peranan guru dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat ...eprints.ums.ac.id/32406/21/naskah...

20
PERANAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN IBADAH SHALAT DHUHA SISWA KELAS VIII-A2 DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTSN) SURAKARTA II TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Disusun Oleh: Nashrul Aziz NIM: G000100182 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Upload: dangtram

Post on 08-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PERANAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN IBADAH

SHALAT DHUHA SISWA KELAS VIII-A2 DI MADRASAH

TSANAWIYAH NEGERI (MTSN) SURAKARTA II

TAHUN AJARAN 2014/2015

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas

Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh:

Nashrul Aziz

NIM: G000100182

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

iv

PERANAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN IBADAH

SHALAT DHUHA SISWA KELAS VIII-A2 DI MADRASAH

TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) SURAKARTA II

TAHUN AJARAN 2014/2015

Nashrul Aziz

G 000 100 182

Fakultas Agama Islam

ABSTRAK

Seorang guru memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka

menumbuhkembangkan sifat dan sikap disiplin ibadah shalat dhuha terhadap

peserta didiknya di sekolah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang

guru dalam mendisiplinkan siswanya, yaitu membiasakan shalat dhuha

berjama’ah, memberikan contoh dan tauladan, penyadaran, dan suatu

pengawasan. Dan yang paling mempengaruhi dalam pelaksanaan pendisiplinan

adalah adanya unsur pendisiplinan itu sendiri, yaitu peraturan yang bersifat

memaksa (wajib).

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II memiliki program

kegiatan yang bertujuan agar siswa menjadi lebih disiplin, yaitu: melaksanakan

shalat dhuha secara berjama’ah. Adapun permasalahan yang akan diangkat dalam

penelitian ini ialah: usaha apa yang dilakukan oleh guru Madrasah Tsanawiyah

Negeri (MTsN) Surakarta II dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat

dhuha siswanya.

Sedang tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peranan guru

dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat dhuha siswa di Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II. Adapun manfaat dari penelitian ini,

yaitu (1) manfaat teoritis, agar dapat memberikan sumbangan positif teruntuk

sekolah mengenai penanaman kedisiplinan terhadap siswanya; (2) manfaat

praktis, sebagai masukan teruntuk pendidik mengenai pendisiplinan siswanya.

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian lapangan (field research)

karena data yang diambil langsung dari lapangan dengan metode penulisan

deskriptif kualitatif, adapun metode pengumpulan data yang dipakai ialah:

observasi, dokumentasi, dan wawancara. Metode analisis yang diambil adalah

analisis deskriptif kualitatif dan analisis induktif.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan

bahwa usaha yang dilakukan guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Surakarta II dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat dhuha siswanya

adalah dengan melakukan langkah-langkah pendisiplinan, yaitu: mengadakan

pembiasaan kegiatan, memberikan contoh dan tauladan, penyadaran, dan

pengawasan, sebagaimana yang telah penulis bahas dalam skripsi ini.

Kata Kunci: Guru, Kedisiplinan, Shalat Dhuha.

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Peranan guru sangatlah

dibutuhkan untuk menumbuhkan

sifat disiplin kepada para siswanya.

Pendisiplinan pada diri siswa

sangatlah penting, karena dengan

disiplin maka semua pekerjaan akan

berjalan dengan baik. Yang

dimaksud disiplin disini adalah

kepatuhan untuk menghormati dan

melaksanakan suatu sistem atau

mentaati peraturan dan ketentuan

yang telah ditetapkan tanpa pamrih.

Disiplin adalah kunci sukses,

sebab dalam disiplin akan tumbuh

sifat yang teguh dan tekun dalam

usaha maupun belajar. Pendisiplinan

siswa dengan pelaksanaan ibadah

shalat dhuha secara berjama‟ah

merupakan langkah yang tepat.

Karena ibadah shalat dhuha

merupakan puncak segala kepatuhan,

maksudnya adalah masih banyak

orang muslim pada saat ini yang

meninggalkan ibadah shalat sunnah

khususnya shalat dhuha, dimana

shalat dhuha sering terlupakan

karena sifat sunnah. maka bagi siapa

yang melaksanakan karena telah

menyadari pentingnya shalat dhuha

tersebut, disanalah bentuk

kepatuhannya terhadap Allah swt itu

ada pada diri seseorang tersebut1.

Dengan dijalankannya shalat dhuha

berjama‟ah di sekolah secara rutin,

maka siswa akan menjadi terbiasa

melaksanakannya dengan disiplin.

Baik siswa tersebut disaat masih

bersekolah ataupun setelah lulus

sekolah.

Madrasah Tsanawiyah Negeri

(MTsN) Surakarta II adalah salah

satu sekolah yang menerapkan

rutinitas ibadah shalat dhuha kepada

1 Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih

Ibadah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah, 2008), hlm 26.

2

para siswanya secara berjama‟ah.

Kegiatan ini bagian dari usaha

sekolah mendisiplinkan siswanya

agar lebih disiplin. Dengan alasan

inilah peneliti ingin mengetahui lebih

dalam mengenai peranan guru dalam

meningkatkan kedisiplinan ibadah

shalat dhuha siswa kelas VIII-A2 di

Madrasah Tsanawiyah Negeri

(MTsN) Surakarta II.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang

penulis kemukakan di atas, maka

dapat dirumuskan suatu

permasalahan, yaitu: Usaha apa yang

dilakukan oleh guru Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Surakarta II dalam meningkatkan

kedisiplinan ibadah shalat dhuha

siswanya ?

Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya

penelitian ini adalah untuk

mengetahui usaha yang dilakukan

oleh guru Madrasah Tsanawiyah

Negeri (MTsN) Surakarta II dalam

meningkatkan kedisiplinan ibadah

shalat dhuha siswanya.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari

hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan sumbangan

yang positif bagi sekolah dalam

penanaman kedisiplinan

terhadap peserta didiknya,

khususnya shalat dhuha.

2. Manfaat Praktis:

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan

kepada para pendidik mengenai

pendisiplinan peserta didik,

khususnya teruntuk guru MTsN

Surakarta II.

3

Tinjauan pustaka

Penelitian yang terkait dengan

penelitian ini telah dilakukan oleh

beberapa peneliti sebelumnya,

diantaranya:

1. Muhammad Fazrih (UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011)

dalam skripsinya yang berjudul

Disiplin Beribadah Siswa SMP

Islam Assa‟adah Pondok Kelapa

Jakarta Timur tahun 2011,

menyimpulkan bahwa dalam

kegiatan ibadah para guru telah

mengarahkan dan membimbing

siswa dengan baik, seperti

memberikan materi terlebih

dahulu sebelum melaksanakan

ibadah, memberikan pengarahan

dengan seksama dan

memberikan evaluasi. Strategi

yang dilakukan adalah

memberikan sanksi bagi yang

melanggar dan memberi hadiah

atau reward bagi siswa yang

aktif.

2. Suwandi Saputra (UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2008)

dalam skripsinya yang berjudul

Upaya Guru ISMUBA Terhadap

Keaktifan Shalat Siswa di SMP

Muhammadiyah 10 Yogyakarta.

Menyimpulkan bahwa kondisi

keaktifan shalat di SMP

Muhammadiyah 10 Yogyakarta,

sebagian besar belum bisa aktif

dalam menjalankan shalat, baik

di sekolah maupun di rumah.

Ada beberapa upaya yang

dilakukan guru Ismuba terhadap

keaktifan siswa, meliputi:

adanya pembinaan shalat di

dalam setiap pembelajaran,

melakukan cheking pelaksanaan

shalat siswa di rumah,

memasukkan nilai shalat dalam

unsur penilaian rapor, dll.

4

3. Budi Sulistiyo (IAIN Walisongo

Semarang, 2011) dalam

skripsinya yang berjudul

Pembinaan Kedisiplinan Siswa

Melalui Punishment Ibadah di

SMA Muhammadiyah

Purwodadi Tahun Ajaran

2010/2011, menyimpulkan

dalam pembinaan kedisiplinan

yang dilakukan oleh SMA

Muhammadiyah, yang menjadi

obyek adalah siswa yang

melanggar peraturan. Fungsi

sebuah hukuman adalah

membatasi perilaku

menyimpang yang dilakukan

para siswa. Namun hal tersebut

dirasa kurang efektif dalam

menanamkan sikap disiplin pada

siswa. Untuk itu pihak sekolah

menerapkan hukuman yang

bersifat hukuman (melanggar),

pembinaan (terlambat).

Tinjauan Teoritik

Disiplin Ibadah

a. Pengertian Disiplin Ibadah

Dalam Bahasa Indonesia,

disiplin adalah tata tertib (di

sekolah, kemiliteran dan

sebagainya); ketaatan (kepatuhan)

kepada peraturan tata tertib dan

sebagainya2. Menurut Conny

Semiawan, disiplin adalah sebagai

kepatuhan terhadap peraturan atau

tunduk pada pengawasan, dan

pengendalian3. Menurut Prof. DR.

Utami Munandar, disiplin

diartikan sebagai pengendalian

diri sehubungan dengan proses

penyesuaian diri dan sosialisasi4.

b. Fungsi Disiplin

2 Suyoto Bakir,Kamus Lengkap, hlm.

142. 3 Conny Semiawan, Penerapan

Pembelajaran Bagi Anak (Bandung: PT

Indeks, 2009), hlm. 92. 4 Utami Munandar dkk, Pendidikan

Agama dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja

(Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan

Pemikiran, 2001), hlm. 109.

5

Fungsi disiplin menurut Tulus

Tu‟u diantaranya adalah:

1) Menata kehidupan bersama

2) Membangun kepribadian

3) Melatih kepribadian

4) Menciptakan lingkungan yang

kondusif.

c. Unsur-Unsur Disiplin

Adapun unsur-unsur pokok dalam

disiplin, yaitu:

1) Peraturan, berfungsi sebagai

pedoman perilaku.

2) Hukuman, diberikan untuk

pelanggaran terhadap

peraturan.

3) Penghargaan, diberikan

sebagai balasan bagi perilaku

yang baik dan sesuai dengan

yang diharapkan.

4) Konsistensi, berfungsi

sebagai pemacu motivasi

dalam proses pembinaan

disiplin5.

d. Langkah-Langkah Penanaman

Disiplin

Disiplin harus ditanamkan dan

ditumbuhkan sejak dini, sehingga

nantinya akan tumbuh dari hati

seseorang dengan sendirinya.

Disiplin dapat dilakukan dengan

cara:

1) Pembiasaan, pembiasaan

untuk melakukan sesuatu

dengan disipin, tertib, dan

teratur.

2) Contoh dan Tauladan,

memberi contoh dan tauladan

kepada peserta didiknya.

3) Penyadaran, memberikan

penjelasan-penjelasan tentang

pentingnya peraturan-

peraturan diadakan. Sehingga

lambat laun anak itu akan

5 John W. Santrock, Perkembangan

Anak Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm.

84-92.

6

sadar terhadap peraturan-

peraturan tersebut.

4) Pengawasan, Pengawasan ini

bertujuan untuk menjaga atau

mencegah agar tidak terjadi

sesuatu yang tidak diinginkan

khususnya yang bertentangan

dengan peraturan yang telah

diadakan. Sehingga dengan

pengawasan tingkat

kedisiplinan anak akan

terkontrol6.

e. Macam-macam Ibadah

1) Ibadah khusus (mahdlah)

adalah ibadah yang tatacara

dan aturannya sudah

ditentukan oleh Allah dan

RasulNya.

2) Ibadah umum (ghoiru

mahdlah) adalah segala

perbuatan baik yang diizinkan

6 Amir Daien Indrakusuma,

Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya:

Usaha Nasional, 2007), hlm. 143-144.

Allah Swt dan diniatkan

karena Allah.

Shalat Dhuha

a. Pengertian dan Hukum Shalat

Dhuha

Shalat dhuha adalah salah

satu shalat tathawwu‟ yang

artinya adalah menambah shalat

sunnah “nawafil”7. Adapun

Pengertian Shalat Dhuha menurut

Yusuf Mansur ialah shalat sunnah

yang dilakukan ketika matahari

sedang naik. Hukum shalat dhuha

ialah sunnah mu‟akkad (yang

ditekankan)8.

b. Anjuran Mengerjakan Shalat

Dhuha

Abu hurairah –radiyallahu

anhu –berkata,

7 Zainal Masduki, Tuntunan Shalat

Lengkap dan Praktis(Yogyakarta, 2007),

hlm. 87. 8 Yusuf Mansur, Dahsyatnya Shalat

Sunnah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2013),

hlm.157.

7

“kekasihku (Rasulullah

Shalallahu „alaihi wassalam)

mewasiatkan kepadaku tiga

perkara yang tidak aku tinggalkan

sampai aku meninggal: puasa tiga

hari setiap bulan, shalat Dhuha,

dan shalat Witir sebelum tidur,”9.

c. Keutamaan Shalat Dhuha

Adapun keutamaan-keutamaan

shalat dhuha. Diantaranya sebagai

berikut:

1) Shalat dhuha merupakan salah

satu wasiat Nabi Saw.

Sebagaimana hadits Abu

Hurairah di atas, artinya:

“kekasihku (Rasulullah

Shalallahu „alaihi wassalam)

mewasiatkan kepadaku tiga

perkara yang tidak aku

tinggalkan sampai aku

meninggal: puasa tiga hari

setiap bulan, shalat Dhuha,

dan shalat Witir sebelum

tidur”10

.

9 H.R. Al-Bukhoriy, no. 1178, hal:

58 dan Muslim, no. 721 (Maktabah Shamela

i-Sofware). 10

Ibid.

2) Sedekah bagi seluruh

persendian tubuh manusia.

Nabi Sallallahu alaihi wa

sallam –bersabda,

“Bagi setiap persendian dari

seorang diantara kalian

terdapat sedekah. Jadi, setiap

tasbih adalah sedekah, setiap

tahmid adalah sedekah, setiap

tahlil (ucapan Laa ilaaha illah)

adalah sedekah, setiap takbir

adalah sedekah,

memerintahkan yang ma‟ruf

adalah sedekah, dan melarang

kemungkaran adalah sedekah.

Mencukupi hal itu, dua rakaat

yang dilakukan pada waktu

Dhuha.”11

.

11

H.R. Muslim, no. 720, hal: 498

dan Abu Dawud, no. 1285, hal: 26. 1286,

hal: 27 dan 5243, hal: 362 (Maktabah

Shamela i-Sofware).

8

3) Dicukupkan rezekinya di sore

hari. Dari Nu‟aim bin

Hammar Radhiallahu „Anhu,

bahwa Rasulullah Shallallahu

„Alaihi wa Sallam bersabda:

“Allah „Azza wa Jalla

berfirman: “Wahai Anak

Adam, jangan sekali-kali kamu

malas mengerjakan empat

rakaat pada awal siang (shalat

dhuha), nanti akan Aku cukupi

kebutuhanmu pada akhirnya

(sore hari)”12

.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang

digunakan adalah field research,

yaitu langsung di lapangan atau

kehidupan yang sebenarnya secara

12

H.R. Abu Daud, No. 1289, hal:

27. (Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani

dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud

No. 1289 dan Shahih At Targhib wat

Tarhib No. 673, juga diriwayatkan oleh

Ahmad dari jalur Abu Darda dengan

sanad shahih li ghairih, lihatShahih At

Targhib wat Tarhib No. 672, At Tirmidzi

juga dari Abu Darda, dan beliau

mengatakan hasan gharib, dan Syaikh Al

Albani menghasankan dalam Shahih At

targhib wat Tarhib No.672) (Maktabah

Shamela i-Sofware).

spesifik apa yang sedang terjadi13

.

Melihat dari pendekatannya,

penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif kulitatif. Karena data yang

dikumpulkan berupa gambar, kata-

kata dan bukan bentuk angka hal itu

karena disebabkan penerapan metode

kualitatif14

. Selain itu penelitian

deskriptif ini bersifat eksploratif

guna menjelaskan status fenomena

atau suatu keadaan tertentu.

Penelitian ini dilakukan di

MTsN Surakarta II, dan subyek

penelitiannya, yaitu: Kepala MTsN

Surakarta II, Wakil Kepala Sekolah

Urusan Kesiswaan, Guru

Penanggung Jawab Kegiatan, Wali

Kelas, dan Siswa.

Metode Pengumpulan Data

13

Toto Syatori Nasehudin dan

Nanang Gozali, Metode Penelitian

Kuantitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2012),

hlm. 55. 14

Lexy j. Maleong, Metodologi

Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2006), hlm. 11.

9

Untuk mendapatkan data-data yang

terkait dengan tema penelitian,

digunakan beberapa teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi (observation) atau

pengamatan merupakan satu

teknik atau cara mengumpulkan

data dengan jalan mengadakan

pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung15

..

2. Dokumentasi

Pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-

arsip dan termasuk juga buku-

buku tentang pendapat, teori, dalil

atau hukum-hukum, dan lain-lain

yang berhubungan dengan

masalah penelitian tersebut16

.

Kegunaan metode untuk

memperoleh data portofolio yang

15

Nana Syaodih Sukmadinata,

Metodologi Penelitian Pendidikan,

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011),

hlm. 220. 16

Ibid., hlm. 181.

berkaitan dengan kegiatan shalat

dhuha, dan data-data mengenai

lingkungan fisik maupun

administratif yang terdapat

didalamnya.

3. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah proses

percakapan antara dua orang atau

lebih, yang pertanyaannya

diajukan oleh peneliti kepada

subjek atau sekelompok subjek

penelitian untuk dijawab17

.

Metode Analisis Data

Penulis menggunakan metode

analisis data induktif (peneliti secara

langsung berada „di dalam‟ lokasi

penelitian). Sehingga simpulan

diperoleh semata-mata dengan

terlebih dahulu melakukan

pengumpulan data18

.

17

Sudarwan Danim, “Menjadi

Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia,

2002), hlm. 130. 18

Nyoman Kutha Ratna,

Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan

Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya

10

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Berdasarkan wawancara yang

penulis lakukan bersama Drs.

Sunarto, M.pd (selaku kepala

sekolah), Ibu Hayati, S.Pd. (selaku

wakil kepala sekolah), Ibu Siti

Aminah, S.Ag (selaku Koord Sie

Keagamaan), dan Bpk Muh.

Fajjaruddin, M.PdI (selaku Wali

Kelas VIII-A2), serta siswa kelas

VIII-A2. Dalam pendisiplinan ibadah

shalat dhuha, guru Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Surakarta II selalu memantau

berjalannya rutinitas tersebut dengan

menggunakan unsur-unsur dan

langkah-langkah dalam pendisiplinan

shalat dhuha.

1. Keadaan Shalat Dhuha

Shalat dhuha ini dilaksanakan

secara berjama‟ah sesuai dengan

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.

328.

jadwalnya, di akhir shalat

dilakukan doa bersama yang

dipimpin oleh imam shalat dan

diikuti oleh jama‟ah (siswa)19

.

2. Unsur-Unsur Pendisiplinan

a) Peraturan

Peraturan dalam

pendisiplinan shalat dhuha

ini, MTsN Surakarta II hanya

memberikan jadwal atau

waktu untuk melaksanakan

shalat dhuha secara terjadwal

dan berjama‟ah20

.

b) Hukuman dan Penghargaan

Dalam kegiatan ini tidak

terdapat hal yang berbentuk

hukuman ataupun

penghargaan bagi siswa21

.

c) Konsistensi

19

Observasi pada tanggal 4

November 2014 20

Wawancara dengan Ibu Hayati,

S.Pd. pada tanggal 4 November 2014, pukul

10.30-11.30 WIB. 21

Ibid.

11

Rutinitas ibadah shalat dhuha

berjalan secara konsisten. Hal

ini dilakukan mengingat

banyaknya manfaat dari

rutinitas shalat dhuha.22

.

3. Langkah-Langkah Pendisiplinan

a) Pembiasaan

Langkah pembiasaan ini

dilakukan secara rutin setiap

hari, akan tetapi

pelaksanaannya dengan

sistim terjadwal dan

terorganisir. Hal tersebut

dilakukan karena banyaknya

siswa di MTsN Surakarta II

yang mencapai 1.094 siswa.

Semua itu dibuktikan dengan

adanya jadwal imam dan

jadwal kelas yang akan

melaksanakan shalat dhuha

pada setiap harinya.

harapannya siswa bisa

22

Wawancara dengan Bpk Muh.

Fajjaruddin, M.PdI. pada tanggal 4

November 2014, pukul 10.30-11.30 WIB.

mendisiplinkan diri masing-

masing, terkhusus

kedisiplinan siswa pada

ketepatan waktu23

.

b) Contoh dan Tauladan

Guru di MTsN Surakarta II

selalu berusaha untuk

memberikan contoh dan

tauladan, baik ikut serta

melaksanakan secara

berjamaah bersama murid

dipagi hari, ataupun

melaksanakan pada jam

istirahat24

.

c) Penyadaran

Bentuk penyadaran ini

diberikan melalui dua cara,

yaitu:

1) Penyadaran melalui

materi pembelajaran.

23

Wawancara dengan Drs. Sunarto,

M.pd. pada tanggal 4 November 2014,

pukul 10.30-11.30 WIB. 24

Wawancara dengan Ibu Siti

Aminah, S.Ag. pada tanggal 4 November

2014, pukul 10.30-11.30 WIB.

12

Penyadaran ini

diberikan ketika

terjadinya Kegiatan

Belajar Mengajar

(KBM), tepatnya pada

pelajaran Fiqh dan Fiqh

Terapan.25

.

2) Penyadaran melalui

metode Ceramah.

Bentuk penyadaran ini

biasanya disampaikan

oleh Wakil Kepala

Sekolah kepada para

siswa. Tujuan

diberikannya metode

ceramah ini adalah

supaya siswa lebih

mengerti apa itu shalat

dhuha dan apa manfaat

bagi mereka yang

melaksanakannya, dan

mau melaksanakan

25

Wawancara dengan Bpk Muh.

Fajjaruddin, M.PdI. pada tanggal 4

November 2014, pukul 10.30-11.30 WIB.

ibadah wajib dan sunnah

(Shalat Dhuha) secara

rutin dan ikhlas26

.

d) Pengawasan

Pengawasan dilakukan oleh

para guru dengan secara

langsung bergerak menuju

kelas yang menjadi tanggung

jawabnya untuk menuju

masjid dan mushola sebagai

tempat pelaksanaan ibadah

shalat dhuha tersebut27

.

Adapun beberapa kendala

yang dialami oleh pihak Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Surakarta II dalam pendisiplinan

ibadah shalat dhuha tersebut, yaitu:

(1) Waktu pelaksanaan shalat

dhuha pagi teruntuk siswa MTsN

Surakarta II, mengingat siswa pada

26

Wawancara dengan Ibu Hayati,

S.Pd. pada tanggal 4 November 2014, pukul

10.30-11.30 WIB. 27

Wawancara dengan Bpk Muh.

Fajjaruddin, M.PdI. dan Siswa VIII-A2,

pada tanggal 4 November 2014, pukul

10.30-11.30 WIB.

13

jenjang ini tidak diperbolehkan

membawa kendaraan sendiri,

terkecuali sepeda ontel28

. (2)

Kesadaran, baik itu kesadaran diri

peserta didik, ataupun dari pihak

keluarga sendiri29

.

Demikian deskripsi data

hasil observasi, dokumentasi serta

wawancara yang penulis lakukan di

Madrasah Tsanawiyah Negeri

(MTsN) Surakrta II mengenai Profil

sekolah dan usaha-usaha yang

dilakukan guru Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakrta

II dalam meningkatkan kedisiplinan

ibadah shalat dhuha siswanya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan data yang

terkumpul dan analisis yang

28

Wawancara dengan Bpk Muh.

Fajjaruddin, M.PdI. pada tanggal 4

November 2014, pukul 10.30-11.30 WIB 29

Wawancara dengan Ibu Siti

Aminah, S.Ag. pada tanggal 4 November

2014, pukul 10.30-11.30 WIB.

dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya, dapat diambil

kesimpulan bahwa guru Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Surakarta II memiliki usaha

pendisiplinan shalat dhuha dengan

beberapa langkah pendisiplinan,

yaitu:

a) Pembiasaan, pada langkah ini

pihak sekolah memberikan

jadwal kelas, imam, dan

pemandu do‟a yang tersusun

dengan rapih, terjaga, dan

terorganisir.

b) Contoh dan Tauladan, guru

Madrasah Tsanawiyah Negeri

(MTsN) Surakarta II selalu

memberikan contoh dan

tauladan disetiap harinya. Selain

ikut serta berjama‟ah bersama

siswa, dan juga pada waktu

istirahat.

14

c) Penyadaran, adapun bentuk

penyadaran yang diberikan di

Madrasah Tsanawiyah Negeri

(MTsN) Surakarta II adalah

melalui penyampaian materi

yang diberikan melalui mata

pelajaran Fiqh dan ceramah.

Sedangkan untuk prakteknya

melalui mata pelajaran Fiqh

Terapan.

d) Pengawasan, madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Surakarta II selalu menerjunkan

gurunya untuk segera

mengontrol kelas yang menjadi

tenggung jawabnya.

Adapun beberapa kendala

yang dialami oleh pihak Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Surakarta II dalam pendisiplinan

ibadah shalat dhuha tersebut, yaitu:

1) Waktu, waktu pelaksanaan

shalat dhuha yang sangat pagi

teruntuk siswa MTsN Surakarta

II, mengingat siswa pada jenjang

ini tidak diperbolehkan

membawa kendaraan sendiri,

terkecuali sepeda ontel. Siswa

harus menunggu orang tuanya

yang sibuk dengan pekerjaan

rumah untuk mengantarkannya,

adapula siswa yang harus

menunggu lama Bus atau

Angkutan dan sejenisnya untuk

menuju sekolah.

2) Kesadaran, kesadaran ini

terbagi menjadi dua, yaitu:

a) Kesadaran diri peserta didik.

Kurangnya kesadaran pada

diri siswa mengenai

pentingnya melaksanakan

kegiatan shalat dhuha, akan

menjadikan siswa sulit

untuk dibimbing dan

diarahkan agar mau

15

melaksanakannya secara

disiplin.

b) Kesadaran keluarga

Masih banyak keluarga

yang tidak atau belum

berpartisipasi untuk

mengajarkan anaknya agar

menjadi siswa yang disiplin,

beberapa siswa yang

disekolahkan di Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Surakarta II akan tetapi dari

keluarga yang non-muslim.

Saran-Saran

1. Bagi kepala dan wakil kepala

sekolah. Penulis berharap kepala

dan wakil kepala sekolah dapat

memberikan peraturan yang

bersifat “Wajib” mengenai

Ibadah, terkhusus ibadah shalat

dhuha, agar sifat dan sikap

disiplin siswa menjadi lebih

mudah untuk tertanam dan

berkembang. Sesuai dengan apa

yang menjadi salah satu tujuan

sekolah,

2. Bagi Guru Penanggung Jawab

Kegiatan dan Wali Kelas.

Penulis mengharapkan pihak

penanggung jawab kegiatan bisa

menerapkan unsur-unsur dan

langkah-langkah pendisiplinan

tersebut secara utuh di Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Surakarta II. Dan wali kelas

lebih tegas dalam membimbing

kelas yang menjadi tanggung

jawabnya.

3. Bagi siswa MTsN Surakarta II.

Penulis berharap siswa-siswi

MTsN Surakarta II bisa lebih

disiplin diberbagai kegiatan

yang diadakan oleh pihak

sekolah, khususnya disiplin

shalat dhuha secara berjama‟ah.

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azzumardi. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta:

PT.Kompas Media Nusantara.

Bakir, Suyoto. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Batam Centre: Karisma

Publishing Group.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Indrakusuma, Amir Daien. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional.

Komara, Endang. 2003. Disiplin Menurut Islam. (http://endangkomaras

blog.blogspot.com/2009/03/disiplin-menurut-islam-oleh-h-endang. html),

diakses tanggal 14 Agustus 2014.

Maleong, Lexy j. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mansur, Yusuf. 2013. Dahsyatnya Shalat Sunnah. Jakarta: Zikrul Hakim.

Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Masduki, Zainal. 2007. Tuntunan Shalat Lengkap dan Praktis.Yogyakarta.

Munandar, Utami dkk. 2001. Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan

Remaja. Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran.

Nasehudin, Toto Syatori & Gozali, Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif.

Bandung: Pustaka Setia.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu

Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santrock , John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Semiawan, Conny. 2009. Penerapan Pembelajaran Bagi Anak. Bandung: PT

Indeks.

Sukapdalsasiyah. 2012. Pengertian Ibadah Menurut Putusan Tarjih

Muhammadiyah, (http://blog.umy.ac.id/ibadahku/2012/05/16/ penertian-

ibadah-menurut-putusan-tarjih-muhammadiyah), diakses tanggal 17

Agustus 2014.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:

Grasindo.

Zurinal, Z. & Aminuddin. 2008. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah.