perancangan dan penerapan evaluasi belajar online pada

15
7 1. Pendahuluan Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan ajar dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Bahkan dengan menggunakan e-Learning, sistem-sistem komputer dapat menyampaikan pembelajaran maupun penilaian secara langsung kepada para siswa melalui cara online dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem, inilah yang disebut pengajaran dengan bantuan komputer atau e- Learning. Pada bidang Pendidikan, dampak yang muncul ialah kegiatan belajar dan mengajar yang dikenal dengan konsep e-Learning. e-Learning adalah proses belajar secara efektif yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian materi secara digital yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar [1]. Dengan proses pembelajaran yang menggunakan media tes online akan lebih efektif, seperti halnya aplikasi Moodle yang menggunakan jaringan internet. Moodle adalah nama sebuah aplikasi komputer yang dapat mengubah sebuah media pembelajaran kedalam bentuk web [2]. Dari observasi dan wawancara yang dilakukan mengenai evaluasi belajar online menggunkkan e-Learning berbasis moodle, siswa lebih tertarik untuk menggunakannya karena sangat menyenangkan, praktis dan menghemat tenaga dalam penulisan jawaban. Serta dalam penilaiannyapun dapat dilihat langsung oleh siswa setelah selesai mengerjakan soal. Berbeda dengan tes yang dilakukan tanpa menggunakan e-Learning berbasis moodle siswa terlihat kurang antusias dikarenakan menguras tenaga dalam penulisan. Tes essy sendiri menuntut siswa untuk mengingat, memahami, mengorganisir gagasannya ( jawaban soal tes ) yang selanjutnya diekspresikan dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata- kata sendiri. Tes essay jarang digunakakan guru di TKJ karena, cakupan materi terbatas, variasi jawaban siswa tinggi dan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengoreksian. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan ternyata di SMK Negeri 2 Salatiga masih banyak guru yang melakukan tes secara konvensional. Kelebihan dari tes konvensional sendiri antara lain : (1) Kunci jawaban bersifat mutlak sehingga tidak menimbulkan subjektivitas serta tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan, (2) Pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan tepat, dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti (3) tes konvensional khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal. Ada beberapa masalah dengan adanya tes secara konvensional yang memberikan dampak terhadap guru dan siswa yaitu, (1) tidak praktis dalam proses penilaian, guru dapat melakukan kesalahan kecil saat pengoreksian tes misalnya pembenaran atau penyalahan jawaban, dan jumlah penskoran nilai. (2) tidak efisien (membuang waktu atau tenaga) dimaksudkan membutuhkan ruang kelas saat tes, jumlah peserta tes terbatas, pengeluaran biaya untuk mencetak soal dan lembar jawab, membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengoreksian jawaban bagi guru, siswa harus menulis nama, tanggal, dan jawaban yang membutuhkan waktu dan tenaga untuk menulis. (3) guru kurang memanfaatkan media e-Learning berbasis moodle yang sudah diterapkan di jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Dari beberapa jurnal penelitian masalah

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

7

1. Pendahuluan

Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan

menyampaikan bahan ajar dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada

mikroprosesor. Bahkan dengan menggunakan e-Learning, sistem-sistem komputer

dapat menyampaikan pembelajaran maupun penilaian secara langsung kepada

para siswa melalui cara online dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke

dalam sistem, inilah yang disebut pengajaran dengan bantuan komputer atau e-

Learning. Pada bidang Pendidikan, dampak yang muncul ialah kegiatan belajar

dan mengajar yang dikenal dengan konsep e-Learning. e-Learning adalah proses

belajar secara efektif yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian

materi secara digital yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar [1].

Dengan proses pembelajaran yang menggunakan media tes online akan lebih

efektif, seperti halnya aplikasi Moodle yang menggunakan jaringan internet.

Moodle adalah nama sebuah aplikasi komputer yang dapat mengubah sebuah

media pembelajaran kedalam bentuk web [2].

Dari observasi dan wawancara yang dilakukan mengenai evaluasi belajar

online menggunkkan e-Learning berbasis moodle, siswa lebih tertarik untuk

menggunakannya karena sangat menyenangkan, praktis dan menghemat tenaga

dalam penulisan jawaban. Serta dalam penilaiannyapun dapat dilihat langsung

oleh siswa setelah selesai mengerjakan soal. Berbeda dengan tes yang dilakukan

tanpa menggunakan e-Learning berbasis moodle siswa terlihat kurang antusias

dikarenakan menguras tenaga dalam penulisan. Tes essy sendiri menuntut siswa

untuk mengingat, memahami, mengorganisir gagasannya ( jawaban soal tes ) yang

selanjutnya diekspresikan dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-

kata sendiri. Tes essay jarang digunakakan guru di TKJ karena, cakupan materi

terbatas, variasi jawaban siswa tinggi dan membutuhkan waktu yang cukup lama

dalam pengoreksian.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan ternyata di SMK Negeri

2 Salatiga masih banyak guru yang melakukan tes secara konvensional. Kelebihan

dari tes konvensional sendiri antara lain : (1) Kunci jawaban bersifat mutlak

sehingga tidak menimbulkan subjektivitas serta tingkat kesukaran butir soal dapat

dikendalikan, (2) Pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan tepat,

dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan

pasti (3) tes konvensional khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk

dilakukan analisis butir soal. Ada beberapa masalah dengan adanya tes secara

konvensional yang memberikan dampak terhadap guru dan siswa yaitu, (1) tidak

praktis dalam proses penilaian, guru dapat melakukan kesalahan kecil saat

pengoreksian tes misalnya pembenaran atau penyalahan jawaban, dan jumlah

penskoran nilai. (2) tidak efisien (membuang waktu atau tenaga) dimaksudkan

membutuhkan ruang kelas saat tes, jumlah peserta tes terbatas, pengeluaran biaya

untuk mencetak soal dan lembar jawab, membutuhkan waktu yang cukup lama

dalam pengoreksian jawaban bagi guru, siswa harus menulis nama, tanggal, dan

jawaban yang membutuhkan waktu dan tenaga untuk menulis. (3) guru kurang

memanfaatkan media e-Learning berbasis moodle yang sudah diterapkan di

jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Dari beberapa jurnal penelitian masalah

Page 2: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

8

tes secara konvensional dapat diminimalisir menggunakan tes online. Berdasarkan

permasalahan dari uraian yang ada, maka dilakukan penelitian tentang

perancangan dan penerapan evaluasi belajar online pada mata pelajaran perakitan

komputer di SMK Negeri 2 Salatiga. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan

batasan masalah pada analisis tentang efektivitas dan mengevaluasi penilaian hasil

belajar siswa setelah menggunakan e-Learning berbasis moodle pada mata

pelajaran perakitan komputer kelas X TKJ A dan X TKJ B SMK Negeri 2

Salatiga.

2. Kajian Pustaka

Jurnal Pendidikan, oleh Zyainuri dan Eko Marpanaji. Dari hasil penelitian

tersebut diperoleh nilai posttest, serta data kelas yang menggunakan e-Learning

telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 20 siswa (80%)sedangkan kelas yang

menggunakan media cetak telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 18 siswa

(78%). Data nilai pretest dan posttest menunjukkan bahwa terjadi kenaikan rerata

nilai pada siswa yang menggunakan e-Learning sebesar 45,72, lebih besar

dibandingkan yang menggunakan media cetak yaitu sebesar 32,48.Berdasarkan

hasil sumatif tersebut, maka e-Learning memperbaiki alat reproduksi sinyal audio

video CD yang dikembangkan effektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa

[3].

Jurnal Pendidikan Vokasi, oleh Numiek Sulistyo. Dalam penelitian ini data

dikumpulkan melalui angket dan observasi, kemudian data dianalisis secara

deskriptif. E-Learning dimanfaatkan untuk aktivitas belajar serta membantu guru

dalam mengefisienkan waktu pembelajaran di dalam kelas. Sekolahan yang telah

memiliki e-Learning aktif dan sarana dan prasarana pembelajaran online, dapat

dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dan meningkatkan aktivitas belajar

siswa, dan juga media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas

pembelajaran online. Akan tetapi belum dilaksanakan secara optimal oleh semua

guru dalam setiap kegiatan pembelajarannya. Kriteria pelaksanaan pembelajaran

e-Learning sebagai media pembelajaran secara keseluruhan cukup efektif dengan

tingkat kecenderungan sebesar 77,27%. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan e-

Learning di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto antara lain: kesiapan SDM

untuk meningkatkan pembelajaran e-Learning, fasilitas software untuk

mengembangkan media pembelajaran, fasilitas sarana internet di lingkungan

sekolah, dan kebutuhan pelaksanaan media pembelajaran e-Learning untuk

meningkatkan dan menambah aktivitas pembelajaran di kelas. Sedangkan faktor

penghambat pelaksanaan e-Learning antara lain: belum adanya lisensi dan hak

cipta atas pembelajaran e-Learning yang telah dilaksanakan, kurangnya motivasi

untuk guru dalam mengembangkan pembelajaran e-Learning dikarenakan

tersedianya fasilitas belajar yang lain di kelas, dan masih terdapat guru yang

belum memahami tentang pengelolaan course dalam e-Learning, keterbatasan

waktu, keterbatasan fasilitas dalam hal pendidikan dan pelatihan untuk

meningkatkan kemampuan e-Learning serta dukungan untuk melaksanakan

pembelajaran e-Learning, kurangnya komitmen yang dari sekolah maupun guru

Page 3: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

9

mengenai pengembangan pembelajaran e-Learning, serta dana yang diperlukan

untuk pelaksanaan e-Learning masih terbatas [4].

Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui keefektifan mengajar

dapat dilakukan dengan memberikan tes, karena dengan penilaian hasil tes dapat

dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran. Indikator dari

efektif sendiri ada 3 yaitu : (1) Ketuntasan hasil belajar, (2) Aktifitas belajar

siswa, (3) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Hasil penelitian

mengenai efektivitas mengajar guru dapat disimpulkan, bahwa terdapat sedikit

konsistensi hubungan antara kemampuan guru dengan efektivitas pembelajaran

[5].

Definisi tentang e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan

aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet,

jaringan komputer, maupun komputer standalone (mandiri). E-Learning tidak

berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi

memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan kontent dan

pengembangan teknologi pendidikan [1].

Sebagai penunjang kegiatan distance Learning, pengguna Moodle perlu

mencermati tipe modul-modul yang membantu pencapaian tujuan distance

learning, yaitu pendidikan berkualitas tanpa memperdulikan jarak dan waktu.

Berikut modul-modul dalam moodle adalah sebagai berikut [6]:

(1) Modul Penugasan (Assigment) : Pengelompokan berdasarkan tanggal

pengumpulan dan urutan penilaian tugas.

(2) Modul Chat : Modul ini memungkinkan interaksi sinkron (dalam waktu

yang bersamaan) berbentuk teks baik dengan pendidik atau peserta

didik.

(3) Modul Forum : Menyediakan berbagai macam tipe forum, di antaranya

forum khusus pengajar, berita khusus, forum terbuka, dalam sebuah

urutan sesuai kiriman pengguna. Dalam forum ini dapat membahas

topik-topik belajar dan terbentuk diskusi.

(4) Modul Pilihan (Choice) : Seperti sebuah poling, modul ini digunakan

untuk votting (mengambil pendapat atas suatu masalah) atau untuk

mendapatkan umpan balik dari para peserta didik.

(5) Modul Kuis (Quiz) : Pengajar dapat membuat database pertanyaan agar

dapat diguanakan pada kuis yang berbeda. Pertanyaan kuis dan jawaban

dapat diacak. Fitur ini bermanfaat untuk mengurangi kecurangan.

Pertanyaan dapat diambil dari file eksternal (teks), pertanyaan pilihan

ganda mendukung jawaban tunggal dan berganda serta dimodul kuis ini

dapat mendukung bentuk pertanyaan acak.

Sebagai langkah awal, dunia pendidikan harus lebih efektif dan efisien dari

segi waktu dan tempat. Guru bisa mengajar dan mengambil nilai murid di

manapun dan kapanpun sehingga tidak ada alasan bagi guru dan murid untuk

membolos [7].

Page 4: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

10

Ada beberapa faktor kelebihan tentang efektivitas tes online yang dilihat

dari sekolah, siswa, dan guru antara lain[1]:

Efisiensi biaya

Fleksibilitas untuk bergabung dalam forum diskusi, atau menjumpai teman

sekelas dan pengajar melalui ruang chatting.

Keberhasilan menyelesaikan pembelajaran dengan tes online mampu

membangun kemampuan belajar mandiri dan kepercayaan siswa.

Guru dapat dengan mudah mengontrol penilaian tes.

Dengan adanya tes online sangat menghemat waktu dalam pengoreksian

penilaian tes.

Bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda bentuk ini bisa

mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif. Pilihan ganda

merupakan salah satu tes diagnostik yang mana soalnya merupakan soal

bertingkat dua. Tingkat pertama terdiri dari pertanyaan dengan lima pilihan

jawaban, sedangkan tingkat kedua terdiri dari lima pilihan alasan yang mengacu

pada jawaban pada tingkat pertama. Alasan tersebut terdiri dari satu jawaban

benar dan distraktor. Jawaban distraktor merupakan penjelasan siswa yang

diperoleh dari literatur, interview ataupun dari respon terbuka[11].

Evaluasi pendidikan adalah suatu proses sistematis yang mengukur,

menelaah, menafsirkan, dan mempertimbangkan sekaligus memberikan umpan

balik (feed back) untuk mengetahui tingkat pencapaian terhadap tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan serta digunakan sebagai informasi untuk

membuat keputusan [8].

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil

belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari

puncak proses belajar.

3. Metode Penelitian

Metode penyelesaian masalah dalam penelitian ini menggunakan

penelitian ekperimen. Alasan penggunaan metode ini ialah untuk mencari

pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan

serta mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang

dikontrol secara ketat maka memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi

tersebut [9]. Penelitian terdiri dari beberapa tahapan pada Gambar 1.

Page 5: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

11

Gambar 1 Alur tahapan identifikasi

Tahap Persiapan dilakukan untuk observasi terhadap guru dan siswa,

menentukan populasi sampel untuk diterapkannya penggunaan e-Learning

berbasis moodle, menyiapkan materi perakitan komputer materi perbaikan dan

perawatan peripheral, butir-butir soal pembelajaran dibuat sebagai pretest dan

posttest dan pengujian penggunaan e-Learning berbasis moodle.

Identifikasi sarana dan prasarana untuk mengetahui apa saja yang dapat

dimanfaatkan untuk penelitian. Adanya fasilitas jaringan internet wi-fi yang

optimal untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Pengumpulan data dengan melakukan observasi yang bertujuan untuk

melihat dan mencatat fenomena apa yang muncul memungkinkan terjadinya

perbedaan diantara kedua kelompok. Mengontrol variabel dari grup eksperimen

dan grup kontrol, serta mendesain penelitian experiemen. Kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua variabel

mempunyai karakteristik sama atau mendekati sama, yang membedakan dari

kedua kelompok adalah bahwa grup eksperimen diberi treatment atau perlakuan

penggunaan e-Learning berbasis moodle, sedangkan grup kontrol diberikan

treatment tes pilihan ganda biasa tanpa penggunaan e-Learning berbasis moodle.

Desain strategi yang dibuat adalah dengan mendesain alur pembelajaran

dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sumber penelitian ini dilakukan

dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari Silabus dan RPP mata

pelajaran Perakitan Komputer kelas X di SMK Negeri 2 Salatiga. Tahap

pelaksanaan pada proses penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 2 Salatiga

jurusan Teknik Komputer dan Jaringan pada mata pelajaran perakitan komputer.

Pelaksanaannya dilakukan di kelas X dan dibagi menjadi dua kelompok X TKJ A

dengan jumlah siswa 32 orang sebagai kelas kontrol dan TKJ B dengan jumlah

siswa 31 orang sebagai kelas eksperimen dalam penggunaan e-Learning berbasis

Moodle terhadap penilaian hasil belajar siswa. Pelajaran perakitan komputer

Identifikasi sarana dan prasarana

Pengumpulan Data

Mendesain strategi dan pelaksanaan

Penggunaan

Penyelesaian

Tahap Persiapan

Page 6: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

12

dipilih sebagai penelitian karena pada pelajaran ini guru sering memanfaatkan

moodle untuk ulangan ataupun tes siswa.

Tahap selanjutnya adalah tahap penggunaan dengan metode eksperimen

yang bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan e-Learning berbasis moodle

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan efektif digunakan.

Tahap penyelesaian merupakan hal yang dilakukan untuk mengetahui

apakah penelitian ini dapat tercapai dengan baik atau tidak. Evaluasi ini dibagi

menjadi dua bagian, evaluasi mengenai efektivitas penggunaan e-Learning

berbasis moodle dan evaluasi terhadap penilaian hasil tes yang dilakukan setelah

proses pembelajaran dengan menggunakan e-Learning berbasis moodle.

Soal tes dibagi menjadi dua tahapan yaitu, pretest dan posttest yang

mencakup materi perbaikan dan perawatan peripheral komputer, pokok bahasan

perbaikan pada software, perawatan peripheral, kerusakan pada BIOS, macam-

macam peripheral yang berisi 50 soal pilihan ganda. Setiap soal yang benar

nilainya 2(dua) dan yang salah atau tidak dijawab bernilai 0 (nol), penilaian ini

berlaku pada semua kelas baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

Selanjutnya wawancara juga ditujukan kepada guru mapel dan siswa kelas X

untuk mengetahui bagaimana evaluasi tes online menggunakan e-Learning

berbasis moodle dibandingkan tes yang dilakukan secara konvensional dalam

pembelajaran perakitan komputer di SMK Negeri 2 Salatiga pada Tabel 1.

Tabel 1 Daftar pertanyaan wawancara guru dan siswa

Nara sumber Pertanyaan

Guru 1. Apakah kegiatan penilaian tes online menggunakan moodle

sudah cukup efektif digunakan?

2. Apakah manfaat tes online menggunakan e-Learning berbasis

moodle ini berpengaruh pada penilaian hasil belajar siswa?

Siswa 1. Bagaimana penilaian pembelajaran tes online menggunakan

e-Learning Moodle?

2. Apakah tes online yang dilakukan melalui moodle lebih

menarik?

Untuk mengetahui penilaian hasil belajar dari Pretest-Posttest siswa antara

kelas eksperimen class dengan control class pada mata pelajaran perakitan

komputer, menggunakan analisis pengujian dalam mengukur validitas nilai rata-

rata dari evaluasi belajar peserta didik menggunakan Independent Samples T-Test

kemudaian hasil nilai dianalisis menggunkan data gain. Hipotesis yang digunakan

adalah: H0 :Efektivitas tes online menggunakan e-Learning berbasis moodle sama

dengan penggunaan tes secara konvensional. H1: Efektivitas tes online

menggunakan e-Learning berbasis moodle lebih terlihat adanya perbedaan

penilaian hasil belajar siswa yang lebih tinggi daripada penggunaan tes secara

konvensional.

4. Hasil dan Pembahasan

Dari hasil wawancara dan observasi yang merupakan salah satu metode

pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi

tentang efektivitas tes online menggunakan e-Learning berbasis moodle maupun

penilaian hasil pembelajaran yang diterapkan guru pada mata pelajaran perakitan

Page 7: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

13

komputer di SMK Negeri 2 Salatiga. Menurut guru pengampu, proses

pembelajaran yang menuntut siswa aktif dapat meningkatkan minat belajar siswa.

Hasil pengamatan yang dilakukan adalah untuk mengetahui keaktifan siswa kedua

kelompok, pengamatan ini berjalan secara alami seperti pembelajaran biasa, jadi

guru dan siswa tetap melakukan aktifitas pembelajaran seperti pada hari-hari

biasa. Dalam penilaian keaktifan dikelas sudah dapat terlihat bahwa sebagian

besar siswa aktif dalam mengikuti perintah yang diberikan guru akan tetapi ada

juga beberapa siswa yang kurang memerhatikan perintah guru. Hal ini yang

menuntut guru untuk lebih memerhatikan siswa baik yang aktif maupun yang

pasif. Aktif yang dimaksud dalam pemebelajaran adalah bagaimana siswa tersebut

trampil dalam menunjukkan adanya usaha untuk memecahkan masalah yang

relevan berkaitan dengan pokok pembelajaran, dalam kerja kelompok siswa dapat

menunjukkan sudah mengambil bagian dalam menyelesaikan tugas kelompok,

serta usaha bekerjasama dan bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah

yang berbeda. Sedangkan menurut guru tes online menggunakan e-Learning

berbasis moodle sangat dibutuhkan dan harus dikembangkan baik dari semua

jurusan di SMK Negeri 2 Salatiga maupun instansi pendidikan lain, khususnya

bagi instansi pendidikan yang pernah dilakukan pelatihan penggunaan moodle.

Kelebihan dari tes online yaitu (1) penyelenggaraan tes lebih fleksibel, (2)

pengerjaan soal tetap bisa dibatasi seperti halnya ujian konvensional, (3) koefisien

reliabilitas yang didapat dari tes online dan tes konvensional tidak jauh berbeda,

(4) skor tes online dapat diketahui segera setelah tes selesai, dan (5) data siswa

mengenai hasil ujian dapat disimpan. Kelemahan dari tes online menggunakan e-

Learning berbasis moodle yaitu (1) jika komputer atau website pemuat tes online

mengalami gangguan, maka siswa tidak dapat mengerjakan soal ujian, (2) dalam

mengerjakan soal, siswa merasa terburu-buru, (3) apabila instruksi kurang jelas,

siswa cenderung bertanya pada temannya dan mengakibatkan kegaduhan, dan (4)

memungkinkan siswa mengulangi ujian, (5) siswa sering lupa dengan password

dan username.

Soal tes konfensional yang digunakan dalam bentuk pilihan ganda dengan

jumlah siswa 63 dengan 50 soal terdiri dari 5 lembar soal dan 1 lembar jawab.

Jadi untuk pembiayaan sekali tes dengan satu anak Rp 900,- kemudian untuk dua

kelas Rp 56700,-. Hal ini sangat terlihat untuk tes online biaya lebih efisien,

sekolah lebih menghemat biaya untuk pengadaan peralatan tes [1]. Fleksibilitas

waktu dan tempat merupakan keuntungan tes online.

Observasi dari proses pembelajaran yang berlangsung, terdapat perubahan

penilaian. Dilihat dari kelas kontrol yaitu kelas X TKJ A yang tidak diberikan tes

menggunakan e-Learning berbasis moodle selesai pembelajaran, siswa terlihat

kurang antusias dalam mengerjakan soal, siswa cenderung bercengkrama dengan

siswa lainnya. Jenis soal posttest yang diberikan sudah diacak nomornya menjadi

empat macam grup. Hal ini membuat siswa bertanya-tanya dengan siswa lain

untuk menyamakan soal karena pada saat pretest soal tidak dibuat grup untuk

pengacakan nomor. Penyelesaian 50 soal hanya diberikan waktu 45 menit tersebut

sangat singkat dan membutuhkan tambahan waktu 5 menit dikarenakan banyak

siswa yang kurang memanfaatkan waktu untuk mengerjakan akan tetapi malah

digunakan untuk bertanya-tanya, dan bersantai-santai.

Page 8: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

14

Hasil selanjutnya dilihat dari kelas eksperimen yaitu kelas X TKJ B

dengan materi pembelajaran yang sama akan tetapi setelah pembelajaran selesai

siswa tes online menggunakan e-Learning berbasis moodle. Dari pengamatan

yang dilakukan siswa terlihat antusias saat guru menyuruh siswa untuk

mengerjakan soal di moodle. Setelah semua siswa mengoperasikan laptop, guru

menginstruksikan untuk masuk ke IP e-Learning berbasis moodle yaitu

192.168.4.250/moodle/ kemudian login. Pada saat login ini banyak sekali siswa

yang lupa dengan password dan username hal inilah yang membuat guru harus

melihatkan password dan username bagi siswa yang lupa dengan akun didalam

moodle. Kemudian bagi siswa yang lupa password tetapi masih mengingat

username siswa masih bisa login dengan mengikuti langkah-langkah yang ada di

moodle. Soal yang diberikan sama dengan kelas kontrol yaitu 50 soal dengan

waktu 45menit. Di kelas eksperimen ini siswa fokus pada soal-soal yang mereka

kerjakan, dalam pengerjaan soal di moodle sudah ada pengaturan waktu selama 45

menit jadi jika dalam waktu 45 menit masih ada soal yang belum dikerjakan

makan siswa sudah tidak mendapat toleransi waktu lagi untuk mengerjakan. Tes

yang dilakukan menggunakan moodle sangat memudahkan guru untuk

mengontrol soal-soal mana yang kurang dimengerti siswa, selain itu guru dan

siswa dapat mengetahui langsung nilai dari tes menggunakan moodle.

Melihat dari hasil observasi dan wawancara guru yang menggunakan e-

Learning berbasis moodle hanya dijurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

Hal ini sangat disayangkan karena fasilitas tiap jurusan sudah memenuhi syarat

untuk menggunakan e-Learning berbasis moodle, guru mata pelajaran perakitan

komputer juga mengungkapkan bahwa sebelum e-Learning berbasis moodle ini

diterapkan dijurusan TKJ sebelumnya sudah ada pelatihan guru-guru di SMK

Negeri 2 Salatiga untuk mengoperasikan dan memanfaatkan media yang telah

disediakan untuk e-Learning berbasis moodle. Pada proses pembelajaran yang

selama ini digunakan oleh sebagian besar guru adalah pembelajaran dan tes secara

konvensional, yaitu guru menjelaskan dan siswa mendengar setelah selesai

pembelajaran diadakan tes tertulis. Dari aspek penilaian sangat efisien dan praktis

saat tes menggunakan e-Learning berbasis moodle, guru tidak perlu mengkoreksi

satu persatu jawaban siswa yang membutuhkan waktu lama, dalam pengeluaran

biaya juga sangat menghemat anggaran sekolah serta tidak terkendala dalam

ruangan. Akan tetapi dalam pembuatan terkendala pada soal bergambar yang

memerlukan editing satu-persatu, soal uraian hanya bisa memakai keyword satu

atau dua kata kunci. Menurut guru pengampu e-Learning berbasis moodle jika

dimanfaatkan oleh semua guru akan lebih efektif dan dapat meningkatkan kualitas

mutu pendidikan. Menurut siswa yang menggunakan e-Learning berbasis moodle

sangat menyenangkan, praktis dan menghemat tenaga dalam penulisan jawaban.

Dalam penilaianpun siswa dapat melihat langsung setelah selesai mengerjakan

soal.

Pada kelas eksperimen X TKJ B dengan jumlah siswa 31 orang melakukan

tes online setelah selesai pelajaran perakitan komputer, dengan menggunakan e-

Learning berbasis moodle pada materi perbaikan dan perawatan peripheral

komputer. Sedangkan sebagai kelompok pembanding kelas kontrol X TKJ A

dengan jumlah siswa 32 orang diberikan perlakuan dengan tes secara

Page 9: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

15

konvensional setelah selesai pelajaran perakitan komputer dengan materi yang

sama. Penelitian terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan selama

empat kali pertemuan untuk 1 kompetensi dasar perbaikan dan perawatan

peripheral komputer. Pertemuan ini disesuaikan dengan silabus SMK Negeri 2

Salatiga.

Pembahasan tentang data hasil penelitian yang digunakan dalam bentuk skor

pretest, dan skor posttest, serta skor gain. Skor gain dapat diperoleh dari selisih

antara skor pretest dan skor posttest baik siswa yang tes online menggunakan e-

Learning berbasis moodle maupun siswa yang melakukan tes secara

konvensional. Dalam menyelesaiakan data perhitungan, pengujian hipotesis

penelitian pada pelajaran perakitan komputer akan dianalisis nilai rata-rata siswa,

yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum menentukan

perhitungan analisis data maka, menentukan valid atau tidaknya butir soal terlebih

dahulu dengan membandingkan hasil rhitung dengan rtabel Product Moment. Dengan

jumlah responden 31 menurut rtabel N-2=29 dan taraf signifikansi = 5% maka 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,355. Berdasarkan hasil dari 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 tiap butir soal jika dibandingkan dengan

𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka butir soal yang tidak valid adalah jika rhitung <rtabel, yaitu sebanyak

sepuluh butir soal yaitu soal ke- 2, 17, 18, 22, 25, 31, 34, 43, 47 dan 59. Dengan

jumlah soal 60 dan yang tidak falid 10 maka soal yang dipergunakan untuk uji

pretest dan posttest sejumlah 50 soal. Untuk memperoleh analisis data hasil

belajar siswa diperoleh dari penilaian skor pada pretest dan posttest. Perlunya

melihat hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan (treatment),

dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dilakukan pengolahan dan

analisis data terhadap skor pretest dan posttest. Rekapitulasi data ditunjukkan

pada Tabel 2. Tabel 2 Rata-rata skor tes hasil belajar siswa

Kelas Nilai rata-rata

pretest

Nilai rata-rata

posttest

Eks 74,09677 79,29032

Kontrol 73,0625 76,0625

Dapat diketahui bahwa rata-rata skor pretest dan posttest pada kelas

eksperimen adalah 74,09677 dan 79,29032. Sedangkan pada kelas kontrol

diketahui rata-rata skor pretest dan posttest adalah sebesar 73,0625 dan 76,0625.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa peningkatan hasil belajar pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Data skor pretest dihitung dengan tujuan untuk mengukur kemampuan siswa

sebelum menerima pembelajaran atau dengan kata lain mengukur kemampuan

awal siswa sebelum diberikannya perlakuan atau treatmen. Data berikut ini adalah

analisis statistik deskriptif skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan

perhitungan menggunakan SPSS 11.5 [10].

Terlihat pada Gambar 2 bahwa rata-rata skor pretest kelas eksperimen adalah

74,0968 dengan skor minimum 66,0 dan skor maksimum 82,0 sedangkan rata-rata

Page 10: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

16

skor pretest kelas kontrol adalah 73,0625 dengan skor minimum 66,0 dan skor

maksimal 80,0.

Gambar 2 Grafik rata-rata skor pretest

Berdasarkan deskripsi data tersebut memperhatikan grafik, dapat dilihat

bahwa rata-rata skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol perbedaannya

tidak terlalu jauh, namun untuk melihat apakah perbedaan tersebut cukup berarti

atau tidak maka akan dilakukan uji statistic dengan uji homogenitas dan

normalitas.

Setelah dilakukan pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol, penilaian hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3 Penilaian hasil belajar siswa kelas KONTROL

NO NAMA Pretes KET Postest KET

1 Aida Ayu Mafizha 72 TDK 80 TUNTAS

2 Arizal Maulana 72 TDK 76 TUNTAS

3 Benekditus Rudi Wicaksono 74 TDK 76 TUNTAS

4 Cicik Hermina 76 TUNTAS 74 TDK

5 Dian Putri Nuriana 72 TDK 78 TUNTAS

6 Dias Nurlita 72 TDK 80 TUNTAS

7 Eka Prasetyawati 74 TDK 76 TUNTAS

8 Era Susanti 74 TDK 80 TUNTAS

9 Faisal Anggito Indwianto 66 TDK 66 TDK

10 Fitriyani 72 TDK 82 TUNTAS

11 Ghafur Wardana 74 TDK 72 TDK

12 Joko Lestari Sofyan Saputro 74 TDK 82 TUNTAS

13 Jundan Khoidar Sholikhul Ibad 72 TDK 76 TUNTAS

14 Kristiana Yuni Rahmawati 80 TUNTAS 82 TUNTAS

15 Lusia Anandya Alvara Dewi 74 TDK 76 TUNTAS

16 Mardatilana Aini Kurnia 74 TDK 78 TUNTAS

17 Metri Wahyudi 66 TDK 68 TDK

18 Muhammad Izzul Wahid 72 TDK 72 TDK

19 Najmuddin Mush'ab Al-Hamidy 80 TUNTAS 80 TUNTAS

20 Nanda Mukhlis Hananto 68 TDK 68 TDK

21 Novia Najmul Eka Nur Laila 78 TUNTAS 78 TUNTAS

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

N Mean Min Max

eksperimen

kontrol

Page 11: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

17

22 Riska Vennithasari 68 TDK 80 TUNTAS

23 Siti Mahmudah 70 TDK 76 TUNTAS

24 Sofyan Hamid 72 TDK 72 TDK

25 Surya Rizky Widianto 76 TUNTAS 76 TUNTAS

26 Wahyu Pusparini 68 TDK 70 TDK

27 Wisnu Nugroho 74 TDK 74 TDK

28 Wizurai Ikbar Kautsar 72 TDK 76 TUNTAS

29 Yossy Oktaviandoko 80 TUNTAS 82 TUNTAS

30 Yosua Arya Okta Pratama 70 TDK 76 TUNTAS

31 Yuniawan Rasmana 78 TUNTAS 74 TDK

32 Zakki Ahmad Fauzi 74 TDK 78 TUNTAS

RATA-RATA 73.0625 76.0625

MIN 66 66

MAX 80 82

Persentase kriteria TUNTAS KKM 22% 7 orang 68% 22 orang

Persentase kriteria TIDAK

TUNTAS KKM

78% 25 orang 32% 10 orang

Standar tuntas KKM : 75 15 MEI 2014 22 MEI 2014

Gambar 3 Grafik persentase ketuntasan kelas KONTROL

Berdasarkan Gambar 3 tentang data penilaian tersebut memperhatikan

grafik, bahwa persentase ketuntasan dari skor pretest dan posttest kelas

eksperimen, terdapat perbedaan persentase yang sangat signifikan. Data

persentase pada saat pretest 22% siswa dikatakan tuntas dan 78% siswa tidak

tuntas dari KKM yaitu 75. Saat posttest dapat dilihat 68% siswa tuntas KKM dan

32% siswa tidak tuntas.

Tabel 4 Penilaian hasil belajar siswa kelas EKSPERIMEN

NO NAMA Pretes KET Postest KET

1 Abbelardo Ryo Brastama 74 TDK 80 TUNTAS

2 Anang Prakoso 74 TDK 76 TUNTAS

3 Angelia Suryaningtyas 68 TDK 80 TUNTAS

4 Bisma Muhammad Sultan Farabi 82 TUNTAS 86 TUNTAS

5 Brian Andhika Putra 74 TDK 84 TUNTAS

6 Dhea Wulandari 80 TUNTAS 82 TUNTAS

7 Dwi Lutfiana 82 TUNTAS 82 TUNTAS

8 Eko Seftianto 74 TDK 82 TUNTAS

9 Etika Ria Agustina 72 TDK 66 TDK

10 Febriana Endah Puspaningrum 76 TUNTAS 86 TUNTAS

11 Fiqri Aulia Akbar 66 TDK 78 TUNTAS

12 Frengki Ari Wibowo 74 TDK 84 TUNTAS

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Pretest Posttest

Tuntas

TDK Tuntas

Page 12: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

18

13 Galih Setyaningrum 74 TDK 86 TUNTAS

14 Hendri Suryo Prakoso 76 TUNTAS 74 TDK

15 Joesafat Balqis Afiqrin 78 TUNTAS 78 TUNTAS

16 Lalu Sofian Muharam 70 TDK 72 TDK

17 Latifatul Muta'arofah 80 TUNTAS 86 TUNTAS

18 Lut Fidah Retriarti 74 TDK 78 TUNTAS

19 M, Fikri Mabruri 72 TDK 82 TUNTAS

20 Maulidina Resita Dewi 78 TUNTAS 68 TDK

21 Mufti Hadi Wibowo 74 TDK 86 TUNTAS

22 Muhammad Arif Munandar 80 TUNTAS 82 TUNTAS

23 Muhammad Mufti Adi Laksono 72 TDK 84 TUNTAS

24 Muhammad Syamsul Hadi 66 TDK 80 TUNTAS

25 Muhammad Yesa 73 TDK 80 TUNTAS

26 Nila Susanti 68 TDK 74 TDK

27 Nungsi Fachriasshinta 74 TDK 72 TDK

28 Rangga Dewa Yudhatama 74 TDK 76 TUNTAS

29 Robby Ghozali 74 TDK 80 TUNTAS

30 Umi Wulandari Kusumaningrum 74 TDK 76 TUNTAS

31 Wahyu Fitriani 70 TDK 78 TUNTAS

RATA-RATA 74.09677 79.29032

MIN 66 66

MAX 82 86

Persentase kriteria TUNTAS KKM 29% 9 orang 81% 25 orang

Persentase kriteria TIDAK

TUNTAS KKM

71% 22 orang 19% 6 orang

Standar tuntas KKM : 75 12 MEI 2014 19 MEI 2014

Gambar 4 Grafik persentase ketuntasan kelas EKSPERIMEN

Diihat Gambar 4 tentang data penilaian tersebut memperhatikan grafik,

bahwa persentase ketuntasan dari skor pretest dan posttest kelas kontrol, terdapat

perbedaan persentase yang sangat signifikan. Data persentase pada saat pretest

29% siswa dikatakan tuntas dan 71% siswa tidak tuntas dari KKM yaitu 75. Saat

posttest dapat dilihat 81% siswa tuntas KKM dan 19% siswa tidak tuntas.

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data dari hasil posttest

diketahui bahwa penyebaran skor posttest kelas eksperimen dan kontrol

berdistribusi normal sehingga untuk menguji perbedaan dua rerata posttest

digunakan uji statistik parametrik uji t. Uji t (Independent Samples T Test) dengan

taraf signifikansi 5%.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Pretest Posttest

Tuntas

TDK Tuntas

Page 13: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

19

Independent Sample T Test

1. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏 , maka 𝐻𝑜 ditolak, 𝐻1 diterima.

2. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏 , maka 𝐻𝑜 diterima, 𝐻1 ditolak.

Berdasarkan Signifikansi

3. Jika P < ∝(0.05), maka 𝐻𝑜 ditolak, 𝐻1 diterima.

4. Jika P > ∝(0.05), maka 𝐻𝑜 diterima, 𝐻1 ditolak.

Tabel 5 Uji Independent Samples T Test

Kelas Df Sig(P) Α thitung ttabel

Eksperimen 61 0,010 0,05 2,673 0,8134

Kontrol

Tabel 5 menunjukkan bahwa signifikansi (P) adalah 0,010. Karena

signifikansi P (0,010) < (0,05), maka 𝐻1 diterima. Artinya dapat disimpulkan

bahwa hasil penilaian dari tes online menggunakan e-Leraning berbasis moodle

lebih tinggi daripada menggunakan tes secara konvensional.

Setelah perhitungan maka, hasil analisis data penelitian yang dibantu

dengan analisis uji statistik menunjukkan kemampuan awal siswa pada kelas

kontrol dan kelas eksperimen adalah sama (homogen) dan dapat dilihat dari nilai

rata-rata pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dibuktikan dengan uji t

untuk melihat persamaan rata-rata dan dari hasil menunjukkan tidak adanya

perbedaan kemampuan awal kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Data

perhitungan ini terjadi karena pada kedua kelas tersebut belum mendapatkan

perlakuan tes online menggunakan e-Learning berbasis moodle terhadap penilaian

hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada

kelas kontrol.

Usai proses pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan perlakuan

pada masing-masing kelas yaitu dengan tes online menggunakan e-Learning

berbasis moodle pada kelas eksperimen dan tes secara konvensional pada kelas

kontrol, menunjukkan bahwa hasil belajar dari kedua kelompok tersebut

mengalami perbedaan. Perbedaan hasil belajar ditunjukkan dengan nilai rata-rata

kelas kontrol 73,0625 menjadi 76,0625 sedangkan pada kelas eksperimen

74,29032 menjadi 79,2903. Dari hasil rata-rata nilai posttest terlihat bahwa hasil

belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

Dari analisis data akhir dengan uji t terdapat signifikansi (P) 0,010. Karena

signifikansi P (0,010) < (0,05), maka 𝐻1 diterima dan H0 ditolak. Artinya dapat

disimpulkan bahwa tes online menggunakan e-Learning berbasis moodle efektif

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Perakitan Komputer di

SMK Negeri 2 Salatiga.

Didalam penelitian ini prestasi siswa dapat dilihat dari tinggi rendahnya nilai

hasil belajar. Hasil belajar siswa dengan media pembelajaran e-Learning berbasis

moodle sudah memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal. Hasil uji t tersebut

menunjukkan bahwa thitung bernilai positif yang berarti rata-rata dengan

menggunakan media pembelajaran e-Learning berbasis moodle lebih tinggi dan

lebih efektif dari pada hasil belajar dengan menggunkan pembelajaran

konvensional.

Page 14: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

20

Penilaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di SMK Negeri 2 Salatiga

adalah 75 dari hasil kelas eksperimen pada saat pretest adalah 9 orang siswa

tuntas dengan persentase 29% dan 22 orang siswa tidak tuntas dengan persentase

71%. Kemudian penilian posttest adalah 25 orang siswa tuntas dengan persentase

81% dan 6 orang siswa tidak tuntas dengan persentase 19%.

Hasil kelas kontrol pada saat pretest adalah 7 orang siswa tuntas dengan

persentase 22% dan 25 orang siswa tidak tuntas dengan persentase 78%.

Selanjutnya untuk penilian posttest adalah 22 orang siswa tuntas dengan

persentase 68% dan 10 orang siswa tidak tuntas dengan persentase 32%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi belajar online

menggunakan e-Learning berbasis moodle dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran Perakitan Komputer di SMK Negeri 2 Salatiga.

5. Simpulan dan Saran

Berdasarkan pengujian dan analisis tes online menggunakan e-Learning

berbasis moodle di SMK Negeri 2 Salatiga, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa (1) tes online menggunakan e-Learning berbasis moodle di SMK Negeri 2

Salatiga dapat dikatakan efektif karena setelah dilakukan penelitian dan hasil

penelitian menyatakan adanya perbedaan antara kelas yang tes online

menggunakan e-Learning berbasis moodle dibandingkan dengan kelas yang tidak

menggunakan e-Learning berbasis moodle. (2) Sesuai dengan analisis deskriptif

tetang hasil belajar atau hasil tes online siswa pada pembelajaran Perakitan

Komputer di SMK Negeri 2 Salatiga , terjadi peningkatan penilaian hasil belajar

yang lebih baik antara kelas yang tes online menggunakan e-Learning berbasis

moodle dengan kelas tidak menggunkan e-Learning berbasis moodle. (3) Adanya

pembelajaran dengan tes online menggunakan e-Learning berbasis moodle

membuat proses pembelajaran yang biasanya dilakukan tes secara konvensional

dan terbatas oleh kelas, dengan mamanfaatkan tes online menggunakan e-

Learning berbasis moodle dapat melakukan pembelajaran tanpa ada batasan ruang

kelas, hemat biaya dan penghematan waktu guru untuk pengkoreksian. (4) Hasil

tes peserta dapat disimpan di dalam e-Learning berbasis moodle dan dapat di

download dalam bentuk MS.Excel tidak perlu melakukan koneksi ke komputer

server untuk melihat kembali hasil tes yang telah dilakukan. (5) Dalam penerapan

tes online menggunakan e-Learning berbasis moodle terbukti dapat meningkatkan

penilaian hasil belajar siswa yang lebih baik dalam pembelajaran Perakitan

Komputer di SMK Negeri 2 Salatiga. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya hasil

belajar siswa kategori sedang menjadi tinggi. Berdasarkan kesimpulan yang

didapat, maka disarankan (1) Perlunya tes online menggunakan e-Learning

berbasis moodle pada semua jurusan yang ada di SMK Negeri 2 Salatiga, karena

tes online menggunakan e-Learning berbasis moodle ini terbukti efektif dalam

penilaian hasil belajar siswa. (2) Guru dituntut untuk menguasai berbagai

teknologi pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa. Saat

dilakukan pelatihan maka guru yang belum begitu menguasai perlu dilatih dan

diuji coba diterapkan dalam pembelajaran, pelatihan juga bertujuan untuk

Page 15: Perancangan dan Penerapan Evaluasi Belajar Online Pada

21

meningkatkan kompetensi guru sebagai pendukung tercapainya tujuan

pembelajaran. (3) Guru dan siswa harus memanfaatkan internet yang ada di

sekolah untuk e-Learning berbasis moodle sebagai media pembelajaran tanpa

harus bertatap muka di kelas dan sebagai tes online yang sangat efisien dan

praktis untuk digunakan.

6. Daftar Pustaka

[1] Rahmasari, Gartika, dan Rita Rismiati, 2013, E-learning pembelajaran

jarak jauh untuk SMA, Bandung : Penerbit Yrama Widya.

[2] Sediyono, Eko, dan Paulus Nindito Adi, 2012, Membangun Manajemen e-

leraning menggunakan moodle, Salatiga: Biro Teknologi dan Sisitem

Informasi-Universitas Kristen Satya Wacana.

[3] Zyainuri, Eko, 2012, Penerapan E-Learning Moodle Untuk Pembelajaran

Siswa Yang Melaksanakan Prakerin SMK Negeri 5 Banjarmasin,

(http://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/download/1046/847) Diakses

tanggal 28 Februari 2014.

[4] S.Hanum, Numiek, 2013, Keefektifan E-Learning Sebagai Media

Pembelajaran Studi Evaluasi Model Pembelajaran E-Learning Smk Telkom

Sandhy Putra Purwokerto,

(http://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/download/1584/1314) Diakses

tanggal 13 Maret 2014.

[5] Dunne, Richard, Ted Wragg, dan Anwar Jasin, 1996, Pembelajaran Efektif,

Jakarta : Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

[6] Prakoso, Kukuh.S, 2005, Membangun E-Learning Dengan MOODLE,

Yogyakarta: ANDI.

[7] B.Uno, Hamzah, 2008, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif, Jakarta : PT Bumi Aksara.

[8] Sa’ud, Udin Saefudin, 2011, Inovasi Pendidikan, Bandung : C.V Alfabeta.

[9] Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,

Bandung : Alfabeta.

[10] Trihendradi, Cornelius, 2007, Langkah Mudah Analisis Statistik

Menggunakan SPSS 15, Yogyakarta : C.V Andi.

[11] Tuysuz, C. (2009), "Development of Two-Tier Diagnostic Instrument and

Assess Students' Understanding in Chemistry", Scientific Research and Essay,

4(6), 626-631.