peranan sanggar tari kaloka di kota pekalongan - …lib.unnes.ac.id/22775/1/2501410163.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
PERANAN SANGGAR TARI KALOKA
TERHADAP PERKEMBANGAN TARI
DI KOTA PEKALONGAN
SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Nama : Kania Rizki Salsabila
NIM : 2501410163
Program Studi : Pendidikan Seni Tari
Jurusan : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap
Perkembangan Tari di Kota Pekalongan ini telah disetujui oleh pembimbing
untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Drama,
Tari dan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Semarang, 27 April 2015
Joko Wiyoso, S.Kar, M.Hum. (196210041988031002) --------------------
Pembimbing
Joko Wiyoso, S.Kar, M.Hum. (196210041988031002)
Ketua Jurusan Pendidikan Sendratasik
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang betanda tangan di bawah ini saya
Nama : Kania Rizki Salsabila
NIM : 2501410163
Prodi Studi : Pendidikan Seni Tari
Jurusan : Pendidikan Sendratasik
Judul Skripsi : Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan
Tari di Kota Pekalongan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya serahkan ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, kutipan dan ringkasan yang semua sumbernya telah saya
jelaskan. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini
hasil jiplakan, maka gelar dan ijazah yang diberikan oleh Universitas batal saya
terima.
Semarang, 27 April 2015
Yang membuat pernyataan,
Kania Rizki Salsabila
NIM 2501410163
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 6 Mei 2015
Drs. Syahrul Syah S, M.Hum. (1964041991021001)
Ketua
Dra. Siti Aesijah, M.Pd. (196512191991032003) ______________
Sekretaris
Moh Hasan B, S.Sn., M.Sn. (196601091998021001) Penguji I
Dra. Malarsih, M.Sn. (196106171988032001)
Penguji II
Joko Wiyoso, S.Kar, M.Hum. (196210041988031002) ______________
Penguji III/ Pembimbing I
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah
disakiti. Menarilah bagaikan tak seorangpun sedang menonton” (Mark Twain)
PERSEMBAHAN:
1. Keluarga saya mama Eni Ratnawati, S.Pd., ibu
terhebat yang memperjuangkan apapun demi
kebahagiaan keluarga, bapak Kasnoto, dan Imam
Aditiasno yang senantiasa memberikan
dukungan, motivasi dan doa
2. Ridho Arga Permana yang selalu ada
memberikan dukungan, doa, dan semangat
3. Keluarga kedua saya bapak Rusdiono, ibu Asih
Setiorini, Dheny Septian Putra, dan Yangkung
4. Esty, Anna, Ninda, Desi K, Ikha S, dan teman-
teman Seni Tari 2010
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERANAN
SANGGAR TARI KALOKA TERHADAP PERKEMBANGAN TARI DI KOTA
PEKALONGAN”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
Peneliti memperoleh bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak dalam
penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini peneliti sampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberi kesempatan untuk menyelesaikan studi di
Pendidikan Sendratasik FBS Universitas Negeri Semarang
2. Bapak Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian
3. Bapak Joko Wiyoso, S.Kar, M.Hum., Ketua jurusan Sendratasik Fakultas
Bahasa dan Seni, sekaligus Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam
memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk dengan sabar dan bijaksana
serta memberikan motivasi sejak awal hingga akhir penelitian skripsi
4. Ibu Restu Lanjari, S.Pd, M.Pd., Dosen Wali yang selalu memberikan motivasi
dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini
5. Seluruh Dosen Sendratasik yang telah menyampaikan ilmunya kepada peneliti
vii
6. Bapak Bambang Irianto, Ketua Sanggar Tari Kaloka Kota Pekalongan yang
telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran kepada peneliti
7. Anggota Sanggar Tari Kaloka Kota Pekalongan yang sudah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini
8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Besar harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang
membaca.
Semarang, 12 Mei 2015
Penulis
viii
SARI
Salsabila, Kania Rizki. 2015. Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap
Perkembangan Tari di Kota Pekalongan. Skripsi. Prodi Pendidikan Seni
Tari Jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Joko Wiyoso, S.Kar.,
M.Hum.
Kata Kunci: peranan, perkembangan, sanggar tari
Tari merupakan salah satu cabang seni yang berkembang sepanjang
zaman. Perkembangan tari tidak terlepas dari masyarakat pendukungnya. Sanggar
Tari Kaloka merupakan organisasi lembaga pendidikan non formal yang
melakukan upaya perkembangan tari di Kota Pekalongan melalui kegiatan tari.
Peneliti melihat indikasi keterlibatan Sanggar Tari Kaloka terhadap
perkembangan tari di Kota Pekalongan.
Pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana
peranan yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari yang
terjadi di Kota Pekalongan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan
mendeskripsikan peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari
khususnya tari tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sedangkan
pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data dalam penulisan hasil penelitian terdiri dari tiga tahap,
yaitu: reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data
dengan menggunakan teknik triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sanggar Tari Kaloka memiliki
peranan terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan. Peranan Sanggar Tari
Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan dilakukan melalui
aktivitas sanggar yang terkait dengan kegiatan penggarapan, pelatihan, dan
pementasan tari. Peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari secara
kualitatif dapat dilihat dari kegiatan penggarapan tari yaitu membuat garapan
karya untuk pementasan dan lomba, serta merekonstruksi Tari Sintrenan menjadi
Tari Sintren Garap yang dijadikan tarian identitas Kota Pekalongan, hal ini
membuktikan pembaharuan terhadap karya yang sudah ada dan menjadikannya
lebih maju yaitu dengan dijadikannya Tari Sintren Garap sebagai tarian identitas
Kota Pekalongan. Peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari
secara kuantitatif dapat dilihat dari kegiatan pelatihan dan pementasan tari.
Dengan kegiatan pelatihan tari membuktikan penyebaran tari kepada siswa
Sanggar Tari Kaloka, dan kegiatan pementasan tari membuktikan bahwa Sanggar
Tari Kaloka melakukan penyebaran tari kepada masyarakat baik di dalam maupun
luar kota Pekalongan.
Saran yang dapat peneliti berikan untuk Sanggar Tari Kaloka yaitu dapat
mengoptimalkan peranannya terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan.
Bagi pemerintah Kota Pekalongan hendaknya mendukung dan memprioritaskan
sanggar tari di Kota Pekalongan, dan masyarakat ikut mendukung dan
berpartisipasi dalam kegiatan tari untuk perkembangan tari di Kota Pekalongan.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
SARI .............................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... xii
DAFTAR TABEL......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR FOTO ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii
BAB 1 : PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
1.5 Sistematika Skripsi .......................................................................... 7
x
BAB 2 : LANDASAN TEORI ..................................................................... 9
2.1 Peranan ............................................................................................ 9
2.2 Sanggar Tari .................................................................................... 10
2.3 Perkembangan ................................................................................. 11
2.4 Tari .................................................................................................. 13
2.4.1 Pengertian Tari ................................................................................ 13
2.4.2 Fungsi Tari ...................................................................................... 15
2.4.3 Jenis Tari ......................................................................................... 15
2.5 Kerangka Berpikir ........................................................................... 17
BAB 3 : METODE PENELITIAN.............................................................. 19
3.1 Pendekatan Penelitian ..................................................................... 19
3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian ......................................................... 20
3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 21
3.4 Teknik Analisis Data ....................................................................... 28
3.5 Teknik Keabsahan Data .................................................................. 31
BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 34
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 34
4.1.1 Keadaan Demografis Kota Pekalongan ........................................... 34
4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Pekalongan ................................................ 35
4.1.3 Agama Penduduk Kota Pekalongan................................................. 36
4.1.4 Mata Pencaharian Penduduk Kota Pekalongan .............................. 37
4.1.5 Tingkat Pendidikan di Kota Pekalongan.......................................... 39
4.1.6 Potensi Seni Budaya Kota Pekalongan ............................................ 41
xi
4.1.7 Letak Pusat Kegiatan Tari Sanggar Tari Kaloka ............................ 44
4.2 Sanggar Tari Kaloka..................................................................... 47
4.2.1 Sejarah Berdirinya Sanggar Tari Kaloka ........................................ 47
4.2.2 Tujuan Didirikannya Sanggar Tari Kaloka ..................................... 50
4.2.3 Struktur Organisasi Sanggar Tari Kaloka ....................................... 51
4.2.4 Sarana dan Prasarana Sanggar Tari Kaloka .................................... 54
4.2.5 Keadaan Siswa Sanggar Tari Kaloka .............................................. 59
4.2.6 Program Kerja Sanggar Tari Kaloka ............................................... 60
4.3 Kondisi Tari di Kota Pekalongan (Sebelum dan Setelah Berdirinya
Sanggar Tari) ................................................................................. 61
4.4 Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di
Kota Pekalongan ........................................................................... 65
4.4.1 Penggarapan ................................................................................. 65
4.4.2 Pelatihan ......................................................................................... 72
4.4.2.1 Pelatih ............................................................................................. 73
4.4.2.2 Siswa .............................................................................................. 76
4.4.2.3 Materi ............................................................................................. 78
4.4.2.4 Metode Pelatihan Tari .................................................................... 78
4.4.2.5 Evaluasi dan Penilaian ................................................................... 81
4.4.3 Pementasan .................................................................................... 82
4.5 Faktor yang Memengaruhi Peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap
Perkembangan Tari di Kota Pekalongan ................................... 87
xii
4.5.1 Faktor Pendukung yang Memengaruhi Peranan Sanggar Tari Kaloka
Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan ....................... 87
4.5.2 Faktor Penghambat yang Memengaruhi Peranan Sanggar Tari Kaloka
Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan ........................ 94
BAB 5 : PENUTUP ...................................................................................... 96
5.1 Simpulan ......................................................................................... 96
5.2 Saran ................................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 98
LAMPIRAN .................................................................................................. 100
xiii
DAFTAR GRAFIK
Bagan Halaman
Grafik 1 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kota Pekalongan ......................... 40
xiv
DAFTAR TABEL
Bagan Halaman
Tabel 1 Jumlah Masyarakat Pemeluk Agama di Kota Pekalongan ................ 36
Tabel 2 Mata Pencaharian Masyarakat Kota Pekalongan ................................ 38
Tabel 3 Jumlah Sekolah dan PerguruanTinggi di Kota Pekalongan ................ 40
Tabel 4 Jumlah Perkumpulan/komunitas kesenian di Kota Pekalongan ........ 43
Tabel 5 Rincian Sarana yang dimiliki Sanggar Tari Kaloka............................ 55
xv
DAFTAR GAMBAR
Bagan Halaman
Gambar 1 Peta Kota Pekalongan ..................................................................... 34
Gambar 2 Denah Tempat Pelatihan Sanggar Kaloka Kota Pekalongan .......... 46
xvi
DAFTAR FOTO
Bagan Halaman
Foto 1 Sanggar Sanggar Pramuka (Tempat Pusat Kegiatan Tari Sanggar Tari
Kaloka) ............................................................................................... 45
Foto 2 Tempat Pelatihan Sanggar Tari Kaloka Tampak Depan .................... 54
Foto 3 Ruang Pelatihan Sanggar Tari Kaloka ................................................ 55
Foto 4 Ruang Pelatihan Sanggar Tari Kaloka Tampak Samping .................. 55
Foto 5 Tape Recorder .................................................................................. 57
Foto 6 Kaset Tari Tape Recorder ................................................................. 57
Foto 7 Kaset Tari CD (Compact Disk) ........................................................ 58
Foto 8 Kostum dan Properti ......................................................................... 58
Foto 9 Tari Sintrenan ................................................................................... 71
Foto 10 Tari Sintren Garap ........................................................................... 71
Foto 11 Bambang Irianto (Ketua dan Pelatih Sanggar Tari Kaloka) ........... 73
Foto 12 Esti Ediarti (Bendahara dan Pelatih Sanggar Tari Kaloka ............... 74
Foto 13 Retno Wulan Ramadhani (Pelatih Sanggar Tari Kaloka) ............... 75
Foto14 Pelatihan Tari Piring (Metode Mencontoh) ..................................... 79
Foto 15 Pelatihan Tari Gambyong (Metode Ngedhe) .................................. 79
Foto 16 Pelatihan Tari Eko Prawiro (Metode Garingan) ............................ 81
Foto 17 Evaluasi Siswa Sanggar Tari Kaloka ............................................... 82
Foto 18 Pentas Seni Sendratari Sintren Van Pekalongan (Solasih Solandono)
di TMII ........................................................................................... 84
xvii
Foto 19 Pentas di acara nikahan .................................................................... 84
Foto 20 Pementasan Sendratari Ramayana Pekan Batik Nusantara 2014 dengan
Sanggar Rahayu Raras ................................................................... 88
Foto 21 Alumni Siswa Sanggar Tari Kaloka dengan Siswanya ................... 92
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Lampiran Foto-foto.
2. Lampiran 2 : Instrumen Penelitian
3. Lampiran 3 : Data Narasumber
4. Lampiran 4 : Daftar Pengurus Sanggar Tari Kaloka
5. Lampiran 5 : Daftar Siswa Sanggar Tari Kaloka
6. Lampiran 6 : Tanda Daftar Usaha Perusahaan
7. Lampiran 7 : Tanda Daftar Usaha Pariwisata
8. Lampiran 8 : Anggaran Dasar Sanggar Tari Kaloka
9. Lampiran 9 : Anggaran Rumah Tangga Sanggar Tari Kaloka
10. Lampiran 10: Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi
11. Lampiran 11: Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian
12. Lampiran 12: Surat Rekomendasi Izin Penelitian di Kota Pekalongan
13. Lampiran 13: Surat Tugas Panitia Ujian Sarjana
14. Lampiran 14: Biodata Peneliti
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Royce (dalam Rohidi, 2000: 17) mengemukakan bahwa seni tari sebagai
salah satu ekspresi estetik manusia dalam bentuk gerak, telah muncul sejak awal
kehidupan manusia. Penjelasan yang bagaimanapun adanya “seni tari” dalam
wacana ini, baik tari yang berasal dari budaya primitif, tari tradisional yang
berkembang di istana (biasa disebut “klasik”), tari yang hidup di kalangan
masyarakat pedesaan dengan ciri “kerakyatan”, maupun tari yang berkembang di
masyarakat perkotaan (sering mendapat lebel “pop”) atau tari “modern”, dan tari
“kreasi”, kehadirannya sesungguhnya tak akan lepas dari masyarakat
pendukungnya (Hadi, 2005: 13).
Seni tari mempunyai peranan sebagai media ekspresi, berpikir kreatif,
mengembangkan bakat, dan juga media komunikasi. Tari mempunyai arti penting
dalam kehidupan manusia karena dapat memberikan manfaat, seperti sebagai
hiburan dan sarana komunikasi. Mengingat kedudukannya itu, tari dapat hidup,
tumbuh, dan berkembang sepanjang zaman sesuai dengan perkembangan
kebudayaan manusianya. Dengan kata lain, bahwa perkembangan maupun
perubahan yang terjadi pada tari sangat ditentukan oleh kepentingan dan
kebutuhan masyarakat pendukungnya (Jazuli, 2008: 1).
2
Sanggar adalah tempat untuk kegiatan seni (tari, lukisan, dan
sebagainya) (KBBI, 2002: 994). Salah satu pelestarian budaya terhadap bentuk
karya seni khususnya bidang tari yaitu dengan didirikannya sanggar tari. Sanggar
tari merupakan sarana yang digunakan suatu organisasi yang bergerak dibidang
seni tari. Pendidikan di sanggar tari yaitu mempelajari tari-tarian yang sudah ada
baik berupa tari klasik maupun tari kreasi. Dalam pengembangan tari selain
menciptakan tari, sanggar tari juga mengembangkan bentuk-bentuk tari kreasi
baru untuk melakukan suatu pertunjukan sebagai bukti keberadaan sanggar tari
tersebut hidup di tengah masyarakat.
Peranan menunjukkan keterlibatan diri atau keikutsertaan
individu/organisasi yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu
atas tugas atau bukti yang sudah merupakan kewajiban dan harus dilakukan sesuai
dengan kedudukannya. Peranan sanggar sebagai suatu organisasi terhadap
pelestarian kebudayaan khususnya seni tari yaitu sanggar sebagai suatu organisasi
yang melakukan aktivitas sanggar melalui kegiatan tari, antara lain penggarapan,
pelatihan, dan pementasan tari untuk mengembangkan potensi tari yang ada.
Perkembangan tari dipengaruhi oleh peradaban masyarakat dan juga
ditentukan oleh situasi dan kondisi pemerintah. Selain melestarikan seni tari,
sanggar tari juga mendukung dan mengarahkan siswanya untuk mengenal dan
mengembangkan potensi diri secara optimal dengan pengajaran tari yang
bertujuan untuk menyalurkan hobi, mendapatkan kesenangan, peningkatan
percaya diri, kebugaran tubuh, pengembangan diri, dan menjadikannya sebagai
profesi (http://sekolahtarigenecela.blogspot.com/).
3
Pekalongan adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah yang terletak
di jalur Pantura. Kota Pekalongan terbagi atas 4 (empat) kecamatan yang terbagi
lagi menjadi 47 (empat puluh tujuh) kelurahan. Kota Pekalongan mendapat
julukan “Kota Batik” karena batik Kota Pekalongan memiliki corak yang khas
dan variatif. Kota Pekalongan memiliki beberapa kesenian tradisional, antara lain
kesenian tradisional Sintren, Kuntulan, dan Simtudurror.
Sebagian masyarakat Kota Pekalongan mendirikan dan mengelola
sanggar seni untuk melestarikan kesenian tradisional. Salah satu sanggar seni di
Kota Pekalongan yaitu Sanggar Tari Kaloka yang terletak di Jalan Sriwijaya No,
18 Kel. Bendan Kec. Pekalongan Utara Kota Pekalongan merupakan lembaga
pendidikan non formal yang bergerak dibidang seni dan budaya khususnya seni
tari tradisional dan tari kreasi. Sanggar Tari Kaloka berdiri sejak tanggal 1 Januari
1994 dan masih bertahan sampai sekarang. Selain Sanggar Tari Kaloka, di Kota
Pekalongan juga terdapat sanggar tari lainnya yaitu Sanggar Tari Kartika, Sanggar
Tari Surya Budhaya, Sanggar Tari Wira Budhaya, dan Sanggar Tari Asri Budoyo.
Sanggar Asri Budoyo berdiri tahun 2000 dan bertempat di SD Kraton 1
Pekalongan. Sanggar Tari Asri Budoyo yang dikelola oleh gabungan guru-guru
SD Kota Pekalongan tersebut akhirnya bubar pada bulan Mei 2001 karena
pengelolaannya kurang baik.
Sanggar Tari Kaloka memiliki potensi untuk mengembangkan tari
tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan. Sanggar Tari Kaloka letaknya
strategis, di pinggir jalan raya sehingga mudah dijangkau dan dikenal masyarakat
kelurahan Bendan dan sekitarnya. Sanggar Tari Kaloka banyak mengikutsertakan
4
anak didiknya dalam kegiatan kesenian di dalam maupun di luar Kota
Pekalongan. Sanggar Tari Kaloka telah banyak mengantar anak didiknya
mencapai hasil yang baik/prestasi dibidang seni tari tradisional dan tari kreasi.
Sanggar Tari Kaloka juga mengadakan pergelaran tari yang diadakan satu tahun
sekali, tepatnya pada saat ulang tahun Sanggar Tari Kaloka. Sekolah formal di
Kota Pekalongan mempercayai Sanggar Tari Kaloka untuk melatih siswanya
dalam persiapan pementasan, perlombaan, dan festival baik di tingkat kelurahan,
kotamadya maupun provinsi/nasional. Sanggar Tari Kaloka juga mendapat
kepercayaan dari Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota
Pekalongan untuk merekonstruksi Tari Sintrenan menjadi Tari Sintren Garap dan
dijadikan tarian identitas khas Kota Pekalongan yang telah diakui di tingkat Jawa
Tengah. Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan
mempercayakan Sanggar Tari Kaloka dalam setiap kegiatan seni di Kota
Pekalongan maupun di luar kota, baik dalam acara pementasan maupun festival
mewakili Kota Pekalongan. Sanggar Tari Kaloka mengikuti agenda pementasan
rutin yang dilakukan tiap tahun, antara lain: pementasan Hari Ulang Tahun Kota
Pekalongan, pentas seni hari besar seperti Hari Ulang Tahun Republik Indonesia
(HUT RI) dan Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS), pentas syawalan
(tradisi Kota Pekalongan), Pekan Batik Nusantara (PBN), Pekan Batik
Internasional (PBI), dan pentas Hari Pertempuran Kota Pekalongan 3 Oktober.
Sanggar Tari Kaloka juga mengikuti pentas dalam acara penyambutan tamu
pemerintah, peresmian gedung, seminar, dan pernikahan. Peranan Sanggar Tari
Kaloka juga mendidik siswanya menjadi generasi penerus untuk mengembangkan
5
tari dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi, dan kemudian
pengajaran tari diteruskan kepada generasi selanjutnya. Sanggar Tari Kaloka
dikenal masyarakat atas prestasi dan peranannya dalam mengembangkan tari
tradisional maupun tari kreasi di Kota Pekalongan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
“Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan”
karena peneliti melihat pentingnya peran serta Sanggar Tari Kaloka terhadap
pelestarian budaya, khususnya dalam mengembangkan seni tari baik tari
tradisional maupun tari kreasi di Kota Pekalongan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitian ini berorientasi pada:
1.2.1 Bagaimanakah peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan
tari khususnya tari tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peranan Sanggar Tari Kaloka
terhadap perkembangan tari khususnya tari tradisional dan tari kreasi di
Kota Pekalongan.
6
1.4 Manfaat Penelitian
Penulis berharap hasil dari penelitian tentang peranan Sanggar Tari
Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan ini dapat memberikan
manfaat baik secara praktis maupun teoritis. Adapun manfaat tersebut adalah
sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Praktis
1.4.1.1 Bagi masyarakat Kota Pekalongan, dapat menambah pengetahuan untuk
memotivasi agar melestarikan seni tari melalui ikut berpartisipasi dalam
kegiatan sanggar
1.4.1.2 Bagi pelaku kebijakan dalam bidang seni di Kota Pekalongan, penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan
eksistensi kesenian Kota Pekalongan khususnya seni tari melalui
peningkatan dan pengembangan mutu sanggar tari dalam rangka
memperkaya kebudayaan nasional
1.4.1.3 Bagi pembaca diharapkan penelitian dapat menambah wawasan kesenian
daerah dan dapat mengetahui perkembangan kesenian khususnya tari
tradisional di Kota Pekalongan
1.4.1.4 Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota
Pekalongan sekaligus sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan.
1.4.2 Manfaat Teoritis
7
1.4.2.1 Dapat dijadikan bahan rujukan guna penelitian lebih lanjut tentang
peranan sanggar tari, khususnya peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap
perkembangan tari di Kota Pekalongan
1.4.2.2 Sebagai bentuk dokumentasi tertulis peranan Sanggar Tari Kaloka
terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan
1.4.2.3 Menambah apresiasi mahasiswa tentang peranan Sanggar Tari Kaloka
terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan.
1.5 Sistematika Skripsi
Guna mempermudah para pembaca dan mempercepat pemahaman
terhadap penelitian ini, maka akan dikemukakan sistematika penulisan skripsi
yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.
1.5.1 Bagian awal terdiri dari halaman judul, lembar persetujuan pembimbing,
lembar pernyataan, lembar pengesahan, motto dan persembahan, kata
pengantar, sari, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, darter grafik. dan
daftar lampiran.
1.5.2 Bagian isi terdiri dari 5 bab yaitu:
BAB 1: Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB 2: Landasan Teori
Bab ini berisi tentang pengertian peranan, sanggar tari, perkembangan,
tari, dan kerangka berpikir yang merupakan konsep yang digunakan sebagai acuan
8
dalam melakukan penelitian dan sebagai pendukung yang ada kaitannya dengan
permasalahan.
BAB 3: Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang pendekatan penelitian, lokasi dan sasaran
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan
data.
BAB 4: Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini mencakup tentang gambaran umum lokasi penelitian, sejarah
berdirinya sanggar, inventaris sanggar, prestasi sanggar, peranan Sanggar Tari
Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan, dan faktor yang
memengaruhi peranan Sanggar Tari Kaloka dalam mengembangkan tari di Kota
Pekalongan.
BAB 5: Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari masalah yang telah diteliti dan saran yang
terkait dengan kesimpulan.
1.5.3 Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Peranan
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan/status. Seseorang
dikatakan menjalankan suatu peranan apabila melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukan/statusnya. Peranan mencakup tiga hal,
yaitu: (a) peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat, (b) peranan merupakan suatu konsep perihal
apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi, (c)
peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial (Soekanto, 2013: 212).
Peranan adalah satu set yang tersambung yaitu perilaku, hak, dan
kewajiban seperti yang dikonseptualisasikan oleh pelaku dalam situasi sosial. Hal
ini terus-menerus mengubah perilaku yang diharapkan dan mungkin memiliki
individu yang diberikan kepada status sosial atau posisi sosial (Soekamto dalam
Rahadinta, 2011:7). Peranan merupakan pengertian sejauh mana fungsi/bagian
seseorang atau individu dalam menunjang usaha pencapaian tujuan dan diatur
oleh norma-norma yang berlaku. Peranan pada diri seseorang harus dibedakan
oleh posisinya dalam masyarakat. Setiap peranan dilaksanakan bertujuan agar
seseorang atau organisasi yang melaksanakan memiliki hubungan yang diatur
oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati.
10
Jadi definisi peranan adalah bagian atau fungsi yang dilakukan seseorang
atau organisasi terhadap hal yang dilakukan sesuai dengan aturan/norma yang
berlaku dimasyarakat (sosial) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.2 Sanggar Tari
Sanggar merupakan tempat berkumpulnya para pelaku seni, peminat
seni, atau orang yang ingin menjadi seniman untuk berlatih bersama, menempa
dan mengembangkan potensi diri atau keterampilan seninya (Jazuli, 2008: 22).
Sanggar tari adalah organisasi yang dikelola secara profesional pada
bidang tertentu atau mengkhususkan pada bidang tari. Bagi anggota sanggar yang
telah menyelesaikan masa keanggotaannya mendapatkan bukti diri sebagai
anggota berupa sertifikat. Disamping itu sanggar tari diharapkan dapat berfungsi
untuk mengembangkan sekaligus melestarikan seni tari sebagai wadah dalam
kehidupan dan bisa meningkatkan keterampilan serta kemampuan anak didik di
sanggar (Jazuli dalam Veronica, 2012: 6).
Veronica (2012: 14) mengungkapkan bahwa sanggar tari adalah suatu
tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang
untuk melakukan suatu kegiatan pelatihan seni, yaitu kegiatan yang lebih
memfokuskan pada bidang tari, baik tari tradisi maupun tari modern. Sanggar tari
merupakan bentuk pendidikan non formal yang melakukan kegiatan secara
terorganisasi dan mengutamakan penguasaan ketrampilan menari bagi anggota
belajarnya. Sanggar tari merupakan lembaga pendidikan non formal yang
diharapkan menjadi wadah bagi siapa saja untuk memperoleh, meningkatkan, dan
11
mempertahankan kemampuan, ketrampilan, dan pengetahuan nilai-nilai budaya
dari setiap individu. Sanggar tari merupakan tempat bagi pelaku seni untuk
menuangkan ekspresinya, yang diatur oleh sebuah sistem manajemen dari sanggar
tari yang diikuti. Sanggar tari adalah suatu tempat atau wadah bagi lembaga
pendidikan non formal untuk berkumpulnya para pelaku seni khususnya seni tari
dalam hal mempelajari dan melestarikan tari.
2.3 Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif daripada
fungsi-fungsi, perubahan fungsi disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan
material dan perubahan tingkah laku hasil belajar. Maka dapat dirumuskan bahwa
perkembangan merupakan perubahan kualitatif setiap fungsi akibat dari
pertumbuhan dan belajar (Ngalimun, 2013: 4). Perkembangan menunjuk pada
suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang
kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak
dapat diputar kembali (Werner dalam Ngalimun, 2013: 1).
Perkembangan merupakan proses perubahan dalam diri baik fisik
(jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasan atau
kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan.
1. Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan bersifat saling
ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisame
(fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis.
12
2. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, mendalam
atau meluas, baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).
3. Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu
berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan
atau loncat-loncat (Yusuf, 2013: 1-2).
Perkembangan merupakan sesuatu yang kecil menjadi besar, dari yang
belum sempurna menjadi sempurna. Perkembangan kesenian pada umumnya
mengikuti proses perubahan yang terjadi dalam kebudayaan suatu masyarakat,
tata masyarakat turut pula menentukan arah perkembangan kesenian (Sedyawati
dalam Susanti, 2013: 10). Perkembangan mempunyai arti mengolah dan
memperbaharui, maka dapat diasumsikan bahwa akibat dari perkembangan
mengakibatkan sebuah perubahan, dalam konteks kebudayaan, perubahan dapat
ditafsirkan sebagai perubahan cara hidup yang meliputi cara berpikir, bertindak
dan berkarya suatu masyarakat, sebagai akibat perkembangan dari dalam
masyarakat pendukungnya, maupun akibat dengan masyarakat yang memiliki cara
hidup yang berbeda. Pengertian perkembangan menyangkut masalah pengolahan
dan pembaharuan kualitas estetis atau struktur pertunjukan itu sendiri (Indriyanto,
2001: 59-65).
Perkembangan kesenian tradisional mengandung dua pengertian yaitu
perkembangan dalam arti penggarapannya dan perkembangan dalam arti dikenal
oleh masyarakat dan kesenian itu tumbuh, kemudian setelah berkembang dan
dikenal oleh masyarakat luas. Perkembangan dalam arti penggarapan adalah
unsur-unsur yang sudah diperkaya dengan penambahan unsur-unsur baru yang
13
sesuai dengan kemajuan jaman tanpa mengurangi nilai-nilai yang sudah ada
(Suharto dalam Susanti, 2013: 10).
Menurut Edi Sedyawati perkembangan budaya tari boleh bersifatkan
dalam konteks penyebaran yang disebut dengan kuantitas, dan boleh pula ia
dipandang daripada aspek kualitas yaitu sejauh mana perkembangan tersebut
dilaksanakan dengan sebuah proses kreativitas kepada wujud gerak, kostum
maupun musiknya. Perkembangan dalam konteks kuantitas lebih sering dilakukan
oleh akademi-akademi seni atau institusi seni, karena mereka memiliki orang-
orang yang silih berganti di dalam institusi tersebut untuk menyebar ke berbagai
negeri (Sedyawati, 1984).
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh, perkembangan dibagi
menjadi dua yaitu perkembangan kualitatif dan perkembangan kuantitatif.
Perkembangan kualitatif adalah proses atau tahapan pembaharuan
berkesinambungan melalui perbaikan terhadap sesuatu yang sudah ada dan
bersifat progresif/ke arah yang lebih baik tanpa mengurangi nilai-nilai yang sudah
ada. Sedangkan perkembangan kuantitatif adalah proses atau tahapan penyebaran
yang dapat diukur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai upaya dan
kegiatan agar lebih luas dan dikenal.
2.4 Tari
2.4.1 Pengertian Tari
Bahan baku tari adalah gerak yang ritmis. Gerak yang ritmis harus lahir
dari jiwa manusia karena tari sebagai ekspresi yang diungkapkan manusia untuk
14
dinikmati dengan rasa. Tari adalah bentuk gerak yang indah dan lahir dari tubuh
yang bergerak, berirama dan berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan tari (Jazuli,
1994: 3). Tari adalah gerak yang telah disusun dengan indah digerakkan oleh
anggota tubuh manusia yang mempunyai maksud dan sesuai dengan iringan
musik pengiring (Hartono, 2011: 10). Tari adalah bentuk gerak yang indah, lahir
dari tubuh yang bergerak, berirama dan berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan
tari (Jazuli, 2008: 7).
Soerjodiningrat (dalam Jazuli, 2008: 6) mengemukakan bahwa tari
adalah gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh/badan yang selaras dengan bunyi
musik (gamelan), diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan di
dalam tari. Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-
gerak ritmis yang indah (Soedarsono dalam Jazuli, 2008: 6).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tari
adalah ungkapan seni manusia yang menggunakan tubuh sebagai media gerak
yang terarah melalui penghayatan jiwa untuk mencapai makna/maksud tertentu
dan disusun selaras dengan irama musik. Penciptaan tari berasal dari gerak yang
bersumber dari ungkapan hidup dan alam sekeliling manusia. Tari maju dan
berkembang seiring berjalannya kehidupan manusia. Perkembangan tari tidak
terlepas dari masyarakat pendukungnya dan selalu berkembang sesuai zaman dan
wilayah dimana tarian itu berasal. Hidup dan berkembangnya tari erat kaitannya
dengan masing-masing budaya, sehingga nilai budaya yang terkandung di
dalamnya tergantung pada lingkungan masing-masing. Kekayaan seni budaya di
Indonesia beraneka ragam, salah satunya yaitu seni tari yang merupakan kegiatan
15
kreatif. Peranan tari sebagai cabang kesenian bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam belajar, bekerja, bermain, dan berkesenian, tetapi juga
dapat menunjang kepentingan hidup manusia.
2.4.2 Fungsi Tari
Segala aktivitas yang dilakukan manusia adalah untuk memenuhi
kebutuhan dalam hidupnya, seperti belajar, bekerja, bermain, dan berkesenian.
Peranan tari sebagai cabang kesenian bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan
itu, tetapi juga dapat menunjang kepentingan kegiatan manusia. Oleh karena itu,
peranan tari dalam kehidupan manusia mencakup tiga aspek, yaitu stimulans
individual, sosial, dan komunikasi. Sifat individual karena tari merupakan
ekspresi jiwa yang berasal dari individu. Sifat sosial karena gerak-gerak tari tidak
terlepas dari pengaruh keadaan dan mengacu kepada kepentingan lingkungannya,
sehingga tari dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi guna menyampaikan
ekspresi jiwa kepada orang lain (Jazuli, 1994: 42).
Fungsi tari dalam kehidupan manusia diantaranya adalah: (1) untuk
kepentingan upacara, (2) untuk hiburan, (3) sebagai seni pertunjukan, dan (4)
media pendidikan (Jazuli, 1994: 43).
2.4.3 Jenis Tari
Secara umum, tari di Indonesia dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni:
tari tradisional dan tari kreasi (Malarsih, 1998: 368-369). Tari tradisional adalah
tari yang lahir, tumbuh, berkembang dalam suatu masyarakat yang kemudian
16
diturunkan atau diwariskan secara terus menerus dari generasi ke generasi. Tari
tradisional tetap ada selama tarian tersebut masih sesuai dan diakui oleh
masyarakat pendukungnya. Tari tradisional dikategorikan menjadi tiga, yaitu 1)
tari tradisional primitif, 2) tari tradisional rakyat, 3) tari tradisional istana (klasik)
(Jazuli, 1994: 70). Tari kreasi adalah jenis tari yang koreografinya masih bertolak
dari tari-tari tradisional atau pengembangan dari pola-pola tari yang sudah ada.
Terbentuknya tari kreasi karena dipengaruhi oleh gaya tari dari daerah/negara lain
maupun hasil kreativitas penciptanya (Jazuli, 1994: 76).
Jenis tari berdasarkan koreografinya dibagi menjadi empat, yaitu: (1) tari
tunggal (solo) adalah tari yang diperagakan oleh seorang penari, baik laki-laki
maupun perempuan, (2) tari berpasangan adalah tari yang diperagakan oleh dua
orang secara berpasangan dan terjadi interaksi, (3) tari kelompok (group) adalah
tari yang diperagakan lebih dari dua orang, (4) tari kolosal adalah tari yang
dilakukan secara massal lebih dari 5 orang dan tidak terjadi interaksi biasanya
dilakukan oleh setiap suku bangsa diseluruh daerah nusantara
(http://diantiaprispuri.blogspot.com/).
17
2.5 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir disesuaikan rumusan masalah dengan tujuan untuk
mewakili penjelasan dari isi skripsi. Adapun skema tersebut berisi:
SANGGAR TARI KALOKA KALOKA
PERANAN
PEMENTASAN PELATIHAN PENGGARAPAN
PERKEMBANGAN
KUALITATIF
(pembaharuan terhadap karya
yang sudah ada dan
menjadikannya lebih baik/maju)
1. Kegiatan Penggarapan
karya tari
2. Perekonstruksian Tari
Sintrenan menjadi Tari
Sintren Garap
PERKEMBANGAN
KUANTITATIF
(penyebar luasan tari agar lebih
dikenal oleh masyarakat luas)
1. Kegiatan Pelatihan Tari
Rutin dan Khusus
2. Kegiatan Pementasan Tari
PERKEMBANGAN TARI KOTA PEKALONGAN
18
Keterangan:
Peneliti akan mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana peranan
Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan. Peranan
Sanggar Tari Kaloka melalui kegiatan-kegiatan tari, antara lain penggarapan,
pelatihan, dan pementasan. Penggarapan tari merupakan kegiatan sanggar yang
menunjukkan peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan secara
kualitatif karena perkembangan tari melalui proses pembaharuan garapan tari
yang sudah ada menjadi lebih baik/maju tanpa mengubah nilai-nilai yang
terkandung sebelumnya melalui kegiatan penggarapan karya tari untuk
pementasan dan lomba, serta merekonstruksi Tari Sintrenan menjadi Tari Sintren
Garap kemudian dijadikan tarian identitas Kota Pekalongan. Kegiatan pelatihan
tari di Sanggar Tari Kaloka baik secara rutin maupun khusus menyebarkan tari
kepada siswa yang mengikuti pelatihan, sedangkan pementasan tari oleh Sanggar
Tari Kaloka menyebarluaskan tari kepada masyarakat di dalam dan di luar Kota
Pekalongan sebagai penonton. Pelatihan dan pementasan merupakan kegiatan
sanggar yang menunjukkan peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan
tari secara kuantitatif karena perkembangan tari dilakukan melalui proses
penyebar luasan agar lebih dikenal luas oleh masyarakat. Kegiatan-kegiatan tari
tersebut dapat terlaksana dengan baik karena Sanggar Tari Kaloka pengurus
mengelola Sanggar Tari Kaloka sesuai dengan tugasnya masing-masing, sehingga
Sanggar Tari Kaloka dapat memberikan peranannya secara optimal terhadap
perkembangan tari khususnya pada jenis tari tradisional dan tari kreasi di Kota
Pekalongan.
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian dengan judul “Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap
Perkembangan Tari di Kota Pekalongan” ini dilakukan dengan pendekatan
kualitatif, artinya penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari apa yang diamati. Metode kualitatif menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati (Moleong, 2005: 4).
Kualitas menunjuk segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum
atau jumlah, maka penelitian kualitatif diartikan penelitian yang tidak
mengadakan perhitungan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,
2005: 6).
Metode penelitian kualitatif biasanya dengan teknik pengamatan
berperan serta atau terlibat (participant-observation) hingga mencapai taraf
kejenuhan. Oleh karenanya, penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu berupa
kata-kata dan gambar yang berasal dari naskah, hasil wawancara, catatan
lapangan, dokumen pribadi maupun resmi (Jazuli, 2001: 19). Penelitian kualitatif
20
adalah lebih menekankan pada orientasi teoritis, artinya lebih berorientasi untuk
mengembangkan atau membangun teori sebagai suatu cara memandang dunia
(Jazuli, 2001: 18).
3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu sanggar pramuka yang menjadi tempat
kegiatan pelatihan tari Sanggar Tari Kaloka yang terletak di Jalan Sriwijaya No.18
Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan. Lokasi
penelitian lainnya yaitu alamat rumah bapak Bambang Irianto selaku pendiri
Sanggar Tari Kaloka yaitu Perum Wiranata Indah Blok B No. 04 Kabupaten
Pekalongan sebagai tempat penyimpanan arsip dan inventaris. Peneliti memilih
lokasi tersebut atas pertimbangan potensi tari Kota Pekalongan, prestasi Sanggar
Tari Kaloka, dan peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap peningkatan pelestarian
budaya khususnya bidang tari di Kota Pekalongan.
3.2.2 Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian dengan judul “Peranan Sanggar Tari Kaloka
Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan adalah peranan Sanggar Tari
Kaloka terhadap perkembangan tari baik tari tradisional maupun tari kreasi di
Kota Pekalongan.
21
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2010: 308).
Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk
memperoleh bahan-bahan, keterangan dan informasi yang benar dan dapat
dipercaya. Peneliti juga perlu menggunakan metode yang tepat, memiliki teknik
dan alat pengumpul data yang tepat dan relevan. Penggunaan teknik dan alat
pengumpul data yang tepat memungkinkan diperoleh data yang objektif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian “Peranan Sanggar Tari
Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan” menggunakan tiga
metode yaitu teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi.
Penjelasan dari ketiga teknik tersebut sebagai berikut:
3.3.1 Observasi
Nasution (dalam Sugiyono 2010: 310) menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang
lain. Observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar.
22
Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk
menyebut jenis observasi, yaitu: observasi non sistematis dan observasi sistematis.
Observasi non-sistematis dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan
instrumen pengamatan sedangkan observasi sistematis dilakukan oleh pengamat
dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan (Arikunto, 2006:
156-157).
Objek penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley (dalam
Sugiyono, 2010: 314) dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen
yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas).
1. Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung,
seperti sanggar tari
2. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang melakukan peran tertentu, seperti
pendiri sanggar, pelatih, dan siswa
3. Activity atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang
sedang berlangsung, seperti kegiatan penggarapan, pelatihan, dan pementasan
tari.
Kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terbagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang berisi
dengan kegiatan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pemilik sanggar
yang dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2014 di sanggar pramuka yang merupakan
23
tempat kegiatan pelatihan tari Sanggar Tari Kaloka di Jalan Sriwijaya No.18
Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan. Tahap kedua
berupa penelitian inti dengan kegiatan pengumpulan data dan bahan yang
dibutuhkan dalam pembahasan masalah yang mulai dilakukan pada tanggal 19
Oktober 2014 dan dilakukan setiap hari minggu pada saat pelatihan tari Sanggar
Tari Kaloka berlangsung yaitu mulai pukul 08.00-10.00 WIB. Pada tanggal 7
Desember 2014 penelitian dilakukan dirumah bapak Bambang Irianto selaku
pendiri Sanggar Tari Kaloka yang beralamat di Perum Wiranata Indah Blok B No.
04 Kabupaten Pekalongan. Kegiatan observasi rutin dilaksanakan setiap hari
minggu pukul 08.00-10.00 WIB di Sanggar Tari Kaloka yang beralamat di Jalan
Sriwijaya No.18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota
Pekalongan.
Peneliti menggunakan alat bantu handphone yang digunakan untuk
merekam suara dan pendokumentasian berupa foto pada proses observasi dan
penelitian untuk mendapatkan bukti autentik sebagai salah satu sumber data
penelitian. Hal tersebut dilakukan peneliti untuk menjaga kebenaran data yang
didapatkan. Tujuan diadakannya observasi adalah untuk mengetahui, memahami
serta mempelajari secara langsung kondisi Sanggar Tari Kaloka dan mengetahui
peranan Sanggar Tari Kaloka melalui kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan,
misalnya: garapan/hasil karya dari sanggar, proses latihan tari di sanggar,
pementasan yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka, dan perkembangan tari yang
terjadi di Kota Pekalongan.
24
Observasi yang dilakukan di Sanggar Tari Kaloka yang beralamat Jalan
Sriwijaya No.18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota
Pekalongan untuk memperoleh bukti autentik kondisi Sanggar Tari Kaloka
sebagai sumber berupa foto tempat pelatihan tari, kegiatan pelatihan tari, dan
informasi dari pelatih dan siswa sanggar. Sedangkan observasi yang dilakukan di
rumah bapak Bambang selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka yaitu untuk
memperoleh data arsip dan dokumentasi Sanggar Tari Kaloka, foto inventaris
yang dimiliki Sanggar Tari Kaloka, dan informasi dari pendiri Sanggar Tari
Kaloka.
3.3.2 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari narasumber yang
lebih mendalam. Maka dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi
(Sugiyono, 2010: 317-318).
Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2010: 319-321) ada beberapa
macam wawancara, yaitu:
a. Wawancara terstruktur, digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi
apa yang akan diperoleh. Pengumpul data telah menyiapkan instrumen
25
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Selain membawa instrumen
sebagai pedoman wawancara, pengumpul data juga dapat menggunakan alat
bantu seperti tape recorder, handphone atau alat tulis dan material lain yang
dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar
b. Wawancara semistruktur, dimana dalam pelaksanaan wawancara lebih bebas
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuannya untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
dimintai pendapat dan ide-idenya
c. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya dan hanya menggunakan
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Peneliti menggunakan dua pedoman wawancara yaitu wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara yang terstruktur berupa instrumen
pertanyaan yang telah dipersiapkan dan disusun oleh peneliti sebelum melakukan
wawancara dan wawancara yang tidak terstruktur bersifat spontanitas pada saat
melakukan wawancara, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah disusun. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam teknik
wawancara antara lain: (1) menentukan informan yang digunakan sebagai sumber
informasi, (2) menyiapkan pokok-pokok bahan pembicaraan, (3) menentukan
waktu pelaksanaan wawancara, (4) melangsungkan alur wawancara, (5)
menuliskan hasil wawancara, dan (6) mengidentifikasi tindak lanjut hasil
wawancara yang diperoleh.
26
Peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis maupun untuk wawancara. Pertanyaan-pertanyaan ini secara
khusus ditujukan kepada pendiri/ketua sanggar, pelatih sanggar, Dinas
Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan, sekolah-sekolah,
dan pengamat seni/seniman. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana
peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari khususnya tari
tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan.
Wawancara yang ditujukan kepada pendiri/ketua Sanggar Tari Kaloka
guna memperoleh data atau informasi sejarah Sanggar Tari Kaloka, tujuan
didirikannya sanggar, program kerja sanggar, peran-peran sanggar/aktivitas yang
dilakukan sanggar melalui kegiatan penggarapan, pelatihan, dan pementasan tari,
serta perkembangan tari khususnya tari tradisional dan tari kreasi di Kota
Pekalongan. Wawancara yang ditujukan kepada pengelola Sanggar Tari Kaloka
guna memperoleh data atau informasi program kerja sanggar, struktur organisasi
sanggar, sarana dan prasarana sanggar, keadaan siswa dan pelatih sanggar, peran
serta sanggar, kerjasama dan prestasi sanggar.
Wawancara yang ditujukan kepada Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan
Kebudayaan Kota Pekalongan guna memperoleh data atau informasi
perkembangan tari di Kota Pekalongan, dan peran serta Sanggar Tari Kaloka
terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan dalam bentuk kerjasama maupun
prestasi. Wawancara yang ditujukan kepada sekolah-sekolah di Kota Pekalongan
guna memperoleh data atau informasi peran serta Sanggar Tari Kaloka terhadap
perkembangan tari di Kota Pekalongan.
27
Wawancara yang ditujukan kepada pengamat seni/seniman guna
memperoleh data atau informasi perkembangan tari di Kota Pekalongan, dan
peran serta Sanggar Tari Kaloka di Kota Pekalongan terhadap perkembangan tari
di Kota Pekalongan. Pengamat seni/seniman yang dimaksud adalah
seniman/penikmat seni dari Kota Pekalongan maupun dari luar Kota Pekalongan
yang ikut berpartisipasi dalam dunia seni di Kota Pekalongan.
Peneliti telah melakukan wawancara kepada beberapa narasumber,
antara lain kepada: (1) Bambang Irianto, S.Pd. selaku pendiri dan ketua Sanggar
Tari Kaloka, wawancara mulai dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2014
bertempat di sanggar pramuka yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan tari
Sanggar Tari Kaloka Jalan Sriwijaya No. 18 Kel. Bendan Kec. Pekalongan Barat
Kota Pekalongan dan di tempat tinggal bapak Bambang Irianto di Perum Wiranata
Indah Blok B No. 4 Kabupaten Pekalongan, (2) Esti Ediarti selaku pelatih
Sanggar Tari Kaloka, wawancara dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2014
bertempat di sanggar pramuka yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan tari
Sanggar Tari Kaloka Jalan Sriwijaya No. 18 Kel. Bendan Kec. Pekalongan Barat
Kota Pekalongan dan di tempat tinggal ibu Esti di Perum Wiranata Blok B No. 4
Kabupaten Pekalongan, (3) Endang Suprapti, S.Kar. selaku kepala bidang
kebudayaan Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan,
wawancara dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2014 di kantor Dinas
Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan, (4) Eni Ratnawati,
S.Pd. selaku kepala bidang kesenian dan kebudayaan PGRI Kota Pekalongan dan
28
kepala SD N 1 Karangmalang Kota Pekalongan, wawancara dilaksanakan pada
tanggal 21 Oktober 2014 di SD N 1 Karangmalang Kota Pekalongan.
3.3.3 Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya seni misalnya patung, film, dan lain-lain (Sugiyono, 2010: 329).
Berbagai macam bentuk dokumentasi yaitu dokumentasi arsip, rekaman,
foto dan video. Data dokumentasi dapat mendukung dan melengkapi data yang
telah diperoleh dari metode observasi dan wawancara. Teknik dokumentasi
digunakan peneliti untuk mendapatkan data fisik yang berkaitan dengan
penelitian. Dokumen yang diperoleh dari hasil penelitian antara lain daftar nama
pengurus dan anggota Sanggar Tari Kaloka, anggaran dasar, anggaran rumah
tangga, program kerja/kegiatan sanggar, daftar inventaris, foto/video kegiatan
sanggar baik kegiatan latihan, pentas, pergelaran, maupun lomba.
3.4 Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya
29
(Moleong, 2005: 247). Analisis data merupakan ruang peneliti dalam upaya untuk
menemukan pola, kategori, satuan uraian tertentu yang berasal dari deskripsi dan
refleksi data (Jazuli, 2001: 40).
Nasution (dalam Sugiyono, 2010: 336) Analisis telah mulai sejak
merumuskan masalah dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan
berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian dan menjadi pegangan bagi
penelitian selanjutnya. Dalam kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama
proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan
yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi (Rohidi,
2007:16).
Analisis model siklus interaktif yang dikembangkan dapat digambarkan
sebagai berikut:
Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif
oleh Tjetjep Rehendi Rohidi
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Verifikasi (Penarikan
Kesimpulan)
30
Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong,
2005: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif diakukan sejak
sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
3.4.1 Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pegabstrakan, dan transformasi data ”kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara
terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Reduksi
data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi (Rohidi, 2007: 16).
Data yang diperoleh peneliti dari masing-masing informan masih ada
yang tidak relevan dengan fokus penelitian sehingga perlu dibuang atau dikurangi
dengan cara membandingkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada
masing-masing informan dan mengulang kembali observasi untuk memperoleh
data atau informasi yang lebih akurat.
31
3.4.2 Penyajian Data
Penyajian data merupakan langkah kedua dari teknik analisis data yang
dilakukan peneliti dalam mengkaji permasalahan setelah melakukan reduksi data.
Penyajian data adalah kumpulan informasi yang tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
data yang baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang baik
(Rohidi, 2007: 17-18).
3.4.3 Verifikasi/Penarikan Kesimpulan
Menurut Rohidi (2007: 19), Penarikan kesimpulan menjelaskan dari
permulaan pengumpulan data mulai mencari arti benda-benda mencatat
keteraturan, pola-pola, kejelasan, alur sebab akibat, dan proposisi. Penarikan
kesimpulan untuk member kejelasan yang lebih rinci dan mengakar dengan
kokoh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Artinya, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yang merupakan validitasnya.
3.5 Teknik Keabsahan Data
Moleong (2005: 320) menyatakan bahwa dalam tubuh pengetahuan
kualitatif itu sendiri sejak awal pada dasarnya sudah ada usaha meningkatkan
derajat kepercayaan data yang disini dinamakan keabsahan data. Pemeriksaan
terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah
balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak
32
ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh
pengetahuan penelitian kualitatif. Dengan kata lain, apabila peneliti melaksanakan
pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat sesuai dengan teknik, maka
jelas bahwa hasil upaya penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan
dari segala segi.
Moleong (2005, 326-327) menyarankan empat kriteria keabsahan data
kualitatif, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferbility),
ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Untuk memeriksa
keabsahan data pada penelitian “Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap
Perkembangan Tari di Kota Pekalongan” peneliti perlu melakukan beberapa
kegiatan. Salah satu kegiatan tersebut adalah triangulasi. Triangulasi diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu.
Peneliti memilih teknik pemeriksaan keabsahan data dengan triangulasi sumber,
yaitu membandingkan dan mengecek kembali data yang diperoleh dari beberapa
sumber. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatannya secara pribadi, (3)
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti
rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan. Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan
33
perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam kontes suatu studi
sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari
berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat
me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai
sumber, metode, atau teori (Moleong, 2005: 331-332).
34
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Keadaan Demografis Kota Pekalongan
Gambar 1
Peta Kota Pekalongan
(http://pekalongankota.bps.go.id/)
Berdasarkan buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014 dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Kota Pekalongan, Kota Pekalongan terletak di dataran rendah
pantai utara Pulau Jawa. Posisi geografis Kota Pekalongan antara 6 50’ 42” s.d. 6
55’ 44” Lintang Selatan dan 109 37’ 55” s.d. 109 42’ 19” Bujur Timur serta
35
berkoordinat fiktif 510.00 – 518.00 Km membujur dan 517.75 – 526.75 Km
melintang.
Batas wilayah secara administratif adalah:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kab. Batang
Sebelah Selatan : Kab. Pekalongan dan Kab. Batang
Sebelah Barat : Kab. Pekalongan
Keadaan tanah di Kota Pekalongan berwarna agak kelabu dengan jenis
tanah Aluvial yohidromorf. Luas daerah Kota Pekalongan45,25 Km2 dengan jarak
terjauh dari utara ke selatan ± 9 Km dan dari barat ke timur ± 7 Km.
Kota Pekalongan terbagi atas 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan
Pekalongan Utara, Kecamatan Pekalongan Barat, Kecamatan Pekalongan Timur,
dan Kecamatan Pekalongan Selatan. Empat kecamatan tersebut terbagi lagi
menjadi 47 (empat puluh tujuh) kelurahan.
4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Pekalongan
Kota Pekalongan mengalami peningkatan angka pertumbuhan penduduk
dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2014 menurut
sumber buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014 dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Kota Pekalongan yaitu berjumlah 290.870 jiwa yang terdiri dari 145.450
jiwa penduduk laki-laki (50,01%) dan 145.420 jiwa penduduk perempuan
(49,99%).
36
4.1.3 Agama Penduduk Kota Pekalongan
Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Masyarakat
mendambakan kehidupan beragama yang sangat harmonis. Hal ini terlihat dari
tempat-tempat peribadatan yang ada disekitar warga seperti masjid, gereja,
wihara, pura, dan kelenteng. Menurut buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014
dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan, tempat peribadatan di Kota
Pekalongan pada tahun 2014 mencapai 744 unit, yang terdiri dari 614 musholla,
108 masjid, 15 gereja, 5 wihara, 1 pura, dan 1 kelenteng.
Tabel 1
Jumlah Masyarakat Pemeluk Agama di Kota Pekalongan
No. Agama Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Islam
Kristen
Katholik
Hindu
Budha
Konghucu/lainnya
278.454
6.616
4.324
75
1.773
78
Jumlah 291.320 orang
(Kota Pekalongan dalam Angka 2014, BPS Kota Pekalongan)
37
Data menurut buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014 dari Badan
Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan menyebutkan pada tahun 2014 penduduk
yang memeluk agama Islam berjumlah 278.454 jiwa, penduduk beragama Kristen
berjumlah 6.616 jiwa, jumlah penduduk beragama Katholik 4.324 jiwa, penduduk
beragama Hindu berjumlah 75 jiwa, penduduk beragama Budha berjumlah 1.773
jiwa, dan 78 jiwa beragama Konghucu atau tidak beragama. Mayoritas penduduk
Kota Pekalongan memeluk agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tempat
peribadatan masjid atau musholla yang mendominan daripada tempat peribadatan
agama lain di Kota Pekalongan.
4.1.4 Mata Pencaharian Penduduk Kota Pekalongan
Kota Pekalongan terletak di jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-
Semarang-Surabaya. Pekalongan dikenal mendapat julukan kota batik, karena
batik Pekalongan memiliki corak yang khas dan variatif. Sebagian besar
masyarakat Kota Pekalongan menggantungkan mata pencaharian hidupnya
sebagai pengrajin batik. Kota Pekalongan yang terletak di pesisir pantai utara
Jawa juga mengandalkan kelangsungan hidup masyarakatnya dari hasil perikanan
Laut Jawa. Kota Pekalongan memiliki pelabuhan perikanan terbesar di Pulau
Jawa yang sering menjadi transit dan area pelelangan hasil tangkapan laut oleh
nelayan dari berbagai daerah. Kota Pekalongan juga terdapat perusahaan
pengolahan hasil laut baik perusahaan berskala besar maupun industri rumah
tangga. Selain itu masyarakat Kota Pekalongan sebagian ada juga bermata
38
pencaharian sebagai PNS, wiraswasta, petani, peternak, pedagang, TNI/POLRI,
dan lain sebagainya.
Menurut buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014 dari Badan Pusat
Statistik Kota Pekalongan (2014), penduduk usia kerja didefinisikan sebagai
penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Mereka terdiri dari “Angkatan Kerja”
dan “Bukan Angkatan Kerja”. Untuk lebih jelasnya mengenai mata pencaharian
masyarakat di Kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel 2:
Tabel 2
Mata Pencaharian Masyarakat Kota Pekalongan
No. Bidang Mata Pencaharian Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik
Bangunan
Perdagangan
Angkutan dan Perdagangan
Keuangan
Jasa dan Lainnya
579 orang
0 orang
11.145 orang
54 orang
116 orang
1631 orang
605 orang
1168 orang
728 orang
Jumlah 16.026 orang
(Kota Pekalongan dalam Angka 2014, BPS Kota Pekalongan)
39
Data kepegawaian sampai dengan tahun 2014 tercatat jumlah PNS pada
pemerintahan Kota Pekalongan sebanyak 4.349 orang, terdiri dari 210 orang
golongan I, 1.062 orang golongan II, 1.945 orang golongan III, dan 1.132 orang
golongan IV.
4.1.5 Tingkat Pendidikan di Kota Pekalongan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Partisipasi penduduk
dalam bidang pendidikan harus diimbangi penyediaan sarana fisik pendidikan
maupun tenaga guru yang memadai.
Menurut buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014 dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Kota Pekalongan, pelaksanaan program pembangunan pendidikan
berhasil membuat pendidikan yang ada di Kota Pekalongan berkembang. Dengan
berkembangnya pendidikan yang ada di Kota Pekalongan dan banyaknya fasilitas
pendidikan yang tersedia mulai dari pendidikan anak usia dini sampai dengan
perguruan tinggi dapat diartikan bahwa Kota Pekalongan mempunyai potensi
untuk terus meningkatkan mutu pendidikannya.
40
Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan di Kota Pekalongan
dapat dilihat pada grafik 1.
Grafik 1
Grafik Tingkat Pendidikan Masyarakat Kota Pekalongan
(Kota Pekalongan dalam Angka 2014, BPS Kota Pekalongan)
Komposisi golongan PNS Kota Pekalongan menurut penjelasan pada
mata pencaharian didominasi oleh golongan III (45%), dan berdasarkan tingkat
pendidikan maka sebagian besar PNS di Kota Pekalongan berpendidikan
Sarjana Strata 1 (34,5%).
SD SMP SMA D1 D2 D3 D4 S1 S2
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
5% 4,70%
29,20%
1%
13,40%
9,80%
0,30%
34,50%
1,40%
41
Tabel 3
Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi di Kota Pekalongan
No Sekolah Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
TK
RA
SD
MI
SMP
MTs
SMA
SMK
MA
Madrasah Diniah
TPQ
Pondok Pesantren
Perguruan Tinggi
74
26
101
47
28
9
11
13
6
96
218
46
8
Jumlah 683
(Kota Pekalongan dalam Angka 2014, BPS Kota Pekalongan)
4.1.6 Potensi Seni Budaya Kota Pekalongan
Kota Pekalongan mempunyai potensi seni yang menarik, khususnya
pada kebudayaan yang menawarkan tradisi adat istiadat khas Kota Pekalongan,
antara lain tradisi Syawalan, Nyadran/sedekah laut, Pek Chun, Pekan Batik
Nusantara, Pekan Batik Internasional, Simthudurror, dan Kesenian Sintren (Kota
Pekalongan dalam Angka 2014, BPS Kota Pekalongan).
Syawalan adalah perayaan tujuh hari setelah lebaran dan sekarang ini
disemarakkan dengan pemotongan lopis (makanan yang terbuat dari ketan dan
dibungkus daun pisang) raksasa di daerah Krapyak yang memecahkan rekor
42
MURI oleh walikota untuk kemudian dibagi-bagikan kepada pengunjung dan
diselenggarakan tiap satu tahun sekali dimulai pada tahun 1990-an. Tradisi
Nyadran/sedekah laut dilaksanakan oleh masyrakat nelayan Kota Pekalongan
pada saat bulan Syuro dan diselenggarakan setiap tahun sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Allah SWT atas hasil laut yang melimpah. Ritual Sadranan
diadakan nelayan dan masyarakat Kota Pekalongan pemeluk agama Islam dengan
menghias kapal-kapal nelayan yang berisi sesaji, setelah melalui beberapa prosesi
dan doa selamatan kemudian dilarung ke tengah laut. Pek Chun hampir sama
dengan Nyadran, hanya saja tradisi ini diselenggarakan oleh warga etnis Tionghoa
di Kota Pekalongan dan waktu perayaannya dilaksanakan menurut kalender China
yaitu pada tahun baru China atau Imlek yang dilaksanakan setiap tahun. Pekan
Batik Nusantara merupakan agenda rutin yang diadakan tiap tahun genap pada
bulan Oktober di Kota Pekalongan dalam rangka perayaan Hari Batik Nasional
yang jatuh pada tanggal 2 Oktober, sedangkan Pekan Batik Internasional diadakan
tiap tahun ganjil pada Hari Batik Nasional. Pada Pekan Batik Nusantara dan
Pekan Batik Internasional dimeriahkan dengan berbagai acara seperti pameran
batik, kuliner, karnaval, dan panggung hiburan.
Simthudurror merupakan kesenian tradisional Islam dengan
menggunakan Rebana dan Jidor sebagai alat musiknya. Kesenian Tradisional ini
beranggotakan 15 orang sampai 20 orang dengan diiringi musik melantunkan
puji-pujian atau sholawatan sebagai ungkapan syukur dan permohonan
keselamatan dunia akhirat kepada Allah SWT. Kesenian Sintren adalah kesenian
tradisional masyarakat Kota Pekalongan dan sekitarmya yang merupakan jalur
43
pantai utara. Kesenian Sintren merupakan pertunjukkan kesenian tradisional yang
mengandung unsur magis/mistis yang bersumber dari legenda cinta kasih Solasih
dan Solandono. Sintren dalam kesenian sintren diperankan oleh gadis yang masih
suci dibantu dengan pawangnya dan diiringi gending oleh 6 orang sesuai dengan
pengembangan kesenian Sintren sebagai hiburan rakyat, kemudian dilengkapi
dengan penari pendamping.
Potensi seni budaya di Kota Pekalongan didukung dengan adanya
perkumpulan/komunitas kesenian dan sanggar yang masih aktif dalam kegiatan
seni. Untuk melihat banyaknya perkumpulan/komunitas kesenian yang ada di
Kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Jumlah Perkumpulan/komunitas Kesenian di Kota Pekalongan
No. Jenis
perkumpulan kesenian Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Drama
Band
Keroncong
Sanggar Tari
Karawitan
Pencak Silat
Kasidah
8
30
3
13
4
5
58
Jumlah 121
(Kota Pekalongan dalam Angka 2014, BPS Kota Pekalongan)
44
Selain memiliki beberapa tradisi seni budaya, Kota Pekalongan juga
memiliki beberapa sanggar seni untuk mendukung kegiatan tradisi seni bdaya
yang ada di Kota Pekalongan, antara lain Sanggar Sekar Kedhaton, Sanggar Ibu
Pertiwi (Paguyuban Karawitan), Sanggar Rahayu Raras, Sanggar Laras Wisata,
Sanggar Tari Kartika, Sanggar Tari Kaloka, Sanggar Tari Surya Budhaya, dan
Sanggar Tari Wira Budhaya. Sanggar Tari Kaloka merupakan sarana untuk
mengembangkan potensi budaya yang ada di Kota Pekalongan khususnya
dibidang tari. Dalam mengembangkan tari di Kota Pekalongan, Sanggar Tari
Kaloka menjalankan perannya melalui kegiatan tari.
4.1.7 Letak Pusat Kegiatan Tari Sanggar Tari Kaloka
Kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka berpusat di Gedung Pramuka yang
terletak di Jalan Sriwijaya No. 18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan
Barat Kota Pekalongan, 51119 Jawa Tengah. Gedung Pramuka yang merupakan
tempat berlangsungnya kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka letaknya cukup strategis
karena berada di pinggir jalan raya jalur Pekalongan-Jakarta sehingga mudah
dijangkau dengan berbagai sarana transportasi. Tempat berlangsungnya kegiatan
tari Sanggar Tari Kaloka tidak jauh dari pusat pemerintahan Kota Pekalongan dan
juga pusat perbelanjaan di Kota Pekalongan. Jarak tempuh Sanggar Tari Kaloka
±25 meter dari kantor Kelurahan Bendan.
45
Foto 1
Sanggar Pramuka
(Tempat Pusat Kegiatan Tari Sanggar Tari Kaloka)
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
Kondisi fisik Sanggar Pramuka sebagai tempat kegiatan tari Sanggar
Tari Kaloka tampak kokoh, terlihat dari dokumentasi foto bangunan Sanggar
Pramuka dan layak untuk digunakan sebagai tempat pelatihan tari. Status
kepemilikan bangunan ini adalah milik Sanggar Pramuka Kota Pekalongan,
Sanggar Tari Kaloka menggunakan gedung Sanggar Pramuka dengan membayar
uang sewa dan listrik tiap bulannya yaitu sebesar Rp. 50.000,-. Ruang kegiatan
pelatihan tari di Sanggar Pramuka dapat menampung ±100 siswa Sanggar Tari
kaloka dengan ukuran ruangan 8 x 15 meter. Selain digunakan untuk kegiatan tari
Sanggar Tari Kaloka, Sanggar Pramuka juga digunakan untuk kegiatan pramuka,
46
taekwondo, karate dan kegiatan-kegiatan lainnya. Untuk lebih jelas mengenai
bangunan Sanggar Pramuka dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2
Denah Tempat Pelatihan Sanggar Tari Kaloka
Keterangan gambar:
1. Ruang utama (pendopo)/ruang depan untuk kegiatan pelatihan tari
2. Ruang tidur
3. Ruang makan
4. Ruang tidur
5. Ruang kerja/ruang kantor
6. Kamar mandi
7. Dapur
8. Tempat parkir
S
U
6
2
3
4
1
7 5
8
47
Tempat kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka terdiri dari beberapa ruangan,
antara lain ruang utama (pendopo) untuk kegiatan pelatihan tari, ruang tidur,
ruang makan, ruang kerja/ruang kantor, kamar mandi, dapur, dan tempat parkir.
Bangunan Sanggar Pramuka yang digunakan untuk kegiatan tari Sanggar Tari
Kaloka berbentuk seperti joglo atau pendopo. Kondisi lingkungan Sanggar
Pramuka terlihat bersih dan nyaman karena dikelilingi pagar besi. Denah Sanggar
Pramuka membuktikan bahwa tempat tersebut memadai untuk menjadi tempat
kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka. Tempat kegiatan pelatihan tari berukuran 8 x
15 meter berdinding tembok warna putih, dengan lantai keramik warna orange
dan beratap genting. Ruangan bagian dalam memiliki pintu yang terbuat dari kayu
dilengkapi kaca 4 lapis sangat membantu dalam proses kegiatan pelatihan tari.
4.2 Sanggar Tari Kaloka
4.2.1 Sejarah Didirikannya Sanggar Tari Kaloka
Sanggar Tari Kaloka merupakan organisasi lembaga pendidikan non
formal yang bergerak dibidang seni budaya khususnya tari. Sanggar Tari Kaloka
didirikan pada tanggal 1 Januari 1994. Menurut penuturan Bapak Bambang
Irianto selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka (wawancara 19 Oktober 2014) pada
awal berdirinya Sanggar Tari Kaloka bermula dari bapak Bambang Irianto
mengajarkan keahliannya dalam bidang tari kepada anak-anak. Bambang Irianto
adalah seniman lulusan STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) di Surakarta
lulusan tahun 1988. Bambang Irianto mendapat dukungan dari istrinya ibu Esti
Ediarti untuk mewujudkan keinginannya melatih tari. Setelah bermusyawarah
48
dengan teman-teman terdekatnya yang juga berpotensi dalam bidang tari,
akhirnya mereka sepakat untuk mendirikan sanggar bersama. Semula pelatihan
tari diadakan di rumah teman bapak Bambang Irianto yaitu guru olahraga SMK N
1 Kota Pekalongan, kemudian berpindah tempat di rumah bapak Bambang Irianto
di Perum Tirto Indah No. 74 Kelurahan Tirto Kecamatan Pekalongan Barat Kota
Pekalongan, karena bertambahnya jumlah peserta yang mengikuti latihan tari
akhirnya kegiatan sanggar dipindahkan ke Sanggar Pramuka yang terletak di Jalan
Sriwijaya No.18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota
Pekalongan. Lokasi Sanggar Pramuka dinilai strategis untuk menjadi tempat
kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka karena letaknya yang berada di pinggir jalan
raya Pekalongan-Jakarta sehingga mudah dijangkau dengan berbagai sarana
transportasi.
Sanggar yang terbentuk diberi nama Kaloka, nama Kaloka diambil
berdasarkan kesepakatan pelatih. Pemberian nama Kaloka pada sanggar tari
karena nama Kaloka mempunyai makna kondang yang artinya tersohor atau
terkenal. Keinginan pengurus agar sanggar tari yang mereka kelola bisa terkenal
sesuai dengan makna dari nama Kaloka tersebut.
Awal didirikannya Sanggar Tari Kaloka pada tanggal 1 Januari 1994
belum mempunyai izin dari pemerintah, karena pada saat itu keinginan dari para
pengurus hanya ingin memberikan pembelajaran tari untuk melestarikan budaya
di Kota Pekalongan. Akhirnya setelah 1 tahun kegiatan pelatihan tari Sanggar Tari
Kaloka berjalan, dan dengan banyaknya siswa yang mengikuti kegiatan pelatihan
tari pada tahun 1995, ketua Sanggar Tari Kaloka bapak Bambang Irianto
49
mengajukan surat izin pendirian sanggar dengan membuat proposal disertai
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang dilampirkan pada
penelitian ini, dan data pendiri dan jumlah anggota tahun 1995. Pada tanggal 14
Februari 1995 Surat Pengesahan turun, dan dengan adanya surat pengesahan
Sanggar Tari Kaloka telah resmi terdaftar sebagai organisasi kesenian oleh Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu yang tentunya wajib
mentaati ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Piagam Pengesahan dengan
turunnya Surat Pengesahan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Bambang Irianto selaku
ketua Sanggar Tari Kaloka (wawancara 19 Oktober 2014) jumlah siswa yang
mengikuti kegiatan pelatihan tari di Sanggar Tari Kaloka mengalami
ketidakstabilan pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2005. Penurunan jumlah
siswa pada tahun 1995 sampai dengan 2005 terjadi setelah kegiatan pementasan
selesai. Karena pementasan di luar agenda rutin Sanggar Tari Kaloka yaitu
pergelaran tari untuk ujian kenaikan tingkat siswa Sanggar Tari Kaloka hanya
dilaksanakan pada saat pementasan HUT RI (Hari Ulang Tahun Republik
Indonesia) tanggal 17 Agustus, sehingga sebagian siswa yang tertarik pada
pementasan saja mengikuti kegiatan pelatihan tari saat menjelang persiapan
pementasan memperingati HUT RI kemudian tidak mengikuti kegiatan pelatihan
tari rutin di Sanggar Tari Kaloka. Penurunan jumlah siswa tidak terlalu drastis,
sehingga Sanggar Tari Kaloka tidak mengalami kevakuman.
Sanggar Tari Kaloka berusaha untuk terus meningkatkan sarana dan
prasarana yang diperlukan sanggar untuk menunjang kegiatan tari. Dana
50
sementara diperoleh hanya dari iuran siswa sanggar, maka bapak Bambang Irianto
selaku ketua Sanggar Tari Kaloka mengajukan Permohonan Bantuan dengan
membuat Surat Permohonan Bantuan Perlengkapan Kesenian pada tanggal 30
Agustus 1997. Bantuan berupa dana untuk perlengkapan kesenian diberikan oleh
Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan.
4.2.2 Tujuan Didirikannya Sanggar Tari Kaloka
Menurut bapak Bambang Irianto selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka
(wawancara 19 Oktober 2014), mengatakan bahwa:
“Tujuan utama didirikannya Sanggar Tari Kaloka yaitu untuk
memberikan pelatihan tari kepada generasi muda agar
melestarikan kesenian Jawa yaitu tari” (wawancara, 19 Oktober
2014).
Tujuan Sanggar Tari Kaloka berdasarkan Anggaran Dasar Sanggar Tari
Kaloka yang dilampirkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menghimpun para anak-anak dan remaja untuk mengadakan berbagai kegiatan
pelestarian kesenian tradisional khususnya dalam perkembangan tari
2. Berperan aktif dalam pelestarian kesenian tradisional khususnya dalam
pengembangan tari
3. Sebagai wadah pembinaan bakat, minat, dan kemampuan berolah seni dalam
pengembangan tari
4. Memberdayakan masyarakat dalam kegiatan berkesenian dengan
meningkatkan aktivitas dan kualitas sumber daya manusia dalam
pembangunan bangsa
51
5. Menanamkan sikap Handarbeni serta menguri-uri terhadap kebudayaan
daerah.
Tujuan umum didirikannya Sanggar Tari Kaloka menurut bapak
Bambang Irianto adalah untuk melestarikan kebudayaan daerah terutama seni tari.
Tujuan khusus Sanggar Tari Kaloka adalah untuk melakukan kegiatan tari antara
lain penggarapan, pelatihan, dan pementasan tari.
4.2.3 Struktur Organisasi Sanggar Tari Kaloka
Sanggar Tari Kaloka mempunyai pengurus untuk mengelola sanggar.
Peran serta pengurus sanggar sangat memengaruhi perkembangan sanggar.
Pengurus Sanggar Tari Kaloka terdiri dari pembina, ketua, sekretaris, bendahara,
dan pelatih wajib mengurus semua kepentingan organisasi baik di dalam maupun
di luar sanggar. Kerjasama antar pengurus akan menciptakan pengelolaan sanggar
yang baik. Setiap organisasi harus mempunyai kegiatan atau pekerjaan yang jelas,
hal ini diterapkan dalam kepengurusan organisasi Sanggar Tari Kaloka. Pengurus
aktif dalam menjalankan tugasnya masing-masing tanpa harus diperintah oleh
ketua. Pengurus Sanggar Tari Kaloka saling bekerjasama menjalankan tugas
masing-masing untuk mencapai tujuan bersama. Struktur organisasi Sanggar Tari
Kaloka yaitu:
52
Tugas masing-masing pengurus Sanggar Tari Kaloka berdasarkan
wawancara dengan bapak Bambang Irianto 19 Oktober 2014 selaku ketua Sanggar
Tari Kaloka yaitu:
1. Pembina:
a. Memberikan pemantauan terhadap sanggar
KETUA
Bambang Irianto
PEMBINA
Camat Pekalongan Barat
SEKRETARIS
Erika Yulianti
BENDAHARA
Esti Ediarti
PELATIH
1. Bambang Irianto
2. Esti Ediarti
3. Retno Wulan
PEMBANTU UMUM
Sodikin
SISWA
53
b. Melindungi sanggar agar tetap bertahan
c. Memberi motivasi kepada anggota pengurus agar menjalin kerjasama yang
baik dan meningkatkan sistem kerja agar pengelolaan sanggar berjalan
mengarah pada perkembangan sanggar yang lebih maju
2. Ketua:
a. Memimpin organisasi sanggar tari
b. Memberikan laporan pertanggungjawaban di depan rapat pengurus
c. Mengadakan koordinasi program kerja sanggar
d. Mengadakan monitoring atau pengawasan dan evaluasi program kerja
3. Sekretaris:
a. Melaksanakan tertib administrasi organisasi (buku anggota, buku pengurus,
dan buku pemeriksa)
b. Mengadministrasi seluruh kegiatan sanggar (surat menyurat, keputusan
rapat pengurus)
c. Menyusun laporan organisasi sanggar
d. Membantu ketua dalam bidang administrasi dan bertanggungjawab terhadap
administrasi sanggar
4. Bendahara:
a. Membantu ketua dalam bidang pengelolaan dana operasional
b. Menerima pembayaran pendaftaran dan iuran siswa
c. Bertanggungjawab dalam pembukuan penggunaan dana
5. Pelatih:
a. Memberikan pelatihan tari kepada siswa dalam kegiatan sanggar
54
b. Memberikan pelatihan kepada siswa di luar kegiatan sanggar apabila ada
acara pementasan dan lomba
6. Pembantu Umum:
a. Membantu menjalankan tugas pengurus yang lain
4.2.4 Sarana dan Prasarana Sanggar Tari Kaloka
Kelancaran kegiatan Sanggar Tari Kaloka didukung oleh sarana dan
prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana Sanggar Tari Kaloka terdiri dari
gedung, tape recorder atau CD (Compact Disk), kaset tari, dan kostum tari.
Foto 2
Sanggar Pramuka
(Tempat Kegiatan Tari Sanggar Tari Kaloka) Tampak Depan
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
55
Foto 3
Ruang Kegiatan Pelatihan Tari Sanggar Tari Kaloka
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
Foto 4
Ruang Kegiatan Pelatihan Tari Sanggar Tari Kaloka Tampak Samping
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
56
Tabel 5
Rincian sarana yang dimiliki Sanggar Tari Kaloka
NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN
1. Tape Recorder 1 Baik
2. Pemutar CD 1 Baik
3. Kaset Tari 173 Baik
4. Kostum Tari:
1. Gambyong
2. Golek
3. Merak
4. Karonsih
5. Kukilo
6. Yapong
7. Kelinci
8. Kidang
9. Bondhan
10. Manipuri
11. Lutung
12. Bali
13. Kreasi baru
10 set
5 set
2 set
1 set
6 set
5 set
10 set
6 set
2 set
8 set
2 set
1 set
9 set
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
5. Properti:
1. Sampur
2. Keris
3. Gendhewo
4. Payung Bondhan
5. Pedang
6. Tameng
7. Cundrik
2 kodi
5 buah
10 buah
10 buah
8 buah
8 buah
7 buah
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
57
Foto 5
Tape Recorder
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
Foto 6
Kaset Tari Tape Recorder
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
58
Foto 7
Kaset Tari Compact Disk (CD)
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
Foto 8
Kostum dan Properti
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
59
Perawatan sarana dan prasarana yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka
yaitu apabila ada barang yang sudah rusak maka segera diganti, misalnya kaset
yang sudah rusak dan juga tape recorder yang sudah mengalami beberapa kali
karena rusak.
4.2.5 Keadaan Siswa Sanggar Tari Kaloka
Menurut data administrasi, siswa Sanggar Tari Kaloka pada tahun 2014
berjumlah 73 siswa. Dan pada bulan Maret tahun 2015 jumlah siswa mengalami
sedikit peningkatan pada siswa laki-laki sehingga total siswa berjumlah 80 siswa.
Siswa Sanggar Tari Kaloka dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tingkat yaitu:
1. Tingkat dasar 1
Siswa yang baru mengenal tari dan belum atau yang tidak memiliki
dasar tari, maka siswa tersebut dimasukkan ke tingkat dasar 1.
2. Tingkat dasar 2
Siswa yang sudah memiliki dasar tari dan bisa menari, maka siswa
tersebut akan masuk ke tingkat dasar 2.
3. Tingkat trampil
Tingkat trampil diperuntukkan bagi siswa yang sudah mahir dalam
menari dan mampu menangkap materi secara cepat.
Pembagian kelompok berdasarkan usia dan kemampuan siswa dalam
bidang tari. Pada siswa laki-laki materi yang diajarkan banyak yang sama antar
tingkatnya karena pada siswa laki-laki jumlahnya sedikit sehingga kurang efektif
untuk pelatihan tiap tingkatan (kroscek dengan data administrasi).
60
4.2.6 Program Kerja Sanggar Tari Kaloka
Program kerja harus dimiliki setiap organisasi, agar pekerjaan yang
dilakukan dapat dikendalikan dengan lancar. Sifat program kerja dapat berubah
sewaktu-waktu sesuai dengan situasi dan kondisi dan juga sesuai dengan
perkembangan zaman. Sanggar Tari Kaloka memiliki program kerja yang disusun
setiap tahunnya.
Sanggar Tari Kaloka mempunyai program jangka pendek, program
jangka menengah, dan program jangka panjang untuk menunjang ketertiban
pekerjaan yang dilakukan (verifikasi dengan AD/ART/dokumentasi administrasi).
1. Program Jangka Pendek
a. Mengadakan pendidikan atau pelatihan seni tari dasar
b. Memberikan sertifikat bagi siswa yang menyelesaikan 5 (lima) materi
melalui seleksi atau tes yang disahkan oleh Depdikbud.
2. Program Jangka Menengah
a. Bagi siswa yang berpotensi diberi pendidikan atau pelatihan khusus untuk
persiapan pementasan
b. Penggarapan drama tari dengan karawitan langsung untuk persiapan
pentas bila dibutuhkan ditingkat kelurahan serta kotamadya
3. Program Jangka Panjang
a. Mengikuti festival ditingkat kelurahan, kotamadya, provinsi, dan nasional
b. Mengadakan kerjasama dengan sanggar seni lain bila ada garapan seni
secara kolosal.
61
4.3 Kondisi Tari di Kota Pekalongan (Sebelum dan Setelah Berdirinya
Sanggar Tari)
Perkembangan tari tidak terlepas dari masyarakat pendukungnya.
Sanggar tari merupakan salah satu organisasi yang berperan dalam melestarikan
seni budaya khususnya perkembangan tari. Ibu Eni Ratnawati selaku bidang
kebudayaan PGRI Kota Pekalongan/pengamat seni berpendapat bahwa sebelum
tersedianya sanggar tari masyarakat Kota Pekalongan kurang tertarik terhadap
seni tari karena tidak adanya informasi dan fasilitas memadai yang menampung
aktivitas kesenian khususnya tari. Kegiatan tari yang dilakukan pada waktu itu
belum terorganisir dengan baik sehingga cepat mengalami kevakuman. Pada
tahun 1980-an diadakan pelatihan tari di Pendopo Lama Kabupaten Pekalongan
yang terletak di Jalan Nusantara No.1 Kota Pekalongan.
Menurut ibu Eni Ratnawati selaku Ka. Bidang Kesenian dan
Kebudayaan PGRI Kota Pekalongan (wawancara 21 Oktober 2014) mengatakan
bahwa:
“Dulu sebelum ada sanggar tari di Kota Pekalongan sekitar
tahun 1980-an seniman Kota Pekalongan mengadakan
pelatihan tari untuk anak-anak di Kota Pekalongan. Pelatihan
tersebut dilaksanakan setiap hari Minggu pukul 08.00-10.00
WIB. Walaupun kegiatan pelatihan sangat sederhana dan hanya
menggunakan tape recorder sebagai iringan, kegiatan latihan
tari berjalan dengan lancar dan menarik minat anak-anak usia
sekolah untuk mengikuti pelatihan tersebut. Pelatihan tari di
Pendopo Lama Kabupaten Pekalongan tidak dipungut biaya
seperti sanggar tari yang ada pada jaman sekarang”.
Kegiatan pelatihan tari di Pendopo Lama Kabupaten Pekalongan
menarik minat anak-anak usia sekolah karena pada tahun 1980-an belum ada
62
sanggar tari. Seiring berjalannya waktu bermunculan sanggar seni di Kota
Pekalongan, salah satunya yaitu Sanggar Tari Kaloka yang didirikan oleh bapak
Bambang Irianto pada tanggal 1 Januari 1994 yang sudah mempunyai izin resmi
sebagai organisasi kesenian. Kegiatan tari di Kota Pekalongan menjadi lebih
terarah dengan adanya sanggar tari sebagai organisasi yang memiliki manajemen.
Dengan fasilitas publik dan informasi yang memadai maka perkembangan budaya
khusunya seni tari menjadi lebih optimal dalam mengembangkan potensinya
melalui organisasi kesenian.
Tercapainya peningkatan yang optimal dalam perkembangan tari
diperlukan fasilitas publik yang dapat mengakomodasi kegiatan penyampaian
informasi mengenai budaya yang ada di Kota Pekalongan sebagai sarana promosi
untuk perkembangan tari di Kota Pekalongan. Beberapa acara diselenggarakan
pemerintah Kota Pekalongan sebagai sarana mengenalkan dan mengembangkan
pariwisata dan budaya khususnya seni tari yang ada di Kota Pekalongan
diantaranya, Pekan Batik Nusantara, Pekan Batik Internasional, HUT Kota
Pekalongan , dan pada tahun 2015 ini diadakan Pekan Kreatif Nusantara
(Wawancara dengan ibu Endang Suprapti 20 Oktober 2014).
Pekan Batik Nusantara pertama kali diadakan pada tanggal 8 Oktober
2006. Perayaan Pekan Batik Nusantara tahun 2012 Kota Pekalongan menyajikan
gelar seni dan budaya di panggung hiburan. Berbagai macam kesenian disajikan
dalam acara tersebut, diantaranya seni tari dengan menampilkan Tari Batik
Jlamprang yang merupakan salah satu tarian identitas Kota Pekalongan. Beberapa
sanggar tari dan siswa-siswi sekolah di Kota Pekalongan juga ikut berpartisipasi
63
menampilkan tarian. Sanggar-sanggar tari di Kota Pekalongan menampilkan
beberapa tari klasik dan tari kreasi salah satunya Tari Sintren Garap. Sedangkan
beberapa siswa-siswi sekolah menampilkan tari kreasi dan tari modern. Agenda
Pekan Batik Nusantara dilaksanakan tiap tahun genap pada bulan Oktober. Pada
Pekan Batik Nusantara ke-6 tahun 2014 pertunjukkan tari yang disajikan selain
Tari Batik Jlamprang oleh siswa sekolah juga menampilkan drama Tari Sintren,
dan beberapa tari kreasi dan modern oleh beberapa sanggar tari di Kota
Pekalongan.
Pembukaan Pekan Batik Internasional pada tanggal 2 Oktober 2013
dimeriahkan oleh Tari Sopek, Tari Batik Jlamprang, Tari Sintren Garap, dan Tari
Batik Arwana yang merupakan tarian identitas khas Kota Pekalongan. Pekan
Batik Internasional dilaksanakan mulai tanggal 2-6 Oktober 2013. Setiap harinya
panggung hiburan menyajikan beberapa kesenian tari, baik tari klasik, tari kreasi,
dan tari modern oleh beberapa sanggar tari, seniman, dan siswa-siswi sekolah di
Kota Pekalongan. Agenda Pekan Batik Internasional diadakan tiap tahun ganjil
pada bulan Oktober dan baru pertama kali dilaksanakan pada tahun 2013.
Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Pekalongan jatuh pada tanggal 1 April
1906. Perayaan besar tiap tahunnya rutin diadakan 9 tahun terakhir dengan
berbagai acara seperti kirab, panggung hiburan dan beberapa stand pameran.
Untuk pembukaan dan hiburan yang diselenggarakan selama 5 hari berturut-turut
beberapa kesenian khususnya seni tari diantaranya drama tari dan pertunjukkan
tari kreasi menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Kota Pekalongan dan
sekitarnya, bahkan masyarakat dari luar Kota Pekalongan dan turis mancanegara
64
ikut menikmati pertunjukkan tersebut. Perayaan HUT Kota Pekalongan dari tahun
ke tahun semakin berkembang dengan menampilkan berbagai ragam kesenian.
Seni tari selalu menjadi andalan pertunjukkan di panggung hiburan. Sehingga para
seniman berlomba menyajikan karya yang semakin menarik dengan kreativitasya
melalui drama tari, tari klasik, tari kreasi, dan tari modern. Perayaan HUT Kota
Pekalongan ke-109 yang diadakan dari tanggal 1-5 April 2015 sekaligus menjadi
pembukaan dari Pekan Kreatif Nusantara atas penghargaan Kota Pekalongan
sebagai kota kreatif oleh UNESCO. Pada pembukaan tanggal 1 April 2015 digelar
drama tari yang melibatkan beberapa sanggar seni dan seniman Kota Pekalongan.
Selain itu beberapa sajian tarian menjadi hiburan bagi masyarakat yang
menyaksikan, diantaranya tarian khas Kota Pekalongan yang baru yaitu Tari
Rebana Santri dan Tari Sopek, dan tari kreasi lainnya (wawancara dengan ibu
Endang Suprapti 20 Oktober 2014).
Kondisi tari di Kota Pekalongan sekarang ini mengalami kemajuan. Dari
tahun ke tahun selalu ada kreativitas baru melalui inovasi dari para seniman untuk
menghasilkan karya yang lebih baik dari sebelumnya. Kota Pekalongan juga
sudah memiliki beberapa tarian identitas khas Kota Pekalongan diantaranya Tari
Sintren Garap, Tari Batik Jlamprang, Tari Batik Arwana, Tari Rebana Santri, dan
Tari Sopek. Tarian identitas khas Kota Pekalongan tersebut telah diperkenalkan
kepada masyarakat Kota Pekalongan maupun luar Kota Pekalongan melalui
berbagai pementasan. Baik pementasan rutin seperti perayaan HUT Kota
Pekalongan, Pekan Batik Nusantara, Pekan Batik Internasional, Hari Serangan
Kota Pekalongan, maupun pementasan pada acara resmi pemerintahan dan acara
65
tertentu lainnya. Minat masyarakat dalam mempelajari tari pun mengalami
peningkatan setelah seringnya diadakan pementasan. Banyak yang masuk ke
sanggar tari untuk sekedar mempelajari tari, bahkan ada yang mendalami tari
untuk kemudian dijadikan profesi mengajarkan kembali kepada generasi penerus.
Beberapa sekolah juga mengadakan kegiatan ektrakurikuler tari agar siswa-siswi
yang berminat dapat mempelajari kesenian khususnya tari selain teori seni budaya
pada pelajaran sekolah (wawancara dengan ibu Eni Ratnawati 21 Oktober 2014).
4.4 Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di Kota
Pekalongan
Peranan Sanggar Tari Kaloka yaitu ikut melestarikan budaya khususnya
dalam hal mengembangkan tari di Kota Pekalongan. Untuk mengetahui peranan
Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan dapat
dilihat dari aktivitas sanggar yang terkait dengan kegiatan tari. Berdasarkan
temuan di lapangan, Sanggar Tari Kaloka telah melakukan kegiatan yang terkait
dengan tari antara lain penggarapan, pelatihan, dan pementasan. Untuk
mengetahui lebih jauh tentang aktivitas Sanggar Tari Kaloka maka dapat dilihat
beberapa kegiatan tari lebih rinci sebagai berikut:
4.4.1 Penggarapan
Sanggar Tari Kaloka sudah banyak melakukan kegiatan penggarapan
tari, tetapi belum memiliki hak cipta untuk garapan tarinya. Salah satu
penggarapan yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka yaitu perekonstruksian tari.
66
Penggarapan karya tari dilakukan hanya untuk kepentingan pentas atau
lomba sehingga tidak memiliki hak cipta sebagai suatu tarian. Sanggar Tari
Kaloka juga berkreativitas dengan penggarapan karya drama tari pada pergelaran
siswa SMA sebagai penilaian ujian akhir mata pelajaran seni budaya. Pada drama
tari pergelaran tersebut Sanggar Tari Kaloka mengolah cerita dengan
mengkreasikan ragam gerak dan iringan yang sesuai dengan tema drama tari.
Tidak hanya pada proses pembuatan drama tari, Sanggar Tari Kaloka juga
dipercaya menyiapkan busana kostum dan merias siswa-siswi pada hari
pelaksanaan ujian pergelaran tersebut.
Menurut bapak Bambang Irianto selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka
(wawancara 8 Maret 2015) mengatakan bahwa:
“Sanggar Tari Kaloka belum memiliki hak cipta karya tari/tarian.
Tujuan awal sanggar ini berdiri yaitu untuk melestarikan
kebudayaan daerah khususnya tari melalui pelatihan tari yang
kami berikan kepada generasi muda untuk meneruskan
pelestarian budaya sebagai identitas daerah”.
Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan dan
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga selalu mempercayakan hal yang
berkaitan dengan seni khususnya seni tari kepada Sanggar Tari Kaloka.
Pementasan dan lomba seni tari yang mewakili Kota Pekalongan diserahkan
kepada Sanggar Tari Kaloka untuk mengambil alih peran tersebut. Hal ini juga
terjadi pada perekonstruksian Tari Sintrenan. Sintren yang dikenal sebagai
legenda dan kesenian tradisional khas Kota Pekalongan diciptakan menjadi
sebuah garapan tarian untuk pertunjukkan.
67
Sintren merupakan legenda cerita cinta kasih Solasih dan Solandono.
Solandono adalah putra Ki Bahurekso dengan Dewi Rantamsari. Hubungan
asmara Solasih dan Solandono tidak mendapat restu dari Ki Bahurekso, akhirnya
Solandono pergi bertapa dan Solasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian
pertemuan Solasih dan Solandono masih terus berlangsung melalui alam goib
yang diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukan roh kedalam tubuh Solasih
yang sedang menari, dan Solandono yang sedang bertapa dipanggil roh oleh
ibunya untuk menemui Solasih.
Kesenian Sintren Kota Pekalongan adalah pertunjukkan kesenian
tradisional yang berbau mistis/magis yang bersumber dari legenda cinta kasih
Solasih dan Solandono. Pada pertunjukkan kesenian Sintren, tarian hanya
dilakukan oleh seorang gadis yang masih perawan yang berperan sebagai Solasih
dan dipandu oleh seorang pawang. Tarian diiringi gamelan dan penonton dapat
berinteraksi dengan melemparkan uang yang telah dibungkus dengan sapu tangan
kepada penarinya. Dalam pertunjukkan Sintren diiringi gamelan dengan lagu-
lagu/tembang yang dinyanyikan antara lain Solasih Solandono, Kembang
Ketipes, Belimbing Kropyok, Kembang Orok-orok, Jeruk Malam, Majing Loncat,
dan Ayam Walik.
Balangan dan temohan dilakukan pada saat penari Sintren sedang menari
dalam keadaan kerasukan. Balangan yaitu pada saat penari Sintren menari dan
dari arah penonton melempar sapu tangan yang berisi uang ke arah penari Sintren.
Setiap penari Sintren terkena lemparan maka Sintren akan jatuh pingsan. Pawang
menggunakan mantra-mantra tertentu mengasapi kedua tangan penari Sintren
68
dengan asap kemenyan dan mengusap wajah penari Sintren agar roh bidadari
masuk lagi ke tubuh penari Sintren sehingga dapat melanjutkan menari lagi.
Temohan adalah pada saat penari Sintren memegang nyiru/tampah mendekati
penonton untuk meminta tanda terimakasih berupa uang ala kadarnya.
Tempat pertunjukkan kesenian Sintren dilakukan di arena terbuka seperti
lapangan agar lebih komunikatif dengan penonton. Pertunjukkan kesenian Sintren
dilaksanakan pada saat malam hari dimaksudkan Sintren berhubungan dengan
kepercayaan adanya roh halus yang merasuki tubuh penari Sintren. Namun
sekarang ini pertunjukkan kesenian Sintren dapat dilaksanakan kapan saja baik
siang maupun malam hari dan dimana saja baik arena terbuka maupun di dalam
gedung.
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga melalui bidang kebudayaan ibu
Endang Suprapti, S.Kar pada tahun 2000 menciptakan Tari Sintrenan yang
kemudian disosialisasikan melalui seminar pada tanggal 23 Mei 2003. Pemrakarsa
dari Tari Sintrenan itu sendiri adalah bapak kepala dinas yaitu Bapak Budi
Santoso. Pada awalnya Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
mengadakan pementasan Kesenian Sintren dan dihadiri pula oleh bapak Budi
Santoso. Gerakan Kesenian Sintren dianggap monoton, dan karena adanya bidang
kebudayaan yaitu bu Endang Suprapti yang sekarang menjadi kepala bidang
kebudayaan di Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan
ditugaskan untuk menciptakan Kesenian Sintren tersebut menjadi Tari Sintrenan
yang merupakan salah satu kesenian khas khususnya tari dari wilayah Pekalongan
itu sendiri. Tari Sintrenan yang diciptakan ibu Endang Suprapti, S.Kar berdurasi
69
15menit.Tari Sintrenan meninggalkan unsur magic/mistis dari legenda maupun
kesenian sintren itu sendiri karena tari sintrenan diciptakan untuk pertunjukkan
(Wawancara dengan ibu Endang Suprapti).
Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan pada
tahun 2007 mempercayakan Sanggar Tari Kaloka yang bekerjasama dengan
Sanggar Tari Kartika dan bu Endang Suprapti untuk merekonstruksi Tari
Sintrenan tersebut menjadi Tari Sintren Garap. Tari Sintrenan direkonstruksi
menjadi Tari Sintren Garap agar lebih menarik untuk dijadikan sajian hiburan
acara pementasan penyambutan tamu dan acara resmi pemerintahan Kota
Pekalongan.
Menurut bapak Bambang Irianto selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka
(wawancara 8 Maret 2015) mengatakan bahwa:
“Walaupun belum memiliki hak cipta karya tari, pada tahun 2007
Sanggar Tari Kaloka bekerjasama dengan Sanggar Tari Kartika
untuk merekonstruksi Tari Sintrenan yang diciptakan oleh ibu
Endang Suprapti menjadi Tari Sintren Garap sesuai instruksi
dari Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota
Pekalongan. Kita hanya mengembangkan ragam gerak dan
bentuk penyajiannya”.
Rekonstruksi Tari Sintrenan menjadi Tari Sintren Garap dilakukan pada
ragam gerak, iringan, dan busana pertunjukkannya. Tari Sintren Garap merupakan
tari berkelompok putri. Jumlah penari tidak ada ketentuan, tetapi harus ada satu
penari sebagai Solasih.
Ragam gerak Tari Sintren Garap terdiri dari 22 ragam dengan gerakan
penghubung sindhet. Berikut ragam gerak Tari Sintren Garap antara lain jalan
70
mendhak sampur, menthang tangan, laku telu, jalan ukel seblak, jalan nyamping,
ngawe-awe, duduk sembahan, umpet sampur, ombak banyu, jengkeng, jalan
kebyak, jaipongan, jalan geyol, duduk ukel, duduk tawing, ngawe-awe, jalan
putar, jalan ngridhong seblak sampur. Penari sebagai Sintren ada tambahan
ragam gerak awe sampur, jalan samping kebyok kipat sampur, jalan ukel, geyol.
Busana/kostum yang digunakan penari untuk pementasan menggunakan
leging panjang/celana, jarik supit urang, baju lengan tanggung, sampur dan epek
timang. Tata rias penari sintren menggunakan rias korektif. Tata rias korektif atau
yang sering disebut rias cantik dapat memperkuat karakter dari penari Sintren.
Tatanan rambut penari dicepol dengan jamang, hiasan rangkaian bunga melati,
dan gunungan. Aksesoris yang digunakan penari yaitu anting, gelang, dan kalung
serta kacamata hitam dan kaos kaki yang merupakan ciri khas dari Sintren. Durasi
pertunjukkan Tari Sintren Garap yaitu sekitar 10 menit. Iringan pada saat
pementasan biasanya menggunakan CD (Compact Disk) dan iringan langsung/live
(wawncara dengan bapak Bambang Irianto 8 Maret 2015).
Fungsi Tari Sintren Garap yaitu sebagai hiburan, penyambutan tamu,
dan acara-acara resmi pemerintah Kota Pekalongan. Tari Sintren Garap pertama
kali dipentaskan dalam acara Regenerasi Dalam Pelestarian Budaya Pemecahan
Rekor Muri di Semarang pada tanggal 24 November 2007. Dan pada tanggal 9
April 2008 Tari Sintren Garap mendapatkan kehormatan untuk pentas dalam
acara Kunker Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Kota Pekalongan.
71
Foto 9
Tari Sintrenan
(Dok. Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan, 2005)
Foto 10
Tari Sintren Garap
(Dok. Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan, 2007)
72
4.4.2 Pelatihan
Kegiatan pelatihan tari rutin Sanggar Tari Kaloka diadakan di sanggar
pramuka setiap hari Minggu pagi pukul 08.00-10.00 WIB yang dilakukan satu
kali dalam seminggu. Latihan tambahan di luar kegiatan sanggar dilakukan
apabila akan menghadapi pementasan, pergelaran, dan perlombaan atau festival.
Kegiatan pelatihan tari dibutuhkan pelatih, siswa, materi, dan metode.
Berdasarkan observasi pada tanggal 5 Oktober 2014, kegiatan awal
pelatihan tari di Sanggar Tari Kaloka dimulai dengan doa bersama. Doa bersama
bertujuan agar proses latihan berjalan dengan lancar dan tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan. Setelah doa bersama selesai, dilanjutkan dengan pemanasan.
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan gendhing dolanan dan siswa
melakukan pemanasan dengan gerakan yang mengikuti alunan gendhing.
Pemanasan dilakukan sekitar 5-10 menit dengan arahan pelatih.
Pengulangan materi yang sudah diberikan pertemuan minggu lalu
diulang kembali dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana anak mengingat
dan menguasai materi yang sudah diberikan. Pengulangan materi yang diberikan
minggu lalu juga digunakan untuk mengetahui keberhasilan pelatih dalam
menyampaikan materi kepada anak. Saat siswa sanggar tingkat dasar 1 melakukan
latihan, siswa tingkat dasar 2 dan tingkat trampil istirahat. Kegiatan latihan
digunakan bergantian sesuai dengan tingkatan kelompok latihan sanggar. Setelah
semua siswa latihan sesuai dengan tingkatan kelompoknya, siswa disuruh maju
bergantian untuk melakukan gerakan tari yang sudah diajarkan untuk penilaian
harian, sehingga dapat diketahui penguasaan materi oleh masing-masing siswa di
73
tiap tingkatan kelompok. Tingkat kecerdasan dan kemampuan anak berbeda-beda,
sehingga untuk penilaian pelatih mengambil kebijakan. Siswa yang belum bisa
mengikuti materi diberikan pelatihan tambahan dan belum dapat melanjutkan
materi berikutnya.
Akhir kegiatan latihan tari ditutup dengan evaluasi. Evaluasi dilakukan
pelatih untuk memberi nasehat dan saran dari hasil kegiatan yang sudah dilakukan
untuk diperbaiki dipertemuan yang akan datang. Setelah kegiatan evaluasi siswa
dan pelatih berdoa bersama, kemudian siswa dapat membayar iuran bulanan
kepada bendahara dan yang sudah sudah boleh pulang meninggalkan sanggar.
4.4.2.1 Pelatih
Sanggar Tari Kaloka memiliki 3 (tiga) tenaga pelatih. Tenaga pelatih
menguasai jenis tarian baik klasik maupun kreasi.
Foto 11
Bambang Irianto (Ketua dan Pelatih Sanggar Tari Kaloka)
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
74
Pelatih pertama merupakan ketua Sanggar Tari Kaloka dan juga sebagai
pendiri sanggar yaitu bapak Bambang Irianto. Bambang Irianto adalah seniman
lulusan STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) di Surakarta lulusan tahun 1988.
Bapak Bambang Irianto lahir di Surakarta pada tanggal 3 Agustus 1960, beragama
Islam dan sudah berkeluarga. Beliau merupakan guru SD N Poncol 02 Kota
Pekalongan. Alamat rumah bapak Bambang Irianto Perum Wiranata Indah Blok B
No. 04 Kabupaten Pekalongan.
Foto 12
Esti Ediarti (Bendahara dan Pelatih Sanggar Tari Kaloka)
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
Pelatih kedua yaitu ibu Esti Ediarti sebagai bendahara Sanggar Tari
Kaloka yang merupakan istri dari bapak Bambang Irianto sebagai ketua dan
75
pendiri Sanggar Tari Kaloka. Esti Ediarti lulusan Diploma Pendidikan 2 (UT)
IKIP Negeri Semarang Jurusan Pendidikan Guru. Tempat tanggal lahir bu Esti
Ediarti yaitu Pekalongan, 15 Juni 1963. Esti Ediarti beragama Islam dan
beralamat rumah. Pekerjaan sebagai guru SD Negeri 2 Tirto Kota
Pekalongan.Rumah ibu Esti Ediarti beralamat Perum Wiranata Indah Blok B No.
04 Kabupaten Pekalongan.
Foto 13
Retno Wulan Ramadhani (Pelatih Sanggar Tari Kaloka)
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
Pelatih ketiga yaitu ibu Retno Wulan Ramadhani yang lahir di
Pekalongan pada tanggal 29 Desember 1967. Retno Wulan Ramadhani
merupakan guru SD N Poncol 03 dan lulusan S1 Universitas Terbuka (UT).
76
Alamat rumah Retno Wulan Ramadhani terletak di Jl. Tondano Poncol Gg.
Kemuning No.31 Kota Pekalongan.
Pelatih Sanggar Tari Kaloka berusaha memberikan pelatihan yang
sebaik mungkin kepada siswa dengan perhatian khusus melihat apa kemauan
siswa, bagaimana kemampuan siswa dan karakter masing-masing siswa yang
berbeda. Harapan pelatih ingin menjadikan siswa didiknya agar menguasai materi
yang sudah diajarkan dengan baik sehingga dapat mengembangkan potensi diri
siswa dan mewujudkan cita-cita bersama dalam mendirikan Sanggar Tari Kaloka.
4.4.2.2 Siswa
Siswa atau peserta latihan Sanggar Tari Kaloka tidak hanya berasal dari
Kota Pekalongan saja, tetapi juga ada yang berasal dari Kabupaten Pekalongan
seperti Wiradesa dan Kajen. Sanggar Tari Kaloka tidak membedakan status sosial,
kedudukan, dan derajat siswa didiknya karena siswa Sanggar Tari Kaloka berasal
dari berbagai macam lapisan masyarakat.
Pembagian kelompok tingkat latihan tari siswa ada 3 (tiga) yaitu tingkat
dasar 1, tingkat dasar 2, dan tingkat trampil. Pengelompokkan tingkat latihan
berdasarkan usia dan tingkat kemampuan peserta dalam tari. Pengelompokkan
tidak bersifat baku artinya apabila ada peserta yang usianya diatas anak-anak
tetapi baru masuk dan belum memiliki dasar tari maka harus mengikuti latihan
dasar terlebih dahulu kemudian masuk kelompok sesuai dengan kemampuan
peserta. Semua peserta yang baru masuk menjadi siswa sanggar harus mengikuti
latihan dasar terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan siswa dan juga
77
mempermudah pelatih menentukan kelompok tingkat untuk kegiatan pelatihan tari
di Sanggar Tari Kaloka.
Jumlah anggota Sanggar Tari Kaloka yang aktif dan rincian kelompok
tingkat Sanggar Tari Kaloka adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Dasar 1
Tingkat dasar 1 terdiri dari anak-anak, yaitu usia 5-7 tahun yang
berjumlah 29 siswa. Materi tarian yang diajarkan untuk tingkat dasar 1 yaitu
gendhing gundul-gundul pacul, gendhing menthok-menthok, Tari Dongklak,
dan Tari Piring.
2. Tingkat Dasar 2
Tingkat dasar 2 merupakan tingkatan lanjutan setelah siswa lulus ujian
di tingkat dasar 1. Tingkat ini merupakan kelompok sedang yaitu usia 8-12
tahun yang berjumlah 34 siswa. Materi tarian yang diajarkan untuk tingkat
dasar 2 yaitu Tari Gembira, Tari Kupu-kupu, Tari Jaranan, Tari Soyong, Tari
Kelinci, dan Tari Payung.
3. Tingkat Trampil
Setelah menempuh tingkat dasar 2 dan lulus ujian, siswa berhak naik ke
tahap berikutnya yaitu tingkat trampil. Tingkat trampil merupakan kelompok
siswa dewasa dengan usia 13 tahun keatas yang berjumlah 18 siswa. Materi
tarian yang diajarkan untuk tingkat trampil yaitu Tari Merak, Tari Kukilo, Tari
Golek Manis, Tari Golek Sri Rejeki, Tari Retno Pamudyo, Tari Gambyong,
dan Tari Roro Ngigel.
78
4.4.2.3 Materi
Materi kegiatan pelatihan tari yang diajarkan di Sanggar Tari Kaloka
disesuaikan dengan tingkatan kelompok pelatihan. Jenis tarian yang diberikan
sanggar yaitu tari klasik dan tari kreasi. Macam-macam tarian yang diajarkan
untuk tingkat dasar 1 yaitu gendhing gundul-gundul pacul, gendhing menthok-
menthok, Tari Dongklak, dan Tari Piring. Tarian yang diajarkan untuk tingkat
dasar 2 yaitu Tari Gembira, Tari Kupu-kupu, Tari Jaranan, Tari Soyong, Tari
Kelinci, dan Tari Payung. Untuk tingkat trampil diajarkan Tari Merak, Tari
Kukilo, Tari Golek Manis, Tari Golek Sri Rejeki, Tari Retno Pamudyo, Tari
Gambyong, dan Tari Roro Ngigel. Pada siswa laki-laki diajarkan Tari Eko
Prawiro, Tari Bambangan Cakil, Tari Luthung, dan Tari Topeng Klana. Materi
pelatihan tari dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan tari
(wawancara dengan Esti Ediarti 19 Oktober 2014).
4.4.2.4 Metode Pelatihan Tari
Metode yang digunakan untuk kegiatan pelatihan tari ada berbagai
macam. Metode pelatihan tari yang digunakan Sanggar Tari Kaloka ada 5 (lima)
(wawancara dengan Esti Ediarti 19 Oktober 2014) yaitu:
1. Metode Mencontoh
Metode mencontoh yaitu metode yang diberikan pelatih dengan posisi
siswa berada dibelakang pelatih. Pelatih mencontohkan gerak didepan dengan
posisi membelakangi siswa kemudian siswa mengikuti dari belakang.
79
Foto 14
Pelatihan Tari Piring (Metode Mencontoh)
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
2. Metode Ngedhe
Foto 15
Pelatihan Tari Gambyong (Metode Ngedhe)
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
80
Metode ngedhe hampir sama dengan metode mencontoh, perbedaannya
terletak pada posisi pelatih yang tidak membelakangi siswa tetapi menghadap ke
siswa atau berhadapan dengan siswa. Posisi metode ngedhe yaitu saling
berhadapan antara pelatih dengan siswa kemudian pelatih memberi contoh dengan
cara memberikan gerak berlawanan dengan gerak yang dilakukan oleh siswa pada
posisinya. Misalnya: jika gerak tari dilakukan dengan tangan kanan maka pelatih
bergerak dengan tangan kiri. Siswa biasanya lebih mudah merespon dengan
menggunakan metode ngedhe. Pelatih akan lebih leluasa untuk mengontrol siswa
karena posisi pelatih dan siswa saling berhadapan dan lebih komunikatif.
3. Metode Garingan
Foto 16
Pelatihan Tari Eko Prawiro (Metode Garingan)
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
81
Metode garingan menggunakan hitungan atau ketukan untuk mengiringi
gerak yang dilakukan pada saat latihan. Penggunaan metode garingan bertujuan
untuk mempermudah penguasaan teknik gerak, memahami dan menguasai
rangkaian gerak yang panjang dan rumit tanpa menggunakan musik pengiring.
4. Metode Iringan
Metode iringan yaitu proses latihan dengan menggunakan musik
pengiring untuk mengiringi gerak tari yang diajarkan pelatih. Pelatih melakukan
gerak yang diiringi dengan musik pengiring sedangkan siswa menirukan dari
belakang. Pada metode iringan siswa lebih cepat mengenal dan menguasai irama
gerak maupun irama musiknya.
4.4.2.5 Evaluasi dan Penilaian
Evaluasi dilakukan pada akhir proses kegiatan pelatihan tari selesai.
Setelah kegiatan pelatihan tari di Sanggar Kaloka selesai, semua siswa
dikumpulkan untuk mengadakan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengukur
sejauh mana peningkatan proses pelatihan yang dilakukan pelatih terhadap siswa.
Pada evaluasi akan dibahas kekurangan dan kelebihan yang dilakukan siswa pada
saat proses kegiatan pelatihan tari berlangsung sehingga dapat diperbaiki pada
pelatihan yang akan datang.
Penilaian dilakukan tidak hanya pada saat ujian atau pergelaran, tetapi
juga dilakukan pada saat proses kegiatan pelatihan tari berlangsung. Penilaian
pada saat kegiatan pelatihan tari berlangsung akan lebih meningkatkan keseriusan
siswa dalam berlatih sehingga diharapkan menjadi kebiasaan bersungguh-sungguh
82
dalam melakukan gerak tari. Penilaian dilakukan setelah materi satu tarian yang
diajarkan selesai. Penilaian sesungguhnya dilakukan satu semester pada bulan juli
dan juga ujian atau pergelaran yang diselenggarakan antara bulan Desember atau
Januari (HUT Sanggar Tari Kaloka). Hasil penilaian akan menentukan siswa yang
lulus dan tidak lulus untuk melanjutkan ke tingkat berikutnya.
Foto 17
Evaluasi Siswa Sanggar Tari Kaloka
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)
4.4.3 Pementasan
Sanggar Tari Kaloka mengadakan kegiatan pementasan rutin tiap satu
tahun sekali, yaitu pergelaran tari yang diadakan untuk memperingati hari ulang
tahun Sanggar Tari Kaloka yang jatuh pada tanggal 1 Januari. Adapun
83
pelaksanaannya belum tentu diselenggarakan pada tanggal 1 Januari. Pelaksanaan
pergelaran tari Sanggar Tari Kaloka biasanya menjelang atau sestelah tanggal 1
Januari menyesuaikan agenda Sanggar Tari Kaloka. Pergelaran diadakan sebagai
ujian akhir siswa untuk menentukan kenaikan ke tingkat berikutnya.
Sanggar Tari Kaloka mengikuti kegiatan pementasan dalam berbagai
acara, antara lain:
1. Pementasan rutin tiap tahun untuk Hari Ulang Tahun Kota Pekalongan
2. Pementasan Pekan Batik Nusantara
3. Pementasan Pekan Batik Internasional
4. Pementasan hari besar seperti Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT
RI), Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS), dan syawalan
5. Pementasan acara pernikahan, peresmian gedung, penyambutan tamu, dan
seminar
6. Acara festival
7. Delegasi kesenian Kota Pekalongan dalam pementasan di luar Kota
Pekalongan.
Sanggar Tari Kaloka tidak hanya mengikuti berbagai pementasan dan
festival sanggar juga mengikuti berbagai lomba baik dalam Kota Pekalongan
maupun luar Kota Pekalongan sehingga Sanggar Tari Pekalongan dikenal
masyarakat luas. Sanggar Tari Kaloka juga menjadi delegasi kesenian Kota
Pekalongan dalam acara kesenian di luar Kota Pekalongan.
84
Foto 18
Pentas Seni Sendratari Sintren Van Pekalongan (Solasih Solandono) di TMII
(Dok. Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan, 2010)
Foto 19
Pentas di acara nikahan
(Dok. Sanggar Tari Kaloka, 2014)
85
Berdasarkan aktivitas Sanggar Tari Kaloka yang terkait dengan
kegiatan-kegiatan tari yang dilakukan maka dapat dilihat peranan sanggar
terhadap perkembangan tari secara kualitatif dan kuantitatif.
Perkembangan kualitatif merupakan proses pembaharuan sebuah
kreativitas yang sudah ada secara berkesinambungan agar bersifat progresif tanpa
mengurangi nilai-nilai yang sudah ada. Peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap
perkembangan secara kualitatif dapat dilihat dari sejauh mana usaha
pengembangan tari yang sudah ada dilakukan dengan proses kreativitas secara
terus-menerus ke arah yang lebih baik/maju melalui kegiatan penggarapan tari.
Salah satu kegiatan penggarapan tari yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka adalah
perekonstruksian Tari Sintrenan menjadi Tari Sintren Garap.
Sanggar Tari Kaloka juga melakukan kegiatan penggarapan karya tari
yang hanya dilakukan untuk kepentingan pementasan dan lomba saja dan belum
memiliki hak untuk penciptaan karya tersebut. Selain itu penggarapan melalui
kreativitas drama tari juga dilakukan untuk penilaian ujian pergelaran siswa SMA.
Garapan karya tari untuk pementasan, lomba, dan penilaian ujian pergelaran
tersebut merupakan peranan yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka untuk
berkreativitas dalam mengembangkan karya tari tersebut agar menjadi lebih baik.
Sanggar Tari Kaloka mendapat kepercayaan dari Dinas Perhubungan,
Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan untuk merekonstruksi Tari
Sintrenan menjadi Tari Sintren Garap yang dijadikan salah satu tarian identitas
khas Kota Pekalongan. Perekonstruksian Tari Sintrenan menjadi Tari Sintren
Garap merupakan peranan yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka untuk
86
berkreativitas dengan karya tari yang sudah ada yaitu Tari Sintrenan yang
dikembangkan menjadi Tari Sintren Garap dan oleh Dinas Perhubungan,
Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan dijadikan tarian identitas khas Kota
Pekalongan.
Perkembangan kuantitatif merupakan proses penyebaran tari melalui
upaya dan kegiatan-kegiatan tari agar lebih luas dan dikenal oleh masyarakat.
Peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan kuantitatif dapat dilihat dari
kegiatan pelatihan yang dilakukan baik pelatihan rutin maupun khusus/insidental,
serta mengadakan atau ikut serta dalam berbagai kegiatan pementasan.
Prestasi yang dicapai siswa Sanggar Tari Kaloka dalam perlombaan
merupakan hasil dari kegiatan pelatihan tari rutin Sanggar Tari Kaloka yang
membuktikan bahwa peranan yang dilakukan oleh Sanggar Tari Kaloka lebih
berkembang sehingga mencapai hasil yang maksimal. Pada kegiatan pelatihan tari
khusus, Sanggar Tari Kaloka melakukan kegiatan penggarapan tari baik untuk
acara pementasan, perlombaan, maupun penilaian ujian pergelaran siswa SMA.
Pelatihan tari khusus/insidental menunjukkan peranan penyebaran tari di luar
sanggar/ke lingkup yang lebih luas. Sedangkan pelatihan tari rutin di sanggar
menunjukkan peranan penyebaran tari kepada di lingkup Sanggar Tari Kaloka.
Peranan Sanggar Tari Kaloka dalam penyebaran tari melalui kegiatan pelatihan
tari tidak hanya dalam lingkup sanggar (pelatih ke siswa), jangkauan penyebaran
lebih luas jika siswa yang mengikuti kegiatan pelatihan tari di Sanggar Tari
Kaloka mempelajari lebih lanjut seni tari sebagai proses penyebaran ke
masyarakat luas sebagai pelatih/guru tari dan menjadikannya profesi.
87
Pementasan juga merupakan salah satu peranan penyebaran tari kepada
masyarakat luas sebagai sarana promosi dan penyampaian informasi melalui
pertunjukkan pentas yang dilakukan oleh Sanggar Tari Kaloka. Peranan Sanggar
Tari Kaloka pada kegiatan pementasan dapat dilihat dari upaya yang dilakukan
Sanggar Tari Kaloka untuk penyebaran tari kepada masyarakat Kota Pekalongan
dan juga masyarakat luar Kota Pekalongan.
4.5 Faktor yang Memengaruhi Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap
Perkembangan Tari di Kota Pekalongan
Perkembangan tari di Kota Pekalongan tidak lepas dari besarnya peranan
Sanggar Tari Kaloka. Beberapa peranan untuk mengembangkan tari dilakukan
Sanggar Tari Kaloka melalui kegiatan-kegiatan tari di Kota Pekalongan. Peranan
yang dilakukan oleh Sanggar Tari Kaloka tidak semua berjalan dengan lancar.
Beberapa peranan dapat berjalan dengan lancar karena beberapa faktor
pendukung, sedangkan beberapa faktor penghambat menjadi kendala bagi
Sanggar Tari Kaloka dalam menjalankan peranannya untuk mengembangkan tari
di Kota Pekalongan.
4.5.1 Faktor Pendukung Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap
Perkembangan Tari di Kota Pekalongan
Beberapa faktor pendukung Sanggar Tari Kaloka dalam menjalankan
peranannya mengembangkan tari di Kota Pekalongan:
88
1. Jalinan Kerjasama
Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama dan mendapatkan hasil yang cepat dan
baik. Interaksi terjadi didalam kerjasama karena pada hakikatnya manusia adalah
makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain sehingga senantiasa
membutuhkan orang lain. Kerjasama berlangsung jika individu yang bersangkutan
memiliki kepentingan yang sama dalam usaha tersebut untuk mencapai tujuan
bersama. Kerjasama juga diartikan sebagai suatu proses menyelesaikan pekerjaan
secara berkelompok atau bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat
dan ringan daripada dikerjakan sendiri.
Foto 20
Pementasan Sendratari Ramayana Pekan Batik Nusantara 2014 dengan Sanggar
Seni Rahayu Raras
(Dok. Kharisma, 2014)
89
Sanggar Tari Kaloka menjalin kerjasama dengan berbagai instansi
maupun lembaga. Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota
Pekalongan sudah bertahun-tahun menjalin kerjasama dengan Sanggar Tari
Kaloka. Beberapa sanggar seni di dalam Kota maupun di luar Kota Pekalongan
pun menjadi mitra dalam kerjasama dengan Sanggar Tari Kaloka. Beberapa
sanggar seni yang menjalin kerjasama dengan Sanggar Tari Kaloka yaitu Sanggar
Sekar Kedhaton, Sanggar Ibu Pertiwi (Paguyuban Karawitan), Sanggar Rahayu
Raras, Sanggar Tari Kartika, Sanggar Tari Surya Budhaya, Sanggar Laras Wisata,
Sanggar Tari Wira Budhaya, Sanggar Sufi Habib Muhammad Lutfi. Sanggar Tari
Kaloka juga sering mendapatkan kepercayaan bekerjasama dengan Dinas
Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Pekalongan dan sekolah-sekolah di Kota
Pekalongan. Selain instansi dan sanggar seni di dalam Kota Pekalongan Sanggar
Tari Kaloka juga menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah.
Berbagai bentuk kerjasama Sanggar Tari Kaloka dengan beberapa
instansi dan lembaga menunjukkan bukti wujud peranan Sanggar Tari Kaloka
terhadap seni dan perkembangan seni khususnya seni tari di Kota Pekalongan.
Kepercayaan yang diberikan dalam bentuk kerjasama juga menunjukkan
eksistensi Sanggar Tari Kaloka dari awal berdiri sampai sekarang. Sanggar Tari
Kaloka semakin dikenal oleh masyarakat luas dengan menjalin kerjasama untuk
perkembangan tari Kota Pekalongan.
Kerjasama merupakan salah satu wujud dari hasil peranan yang
dilakukan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari yang terjadi di Kota
90
Pekalongan karena dengan kerjasama yang dijalin Sanggar Tari Kaloka dengan
beberapa instansi/lembaga pemerintah, sanggar maupun masyarakat membuktikan
bahwa Sanggar Tari Kaloka telah dipercaya sebagai sanggar yang mempunyai
peran penting melalui berbagai upaya kegiatan pelestarian yang dilakukan sebagai
proses dalam mengembangkan seni budaya khususnya bidang tari di dalam
maupun luar Kota Pekalongan.
2. Kreativitas dalam Mengembangkan Tari
Sanggar Tari Kaloka memiliki kemampuan untuk mencipta/daya cipta
terhadap inovasi karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada.
Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah
hingga menciptakan ide-ide untuk lebih berkembang.
Salah satu bentuk kreativitas yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka yaitu
merekonstruksi Tari Sintren Garap. Hal tersebut merupakan kreativitas Sanggar
Tari Kaloka dalam menciptakan inovasi terhadap karya yang sudah ada menjadi
lebih menarik. Sanggar Tari Kaloka juga memecahkan masalah pro-kontra
pandangan masyarakat terhadap kesenian yang bertentangan dengan identitas
Kota Pekalongan sebagai kota santri. Kesenian dinilai tidak sejalan dengan
kaidah-kaidah Islam. Dalam hal ini Sanggar Tari Kaloka kreatif dalam mengolah
kesenian yang ada agar dapat berjalan beriringan dengan kaidah Islam sehingga
tidak menimbulkan kontra dengan identitas Kota Pekalongan sebagai kota santri
yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Hal itu dapat dilihat dari kostum tari
saat pementasan jika diminta untuk berpakaian islami maka Sanggar Tari Kaloka
mengkreasikan kostum tari dengan busana yang syarat islami tanpa mengubah
91
nilai asli yang terkandung dalam karya seni tari yang disajikan. Kreativitas
Sanggar Tari Kaloka juga dapat dilihat dari kemampuan mencipta karya drama
tari untuk pergelaran siswa SMA Kota Pekalongan sebagai penilaian ujian akhir
pelajaran seni budaya dan beberapa pementasan yang menentukan tema tertentu
untuk penyajian pertunjukkan tarinya.
3. Pelopor/penggerak Masyarakat untuk Mengembangkan Tari
Sanggar Tari Kaloka merupakan salah satu sanggar tari di Kota
Pekalongan yang mempunyai peran penting dalam perkembangan tari yang ada di
Kota Pekalongan. Kepercayaan dari instansi/lembaga pemerintah, sanggar seni
dan masyarakat membuat Sanggar Tari Kaloka menjadi sanggar yang paling
menonjol atau menjadi pelopor untuk pelestarian budaya khususnya
perkembangan tari di Kota Pekalongan. Sanggar Tari Kaloka mempunyai peran
yang lebih besar dibandingkan sanggar-sanggar lain yang ada di Kota Pekalongan
dalam mengembangkan tari di Kota Pekalongan. Hal tersebut dapat dilihat dari
beberapa instansi/lembaga pemerintah dan masyarakat yang mempercayakan
kegiatan tari kepada Sanggar Tari Kaloka. Eksistensi Sanggar Tari Kaloka yang
masih bertahan sampai saat ini juga menunjukkan bahwa Sanggar Tari Kaloka
menjadi penggerak bagi seniman/sanggar tari lain untuk ikut berkembang dan
meningkatkan mutu organisasinya untuk melestarikan budaya khususnya
mengembangkan tari yang ada baik di dalam maupun di luar Kota Pekalongan.
4. Anak Didik Sebagai Generasi Penerus dalam Mengembangkan Tari
Sanggar Tari Kaloka sejak awal didirikan pada tanggal 1 Januari 1994
sudah memiliki banyak siswa yang mempelajari seni tari dalam kegiatan pelatihan
92
tari di sanggar. Setiap siswa memiliki pemikiran berbeda dalam mempelajari tari,
ada yang mempelajari tari hanya untuk konsumsi pribadi dan ada yang mendalami
sampai ke perguruan tinggi untuk terus mengembangkan minat dan bakatnya yang
nantinya dapat diajarkan kembali kepada generasi selanjutnya untuk dijadikan
profesi. Sanggar Tari Kaloka memiliki banyak siswa yang menjadi generasi
penerus dalam melestarikan budaya mengajarkan seni tari baik menjadi guru di
sekolah maupun pelatih dan membuka sanggar tari.
Foto 21
Alumni Siswa Sanggar Tari Kaloka dengan Siswanya
(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2015)
93
5. Pencapaian Prestasi dibidang Tari
Prestasi diperoleh dari usaha yang telah dikerjakan dan dapat dicapai
dengan mengandalkan kemampuan serta ketahanan diri dalam menghadapi segala
situasi. Prestasi adalah hasil atas usaha yang dilakukan dengan kemampuan diri
dan kesungguhannya dalam mencapai hasil yang diinginkan. Prestasi tidak akan
pernah dihasilkan tanpa usaha baik berupa pengetahuan maupun keterampilan.
Sanggar Tari Kaloka telah mencapai berbagai prestasi yang
mengharumkan nama Sanggar Tari Kaloka dan Kota Pekalongan. Beberapa
prestasi yang telah dicapai oleh Sanggar Tari Kaloka yaitu:
1. Juara II Festival Sintren di Kabupaten Pekalongan
2. Juara Nasional Festival Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tahun 2003
3. Juara II tingkat Kotamadya lomba tari kelompok SD tahun 2003
4. Juara I tingkat Kotamadya dan juara harapan I tingkat Karisidenan Pekan
Olahraga dan Seni (PORSENI) tahun 2005
5. Juara I tingkat Kotamadya lomba tari Batik tahun 2006
6. Juara II tingkat Kotamadya lomba tari SMP peringatan HUT RI tahun 2008
7. Juara III tingkat Kotamadya lomba tari kelompok tahun 2010
8. Juara Umum tingkat Nasional lomba tari dolanan tahun 2014
Prestasi yang telah dicapai Sanggar Tari Kaloka membuktikan hasil
pencapaian dari usaha yang telah dikerjakan. Masih banyak lagi prestasi yang
telah dicapai Sanggar Tari Kaloka dari awal berdirinya sanggar pada tanggal 1
Januari 1994. Prestasi yang telah dicapai Sanggar Tari Kaloka merupakan bukti
94
peranannya terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan. Sanggar Tari Kaloka
melaksanakan perannya dengan baik sebagai organisasi yang bergerak dibidang
tari dengan tujuan untuk melestarikan budaya sehingga dapat mengembangkan
tari di Kota Pekalongan melalui prestasi-prestasi yang telah diraih dalam bidang
kesenian yaitu seni tari.
Melalui kerjasama yang dijalin oleh Sanggar Tari Kaloka dengan
beberapa instansi dan lembaga pemerintah, serta prestasi-prestasi yang telah
dicapai merupakan bentuk kemajuan bagi perkembangan seni khususnya seni tari
di Kota Pekalongan. Kerjasama yang dijalin dan prestasi yang diraih tidak dicapai
dengan proses yang mudah, banyak kendala yang mengiringi selama proses
pencapaian tersebut.
4.5.2 Faktor Penghambat Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap
Perkembangan Tari di Kota Pekalongan
Beberapa kendala yang dihadapi Sanggar Tari Kaloka dalam peranannya
melestarikan budaya khususnya dalam mengembangkan tari di Kota Pekalongan
dikarenakan berbagai faktor penghambat yaitu:
1. Kurangnya Minat Masyarakat Terhadap Tari
Kesadaran masyarakat akan pelestarian budaya saat ini berkurang, hal ini
disebabkan kurangnya minat masyarakat dalam mempelajari dan mengembangkan
budaya yang ada. Pada Sanggar Tari Kaloka dapat dilihat dari keadaan siswa yang
mengikuti kegiatan pelatihan tari di sanggar. Sebagian masyarakat mempunyai
pandangan berbeda terhadap tari dan mengesampingkan pengetahuan budaya
95
khususnya dalam mempelajari tari. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan tari kurangnya minat masyarakat dalam mempelajari tari.
2. Pertentangan Masyarakat Terhadap Pandangan Tari
Kesenian identik tidak mengenal batasan dalam karya yang dibuat dan
dinilai bertentangan dengan kaidah islam. Hal itu dapat dilihat dari hasil karya
maupun kostum yang dipakai saat pertunjukkan tari. Meskipun tidak semua
masyarakat beranggapan seni tidak sejalan dengan kaidah Islam, namun beberapa
masyarakat masih mempunyai pandangan berbeda terhadap kesenian khususnya
seni tari. Hal ini menjadi pro-kontra dan perdebatan diantara pelaku seni dan
masyarakat khususnya di Kota Pekalongan yang merupakan kota santri dan sangat
menjunjung tinggi kaidah/nilai Islami, sehingga menjadikan para pelaku seni
terbatas dalam menuangkan ekspresinya menciptakan sebuah karya seni.
3. Keterlibatan Seniman dari Luar Kota Pekalongan
Pemerintah Kota mempunyai andil besar dalam perkembangan budaya
khususnya tari yang terjadi di Kota Pekalongan. Dalam kurun waktu tiga tahun ini
Pemerintahan Kota Pekalongan melibatkan beberapa seniman/sanggar dari luar
Kota Pekalongan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan atau acara kesenian.
Dalam hal ini para seniman/sanggar di Kota Pekalongan semakin tergeser/terbatas
ruang geraknya untuk mengekspresikan karya seninya dalam kegiatan atau acara
kesenian sehingga sanggar tari lokal termasuk Sanggar Tari Kaloka kurang
optimal dalam melaksanakan peranannya terhadap perkembangan tari di Kota
Pekalongan.
96
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota
Pekalongan melalui kegiatan penggarapan, pelatihan, dan pementasan tari.
Berdasarkan kegiatan tari yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka, maka dapat dilihat
peranan sanggar terhadap perkembangan tari secara kualitatif dan kuantitatif.
Perkembangan secara kualitatif yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka dapat dilihat
dari peran Sanggar Tari Kaloka dalam mengembangkan tari yang sudah ada
dengan kreativitas secara terus-menerus agar lebih baik melalui kegiatan
penggarapan tari, sedangkan peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap
perkembangan tari secara kuantitatif dapat dilihat melalui kegiatan pelatihan dan
pementasan tari yang merupakan usaha penyebaran tari agar lebih luas dan
dikenal oleh masyarakat.
Faktor pendukung yang memengaruhi peranan Sanggar Tari Kaloka
yaitu: (1) jalinan kerjasama dengan lembaga pemerintah, sekolah formal, dan
masyarakat Kota Pekalongan, (2) kreativitas Sanggar Tari Kaloka dalam
mengembangkan tari, (3) sebagai pelopor/penggerak masyarakat untuk
mengembangkan tari, (4) memiliki anak didik sebagai generasi penerus dalam
mengembangkan tari, (5) mencapai prestasi dibidang tari. Sedangkan faktor
penghambat peranan Sanggar Tari Kaloka yaitu: (1) kurangnya minat masyarakat
97
terhadap tari, (2) pertentangan antar masyarakat terhadap pandangan tari, (3)
keterlibatan seniman dari luar Kota Pekalongan.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan dalam penelitian yang telah dilakukan peneliti,
saran yang diperoleh sebagai berikut:
1. Bagi Sanggar Tari Kaloka diharapkan lebih mengoptimalkan peranannya
terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan
2. Bagi Pemerintah Kota Pekalongan hendaknya lebih memprioritaskan dan
mendukung sanggar tari lokal di setiap agenda pemerintahan agar
perkembangan tari di Kota Pekalongan lebih maju
3. Bagi masyarakat hendaknya mendukung dan ikut berpartisipasi dalam
kegiatan tari yang mempunyai peran bagi perkembangan tari di Kota
Pekalongan.
98
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan. 2014. Kota Pekalongan Dalam Angka
2014. Pekalongan: BPS Kota Pekalongan
Hadi, Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Hartono. 2011. Pembelajaran Tari Anak Usia Dini. Semarang: UNNES PRESS
Indriyanto. 2001. “Kebangkitan Tari Rakyat dalam Kancah Perkembangan Tari di
Jawa Tengah”. Dalam Jurnal Harmonia. Volume 2 No. 2. Hal: 59-65.
Semarang: FPBS IKIP Semarang
Jazuli, Muhammad. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang
Press
----------.2001. Metode Penelitian Kualitatif. Semarang: Jurusan Sendratasik
Universitas Negeri Semarang
----------. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Surabaya: Unesa
University Press
----------. 2008. Pendidikan Seni Budaya: Suplemen Pembelajaran Seni Tari.
Semarang: UNNES PRESS
Malarsih. 1998. “Tari: Sebuah Fenomena Keindahan Seni yang Kebenaran
Keindahannya Masih Perlu Ditelaah Secara Filsafati”. Dalam Jurnal
Lingua Artistika. Volume XXI No. 2. Hal: 366-376. Semarang: IKIP
Semarang
Matthew B.Miles, A.Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif.
Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Moleong. Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
99
Ngalimun; Haris Fadilah; dan Alpha Ariani. 2013. Perkembangan dan
Pengembangan Kreativitas. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Rahadinta, Award. 2011. Peranan Warnet sebagai Sarana Mengakses Informasi
Musik bagi Remaja di Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali. Skripsi
Jurusan Sendratasik. Semarang: FBS UNNES
Rohidi. 2000. Ekspresi Seni Orang Miskin. Bandung: Penerbit Nuansa
Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukkan. Jakarta : Sinar Harapan
Sugiyono. 2010. Metode Penelitiaan Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Susanti, Dewi. 2013. Perkembangan Kesenian Barongsai dan Liong di Sasana
Wushu Naga Sakti Semarang. Skripsi Jurusan Sendratasik. Semarang: FBS
UNNES
Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Veronica, Eny. 2012. Upaya Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha Jati di
Sanggar Hayu Budaya Kelurahan Pengkol Jepara. Jurnal Jurusan
Sendratasik FBS. Semarang: UNNES PRESS
Yusuf, Syamsu. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
http://oss.pekalongankota.go.id/ (diunduh pada tanggal 21 November 2014)
http://pekalongankota.bps.go.id/ (diunduh pada tanggal 21 November 2014)
http://sekolahtarigenecela.blogspot.com/ (diunduh pada tanggal 30 September
2014)
http://diantiaprispuri.blogspot.com/ (diunduh pada tanggal 30 September 2014)
100
LAMPIRAN
101
Lampiran 1
LAMPIRAN FOTO-FOTO
Foto 1: Penampilan Tari Batik Jlamprang pada acara Pekan Batik Nusantara 2014
Foto 2: Penampilan Tari Sintren Garap pada acara Pekan Batik Nusantara 2014
102
Foto 3: Penampilan Tari Sopek pada acara Pekan Batik Internasional 2013
Foto 4: Penampilan Tari Batik Arwana pada acara Pekan Batik Internasional
2013
103
Foto 5: Penampilan Tari Rebana Santri pada acara HUT Kota Pekalongan 2015
Foto 6: Wawancara dengan bapak Bambang Irianto selaku pendiri Sanggar Tari
Kaloka Kota Pekalongan
104
Lampiran 2
INSTRUMEN PENELITIAN
1. Pedoman Observasi
Dalam Penelitian “Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap
Perkembangan Tari di Kota Pekalongan” peneliti melakukan observasi dengan
pembatasan:
1. Gambaran umum lokasi penelitian
2. Kegiatan Sanggar Tari Kaloka
3. Perkembangan Tari di Kota Pekalongan
2. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data lebih mendalam
mengenai informasi yang diperlukan kepada narasumber guna megkaji penelitian
tentang peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota
Pekalongan. Dalam pelaksanaan wawancara peneliti membatasi data/informasi
yang berhubungan dengan:
a. Sejarah berdirinya Sanggar Tari Kaloka
b. Kegiatan Sanggar Tari Kaloka
c. Kondisi tari di Kota Pekalongan
d. Pendapat masyarakat mengenai peranan Sanggar Tari Kaloka
105
Penelitian dengan judul “Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap
Perkembangan Tari di Kota Pekalongan” melakukan wawancara dengan
membatasi narasumber yaitu:
a. Bapak Bambang Irianto, S.Pd. selaku pendiri dan pengelola Sanggar Tari
Kaloka
b. Ibu Esti Ediarti selaku pelatih Sanggar Tari Kaloka
c. Ibu Endang Suprapti, S.Kar. selaku kepala bidang kebudayaan Dinas
Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan
d. Ibu Eni Ratnawati, S.Pd. selaku kepala bidang kesenian dan kebudayaan
PGRI Kota Pekalongan dan kepala SD N 1 Karangmalang Kota
Pekalongan (pengamat seni di Kota Pekalongan)
INSTRUMEN PERTANYAAN
A. Bambang Irianto (pendiri/pengelola sanggar)
1. Kapan Sanggar Tari Kaloka didirikan ?
2. Bagaimana sejarah terbentuknya Sanggar Tari Kaloka ?
3. Apa tujuan didirikannya Sanggar Tari Kaloka ?
4. Bagaimana kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka ?
5. Mengapa Sanggar Tari Kaloka berperan terhadap perkembangan tari di
Kota Pekalongan ?
6. Apa faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi Sanggar Tari
Kaloka dalam menjalankan perannya mengembangkan tari ?
106
B. Esti Ediarti (pelatih sanggar)
1. Apa kegiatan tari yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka ?
2. Bagaimana kegiatan pelatihan tari di Sanggar Tari Kaloka ?
3. Bagaimana pembagian kelompok siswa dalam kegiatan pelatihan tari ?
4. Apa saja materi yang diajarkan kepada siswa ?
5. Apa strategi yang digunakan dalam pelatihan tari ?
6. Apa kendala yang ditemui selama kegiatan pelatihan tari berlangsung ?
7. Mengapa Sanggar Tari Kaloka berperan terhadap perkembangan tari di
Kota Pekalongan ?
C. Endang Suprapti (Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota
Pekalongan)
1. Bagaimana kondisi tari di Kota Pekalongan ?
2. Mengapa Sanggar Tari Kaloka berperan terhadap perkembangan tari di
Kota Pekalongan ?
3. Apa saran dan harapan anda untuk Sanggar Tari Kaloka ?
D. Eni Ratnawati (pengamat seni)
1. Bagaimana kondisi tari di Kota Pekalongan ?
2. Mengapa Sanggar Tari Kaloka berperan terhadap perkembangan tari di
Kota Pekalongan ?
3. Apa saran dan harapan anda untuk Sanggar Tari Kaloka ?
107
TRANSKRIP WAWANCARA
A. Bambang Irianto (pendiri/pengelola sanggar)
1. Kapan Sanggar Tari Kaloka didirikan ?
Pada tanggal 1 Januari 1994.
2. Bagaimana sejarah terbentuknya Sanggar Tari Kaloka ?
Saya bersama istri mengajarkan tari kepada anak-anak. Setelah
musyawarah dengan teman-teman saya yang juga mempunyai keahlian
menari kemudian kami sepakat mendirikan sanggar tari yang bernama
KALOKA yang bertempat dirumah teman saya guru olahraga SMK N 1
untuk sementara waktu kemudian pindah ke rumah saya. Nama Kaloka
mempunyai makna “kondang/terkenal”. Semakin bertambahnya siswa
akhirnya kegiatan tari berpindah di sanggar pramuka yang terletak di
Jalan Sriwijaya No. 18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat
Kota Pekalongan.
3. Apa tujuan didirikannya Sanggar Tari Kaloka ?
Tujuan utama didirikannya Sanggar Tari Kaloka yaitu untuk memberikan
pelatihan tari kepada generasi muda agar melestarikan dan
mengembangkan kesenian jawa yaitu tari.
108
4. Bagaimana kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka ?
Aktivitas Sanggar Tari Kaloka yang terkait dengan kegiatan tari yaitu
penggarapan, pelatihan, dan pementasan. Penggarapan tari oleh sanggar
untuk merekonstruksi Tari Sintren Garap. Penggarapan karya tari lainnya
untuk kepentingan pentas dan lomba. Ada juga untuk penilaian ujian
pergelaran seni budaya anak SMA. Pelatihan tari rutin dilakukan
disanggar, kalau pelatihan khusus itu biasanya untuk persiapan pentas,
lomba, dan pergelaran dilakukan di luar waktu pelatihan sanggar.
Pementasan yang rutin dilakukan sanggar pada acara PBN, PBI, HUT
Pekalongan, Hari Sumpah Pemuda dan lain-lain. Acara penyambutan
tamu, peresmian gedung, dan seminar juga biasanya yang pentas nari
dari sanggar.
5. Mengapa Sanggar Tari Kaloka berperan terhadap perkembangan tari di
Kota Pekalongan ?
Karena sanggar melakukan kegiatan tari yang mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan tari dan membawa perubahan di Pekalongan
menjadi lebih baik daripada jaman dulu. Walaupun belum memiliki hak
cipta tarian pada tahun 2007 Sanggar Tari Kaloka bekerjasama dengan
Sanggar Tari Kartika untuk merekonstruksi Tari Sintrenan yang
diciptakan oleh ibu Endang Suprapti menjadi Tari Sintren Garap sesuai
instruksi dari Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota
109
Pekalongan. Kita hanya mengembangkan ragam gerak dan bentuk
penyajiannya.
6. Apa faktor pendukung dan penghambat yang memengaruhi Sanggar Tari
Kaloka dalam menjalankan perannya mengembangkan tari ?
Sanggar bisa berkembang lebih baik pada saat ini karena kerjasama
dengan sesama seniman dan lembaga pemerintahan yang mendukung tari.
Banyaknya siswa sanggar yang berprestasi dan meneruskan mengajarkan
tari membuat sanggar semakin dipercaya sebagai organisasi yang
mengajarkan tari, tetapi perbedaan pandangan sebagian masyrarakat
tentang tari dan keterlibatan seniman dari luar Kota Pekalongan.
B. Esti Ediarti (pelatih sanggar)
1. Apa kegiatan tari yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka ?
Sanggar memberikan pelatihan tari kepada siswa sanggar dan luar
sanggar untuk menyiapkan acara pementasan/lomba. Sanggar juga
mengembangkan Tari Sintren Garap.
2. Bagaimana kegiatan pelatihan tari di Sanggar Tari Kaloka ?
Pelatihan rutin sanggar setiap hari Minggu pukul 08.00-10.00 WIB.Dan
untuk pentas atau lomba biasanya pelatihan dilakukan di luar waktu
sanggar.
110
3. Bagaimana pembagian kelompok siswa dalam kegiatan pelatihan tari ?
Bagi yang baru masuk sanggar itu masuk tingkat dasar 1, jika lulus saat
ujian sanggar maka naik ke tingkat berikutnya. Untuk siswa yang sudah
bisa mengikuti tari dengan baik naik ke tingkat trampil.
4. Apa saja materi yang diajarkan kepada siswa ?
Tiap tingkat materi tarinya beda. Ada tari klasik dan tari kreasi. Untuk
siswa laki-laki walaupun beda tingkat tetapi tarian yang diajarkan hampir
sama.
5. Apa strategi yang digunakan dalam pelatihan tari ?
Untuk melatih tari ada metodenya sendiri. Siswa yang masih di tingkat
dasar biasanya menari dengan mencontoh pelatih dengan posisi
dibelakang pelatih. Ada juga yang lebih bisa mengikuti kalau
mencontohnya posisi pelatih berhadapan dengan siswa.Sebelum siswa
melakukan dengan benar teknik menarinya maka latihan tidak
menggunakan musik dulu.
6. Mengapa Sanggar Tari Kaloka berperan terhadap perkembangan tari di
Kota Pekalongan ?
Karena eksistensi sanggar terhadap pelestarian tari di Kota Pekalongan,
jadi pemerintah lebih percaya dengan sanggar jika ada acara pentas.
111
Sekolah dari siswa sanggar juga mempercayakan muridnya latihan di
sanggar kalau ada lomba.
7. Apa kendala yang ditemui selama kegiatan pelatihan tari berlangsung ?
Jumlah siswa yang tidak stabil setiap minggunya.
C. Endang Suprapti (Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota
Pekalongan)
1. Bagaimana kondisi tari di Kota Pekalongan ?
Kalau saat ini tari sudah lebih mendapat tempat untuk berbagai acara.
Masyarakat juga tidak sulit untuk bisa mempelajari tari karena sanggar
tari di Pekalongan sudah banyak.
2. Mengapa Sanggar Tari Kaloka berperan terhadap perkembangan tari di
Kota Pekalongan ?
Sanggar Kaloka itu sanggar yang masih eksis sampai saat ini. Muridnya
banyak dan berprestasi. Pemerintah juga selalu menunjuk sanggar untuk
mewakili Pekalongan jika ada acara tari di dalam kota maupun di luar
Pekalongan. Setiap acara PBN, PBI, HUT Pekalongan, dan agenda
Pekalongan lainnya sanggar Kaloka ikut berpartisipasi dalam
pementasan tari. Sanggar Kaloka juga merekonstruksi tarian identitas
Pekalongan yaitu Tari Sintren Garap.
112
3. Apa saran dan harapan anda untuk Sanggar Tari Kaloka ?
Sanggar Kaloka sebaiknya memiliki hak cipta untuk karya tari yang
diciptakan. Lebih kreatif mengikuti perkembangan jaman sehingga tidak
tergeser oleh sanggar lain dari kota besar yang lebih maju. Dan tetap
berpartisipasi memberikan karya terbaik untuk Kota Pekalongan.
D. Eni Ratnawati (pengamat seni)
1. Bagaimana kondisi tari di Kota Pekalongan ?
Dulu sebelum ada sanggar tari di Kota Pekalongan sekitar tahun 1980-an
seniman Kota Pekalongan mengadakan pelatihan tari untuk anak-anak di
Kota Pekalongan. Pelatihan tersebut dilaksanakan setiap hari Minggu
pukul 08.00-10.00 WIB. Walaupun kegiatan pelatihan sangat sederhana
dan hanya menggunakan tape recorder sebagai iringan, kegiatan latihan
tari berjalan dengan lancar dan menarik minat anak-anak usia sekolah
untuk mengikuti pelatihan tersebut. Pelatihan tari di Pendopo Lama
Kabupaten Pekalongan tidak dipungut biaya seperti sanggar tari yang
ada pada jaman sekarang. Sekarang pertunjukkan tari lebih diutamakan
dalam setiap acara khususnya pada agenda rutin Kota Pekalongan seperti
PBN, PBI, dan lain-lain.
113
2. Mengapa Sanggar Tari Kaloka berperan terhadap perkembangan tari di
Kota Pekalongan ?
Sanggar Kaloka merupakan sanggar yang selalu berpartisipasi dan
mempunyai peran penting dalam kegiatan seni di Kota Pekalongan. Tidak
dipungkiri sejak keberadaannya, sanggar Kaloka telah mengembangkan
tari dengan berbagai kegiatannya. Dan salah satu tarian khas Kota
Pekalongan yaitu tari sintren garap merupakan hasil dari
perekonstruksian Sanggar Kaloka.Sekolah-sekolah juga mempercayakan
sanggar Kaloka untuk melatih muridnya dalam persiapan lomba, pentas,
dan juga pada penilaian ujian pergelaran tari.
3. Apa saran dan harapan anda untuk Sanggar Tari Kaloka ?
Sanggar Kaloka tetap menjaga eksistensinya dalam melestarikan dan
mengembangkan seni tari di Kota Pekalongan.
3. Pedoman Dokumentasi
1. Riwayat hidup pendiri/pengelola Sanggar Tari Kaloka
2. Riwayat hidup pelatih Sanggar Tari Kaloka
3. Daftar pengurus Sanggar Tari Kaloka
4. Tanda Daftar Usaha Perusahaan
5. Tanda Daftar Usaha Pariwisata
6. Anggaran Dasar Sanggar Tari Kaloka
7. Anggaran Rumah Tangga Sanggar Tari Kaloka
114
8. Daftar siswa Sanggar Tari Kaloka
9. Daftar inventaris Sanggar Tari Kaloka
10. Program Kerja Sanggar Tari Kaloka
11. Foto kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka
115
Lampiran 3
DATA NARASUMBER
1. Pendiri Sanggar Tari Kaloka
Nama : Bambang Irianto, S.Pd.
Pekerjaan: Guru SD N Poncol 02 Pekalongan
TTL : Surakarta, 3 Agustus 1960
Alamat : Perum Wiranata Indah Blok B No. 04 Kabupaten Pekalongan
2. Pelatih Sanggar Tari Kaloka
Nama : Esti Ediarti
Pekerjaan: Guru SD N Tirto 02 Pekalongan
TTL : Pekalongan, 16 Juni 1963
Alamat : Perum Wiranata Indah Blok B No. 04 Kabupaten Pekalongan
3. Bidang Kebudayaan Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota
Pekalongan
Nama : Endang Suprapti, S.Kar.
Pekerjaan: PNS/Ka. Bidang Kebudayaan Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan
Kebudayaan Kota Pekalongan
TTL : Sumberlawang, 5 Juni 1964
Alamat : Perum Patriot Mas V No. 17 Kota Pekalongan
116
4. Bidang Kesenian dan Kebudayaan PGRI Kota Pekalongan
Nama : Eni Ratnawati, S.Pd.
Pekerjaan: Ka. Bidang Kesenian dan Kebudayaan/Kepala Sekolah SD N 01
Karangmalang Kota Pekalongan
TTL : Pekalongan, 17 Januari 1965
Alamat : Kandang Panjang RT. 11 RW. 06 NO. 43 Kota Pekalongan
117
Lampiran 4
DAFTAR PENGURUS
SANGGAR TARI KALOKA
No. Nama Posisi Alamat
1. Bambang Irianto Ketua/pelatih Pekalongan
2. Esti Ediarti Bendahara/pelatih Pekalongan
3. Erika Yulianti Sekretaris Pekalongan
4. Retno Wulan Ramdhani Pelatih Pekalongan
5. Sodiqin Pembantu Umum Pekalongan
118
Lampiran 5
DAFTAR SISWA
SANGGAR TARI KALOKA
NO. NAMA ALAMAT
1. Aurora Putri R Pekalongan
2. Zila Pekalongan
3. Azizah Pekalongan
4. Revalina Pekalongan
5. Andhita Putri A Pekalongan
6. Adinda Najwa R Pekalongan
7. Nanda Pekalongan
8. Ivanka Oktavi R Pekalongan
9. Aifa Farah Fika Pekalongan
10. Agustina S Pekalongan
11. Shofiya Jihan F Pekalongan
12. Lidya Jayanti Pekalongan
13. Adellia Cindy Fatika Pekalongan
14. Erin Ardita Kartika T Pekalongan
15. Rahmania Putri P. S Pekalongan
16. Merissa Kusuma W Batang
17. Ifta Mu’izina Batang
18. Firyal Rasyad K Batang
19. Huwaida Ghinaqeel K Batang
20. Vilon Khansa A. P Kedungwuni
21. Melati Sekar W Kajen
22. Naurah Salma Kajen
23. Dita Afrinaningtya Wiradesa
24. Eka Kedungwuni
119
25. Aulia Akhfa P Comal
26. Nashifa Anggita R Pekalongan
27. Sahara Titania Pekalongan
28. Azizah Suri Dewi Pekalongan
29. Farah Fairuz Pekalongan
30. Zahwa Pekalongan
31. Zahra Pekalongan
32. Widdy Sekar A Pekalongan
33. Lasna Nur K Pekalongan
34. Nurul Aini Pekalongan
35. Gea Alya Pekalongan
36. Tsaniya Zhahiran S Wiradesa
37. Yuniar Martha M Wiradesa
38. Cynthia Pekalongan
39. Armellia Azzahra Pekalongan
40. Najwa Sahitya Zanuba Pekalongan
41. Bella Vera Pekalongan
42. Naisya Risky Pekalongan
43. Fara Nuraini Pekalongan
44. Renata Candra H Pekalongan
45. Effia Nevina Pekalongan
46. Tsania Nuha Mazaya Pekalongan
47. Andira Septia W Pekalongan
48. Olivia Natasya A Pekalongan
49. Sheira Candra A. P Pekalongan
50. Nisa Fadilah Adica Pekalongan
51. Nadia Gubita Ayu Pekalongan
52. Dinda Comal
53. Brigita Adeilla Z. N Comal
54. Andini Timoer P Batang
120
55. Allintang T Kayla Kajen
56. Lidya Jayanti Kedungwuni
57. Via Kedungwuni
58. Qisya Kedungwuni
59. Rizqi Salsa Nabilla Kajen
60. Hana Salsabella Kajen
61. Bagus Tri H Pekalongan
62. Darul Irfan Pekalongan
63. Oza Pekalongan
64. Genta Ari Syafa’at Pekalongan
65. Visha Anggit Pekalongan
66. Dedi Prayitno Pekalongan
67. Cahya Safira Pekalongan
68. Noval Pekalongan
69. Haikal Pekalongan
70. Eka Wahyu Pekalongan
71. Bagas Margono Pekalongan
72. M. Dimas A Pekalongan
73. Titis P Pekalongan
74. Iwan Nur W Pekalongan
75. Adimas Satria Pekalongan
76. Aditya Wisnu Pekalongan
77. Novan D Pekalongan
78. Ali F Pekalongan
79. Riyo A Pekalongan
80. Wahyu Guntara Pekalongan
121
Lampiran 6
122
Lampiran 7
123
Lampiran 8
124
125
126
Lampiran 9
127
128
129
Lampiran 10
130
Lampiran 11
131
Lampiran 12
132
Lampiran 13
BIODATA PENELITI
Nama : Kania Rizki Salsabila
TTL : Pekalongan, 19 Juni 1993
Agama : Islam
Nama Ayah : Kasnoto
Nama Ibu : Eni Ratnawati, S.Pd
Alamat : Salam Manis RT. 11 RW. 06 NO. 43 Kel. Kandang
Panjang Kec. Pekalongan Utara Kota Pekalongan
Email : [email protected]
No. HP : 085870442226
Riwayat Pendidikan : 1. Tamat SD N KP 03 tahun 2004
2. Tamat SMP N 03 tahun 2007
3. Tamat SMA N 03 tahun 2010