peranan polri dalam penanganan kerusuhan sengketa...

20
PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA LAHAN TANAH REGISTER 45 (STUDI WILAYAH HUKUM PADA POLRES TULANG BAWANG) ABSTRAK Oleh: HARISNO KAHFI Sengketa lahan hutan negara Register 45 Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, sudah hampir setahun belum juga tuntas. Kinerja tim pemerintah pusat menyelesaikan kasus ini terkesan lambat. Bentrok berdarah akibat sengketa lahan kembali terjadi di Kabupaten Mesuji, Lampung. Dua kelompok warga di Desa Tulung Gunung, Mesuji, terlibat bentrok dengan melibatkan senjata api, Selain itu, Polda Lampung juga langsung giat melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat, agama, serta pemda setempat agar persoalan rebutan lahan ini tak melebar. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil pokok masalah, yaitu: Bagaimanakah peranan Polri dalam menangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register? Apakah faktor-faktor penghambat Polri dalam menangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register? Penulis di dalam melakukan penelitian, menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan pendekatan yuridis empiris. Berdasarkan penjelasan bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: Kasus konflik agraria di Mesuji merupakan konflik yang terjadi antara dua kelas yaitu kelas Pengusaha (kapitalis) dengan kelas petani memperebutkan lahan/tanah di daerah Mesuji Lampung. Konflik ini juga tidak terlepas dari kebijakan pertanahan yang dilakukan pemerintah di masa orde baru yang cenderung bersifat kapitalistik. Terhadap pelaksanaan penindakan konflik sengketa lahan register 45 yang mengarah atau terjadinya kerusuhan dan tindakan anarkis, Polri tetap mengacu pada tataran tugas sebagaimana yang telah diuraikan di atas tentunya dengan suatu strategi represif untuk preventif, yaitu melakukan tindakan tegas berdasarkan aturan hukum yang berlaku dengan memperhatikan hak asasi manusia dalam rangka mencegah meluasnya konflik. Faktor penghambat dalam menangani sengketa lahan register 45 mesuji yaitu kebijakan pertanahan yang bersifat kapitalistik, pluralisme hukum, tindakan represif dari aparat keamanan, kurangnya pengaruh tokoh masyarakat, ketidakseimbangan perhatian pemerintah daerah, ketidakjelasan status kepemilikan lahan dan HGU lahan perusahaan, sikap arogansi dan egosentris kelompok, kurangnya kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Berdasarkan penjelasan bab-bab sebelumnya maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Hendaknya aparat penegak hukum lebih memperketat lagi keamaan dan ketertipan dalam masyarakat. Agar kasus seperti sengketa lahan register 45 tidak terjadi lagi. 2. Hendaknya aparat penegak hukum dan masyarakat bersama-sama menjaga ketertiban lingkungan. Hendaknya pemerintah dan aparat penegak hukum lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat.

Upload: duongcong

Post on 23-Jul-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN

SENGKETA LAHAN TANAH REGISTER 45

(STUDI WILAYAH HUKUM PADA POLRES TULANG BAWANG)

ABSTRAK

Oleh:

HARISNO KAHFI

Sengketa lahan hutan negara Register 45 Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung,

sudah hampir setahun belum juga tuntas. Kinerja tim pemerintah pusat

menyelesaikan kasus ini terkesan lambat. Bentrok berdarah akibat sengketa lahan

kembali terjadi di Kabupaten Mesuji, Lampung. Dua kelompok warga di Desa

Tulung Gunung, Mesuji, terlibat bentrok dengan melibatkan senjata api, Selain itu,

Polda Lampung juga langsung giat melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat,

agama, serta pemda setempat agar persoalan rebutan lahan ini tak melebar.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil pokok

masalah, yaitu: Bagaimanakah peranan Polri dalam menangani kerusuhan akibat

dari sengketa lahan tanah register? Apakah faktor-faktor penghambat Polri dalam

menangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

Penulis di dalam melakukan penelitian, menggunakan dua pendekatan, yaitu

pendekatan pendekatan yuridis empiris.

Berdasarkan penjelasan bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan

kesimpulan sebagai berikut: Kasus konflik agraria di Mesuji merupakan konflik

yang terjadi antara dua kelas yaitu kelas Pengusaha (kapitalis) dengan kelas petani

memperebutkan lahan/tanah di daerah Mesuji Lampung. Konflik ini juga tidak

terlepas dari kebijakan pertanahan yang dilakukan pemerintah di masa orde baru

yang cenderung bersifat kapitalistik. Terhadap pelaksanaan penindakan konflik

sengketa lahan register 45 yang mengarah atau terjadinya kerusuhan dan tindakan

anarkis, Polri tetap mengacu pada tataran tugas sebagaimana yang telah diuraikan di

atas tentunya dengan suatu strategi represif untuk preventif, yaitu melakukan

tindakan tegas berdasarkan aturan hukum yang berlaku dengan memperhatikan hak

asasi manusia dalam rangka mencegah meluasnya konflik. Faktor penghambat

dalam menangani sengketa lahan register 45 mesuji yaitu kebijakan pertanahan

yang bersifat kapitalistik, pluralisme hukum, tindakan represif dari aparat

keamanan, kurangnya pengaruh tokoh masyarakat, ketidakseimbangan perhatian

pemerintah daerah, ketidakjelasan status kepemilikan lahan dan HGU lahan

perusahaan, sikap arogansi dan egosentris kelompok, kurangnya kepedulian

perusahaan terhadap lingkungan.

Berdasarkan penjelasan bab-bab sebelumnya maka penulis dapat memberikan saran

sebagai berikut: 1. Hendaknya aparat penegak hukum lebih memperketat lagi

keamaan dan ketertipan dalam masyarakat. Agar kasus seperti sengketa lahan

register 45 tidak terjadi lagi. 2. Hendaknya aparat penegak hukum dan masyarakat

bersama-sama menjaga ketertiban lingkungan. Hendaknya pemerintah dan aparat

penegak hukum lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat.

Page 2: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

POLICE ROLE IN THE HANDLING OF RIOTS

LAND LAND DISPUTE REGISTER 45

(STUDY JURISDICTIONS IN BONE POLRES ONION)

ABSTRACT

By:

HARISNO KAHFI

State forest land dispute Register 45 Mesuji district, Lampung province, nearly a

year has not been completed. Team performance of the central government to

resolve this case seems slow. Bloody clashes again occurred as a result of land

disputes in the district of Mesuji, Lampung. Two groups of residents in the village

of Tulung Mount, Mesuji, clashed with the involvement of a firearm, in addition,

Lampung Police also instantly keen to coordinate with community leaders,

religious, and local government to address the issue of land seizure is not widened.

Based on the background described above, it can be the subject matter, namely:

What is the role of the police in handling the unrest as a result of land disputes on

land registers? What are the factors inhibiting the Police in handling the unrest as a

result of land disputes on land registers?

Author in conducting research, using two approaches, namely empirical juridical

approach.

Based on the explanation of the previous chapters, the authors can provide the

following conclusion: The case of agrarian conflict in Mesuji is a conflict between

the two classes, namely class entrepreneur (capitalist) class of farmers for land /

land in Lampung Mesuji. This conflict can not be separated from the land policy of

the government in the new order which tend to be capitalistic. The implementation

of action conflict land disputes registers 45 that leads or unrest and anarchy, the

police still refers to the level of the duties as described above course with a

repressive strategy for preventive, ie act decisively based on the applicable law with

regard to human rights human beings in order to prevent the spread of conflict.

Inhibiting factors in dealing with land disputes registers 45 Mesuji namely land

policy that is capitalistic, legal pluralism, repressive actions of the security forces,

the lack of influence of public figures, the imbalance of attention of local

governments, unclear land tenure and concession area of the company, the

arrogance and self-centered groups, lack of corporate concern for the environment.

Based on the explanation of the previous chapters, the author can provide advice as

follows: 1. Should law enforcement officials be tightened again keamaan and order

in society. In order for such cases of land disputes registers 45 do not happen again.

2. Should law enforcement officials and community jointly maintain order

environment. Should the government and law enforcement officials pay more

attention to the welfare of society.

Page 3: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

LATAR BELAKANG

Masalah agraria menjadi salah satu isu penting yang diperbincangkan saat ini.

Mengingat makin banyaknya kasus-kasus konflik yang menyangkut agraria, sebut

saja konflik Mesuji. kasus tersebut merupakan contoh sebagian kecil dari kasus

konflik yang menyangkut masalah agraria di daerah yang jarang kita ketahui.

Namun, konflik agraria sejatinya bukanlah hal yang baru di Indonesia. Sejak lama

bahkan semenjak masa kolonial, perebutan lahan telah terjadi antara petani dengan

pemerintah maupun petani dengan kelompok pengusaha. Sengketa lahan tersebut

sudah terjadi dalam proses yang cukup lama yang salah satu titik kejadian muncul

korban jiwa, korban luka, dan beberapa kerugian materil di tiga lokasi itu.

Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria tersebut tercantum pada pasal 3 menyebutkan “dengan

mengingat ketentuan-ketentuan pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak yang

serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut

kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

kepentingan Nasional dan Negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa, serta

tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan lain yang lebih

tinggi”, dan pasal 5 yang berbunyi “hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan

ruang angkasa ialah hukum adat sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan

Nasional dan Negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme

Indonesia serta peraturan-peraturan yang tercantum dalam undang-undang ini dan

dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan

unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama”.

Page 4: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

Pengertian masyarakat adat dalam undang-undang diatas sesuai dengan hukum adat

yang berlaku didaerah masing-masing dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Masyarakat adat Lampung khususnya masyarakat adat Tulang Bawang berada

dalam bentuk federasi lembaga adat yang disebu dengan Megoupak, terdiri dari 4

(empat) Klein besar yaitu marga tegamo’an, marga buai bolan, marga sway umpu,

dan marga aji. Marga memiliki pengertian :

1. Masyarakat adat yang terdiri dari beberapa kebuayan yang telah menyatakan

diri dalam kesatuan hukum adat tertentu.

2. Wilayah hukum adat yang telah dinyatakan berada dalam suatu wilayah

tertentu.

Berdasarkan pengertian huruf (1) Marga terdiri dari klein kebuain dan kebuaian

terbagi dari beberapa pepadun (Kepepaduan). Penyimbang dalam Kepaduan disebut

dengan Penyimbang Pepaduan sedangkan penyimbang dalam kebuayaan disebut

Penyimbang asal. Menurut pengertian huruf (2) marga memiliki wilayah adat yang

terbagi menjadi beberapa Kampung (Tiuh), umbul dan huma. Tentang penggunaan

tanah adat dan hasil hutan, hukum adat megoupak pada mulanya diatur atas

perizinan Kepala Marga dan hanya mengenal hak pakai, hak pakai mengambil hasil

hutannya saja (tidak memiliki) sedangkan hak penggunaan air dan rawa merupakan

hak bersama seluruh masyarakat adat megoupak. Dan hak kepemilikan harta benda

turun temurun dikenal dengan Jeneng (hibah).

Sengketa tanah di Tulang Bawang merupakan sengketa tanah yang paling tinggi.

Permasalahan ini muncul karena adanya pengakuan tanah ulayat dalam Undang-

Undang No 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar pokok-pokok Agraria dan

pemahaman tentang Hukum Adat yang berlaku di Kabupaten Tulang Bawang tidak

Page 5: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

sesuai dengan kaedah hukum adat Megoupak. Maka didalam hukum adat Megou

Pak penggunaan bumi,air dan ruang angkasa meliputi :

1. Hak pakai

2. Hak mengambil hasil hutan

3. Jeneng (hak kepemilikan)

4. Hak penggunaan air dan yang ada di dalamnya merupakan hak masyarakat adat

Megou Pak tanpa batas klein.

Tradisi yang berlaku dalam masyarakat adat Megou Pak apabila berkenaan dengan

permasalahan adat maka segala sesuatu diputuskan berdasarkan Pepung Marga

yang dihadiri oleh perwakilan dari ke Empat Marga tersebut diatas yaitu ;

1. Segala sesuatu yang berkenaan dengan hubungan seseorang yang berada

dalam kepepaduannya dengan orang lain yang diluar kepepaduannya

berdasarkan Pepung adat. Contoh ; dalam perkawinan adat maka perwakilan

dari ke empat marga merupakan keharusan untuk mengetahui perkawiinan

tersebut.

2. Kemudian segala sesuatu yang berhubungan dengan satu kesatuan wilayah

Marga (Kampung, Umbul dan Huma) karena mnyangkut kepentingan orang

banyak juga diputuskan melalui Pepung Marga.

Permasalahan yang terjadi pada sengketa lahan tanah register di Tulang Bawang

yaitu dikarenakan:

1. Umbul bolak, maharou dan sebagainya hanya dibuktikan oleh keterangan

kepala kampung, sedangkan umbul maharou atau bolak merupakan bagian dari

Page 6: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

kesatuan wilayah adat yang seharusnya di putuskan melalui pepung adat lebih

dahulu.

2. Salah pengertian tentang kewenangan penyimbang Pepadun terhadap

kepemilikan tanah marga. Karena kewenangan Penyimbang Pepadun hanya

memilki kewenangan dalam kepepadunnya saja. Sedangkan apabila

menyangkut orang banyak harus melalui keputusan Pepung Adat.

3. Adanya pemahaman yang salah tentang kepemilikan tanah marga yang

diartikan bahwa semua marga tertentu berhak terhadap tanah tersebut.

Misalnya tanah marga Tegamo’an yang memiliki kesatuan wilayah Kampung

atau Tiuh, umbul dan maharou serta bolak. Maka yang berhak atas tanah ulayat

tersebut adalah masyarakat Kampung (tiuh), umbul yang berada dalam wilayah

tanah itu (tidak semua marga Tegamo’an berhak atasnya). Namun

pembuktian dan penyelesaiianya berdasarkan keputusan Pepung Adat (Marga).

4. Tidak ada satupun lembaga adat yang kompeten untuk mengatur perselisihan

dan persengketaan yang terjadi. Adapun lembaga adat seperti Lembaga Adat

Megou Pak Tulang Bawang dapat menjadi motorisasi, namun perlu legalitas

semua pihak yang sah sebagai mitra kerja yang di butuhkan dan perlu sumber

daya manusia yang memenuhi standar kapabilitas, kredibelitas yang memadai.

Kepala Bagian Operasional Polres Tulangbawang Komisaris Deden Heksa Putra

meminta warga tidak main hakim. Serahkan masalahnya kepada aparat penegak

hukum. Kawasan Register 45 Sungai Buaya yang didiami ribuan perambah menjadi

ladang bisnis menggiurkan sekaligus rawan konflik. Sejumlah makelar tanah

bergentayangan menjual lahan milik negara itu. Harganya Rp 8 juta per hektare.

Semenjak usaha pengambilalihan kembali (reclaiming) lahan milik warga 7 desa di

Page 7: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

Kecamatan Tulang Bawang yang dikuasai perusahaan untuk lahan perkebunan,

telah menimbulkan teror dan intimidasi terhadap warga. Berdasarkan uraian diatas

hal tersebut menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian dengan judul

“Peranan Polri Dalam Penanganan Kerusuhan Sengketa Lahan Tanah

Register 45 (Studi Wilayah Hukum Pada Polres Tulang Bawang)”.

PERMASALAH DAN RUANG LINGKUP

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil pokok

masalah, yaitu:

a. Bagaimanakah peranan Polri dalam menangani kerusuhan akibat dari sengketa

lahan tanah register?

b. Apakah faktor-faktor penghambat Polri dalam menangani kerusuhan akibat

dari sengketa lahan tanah register?

RUANG LINGKUP

Mengingat banyaknya perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana

dan luasnya wilayah hukum Kepolisian Republik Indonesia, maka dalam rangka

efektifitas dan efisiensi penelitian, penulis perlu membatasi ruang lingkup penelitian

pada wilayah hukum Tulang Bawang. Dalam hal ruang lingkup substansi, dibatasi

pada Peranan Polri Dalam Penanganan Kerusuhan Sengketa Lahan Tanah Register

45 (Studi Wilayah Hukum Pada Polres Tulang Bawang).

TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan perumusan masalah yang akan dibahas, maka tujuan penelitian

ditentukan sebagai berikut:

Page 8: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

a. Untuk mengetahui peranan Polri dalam menangani kerusuhan akibat dari

sengketa lahan tanah register.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat Polri dalam menangani kerusuhan

akibat dari sengketa lahan tanah register.

KEGUNAAN PENELITIAN

Sejalan dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan mengandung dua

kegunaan sebagai berikut:

a. Kegunaan yang bersifat teoritis, sebagai sumbangan pemikiran bagi penegak

hukum/penyidik Polri dalam menganalisa tentang upaya penegakan hukum

terhadap bentuk tindak pidana sengketa lahan tanah register.

b. Kegunaan yang bersifat praktis, sebagai bahan pertimbangan bagi penegak

hukum/penyidik polri dalam pertimbangan penyidik Polri dalam menangani

bentuk tindak pidana sengketa lahan tanah register.

KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL

KERANGKA TEORITIS

Menurut Soerjono Soekanto (2005:125) “Kerangka teoritis adalah konsep yang

merupakan abstraksi dari hasil-hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada

dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial

yang dianggap relevan”.

Pada hakekatnya hukum itu mengandung ide atau konsep-konsep dan dengan

demikian boleh digolongkan pada sesuatu yang abstrak. Kelompok yang abstrak

ini termasuk ide tentang keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan sosial.

Campur tangan hukum yang semakin luas dalam bidang kehidupan masyarakat,

Page 9: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

menyebabkan masalah efektifitas penerapan hukum menjadi semakin penting

untuk dipertimbangkan. Itu artinya, hukum harus bisa menjadi institusi yang

bekerja secara efektif dalam masyarakat. Berkaitan dengan fungsi hukum,

enegaskan bagi manusia, hukum paling sedikit berfungsi untuk mencapai

ketertiban umum dan pada gilirannya menciptakan keadaan yang kondusif untuk

mencapai keadilan. Keberadaan hukum di berbagai bidang dalam masyarakat

diharapkan mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana penyelesaian sengketa,

sarana kontrol sosial, sarana social engineering, maupun sebagai sarana

pendistribusian keadilan. Diantara berbagai fungsi hukum tersebut, fungsi hukum

sebagai sarana penyelesaian sengketa, yang dalam hal ini diwakili oleh pengadilan,

menempati peranan penting bagi perbaikan ekonomi atau mendukung

kemakmuran bangsa. Hukum pada hakekatnya baru timbul untuk dipermasalahkan

kalau terjadi pelanggaran kaidah hukum, konflik, kebatilan, atau “tidak hukum”

(unlaw, onrecht). Kalau segala sesuatu berlangsung dengasn tertib, lancar tanpa

terjadinya konflik atau pelanggaran hukum, tidak akan ada orang

mempermasalahkan hukum. (Yahya: 2006)

Proses penegakan hukum dalam rangka menjalankan proses peradilan,

berdasarkan Pasal 10 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009 menyebutkan bahwa

Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu

perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,

melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.

Page 10: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

Sengketa pada dasarnya merupakan suatu pencerminan watak dan kemauan

diantara manusia yang tidak bisa seragam. Dalam masyarakat bila terjadi sengketa

pada umumnya diselesaikan melalui berbagai cara. Terdapat dua pendekatan

umum yang sering dipergunakan untuk menyelesaikan sengketa. Pertama,

menggunakan paradigma penyelesaian litigasi, melalui proses gugatan di

Pengadilan yang untuk mendapatkan keadilan mempergunakan sistem perlawanan

(the adversary system) dalam mengelola sengketa serta menghasilkan suatu

keputusan win-lose solution bagi pihak-pihak yang bersengketa. Kedua, paradigma

penyelesaian sengketa non-litigasi yang dalam pencarian keadilan lebih

mengutamakan pendekatan ‘konsensus’ dan berusaha mempertahankan

kepentingan pihak-pihak yang bersengketa serta bertujuan untuk mendapatkan

hasil penyelesaian sengketa kearah win-win solution. (Abdurrahman: 1995)

Berkaitan dengan figur hukum Hak Guna Bangunan (HGB) diatas Hak

Pengelolaan (HPL) yang merupakan fokus bahasan, dalam transaksi sektor

ekonomi figur hukum tersebut telah lazim diterapkan dalam konstruksi hukum

yang bersifat kontraktual. Selama pelaksanaannya berjalan mulus dan tidak ada

perdebatan, maka tidak menjadi sengketa. Namun, tidak jarang juga hubungan antar

pihak bermuara dalam jalan buntu, sengketa para pihak dapat diselesaikan melalui

institusi yang relatif efisien untuk mengatasi perselisihan. Biasanya setelah cara-

cara non-litigasi tidak dapat menyelesaikan perselisihan para pihak, mereka

membawa permasalahan ke pengadilan untuk mendapatkan keadilan.

Penegakan hukum dan musyawarah mufakat merupakan solusi untuk penyelesaian

sengketa lahan. Ada tiga macam bentuk konflik lahan di Kampar yakni, konflik

Page 11: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

masyarakat antarmasyarakat, masyarakat dengan perusahaan dan konflik

perusahaan dengan perusahaan. Faktor penyebab konflik di antaranya, faktor

ekonomi, tumpang tindih kepemilikan lahan, sumber daya alam (lahan) yang

terbatas sementara jumlah orang semakin bertambah. Kemudian perilaku oknum

yang tak bertanggung jawab, seperti mengeluarkan beberapa kali surat dengan

objek yang sama, kemudian tumpang tindih peraturan. "Solusi penyelesaian ada dua

yakni melalui penegakan hukum dan musyawarah mufakat. (Supriadi: 2007)

KONSEPTUAL

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-

konsep khusus yang merupakan kumpulan dan arti-arti yang berkaitan dengan

istilah yang akan di teliti. Untuk memberikan kesatuan pemahaman terhadap istilah-

istilah yang berhubungan dengan judul penelitian ini, maka di bawah ini akan

diuraikan konseptual sebagai berikut:

a. Peranan Polri yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan

pelayanan kepada masyarakat. (Pasal 13 UU Nomor 2 Tahun 2002)

b. Kerusuhan adalah sekelompok orang berkumpul bersama untuk melakukan

tindak kekerasan, biasanya sebagai tindak balas terhadap perlakuan yang

dianggap tidak adil ataupun sebagai upaya penentangan terhadap sesuatu.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan)

c. Pengertian sengketa tanah atau dapat juga dikatakan sebagai sengketa hak atas

tanah, yaitu timbulnya sengketa hukum yang bermula dari pengaduan sesuatu

pihak (orang atau badan) yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas

tanah, baik terhadap status tanah, prioritas, maupun kepemilikannya dengan

Page 12: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan

ketentuan peraturan yang berlaku. (Sumardjono: 2008)

d. Tanah Register adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah

secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,

pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data

yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan

satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi

bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah

susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. (PP RI No. 24 Tahun 1997)

SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan para pembaca memahami penelitian ini, maka penulisan

penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan bagian yang memuat latar belakang masalah,

kemudian permasalahan dan ruang lingkup, selanjutnya juga memuat tujuan

dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual sebagai acuan dalam

membahas penelitian serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan bagian yang menguraikan pengertian-pengertian

umum tentang pokok-pokok bahasan dalam penelitian ini, yang terdiri dari

Peranan Polri Dalam Penanganan Kerusuhan Sengketa Lahan Tanah Register

45 (Studi Wilayah Hukum Pada Polres Tulang Bawang).

III. METODE PENELITIAN

Page 13: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

Metode penelitian merupakan bagian yang menguraikan tentang langkah yang

akan ditempuh dalam pendekatan masalah, sumber data, jenis data, cara

pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uraian da1an bagian ini terdiri dari tiga sub bagian, yaitu sub bagian yang

menguraikan tentang karakteristik responden, sub bagian yang menguraikan

tentang Peranan Polri Dalam Penanganan Kerusuhan Sengketa Lahan Tanah

Register 45 (Studi Wilayah Hukum Pada Polres Tulang Bawang).

V. PENUTUP

Merupakan bab penutup dari penulisan penelitian yang berisikan secara singkat

hasil pembahasan dari penelitian dan beberapa saran dari penulisan

sehubungan dengan masalah yang dibahas serta memuat lampiran-lampiran

yang berhubungan dengan penulisan.

METODELOGI PENELITIAN

Penulis di dalam melakukan penelitian, menggunakan dua pendekatan, yaitu

pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara

menelaah dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut

asas-asas hukum, konsepsi-konsepsi, doktrin-doktrin hukum dan norma-norma

hukum yang berkaitan dengan Peranan Polri Dalam Penanganan Kerusuhan

Sengketa Lahan Tanah Register 45 (Studi Wilayah Hukum Pada Polres Tulang

Bawang). Adapun pendekatan yuridis empiris digunakan dalam penelitian lapangan

yang ditujukan pada penerapan hukum.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Page 14: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

Sengketa lahan hutan negara Register 45 Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung,

sudah hampir setahun belum juga tuntas. Kinerja tim pemerintah pusat

menyelesaikan kasus ini terkesan lambat. Bupati Mesuji. Kasus sengketa lahan di

Register 45 sudah menjadi garapan tim bentukan pemerintah pusat. Pemkab Mesuji

dan Pemprov Lampung hanya memfasilitasi. Bentrok berdarah akibat sengketa

lahan kembali terjadi di Kabupaten Mesuji, Lampung. Dua kelompok warga di

Desa Tulung Gunung, Mesuji, terlibat bentrok dengan melibatkan senjata api,

Selain itu, Polda Lampung juga langsung giat melakukan koordinasi dengan tokoh

masyarakat, agama, serta pemda setempat agar persoalan rebutan lahan ini tak

melebar. Pasalnya, warga Mesuji dinilai masih trauma dengan tregedi arena

rebutan lahan di sana menelan banyak korban jiwa.

Pengejaran pelaku lainnya terus dilakukan. Selain memeriksa saksi-saksi, intel juga

dikerahkan untuk mengawasi dan bantu membangun kamtibmas di sana. Di pihak

lain, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar Lampung mengatakan bahwa konflik

di Lampung, khususnya Mesuji belum mereda. Kekerasan di Mesuji masih sering

terjadi, bentrok itu kerap didalangi perusahaan besar pemilik lahan yang melakukan

penambangan ilegal di tahan hutan. Akibatnya, konflik antarwarga pun sering

pecah. Kerap terjadi konflik di kawasan hutan, antara lain, Register 45, Register 47,

Register 19, dan Register 21. Seperti diketahui, isu sengketa lahan di wilayah dekat

garis pantai di Lampung ini kerap ditanggapi sensitif. Masih segar dalam ingatan

momen dua tahun lalu ketika para petani bentrok dengan perusahaan pengelola

tanah atas kepemilikan lahan. Puluhan warga Mesuji tewas dan lainnya luka-luka

dalam bentrok berdarah.

Page 15: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

Dalam laporan warga kepada polisi, Wan Mauli, adalah ketua Megou Pak

Tulangbawang, sebuah lembaga adat ternama di Kabupaten Tulangbawang.

Tersangka diduga telah menyalahgunakan wewenang dengan cara menjual lahan

hutan negara kepada warga pendatang dengan nilai Rp 145 juta lebih. Penahanan

Wan Mauli, menurut Sulistyaningsih, sudah sesuai prosedur dan bukti-bukti yang

kuat. Polisi mendapatkan bukti berupa lebaran surat tanda terima penjualan tanah

register 45 yang ditandatangani langsung oleh tersangka, serta lembaran surat

lainnya. Hutan negara Register 45 Mesuji, belakangan menjadi isu nasional setelah

adanya laporan sekelompok orang yang mengklaim dari lembaga adat Megou Pak

Tulangbawang ke DPR, akhir tahun lalu. Lembaga adat ini melaporkan telah terjadi

pembantaian warga Mesuji di Register 45, terkait sengketa lahan antara PT Silva

Inhutani dan warga setempat. Kasus ini akhirnya diserahkan ke Pemerintah Pusat

lewat lembaga Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) diketuai Denny Indrayana

(wakil Menkum HAM). Setelah selesai, kasus Register 45 Mesuji diserahkan

kembali kepada Pemerintah Provinsi Lampung. Saat kasus ini ditangani pusat dan

provinsi, jumlah pendatang di lahan hutan Register terus bertambah hingga ribuan

kepala keluarga, dari berbagai daerah di Lampung.

Upaya Polri dalam menanggulangi konflik sengketa lahan register 45, terlebih

dahulu perlu gambarkan secara umum tentang persepsi Polri pasca amandemen

UUD 1945 yaitu di mana Polri dalam merumuskan konsep maupun kebijakan dan

strategi keamanan negara tetap konsisten terhadap landasan konstitusional dengan

merujuk alinea keempat pembukaan UUD 1945 dan bab XII pasal 30 tentang

pertahanan dan keamanan negara yang pelaksanaan operasionalnya diatur secara

Page 16: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

normatif dalam Undang-Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002 dengan berbagai

peraturan pelaksananya.

Dalam Undang-Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002, tugas pokok Polri (Pasal

13) dirinci lebih lanjut dalam rumusan tugas-tugas (Pasal 14) yang mencakup tatran

tugas pre-emptif, preventif, represif non yustisial dan represif yustisial. Pada setiap

tataran tugas tersebut, senantiasa diperluakan koordinasi, kerja sama, bantuan, dan

partisipasi dari berbagai komponen bangsa, instansi dan masyarakat. Tanpa adanya

kerja sama dengan komponen lain terutama dengan TNI, pemerintah daerah dan

instansi lain serta masyarakat, maka upaya pemeliharaan keamanan dalam negeri

tidak akan terbebas dari ancaman keamanan. Mencermati sumber ancaman berupa

potensi gangguan yang mengendap di dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat

yang setiap saat dapat berkorelasi bahkan terpicu menjadi konflik, maka upaya polri

dalam penanggulangan konflik dengan langkah-langkah yang berupa upaya

pencegahan dan penindakan.

Upaya yang dapat dilakukan Polri untuk mencegah terjadinya konflik lahan register

45 adalah melalui implementasi tugas Polri yang bersifak pre-emptif dan preventif

sesuai dengan tugas, fungsi dan peran Polri yang lebih memprioritaskan dalam

meredam gejolak agar tidak meluas ke permasalahan lain yang mengakibatkan

konflik menjadi kompleks dan rumit, dengan tetap berperan secara fungsional dan

proporsional melalui upaya pencegahan.

Kedua kasus konflik agraria di Mesuji mempunyai pola yang sama, konflik terjadi

antara petani/warga sekitar, pengusaha, dan pemerintah. Dari berbagai sumber yang

Page 17: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

penulis dapat dapat diketahui faktor penghambat dalam menangani sengketa lahan

register 45 mesuji yaitu:

1. Faktor Politik.

2. Pluralisme Hukum.

3. Tindakan Represif dari Aparat Keamanan.

4. Kurangnya pengaruh tokoh masyarakat.

5. Ketidakseimbangan perhatian pemerintah daerah.

6. Ketidakjelasan status kepemilikan lahan dan HGU lahan perusahaan.

7. Sikap arogansi dan egosentris kelompok.

8. Kurangnya kepedulian perusahaan terhadap lingkungan.

Dari faktor-faktor diatas, terlihat bahwa dalam hal ini konflik agraria di Mesuji

dapat dikatakan sebagai sebuah konflik politik. Hal ini dikarenakan yang

dipertentangkan adalah menyangkut isu-isu kelompok/publik. Hak tanah diklaim

oleh masing-masing pihak yaitu oleh pihak pengusaha dengan petani atas dasar

hukum yang mereka pegang masing-masing. Khususnya kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah dengan memberikan izin usaha dan HGU kepada

pengusaha. Dampaknya masyarakat tidak menerima dan akhirnya muncullah

konflik akibat perbedaan persepsi dalam peraturan yang dilakukan oleh Pemerintah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Kasus konflik agraria di Mesuji merupakan konflik yang terjadi antara dua

kelas yaitu kelas Pengusaha (kapitalis) dengan kelas petani memperebutkan

lahan/tanah di daerah Mesuji Lampung. Konflik ini juga tidak terlepas dari

Page 18: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

kebijakan pertanahan yang dilakukan pemerintah di masa orde baru yang

cenderung bersifat kapitalistik. Terhadap pelaksanaan penindakan konflik

sengketa lahan register 45 yang mengarah atau terjadinya kerusuhan dan

tindakan anarkis, Polri tetap mengacu pada tataran tugas sebagaimana yang

telah diuraikan di atas tentunya dengan suatu strategi represif untuk preventif,

yaitu melakukan tindakan tegas berdasarkan aturan hukum yang berlaku

dengan memperhatikan hak asasi manusia dalam rangka mencegah meluasnya

konflik.

2. Faktor penghambat dalam menangani sengketa lahan register 45 mesuji yaitu

kebijakan pertanahan yang bersifat kapitalistik, pluralisme hukum, tindakan

represif dari aparat keamanan, kurangnya pengaruh tokoh masyarakat,

ketidakseimbangan perhatian pemerintah daerah, ketidakjelasan status

kepemilikan lahan dan HGU lahan perusahaan, sikap arogansi dan egosentris

kelompok, kurangnya kepedulian perusahaan terhadap lingkungan.

SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas maka penulis dapat memerikan

saran sebagai berikut:

1. Hendaknya aparat penegak hukum lebih memperketat lagi keamaan dan

ketertipan dalam masyarakat. Agar kasus seperti sengketa lahan register 45

tidak terjadi lagi.

2. Hendaknya aparat penegak hukum dan masyarakat bersama-sama menjaga

ketertiban lingkungan. Hendaknya pemerintah dan aparat penegak hukum lebih

memperhatikan kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

Abdurrahman. 1995. Tebaran Pikiran Mengenai Hukum Agraria, Alumni: Bandung

Achmad Rubaie, 2006. Politik Hukum Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan

Umum, Bayu Media Publishing: Malang

.

Ali Achmad Chomzah. 2002. Pedoman Pelaksanaan U.U.P.A dan Tata Cara

Penjabat Pembuat Akta Tanah, Alumni : Bandung

Citra Umbara. 2008. Kamus Hukum, Citra Umbara, Bandung.

Darji Darmodiharjo dan Sidharta, 2002. Pokok-pokok Filsafat Hukum, Apa dan

Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Gramedia Pustka Utama, Jakarta

Harahap Yahya, 2006. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP

Penyidikan Dan Penuntutan, Sinar Grafika: Jakarta.

Joni Emirzon, 2001. Alternatif Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan

Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi Arbitrase, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Maria S.W Sumardjono, 2008. Mediasi Sengketa Tanah Potensi Penerapan

Alternatif Penyelesaian sengketa (ADR) Di Bidang Pertanahan, Penerbit

Kompas Gramedia.

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung.

Rahardjo, Satjipto. 2002. Polisi Sipil Dalam Perubahan Sosial di Indonesia.

Kompas, Jakarta.

Santoso, Topo. 2012, Kriminologi. PT. Raja Grafindo, Jakarta.

Soerodjo. 2003. Proses Pendaftaran Tanah, Rineka Cipta: Jakarta

Supriadi. 2007. Hukum Agraria, Sinar Grafika: Jakarta

Undang-Undang :

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2010.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria.

Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Page 20: PERANAN POLRI DALAM PENANGANAN KERUSUHAN SENGKETA …repository.ummetro.ac.id/files/mhs/70635dcf42375ba2d3326cd161772451.pdfmenangani kerusuhan akibat dari sengketa lahan tanah register?

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.