perancangan dan implementasi finite...

16
6 1. Pendahuluan Seiring pesatnya kemajuan teknologi khususnya di bidang teknologi informasi yaitu jaringan, kebutuhan akan teknologi sebagai sumber informasi dan komunikasi menjadi isu yang sering dibahas. Jaringan yang mampu menyediakan teknologi yang memberikan kecepatan tinggi dalam proses pertukaran informasi dan data merupakan jaringan yang handal dan efisien. Proses rute dari sumber pengiriman hingga menemukan tujuannya dalam jaringan komunikasi disebut routing. Dalam proses routing terdapat algoritma sehingga paket yang dikirim dapat sampai hingga tujuannya, di antaranya yaitu distance vector dan link state. Dalam hal ini menentukan algoritma routing merupakan hal yang penting dalam suatu jaringan komunikasi. Untuk mendapatkan algoritma yang tepat dalam suatu jaringan maka keduanya algoritma tersebut dibandingkan berdasarkan QoS (Quality of Service), sehingga hal ini dapat dipergunakan untuk meningkatkan kinerja dan performa dari jaringan. Jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonom yang saling menggunakan protokol untuk komunikasi sehingga dapat berbagi data, informasi, program aplikasi dan perangkat keras seperti printer, scanner, CD-Drive ataupun harddisk, serta memungkinkan untuk saling berkomunikasi secara elektronik [1]. Untuk melakukan perbandingan performa antar algoritma routing yaitu distace vector dan link state khususnya dalam video streaming dan download file. pengukuran yang dihasilkan menggunakan parameter delay, throughput dan packet loss. 2. Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian sebelumnya yang diambil dari jurnal yang berjudul Analisa Perbandingan Metode Routing Distance Vector dan Link State pada Jaringan Packet (Vina Rifiani, 2011) mengatakan bahwa pengujian untuk packet data 512 kb dan 1024 kb distance vector lebih baik dibandingkan link state. Pada tabel 1 menyatakan perbedaan hasil distance vektor dan link state dengan parameter delay, throughput dan packet loss. Dilihat dari hasil QoS bahwa metode distance vector lebih cocok digunakan pada jaringan[2]. Tabel 1 Hasil Distance Vector dan Link State Parameter Distance Vector (512 kb) Link State (512 kb) Distance Vector (1024 kb) Link State (1024 kb) Delay (second) 0,004143 0,008583 0,042241 0,041378 Throughput (Bps) 717,549 721,61 866,99 870,43 Packet loss (%) 0,0314 0,3413 58,0623 54,0714

Upload: haliem

Post on 11-May-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

6

1. Pendahuluan

Seiring pesatnya kemajuan teknologi khususnya di bidang teknologi

informasi yaitu jaringan, kebutuhan akan teknologi sebagai sumber informasi dan

komunikasi menjadi isu yang sering dibahas. Jaringan yang mampu menyediakan

teknologi yang memberikan kecepatan tinggi dalam proses pertukaran informasi

dan data merupakan jaringan yang handal dan efisien.

Proses rute dari sumber pengiriman hingga menemukan tujuannya dalam

jaringan komunikasi disebut routing. Dalam proses routing terdapat algoritma

sehingga paket yang dikirim dapat sampai hingga tujuannya, di antaranya yaitu

distance vector dan link state.

Dalam hal ini menentukan algoritma routing merupakan hal yang penting

dalam suatu jaringan komunikasi. Untuk mendapatkan algoritma yang tepat dalam

suatu jaringan maka keduanya algoritma tersebut dibandingkan berdasarkan QoS

(Quality of Service), sehingga hal ini dapat dipergunakan untuk meningkatkan

kinerja dan performa dari jaringan.

Jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonom yang saling

menggunakan protokol untuk komunikasi sehingga dapat berbagi data, informasi,

program aplikasi dan perangkat keras seperti printer, scanner, CD-Drive ataupun

harddisk, serta memungkinkan untuk saling berkomunikasi secara elektronik [1].

Untuk melakukan perbandingan performa antar algoritma routing yaitu

distace vector dan link state khususnya dalam video streaming dan download file.

pengukuran yang dihasilkan menggunakan parameter delay, throughput dan

packet loss.

2. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang diambil dari jurnal yang berjudul

Analisa Perbandingan Metode Routing Distance Vector dan Link State pada

Jaringan Packet (Vina Rifiani, 2011) mengatakan bahwa pengujian untuk packet

data 512 kb dan 1024 kb distance vector lebih baik dibandingkan link state. Pada

tabel 1 menyatakan perbedaan hasil distance vektor dan link state dengan

parameter delay, throughput dan packet loss. Dilihat dari hasil QoS bahwa metode

distance vector lebih cocok digunakan pada jaringan[2].

Tabel 1 Hasil Distance Vector dan Link State

Parameter Distance Vector

(512 kb)

Link State

(512 kb)

Distance

Vector (1024

kb)

Link State

(1024 kb)

Delay

(second)

0,004143 0,008583 0,042241 0,041378

Throughput

(Bps)

717,549 721,61 866,99 870,43

Packet loss

(%)

0,0314 0,3413 58,0623 54,0714

Page 2: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

7

Berdasarkan penelitian yang berjudul Comparative analysis of the routing

protocols RIPv2, OSPFv2 and Integrated IS-IS (Christina Jurado 2009)

memberikan gambaran mengenai perbedaan algoritma distance vector dan link

state. Pada tabel 2 menunjukan perbedaan antara link state dan distance vector[3].

Tabel 2 Distance Vector versus Link State

Criteria Distance Vector Link State

Algorithm Bellman-Ford Dijsktra

Network view Topology Knowledge

from the neighbour

point of view

Common and

complete knowledge

of the network

topology

Best Path

Calculation

Besed on the fewest

number of hops

Besed on the cost

(hops, BW, delay ...)

Update Full routing table Link state updates

Update Frequency Frequently periodic

updates

Triggered updates

Routing Loops Needs additional

pprocedures to avoid

them

By construction,

routing loops cannot

happen

CPU and Memory Low utilization

Intensive

Simplicity Hight simplicity Requres a trained

network

administrator

Pada penelitian tersebut menyatakan bahwa kecepatan transfer dengan

parameter delay dalam distance vector dan link state tidak menunjukkan

perbedaan. Pada penelitian yang berjudul Final Project OSPF, EIGRP and RIP

Performance Analysis Based On Opnet ( Dong Xu, 2011) menyatakan bahwa

OSPF memiliki performa yang baik pada HTTP Page Response Time and Video

Conferencing Packet End-to-End Delay. Sedangkan RIP memiliki performa yang

baik pada Voice Packet Delay[4].

Perbedaan Antar Penelitian

Penelitian pada Analisis Performa Routing Menggunakan Distance Vector

dan Link State pada Video Streaming dan Transfer Data, terdapat beberapa

perbedaan dengan ketiga penelitian sebelumnya. Pada penelitian yang berjudul

Analisa Perbandingan Metode Routing Distance Vector dan Link State pada

Jaringan Packet (Vina Rifiani, 2011) menggunakan metode simulasi pada aplikasi

Page 3: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

8

NS-2 (Network Simulator-2) tidak menggunakan metode PPDIOO yang

melakukan pengujian langsung di lapangan. Pada penelitian yang berjudul Final

Project OSPF, EIGRP and RIP Performance Analysis Based On Opnet ( Dong

Xu, 2011) menggunakan metode simulasi pada aplikasi OPNET tidak

menggunkan metode PPDIOO yang melakukan pengujian langsung di lapangan.

Pada penelitian yang berjudul Comparative analysis of the routing protocols

RIPv2, OSPFv2 and Integrated IS-IS (Christina Jurado 2009) juga menggunakan

metode simulasi pada aplikasi OPNET tidak menggunkan metode PPDIOO yang

melakukan pengujian langsung di lapangan. Pada penelitian ini melakukan

pengujian pada Video Streaming dan Transfer Data untuk melakukan

perbandingan performa dari Distance Vector dan Link State yang dimana hasil

performa routing menggunakan Link State lebih baik, hasil penelitian ini juga

menunjukkan perbedaan dari hasil yang diperoleh oleh penelitian-penelitian

sebelumnya.

Distance Vector

Sebuah Distance Vector memberikan informasi tentang banyaknya hop ke

jaringan tujuan dan arahnya dimana sebuah paket dapat mencapai jaringan tujuan.

Router mampu melewatkan updates route ke tetangga pada setiap interval yang

rutin terjadwal [2]. Setiap tetangga kemudian menerima nilai tujuannya dan

menyalurkan informasi routing ke tetangga terdekat. Beberapa protokol yang

menggunakan algoritma distance vector yaitu RIP dan BGP. RIP adalah routing

protokol dengan algoritma distance vector yang melakukan perhitungan melalui

jumlah hop sebagai routing metric. BGP merupakan protokol routing yang

menggunakan algoritma Distance vector yang bekerja dengan cara yaitu

memetakan sebuah IP network yang menunjuk ke jaringan yang dapat dicapai

antar Autonomous System (AS). Pada Distance Vector terdapat algoritma

Bellman-Ford. Bellman-Ford berjalan pada O(|V| . |E|) waktu, dimana |V| dan |E|

merupakan jumlah simpul dari sisi masing-masing. Inisialisasi shortest path dari

source ke semua verteks lain kecuali source ke source 0. Relaksasi shortest

path dalam n-1 iterasi setiap pasang verteks dan v jika sisi ada. Anggap Г

= (V,A) adalah graf berarah dan adalah fungsi jarak pada sisi Г.

Ibaratkan kita mencari jarak terpendek, w.r.t.ℓ, path langsung dari ke semua

verteks Г. Kita definisikan menjadi panjang minimal dari seluruh k-sisi dari

ke . Tentunya , karena graf tidak boleh memiliki siklus

negatif dan untuk semua . Kemudian dengan

menggunakan induksi, . Hal ini baik,

tapi apakah k dapat tumbuh tiba-tiba? Jika kita mengunjungi verteks lebih dari

sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik tersebut mengandung

bobot negatif, kita dapat menghilangkannya, dan tidak menambah panjang jalan.

Jadi, tanpa kehilangan secara general, sebuah jalan terpendek ke memiliki

hampir semua verteks |V|, dan juga adalah jarak dari ke . Maka pada

hampir semua O(|V| · |E|) operasi, kita akan menemukan jarak dari ke setiap

verteks dari Г [5].

Page 4: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

9

Link State

Cara berkerja Link State yaitu tiap router akan mengumpulkan informasi

tentang interface, roundtrip, bandwidth kemudian antar router akan saling

menukar informasi, nilai yang paling efisien yang akan diambil sebagai jalur dan

dimasukkan ke tabel routing [2]. Protokol yang digunakan oleh algoritma link

state adalah OSPF. OSPF merupakan routing protocol yang menggunakan

algoritma link state, termasuk dalam Interior Gateway Protocol (IGP). OSPF

menggunakan cost sebagai metric. Sesudah masing-masing router melakukan

pertukaran informasi maka akan terbentuk database link state di setiap router.

Pada Link State terdapat algoritma Dijkstra. Pada kode program 1 menunjukan

algoritma Dijkstra. Misalkan sebuah simpul sumber s di sebuah jaringan, ingin

memperoleh jarak yang tersingkat dan termurah ke simpul lainnya yang ada di

jaringan tersebut, misalnya ke simpul i. Label jarak : d(i) menunjukkan jarak

antara simpul s dan simpul i. Simpul-simpul ini dikelompokkan kedalam dua jenis

simpul, yaitu simpul dengan label jarak permanen dan simpul dengan label jarak

sementara. Kemudian mencari nilai biaya (cost) yang paling kecil diantara simpul-

simpul yang terhubung dan menjadikannya label permanen. Dan untuk mencari

jalur terpendek berikutnya yang masih belum menjadi label permanen dengan

membandingkan nilai biaya komulatif langsung menuju node tersebut atau dengan

melalui node yang telah memiliki label permanen jalur terpendek. Langkah

berhenti bila semua label sudah merupakan label permanen [6].

Kode Program 1 Algoritma Dijkstra

Parameter Delay, Throughput dan Packet loss

Elemen QoS tergantung dari informasi yang ditransmisikan, Delay,

Throughput dan Packet loss merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi QoS

pada jaringan[7].

Delay merupakan penundaan waktu suatu paket yang diakibatkan oleh

proses transmisi dari titik yang satu ke titik yang lain[8]. Untuk melakukan

perhitungan delay dapat dicari dengan persaamaan:

Packet loss memiliki definisi sebagi kegagalan transmisi packet dalam

mencapai tujuannya[8]. Untuk melakukan perhitungan Packet loss dapat dicari

dengan persaamaan:

1 Procedure SPF;

2 begin

3 S:= {1};

4 for i := 2 to n do

5 D[i]:= C[1,j]; {inisialisasi D]

6 for i := 1 to n-1 do begin

7 Cari vertex w dalam V – S yang mempunyai D[w] minimum

8 Tambahkan w ke S;

9 for tiap vertex v di V – S do

10 D[v] := min(D[v], D[w] + C[w,v])

11 end

12 end;

Page 5: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

10

Throughtput adalah merupakan jumlah bit yang berhasil dikirimkan pada

suatu jaringan[8]. Untuk melakukan perhitungan Throughtput dapat dicari dengan

persaamaan:

File Transfer Protocol (FTP)

Untuk jaringan komputer, proses transfer file salah satunya ditangani

melalui protokol FTP. Untuk melakukan proses transfer file maka user harus

masuk pada suatu server melalui proses autentikasi yang biasanya menggunakan

nama user dan password tertentu[1].

Ketika masuk pada sistem server, yang dapat dilakukan tidak hanya transfer

file namun juga dapat melakukan aktivitas lain yang diijinkan oleh protokol FTP.

Protokol FTP menggunkkan dua port yaitu port 21 untuk melakukan proses

pemberian perintah dan port 20 untuk proses transfer data file.

Video Streaming

Video merupakan pereangkat yang memiliki fungsi sebagi penerima gambar

dan suara. Streaming yaitu sebuah teknologi untuk menjalankan file video atau

audio secara langsung ataupun prerecorder dari sebuah mesin server. Video

streaming merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui informasi

dari server secara langsung baik berupa audio maupun visual. Teknologi

streaming memungkinkan client menonton secara langsung melalui komputer

tanpa harus mendownload. Kendala yang terjadi pada video streaming salah

satunya yaitu lambatnya kecepatan waktu yang diperlukan untuk video buffer

yang lebih banyak membutuhkan waktu dibandingkan menonton file itu

sendiri[9].

3. Metode Penelitian

Pada bab ini, penulis menggunakan metode PPDIOO (Prepare, Plan,

Design, Implement, Operate, Optimize). Pada gambar 1 menunjukkan tahap-tahap

merancang suatu jaringan yaitu Prepare, Plan, Design, Implement, Operate dan

Optimize[9].

Page 6: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

11

Gambar 1 Tahapan PPDIOO

Prepare

Prepare merupakan tahap awal untuk mempersiapkan segala sesuatunya.

Tahap yang pertama adalah tahap untuk menentukan tujuan dari pembangunan

sistem yaitu membandingkan perpedaan algoritma distance vector dan algoritma

link state di laboratorium komputer milik FTI-UKSW.

Plan

Plan merupakan tahap perancangan jaringan yang dibuat serta menentukan

hardware dan software yang akan digunakan pada penelitian. Pada tahap ini

sistem direncanakan sesuai izin yang telah diberikan oleh FTI-UKSW, lama

waktu membangun sistem dan penelitian menggunakan perangkat jaringan adalah

tiga minggu (6 Desember 2013 - 24 Desember 2013). Jaringan yang digunakan

adalah jaringan Lab RX dan Lab E, Perangkat jaringan yang digunakan antara lain

dua router microtic milik FTI-UKSW, satu PC milik FTI-UKSW, kabel UTP

penghubung jaringan, satu laptop. Software yang digunakan adalah OS Ubuntu

12.10, OS Windows 7, WinBox, Wireshark 1.7 dan VLC media Player 2.2.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini, peneliti akan melakukan pembahasan tentang konfigurasi

dan hasil yang telah diperoleh. Pembahasan meliputi Design, Implementation,

Operate, Optimize. Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan perbandingan

algoritma routing yaitu distance vector dan link state, tentunya masing-masing

algoritma routing akan mempengaruhi kinerja jaringan.

Design

Design adalah tahap dibuat suatu topologi untuk proses penelitian. Pada

bagian ini, topologi jaringan FTI-UKSW yang digunakan dalam penelitian adalah

jaringan pada laboratorium gedung RX lantai dua laboratorium gedung E. Gambar

2 menunjukkan topologi jaringan yang digunakan untuk penelitian.

Gambar 2 Topologi Jaringan Lab. RX dan Lab. E

Page 7: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

12

Jumlah jaringan yang menghubungkan jaringan Lab. RX dan Lab. E

adalah tiga jaringan. Jaringan yang pertama adalah jaringan pada Lab. RX.

Jaringan yang kedua adalah jaringan yang menghubungkan antar router yaitu

router milik Lab. RX dan router milik Lab. E. Sedangkan yang terakhir adalah

jaringan pada Lab. E.

Router yang digunakan adalah router mikrotik yang dimana algoritma

routing terdapat di dalamnya. Pada router inilah yang akan diimplementasikan

algoritma routing distance vector dan algoritma routing link state.

Implementation

Implementation merupakan lanjutan dari tahap design yang telah dibuat

kemudian diimplementasikan dengan menggunakan hardware dan software yang

sudah dipersiapkan. Untuk melakukan penerapan algoritma routing pada router

maka digunakan aplikasi Winbox pada Mikrotik. Mikrotik adalah sistem operasi

yang dirancang khusus untuk network router [10]. Protokol yang digunakan untuk

algoritma distance vector adalah RIP sedangkan pada algoritma link state adalah

OSPF.

Pada pembahasan ini, media yang akan digunakan adalah VLC Media

Player versi 2.1.2. Selanjutnya untuk mengsharekan file agar bisa didownload

maka dibangun FTP. Peneliti membangun server menggunakan OS Ubuntu 12.10

kemudian disimpan data pada server tersebut dan pada server tersebut terdapat

FTP.

Operate

Operate merupakan proses pengoperasian yang dilakukan terhadap

konfigurasi yang telah dirancang dalam tahap design sebelumnya. Pada bagian ini

untuk melakukan perbandingan antara algoritma routing pada distance vector dan

link state diperlukan aplikasi Wireshark. Wireshark digunakan untuk

memonitoring proses pengoperasian algoritma routing. Pada gambar 3

menunjukkan bahwa Wireshark sedang melakukan proses monitoring.

Gambar 3 Topologi Jaringan Lab. RX dan Lab. E Parameter yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap kualitas

performa algoritma routing adalah delay, throughput dan packet loss. Untuk

menentukan nilai pada parameter terhadap masing-masing percobaan maka

Page 8: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

13

diperlukan data yang kemudian akan diolah sehingga muncul hasil percobaan.

Gambar 4 menunjukkan hasil yang didapat pada percobaan menggunakan

Wireshark.

Gambar 4 Wireshark Summary

Optimize

Optimize adalah tahap menganalisis kinerja jaringan yang telah dibuat

apakah sudah berjalan dengan baik. Peneliti melakukan percobaan dan

perbadingan antara distance vector dan link state. Pada tabel 3, tabel 4, tabel 5

menunjukkan percoabaan yang dilakukan sebanyak lima belas kali untuk

membandingkan kinerja algoritma routing yaitu distance vector dan link state.

Peneliti menyimpan file pada jaringan Lab. RX dan kemudian diakses dan

didownload di jaringan Lab. E.

Tabel 3 Perbandingan Delay pada download file

Download File (39075 KB)

Delay (sec) Distance Vector Link state

percobaan 1 0.003613156 0.001274469

percobaan 2 0.011586919 0.001079057

percobaan 3 0.010156079 0.001232091

percobaan 4 0.001070637 0.001543279

percobaan 5 0.000676533 0.001782127

percobaan 6 0.00067558 0.002360369

percobaan 7 0.001095377 0.001677445

percobaan 8 0.001079372 0.002626084

percobaan 9 0.001148488 0.001433875

percobaan 10 0.025858557 0.001299858

percobaan 11 0.02790452 0.001520833

percobaan 12 0.028028659 0.002183974

percobaan 13 0.027735816 0.012558759

percobaan 14 0.028069131 0.013131226

percobaan 15 0.026684499 0.016817475

rata-rata 0.013025555 0.004168061

Millisecond (ms) 13.02555487 4.1680614

Page 9: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

14

Tabel 4 Perbandingan Packet Loss pada download file

Tabel 5 Perbandingan Throughput pada download file

Download File (39075 KB)

Packet Loss % Distance Vector Link state

percobaan 1 0.010925494 0.000929157

percobaan 2 0.031923357 0.000907885

percobaan 3 0.007209206 0.001567659

percobaan 4 0.000991785 0.000783021

percobaan 5 0.000485378 0.000952981

percobaan 6 0.0003479 0.001313692

percobaan 7 0.000447693 0.000835696

percobaan 8 0.000417815 0.00187746

percobaan 9 0.000715247 0.000771924

percobaan 10 0.019731376 0.000703944

percobaan 11 0.017618793 0.000744303

percobaan 12 0.021454016 0.001017991

percobaan 13 0.029790795 0.00609031

percobaan 14 0.020116548 0.012499531

percobaan 15 0.030492512 0.010782457

rata-rata 0.012844528 0.002785201

Download File (39075 KB)

Throughput (kbps) Distance Vector Link State

percobaan 1 426.234987 2605.056153

percobaan 2 221.408659 2965.425229

percobaan 3 250.260651 2494.11161

percobaan 4 2934.42381 1849.391839

percobaan 5 4587.331266 1682.258281

percobaan 6 4516.256363 1256.372299

percobaan 7 3185.440785 1758.246883

percobaan 8 2742.818033 1116.407006

percobaan 9 2610.708645 2079.29285

percobaan 10 92.4288101 2247.597694

percobaan 11 104.9530535 2142.827942

percobaan 12 94.76058462 1346.114628

percobaan 13 99.09238994 223.5860577

percobaan 14 93.42019839 209.4957193

percobaan 15 95.72091671 167.7664871

rata-rata 1470.35061 1609.596712

Page 10: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

15

Terjadi perbedaan yang signifikan antara algoritma routing distance vector

dan algoritma routing link state. Pada tabel 6 menunjukkan hasil yang didapat dari

masing-masing algoritma dalam mendownload file.

Tabel 6 Hasil perbandingan pada download file

Selanjutnya peneliti melakukan ujicoba yaitu membuat perbandingan

distance vector dan link state pada video streaming. Video di streaming dari Lab.

RX dan kemudian diakses di Lab. E. Pada tabel 7 menunjukkan percobaan yang

dilakukan sebanyak lima belas kali untuk membandingkan delay dari kinerja

algoritma routing yaitu distance vector dan link state pada video streaming.

Tabel 7 Hasil perbandingan pada download file

Pada tabel 8 menunjukkan percobaan yang dilakukan sebanyak lima belas

kali untuk membandingkan packet loss dari kinerja algoritma routing yaitu

distance vector dan link state pada video streaming.

Download File Distance Vector Link State

Delay (msec) 13.02555487 4.1680614

Packet Loss % 0.012844528 0.002785201

Throughput (kbps) 1470.35061 1609.596712

Video Streaming (39075 KB)

Delay (sec) Distance

Vector Link state

percobaan 1 0.02756252 0.008574481

percobaan 2 0.026744466 0.009514529

percobaan 3 0.027392412 0.008151777

percobaan 4 0.028809708 0.007924169

percobaan 5 0.028201269 0.008887779

percobaan 6 0.027591745 0.00884134

percobaan 7 0.027320769 0.009663335

percobaan 8 0.02826507 0.008634956

percobaan 9 0.028148777 0.012418113

percobaan 10 0.028185635 0.010959214

percobaan 11 0.028116195 0.007848947

percobaan 12 0.027448327 0.008639416

percobaan 13 0.027929909 0.010278112

percobaan 14 0.028483541 0.008782148

percobaan 15 0.028108975 0.009372651

rata-rata 0.027887288 0.009232731

Millisecond

(ms) 27.88728787 9.232731133

Page 11: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

16

Tabel 8 Hasil perbandingan pada download file

Pada tabel 9 menunjukkan percobaan yang dilakukan sebanyak lima belas

kali untuk membandingkan throughput dari kinerja algoritma routing yaitu

distance vector dan link state pada video streaming.

Tabel 9 Perbandingan Throughput pada Video Streaming

Video Streaming (39075 KB)

Packet Loss % Distance Vector Link state

percobaan 1 0.030060761 0.00791147

percobaan 2 0.049730781 0.008003584

percobaan 3 0.027843647 0.007056477

percobaan 4 0.014862543 0.020818564

percobaan 5 0.021181901 0.014102

percobaan 6 0.040801887 0.01118068

percobaan 7 0.049741253 0.021513249

percobaan 8 0.016304854 0.012526149

percobaan 9 0.01972372 0.024147883

percobaan 10 0.017956392 0.007384132

percobaan 11 0.021818182 0.008420034

percobaan 12 0.044840068 0.005339378

percobaan 13 0.026951348 0.009215088

percobaan 14 0.015394694 0.022384836

percobaan 15 0.0218118 0.015265679

rata-rata 0.027934922 0.013017947

Video Streaming (39075 KB)

Throughput (kbps) Distance Vector Link State

percobaan 1 94.61689272 331.9281462

percobaan 2 92.00954067 324.0875597

percobaan 3 91.95019841 371.0011226

percobaan 4 96.29389137 367.4605335

percobaan 5 95.85343956 321.8804143

percobaan 6 93.40678468 332.273113

percobaan 7 92.8679217 292.8468415

percobaan 8 108.1961835 338.4930881

percobaan 9 86.24903556 229.7038106

percobaan 10 99.69589329 256.5500019

percobaan 11 98.76394545 389.7833611

percobaan 12 88.4166559 335.4250732

percobaan 13 102.9866284 275.2245529

percobaan 14 93.89820061 319.9086359

percobaan 15 97.65674948 311.2077654

rata-rata 95.52413075 319.8516013

Page 12: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

17

Terjadi perbedaan yang signifikan antara algoritma routing distance vector

dan algoritma routing link state. Pada tabel 10 menunjukkan hasil yang didapat

dari masing-masing algoritma dalam ujicoba video streaming.

Tabel 10 Hasil perbandingan pada Video Streaming

Pada tabel 11 menunjukkan kategori delay yang merupakan klasifikasi

menurut versi TIPHON[11].

Tabel 11 Kategori Delay

Pada tabel 12 menunjukkan kategori packet loss yang merupakan

klasifikasi menurut versi TIPHON [11].

Tabel 12 Kategori Packet Loss

Analisa

Pada OSI layer OSPF dan RIP berada pada layer ke tiga yang memiliki

fungsi yaitu menentukan rute yang dilalui oleh oleh data. Pada layer ini

menyediakan logical addressing (pengalaman logika) dan path determination

(penentu rute tujuan) [12].

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distance vector dan link state

memiliki hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil yang diperoleh algoritma routing

yaitu link state lebih baik dibandingkan distance vector karena pada algoritma

link state menggunakan cost sebagai metric dalam perhitungan jarak untuk

menentukan jalur di dalam jaringan.

Link state juga menggunakan triggered untuk memastikan bahwa jaringan

terhubung. Pada link state terdapat Link State Advertisement (LSA), LSA adalah

paket yang berisi informasi mengenai routing yang dikirim antar router. LSA yang

terkumpul akan membentuk topologi database sehingga semua informasi

mengenai interface yang terhubung dapat diketahui. Link state juga terdapat

Video Streaming Distance Vector Link State

Delay (msec) 27.88728787 9.232731133

Packet Loss % 0.027934922 0.013017947

Throughput (kbps) 95.52413075 319.8516013

Kategori Besar Delay (ms)

Sangat Bagus <150

Bagus 150 s/d 300

Sedang 300 s/d 400

Jelek >400

Katagori Packet Loss (%)

Sangat bagus 0

Bagus 3

Sedang 15

Jelek 25

Page 13: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

18

algoritma SPF (Shortest Path First) yaitu untuk menentukan jalur terpendek

menggunakan Dijkstra.

Pada distance vector terjadi update table routing setiap 30 detik sehingga

hal ini membuat lalu lintas dalam jaringan menjadi berat. Berbeda dengan link

state, pada algoritma ini hanya melakukan update bila ada router yang mati untuk

membentuk topologi yang baru sehingga lalu lintas didalam jaringan tidak berat.

Pada kode program 2 menunjukan pseudocode dari algoritma pada distance

vector[13].

Kode Program 2 Pseudocode Distance Vector

R merupakan struktur data tabel routing dan d merupakan alamat tujuan.

R[d].link merupakan link yang keluar dari router untuk meneruskan paket ke

tujuan d, R[d].cost merupakan biaya jumlah metrik yang membentuk jalur

terpendek untuk mencapai tujuan d dan R[d].time adalah timestap dari distance

vector yang mengandung tujuan d. Pada kode program 3 menunjukan pseudocode

dari algoritma pada link state[13].

Kode Program 3 Pseudocode Link State

1 Every N seconds;

2 v=Vector ()

3 for d in R[]:

4 # add destination d to vector

5 v.add(Pair(d,R[d].cost))

6 for i in interfaces

7 # send vector v on this interface

8 send(v,interface)

9 # V : received Vector

10 # l : link over which vector is received

11 def received(V,l):

12 #received vector from link l

13 for d in V[]

14 if not (d in R[]) :

15 # new route

16 R[d].cost=V[d].cost+l.cost

17 R[d].link=l

18 R[d].time=now

19 else :

20 # existing route, is the new better ?

21 if ( ((V[d].cost+l.const) < R[d].cost) or (R[d].link == l) ) :

22 # Better route or change to current route

23 R[d].cost=V[d].cost+l.cost

24 R[d].link=l

25 R[d].time=now

1 # links is the set of all links on the router

2 # Router R’s LSP arrival on link l

3 if newer(LSP, LSDB(LSP.Router)) :

4 LSDB.add(LSP)

5 for i in links :

6 if i!=l :

7 send(LSP,i)

8 else:

9 # LSP has already been flooded

10 def newer( lsp1, lsp2 ):

11 return ( ( ( lsp1.seq > lsp2.seq) and ( (lsp1.seq-lsp2.seq)<=32) )

12 or

13 ( ( lsp1.seq < lsp2.seq) and ( (lsp2.seq-lsp1.seq)> 32) ) )

Page 14: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

19

Masing-masing router akan membangun Link State Packet (LSP) dan akan

membentuk Link State Database (LSDB) . LSP.Router merupakan

pengidentifikasi alamat dari pengirim LSP dan lsp.seq merupakan urutan angka

dari LSP.

Pada algoritma distance vector, saat paket yang dikirim melewati setiap

router maka paket tersebut akan dibekali informasi arah yang harus diambil untuk

sampai ke alamat tujuan, router tersebut akan memberikan penjelasan apakah

alamat yang dituju ada pada router tersebut atau router akan memberikan perintah

kepada paket untuk dikirim ke router berikutnya bila alamat yang dituju tidak ada

pada router tersebut. Dua kendala yang dihadapi bila router yang dituju mati atau

jaringan terputus yaitu efek bounching atau counting to infiniti. Oleh karena itu

jaringan harus tetap terhubung.

Pada algoritma link state, saat ada paket yang dikirim melewati router

maka router akan memberikan informasi peta topologi jaringan sehingga saat ada

router yang mati atau jaringan yang terputus maka paket akan dikirim melalui

jalur alternatif yang lain. Bila ada perubahan topologi maka link state akan

melakukan update sedangkan pada distance vector secara default melakukan

update setiap 30 detik sehingga mempengaruhi lalu lintas pengiriman paket.

Pada gambar 5 menunjukkan skema pada Distance vector pada jaringan.

Saat paket dikirim dari router Lab. RX menuju router Lab. E maka router Lab. RX

mengirim distance vector [ RX = 0, E = 1] ke router Lab. E, kemudian router Lab.

E akan mengirim distance vektor [ E = 0, RX = 1] ke router Lab. RX, sehingga

membentung routing table.

Gambar 5 Skema Distance Vector

Pada gambar 6 menunjukkan skema pada Link State pada jaringan. Saat

paket dikirim dari router Lab. RX menuju router Lab. E maka router Lab. RX

mengirim link state packet [ E = 1] ke router Lab. E, kemudian router Lab. E akan

mengirim link state packet [RX = 1] ke router Lab. RX, sehingga kemudian

database link state akan menyimpan seluruh topologi jaringan.

Gambar 6 Skema Link Stat

Page 15: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

20

Penjelasan algoritma distance vector dan link state menerangkan hasil

penelitian yang diperoleh bahwa link state lebih baik dibandingkan distance

vector berdasarkan parameter yaitu delay, packet loss dan throughput.

5. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut: 1) menentukan algoritma routing pada suatu jaringan sangat menentukan

kinerja jaringan tersebut; 2) Delay yang dihasilkan oleh distance vector lebih

tinggi dibandingkan dengan link state baik dalam download file maupun video

streaming karena algoritma yang digunakan adalah Bellman-Ford dan terjadi

update route secara default setiap 30 second; 3) Packet loss yang dihasilkan oleh

distance vector lebih tinggi yaitu 0.012844528% untuk percobaan pada download

file dan 0.027934922% untuk percobaan pada video streaming; 4) Throughput

yang dihasilkan oleh link state lebih tinggi yaitu 1609.596712 kbps untuk

percobaan pada download file dan 319.8516013 kbps untuk percobaan pada video

streaming; 5) Algoritma routing link state lebih baik dibandingkan distance vector

baik dalam hal download file maupun video streaming. Saran yang diberikan

untuk tindakan ke depannya dalam meningkatkan kualitas penelitian ini adalah: 1)

Melakukan proses ujicoba dengan perangkat yang lebih kompleks sehingga

hasilnya lebih bervariasi; 2) melakukan penelitian dengan topologi jaringan yang

lebih kompleks sehingga dihasilkan perbedaan yang didapat secara konkrit; 3)

menggunakan parameter lainnya untuk dapat memperoleh variasi perbandingan

yang terjadi.

6. Daftar Pustaka

[1] Wagito., 2005., Jaringan Komputer Teori dan Implementasi Berbasis

Linux., Yogyakarata: Gava Media.

[2] Rifiani, Vina., 2011., Analisa Perbandingan Metode Routing Distance

Vector dan Link State pada Jaringan Packet., Politeknik Elektronika

Negeri Surabaya.

[3] Jurado, Christina., 2009., Comparative analysis of the routing protocols

RIPv2, OSPFv2 and Integrated IS-IS., Opnet & La Salle Reports.

[4] Xu, Dong., 2011., Final Project OSPF, EIGRP and RIP Performance

Analysis Based On Opnet., Simon Fraser University.

[5] Suherman, Eman., 2011., Simulasi Algoritma Dijkstra pada Protokol

Routing Open Shortest Path First., Universitas Diponogoro.

[6] Andana, Galih., 2010., Algoritma Bellman-Ford dalam Distance Vector

Routing Protocol., Institut Teknologi Bandung.

[7]. Diktat perkuliahan ITT Telkom. BAB XVI : Quality of Service (Qos) dan

Pengukurannya.

[8] Yuvandra, Rayhan., 2013., Analisis Kinerja Trafik Video Chatting Pada

Sistem Client-Client dengan Aplikasi Wireshark., Universitas Sumatera

Utara.

[9] Surlialy, Elida Arista Margaret., 2012., Analisis dan Perencanaan Jaringan

MPLS untuk Kecepatan Transfer Video Streaming pada Teknologi Ipv6.,

Universitas Kristen Satya Wacana.

Page 16: Perancangan dan Implementasi Finite Automatarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8711/3/T1_672009298_Full text.pdf · sekali, ini berarti graf mengandung siklik, kecuali bila siklik

21

[10] Herlambang, Moch. Linto., Azis Catur L., 2008., Panduan Lengkap

Menguasai Router Masa Depan Menggunakan Mikrotik Router OS.,

Yogyakarata: C.V Andi Offset.

[11] Yanto., 2013., Analisis QOS (Quality Of Service) pada Jaringan Internet

(Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura)., Universitas

Tanjungpura.

[12] Sofana, Iwan., 2010., Cisco CCNA & Jaringan Komputer., Bandung:

Informatika Bandung.

[13] Bonaventure, Olivier., 2011.,Computer Networking : Principles, Protocol

and Practice., The Saylor Fondation.