peranan guru dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat ...eprints.ums.ac.id/32406/21/naskah...
TRANSCRIPT
i
PERANAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN IBADAH
SHALAT DHUHA SISWA KELAS VIII-A2 DI MADRASAH
TSANAWIYAH NEGERI (MTSN) SURAKARTA II
TAHUN AJARAN 2014/2015
NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh:
Nashrul Aziz
NIM: G000100182
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
iv
PERANAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN IBADAH
SHALAT DHUHA SISWA KELAS VIII-A2 DI MADRASAH
TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) SURAKARTA II
TAHUN AJARAN 2014/2015
Nashrul Aziz
G 000 100 182
Fakultas Agama Islam
ABSTRAK
Seorang guru memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka
menumbuhkembangkan sifat dan sikap disiplin ibadah shalat dhuha terhadap
peserta didiknya di sekolah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang
guru dalam mendisiplinkan siswanya, yaitu membiasakan shalat dhuha
berjama’ah, memberikan contoh dan tauladan, penyadaran, dan suatu
pengawasan. Dan yang paling mempengaruhi dalam pelaksanaan pendisiplinan
adalah adanya unsur pendisiplinan itu sendiri, yaitu peraturan yang bersifat
memaksa (wajib).
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II memiliki program
kegiatan yang bertujuan agar siswa menjadi lebih disiplin, yaitu: melaksanakan
shalat dhuha secara berjama’ah. Adapun permasalahan yang akan diangkat dalam
penelitian ini ialah: usaha apa yang dilakukan oleh guru Madrasah Tsanawiyah
Negeri (MTsN) Surakarta II dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat
dhuha siswanya.
Sedang tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peranan guru
dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat dhuha siswa di Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II. Adapun manfaat dari penelitian ini,
yaitu (1) manfaat teoritis, agar dapat memberikan sumbangan positif teruntuk
sekolah mengenai penanaman kedisiplinan terhadap siswanya; (2) manfaat
praktis, sebagai masukan teruntuk pendidik mengenai pendisiplinan siswanya.
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian lapangan (field research)
karena data yang diambil langsung dari lapangan dengan metode penulisan
deskriptif kualitatif, adapun metode pengumpulan data yang dipakai ialah:
observasi, dokumentasi, dan wawancara. Metode analisis yang diambil adalah
analisis deskriptif kualitatif dan analisis induktif.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan
bahwa usaha yang dilakukan guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)
Surakarta II dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat dhuha siswanya
adalah dengan melakukan langkah-langkah pendisiplinan, yaitu: mengadakan
pembiasaan kegiatan, memberikan contoh dan tauladan, penyadaran, dan
pengawasan, sebagaimana yang telah penulis bahas dalam skripsi ini.
Kata Kunci: Guru, Kedisiplinan, Shalat Dhuha.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Peranan guru sangatlah
dibutuhkan untuk menumbuhkan
sifat disiplin kepada para siswanya.
Pendisiplinan pada diri siswa
sangatlah penting, karena dengan
disiplin maka semua pekerjaan akan
berjalan dengan baik. Yang
dimaksud disiplin disini adalah
kepatuhan untuk menghormati dan
melaksanakan suatu sistem atau
mentaati peraturan dan ketentuan
yang telah ditetapkan tanpa pamrih.
Disiplin adalah kunci sukses,
sebab dalam disiplin akan tumbuh
sifat yang teguh dan tekun dalam
usaha maupun belajar. Pendisiplinan
siswa dengan pelaksanaan ibadah
shalat dhuha secara berjama‟ah
merupakan langkah yang tepat.
Karena ibadah shalat dhuha
merupakan puncak segala kepatuhan,
maksudnya adalah masih banyak
orang muslim pada saat ini yang
meninggalkan ibadah shalat sunnah
khususnya shalat dhuha, dimana
shalat dhuha sering terlupakan
karena sifat sunnah. maka bagi siapa
yang melaksanakan karena telah
menyadari pentingnya shalat dhuha
tersebut, disanalah bentuk
kepatuhannya terhadap Allah swt itu
ada pada diri seseorang tersebut1.
Dengan dijalankannya shalat dhuha
berjama‟ah di sekolah secara rutin,
maka siswa akan menjadi terbiasa
melaksanakannya dengan disiplin.
Baik siswa tersebut disaat masih
bersekolah ataupun setelah lulus
sekolah.
Madrasah Tsanawiyah Negeri
(MTsN) Surakarta II adalah salah
satu sekolah yang menerapkan
rutinitas ibadah shalat dhuha kepada
1 Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih
Ibadah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah, 2008), hlm 26.
2
para siswanya secara berjama‟ah.
Kegiatan ini bagian dari usaha
sekolah mendisiplinkan siswanya
agar lebih disiplin. Dengan alasan
inilah peneliti ingin mengetahui lebih
dalam mengenai peranan guru dalam
meningkatkan kedisiplinan ibadah
shalat dhuha siswa kelas VIII-A2 di
Madrasah Tsanawiyah Negeri
(MTsN) Surakarta II.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang
penulis kemukakan di atas, maka
dapat dirumuskan suatu
permasalahan, yaitu: Usaha apa yang
dilakukan oleh guru Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN)
Surakarta II dalam meningkatkan
kedisiplinan ibadah shalat dhuha
siswanya ?
Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya
penelitian ini adalah untuk
mengetahui usaha yang dilakukan
oleh guru Madrasah Tsanawiyah
Negeri (MTsN) Surakarta II dalam
meningkatkan kedisiplinan ibadah
shalat dhuha siswanya.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari
hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan
yang positif bagi sekolah dalam
penanaman kedisiplinan
terhadap peserta didiknya,
khususnya shalat dhuha.
2. Manfaat Praktis:
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan
kepada para pendidik mengenai
pendisiplinan peserta didik,
khususnya teruntuk guru MTsN
Surakarta II.
3
Tinjauan pustaka
Penelitian yang terkait dengan
penelitian ini telah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya,
diantaranya:
1. Muhammad Fazrih (UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011)
dalam skripsinya yang berjudul
Disiplin Beribadah Siswa SMP
Islam Assa‟adah Pondok Kelapa
Jakarta Timur tahun 2011,
menyimpulkan bahwa dalam
kegiatan ibadah para guru telah
mengarahkan dan membimbing
siswa dengan baik, seperti
memberikan materi terlebih
dahulu sebelum melaksanakan
ibadah, memberikan pengarahan
dengan seksama dan
memberikan evaluasi. Strategi
yang dilakukan adalah
memberikan sanksi bagi yang
melanggar dan memberi hadiah
atau reward bagi siswa yang
aktif.
2. Suwandi Saputra (UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2008)
dalam skripsinya yang berjudul
Upaya Guru ISMUBA Terhadap
Keaktifan Shalat Siswa di SMP
Muhammadiyah 10 Yogyakarta.
Menyimpulkan bahwa kondisi
keaktifan shalat di SMP
Muhammadiyah 10 Yogyakarta,
sebagian besar belum bisa aktif
dalam menjalankan shalat, baik
di sekolah maupun di rumah.
Ada beberapa upaya yang
dilakukan guru Ismuba terhadap
keaktifan siswa, meliputi:
adanya pembinaan shalat di
dalam setiap pembelajaran,
melakukan cheking pelaksanaan
shalat siswa di rumah,
memasukkan nilai shalat dalam
unsur penilaian rapor, dll.
4
3. Budi Sulistiyo (IAIN Walisongo
Semarang, 2011) dalam
skripsinya yang berjudul
Pembinaan Kedisiplinan Siswa
Melalui Punishment Ibadah di
SMA Muhammadiyah
Purwodadi Tahun Ajaran
2010/2011, menyimpulkan
dalam pembinaan kedisiplinan
yang dilakukan oleh SMA
Muhammadiyah, yang menjadi
obyek adalah siswa yang
melanggar peraturan. Fungsi
sebuah hukuman adalah
membatasi perilaku
menyimpang yang dilakukan
para siswa. Namun hal tersebut
dirasa kurang efektif dalam
menanamkan sikap disiplin pada
siswa. Untuk itu pihak sekolah
menerapkan hukuman yang
bersifat hukuman (melanggar),
pembinaan (terlambat).
Tinjauan Teoritik
Disiplin Ibadah
a. Pengertian Disiplin Ibadah
Dalam Bahasa Indonesia,
disiplin adalah tata tertib (di
sekolah, kemiliteran dan
sebagainya); ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan tata tertib dan
sebagainya2. Menurut Conny
Semiawan, disiplin adalah sebagai
kepatuhan terhadap peraturan atau
tunduk pada pengawasan, dan
pengendalian3. Menurut Prof. DR.
Utami Munandar, disiplin
diartikan sebagai pengendalian
diri sehubungan dengan proses
penyesuaian diri dan sosialisasi4.
b. Fungsi Disiplin
2 Suyoto Bakir,Kamus Lengkap, hlm.
142. 3 Conny Semiawan, Penerapan
Pembelajaran Bagi Anak (Bandung: PT
Indeks, 2009), hlm. 92. 4 Utami Munandar dkk, Pendidikan
Agama dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan
Pemikiran, 2001), hlm. 109.
5
Fungsi disiplin menurut Tulus
Tu‟u diantaranya adalah:
1) Menata kehidupan bersama
2) Membangun kepribadian
3) Melatih kepribadian
4) Menciptakan lingkungan yang
kondusif.
c. Unsur-Unsur Disiplin
Adapun unsur-unsur pokok dalam
disiplin, yaitu:
1) Peraturan, berfungsi sebagai
pedoman perilaku.
2) Hukuman, diberikan untuk
pelanggaran terhadap
peraturan.
3) Penghargaan, diberikan
sebagai balasan bagi perilaku
yang baik dan sesuai dengan
yang diharapkan.
4) Konsistensi, berfungsi
sebagai pemacu motivasi
dalam proses pembinaan
disiplin5.
d. Langkah-Langkah Penanaman
Disiplin
Disiplin harus ditanamkan dan
ditumbuhkan sejak dini, sehingga
nantinya akan tumbuh dari hati
seseorang dengan sendirinya.
Disiplin dapat dilakukan dengan
cara:
1) Pembiasaan, pembiasaan
untuk melakukan sesuatu
dengan disipin, tertib, dan
teratur.
2) Contoh dan Tauladan,
memberi contoh dan tauladan
kepada peserta didiknya.
3) Penyadaran, memberikan
penjelasan-penjelasan tentang
pentingnya peraturan-
peraturan diadakan. Sehingga
lambat laun anak itu akan
5 John W. Santrock, Perkembangan
Anak Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm.
84-92.
6
sadar terhadap peraturan-
peraturan tersebut.
4) Pengawasan, Pengawasan ini
bertujuan untuk menjaga atau
mencegah agar tidak terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan
khususnya yang bertentangan
dengan peraturan yang telah
diadakan. Sehingga dengan
pengawasan tingkat
kedisiplinan anak akan
terkontrol6.
e. Macam-macam Ibadah
1) Ibadah khusus (mahdlah)
adalah ibadah yang tatacara
dan aturannya sudah
ditentukan oleh Allah dan
RasulNya.
2) Ibadah umum (ghoiru
mahdlah) adalah segala
perbuatan baik yang diizinkan
6 Amir Daien Indrakusuma,
Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya:
Usaha Nasional, 2007), hlm. 143-144.
Allah Swt dan diniatkan
karena Allah.
Shalat Dhuha
a. Pengertian dan Hukum Shalat
Dhuha
Shalat dhuha adalah salah
satu shalat tathawwu‟ yang
artinya adalah menambah shalat
sunnah “nawafil”7. Adapun
Pengertian Shalat Dhuha menurut
Yusuf Mansur ialah shalat sunnah
yang dilakukan ketika matahari
sedang naik. Hukum shalat dhuha
ialah sunnah mu‟akkad (yang
ditekankan)8.
b. Anjuran Mengerjakan Shalat
Dhuha
Abu hurairah –radiyallahu
anhu –berkata,
7 Zainal Masduki, Tuntunan Shalat
Lengkap dan Praktis(Yogyakarta, 2007),
hlm. 87. 8 Yusuf Mansur, Dahsyatnya Shalat
Sunnah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2013),
hlm.157.
7
“kekasihku (Rasulullah
Shalallahu „alaihi wassalam)
mewasiatkan kepadaku tiga
perkara yang tidak aku tinggalkan
sampai aku meninggal: puasa tiga
hari setiap bulan, shalat Dhuha,
dan shalat Witir sebelum tidur,”9.
c. Keutamaan Shalat Dhuha
Adapun keutamaan-keutamaan
shalat dhuha. Diantaranya sebagai
berikut:
1) Shalat dhuha merupakan salah
satu wasiat Nabi Saw.
Sebagaimana hadits Abu
Hurairah di atas, artinya:
“kekasihku (Rasulullah
Shalallahu „alaihi wassalam)
mewasiatkan kepadaku tiga
perkara yang tidak aku
tinggalkan sampai aku
meninggal: puasa tiga hari
setiap bulan, shalat Dhuha,
dan shalat Witir sebelum
tidur”10
.
9 H.R. Al-Bukhoriy, no. 1178, hal:
58 dan Muslim, no. 721 (Maktabah Shamela
i-Sofware). 10
Ibid.
2) Sedekah bagi seluruh
persendian tubuh manusia.
Nabi Sallallahu alaihi wa
sallam –bersabda,
“Bagi setiap persendian dari
seorang diantara kalian
terdapat sedekah. Jadi, setiap
tasbih adalah sedekah, setiap
tahmid adalah sedekah, setiap
tahlil (ucapan Laa ilaaha illah)
adalah sedekah, setiap takbir
adalah sedekah,
memerintahkan yang ma‟ruf
adalah sedekah, dan melarang
kemungkaran adalah sedekah.
Mencukupi hal itu, dua rakaat
yang dilakukan pada waktu
Dhuha.”11
.
11
H.R. Muslim, no. 720, hal: 498
dan Abu Dawud, no. 1285, hal: 26. 1286,
hal: 27 dan 5243, hal: 362 (Maktabah
Shamela i-Sofware).
8
3) Dicukupkan rezekinya di sore
hari. Dari Nu‟aim bin
Hammar Radhiallahu „Anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu
„Alaihi wa Sallam bersabda:
“Allah „Azza wa Jalla
berfirman: “Wahai Anak
Adam, jangan sekali-kali kamu
malas mengerjakan empat
rakaat pada awal siang (shalat
dhuha), nanti akan Aku cukupi
kebutuhanmu pada akhirnya
(sore hari)”12
.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang
digunakan adalah field research,
yaitu langsung di lapangan atau
kehidupan yang sebenarnya secara
12
H.R. Abu Daud, No. 1289, hal:
27. (Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud
No. 1289 dan Shahih At Targhib wat
Tarhib No. 673, juga diriwayatkan oleh
Ahmad dari jalur Abu Darda dengan
sanad shahih li ghairih, lihatShahih At
Targhib wat Tarhib No. 672, At Tirmidzi
juga dari Abu Darda, dan beliau
mengatakan hasan gharib, dan Syaikh Al
Albani menghasankan dalam Shahih At
targhib wat Tarhib No.672) (Maktabah
Shamela i-Sofware).
spesifik apa yang sedang terjadi13
.
Melihat dari pendekatannya,
penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kulitatif. Karena data yang
dikumpulkan berupa gambar, kata-
kata dan bukan bentuk angka hal itu
karena disebabkan penerapan metode
kualitatif14
. Selain itu penelitian
deskriptif ini bersifat eksploratif
guna menjelaskan status fenomena
atau suatu keadaan tertentu.
Penelitian ini dilakukan di
MTsN Surakarta II, dan subyek
penelitiannya, yaitu: Kepala MTsN
Surakarta II, Wakil Kepala Sekolah
Urusan Kesiswaan, Guru
Penanggung Jawab Kegiatan, Wali
Kelas, dan Siswa.
Metode Pengumpulan Data
13
Toto Syatori Nasehudin dan
Nanang Gozali, Metode Penelitian
Kuantitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2012),
hlm. 55. 14
Lexy j. Maleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 11.
9
Untuk mendapatkan data-data yang
terkait dengan tema penelitian,
digunakan beberapa teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi (observation) atau
pengamatan merupakan satu
teknik atau cara mengumpulkan
data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung15
..
2. Dokumentasi
Pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-
arsip dan termasuk juga buku-
buku tentang pendapat, teori, dalil
atau hukum-hukum, dan lain-lain
yang berhubungan dengan
masalah penelitian tersebut16
.
Kegunaan metode untuk
memperoleh data portofolio yang
15
Nana Syaodih Sukmadinata,
Metodologi Penelitian Pendidikan,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011),
hlm. 220. 16
Ibid., hlm. 181.
berkaitan dengan kegiatan shalat
dhuha, dan data-data mengenai
lingkungan fisik maupun
administratif yang terdapat
didalamnya.
3. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah proses
percakapan antara dua orang atau
lebih, yang pertanyaannya
diajukan oleh peneliti kepada
subjek atau sekelompok subjek
penelitian untuk dijawab17
.
Metode Analisis Data
Penulis menggunakan metode
analisis data induktif (peneliti secara
langsung berada „di dalam‟ lokasi
penelitian). Sehingga simpulan
diperoleh semata-mata dengan
terlebih dahulu melakukan
pengumpulan data18
.
17
Sudarwan Danim, “Menjadi
Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia,
2002), hlm. 130. 18
Nyoman Kutha Ratna,
Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan
Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya
10
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan wawancara yang
penulis lakukan bersama Drs.
Sunarto, M.pd (selaku kepala
sekolah), Ibu Hayati, S.Pd. (selaku
wakil kepala sekolah), Ibu Siti
Aminah, S.Ag (selaku Koord Sie
Keagamaan), dan Bpk Muh.
Fajjaruddin, M.PdI (selaku Wali
Kelas VIII-A2), serta siswa kelas
VIII-A2. Dalam pendisiplinan ibadah
shalat dhuha, guru Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN)
Surakarta II selalu memantau
berjalannya rutinitas tersebut dengan
menggunakan unsur-unsur dan
langkah-langkah dalam pendisiplinan
shalat dhuha.
1. Keadaan Shalat Dhuha
Shalat dhuha ini dilaksanakan
secara berjama‟ah sesuai dengan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.
328.
jadwalnya, di akhir shalat
dilakukan doa bersama yang
dipimpin oleh imam shalat dan
diikuti oleh jama‟ah (siswa)19
.
2. Unsur-Unsur Pendisiplinan
a) Peraturan
Peraturan dalam
pendisiplinan shalat dhuha
ini, MTsN Surakarta II hanya
memberikan jadwal atau
waktu untuk melaksanakan
shalat dhuha secara terjadwal
dan berjama‟ah20
.
b) Hukuman dan Penghargaan
Dalam kegiatan ini tidak
terdapat hal yang berbentuk
hukuman ataupun
penghargaan bagi siswa21
.
c) Konsistensi
19
Observasi pada tanggal 4
November 2014 20
Wawancara dengan Ibu Hayati,
S.Pd. pada tanggal 4 November 2014, pukul
10.30-11.30 WIB. 21
Ibid.
11
Rutinitas ibadah shalat dhuha
berjalan secara konsisten. Hal
ini dilakukan mengingat
banyaknya manfaat dari
rutinitas shalat dhuha.22
.
3. Langkah-Langkah Pendisiplinan
a) Pembiasaan
Langkah pembiasaan ini
dilakukan secara rutin setiap
hari, akan tetapi
pelaksanaannya dengan
sistim terjadwal dan
terorganisir. Hal tersebut
dilakukan karena banyaknya
siswa di MTsN Surakarta II
yang mencapai 1.094 siswa.
Semua itu dibuktikan dengan
adanya jadwal imam dan
jadwal kelas yang akan
melaksanakan shalat dhuha
pada setiap harinya.
harapannya siswa bisa
22
Wawancara dengan Bpk Muh.
Fajjaruddin, M.PdI. pada tanggal 4
November 2014, pukul 10.30-11.30 WIB.
mendisiplinkan diri masing-
masing, terkhusus
kedisiplinan siswa pada
ketepatan waktu23
.
b) Contoh dan Tauladan
Guru di MTsN Surakarta II
selalu berusaha untuk
memberikan contoh dan
tauladan, baik ikut serta
melaksanakan secara
berjamaah bersama murid
dipagi hari, ataupun
melaksanakan pada jam
istirahat24
.
c) Penyadaran
Bentuk penyadaran ini
diberikan melalui dua cara,
yaitu:
1) Penyadaran melalui
materi pembelajaran.
23
Wawancara dengan Drs. Sunarto,
M.pd. pada tanggal 4 November 2014,
pukul 10.30-11.30 WIB. 24
Wawancara dengan Ibu Siti
Aminah, S.Ag. pada tanggal 4 November
2014, pukul 10.30-11.30 WIB.
12
Penyadaran ini
diberikan ketika
terjadinya Kegiatan
Belajar Mengajar
(KBM), tepatnya pada
pelajaran Fiqh dan Fiqh
Terapan.25
.
2) Penyadaran melalui
metode Ceramah.
Bentuk penyadaran ini
biasanya disampaikan
oleh Wakil Kepala
Sekolah kepada para
siswa. Tujuan
diberikannya metode
ceramah ini adalah
supaya siswa lebih
mengerti apa itu shalat
dhuha dan apa manfaat
bagi mereka yang
melaksanakannya, dan
mau melaksanakan
25
Wawancara dengan Bpk Muh.
Fajjaruddin, M.PdI. pada tanggal 4
November 2014, pukul 10.30-11.30 WIB.
ibadah wajib dan sunnah
(Shalat Dhuha) secara
rutin dan ikhlas26
.
d) Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh
para guru dengan secara
langsung bergerak menuju
kelas yang menjadi tanggung
jawabnya untuk menuju
masjid dan mushola sebagai
tempat pelaksanaan ibadah
shalat dhuha tersebut27
.
Adapun beberapa kendala
yang dialami oleh pihak Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN)
Surakarta II dalam pendisiplinan
ibadah shalat dhuha tersebut, yaitu:
(1) Waktu pelaksanaan shalat
dhuha pagi teruntuk siswa MTsN
Surakarta II, mengingat siswa pada
26
Wawancara dengan Ibu Hayati,
S.Pd. pada tanggal 4 November 2014, pukul
10.30-11.30 WIB. 27
Wawancara dengan Bpk Muh.
Fajjaruddin, M.PdI. dan Siswa VIII-A2,
pada tanggal 4 November 2014, pukul
10.30-11.30 WIB.
13
jenjang ini tidak diperbolehkan
membawa kendaraan sendiri,
terkecuali sepeda ontel28
. (2)
Kesadaran, baik itu kesadaran diri
peserta didik, ataupun dari pihak
keluarga sendiri29
.
Demikian deskripsi data
hasil observasi, dokumentasi serta
wawancara yang penulis lakukan di
Madrasah Tsanawiyah Negeri
(MTsN) Surakrta II mengenai Profil
sekolah dan usaha-usaha yang
dilakukan guru Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakrta
II dalam meningkatkan kedisiplinan
ibadah shalat dhuha siswanya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan data yang
terkumpul dan analisis yang
28
Wawancara dengan Bpk Muh.
Fajjaruddin, M.PdI. pada tanggal 4
November 2014, pukul 10.30-11.30 WIB 29
Wawancara dengan Ibu Siti
Aminah, S.Ag. pada tanggal 4 November
2014, pukul 10.30-11.30 WIB.
dikemukakan pada bab-bab
sebelumnya, dapat diambil
kesimpulan bahwa guru Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN)
Surakarta II memiliki usaha
pendisiplinan shalat dhuha dengan
beberapa langkah pendisiplinan,
yaitu:
a) Pembiasaan, pada langkah ini
pihak sekolah memberikan
jadwal kelas, imam, dan
pemandu do‟a yang tersusun
dengan rapih, terjaga, dan
terorganisir.
b) Contoh dan Tauladan, guru
Madrasah Tsanawiyah Negeri
(MTsN) Surakarta II selalu
memberikan contoh dan
tauladan disetiap harinya. Selain
ikut serta berjama‟ah bersama
siswa, dan juga pada waktu
istirahat.
14
c) Penyadaran, adapun bentuk
penyadaran yang diberikan di
Madrasah Tsanawiyah Negeri
(MTsN) Surakarta II adalah
melalui penyampaian materi
yang diberikan melalui mata
pelajaran Fiqh dan ceramah.
Sedangkan untuk prakteknya
melalui mata pelajaran Fiqh
Terapan.
d) Pengawasan, madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN)
Surakarta II selalu menerjunkan
gurunya untuk segera
mengontrol kelas yang menjadi
tenggung jawabnya.
Adapun beberapa kendala
yang dialami oleh pihak Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN)
Surakarta II dalam pendisiplinan
ibadah shalat dhuha tersebut, yaitu:
1) Waktu, waktu pelaksanaan
shalat dhuha yang sangat pagi
teruntuk siswa MTsN Surakarta
II, mengingat siswa pada jenjang
ini tidak diperbolehkan
membawa kendaraan sendiri,
terkecuali sepeda ontel. Siswa
harus menunggu orang tuanya
yang sibuk dengan pekerjaan
rumah untuk mengantarkannya,
adapula siswa yang harus
menunggu lama Bus atau
Angkutan dan sejenisnya untuk
menuju sekolah.
2) Kesadaran, kesadaran ini
terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Kesadaran diri peserta didik.
Kurangnya kesadaran pada
diri siswa mengenai
pentingnya melaksanakan
kegiatan shalat dhuha, akan
menjadikan siswa sulit
untuk dibimbing dan
diarahkan agar mau
15
melaksanakannya secara
disiplin.
b) Kesadaran keluarga
Masih banyak keluarga
yang tidak atau belum
berpartisipasi untuk
mengajarkan anaknya agar
menjadi siswa yang disiplin,
beberapa siswa yang
disekolahkan di Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN)
Surakarta II akan tetapi dari
keluarga yang non-muslim.
Saran-Saran
1. Bagi kepala dan wakil kepala
sekolah. Penulis berharap kepala
dan wakil kepala sekolah dapat
memberikan peraturan yang
bersifat “Wajib” mengenai
Ibadah, terkhusus ibadah shalat
dhuha, agar sifat dan sikap
disiplin siswa menjadi lebih
mudah untuk tertanam dan
berkembang. Sesuai dengan apa
yang menjadi salah satu tujuan
sekolah,
2. Bagi Guru Penanggung Jawab
Kegiatan dan Wali Kelas.
Penulis mengharapkan pihak
penanggung jawab kegiatan bisa
menerapkan unsur-unsur dan
langkah-langkah pendisiplinan
tersebut secara utuh di Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN)
Surakarta II. Dan wali kelas
lebih tegas dalam membimbing
kelas yang menjadi tanggung
jawabnya.
3. Bagi siswa MTsN Surakarta II.
Penulis berharap siswa-siswi
MTsN Surakarta II bisa lebih
disiplin diberbagai kegiatan
yang diadakan oleh pihak
sekolah, khususnya disiplin
shalat dhuha secara berjama‟ah.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azzumardi. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta:
PT.Kompas Media Nusantara.
Bakir, Suyoto. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Batam Centre: Karisma
Publishing Group.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Indrakusuma, Amir Daien. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Komara, Endang. 2003. Disiplin Menurut Islam. (http://endangkomaras
blog.blogspot.com/2009/03/disiplin-menurut-islam-oleh-h-endang. html),
diakses tanggal 14 Agustus 2014.
Maleong, Lexy j. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mansur, Yusuf. 2013. Dahsyatnya Shalat Sunnah. Jakarta: Zikrul Hakim.
Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Masduki, Zainal. 2007. Tuntunan Shalat Lengkap dan Praktis.Yogyakarta.
Munandar, Utami dkk. 2001. Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan
Remaja. Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran.
Nasehudin, Toto Syatori & Gozali, Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif.
Bandung: Pustaka Setia.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu
Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santrock , John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Semiawan, Conny. 2009. Penerapan Pembelajaran Bagi Anak. Bandung: PT
Indeks.
Sukapdalsasiyah. 2012. Pengertian Ibadah Menurut Putusan Tarjih
Muhammadiyah, (http://blog.umy.ac.id/ibadahku/2012/05/16/ penertian-
ibadah-menurut-putusan-tarjih-muhammadiyah), diakses tanggal 17
Agustus 2014.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo.
Zurinal, Z. & Aminuddin. 2008. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah.