17 menit.
Sedangkan ketika menggunakan sistem
penanganan kebakaran usulan, waktu
tanggap yang didapat adalah sebebsar 13,07
menit. Sehingga persentase berkurangnya
waktu tanggap sebesar 76,8%
4. Sistem sms gateway yang terdapat pada
software penanganan kebakaran terpadu
diposisikan sebagai sistem pendukung
media komunikasi radio dan telepon
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk
penelitian ini antara lain :
1. Kawasan yang dilungkupi oleh sistem dapat
diperluas hingga kawasan Surabaya, bukan
hanya kawasan Surabaya Timur dan Selatan
saja.
2. Elemen-elemen criteria yang dipakai
didalam sistem dapat ditambah dan
didetailkan lagi, hal tersebut perlu dilakukan
agar pelaksanaan pemadaman dapat berjalan
lebih optimal.
3. Perlu ditambahkan kriteria lebar jalan yang
dilalui untuk menuju ke lokasi kebakaran,
sehingga nantinya kriteria ini digunakan
untuk menentukan keputusan unit pemadam
kebakaran manakah yang akan dibawa ke
lokasi kebakaran.
6. Referensi
Adhiprana, B., 2009. Perancangan Prototype
Direct Notification System Untuk
Meminimasi Pre-Evacuation Time Pada
Proses Evakuasi Gedung Dengan
Menggunakan Teknologi Short Messaging
Service (Sms) Gateway. Laporan Tugas
Akhir Teknik Industri ITS.
Andi, 2008. Membangun aplikasi SMS Gateway
untuk perguruan tinggi. [Online] Available
at:
14
http://andi.staff.uii.ac.id/2008/08/13/memba
ngun-aplikasi-sms-gateway-untuk-
perguruan-tinggi/.
Association of National Fire Protection
Association and the American Water Works,
2005. Fire Suppression Rating Schedule.
Cheney, P. & Sullivan, A., 1997. Grass Fires:
Fuel, Weather, Fire Behaviour. 2nd ed.
Melbourne: CSIRO Publishing. Available
at:
http://translate.google.co.id/translate?hl=id
&langpair=en%7Cid&u=http://www.csiro.e
du.au/resources/FireSpeed.html.
Daskin, M.S., 1995. Network and Discrete
Location ; Model, Algorithms and
Applications. New York: John Wiley and
sons.
Departemen Pekerjaan Umum, 1987. Panduan
Sistem Hidran untuk Pencegah Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Rumah dan
Gedung.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI,
2011. Pengawasan K3 penanggulangan
kebakaran.
Desianto, E., 2004. Penggunaan Sistem
Informasi Geografis Untuk Mengetahui
Jalur Tercepat Mobil Pemadam Kebakaran
Serta Analisa Letak Sumber Air (Sumur Air)
Di Surabaya Pusat. Laporan Tugas Akhir
Teknik Industri ITS.
Evans, J.R. & Minieka, E., 1992. Optimization
Algorithms for Networks and Graphs. New
York: Marcel Dekker Inc.
Harjoyo, H., 2004. Evaluasi Kebutuhan Unit
Pemadam Kebakaran Pada Tiap-Tiap
Kebakaran Surabaya Dengan
Menggunakan Metode Simulasi (Studi
Kasus : Dinas Pemadam Kebakaran
Surabaya). Laporan Tugas Akhir Teknik
Industri ITS.
Heragu, Sunderesh S., 1997. Facilities design.
Boston: PWS Publishing Company.
Hidayat, A.S., 2008. Pengembangan prototype
perangkat lunak inter-office mail dynamic
courier system (IOMDCS) dengan teknologi
SMS. Laporan tugas akhir jurusan teknik
industri ITS.
Hillier, F.S. & Lieberman, G.J., 2001.
Introduction to Operation Research. New
York: McGraw-Hill.
Juwana, J.S., 2005. Panduan Sistem Bangunan
Tinggi untuk Arsitek dan Praktisi
Bangunan. Jakarta: PT. Erlangga.
Keputusan Menteri Negara PU RI No. 11 tahun
2000, n.d. Keputusan Menteri Negara
Pekerjaan Umum RI No 11 tahun 2000
tentang Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan.
Kirk, P.L., 1969. Fire Investigation. California:
Paul L. Kirk, Ph.D and Associates Berkeley.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per
04/MEN/1980, n.d.
Sudarsana, N., 2004. Analisa Stasiun Pemadam
Kebakaran Surabaya berbasis Sistem
Informasi Geografis. Laporan Tugas akhir
Teknik Industri ITS.
Sukawi, 2010. Pelajaran dari Kebakaran
Bangunan. [Online] Available at:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/
cetak/2010/01/05/93794/Pelajaran.dari.Keba
karan.Bangunan.
Tomasouw, J.F., 2008. Mengelola Komunikasi
lewat SMS Gateway. [Online] Available at:
http://jakarta.wartaegov.com/.
VISUALtron corp, 2007. [Online] Available at:
www.visualgam.com [Accessed 16 March
2011].
Wijayanto, A. & Pardede, D.L.C., 2008.
Pemanfaatan SMS Gateway dan email
Gateway untuk pengiriman Informasi di PT.
Semesta Citra Dana. In Proceeding Seminar
Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem
Intelijen (KOMMIT 2008). Jakarta, 2008.
Universitas Gunadarma.