peranan orangtua dalam membina pergaulan remaja yang islami

61
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergaulan remaja merupakan salah satu bentuk interaksi yang dilakukan oleh remaja dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Namun pergaulan remaja saat ini telah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memicu terjadinya degradasi moral remaja. Fenomena degradasi moral di kalangan remaja diindikasikan dengan maraknya aksi tindak kriminal, narkoba dan tindakan asusila yang cenderung melibatkan remaja sebagai pelakunya. Disamping itu, tidak sedikit dari remaja yang melakukan interaksi tanpa menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai pergaulan dan etika yang islami. Peran orangtua dan lingkungan keluarga yang optimal dalam membimbing pergaulan anak-anak agar dapat sejalan dengan norma hukum dan norma agama yang berlaku, akhir- 1

Upload: muhammad-hunsni

Post on 11-Feb-2016

51 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pergaulan remaja merupakan salah satu bentuk interaksi yang dilakukan

oleh remaja dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah

maupun lingkungan masyarakat. Namun pergaulan remaja saat ini telah

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memicu terjadinya degradasi moral remaja.

Fenomena degradasi moral di kalangan remaja diindikasikan dengan

maraknya aksi tindak kriminal, narkoba dan tindakan asusila yang cenderung

melibatkan remaja sebagai pelakunya. Disamping itu, tidak sedikit dari remaja

yang melakukan interaksi tanpa menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai

pergaulan dan etika yang islami.

Peran orangtua dan lingkungan keluarga yang optimal dalam membimbing

pergaulan anak-anak agar dapat sejalan dengan norma hukum dan norma agama

yang berlaku, akhir-kahir ini tidak berjalan optimal. Karena pengaruh lingkungan

yang begitu luas dan rumit untuk diawasi. Demikian pula halnya dengan

lingkungan tempat mereka tumbuh dan berkembang juga cenderung memberikan

pengaruh yang lebih buruk terhadap perkembangan mental yang pada akhirnya

akan berdampak negatif dalam pergaulan di kalangan remaja.

Interaksi yang dilakukan seharusnya berjalan dengan menghormati dan

menjunjung tinggi nilai-nilai hukum dan akidah yang berlaku, sehingga proses

1

1

Page 2: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

interaksi tidak menimbulkan dampak-dampak negatif bagi lingkungan dan

perkembangan remaja itu sendiri pada masa yang akan datang.

Sebagaimana kita sadari, bahwa masa remaja merupakan masa yang paling

rentan untuk dipengaruhi oleh berbagai pengaruh yang dapat merusak tatanan

moral remaja. Oleh karenanya, orangtua harus memainkan perannya secara

optimal dalam mengawasi, membimbing dan membina pergaulan anak agar tidak

bertentangan dengan norma hukum dan norma agama. Remaja seharusnya bisa

menempatkan diri dalam lingkungan sehingga tidak terbawa arus dan pada

akhirnya akan melalaikan mereka dari kewajiban utama, misalnya dalam

meningkatkan prestasi belajar.

Dari pengamatan awal yang penulis lakukan pada Desa Dayah Meunara

Kecamatan Titeu, Kabupaten Pidie, terdapat beberapa persoalan yang dihadapi

berkaitan dengan pergaulan remaja.

Pertama, Remaja usia sekolah telah mengadakan hubungan antara sesama

tanpa mengindahkan etika pergaulan islami, seperti halnya hubungan pacaran

antara remaja usia sekolah sehingga remaja tidak lagi melakukan tugas dan

kewajibannya sebagaimana mestinya, misalnya belajar atau mengaji. Mereka

cenderung lalai untuk kegiatan-kegiatan yang tidak berguna, seperti pacaran,

menyaksikan tontonan yang tidak wajar, dan lain sebagainya.

Kedua, berkembangnya teknologi informasi dalam bentuk HP dan internet

yang tidak dimanfaatkan kegiatan positif, tapi malah sebaliknya, mereka

mengakses informasi yang tidak layak untuk dikonsumsi oleh remaja usia

sekolah. Fenomena ini dapat menyebabkan perubahan pola pikir dan pola

2

Page 3: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

pergaulan antara remaja tidak dapat dikontrol secara kasat mata. Artinya,

hubungan yang mereka lakukan berlangsung tertutup bagi orangtua. Kebebasan

informasi yang dapat diakses dari media-media tersebut diatas juga menjadi

mempengaruhi remaja untuk melakukan hal-hal di luar etika pergaulan islami dan

menjerumuskan mereka ke dalam pergaulan bebas dan bahkan perzinahan.

Ketiga, orangtua tidak mengambil tindakan yang efektif bagi anak-anak,

bahkan mereka beranggapan bahwa ini merupakan konsekwensi yang wajar dari

sebuah modernisasi. Mereka tidak selektif terhadap pergaulan anak, padahal

tindakan selektif merupakan suatu upaya preventif untuk meredam fenomena

degradasi moral yang sedang terjadi.

Sejauh pemantauan penulis, belum terdapat suatu penelitian yang mengkaji

secara langsung dan sistematis tentang peran orangtua dalam membina pergaulan

remaja yang islami di Desa Dayah Meunara Kecamatan Titeu Kabupaten Pidie

khususnya, maupun di daerah pedesaan di Aceh pada umumnya. Dan berangkat

dari keprihatinan yang mendalam terhadap fenomena degradasi moral di kalangan

remaja dan rendahnya peran orangtua dalam membina pergaulan remaja yang

islami, penulis tertarikuntuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan

Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka terdapat beberapa hal yang dijadikan

landasan permasalahan dalam penelitian ini, antara laian sebagai berikut:

1. Bagaimana corak pergaulan remaja yang berlaku di Desa Dayah Meunara?

2. Bagaimana peranan orangtua dalam membina pergaulan di kalangan remaja?

3

Page 4: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh orangtua dalam membina

pergaulan di kalangan remaja?

4. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari pergaulan yang dilakukan oleh remaja

di Desa Dayah Meunara Kecamatan Titeue Kabupaten Pidie?

C. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan dan kesalahpahaman dalam memahami arah

penelitian, berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang dijadikan kata kunci dari

penelitian sebagai berikut.

1. Peranan Orangtua

Satu kemampuan yang dimiliki orangtua baik dari sisi sosial dan ekonomi

maupun dari sisi fisik yang diimplementasikan dalam bentuk tindakan dan

aktivitas yang konstruktif terhadap pembinaan pergaulan anak baik dalam

lingkungan keluarga, dan sosial baik dalam lingkungan teman pergaulan maupun

masyarakat luas.

Dalam penelitian ini, peranan orangtua dibatasi pada berbagai tindakan dan

aktofitas yang dilakukan oleh orangtua untuk membina pergaulan remaja di Desa

Dayah Meunara Kecamatan Titeu Kabupaten Pidie.

2. Pergaulan Remaja yang Islami

Merupakan bentuk interaksi yang dilakukan oleh remaja baik dalam

lingkungan keluarga, sosial masyarakat dan interaksi dalam lingkungan remaja itu

sendiri yang sesuai dengan tuntunan syariah islam.

4

Page 5: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menggugah perhatian dan kita

sebagai entitas sosial terhjadap berbagai fenomena dalam pergaulan remaja yang

dirumuskan dalam beberapa rumusan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui corak pergaulan remaja yang berlaku di Desa Dayah

Meunara.

2. Untuk mengetahui peranan orangtua dalam membina pergaulan di kalangan

remaja di Desa Dayah Meunara Kecamatan Titeu Kabupaten Pidie.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh orangtua dalam

membina pergaulan di kalangan remaja Desa Dayah Meunara Kecamatan

Titeu Kabupaten Pidie.

4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari berbagai bentuk tindakan

yang dilakukan oleh remaja di Desa Dayah Meunara Kecamatan Titeu

Kabupaten Pidie.

E. Postulat dan Hipotesis.

Postulat (anggapan dasar) sangat penting karena menjadi arah bagi

pelaksanaan penelitian. Winarno Surachmad menyatakan bahwa: “anggapan dasar

atau postulat adalah tumpuan segala pandangan dan kegiatan dalam suatu

penelitian, ia tidak diragukan”.1

Adapun yang menjadi postulat dalam penelitian ini adalah: “Peran orangtua

dalam membina pergaulan remaja yang islami akan memberikan pengaruh yang 1 Winarno Surachmad, Pengantar Metodologi Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1998), hal. 96.

5

Page 6: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

bersifat konstruktif terhadap pengembangan moral dan perilaku remaja yang

lebih islami”.

Berdasarkan postulat diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah: “terjadinya

fenomena degradasi moral remaja diakibatkan oleh tidak adanya peran aktiv

orangtua dalam pembinaan pergaulan remaja ”.

F. Metode Penelitian

1. Objek Penelitian

Sebagaimana telah disebutkan bahwa penelitian ini menitik beratkan pada

beberapa pokok persoalan yang meliputi; identifikasi fenomena degradasi

moral remaja, identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pergaulan remaja,

identifikasi bentuk-bentuk kenakalan remaja dan identifikasi dampak yang

ditimbulkan dari pergaulan remaja .

Untuk itu, penulis melakukan penelitian Desa Dayah Meunara Kecamatan

Titeu Kabupaten Pidie, untuk melihat sejauhmana fenomena-fenomena

tersebut diatas telah berlangsung.

2. Subjek Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan didasarkan

pada pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa :

Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi dan apabila jumlah subjeknya besar (lebih dari 100), maka dapat diambil antara 10 – 15%, atau 20 – 25% atau lebih, tergantung pada kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, dana dan rombongan peneliti.2

2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Bina

Aksara, 1993), hal. 120.

6

Page 7: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

Berdasarkan data yang dibutuhkan, populasi dari penelitian ini adalah seluruh

masyarakat (orangtua) dan remaja di Desa Dayah Meunara Kecamatan

Keumala Kabupaten Pidie dengan total populasi sebesar 350 orang.

Sedangkan sampelnya adalah 10 % dari total populasi, jadi jumlah sampelnya

adalah 35 orang.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan beberapa

pendekatan penelitian, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Wawancara, yaitu suatu tehnik pengumpulan data dengan melakukan

komunikasi langsung dengan masyarakat, orang tua dan remaja yang

dijadikan sampel pada penelitian ini.

b. Kajian Dokumentasi, dalam hal ini merujuk pada kajian keterangan-

keterangan tertulis atau fakta-fakta yang erat kaitannya dengan lingkup

masalah yang akan dibahas.

c. Observasi, yaitu melakukan pengamatan terhadap proses interaksi yang

dilakukan remaja serta bentuk-bentuk pengawasan dan pembinaan

pergaulan remaja yang dilakukan secara langsung untuk memperoleh

fakta-fakta real di lapangan yang erat kaitannya dengan lingkup penelitian.

d. Angket, yaitu suatu instrumen penelitian yang digunakan untuk

memperoleh data-data lapangan dengan mengedarkan pertanyaan tertulis

dengan menyediakan alternatif jawaban (opsional) kepada sampel yang

telah ditentukan.

7

Page 8: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

4. Tehnik Pengolahan dan Penyajian Data

Semua data yang berhasil dikumpulkan, akan ditabulasikan dalam tabel-tabel

yang sesuai dengan kode faktor penelitian yang ingin dikemukakan

berdasarkan hipotesis. Pengolahan data angket dilakukan dengan

menggunakan rumus persentase:

Keterangan :

P = Persentase

ƒ = Frekwensi

n = Jumlah Sampel

100% = Bilangan Tetap (Konstanta)

Sebagai pedoman penelitian dan penyajian data, penulis berpedoman kepada

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”, Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda

Aceh Tahun 2004.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Pergaulan Remaja

Manusia sebagai diciptakan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Sebagai makhluk individu, manusia tumbuh dan berkembang untuk

8

ƒ

n=P 100 %

Page 9: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

mempertahankan kehidupan dan menjalankan fungsinya sebagai ciptaan yang

selalu dituntut untuk selalu taat kepada sang Khalik. Dalam menjalankan

fungsinya sebagai makhluk ciptaan-Nya manusia akan berusaha untuk bertahan

hidup dengan melakukan adaptasi dan sosialisasi dengan lingkungan sesamanya

dan lingkungan sekitarnya. Karena pada dasarnya manusia memiliki keterbatasan

secara individu dalam mempertahankan kehidupan.

Menurut Sarlito Wirawan, pengertian pergaulan remaja di identikkan dengan

sekumpulan anak yang membentuk suatu kelompok (geng) dengan peraturan-

peraturan tertentu yang beragam tidak sedikit dari remaja yang salah dalam memilih

pergaulan.3

Pergaulan yang dibangun oleh remaja menimbulkan banyak persoalan dan

dinamika kehidupan remaja yang kian meresahkan. Eksistensi remaja dalam

berbagai asosiasi sosial semakin menimbulkan fenomena baru dalam realitas sosial.

Kita dapat melihat dari kasus-kasus yang dewasa ini timbul, baik itu pergaulan

bebas, seks di luar nikah, genk motor, narkoba, dan lain sebagainya. Ini semua

ditimbulkan dari bentuk asosiasi remaja dalam interaksi sosial. Hal ini dilakukan

dalam upaya pencarian jati diri dan menunjukkan eksistensi. Namun sayangnya

tidak dalam bingkai pengawasan dan pembinaan yang baik dari orang tua.

Menurut pendapat Walgito, pengertian hubungan atau interaksi manusia

sebagai berikut:

3 Sarlito Wirawan, Sarwono dkk, Seksualitas dan Fertilitas Remaja, (CV. Rajawali:

Jakarta, 1957), hal. 15.

9

9

Page 10: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

Pada dasarnya manusia adalah makluk sosial, individu dan berketuhanan. Dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan interaksi sosial dengan individu lain. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini baik lingkungan fisik maupun lingkungan psikis. Lingkungan fisik, yaitu alam benda-benda yang konkret, sedangkan lingkungan psikis adalah jiwa raga individu-individu dalam lingkungan, ataupun lingkungan rohaniah.4

Telah menjadi hukum alam bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas akan

selalu berhadapan dengan potensi manusia dan sumber daya alam yang terbatas.

Sehingga pada kondisi ini, manusia tidak dapat melepaskan diri dari hubungan

ketergantungan terhadap sesamanya. Manusia akan melakukan adaptasi dengan

lingkungannya baik homogen (sesama manusia) dan heterogen (dengan alam

sekitarnya). Dalam kehidupan nyata, hubungan yang dibangun manusia untuk

memenuhi segala kebutuhannya disebut sebagai interaksi atau pergaulan.

Allah berfirman dalam surat Al-Hujarat ayat 13, yang artinya:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Melihat”. (QS. Al-Hujarat : 49: 13).

Allah SWT menciptakan manusia dengan suku dan bangsa yang berbeda

semata-mata hanya untuk mengenal satu sama lain dan membangun ukhuwah

islamiyah. Dalam konteks ini, Allah SWT juga menegaskan bahwa ukhuwah yang

4 C. Asri Budiningsih, Faktor-faktor yang berhubungan Dengan Tahap Penalaran Moral

Remaja: Analisis Karakteristik SLTP dan SMU di Jawa (Depdiknas Dirjendikti: URGE, 2001), hal

228.

10

Page 11: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

dibangun harus dilandaskan pada rasa taqwa kepada Allah. Dan dalam pengertian

yang lain, ukhuwah merupakan suatu bentuk ibadah yang mencerminkan rasa

taqwa kepada Allah.

Pergaulan atau interaksi sosial merupakan cara seseorang untuk

bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu

kebutuhan yang sangat mendasar dan bahkan bisa dikatakan sebagai suatu

kewajiban bagi manusia yang hidup di dunia ini.

Masa remaja merupakan masa peralihan (transisi) dari masa kanak-kanak

menjadi dewasa. Dan dalam membentuk kepribadiannya, remaja akan melakukan

interaksi dengan sesamanya. Dalam hal ini, pengertian remaja sebagaimana

dijelaskan oleh C. Asri Budiningsih adalah sebagai berikut:

Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa usia 12-21 tahun”. Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian umur: 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir.5

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pergaulan remaja

adalah suatu proses alamiah yang dilakukan oleh manusia mulai dari umur 12

tahun sampai dengan 21 tahun untuk memenuhi kebutuhan, baik yang bersifat

lahiriah maupun rohaniah. Hal ini dilakukan sebagai cerminan dari

keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan secara individu. Dengan demikian

untuk membentuk kepribadian, remaja membutuhkan suatu bentuk sosialisasi

5 C. Asri Budiningsih, Faktor-faktor yang berhubungan Dengan Tahap Penalaran Moral

Remaja: Analisis Karakteristik SLTP dan SMU di Jawa (Depdiknas Dirjendikti: URGE, 2001), hal

225.

11

Page 12: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

yang sifatnya adaptatif terhadap lingkungan sekitarnya. Dan proses ini cenderung

dikenal sebagai proses pencarian jati diri.

Dalam membangun interaksi, remaja sangat peka terhadap pengaruh-

pengaruh dari luar. Masa remaja merupakan masa pancaroba, pada masa transisi

dari kanak-kanak menjadi dewasa ini ditandai dengan emosi yang labil dan

berusaha untuk menunjukkan identitas diri. Bimbingan dan perhatian orang tua

sangat diperlukan agar remaja tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif.

Pendidikan agama yang baik dalam keluarga adalah salah satu contoh perhatian

orang tua terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia

yang bermoral.

Hal ini sejalan dengan pendapat Bonner (dalam C. Asri Budiningsih, 2004)

sebagai yang menjelaskan bahwa: interaksi sosial merupakan suatu hubungan

antara dua atau lebih individu manusia, dimana perilaku individu yang satu

mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau

sebaliknya.6

Dari pengertian diatas terlihat bahwa dalam interaksi terdapat hubungan

antara pengaruh lingkungan terhadap perkembangan remaja. Meskipun tidak

digambarkan secara langsung, namun pengertian diatas menegaskan bahwa

interaksi dalam lingkungan remaja akan berdampak pada perubahan perilaku dan

pola hidup remaja itu sendiri. Hal ini disebabkan karakter masa remaja yang labil

dan masih mencari identitas dirinya.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa mengapa pergaulan remaja saat ini

seolah-olah terlepas dari aturan dan norma-norma yang berlaku, baik dari sisi 6 C. Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Rineka Cipta : Jakarta, 2004), hal. 56.

12

Page 13: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

moral maupun kaidah-kaidah agama. Hal ini berimplikasi dari kompleks nya

beberapa faktor yang memiliki benang merah terhadap perilaku remaja dalam

lingkungannya. Faktor-faktor sebagaimana tersebut diatas adalah faktor

lingkungan pergaulan, faktor sikap remaja yang sangat labil dan faktor

keterlibatan orangtua dalam pembinaan pergaulan remaja.

B. Ciri-Ciri Pergaulan yang Islami

Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa sebagai makhluk sosial, remaja

harus melakukan interaksi untuk memenuhi berbagai kebutuhannya dan mereka

tidak bisa melepaskan diri dari ketergantungan terhadap lingkungan seiring

dengan perkembangannya ke arah kedewasaan. Namun demikian, dalam

melakukan interaksi antar sesamanya, terdapat norma-norma dan kaidah kaidah

hukum yang harus dihormati dan dijunjung tinggi. Sehingga proses interaksi yang

dilakukan tidak menimbulkan kemudharatan baik bagi sesama manusia maupun

alam sekitarnya. Islam sebagai suatu pedoman hidup (way of life) telah

menetapkan berbagai kaidah yang mengatur hubungan antara sesama manusia

(hablum minan naas) dan hubungan manusia dengan Tuhannya (Hablum

minallah).

Hablum minallah, maknanya ialah perjanjian dari Allah. Yaitu masuk Islam

atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan

akherat. Atau tunduk kepada pemerintahan Muslimin dengan jaminan dari

pemerintah itu sebagaimana yang diatur oleh Syari’ah dalam perkara hak dan

kewajiban orang kafir dzimmi (yaitu orang kafir yang menjadi warga negara

13

Page 14: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

Islam) untuk mendapatkan jaminan perlindungan hak-haknya sebagai manusia di

dalam kehidupan dunia saja, dan mendapat ancaman adzab di akhirat.7

Sedangkan pengertian hablum minan naas adalah perjanjian dari kaum

Mukminin dalam bentuk jaminan keamanan bagi orang kafir dzimmi dengan

membayar upeti bagi kaum mukminin melalui pemerintahnya untuk hidup sebagai

warga negara Islam dari kalangan minoritas non Muslim. Atau dengan bahasa lain

ialah dalam berinteraksi dengan sesama manusia, maka jaminan yang bisa

dipercaya hanyalah dari kaum Muslimin yang dibimbing oleh Syari’at Allah

Ta’ala.8

Konsep hablum minan naas ini mengatur tentang bagaimana seharusnya

manusia memperlakukan manusia sebagai manusia seutuhnya, tanpa harus melihat

bagaimana ciri lahir manusia itu sendiri. Karena sebaik-baik manusia disisi Allah

adalah manusia yang bertaqwa kepada-Nya. Sedangkan konsep hablum minallah

mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, melalui penghambaan diri

manusia sebagai ciptaan-Nya (makhluk) terhadap Penciptanya (khalik).

Untuk lebih rinci, konsep atau karakter pergaulan atau interaksi sosial dalam

islam sebagaimana disebutkan oleh Taufik Ismail adalah: 1. Ta’aruf, 2. Tafahum,

3. Ta’awun.9

1. Ta’aruf

Manusia tidak mungkin dapat membangun dan melakukan hubungan sosial

dengan sesamanya tanpa mengenal satu sama lain. Proses mengenal dalam hal ini

7 Dr. Najah Ahmad Azh Zhihar, Mutiara-mutiara Akhlaq yang Hilang, BlackVeil’s Private Blogs, wordpress.com, Edisi 1 Januari 2009, hal. 2

8 Dr. Najah Ahmad Azh Zhihar, Mutiara-mutiara..., hal. 2. 9 H. Taufik Ismail, Lc, Etika Pergaulan Menurut Islam, http://id.shvoong.com/, hal. 1

14

Page 15: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

tidak hanya sebatas mengenal nama atau sebutan yang dilekatkan padanya, akan

tetapi merupakan suatu bentuk identifikasi yang menyeluruh terhadap karakter

yang dibawa oleh manusia. Sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia,

melalui proses ta’aruf manusia akan mengetahui sejauhmana kecocokan antar

sesama yang memungkinkan hubungan sosial terjadi. Dengan kata lain, suatu

hubungan sosial cenderung dilandaskan pada suatu ketergantungan terhadap yang

lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan

Lebih jelasnya, Taufik Ismail menjelaskan : “Ta’aruf atau saling mengenal

menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi

dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama,

kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang”.10

Dalam Islam, salah satu bentuk sosialisasi dari ta’aruf adalah mengucapkan

salam ketika bertemu dengan orang lain yang sesama muslim. Salam merupakan

media yang paling sederhana untuk menyampaikan rasa simpati dan kepedulian

terhadap sesama. Melalui salam kita juga akan lebih mengenal sesama muslim,

dan kita dapat mengetahui dengan jelas siapa saudara kita sesungguhnya sehingga

hubungan silaturrahim antara sesama muslim dapat terjaga.

2. Tafahum

Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita

bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu

juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam

pergaulan. Dengan memahami kita dapat memilah dan memilih siapa yang harus

10 H. Taufik Ismail, Lc, Etika Pergaulan Menurut Islam, http://id.shvoong.com/, hal. 2

15

Page 16: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin

sifatnya jahat. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat

kita.

Dalam hal ini, Taufik Ismail menggambarkan “Bergaul dengan orang shalih

ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang

harum setiap kita bersama dengannya. Sedang bergaul dengan yang jahat ibarat

bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika

kita bersamanya.” 11

Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang

shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalihan. Dan begitu

juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti

akan membawa kepada keburukan perilaku (akhlakul majmumah).

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa tafahum menuntut kita untuk

memilih karakter yang terbaik dalam bergaul, sehingga pergaulan dan interaksi

yang dilakukan dapat memberikan pengaruh yang konstruktif terhadap

pengembangan dan penguatan potensi diri.

3. Ta’awun

Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum

tumbuh sikap ta’awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan

menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat

menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan

11 Ibid, hal. 2

16

Page 17: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

takwa. Rasullullah SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang

yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.

Bekti Istiyanto menjelaskan bahwa:

Baik ta’aruf dan tafahum akan bermuara pada satu kata “ta’awun” yang mengandung pengertian saling tolong menolong antar sesama. Ta’wun merupakan tujuan dari hubungan sosial dalam Islam, dimana sebuah hubungan akan berdampak konstruktif terhadap perkembangan suatu masyarakat maupun lingkungan apabila terdapat pengaruh negatif yang mewarnai hubungan tersebut. Dengan kata lain, suatu individu akan terasa manfaat dari kehadirannya apabila memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan individu yang lainnya. Karena pada dasarnya, budaya sudah menjadi konsekwensi dari suatu interaksi sosial. Hanya saja, kita sebagai individu harus dapat memilih dan memilah pengaruh yang bagaimana seharusnya diberikan dan diterima dari hasil hubungan sosial tersebut.12

Pada akhirnya, konsep pergaulan yang menjadi karakter pergaulan menurut

Islam ini baru mendapat ridha Allah jika dilakukan dengan ikhlas dan semata-

mata mengharapkan ridha dari Allah SWT. Artinya, seberapa besar yang

diberikan dan dikorbankan dalam suatu hubungan sosial harus dilakukan tanpa

pamrih. Dengan kata lain, ikhlas menjadi kunci utama dalam interaksi sosial,

termasuk ketika kita mengenal, memahami dan saling menolong. Selain itu,

tumbuhkan juga rasa cinta karena Allah.

Menurut Bekti Istiyanto, selain konsep pergaulan yang mengatur hubungan

sosial manusia (hablum minan naas) diatas, secara lebih khusus, Islam juga

mengarahkan arah pergaulan yang dibangun oleh generasi muda Islam. Karena

bagi Islam, generasi muda merupakan aset yang memiliki tugas dan tanggung

jawab sebagai berikut:13

12 S. Bekti Istiyanto, S.Sos, Remaja dan Etika Pergaulan Dalam Islam,

http://www.wikipedia.com//, hal. 1-2.13 Ibid, hal. 3.

17

Page 18: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

1. Sebagai penyambung generasi kaum beriman, 2. Sebagai pengganti orang-orang yang beriman yang telah terkikis

imannya, 3. Sebagai reformer spiritual terhadap kaum yang telah menyimpang

dari agama, dan 4. Sebagai unsur perbaikan,14

Pertama, remaja sebagai penyambung generasi kaum beriman, Allah SWT

berfirman dalam Surat At-Thur ayat 21, dan 25, sebagai berikut.

Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”.(Q.S. At-Thur : 21)

Team penerjemah Mizan mencoba memberikan penafsiran dari ayat tersebut

sebagai berikut.

“Orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya serta anak cucu mereka turut beriman, maka kami menyusulkan anak cucunya kepada mereka untuk masuk syurga dan dan memperoleh derajat meskipun anak cucunya tidak berbuat seperti mereka perbuat. Hal itu kami perbuat sebagai anugerah untuk bapak-bapak mereka, dengan dikumpulkan anak cucunya bersama mereka serta agar mata mereka terhibur dan mereka menjadi tenang. Kami tidak mengurangi pahala bapak mereka sedikit pun, lalu ditambah pahala amal anak cucu mereka dan memberikan karunia kepada mereka. Pada hari kiamat nanti setiap orang bergantung pada amalnya masing-masing, baik itu amal-amal buruk atau amal-amal yag baik. Oleh karena itu tidak disiksa mereka karena dosa orang lain”.15

Dari tafsir ayat tersebut jelas terlihat bahwa pemuda sebagai generasi

penerus memiliki kewajiban untuk menyampaikan ajaran Islam dalam bentuk 14 Ibid, hal. 3.15 Team Penerjemah Mizan, Qur’an Seven, (Mizan : Bandung, 2007), hal. 419

18

Page 19: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

dakwah dan syiar kepada generasi selanjutnya. Dan Allah juga memberikan

balasan setimpal dari setiap dakwah dan syiar yang dilakukan. Selain itu pula

Allah akan meminta pertanggungjawaban dari segala sesuatu yang dilakukan oleh

umat muslim selama hidupnya.

Selanjutnya pada ayat 25 Allah SWT berfirman sebagai

berikut:

Artinya : “Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya”.(Q.S. At-Thur: 25)

Tafsir dari ayat ini adalah “Mereka saling berhadapan disurga dan saling

bertanya tentang keadaan yang pernah dilakukan semasa di dunia”.16

Dari penafsiran ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa Allah

menggambarkan kondisi manusia yang memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu.

Oleh karenanya, merupakan kewajiban sesama muslim untuk menyampaikan

pengetahuan dan hikmah dalam bentuk pendidikan dan pengajaran baik yang

bersifat formal maupun informal.

Beberapa ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa generasi muda atau remaja

dalam Islam memiliki tanggung jawab untuk meneruskan apa yang telah di rintis

oleh generasi sebelumnya. Jika dikaitkan salah satu fungsi manusia didunia

sebagai khalifah, maka dapat dijelaskan bahwa tugas generasi muda islam adalah

meneruskan syiar islam yang telah di jalankan oleh generasi sebelumnya, baik

oleh generasi para Rasul dan sahabatnya maupun syiar yang telah diperjuangkan

oleh para ulama sebelumnya.

16 Ibid, hal. 419.

19

Page 20: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

Fungsi yang kedua, generasi muda islam sebagai pengganti orang-orang

yang beriman yang telah terkikis imannya, sebagaimana firman Allah SWT dalam

surat Al-Maidah ayat 54, sebagai berikut:

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui”.(Q.S. Al-Maidah: 54)

Penafsiran ayat ini adalah ayat bil ayat, artinya tidak ada ambiguitas

(keraguan makna) yang terkandung didalamnya. Oleh karenanya, ayat tersebut

sangat jelas menegaskan bahwa generasi muda berfungsi untuk mengganti

genarasi terdahulu yang telah terkikis imannya karena berbagai pengaruh duniawi.

Dan dalam hal ini generasi muda harus kembali kepada fitrahnya sebagai khalifah

pembawa syiar dalam lingkungannya.

Kita menyadari bahwa manusia memiliki berbagai keterbatasan baik secara

fisik maupun psikis. Semakin bertambah usia, kemampuan manusia untuk

memahami dan men-syiarkan Islam semakin menurun, untuk itu, generasi muda

memiliki peran penting untuk menggantikan generasi sesudahnya melakukan

dakwah dan syiar Islam.

20

Page 21: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

Pada sisi yang lain, manusia dengan bertambahnya usia, kondisi

keimanannya akan mengalami degradasi atau penurunan kadar keimanan yang

disebabkan oleh banyak faktor, baik itu ekonomi, rendahnya pendidikan agama

dan sebab-sebab yang lain. Oleh karenanya, generasi muda berfungsi sebagai

“penyegar” bagi generasi sebelumnya. Fungsi ini dapat diimplementasikan

melalui dakwah dan syiar secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, misalnya

penyelenggaraan majelis taklim, remaja mesjid, maupun pengembangan program

pemberdayaan masyarakat.

Selanjutnya Allah menegaskan fungsi generasi muda islam ketiga sebagai

reformer spiritual terhadap kaum yang telah menyimpang dari agama,

sebagaimana dalam Surat Al-Maidah ayat 104 sebagai berikut:

Artinya : “Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah untuk Kami apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya". dan Apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?”.(Q.S. Al-Maidah: 104)

Tafsir dari ayat tersebut adalah “Apabila orang musyrik diseru untuk

mengikuti hukum Allah dalam Al-Quran dan rasul yang menyampaikan, mereka

menjawab ‘cukup agama nenek moyang kami saja’, dan mereka tidak beriman”.17

17 Ibid, hal. 99.

21

Page 22: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

Dari penafsiran ayat diatas terlihat bahwa generasi muda islam memiliki

fungsi untuk meluruskan kembali beberapa persoalan yang menyimpang dari

ketentuan agama yang dilakukan oleh generasi sebelumnya. Dan dari ayat ini pula

terlihat bahwa fungsi syiar merupakan tugas utama dari generasi muda dalam

memperbaiki berbagai bentu perilkau dan karakter manusia, sehingga akan

terwujud suatu tatanan sosial yang baik dan bermartabat baik disisi manusia

maupun di sisi Allah SWT.

Yang terakhir, tugas generasi muda sebagai unsur perbaikan sebagaimana

firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 13-14.

Artinya : “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan Kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; Kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya Kami kalau demikian telah mengucapkan Perkataan yang amat jauh dari kebenaran".(Q.S. Al-Kahfi: 13-14)

Penafsiran ayat tersebut sebagaimana diberikan oleh team penerjemah

Mizan adalah sebagai berikut.

“Kami menuturkan kisah mereka padamu secara detil, benar dan jujur bahwa mereka adalah pemuda yang beriman kepada Allah, yang bersih dari kemusyrikan dan Kami juga tambahkan keteguhan iman dan taufik kepadanya. Kami kuatkan hati mereka dengan kesabaran menghadapi segala penderitaan, ketika mereka berdiri di depan raja yang otoriter (Dzikyaminus), dia memerintahkan mereka bersujud kepada berhala, tapi mereka menolak seraya berkata "Tuhan Kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; Kami sekali-kali tidak

22

Page 23: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya Kami kalau demikian telah mengucapkan Perkataan yang amat jauh dari kebenaran" ”.18

Dari penafsiran dua ayat tersebut, maka jelaslah bahwa generasi muda

memegang peranan penting sebagai unsur perbaikan dan perubahan. Dimana

generasi muda dituntut untuk menjadi agent of change dari generasi sebelumnya

yang telah mengalami kemerosotan nilai dalam berbagai sisi kehidupan, baik

dalam kehidupan pribadinya maupun dalam interaksi sosialnya.

Sayangnya, kebanyakan pemuda tidak memahami tugas berat ini karena

lemahnya pemahaman terhadap Islam yang syamil dan mutakamil. Suatu hal yang

ironis, dikarenakan banyak tugas berat yang tidak mereka sadari karena ketidak

pahaman atas makna dasar kehidupan ini. Seperti dari mana mereka berasal, untuk

apa diciptakan dan akan bagaimana mereka hidup. Jarang jawaban yang dapat kita

ambil dari mereka saat ditanya siapa idolanya, yang menjawab tokoh-tokoh

panutan umat. Tapi justru tokoh glamour yang cenderung hedonisme (keduniaan)

seperti artis, atlit-lah yang kebanyakan mereka agung-agungkan dan dijadikan

teladan hidup.

Satu masalah yang perlu mendapat perhatian serius adalah bebasnya

hubungan antar jenis diantara pemuda yang nantinya menjadi tonggak

pembaharuan. Islam sangat memperhatikan masalah ini dan banyak memberikan

rambu-rambu untuk bisa berhati-hati dalam melewati masa muda. Suatu masa

yang akan ditanya Allah di hari kiamat diantara empat masa kehidupan di dunia

ini.

18 Opcit, hal. 235.

23

Page 24: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

Oleh karenanya, Islam memberikan beberapa norma dan tata aturan

pergaulan remaja sebagai berikut:

1. Rambu hati

Hati merupakan sumber dari berbagai tindakan yang dilakukan manusia

dalam hidupnya. Terjaga tidaknya hati manusia tercermin dari tindakan dan

sikapnya. Seseorang akan selalu berbuat kebajikan dan menjauhi larangan Sang

Khalik jika hatinya terjaga dari berbagai godaan dan bujukan setan.

Begitu pula halnya dengan remaja yang kondisi fisik dan psikisnya sedang

berkembang menjadi dewasa. Mereka rentan dengan berbagai rasa ingin tahu

terhadap lingkungannya, baik sosial maupun lingkungan alam. Salah satu

bentuknya adalah sosialisasi remaja dengan sesamanya. Namun, ada satu hal yang

harus diwaspadai dari sosialisasi yang mereka lakukan adalah tumbuhnya zina dan

maksiat yang disebabkan tidak mantapnya kondisi hati.

Zina pada dasarnya adalah segala sesuatu bentuk perbuatan atau perilaku

yang bisa mendatangkan syahwat, baik bagi subjeknya maupun bagi objeknya.

Dalam hal ini, zina hati dimaksudkan sebagai niat untuk melakukan sesuatu yang

memuaskan syahwat.19

Dengan demikian, menjaga dan memelihara kesucian hati wajib hukumnya.

Kegiatan menjaga dan memelihara kesucian hati semata-mata hanya dapat

dilakukan melalui ibadah serta berzikir kepada Allah dan bisa juga diwujudkan

dalam kegiatan belajar serta kajian-kajian keagamaan. Sehingga hubungan dan

sosialisasi yang dibangun diharapkan memberikan hal-hal positif dan bermanfaat

19 S. Bekti Istiyanto, S.Sos, Remaja…, hal. 2.

24

Page 25: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

bagi remaja dapat terwujud. Dan sangat disayangkan jika hubungan dan interaksi

yang dilakukan remaja akan berbuah aib dan nista bagi mereka.

2. Rambu mata

Mata merupakan salah satu indera yang digunakan manusia untuk melihat

berbagai fenomena yang terjadi disekitarnya. Segala sesuatu yang dilihat oleh

mata akan direkam dan direspon oleh otak, untuk selanjutnya kita memberikan

reaksi terhadap apa yang kita lihat. Jika yang kita lihat itu menarik perhatian kita,

maka kita akan mencoba menikmatinya dengan menatapnya untuk jangka waktu

yang relatif lama.

Fenomena yang zina dan maksiat yang kini timbul pada kalangan remaja

tidak terlepas dari salah satu indera ini. Pendeknya, remaja merespon pandangan

mereka terhadap lawan jenis. Dan tanpa faktor keimanan yang tinggi, remaja

terobsesi untuk berhubungan dengan lawan jenis.

Namun demikian, Allah SWT masih memberi batas toleransi mata hanya

sebatas pada pandangan pertama. Ini mengindikasikan bahwa betapa indahnya

hukum dan kaidah yang telah ditetapkan dalam islam, hanya saja kita sebagai

umatnya seperti kehilangan pegangan ketika berhadapan dengan berbagai

persoalan yang berhubungan dengan batasan-batasan nafsu syahwat.

3. Rambu telinga

Adanya larangan untuk mendengar perkataan-perkataan yang tidak senonoh

dan jorok. Islam menjaga hubungan pergaulan manusia dari berbagai sisi, salah

satunya adalah menjaga perkataan dan ucapan jorok. Hal ini perlu dilakukan

25

Page 26: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

untuk menghindari berbagai konflik yang umumnya dimulai dari ucapan dan kata-

kata yang tidak mengenakkan.

4. Rambu tangan

Menjaga tangan dari berbagai bentuk kejahatan, adalah wajib hukumnya

dalam Islam. Tujuannya adalah untuk menjaga interaksi agar tetap berjalan baik

dan terjaga dari hal-hal terlarang.

Salah satu bentuk zina tangan adalah berbentuk masturbasi. Karena pada

dasarnya masturbasi merupakan perbuatan yang sangat keji dan merendahkan

harkat dan martabat manusia.20

Selain itu, bentuk-bentuk kenakalan remaja yang disebabkan oleh jahilnya

tangan juga akan berdampak terhadap kondisi lingkungannya. Misalnya, ketika

remaja suka mencuri, berkelahi dan sebagainya justru akan menganggu

ketentraman lingkungan sekitarnya. Bahkan pandangan masyarakat terhadap

remaja dimaksud juga tidak baik. Oleh akrenanya, sebagai remaja yang islami

sudah saatnya kita dapat menjaga seluruh indera kita dalam membangun ukhuwah

dan silaturrahim sehingga bernilai ibadah dan mendapat ridha serta ganjaran yang

setimpal dari Allah Swt.

5. Rambu kaki

Larangan untuk melangkahkan kaki ke tempat-tempat maksiat atau tempat

dimana terjadi pembauran laki-laki wanita yang tidak dikehendaki dalam Islam.

Khusus wanita dilarang menghentakkan kaki dengan maksud memperlihatkan

perhiasan.

20 S. Bekti Istiyanto, S.Sos, Remaja…, hal. 5.

26

Page 27: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

Bahwa pada dasarnya tubuh wanita merupakan perhiasan yang wajib dijaga,

bukannya dipamerkan keindahannya. Sebagaimana halnya batas aurat dalam

shalat, bagi wanita menutup tubuhnya dengan pakaian yang telah ditetapkan

hukumnya adalah wajib.

6. Rambu suara

Islam melarang dengan tegas bagi wanita muslim untuk mengeksploitasi

suara mereka sehingga dapat menimbulkan syahwat. Sebagaimana disebutkan

dalam firman Allah berikut.

Artinya: “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti

wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik”.(Q.S. Al-Ahzab: 32)

Islam dengan jelas menegaskan larangan mengumbar suara yang dapat

memancing syahwat bagi yang mendengarnya. Karena zina tidak hanya dapat

ditimbulkan melalui tindakan anggota badan lainnya. Suara juga dapat merupakan

suatu media untuk mengeksploitasi birahi bagi pendengarnya melalui rayuan,

desahan dan bentuk lainnya. Dan sebagaimana kita temukan dalam media massa

dewasa ini, dimana suara dijadikan suatu pendekatan yang memancing syahwat

(sex appeal) yang menjadi subjek media tersebut. Dan yang sangat disayangkan

adalah adanya pandangan dari publik figur untuk memanfaatkan kemampuan

fisiknya menjadi publik figure (artis).

27

Page 28: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

Ayat ini tentu tidak hanya ditujukan buat isteri Rasul semata. Untuk itu kita

perlu berhati-hati terhadap suara yang mendayu, mendesah, merayu seperti sering

dieksploitasi media massa, sehingga akan menimbulkan keinginan lelaki untuk

melakukan zina atau bentuk perbuatan lainnya yang dapat mendatangkan syahwat.

7. Rambu seluruh tubuh,

Dasarnya adalah firman Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 1 dan 31 serta

surat Al-Ahzab ayat 59 sebagai berikut:

Artinya : “(ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya”.(Q.S. An-Nur : 1)

Ayat diatas merupakan penghulu surat Al-Azhab, yang

menegaskan hukum-hukum menjaga anggota badan bagi

manusia dalam menjalankan hubungan dan interaksi sesamanya

(hablum minan naas). Pada ayat pertama ini Allah menegaskan

bahwa ayat-ayat sesudahnya yang berisi sumber hukum dan

batasan-batasan yang sangat jelas untuk diikuti dan ditaati.

Artinya : :Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-

isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Q.S. An-Nur: 59)

28

Page 29: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

Ayat di atas mewajibkan wanita muslimah untuk menutup seluruh tubuh

kecuali muka dan telapak tangan, kecuali muhrimnya. Sementara untuk pria

auratnya adalan antara pusar dengan lutut.

Dengan demikian, dalam Islam sudah sangat jelas batasan-batasan dan

sumber hukum yang menyangkut anggota badan baik bagi wanita maupun pria,

baik dalam melakukan hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan melakukan

hubungan antara sesama manusia (hablum minan naas). Sehingga tidak ada

keraguan bagi kita dalam memilih dan menentukan pakaian dan sikap yang

seharusnya kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin sangat wajar kita

disebut ‘tidak tahu diri’ jika dalam kehidupannya tidak dapat menghormati dan

mentaati hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah dalam Al-Qur’an.

Selanjutnya, menurut Bekti Istiyanto, dalam pergaulan remaja menurut

Islam terdapat aturan baku yang harus ditaati, antara lain :

1. Wajib atas pria dan wanita untuk menundukkan pandangannya, kecuali empat hal :a. bertujuan meminangb. belajar-mengajarc. pengobatand. proses pengadilan (At-Tarbiyah Al-Aulad Fil Islam,

Abdullah Nashih Ulwan)2. Menutup aurat secara sempurna, tidak sekadar tutup tapi masih

kelihatan lekuk tubuh dan bentuknya.3. Larangan bepergian buat wanita tanpa muhrim sejauh perjalan

sehari semalam (pendapat lain, seukuran jamak sholat).4. Bagi yang sudah berkeluarga, seorang isteri dilarang pergi tanpa

ijin suami.5. Larangan ber-tabarruj bagi wanita (bersolek/berdandan untuk

memperlihatkan perhiasan dan kecantikan kepada orang lain) kecuali untuk suami.

6. Larangan ber-khalwat (berdua-dua antara pria dan wanita di temapat sepi)

7. Perintah untuk menjauhi tempat-tempat yang subhat, menjurus maksiat.

29

Page 30: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

8. Anjuran untuk menjauhi ikhtilat antara kelompok pria dan kelompok wanita.

9. Hubungan ta’awun (tolong menolong) pria dan wanita dilakukan dalam bentuk umum, seperti mu’amalah.

10. Anjuran segera menikah, bila tidak mampu suruhan berpuasa dilaksanakan.

11. Anjuran bertawakkal, menyerahkan segala permasalahan pada Allah.

12. Islam menyuruh pria dan wanita untuk bertakwa kepada Allah sebagai kendali internal jiwa seseorang terhadap perbuatan dosa dan maksiat.21

Kita memahami bahwa masa muda adalah masa yang sangat berat.

Ditambah faktor eksternal yang demikian kuat membelokkan tujuan utama

beribadah mencapai ridha Allah, maka dalam penyampaian kebenaran ini juga

perlu mendapat perhatian yang seksama. Kita tidak bisa saja dengan gampang

memberi peringatan tanpa memahami uslub dan wasilah dakwah dan mengerti

sejauh mana pemahaman yang dipahami teman dan masyarakat kita. Terakhir

dalam dakwah tentang pergaulan Islam, kita dianjurkan untuk tidak ekslusif

artinya justru bergaul hanya kepada orang yang sepaham saja dan meninggalkan

mereka yang awam terhadap Islam. Terpenting untuk menyerahkan diri kepada

Allah segala urusan dan memperkuat ibadah-ibadah yang makin mengeratkan

hubungan dengan Allah sehingga lebih bisa menjaga diri dari perbuatan yang

mendekati zina, yang diharamkan Allah.

C. Peranan dan Fungsi Orang Tua Dalam Membina Pergaulan Remaja

Dalam ajaran Islam, pihak yang paling bertanggung jawab dalam

memberikan pendidikan akhlak terhadap anak-anak adalah orang tuanya sendiri.

Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran maupun Hadits menyatakan bahwa anak

merupakan amanah yang harus dijaga dan di tangan orang tua lah tanggung jawab 21 S. Bekti Istiyanto, S.Sos, Remaja..., hal. 6-7

30

Page 31: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

yang besar dalam menjaga anak-anaknya agar terhindar dari perilaku dan akhlak

yang buruk. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(Q.S. At-Tahrim: 6)

Melalui ayat di atas Allah mengingatkan bahwa orang tua (ayah-ibu) yang

beriman dan beramal saleh saja belumlah cukup menjaga dirinya dari azab neraka.

Tetapi, Iman harus dipelihara, dirawat dan dipupuk dengan cara menjaga

keselamatan keluarga dan seisi rumah tangga yang meliputi anak dan istri atau

sanak saudara dari perbuatan yang menyimpang dari ajaran Islam.

Karena Islam memandang bahwa setiap orang adalah pemimpin, termasuk

kepala keluarga, maka di akhirat nanti, setiap kepala keluarga akan diminta

pertanggung-jawabannya atas segala kepemimpinannya dalam keluarga, termasuk

bagaimana ia memberikan perhatian terhadap istri dan anak-anaknya. Bukan

hanya tanggung jawab memberikan nafkah lahir dan batin, tetapi yang lebih

penting adalah tanggungjawab dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam.

Pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama

dalam pendidikan Islam. Karena dengan budi pekerti itulah

tercermin pribadi yang mulia, sedangkan pribadi yang mulia itu

adalah pribadi yang utama yang ingin dicapai dalam mendidik

31

Page 32: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

anak dalam keluarga. Namun sayangnya, tidak semua orang tua

mampu melakukannya. Buktinya dalam kehidupan di masyarakat

sering ditemukan anak-anak nakal dengan sikap dan perilaku

yang tidak hanya terlibat dalam perkelahian, tetapi juga terlibat

dalam pergaulan bebas, perjudian, pencurian, narkoba, dan

sebagainya.

Perilaku seksual remaja sudah tidak dapat ditoleransi lagi. dalam berpacaran mencium bibir, memegang buah dada, memegang alat kelamin lawan jenis dan bahkan sampai melakukan senggama, sepertinya merupakan hal biasa bagi para remaja. Bahkan ada diantara mereka yang merasa senang melakukannya.22

Ironis memang, tetapi inilah kenyataan objektif dalam

kehidupan dikalangan remaja. Tentu saja masalah ini tidak

berdiri sendiri, tetapi banyak faktor yang menjadi penyebabnya,

yang antara lain karena kurangnya perhatian dari orangtua

terhadap pergaulan anak dalam lingkungan, kurangnya

pendidikan agama, miskinnya pendidikan akhlak, atau karena

kesalahan memilih teman.

Keluarga adalah lingkungan yang pertama kali di kenal anak,

berarti lingkungan ini yang terdekat dengan anak. Di sini peran

orang tua sangat menonjol di bandingkan dengan yang lain. Orang

tua memiliki dasar pemikiran yang berbeda, sehingga pemahaman

dan pengetahuan tentang agama sering menjadi benturan dalam

22 Sarlito Wirawan, Sarwono dkk, Seksualitas dan Fertilitas Remaja, (CV. Rajawali:

Jakarta, 1957), hal. 27.

32

Page 33: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

memberikan bekal aqidah yang kuat bagi anak. Orang tua juga

mempunyai kebutuhan lain yang harus di penuhi yang juga menyita

waktunya sehingga mereka hanya mempunyai waktu yang terbatas

untuk membekali anaknya tentang pendidikan moral dan agama.

Hal itu merupakan salah satu alasan mengapa orang tua

menyerahkan pendidikan anaknya pada sekolah Islam. Orang tua

pasti menginginkan agar anaknya kelak menjadi anak yang baik.

Berbagai macam cara dan usahapun mereka lakukan untuk

mewujudkan keinginan tersebut, antara lain yaitu memberikan

bimbingan dan pengarahan tentang agama dengan baik sejak kecil,

mengawasi pergaulan anak dengan teman sebaya, memasukkan

anak ke dalam sekolah yang mengajarkan pendidikan agama lebih

banyak.

Para ahli pendidikan Islam menyatakan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa

pendidikan Islam, sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik jiwa

dan akhlak. Memberikan pendidikan akhlak kepada anak-anak harus disertai

dengan contoh yang baik dari kedua orang tuanya. Pendidikan akhlak yang

diberikan kepada anak-anak tidak akan berarti apabila kedua orang tuanya tidak

bisa memberikan contoh perilaku yang baik.

Dengan demikian, berdasarkan firman Allah, hadits Nabi serta berbagai

pendapat para ahli yang telah dijelaskan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa

dalam perkembangan remaja dalam lingkungan pergaulan sesamanya sangat

membutuhkan perhatian dan pengawasan dari orangtua. Orangtua berkewajiban

memberikan pendidikan dan penanaman budi pekerti yang menjadi bekal moral

33

Page 34: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

bagi remaja dalam memasuki dan beradaptasi dalam lingkungannya. Sehingga

dengan moralitas yang tinggi, remaja mampu memilih dan memilah antara

pengaruh yang baik ataupun tidak yang pada akhirnya akan mewarnai sifat dan

karakter remaja. Dan dalam Islam, wajib hukumnya bagi orangtua membina

pergaulan yang dibina oleh remaja agar terhindar dari perilaku serta budaya yang

bertentangan dengan syariat.

Berdasarkan uraian diatas, maka peranan dan fungsi orangtua dalam konteks

hubungan dan interaksi remaja dapat sebagai berikut:

1. Mendidik anak-anak secara islami dengan mengamalkan ajaran dan nilai-

nilai islami dalam konteks individual maupun sosial.

2. Membina hubungan yang dibangun oleh anak-anak agar sesuai dengan nilai-

nilai dan ajaran islam, sehingga pola hubungan yang dibangun tidak keluar

dari koridor islam.

3. Mengawasi hubungan dan interaksi yang dibangun oleh anak-anak baik

dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat sehingga

senantiasa sejalan dengan tuntunan agama.

4. Melakukan evaluasi terhadap hubungan yang dibangun dengan

memperhatikan berbagai pengaruh yang ditimbulkan dari interaksi remaja

terhadap perkembangan remaja baik secara fisik maupun pisikis. Sehingga

orangtua dapat menentukan dan memperbaiki kerangka interaksi yang

dibangun oleh remaja apabila terdapat gejala-gejala yang tidak diinginkan

dari interaksi dimaksud.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergaulan Antar Remaja

34

Page 35: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

kedewasaan. Pada fase ini, remaja sangat rentan terhadap berbagai pengaruh

lingkungan, umumnya yang berasal dari lingkungan sekitar tempat dimana remaja

tersebut tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya dapat memberi warna dan

membentuk kepribadian remaja.

Salah satu pengaruh lingkungan yang memberikan pengaruh yang sangat

drastis terhadap perkembangan moral dan mental remaja adalah kemajuan

teknologi informasi. Imam Bawani menjelaskan fenomena pengaruh teknologi

terhadap perkembangan remaja sebagai berikut:

Gerakan modernisasi yang meliputi segenap aspek kehidupan manusia menimbulkan terjadinya pergeseran pada pola interaksi antar individu dan berubahnya nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi antar individu menjadi bertambah longgar dan kontak sosial yang terjadi semakin rendah kualitas dan kuantitasnya. Kemajuan alat komunikasi menyebabkan muculnya alat-alat komunikasi yang memungkinkan manusia berkomunikasi dari jarak jauh secara langsung, sehingga berdampak berkurangnya budaya silaturahmi antar individu.23

Dari pengertian diatas, terlihat bahwa pada satu sisi kemajuan teknologi

sebagai simbol dari gerakan modernisasi memiliki dampak yang berbeda terhadap

perkembangan individu. Pada satu sisi, teknologi dapat memudahkan komunikasi

dan silaturrahmi dan pada sisi kemudahan itu justru membuat hubungan sosial

menjadi semakin longgar dan rendah kualitas atau kuantitasnya. Artinya,

hubungan sosial hanya dilakukan melalui hubungan telepon, tanpa harus

23 Bawani, Imam, Pengantar Ilmu Jiwa Perkembangan, (PT. Bina Ilmu: Surabaya, 1991),

hal. 63.

35

Page 36: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

mengunjungi, melihat dan memahami berbagai persoalan yang dihadapi oleh

sesama.

Pada sisi yang lain, H. Sunarto dan Ny. Agung Hartono menjelaskan bahwa:

Remaja merupakan golongan masyarakat yang mudah kena pengaruh dari luar. Hal ini tampak pada kecenderungan untuk lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain. Jadi, tidaklah mengherankan apabila di kota-kota besar tersebut nilai-nilai pengabdian, kesetiakawanan dan tolong-menolong mengalami penurunan sehingga yang nampak adalah perwujudan kepentingan diri sendiri dan rasa individualis. Ini memungkinkan orang tidak lagi mempedulikan orang lain sehingga enggan untuk melakukan tindakan pro-sosial.24

Bentuk perilaku anti sosial yang dilakukan remaja semakin beragam seolah-

olah mengambarkan mulai pudarnya nilai-nilai moral dikalangan remaja. Mereka

berusaha memperoleh manfaat dengan melakukan tindakan yang menguntungkan

atau menyenangkan, tapi dalam kenyataan sering merugikan dan menganggu

keamanan masyarakat dengan berbagai perilaku yang menyimpang. Sejalan

dengan persoalan ini, Gunarsa memberikan penjelasan sebagai berikut:

Remaja tidak lagi hanya mencoret-coret tembok, membolos, kebut-kebutan di jalan raya atau pun berkelahi, tetapi perbuatan remaja yang dilakukan saat ini mulai merambah ke segi-segi kriminal secara yuridis formal, menyalahi ketentuan-ketentuan yang ada didalam kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), seperti pencurian, pencopetan, pemerasan, pemerkosaan, pembunuhan atau penyalahgunaan obat terlarang.25

Lingkungan sosial mempunyai peranan besar terhadap perkembangan

remaja. Lingkungan sosial sebagai bagian dari komunitas sosial memegang

24 H. Sunarto, Ny. Agung Hartono, B, Perkembangan Peserta Didik, (Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta, 2001), hal. 223.25 Gunarsa, D. Singgih, Psikologi Remaja, (PT. BPK. Gunung Mulia: Jakarta, 1991), hal.

68.

36

Page 37: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

peranan yang strategis bagi kehidupan sosial masyarakat. Pada masa remaja

lingkungan sosial yang dominan antara lain dengan teman sebaya.

Menurut Mappiare, kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial

pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan

anggota keluarganya.26

Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok baru yang memiliki

ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan

rumah. Bahkan apabila kelompok tersebut melakukan penyimpangan, maka

remaja juga akan menyesuaikan dirinya dengan norma kelompok. Remaja tidak

peduli dianggap nakal karena bagi mereka penerimaan kelompok lebih penting,

mereka tidak ingin kehilangan dukungan kelompok dan tidak ingin dikucilkan

dari pergaulan. Sebagian dari remaja mengambil jalan pintas untuk

menghindarkan diri dari masalah sehingga cenderung untuk keluyuran dan

melakukan tindakan pergaulan yang salah dengan teman-temannya. Akibatnya

banyak yang terjerumus dalam tindak kenakalan seperti menipu, berkelahi,

mencuri dan sebagainya.

Pada pengertian lain Hurlock, mengatakan bahwa seseorang yang memiliki

ciri tertentu secara berlebihan bisa menimbulkan penerimaan yang kurang baik,

meskipun ciri itu sendiri merupakan ciri yang sangat dikagumi.27

Sebagai contoh individu akan memiliki peluang yang lebih besar untuk

dapat diterima dalam masyarakat bila dia murah hati daripada bila dia kikir. Akan

26 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Usaha Nasional : Surabaya, 1982), hal. 76.27 Hurlock, E.B, Perkembangan Anak, Alih Bahasa Meitasari Tjanrasa dan Muchlisah

Zakarsih, (Erlangga : Surabaya, 2001), hal. 128.

37

Page 38: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

tetapi, bila dia terlalu murah hati, membagi-bagikan hadiah begitu saja kekanan

kiri, mungkin akan timbul kesan bahwa dia mencoba ‘membeli’ dukungan.

Pergaulan dengan teman sebaya serta akibat yang ditimbulkan merupakan hal

yang sangat penting sebab menciptakan perilaku dan bentuk tingkah laku yang

akan dibawanya ketika dewasa. Remaja mudah terjebak atau terlibat pada

perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Banyak remaja yang punya keinginan

tampil beda, namun ada beberapa remaja yang salah jalur dalam menunjukkan jati

dirinya.

Remaja kadang bertingkah laku di luar kewajaran seperti minum-minuman

keras atau terjerumus dalam perkara kriminal, sebagaimana dijelaskan oleh

Hurlock bahwa:

Perilaku anti sosial ini sering terjadi karena dipengaruhi perilaku teman-temannya untuk melakukan tindakan yang tidak baik. Remaja cenderung untuk mengikuti kemauan teman-temannya agar tidak merasa ditolak atau diabaikan oleh kelompok teman sebayanya.28

Pada kehidupan sehari-hari remaja lebih dekat dengan teman sebaya

daripada dengan orangtua karena remaja menginginkan teman yang mempunyai

minat, sikap, yang sama, sehingga banyak melakukan kegiatan bersama, dalam

mengisi waktu luangnya. Hal ini dipertegas oleh Bee (dalam C. Asri Budiningsih,

2001) yang menyatakan bahwa remaja cenderung melakukan hal-hal yang sama

dengan teman-temannya semata-mata agar dapat diterima dan tetap menjadi

anggota kelompok tersebut.29

28 Ibid, hal. 13629 C. Asri Budiningsih, Ibid, hal 232.

38

Page 39: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

Persamaan dalam usia, pendidikan, jenis kelamin dan perasaan terabaikan

membuat mereka menjalin persahabatan yang kental dan erat dengan

kesetiakawanan. Akibatnya apabila salah satu dari mereka merasa menderita,

maka yang lainnya akan siap membantu menghilangkan penderitaan itu.

Pada sisi yang lain, perkembangan teknologi informasi yang terjadi dewasa

ini juga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan budaya dan

pergaulan remaja. Dimulai dari berubahnya pola pikir dan perilaku remaja

terhadap lingkungan pergaulannya.

Pada dasarnya teknologi informasi ini memiliki dua sisi yang sangat

bertolak belakang tergantung dari para penggunanya. Pada satu sisi teknologi

informasi memudahkan kita untuk mengakses berbagai informasi yang berguna

dalam rangka pengembangan potensi dan karakter positif remaja. Namun pada sisi

lain, bebasnya kemampuan untuk mengakses informasi juga memberikan dampak

negatif dalam pembentukan karakter remaja. Hal ini disebabkan karena rendahnya

kontrol dan pengawasan arus informasi yang diakses oleh remaja. Dan hal ini

justru menjadi penyebab perubahan budaya pergaulan yang sangat massiv dewasa

ini.

Yang terakhir, faktor media massa dengan segala informasi yang

disampaikannya. Dewasa ini banyak pihak yang menilai bahwa media massa

khususnya program televisi sudah sangat jauh dari pendidikan, baik dari sisi

program yang ditawarkan maupun dari pesan-pesan yang ingin disampaikan.

Tidak ada pembelajaran moral yang dapat diambil dari sinetron televisi hari ini.

Hampir seluruhnya berisi tentang hedonisme, dan tidak berakar pada realitas

39

Page 40: Peranan Orangtua Dalam Membina Pergaulan Remaja Yang Islami

sosial yang terjadi. Sinetron, maupun program televisi lainnya sangat jauh dari

pesan-pesan moral yang sifatnya konstruktif terhadap pembinaan pergaulan

remaja, malah sebaliknya bersifat destruktif.

40