perancangan pltb

35
Perencanaan Pembangunan PLTB di Kabupaten Sidrap Laporan : Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kelulusan Salah Satu Mata Kuliah Perancangan Energi Elektrik Oleh : Rizal Fachrul Rozi 11-2010-064 Ahmad Farid F 11-2011-054 M Ramdhan 11-2011-035 Dosen pengajar : Teguh Arfianto

Upload: jauzie-last

Post on 12-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

tugas perancangan pembangkit listrik tenaga bayu

TRANSCRIPT

Page 1: perancangan PLTB

Perencanaan Pembangunan PLTB di Kabupaten Sidrap

Laporan :

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kelulusan

Salah Satu Mata Kuliah Perancangan Energi Elektrik

Oleh :

Rizal Fachrul Rozi 11-2010-064

Ahmad Farid F 11-2011-054

M Ramdhan 11-2011-035

Dosen pengajar : Teguh Arfianto

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULSTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

BANDUNG

2015

Page 2: perancangan PLTB

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan listrik pada elemen masyarakat sangatlah besar baik

dari kalangan industri, rumah tanggga, dan kebutuhan-kebutuhan yang

lain. Kebutuhan akan listrik pada masyarakat kini semakin meningkat,

seiring kebutuhan dan pertambahan penduduk yang semakin meningkat.

Namun, peningkatan kebutuhan listrik ini tidak diiringi oleh penambahan

pasokan listrik untuk konsumen sehingga perusahan listrik di Indonesia

khususnya PLN (Perusahaan Listrik Negara) menghimbau kepada seluruh

konsumennya agar melakukan penghematan listrik dari pukul 17.00 – 22.00.

Dengan cara ini diharapkan krisis ketenagalistrikan tidak terjadi atau paling

tidak dapat diminimalisir sedini mungkin. Selain itu krisis ketenagalistrikan

terjadi karena pasokan bahan bakar utama seperti batu bara pada PLTU dan

PLTGU pasokannya sudah mulai menipis karena sudah terlalu sering

ditambang dari perut bumi.

1.2 Maksud dan tujuan

Untuk mengetahui prinsip kerja PLTB

Untuk mengetahui peralatan dari PLTB

Dapat merancang PLTB

1.3 Pembatasan masalah

Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, penyusun memiliki

alternatif lain agar terjadinya krisis ketenagalistrikan dapat diminimalisir.

Atau paling tidak, bagi para konsumen yang ingin memasang saluran

listrik baru yang daerahnya belum disambung aliran listrik dari PLN

terutama di daerah – daerah terpencil bias menikmati energi listrik.

Dengan dasar inilah penyusun mencoba untuk merancang sebuah

pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi angin.

Page 3: perancangan PLTB

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Angin

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan

juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak

dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Syarat –

syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi

listrik dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Angin kelas 3 adalah batas

minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum energi angin yang

dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.

Gambar 2.1 tabel energy angin yang dapat dimanfaatkan

Gambar 2.2 tabel kelas kecepatan angin

Page 4: perancangan PLTB

2.1.1 Faktor terjadinya angin

a. Gradien barometris

Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2

isobar yang jaraknya 111 km. Makin besar gradient

barometrisnya, makin cepat tiupan anginnya.

b. Letak tempat

Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh

dari garis khatulistiwa.

c. Tinggi tempat

Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup,

hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat

laju udara. Di permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi

yang tidak rata lainnya memberikan gaya gesekan yang besar.

Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan ini semakin kecil.

d. Waktu

Di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari.

2.1.2 Jenis – jenis angin

a. Angin Darat

Angin darat (land breeze) adalah angin yang bertiup dari arah

darat ke arah laut yang umumnya terjadi pada saat malam hari

dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00 di daerah pesisir pantai.

Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat

mencari ikan dengan perahu bertenaga angin sederhana. Pada

malam hari daratan menjadi dingin lebih cepat daripada lautan,

karena kapasitas panas tanah lebih rendah daripada air. Akibatnya

perbedaan suhu yang menyebabkan terjadinya angin laut lambat

laun hilang dan sebaliknya muncul perbedaan tekanan yang

berlawanan karena tekanan udara di atas lautan yang lebih panas

itu menjadi lebih rendah daripada daratan, sehingga terjadilah

angin darat, khususnya bila angin pantai tidak cukup kuat untuk

melawannya.

Page 5: perancangan PLTB

b. Angin Laut

Angin laut (sea breeze) adalah angin yang bertiup dari arah

laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari

pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 di daerah pesisir pantai.

Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari

menangkap ikan di laut. Angin laut ini terjadi pada siang hari.

Karena air mempunyai kapasitas panas yang lebih besar daripada

daratan, sinar matahari memanasi laut lebih lambat daripada

daratan. Ketika suhu permukaan daratan meningkat pada siang

hari, udara di atas permukaan darat meningkat pula akibat

konduksi. Tekanan udara di atas daratan menjadi lebih rendah

karena panas, sedangkan tekanan udara di lautan cenderung masih

lebih tinggi karena lebih dingin. Akibatnya terjadi gradien

tekanan dari lautan yang lebih tinggi ke daratan yang lebih

rendah, sehingga menyebabkan terjadinya angin laut, dimana

kekuatannya sebanding dengan perbedaan suhu antara daratan dan

lautan. Namun, jika ada angin lepas pantai yang lebih kencang

dari 8 km/jam, maka angin laut tidak terjadi.

c. Angin Fohn

Angin Fohn/angin jatuh adalah angin yang terjadi seusai hujan

Orografis. angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan

temperatur dan kelengasan yang berbeda. Angin Fohn terjadi

karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang

tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi lalu turun di sisi lain.

Angin Fohn yang jatuh dari puncak gunung bersifat panas dan

kering, karena uap air sudah dibuang pada saat hujan Orografis.

Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat

menimbulkan korban. Tanaman yang terkena angin ini bisa mati

dan manusia yang terkena angin ini bisa turun daya tahan

tubuhnya terhadap serangan penyakit.

Page 6: perancangan PLTB

d. Angin Munsoon

Angin Munsoon, Moonsun, muson adalah angin yang

berhembus secara periodik (minimal 3 bulan) dan antara periode

yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan yang

berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Biasanya

pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan

setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah.

Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada belahan

langit Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak

memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di

Australia terdapat pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan

di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi (kompresi).

Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua

Australia.

Di Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di

belahan bumi Utara dan angin musim Barat di belahan bumi

Selatan. Oleh karena angin ini melewati Samudra Pasifik dan

Samudra Hindia maka banyak membawa uap air, sehingga di

Indonesia terjadi musim penghujan. Musim penghujan meliputi

seluruh wilayah indonesia, hanya saja persebarannya tidak

merata. makin ke timur curah hujan makin berkurang karena

kandungan uap airnya makin sedikit.

Pada bulan April-Oktober, matahari berada di belahan langit

utara, sehingga benua Asia lebih panas daripada benua Australia.

Akibatnya, di asia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah,

sedangkan di australia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi

yang menyebabkan terjadinya angin dari australia menuju asia.

Di indonesia terjadi angin musim timur di belahan bumi selatan

dan angin musim barat daya di belahan bumi utara. Oleh karena

tidak melewati lautan yang luas maka angin tidak banyak

mengandung uap air oleh karena itu di indonesia terjadi musim

Page 7: perancangan PLTB

kemarau, kecuali pantai barat sumatera, sulawesi tenggara, dan

pantai selatan irian jaya.

Antara kedua musim tersebut ada musim yang disebut musim

pancaroba (peralihan), yaitu musim kemareng yang merupakan

peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau, dan musim

labuh yang merupakan peralihan musim kemarau ke musim

penghujan. Adapun ciri-ciri musim pancaroba yaitu : Udara terasa

panas, arah angin tidak teratur dan terjadi hujan secara tiba-tiba

dalam waktu singkat dan lebat.

Angin Munson dibagi menjadi 2, yaitu Munson Barat atau

dikenal dengan Angin Musim Barat dan Munson Timur atau

dikenal dengan Angin Musim Timur

1. Angin musim barat.

Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang

berhembus dari Benua Asia (musim dingin) ke Benua

Australia (musim panas) dan mengandung curah hujan yang

banyak di Indonesia bagian Barat, hal ini disebabkan karena

angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan

samudra. Contoh perairan dan samudra yang dilewati adalah

Laut China Selatan dan Samudra Hindia. Angin Musim Barat

menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan.

Angin ini terjadi antara bulan Oktober sampai bulan April di

Indonesia terjadi musim hujan.

2. Angin musim timur.

Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang

mengalir dari Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia

(musim panas) sedikit curah hujan (kemarau) di Indonesia

bagian Timur karena angin melewati celah- celah sempit dan

berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Ini

yang menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau.

Page 8: perancangan PLTB

Terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada

bulan Juli.

2.2 Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga angin

Pada prinsipnya pembangkit listrik tenaga bayu ini memanfaatkan energy

angin yang berhembus untuk memutarkan poros baling-baling atau turbin

angin pada pembangkit yang dimana baling-baling tersebut sudah terkopel

dengan generator dan menghasilkan listrik. Untuk kejelasan lebih

lengkapnya bisa di lihat juga di bagian instrument pada bagian turbin alat-

alat apa saja yang mendukung sampai generator bisa menghasilkan listrik.

2.3 Komponen

Berikut ini adalah gambar dari bagian-bagian yang terdapat di dalam

turbin pada kincir pembangkit listrik tenaga angin. Untuk kejelasan bagian-

bagian yang terdapat dalam turbin bisa di lihat di gambar dan penjelasan di

bawah ini.

Gambar 2.3 bagian – bagian kincir angin

1. Blades

Kebanyakan turbin baik dua atau tiga pisau. Angin bertiup di atas

menyebabkan pisau pisau untuk mengangkat dan berputar.

Page 9: perancangan PLTB

2. Rotor

Pisau dan terhubung bersama-sama disebut rotor.

3. Pitch

Blades yang berbalik, untuk mengontrol kecepatan rotor dan menjaga

rotor berputar dalam angin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk

menghasilkan listrik.

4. Brake

Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar

bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar.

5. Low speed shaft

Mengubah poros rotor kecepatan rendah.

6. Gear box

Gear menghubungkan poros kecepatan tinggi di poros kecepatan rendah

dan meningkatkan kecepatan.

7. Generator

Berfungsi mengkonversi energi putar menjadi energi listrik.

8. Controller

Pengontrol mesin mulai dengan kecepatan angin sekitar 8-16 mil per

jam (mph) dan menutup mesin turbin sekitar 55 mph. tidak beroperasi

pada kecepatan angin sekitar 55 mph di atas, karena dapat rusak karena

angin yang kencang.

9. Anemometer

Mengukur kecepatan angin dan mengirimkan data kecepatan angin ke

pengontrol.

10. Wind vane

Mengubah arah angin dan berkomunikasi dengan yaw drive untuk

menggerakkan turbin dengan koneksi yang benar dengan angin.

11. Nacelle

Berada di atas menara dan berisi gear box, poros kecepatan rendah dan

tinggi, generator, kontrol dan rem.

Page 10: perancangan PLTB

12. High speed shaft

Drive generator. Poros yang berhubungan langsung dengan rotor

generator.

13. Yaw drive

Digunakan untuk menjaga rotor menghadap ke arah angin sebagai

perubahan arah angin.

14. Yaw motor

Motor listrik yang menggerakkan yaw drive.

15. Tower

Menara yang terbuat dari baja tabung, beton atau kisi baja. Karena

kecepatan angin meningkat dengan tinggi, menara tinggi

memungkinkan turbin untuk menangkap lebih banyak energi dan

menghasilkan listrik lebih banyak.

2.4 Turbin angin

Turbin angin merupakan mesin dengan sudu berputar yang

mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik. Jika energi

mekanik digunakan langsung secara permesinan seperti pompa atau

grinding stones, maka mesin (turbin) disebut windmill. Jika energi mekanik

dikonversikan menjadi energi listrik, maka mesin disebut turbin angin atau

wind energy converter (WEC).

Turbin angin sebagai mesin konversi energi dapat digolongkan

berdasarkan prinsip aerodinamik yang dimanfaatkan rotornya. Berdasarkan

prinsip aerodinamik, turbin angin dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Jenis drag yaitu prinsip konversi energi yang memanfaatkan selisih

koefisien drag.

2. Jenis lift yaitu prinsip konversi energi yang memanfaatkan gaya lift.

Pengelompokan turbin angin berdasarkan prinsip aerodinamik pada rotor

yang dimaksud yaitu apakah rotor turbin angin mengekstrak energi angin

memanfaatkan gaya drag dari aliran udara yang melalui sudu rotor atau

rotor angin mengekstrak energi angin dengan memanfaatkan gaya lift yang

Page 11: perancangan PLTB

dihasilkan aliran udara yang melalui profil aerodinamis sudu. Kedua prinsip

aerodinamik yang dimanfaatkan turbin angin memiliki perbedaan putaran

pada rotornya, dengan prinsip gaya drag memiliki putaran rotor relatif

rendah dibandingkan turbin angin yang rotornya menggunakan prinsip gaya

lift.

Gambar 2.4 turbin angin horizontal dan vertical

Jika dilihat dari arah sumbu rotasi rotor, turbin angin dapat dibagi menjadi

dua bagian yaitu :

1. Turbin angin sumbu horizontal (TASH)

Turbin angin sumbu horizontal (TASH) memiliki poros rotor utama

dan generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan

oleh sebuah baling-baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana,

sedangkan turbin berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah

sensor angin yang digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar

memiliki sebuah gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan

menjadi lebih cepat berputar.

Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya,

turbin biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah

turbin dibuat kaku agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh

angin berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-bilah itu diletakkan

di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan.

Page 12: perancangan PLTB

Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan

realibilitas begitu penting, sebagian besar TASH merupakan mesin

upwind (melawan arah angin). Meski memiliki permasalahan turbulensi,

mesin downwind (menurut jurusan angin) dibuat karena tidak

memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap sejalan dengan

angin, dan karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-

bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan

dengan demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilah-bilah itu.

Gambar 2.5 turbin angin sumbu horizontal

2. Turbin angin sumbu vertikal (TASV)

Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki

poros/sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama

susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi

efektif. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah

anginnya sangat bervariasi. VAWT mampu mendayagunakan angin dari

berbagai arah.

Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa

ditempatkan di dekat tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan

lebih mudah diakses untuk keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan

Page 13: perancangan PLTB

sejumlah desain menghasilkan tenaga putaran yang berdenyut. Drag

(gaya yang menahan pergerakan sebuah benda padat melalui fluida (zat

cair atau gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar.

Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering

dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau

puncak atap sebuah bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada

ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia adalah energi angin yang

sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain mampu

menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai

permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan

bearing wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau

mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang

dipasangi menara turbin kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini

merupakan titik optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi

angin yang minimal.

Gambar 2.6 turbin angin sumbu vertical

Page 14: perancangan PLTB

2.5 Contoh Spesifikasi Turbin PLTB

Berikut ini adalah beberapa gambar dari spesifikasi turbin untuk

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).

Page 15: perancangan PLTB

Sistem kelistrikan PLTB dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Kecepatan konstan

b. Kecepatan berubah

Kecepatan konstan

Keuntungan

a. Murah, sistemnya sederhana dan kokoh.

b. Menghasilkan dfaya max pada satu nilai kecepatan angin.

c. Menggunakan generator tak serempak.

d. Cocok diterapkan pada daerah yang memiliki potensi kecepatan angin

yang besar.

Kelemahan

a. Generator memerlukan daya reaktif untuk bisa menghasilkan listrik.

b. Sistem ini rentan terhadap pulsating power menuju grid.

c. Rentan tyerhadap perubahan mekanis secara tiba-tiba.

Gambar Sistem PLTB kecepatan Konstan

Page 16: perancangan PLTB

BAB III

PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU

3.1 Potensi energy angin di Indonesia

Daerah pantai merupakan salah satu tempat yang dapat dimanfaatkan

secara maksimal sebagai daerah pengembangan energi terbarukan, dalam hal

ini Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Indonesia, negara kepulauan yang 2/3

wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia

yaitu ± 80.791,42 Km merupakan wilayah potensial untuk pengembangan

pembanglit listrik tenaga angin. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

oleh Pusat Meteorologi dan Geofisika, tentang penilaian potensi energi angin

di Indonesia. Berikut ini adalah peta potensi energi angin di Indonesia yang

dapat digunakan sebagai referensi dalam mengembangkan pembangkit listrik

tenaga angin di Indonesia. Perbedaan kecepatan udara terlihat dari perbedaan

warnanya. Biru menyatakan kecepatan udara rendah, sedangkan hijau,

kuning, merah dan sekitarnya menyatakan semakin besarnya kecepatan angin.

Gambar 3.1 peta potensi angin Indonesia

Page 17: perancangan PLTB

00.00-05.00

05.00-09.00

09.00-14.00

14.00-17.00

17.00-21.00

21.00-24.00

0

2

4

6

8

10

12

14

Grafik Kecepatan Angin Terhadap Waktu

Kecepatan Angin (m/s)

Waktu

Kece

pata

n an

gin

(m/s

)

Gambar 3.2 Grafik kecepatan angin terhadap waktu

Dari grafik diatas maka dapat dibuat sebuah pembangkit listrik tenaga

dengan kecepatan angin rata-rata 9m/s.

3.2 Daya yang akan dibangkitkan

Pembangkit angin dan surya hybrid yang akan dibangkitkan dayanya adalah

sebesar 1000 kW dengan pembagian antara angina dan surya adalah 50:50.

Jadi daya yang akan dibangkitkan untuk pembangkit angin adalah sebesar

500 kW.

Page 18: perancangan PLTB

3.3 Data beban

Gambar 3.3 grafik data beban

3.4 Pemilihan komponen

3.4.1 Pemilihan kincir/baling – baling

Untuk pemilihan kincir yang akan digunakan dilihat dari potensi angin

yang dapat memutar kincir tersebut. Potensi angin rata – rata adalah 9

m/s dengan potensi angin minimum 6 m/s dan potensi angin

maksimum 12 m/s. Maka dipilihlah kincir jenis kincir hummer

dengan gambar dan spesifikasi sebagai berikut :

Page 19: perancangan PLTB

Gambar 3.4 Kincir Hummer

Spesifikasi kincir Hummer:

3.4.2 Baterai dan spesifikasinya

Page 20: perancangan PLTB

3.4.3 Inverter dan spesifikasinya

Page 21: perancangan PLTB

3.5 Karakteristik kerja turbin angin

Gambar Karakteristik kerja turbin angin

Gambar diatas menunjukkan pembagian daerah kerja dari turbin angin. Daerah kerja turbin angin dibagi menjadi 3 yaitu

a. Cut in speedb. Kecepatan kerja angin rata-ratac. Cut out speed

Secara ideal, turbin angin dirancang dengan kecepatan cut in yang seminimal mungkin, kecepatan nominal yang sesuai dengan potensi angin lokal dan kecepatan cut out yang semaksimal mungkin. Namun secara mekanis kondisi ini sulit diwujudkan karena kompensasi dari perancangan turbin angin dengan kecepatan maksimal (Vcut off) yang besar adalah Vcut dan Vrated yang relatif akan besar pula. Penentuan kecepatan angin suatu daerah dapat juga dilakukan dengan metoda probalistik distribusi weibull dalam mengolah kumpulan data hasil survey.

Page 22: perancangan PLTB

Gambar Penentuan kecepatan angin rata-rata suatu daerah

3.6 Data Daerah

Gambar Peta Provinsi Sulawesi Selatan

Kabupaten Sidenreng Rappang atau dipanggil Sidrap merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, ibu kotanya Pangkajene Sidenreng, sekitar 180 km dari kota Makassar dan dapat dihubungi sekitar 4 jam dengan

Page 23: perancangan PLTB

menggunakan kenderaan. Dari kota Parepare, pusat kawasan pengembangan ekonomi di Sulawesi Selatan sekitar 95 km. Luas wilayah 2,506.19 km². Jumlah penduduk sekitar 250,000 orang. Secara geografi Kabupaten Sidrap terletak pada koordinat antara 3° 43’ sampai 4° 09’ Lintang Selatan dan 119° 41’ sampai 120° 10’ Bujur Timur. Bustanuddin menjelaskan, secara umum untuk energi angin di Sulsel kecepatannya sedang berkisar 2-4 m/detik. Pada beberapa daerah tertentu seperti Takalar, Bulukumba, Sidrap dan Selayar kecepatan anginnya lebih dari 4 m/detik, sehingga cukup memadai untuk pembangkit listrik skala kecil yang sesuai dipasang di derah pedesaan. Jumlah penduduk miskin 6% dari 250000 jiwa = 0.06 x 250000 = 150000 jiwaDari jumlah rumah tangga yang ada = 0.06 x 67025 = 4021.5 rumah tangga yang miskin

Untuk rumah tangga yang miskin disamaratakan menggunakan daya 1300

watt sehingga total daya yang dibutuhkan 1300 x 4021.5 = 5227950 watt ≈

5.5 MW

Untuk rumah tangga kalangan menegah keatas menggunakan daya 2200

watt sehingga total daya yang dibutuhkan 2200 x 63003.5 = 151208400

watt ≈150 MW

Sehingga daya yang diperlukan untuk kabupaten sidrap adalah 155.5 MW.

Page 24: perancangan PLTB

Tabel Geografis Kabupaten Sidrap

Page 25: perancangan PLTB

Tabel Sosial Kabupaten Sidrap

Gambar Peta Kabupaten Sidrap

Page 26: perancangan PLTB