peranan kepala desa sebagai motivator …/peranan... · (maher zain) 2. hati-hati selalu, jalani...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERANAN KEPALA DESA SEBAGAI MOTIVATOR
PEMBANGUNAN DESA
Penelitian deskriptif kualitatif mengenai peranan Kepala Desa Ngancar
sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat
dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar
Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri
Disusun oleh:
SEPTIANA NUR UTAMI
D0207094
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:
PERANAN KEPALA DESA SEBAGAI MOTIVATOR
PEMBANGUNAN DESA
Penelitian deskriptif kualitatif mengenai peranan Kepala Desa Ngancar
sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka
pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo
Kabupaten Wonogiri
Adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian serta
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain.
Kutipan dari data atau tempat lain sudah disebut sumbernya sesuai dengan
ketentuan. Saya bersedia menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila
ternyata di kemudian hari terdapat bukti-bukti yang kuat bahwa karya saya
tersebut ternyata bukan karya saya yang asli atau sebenarnya.
Surakarta, 12 Oktober 2011
Septiana Nur Utami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
1. Turn to Allah, He’s never far away, put your trust in Him, raise your hands
and pray.
(Maher Zain)
2. Hati-hati selalu, jalani semuanya dengan tenang.
(Bunda dan Ayah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya karena hanya atas kehendak-Nya skripsi
dengan judul PERANAN KEPALA DESA SEBAGAI MOTIVATOR
PEMBANGUNAN DESA Penelitian deskriptif kualitatif mengenai peranan
Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya
masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan
Giriwoyo Kabupaten Wonogiri dapat selesai dengan baik dan lancar.
Penelitian untuk skripsi ini bermula dari ketertarikan penulis terhadap
tingginya tingkat swadaya masyarakat di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo
Kabupaten Wonogiri. Padahal, masyarakat desa tersebut rata-rata masih belum
berpendidikan tinggi dan berpendapatan minim sehingga penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai bagaimana sebenarnya kegiatan komunikasi
kepala desa setempat dalam melakukan peranannya sebagai motivator swadaya
masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di wilayah tersebut. Selama
melakukan penelitian di lokasi, peneliti mendapat pengalaman dan pengetahuan
baru yang sangat bermanfaat, diantaranya tentang bentuk-bentuk komunikasi dan
tahapan-tahapan strategi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar dalam
menyampaikan motivasi swadaya kepada warganya.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
dan pada kesempatan kali ini penulis hendak mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
yang telah mendukung dan membimbing sejak awal masa perkuliahan.
2. Tanti Hermawati, S.Sos., M.Si. selaku Sekretaris I Jurusan Ilmu
Komunikasi dan selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
banyak dukungan dan bimbingan mengenai kegiatan akademik di kampus.
3. DR. H. Widodo Muktiyo, S.E., M.Comm. selaku pembimbing skripsi yang
berkenan memberikan dukungan, kemudahan, dan saran demi perbaikan
skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Ibu, Ayah, dan Kakak tercinta yang tak henti-hentinya memberikan
semangat, dukungan, dan doa di setiap waktu demi kelancaran dan
kemudahan proses penyusunan skripsi.
5. H. Sariman, S.Sos., M.M. selaku Camat Giriwoyo atas ijin dan
kesempatan untuk melakukan penelitian di Desa Ngancar Kecamatan
Giriwoyo.
6. Kepala Desa Ngancar, Mulyatmo, dan segenap jajaran Perangkat Desa
Ngancar atas ijin untuk melakukan penelitian dan informasi-informasi
yang telah diberikan sangat mendukung kelancaran penyusunan skripsi.
7. Seluruh warga masyarakat Desa Ngancar, Kecamatan Giriwoyo,
Kabupaten Wonogiri yang bersedia menjadi teman mengobrol dan
memberi informasi yang bermanfaat.
8. Mas Budi selaku TU Jurusan Komunikasi yang dengan sabar memberi
pengarahan mengenai administrasi akademik sejak awal perkuliahan.
9. Rekan-rekan dan sahabat-sahabat penulis, seperti Bapak Ahmad Adib,
Ucup, Angga, Mas Rahmat, Kalkun, Rani, Nia, dan teman-teman rental
Victor.com, seperti Mas Bobit, Mas Jo, Mas Jack, dan Oriza atas
dukungan doa dan semangat agar penulis cepat menyelesaikan skripsi.
10. Teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2007 yang telah
berjuang bersama selama empat setengah tahun dan segenap kakak dan
adik-adik tingkat yang tak henti pula memberi semangat dan doa, serta
teman-teman HIMAKOM dan teman-teman Beswan Djarum angkatan
2009/2010 atas sharing dan diskusinya selama ini.
Penulis menyadari akan kurang sempurnanya skripsi ini. Oleh karena
itulah, penulis senantiasa mengharap saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan. Namun, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi berbagai pihak.
Surakarta, 12 Oktober 2011
Septiana Nur Utami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK Septiana Nur Utami, D0207094, PERANAN KEPALA DESA SEBAGAI MOTIVATOR PEMBANGUNAN DESA (Penelitian Deskriptif Kualitatif Mengenai Peranan Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, 2011.
Penelitian ini berdasarkan pada kenyataan bahwa keberhasilan
pembangunan sebuah desa akan sangat ditentukan oleh sosok kepala desa sebagai figur pemimpin pemerintahan desa. Seorang kepala desa harus dapat menggerakkan sumber daya manusia untuk dapat mencapai keberhasilan proses pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu, paradigma pembangunan baru bukan lagi menjadikan masyarakat sebagai obyek pembangunan melainkan menjadi pelaku pembangunan dengan peran kepala desa sebagai motivator dalam menggerakkan partisipasi masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk swadaya. Kegiatan komunikasi yang dilakukan kepala desa dalam menjalankan peranannya sebagai motivator pembangunan serta peran aktif masyarakat sangat menentukan keberhasilan pembangunan fisik di desa.
Tujuan penelitan ini adalah mendeskripsikan peranan kepala desa sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri melalui pendekatan kualitatif. Penulis menggunakan metode penarikan sampel purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Proses analisis data meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan serta verifikasinya.
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat diambil adalah: (1) peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar sudah terlaksana cukup baik terlihat dari berbagai kegiatan komunikasi yang dilakukan dan hasil-hasil pembangunan fisik yang terpelihara dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat; (2) proses dan strategi komunikasi yang dijalankan Kepala Desa Ngancar berhasil menggerakkan partisipasi masyarakat; dan (3) partisipasi masyarakat Desa Ngancar diwujudkan dalam berbagai bentuk swadaya, yaitu swadaya ide, dana, tenaga, dan material pembangunan.
Saran yang diberikan kepada Kepala Desa Ngancar adalah: (1) Kepala Desa Ngancar harus meningkatkan komitmennya dalam memimpin Desa Ngancar sehingga motivasi-motivasi yang diberikan dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat, (2) Kepala Desa Ngancar sebaiknya meningkatkan pengetahuannya mengenai teknologi yang ada saat ini demi kelancaran kegiatan pemerintahan Desa Ngancar, dan (3) Kepala Desa Ngancar hendaknya lebih kreatif dalam menumbuhkembangkan swadaya masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT Septiana Nur Utami, D0207094, THE ROLE OF THE HEADMAN AS RURAL DEVELOPMENT MOTIVATOR (A Descriptive Qualitative Research About The Role of Ngancar’s Headman as Motivator in Mobilizing Community Self-Supporting Effort in Physical Development at Ngancar, Giriwoyo, Wonogiri), Thesis, Communication Science, Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University, 2011.
This research is based on the reality that a rural development’s success will be very determinated by figure of headman as the leader of rural government. A headman must be able to mobilize the human resources to attain rural development’s success, by planning, actuating, and maintaining its results. Thus, a new development paradigm no longer making the community as the development object, but as the development agent with the headman’s role as motivator in mobilizing community participation which manifested as self-supporting effort. The communication activity done by the headman in performing his role as development motivator and community active roles are highly determine the success of physical development in the village.
This research aims to describe the role of the headman as motivator in mobilizing community self-supporting effort in physical development at Ngancar, Giriwoyo, Wonogiri, through the qualitative approach. This research uses purposive sampling as the sampling technique. The data was obtained from interview, observation, and documentation. The data analysis process include data reduction, data presentation, and conclution drawing with the verification.
Based on the result, it can be concluded that: (1) the role of Ngancar’s headman as motivator in mobilizing the community self-supporting effort in physical development at Ngancar are fairly well-done, seen from various communication activities which done and results of the physical development which well-maintained and benefit for the community; (2) the communication process and strategy which held by the Ngancar’s headman are successfully mobilize community participation; and (3) participation of the Ngancar’s villagers were formed in various self-supporting effort, i.e in ideas, fund, power, and building materials.
The suggestions for the headman of Ngancar are: (1) the headman must improve his commitment in leading his village, so that the community can accept the motivations easily, (2) it is better to improve his knowledge about nowadays technology for the fluency of governmental activity, and (3) the headman should be more creative in developing the community self-supporting effort.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
Judul .......................................................................................................................... i Lembar Persetujuan................................................................................................. ii Lembar Pengesahan ............................................................................................... iii Lembar Pernyataan ................................................................................................. iv Motto ........................................................................................................................ v Kata Pengantar ........................................................................................................ vi Abstrak ................................................................................................................. viii Abstract ................................................................................................................... ix Daftar Isi .................................................................................................................. x Daftar Tabel .......................................................................................................... xii Daftar Bagan ........................................................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH .............................................. 1 I.2 PERUMUSAN MASALAH .......................................................... 7 I.3 TUJUAN PENELITIAN ............................................................... 7 I.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ............................................. 7 I.5 METODE PENELITIAN ............................................................ 10 I.6 LANDASAN TEORI ................................................................... 14 1. Peranan Kepala Desa ............................................................... 15 2. Komunikasi .............................................................................. 21 3. Komunikasi Kepala Desa ......................................................... 47 4. Motivator .................................................................................. 54 5. Partisipasi Masyarakat Desa: Swadaya .................................... 59 6. Pembangunan Fisik Desa ......................................................... 64 I.7 PENELITIAN TERDAHULU..................................................... 68
BAB II DESKRIPSI LOKASI II.1 GAMBARAN UMUM DESA NGANCAR.........................71 1. Letak dan Batas Wilayah.....................................................71 2. Keadaan Geografis..............................................................71 3. Keadaan Demografis...........................................................73 4. Keadaan Sosial, Budaya, dan Ekonomi...............................77 II.2 GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN DESA NGANCAR.............................................................................80 II.3 GAMBARAN UMUM KEBERHASILAN SWADAYA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
MASYARAKAT DI DESA NGANCAR...............................85
BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA III.1 PENYAJIAN DATA...........................................................88 1. Deskripsi Objek Penelitian.................................................88 2. Pembangunan Fisik di Desa Ngancar.................................93 3. Kegiatan Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Fisik di Desa Ngancar..........97 III.2 ANALISIS DATA.............................................................101 1. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Musholla...................................................101 2. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Gedung TPQ Nurul Huda.........................105 3. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Renovasi Masjid...............................................................107 4. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Pos Kamling Dusun..................................110 5. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Penampungan Air......................................112 6. Proses Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Fisik di Desa Ngancar........115 7. Strategi Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Fisik di Desa Ngancar........121 BAB IV PENUTUP IV.1 KESIMPULAN...............................................................127 IV.2 SARAN...........................................................................136 Daftar Pustaka...................................................................................................139 Lampiran...........................................................................................................143
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Pembangunan Fisik Desa Ngancar Tahun Anggaran 2009.........................5
Tabel 2 Pembangunan Fisik Desa Ngancar Tahun Anggaran 2010.........................5
Tabel 3 Keadaan Penduduk Menurut Golongan Usia dan Jenis Kelamin Di Desa
Ngancar.....................................................................................................74
Tabel 4 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Ngancar...........75
Tabel 5 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Ngancar........76
Tabel 6 Susunan Organisasi Pemerintahan Desa Ngancar.....................................80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR BAGAN Bagan 1 Proses Analisis Data.................................................................................14
Bagan 2 Alur Proses Komunikasi..........................................................................31
Bagan 3 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ngancar....................................81
Bagan 4 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan
motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Musholla
di Dusun Jetis........................................................................................104
Bagan 5 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan
motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Gedung
TPQ Nurul Huda....................................................................................107
Bagan 6 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan
motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan renovasi
masjid di Dusun Ngancar......................................................................110
Bagan 7 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan
motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan pos
kamling dusun........................................................................................112
Bagan 8 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan
motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan
penampungan air....................................................................................115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara
yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Penyelenggaraan negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional dalam
segala aspek kehidupan bangsa bersama-sama segenap rakyat Indonesia diseluruh
wilayah Negara Republik Indonesia.
Pembangunan Nasional Indonesia pada hakikatnya adalah pembangunan
manusia seutuhnya diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
melalui serangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi
semua aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang bertujuan mencapai
kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan.
Berdasarkan uraian di atas, pembangunan di Indonesia sejatinya
mempunyai sasaran terwujudnya masyarakat Indonesia yang demokratis karena
Bangsa Indonesia menyadari dengan keadaan yang lebih demokratis
memungkinkan masyarakat lebih terbuka untuk berpartisipasi dalam
pembangunan di segala bidang.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional, pemerintah
memberikan perhatian yang sebesar-besarnya pada pembangunan di pedesaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Perhatian yang besar terhadap pedesaan itu didasarkan pada kenyataan bahwa
desa merupakan tempat berdiamnya sebagian besar rakyat Indonesia, yaitu lebih
dari 60% penduduk Indonesia bermukim di pedesaan (Listiani, 2007: iii).
Kedudukan desa dan masyarakat desa merupakan dasar landasan kehidupan
bangsa dan negara Indonesia. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional yang bersifat menyeluruh yang keberhasilannya
mutlak harus didukung oleh semua stakeholder masyarakat untuk meningkatkan
pembangunan desa dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan.
Pembangunan desa sebagai bagian dari pembangunan nasional pada
dasarnya merupakan keseluruhan upaya dalam rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara berencana oleh pemerintah dan masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari berbagai segala aspek kehidupan
baik ekonomi, politik, sosial dan kebudayaan.
Di dalam prosesnya, pembangunan desa terdiri dari dua unsur utama yaitu
partisipasi atau swadaya masyarakat dan pembinaan pemerintah, atau dengan kata
lain ada dua pihak yang terlibat dalam proses pembangunan desa yaitu masyarakat
dan pemerintah. Optimalisasi pembangunan sangat dipengaruhi oleh bagaimana
fungsi yang dijalankan oleh pihak pemerintah sebagai koordinator pelaksanaan
pembangunan. Dalam hal ini pemerintah harus mampu mengkoordinasikan
berbagai unit dalam pemerintahan agar dapat mendayagunakan fungsi mereka
dengan baik dan memberikan kontribusi yang nyata bagi proses pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai
Pemerintahan Daerah merupakan konsistensi pemerintah dalam upaya terciptanya
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik, efektif, responsif dan
bertanggungjawab. Pemerintahan desa merupakan tumpuan segenap pelaksanaan
urusan pemerintahan serta memiliki kewenangan mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional. Oleh karena itu, pemerintah
menganggap perlu untuk memperkuat kehidupan pemerintahan desa agar mampu
menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Berdasarkan Permendagri No. 66 tahun 2007 tentang Perencanaan
Pembangunan Desa, pembangunan di desa merupakan model pembangunan
partisipatif yaitu suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa bersama-sama
secara musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang merupakan cara hidup
masyarakat yang telah lama berakar budaya di Indonesia.
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 Permendagri No. 66 tahun 2007,
karakteristik pembangunan partisipatif diantaranya direncanakan dengan
pemberdayaan dan partisipatif. Pemberdayaan yaitu upaya untuk mewujudkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Partisipatif yaitu keikutsertaan dan keterlibatan
masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan.
Pembangunan di desa menjadi tanggung jawab kepala desa. Sebagaimana
diatur dalam Pasal 14 ayat (1) PP No. 72 tahun 2005 ditegaskan bahwa kepala
desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dan kemasyarakatan. Lebih lanjut, dijelaskan kewenangan kepala desa dalam
pasal 14 ayat (2) PP No. 72 tahun 2005 bagian g, disebutkan salah satu wewenang
kepala desa adalah mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.
Dapat dikatakan bahwa keberhasilan pembangunan desa akan sangat
ditentukan oleh sosok kepala desa. Selain mengkoordinasikan pembangunan desa,
kepala desa juga harus mampu menggerakkan sumber daya manusia dengan cara
memberikan dorongan kepada masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam
pembangunan berhasil mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, hingga
tindak lanjut. Dengan demikian, masyarakat bukan lagi menjadi obyek
pembangunan tetapi menjadi pelaku pembangunan dengan peran kepala desa
sebagai motivator pembangunan. Keikutsertaan masyarakat secara terpadu akan
mendorong masyarakat untuk lebih aktif karena masyarakat merasa ikut memiliki
hasil-hasil pembangunan. Hal ini akan sangat menentukan keberhasilan
pelaksanaan pembangunan fisik di desa.
Desa Ngancar yang terletak di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri
merupakan salah satu dari sekian banyak desa yang juga menjadi ujung tombak
pemerintahan Indonesia. Lebih lanjut, pembangunan Desa Ngancar merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional yang keberhasilannya juga harus
didukung oleh seluruh stakeholder masyarakat dalam rangka meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat di Desa
Ngancar diwujudkan dengan pengembangan swadaya yang mencerminkan
kemandirian masyarakatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
TABEL 1
PEMBANGUNAN FISIK DESA NGANCAR TAHUN ANGGARAN 2009
No. Jenis pembangunan
Manfaat pembangunan
Volume Jumlah dana
Ket. lokasi Bantuan pemerintah
Swadaya masyarakat
1. Pembuatan local/DAK
Sarana pendidikan
3 lokal 250.000.000 - SDN Ngancar 1
2. Rabat beton Peningkatan jalur transportasi
260 m2 43.000.000 11.000.000 Dungringin
3. Jembatan Peningkatan jalur transportasi
1 unit 75.000.000 - Jetis
4. Pembuatan musholla
Peningkatan sarana ibadah
8x10 m - 85.000.000 Jetis
5. Makadam Pengerasan jalan
- 25.000.000 6.000.000 Karangasem
6. Pembuatan gedung TPQ
Peningkatan sarana pendidikan
8x12 m - 65.000.000 Karangasem
7. Pemugaran rumah I
Penataan lingkungan (lantainisasi)
18 unit 27.000.000 6.500.000 Ngancar, Petir, Jetis
8. Pemugaran rumah II
Penataan lingkungan (dinding)
18 unit 36.000.000 9.000.000 Ngancar, Petir, Jetis
TABEL 2
PEMBANGUNAN FISIK DESA NGANCAR TAHUN ANGGARAN 2010
No. Jenis
pembangunan Manfaat
pembangunan Volume Jumlah dana (rupiah)
Ket. lokasi Bantuan
pemerintah Swadaya masyarakat
1. PPIP/Rabat beton
Peningkatan jalan transportasi
1.800 m2 250.000.000 27.000.000 Masing-masing dusun
2. Pembuatan gedung perpustakaan
Peningkatan saranan pendidikan dan minat baca para siswa
1 unit 100.000.000 - SDN Ngancar 1
3. Tambahan Peningkatan 1 unit 92.000.000 - Glonggong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
lokal MIM sarana pendidikan berupa ruang kelas
4. Pos jaga/pos kamling
Peningkatan sarana penjagaan keamanan lingkungan
8 unit - 24.000.000 Masing-masing dusun
5. Renovasi masjid
Peningkatan sarana ibadah
1 unit - 45.000.000 Ngancar
6. Makadam Pengerasan jalan
150 m2 24.000.000 6.000.000
7. Kamar mandi umum
Peningkatan sarana umum
2 unit 25.000.000 10.000.000 Glonggong
8. Penampungan air
Kebutuhan air bersih
1 unit - 18.000.000 Glonggong
Kedua tabel di atas berisi tentang jenis-jenis pembangunan fisik yang
dilakukan di Desa Ngancar dalam dua tahun terakhir. Dari kedua tabel tersebut
dapat kita cermati bahwa tidak sedikit pembangunan yang telah dilaksanakan di
Desa Ngancar dan swadaya masyarakat terlihat di hampir setiap pembangunan.
Bahkan, beberapa pembangunan berasal dari swadaya masyarakat murni dengan
dana yang tidak sedikit seperti pembuatan musholla, pembuatan gedung TPQ,
pembuatan pos kamling, renovasi masjid, dan pembuatan penampungan air. Jika
swadaya masyarakat lebih besar daripada bantuan, maka hal itu dianggap sebagai
bentuk keberhasilan pemerintah menggalang partisipasi masyarakat (Direktorat
Pemerintahan Desa dan Kelurahan, 2007:68)
Hal ini tentu saja tidak bisa lepas dari upaya-upaya yang senantiasa
dilakukan Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi atau dorongan
positif melalui kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukannya yang ditujukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kepada masyarakat agar terus berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Hasilnya,
swadaya masyarakat tinggi dan pembangunan pun dapat berjalan dengan baik.
I.2 Perumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu:
1. Bagaimana peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam
menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa
Ngancar Kecamatan Giriwoyo?
2. Apa saja bentuk-bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam melakukan
peranannya sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam
rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo?
I.3 Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan masalah yang akan diteliti adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam
menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa
Ngancar Kecamatan Giriwoyo.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam
melakukan peranannya sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya
masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan
Giriwoyo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
I.4 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
I.4.1 Wawancara (interview)
Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, dan
sebagainya, yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer)
dan yang diwawancarai (interviewee) (Bungin, 2001:108). Selanjutnya,
Koentjaraningrat (dalam Bungin 2001:62) membagi wawancara ke dalam
dua golongan besar, yaitu wawancara berencana (baku) dan wawancara
tak berencana (tidak baku). Dalam wawancara baku, pewawancara
memegang teguh interview guide dan tidak boleh menyimpang dari
pertanyaan-pertanyaan ini. Sedangkan, wawancara tidak baku
memungkinkan pewawancara dan informan memperoleh keleluasaan
dalam proses wawancara (Mulyana, 1996:42). Dengan demikian, terlihat
perbedaan kedua golongan wawancara ini yaitu pada keteguhan
memegang daftar pertanyaan yang telah disusun sebagai pedoman untuk
mewawancarai informan (interview guide).
Dalam penelitian kualitatif, wawancara biasanya dilakukan secara
mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam menjadi alat utama
yang dikombinasikan dengan observasi partisipasi di lapangan (Bungin,
2001:108). Sesuai dengan pengertiannya, wawancara mendalam bersifat
terbuka (Bungin, 2001:62). Dalam penelitian ini peneliti melakukan
wawancara mendalam terhadap pemerintah desa dan masyarakat Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Ngancar yang berhubungan dengan peranan Kepala Desa Ngancar dalam
menggerakkan swadaya masyarakat di lokasi penelitian.
I.4.2 Pengamatan (observasi)
Lincoln dan Guba dalam Ruslan (2004:33-34) mengklasfikasikan
observasi dengan tiga cara. Pertama, pengamat bertindak sebagai
partisipan atau nonpartisipan (participant observation). Kedua, observasi
dapat dilakukan secara terang-terangan (overt observation) di hadapan
responden atau dengan melakukan penyamaran (covert observation)
mengenai kehadirannya di hadapan responden.
Secara etis sebaiknya pengamat harus tampil terus terang, kecuali
untuk keadaan kasus tertentu peneliti melakukan penyamaran. Ketiga,
berkaitan dengan latar belakang penelitian, observasi dilakukan secara
alami atau dirancang melalui analog dengan wawancara terstruktur (baku)
atau tidak terstruktur (tidak baku). Kelebihan metode observasi adalah data
yang dikumpulkan pada umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan rinci,
serta bebas dari respon bias.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipasi dan
menggunakan wawancara model baku terbuka terhadap pemerintah desa
dan masyarakat Desa Ngancar yang berhubungan dengan peranan Kepala
Desa Ngancar dalam menggerakkan swadaya masyarakat di lokasi
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
I.4.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan menghimpun, mengolah,
menyeleksi dan menganalisis kemudian mengevaluasi seluruh data,
informasi dan dokumen tentang suatu kegiatan, peristiwa atau pekerjaan
tertentu yang kemudian disimpan secara teratur dan sistematis. Adapula
yang mengartikan dokumentasi sebagai bagian dari kegiatan dan hasil
potret (foto), serta kegiatan merekam melalui casset recorder dan video
recorder mengenai suatu peristiwa yang dianggap penting untuk
diabadikan (Ruslan, 2005:221-222). Dalam penelitian ini, peneliti
mengumpulkan data berupa arsip dan dokumen yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti di lokasi penelitian.
I.5 Metode penelitian
I.5. 1 Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan wawancara
mendalam (indepth interview). Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif.
Menurut Suripan Sadi Hutomo dalam Bungin (2001:56), penelitian
kualitatif deskriptif artinya peneliti harus mencatat secara teliti segala
gejala (fenomena) yang dilihat, didengar dan dibacanya dan setelah itu
peneliti harus mengkombinasikan, mengabstraksikan dan menarik
kesimpulan. Pokok permasalahan penelitian ini adalah ingin melihat
bagaimana peranan Kepala Desa Ngancar dalam menggerakkan swadaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
masyarakat sehingga peneliti harus menggali, menemukan fakta-fakta, dan
masalah atau kendala yang mungkin dihadapi sekaligus memberikan
penjelasan tentang peranan Kepala Desa Ngancar.
I.5.2 Lokasi penelitian
Penelitian berlokasi di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo
Kabupaten Wonogiri. Lokasi penelitian ini dipilih karena beberapa
pertimbangan berikut:
a. Pembangunan fisik yang ada di Desa Ngancar dapat terpelihara dengan
baik dan memberikan manfaat bagi warga.
b. Peneliti menemukan masalah yang menarik untuk diteliti yaitu
tingginya tingkat partisipasi dalam bentuk swadaya masyarakat desa
Ngancar yang mendukung pembangunan desa. Padahal, desa Ngancar
adalah salah satu desa di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri
yang jauh dari kota dan mayoritas penduduknya bermatapencaharian
sebagai petani, pedagang, dan industri kecil dengan pendapatan yang
minim.
c. Tersedianya data untuk penelitian ini dan diijinkan oleh instansi yang
berwenang.
I.5.3 Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu:
1. Data primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009:225). Jadi, data primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
merupakan data yang diperoleh langsung dari khalayak yang
ditetapkan sebagai informan. Dalam penelitian ini data primer
diperoleh dari pemerintah desa dan masyarakat di lokasi penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang yang diperoleh dari
literatur, artikel, dan catatan-catatan. Sugiyono mengungkapkan bahwa
data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen
(Sugiyono, 2009:225). Dalam penelitian ini data sekunder di dapatkan
dari tabel statistik, buku peraturan desa, dokumen-dokumen, dan
sebagainya yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti di
lokasi penelitian.
I.5.4 Teknik sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono,
2009:81). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
atau sampel bertujuan. Sampel ini tepat digunakan untuk penelitian
kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi (Sugiyono,
2009:85). Hal yang sama juga dikatakan oleh Pawito bahwa sifat metode
sampling dari penelitian kualitatif adalah puposive sampling (Pawito,
2007:88). Dalam penelitian ini, sampel bertujuan untuk mewakili
informasi yaitu diambil dari kepala desa, beberapa perangkat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
masyarakat mengenai kegiatan komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam
memberikan motivasi swadaya pembangunan fisik di Desa Ngancar.
I.5.5 Validitas data
Validitas menunjukkan sampai sejauh mana data yang diperoleh
telah secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti (Pawito,
2007:97).
Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik triangulasi data. Bungin mengatakan bahwa triangulasi dalam
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dan dari berbagai teknik pengumpulan data (Bungin, 2001:96).
Pawito (2007:99-100) mengemukakan beberapa macam teknik
triangulasi yaitu (a) triangulasi data, (b) triangulasi metode, (c) triangulasi
teori, dan (d) triangulasi peneliti. Dari keempat macam triangulasi di atas
yang dikemukakan Pawito, hanya triangulasi data yang digunakan dalam
penelitian ini. Triangulasi data digunakan untuk mengetahui validitas data
yang diperoleh.
I.5.6 Teknik analisis data
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
mengumpulkan, menyusun, menganalisis, dan menginterpretasikan suatu
data. Setelah itu, data yang telah diperleh dikumpulkan lalu diolah secara
kualitatif.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis Miles dan Huberman. Miles dan huberman dalam Bungin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(2001:99) menguraikan tahapan teknik analisis data yang disebut
interactive model yaitu tahap reduksi data, penyajian data, dan verifikasi
(penarikan dan pengujian simpulan).
Reduksi data merupakan upaya-upaya yang dilakukan peneliti selama proses analisis data dan tidak terpisahkan dari analisis data. Langkah-langkah dalam reduksi data adalah sebagai berikut: (a) editing, pengelompokkan dan meringkas data, (b) peneliti menyusun kode dan catatan mengenai berbagai hal termasuk yang berkaitan dengan aktivitas serta proses sehingga peneliti dapat menemukan tema, kelompok dan pola data (Pawito, 2007:104).
Penyajian data meliputi langkah-langkah mengorganisasi data atau
mengelompokkan data. Sementara pada tahap verifkasi, peneliti
mempertimbangkan pola data yang ada dan atau kecenderungan dari data
yang telah dibuat.
Uraian teknik analisis di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 1
Proses Analisis Data
I.6 Landasan teori
Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang
kokoh dan bukan sekedar perbuatan yang sifatnya hanya coba-coba (trial and
error). Adanya landasan teoritis merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
Pengumpulan data Penyajian data
Verifikasi: simpulan
Reduksi data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(Sugiyono, 2003:55). Menurut Hoy dan Miskel dalam Sugiyono (2003:55), teori
adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.
Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bagian ini penulis akan
mengemukakan teori, pendapat, serta gagasan yang akan menjadi titik tolak
landasan berfikir dalam penelitian ini, yaitu:
I.6.1 Peranan kepala desa
Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu
seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di
masyarakat. Sedangkan, peranan adalah bagian dari tugas utama yang
harus dilaksanakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).
Adapun peranan seseorang seperti yang dikatakan oleh Levinson (1996:204) meliputi: (1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan disini di artikan sebagai rangkaian peraturan yang memimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat; (2) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi; dan (3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat.
Sementara, Veithzal Rivai (2004:148) mengartikan peranan
sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi
tertentu. Selanjutnya, Ali (2000:304) mengatakan bahwa peranan adalah
sesuatu yang menjadi bagian yang memegang pimpinan yang terutama
dalam terjadinya suatu peristiwa. Pendapat Ali tersebut mengandung
maksud yaitu dengan adanya posisi tertentu maka seseorang yang lebih
memiliki tanggung jawab dalam kehidupan sosial akan lebih besar peran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dan tanggung jawabnya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang dihadapi oleh masyarakat yang dipimpinnya.
Menurut Covey dalam Kris Yuliani H (2002:6) ada tiga peranan pemimpin dalam kelompok/organisasi, antara lain: a) Pathfinding (pencarian alur), mengandung sistem nilai dan visi
dengan kebutuhan pelanggan melalui suatu perencanaan strategis yang disebut the strategic pathway (jalur strategi);
b) Aligning (penyelarasan), upaya memastikan bahwa struktur, sistem dan operasional organisasi memberi dukungan pada pencapaian visi dan misi dalam memenuhi kebutuhan-pelanggan dan pemegang saham lain yang terlibat; dan
c) Empowerment (pemberdayaan), suatu semangat yang digerakkan dalam diri orang-orang yang mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreativitas, untuk mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang disepakati untuk mencapai nilai, visi dan misi bersama.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dijelaskan bahwa pemimpin
mempunyai peranan yang sangat penting dalam organisasi karena yang
menjadi fungsi utama kepemimpinan adalah sebagai penggerak dari semua
sumber daya manusia, sumber daya alam dan semua dana serta sarana
dalam mencapai tujuan tertentu. Seperti yang dikemukakan Kasali dalam
Muktiyo (2010:100) bahwa sumber kekuatan sebuah kelompok/organisasi
tidak hanya ditentukan oleh knowledge dan expertise setiap anggotanya,
tetapi keberhasilan atau kegagalan tersebut lebih ditentukan oleh
kemampuan pemimpin dalam kelompok tersebut.
Burgoon, Heston, dan McCroskey dalam Muktiyo (2011:366-368) mengemukakan delapan fungsi kepemimpinan, yaitu: a) Fungsi inisiasi, yaitu mengambil prakarsa untuk menciptakan
gagasan-gagasan baru dan memberi pengarahan atau menolak gagasan-gagasan yang tidak layak dari anggotanya;
b) Fungsi keanggotaan, yaitu pemimpin juga merupakan anggota kelompok sehingga ia harus meleburkan atau melibatkan diri dengan aktivitas-aktivitas kelompoknya dan lebih berinteraksi secara informal dengan anggota lain;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c) Fungsi perwakilan, yaitu sebagai wakil kelompok untuk mempertahankan dan melindungi kelompoknya dari ancaman yang berasal dari luar;
d) Fungsi organisasi, yaitu bertanggung jawab terhadap persoalan organisasional, seperti kelancaran roda organisasi dan deskripsi kerja anggota;
e) Fungsi integrasi, yaitu mampu menciptakan suasana yang kondusif dan mampu memecahkan atau mengelola konflik yang ada di kelompoknya dengan baik;
f) Fungsi manajemen informasi internal, yaitu pemimpin harus memberi sarana agar pertukaran informasi diantara anggota-anggotanya berjalan baik sehingga dapat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kerjanya;
g) Fungsi penyaringan informasi, yaitu pemimpin berfungsi sebagai penyaring informasi yang keluar dan masuk dalam kelompoknya sebagai usaha untuk mengurangi munculnya konflik internal dan eksternal; dan
h) Fungsi imbalan, yaitu pemimpin melakukan evaluasi dan menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap program kerja yang telah dilakukan oleh anggotanya dengan memberi imbalan materi, seperti kenaikan gaji, kenaikan pangkat, dan lain-lain.
Kepala desa merupakan penyelenggara pemerintahan desa yang
dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat dan
mendapat dukungan suara terbanyak sebagai pemimpin formal ditingkat
desa. Kepala desa harus memiliki kemampuan, bakat, kecakapan, dan sifat
kepemimpinan, disamping menjalankan kegiatan-kegiatan, fungsi dan
tanggung jawab.
Berdasarkan UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, segala yang berhubungan dengan desa diatur dalam pasal 200
sampai 216. Kepala desa adalah pemimpin dari seluruh desa di Indonesia.
Kepala desa merupakan pimpinan dari pemerintah desa. Masa jabatan
kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat di perpanjang lagi untuk satu
kali masa jabatan. Kepala desa bertanggung jawab kepada bupati dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dikordinasikan oleh camat. Jabatan kepala desa dapat disebut dengan nama
lain, misalnya Wali Nagari (Sumatra Barat), Pembakal (Kalimantan
Selatan), dan Hukum Tua (Sulawesi Utara).
Berdasarkan pasal 14 PP no. 72 tahun 2005, tugas, wewenang, kewajiban dan hak kepala desa sebagai berikut: 1) Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. 2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), kepala desa mempunyai wewenang: a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama BPD; b) Mengajukan rancangan peraturan desa; c) Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan
bersama BPD; d) Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa
mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;
e) Membina kehidupan masyarakat desa; f) Membina perekonomian desa; g) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif; h) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat
menunjuk kuasa hokum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
i) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan “urusan pemerintahan” antara lain
pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti
pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan,
pembentukan Badan Usaha Milik Desa, dan kerjasama antar desa.
Yang dimaksud dengan “urusan pembangunan” antara lain
pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas
umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, dan pasar desa.
Yang dimaksud dengan “urusan kemasyarakatan” antara lain
pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, dan adat istiadat
(penjelasan pasal 14 ayat 1 PP 72/2005).
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Pemerintahan Desa bab IV paragraf 2 pasal 14 menyatakan bahwa kepala
desa mempunyai peranan sebagai penyelenggara dan penanggung jawab
utama di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam
rangka penyelenggaraan urusan pemerintah daerah, urusan pemerintahan
umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban. Untuk
menjalankan tugas tersebut, maka kepala desa mempunyai fungsi yaitu:
a) Menggerakkan potensi masyarakat;
b) Melaksanakan tugas dari pemerintah atasannya;
c) Melaksanakan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan desa; dan
d) Melaksanakan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya baik di
bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai penggerak potensi
masyarakat, kepala desa harus mempunyai kemampuan untuk
menumbuhkan kegairahan masyarakat untuk berpatisipasi dalam
pembangunan. Kemampuan untuk mempengaruhi masyarakat merupakan
suatu faktor yang sangat menentukan pembangunan yang ada di daerah
kekuasaannya, demikian juga kedudukannya sebagai kepala pemerintahan
bertanggung jawab terhadap terselenggaranya pemerintahan dalam
pembangunan kemasyarakatan. Dalam hal ini melibatkan para pembantu-
pembantunya, yaitu perangkat desa, dengan aktif sesuai dengan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
masing-masing serta bagaimana memotivasi masyarakat agar mereka mau
untuk berperan aktif secara terpadu untuk mencapai keberhasilan
pembangunan yang telah diprogramkan.
Agar pembangunan desa dapat berjalan dengan baik dituntut
adanya keterlibatan masyarakat desa yang bersangkutan sehingga akan
timbul partisipasi masyarakat terhadap pembangunan yang telah
direncanakan. Fungsi menggerakkan, memotivasi, dan mengarahkan
seluruh masyarakat desa untuk melibatkan diri secara aktif dalam proses
pembangunan datang dari seorang kepala desa. Fungsi tersebut harus
dibarengi dengan komunikasi yang baik sehingga dari komunikasi tersebut
muncul adanya suatu dorongan bagi si penerima pesan. Pesan yang
disampaikan tentunya adalah pesan-pesan pembangunan desa. Dengan
adanya pembangunan, diharapkan akan terjadi suatu perubahan ke arah
yang lebih baik dalam masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa dalam melakukan
peranannya tersebut seorang kepala desa melakukan kegiatan komunikasi.
Di dalam kegiatan komunikasi terdapat proses dan strategi komunikasi.
Dalam hal ini, komunikasi yang digunakan adalah komunikasi dengan
teknik persuasif dalam bidang pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
I.6.2 Komunikasi
a. Pengertian komunikasi
Komunikasi adalah salah satu syarat bagi berlangsungnya hubungan
antar manusia atau interaksi sosial diantara sesama manusia karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang harus selalu berkomunikasi
dengan manusia lain. Seperti yang dikemukakan Peter Zhang dalam jurnal
internasionalnya bahwa komunikasi merupakan sebuah ide dalam hubungan
antar manusia untuk meraih hidup yang lebih baik sehingga tidak mungkin
kita tidak berkomunikasi dengan orang lain (Zhang, 2011:89).
Kata atau istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
communication dan dalam bahasa Latin berasal dari kata communicatio yang
artinya sama makna. Dengan demikian, komunikasi yang menunjuk pada
suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kesamaan makna.
Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi adalah proses
pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat
penyalurnya (Effendy,1993:28).
Pada proses interaksi, komunikasi telah menjadi bagian yang tidak
dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan
suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital. Dikatakan mendasar
karena setiap manusia, baik yang primitif maupun yang modern,
berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai
aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan individu-individu lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
untuk bertahan hidup (Rakhmat, 1986:11). Pernyataan Rakhmat tersebut
didukung pula oleh Soesanto (1977:2) yang mengatakan bahwa sembilan
puluh persen kehidupan manusia dilakukan dengan berkomunikasi.
Laswell memberikan definisi bahwa komunikasi pada dasarnya
merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa?, mengatakan apa?, kepada
siapa?, dan dengan akibat atau hasil apa atau dengan kata lain who, say what,
in which channel, to whom, and with what effect (Sendjaja, 2004:11).
Carl I. Hovland memberikan definisi bahwa komunikasi adalah upaya
yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian
informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Sendjaja, 2004: 11).
Edward Depari dalam Muktiyo (2011:340) mengemukakan
komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu, memiliki arti, dan dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.
Dari berbagai pendapat mengenai pengertian komunikasi di atas,
terdapat kesamaan inti dari komunikasi, yaitu suatu proses penyampaian
pesan baik verbal dan non verbal yang dapat dimengerti orang lain
sehingga akan tercapai kesamaan pengertian.
b. Unsur-unsur komunikasi
Menurut definisi komunikasi yang dikemukakan Laswell,
komunikasi mengandung lima unsur atau komponen, yaitu :
1) Pengirim, yaitu orang yang menciptakan tindakan komunikatif. Pengirim mengirimkan sebuah pesan dan dengan itu menimbulkan reaksi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Pesan, yaitu berita yang akan dikirimkan. Komponen pesan berada di antara pengirim dan penerima sebagai isi yang telah dirumuskan untuk ditransmisikan. Pesan terdiri dari isi (the content) dan lambang (symbol). Bahasa adalah lambang yang paling banyak digunakan orang untuk berkomunikasi;
3) Saluran, yaitu media yang dipakai untuk mengirimkan pesan. Menurut Josep A. Devito, jarang sekali komunikasi berlangsung melalui satu saluran. Kita mungkin menggunakan dua, tiga, atau lebih saluran untuk berkomunikasi (Devito, 1997:28). Sebagai contoh dalam interaksi tatap muka, selain kita berbicara dan mendengar (saluran bahasa), kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat secara visual (saluran visual). Bahkan, mungkin kita mencium dan memancarkan bau-bauan (saluran olfaktori);
4) Komunikan, yaitu orang yang dituju, pihak penjawab atau orang yang menerima pesan; dan
5) Efek, dalam bentuk jawaban atau reaksi. Reaksi ini menunjukkan kepada si pengirim bagaimana pesannya itu diterima oleh penerima. Reaksi bisa menguatkan atau membentuk komunikasi selanjutnya (Eilers, 2001:22-23). Josep A. Devito mengungkapkan bahwa komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak bagi orang yang terlibat di dalamnya. Efek komunikasi yang pertama adalah efek kognitif (intelektual), yaitu berupa pengetahuan. Kedua, efek afektif, yaitu mengubah sikap, keyakinanm emosi, atau perasaan dan ketiga, adalah efek konatif (psikomotorik), yaitu berupa perubahan tindakan atau perilaku.
Kelima unsur komunikasi tersebut merupakan suatu kesatuan yang
utuh dan bulat, artinya apabila satu unsur tidak ada maka komunikasi tidak
akan terjadi. Masing-masing unsur saling berhubungan dan ada saling
ketergantungan. Dengan demikian, keberhasilan suatu komunikasi
ditentukan oleh semua unsur tersebut.
c. Tujuan komunikasi
Dalam melakukan komunikasi tentu mempunyai tujuan. Menurut
Effendy (2003: 55)., tujuan dari komunikasi adalah: (1) Perubahan sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(to change the attitude); (2) Mengubah opini opini/pendapat/pandangan (to
change the opinion); (3) Mengubah perilaku (to change the behavior); dan
(4) Mengubah masyarakat (to change the society).
Untuk lebih memahami tujuan komunikasi, Ruslan menyatakan tujuan komunikasi sebagai berikut: (1) Menjelaskan sesuatu pada orang lain agar orang lain untuk mengerti dan memahami apa yang kita maksud; (2) Agar orang lain menerima dan mendukung gagasan kita. Dalam hal ini, tentu cara penyampaian akan berbeda dengan cara yang dilakukan untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan saja; dan (3) Agar orang lain mengerjakan sesuatu atau agar mereka mau bertindak sesuai keinginan kita (Ruslan , 2003: 11).
d. Fungsi komunikasi
Pengertian komunikasi dapat kita lihat dalam pengertian luas yang
mana komunikasi tidak hanya dapat diartikan sebagai pertukaran berita
atau pesan akan tetapi juga sebagai kegiatan individu serta kelompok
mengenai pertukaran-pertukaran data, fakta dan ide-ide. Berdasarkan
pengertian ini, fungsi komunikasi dalam setiap sistem sosial adalah
sebagai berikut:
1) Informasi, yaitu pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data dan gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dengan jelas sehingga orang lain agar dapat menerima pengetahuan/berita yang benar;
2) Sosialisasi, yaitu penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan ia dapat aktif dalam masyarakat;
3) Motivasi, yaitu menjelaskan tujuan setiap masyarakat dalam jangka pendek atau jangka panjang, mendorong dalam menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama;
4) Perdebatan dan diskusi, yaitu menyediakan dan saling menukar fakta yang perlu untuk memungkinkan persetujuan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
penyelesian perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama, baik tingkat nasional maupun lokal;
5) Pendidikan, yaitu pemberian ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan;
6) Memajukan kebudayaan, yaitu penyebaran hasil kebudayaan dan seni yang bertujuan untuk melestarikan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas wawasan pengetahuan budaya seseorang, pembangunan imajinasi dan dorongan kreatifitas;
7) Hiburan, yaitu penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan gambar dari drama, tari, kesenian, kesusteraan, musik, olahraga, permainan dan lain-lain untuk rekreasi, kesenangan kelompok dan individu;
8) Integrasi, yaitu menyediakan suatu kesempatan untuk bangsa, kelompok dan individu memperoleh suatu pesan yang mereka perlukan agar mereka saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain (Widjaja, 2000:9-10).
e. Teknik komunikasi
Ada empat macam teknik komunikasi yang dikemukakan oleh
Pratikto (1987:ix), yaitu teknik informatif, teknik persuasif, teknik
instruktif, dan hubungan manusiawi. Komunikasi informatif adalah
komunikasi yang bertujuan memberikan informasi. Komunikasi koersif
merupakan komunikasi yang dapat menimbulkan ketegangan atau rasa
takut karena adanya unsur paksaan. Hubungan manusiawi dapat dikatakan
sebagai komunikasi sosial yaitu proses interaksi simbolis yang
memungkinkan orang menciptakan kontak dengan tukar menukar
pengertian melalui tanda-tanda (Eilers, 2001:16).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Sementara, komunikasi persuasif adalah tindakan komunikasi yang
bertujuan agar khalayak mengadopsi pandangan komunikator tentang
suatu hal atau melakukan suatu tindakan tertentu (Ruslan, 2005:27).
Beberapa pendapat lain mendefinisikan komunikasi persuasif sebagai
komunikasi yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau membentuk
respon (sikap atau perilaku) penerima. Dengan demikian, dapat
dirumuskan tujuan komunikasi persuasif adalah untuk mengubah atau
menguatkan keyakinan dan sikap komunikan serta mendorong komunikan
untuk melakukan sesuatu tindakan tertentu yang diharapkan oleh
komunikator.
Menurut Devito dalam Ardianto (2005:21-22) ada beberapa bentuk
cara mengkomunikasikan pesan menggunakan teknik persuasif, yaitu
sebagai berikut:
1) Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai
seseorang agar bertindak dengan cara tertentu;
2) Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; dan
3) Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Otto Lerbinger dalam Ruslan (2005:40041) mengatakan bahwa ada
beberapa model untuk merekayasa persuasif, antara lain:
1) Stimulus respon, yaitu model persuasif yang paling sederhana yaitu berdasarkan konsep asosiasi yaitu berupa slogan;
2) Kognitif, yang berkaitan dengan nalar dan rasio untuk meningkatkan pemahaman sehingga mudah dimengerti dan logis (bisa diterima). Dalam melakukan persuasif pada model ini, komunikator dan komunikan lebih menekankan penjelasan yang rasional dan logis;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3) Motivasi, yaitu persuasif dengan membujuk seseorang agar mau mengubah opini, sikap, atau perilakunya;
4) Sosial, yaitu pesan persuasif telah sesuai dengan status sosial komunikan sehingga komunikasi akan lebih mudah dilakukan; dan
5) Personalitas, artinya memperhatikan karakteristik pribadi sebagai acuan untuk melihat respon.
Inti dari komunikasi persuasif adalah bagaimana komunikator
mempengaruhi komunikannya sehingga bertindak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh komunikator. Dalam hal ini, kunci keberhasilan
komunikasi terdapat di tangan komunikator. Agar komunikasi yang
dilakukan oleh komunikator menjadi persuasif maka komunikator harus
mempunyai kredibilitas yang tinggi. Yang dimaksud dengan kredibel
disini adalah komunikator yang mempunyai pengetahuan, terutama
tentang apa yang disampaikannya.
Ditinjau dari komponen komunikator, untuk melaksanakan
komunikasi yang berhasil terdapat dua faktor penting, yaitu
keterpercayaan sumber (source credibility) dan daya tarik komunikator
(source attractiviness). Dua hal tersebut didasarkan pada kebutuhan utama
dari seorang komunikan untuk menerima suatu pesan, yang mencakup:
1) Keinginan untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar. Jadi,
komunikator mendapat kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas
sampai dimana dia memperoleh kepercayaan dari komunikan dan apa
yang dinyatakannya; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2) Keinginan untuk menyamakan dirinya dengan komunikator atau bentuk
hubungan lainnya dengan komunikator. Akan sukses dalam
komunikasinya apabilah dia berhasil memikat perhatian komunikan.
Kepercayaan kepada komunikator (source credibility) ditentukan
dari keahliannya untuk dapat atau tidak dipercaya. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan
daya perubahan sikap, sedangkan yang kecil akan mengurangi daya
perubahan yang positif. Semakin dikenal dan disenanginya komunikator
oleh komunikan, semakin cenderung komunikan untuk mengubah
kepercayaan ke arah yang dikehendaki komunikator. Seorang komunikator
akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui
daya tarik (source atractiveness) jika pihak komunikan merasa bahwa
komunikator ikut serta dengan mereka. Misalnya, komunikator dianggap
mempunyai kesamaan dengan komunikan sehingga komunikan tunduk
kepada pesan yang dikomunikasikan.
f. Proses komunikasi
Proses komunikasi merupakan suatu proses penyampaian berita
kepada penerima pesan untuk dipahami dan di mengerti maknanya. Suatu
proses komunikasi akan terjadi apabila antara pemberi pesan dan penerima
pesan terdapat suatu hubungan. Hubungan dalam hal ini adalah penerima
pesan mengerti bahwa ia akan menerima suatu berita dan pemberi pesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
telah siap menyampaikannya. Komunikasi tidak akan terjadi apabila tidak
terdapat suatu hubungan antara pemberi pesan dan penerima pesan.
Menurut Purwanto (2003: 12) komunikasi memiliki enam tahapan
proses, yaitu:
1) Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
Sebelum proses penyimpanan pesan dapat dilakukan, maka
pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin
disampaikan kepada pihak lain. Ide dapat diperoleh dari berbagai
sumber, ide-ide yang ada didalam benak pengirim disaring dan disusun
ke dalam suatu memori yang ada didalam pikiran orang yang memiliki
peta mental yang berbeda. Hal ini disebabkan karena cara penyerapan
berbagai informasi dan pengalaman yang berbeda-beda dari setiap
individu.
2) Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan
Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide yang dapat
diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima
dari dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu subyek (apa yang ingin disampaikan), maksud
(tujuan), penerima pesan gaya personal dan latar belakang budaya.
3) Pengirim menyampaikan pesan
Dalam menyampaikan dan mengirim pesan dapat menggunakan
berbagai saluran yang ada kepada si penerima pesan. Rantai saluran
komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
relatif pendek, namun ada juga yang cukup panjang. Panjang
pendeknya rantai saluran komunikas yang digunakan akan
berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Dalam
menyampaikan pesan dapat digunakan berbagai media komunikasi
baik media tulisan maupun lisan.
4) Penerima menerima pesan
Komunikasi antar seseorang dengan orang lain akan terjadi bila
pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan
tersebut. Jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru
akan terjadi bila penerima surat menerima dan memahami isinya.
5) Penerima menafsirkan pesan
Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya adalah
bagaimana ia menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan
pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan dalam benak pikiran
si penerima pesan.
6) Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim
Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan
dengan cara tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan.
Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan beraneka ragam, hal ini
tergantung dari pesan yang diterimanya. Umpan balik memegang
peranan penting dalam proses komunikasi karena ia memberi
kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektifitas suatu pesan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
adanya umpan balik dapat menunjukkan adanya faktor-faktor
penghambat komunikasi.
Bagan 2
Alur Proses Komunikasi
Sumber: Purwanto, 2003:12
Proses komunikasi juga dapat dikategorikan dengan peninjauan
dari dua perspektif, yaitu:
1) Proses komunikasi dalam perspektif psikologis
Proses komunikasi ini terjadi pada diri komunikator dan
komunikan. Ketika komunikator berniat akan menyampaikan suatu
pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses, yaitu
pengemasan isi pesan dan lambang. Isi pesan pada umumnya adalah
SALURAN
MEDIA
Tahap 1
Pengiriman pesan
Tahap 2 Pengirim mengubah ide manjadi pesan
Tahap 3 Pengirim mengirim
pesan
Tahap 6 Penerima mengirim
ide
Tahap 5 Penerima
menafsirkan pesan
Tahap 4 Penerima menerima
pesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa (Effendy, 2003:31).
Kemudian pesan tersebut ditransmisikan kepada komunikan. Apabila
komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator maka dikatakan
komunikasi terjadi. Sebaliknya, bilamana komunikan tidak mengerti maka
komunikasi pun tidak terjadi.
2) Proses komunikasi dalam perspektif mekanistik
Pada proses komunikasi ini dapat diklasifikasikan ke dalam empat
tahap, yaitu sebagai berikut:
(a) Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (simbol) sebagai media atau saluran. Adapun
lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara
langsung dapat menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator
kepada komunikan. Pada proses komunikasi secara primer adalah
bahasa yang paling banyak digunakan sebab bahasa mampu
menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, apakah itu
berbentuk ide, gagasan, informasi atau opini (Effendy, 2002:14).
(b) Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama. Pentingnya peranan media, yakni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh
efisiensinya dalam mencapai sasaran. Proses komunikasi sekunder ini
merupakan sambungan dari proses komunikasi primer sehingga dalam
menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan
komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-
sifat media yang digunakan. Proses komunikasi secara sekunder ini
dalam menjangkau sasarannya dengan menggunakan media massa
yang mempunyai sirkulasi yang luas dan memiliki daya
keserempakan, seperti surat kabar, televisi siaran, radio, film, leaftlet,
brosur, dan lain-lain (Effendy, 2002:15).
(c) Proses komunikasi secara linear
Istilah linear mengandung makna lurus. Dalam konteks
komunikasi, proses secara linear adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal (Effendy,
2003:38). Komunikasi linear ini berlangsung baik dalam situasi
komunikasi tatap muka (face-to-face communication) maupun dalam
situasi komunikasi bermedia (mediated communication).
(d) Proses komunikasi secara sirkular
Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses
sirkular itu adalah terjadinya feed back atau umpan balik yaitu
terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Oleh karena itu, ada
kalanya feed back tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator
itu adalah respon atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang
diterima dari komunikator. Konsep umpan balik ini dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
komunikasi amat penting karena dengan terjadinya umpan balik
komunikator dapat mengetahui apakah komunikasi itu berhasil atau
gagal.
g. Strategi komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik
operasionalnya. Demikianlah pula strategi komunikasi merupakan paduan dan
perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen
komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan
bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan dalam arti kata
bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan
kondisi.
Strategi komunikasi merupakan penentu berhasil tidaknya kegiatan
komunikasi. R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam
Effendy (1990:32-33) mengemukakan tujuan sentral sebuah strategi
komunikasi, yaitu: (1) To secure understanding, yaitu memastikan bahwa
komunikan mengerti pesan yang disampaikan komunikator; (2) To
establish acceptance, yaitu membina pesan yang diterima komunikan; dan
(3) To motivate action, yaitu memotivasi kegiatan agar dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi
komunikasi harus didukung oleh teori karena teori merupakan pengetahuan
berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori
komunikasi yang sudah diketengahkan oleh para ahli tetapi untuk strategi
komunikasi teori yang memadai baiknya untuk dijadikan pendukung strategi
komunikasi ialah apa yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell yaitu cara
yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi adalah menjawab
pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect?”.
Dalam perumusan strategi khalayak memiliki kekuatan penangkal
yang bersifat psikologi dan sosial bagi setiap pengaruh yang berasal dari luar
diri dan kelompoknya. Di samping itu, khalayak tidak hanya dirangsang oleh
hanya satu pesan saja melainkan banyak pesan dalam waktu yang bersamaan.
Artinya, terdapat juga kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang datang
dari sumber (komunikator) lain dalam waktu yang sama, sebelum maupun
sesudahnya. Dengan demikian, pesan yang diharapkan menimbulkan efek
pada khalayak bukanlah satu-satunya kekuatan, melainkan hanya satu di
antara semua kekuatan pengaruh yang bekerja dalam proses komunikasi
untuk mencapai efektivitas.
Jadi, efek tidak lain dari paduan sejumlah kekuatan yang bekerja
dalam keseluruhan proses komunkasi. Pesan sebagai satu-satunya yang
dimiliki oleh komunikator harus mampu mengunguli semua kekuatan yang
ada untuk menciptakan efektivitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang
tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam
merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang
jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak.
Menurut AED dalam Nasution (2004:164-168), ada empat strategi
komunikasi pembangunan yang telah digunakan selama ini, yaitu:
1) Strategi berdasarkan media, yaitu dengan menentukan media yang paling efektif dan efisien untuk melakukan komunikasi;
2) Strategi desain instruksional, yaitu dengan memfokuskan strateginya pada pembelajaran individu-individu sebagai suatu sasaran yang fundamnetal;
3) Strategi partisipatori, yaitu berprinsip pada kerja sama komunitas dan pertumbuhan pribadi atau pengalaman keikutsertaan, bukan pada berapa banyak informasi yang dipelajari; dan
4) Strategi pemasaran, yaitu fokus pada upaya menjual barang atau jasa dalam kegiatan perekonomian.
Komunikator harus mengenali sasaran komunikasinya,
menentukan jenis komunikasi yang akan dilakukan, dan menentukan pesan
komunikasi (Effendy, 1990:35-37). Apapun strategi komunikasi yang
digunakan, tujuan komunikasi tersebut harus dinyatakan secara tegas
sebelum komunikasi dilakukan karena menyangkut khalayak sasaran
komunikasi yang memiliki ciri khas masing-masing. Adakalanya mungkin
pesan yang sama harus disampaikan dengan formulasi yang berbeda
dengan mengubah kata-kata yang abstrak bagi komunikan menjadi kata-
kata yang konkret sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Dalam
hal ini, komunikator dengan kredibilitasnya sangat berperan dalam
keberhasilan strategi komunikasi yang dilakukannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Dalam mengenali sasaran komunikasi, Cangara (2005:135-138)
mengemukakan bahwa paling tidak ada tiga aspek yang perlu diketahui
oleh seorang komunikator, yaitu aspek sosiodemografik, aspek profil
psikologis, dan aspek karakteristik perilaku. Aspek sosiodemografik
merupakan pengetahuan tentang jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
agama, dan pekerjaan. Aspek profil psikologis meliputi tingkat emosi,
pendapat-pendapat komunikan, keinginan yang perlu dipenuhi, dan
perasaan kecewa, frustasi, atau semacamnya yang terpendam. Aspek
karakteristik perilaku meliputi hobi, nilai dan norma, mobilitas sosial, dan
perilaku komunikasi. Kesemua aspek tersebut dapat diketahui
komunikator melalui survei, melihat data potensi atau buku statistik yang
ada, dan wawancara.
h. Efektivitas komunikasi
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu telah ditentukan. Hal tersebut
sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986:41) yang
menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa
jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai dimana makin besar
presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.
Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono
(1984:67) adalah seberapa besar tingkat output yang dicapai dibandingkan
dengan output yang diharapkan dari sejumlah input.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan
bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai yang mana target tersebut
sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut, jika dikaitkan
dengan komunikasi maka dapat diartikan bahwa seberapa jauh pencapaian
target untuk menyampaikan suatu pernyataan atau pesan oleh seseorang
kepada orang lain. Dengan demikian, komunikasi dikatakan efektif apabila
penerima memahami dan melaksanakan pesan yang dikirim kepadanya
sehingga dari situ akan tercapai kesepahaman antara pengirim dengan
penerima.
Berikut ini adalah delapan faktor yang berkaitan dengan efektivitas
komunikasi di berbagai tipe dan bentuk organisasi, yaitu:
1) Pemimpin harus menyadari pentingnya organisasi; 2) Pemimpin harus memadankan perkataan dengan tindakan; 3) Komitmen pada komunikasi dua arah antara pemimpin dengan
anggota; 4) Penekanan pada komunikasi tatap muka secara terus terang dan
terbuka; 5) Pemimpin dan jajarannya bertanggung jawab terhadap
penyampaian informasi kepada semua anggota; 6) Menangani berita buruk secara terbuka; 7) Merancang pesan yang sesuai dengan audiens komunikasinya;
dan 8) Perlakukan komunikasi sebagai sebuah proses yang berkelanjutan
(Robbins, 2003:325).
i. Jenis komunikasi
Pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai
jenis komunikasi, baik dalam komunikasi umum maupun komunikasi
pembangunan, diantaranya sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
1) Komunikasi formal dan informal
Komunikasi formal mempunyai dua bentuk, yang biasanya
dapat berjalan lancar karena komunikasi tersebut merupakan bagian
dari pekerjaan, yaitu :
a. Lisan, seperti : perundingan, rapat, instruksi dan lain-lain.
b. Melalui berbagai media (Tondjowidjojo,2002:21).
Sementara, komunikasi informal biasanya tidak dilakukan
dalam rapat resmi tetapi melalui pendekatan hobi dan dan kesenangan
(Muktiyo, 2010:83). Jenis komunikasi ini memiliki sisi positif dan
negatif, yaitu sebagai berikut:
a. Dalam suasana pancaroba, komunikasi formal belum mempunyai bentuk yang tepat karena orang mancari jalur pintas yang informal;
b. Komunikasi informal berlangsung tanpa beban, jadi sesuai dengan penjajakan;
c. Saat dibutuhkan, orang harus memanfaatkan yang informal; dan
d. Apabila dua saluran formal ini mengalami hambatan, maka terpaksa harus menempuh saluran yang informal agar dapat berjalan serta dapat lebih fleksibel dan efesien (Tondowijojo, 2002:21).
2) Komunikasi verbal dan nonverbal
Tanda-tanda verbal dikelompokkan dalam kata-kata dan kata-
kata ini digunakan dalam kombinasi tertentu sesuai dengan aturan tata
bahasa. Edward Sapir dan Benyamin Whorf dalam Eilers (2001:32-33)
berpendapat bahwa tanda-tanda verbal tidak saja menunjukkan apa
yang kita lihat dan pikirkan, tetapi gambaran kita tentang dunia juga
ditentukan oleh penggunaan bahasa kita. Bahasa membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
mengabstraksikan pemikiran kita dan mengembangkan konsep-konsep
yang umumnya tidak dapat dijelaskan oleh tanda-tanda nonverbal.
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai
sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat
simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol
tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki
bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki
bersama karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di
antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya.
Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang
terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap
bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan
dirangkaikan supaya memberi arti.
Cansandra L. Book dalam Cangara (2005:95) mengemukakan
bahwa agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus
memenuhi tiga fungsi, yaitu:
a. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari
apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa
yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat
ini;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita
bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau
mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa
kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di
sekitar kita; dan
c. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa
memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami
mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-
tujuan kita.
Secara sederhana, tanda verbal dapat didefinisikan sebagai
unsur bahasa, sedangkan tanda nonverbal menunjukkan ungkapan
komunikasi lainnya yang secara tidak langsung juga berkaitan dengan
bahasa. Ray L. Birdwhistell dalam Eilers (2001:30) yakin bahwa 65%
komunikasi manusia pada kenyataannya adalah komunikasi nonverbal.
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan
kode-kode nonverbal atau yang biasa disebut bahasa diam atau bahasa
isyarat. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua
peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara
teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan.
Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin
menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan
sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Mark Knapp dalam Cangara (2005:100) mengemukakan
fungsi kode nonverbal dalam komunikasi, yaitu:
a. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition); b. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa
diungkapkan dengan kata-kata (substitution); c. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa
mengenalnya (identity); dan d. Melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum
sempurna.
Kode nonverbal dapat dikelompokkan menjadi beberapa
bentuk, yaitu kinesics (gerakan badan seperti mengangguk, tersenyum,
mengepalkan tinju ke atas, dan lain-lain); eye gaze (gerakan mata atau
pandangan mata); touching (sentuhan badan); paralanguage (irama
suara); diam; postur tubuh; warna; bunyi; dan bau (Cangara, 2005:101-
110).
3) Komunikasi top-down, bottom-up dan horisontal
Komunikasi ke atas (bottom-up) berarti bahwa bawahan harus
dapat mengungkapkan pendapatnya dan mengembangkan pikiran
tentang pekerjaan melalui kelompok kerja, perwakilan atau lain-lain
(Widjaja, 2000:55).
Komunikasi yang tercipta dalam komunikasi bottom-up ini pada
umumnya berbentuk laporan pelaksanaan perintah secara tertulis dan
lisan, atau laporan dari hasil pekerjaan, serta sumbang saran dari
bawahan kepada pimpinan atau atasan (Widjaja, 2000:55).
Kurangnya komunikasi dari bawah ke atas dapat mengakibatkan
pimpinan akan kehilangan stimulan dari partisipasi bawahan, ide
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
bawahan yang bermanfaat tidak dapat dilaksanakan, pimpinan tidak
akan mengetahui dan mengerti masalah dan pendapat bawahan, dan
kurangnya informasi yang tepat untuk menilai dan menentukan sesuatu
keputusan atau peraturan (Tondowijojo, 2002:25).
Sementara, tujuan komunikasi ke bawah (top-down) adalah
untuk mengetahui pemahaman dan penerimaan bawahan tentang
rencana dan kebijakan sebuah organisasi (Widjaja, 2005:55). Dengan
komunikasi yang dilakukan pimpinan ini, akan tercipta suatu hubungan
yang harmonis antara pimpinan dengan yang dipimpin. Media yang
dipergunakan dapat dalam bentuk komunikasi lisan (perintah atau
instruksi) atau tulisan (nota dinas, peraturan, surat edaran, dan lain-
lain).
Apabila komunikasi top-down dan bottom-up merupakan
komunikasi vertikal, lain halnya dengan komunikasi yang terjadi di
antara para bawahan/ atasan. Tujuan dari komunikasi horisontal ini
adalah untuk suatu pencapaian koordinasi dan pemahaman. Komunikasi
horisontal berhubungan dengan orang-orang yang memiliki keahlian
dan tugas dalam bidang tertentu. Media komunikasi yang dipakai pada
umumnya adalah berupa pemberitahuan, pengumuman, sampai kepada
penggunaan media humas, yaitu seperti buletin, majalah internal dan
news letter (Tondowijojo, 2002:25).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
j. Komunikasi dalam teori difusi inovasi
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan
teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan
oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul
Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana
sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka
waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial (http://muh-sahid-
b50108102.blogspot.com/2009/11/teori-difusi-inovasi.html/).
Rogers dan Shoemoker (1971) menyatakan bahwa studi difusi
mengkaji pesan-pesan yang berupa ide-ide ataupun gagasan baru,
termasuk peran komunikasi dalam mengubah masyarakat melalui
penyebarserapan ide-ide dan hal-hal baru.
Dengan demikian, difusi sebenarnya merupakan suatu bentuk
khusus komunikasi. Pesan-pesan yang disampaikan tersebut merupakan
hal-hal yang baru sehingga pihak penerima akan memberikan perilaku
yang berbeda pada pengirim pesan, dibandingkan jika si penerima
berhadapan dengan pesan-pesan biasa yang bukan inovasi.
Secara generik, inovasi didefinisikan sebagai adopsi dan difusi
terhadap ide atau gagasan baru dalam perusahaan. Penciptaan gagasan
baru atau adopsi sesuatu dapat dikatakan sebagai inovasi jika dapat
dikomesialisasikan menjadi sebuah produk atau jasa yang diinginkan oleh
konsumen (Manurung, 2010:103).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pendapat lain menyebutkan bahwa inovasi adalah perubahan,
penemuan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan, metode, alat, produk,
atau hal lainnya (Robbins, 1997:532).
Masuknya inovasi ke tengah suatu sistem sosial terutama karena
terjadinya komunikasi antara anggota masyarakat ataupun antara
masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. Dengan demikian
komunikasi, merupakan faktor yang penting untuk terjadinya suatu
perubahan sosial. Melalui saluran-saluran komunikasilah terjadi
pengenalan, pemahaman-penilaian, yang kelak akan menghasilkan
penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi.
Suatu inovasi biasanya terdiri dari dua komponen, yakni komponen ide dan komponen objek (aspek material atau produk fisik dari ide tadi). Setiap inovasi memiliki komponen ide, namun banyak juga yang tidak mempunyai rujukan fisik. Penerimaann terhadap suatu inovasi yang memliki kedua komponen tersebut memerlukan adopsi yang berupa tindakan. Sedangkan inovasi yang hanya mempunyai komponen ide, penerimaannya pada hakikatnya lebih merupakan suatu putusan simbolik (Nasution, 2005: 125). Rogers (dalam Nasution, 1988: 65) mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu : 1. Inovasi yaitu gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap
baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ‘baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
2. Komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Jadi komunikasi dalam proses difusi adalah, upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit terientu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut kepada seorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mengenai inovasi itu melalui saluran komunikasi tertentu. Sedangkan saluran komunikasi adalah ‘alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber harus memperhatikan tujuan diadakannya komunikasi dan karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
3. Jangka waktu yaitu proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam proses pengambilan keputusan inovasi, keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
4. Sistem sosial yaitu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Anggota system social dapat individu, kelompok-kelompok informal, organisasi, dan sub system yang lain. Proses difusi dalam kaitannya adengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi. Contoh sistem sosial diantaranya petani di pedesaan, dosen dan pegawai di perguruan tinggi, kelompok dokter di rumah sakit dan masih banyak lagi yang lainnya. Dengan demikian maka system social merupakan ikatan bagi anggotanya dalam melakukan kegiatan artinya anggota tentu saling pengertian dan hubungan timbal balik. Jadi system social mempengaruhi proses difusi inovasi, karena proses difusi inovasi terjadi dalam system social, maka jelaslah bahwa individu akan terpengaruh oleh system social dalam menghadapi suatu inovasi. Berbeda sistem sosial akan berbeda pula proses difusi inovasi, walaupun mungkin dikenalkan dan diberi fasilitas dengan cara dan perlengkapan yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Everett M Rogers dan Floyd G. Shoemaker (dalam McQuail,
1985:61). mengemukakan bahwa teori difusi inovasi dalam prosesnya ada
4 (empat) tahap, yaitu pengetahuan, persuasi, keputusan, dan konfirmasi.
Pengetahuan merupakan kesadaran individu akan adanya inovasi
dan pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
Persuasi, yaitu bagaimana individu membentuk sikap setuju atau tidak
setuju terhadap inovasi. Keputusan, yaitu individu melibatkan diri pada
aktivitas yang mengarah pada pilihan untuk menerima atau menolak
inovasi. Konfirmasi, yaitu individu mencari penguatan (dukungan)
terhadap keputusan yang telah dibuatnya, tapi ia mungkin berbalik
keputusan jika ia memperoleh isi pernyataan pernyataan yang
bertentangan.
I.6.3 Komunikasi kepala desa
a. Komunikasi pembangunan
Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling
berhubungan erat. Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan
seperti bagian integral dari pembangunan. Muktiyo (2011:37) mengatakan
bahwa pembangunan sendiri pada hakekatnya merupakan suatu perubahan
terencana yang dinamis, artinya perubahan tersebut menuntut dinamika
masyarakat untuk mengantisipasi keadaan di masa mendatang.
Dalam penyelenggaraan pembangunan, diperlukan suatu
komunikasi agar terjalin komunikasi efektif dan memiliki makna yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
mampu mengarahkan pencapaian tujuan pembangunan. Hal itu perlu
sekali dilakukan karena proses pembangunan melibatkan berbagai elemen
masyarakat. Seperti yang dikemukakan McAnany dalam jurnalnya bahwa
komunikasi yang baik dapat membantu perubahan sosial ke arah yang baik
pula (McAnany, 2010:8). McAnany juga berpendapat bahwa ruang
lingkup komunikasi pembangunan sangat luas meliputi segenap institusi
pembangunan yang ada dalam masyarakat (McAnany, 2010:15).
Komunikasi pembangunan diarahkan untuk mempengaruhi
masyarakat agar mau menerima dan mampu mengembangkan nilai-nilai
yang diperlukan bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat dan setiap
individu yang ada di dalamnya. Komunikasi pembangunan ini harus
mengedepankan sikap aspiratif, konsultatif dan relationship karena
pembangunan tidak akan berjalan dengan optimal tanpa adanya hubungan
yang sinergis antara pelaku dan obyek pembangunan. Apalagi proses
pembangunan ke depan cenderung akan semakin mengurangi peran
pemerintah, seiring semakin besarnya peran masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa definisi komunikasi pembangunan,
sebagai berikut:
1) Komunikasi yang dirancang khusus untuk mendukung suatu program
pembangunan (Erskine Childers dalam Effendy, 1990:83);
2) Unsur pendukung dalam pembangunan sebagai penggerak dinamika
masyarakat dalam pembangunan (Pratikto, 1987:84);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3) Dorongan psikologis yang memotivasi suatu masyarakat untuk
mencapai kemajuan (McClelland dalam Nasution, 2004:112-113);
4) Sarana informasi penyebarluasan pembangunan demi memunculkan
partisipasi dan keaktifan masyarakat dalam pembangunan (Schramm
dalam Nasution, 2004:116-120); dan
5) Kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat yang dimaksudkan
untuk secara sadar meningkatkan pembangunan manusiawi demi
perubahan sosial yang berencana (Quebral dan Gomez dalam Nasution,
2004:142-143).
6) Proses interaksi seluruh warga masyarakat untuk tumbuhnya kesadaran,
kemauan, dan kemampuan menggerakkan dan mengembangkan
partisipasi masyarakat dalam proses perubahan terencana demi
perbaikan mutu hidup segenap warga masyarakat secara
berkesinambungan (Totok Mardikanto dalam Muktiyo, 2011:35-36).
Berdasarkan berbagai pandangan di atas, komunikasi
pembangunan dapat dirangkum ke dalam dua perspektif pengertian, yaitu
dalam arti luas dan dalam arti terbatas. Dalam arti luas, komunikasi
pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu
aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara masyarakat dengan
pemerintah, dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembangunan. Sementara dalam arti terbatas, komunikasi pembangunan
merupakan segala upaya dan cara serta teknik penyampaian gagasan dan
ketrampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pembangunan dan diwujudkan pada masyarakat yang menjadi sasaran agar
dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan
(Nasution, 2004:106).
Schramm (dalam Nasution, 2004:101-103) merumuskan tugas
komunikasi dalam suatu perubahan sosial dalam rangka pembangunan,
yaitu:
1) Menyampaikan informasi tentang pembangunan kepada masyarakat agar mereka fokus pada kebutuhan akan perubahan, cara mengadakan perubahan, sarana perubahan, dan cara membangkitkan aspirasi nasional;
2) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan keputusan, memberi kesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat, dan menciptakan arus informasi yang berjalan lancar dari bawah ke atas; dan
3) Mendidik tenaga kerja yang diperlukan pembangunan dengan keterampilan-keterampilan teknis.
Berdasarkan pendapat Schramm di atas, dapat dikatakan bahwa
komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial. Perubahan yang
dikehendaki dalam pembangunan tentunya perubahan ke arah yang lebih
baik. Oleh karena itu, peranan komunikasi dalam pembangunan harus
dikaitkan dengan arah perubahan tersebut. Artinya, kegiatan komunikasi
harus mampu mengantisipasi gerak pembangunan.
Jika dilihat dari segi ilmu komunikasi yang juga mempelajari
masalah proses, yaitu proses penyampaian pesan seseorang kepada orang
lain untuk merubah sikap, pendapat dan perilakunya, pembangunan pada
dasarnya melibatkan minimal tiga komponen, yakni komunikator
pembangunan, bisa aparat pemerintah ataupun masyarakat, pesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
pembangunan yang berisi ide-ide atau program-program pembangunan,
dan komunikan pembangunan, yaitu masyarakat luas, baik penduduk desa
atau kota yang menjadi sasaran pembangunan.
Dalam pembangunan, komunikasi tetap dianggap sebagai
perpanjangan tangan para perencana pemerintah dan fungsi utamanya
adalah untuk mendapatkan dukungan masyarakat dan partisipasi mereka
dalam pelaksanaan rencana-rencana pembangunan. Dalam komunikasi
pembangunan yang diutamakan adalah kegiatan mendidik dan memotivasi
masyarakat. Tujuannya untuk menanamkan gagasan-gagasan, sikap
mental, dan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan serta mengubah
sikap, pendapat, dan perilaku.
b. Relevansi komunikasi pembangunan dengan teori komunikasi
Totok Mardikanto (dalam Muktiyo, 2011:35-36) merumuskan
komunikasi pembangunan sebagai proses interaksi seluruh warga
masyarakat untuk tumbuhnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan
menggerakkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam proses
perubahan terencana demi perbaikan mutu hidup segenap warga
masyarakat secara berkesinambungan dengan menggunakan teknoogi atau
inovasi yang terpilih. Warga masyarakat yang dimaksud adalah semua
stakeholder pembangunan, meliputi aparat pemerintah, tokoh masyarakat,
pekerja sosial, kelompok/organisasi sosial, aktivis LSM, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Mencermati pengertian komunikasi pembangunan ini terlihat
bahwa interaksi yang terbangun sangat kompleks. Untuk memahami
kedalaman dan kompleksitas dinamikanya digunakan perspektif sibernetik
dari tradisi sibernetik. Dalam tradisi ini, komunikasi dipahami sebagai
bagian yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain,
membentuk serta mengontrol sistem, dan menerima keseimbangan dan
perubahan.
Selain itu, tradisi sibernetik dalam pola hubungan komunikasi
merupakan proses interaksi seluruh warga masyarakat yang menunjukkan
hubungan yang beragam, seperti misal pada interaksi yang terjadi saat
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan warga masyarakat
dalam menggerakkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan.
Dalam proses pembangunan, komunikasi diarahkan untuk
mempengaruhi masyarakat agar mau menerima dan mengembangkan
nilai-nilai bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat. Laswell seperti yang
dikutip Muktiyo (2011:189) menegaskan bahwa nilai-nilai tersebut tidak
hanya menyangkut perubahan pada aspek kognitif dan psikomotorik,
tetapi juga perubahan afektif. Oleh sebab itulah, komunikasi pembangunan
biasanya diartikan sebagai penerapan strategi dan prinsip-prinsip
komunikasi dalam pembangunan. Komunikasi pembangunan tidak lagi
diartikan sebagai penyampaian informasi, tetapi sebagai proses yang
memungkinkan partisipan menciptakan dan berbagai informasi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
yang lainnya untuk mewujudkan pemahaman bersama (Rogers dalam
Muktiyo, 2011:190).
Arti komunikasi pembangunan saat ini sesuai dengan pendekatan
pemberdayaan yang partisipatoris karena unsur-unsur yang terlibat dalam
proses komunikasi (komunikator dan komunikan) memiliki kesetaraan
peran dan posisi. Asumsi pendekatan partisipatif memandang masyarakat
sebagai penerima informasi yang memiliki kemampuan untuk membangun
dirinya dan lingkungannya dengan segala potensi yang ada (Muktiyo,
2011:220).
Pembangunan yang dimaksud merupakan perubahan terencana.
Dalam melakukan perubahan terencana perlu upaya pemberdayaan agar
masyarakat mau dan mampu mengadakan perubahan. Dalam melakukan
pemberdayaan tersebut, seseorang pasti akan melakukan komunikasi
dengan orang lain (human relation). Pengertian human relation dalam arti
sempit adalah komunikasi persuasif yang dilakukan seseorang kepada
orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja dan dalam organisasi
kekaryaan dengan tujuan untuk meningkatkan semangat bekerja yang
produktif. Sementara, human relation dalam arti luas adalah komunikasi
persuasif yang dilakukan seseorang kepada orang lain secara tatap muka
dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan sehingga
menimbulkan kebahagiaan di hati kedua belah pihak (Muktiyo, 2011:292-
293).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
I.6.4 Motivator
Istilah motivator berkembang dari istilah motif dan motivasi
sehingga sebelum menjelaskan konsep motivator ada baiknya memahami
tentang motif dan motivasi. Menurut Soewarno Handayaningrat (1986:81),
motif adalah suatu pernyataan batin yang berwujud daya kekuatan untuk
bertindak atau bergerak secara langsung atau melalui saluran perilaku yang
mengarah terhadap sasaran.
Definisi motif sebagai keadaan kejiwaan yang mendorong,
mengaktifkan, menggerakkan, mengarahkan, dan menyalurkan perilaku
seseorang dalam pencapaian tujuan (Siagian, 2000:102).
Masih menurut Siagian, dari segi taksonomi, motivasi berasal dari
kata “movere” dalam bahasa Latin yang mempunyai arti bergerak.
Berbagai hal yang biasanya terkandung dalam berbagai definisi tentang
motivasi antara lain adalah kebutuhan, dorongan dan tujuan. Motivasi
menurut arti katanya adalah bergerak, dimana “bergerak” tersebut
ditimbulkan oleh suatu keadaan atau suasana yang mendorong manusia
untuk bergerak.
Sementara, motivasi adalah pengertian umum dalam bentuk
dorongan, kehendak, kebutuhan, keinginan dan daya kekuatan lain
(Handayaningrat, 1986:82). Koontz mengemukakan pengertian motivasi
yang dikutip oleh Hasibuan (1996:95) bahwa motivasi mengacu pada
dorongan dan usaha untuk kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Menurut Effendi (1993:69) motivasi adalah kegiatan memberikan
dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu
tindakan yang dikehendaki. Lebih lanjut, Terry mengemukakan pengertian
motivasi yang dikutip oleh Moekijat (1984:10) sebagai keinginan di
dalam diri seorang individu yang mendorong dia untuk bertindak.
Sementara, dari penelitian istilah Manajemen Lembaga Pendidikan dan
Pembinaan Manajemen (dalam Moekijat, 1994:10) memberikan pendapat
bahwa motivasi adalah proses atau faktor yang mendorong orang untuk
bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang motivasi di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi atau dorongan adalah suatu kekuatan atau
pengaruh yang timbul dalam diri seseorang untuk bertindak untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara, seseorang
disebut sebagai motivator apabila ia mampu mempengaruhi orang lain
sehingga menimbulkan kekuatan pada orang lain yang dipengaruhinya dan
selanjutnya akan menimbulkan suatu tindakan atau perilaku yang lebih
baik demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
Berkaitan dengan pemimpin, Wijaya (1986:12) mengaitkannya
dengan memberikan batasan mengenai motivasi dalam pemerintahan yaitu
bahwa motivasi adalah kekuatan seorang pemimpin baik dari dalam
maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Atau dengan perkataan lain motivasi dapat diartikan sebagai
dorongan mental yang datangnya dari pemimpin suatu pemerintahan
terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota kelompok dalam
menggapai sesuatu tujuan dalam masyarakat.
Motivasi sebagai suatu hal yang penting sehingga sangat perlu
untuk dilakukan oleh setiap pimpinan, terutama dalam melaksanakan suatu
kebijaksanaan atau kegiatan yang memerlukan adanya dukungan dari
bawahan maupun masyarakatnya secara aktif. Hal tersebut memerlukan
kemampuan yang matang dari seorang pemimpin terutama dengan
mengetahui prinsip-prinsip motivasi.
Prinsip motivasi merupakan suatu pedoman pokok yang hendaknya
diketahui oleh seseorang pimpinan sebelum melakukan pemberian
motivasi agar tujuan pemberian motivasi dapat tercapai dengan efektif dan
efisien. Prinsip-prinsip motivasi seperti yang dikemukakan oleh Hasibuan
(1980:185) adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Mengikutsertakan
Artinya para bawahan diberikan kesempatan untuk ikut serta
berpartisipasi dalam keputusan-keputusan sehingga mereka merasa
ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan.
2. Prinsip Komunikasi
Artinya motivasi akan cenderung meningkat jika bawahan diberi tahu
mengenai apa saja hal-hal yang berpengaruh terhadap sebuah tujuan.
Pada dasarnya, semakin banyak seorang bawahan mengetahui hal-hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
tersebut, semakin banyak pula minat dan perhatiannya terhadap
pencapaian tujuan.
3. Prinsip Pengakuan
Artinya motivasi akan cenderung meningkat jika bawahan diberi
pengakuan atas peran sertanya terhadap hasil-hasil yang dicapai.
4. Prinsip Wewenang yang Didelegasikan
Artinya motivasi akan cenderung meningkat jika bawahan diberikan
wewenang dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan-keputusan
sendiri.
5. Prinsip Perhatian Timbal Balik
Artinya motivasi akan cenderung meningkat jika seorang pemimpin
mengetahui kebutuhan dan keinginan bawahan.
Dalam melaksanakan pembangunan nasional pada umumnya dan
pembangunan desa khususnya, faktor motivasi merupakan unsur yang
penting sebab motivasi merupakan dorongan yang kuat dalam rangka
membina mental pembangunan masyarakat untuk kemajuan desa itu
sendiri. Dengan memberi motivasi yang tepat, tujuan mencapai
masyarakat adil dan makmur tidak mustahil akan terwujud.
Demikian halnya dalam pemerintahan, dimana kepala desa
pemegang jabatan tertinggi di tingkat desa, harus mampu melaksanakan
pembangunan di tingkat desa tersebut. Untuk itulah, kepada desa sebagai
pemimpin harus mampu memberikan dorongan atau motivasi kepada
masyarakat untuk ikut aktif dalam pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Peran aktif masyarakat merupakan partisipasi yang menurut S.P. Siagian (2000:33) ada 2 bentuk yaitu: (1) Partisipasi yang berbentuk pasif, artinya partisipasi masyarakat yang ditunjukkan dalam bentuk sikap perilaku dan tindakan yang tidak melakukan hal-hal yang dapat menghalangi kelancaran jalannya roda pemerintahan dan pembangunan; dan (2) Partisipasi aktif dalam berbagai bentuk diantaranya kerelaan melakukan pengorbanan yang dituntut oleh pembangunan dengan memberikan sumbangsih demi kepentingan bersama yang lebih luas dan lebih penting.
Agar terlaksananya partisipasi aktif seperti tersebut di atas dengan
baik maka diperlukan motivasi kepala desa. Motivasi kepala desa
merupakan kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri
sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki.
Keikutsertaan masyarakat secara terpadu akan mendorong
masyarakat untuk lebih aktif melaksanakan pembangunan karena
masyarakat merasa ikut memiliki hasil-hasil pembangunan. Dalam hal ini,
kepala desa sebagai motivator atau orang yang memberikan dorongan
kepada masyarakat agar bersedia berpartisipasi dalam pembangunan.
Di dalam suatu organisasi masyarakat yang sedang melaksanakan
pembangunan, seorang pemimpin dalam hal ini kepala desa, sebagai
motivator harus dapat memegang teguh pelaksanaan motivasi bagi
masyarakatnya sesuai dengan proses dan tujuan motivasi. Pelaksanaan
proses motivasi meliputi:
a) Perlu menetapkan terlebih dahulu tujuan dari pembangunan tersebut;
b) Penting mengetahui keinginan masyarakat yang tidak hanya dilihat dari sudut pandang pimpinan dan pembangunan saja;
c) Harus dilakukan komunikasi yang baik antara pimpinan dengan masyarakat;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
d) Sebagai pemimpin, penting bagi kepala desa untuk memberikan bantuan kepada masyarakatnya dalam pembangunan; dan
e) Pemimpin harus membentuk team work yang sanggup mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Hasibuan, 1980:188).
Sementara, tujuan motivasi dalam pembangunan adalah: (a) Untuk
meningkatkan gairah kerja masyarakat; (b) Untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab masyarakat terhadap kewajibannya dalam pembangunan;
dan (c) Untuk memperbesar partisipasi masyarakat dalam pembangunan
(Effendy, 1990: 85-88). Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas bahwa
dalam pelaksanaan proses dan tujuan motivasi harus dijalankan secara
harmonis, baik bagi pemimpin maupun masyarakat atau bawahannya
untuk mencapai keseluruhan tujuan.
I.6.5 Partisipasi masyarakat desa: swadaya
Berdasarkan Peraturan Menteri nomor 66 tahun 2007 tentang
Perencanaan Pembangunan Desa, pembangunan desa merupakan
pembangunan partisipatif yaitu suatu sistem pengelolaan pembangunan
bersama-sama secara musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang
merupakan cara hidup masyarakat yang telah lama berakar budaya di
wilayah Indonesia.
Kata partisipatif berasal dari partisipasi. Menurut Juliantara,
(2004:84) partisipasi diartikan sebagai keterlibatan setiap warga
negara, baik secara langsung maupun melalui institusi yang mewakili
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
kepentingannya, dalam hal kebebasan berbicara dan berpartisipasi
secara konstruktif.
Partisipasi menurut Paul (dalam Dilla dalam Muktiyo, 2011:221)
memiliki empat tingkatan, yaitu:
1) Information sharing. Ini merupakan tingkatan terendah dari partisipasi, dimana para agen perubahan membagi informasi dan memberi pemahaman kepada orang lain.
2) Consultation. Di tingkatan ini, orang lain mempunyai peluang untuk berbagi, bertanya, dan menyimak agen perubahan.
3) Decision making. Di tingkatan ini, orang lain mempunyai peluang untuk berperan dalam menentukan desain dan implementasi dalam perubahan sosial.
4) Initiating action. Ini merupakan tingakatan tertinggi dari partisipasi, dimana orang lain telah mengambil inisiatif dan memutuskan proses perubahan yang diinginkan.
Koentjaraningrat (1994:79) mengatakan bahwa partisipasi rakyat
terutama rakyat pedesaan dalam pembangunan menyangkut partisipasi
dalam aktivitas-aktivitas bersama dalam proyek-proyek pembangunan
yang khusus dan partisipasi sebagai individu diluar aktivitas-aktivitas
bersama dalam pembangunan.
Dalam realitasnya, terutama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, istilah partisipasi ini sering dikaitkan dengan
usaha di dalam mendukung program pembangunan. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Tjokromidjojo (dalam Safi’i,
2007:104) partisipasi masyarakat dalam pembangunan dibagi atas tiga
tahapan, yaitu:
a) Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
b) Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan; dan
c) Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara berkeadilan.
Berdasarkan uraian di atas, maka partisipasi tidak saja identik
dengan keterlibatan secara fisik dalam pelaksanaan pembangunan saja
tetapi juga menyangkut keterlibatan diri sehingga akan timbul tanggung
jawab dan sumbangan yang besar dan penuh terhadap pembangunan.
Dalam hal partisipasi masyarakat di dalam pembangunan desa,
Ndraha (1982:82) juga mengemukakan tentang bentuk-bentuk partisipasi
yaitu sebagai berikut:
a) Partisipasi dalam bentuk swadaya murni dari masyarakat dalam hubungan dengan pemerintah desa, seperti jasa/tenaga, barang maupun uang;
b) Partisipasi dalam penerimaan/pemberian informasi; c) Partisipasi dalam bentuk pemberian gagasan; d) Partisipasi dalam bentuk menilai pembangunan; dan e) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan operasional pembangunan.
Dari uraian di atas, jelaslah kiranya bahwa partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa sangat luas. Pembangunan yang dilakukan di
pedesaan harus terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong.
Terpadu di sini dimaksudkan keterpaduan antar pemerintah dan
masyarakat, antara sektor yang mempunyai program pedesaan dan antara
anggota masyarakat sendiri.
Darjono (dalam Sastropoetro, 1988:19) mengatakan bahwa
partisipasi masyarakat dilakukan dalam bentuk swadaya gotong royong
yang merupakan modal utama dan potensi yang penting dalam
pembangunan desa dan selanjutnya akan tumbuh dan berkembang menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
dasar kelangsungan pembangunan nasional. Swadaya menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah kekuatan (tenaga) sendiri. Berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah Nomor 3 Tahun
2001 pasal 1 ayat 8, swadaya masyarakat adalah setiap upaya
pengembangan yang dilakukan atas prakarsa, kepedulian dan keiklasan
masyarakat baik perorangan maupun kelompok.
Sementara, menurut Bambang Ismawan dalam Jurnal Ekonomi
Rakyat tahun 2003, keswadayaan adalah suatu kondisi yang memiliki
sejumlah kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan diri
sendiri, serta kemampuan untuk memperhitungkan kesempatan-
kesempatan dan ancaman yang ada di lingkungan sekitar, maupun
kemampuan untuk memilih berbagai alternatif yang tersedia agar dapat
dipakai untuk melangsungkan kehidupan yang serasi dan berlanjut.
Keswadayaan bisa dipahami sebagai ”semangat” yakni upaya yang
didasarkan pada kepercayaan kemampuan diri dan berdasarkan pada
sumber daya yang dimiliki. Swadaya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa berdasarkan kemampuan dan potensi
sumber daya alam melalui peningkatan kualitas hidup, keterampilan dan
prakarsa masyarakat (Adisasmita, 2006:4).
Swadaya masyarakat merupakan semangat untuk membebaskan
diri dari ketergantungan pada pihak luar atau kekuatan dari atas dengan
memanfaatkan sumberdaya yang mereka miliki. Swadaya masyarakat juga
dapat dipahami sebagai kemampuan untuk memanfaatkan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
mengembangkan fasilitas-fasililtas yang telah tersedia sebagai hasil
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah.
Tim Koordinasi Program Pengembangan Kecamatan dalam
Petunjuk Teknik Operasional tahun 2007, mengemukakan swadaya
adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang disumbangkan
sebagai bagian dari rasa ikut memiliki. Swadaya masyarakat
merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan. Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan
tenaga, dana, maupun material pada saat perencanaan, pelaksanaan dan
pemeliharaan pembangunan.
Partisipasi warga masyarakat tidak akan tumbuh dan berkembang
tanpa adanya dorongan dari pihak-pihak yang memiliki kelebihan, seperti
para pemimpin formal atau pemimpin informal. Untuk menumbuhkan
partisipasi diperlukan usaha semaksimal mungkin karena menyangkut
proses perubahan sikap manusia. Sudah menjadi kodrat manusia
mempunyai dorongan atau motivasi internal dalam mengembangkan diri
untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan rohaniah maupun jasmaniah.
Dorongan tersebut diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang
menimbulkan perubahan dan kemajuan. Di samping motivasi internal,
juga diperlukan motivasi eksternal sehingga terjadi pembinaan kepada
warga masyarakat untuk menumbuhkan partisipasi yang mandiri agar
terwujud usaha swadaya yang dilaksanakan secara gotong royong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Membina swadaya dan gotong royong masyarakat berarti membina
unsur-unsur yang membangkitkan swadaya dan gotong royong dalam
suatu masyarakat yang dimaksud. Dalam rangka membina warga
masyarakat agar berpatisipasi, pendekatan kemasyarakatan merupakan
suatu cara yang efektif. Susanto (dalam Sopino, 1998:45) mengemukakan
bahwa ada empat teknik kemasyarakatan dari sudut pandang komunikasi
yang dapat digunakan sebagai salah satu teknik dalam menumbuhkan
partisipasi, yaitu:
1) Teknik persuasi; 2) Teknik pengendalian situasi sedemikian rupa sehingga orang
terpaksa secara tidak langsung mengubah; 3) Teknik pengulangan apa yang diharapkan akan masuk dalam
bidang bawah sadar seseorang sehingga ia mengubah sikap diri sesuai dengan apa yang dikehendaki (perfation); dan
4) Memaksa secara langsung perubahan sikap (coersion) dengan adanya hukuman fisik maupun materi.
Dominannya kepala desa dalam perencanaan program-program
pembangunan desa merupakan bentuk pengabaian aspirasi dan partisipasi
masyarakat desa yang diwujudkan dalam bentuk swadaya masyarakat. Hal
ini dapat menyebabkan matinya kemandirian pembangunan karena prinsip
swadaya adalah pembangunan diselenggarakan bukan untuk masyarakat
tetapi bersama masyarakat dan sedapat mungkin dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri.
I.6.6 Pembangunan fisik desa
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dalam
serangkaian kegiatan untuk mencapai suatu perubahan dari keadaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
buruk menuju ke keadaan yang lebih baik yang dilakukan oleh masyarakat
tertentu di suatu negara. Sondang P. Siagian (1990:21) mendefinisikan
pembangunan sebagai suatu usaha atau serangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
negara dan pemerintahan dalam usaha pembinaan bangsa.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam konsep pembangunan
terdapat dua syarat yang harus dipenuhi yakni harus ada usaha yang dilakukan
oleh masyarakat dan pemerintahnya dan dilaksanakan secara sadar, terarah
dan berkesinambungan agar tujuan dari pembangunan itu dapat tercapai. Dari
beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembangunan tersebut,
pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam suasana
kehidupan yang penuh harmonis.
Dalam pembangunan, peran serta seluruh lapisan masyarakat selaku
pelaku pembangunan dan pemerintah selaku pembina dan pengarah sangat
diperlukan. Antara masyarakat dan pemerintah harus berjalan seiring, saling
mengisi, melengkapi dalam satu kesatuan gerak pembangunan guna mencapai
tujuan yang diharapkan.
Pembangunan harus menyangkut semua pihak yaitu dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah, pembangunan yang pertama harus dibina dan
dikembangkan adalah pembangunan desa. Daeng Sudirwo (1981:63)
mendefinisikan pembangunan desa sebagai berikut:
“Pembangunan desa adalah proses perubahan yang terus menerus dan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh masyarakat beserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin, mateeri dan spiritual berdasarkan pancasila yang berlangsung di desa”. Pembangunan desa merupakan pembangunan yang dilaksanakan di
desa. Seperti yang dikemukan oleh H. Sumitro Maskun (1993:21) bahwa
pembangunan desa adalah proses pembangunan yang diarahkan kepada
masyarakat (people centered), mengutamakan segi kehidupan manusia dan
mementingkan aspek-aspek humanisme.
Dengan demikian, maka pembangunan desa perlu terus diupayakan
karena secara keseluruhan desa merupakan landasan bagi ketahanan nasional
seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, untuk mencapai tujuan dari pembangunan
desa, pembangunan dilaksanakan di berbagai aspek kehidupan baik aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama maupun dalam aspek
pertahanan dan keamanan. Melalui pembangunan desa, diupayakan agar
masyarakat memiliki keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan.
Pembangunan desa dengan berbagai masalahnya merupakan
pembangunan yang menyentuh kepentingan bersama. Desa merupakan titik
sentral dari pembangunan nasional Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan
desa tidak mungkin bisa dilaksanakan oleh satu pihak saja, tetapi harus
melalui koordinasi dengan pihak lain baik dengan pemerintah maupun
masyarakat secara keseluruhan.
Dalam merealisasikan pembangunan desa agar sesuai dengan apa yang
diharapkan perlu memperhatikan beberapa pendekatan dengan ciri-ciri khusus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
yang sekaligus merupakan identitas pembangunan desa itu sendiri, seperti
yang dikemukakan oleh C.S.T Kansil, (1983:251) yaitu:
a) Komprehensif multi sektoral yang meliputi berbagai aspek, baik kesejahteraan maupun aspek keamanan dengan mekanisme dan sistem pelaksanaan yang terpadu antar berbagai kegiatan pemerintah dan masyarakat;
b) Pemerataan dan penyebarluasan pembangunan keseluruhan pedesaan termasuk desa-desa di wilayah kelurahan; dan
c) Menggerakan partisipasi, prakarsa dan swadaya gotong royong masyarakat.
Jadi di dalam merealisasikan pembangunan desa itu harus meliputi
berbagai aspek, jangan dari satu aspek saja, agar pembangunan desa itu dapat
sesuai dengan apa yang diinginkan. Pembangunan desa itu harus meliputi
berbagai aspek kehidupan dan penghidupan artinya harus melibatkan semua
komponen yaitu dari pihak masyarakat dan pemerintah, serta harus langsung
secara terus menerus demi tercapainya kebutuhan pada masa sekarang dan
masa yang akan datang.
Proses pembangunan tanpa melalui perencanaan yang matang tidak
mungkin terlaksana dengan baik. Demikian pula dengan pembangunan desa.
Selain itu, agar gerak langkah dan arah pembangunan desa itu tetap tertuju
untuk kepentingan rakyat sehingga berdaya guna, maka perlu memperhatikan
perencanaan maupun proses pelaksanaan yang dituangkan ke dalam pokok-
pokok kebijakan pembangunan desa yang bersangkutan. Adapun pokok-pokok
kebijakan pembangunan desa yang dimaksud menurut C.S.T Kansil
(1983:255) yaitu: (a) Pemanfaatan sumber manusia dan potensi alam; (b)
Pemenuhan kebutuhan esensial masyarakat; (c) Peningkatan prakarsa,
swadaya gotong royong masyarakat; (d) Pengembangan tata desa yang teratur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dan serasi; dan (e) Peningkatan kehidupan ekonomi yang kooperatif berasas
kekeluargaan.
Dari penjelasan di atas sudah tampak jelas bahwa masyarakat
merupakan hal pokok yang eksistensinya harus diakui dalam rangka
mendukung pembangunan. Melalui potensi yang dimilikinya setelah dibina
dan dikembangkan, diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif
dalam pembangunan desa sekaligus untuk menopang tercapainya
pembangunan nasional.
Masyarakat juga diharapkan berpartisipasi dalam pembangunan fisik di
desanya. Pembangunan fisik desa memiliki tujuan akhir yaitu untuk
memaksimalkan pendapatan masyarakat, misalnya pembangunan infrastruktur
jalan aspal akan memudahkan kegiatan ekonomi masyarakat yang
menggunakan transportasi darat.
Untuk mencapai tujuan pembangunan desa tersebut diperlukan
keterlibatan semua pihak yaitu pemerintah dan masyarakat melalui prakarsa
dan partisipasinya secara aktif dalam setiap program pembangunan desa.
Karena keberhasilan pembangunan desa akan terletak pada pemerintah desa
dalam menentukan kebijakannya serta dukungan dari masyarakat malalui
prakarsa dan partisipasinya secara aktif dalam kegiatan pembangunan desa.
I.7 Penelitian terdahulu
Sampai saat ini telah banyak sekali penelitian tentang desa, terutama
tentang kepala desa. Beberapa diantaranya adalah skripsi Hafid Syafriadi tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2009 yang berjudul Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan Desa di di Desa
Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar tahun 2007. Hasil penelitian
skripsi ini adalah berbagai macam peranan yang dapat dilakukan oleh seorang
kepala desa dalam pembangunan desa, yaitu sebagai motivator, dinamisator, dan
komunikator.
Thesis Wahyu Ernistyana tahun 2009 yang berjudul Peranan Kepala Desa
dalam Melaksanakan Pembangunan di Desa Senenan Kecamatan Tahunan
Kabupaten Jepara memberikan hasil penelitian mengenai peranan-peranan teknis
kepala desa dalam pembangunan. Peranan tersebut diantaranya sebagai perencana
pembangunan, pengawas pembangunan, pelopor pembangunan, dan dinamisator
pembangunan. Hampir sama dengan thesis Wahyu Ernistyana, skripsi Lilis
Wahyuningsih yang berjudul Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan (Studi di
Desa Ketanggung Kecamatan Sudimoro Kabupaten Pacitan) juga menghasilkan
peranan teknis kepala desa, terutama pada saat pelaksanaan pembangunan, yaitu
sebagai pemimpin, pengkoordinasi, pemantau, dan pengevaluasi pelaksanaan
pembangunan.
Skripsi Parni tahun 2005 berjudul Peranan Kepala Desa dalam
Menggerakkan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Sarana Fisik Desa
di Desa Tengger Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri sebenarnya
merupakan peneltitian yang terfokus karena sang penulis telah memberikan
batasan-batasan penelitian secara jelas. Akan tetapi, dalam skripsi ini tidak
menggunakan kaidah ilmu komunikasi. Sang penulis menjabarkan data dan
analisis data menggunakan ilmu-ilmu yang sesuai dengan jurusannya yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Hasil penelitian
skripsi ini adalah strategi-strategi seorang kepala desa dalam menggerakkan
partisipasi masyarakat untuk turut dalam kegiatan pembangunan yaitu melalui
pendekatan kepada warganya, mamahami keadaan kehidupan warganya,
memberikan nasehat kepada warganya dan menggali potensi desa.
Dalam penelitian ini dikaji mengenai peranan Kepala Desa sebagai
motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan
fisik desa. Kekhususan penelitian ini adalah kajian yang terfokus kepada kegiatan-
kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh kepala desa dalam berperana sebagai
motivator, terutama bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan, seperti
komunikasi formal, informal, top-down, face to face, bermedia, dan masih banyak
lagi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang sudah ada sebelumnya karena kajian utama penelitian ini adalah
bentuk komunikasi kepala desa dalam menjalankan perannya sebagai motivator
swadaya masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
II.1 Gambaran Umum Desa Ngancar
II.1.1 Letak dan batas wilayah
Penelitian ini tepatnya dilakukan di Desa Ngancar, Kecamatan
Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. Pemilihan Desa Ngancar sebagai lokasi
penelitian adalah berdasarkan pertimbangan beberapa kondisi dan potensi
desa. Desa ini memiliki tingkat swadaya yang relatif tinggi. Padahal,
sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani dan buruh tani dengan
penghasilan yang minim serta termasuk desa dengan peradaban yang
tergolong masih rendah. Selain itu, Desa Ngancar mempunyai beberapa
potensi yang jika dimanfaatkan dengan baik akan semakin dapat
mendukung optimalisasi pembangunan.
Secara geografis, Desa Ngancar merupakan desa yang terletak di
sebelah paling timur wilayah Jawa Tengah. Desa dengan suhu rata-rata
harian 26-320 Celcius ini mempunyai total luas wilayah 666,1215 Ha.
Batas wilayah Desa Ngancar adalah sebagai berikut:
Batas wilayah sebelah utara : Desa Bumiharjo;
Batas wilayah sebelah selatan : Desa Girikikis;
Batas wilayah sebelah timur : Desa Bulurejo; dan
Batas wilayah sebelah barat : Kelurahan Giriwoyo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Jarak tempuh dari Desa Ngancar ke ibu kota kecamatan terdekat
yaitu Kecamatan Giriwoyo adalah sejauh 3 kilometer dengan waktu
tempuh selama 10 menit jika ditempuh dengan transportasi umum.
Sedangkan, jarak tempuh dari Desa Ngancar ke ibu kota kabupaten
terdekat yaitu Kabupaten Wonogiri adalah sejauh 60 kilometer dengan
waktu tempuh selama kurang lebih 1 jam. Ketersediaan transportasi umum
dari Desa Ngancar menuju Kota Wonogiri cukup memadai, ditambah lagi
dengan beberapa armada yang berasal dari arah Pacitan menuju Solo.
Sebagai desa yang terletak paling timur, Desa Ngancar relatif berbatasan
langsung dengan Kota Pacitan dan memerlukan waktu tempuh selama 15
menit untuk sampai ke batas kota Pacitan.
Desa Ngancar terdiri dari 8 dusun yaitu Dusun Karangasem, Dusun
Ngancar, Dusun Dungringin, Dusun Dungbendo, Dusun Jetis, Dusun
Tapan, Dusun Petir, dan Dusun Glonggong. Total rukun tetangga (RT)
Desa Ngancar adalah 21 dengan rincian Dusun Karangasem memiliki 3
RT, Dusun Ngancar 3 RT, Dusun Dungringin 2 RT, Dusun Dungbendo 2
RT, Dusun Jetis 3 RT, Dusun Tapan 3 RT, Dusun Petir 2 RT, dan Dusun
Glonggong 3 RT (lihat lampiran 1).
II.1.2 Keadaan geografis
Topografi Desa Ngancar sebagian besar adalah dataran dan
perbukitan. Wilayahnya mempunyai potensi sumber alam yang terdiri dari
95 Ha persawahan, 100 Ha hutan milik negara, 106 Ha pemukiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
penduduk, dan 196 Ha ladang tegalan (Sumber: Daftar Isian Potensi Desa
dan Tingkat Perkembangan Desa Ngancar Tahun 2010).
Desa Ngancar memiliki infrastruktur desa dengan jumlah yang
memadai dan dalam keadaan yang terawat dengan baik, diantaranya
adalah beberapa bangunan peribadatan, bangunan pendidikan, dan
prasarana transportasi berupa jalan desa. Berdasarkan informasi dari
Kepala Desa Ngancar, Mulyatmo, jalan distrik di desa ini telah 100%
berupa jalan aspal, sedangkan jalan lingkungan telah 80% berupa rabat
beton. Jalan di tiga dusun di Desa Ngancar yaitu Dusun Petir, Glonggong,
dan Tapan merupakan Jalur Lintas Selatan sebagai jalan pintas antara
Propinsi Jawa Tengah dengan propinsi Jawa Timur dan merupakan jalur
lalu lintas kendaraan besar seperti truk tronton, bus AKAP, dan lain-lain.
II.1.3 Keadaan demografis
a. Jumlah penduduk
Saat ini, jumlah penduduk Desa Ngancar tercatat sebanyak
2300 jiwa dengan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1180 jiwa
dan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1120 jiwa. Jumlah Kepala
Keluarga (KK) di Desa Ngancar adalah 724 KK. Dusun Glonggong
merupakan dusun dengan jumlah penduduk terbanyak di Desa Ngancar
yaitu 364 jiwa, sedangkan Dusun Petir merupakan dusun dengan
jumlah penduduk paling sedikit yaitu 185 jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
b. Keadaan penduduk menurut umur dan jenis kelamin
Berdasarkan data terakhir yang tersedia, yaitu Daftar Isian
Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa Ngancar, Kecamatan
Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 jumlah seluruh penduduk
adalah 2300 jiwa. Dari jumlah tersebut, dapat digolongkan menurut
usia dan jenis kelamin seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3
Keadaan Penduduk Menurut Golongan Usia dan Jenis Kelamin
Di Desa Ngancar
No. Golongan usia Jenis kelamin
Jumlah % Laki-laki Perempuan
1. 0 – 4 50 65 115 5 2. 5– 9 67 67 134 5,83 3. 10 – 14 74 71 145 6,3 4. 15 – 19 79 79 158 6,87 5. 20 – 24 78 81 159 6,91 6. 25 – 29 79 83 162 7,04 7. 30 – 34 67 68 135 5,87 8. 35 – 39 71 77 148 6,43 9. 40 – 44 76 79 155 6,74 10. 45 – 49 80 82 162 7,04 11. 50– 54 79 82 161 7 12. 55 – 59 77 82 159 6,91 13. 60 – 64 76 81 157 6,83 14. 65 – 69 77 78 155 6,74 15. 70 – 74 78 86 164 7,13 16. 75 + 12 19 31 1,36
Total jumlah 1120 1180 2300 100 Sumber: Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa Ngancar Tahun 2010 (diolah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
c. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian
Seperti halnya daerah lain, penduduk Desa Ngancar Kecamatan
Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri juga memiliki mata pencaharian yang
beragam.
Tabel 4
Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Ngancar
No. Pekerjaan Jumlah % 1. Sektor pemerintahan a. Perangkat desa 14 0,61 b. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 25 1,09 c. Bidan dan paramedis kesehatan 3 0,13 d. Guru swasta 7 0,3 e. TNI/Polri 1 0,04
2. Sektor usaha kecil dan menengah a. Pedagang/wiraswasta/industri 125 5,43
3. Sektor peternakan a. Ternak sapi 4 0,17
4. Sektor pertanian a. Petani 952 41,39 b. Buruh tani 106 4,61
5. Sektor keterampilan a. Tukang batu 37 1,62 b. Tukang kayu 21 0,91 c. Pramuwisma 14 0,61 d. Karyawan swasta 42 1,83
6. Lain-lain 949 41,26 Total Jumlah 2300 100
Sumber: Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa Ngancar Tahun 2010 (diolah)
Tabel di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk
Desa Ngancar sangat bervariasi. Diantaranya adalah 5,43%
penduduknya mempunyai matapencaharian sebagai
pedagang/wiraswasta/industri, 41,39% sebagai petani, 4,61% sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
buruh tani, dan 2,17% bekerja di sektor pemerintahan seperti Pegawai
Negeri Sipil (PNS), perangkat desa, dan guru. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Ngancar
bermatapencaharian di sektor pertanian yaitu sebanyak 1058 orang
atau 46% dari total jumlah penduduk.
d. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan
Dari data yang ada di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo
Kabupaten Wonogiri tingkat pendidikan penduduk memperlihatkan
komposisi yang menunjukkan bahwa kesadaran penduduk terhadap
pentingnya pendidikan masih rendah. Untuk lebih jelas mengenai hal
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5
Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Di Desa Ngancar
No. Tingkat pendidikan Jumlah (orang) % 1. Belum sekolah 182 7,91 2. Belum tamat (masih sekolah) 154 6,7 3. Tamat pendidikan umum a. Tamat SD/sederajat 934 40,61 b. Tamat SMP/sederajat 245 10,65 c. Tamat SMA/sederajat 370 16,09 d. Tamat D1 - e. Tamat D2 7 0,3 f. Tamat D3 3 0,13 g. Tamat S1 6 0,26 h. Tamat S2 - i. Tamat S3 -
3. Tidak tamat SD/sederajat 399 17,35 Total Jumlah 2300 100
Tabel di atas memberi gambaran bahwa masih banyak
penduduk di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan
pemerintah. Hampir separuh penduduk Desa Ngancar yaitu 934 orang
atau sekitar 40,61% hanya tamat SD, 245 orang lainnya tamat
SMP/sederajat atau sekitar 10,65%, 370 orang tamat SMA/sederajat
atau sekitar 16,09%, 10 orang tamat diploma atau sekitar 0,43%, dan
hanya 6 orang yang tamat perguruan tinggi. Jika dilihat dari tingkat
pendidikan pendidikan penduduknya, Desa Ngancar masih termasuk
desa tertinggal karena penduduknya banyak yang tidak melanjutkan
sekolah dan hanya sedikit yang mendapat kesempatan melanjutkan
sekolahnya hingga perguruan tinggi. Tingkat pendidikan yang rendah
dalam suatu masyarakat merupakan salah satu dimensi kemiskinan.
II.1.4 Keadaan sosial, budaya, dan ekonomi
a. Sosial dan budaya
Sebagai daerah pedesaan, Desa Ngancar kondisinya tidak jauh
berbeda dengan desa lain yang belum dapat berkembang secara
maksimal. Kondisi sosial masyarakat dapat dikatakan tidak terlalu
baik. Hal ini terlihat pada sumber daya manusia yang ada di desa
tersebut. Sumber daya manusia yang ditemui masih memprihatinkan
baik dari segi pendidikan maupun taraf kehidupan sehari-hari.
Walaupun aksesibilitas menuju ke Desa Ngancar relatif bagus dan
lancar dengan jalan beraspal, tetapi dengan lokasi yang cukup jauh dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
pusat pemerintahan dan jasa mengakibatkan masyarakat harus
mengeluarkan biaya mahal untuk menuju ke Desa Ngancar.
Dari segi budaya, masyarakat di Desa Ngancar masih
melaksanakan tradisi adat istiadat dan budaya seperti halnya pedesaaan
seperti gotong-royong untuk kegiatan bersama. Berdasarkan Daftar
Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa Ngancar Tahun
2010, tingkat kegotongroyongan penduduk Desa Ngancar tergolong
tinggi. Kegiatan gotong royong tersebut dapat dijumpai dalam
pembangunan rumah, istilahnya sambatan. Selain itu, terdapat pula
gotong royong dalam pembangunan fisik, misal pembangunan jalan
desa (Lihat lampiran 2). Masyarakat juga aktif dalam setiap kegiatan
sosial, misalnya tradisi keagamaan dan kegiatan-kegiatan arisan.
b. Ekonomi
Perekonomian Desa Ngancar tidak terlepas dari beberapa
kegiatan ekonomi yang dilakukan penduduknya. Potensi sumber daya
manusia yang ada di Desa Ngancar ditunjang oleh potensi sumber daya
alam yang mendukung. Penduduk Desa Ngancar melakukan kegiatan
ekonomi di beberapa bidang, diantaranya di sektor pertanian dengan
menanam berbagai tanaman pangan, sektor perkebunan dengan
menanam kelapa, cengkeh, dan mete, sektor peternakan, dan menggali
beberapa bahan galian dari alam.
Untuk sektor tanaman pangan, selain menanam padi dan
jagung, mayoritas penduduk Desa Ngancar juga menanam kacang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kedelai, kacang tanah, dan ubi kayu. Tanaman padi, jagung, kacang
kedelai, dan kacang tanah merupakan tanaman pangan dengan masa
tanam selama 3 bulan, sedangkan ubi kayu dapat dipanen setelah 6
bulan-12 bulan masa tanam.
Mata pencaharian masyarakat Desa Ngancar dipengaruhi oleh
kondisi geografis yang berupa daerah perbukitan dengan mata
pencaharian utama sebagai petani. Mata pencaharian masyarakat di
Desa Ngancar terutama kaum laki-laki tidak hanya satu pekerjaan saja.
Artinya, mereka memiliki pekerjaan utama yang sebagian besar
sebagai petani. Pekerjaan tambahan mereka berupa pekerjaan-
pekerjaan informal seperti tukang bangunan, perajin maupun bekerja di
industri kecil serta berdagang. Pekerjaan tambahan ini dilakukan saat
mereka tidak bertani, yakni pada saat lahan pertanian tidak bisa
digarap. Sementara kaum perempuan lebih banyak bekerja sebagai
pedagang atau industri kecil. Pekerjaan ini dipilih kebanyakan kaum
perempuan agar dapat sembari mengurus anak dan melakukan
pekerjaan rumah tangga sehari-hari.
Tingkat pendapatan masyarakat Desa Ngancar dipengaruhi
oleh mata pencahariannya. Mata pencaharian penduduk setempat
sebagai petani dengan kemampuan bercocok tanam terbatas
menyebabkan pendapatan yang diterimanya kecil.
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat
setempat, didapatkan data bahwa pendapatan rata-rata masyarakat per
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
hari dari hasil bertani tidak menentu. Oleh karena itu, maka mereka
mencari alternatif pekerjaan tambahan selain sebagai petani. Pekerjaan
tambahan tersebut meningkatkan pendapatan mereka dengan tingkat
pendapatan rata-rata per hari berkisar antara Rp 20.000,- hingga Rp
25.000,-.
II.2 Gambaran Umum Tata Kerja Pemerintahan Desa Ngancar
Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Desa dan Penjelasan
UU tersebut, pemerintahan Desa Ngancar terdiri dari pemerintah desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah Desa Ngancar terdiri atas kepala desa
dan perangkat desa. Perangkat Desa Ngancar terdiri dari sekretaris desa, unsur
kewilayahan yaitu kepala dusun, dan pelaksana teknis lapangan yaitu kepala
urusan (kaur). Pembentukan kepala dusun dan beberapa kepala urusan ini telah
sesuai dengan pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 4 tahun 2007
tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa dan
pasal 12 PP Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa yang menyebutkan bahwa jumlah
perangkat desa selain sekretaris desa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
sosial budaya masyarakat desa setempat.
Tabel 6
Susunan Organisasi Pemerintahan Desa Ngancar
No. Nama Jabatan Pendidikan 1. Teguh Supriyanto Ketua BPD S1 2. Mulyatmo Kepala desa SMA 3. Darmanto Sekretaris desa SMA 4. Karsidi Kepala urusan pemerintahan SMP 5. Feri Asmoro Kepala urusan ekonomi dan SMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pembangunan 6. Muzaini Kepala urusan kesejahteraan
sosial SMA
7. Nurosidi Kepala urusan keuangan SMA 8. Sutarjo Kepala dusun Ngancar SMA 9. Nurzemi Kepala dusun Karangasem SMA 10. Kasino Kepala dusun Dungringin SD 11. Sakimin Kepala dusun Dungbendo SD 12. Supriyanto Kepala dusun Jetis SMA 13. Marimin Kepala dusun Petir SD 14. Suwarno Kepala dusun Glonggong SMA 15. Juman Kepala dusun Tapan SD
Diolah dari: Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan
Desa Ngancar Tahun 2010
Bagan 3
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ngancar
Keterangan : garis koordinasi garis komando
BPD Kepala Desa Mulyatmo
Sekretaris Desa Darmanto
Kaur Pemerintahan
Karsidi
Kaur Ekonomi dan Pembangunan
Feri Asmoro
Kaur Kesejahteraan dan Sosial
Muzaini
Kaur Keuangan Nurosidi
Kadus Ngancar Sutarjo
Kadus Karangasem
Nurzemi
Kadus Dungringin
Kasino
Kadus Dungbendo
Sakimin
Kadus Jetis
Supriyanto
Kadus Glonggong
Suwarno
Kadus Petir
Marimin
Kadus Tapan Juman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Bagan struktur organisasi pemerintahan Desa Ngancar di atas telah sesuai
dengan Lampiran Perda Kabupaten Wonogiri nomor 4 tahun 2007. Dari bagan
tersebut dapat digambarkan bahwa Kepala Desa Ngancar harus senantiasa
berkoordinasi dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai unsur
penyelenggaran pemerintahan desa. Dalam melaksanakan tugasnya, perangkat
Desa Ngancar bertanggung jawab kepada kepala desa. Sementara, masing-masing
kepala urusan bertanggung jawab kepada kepala desa melalui sekretaris desa
(lihat lampiran 3).
Jika dilihat secara status, kepala desa dan sekretaris desa berbeda. Kepala
desa merupakan pejabat publik yaitu pejabat yang dipilih melalui mekanisme
pemilihan umum, sedangkan sekretaris desa merupakan Pegawai Negeri Sipil
yang memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP) dan diangkat oleh sekretaris daerah
atas nama bupati, dalam hal ini Bupati Wonogiri. Fungsi sekretaris desa adalah
selaku penyelenggara urusan administrasi pemerintah desa, pengkoordinir
kegiatan perangkat desa dan perumus kebijakan penyelenggaraan tugas
pemerintah desa, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.
Desa Ngancar memiliki empat orang kepala urusan, yaitu urusan
pemerintahan, urusan keuangan, urusan ekonomi dan pembangunan, dan urusan
kesejahteraan sosial. Fungsi kepala urusan pemerintahan adalah selaku unsur
pembantu dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang meliputi
pembinaan wilayah dan kamtibmas, bidang pendapatan, kependudukan dan
catatan sipil serta fasilitasi kegiatan BPD. Sementara kepala urusan keuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
adalah sekaligus bendahara desa. Tugasnya adalah mengelola administrasi dan
mengendalikan keuangan desa.
Fungsi kepala urusan ekonomi dan pembangunan adalah selaku unsur
pembantu dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,
pembinaan/pemberdayaan perekonomian masyarakat dan pertanian. Salah satu
tugas kepala urusan ini adalah menyusun program dan melaksanakan kegiatan
dalam rangka meningkatkan swadaya dan partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan perekonomian dan pelaksanaan pembangunan desa.
Fungsi kepala urusan kesejahteraan sosial adalah selaku unsur pembantu
dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat dibidang kesejahteraan sosial,
pembinaan kehidupan beragama, pendidikan dan organisasi kemasyarakatan.
Salah satu tugas kepala urusan ini adalah membantu pelaksanaan pembinaan
PKK, Karang Taruna dan Ormas lainnya.
Selain kepala urusan, Desa Ngancar memiliki delapan orang kepala dusun
sesuai jumlah dusun yang terdapat di desa ini. Masing-masing kepala dusun
mempunyai tugas membantu Kepala Desa Ngancar dalam menyelenggarakan
urusan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kehidupan
kemasyarakatan di dalam wilayah kerjanya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Beberapa fungsi yang dijalankan kepala dusun di Desa
Ngancar diantaranya sebagai pelaksana kegiatan pembinaan kemasyarakatan dan
kerukunan warga serta peningkatan swadaya gotong-royong.
Guna lebih meningkatkan keberhasilan pelaksanaan tugas dalam rangka
koordinasi dan pelayanan masyarakat agar terkoordinasi sesuai dengan tugas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
fungsi masing-masing, pemerintah Desa Ngancar rutin mengadakan Rapat
Koordinasi Perangkat Desa setiap hari Kamis pukul 10.00 WIB bertempat di
kantor Balai Desa Ngancar. Berdasarkan observasi peneliti, rapat koordinasi ini
membahas mengenai segala permasalahan yang ada di desa dan laporan-laporan
perangkat desa mengenai perkembangan keadaan dusun, perkembangan kegiatan-
kegiatan yang berlangsung di tingkat RT,RW, dusun, dan desa, serta kegiatan
pembangunan (lihat lampiran 4). Berkaitan dengan kegiatan pembangunan
infrastruktur desa, Kepala Desa Ngancar selalu menekankan kepada perangkat
desa akan pentingnya partisipasi dan swadaya masyarakat demi kelancaran
pelaksanaan pembangunan.
Untuk menunjang pekerjaan, para aparat pemerintahan Desa Ngancar
senantiasa memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia. Beberapa sarana
pemerintahan desa sengaja diadakan sesuai dengan kebutuhan desa seperti
perangkat komputer, printer, dan almari arsip. Beberapa sarana lainnya
merupakan sarana pemerintahan desa yang wajib ada, seperti buku-buku
administrasi kegiatan dan gedung kantor.
Berdasarkan observasi peneliti di Balai Desa Ngancar, sarana dan
prasarana pemerintahan Desa Ngancar terawat dengan baik dan dalam jumlah
yang cukup yaitu 10 buah meja kerja, 15 kursi kerja, 1 unit komputer lengkap
dengan printer, 5 buah lemari arsip, 38 jenis buku administrasi kegiatan, dan 1
unit sepeda motor kendaraan sebagai kendaraan dinas pemerintah desa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
II.3 Gambaran Umum Keberhasilan Swadaya Masyarakat di Desa Ngancar
Menurut Kepala Desa Ngancar, masyarakat sudah cukup sadar akan
pentingnya swadaya demi kelancaran pembangunan. Hal ini terlihat dari tingginya
partisipasi masyarakat dalam setiap pembangunan infrastruktur desa. Swadaya
yang diberikan masyarakat pun beragam, mulai dari sumbangan dana, tenaga,
hingga material-material bahan bangunan. Seperti yang dikemukakan Kepala
Desa Ngancar dalam wawancara dengan penulis bahwa masyarakat Desa Ngancar
tidak semuanya berkecukupan materi sehingga kebanyakan mereka
menyumbangkan tenaga dengan ikut bekerja pada saat pelaksanaan pembangunan.
Banyak hasil-hasil pembangunan yang berasal dari swadaya masyarakat
Desa Ngancar, diantaranya rabat, beton, makadam, pembangunan Taman
Pendidikan Qur’an (TPQ), pembuatan musholla, pos kamling (lihat lampiran 5),
renovasi masjid dan penampungan air. Keberhasilan program-program
pembangunan di Desa Ngancar tersebut tidak lepas dari upaya para pemerintah
desa, termasuk kepala desa, dan tokoh masyarakat setempat.
Berdasarkan observasi peneliti, dalam setiap pertemuan lembaga
kemasyarakatan di Desa Ngancar, kepala desa tidak secara langsung meminta dan
mengajak masyarakat untuk berswadaya. Sebaliknya, kepala desa terlebih dahulu
memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang makna swadaya masyarakat
desa dalam pembangunan. Setelah itu, baru kemudian Kepala Desa Ngancar
memberikan motivasi kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar masyarakat
secara sukarela berswadaya tanpa merasa ada paksaan dari pemerintah desa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
BAB III
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
Penelitian ini berjudul “Peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator
dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di
Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri”. Penyajian data ini
diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan
dengan informan terpilih. Informan utama dalam penelitian ini adalah Bapak
Mulyatmo selaku Kepala Desa Ngancar. Terdapat pula informan-informan lain
yang merupakan informan pendukung, diantaranya seperti ketua BPD, ketua
karang taruna, ketua TP PKK, ketua LPM, para kepala dusun, panitia
pembangunan, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, dan beberapa warga
Desa Ngancar.
Proses wawancara dilakukan selama tiga minggu. Pelaksanaan wawancara
pertama dengan informan utama, Bapak Mulyatmo, dilakukan di kediaman beliau
yaitu di Dusun Karangasem RT 001 RW 002 Desa Ngancar pada tanggal 2
Agustus 2011 pukul 09.00 WIB hingga 12.00 WIB. Setelah itu, peneliti
melakukan wawancara dengan para informan pendukung untuk meyakinkan
informasi yang diperoleh dari Kepala Desa Ngancar. Peneliti juga melakukan
wawancara kembali dengan Kepala Desa Ngancar agar mendapat data dan fakta
yang valid. Wawancara dengan para informan tersebut dilakukan di kediaman
masing-masing dan berlangsung secara kekeluargaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Objek observasi peneliti dalam penelitian ini ada tiga hal. Pertama,
karakteristik personal Kepala Desa Ngancar. Dalam hal ini, peneliti melakukan
pengamatan secara langsung ketika bertemu untuk melakukan wawancara. Kedua,
peneliti mengamati kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengetahui
peranan Kepala Desa Ngancar dengan ikut serta dalam berbagai pertemuan yang
dihadiri Kepala Desa Ngancar. Ketiga, sejauh mana hasil-hasil pembangunan fisik
di Desa Ngancar yang berasal dari swadaya masyarakat dapat dimanfaatkan dan
dipelihara oleh masyarakat setempat. Untuk mengamati hal ini, peneliti datang
langsung ke lokasi-lokasi tempat hasil-hasil pembangunan tersebut dan menggali
beberapa informasi dari warga untuk mengetahui pemanfaatan dan pemeliharaan
yang dilakukan oleh masyarakat. Secara keseluruhan, pengamatan berlangsung
selama dua minggu.
Teknik dokumentasi peneliti gunakan untuk mendukung informasi yang
diperoleh dari wawancara dan observasi. Beberapa hal yang peneliti
dokumentasikan antara lain kegiatan komunikasi yang dilakukan Kepala Desa
Ngancar dalam berbagai pertemuan dan hasil-hasil pembangunan fisik di Desa
Ngancar.
Dalam melakukan peranannya sebagai motivator, Kepala Desa Ngancar
melakukan kegiatan-kegiatan komunikasi untuk menunjang peranannya tersebut.
Untuk menganalisis data yang diperoleh, digunakan beberapa aspek dalam
komunikasi yaitu bentuk atau jenis-jenis komunikasi yang digunakan, proses
komunikasi yang berlangsung, dan strategi komunikasi Kepala Desa Ngancar.
Dengan demikian, akan dapat diketahui bagaimana sesungguhnya peranan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
dilakukan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya
masyarakat dalam rangkan pembangunan fisik di Desa Ngancar.
III.1 Penyajian data
III.1.1 Deskripsi objek penelitian
a. Profil Kepala Desa Ngancar
Selama dua belas tahun Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo
Kabupaten Wonogiri dipimpin oleh seorang putera daerah yang bernama
Mulyatmo (lihat lampiran 6). Beliau yang lahir pada 8 Juli 1959 ini kini
telah berusia 52 tahun. Ayah dua orang puteri ini menghabiskan masa
mudanya di Jakarta selama tujuh belas tahun sebagai kontraktor dan
konsultan konstruksi sebelum akhirnya memutuskan hijrah ke kampung
halaman demi memberikan kontribusi yang lebih untuk kemajuan desanya
sendiri.
Bapak Mulyatmo memiliki ciri khas dalam setiap tutur katanya
dengan selalu menggunakan bahasa yang tegas dan lugas dalam
berkomunikasi. Hingga kini, Bapak Mulyatmo yang akrab dipanggil
dengan nama panggilan Pak Polo ini memiliki kegemaran beternak sapi
selain juga menikmati pekerjaannya dalam membangun dan memimpin
Desa Ngancar. Salah satu keahliannya adalah membuat perhitungan
rencana biaya dan merancang bangunan sehingga kerap diminta untuk
bekerja sama dengan beberapa proyek pembangunan, baik proyek
pembangunan desa maupun proyek pembangunan di tempat lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
b. Karakteristik personal Kepala Desa Ngancar
Kiprah baik Kepala Desa Ngancar terlihat sejak menjabat di
periode pertama yang dinilai sangat mengutamakan perkembangan dan
kemajuan desa. Bahkan, beberapa tokoh masyarakat mengatakan bahwa
sumbangsih Kepala Desa Ngancar kepada Desa Ngancar sudah ada sejak
beliau belum menjabat sebagai kepala desa. Pada saat masih di perantauan,
beliau kerap memberikan kontribusi bagi kemajuan tanah kelahirannya
tersebut, mulai dari sumbangan dana, ide-ide pembangunan yang beliau
sampaikan ketika pulang kampung, hingga memberikan pengarahan-
pengarahan pembangunan di desa (lihat lampiran 13). Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa Bapak Mulyatmo sebagai seorang yang dermawan
dan peduli terhadap perkembangan dan kemajuan tanah kelahirannya.
Berkaitan dengan sosoknya sebagai seorang kepala desa, beberapa
pemerintah desa memberikan penilaiannya. Kepala Dusun Ngancar
mengatakan bahwa Bapak Mulyatmo merupakan sosok yang memiliki
empati yang tinggi terhadap perangkat dan masyarakat sehingga
kebijakan-kebijakan yang diambil pun dapat diterima oleh semua pihak.
Bapak Mulyatmo juga rutin memberikan informasi kepada masyarakat
terkait rencana-rencana pembangunan di desa dan memberikan motivasi
agar masyarakat turut serta memberikan partisipasinya demi kesuksesan
pembangunan tersebut. Motivasi yang disampaikan adalah dengan
meyakinkan masyarakat tentang manfaat pembangunan sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
masyarakat tergerak untuk berpartisipasi, seperti yang dikatakan Kepala
Dusun Ngancar sebagai berikut:
“Kepala desa biasanya menanamkan pentingnya kesadaran berswadaya demi terwujudnya pembangunan yang manfaatnya akan dapat dinikmati oleh warga. Kepala desa juga memberikan pandangan-pandangannya mengenai pembangunan sehingga masyarakat yakin bahwa pembangunan ini untuk warga” (wawancara dengan Kepala Dusun Ngancar). Ketua BPD Desa Ngancar mengatakan bahwa roda pemerintahan
yang dijalankan oleh Bapak Mulyatmo tergolong lancar. Selain karena
sikapnya yang tegas dan disiplin dalam memimpin pemerintahan, beliau
merupakan orang yang mudah bergaul dengan semua lapisan masyarakat
sehingga memiliki banyak relasi.
Menurut Kepala Desa Ngancar, menjalin relasi baik dengan banyak
pihak merupakan hal yang penting dilakukan oleh seorang kepala desa,
terutama pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan pemerintahan desa
seperti camat dan bupati. Relasi dengan atasan tersebut memudahkan
langkah kepala desa dalam merealisasikan program-program kerja,
terutama yang berhubungan dengan pembangunan, seperti yang
dikemukakan Kepala Desa Ngancar bahwa kepala desa dengan bupati itu
hubungannya seperti anak dengan orang tua. Kalau kita mempunyai
hubungan baik dengan orang tua, Insya Allah apa keinginan kita dipenuhi
oleh orang tua.
Kepala Desa Ngancar mengatakan bahwa langkah-langkah yang ia
ambil untuk menjalin relasi dengan camat dan bupati adalah dengan
memulai pendekatan personal, misalnya sebelum acara-acara dinas di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
kecamatan dan kabupaten dimulai, ia kerap mengajak camat atau bupati
untuk sekedar berbincang membicarakan tentang keadaan desa,
berkonsultasi, dan membicarakan hal-hal umum lainnya. Atau, Kepala
Desa Ngancar juga cukup sering datang ke kediaman atasan untuk
membahas permasalahan yang ada di Desa Ngancar dan desa-desa lain
yang berkaitan dengan Desa Ngancar (lihat lampiran 7). Cara ini diakui
Kepala Desa Ngancar akan membuat atasan mengenal dan dekat dengan
sosok kepala desa dan akhirnya peduli terhadap perkembangan desa
setempat.
Relasi yang baik tidak hanya dijalin secara top-up dengan para
atasan saja tetapi juga secara top-down dengan masyarakat. Peneliti
mengamati bahwa pelayanan yang dilakukan Kepala Desa Ngancar kepada
masyarakat berjalan dengan baik. Walaupun hampir setiap hari tidak
berkantor di kantor balai desa, Kepala Desa Ngancar melayani apa yang
menjadi kebutuhan masyarakat di rumahnya (lihat lampiran 8). Para warga
yang ingin membuat dan memperpanjang Kartu Tanda Penduduk (KTP),
mengurus berbagai jenis surat keterangan, membuat dan memperbarui
Kartu Keluarga (KK), dan administrasi publik lainnya dilayani dengan
cepat dan baik. Setelah selesai pada waktu yang telah dijanjikan, mereka
bisa mendatangi rumah beliau lagi untuk mengambilnya. Hal ini
merupakan cara Kepala Desa Ngancar untuk menjalin kedekatan secara
personal dengan para warga masyarakatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Relasi top-down yang dibangun Kepala Desa Ngancar tidak hanya
dengan memberikan pelayanan baik untuk masyarakat, tetapi juga dengan
membaur dalam kehidupan sosial masyarakat. Berdasarkan observasi
peneliti, Kepala Desa Ngancar hampir selalu memenuhi undangan-
undangan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, mulai dari undangan
walimahan, tasyakuran warga, takziah, hingga kegiatan organisasi sosial
lain yang ada di desa (lihat lampiran 9). Selain itu, Kepala Desa Ngancar
dikenal sebagai sosok yang mempunyai pondasi kuat dalam agama yang
dianutnya dan rajin melakukan sholat lima waktu di masjid. Salah satu
tokoh agama di Desa Ngancar mengatakan bahwa Kepala Desa Ngancar
jarang melewatkan sholat lima waktu di masjid terbesar di desa setempat,
yaitu masjid Nurul Huda.
Untuk membangun hubungan yang semakin baik dengan
masyarakat, Kepala Desa Ngancar juga berupaya menjadi problem-solver
bagi permasalahan warganya. Tak jarang, dia sengaja mengundang warga-
warga yang saling memiliki permasalahan untuk berembug bersama
dengan kepala dingin mencari solusi yang terbaik (lihat lampiran 14).
Relasi yang baik juga terjalin antara kepala desa dengan perangkat
desa lain seperti sekretaris desa, kepala urusan, dan kepala dusun di Desa
Ngancar. Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa perangkat
desa lain di Desa Ngancar, mereka kerap datang ke rumah kepala desa dan
membahas perkembangan desa (lihat lampiran 10). Menurut sebagian
perangkat desa, pertemuan dalam suasana informal seperti itu dirasa lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
efektif karena perangkat desa merasa lebih leluasa mendiskusikan tentang
keadaan desa daripada mendiskusikannya di pertemuan Rapat Koordinasi
Perangkat Desa.
Peneliti mengamati bahwa Kepala Desa Ngancar juga merupakan
sosok pemimpin yang berempati dengan perangkat desa lain. Hal ini
terlihat dari pertemuan-pertemuan tingkat RT, RW, dan pertemuan
lembaga kemasyarakatan yang selalu diadakan pada malam hari. Kepala
desa mengetahui bahwa selain menjadi abdi masyarakat, semua perangkat
Desa Ngancar juga bekerja sebagai petani sehingga pada pagi hari hingga
menjelang sore hari mereka bekerja di sawah. Oleh karena itulah, demi
mendapatkan waktu yang tepat untuk semua pihak, Kepala Desa Ngancar
memutuskan bahwa pertemuan-pertemuan tersebut dilaksanakan pada
malam hari.
III.1.2 Pembangunan fisik di Desa Ngancar
a. Tujuan pembangunan fisik di Desa Ngancar
Pada hakekatnya, program pembangunan infrastruktur pedesaan
bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur
pendukung kegiatan ekonomi produktif di kawasan perdesaan dan
meningkatkan permukiman untuk mewujudkan kawasan perdesaan yang
layak huni. Sasaran program adalah peningkatan sarana dan prasarana
perdesaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Begitu pula di Desa Ngancar, pembangunan-pembangunan fisik
yang selama ini dilakukan pada akhirnya bertujuan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat secara jasmani dan rohani. Sebagai contoh,
pembangunan musholla yang bertujuan meningkatkan kualitas sarana
ibadah untuk menunjang kegiatan keagamaan dan pembangunan gedung
Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) yang bertujuan untuk menanamkan
pondasi agama sejak usia dini sehingga terbentuklah generasi-generasi
penerus bangsa yang bagus secara agama.
Selain yang bersifat keagamaan, sasaran pembangunan fisik juga
untuk yang bersifat kepentingan sosial. Seperti pembangunan pos kamling
yang bertujuan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan di masing-
masing dusun di Desa Ngancar. Ada pula pembangunan penampungan air
yang berdampak secara langsung kepada warga masyarakat Desa Ngancar
bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih. Semua pembangunan
fisik tersebut tentunya bertujuan meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
b. Proses pembangunan fisik di Desa Ngancar
Sebuah proses pembangunan dapat dilihat dari alur kegiatannya,
mulai dari latar belakang kemunculan ide, sosialisasi, perencanaan,
pelaksanaan, dan pelestarian hasil pembangunan. Pada pembangunan
musholla yang terletak di Dusun Jetis, ide pembangunan berasal dari tokoh
agama setempat. Sosialisasi dan perencanaan pembangunan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
dilakukan dalam forum pertemuan dusun yang dihadiri oleh Kepala Desa
Ngancar dan seluruh warga Dusun Jetis. Pembangunan musholla
dilaksanakan selama tiga bulan dan mendapat dukungan penuh swadaya
masyarakat. Kegiatan evaluasi pembangunan musholla seluas 96 m2 ini
dilakukan oleh panitia pembangunan, Kepala Desa Ngancar, dan takmir
masjid.
Lain halnya dengan pembangunan musholla, perencanaan
pembangunan gedung TPQ Nurul Huda yang terletak di Dusun
Karangasem dilakukan dalam forum Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJMD). Forum RPJMD berisi pembahasan mengenai
program pembangunan sebuah desa dalam jangka waktu lima tahun ke
depan yang dihadiri oleh Kepala Desa Ngancar, perangkat desa, ketua
BPD dan anggota, LPM, ketua RT RW, lintas tokoh, dan karang taruna
(lihat lampiran 11). Sosialisasi pembangunan ini melalui pertemuan dusun
yang dipimpin oleh kepala dusun masing-masing. Dalam pelaksanaannya,
pembangunan lembaga pendidikan agama ini tidak lepas dari dukungan
berbagai bentuk swadaya masyarakat, mulai dari tenaga hingga dana.
Evaluasi pembangunan ini juga dilakukan dalam forum RPJMD dengan
meninjau ulang proses pembangunan untuk mengetahui kendala yang ada
dan menemukan solusinya.
Sementara, pada pembangunan pos kamling ide pembangunan
datang dari Kepala Desa Ngancar. Perencanaan pembangunan sarana
keamanan ini dilakukan pada saat forum Rapat Koordinasi Perangkat Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Ngancar yang rutin dilaksanakan setiap hari Kamis pukul 10.00 WIB di
Balai Desa Ngancar. Sosialisasi pembangunan kepada warga masyarakat
dilakukan oleh kepala dusun. Karena merupakan pos kamling dusun,
warga di masing-masing dusun di Desa Ngancar pun bergotong royong
dalam pelaksanaannya sehingga dalam waktu kurang dari satu minggu
pembangunan dapat selesai. Evaluasi pembangunan ini kembali
disampaikan dalam Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar.
Pembangunan-pembangunan fisik hasil swadaya masyarakat Desa
Ngancar tersebut pada kenyataannya dapat dimanfaatkan secara optimal
dan dipelihara dengan baik oleh masyarakat setempat. Sebagai contoh,
pembangunan TPQ. Kondisi fisik TPQ Nurul Huda saat ini dalam keadaan
baik dan dapat berfungsi optimal sebagai lembaga pendidikan agama. Hal
ini dapat dilihat dari kegiatan belajar Quran setiap sore hari pukul 15.00-
17.00 WIB yang berlangsung tertib dan nyaman. Selain itu, kegiatan
renovasi masjid di Dusun Ngancar yang dapat memberikan manfaat bagi
warga, yaitu dapat melakukan kegiatan agama dengan lebih nyaman. Ada
pula pembangunan penampungan air yang dipelihara dengan baik oleh
warga melalui pembentukan kelompok-kelompok masyarakat pengelola
air.
Semua proses pembangunan di atas pada dasarnya bertujuan
memberi kesempatan masyarakat Desa Ngancar untuk mandiri. Hal ini
dapat dilihat dari adanya swadaya masyarakat dalam setiap proses
pembangunan. Dengan demikian, peningkatan standar hidup tidak hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
terjadi dalam segi ekonomi tetapi juga dalam segi sosial, yaitu peningkatan
perhatian masyarakat terhadap nilai-nilai pembangunan.
III.1.3 Kegiatan komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam
menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di
Desa Ngancar
Kegiatan komunikasi yang dilakukan pertama kali oleh Kepala Desa
Ngancar adalah memberikan informasi pembangunan baru kemudian memberikan
motivasi swadaya kepada masyarakat.
a. Kegiatan memberikan informasi pembangunan
Yaitu Kepala Desa Ngancar memberikan informasi secara jelas
mengenai akan diadakannya pembangunan-pembangunan di desa kepada
warga masyarakat. Sebagai contoh ketika pembangunan musholla yang
terletak di Dusun Jetis dan renovasi masjid di Dusun Ngancar, Kepala
Desa Ngancar menyampaikan informasi pembangunan tersebut serta
manfaatnya bagi masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan cara
duduk rembuk dalam forum pertemuan dusun pada malam hari yang
merupakan sebuah upaya pendekatan kepada masyarakat. Hal ini
dilakukan karena menyesuaikan karakteristik masyarakat pedesaan yang
beranggapan bahwa segala sesuatu untuk kepentingan bersama lebih baik
dibicarakan secara bersama-sama juga sehingga semua pihak mengetahui
dan memahami apa yang akan dilakukan sesuai tujuan, hasil, dan proses
yang akan terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan tersebut tidak jauh
berbeda dengan musyawarah yang diawali dengan pemberian informasi
mengenai latar belakang dan manfaat pembangunan. Jika ada pihak yang
kurang atau bahkan tidak setuju dengan rencana pembangunan tersebut,
maka Kepala Desa Ngancar dibantu tokoh masyarakat, tokoh agama,
kepala dusun, dan kepala urusan pembangunan desa setempat memberikan
informasi yang lebih menekankan pada nilai-nilai positif dan manfaat yang
akan didapatkan dari pembangunan.
Berbeda dengan pembangunan kedua sarana ibadah di atas yang
penyebaran informasi pembangunannya melalui pertemuan dusun yang
rutin dilakukan satu bulan satu kali, pada pembangunan Gedung TPQ
Nurul Huda Kepala Desa Ngancar menyebarkan informasi pembangunan
kepada seluruh warga desa lewat pengeras suara yang ada di masjid induk.
Perencanaan pembangunan gedung TPQ sendiri dilakukan dalam forum
RPJMD yang dihadiri oleh Kepala Desa Ngancar, perangkat desa, ketua
BPD dan anggota, LPM, ketua RT RW, lintas tokoh, dan karang taruna
desa.
Pada pembangunan pos kamling dusun, Kepala Desa Ngancar
menggunakan peran setiap kepala dusun dalam menyebarkan informasi
pembangunan kepada seluruh warga di wilayahnya masing-masing
walaupun Kepala Desa Ngancar juga memberikan informasi pembangunan
ini kepada warga secara langsung ketika berada di sawah, warung, di jalan,
dan pertemuan-pertemuan yang bersifat santai lainnya. Perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
pembangunan pos kamling dilakukan di Rapat Koordinasi Perangkat Desa
Ngancar yang rutin dilakukan setiap hari Kamis pukul 10.00 WIB
bertempat di Balai Desa Ngancar.
Pada pembangunan penampungan air di Dusun Glonggong, Kepala
Desa Ngancar menggunakan peran Kepala Dusun Glonggong dan juga
Kepala Urusan Pembangunan dalam menyebarkan informasi
pembangunan tersebut. Hal ini karena pada perencanaannya, Kepala Desa
Ngancar mengambil keputusan secara mandiri tanpa melibatkan warga dan
perangkat desa sehingga Kepala Desa Ngancar berharap dengan peran
kepala dusun dan Kepala Urusan Pembangunan warga masyarakat akan
bisa menerima keputusan yang telah diambilnya.
b. Kegiatan memberikan motivasi swadaya
Setelah dicapai kata sepakat dalam pertemuan-pertemuan yang
berisi informasi pembangunan, baru kemudian Kepala Desa membujuk
warga masyarakat agar bersedia berswadaya dalam pembangunan yang
telah disepakati bersama. Dalam membujuk warga, Kepala Desa Ngancar
menyampaikan motivasi-motivasi sehingga masyarakat terdorong untuk
berswadaya (lihat lampiran 12). Secara garis besar, motivasi yang
disampaikan Kepala Desa Ngancar antara lain memberikan pemahaman
bahwa pembangunan apapun di desa tidak akan dapat terwujud tanpa
partisipasi dari masyarakat. Terlebih, pembangunan ini merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
kebutuhan masyarakat demi kepentingan bersama yang mungkin tidak
akan mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat.
Pada pembangunan penampungan air di Dusun Glonggong Kepala
Desa Ngancar melakukan komunikasi secara tertulis dalam bentuk
proposal kepada dengan pemerintah Kabupaten Wonogiri. Kepala Desa
Ngancar mengatakan bahwa ia tidak berkoordinasi dengan masyarakat dan
perangkat yang lain di Desa Ngancar sehingga ia langsung berkomunikasi
dengan atasan.
Dalam melakukan kegiatan komunikasi tersebut, hampir semua
kepala desa pasti memiliki pengalaman permasalahan. Seperti yang
diungkapkan Kepala Desa Ngancar bahwa hal yang paling sulit adalah
apabila ada warga masyarakat yang masih belum yakin mengenai manfaat
pembangunan. Namun, Kepala Desa Ngancar mempunyai solusi untuk
mengatasinya. Misalnya dalam pertemuan pembahasan pembangunan
musholla, kepala desa Ngancar memberikan pemahaman dan motivasi
kepada masyarakat bahwa swadaya juga merupakan ibadah. Oleh karena
mayoritas masyarakat Desa Ngancar merupakan masyarakat yang taat
agama, nasehat-nasehat yang berkaitan dengan hal keagamaan hampir
selalu efektif untuk memotivasi masyarakat.
Lain halnya dengan pembangunan musholla, pada pembangunan
pos kamling Kepala Desa Ngancar menggunakan tokoh masyarakat dan
para kepala dusun sebagai penyampai pesan bagi masyarakat yang masih
kurang memahami pentingnya pos kamling. Menurut pendapat Kepala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Desa Ngancar, mungkin saja warga lebih memahami jika informasi
pentingnya pos kamling itu disampaikan bukan oleh Kepala Desa,
melainkan oleh Kepala Dusun sehingga upaya tersebut perlu ditempuh.
Pada pembangunan penampungan air, Kepala Desa Ngancar
memberikan pemahaman secara langsung kepada masyarakat. Seperti
yang diungkapkan Kepala Desa Ngancar bahwa ia langsung memberikan
informasi pembangunan penampungan air kepada warga dan memberikan
imbauan agar masyarakat berswadaya tenaga saja karena pengerjaannya
sudah dilakukan pihak ketiga. Pada akhirnya, melalui komunikasi yang
baik sesuai tujuan dan rencana serta dukungan semua pihak maka
kegiatan komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator swadaya
masyarakat dapat berjalan dengan baik, terbukti dengan terwujudnya
pembangunan-pembangunan tersebut dari hasil swadaya masyarakat.
III.2 Analisis data
III.2.1 Analisis bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator
dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan
musholla
Pembangunan musholla ini dilakukan di Dusun Jetis Desa Ngancar atas
prakarsa para tokoh agama di dusun setempat yang melihat kurangnya jumlah
sarana ibadah untuk sholat. Pada saat itu, hanya ada satu musholla dan itu pun
tidak dapat menampung jamaah sholat sehingga para tokoh agama merasa perlu
membangun sebuah musholla lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Berbagai bentuk komunikasi dilakukan oleh Kepala Desa Ngancar dalam
memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat dalam rangka pembangunan
musholla. Pertama, komunikasi formal. Komunikasi formal adalah komunikasi
yang pelaksanaannya dilakukan melalui mekanisme rapat atau sesuai dengan
struktur organisasi. Komunikasi formal dalam pembangunan ini terjadi pada saat
perencanaan dimana rencana pembangunannya dilakukan di tingkat dusun melalui
forum pertemuan dusun yang dihadiri oleh semua warga Jetis, takmir masjid
induk Desa Ngancar, tokoh-tokoh agama, Kepala Dusun Jetis, dan Kepala Desa
Ngancar. Pada pertemuan tersebut, Kepala Desa Ngancar menginformasikan
pembangunan musholla dan manfaat yang didapatkan dengan pembangunan
tersebut. Meski dilakukan secara formal, kegiatan komunikasi informatif ini
diselingi obrolan-obrolan ringan sebagai pemanis sehingga suasana kekeluargaan
dapat tercipta.
Selain itu, terjadi pula komunikasi top-down atau komunikasi dari atas ke
bawah. Menurut Purwanto (2006:40) komunikasi top-down memiliki tujuan untuk
menyampaikan informasi, mengarahkan, mengkoordinasikan, memotivasi,
memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah.
Komunikasi top-down yang dilakukan Kepala Desa Ngancar bersifat intsruktif
dan persuasif. Dalam hal ini, Kepala Desa Ngancar memberikan instruksi
dibentuknya panitia pembangunan dan memberikan motivasi kepada warga untuk
yakin bahwa pembangunan ini akan berlangsung dengan lancar.
Bentuk-bentuk komunikasi tersebut dianggap lebih tepat untuk dilakukan
dalam kegiatan komunikasi karena masyarakat akan dengan sendirinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
mengetahui dan memahami apa yang disampaikan oleh Kepala Desa Ngancar.
Walaupun agak bersifat instruktif atau memerintah, tetapi masyarakat seolah-olah
diajak untuk faham bersama dan menyetujui tanpa paksaan. Pada akhirnya,
masyarakat mengetahui apa yang akan mereka dapatkan dengan pemberian
informasi mengenai pembangunan musholla, kelebihan, dan kenyamanan yang
akan didapat.
Kendala Kepala Desa Ngancar dalam memotivasi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan musholla ini adalah ada sebagian kecil
masyarakat dusun setempat yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya
swadaya. Solusi yang diambil oleh Kepala Desa Ngancar atas kendala ini adalah
memberikan pemahaman dan motivasi kepada masyarakat bahwa swadaya juga
merupakan ibadah. Kepala Desa Ngancar juga dibantu oleh tokoh agama dusun
setempat untuk menyampaikan motivasi dan pemahaman pembangunan kepada
warga melalui informal. Oleh karena mayoritas masyarakat Desa Ngancar
merupakan masyarakat yang taat agama, nasehat-nasehat yang berkaitan dengan
hal keagamaan hampir selalu mengena di hati masyarakat.
Motivasi tersebut bertujuan untuk menanamkan kesadaran masyarakat
akan makna pembangunan desa yang tidak bisa lepas dari keterlibatan semua
lapisan masyarakat desa. Berkat motivasi tersebut swadaya dapat terkumpul
dalam bentuk swadaya tenaga, swadaya material pembangunan dan swadaya uang
tunai.
Kepala Desa Ngancar tidak menggunakan media cetak dan media
elektronik dalam penyampaian motivasi. Memang, pada dasarnya motivasi positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
yang disampaikan secara langsung lebih efektif. Motivasi secara langsung
menuntut motivator untuk mengenali dan memahami sasarannya terlebih dahulu
sehingga kemungkinan kesalahan penafsiran pesan motivasi lebih kecil daripada
motivasi yang disampaikan secara tidak langsung.
Sementara, pertemuan-pertemuan koordinasi kerap dilaksanakan pada
malam hari. Hal ini karena mayoritas panitia pembangunan bekerja pada siang
hari di sawah sehingga malam hari dirasa merupakan waktu yang tepat untuk
melakukan koordinasi. Ini merupakan upaya Kepala Desa Ngancar agar
komunikasi yang dilakukannya dapat diterima oleh semua masyarakat.
Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala
Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada
pembangunan Musholla Jetis, yaitu sebagai berikut:
Bagan 4
Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi
swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Musholla Jetis
Face to face Informatif dan persuasif
Kepala Desa
Ngancar
Tokoh agama
Kepala Dusun Jetis
Warga masyarakat Dusun Jetis
Motivasi informal
Top-down
instruktif
motivasi
Feedback (kesediaan berswadaya)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
III.2.2 Analisis bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator
dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan
gedung TPQ Nurul Huda
Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) merupakan salah satu lembaga
pendidikan agama yang bertujuan untuk menanamkan pondasi agama sejak kecil
di masyarakat. TPQ Nurul Huda dibangun untuk memenuhi kebutuhan ruangan
belajar para santriwan santriwati karena selama ini para santri melakukan kegiatan
belajar di dalam Masjid Nurul Huda yang terletak di Dusun Karangasem.
Ide pembangunan TPQ Nurul Huda disampaikan oleh para tokoh agama di
Desa Ngancar kepada Kepala Desa Ngancar seusai sholat berjamaah di masjid
induk. Kegiatan komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam merespon ide tersebut
berbentuk komunikasi informal karena dilakukan bukan dalam mekanisme rapat
atau struktur organisasi, melainkan melalui pertemuan yang bersifat kekerabatan
dan berlangsung dengan santai di beranda masjid induk Desa Ngancar.
Selanjutnya, pada kegiatan perencanaan pembangunan TPQ Kepala Desa
Ngancar melakukan komunikasi dalam bentuk komunikasi formal yang bersifat
informatif dan persuasif karena perencanaan pembangunan dimusyawarahkan
dalam forum RPJMDes yang dihadiri oleh Kepala Desa Ngancar, perangkat desa,
ketua BPD dan anggota, LPM, ketua RT RW, lintas tokoh, dan karang taruna.
Dikatakan bersifat informatif karena dalam forum tersebut, Kepala Desa
Ngancar menjelaskan latar belakang pembangunan TPQ yang merupakan
keinginan dan kepentingan bersama. Komunikasi yang bersifat persuasif dapat
dilihat pada saat Kepala Desa Ngancar meyakinkan dan membentuk pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
masyarakat melalui komunikasi yang dilakukan secara berulang-ulang mengenai
tujuan dan manfaat pembangunan TPQ. Kepala Desa Ngancar juga melakukan
komunikasi yang bersifat informatif tetapi cenderung instruktif pada saat
melakukan pembahasan mengenai jadwal pelaksanaan pembangunan dan biaya
pembangunannya
Sementara, komunikasi top-down antara Kepala Desa Ngancar dengan
warga masyarakat dilakukan dengan menggunakan media elektronik tradisional
yaitu pengeras suara yang terdapat di masjid induk. Dengan bantuan media ini,
Kepala Desa Ngancar menginformasikan pembangunan TPQ sehingga informasi
dapat tersebar kepada hampir seluruh warga masyarakat Desa Ngancar. Selain
bersifat informatif, komunikasi top-down Kepala Desa Ngancar ini juga bersifat
persuasif yaitu mengajak masyarakat untuk bersama-sama gotong royong
membangun TPQ.
Seperti halnya pada pembangunan musholla di Dusun Jetis, motivasi yang
diberikan oleh Kepala Desa Ngancar agar masyarakat mau berswadaya adalah
dengan nasehat keagamaan. Motivasi ini disampaikan dengan komunikasi secara
langsung oleh Kepala Desa Ngancar kepada warga masyarakatnya. Selain itu,
pada pertemuan koordinasi antara ketua panitia, Kepala Desa Ngancar, dan takmir
masjid, Kepala Desa Ngancar kerap mengajak para tokoh agama dan tokoh
masyarakat untuk berperan dalam menghimpun dan mengakomodasi swadaya dari
masyarakat. Selanjutnya, para tokoh agama dan tokoh masyarakat tersebut
memberikan motivasi kepada warga masyarakat melalui pertemuan-pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
informal, seperti pertemuan di warung, di sawah, dan di acara-acara sosial
masyarakat lainnya secara langsung (face to face).
Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala
Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada
pembangunan gedung TPQ Nurul Huda, yaitu sebagai berikut:
Bagan 5
Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi
swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Gedung TPQ Nurul Huda
III.2.3 Bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam
menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka renovasi masjid
Ide kegiatan renovasi masjid ini berasal dari salah satu tokoh agama dan
tokoh masyarakat Dusun Ngancar. Alasannya adalah bangunan awal musholla
tersebut sudah tidak layak karena merupakan bangunan kuno dan rencananya
Persuasif Informatif
Kepala Desa
Ngancar
Tokoh agama Tokoh masyarakat
Pengeras suara
(media elektronik)
Warga masyarakat Desa
Ngancar
Motivasi dan Informasi
Face to face
informal
Top-down
motivasi
Feedback (kesediaan berswadaya)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
masjid ini akan dijadikan masjid induk kedua setelah masjid induk yang terletak
di Dusun Karangasem.
Dalam merespon ide pembangunan ini, Kepala Desa Ngancar melakukan
komunikasi antar personal yang bersifat instruktif dengan pencetus ide. Kepala
Desa Ngancar menginstruksikan agar dilakukan musyawarah dulu dengan tokoh
agama dan tokoh masyarakat lain, kemudian dilakukan pembentukan panitia
pembangunan.
Selanjutnya, pada perencanaan pembangunan ini Kepala Desa Ngancar
melakukan komunikasi dalam bentuk formal dengan teknik informatif dan
persuasif. Komunikasi formal karena perencanaan pembangunan ini dilakukan
dalam kegiatan trip dusun yang rutin diadakan satu bulan satu kali. Dalam
pertemuan yang juga dihadiri oleh kepala dusun, ketua RT, dan para tokoh
masyarakat ini, Kepala Desa Ngancar menyampaikan informasi pembangunan
mengenai latar belakang dan manfaatnya untuk warga.
Kepala Desa Ngancar juga berupaya meyakinkan warga agar tercipta
pemahaman bersama sehingga kegiatan renovasi masjid ini dapat terwujud. Pesan
persuasif Kepala Desa Ngancar tersebut disampaikan dengan memberikan
pemahaman kepada warga bahwa yang namanya mendukung pembangunan itu
tidak hanya diwujudkan dengan sumbangan uang, tetapi juga sumbangan tenaga,
ide, dan apapun sesuai dengan kemampuan masyarakat.
Komunikasi persuasif ini menghasilkan efek positif karena warga
masyarakat menyampaikan keinginannya untuk berswadaya. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa Kepala Desa Ngancar berhasil dalam berkomunikasi top-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
down dengan warga. Keberhasilan ini tidak lepas dari kredibilitas Kepala Desa
Ngancar sebagai komunikator yang memiliki keterpercayaan (source credibility)
dan daya tarik (source attractiviness). Dua unsur kredibilitas komunikator ini
membuat kepemimpinan Kepala Desa Ngancar diterima oleh masyarakat sehingga
pemahaman dan motivasi-motivasi swadaya yang diberikan juga akan mudah
diterima walaupun motivasi yang diberikan Kepala Desa Ngancar sebenarnya
sebatas memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa setiap pembangunan
di desa adalah untuk kepentingan masyarakat sehingga Kepala Desa Ngancar
berharap masyarakat turut aktif berpartisipasi dalam pembangunan.
Kepala Desa Ngancar juga melakukan komunikasi top-down dengan
teknik instruktif yaitu dengan memberikan perintah kepada Kepala Dusun
Ngancar dan Ketua RT masing-masing untuk menghimpun dan mengakomodasi
segala bentuk swadaya yang diberikan warga melalui pertemuan dusun. Dari
semua bentuk komunikasi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar dalam kegiatan
renovasi masjid ini, semuanya berbentuk komunikasi verbal yang disampaikan
secara lisan (oral communication).
Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala
Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada
pembangunan renovasi masjid di Dusun Ngancar, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Bagan 6
Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi
swadaya kepada masyarakat pada pembangunan renovasi masjid
III.2.4 Bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam
menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan pos
kamling dusun
Pengadaan pos kamling di sebuah wilayah merupakan upaya masyarakat
demi menjaga keamanan lingkungan bersama di wilayah tersebut. Ide
pembangunan pos kamling di Desa Ngancar datang dari Kepala Desa Ngancar.
Walaupun tidak ada peraturan yang mewajibkan adanya pos kamling di sebuah
desa, Kepala Desa Ngancar berkeinginan menjaga dan meningkatkan keamanan
dan ketertiban lingkungan di Desa Ngancar.
Kepala Desa Ngancar menyampaikan ide pembangunan ini secara formal
dalam Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar yang rutin dilaksanakan setiap
Instruktif Formal
Kepala Desa
Ngancar
Kepala Dusun Ngancar
Ketua RT
Warga masyarakat
Dusun Ngancar
Motivasi
Formal Face to face
Top-down
motivasi
Feedback (kesediaan berswadaya)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
hari Kamis pukul 10.00 WIB di Balai Desa Ngancar. Pada penyampaiannya,
Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi dengan teknik informatif, persuasif,
dan instruktif sekaligus. Teknik informatif, yaitu pada saat Kepala Desa Ngancar
memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pos kamling di sebuah dusun atau
desa sebagai sarana menjaga keamanan desa.
Teknik persuasif, yaitu pada saat Kepala Desa Ngancar berupaya
meyakinkan perangkat desa yang lain untuk menyetujui pembangunan pos
kamling dengan memberikan gambaran kemudahan pelaksanaan pembangunan,
terutama dalam hal biaya. Kepala Desa Ngancar memberikan pertimbangannya
mengenai pendanaan pembangunan pos kamling ini, diantaranya bisa berasal dari
iuran warga, kas dusun, dan swadaya warga.
Teknik instruktif, yaitu pada saat Kepala Desa Ngancar menginstruksikan
kepada semua kepala dusun untuk membuat satu pos kamling di dusun masing-
masing, tentunya setelah dicapai kata sepakat dari semua yang hadir dalam rapat
tersebut. Kepala Desa Ngancar juga mengajak para kepala dusun untuk
menghimpun swadaya dari warga. Pada akhirnya, kepala dusun
menginformasikan informasi pembangunan ini pada pertemuan dusun sekaligus
menghimpun swadaya. Semua bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam
pembangunan pos kamling merupakan komunikasi top-down, yaitu komunikasi
Kepala Desa Ngancar kepada para perangkat desa yang lain.
Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala
Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada
pembangunan pos kamling dusun, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Bagan 7
Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi
swadaya kepada masyarakat pada pembangunan pos kamling dusun
III.2.5 Bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam
menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan
penampungan air
Kabupaten Wonogiri dikenal sebagai kabupaten yang kekurangan air.
Walaupun tidak semua wilayahnya mengalami kekeringan, beberapa desa dan
kecamatan yang mempunyai predikat desa kering dan tandus membuat desa-desa
lain di Kabupaten Wonogiri dianggap memiliki predikat yang sama. Di Desa
Ngancar sendiri, kesulitan air sempat dialami oleh para warga di tiga dusun yang
letaknya dekat dengan perbatasan Pacitan, yaitu Dusun Tapan, Dusun Glonggong,
dan Dusun Petir. Ketiga dusun ini sebenarnya memiliki sumber air tetapi jumlah
airnya bergantung kepada musim.
Instruktif Formal
Kepala Desa
Ngancar
Kepala Dusun
Warga masyarakat Desa
Ngancar
Motivasi
Formal Face to face
Top-down
motivasi
Feedback (Kesediaan berswadaya)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Pembangunan penampungan air yang terletak di Dusun Glonggong
merupakan keinginan pribadi Kepala Desa Ngancar. Tujuannya adalah agar
permasalahan kesulitan air tidak lagi memberatkan para murid Sekolah Dasar
yang sebelumnya masih harus mengisi jerigen air sebelum berangkat sekolah.
Pada pembangunan ini, Kepala Desa Ngancar melakukan bentuk
komunikasi yang berbeda dengan bentuk komunikasi pada pembangunan-
pembangunan sebelumnya karena tidak adanya koordinasi dengan masyarakat dan
perangkat desa yang ada di Desa Ngancar. Oleh karena itulah, Kepala Desa
Ngancar berkomunikasi dengan PU Kabupaten Wonogiri secara tatap muka
langsung. Selanjutnya, Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi bottom-up
secara verbal tertulis (verbal-written communication) dengan PU Kabupaten
Wonogiri dalam bentuk proposal bantuan pipanisasi gravitasi.
Setelah disetujui oleh PU Wonogiri, melalui perangkat desa lain Kepala
Desa Ngancar melakukan komunikasi top-down yang bersifat informatif, yaitu
menyampaikan informasi pembangunan pipanisasi gravitasi ini kepada
masyarakat, terutama warga di ketiga dusun tersebut. Kepala Desa Ngancar juga
melakukan komunikasi persuasif dengan mengimbau masyarakat agar berswadaya
tenaga saja memasangkan pipa-pipa dari sumber ke rumah-rumah warga.
Beberapa bulan setelah pembangunan selesai, ternyata kebutuhan air di
ketiga dusun tersebut masih dirasakan kurang oleh warga karena delapan dusun
dari luar Jawa Tengah memanfaatkan sumber air tersebut tanpa ijin warga. Lagi,
Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi verbal secara tertulis dalam bentuk
proposal yang kali ini diajukan ke Departemen Geologi Bandung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Setelah proposal tersebut pasti disetujui, Kepala Desa Ngancar
menyampaikan informasi pembangunan ini kepada masyarakat melalui peran
perangkat desa lain, seperti kepala dusun dan kepala urusan pembangunan, di
pertemuan rutin Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar setiap hari Kamis.
Dengan demikian, dalam hal ini terlihat bahwa Kepala Desa Ngancar melakukan
komunikasi top-down secara formal dengan teknik informatif dan instruktif.
Selanjutnya, kepala dusun dan kepala urusan pembangunan memberikan
informasi pembangunan ini kepada warga melalui pertemuan dusun dan
pertemuan-pertemuan informal secara face to face.
Pemeliharaan hasil pembangunan tersebut dilakukan warga dengan
membentuk beberapa kelompok. Kelompok-kelompok pengelola air ini
mengadakan pertemuan yang bersifat konsultatif dengan kepala desa jika ada
bagian dari bangunan yang memerlukan perbaikan.
Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala
Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada
pembangunan penampungan air, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Bagan 8
Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi
swadaya kepada masyarakat pada pembangunan penampungan air
III.2.6 Proses komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam
menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di
Desa Ngancar
Proses komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan kepada
penerima untuk dipahami dan dimengerti maknanya. Atau dengan kata lain,
proses komunikasi menjelaskan bagaimana sang komunikator menyampaikan
pesan kepada komunikannya sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan
makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini
bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan
komunikasi pada umumnya).
Informatif Formal
Kepala Desa
Ngancar
Kepala Dusun Glonggong
Kepala Urusan Pembangunan
Warga masyarakat
Dusun Glonggong
Motivasi
Formal Informal
Face to face
Top-down
motivasi
Feedback (kesediaan berswadaya)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Enam tahapan proses komunikasi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar
sesuai uraian Purwanto (2003:12) adalah:
a) Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
Sebagai contoh dalam pembangunan penampungan air, setelah
mengetahui secara langsung bagaimana keadaan warganya di Dusun
Petir, Dusun Tapan, dan Dusun Glonggong yang kesulitan air, Kepala
Desa Ngancar memiliki sebuah ide pembangunan yaitu penampungan
air untuk masyarakat di ketiga dusun tersebut. Ide pembangunan ini
selanjutnya ingin disampaikan kepada masyarakat melalui perangkat
desa.
b) Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan
Kepala Desa Ngancar sadar bahwa ide pembangunan
penampungan air tersebut mungkin tidak dapat diterima atau
dimengerti dengan sempurna oleh masyarakat. Agar ide dapat diterima
dan dimengerti secara sempurna, beliau harus memperhatikan beberapa
hal, yaitu subyek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), dan
latar belakang budaya serta karakteristik personal masyarakat. Dalam
hal ini, Kepala Desa Ngancar betul-betul mempersiapkan apa yang
ingin beliau sampaikan kepada masyarakatnya, seperti latar belakang
dan tujuan pembangunan. Dalam penyampaiannya, Kepala Desa
Ngancar tidak akan menggunakan istilah-istilah asing yang terdapat
dalam pembangunan, tetapi menggunakan bahasa sederhana yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakatnya
yang kurang mengetahui bahasa pembangunan.
c) Pengirim menyampaikan pesan
Setelah mempersiapkan pesan, Kepala Desa Ngancar kemudian
menyampaikan pesan informasi pembangunan tersebut kepada
masyarakat secara lisan melalui pertemuan-pertemuan langsung yang
bersifat informal. Selain disampaikan secara langsung, dalam
menyampaikan pesannya Kepala Desa Ngancar juga menggunakan
peran perangkat Desa Ngancar sebagai saluran komunikasi melalui
pertemuan formal yaitu Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar.
d) Penerima menerima pesan
Pada tahap ini, masyarakat telah menerima pesan Kepala Desa
Ngancar mengenai pembangunan tersebut. Pesan mereka terima secara
langsung dari Kepala Desa Ngancar dan juga melalui perangkat desa
yang lain. Dalam hal ini, masyarakat telah mengetahui informasi
pembangunan tersebut, mulai dari latar belakang, manfaat, dan tujuan
pembangunan.
e) Penerima menafsirkan pesan
Tahap selanjutnya adalah bagaimana masyarakat menafsirkan
pesan yang dikirim oleh Kepala Desa Ngancar. Setelah masyarakat
mendapatkan gambaran mengenai tujuan dan manfaat pembangunan
penampungan air dengan bahasa penyampaian yang meyakinkan dari
Kepala Desa Ngancar, masyarakat menyimpan pesan tersebut sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
pesan positif, yaitu pembangunan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka.
f) Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim
Setelah masyarakat yakin bahwa pembangunan ini dapat
memberikan manfaat, pada akhirnya mereka memberi tanggapan
kepada Kepala Desa Ngancar selaku pengirim pesan. Tanggapan yang
diberikan masyarakat adalah berupa sikap menyetujui pembangunan
penampungan air dan pernyataan bersedia berswadaya untuk
mendukung kelancaran pembangunan tersebut.
Selain enam tahapan proses komunikasi yang dikemukakan Purwanto di
atas, analisis proses komunikasi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar dapat
diuraikan berdasarkan pendapat Effendy (2003:31-38), yaitu sebagai berikut:
a) Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis
Proses komunikasi ini terjadi pada diri komunikator dan
komunikan. Terjadi suatu proses dalam diri komunikator, yaitu
pengemasan isi pesan dan lambang (bahasa) (Effendy, 2003:31).
Komunikasi dikatakan terjadi apabila komunikan mengerti isi pesan atau
pikiran komunikator. Sebagai contoh, pada pembangunan gedung TPQ
Nurul Huda. Kepala Desa Ngancar menyampaikan pesan berupa
informasi pembangunan gedung TPQ termasuk latar belakang dan
manfaat pembangunannya secara lisan kepada peserta RPJMD. Pada
penyampaian pesannya, Kepala Desa Ngancar menggunakan bahasa yang
jelas dan mudah dipahami sehingga peserta RPJMD dapat mengerti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
maksud dari pesan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
komunikasi terjadi antara Kepala Desa Ngancar dengan peserta RPJMD.
b) Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistik
(1) Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran komunikator kepada komunikan dengan menggunakan
lambang (simbol) sebagai media atau saluran, seperti bahasa, isyarat,
gambar, dan lain sebagainya yang secara langsung dapat
menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan. Pada perencanaan pembangunan gedung TPQ, Kepala
Desa Ngancar menyampaikan gagasannya mengenai latar belakang
dan manfaat pembangunan tersebut kepada peserta RPJMD yang hadir
secara lisan. Pesan Kepala Desa ini dapat diterima dengan baik oleh
peserta RPJMD sehingga menghasilkan respon yang baik pula, yaitu
berupa kesepakatan pelaksanaan pembangunan TPQ.
(2) Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat
atau sarana sebagai media kedua seperti surat kabar, televisi siaran,
radio, film, leaftlet, brosur, dan lain-lain setelah memakai lambang
sebagai media pertama. Masih pada perencanaan pembangunan TPQ,
setelah menggunakan bahasa sebagai media pertama dalam
komunikasi dengan peserta RPJMD, Kepala Desa Ngancar tidak
menggunakan media kedua apapun dalam penyampaian pesannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Akan tetapi, pada kegiatan komunikasi selanjutnya yaitu pada saat
menginformasikan pembangunan kepada warga masyarakat Desa
Ngancar, Kepala Desa Ngancar menggunakan media elektronik
tradisional yaitu pengeras suara yang ada di masjid induk desa.
(3) Proses komunikasi secara linear
Dalam konteks komunikasi, proses secara linear adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik
terminal (Effendy, 2003: 38). Proses komunikasi ini terjadi pada saat
penyebaran informasi pembangunan TPQ dari Kepala Desa Ngancar
kepada masyarakat menggunakan media elektronik. Dengan demikian,
pesan dalam proses ini fokus berjalan satu arah yaitu dari Kepala Desa
Ngancar kepada masyarakat.
(4) Proses komunikasi secara sirkular
Dalam konteks komunikasi, yang dimaksudkan dengan proses
sirkular itu adalah terjadinya feed back atau umpan balik, yaitu
terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Proses ini terjadi pada
perencanaan pembangunan TPQ dalam RPJMD. Ketika Kepala Desa
Ngancar selaku komunikator menyampaikan gagasan pembangunan
tersebut, peserta RPJMD memberikan respon mereka dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan seputar pembangunan yang kemudian dijawab
oleh Kepala Desa Ngancar. Selain itu, respon peserta RPJMD terhadap
pesan komunikasi dari Kepala Desa Ngancar ada dalam bentuk
pernyataan menyetujui pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses komunikasi Kepala Desa
Ngancar dalam memberikan motivasi kepada masyarakat telah berjalan baik
sesuai tahapan. Proses yang baik akan memberikan hasil yang memuaskan sesuai
tujuan komunikasi, yaitu msayarakat memahami pesan motivasi dan gagasan
pembangunan, persetujuan dan dukungan terhadap sebuah gagasan, dan tindakan
sebagai manifestasi dari persetujuan.
III.2.7 Strategi komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam
menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di
Desa Ngancar
Strategi komunikasi yang digunakan Kepala Desa Ngancar dalam
menggerakkan swadaya masyarakat adalah strategi komunikasi pembangunan.
Seperti yang dikemukakan AED dalam Nasution (2004:164-168), ada empat
strategi komunikasi pembangunan yang telah digunakan selama ini, yaitu strategi
berdasarkan media, strategi desain instruksional, strategi partisipatori, dan strategi
pemasaran. Berdasarkan pendapat AED tersebut, strategi Kepala Desa Ngancar
dalam menggerakkan swadaya masyarakat termasuk strategi partisipatori, yaitu
strategi yang berprinsip pada kerja sama komunitas dan keikutsertaan, bukan pada
banyak informasi yang dipelajari. Strategi partisipatori ini sejalan dengan prinsip
swadaya masyarakat yaitu pembangunan diselenggarakan bukan untuk
masyarakat tetapi bersama masyarakat dan sedapat mungkin dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Untuk menggerakkan swadaya masyarakat, peranan Kepala Desa Ngancar
selaku komunikator sangatlah penting. Kepala Desa Ngancar harus memiliki
kemampuan dalam melakukan perubahan sikap, pendapat, dan perilaku
masyarakat agar pro-swadaya. Untuk melakukan perubahan tersebut sesuai
dengan pendapat Effendy (1990:33), Kepala Desa Ngancar terlebih dahulu
mengenali karakterisitik komunikan, kemudian menentukan kegiatan komunikasi
yang akan dilakukannya, dan menyusun pesan dengan merumuskan tujuan,
rencana, dan pelaksanaan pembangunan secara jelas dan tetap mengutamakan
kepentingan masyarakat.
Untuk mengenali karakteristik komunikan, Kepala Desa Ngancar tidak
melakukan upaya yang terlalu keras karena kepemimpinan beliau selama dua
belas tahun terakhir sudah cukup memberikan informasi mengenai karakteristik
penduduknya. Akan tetapi, dalam mengenali masyarakat Desa Ngancar yang
merupakan sasaran komunikasinya Kepala Desa Ngancar tetap menggali
informasi melalui berbagai cara. Yang pertama melalui Daftar Isian Potensi Desa
dan Tingkat Perkembangan Desa Ngancar yang merupakan laporan rutin setiap
tahun. Laporan ini dapat membantu Kepala Desa Ngancar dalam mengenali aspek
sosiodemografik masyarakat, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
agama, dan pekerjaan warganya.
Selain melalui laporan tersebut, Kepala Desa Ngancar juga berupaya
mengenali aspek profil psikologis dan aspek karakteristik perilaku masyarakat
Desa Ngancar dari para kepala dusun mengenai masyarakat di masing-masing
dusun yang dipimpinnya. Penggalian informasi ini dilakukan melalui pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
formal dan informal. Pertemuan formal yaitu misalnya pada Rapat Koordinasi
Perangkat Desa Ngancar yang rutin dilakukan setiap hari Kamis. Pertemuan
informal, yaitu misalnya pertemuan-pertemuan antara Kepala Desa Ngancar
dengan masing-masing kepala dusun di kediaman kepala desa, di sawah, dan di
warung yang berlangsung santai. Hasilnya, Kepala Desa Ngancar mengetahui
bahwa warga masyarakat Desa Ngancar merupakan warga yang taat agama,
terutama di Dusun Ngancar, Dusun Karangasem, Dusun Dungringin, dan Dusun
Dungbendo. Sementara, warga di Dusun Jetis, Dusun Tapan, Dusun Petir dan
Dusun Glonggong merupakan warga yang memiliki komitmen tinggi terhadap
kelangsungan pembangunan desa sehingga akan sangat mudah mendapatkan
partisipasi dari mereka. Diketahui pula bahwa seluruh warga masyarakat Desa
Ngancar menginginkan pembangunan-pembangunan sarana dan prasarana fisik
untuk menunjang kegiatan sosial dan ekonomi mereka.
Selanjutnya, Kepala Desa Ngancar menentukan pesan dan jenis
komunikasi yang dilakukan dengan mengkaji tujuan dan rencana pembangunan.
Terdapat rumusan tujuan yang jelas dari masing-masing pembangunan, yaitu
pembangunan musholla dan gedung TPQ untuk meningkatkan sarana kegiatan
agama, renovasi masjid untuk meningkatkan kualitas ibadah, pembangunan pos
kamling sebagai sarana keamanan lingkungan di setiap dusun di Desa Ngancar,
dan pembangunan penampungan air untuk memenuhi kebutuhan air warga di
Dusun Tapan, Dusun Petir, dan Dusun Glonggong. Semua tujuan pembangunan
ini disampaikan Kepala Desa Ngancar kepada masyarakat secara formal, yaitu
melalui rapat-rapat dan pertemuan dusun yang dilakukan secara rutin dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
informal, yaitu melalui pertemuan-pertemuan yang bersifat santai dan dan
kekerabatan ketika berada di acara pernikahan atau bahkan ketika bercocok tanam
di sawah.
Rencana pembangunan-pembangunan fisik tersebut juga dilakukan secara
jelas dan transparan sehingga seluruh masyarakat mengetahui bagaimana nanti
pelaksanaan pembangunannya. Perencanaan pembangunan ini ada yang dilakukan
di pertemuan RPJMD, yaitu pembangunan gedung TPQ. Perencanaan
pembangunan pos kamling dilakukan pada pertemuan Rapat Koordinasi
Perangkat Desa yang rutin setiap hari Kamis di Balai Desa Ngancar. Sementara,
perencanaan pembangunan musholla dan renovasi masjid dilakukan di pertemuan
trip dusun yang dilakukan pada malam hari. Dengan pelaksanaan perencanaan
yang terbuka bagi seluruh warga ini, diharapkan semangat warga masyarakat
untuk berpartisipasi semakin besar.
Tujuan dan rencana-rencana tersebut disampaikan Kepala Desa Ngancar
sesuai dengan karakteristik masyarakat desa. Strateginya adalah mengubah bahasa
pembangunan yang penuh dengan istilah asing dan kata-kata yang abstrak
menjadi kata-kata yang mudah dipahami masyarakat Desa Ngancar. Sebagai
contoh dalam pembangunan sarana ibadah, mengubah kalimat “demi
pembangunan manusia yang seutuhnya” menjadi “agar masyarakat dapat
beribadah dengan tenang sehingga tercapai ketenangan rohani untuk melakukan
kegiatan sehari-hari”. Atau dalam pembangunan penampungan air, mengubah
kalimat “untuk kesejahteraan rakyat” menjadi “agar masyarakat tidak hidup susah
karena kesulitan air”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Pembangunan-pembangunan tersebut kemudian dilaksanakan sesuai
tujuan dan rencana sesuai yang telah disepakati bersama. Kepala Desa Ngancar
memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pelaksanaan pembangunan
sangat terbuka untuk seluruh warga sehingga warga masyarakat antusias dalam
berpartisipasi mendukung kelancaran pembangunan tersebut.
Tujuan, rencana, dan pelaksanaan pembangunan tersebut merupakan
serangkaian strategi komunikasi Kepala Desa Ngancar yang dilakukan secara
tatap muka langsung dalam bentuk komunikasi persuasif. Strategi ini dilakukan
sebagai upaya untuk membangun motivasi melalui iklim yang kondusif tetapi
cenderung menekan, seperti yang dikemukakan Muktiyo (2010:109) bahwa
masing-masing anggota dalam sebuah kelompok bisa mengeluarkan potensinya
bila dikondisikan dalam situasi yang kondusif dan memungkinkan dia untuk
termotivasi. Strategi komunikasi ini dapat dinilai telah berjalan dengan baik sesuai
harapan. Terbukti, Kepala Desa Ngancar dapat melakukan perubahan sikap,
pendapat, dan perilaku masyarakat, yaitu masyarakat bersedia untuk berswadaya
dalam pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
BAB IV
PENUTUP
Desa Ngancar merupakan salah satu desa yang terletak paling timur di
Kabupaten Wonogiri yang sama dengan desa-desa lain yang memiliki kebudayaan
khas masyarakat desa, yaitu rasa kekeluargaan yang tinggi diantara warga
masyarakat. Semangat kekeluargaan ini membuat kehidupan sosial di dalamnya
tercipta dengan baik. Di samping itu, semangat kekeluargaan yang tinggi juga
membuat masyarakat Desa Ngancar saling membantu dalam berbagai pekerjaan,
salah satunya dalam kegiatan pembangunan desa.
Adanya berbagai program pembangunan di Desa Ngancar Kecamatan
Giriwoyo dilihat sebagai upaya pemerintah pusat untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat pedesaan. Lebih khusus lagi, program-program
pembangunan tersebut sebenarnya merupakan upaya pemerintah Desa Ngancar
dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Pemerintah Desa Ngancar menjadikan
pembangunan-pembangunan tersebut sebagai sarana untuk mengajak dan
menggerakkan partisipasi masyarakat dalam bentuk kegiatan swadaya sehingga
dapat terwujud warga-warga masyarakat yang sadar pembangunan.
Unsur pemerintah Desa Ngancar yang paling mempengaruhi tercapainya
tujuan tersebut adalah kepala desa. Kepala Desa Ngancar harus dapat
mengkomunikasikan tujuan tersebut secara efektif kepada masyarakat sehingga
diperoleh dampak atau respon yang diinginkan. Dalam hal ini, Kepala Desa
Ngancar harus dapat memberikan motivasi kepada masyarakat agar mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
tergerak untuk berswadaya mendukung pembangunan desa melalui kegiatan-
kegiatan komunikasi yang dilakukannya.
IV.1 Kesimpulan
IV.1.1 Peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam
menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di
Desa Ngancar
Kepala Desa Ngancar berperan besar sebagai motivator dalam
menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa
Ngancar besar dan sampai saat ini peranan tersebut telah berjalan dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan swadaya masyarakat di Desa Ngancar yang
mendukung pembangunan fisik di wilayah tersebut.
Sebelum memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat, Kepala Desa
Ngancar terlebih dahulu menanamkan kesadaran akan pentingnya peran aktif
masyarakat dalam pembangunan. Penanaman kesadaran ini dilakukan Kepala
Desa Ngancar secara langsung, artinya secara lisan dan bertatap muka dengan
warga masyarakat pada umumnya dan dengan warga masyarakat yang belum
memiliki kesadaran berswadaya pada khususnya, melalui berbagai pertemuan,
baik formal maupun informal. Dengan disampaikan secara langsung kepada
warga masyarakat, pesan-pesan motivasi lebih efektif dan mengena di masyarakat.
Motivasi yang diberikan Kepala Desa Ngancar kepada masyarakat ada dua
bentuk, yaitu motivasi swadaya berupa nasehat secara umum dan motivasi
swadaya berupa nasehat keagamaan. Motivasi swadaya berupa nasehat umum,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
yaitu pemahaman kepada masyarakat bahwa pembangunan desa tidak mungkin
berjalan tanpa partisipasi dari masyarakat sehingga masyarakat harus mandiri
dalam membangun desanya. Kemandirian masyarakat desa ini diwujudkan dalam
bentuk swadaya.
Sementara, motivasi swadaya berupa nasehat agama dilakukan Kepala
Desa Ngancar karena sesuai dengan karakteristik warga masyarakat Desa Ngancar
yang taat agama. Nasehat agama ini berupa pemberian pemahaman bahwa yang
namanya beribadah itu tidak hanya sholat dan mengaji, tetapi juga saling
membantu sesama. Dalam hal ini, saling membantu dalam pembangunan yang
berwujud gotong-royong dan swadaya dalam proses pembangunan. Penyampaian
motivasi swadaya yang dikemas dalam bentuk nasehat-nasehat agama ini ternyata
lebih mudah dipahami oleh masyarakat sehingga efektif dalam menggerakkan
swadaya mereka.
Penyampaian motivasi Kepala Desa Ngancar kepada masyarakat
dilakukan melalui dua cara, yaitu disampaikan secara langsung dan melalui peran
pihak lain. Dalam penyampaian secara langsung, Kepala Desa Ngancar
menggunakan berbagai kesempatan pertemuan formal, yaitu pada saat pertemuan
dusun dan dalam forum RPJMD, dan pertemuan informal yaitu seperti pertemuan-
pertemuan Kepala Desa Ngancar dengan warga di sawah, warung, dan di acara-
acara sosial masyarakat (walimahan, takziah, dan syukuran warga).
Kepala Desa Ngancar tidak bekerja sendirian dalam penyampaian motivasi
swadaya kepada masyarakat, tetapi bekerja sama dengan berbagai pihak. Secara
struktural, pihak-pihak yang membantu Kepala Desa Ngancar melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
peranannya sebagai motivator swadaya masyarakat adalah para kepala dusun dan
kepala urusan pembangunan. Kedua pihak tersebut membantu Kepala Desa
Ngancar dalam menggerakkan swadaya dan mengakomodasi berbagai bentuk
swadaya masyarakat dalam suatu pembangunan. Secara informal (non struktural),
Kepala Desa Ngancar bekerja sama dengan para tokoh agama dan tokoh
masyarakat setempat. Kerja sama tokoh agama dan tokoh masyarakat ini timbul
setelah Kepala Desa Ngancar mengajak mereka untuk bersama-sama mencapai
keberhasilan pembangunan desa yang berprinsip pada kemandirian masyarakat
dengan menggerakkan berbagai swadaya dari masyarakat.
IV.1.2 Bentuk-bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam melakukan
peranannya sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat
dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar
Dalam melakukan peranannya sebagai motivator swadaya masyarakat,
Kepala Desa Ngancar menggunakan berbagai bentuk komunikasi. Hal ini tentu
tentu saja untuk mencapai tujuan komunikasi yang dilakukan, yaitu keberhasilan
dalam menggerakkan swadaya masyarakat sehingga masyarakat berperan aktif
dalam pembangunan desa. Bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan Kepala
Desa Ngancar tersebut yaitu sebagai berikut:
a) Komunikasi formal
Yaitu yang biasanya dapat berjalan lancar karena komunikasi
tersebut merupakan bagian dari pekerjaan karena dilaksanakan sesuai
struktur organisasi atau dalam melalui mekanisme rapat formal. Sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
contoh, pembahasan perencanaan pembangunan gedung TPQ Nurul
Huda Desa Ngancar dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa (RPJMD) dan perencanaan pembangunan pos kamling dalam Rapat
Koordinasi Perangkat Desa Ngancar.
b) Komunikasi informal
Yaitu komunikasi yang biasanya dilakukan sebagai lanjutan dari
komunikasi formal. Bentuknya sering merupakan pertemuan kebetulan
saja terjadi seperti pembicaraan di kantin, dalam suatu acara santai, dan
lain-lain. Sebagai contoh, komunikasi yang terjalin antara Kepala Desa
Ngancar dengan para tokoh agama yang berlangsung di beranda masjid
seusai Sholat Jumat dalam suasana santai ketika memberikan tanggapan
ide pembangunan gedung TPQ Nurul Huda. Komunikasi informal juga
dilakukan Kepala Desa Ngancar dengan warga Dusun Petir, Tapan dan
Glonggong untuk mengajak masyarakat berswadaya tenaga dalam
pembangunan penampungan air melalui pertemuan-pertemuan yang
berisi obrolan santai di warung, sawah, atau pada saat acara pernikahan
seorang warga.
c) Komunikasi top-down
Yaitu komunikasi dari atas ke bawah umumnya terkait dengan
tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Sebagai
contoh, komunikasi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar terhadap
perangkat Desa Ngancar yang berisi informasi-informasi pembangunan
dan instruksi pembentukan panitia pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
d) Komunikasi bottom-up
Yaitu komunikasi dari bawah ke atas yang biasanya berisi
permintaan untuk diberikan keputusan. Satu-satunya komunikasi bottom-
up dalam penelitian ini adalah komunikasi yang dilakukan Kepala Desa
Ngancar dengan PU Kabupaten Wonogiri ketika berkonsultasi mengenai
pembangunan penampungan air di Dusun Glonggong.
e) Komunikasi lisan
Merupakan bentuk komunikasi verbal yang menggunakan bahasa,
yaitu jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih sebagai alat
yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Komunikasi ini
hampir selalu dilakukan Kepala Desa Ngancar, yaitu secara lisan dengan
menggunakan bahasa pada saat mengajak masyarakat untuk berswadaya
dalam berbagai program pembangunan.
f) Komunikasi tertulis
Merupakan salah satu bentuk dari komunikasi verbal yang
menggunakan tulisan sebagai alat penyampai pesan. Satu-satunya
komunikasi tertulis dalam penelitian ini adalah dalam bentuk proposal
yang diajukan Kepala Desa Ngancar ke PU Kabupaten Wonogiri pada
pembangunan penampungan air.
g) Komunikasi tatap muka
Yaitu melalui pertemuan langsung dengan komunikan tanpa
perantara. Sebagai contoh pada rapat RPJMD dan Rapat Koordinasi
Perangkat Desa Ngancar yang dilakukan dengan bertatap muka secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
langsung antara Kepala Desa Ngancar dengan peserte RPJMD dan
perangkat desa. Selain dengan perangkat desa, komunikasi tatap muka
juga dilakukan Kepala Desa Ngancar dengan masyarakat melalui
pertemuan di tingkat dusun pada pembahasan perencanaan pembangunan
musholla dan renovasi masjid.
h) Komunikasi bermedia
Yaitu komunikasi dengan menggunakan perantara. Seperti pada
pembangunan gedung TPQ dimana Kepala Desa Ngancar menyebarkan
informasi pembangunan dan menyampaikan ajakan berswadaya melalui
pengeras suara yang terdapat di masjid induk. Contoh lain, Kepala Desa
Ngancar juga menggunakan peran kepala dusun untuk menginformasikan
pembangunan pos kamling kepada warga di setiap dusun.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan akhir bahwa peranan Kepala
Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam
rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten
Wonogiri telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam
bentuk komunikasi yang telah dilakukan dan berbagai cara penyampaian motivasi
swadaya kepada masyarakat yang tepat sasaran. Dengan keberhasilan komunikasi
ini, pada akhirnya Kepala Desa Ngancar mencapai tujuannya yaitu membentuk
warga masyarakat yang mandiri dan berpartisipasi aktif dalam mendukung
kelancaran pembangunan melalui berbagai bentuk swadaya, seperti swadaya
tenaga, swadaya dana, swadaya ide/gagasan pembangunan, swadaya material
pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Akan tetapi, di dalam sebuah keberhasilan pun pada dasarnya terdapat
kekurangan. Kekurangan ini hendaknya ditelusuri secara cermat untuk kemudian
mencapai keberhasilan yang sesungguhnya di masa yang akan datang. Demikian
halnya dengan keberhasilan Kepala Desa Ngancar di atas yang juga terdapat
kelemahan, terutama dalam melakukan kegiatan komunikasi, yaitu:
1. Kepala Desa Ngancar tidak rutin hadir dalam pertemuan dusun. Hal ini
mungkin terkait dengan kesibukan beliau yang memiliki jabatan atau
pengaruh penting di beberapa organisasi lain. Akibatnya, komunikasi top-
down dengan warga masyarakat sedikit terganggu sehingga akan berpengaruh
terhadap cepat/lambatnya pengaruh motivasi swadaya yang beliau sampaikan.
2. Dalam melakukan kegiatan komunikasi, terutama pada saat berkoordinasi
dengan perangkat, Kepala Desa Ngancar kurang memanfaatkan teknologi-
teknologi yang ada saat ini, mulai dari radio desa, handy talky, hingga
handphone dan laptop. Hal ini mungkin saja karena Kepala Desa Ngancar
belum mahir mengoperasionalkan alat-alat tersebut.
3. Dalam melakukan kegiatan komunikasi, terutama pada saat memberikan
motivasi swadaya kepada masyarakat, Kepala Desa Ngancar kurang kreatif
dalam hal cara penyampaian. Selama ini yang dilakukan Kepala Desa
Ngancar adalah bertemu dengan warga kemudian menyampaikan informasi
pembangunan baru menyampaikan motivasi swadaya. Bukan tidak mungkin,
seiring berjalannya waktu warga masyarakat akan merasa bosan dengan cara
kepala desa tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
IV.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, berikut ini adalah beberapa saran untuk
Kepala Desa Ngancar demi terlaksananya peranan kepala desa yang lebih baik
lagi sebagai motivator swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di
Desa Ngancar, yaitu:
1. Kepala Desa Ngancar hendaknya lebih rutin menghadiri pertemuan-
pertemuan dusun sebagai wujud komitmennya dalam memimpin warga
masyarakat Desa Ngancar. Hal ini juga untuk menumbuhkembangkan rasa
simpatik dan kesan positif masyarakat tehadap Kepala Desa Ngancar
sehingga relasi diantara keduanya akan terjalin semakin baik dan pada
akhirnya motivasi-motivasi swadaya yang disampaikan oleh Kepala Desa
Ngancar akan lebih mudah diterima dan dijalankan oleh masyarakat.
2. Kepala Desa Ngancar sebaiknya meningkatkan pengetahuannya mengenai
teknologi-teknologi yang ada saat ini. Tidak hanya untuk kepala desa,
perangkat desa setempat pun hendaknya demikian. Peningkatan
pengetahuan ini bisa diperoleh misalnya dengan mengadakan pelatihan
teknologi informasi untuk pemerintah Desa Ngancar yang nantinya dapat
memudahkan dalam sistem koordinasi pemerintahan.
3. Kepala Desa Ngancar harus lebih kreatif dalam menyampaikan motivasi
swadaya. Artinya, tidak hanya disampaikan secara langsung, tetapi bisa
juga dengan mencoba memanfaatkan berbagai media yang ada saat ini,
misalnya spanduk, pamflet, majalah desa dan alat-alat komunikasi. Atau,
Kepala Desa Ngancar bisa juga bekerja sama dengan pihak ketiga untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
mengadakan pembinaan dalam menumbuhkembangkan rasa swadaya
masyarakat.
Selain itu, terdapat pula saran untuk masyarakat pedesaan pada umumnya,
dan masyarakat Desa Ngancar pada khususnya, yaitu:
1. Hendaknya masyarakat pedesaan meningkatkan wawasan akan dunia luar
dengan rutin membaca surat kabar atau melihat tayangan berita yang
informatif. Semakin banyak informasi yang kita dapat, akan semakin
mudah bagi kita untuk menuju pribadi yang terbuka dan pada akhirnya
akan semakin dapat menerima perubahan-perubahan sosial yang masih
akan terus terjadi.
2. Terkait teknologi yang ada saat ini, masyarakat pedesaan hendaknya
proaktif dalam meminta pemerintah desa untuk menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan semacam pengenalan teknologi untuk meningkatkan
pengetahun dan keterampilan masyarakat akan teknologi yang pada
akhirnya dapat memajukan kehidupan pedesaan.
3. Terkait pembangunan desa, masyarakat desa hendaknya berpartisipasi
dalam mendukung kelancaran pembangunan desa. Berpartisipasi pasif
dengan cara tidak melakukan hal-hal yang dapat menghalangi dan
menghambat jalannya pembangunan. Berpartisipasi aktif dengan cara ikut
serta dalam jalannya proses pembangunan, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga pada pemeliharaan dan pemanfaatan hasil
pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA Buku dan artikel Adisasmita, Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ali. 2000. Strategi Penelitian. Bandung: Angkasa. Ardianto, Elvinarno dan Lukiati Komala. 2005. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. De Vito, Joseph, A, Editor : Agus Maulana. 1997. Komunikasi Antar Manusia.
Jakarta: Professional Book. Effendy, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. -------. 1993. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. -------. 2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. -------. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Cetakan Kesembilanbelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Eilers, Franz Josef. 2001. Berkomunikasi Dalam Masyarakat: Pengantar
Komunikasi Sosial. Flores: Nusa Indah. Gumperz, John J. & Levinson, Stephen C. 1996. Rethinking Linguistic Relativity. Cambridge: University Press. Handayaningrat, S. 1986. Pengantar Studi Ilmu Administratsi Manajemen. Jakarta: PT Gunung Agung. Hasibuan. 1980. Manajemen Dasar, Pengertian, Dan Masalah. Jakarta: Gunung Agung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hidayat. 1986. Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Juliantara, Dadang. 2004. Pembaharuan Kabupaten. Yogyakarta: Pembaharuan. Kansil, CST. 1983. Praktek Hukum Peraturan Perundangan di Indonesia. Jakarta: Erlangga. Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Listiani, Heri Kusmanto, dkk. 2007. Desa Tertekan Kekuasaan. Medan: BITRA Indonesia. Maskun, H. Sumitro. 1993. Pembangunan Masyarakat Desa: Asa, Kebijaksanaan, dan Manajemen. Yogyakarta: PT Media Widya Mandala. Moekijat. 1984. Dasar-dasar Motivasi. Bandung: Sumur Bandung. Muktiyo, Widodo. 2010. Menjadi Profesional dan Komunikatif di Kantor. Surakarta: Citra Emas Press. ------- (Eds). 2011. Komunikasi Pembangunan Untuk Pemberdayaan Masyarakat. Karanganyar: Lindu Pustaka. Mulyana, Deddy. 1996. Konteks Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya. Nasution. 2004. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan, Teori, dan
Penerapannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ndraha, Taliziduhu. 1982. Dimensi-dimensi Pemerintah Desa. Jakarta: Bina Aksara. Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Pratikto, Riyono. 1987. Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja
Karya CV. Purwanto, Djoko. 2003. Komunikasi Bisnis . Jakarta: Gelora Aksara Pratama. Rakhmat, Jalaluddin. 1986. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Karya Nusantara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen SDM Untuk Perusahaan Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: PT raja Grafindo persada. Robbins. 2003. Perilaku Organisasi Jilid 2. Jakarta: PT INDEKS Kelompok
Media. Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. -------. 2005. Metode Penelitian PR dan Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Safi’i, M. 2007. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Persepektif Teoritik. Malang: Averroes Press. Sastropoetro, Santoso. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni. Sendjaja, Djuarsa. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Siagian, S.P. 1990. Administrasi Pembangunan. Jakarta: Bumi Aksara. ------- 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Soesanto, Astrid S. 1977. Komunikasi dalam Teori Praktek dan Teori I. Bandung:
Bina Cipta. Sudirwo, Daeng. 1981. Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah dan Pemerintahan Desa. Bandung: Angkasa. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tondjowidjojo, John. 2002. Dasar dan Arah Public Relation. Jakarta: Grazindo. Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi Edisi Revisi. Jakarta:
PT Rineka Cipta. Widjaja. 2005. Peranan Motivasi dalam Kepemimpinan. Jakarta: Akademika
Pressindo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jurnal Bambang Ismawan. 2003. Partisipasi dan Dimensi Keswadayaan: Pengalaman LSM Membangun Keswadayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Rakyat. McAnany, Emile. 2010. Communication for Development and Social Change: New Millennium Volume 29 No. 3. Gale Education, Religion and Humanities Lite Package. Zhang, Peter. 2011. The Idea of Communication Volume 68 Issue 1. United States: Institute of General Semantics. Skripsi dan Thesis Ernistyana, Wahyu. 2009. Thesis Peranan Kepala Desa dalam Melaksanakan Pembangunan di Desa Senenan Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara. Parni. 2005. Skripsi Peranan Kepala Desa dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Sarana Fisik Desa di Desa Tengger Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri. Syafriadi, Hafid. 2009. Skripsi Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan Desa di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar tahun 2007. Wahyuningsih, Lilis. 2009. Skripsi Peranan Kepala Desa dalam Pembangunan, Studi di Desa Ketanggung Kecamatan Sudimoro Kabupaten Pacitan. Dokumen Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989. Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Perpustakaan Desa / Kelurahan. Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Desa, disusun oleh Direktorat Pemerintahan Desa Dan Kelurahan, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Daerah. Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005 tentang Desa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Petunjuk Teknik Operasional Program Pengembangan Kecamatan Untuk Rekonstruksi Dan Rehabilitasi Pulau Nias, disusun oleh Tim Koordinasi Program Pengembangan Kecamatan Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2007. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sumber lain Prasetyo Budi Saksono (1984) dalam Tugas Akhir Ruswati. 2005. Efektivitas Pelayanan Publik. http://www.freewebs.com/lebaran/skripsi.htm.