perancangan islamic center dengan kearifan lokal di

88
i PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI MAKASSAR Skripsi diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Disusun dan diajukan oleh DIKA ANNISA 105830006015 PADA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2019

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

i

PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN

LOKAL DI MAKASSAR

Skripsi

diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Arsitektur

Fakultas Teknik

Disusun dan diajukan oleh

DIKA ANNISA

105830006015

PADA

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2019

Page 2: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

iv

Page 3: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

v

Page 4: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,

karena rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyusun

proposal tugas akhir ini, dan dapat penulis selesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan Akademik

yang harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan Program Studi pada

Pogram Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Makassar. Adapun Judul tugas akhir kami adalah: Islamic Center dengan

Kearifan Lokal di Kota Makassar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan ini

masih terdapat kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan penulis

sebagai manusia biasa tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan baik itu

ditinjau dari segi teknis penulisan maupun dari perhitungan-perhitungan.

Oleh karena itu penulis menerima dengan ikhlas dan senang hati segala

koreksi serta perbaikan guna penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat

bermanfaat.

Skripsi ini dapat terwujud berkat adaanya bantuan, arahan, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan

dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. DR. H. Abdul Rahman Rahim, M.M. sebagai Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 5: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

v

2. Bapak Ir. Hamzah Al Imran, S.T., M.T. sebagai Dekan Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Irnawaty Idrus, S.T., M.T. sebagai Ketua Prodi Arsitektur Fakultas

Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Ir. Mursyid Mustafa, M.Si. sebagai pembimbing I dan Bapak

Sahabuddin, S.T., M.T. sebagai pembimbing II yang telah dengan

ikhlas memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi

ini.

5. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai pada Fakultas Teknik atas

segala waktunya telah mendidik dan melayani penulis selama

mengikuti proses belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah

Makassar.

6. Kedua orangtua dan kakak-kakak tercinta, terimakasih yang sebesar-

besarnya atas segala limpahan dukungan, doa dan pengorbananya

terutama dalam bentuk materi dalam menyelesaikan kuliah.

7. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas teknik terkhusus Angkatan 2015.

Semoga semua pihak tersebut di atas mendapat pahala yang

berlipat ganda di sisi Allah SWT dan skripsi yang sederhana ini dapat

bermanfaat bagi penulis, rekan-rekan, masyarakat serta bangsa dan

Negara. Amin.

Makassar, Agustus 2019

Penulis

Page 6: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

vi

ABSTRAK

Islamic Center merupakan pusat kegiatan keislaman yang meliputi ibadah,

mu’amalah dan dakwah atau selain tempat beribadah, juga sebagai

tempat pembinaan dan pengembangan agama Islam. Pelaku dalam

Islamic Center ini yaitu pengelola, pengunjung umum dan pengunjung

khusus yang akan mengikuti pusat pelatihan dan pendidikan. Masjid saja

tidak cukup untuk menampung kegiatan pengembangan dan pembinaan

agama Islam tersebut, sehingga perlu diadakan sentra-sentra kegiatan

budaya keislaman seperti Islamic Center di daerah yang mayoritas

penduduk muslim. Sama halnya dengan budaya lokal yang perlu

dilestarikan di era modern ini. Di beberapa tempat di Indonesia sudah

terdapat cukup banyak masjid maupun Islamic Center yang menerapkan

identitas dan karakter tradisional dari suatu daerah, contoh paling banyak

adalah masjid-masjid di pulau Jawa. Sedangkan di Makassar, Sulawesi

Selatan, masih jarang atau bahkan belum ada Islamic Center yang

menggunakan identitas dan karakter arsitektur tradisional Bugis. Kearifan

lokal dalam perancangan Islamic Center ini merupakan upaya

memadukan konsep tradisional dengan prinsip arsitektur Islam yang

ternyata saling berintegrasi satu sama lain. Dengan adanya persamaan

konsep tradisional dan prinsip Islam, maka ekspresi yang akan dihadirkan

dalam perancangan Islamic Center terdiri dari unsur-unsur arsitektur lokal

sesuai dengan wujud kearifan lokal setempat, yaitu ciri arsitektur

tradisional Bugis dengan mewujudkan unsur intangible menjadi tangible

baik secara ciri maupun secara dekoratif.

Kata kunci : Islamic Center, kearifan lokal, konsep tradisional

Page 7: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

vii

ABSTRACT

Islamic Center is a center of activities that include worship, mu'amalah and

da'wah or other than places for worship, as well as a place for fostering

and developing Islamic religion. Actors in this Islamic Center are

managers, general visitors and special visitors who will visit the training

and education center. The mosque alone is not enough to support the

activities of developing and fostering the Islamic religion, so it is necessary

to hold centers of cultural activities such as Islamic Centers in areas that

need Muslim populations. It's the same with local culture that needs to be

preserved in this modern era. In some places in Indonesia there are

already quite a number of mosques or Islamic centers that have traditional

identities and characters from the regions, the most common examples

are mosques on the island of Java. While in Makassar, South Sulawesi,

there is still rarely or even no Islamic Center that uses the identity and

character of traditional Bugis architecture. Local wisdom in the design of

the Islamic Center is an effort to combine traditional concepts with Islamic

principles that exchange with one another. By presenting traditional

concepts and Islamic principles, the statement that will be presented in the

design of the Islamic Center consists of no-local architecture in

accordance with local wisdom, namely traditional Bugis architecture by

making intangibles into tangibles in accordance with the features provided.

Keywords : Islamic center, local wisdom, traditional concept

Page 8: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

viii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

BAB I ............................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3

C. Tujuan dan Sasaran ............................................................................... 3

D. Metode Perancangan............................................................................. 4

E. Skema Pemikiran ................................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 7

BAB II ............................................................................................................... 8

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 8

A. Islamic Center ......................................................................................... 8

1. Kearifan Lokal Arsitektur Tradisional Bugis ..................................... 9

B. Persyaratan Islamic Center ................................................................. 19

Page 9: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

ix

C. Pengertian Masjid dan Elemen-Elemennya ....................................... 27

D. Konsep Perancangan dalam Islam ..................................................... 30

E. Studi Banding Proyek Sejenis ............................................................. 32

BAB III ............................................................................................................. 34

ANALISIS PERENCANAAN............................................................................... 34

A. Analisis Tapak ...................................................................................... 34

1. Analisis Sirkulasi ............................................................................. 37

2. Analisis Kebisingan dan Polusi Udara ......................................... 39

3. Analisis Pandangan (View) ............................................................. 41

4. Analisis Pergerakan Matahari ......................................................... 42

B. Analisis Fungsi dan Program Ruang .................................................. 43

1. Fungsi ............................................................................................ 43

2. Pengguna dan Aktivitas................................................................ 44

3. Kebutuhan Ruang ......................................................................... 46

4. Besaran Ruang ............................................................................. 47

5. Pola Organisasi Ruang ................................................................ 56

6. Orientasi Bangunan ...................................................................... 56

C. Analisis Tampilan Bentuk Bangunan .................................................. 57

1. Jenis Massa Bangunan ................................................................ 57

2. Bentuk dan Tampilan Bangunan ................................................. 58

D. Analisis Kelengkapan Bangunan ........................................................ 59

1. Sistem Struktur .............................................................................. 59

2. Sistem Penghawaan ..................................................................... 60

3. Sistem Pencahayaan .................................................................... 61

Page 10: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

x

4. Sistem Sanitasi dan Plumbing ..................................................... 61

5. Sistem Keamanan......................................................................... 62

6. Sistem Sirkulasi Vertikal ............................................................... 63

7. Analisis Bahan/Material ................................................................ 63

E. Analisis Pendekatan Bangunan .......................................................... 64

BAB IV ............................................................................................................. 65

KONSEP PERANCANGAN ............................................................................... 65

A. Konsep Tapak ...................................................................................... 65

B. Konsep Pemrograman Ruang............................................................. 67

C. Konsep Tampilan Bentuk Bangunan .................................................. 68

D. Konsep Kelengkapan Bangunan ........................................................ 69

BAB V ............................................................................................................. 73

KESIMPULAN.................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 74

LAMPIRAN

Page 11: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1. Skema alur pemikiran 6

Gambar 2. Penjabaran makro kosmos dan mikro kosmos 12

Gambar 3. Denah rumah adat Bugis-Makassar 14

Gambar 4. Bagian-bagian utama system struktur rumah Bugis 14

Gambar 5. Sistem struktur kolom dan balok 15

Gambar 6. Karakteristik struktur rumah Bugis Makassar 15

Gambar 7. Struktur Atap rumah adat Bugis Makassar 16

Gambar 8. Motif kaligrafi 17

Gambar 9. Motif Gambara Bunga 17

Gambar 10. Motif kepala kerbau & Naga 17

Gambar 11. Motif Sulappa Eppa (bentuk belah ketupat) 18

Gambar 12. Keterkaitan arsitektur tradisional dan objek perancangan 31

Gambar 13. Al-Markaz Makassar, jl. Masjid Raya 32

Gambar 14. Kegiatan di luar dan di dalam Al-Markaz 33

Gambar 15. Lokasi Tapak 34

Gambar 16. Kondisi sekitar tapak 36

Gambar 17. Jalur Pencapaian pada Tapak 37

Gambar 18. Skema Fungsi Ruang 44

Gambar 19. Diagram Organisasi Ruang 56

Gambar 20. Konsep Sulappa Appa Orang Bugis 58

Gambar 21. Prinsip Dasar Perancangan 59

Page 12: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

xii

Gambar 23. Skema Jalur Air Bersih 61

Gambar 24. Skema Jalur Air Kotor 62

Gambar 25. Konsep Sirkulasi 65

Gambar 26. Sirkulasi parkir lurus 65

Gambar 27. Konsep kebisingan & polusi udara 66

Gambar 28. Konsep kebisingan 66

Gambar 29. Konsep view 67

Gambar 30. Konsep program ruang 67

Gambar 31. Konsep tampilan bentuk bangunan 69

Gambar 32. Konsep tampilan bentuk bangunan 69

Gambar 33. Konsep Struktur Atap 69

Gambar 34. Konsep balok dan sambungan baja 70

Gambar 35. Konsep struktur pondasi 70

Gambar 36. Konsep pencahayaan buatan di sirkulasi tapak 70

Gambar 37. Konsep plumbing 71

Gambar 38. Konsep penangkal petir 71

Gambar 39. Konsep material 72

Page 13: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Analisis Pemilihan Lokasi 35

2. Analisis Sirkulasi 37

3. Analisis Kebisingan dan Polusi Udara 39

4. Analisis View 41

5. Analisis Pergerakan Matahari 42

6. Besaran Ruang Masjid 48

7. Besaran Ruang Kantor Pengelola 49

8. Besaran Ruang Pusat Pembinaan, Pengembangan dan Penelitian 51

9. Besaran Ruang Pusat Konsultasi ke-Islaman 52

10. Besaran Ruang Multi Fungsi 53

11. Besaran Ruang Pujasera/Kantin 53

12. Besaran Ruang Pos Keamanan 54

13. Besaran Ruang Servis dan Lapangan Parkir 54

14. Total Besaran Ruang 55

15. Analisis Jenis Massa Bangunan 57

Page 14: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan bangsa yang majemuk tidak hanya

terlihat dari beragamnya jenis suku bangsa, namun juga dari beragamnya

agama yang dianut. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 dan Pancasila

dengan sila pertamanya merupakan komitmen yang menjamin kebebasan

setiap warga negara untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinan

masing-masing dan merupakan hak yang dimiliki sejak lahir di dunia, hal

tersebut tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun dan tidak dapat

dipaksakan.

Indonesia diketahui sebagai negara yang mayoritas

penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Dalam sensus Badan Pusat

Statistik tahun 2010, agama yang paling banyak dianut adalah agama

Islam dengan persentase 87,18%, Kristen 6,96%, Katholik 2,91%, Hindu

1,69%, Buddha 0,72% dan Kong Hu Chu 0,05%. Kota Makassar yang

termasuk salah satu kota terbesar di Indonesia, memiliki total penduduk

sebanyak 1.193.497 orang, dengan mayoritas beragama Islam sebanyak

983.006 (82%) dan minoritas terbesar yaitu Kristen sebesar 181.212

(15%), terdiri dari 114.631 (9%) Protestan dan 66.581 (6%) Katholik (BPS

Sulawesi Selatan tahun 2015).

Masjid berarti simbol dan tempat ibadah bagi umat Islam.

Sebagai kota dengan angka mayoritas penduduk muslim, Makassar

Page 15: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

2

memiliki sebanyak 907 masjid berdasarkan Sistem Informasi Masjid.

Menurut sumber yang dikutip dari halaman Kumparan (2018) bangunan

masjid atau mushallah lebih baik bejarak maksimal 500 meter agar dapat

meringankan kepadatan jalan di saat peak season seperti sholat jum’at,

sholat ‘Id, serta tabligh akbar. Selain masalah jarak, masjid yang berfungsi

sebagai tempat ibadah belum sepenuhnya memenuhi fasilitas untuk

mencari ilmu dan pengetahuan tentang Islam, sehingga perlu wadah yang

lebih luas yang dapat memberikan pembinaan keagamaan, wadah

tersebut ialah Islamic Center.

Menurut Rupmoroto (dalam Erdiono & Mastutie, 2015) selain

tempat untuk beribadah, Islamic Center juga merupakan tempat kegiatan

mu’amalah dan dakwah sehingga disebut pusat aktivitas kebudayaan

islam dan pengembangan ajaran islam. Dimana umat muslim dan

masyarakat mendapatkan informasi tentang agama islam.

Norma agama dan filosofi-filosofi spiritual selalu melekat pada

peninggalan para leluhur di setiap daerah, seperti pembuatan rumah-

rumah tradisional (Mustafa dkk., 2015; Zulkarnain & Hildayanti, 2018). Di

beberapa tempat di Indonesia sudah terdapat banyak masjid maupun

Islamic Center yang menerapkan identitas dan karakter tradisional dari

suatu daerah, contoh paling banyak adalah masjid-masjid di pulau Jawa,

salah satunya Masjid Agung Demak di Demak, Jawa Tengah yang

desainnya sangat mencerminkan identitas budaya Jawa melalui wujud

arsitektur rumah tradisional Jawa (Zaki dkk., 2016). Sedangkan di

Page 16: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

3

Makassar, Sulawesi Selatan, jarang atau bahkan belum ada Islamic

Center yang menggunakan identitas dan karakter dari arsitektur rumah

tradisional Bugis.

Dari pernyataan di atas, maka diperlukan wadah yang dapat

memenuhi kebutuhan keagamaan dan sosial umat Islam yakni berupa

Islamic Center dengan pendekatan kearifan lokal sebagai upaya

melestarikan ciri khas budaya Sulawesi Selatan dengan menghadirkan

arsitektur tradisional bugis ke dalam desain.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan

permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana mewujudkan pusat pengembangan kegiatan Islam di

Makassar yang dapat menunjang kegiatan ibadah, dakwah dan

mu’amalah?

b. Bagaimana konsep pengelompokan fasilitas dan menciptakan

kenyamanan pengunjung?

c. Bagaimana merancang Islamic Center yang menunjukkan

perpaduan nilai lokal dengan nilai-nilai ke-Islaman?

C. Tujuan dan Sasaran

a. Membuat suatu wadah atau sentra yang mampu menampung

segala fasilitas kegiatan keislaman, yaitu Islamic Center.

Page 17: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

4

b. Membuat wadah Islamic Center yang menyediakan fasilitas

untuk melestarikan kualitas kehidupan beragama dan peran

sosial masyarakat, yang disesuaikan dengan standar bangunan.

c. Menunjukkan perpaduan nilai-nilai ke-Islaman dan arsitektur

tradisional Bugis Makassar dalam desain yang tangible pada

pembagian zona, struktur, bentuk dan ornamen.

D. Metode Perancangan

Metode perancangan adalah sistem yang diperlukan untuk

mendapatkan informasi, gambaran, atau pun ide yang menunjang proses

perencanaan dan perancangan. Ada pun metode yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Langkah awal penulisan ini ialah mengumpulkan tentang isu-isu

faktual yang menjadi latar belakang pemilihan judul kemudian

memperoleh data-data di lapangan seperti lokasi, kondisi tapak, dan

pengguna.

Dalam pengumpulan data ini digunakan dua metode yaitu:

a. Metode Observasi: yaitu melakukan pengamatan secara langsung

tentang lokasi mana yang menjadi tempat startegis untuk

pembangunan Islamic Center.

b. Metode Studi Literatur: yaitu dengan mempelajari, memahami

literatur dan pencarian sumber-sumber tentang pendirian Islamic

Center, pustaka tentang konsep kearifan lokal dalam arsitektur,

Page 18: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

5

sebagai pedoman untuk memperkuat teori-teori dan mendukung

analisa yang dibuat dalam penyusunan proposal ini.

2. Analisis

Menganalisa data primer dan data sekunder tentang Islamic

center sehingga diperoleh potensi-potensi dan masalah-masalah yang

akan dihadapi pada proses desain. Menganalisa masalah dan potensi

pada tapak, bentuk, kebutuhan ruang, struktur dan utilitas, serta

menganalisa tema arsitektur islam terhadap rancangan. Analisa ini

digunakan sebagai bahan pertimbangan pada perancangan.

3. Konsep

Hasil analisa terhadap tapak, bentuk, ruang, struktur dan utilitas

yang digunakan untuk menentapkan konsep perancangan yang akan

diterapkan pada desain. Penentuan konsep harus sudah

mempertimbangkan tema arsitektur islam.

4. Desain

Hasil analisa dan konsep perancangan tapak, bangunan,

penataan vegetasi dijelaskan dalam bentuk perwujudan fisik. Teknik

peyajian gambar perancangan akan menggunakan gambar secara digital

dengan menggunakan aplikasi autocad dan sketch up.

Page 19: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

6

E. Skema Pemikiran

Gambar 1. Skema alur pemikiran Sumber: Analisis penulis, 2019

Page 20: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

7

F. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang, rumusan

masalah perancangan, tujuan perancangan, kerangka

berpikir dan sistematika penulisan.

Bab II: Studi pustaka, menjelaskan tentang deskripsi proyek yang

terdiri dari tinjauan pustaka tentang proyek, penekanan

konsep perancangan bangunan yang dintegrasikan dengan

nilai-nilai keislaman dan studi banding proyek sejenis.

Bab III: Analisa perencanaan, memuat analisa-analisa dari seluruh

kondisi-kondisi eksisting dari pemilihan lokasi, tapak,

program ruang, tampilan bentuk bangunan dan member

solusi/tanggapan untuk menghasilkan perancangan produk

yang diharapkan.

Bab IV: Konsep perancangan, menjelaskan tentang konsep

pemilihan lokasi, tapak, program ruang, tampilan bentuk

bangunan dan kelengkapan bangunan.

Bab V: berisi tentang kesimpulan yang diambil dari permasalahan

yang ada di pendahuluan, tinjauan pustaka, dan landasan

teori yang akan digunakan membahas permasalahan dalam

tugas akhir ini.

Page 21: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Islamic Center

Masjid merupakan simbol utama dalam agama islam, yang berfungsi

sebagai tempat beridah. Pada jaman Rasulullah SAW., masjid sebenarnya

tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah melaikan juga pusat-pusat

kegiatan umat muslim dan sebagai tempat berbagai acara. Hal tersebut

menjadikan masjid sebagai pusat hidup manusia dan Islamic Center tentu

merupakan masjid tetapi fasilitasnya lebih banyak dan skala yang lebih

luas.

Pengertian Islamic Center sebagai pusat pembinaan,

pengembangan dan pendidikan serta kebudayaan Islam dapat diartikan

lebih terperinci seperti di bawah ini:

a. Pengkajian; studi disertai penelitian terhadap bahan-bahan

kepustakaan maupun terhadap segi-segi amalah yang hidup dan

berkembang di masyarakat.

b. Pendidikan; yang terdapat di dalam Islamic Center yakni bentuk

pendidikan non-formal, yaitu:

1. Forum temu pandapat untuk saling melengkapi antara ulama

serta cendikiawan muslim.

2. Pendidikan dan pembinaan masyarakat melalui pendidikan

non formal.

3. Taman pengajian anak/TPA.

Page 22: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

9

c. Kebudayaan: kebudayaan Islam yang menjadi bagian yang

integral dalam kebudayaan Indonesia.

Pada tahun 1981 Rupmoroto (lihat Musani, 2018) menyatakan

bahwa Islamic Center merupakan tempat yang menampung beberapa

kegiatan dan penunjang keislaman diantaranya kegiatan ibadah,

mu’amalah dan dakwah. Islamic Center juga mempunyai peran sebagai

pusat atau sentra informasi keislaman baik bagi umat muslim maupun

masyarakat yang ingin mengetahui lebih dalam tentang Islam.

1. Kearifan Lokal Arsitektur Tradisional Bugis

Kearifan Lokal (local wisdom) adalah kebijaksanaan, penuh

kearifan, tindakan cerdas, bernilai baik yang memuat nilai-nilai kebaikan

universal dari manusia. Kearifan lokal mengandung nilai ajaran agama

dan nilai luhur, oleh karena itu dijalankan secara mentradisi untuk

menandai ketinggian budaya dan peradaban masyarakat setempat,

secara terus-menerus dapat dijadikan pegangan hidup. Kearifan lokal

berwujud fisik (tangible) dan non fisik atau spiritual (intangible) (Soedigdo

dkk, 2014; Yunus, 2015).

Arsitektur tradisional Bugis merupakan bentuk lain dari kearifan lokal

yang tangible namun didalamnya terdapat nilai-nilai pengetahuan secara

lisan (intangible) berkaitan erat dengan norma agama yang dijadikan

sebagai salah satu patokan dalam mendirikan bangunan, tercermin pada

filosofi-filosofi yang ada di dalamnya. Keragaman bentuk, struktur, fungsi,

dan ragam hias pada rumah adat banyak dipengaruhi oleh sistem

Page 23: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

10

kepercayaan, keyakinan maupun agama. Rumah Adat Bugis memiliki

beberapa bentuk, struktur, dan fungsi ruang yang merepresentasikan nilai

dan norma sosial, budaya, dan agama.

Perancangan Islamic Center ini memanfaatkan potensi arsitektur

lokal sebagai acuan desainnya, karena dalam perkembangannya, Islam

pun berkembang dengan lokalitas budaya yang ada pada daerah itu

sendiri. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnain & Hildayanti

(2018) mengenai integrasi konsep Islami dan rumah adat Bugis,

menyatakan bahwa terdapat beberapa unsur kesamaan pola ruang rumah

Islami dengan pola ruang rumah tradisional Bugis, diantaranya: 1) Dari

segi Habluminallah; orientasi rumah cenderung menghadap kiblat,

ruangan anak pria dan wanita terpisah, gentong air ditempatkan dekat

tangga naik supaya penghuni/tamu mensucikan kaki sebelum masuk

rumah (thaharah), penempatan jendela/bukaan sebagai pencahayaan

alami, penempatan WC tidak menghadap kiblat; 2) Dari segi

Habluminannas; penempatan teras sebagai area untuk menerima tamu,

memberikan rasa nyaman dan akrab kepada tamu yang datang

berkunjung (silaturahmi); 3) Dari segi Habluminal’alam; ornamen yang

berunsur tumbuhan dan kaligrafi, sesuai dalam al-Qur’an menegaskan

tentang kesadaran terhadap lingkungan dan realitas lingkungan; 4)

Secara garis besar bentuk denah rumah dalam konsep Islami yakni

berbentuk persegi empat dimana dalam denah tersebut telah dibagi

ruang-ruang yang dibutuhkan sesuai dengan syariat Islam, hal ini dapat

Page 24: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

11

diperhatikan pada denah rumah Khadijah al Kubra dan bilik-bilik istri

Rasullah SAW. yang berbentuk persegi, begitupun dengan denah rumah

tradisional Bugis berbentuk segi empat.

Segi empat merupakan salah satu unsur erat dalam masyarakat

bugis yang biasa disebut “Sulappa Appa” yang berarti aspek kehidupan

manusia tidaklah sempurna bila tidak bebrbentuk segi empat. Filosofi ini

bersumber dari “mitos” asal mula kejadian manusia yang diyakini terdiri

dari empat unsur, yaitu : tanah, air, api, dan angin.

Bagi masyarakat tradisional Bugis-Makassar selalu mengaitkan

dengan filosofi-filosofi yang berhubungan dengan alam, kehidupan dan

manusia. Seperti rumah tradisional Bugis Makassar dipengaruhi oleh

pemahaman “Struktur kosmos” berarti alam terbagi atas tiga bagian yaitu

“alam atas”, “alam tengah”, dan “alam bawah”. Sir (2016) menuliskan

bahwa rumah tradisional orang Bugis tersusun dari tiga tingkatan yang

berbentuk “segi empat”, dibentuk dan dibangun mengikuti model kosmos

menurut pandangan hidup mereka, anggapannya bahwa alam raya

(makro-kosmos) ini tersusun dari tiga tingkatan, yaitu alam atas atau

“banua atas”, alam tengah “banua tengah” dan alam bawah “banua

bawah”.

Page 25: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

12

Gambar 2. Penjabaran makro kosmos dan mikro kosmos

[Sumber : Geometri Façade “Bola to sama” Artsitektur Bugis]

Beberapa yang menjadi perhatian dalam hal menentukan arah

rumah pada masyarakat tradisional Bugis-Makassar misalnya: sebaiknya

menghadap kearah terbitnya matahari, menghadap kedataran tinggi, atau

menghadap ke salah satu arah mata angin. Seperti kebanyakan rumah

tradisional di Indonesia, rumah Bugis Makassar juga dipengaruhi oleh

adanya strata sosial penghuninya. Rumah tradisional Bugis-Makassar

pada dasarnya terwujud dalam beberapa macam yaitu :

– Rumah Kaum Bangsawan “Arung” atau “Karaeng”.

Puncak rumah induk terdiri dari tiga atau lebih

sambulayang/timpalaja.

– Rumah Orang Kebanyakan “Tosama”,

Disebut juga masyarakat umum terdiri dari 4 buah tiang kesamping

dan kebelakang, sambulayang/timpalaja atap hanya dua susun.

Page 26: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

13

– Rumah Hamba sahaya “Ata” atau “Suro”, ukuran rumah ini lebih

kecil, biasanya hanya terdiri dari tiga petak, dengan satu

sambulayang/timpalaja.

Secara umum, rumah tradisional Bugis-Makassar berbentuk

panggung dengan penyangga dari tiang yang secara vertikal terdiri atas

tiga bagian yaitu :

– Rakkeang/Pammakkang, terletak pada bagian atas, digunakan

sebagai gudang penyimpanan padi sebagai lambang

kehidupan/kesejahteraan pemiliknya. Selain itu digunakan menjadi tempat

penyimpanan atribut untuk acara adat.

– Ale bola/kale balla, terletak di bagian tengah rumah Biasanya

ruang ini menjadi tempat pusat aktivitas interaksi penghuni rumah.

– Awa bola/siring, terletak pada bagian bawah rumah, biasanya

digunakan sebagai tempat penyimpanan alat cocok tanam, alat bertukang,

pengandangan ternak, dan lain sebagainya.

Sedang secara horisontal ruangan dalam rumah terbagi atas tiga

bagian yaitu :

– “Lontang ri saliweng/padaserang dallekang”, letaknya di bagian

depan rumah.

– “Lontang ri tengnga/padaserang tangnga”, terletak diruang

bahagian tengah.

– “Lontang ri laleng / padaserang riboko”, terletak diruang bahagian

belakang.

Page 27: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

14

Gambar 3. Denah rumah adat Bugis-Makassar

[Sumber: The System Structure as a Determinant of Buginese House in South Sulawesi]

Secara umum, konsep arsitektur tradisional Bugis-Makassar

memandang kosmos terbagi atas tiga bagian. Berikut susuna struktur

rumah tradisional Bugis Makassar:

Gambar 4. Bagian-bagian utama system struktur rumah Bugis

[Sumber : The System Structure as a Determinant of Buginese House in South Sulawesi]

Page 28: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

15

1. Struktur bagian bawah disusun dengan beberapa balok dan tiang

dengan bahan biasanya dari kayu jati, batang kelapa, dan lain-lain.

Struktur bawah berfungsi untuk penahan berdirinya tiang-tiang

rumah, dan sebagai dasar tumpuan lantai. Berikut gambar struktur

bawah rumah tradional Bugis:

Gambar 5. Sistem struktur kolom dan balok

[Sumber : The System Structure as a Determinant of Buginese House in South Sulawesi]

2. Struktur tengah atau badan rumah, terdiri atas:

Lantai, berdasarkan status penghuninya maka lantai. Dinding, untuk

bahan penutup dari papan kayu dengan sistem konstruksi ikat dan

jepit.

Gambar 6. Karakteristik struktur rumah Bugis Makassar [Sumber : The System Structure as a Determinant of Buginese House in South

Sulawesi]

3. Struktur dan konstruksi bagian atas rumah terdiri dari atap yang

merupakan suatu kesatuan yang kokoh dan stabil untuk menahan

Page 29: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

16

gaya. Sambulayang atau Timpalaja, merupakan bagian konstruksi

atas yang berupa bidang segitiga yang bersusunan. Rangka utama

berpegang dan bertumpu pada balok nok, kedua ujung bagian

bawah terletak pada balok yang disebut Pattikkeng. Lesplank,

berupa papan kayu yang dipasang pada kedua ujung sisi atap,

berpegang pada balok gording dengan sistem sambungan pen dan

biasanya diberi hiasan ornamen, berfungsi menahan angin. Bahan

atap rumah Bugsi terbuat dari alang alang, daun lontar, nipa atau

rumbia. Atap berbentuk pelana dengan sudut antara 30 hingga 40°

(Suhendro dkk., 2015; Tato, 2009). Berikut beberapa model struktur

atap Bugis:

Gambar 7. Struktur Atap rumah adat Bugis Makassar [Sumber : The System Structure as a Determinant of Buginese House in South

Sulawesi]

Untuk ornament yang sering dipakai dalam rumah tradisional Bugis

terdapat beragam motif, seperti:

– Ornamen corak alam yang bermotifkan kaligrafi.

Page 30: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

17

Gambar 8. Motif kaligrafi [sumber: slideshare.net/musmus1/arsitektur-vernakuler-sulawesi-selatan]

– Ornamen flora corak tumbuhan, paling banyak digunakan yaitu

bermotif bunga/ kembang, bermakna rejeki yang tidak ada

putusnya.

Gambar 9. Motif Gambara Bunga [sumber: slideshare.net/musmus1/arsitektur-vernakuler-sulawesi-selatan]

– Ornamen fauna bercorak binatang, bentuk yang sering

ditemukan yaitu kepala kerbau yang memiliki makna bumi yang

subur, penunjuk jalan, dan status sosial. Ada juga bentuk naga

berarti simbol wanita yang lemah lembut, kekuatan yang

dahsyat. Dan motif bentuk ayam jantan memiliki makna keuletan

dan keberanian, yang dipercaya masyarakat membawa

keberuntungan dan hal bauk dalam kehidupan rumah tangga.

Gambar 10. Motif kepala kerbau & Naga [sumber: slideshare.net/musmus1/arsitektur-vernakuler-sulawesi-selatan]

Page 31: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

18

– Motif Sulapaq Appaq

Gambar 11. Motif Sulappa Eppa (bentuk belah ketupat)

[foto: Pangeran Paita Yunus, 2011]

Penggunaan ragam hias ornament menandakan tinggi derajat

pemilik rumah dan biasanya ditempatkan di sambulayang/timpalaja,

jendela, dan lain-lain.

Menurut Mustafa dkk. (2015) dalam studinya tentang Eksplorasi dan

Interpretasi Tekstual Al-Qur'an dan Hadits mengenai tema arsitektur

Islami, terbagi atas dua yaitu bentuk fisik dan bentuk spiritual (non-fisik).

Kriteria secara fisik antara lain: 1) Efisien dan fungsional (tidak

menciptakan ruang dan fasilitas yang tidak dibutuhkan, hemat energi dan

ramah lingkungan); 2) Tempat beribadah; 3) Tempat bersilaturahmi; 4)

Layak untuk ditempati dengan memenuhi fungsi kebutuhan ruang dan

menjamin kesehatan; 5) Tidak memasang ornamen/pola yang berwujud

gambar, lukisan, patung menyerupai makhluk hidup. Sebaiknya memajang

ornamen/pola-pola kaligrafi, flora dan pola Islam lainnya; 6) Tata letak dan

orientasi ruang, menghadap kiblat dan bebas najis, kecuali WC yang tidak

boleh mengarah atau membelakangi kiblat. Sedangkan kriteria

spiritual/non-fisik yaitu sebagai tempat pembinaan akhlak dan ketakwaan,

Page 32: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

19

memberikan edukasi adab, dan sebagai benteng penjagaan iman, taqwa

dari penyakit sosial.

B. Persyaratan Islamic Center

Menurut buku petunjuk pelaksanaan proyek Islamic Center di

seluruh Indonesia tahun 1976 yang dikeluarkan oleh Direktorat

Jenderal Bimbingan Masyarakat Departemen Agama RI, Islamic Center di

Indonesia harus memiliki beberapa persyaratan yang akan berfungsi

sebagai kontrol kegiatan. Di antara persyaratan tersebut adalah Islamic

Center harus memiliki:

1. Tujuan Islamic Center, adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan kehidupan beragama Islam yang meliputi

aspek aqidah, ibadah, maupun mu’amalah dalam lingkup

pembangunan nasional.

b. Sebagai lembaga pendidikan non-formal keagamaan sehingga

dapat menjadi salah satu mata rantai dari seluruh sistem

pendidikan nasional, dengan Allah SWT., cakap, cerdas, terampil,

tangkas, berwibawa dan berguna bagi masyarakat dan Negara.

c. Ikut serta meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan

serta keterampilan untuk membangun masyarakat dan Negara

Indonesia.

2. Fungsi Islamic Center sebagai pusat pembinaan dan pengembangan

agama serta kebudayaan Islam adalah sebagai berikut:

Page 33: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

20

a. Pusat penampungan, penyusunan, perumusan hasil dan gagasan

mengenai pengembangan kehidupan agama dan kebudayaan

Islam.

b. Pusat penyelenggaraan program latihan pendidikan non-formal.

c. Pusat penelitian dan pengembangan kehidupan agama dan

kebudayaan Islam.

d. Pusat penyiaran agama dan kebudayaan Islam.

e. Pusat koordinasi, sikronisasi kegiatan pembinaan dan

pengembangan dakwah Islamiah.

f. Pusat informasi, komunikasi masyarakat luas pada umumnya dan

pada masyarakat muslim pada khususnya.

3. Klasifikasi Islamic Center di Indonesia diklasifikasikan menjadi:

a. Islamic Center Tingkat Pusat yaitu Islamic Center yang mencakup

lingkup nasional dan mempunyai masjid bertaraf Negara, yang

dilengkapi dengan fasilitas penelitian dan pengembangan,

perpustakaan, museum dan pameran keagamaan, ruang

musyawarah besar, ruang rapat dan konferensi, pusat pembinaan

kebudayaan dan agama, balai penyuluhan rohani, balai

pendidikan dan pelatihan Mubaligh, pusat Radio Dakwah dan

sebagainya.

b. Islamic Center Tingkat Regional yaitu Islamic Center yang

mencakup lingkup propinsi dan mempunyai masjid bertaraf

propinsi, yaitu masjid raya yang dilengkapi dengan fasilitas yang

Page 34: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

21

hampir sama dengan tingkat pusat tetapi bertaraf dan berciri

regional.

c. Islamic Center Tingkat Kabupaten yaitu Islamic Center yang

mencakup lingkup lokal kabupaten dan mempunyai masjid bertaraf

kabupaten, yaitu masjid agung, yang dilengkapi dengan fasilitas-

fasilitas yang bertaraf lokal dan lebih banyak berorientasi pada

operasional pembangunan dakwah secara langsung.

d. Islamic Center Tingkat Kecamatan yaitu Islamic Center yang

mencakup lingkup kecamatan dan mempunyai masjid yang

tarafnya kecamatan, yang ditunjang dengan fasilitas-fasiltas seperti

balai dakwah, balai kursus kejuruan, balai pustaka, balai

kesehatan dan konsultasi mental, fasilitas kantor dan asrama

ustadz/pengasuh.

4. Sifat, status dan pengelolaan Islamic Center adalah:

- Koordiantif partisipatif dalam arti penanganan serta

pengelolaannya bersifat koordinatif inter departemen tingkat

pusat maupun daerah seluruh masyarakat Kanwil dan Kantor

Agama setempat, serta partisipasi dalam arti seluruh masyarakat

digerakkan untuk melaksanakan proyek ini, baik dana partisipasi

langsung maupun dana sosial keagamaan serta tenaga untuk

menyelesaikan proyek ini.

Page 35: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

22

- Dana dari pemerintah dapat berbentuk subsidi inpres atau

dana kerohanian Presiden, PELITA, B.K.M, dana dari daerah

APBD, BAZIs, dan sebagainya.

- Kantor Depag dibantu lembaga dakwah sosial dan pendidikan

keagamaan setempat adalah pengelola Islamic Center tersebut

yangdiangkat/dikukuhkan oleh pejabat setempat tiap periode

kurang lebih tiga tahun.

- Dikaitkan dengan Dirjen Bimas Islam, Islamic Center merupakan

Puspenag (Pusat Penerangan Agama) bagi wilayah yang

bersangkutan.

Pengelola Islamic center adalah sebagai berikut :

- Status organisasi Islamic Center adalah organisasi semi ofisial

(setengah resmi) sesuai dengan tujuan dan fungsinya untuk

menggerakkan partisipasi masyarakat untuk membangun. Untuk

tingkat propinsi ditetapkan oleh KDH tingkat 1 atas usul

Kanwil setempat. Untuk tingkat kabupaten/kotamadya ditetapkan

oleh Bupati/Walikota atas usul kepala Kantor Depag setempat.

- Bentuk dan struktur Islamic Center adalah organisasi / profesional

dengan sistem pengurus dan anggaran rumah tangga yang

seragam.

Bentuk dan tata laksana organisasi disusun sebagai berikut :

a. Dewan Pembina

Page 36: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

23

Dewan Pembina diambil dari unsur-unsur ulama, kyai, pendidik,

tokoh masyarakat dan penguasa (umara) yang mempunyai bobot

kekuasaan dan wibawa yang cukup untuk wilayah/daerah masing-

masing yang berfungsi sebagai badan konsultatif/legislatif.

b. Dewan Pengurus

Dewan pengurus diambil dari unsu-unsur penguasa (umara),

mubaligh pendidik dan penyuluh agama yang merupakan

pelaksana langsung Islamic Center.

1. Susunan dewan pembina sekurang-kurangnya 9 orang yang

terdiri dari :

- Seorang Ketua Umum

- Dua orang Wakil Ketua

- Seorang Sekretaris

- Lima orang Anggota

2. Susunan dewan pengurus harian sekurang-kurangnya 20 orang

terdiri dari:

- Seorang Ketua Umum

- Dua orang Wakil Ketua

- Dua orang Sekretaris

- Dua orang Bendahara

- Seorang Ketua Bidang Dakwah

- Seorang Ketua Bidang Pustaka dan Kursus

- Seorang Ketua Bidang Pembina Anak-anak

Page 37: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

24

- Seorang Ketua Bidang Dana dan Logistik

- Tujuh orang staf operasi/pengajar/instruktur

3. Bentuk susunan dan jumlah pengurus disesuaikan dengan

kebutuhan dan bergantung dari ruang lingkup pelayanannya,

nasional, regional dan lokal.

c. Jangka waktu kepengurusan (periode) ditetapkan selama 3 tahun.

d. Sifat dan model administrasi menganut sistem administrasi

pendidikan, terutama administrasi kursus (administrasi pendidikan

non formal) .

e. Prinsip dan pembiayaan rutin, dan pembinaan harus mengarah

pada swadaya masyarakat. Biaya dari pemerintah berupa subsidi

rutin sampai dipandang mampu untuk mandiri.

f. Koordinator operasional di bawah koordinasi Bimas untuk tingkat

pusat, Kanwil Depag untuk tingkat propinsi, dan Kantor Depag

untuk tingkat kabupaten/kodya.

5. Lingkup kegiatan sesuai dengan buku Pedoman Pelaksanaan

Islamic Center di Indonesia, maka lingkup kegiatan Islamic Center

dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Kegiatan Ubudiyah/Ibadah Pokok

Kegiatan Sholat, meliputi: Sholat wajib lima waktu dan sholat

sunnat baik yang dilakukan secara individu maupun

berkelompok.

Kegiatan Zakat:

Page 38: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

25

- Penerimaan zakat

- Pengumpulan zakat dan penyimpanan

- Pengolahan/pembagian zakat

Kegiatan Ramadhan

- Sholat tarawih

- Kegiatan pesantren kilat/mental training

- Membaca Al-Qur'an/tadarus

Kegiatan Naik Haji, meliputi: pendaftaran, pemeriksaan

kesehatan, penataran/penyuluhan, latihan manasik haji, cara

pakaian ihrom, cara ibadah di perjalanan dan mengkoordinasi

keberangkatan.

Upacara peringatan Hari Besar Islam:

- Hari Besar Idul Fitri: membayar zakat fitrah yang dibayarkan

sebelum hari raya tiba, sholat idul fitri.

- Hari Raya Idul Adha: Sholat Idul Adha, menyembelih hewan

qurban untuk dibagikan fakir miskin.

- Hari Maulid Nabi Muhammad Saw, meliputi kegiatan

perayaan dengan dilengkapi acara kesenian.

- Hari Isra' Mi'raj, meliputi kegiatan perayaan, seminar, dan

ceramah.

b. Kegiatan Muamalah/Kegiatan Kemasyarakatan

Kegiatan penelitian dan pengembangan

- Meneliti dan pengembangan

Page 39: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

26

- Penerbitan dan percetakan

- Seminar, diskusi, dan ceramah

- Training dan penataran

- Kursus Bahasa Arab dan Inggris

- Pameran-pameran

Kegiatan sosial kemasyarakatan

- Kursus keterampilan dan perkoperasian

- Konsultasi hukum dan konsultasi jiwa

- Pelayanan kebutuhan umat, seperti buku-buku, kitab, baju dan

perlengkapan muslim, makanan, kebutuhan sehari-hari dan

sebagainya.

- Pelayanan sosial:

o Bantuan fakir miskin dan yatim piatu

o Pelayanan penasehat perkawinan

o Bantuan pelayanan khitanan missal

o Bantuan santunan kematian dan pengurusan jenazah

Pelayanan pendidikan, meliputi taman kanak-kanak dan

madrasah diniyah.

Pelayanan kesehatan, meliputi bantuan kesehatan, Poliklinik

dan BKIA.

c. Kegiatan pengelola

Meliputi kegiatan administrasi yang mengkoordinasi dan

mengelolah seluruh kegiatan yang ada.

Page 40: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

27

C. Pengertian Masjid dan Elemen-Elemennya

Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim. Akar kata dari

masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk.

Selanjutnya dalam perkembangan fungsi masjid, masjid pun mengalami

peningkatan fungsi yang antara lain; tempat muslim berkumpul dan

bertemu, tempat mengumumkan hal-hal yang menyangkut hidup

masyarakat muslim, hingga masjid menjadi tempat belajar agama.

Berikut elemen-elemen yang umumnya terdapat pada masjid:

a. Area shalat

Shalat adalah salah satu ritual ibadah agama Islam yang wajib

dikerjakan. Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab yang berarti

do'a. Sedangkan menurut istilah shalat merupakan serangkaian kegiatan

ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan

diakhiri dengan salam. Praktik shalat harus sesuai dengan segala

petunjuk tata cara Rasulullah SAW. sebagai figur pengejawantah perintah

Allah SWT.

Bentuk denah masjid (ruang shalat/haram/liwanat yang paling

logis dan rasional timbul dari cara orang-orang beribadah), yakni bentuk-

bentuk segi empat dan bukan bentuk lain. Dan bentuk denah segi empat

masih ada dua kemungkinan. Bentuk bujur sangkar banyak kita dapatkan

pada bengunan masjid bentuk tradisional (bentuk tajuk). Karena

panjangnya masing-masing sisi sama maka penghargaan terhadap

keempat arahnya pun menjadi sama.

Page 41: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

28

b. Arah kiblat

Kiblat adalah bahasa Arab yang merujuk arah yang dituju saat

seorang Muslim mendirikan sholat. Semula umat Islam dalam

melaksanakan shalat menghadap ke arah yang mereka kehendaki atau

tidak searah. Setelah turunnya surat Al-Baqarah ayat 143, kiblat yang

semula menghadap ke Yarusalem diganti menjadi mengarah ke Ka'bah di

Mekkah. Selain untuk patokan arah shalat, kiblat juga menjadi arah kepala

hewan yang disembelih, juga arah kepala jenazah yang dimakamkan.

c. Ruang wudhu

Wudhu adalah salah satu cara mensucikan diri dari hadats

kecil. Wudhu pun wajib dilakukan sebelum ibadah sholat dan thawaf. Ada

5 (lima) syarat untuk berwudhu yaitu:

• Islam,

• sudah baligh,

• tidak berhadas besar,

• memakai air yang mutlak (suci dan dapat dipakaimensucikan)

• tidak ada yang menghalangi sampainya kekulit.

Ruang wudhu hendaknya dibuat yang leluasa dengan sirkulasi

yang baik, mudah dan lancar. Ruang ini harus dibuat tetap bersih dan

sehat. Lantai dan dindingnya harus dibuat kedap air. Ruang wudhu

hendaknya menggunakan penerangan alami (sinar matahari) seoptimal

mungkin, serta memiliki sirkulasi udara silang (cross ventilation) yang baik.

Page 42: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

29

Bahkan ruang wudhu untuk pria lebih bersifat terbuka dibandingkan

dengan tempat wudhu wanita serta ternpatnya yang terpisah.

d. Mihrab

Mihrab adalah bagian yang ditonjolkan pada dinding bagian

barat yang menghadap kiblat. Berfungsi sebagai tempat imam memimpin

sholat berjamaah.

e. Minaret/menara

Menara digunakan pada awalnya untuk mengumandangkan

adzan, yaitu seruan untuk shalat. Sedangkan seiring dengan

perkembangannya saat ini menara digunakan sebagai titik tangkap

kawasan dan untuk melihat ke sekitar kota.

Zonasi juga menjadi bagian penting dalam desain masjid. Jenis

kegiatan yang dilakukan di area masjid menjadi faktor yang mempegaruhi

pola zonasi menjadi:

1. Zona sholat dan non sholat. Mengingat tidak semua yang

datang ke masjid dalam keadaan ‘suci’ seperti wanita yang

sedang dalam masa haidh mengikuti acara ceramah, dakwah,

dan lain-lain. Termasuk juga jika ada non-muslim yang ingin

belajar mengenal islam.

2. Zona pria dan zona wanita. Kedua sirkulasi ini harus terpisah

sehingga tidak menimbulkan potensi saling bersentuhan yang

dapat membatalkan wudhu ataupun konstentrasi jama’ah.

Page 43: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

30

3. Zona suci dan non suci. Sangat penting untuk mencegah

bercampurnya jama’ah yang belum berwudhu (masih memakai

alas kaki) dengan yang sudah berwudhu. Biasanya ditandai

dengan ‘Batas Suci’ dan ‘Jalur Suci’ untuk memelihara

thaharah.

D. Konsep Perancangan dalam Islam

Persamaan konsep kearifan lokal dengan sisi Syariat (Al-Qur’an

dan Hadist) meliputi:

1. Tharah berarti suci, menjaga kesucian dan kebersihan dari hadats

khususnya area liwan pada masjid. Seperti dalam Q.S. Al-

Baqarah ayat 238 yang merupakan perintah untuk menjaga shalat

dan H.R. Ibnu Majah yang berbunyi “Beristiqmahlah sebab kamu

tidak akan mampu menghitung-hitung. Dan ketahuilah bahwa

sebaik-baiknya pekerjaanmu adalah shalat sedangkan yang bisa

menjaga wudhu itu hanya seorang mukmin.”

2. Anti Mubazir artinya tidak berlebihan. Dengan demikian,

keindahan (elemen estetika) tidak perlu harus mahal atau

memakai ornamen berlebihan yang hanya bersifat tempelan saja,

dan tidak fungsional. Seperti dalam Q.S. Al An’am ayat 141, “dan

janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

3. Simbolisasi ornament. Pandangan Islam mengenai sesuatu

penggunaan suatu hal tidak mengada-ada misalnya melalui

Page 44: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

31

penggunaan simbolisasi yang menjurus kepada sesuatu yang

tidak rasional.

Dalam perancangan Islamic Center, pendekatan yang

digunakan adalah kearifan lokal arsitektur tradisional Bugis yang masih

berhubungan erat dengan aspek-aspek Islam di dalamnya, yaitu

Habluminallah, Habluminannas dan Habluminal’alam. Berikut korelasi

tema kearifan lokal Bugis dengan objek rancang:

Gambar 12. Keterkaitan arsitektur tradisional dan objek perancangan

Beberapa unsur kesamaan ruang Islami dengan rumah

tradisional bugis memberikan kaidah bahwa ajaran Islami sangat menyatu

dengan karaktristik suku Bugis yang memang sangat kental dengan unsur

ajaran Islami dalam kehidupan masyarakatnya. Dari korelasi konsep

tersebut, maka ekspresi yang akan dihadirkan dalam perancangan Islamic

Page 45: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

32

Center terdiri dari unsur-unsur arsitektur lokal sesuai dengan wujud

kearifan lokal setempat, yaitu ciri arsitektur tradisional Bugis dengan

membentuk unsur intangible menjadi tangible baik secara ciri maupun

secara dekoratif.

E. Studi Banding Proyek Sejenis

Gambar 13. Al-Markaz Makassar, jl. Masjid Raya (dokumentasi langsung)

Masjid Al-Markaz Al-Islami merupakan masjid termegah dan

terbesar di titik sentral kawasan timur Indonesia, kota Makassar, Provinsi

Sulawesi Selatan. Masjid yang monumental tersebut berdiri kokoh sebagai

pusat peradaban dan pengkajian Islam serta mencerminkan kebanggaan

dan identitas masyarakat Sulawesi Selatan yang agamis, beradab dan

bernapaskan Islam. Dirancang oleh arsitek yang telah menggawangi

pembuatan berbagai masjid besar, Ir. Ahmad Nu’man. Arsitekturnya

terinspirasi dari Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Meskipun begitu, bentuk masjid tidak melupakan unsur arsitektur khas

Sulawesi Selatan. Hal ini terlihat dari atap berbentuk kuncup segi empat

Page 46: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

33

yang mengambil ilham dari Masjid Katangka, Gowa masjid tertua di

Sulawesi Selatan dan rumah Bugis-Makassar pada umumnya. Masjid ini

mulai didirikan pada tahun 1994 hingga 1996.

Gambar 14. Kegiatan di luar dan di dalam Al-Markaz

(dokumentasi langsung)

Di lantai pertama, Al-Markaz memiliki sebuah perpustakaan

yang selalu ramai dikunjungi. Terdapat juga Taman Kanak kanak (TK),

Taman bacaan Alquran (TPA), Baitul Maal Watanwil (BMT), Lembaga

Amil Zakat (LAZ), kelompok bimbingan ibadah Haji (KBIH), Koperasi,

Lembaga penterjemah Al-quran, Kursus Bahasa, Radio Penerbitan dan

lainnya. Sementara lantai 2 dan 3 digunakan sebagai tempat sholat dan

kegiatan lainnya.

Page 47: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

34

BAB III

ANALISIS PERENCANAAN

A. Analisis Tapak

Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap

penilaian terhadap kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standar peraturan

kebijakan. Sehingga menghasilkan analisis dan menyesuaikan dengan

perencanaan fisik, fasilitas dan fungsi bangunan yang akan dirancang.

Dan kemudian akan menghasilkan output berupa analisis persyaratan

tapak, analisis aksesibilitas, analisis kebisingan, analisis pandangan/view,

sirkulasi, matahari, angin, vegetasi dan zoning.

Gambar 15. Lokasi Tapak

Sumber: Peta RTRW Makassar & www.googlemaps.com

Kota Makassar terbagi menjadi 15 kecamatan dengan 153

kelurahan. Di antara 15 kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang

berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Tamalate, Kecamatan Mariso,

Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Tallo, Kecamatan

Tamalanrea, dan Kecamatan Biringkanaya.

Berikut adalah 3 lokasi yang ditinjau untuk pemilihan tapak

yang sesuai dan strategis untuk proyek Islamic Center di kota Makassar:

Page 48: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

35

Table 1. Analisis Pemilihan Lokasi Lokasi A

Jl. Metro Tj. Bunga Lokasi B

Jl. AP. Pettarani Lokasi C

Jl. Urip Sumoharjo Kriteria Bobot Kriteria Bobot Kriteria Bobot

- Akses dekat dengan pusat perbelanjaan dan perumahan

- Kondisi lokasi berkontur datar dan didukung prasarana yang baik

- Merupakan kawasan campuran bisnis

4

4

4

- Akses dekat dengan perkantoran dan kampus

- Kondisi di lokasi ini selalu padat kendaraan

- Kawasan perkantoran, pendidikan, perdagangan dan jasa

4

2

3

- Akses dekat dengan perkantoran

- Kondisi lokasi juga memiliki kepadatan yang tinggi

- Kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa dan pendidikan

4

3

4

Total 12 Total 9 Total 11 Sumber: (analisis penulis, peta RTRW Makassar 2015-2034)

Lokasi proyek yang terpilih adalah: Jl. Metro Tanjung Bunga,

Maccini Sombala, Tamalate, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan,

Indonesia. Luas Site: 120 m x 125 m = 15.000 m2 / 1.5 ha.

Batasan Site :

- Sebelah Utara: Lahan kosong

- Sebelah Selatan: Mall GTC

- Sebelah Timur: Jl. poros Metro Tanjung Bunga dan Jl. Danau

Tanjung Bunga

- Sebelah Barat: Lahan kosong

Page 49: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

36

Gambar 16. Kondisi sekitar tapak (dokumentasi langsung)

Pencapaian

Berdasarkan gambar 16, akses masuk ke tapak hanya melalui

jalan poros Metro Tanjung Bunga yang berada di sebelah timur-selatan

dari tapak. Moda transportasi yang dapat mencapai lokasi antara lain

dengan kendaraan pribadi, kendaraan roda dua, Bus Rapid Transportation

(BRT), atau bus wisata.

Page 50: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

37

Gambar 17. Jalur Pencapaian pada Tapak (www.google.co.id/maps)

1. Analisis Sirkulasi

Table 2. Analisis Sirkulasi Analisis

Jalan di sisi timur-selatan adalah

Jl. Metro Tj. Bunga dengan lebar

jalan 9 meter merupakan satu-

satunya jalur masuk ke tapak.

TAPAK

U

Page 51: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

38

Sirkulasi kendaraan pada jl.

Metro Tj. Bunga adalah 2 jalur

dan 2 arah.

Terdapat pusat hiburan keluarga,

pusat perbelanjaan, hotel dan

pemukiman di sekitar lokasi.

Tanggapan

Entrance dan julur exit kendaraan

dibuat terpisah untuk

menghindari kemacetan.

Lebar jalan yang disediakan

untuk sirkulasi kendaraan

disesuaikan dengan kebutuhan

satu mobil dan satu arah selebar

5 m, kecuali dropping area

dirancang lebih lebar untuk

mengantisipasi penumpukan

mobil pada area ini saat

menurunkan penumpang.

Bagian No.1 dijadikan enterance

dan bagian no.2 adalah pintu

keluar kendaraan.

No.3 sebagai jalur servis.

Page 52: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

39

Sumber: (hasil analisis, 2019)

2. Analisis Kebisingan dan Polusi Udara

Table 3. Analisis Kebisingan dan Polusi Udara

Analisis

Kebisingan dan polusi udara berasal

dari depan tapak, yaitu jalan raya.

Tingkat kebisingan dan polusi udara

tinggi karena berbatasan dengan

jalan utama dengan lebar 9 meter

yang cukup padat kendaraan.

Bagian no.4 dijadikan jalur

pejalan kaki yang mengarah

langsung ke plaza Islamic Center.

Sirkulasi parkir pada

perancangan Islamic Center ini

terdapat dua alternatif, yaitu

sistem parkir 90º. Kemudian

dibedakan lagi menjadi dua jenis

peruntukan lahan parkir, yaitu

untuk pengelola dan untuk

pengunjung.

Page 53: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

40

Tanggapan

Memaksimalkan RTH dengan

pohon perdu ataupun semak

untuk menyerap polusi udara dan

meredam kebisingan karena

memiliki daun yang padat.

Selain dengan vegetasi, terdapat

penyelesaian lain yaitu dengan

pola penataan massa bangunan.

Memberikan ruang yang cukup

terbuka dengan maksud

memberikan jarak antara sumber

bising ke bangunan, semakin

jauh sumber bising ke bangunan

maka semakin berkurang

intensitas bising yang sampai ke

bangunan.

Page 54: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

41

3. Analisis Pandangan (View)

Table 4. Analisis View Analisis

View dari dalam tapak ke arah jl. Metro Tj. Bunga ataupun sebaliknya

view dari jl. Metro Tj. Bunga ke tapak merupakan view terbaik, karena

merupakan satu-satunya akses dan jalan utama yang banyak dilalui

kendaraan sehingga keberadaan tapak untuk Islamic center mudah

diketahui.

Tanggapan

Titik penting yang direspon viewnya adalah sepanjang Jalan Metro

Tanjung Bunga, hal ini dikarenakan dari area tersebut merupakan akses

utama menuju tapak. Disamping itu, di dekat tapak tidak ada bangunan

yang terlalu mencolok sehingga prioritas dari view ke dalam dan ke luar

adalah ke ruas Jalan Metro Tanjung Bunga.

Sumber: (hasil analisis, 2019)

Lahan kosong

Danau

Danau

Jl. Metro Tj. Bunga

Page 55: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

42

4. Analisis Pergerakan Matahari

Table 5. Analisis Pergerakan Matahari

Analisis

Kondisi tapak berada di pinggir

jalan, terbuka dan tidak ada

bangunan tinggi di dekat tapak

sehingga menyebabkan tapak

terkena sinar matahari langsung dari

barat dan timur.

Tanggapan

Fasad terbuka menghadap ke

selatan atau utara agar

meniadakan radiasi langsung dari

cahaya matahari rendah dan

konsentrasi tertentu yang

menimbulkan pertambahan

panas.

Memberikan pelindung untuk

semua lubang bangunan

terhadap cahaya langsung dan

tidak langsung.

Memberikan penghalang baik

berupa vegetasi ataupun shading

device pada muka bangunan

Page 56: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

43

yang berhadapan langsung

dengan matahari.

Penerapan bentuk atap yang

bukan datar memungkinkan

memberi kenyamanan dalam

ruang.

Sumber: (hasil analisis, 2019)

B. Analisis Fungsi dan Program Ruang

1. Fungsi

Fungsi pokok dari Islamic Center selain sebagai tempat

beribadah, yaitu tempat pembinaan dan pengembangan agama Islam.

Maka dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi berdasarkan tingkat

kepentingannya yaitu:

Fungsi utama/primer, yaitu fungsi utama dari bangunan antara

lain sebagai sarana peribadatan dan sarana pendidikan,

pembinaan dan pengembangan.

Fungsi sekunder, yaitu merupakan fungsi yang muncul akibat

adanya kegiatan yang digunakan untuk mendukung kegiatan

utama.

Fungsi penunjang, merupakan kegiatan yang mendukung

terlaksananya semua kegiatan yang ada di Islamic Center.

Page 57: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

44

Gambar 18. Skema Fungsi Ruang

2. Pengguna dan Aktivitas

A. Pengguna

Para pengguna/pelaku yang ada di Islamic Center ini terdiri dari:

1. Pengelola

Pengelola adalah orang-orang yang mengontrol pemeliharaan

gedung/ruang yang ada, dan mengawasi serta mengatur fasilitas yang

tersedia.

2. Pengunjung

Pengunjung Islamic Center tidak akan hanya berasal dari

wilayah Makassar saja.

Pengunjung Islamic Center dibagi menjadi dua macam, yaitu:

Aktivitas pengunjung umum yaitu menggunakan fasilitas

umum yang ada atau untuk sekedar berjalan-jalan.

Aktivitas pengunjung khusus yaitu menghadiri undangan

atau pengajian, melakukan aktivitas belajar.

Page 58: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

45

B. Skema Aktivitas Pengguna

1. Pengelola

Bertugas memerikan pelayanan kepada pengunjung dan

bertanggung jawab dalam fasilitas dalam Islamic Center. Beberapa

aktivitas yang dilakukan oleh pengelola adalah:

2. Pengunjung

Pengunjung Umum

Datang:- berjalan- parkir kedaraan

EntranceKegiatan dalam bangunan:- Melakukan aktivitas sesuai bidang masing-masing

Pulang:- berjalan kaki- naik kendaraan

Datang:- berjalan- parkir kendaraan

Enterance Informasi

Kegiatan dalam bangunan:- Berjalan-jalan- Menggunakan fasilitas- I'tikaf- Mendengarkan ceramah agama

Pulang:- berjalan kaki- naik kendaraan

Page 59: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

46

Pengunjung Khusus

3. Kebutuhan Ruang

Dari hasil analisis fungsi dan studi literatur, maka ruang-ruang

yang dibutuhkan dalam Islamic Center adalah:

Kelompok primer, merupakan kelompok yang terdiri dari

fungsi ibadah, pendidikan, pembinaan dan pengembangan.

(PPP) yaitu:

- Masjid

- Kantor pengelola

- Pusat PPP dan perpustakaan

- Pusat konsultasi ke-Islaman

Kelompok sekunder, merupakan kelompok yang terdiri dari

fungsi komersil dan informasi dan hiburan, yaitu:

- Ruang pertemuan/Ruang multi fungsi

- kantin

Datang:- berjalan- parkir kendaraan

Enterance Informasi

Kegiatan dalam bangunan:- Mengikuti pelatihan dan pendidikan- Menggunakan fasilitas- Diskusi

Pulang:- berjalan kaki- naik kendaraan

Page 60: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

47

Kelompok penunjang merupakan kelompok yang terdiri dari

servis, yaitu:

- Pos keamanan

- Taman

- Parkir

4. Besaran Ruang

Besaran ruang yang dibutuhkan pada perancangan Islamic

Center didasarkan pada standar luasan yang umum dipakai, yaitu:

NAD : Neufert’s Architect Data

BPDS : Building Planning and Design Standart

BAER : Building for Administration Entertainment &

Recreation

TSS : Time Saver Standart for Building Type

PPM : Pedoman Pembinaan Masjid

CCEF : Conference, Convention and Exhibition Facilities

NMH : New Metric Handbook

PPU : PERMEN PU 30/PRT/M/2006

As : Asumsi

A. Ruang Masjid

Dalam perancangan masjid ini elemen pokok yang terdapat

dalam masjid antara lain:

Kiblat, adalah arah orientasi bagi umat Islam dalam

menjalankan ibadah shalat yang menghadap ke Ka’bah di

Page 61: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

48

Mekkah. Untuk daerah Makassar arah orientasi tersebut berada

pada 22º 28’ ke arah Barat Laut.

Mihrab, adalah tempat untuk imam memimpin shalat berjamaah

yaitu tempat paling depan saat melakukan shalat, sedangkan

Mimbar adalah tempat pemuka agama untuk berkhotbah dan

member ceramah. Biasanya Mihrab dan Mimbar berada dalam

satu tempat, karena selain keduanya terletak paling depan,

biasanya penceramah juga bertindak sebagai imam shalat.

Liwan dan mezzanin, adalah ruang bagi para jamaah baik saat

shalat maupun saat mendengarkan ceramah.

Ruang Wudhu, berfungsi untuk para jamaah untuk mensucikan

diri sebelum melaksanakan ibadah shalat dalam masjid.

Table 6. Besaran Ruang Masjid

No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan

1. R. Imam/Mihrab dan Mimbar

2 orang PPM 0,6 m x 1,2 m = 0,72 m2/orang

0,72 m2 x 2 = 1,44 m2

2. R. shalat/liwan

1400 orang PPM 0,6 m x 1,2 m = 0,72 m2/orang

0,72 m2 x 1400 = 1008 m2

3. R. Shalat Mezanine

600 orang PPM 0,6 m x 1,2 m = 0,72 m2/orang

0,72 m2 x 600 = 432m2

4. R. Wudhu pria

Asumsi jumlah

jamaah pria 70% x 2000

= 1400

PPM

Tempat wudhu = 0,01 x kapasitas. Satu tempat wudhu = 0,9 x 1 = 0,9 m2/orang

Tempat wudhu = 0,01 x 1400 = 14. Kebutuhan luas = 0,9 m2 x 14 = 12,6 m2

5. R. wudhu wanita

Asumsi jumlah jamaah

PPM Tempat wudhu = 0,01 x kapasitas.

Tempat wudhu = 0,01 x 600 =

Page 62: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

49

wanita 30% x 2000

= 600

Satu tempat wudhu = 0,9 x 1 = 0,9 m2

6. Kebutuhan luas = 0,9 m2 x 6 = 5,4 m2

6. Toilet pria (urinoir)

70% x 2000 = 1400

PPM

Jumlah urinoir = 0,003 x kapasitas. Satu urinoir = 0,6 x 0,8 = 0,48 m2

Jumlah urinoir = 0,003 x 1400 = 4,2. Kebutuhan luas = 4,2 x 0,48m2 = 2m2

7. Toilet pria (WC)

70% x 2000 = 1400

PPM

1 WC untuk 500 orang. 1,25 x 2 = 2,5 m2

Jumlah WC = 1400 : 500 = 2,8. Kebutuhan luas = 2,8 x 2,5 m2

= 7 m2

8. Toilet difabel pria

2 orang PPU &

As 3,3 x 1,6 = 5,2 m2

2 x 5,2 m2 = 10,4 m2

9. Toilet wanita (WC)

30% x 2000 = 600

PPM

1 WC untuk 250 orang. 1,25 x 2 = 2,5 m2

Jumlah WC = 600 : 250 = 2,4. Kebutuhan luas = 2,4 x 2,5 m2 = 6 m2

10. Toilet difabel wanita 2 orang

PPU & As

3,3 x 1,6 = 5,2 m2

2 x 5,2 m2 = 10,4 m2

11. R. Elektrikal / Audio 5 orang NAD

0,8 s/d 2 m2 per orang

2 m2 x 5 = 10 m2

12. Gudang 5 orang As 14 m2

Sub Total 1519,24 m2

Sirkulasi 20% 303,848 m2

TOTAL 1823 m2 Sumber: (hasil analisis, 2019)

Table 7. Besaran Ruang Kantor Pengelola No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan

1. R. Pimpinan 1 ruang NAD 49 m2 49 m2

Page 63: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

50

2. R. Wakil Pimpinan

1 ruang NAD 35 m2 35 m2

3. R. Sekretaris 2 orang NAD 10 m2 2 x 10 = 20 m2

4. R. Kabag Admin 1 orang BPDS 12 m2 12 m2

5. R. Staf admin 4 orang NAD

0,8 s/d 2 m2 per orang

4 x 2 = 8 m2

6. R. Kabag Publikasi 1 orang BPDS 12 m2 12 m2

7. R. Staf publikasi

4 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang

4 x 2 = 8 m2

8. R. Kabag keuangan 1 orang BPDS 12 m2 12 m2

9. R. Staf keuangan

4 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang

4 x 2 = 8 m2

10. R. Kabag personalia

1 orang BPDS 12 m2 12 m2

11. R. Staf personalia

4 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang

4 x 2 = 8 m2

12.

R. Kabag Perizinan, Properti dan Maintenance

1 orang BPDS 12 m2 12 m2

13. R. Staf Perizinan dan Properti

4 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang

4 x 2 = 8 m2

14. R. Staf Maintenance

4 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang

4 x 2 = 8 m2

15. R. Kabag pemasaran

1 orang BPDS 12 m2 12 m2

16. R. Staf pemasaran 4 orang NAD

0,8 s/d 2 m2 per orang

4 x 2 = 8 m2

17. R. Editor dan percetakan 4 orang NAD

65 s/d 70 m2 per orang

65 m2

18. R. Arsip 40 file NAD 0,27 m2 40 x 0,27 = 10,8 m2

Page 64: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

51

19. R. Rapat 20 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang

20 x 2 m2 = 40 m2

20. R. Tamu 5 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang

5 x 2 m2 = 10 m2

21. R. Istirahat dan pantry

1 ruang NAD 5% dari luas

kantor 5% x 357,8 = 17,89 m2

22. Locker 1 ruang NAD 2% dari luas kantor

2% x 357,8 = 7,15 m2

23. Toilet

2 WC pria 4 urinoir

2 wastafel 2 WC wanita

2 wastafel

NMH

1,8 m2 / unit 0,4 m2 / unit 0,54 m2 / unit 1,8 m2 / unit 0,54 m2 / unit

1,8 x 2 = 3,6 m2

0,4 x 4 = 1,6 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2

1,8 x 2 = 3,6 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2

24. Gudang 1 ruang NAD 4% dari luas kantor

4% x 357,8 = 14,3 m2

Sub Total 408,1 m2

Sirkulasi 20% 81,62 m2

Total 489,72 m2

Sumber: (hasil analisis, 2019)

Table 8. Besaran Ruang Pusat Pembinaan, Pengembangan dan Pendidikan

No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan

1. R. TPQ 20 orang As 0,8 m2 / orang

16 m2

2. R. Kelas 1 kelas = 15

orang NAD

0,8 s/d 2 m2 per orang

4 kelas = 15 x 4 = 60 orang. 60 x 2 m2 = 120 m2

3. R. Pengajar 15 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang

15 x 2 m2 = 30 m2

5. R. Perpustakaan:

Lobby

10% x jumlah

pengunjung = 10 x 200 =

20.

NAD 0,9 m 2 20 x 9 m2 = 18 m2

R. Baca 200 orang As 1,92 m2 200 x 1,92 m2 = 384 m2

Page 65: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

52

R. Koleksi 10000 buku 45m2

R. Katalog 3 unit komputer

As 1 x 1 = 1 m2 3 x 1 = 3 m2

R. Administrasi

8 orang NAD 20 s/d 25 m2 25 m2

R. Fotokopi As 6 m2

R. Audiovisual 20 orang NAD 70 s/d 80 m2 80 m2

Gudang arsip 2 orang NAD 15 s/d 20 m2 20 m2

Toilet

2 WC pria 4 urinoir

2 wastafel 3 WC wanita

2 wastafel

NMH

1,8 m2 / unit 0,4 m2 / unit 0,54 m2 / unit 1,8 m2 / unit 0,54 m2 / unit

1,8 x 2 = 3,6 m2

0,4 x 4 = 1,6 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2

1,8 x 3 = 5,4 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2

Sub Total Perpustakaan 593,76 m2

6. Gudang 4 orang As 20 m2

7. Toilet

2 WC pria 2 urinoir

2 wastafel 3 WC wanita

2 wastafel

NMH

1,8 m2 / unit 0,4 m2 / unit 0,54 m2 / unit 1,8 m2 / unit 0,54 m2 / unit

1,8 x 2 = 3,6 m2

0,4 x 2 = 0,8 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2

1,8 x 3 = 5,4 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2

Sub Total 791,72 m2

Sirkulasi 20% 158,344 m2

Total 950,064 m2

Sumber: (hasil analisis, 2019)

Table 9. Besaran Ruang Pusat Konsultasi ke-Islaman

No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan

1. R. Ketua 4 orang NAD 20 m2 s/d 25 m2 per orang

25 m2

2. R. Sekretaris 2 orang NAD 10 m2 10 m2

3. R. Resepsionis

3 orang NAD 0,8 m2 s/d 2 m2

3 x 2 m2 = 6m2

4. R. Tunggu 5 orang NAD 0,8 m2 s/d 2 m2

5 x 2 m2 = 10m2

5. R. Praktek 4 orang As 10 m2

Page 66: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

53

konsultasi

Sub Total 61 m2

Sirkulasi 20% 12,2 m2

Total 73,2 m2

Sumber: (hasil analisis, 2019)

Table 10. Besaran Ruang Multi Fungsi No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan

1. Teras/Lobby 1000 orang NAD

10% jumlah orang

10% x 1000 = 100 m2

2. Hall 500 orang As 300 m2

3. R. Ganti pria 10 orang As 6,3 m2

4. R. Ganti wanita 9 orang As 5,7 m2

5. R. Alat / gudang As 40 m2

6. Toilet pria 3 WC pria 5 urinoir

3 wastafel NMH

1,8 m2 / unit 0,4 m2 / unit 0,54 m2 / unit

1,8 x 3 = 5,4 m2

0,4 x 5 = 2 m2 0,54 x 3 = 1,62 m2

7. Toilet wanita 3 WC wanita

3 wastafel NMH

1,8 m2 / unit 0,54 m2 / unit

1,8 x 3 = 5,4 m2 0,54 x 3 = 1,62 m2

Sub total 468,04 m2

Sirkulasi 20% 93,608 m2

Total 561,648 m2

Sumber: (hasil analisis, 2019) Table 11. Besaran Ruang Pujasera/Kantin

No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan 1. Hall 40 orang NAD 0,9 m2 40 x 0,9 = 36m2

2. R. Makan 200 orang NAD 1,2 m2 200 x 1,2 = 240 m2

3. Dapur 30% R. Makan

BPDS 30% x 240 = 72 m2

4. Pantry 25% R. Makan

BAER 25% x 240 = 60 m2

5. Counter 12% R. Makan

BAER 12% x 240 = 28,8 m2

Page 67: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

54

6. Gudang 50% Pantry

BAER 50% x 60 = 30m2

7. Toilet

2 WC pria 4 urinoir

2 wastafel 3 WC wanita

2 wastafel

NMH

1,8 m2 / unit 0,4 m2 / unit 0,54 m2 / unit 1,8 m2 / unit 0,54 m2 / unit

1,8 x 2 = 3,6 m2

0,4 x 4 = 1,6 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2

1,8 x 3 = 5,4 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2

Sub total 479,56 m2

Sirkulasi 20% 95,912 m2

Total 575,472 m2

Sumber: (hasil analisis, 2019)

Table 12. Besaran Ruang Pos Keamanan No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan

1. Pos pusat 5 unit 5 m2 per unit 5 x 5 = 25 m2

2. Pos penjagaan 5 unit 5 m2 per unit 5 x 5 = 25 m2

Sub total 50 m2

Sirkulasi 20% 10 m2

Total 60 m2

Sumber: (hasil analisis, 2019) Table 13. Besaran Ruang Servis dan Lapangan Parkir

No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan 1. R. pompa As 30 m2

2. R. genzet As 30 m2

3. R. Trafo listrik

As 20 m2

4. Tandon air As 30 m2

5. Gudang 2 orang NAD 15 s/d 20 m2 15 m2

Page 68: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

55

6. Parkir

Mobil = 40% x kapasitas pengunjung masjid = 40% x 2000 org = 800 orang Standar 1 mobil, yaitu 4 orang, jadi 800 : 4 = 200 mobil. Motor = 60% x kapasitas pengunjung masjid = 60% x 2000 org = 1200 orang Standar 1 motor, yaitu 2 orang, jadi 1200 : 2 = 600 motor.

NAD

12,5 m2 / unit mobil 2,1 m2 / unit motor

Mobil = 12,5 x 200 = 2500 m2 Motor = 2,1 x 600 = 1260 m2

2500 + 1260 = 3760 m2

Sub total 3885 m2

Sirkulasi 20% 777 m2

Total 4662 m2

Sumber: (hasil analisis, 2019)

Table 14. Total Besaran Ruang

No. Fasilitas Luasan

1. Masjid 1823 m2

2. Kantor pengelola 489,72 m2

3. Pusat PPP & Perpustakaan 950,064 m2

4. Pusat konsultasi ke-Islaman 73,2 m2

5. Ruang multifungsi 561,648 m2

6. Pujasera/kantin 575,472 m2

7. Pos keamanan 60 m2

8. Servis dan lapangan parkir 4662 m2

Total 9195,104 m2

Sumber: (hasil analisis, 2019)

Luas tapak perancangan secara keseluruhan adalah ± 1,5 Ha

atau 15000 m2, sedangkan kebutuhan luas untuk perancangan Islamic

Page 69: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

56

Center adalah 9268,304 m2. Maka untuk memenuhi tuntutan perancangan

kemungkinan bagunan akan dibuat lebih dari satu lantai, hal ini ditinjau

dari KDB dan KLB pada lokasi tapak. Perbandingan KDB yang diambil

adalah 60%:40%.

5. Pola Organisasi Ruang

Keterangan :

= jalur pengelola

= jalur pengunjung

Gambar 19. Diagram Organisasi Ruang Sumber: hasil analisis, 2019

6. Orientasi Bangunan

Arah orientasi bangunan Islamic Center ini adalah menghadap

ke arah kiblat, yang lebih tepatnya untuk daerah Makassar

mengarah pada 22º ke arah barat laut. Namun karena tapak yang

diambil mengarah ke arah tenggara, maka untuk bangunan Masjid

sebagai sentral Islamic Center diberikan visual fasad di empat sisi

sedangkan untuk bangunan yang lain adalah menyesuaikan

Page 70: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

57

dengan arah tapak yang menghadap menghadap pada jalan

utama.

C. Analisis Tampilan Bentuk Bangunan

1. Jenis Massa Bangunan

Terdapat dua alternatif jenis massa bangunan yaitu massa

tunggal dan massa majemuk. Masing-masing memiliki kelebihan dan

kekurangan, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

Table 15. Analisis Jenis Massa Bangunan Massa Tunggal Analisis

Keuntungan:

- Efesiensi lahan.

- Kemudahan dalam pengaturan.

- Kemudahan dalam pengawasan.

- Orientasi kegiatan terpusat.

- Baik untuk lahan yang terbatas.

Kerugian:

- Bersifat monoton.

Massa Majemuk Analisis

Keuntungan:

- Tiap aktivitas berdiri sendiri.

Kerugian:

- Membutuhkan lahan yang luas.

- Kegiatan menyebar.

- Ruang sirkulasi yang dibutuhkan

Page 71: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

58

semakin luas.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis di atas, maka pemilihan massa tunggal lebih cocok

untuk diterapkan pada perancangan Islamic Center di kota Makassar

karena dapat mengefisiensi lahan dan memudahkan dalam beberapa

akses.

Sumber: (hasil analisis, 2019)

2. Bentuk dan Tampilan Bangunan

Untuk menyesuaikan dengan karakter yang diinginkan pada

perancangan, maka harus disesuaikan dengan sifat-bentuk. Konsep yang

digunakan adalah kearifan lokal maka bentuk segi empat atau bujur

sangkar akan lebih cocok diterapkan pada perancangan Islamic Center

ini, karena merupakan bentuk yang efisien dan statis untuk diterapkan di

bangunan ibadah atau ruang shalat dan juga trdapat filsafat Sulappa Appa

(segi empat belah ketupat) masyarakat Bugis yang bermakna segala

aspek kehidupan manusia barulah sempurna jika berbentuk segiempat.

Lapisan 1: Kepala

Lapisan 2: Perut

Lapisan 3: Kaki

Gambar 20. Konsep Sulappa Appa Orang Bugis Sumber: slideshare.net/musmus1/arsitektur-vernakuler-sulawesi-selatan

Langit

Bumi

Bawah laut

Page 72: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

59

Islamic Center ini menjadikan nilai-nilai Islam dan unsur-unsur

lokal sebagai pijakannya yang kedua hal tersebut memiliki kesesuaian

satu sama lain dalam beberapa prinsip, seperti gambar di bawah:

Gambar 21. Prinsip Dasar Perancangan Sumber: hasil analisis, 2019

D. Analisis Kelengkapan Bangunan

1. Sistem Struktur

Sebagai tuntutan dari tema perancangan Islamic Center ini

yaitu kearifan lokal dimana secara umum diketahui cenderung berwujud

dari bahan alami yang tersedia di sekitar. Namun, bila diperukan dapat

menggunakan teknologi dengan bahan kontemporer yang tetap

menampakkan kesinambungan dengan warisan arsitektur tradisional

Bugis.

Maka dari itu, struktur yang dipilih adalah:

1. Struktur atap terbagi menjadi dua yaitu untuk atap prisma

dan kubah. Untuk atap prisma menggunakan struktur rangka

dengan material baja. Balok baja yang digunakan adalah

ukuran 150 x 200 dan ukuran balok 200 x 200. Struktur

kolom balok yang digunakan adalah memusat dengan

bentang 6 meter.

IslamicCenter

arsitektur khas Bugis Makassar

prinsip perancangan

arsitektur Islam

Page 73: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

60

2. Karena bangunan berpotensi lebih dari dua lantai maka jenis

pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang dan

footplat yang secara kekuatan cukup untuk memberikan

jaminan keamanan.

2. Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan yang digunakan pada Islamic Center ini

terbagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Penghawaan alami

Pada bangunan diberikan bukaan berupa lubang udara atau

jendela yang dapat dibuka tutup, berguna sebagai pergantian

udara kotor dan udara bersih di dalam bangunan. Penghawaan

alami ini diharapkan dapat menghemat penggunan listrik.

b. Penghawaan buatan

Menggunakan mesin pendingin (AC) untuk pendinginan yang

efektif. Sistem ini digunakan pada ruangan-ruangan tertentu

yang membutuhkan penghawaan buatan, seperti:

o Ruang yang bersifat privat/ruang yang memerlukan ketenangan

tanpa diganggu aktivitas dari luar ruangan.

o Ada alat yang memerlukan pendingin hawa seperti alat-alat

elektronik.

o Dan lain sebagainya.

Page 74: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

61

3. Sistem Pencahayaan

Menggunakan sistem pencahayaan alami dan pencahayaan

buatan. Pencahayaan alami diupayakan dengan memberikan bukaan-

bukaan pada tiap sisi bangunan sehingga dapat meminimalisir

penggunaan pencahayaan buatan yaitu lampu, terutama pada ruang

Masjid. Menerapkan secondary skin facade untuk mengurangi radiasi

panas matahari karena bangunan berorientasi ke arah tenggara.

4. Sistem Sanitasi dan Plumbing

Penyaluran air bersih pada perancangan Islamic Center ini

terbagi menjadi 2, yaitu tangki bawah dan tangki atas. Tangki bawah

digunakan untuk fasilitas yang tidak memerlukan waktu penuh 24 jam,

kecuali ada kegiatan-kegiatan tertentu yang memerlukan waktu penuh.

Dan tangki atas didistribusikan hanya untuk fasilitas peribadatan yang

dapat berjalan hingga pagi hari.

Gambar 22. Skema Jalur Air Bersih

Sumber: hasil analisis, 2019

Untuk sistem pembuangan air kotor dan kotoran disediakan

sumur resapan dan septictank, melalui pipa-pipa yang melewati shaft.

Page 75: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

62

Gambar 23. Skema Jalur Air Kotor

Sumber: hasil analisis, 2019

5. Sistem Keamanan

Untuk menjaga keamanan pengguna saat melakukan aktivitas

dalam ruangan perlu diberikan pelayanan keselamatan terhadap bahaya-

bahaya yang mungkin timbul seperti kebakaran, bencana alam dan tindak

kriminal.

1. Bahaya kebakaran

Untuk pengamanan kebakaran digunakan alat-alat pendeteksi

dan pemadam kebakaran yang praktis, mudah digunakan dan mudah

dijangkau, yaitu:

o Heat detector, mendeteksi panas seperti suhu atau

temperatur.

o Fire alarm call point atau titik panggil manual, tombol yang

ditekan manual bila terjadi kebakaran.

o Evakuasi penyelamatan melalui tangga kebakaran dan pintu

darurat.

o Sprinkler, menyemprotkan air atau bahan pemadam lainnya

seperti gas tertentu.

o Hydrant box dan hydrant pillar.

Page 76: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

63

o Pemadam api ringan (APAR), berisi bahan kimia yang dapat

memadamkan api dan dapat dibawa berpindah-pindah

tempat.

2. Bahaya petir

Karena tapak berada di lokasi yang terbuka maka diperlukan

antisipasi terhadap bahaya sambaran petir. Sistem yang digunakan

adalah Franklin Rod/konvensional yaitu batang runcing berbahan copper

spit, diletakkan pada bagian tertinggi dari bangunan yang terhubung

dengan tembaga meneuju elektroda dalam tanah.

3. Bahaya tindak kriminal

Menggunakan CCTV (Closed Circuit Television) sebagai alat

pemantau dan membantu kinerja penjaga untuk mengatasi tindakan

kriminal.

6. Sistem Sirkulasi Vertikal

Pada sirkulasi ini dapat berupa tangga maupun alat transportasi

lainnya seperti eskalator, ramp, lift dan lain sebagainya. Namun karena

bangunan Islamic Center ini jumlah lantai yang dibutuhkan tidak sampai 4

lantai, maka alternatif yang dipilih adalah tangga dan ramp untuk lansia.

7. Analisis Bahan/Material

Penggunaan bahan sebagai material pada perancangan

Islamic Center ini mengacu pada tema yang digunakan yaitu kearifan

lokal, namun tetap mewakili jaman atau kontemporer. Sebagai

pertimbangan penggunaan material antara lain yaitu dari aspek estetika

Page 77: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

64

dan kesan yang ditimbulkan, kemudahan dalam pemasangan dan

perawatan, cenderung tradisional dan ramah lingkungan sebagai

kesesuaian terhadap tema.

E. Analisis Pendekatan Bangunan

Pendekatan arsitektur tradisional Bugis digunakan sebagai

konsep dengan maksud untuk melestarikan kearifan lokal dari Sulawesi

Selatan. Berikut contoh penerapan pendekatan arsitektur tradisional pada

rancangan Islamic Center nantinya adalah:

- Struktrur denah berbentuk belah ketupat-segi empat dari konsep

‘Sulappa Appa’ rumah adat bugis, bentuk yang strategis untuk fungsi

ruang beribadah.

- Struktur atap untuk kegiatan penunjang Islamic Center menggunakan

atap prisma/segitiga dan area masjid di tengah dengan kubah.

- Pembagian zonasi dibagi seperti perbedaan sifat ruang pada rumah

Bugis. Masjid dan zona suci ibarat Lontang Rilaleng dalam rumah bugis

yang merupakan ruang privat.

- Menggunakan ornamen yang berunsur tumbuhan dan kaligrafi.

- Area fountain (wudhu) nantinya diletakkan sebelum memasuki area

privat dalam kasus Islamic Center ini adalah area suci, untuk

memelihara thaharah.

Page 78: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

65

BAB IV

KONSEP PERANCANGAN

A. Konsep Tapak

1. Sirkulasi

Akses ke tapak hanya melalui Jl. Metro Tj. Bunga yang

merupakan 2 jalur & 2 arah. Enterance ke dalam tapak dipisahkan

dengan sirkulasi kendaraan keluar.

Gambar 24. Konsep Sirkulasi Sumber: Analisa penulis, 2019

Sistem parkir yang dipilih adalah parkir lurus 90º dengan ukuran 5 x 3 m

untuk mobil dan 2,5 x 1 m untuk motor.

Gambar 25. Sirkulasi parkir lurus Sumber: Analisa penulis, 2019

Page 79: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

66

2. Kebisingan & polusi udara

Kebisingan dan polusi udara berasal dari jalan raya. Tingkat

kebisingan dan polusi udara tinggi karena berbatas langsung

dengan jalan raya yang cukup padat kendaraan karena merupakan

jalan 2 jalur dan 2 arah.

Gambar 26. Konsep kebisingan & polusi udara Sumber: Analisa penulis, 2019

Meletakkan pepohonan di sekitar bangunan yang berfungsi sebagai

sound buffer untuk menyerap polusi udara dan meredam

kebisingan.

Gambar 27. Konsep kebisingan Sumber: Analisa penulis, 2019

Page 80: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

67

Memberikan introduction space sekitar 20-30 m untuk membuat

jarak dari sumber bising ke bangunan sekaligus menjadi ruang terbuka

yang bersifat semi publik.

3. View

Gambar 28. Konsep view

Sumber: Analisa penulis, 2019

Titik penting yang direspon viewnya adalah sepanjang Jalan Metro

Tj. Bunga, dengan tulisan Islamic Center di bagian depan pagar

sebagai penanda bangunan dan pengundang.

B. Konsep Pemrograman Ruang

Gambar 29. Konsep program ruang Sumber: Analisa penulis, 2019

Page 81: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

68

1. Zona Publik merupakan ruang multifungsi diletakkan di bagian

depan terhubung dengan jalur pejalan kaki dan pujasera di bagian

belakang.

2. Zona semi publik merupakan bagian utama pada Islamic Center,

yang merupakan masjid dan pelataran suci.

3. Zona semi privat merupakan biro/kantor pengelola di bagian

belakang.

4. Zona servis yang merupakan gudang ruang pompa, genzet dan ME

diletakkan di belakang agar tidak terlihat.

C. Konsep Tampilan Bentuk Bangunan

Karena tapak menghadap ke tenggara, sedangkan kiblat menghadap

ke barat, bangunan masjid dibuat berbentuk belah ketupat. Bentuk

bangunan yang dihasilkan menyesuaikan aspek-aspek fisik yang

terdapat dalam arsitektur tradisional, ditunjang dengan konsep

kosmologi yang dimuculkan dengan penataan pola.

Bentuk bangunan utama maupun penunjang diperoleh berdasarkan

karakteristik dari arsitektur rumah adat bugis. dan yang menjadi icon

pada Islamic Center adalah karakter atap.

Page 82: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

69

Gambar 30. Konsep tampilan bentuk bangunan

Sumber: Analisa penulis, 2019

Gambar 31. Konsep tampilan bentuk bangunan Sumber: Analisa penulis, 2019

D. Konsep Kelengkapan Bangunan

1. Struktur

Struktur atap yang digunakan adalah atap pelana menggunakan

struktur rangka (parallel chord) dengan material baja.

Gambar 32. Konsep Struktur Atap

Sumber: Analisa penulis, 2019

Page 83: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

70

Gambar 33. Konsep balok dan sambungan baja Sumber: Analisa penulis, 2019

Gambar 34. Konsep struktur pondasi

Sumber: Analisa penulis, 2019

2. Utilitas

a. Pencahayaan alami

Memanfaatkan cahaya matahari melalui celah-celah tertutup

kaca. Memberikan pelindung pada tiap celah besar (jendela)

bangunan dari sinar matahari langsung. Seperti di bangunan

utama, pusat PPP dan masjid, dan pujasera.

b. Pencahayaan buatan

Gambar 35. Konsep pencahayaan buatan di sirkulasi tapak

Sumber: Analisa penulis, 2019

Page 84: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

71

c. Air bersih & air kotor

Gambar 36. Konsep plumbing Sumber: Analisa penulis, 2019

d. Penangkal petir

Sistem yang digunakan adalah Franklin Rod/konvensional yaitu

batang runcing berbahan copper spit, diletakkan di atas menara

Islamic Center yang terhubung dengan tembaga meneuju

elektroda dalam tanah.

Gambar 37. Konsep penangkal petir

Sumber: Analisa penulis, 2019

Page 85: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

72

e. Listrik

Sumber listrik berasal dari PLN, dan genzet sebagai cadangan

bila terjadi padam listrik. Ruang genzet tergabung dengan zona

servis yang diletakkan di bagian belakang tapak agar terhindar

dari pandangan langsung.

3. Material

Menggunakan warna-warna yang netral seperti gradasi cokelat,

putih, ataupun krem. Untuk furnitur, di dominasi dengan furnitur

lokal dan tradisional namun tetap ada sentuhan modern minimalis

pada area seperti ruang pertemuan dan multifungsi, dan masjid.

Mengaplikasikan ornamen bugis pada interior bangunan seperti

sulappa appa dan motif kembang, dan material kayu.

Gambar 38. Konsep material Sumber: Analisa penulis, 2019

Page 86: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

73

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pada akhir pembahasan penelitian ini, setelah melalui beberapa

tahapan penelitian di atas, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Islamic Center merupakan sentra kegiatan umat islam, tempat

menambah tentang agama islam, sehingga perlu adanya wadah

ini untuk menampung jumlah penduduk di Makassar yang

mayoritas beragama Islam.

2. Belum ada Islamic center dengan bentuk kearifan lokal di kota

Makassar sebelumnya yang merupakan peluang baik untuk

penulisan ini.

3. Prisip islam dalam mendirikan masjid atau Islamic center sejalan

dengan konsep intangible arsitektur tradisional Bugis, yang

mengutamakan kesederhanaan, fungsi dan kenyamanan

pengguna dengan menjunjung tinggi etika dan moral.

Page 87: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

74

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Arsitektur Vernakuler Sulawesi Selatan. slideshare.net/musmus1/arsitektur-vernakuler-sulawesi-selatan 1 April 2019, pkl. 23.38

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Makassar. Pasal 81 Tentang Ketentuan Pemanfaatan Ruang. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MAKASSAR 2015 – 2034.

Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut. 1 hlmn.

sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-wilayah=Indonesia 15 Mei 2019, pkl. 14.20

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. 2016. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Agama yang Dianut di Provinsi Sulawesi Selatan 2015. 1 hlmn.

sulsel.bps.go.id/dynamictable/2016/08/15/291/jumlah-penduduk-menurut-kabupaten-kota-dan-agama-yang-dianut-di-provinsi-sulawesi-selatan-2015.html 15 Mei 2019, pkl. 15.15

Erdiono, D., & Mastutie, F. (2015). ISLAMIC CONTEMPORER CULTURAL CENTER DI MANADO. 113–122.

Febri, M. A. 2018. Begini Aturan Mendirikan Masjid. 1 hlmn. kumparan.com/bloktuban/begini-aturan-mendirikan-masjid-atau-musala-1536719217481651576 28 Juli 2019, pkl. 17.30

Musani. (2018). Perancangan Islamic Center Di Kota Lubuk Pakam dengan Tema Arsitektur Islam. 1(2).

Mustafa, M., Wikantari, R., Harisah, A., & Muftiradja, A. (2015). Kajian Tekstual Nilai-nilai Keislaman untuk Arsitektur Rumah Tinggal. (c), 53–58.

Portal Resmi Kota Makassar. 1 hlmn. makassarkota.go.id/geografis/ 1 April 2019, pkl. 22.17

Sir, M. M. (2016). Geometri Façade “ Bola to ’ sama ” Arsitektur Bugis (Studi kasus : daerah pantai, dan daerah pegunungan Suku Bugis Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan).

Sistem Informasi Masjid. 2019. Profil Masjid/Mushalla. simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/page/900/?kabupaten_id=405 28 Juli 2019, pkl. 18.09

Page 88: PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN LOKAL DI

75

Soedigdo, D. (2014). Elemen-Elemen Pendorong Kearifan Lokal pada Arsitek Nusantara. Jurnal Perspektif Arsitektur, 9(1), 37–47.

Suhendro, B., Pradipto, E., & Kusumawanto, A. (2015). the System Structure As a Determinant of Buginese House. (Eac 2), 55–68.

Tato, S. (2009). ARSITEKTUR TRADISIONAL SULAWESI SELATAN PUSAKA WARISAN BUDAYA LOKAL INDONESIA. 37 hlmn. syahriartato.wordpress.com/2009/10/09/arsitektur-tradisional-

sulawesi-selatan-pusaka-warisan-budaya-lokal-indonesia/amp/ 1 April 2019, pkl. 23.08

Yunus, A. R. (2015). Nilai-Nilai Islam dalam Budaya dan Kearifan Lokal. II(1), 1–12.

Zaki, M., Hardiman, G., & Rukayah, S. (2016). The Local Wisdom at The Entities of Forms and Spaces in Javanese Traditional Mosque. Case Study: Grand Mosque of Demak.

Zulkarnain, & Hildayanti, A. (2018). Integrasi Konsep Arsitektur Islam pada Rumah Adat Saoraja Lapinceng di Kabupaten Barru. 5.