peran tokoh agama dalam kehidupan sosial ke …
TRANSCRIPT
i
PERAN TOKOH AGAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KE AGAMAAN
(Di Desa Lanta Timur Kec . Lambu )
Oleh :
Sri wahyuningsih
1503202220
SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2019
i
ii
PERAN TOKOH AGAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KE AGAMAAN
(Di Desa Lanta Timur Kec . lambu)
Skripsi:
Di ajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh :
Sri wahyuningsih
1503202220
SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2019
ii
iii
iv
vi
vii
MOTTO
ابرون يوفى إنما حساب بغير أجرهم الص
“Sesungguhnyahanya orang-orang yang bersabarlah
yang di cukupkanpahalamerekatampabatas” (Az-ZummarAyat 10)
vii
viii
PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah swt ku persembahkan skripsi ini
untuk almarhum ayahku tercinta Haerudin dan ibundaku tercinta
Hasna dan adik adik ku tercinta, sadaria puji rahayu parwati fahrur dan
sahabat kuw tercinta Nur saaban Endang Sakina Wati, Ikha dan teman-
temanku klas B SA tercinta , dosen pembimbing I (Dr Abdul Wahid , M.
Ag M. Pd) pembimbing II (Zakariya Ansori S.Ag M.Hum.) yang saya
hormati dan almamaterku tercinta
viii
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah mahasuci Allah yang telah memberikan taufik
dan hidaya kepada mahluk-Nya, dengan penuh kasih saying dan
limpahan rahmat, salah satunya masih memberikan kesehatan,
kesempatan dan kemampuan sehingga apa yang menjadi kewajiban
dapat terlaksana atas izinya. Amin
Shalawat serta salam terlayangkan kepada pahlawan
revolusioner dunia Baginda Nabi Muhammad saw. Yang mampu
merubah peradaban dunia dari prilaku biadap manusi menuju perilaku
peradaban. Begitu bernilai tetesan keringgat dan perjuangan beliyau
dalam memperjuangkan Islam, sehingga Islam masih dapat di rasakan
dengan begitu indah dan akan selalu menjadi rahmat bagi seluruh alam
semesta.
Selama proses penulisan skripsi penulis menyadari bahwa
dalam proses tersebut tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, pada kesempatan ini saya vmenyampaikan banyak
terima kasih bkepada:
1. Bapak Dr. H Abdul Wahid, sebagai pembimbing I dan Bapak Zakariya
Ansory,, S. Ag, M. Hum . Sebagai dosen pembimbing II yang
meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan dalam menulis
skripsi
2. Bapak Dr H. M Zaki, M. pd. Selaku pengujiu I dan bapak Murdianto
M.Si selaku penguji II yang memberikan saran dan partisipasi dalam
skripsi ini
3. Bapak Dr. H.M Zaki M. pd selaku dekan fakultas ushuluddin dan
studi agama
4. Bapak Murdianto M.Si selaku ketua jurusan Sosiologi Agama dan
Bapak Nurudin M. Si selaku sekertaris jurusan Sosiologi Agama
5. Bapak Prof. Dr H. Mutawali, M. Ag. Selaku rector Uuin Mataram yang
telah memberikan izin dan fasilitas untuk menyusun skripsi ini
6. Bapak dan ibu dosen jurusan Sosiologi Agama yang telah
memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
ix
x
7. Seluruh pihak yang membantu dalam penulisan skripsi yang tidak
dapat di sebutkan satu-satu supaya apa yang mereka telah berikan
di catat sebagai amal ibadah di sisi Allah Swt. Dan mendapatkan
balasan kebaikan darinya amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi masih
terdapat kesalahan serta kekeliruan baik dalam penulisan maupun
dalam penyusunan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dan kesempurnaan karya skripsi ini semoga
skripsi ini dapat bermamfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya, sertat tercatat sebagai amal ibadah di sisinya amin ya
rabbal‟alamin
Mataram
Penulis
Sri wahyuningsih
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii
NOTADINAS PEMBIMBING ............................................................ iv
PERSYARATAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ................................................... vi
HALAMAN MOTTO ........................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................. xi
ABSTRAK ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 9 C. Tujuan dan Mamfaat penelitian ................................................ 9
D. Kajian pustaka ....................................................................... 11
E. Kerangka teori ......................................................................... 14 F. Metode Penelitian..................................................................... 21
G. Sistem Matika Pembahasan ..................................................... 35
BAB II DATA DAN TEMUAN ........................................................... 37
A. GAMBARAN UMUM LOKASIH PENELITIAN ............................... 37 1. Kondisi Umum Desa ........................................................... 37
2. Jumlah Penduduk .............................................................. 37 3. Geografis Letak dan Luas Wilayah ....................................... 37
4. Social budaya masyarakat Desa Lanta Timur ...................... 38
5. Kehidupan social keagamaan masyarakat desa lanta timur .. 38 B. Peran Tokoh Agama dalam Kehidupan Sosial Keagamaan ......... 46
1. Tokoh agama sebagai imam shalat ...................................... 50 2. Tokoh agama sebagai guru ngaji ......................................... 51
3. Tokoh agama sebagai mubaligh ........................................... 52 4. Tokoh agama sebagai pemimpin acara keagamaan .............. 55
5. Tokoh agama sebagai pemimpin dalam mengurus jenajah ... 58 6. Tokoh agama sebagai ahli pengobatan ................................ 59
7. Tokoh agama dalam meningkatkan ketentraman
Masyarakat ........................................................................ 60 C. Pandangan Masyarakat terhadap Peran Tokoh agama dalam
Kehidupan Sosial keagamaan .................................................. 62
xi
xii
1. Pandangan masyarakat terhadap terhadap keberadaan tokoh
agama ............................................................................... 62 2. Hubungan tokoh agama dengan masyarakat ....................... 66
3. Pandangan masyarakat terhadap keberadaan tokoh agama . 67
BAB III PEMBAHASAN................................................................... 67
A. Peran Tokoh Agama dalam Kehidupan Social Keagamaan ........ 67 1. Adaptasi ............................................................................. 68
2. Goal attainment .................................................................. 70 3. Fungtsi integrasi ................................................................. 71
4. Latten Pattern Mainantenance (Pola Pemeliharaan) ............... 74 B. Pandangan masyarakat terhadap peran tokoh agama dalam
kehidupan social keagamaan ................................................... 75 1. Pandangan masyarakat terhadap peran tokoh agama .......... 76 2. Hubungan tokoh agama dengan masyarakat ....................... 77 3. Peran spiritual keagamaan dan dakwah .............................. 80
BAB IV PENUTUP .......................................................................... 82
A. KESIMPULAN .......................................................................... 82
1. Peran tokoh agama dalam kehidupan social keagamaan di Desa Lanta Timur ............................................................... 82
2. Pandangan masyarakat Desa Lanta Timur terhadapa peran tokoh agama ....................................................................... 83
B. SARAN .................................................................................... 84
xii
xiii
PERAN TOKOH AGAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN (Di Desa Lanta Timur Kec. Lambu Kab. Bima)
Oleh:
Sri Wahyuningsih 1503202220
Abstrak
Penelitian ini di latar belakangi oleh rasa penasaran peneliti terkait dengan peran tokoh agama dan bagaimana cara tokoh agama
mensosialisasikan nilai keagamaan di masyarakat sehingga masyarakat
dapat menerima ajaran dari parah tokoh agama penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu mengenai peran tokoh agama dalam kehidupan
social keagamaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang mengambil latar
belakang di Desa Lanta Timur. Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah metode dokumentasi, observasi dan wawancara.
Penelitian ini juga menggunakan metode keabsahan data dengan ketekunan dalam pengamatan triangulasi sumber dan metode.
Adapun hasil penelitian ini menunjukan (1)peran tokoh agama yang
dilakukan berbaur dengan masyarakat , menjalin hubungan baik dentgan masyarakat mendatangi secara fisik dengan cara mendatangi
rumah pmasyarakat dengan tujuan berbaur dengan masyarakat sehingga parah tokoh agama mudah melakukan penyatuan dengan
masyarakat, kegiatan para tokoh agama tidak hanya dalam kegiatan muslimat, mengadakan pengajian rutinitas yang dihadiri oleh ibu-ibu
setiap hari minggu atau tiap sekali sebulan namun kiprahan yang di
berikan tidak terlepas dari pemuda-pemuda Desa Lanta Timur dengan membentuk IPM (Ikatan Pemuda Masjid) pemudah tersebut di tanamkan
oleh para tokoh agama sifat gotong royong (2) pandangan masyarakat Desa Lanta Timur sangatlah baik terhadap keberadaan tokoh agama.
Karena keterlibatanya para tokoh agama membawa dampak positif bagi masyarakat Desa Lanta Timur dan dalam berperan sangatlah r4amah
terhadap masyarakat.
Kata kunci: peran, tokoh, social, keagamaan
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap masyarakat pasti akan mengalami perubahan, baik
masyarakat tradisional maupun masyarakat moderen pada
dasarnya masyarakat bersifat dinamis, seperti bidang sosial,
pendidikan ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, teknologi dan lain
sebagainya. Perubahan tersebut terjadi dan memberi efek bagi
masyarakat secara menyeluruh, perubahan di satu bidang akan
diikuti perubahan di bidang lainnya. Efek yang ditimbulkan dari
perubahan masyarakat bisa berbentuk positif dan juga bisa
berbentuk negatif. Dalam hal ini perlu ada benteng nilai dan
norma yang bisa mengarahkan manusia dalam megikuti
perubahan masyarakat yang terjadi dengan semakin pesat. Dalam
proses hubungan sosial, masyarakat mengikuti dan menjalankan
norma-norma tertentu termasuk norma agama. Pergaulan sosial
atau interaksi sosial berjalan lancar yang terjadi antara individu
dengan individu lainnya, juga dengan kelompok sosial dengan
menaati pedoman yang sesuai dengan nilai dan norma. Selain
norma agama juga terdapat norma-norma sosial. Secara
sosiologis, salah satu tugas individu dalam masyarakat adalah
bagaimana ia bisa mentaati norma dan bagaimana ia
menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakatnya. Namun
kenyataannya memang tidak semua dapat mentaati norma sosial
1
2
masyarakat, bagi mereka yang tidak bisa mentaati norma
dikatakan sebagai pelanggar norma atau orang yang menyimpang.
Agama dalam konteks ini memiliki posisi yang sangat
penting dalam kehidupan sosial masyarakat dengan berbagai
ragam fenomena dan fakta-fakta sosial yang ada di dalamnya.
Agama merupakan sistem keyakinan atau kepercayaanmanusia
terhadap sesuatu zat yang di anggap tuhan keyakinan terhadap
suatu zat yang di anggap tuhan itu diperoleh manusia
berdasarkan yang bersumber dari pengetahuan diri. Pengetahuan
seseorang juga biasa di peroleh berdasarkan imput yang datang
dari luar. Mungkin informasi dari orang tua, guru, atau dari tokoh
yang memiliki otoritas ilmu pengetahuan.1
Persoalan agama merupakan hal yang sangat mendasar
terhadap kehidupan manusia, karna agama mengandung unsur
keyakinan didalam diri manusia tentang hal yang ghaib sebagai
kebenaran yang hakiki atau mutlak. Agama sebagai unsur
keyakinan telah memberikan suatu kehidupan bahwa dengan
beragama manusia dapat exsis sebagai mahluk yang berbudi dan
berintelektual mulia. Oleh karena itu dengan beragama manusia
dapat hidup didalam masyarakat secara harmonis dan dinamis.
Agama sebagai unsur keyakinan akan menjadi bermakna
apabila manusia hidup di dalam ruang lingkup sosial. Kehidupan
tidak hanya bersifat individualis, tetapi lebih berimplikasi sosial
yang secara filsafat dapat mengubah realitas sosial yang lebih
1 Ali Amrin, “ Peran Agama dalam Perubahan Sosial Masyarakat“ Hikmah II, no. 1
(2015):Hlm 24.
3
manusiawi. Namun demikian, didalam kehidupan yangsecara
kompleks dengan perkembangan teknologi yang tinggi telah
berdampak pada kecacatan nilai sosial yang kadang kalah telah
terstruktur dan terpola secara akademis dan ideal.2 Didalam
sebuah masyarakat, agama menjadi salah satu faktor penunjang
kehidupan sosial terutama dalam kehidupan spiritual. Walaupun
tidak menutup kemungkinan dikemudian hari agama menjadi
tradisi yang bercampur kebiasaan lama yang telah hidup dalam
suatu masyarakat.3 Masalah agama tidak akan mungkin dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri
ternyata di perlukan kehidupan masyarakat. Begitu juga dengan
agama islam, ia dipahami oleh pemeluknya secara berbeda sesuai
dengan kapasitas keilmuan yang dimilikinya, serta konteks sosial
dan budayanya.4
Kalau kita tinjau dari perspektif fungsionalis memandang
masyarakat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama
terorganisasi yang bekerja dalam suatu cara yang agak teratur
menurut seperangkat peraturan dan nilai yang dianut oleh
sebagian besar masyarakat tersebut. Masyarakat di pandang
sebagai suatu sistem yang stabil dengan suatu kecenderungan
untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang.
Tokoh utama dalam perspektif ini adalah Talcott Parsons,
2 Fuadi, “Memahami Hakikat Kehidupan Sosial Keagamaan Solusi Alternatif
Menghindari Komflik” Jurnal Substantia, No. 1 (2011): 66 3Rizal Mubit, “Peran Agama dalam Multikulturalisme Masyarakat Indonesia” Episteme,
No.1 (2016). Hlm. 164 4 Tim Review MKD UINSA, “Pengantar Studi Islam” (Surbaya: UIN Sunan Ampel
Press, 2014), Hlm. 1
4
kingslaiy dafis dan Robert K. merton. Perspektif ini melontarkan
pandangan bahwa setiap kelompok atau lembaga melaksanakan
tugas tertentu dan terus menerus, karena hal itu dipandang
fungsional.
Dalam pergaulan sosial di masyarakat munculnya berbagai
kemajuan mempengaruhi perilaku dan pola bersikap warga
masyarakat.Banyak perilaku-perilaku menyimpang yang di
temukan dalam masayarakat, yang pada tahap selanjutnya bisa
mengganggu ketentraman masyarakat. Seorang tokoh agama (Ato
Lebe) biasanya sangat di kagumi dan tentunya di turuti oleh
masyarakat sebagai pembimbing moral dan motifator terhadap
orang lain tampa menghiraukan status sosial dan kedudukanya
ajaran tentang arti penting efesiensi dalam menjalani kehidupan.
Hidup sederhana, tidak berlebihan dan tawakal, serta senantiasa
mengabdi pada tuhan adalah contoh kecil sifat yang diadopsi dari
Tokoh Agama (Ato Lebe).
Seperti realitas yang ada di Desa Lanta Tmur Kecamatan
Lambu Kabupaten Bima peran tokoh agama sangat berpengaruh
terhadap terciptanya masyarakat yang agamis, dimulai dari ketika
mereka melihat adanya kecenderungan yang dilakukan oleh para
pemuda maupun masyarakat pada umumnya, suara yang paling
bisa didengar oleh si pembuat onar atau mereka yang suka
menciptakan ketidaknyamanan ditengah masyarakat yaitu tokoh-
tokoh agama (Ato Lebe) di wilayah tersebut. Dan ketika mereka
ditegur oleh masyarakat biasa atau pemuda pada umunya, sangat
5
jarang diindahkan oleh mereka, sehingga seiring berjalannnya
waktu pemuda desa atau karang taruna Desa bekerja sama
dengan tokoh-tokoh agama untuk mengadakan pengajian-
pengajian kecil di masjid, sampai berjalannya waktu banyak
pemuda yang tertarik, dan bahkan meninggalkan perbuatan-
perbuatan mereka yang dahulu membuat masyarakat sekitar
tidak nyaman.
Tokoh Agama (Ato Lebe) merupakan status yang di hormati
dengan seperangkat peran yang di mainkanya dalam
masyarakat. Sebagai akibat dari status dan peran yang
disandangnya, ketokohan dan kepemimpinan tokoh agama telah
menunjukan betapa kuatnyakecakapan dan pancaran
kepribadian dalam memimpin masyarakat. Hal ini dapat di lihat
dari bagaimana seorang tokoh agama membangun peran strategis
sebagai pemimpin masyarakat non-formal melalui intensif dengan
masyarat. Sejak masa kolonial, bahkan jauh sebelum itu, peran
Ato Lebetampak menonjol, disebandingkan dengan masa sekarang
yang mulai memudah. Melalui kharisma yangmelekat padanya,
tokoh agama (ato lebe) dijadikan imam dalam bidang ubuhdiah
dan sering diminta kehadiranya untuk menyelesaikan problem
yang menimpa masyarakat, rutinitas ini semakin memperkuat
peran para Tokoh Agama dalam masyarakat, sebab kehadiranya
di yakini membawah berkah.
Oleh karenanya, predikat Tokoh Agama senatiasa
berhubungan dengan suatu gelar yang menekankan kemuliaan
6
dan pengakuan yang di berikan secarah sukarela kepada ulama
dan pemimpin masyarakat setempat sebagai sebuah tanda
kehormatan bagi kehidupan sosial dan bukan merupakan suatu
gelar akademik yang diperoleh melalui pendidikan formal. Dalam
konteks ini, perlu di kemukakan bahwa Tokoh Agama dan ulama
adalah gelar ahli agama islam, yang dalam kepustakaan barat
perbedaan antara dua jenis keahlian ini menjadi kabur dan sering
tertukar penggunaanya. Padahal keduanya sungguh berbeda pada
titik status dan pengaruhnya.5
Hubungan yang kuat antara Tokoh Agama dan umat islam
tampak jelas dalam pertumbuhan dan perkembangan masyarakat
islam. Peran sosial kemasyarakatan Tokoh Agama di tengah-
tengah kehidupan masyarakat baik meyangkut aspek-aspek
sosial, politik, kebudayaan maupun yang lebih spesifik adalah
bidang keagamaan, paling tidak telahmenjadikan Tokoh Agama
sebagai sosok atau figur terpandang dalam masyarakat. Dalam
lingkup masyarakat agraris terhadap hubungan yang eratantara
masyarakat dan Tokoh Agama, hal ini terjadi karna tokoh agama
memiliki identitas yang sama dengan khalayak lingkunganya,
umpamanya sebagai petani. Dengan kesamaan tersebut,
komunikasi antara Tokoh Agamadengan masyarakat sekitarnya
terjalin akrab. Di sisi lain, kelebihan yang di miliki Tokoh
Agamasebagai elite religious berpengaruh besar terhadap
5 Edi Susanto, “Kepemimpinan (kharismatik) kyai dalam Perspektif Masyarakat Madura”
Karsa No. 1 (2007) Hlm. 31-33
7
masyarakat di sekitarnya yang menjadikannya sebagai keyperson
dalam komunitas tersebut.
Desa LantaTimur merupakan sebuah desa yang ada di
kec.Lambu, Sedangkan Desa Lanta Timur tergolong desa agraris
masyarakat tersebut mayoritas memeluk agama islam,
perkembangan agama di Desa ini dapat di katakan aktif, akan
tetapi belum disiplin dalam mengikuti aktifitas sosial keagamaan,
karena terkendala oleh faktor kesadaran dan lemahnya
pemahaman masyarakat terhadap agama. Kondisi agama yang
terjadi di Desa Lanta Timur ini masih cukup mencemaskan di
lihat dari desa masyarakat yang masih sanggat awam akan
pengetahuan agama yang dipeluknya, sehingga hal tersebut
membutuhkan perhatian dari tokoh agama. Yang ada di daerah
tersebut, sebagai perubah untuk menggerakkan dan memberikan
pemahaman yang benar-benar akan merubah pola fikir
masyarakat serta pemahaman yang dapat memahami isi dari
agama, melaksanakan dengan benar dan menjaga nilai-nilai
agama sebagai bekkal dalam menyeimbangkan dengan kebutuhan
dunia dan akhirat.
Tokoh agama atau biasa disebut ato lebemerupakan
tonggak di Desa Lanta sebagai figure yang mampu menjadi aktor
dalam penanaman moral sebagai control perilaku individu dalam
bertindak dan berperilaku di setiap sisi kehidupan sosialnya.
Relasi antara sosial dengan agama sanggat erat karena antara
kedua sifat ini mempunyai kesinambungan dalam membentuk
8
karakter masyarakat. Seorang tokoh agama yang memiliki
karisma sanggat besar dikalangan masyarakat Desa Lanta.
Sisi positif yang dilakukan oleh tokoh agama atau disebut
(ato lebe) ialah mendekati secara fisik dengan mendatangi rumah-
rumah dan mendatangi setiap dusun untuk tujuan menjalin
hubungan sosial dengan masyarakat sekitar, beliyau tidak
memandang strata sosial dalam kepengurusannya didalam
lembaga non formal beliyau menaungi atau mendirikan TPQ
(Taman Pendidikan Qur‟an) di setiap dusun di desa lanta timur
dan di dalam TPQ itu bias di tempati oleh siapapun dan tidak
membatasi umur atau usia beliyau juga sering mengadakan
kajian-kajian islami dengan menghadirkan ustat-ustat ternama di
setiap malam jumat danada juga pengajian bulanan yang di hadiri
oleh seluruh masyarakat Desa Lanta Timur, semua itu tidak lepas
dari kerja sama dengan IRMAS (Ikatan Remaja Mesjid Desa
Lanta).
Sesuai dengan konsep-konsep perbedaan dalam status
sosial maka para ulama, khususnya para Tokoh Agama, di Desa-
Desa menerima penghormatan yang tinggi dari masyarakat
dibandingkan dengan elite lokal yang lain, seperti para petani
kaya, tokoh agama, mempunyai posisi yang lebih terhormat. Hal
ini telah menjadikanya sebagai pemimpin dalam masyarakat
keberhasilanya dalam peran-peran kepemimpinan ini
menjadikannya semakin kelihatan sebagai orang berpengaruh
9
yang dengan mudah dapat menggerakkan aksi sosial. Oleh karena
itu, Tokoh Agamatelah lama mejadi elite yang sanggat kuat.
Berangkat dari pemikiran-pemikiran tersebut, dilakukan
penelitian ini guna menggetahui “PERAN TOKOH AGAMA DALAM
KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN”.
B. Rumusan Masalah
Mengenai masalah-masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini didasarkan atas latar belakang di atas. Masalah-
masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Tokoh Agama dalam Kehidupan Sosial
Keagamaan di Desa Lanta Timur?
2. Bagaimana Pandangan Masyarakat terhadap Peran
Tokoh Agama dalam Kehidupan Sosial Keagamaan di
Desa Lanta Timur?
C. Tujuan dan mamfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas,
sehingga adanya tujuan tersebut dapat dicapai solusi atas
masalah yang dihadapi saat ini.
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka
penilitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui peran Tokoh Agama dalam
Kehidupan Sosial Keagamaan di Desa Lanta Timur
10
2) Untuk mengetahui Bagaimana Pandangan Masyarakat
terhadap Peran Tokoh Agama dalam Kehidupan Sosial
Keagamaan di Desa Lanta Timur.
Peneliti ini di harapkan dapat memberi mamfaat baik secara
teoritis dan mamfaat praktis sbb:
2. Mamfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Adapun manfaat secara teoritisnya:
a. Dari hasil penelitian ini diharapkan tentunyadapat
menambah wawasan dan pengetahuan dan keilmuan
bagi peneliti sendiri dan orang lainya.
b. Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan S1 di
Universitas Islam Negri (UIN)Mataram.
2) Manfaat Praktis
Sebagai bahan dalam menambah wawasan tentang
peran tokoh agama dalam kehidupan sosial keagamaan.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi cakupan penelitian ini, peneliti hanya
akan meneliti mengenai Peran Tokoh Agama dalam Kehidupan
Sosial Masyarakat di Desa Lanta Timur.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Lanta Timur Kec.
Lambu, yang terletak di kabupaten Bima, peneliti sengaja
mengambil lokasi tersebut, karena di tempat itulah peneliti
11
menemukan banyak Tokoh Agama Yang menjalankan
Perannya dan mampu mengubah masyarakat. Jadi tidak ada
keraguan bagi peneliti untuk tidak melakukan penelitian di
tempat tersebut.
E. Telaah Pustaka
Tinjauan pustaka sangat di perlukan dalam suatu
penelitian untuk mengetahui sejauh mana peneliti yang dilakukan
relevan dengan topik yang ingin di kaji.
Telaah pustaka merupakan salah satu cara penyadaran
terhadap study atas karya karya terdahulu. Untuk menghindari
duplikasi, plagiasi, replikasi serta menjamin keasliannya dan
keabsahan penelitian yang di lakukan untuk menjelaskan posisi
penelitian yang sedang di laksanakan (state of affairs) diantara
hasil-hasil penelitian atau buku-buku terdahulu yang bertopik
senada.
Berdasarkan penelitian di atas, adapun judul penelitian
yang dianggap terkait dengan penelitian yang dilakukan penelitian
ini antara lain:
1. Siti Rocmatul Fauziah Mahasiswi Prodi Filsafat Agama
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan
Kalijaga 2004, menuliskan skripsi tentang “Peran Tokoh
Agama dalam masyarakat moderen menurut Anthony
Giddens”,menfokuskan Penelitiannya ini menjelaskan
mengenai masalah peran tokoh agama dalam masyarakat
moderen yang dikemukakan oleh Anthoni Giddens.
12
Bagaimana peran agama yang sebenarnya dalam
masyarakat moderen, saat ini dan peran dari tokoh agama
dalam pandangan Anthoni Gidden.6
Persoalan yang terjadi saat ini adalah persoalan modernitas
yang telah berkembang dengan pesat sehingga banyak
merubah pola pikir masyarakat yang tidak mau
menggunakan lagi tatanan tatanan yang ada pada masalalu
atau adat istiadat dan menggantinya dengan tata aturan yang
berdasarkan pada rasio saja.
Adapun persamaan dari penelitian terdahulu adalah sama
membahas peran seorang tokoh agama untuk membawa
masyarakat menuju hidup yang lebih baik.
Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu memfokuskan
penelitian pada tokoh agama menurut anthon gidhens
sedangkan penelitian yang sekarang peran tokoh agama
umumnya.
Adapun hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa
hasil pemikirannya mengenai peran tokoh agama dalam
masyarakat moderen yang dapat menjadi sarana berbagai
pengetahuan terhadap umat Islam di indonesia khususnya
dan bangsa indonesia secara keseluruhan. Upaya Giddens
untuk menghidupkan kembali keteraturan sosial terutama
dalam masalah menjembatani era modernisasi yang semakin
meraja lela kiranya patut mendapatkan apresiasi ditengah
6Siti Rocmatul Fauziah “Peran Tokoh Agama dalam Masyarakat Moderen Menurut
Anthony Giddens” ( Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta , 2014), Hlm 40.
13
menjamurnya pandangan sempit mengenai peranan seorang
Tokoh Agama maupun agama itu sendiri akan tetapi masih
jauh dari kata sempurna.
2. Supartini mahasiswi prodi PAI Fakultas Tarbiah dan Ilmu
Keguruan IAIN Ponorogo Maret 2018 menuliskan Skripsi
Berjudul “Peran Tokoh Agama Dalam Meningkatkan Sikap
Keberagamaan Masyarakat Studi kasus Di Dusun Pucung
Desa Sedang Ngrayun Ponorogo”.
Adapun hasil penelitian di atas yaitu dapat disimpulkan
bahwa tokoh agama dalam kehidupan masyarakat
mempunyai peran dan fungsi sebagai imformatif dan edukatif,
sebagai meningkatkan sikap keagamaan masyarakat yaitu
masih terlalu awam tentang hal keagamaan dan sistem
gotong royong masyarakat juga sangat baik, serta rasa ingin
tau masyarakat yang sangat tinggi.
Adapun persamaan dari peneliti terdahulu dan sekarang
yaitu sama sama membahas tentang peranan tokoh agama.
Adapun perbedaan peneliti terdahulu dan peneliti sekarang
yaitu penelitian terdahulu lebih ditekankan kepada faktor apa
saja yang di alami oleh toko agama dalam meningkatkan
sikap keberagamaan masyarakat, sedangkan peneliti
sekarang membahas tentang pandangan masyarakat terkait
peran tokoh agama dalam kehidupan sosial keagamaan.
3. Eko Wisnu Wibowo Mahasiswa Prodi BKI Fakultas Dakwah
STAIN Kudus 2014, menuliskan skripsi berjudul “Peran
14
Pondok Pesantren Ushul Quran Dalam Pembangunan
Keberagaman Masyarakat”
Adapun hasil penelitian program kegiatan yang ditempuh
meliputi proses belajar mengajar melalui struktur, metode
dan literatur tradisional, baik berupa pendidikan formal
disekola atau madrasah dengan sistem halaqah dalam bentuk
wettonan atau sorogan.7 Ciri utama pengajian tradisional ini
adalah cara pemberian ajarannya yang ditekankan pada
penangkapan harfiah atas suatu kitap (teks) tertentu. Strategi
pelaksanaan program kegiatan yang ditempuh dengan
menanamkan nilai disiplin. Nilai disiplin terbentuk melalui
serangkaian proses yang menunjukan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, keteraturan, dan atau ketertiban.
Adapun persamaan penelitian terdahulu samasama
membahas tentang pentingnya suatu peran untuk merubah
masyarakat supaya membangun kehidupan yang agamais.
Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian
sekarang penelitian terdahulu memfokuskan pada program
kegiatan yang ditempuh meliputi proses belajar mengajar
melalui struktur, metode dan literatur tradisional, baik
berupa pendidikan formal disekolah atau madrasah dengan
sistem halaqah dalam bentuk wettonan atau sorogan.
Sedangkan penelitian sekarang memfokuskan pada
pandangan masyarakat terhadap tokoh agama.
7Eko Wisnu Wibowo yaitu dengan judul “Peran Pondok Pesantren Ushul Quran Dalam
Pembangunan Keberagaman Masyarakat” Fakultas Dakwah, STAIN Kudus, 2014, Hlm 50.
15
F. Kerangka Teori
Adapun teori yang relevan dengan masalah tersebut yaitu
teori fungsionalisme struktural.
Teori fungsionalisme struktural merupakan perspektif
dalam sosiologi yang memandang bahwa masyarakat sebagai
sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Tokoh
yang mencetus teori ini adalah Auguste Comte, Herbert Spencer,
Emile Durkheim. Teori ini berpendapat bahwa masyarakat sebagai
suatu unsur organisme hidup, artinya mengalami pertumbuhan
sehingga menjadi lebih kompleks yang membentuk fungsi dan
tujuan tertentu.
Menurut Coser dan Rosenberg melihat bahwa kaum
fungsionalisme struktural berbeda satu dengan yang lainnya
dalam mendefinisikan konsep-konsep sosiologi. Untuk
memperoleh suatu batasan dari dua konsep, kunci berdasarkan
atas kebiasaan sosiologi yang standar. Struktural tersebut
menunjukan pada perangkat unit unit sosial yang relatif abadi.
Lembaga lembaga sosial seperti keluarga, agama, atau
pemerintahan adalah sebuah contoh dari sebuah struktur atau
sistem sosial. Masing masing merupakan bagian yang saling
bergantung (norma-norma mengatur status dan peranan)
menurut beberapa pola tertentu8.
Coser dan Resenberg membatasi fungsi sebagai
konsekuensi-konsekuensi dari setiap kegiatan sosial yang tertuju
8 Httpss://www. Teori Structural Fungsional Kompasional com. Senin 12 agustus 2019
16
pada adaptasi atau penyesuaian suatu struktur tertentu dari
bagian-bagian komponenya fungsi menunjuk kepada proses
dinamis yang terjadi di dalam struktur. Hal ini melahirkan
masalah tentang bagaimana berbagai norma sosial yang
mengatur status-status dapat saling berhubungan satu sama lain
dan berhubungan dengan sistem9
1. Peran
Di dalam kamus umum bahasa Indonesia, peran adalah
sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan
terutama.10 Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan
dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Bila yang
diartikan.Dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari
seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran
adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan
peran tersebut. Hakikatnya peran juga dapat di rumuskan
sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan
oleh suatu jabatan tertentu.
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan
atau (status) apabila seseorang melakukan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka hal itu dia
menjalankan suatu peran. Keduanya tidak dapat di pisahkan
karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.
Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal
9George Ritzer Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (Jakarta Raja
Grafindo Persada,2002) Hlm. 21 10
W.J S Powerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: PN Balai Pustaka,
1984), Hlm.735
17
dari pola-pola pergaulan hidupnya, hal itu berarti bahwa
peranan menentukan apa yang di perbuatnya bagi masyarakat
serta kesempatan-kesempatan apa yang dihadirkan masyarakat
kepadanya, pentingnya peranan adalah karena ia mengatur
perilaku seseorang. Hubungan sosial yang ada dalam
masyarakat merupakan hubungan antara peranan individu
dalam masyarakat.11
Peran yang dimaksut dalam penelitian ini adalah peran
tokoh agama (Ato Lebe) yang mampu menyelesaikan komflik
sosial keagamaan yang terdapat di Desa Lanta Timur.Seperti
menaungi organisasi masyarakat khususnya untuk remaja
masjit atau biasa disebut dengan IPM (Ikatan Pemuda Masjid)
dan menaungi organisasi masyarakat.
2. Tokoh Agama
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, tokoh diartikan
sebagai orang yang terkemuka/terkenal, panutan.12 Tokoh
adalah orang yang berhasil dibidangnya yang di tunjukan
dengan karya-karya monumentan dan mempunyai pengaruh
pada masyarakat sekitarnya.
Secara bahasa pengertian agama (ad-diin) adalah
pembalasan (al-jaza‟), ad-din (agama) juga berarti ketaatan
loyalitas dan ketundukan diri.Sedangkan istilah ad-din (agama)
juga berartikekuasaan atau aturan seperti raja yang mengikat
11
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Grafisindo, 2013), Hlm
.212-2013 12
Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Kartika 1997), Hlm .68.
18
banyak orang. Peter L. Berger melukiskan agama sebagai suatu
kebutuhan dasar manusia, karena agama merupakan sarana
untuk membela diri terhadap segala kekacauan yang
mengancam kehidupan manusia. Hampir semua masyarakat
manusia mempunyai agama.13 Secara historis, islam adalah
agama yang di wahyukan kepada nabi Muhammad SAW untuk
di sampaikan kepada seluruh umat manusia.14
Tokoh Agama yang dimaksut dalam penelitian ini adalah
Ato Lebe. Menurut kamus besar bahasa Indonesia kyai berarti
sebutan bagi alim ulama (cerdik dalam agama islam).15 Seperti
halnya di Desa Lanta Timur, terdapat Tokoh Agama (Ato Lebe)
yang mampu menggerakkan masyarakat dalam segi sosial
keagamaan. Ato lebe yang slalu berkiprah dalam masyarakat.
3. Kehidupan Sosial Keagamaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian
kehidupan adalah cara (keadaan, hal). Dimana hidup orang di
Desa berbedadengan orang di kota.16
Sedangkan kata sosial adalah caratentang bagaimana para
individual saling berhubungan. Sosial dalam arti masyarakat
atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang bertalian
dengan sistem hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari
13
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama(Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2006) , Hlm
119 14
Tim Review MKD UINSAPengantar Studi Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press
2014), Hlm. 1 15
“Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online”, diakses tanggal 2 juni
2019,http://www. kbbi.web.Id/kiai 16
“Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online”, diakses tanggal 2 juni 2019,
http://www.Kbbi.web.id/hidup
19
orang tua atau sekelompok orang yang didalamnya sudah
tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai sosial dan aspirasi
hidup serta cara mencapainya. Namun jika dilihat dari asal
katanya, sosial berasal dari kata “socius” yang berarti segala
sesuatu. yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
secara bersama-sama. Seperti halnya masyarakat Desa Lanta
Timur, dalam menyelesaikan masalah yang muncul tidak
mungkin diatasi dengan sendirian, pasti mereka membutuhkan
orang lain, istilah sosiologinya biasa disebut gregariousness
sikap manusia untuk saling berbaur dengan individu lainnya di
dalam kehidupan bermasyarakat. Keagamaan berasal dari kata
agama.Sedangkan kataagama berasal dari bahasa sansekerta
yang terdiri dari dua suku kata yaitu “a” berarti tidak, dan
“gama” berarti kacau.Jadi, dapat disimpulkan agama adalah
tidak kacau. Kata agama dalam bahasa Indonesia sama dengan
“diin” (dari bahasa arab), dalam bahasa Eropa disebut “religi”,
religion (bahasa inggris), la religion (bahasa perancis), the religie
(bahasa belanda), die religion (bahasa Jerman). Sedang kata
diin dalam bahasa arab berarti menguasai, menundukkan,
patuh, balasan, kebiasaan.
Agama merupakan salah satu pengetahuan yang
Universal.Pengetahuan agama banyak dimengerti dan diketahui
oleh manusia Karena agama erat kaitannya dengan kehidupan
setiap manusia. Agamalah yang banyak memperkenalkan
konsep ketuhanan dan segala sesuatu yang yang berkaitan
20
dengan kekuatan gaib yang berada diluar diri manusia.
Universalitas agama yang menjadi pengetahuan umum terletak
pada dua hal: pertama, konsep ketuhanan. Kedua,adanya kitab
suci. Oleh karena itu, pengertian agama dalam perspektif ilmu-
ilmu sosial sangatlah luas. Dengan kata lain, spectrum yang
dimiliki oleh pengetahuan agama tidaklah sempit. Menurut
Emile Durkheim, agama adalah kepercayaan kepada yang
kudus, The Holy. Sesuatu yang menjadi “puncak kekudusan”
itu merupakan salah satu konsep Tuhan. segala hal yang
melekat padanya pastinya suci atau kudus. Tetapi kudus tidak
bermakna suci saja. kudus juga bisa terkait didalam
seperangkat hukum dan aturan yang diatur oleh agama
tersebut. Konsep sangat sejalan dengan arti dan makna dari
sebuah kitab suci. Keagamaan adalah yang berkaitan atau
berhubungan dengan agama.
Seperti halnya di Desa Lanta Timur, masyarakat tersebut
masih tergolong pasif dalam meningkatkan sosial
keagamaan.Kehidupan sosial keagamaan di Desa Lanta Timur.
Menjadi meningkat setelah para tokoh agama hadir dan mulai
memperhatikan masyarakat. Para tokoh agama memiliki
semangat dalam berkiprah untuk memajukan masyarakat yang
sesuai dengan nilai dannorma agama Islam.Para tokoh agama
yang mendekati secara fisik dengan warga masyarakat Desa,
hal itu menjadi poin terpenting dalam melakukan pendekatan
atau interaksi sosial antara tokoh agama dengan masyarakat.
21
Sosial mempunyai peranan yang penting di dalam
kehidupan masyarakat, karena menyangkut bagaimana
individu berinteraksi dengan individu, individu dengan
kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Dengan sosial
masyarakat akan mengetahui bagaimana para individu
berhubungan, dengan begitu masyarakat akan saling
berhubungan untuk menciptakan suatu lingkungan yang bebas
dari konflik.
Kehidupan sosial keagamaan dalam penelitian ini adalah
masyarakat dalam menjalankan praktik-praktik sosial
keagamaan tidak lepas dari Ttokoh Agama (Ato Lebe).Praktik
sosial keagamaan meliputi organisasi keagamaan, organisasi
pemuda masjid atau biasa disebut sebagai IPM (Ikatan Pemuda
Masjid). Hal tersebut dinilai sebagai manifestasi simbol
identitas Desa.
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian.
a. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses yang panjang,
penelitian berawal dari minat yang ada dalam diri seseorang
dalam memahami fenomena tertentu yang kemudian
berkembang menjadi ide, teori, dan konsep. Untuk
mewujudkan penelitian maka diperlukan rancangan terlebih
dahulu salah satunya adalah dengan memilih metode yang
cocok yang sesuai dengan tujuan dari penelitian tersebut.
22
Metode penelitian dalam hal ini berfungsi untuk menjawab
permaslahan yang diangkat dalam penelitian. Guna menjawab
dan mencari pemecahan permasalahan maka penelitian ini
akan menggunakan metode penelitian kualitatif karena
masalah dalam penelitian ini menggunakan kalimat yang
harus dipecahkan secara kualitatif.17
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research)
menggunakan metode deskriftif kualitatif. Pengguanaan
metode kualitatif di pandang sebagai prosedur penelitian yang
dapat diharapkan akan menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari sejumlah dan perilaku yang
diamati.
Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk membuat
deskripsi atau gambaran secara sistematis mengenai fakta-
fakta serta hubungan antar fenomena yang di teliti.
Menurut Sugiyono penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.
17
Afiffudiin&Beni Ahmad, Metode Penelitian, Kualitatif (Jakarta CV Pustaka Setia,
2012), Hlm 18-19
23
Metode kualitatif dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
agar dapat mendeskripsikan secara obyektif realistis tentang
Peran Tokoh Agama Dalam Kehidupan Sosial Keagamaan.
b. Lokasi Penelitian.
Lokasi yang dipilih dalam penelitian, Desa Lanta Timur
Kecamatan Lambu Kabupaten Bima. Peneliti memilih lokasi
berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh sipeneliti. Di
Desa Lanta Timur merupakan salah satu tempat yang mampu
merubah masyarakatnya dari yang tidak memiliki kesadaran
sehingga memiliki kesadaran.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran penelitian dilokasi sebagai instrument kunci,
dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan terkait masalah
penelitian pengumpulan data diperoleh dari hasilwawancara,
(intervieu) dan menggunakan metode dokumentasi peneliti
langsung terjung lapangan untuk melakukan observasi secara
langsung.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah individu, benda atau organisme
yang dijadikan sumber imformasi yang di butuhkan dalam
pengumpulan data penelitian. Istilah lain yang di gunakan
untuk menyebut subjek penelitian adalah responden, yaitu
orang yang memberi respon atau suatu perlakuan yang
diberikan kepadannya. Dalam penelitian ini subjek penelitian
24
dapat di bagi menjadi dua yaitu purposive sampling dan
snowball sampling.
a.Purposive sampling merupakan teknik dengan ketentuan
tertentu sesuai dengan kriteria yang ditentukan karena
imforman sangat penting bagi penelitian untuk terus
mencari informasi tentang hal tersebut sampai datanya pas
dan akurat (jenuh). Dengan menggunakan purposive
samping peneliti biasanya memilih data yang sesuai dengan
data yang didapatkan dari imforman yang ditentukan oleh
peneliti.
b. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-
lama menjadi banyak.18 Dalam penelitian ini adapun teknik
untuk menentukan sabjek yaitu purposive sampling.
Dengan menggunakan purposive sampling peneliti biasanya
memilih data yang sesuai dengan data yang didapatkan dari
informan yang ditentukan oleh peneliti. Peneliti menentukan
informan kunci terlebih dahulu kemudian informan kunci
akan mengarahkan peneliti untuk mencari data di informan
biasa. Adapun rincian dari yang akan digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Informan kunci adalah orang yang menjadi narasumber
utama dalam penelitian ini adalah Tokoh Agama,
masyarakat biasa, sedangkan informan biasa seperti
18
Sugiyon, Metode Penelitian Kualitatif untuk Penelitian yang Bersifat: Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif dan Konstruktif (Bandung, ALFABETA, 2017), Hlm.96
25
masyarakat biasa adalah orang yang memberi imformasih
tetapi hanya sebagai pelengkap saja.
5. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dengan data penelitian dalam
kualitatif adalah objek dari mana data yang diperoleh. Data dalam
penelitian dikumpulkan dengan mempergunakan teknik
wawancara sebagai tehnik utama.
Sumber data adalah subjek darimana data diperoleh
berupa benda, tempat peneliti mengamati, membaca atau bertnya
tentang data. Dalam penelitian ini menggunakan sumber data
yang diperoleh dari:
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang di peroleh dari sumber
data pertama baik dari individu maupun perorangan
seperti hasil dari wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah merupakan data perimer yang
telah diolah dan lebih lanjut dan di sajikan baik oleh
pihak pengumpulan data primer atau pihak misalnya
dalam bentuk table atau diagram.19
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu sumber data primer dan data sekunder jadi data
primer adalah data yang di peroleh dari sumber data
pertama baik dari individu maupun perorangan seperti
19
Suharsimi Arikunto, Menejemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Hlm. 88.
26
hasil dari wawancara.Sedangkan data sekunder adalah
merupakan data perimer yang telah diolah dan lebih
lanjut dan di sajikan baik oleh pihak pengumpulan data
primer atau pihak misalnya dalam bentuk table atau
diagram.
6. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang ditetapkan. Adapun teknik pengumpulan data
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Menurut Suhar Simi Arikunto ada tiga klasifikasih sumber data
yaitu person (orang), place (tempat), dan paper (orang). Yaitu:
1) Observasi
Metode observasi adalah “penelitian yang dilakukan dengan
cara pengamatan terhadap objek, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung”.20 Sedangkan Hadi, juga
menjelaskan pengertian observasi yaitu” teknik untuk
mendapatkan data melalui pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis terhadap fenomena yang diselidiki”.21 Data yang
dicari yaitu: Peran tokoh agama dalam kehidupan sosial
keagamaan di Desa Lanta Timur.
20Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1996),
hlm. 42.
21
Ibid, hlm.7.
27
2) Wawancara
Mendefinisikan wawancara adalah pertemuan dua orang
untuk imformasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksi maka dalam suatu topik tertentu wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga peneliti juga ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara,
yaitu wawancaraterstruktur, semistruktur dan tidak terstrktu.22
a. wawancara terstruktur (struktur interview)
Tehnik wawancara ini dimana pewawancara sudah
menyiapkan daftar pertanyaan sehingga proses
wawancara akan terarah dengan baik menyusun poin-poin
penting atau garis besar pertanyaan yang akan di ajukan.
b. wawancara semiterstruktur (semistrukture interview)
jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori
in-dept interviewdimana pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. tujuan
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalah
secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat dan ide-idenya dalam melakukan
22Bagon Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta:Prenada Media Group Kencana,
2007), Hlm. 69.
28
wawancara, peneliti perlu mendengar secara teliti dan
dicatat apa yang dikemukakan informan.
c. wawancara nonstruktur (semistrukture interview)
Wawancara nonstruktur, adalah wawancara yang
bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistem matis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya,pedoman yang di
gunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan di tanyakan.23
Wawancara nonstruktur atau terbuka, sering
digunakan dalam penelitian terdahuluan atau malahan
untuk peneliti yang lebih mendalam tentang objek yang di
teliti. Dalam wawancara tidak struktur, peneliti belum
mengetahui secara pasti data apa yang diperoleh, sehingga
peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang di ceritakan
oleh individu/kelompok.
Adapun wawancara yang peneliti gunakan adalah
wawancara terstruktur yaitu wawancara secara langsung
dengan masyarakata dalam bentuk pertanyaan yang
berbentuk tulisan. Disini peneliti ingin mengetahui
pandangan masyarakat terhadap kehadiran Tokoh Agama
sebanyak mungkin. Adapun narasumber yang akan di
wawancarai yaitu Tokoh Agama dan masyarakat. Alasan
23
Ibid, Hlm. 107. 23
Ibid, Hlm. 69.
29
peneliti mewawancarai mereka karena yang terlibat dan
yang langsung rasakan sebuah peran tersebut.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan
data yang digunakan dalam metodologi sosial metode ini adalah
yang digunakan untuk menelusuri data historis sehingga dengan
demikian pada penelitian dokumntasi dalam penelitian memegang
peran penting. Peneliti dalam mendapatkan informasiyang
dihasilkan dokumen, yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip,
peraturan perundangan, catatan geografik, dan lain-lain.Peneliti
juga mencatat berbagai hal yang di anggap penting yang berkaitan
dengan rumusan masalah dan dokumen yang berkaitan dengan
data yang dibutuhkan.
seperti mengutip di jurnal, skrips, artikel dan majalah yang
berkaitan dengan judul yang diangkat oleh peneliti, kemudian
peneliti menyusun untuk keperluan analisis data. dalam
penelitian ini peneliti meminta data dokumen berupa file dan foto
sebagai pelengkap dokumentasi untuk bahan peneliti. 24
7. Tehnik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
24
Bungin, Burhan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2001), Hm. 231.
30
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.25
Dalam hal ini peneliti akan menganalisis data-data dan
imformasi yang di peroleh melalui aktivitas analisis data menurut
miles dan huberman, yang terdiri dari beberapa proses yaitu.26
a. Reduksi Data
mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya dan membuang yang tidak perlu. reduksi data
bisa dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi
merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses
dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap
berada dalam data penelitian.
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
Hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh
selama proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif,
sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurai isinya.
Penyajian data dilakukan untuk dapat melihat gambaran
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari gambaran
keseluruhan. Pada tahap ini, peneliti berupaya
mengklarifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok
25
Djam’ah Satori,Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet, 2014), Hlm 215 26
Ibid, Hlm. 243-251.
31
permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap
sub pokok permasalahan.
c. Kesimpulan atau Verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam
proses analisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan
kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan
dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan.
Penarikan kesimpulan bisa dilakukan dengan jalan mem
badingkan kesesuaian pernyataan dari subjek penelitian
dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar
dalam penelitian tersebut.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak
sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah
selesai di lapangan.Dalam hal ini Nasution menyatakan
“Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan
masalah selesai di lapangan.
8. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data atau data yang valid
diperluka teknik pemeriksaan, supaya diperoleh temuan-
temuan dan informasi yang ada. Ada empat kriteria yang
digunakan, yaitu, perpanjangan keikustsertaan.27 Ketekunan
dan pengamatan, triangulasi, dan kecukupan referensi.
27
Sutrisno, Metodologi Research, hlm.108.
32
Dalam menguji keabsahan data yang peroleh dari suatu
penelitian, peneliti menggunakan tiga dari keempat poin di
atas adalah triangulasi, ketekunan dalam pengamatan dan
kecukupan referensi.
a. Ketekunan dalam Pengamatan
Ketekunan dalam pengamatan adalah menemukan ciri-
ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangan relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.28
Dalam artian bahwa peneliti hendak mengadakan
pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan
analisis peran tokoh agama dalam kehidupan sosial
keagamaan di Desa Lanta Timur
b. Kecukupan Referensi
Kecukupan referensi adalah kelengkapan referensi yang
digunakan sebagai pendukung dalam penelitian baik berupa
catatan atau penemuan.29 Referensi yang digunakan adalah
bahan dokumentasi, catatan yang tersimpan, dengan referensi
tersebut peneliti dapat mengecek kembali data dan informasi
yang dapat digunakan sebagai pembanding hasil yang
diperoleh dari kritik yang terkumpul.
Data yang terkumpul di sini adalah mengenai peran
tokoh agama dalam kehiduan sosial
28
Ibid, hlm. 233. 29
Ibid, hlm. 234.
33
c. Triangulasi
Triangulasi adalah pemeriksaan data, keabsahan data
yang dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan
melalui sumber lainnya sebagai pembanding terhadap data itu.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua dari tiga
triangulasi yang ada:
1) Triangulasi Sumber Data
Triangulasi sumber data dilakukan untuk
mendapatkan sejenis dari informasi atau sumber yang
berbeda. Triangulasi data yang peneliti lakukan
dengan cara membandingkan data hasil observasi
dengan data wawancara.
Dari hasil wawancara dan observasi peneliti
menemukan bahwa peran tokoh agama dalam
kehidupan sosial keagamaan memang benar ada
suatu peran seorang tokoh agama dalam merubah
masyarakat desa
2) Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data yang ditunjuk
untuk memperoleh informasi yang serupa. Triangulasi
34
metode yang serupa dilakukan secara bersama dalam
suatu kegiatan wawancara dengan responden.30
H. Sistematika Pembahasan
Penulisan laporan hasi penelitian ini mengacu pada
pedoman penulis skripsi UIN Mataram. Adapun sistematika
penulisan Skripsi sebagai berikut: BAB I pendahuluan,
penelitianmengungkapkan latar belakang masalah sehingga
memunjulkan keinginan untuk mengkaji permasalahan yang
menjadi tema dasar kajian ini, termasuk juga dalam bab ini
diantaranya pokus kajian, tujuan dan manfaat penelitian ini,
ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka dan
kerangka teoritik yang menadi acuan teori dari penelitian
lapangan ini, kemudian dalam bab ini terdapat juga serangkaian
teknik atau metode penelitian dari peneliti. Dalam melakukan
penelitian dan termasuk di dalamnya adalah pendekatan
penelitian, teknik analisis, dan keabsahan data.
BAB II berisi paparan data dari penelitian yang dilakukan
dilapangan dalam hal ini peneliti mencoba menggambarkan
secara singkat tentang gambaran lokasi penelitian dan temuan-
temuan dalam melakukan penelitian serta tanggapan dari pihak
dimana tempat peneliti melakukan penelitian.
BAB III berisikan pembahasan dari penelitian yang termasuk
didalamnya adalah proses dari analisa peneliti dalammelakukan
30
Ibid, hlm. 330-331.
35
penelitian dilapangan yang berdasarkan dari temuan-temuan
peneliti yang telah dipaparkan.
BAB IV selanjutnya perlulah di tarik kesimpulan dan saran-saran
yang sekiranya bisa membantu dalam kesempurnaan sisi dari
penelitian ini.
36
BAB II
Paparan Data dan Temuan Data
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Lanta merupakan salah satu desa yang teletak dibagian
timur kecamatn Lambu kabupaten Bima kemudian desa lambu yang
terbagi lagi menjadi tiga dusun, yakni: dusun Bou, dusun Salama,
dan dusun potu.
1. Kondisi Umum Desa
Batas wilayah Desa sebagai berikut
Sebelah Utara : Melayu
Sebelah Selatan :Lanta Barat
Sebelah Barat :Lanta Rato
Sebelah Timur :Lanta Timur
2. Jumlah Penduduk
Jumlah laki – laki : 1.764 Orang
Jumlah Perempuan :1.558 Orang
Jumlah KK : 802 KK
Jumlah Penduduk Miskin : 316 Orang
3. GeografisLetak dan Luas Wilayah
Desa Lanta merupakan salah satu dari 14 Desa di Wilayah
Kecamatan Lambu, yang terletak kurang lebih 5 km ke arah
36
37
Timur dari Kota Kecamatan Lambu Desa Lanta Timur
mempunyai luas Wilayah seluas 396,35 Hektar.31
4. Sosial Budaya masyarakat Desa Lanta Timur
Kebudayaan merupakan kegiatan yang berkembang
dimasyarakat yang turun temurun masyarakat desa Lanta Timur
merupakan kelompok Desa yang masih kental dengan adat
istiadat dan peduli untuk melestarikannya. Karena budaya
tersebut bersifat turun temurun dari nenek moyang yang saat ini
masih dijalankan oleh masyarakat Desa Lanta Timur sehingga
budaya tersebut tetap utuh dan terjaga budaya atau adat
istiadat tidak hanya dijalankan oleh masyarakat Desa Lanta
Timur namun di lestarikan oleh masyarakat di luar Lanta Timur.
Tradisi yang ada di Desa Lanta Timur sebagian mulai
punnah atau bergeser. Namun ada beberapa tradisi yang masih
di jalankan sampai sekaran oleh masyarakat Desa Lanta Timur
seperti tradisi pernikahan, kelahiran dan kematian:
a. Tradisi Pernikahan
Di Desa Lanta Timur masih menjalankan atau
mempertahankan tradisi pernikahan yaitu:
a) Lamaran adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat
Desa Lanta Timur dimana pihak laki-laki mengunjungi
rumah pihak wanita yang mendapat restu dari orang
tua. Tradisi ini dilakukan dengan cara tukar Cincin.
31
Dokumentasi, Desa Lanta Timur, Bima 19 juli 2019
38
b) Tradisi musyawara (Mboloro Dampa) yaitu tradisi yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Lanta Timur untuk
menentukan hari-hari tertentu untuk melangsungkan
pernikahan. Penentuan hari dalam tradisi ini biasanya
ditentukan berdasarkan kesepakatan. Masyarakat Desa
memang menganggap bahwa semua hari itu baik,
namun mereka tetap memilih hari yang lebih baik
supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Dalam tradisi musyawarah(Mboloro Dampa) biasanya
dilakukan dirumah calon mempelai wanita. Sedangkan
pihak Laki-laki membawa keluargannya dan mempelai
wanita menyiapkan tempat dan jajan.
c) Temu nganten (Eda angi siswe mone) adalah tradisi yang
dilakukan saat acara pernikahan, tradisi ini mempelai
laki-laki dan perempuan di pertemukan.
d) suju ro nemba adalah tradisi yang dilakukan saat acara
pernikahan. Saat tradisi sungkeman (suju ro nemba)
kedua pengantin bersimpuh kehadapan kedua orang tua
sebagai tanda bakti serta ungkapan terimakasih karena
sudah dibimbing mulai dari lahir sampai keenjang
pernikahan.
b. Tradisi Kelahiran
Di Desa Lanta Timur terdapat tradisi kelahiran yang
dilakukan masyarakat biasanya terjadi sebelum dan
39
sesudah kelahiran. Adapun tradisi sebelum kelahiran di
Desa Lanta Timur adalah:
a) Empat Bulan (doa zama) adalah tradisi yang
dilaksanakan pada usia kehamilan saat usia kehamilan
empat bulan. Biasannya masyarakat Desa Lanta Timur
mengadakan syukuran dengan membuat oha santa
(nasi yang disantan). Tradisi ini dilakukan karena pada
masa kehamilan usia tersebut di tiupkan pada cabang
bayi.
b) Nujuh bulanan (Kiri Loko) tradisi ini dilakukan pada
usia kehamilan tujuh bulan. Biasanya masyarakat Desa
Lanta Timur melakukan tradisi ini dengan rujak yang
terbuat dari mangga timun belimbing.
Adapun tradisi setelah kelahiran di Desa Lanta
Timur adalah:
a. Kalondo Ana (Turunin Anak) tradisi ini dilakukan
setelah berumur seminggu. Biasanya anak yang
berumur seminggu baru bisa di bawa keluar rumah.
Tradisi sebelum dan sesdah kelahiran diatas
dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Desa
Lanta Timur. Tradisi tersebutmasih terjaga dan
dilestarikan untuk menjaga budaya atau adat istiadat
supaya tidak luntur. Tradisi tersebut dilakukan oleh
semua kalangan masyarakat yang mempunyai
kedudukan/status menengah keatas atau
40
berpenghasilan tinggi dan masyarakat yang
mempunyai kedudukan/ status menengah ke bawah
atau berpenghasilan rendah. Masyarakat Desa Lanta
Timur setiap ada tradisi sesudah atau sebelum
kelahiran selalu diiringi dengan syukuran atau
selamatan. Maka simbolis dari tradisi diatas berbeda-
beda. Simbol dari tradisi tersebut masyarakat
melakukan dengan membuat rujak atau oha santa
(nasi yang di santan). Namun tradisi tersebut adalah
untuk memperoleh perlindungan dari allah SWT serta
dijauhkan dari perkara yang tidak diinginkan.
Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Lanta Timur merupakan tuntutan yang secara tidak
langsung di setujui oleh masyarakat. Karena dengan
tradisi masyarakat dapat menumbuhkan rasa
kekeluargaan. Setiap tradisi sebelum dan sesudah
kelahiran yang dijalankan oleh masyarakat Desa
dihadiri oleh masyarakat sekitar maupun keluarga dari
Luar Desa. Hal itu merupakan tanda bukti bahwa
masyarakat Desa Lanta Timur mempunyai ikatan
emosional yang tinggi.
c. Tradisi Kematian
Masyarakat Desa Lanta Timur selain
mempertahankan dan menjalankan tradisi pernikahan
41
serta tradisi kelahiran mereka masih melestarikan tradisi
kematian yaitu.
a) Do‟a pidu nai (doa tuju hari) yaitu tradisi do‟a dan
mengaji dimana masyarakat menghabiskan 30 juz
sampai hari ke tujuh yang dilaksanakan pada hari
ke tuju setelah almarhum meninggal.
b) Do‟a upampuru nai yaitu doa yang dilaksanakan
pada ke empat puluh hari setelah empat pulu hari
almarhum meninggal
c) Do‟a saratu nai yaitu tradisi do‟a yang dilaksanakan
pada hari keseratus setelah almarhum meninggal.
Masyarakat Desa Lanta Timur dalam
menjalankan tradisi kematian biasanya dengan
mengundang warga sekitar. Karena tradisi tersebut
mempunyai makna mendoakan orang yang sudah.
Meninggal agar amal atau segala perbuatan yang
dilakukan selama di dunia dapat di terima oleh allah
SWT.
d. Kesehatan Masyarakat Desa Lanta Timur
Kesehatan merupakan aspek terpenting yang harus
dijaga dan ditingkatkan. Dilihat dari segi kesehatan,
masyarakat Desa Lanta Timur sudah mengalami
perkembangan. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya
posyandu (pos pelayanan terpadu). Kegiatan tersebut
tertuju pada masyarakat desa yang di bantu oleh petugas
42
kesehatan, realitas dari program tersebut yaitu adanya
tiga posyandu balita di Desa Lanta Timur Angket I, Angket
II, Angket III. Kegiatan posyandu balita dijadwalkan setiap
satu bulan sekali.
5. Kehidupan sosioal keagamaan masyarakat Desa Lanta
Timur
Agama merupakan kepercayaan. Setiap manusia
tidak dapat melepaskan diri dari agama. Setiap manusia
tidak dapat melepaskan diri dari agama. Seperti hal nya
agama Islam, Islam merupakan agama yang kaffah yaitu
menyeluruh dan sempurna. Masyarakat Desa Lanta Timur
mayoritas ber agama Islam. Masyarakat Desa Lanta Timur
hidup di lingkungan yang tidak ada pesantren tapi banyak
Tokoh Agama sehingga mambuat masyarakat untuk
berperilaku sesuai yang di ajarkan. Masyarakat Desa
Lanta Timur ini memiliki pekerjaan yang berfariasi tapi
yang dominan petani apabila adzan berkumandan mereka
langsung solat untuk melakukan solat.
Di Desa Lanta Timur agama islam serta syariat
menjadi pedoman (pegangan hidup) bagi masyarakat
karena dengan agama masyarakat mengetahui mana yang
sesuai ajaran agama islam dan mana yang tidak sesuai
dengan syariat islam. Dengan adanya adanya agama
masyarakat dapat menyeimbangkan antara prioritas dunia
dan akhirat, walaupun mereka sibuk dengan sibuk dengan
43
pekerjanya masing-masing. Perkembangan religiusitas
masyarakat desa Lanta Timur berubah yang dulu tidak se
antusias sekarang. Adanya Tokoh Agama yang biasa di
sebut Ato Lebe (Ato Lebe) yang memberikan semangat
yang tinggi bagi masyarakat Desa khususnya ibu-ibu,
bapak-bapak maupun kalangan remaja. Strategi tokoh
agama sangatlah baik karena mempunyai kesabaran
mendatangi satu satu rumah warga dan menjadi panutan
bagi masyarakat Desa.
Berkunjung ke masing-masing rumah warga. Metode
tersebut menjadi citra positif bagi masyarakat Desa Lanta
Timur. Karena memiliki hubungan sosial yang sangat
baik. Pola hubungan antara Tokoh Agama dengan
masyarakat. Desa Lanta Timur di dasarkan pada prinsip
kesetaraan hal tersebut menjadi alasan Tokoh Agama agar
masyarakat merasa dekat tampa ada jarak apapun.
Dulu masyarakat Desa Lanta Timur selalu ada
perpecahan atau konflik yang khususnya kriminalitas
terutama yang terjadi oleh kalangan remaja seperti
membuat kerusukan di Desa dalam mengendarai sepeda
motor yang membuat kebisingan warga sekitar atau miras
(minum-minuman keras). Pengaruh budaya luar kota tapi
seiring dengan kehadiran tokoh agama yang slalu
mengadakan kajian-kajian sehingga menyadarkan remaja-
remaja lebih baik lagi. Dengan membekali agama dengan
44
atau tampa mondok supaya terhindar dari perilaku yang
tidak sesuai dengan syari‟at islam.
Tokoh Agama di Desa Lanta Timur memberikan
kesempatan kepada kalangan pemuda, ibu-ibu dan bapak-
bapak untuk mnimbang ilmu agama di masjid, sehingga
hal tersebut membuat masyarakat Desa Lanta Timur
merasa legah dan aman karna mereka di beri kesempatan
untuk belajar ilmu agama.
Sekarang kehidupan sosial keagamaan Desa Lanta
Timur sangat aktif karna adanya sosok panutan yaitu
ustat atau tokoh-tokoh agama kegiatan ke agamaan
tersebut yaitu:
a. Pengajian Mingguan
pengajian mingguan adalah pengajian yang
dilakukan setiap seminggu yang jatuh pada hari jumat
yang pembicaraanya yaitu tokoh agama itu sendiri yang
secara bergilir akan melakukan ceramah satu orang
tokoh agam 1 kali dalam seminggu dan minggu depan
lagi berarti tokoh agama yang lain.
b. Pengajian Bulanan
pengajian bualanan adalah pengajian yang
dilakukan sekali dalam sebulan yang penceramahnya
remaja majid menghadirkan ustad-ustad ternama yang
ada di Desa lain dan di hadiri oleh satu desa yaitu desa
Lanta Timur.
45
c. TPQ (Taman Pendidikan Al-quran)
TPQ merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak
anak bahkan sampai dewasa. Kegiatan ini di ajarkan
berbagai ilmu agama seperti tajwid, prakti ibadah,
sedangkan kegiatan tersebut di laksanakan di rumah
guru ngaji (tokoh agama), di masjid.32
B. Peran Tokoh Agama dalam Kehidupan Sosial Keagamaan di Desa
Lanta Timur.
Dari eksplorasi data yang diperoleh peneliti pada informan-
infoman terdapat sebuah informasi tentang bagaimana “peran tokoh
agama terhadap kehidupan sosial keagamaan” di Desa Lanta Timur
Kec. Lambu kabupaten Bima.Pada sisi keagamaan masyarakat
setempat mereka melakukan ritual keagamaan dengan cara seperti
yang menjadi kebiasaan masyarakat disana yaitu melakukan
pengajian dan sejenisnya kemudian biasa dilakukan 1 kali dalam
satu minggu, hal pertamayang dilakukan oleh tokoh agama adalah
mendatangi rumah wargabertujuan untuk merangkul masyarakat
setempat, kehadirannya mengunjungi rumah-rumah warga tersebut,
yaitu mengajak satu per satu warga untuk mengikuti kegiatan
keaagamaan yaitu belajar ngaji atau melancarkan bacaan alqur-an
mereka, dalam hal ini tidak ada batasanusia untuk mereka belajar
ilmu agama.Kemudian para tokoh agama mengadakan pengajian
rutin setiap bulan, dengan tema-tema yang menarik hati para
pemuda untuk menghadirinya, serta menyiapkan cemilan dan
32
Ama Dila, wawancar, Bima, 20 juli 2019
46
makan ringan lainnya untuk para pemuda yang hadir di pengajian
tersebut dan biasanya pengadaan pengajian dilakukan
dimasjid/mushola.
Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh H. Ahmad Abu
Asma mantan Lebe (imam masjid) yaitu:
“ntoina re anae dambe to,I tiwau dei nggahi labo, pala Alhamdulillah ake na waura wara sa taho na, hampara ntuwu ngoa ra tei labo ntuwu adakan ba nami pengajian ra cerama aka sigi. Labo name tetap lao satu satu aka umana ni, raka wau ina ro amana ampode ndaina.”33
Artinya
“pada jaman dahulu anak-anak kecil gak bisa di nasehat, Tapi
alhamdulillah ini udah beruba jadi baik, semenjak sering di
berikan arahan dan di adakannya oleh kita pengajian dan
ceramah di masjid. Dan juga kita menghadiri satu-satu rumah
anak-anak, terlebih dahulu kita mendekati ibu dan bapaknya
baru anak tersebut.”
Begitu juga dengan yang diungkapkan oleh bapak H. Ismail
selaku Lebe (imam masjid) yang sekarang, yaitu:
“Alhamdulillah anae seumur ndawi ncauba nami pengajian doho ke mboto ra ana muda ma ngawa lao sambea aka sigi ro langga, na ngawa ra rojo dou ma tua, na mboto ra
to‟a ro ta‟at. Bune aina douru ndima rojo douma tuana kone rojoba douma tuana rawina ma iha na na‟e nawana tikadeena”34
33
H. Ahmad abu asma, wawancara, Bima, 21 juli 2019 34
H. Ismail, wawancara, 21 juli 2019
47
Artinya
“Alhamdulillah selama kita mengadakan pengajian dari situlah
banyak anak-anak muda yang sudah rajin untuk solat di masjid
dan musollah, Udah mau sapa orang tua dan taat pada orang tua,
dulu jangankan buat sapah orang tua di tegur kelakuannya yang
sala anak muda akan marah dan ndak mau mendengar ”
“Wungadaka hari raya idul fitri labo idul adha de, na ngawa siadoho pemuda masjid de ka tu‟u acara bunesih takbir dohode na raho lalompa persetujuan namide, labo ara namike ti wara bademu aliran-alirande bade name anae hanya islam mpoampa”
Artinya
“apabila memperingati hari raya idul fitri dan idul adha, pemuda
masjid mengadakan kegiatan takbir keliling dan disini tidak ada
yang namanya aliran-aliran yang kami tau hanyalah agama islam”
“Ndakeku anae alasan nahu berkiprah dei masyarakat Desa Lanta Timur ke santikana menjunjung ro belaku agam allahta allahka ederu teiro katupaku masyarakat dei tata cara moride ma sesuai labo agama labo Negara labo ndi edaba nahude anae masyarakatke mbuip di ngoa salaho sih, nahu wara alasan ndai rauku menurut nahude berjuangde hukumna fardu kifayah watiposih wara douma berjuangde hukumna farldu „ain. Alasan wali makalaide loaku kadeni weki labo masyarakat”.
Artinya
Saya juga mempunyai alasan berkiprah di masyarakat Desa Lanta
Timur yaitu menjunjung dan membela agama allah membimbing
masyarakat kepada tata cara hidup yang sesuai dengan agama
dan negara. Selain itu masyarakat masih perlu di ingatkan, saya
48
juga mempunyai alasan pribadi yang menurut syar‟I yaitu
berjuang hukumnya fardlu kifayah apabila belum ada yang
berjuang hukumnya farldlu „ain. Alasan lain supaya bias berbaur
dengan masyarakat, memberi wawasan yang luas.
Begitu juga dengan di ungkapkan oleh H.Ardi sebagai ato
(pemuka agama), yaitu:
“ahlak ka na penti poda ndimawara aka masyarakatka loakuru masyarakatka naloaku bergaul kai mataho aka kamporo pei atau labo cina ro angi ndaina. Kalau waurasih wara ahlak dei weki ndai nacaru lalompa nuntu ro nggahika, wati ka ihata ade dou.”
Artinya:
Ahlak sangat penting di tanamkan dalam masyarakat supaya
masyarakat dapat bergaul dengan benar baik itu bergaul di dalam
lingkungan sekitar maupun bergaul dengan sesame sodara. Kalau
ahlak sudah tertanam tentunya dari tata cara berbicara ditata
dengan rapi, tidak menyakiti orang lain.35
“seandainya ilmu agama ndai kuat na loaku ndadi ma wa‟a ndai aka saba ro to‟a ndai loaku wati karawi ma
tentangan labo nilai, normal abo sosial”.
Artinya:
Ketika pendidikan keagamaanya kuat maka akan dapat menjadi
landasan seseorang untuk bertahan atau bersabar untuk tidak
35
H. Ardi Wawancara, Bima 22 juli 2019
49
melakukan apa yang bertentangan dengan nilai, norma agama
dan sosial.
“Nahu slalu ngoa lenga doho sama -ama douma loa ro tupa agama aina sampe rojo mu coupon ma ncara aka woha douma mboto kalau sia ncara, oupu, ngoara teipu empat mata antara ndai labo sia mantau rawi aina sampe wara kai dou ari lua ma badena, karna edere na maikaiku ba iha ade dou.”
Artinya:
Saya selalu mengingatkan kepada teman-teman Tokoh agama lain
agar jangan sekali-kali menegur seoran di depan umum ketika
mereka melakukan kesalahan, akan tetapi panggil, sampaikan
antara empat mata antara kita dengan dia jangan sampai ada
orang lain yang mengetahuinya, karena itu sangat menyakiti
perasaan orang lain.
Untuk lebih jelasnya, peran-peran sosial keagamaan Tokoh
Agama di Desa Lanta Timur:
a. Tokoh Agama sebagai Imam Shalat
peran tokoh agama di Desa Lanta Timur adalah menjadi
imam shalat berjama‟ah baik di masjid maupun musollah.
Tokoh agama yang menjadi imam solat. Meskipun dari
beberapa tokoh agama yang ada adalah bekerja sebagai
petani seperti masyarakat yang setiap harinya disibukkan
untuk mengurus sawahnya sehingga harus pergi kesawah,
namun di setiap shalat para tokoh agama tetap meluangkan
waktunya untuk pulang untuk memimpin shalat berjamaah.
50
Hal ini serupa dengan yang di ungkapkan oleh H. Ismail
selaku lebe (imam masjid)
“Keadaan Desa Lanta Timur dei masalah jama ma waura lai.Jamaah sigi ake waura mboti”.
Artinya
Keadaan masyarakat Desa Lanta Timur Dalam hal jama‟ah
sudah mengalami perubahan.Jamaah masjid sekarang ini
lebih banyak.
b. Tokoh Agama Sebagai Guru Ngaji
Adanya tokoh agama yang berperan sebagai guru ngaji atau
pendidik ilmu agama kepada anak-anak, remaja dan orang tua,
para remaja yang tadinya tiap habis maghrip atau
asharnongkrong di pinggir jalan sekarang mulai berkurang karena
mereka mengikuti kegiatan mengaji tersebut
Hal ini serupa dengan yang di ungkapkan oleh H. M. Sidik,
Salah satu guru ngaji yaitu:
“dei ade wara kaina acara ngaji ake, andou doho ma sampela ma nongkrong dei kengge ncai ake na waura kurang ba wara acara ra tu‟u”.36
Artinya
“dengan adanya kegiatan mengaji ini, para remaja yang
kegiatannya cuman nongkrong di pinggir jalan sekarang mulai
berkurang karena kegiatan yang di adakan”
Berdasarkan beberapa penuturan informan tersebut, dapat
penulis katakan bahwa peran tokoh agama sebagai guru ngaji ini
36
H. Ismailwawancara 23 juli 2019
51
dapat meningkatkan ilmu pengetahuan agama dengan cara
meningkatkan ilmu pengetahuan agama dengan cara
mengajarkan ilmu tersebut mulai dari dasar. Karena kebanyakan
orang tua-tua selalu menitipkan anaknya ketika masih dalam
usia anak-anak, orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada
tokoh agama untuk mendidik ilmu agama. Dengan berpredikat
sebagai pendidik agama ini, tokoh agama dapat menjadi penjaga
moral masyarakat khususnya para pemuda.Sehingga masyarakat
berperilaku sesuai dengan kaidah norma-norma keagamaan.
c. Tokoh Agama sebagai Mubaligh
Tokoh agama di Desa LantaTimur juga aktif
melaksanakanceramah agama pada masyarakat luas, sehingga
dapat di sebut dengan mubaligh (orang yang menyampaikan
pesan agama Ialam).Pengajian atau ceramah keagama yang ada di
Lanta Timur hanya ada empat orang yang sering di minta untuk
mengisi cerama atau pengajian.
Pengajian mingguan yang ada di Lanta Timur ini adalah
dilaksanakan di masjid sehabis ashar yang di lakukan di
hariminggu yang di ikuti oleh hampir semua masyarakat dan
ceramah di bawakan oleh bapak H. Zainal Arifin.
Hal ini serupa dengan di ungkapkan oleh H. Zainal
Arifinyaitu:
“Alhamdulillah semoga tuhan slalu memberikan nikmat kesehatan dei nahu loaku ngoara tei hari minggu labo
52
Alhamdulillah ma batu cerama raka tuu aka sigi ro langgake Alhamdulillah mboto”.
Artinya
“Alhamdulillah semoga tuhan slalu memberikan nikmat
kesehatan pada saya supaya saya bisa terus menerus
memberikan tausia atau ceramah di setiap hari minggu dan
Alhamdulillah yang mengikuti ceramah yang di mana yang di
adakan di masjid ini Alhamdulillah banyak”.
Sedangkan pengajian bulanan pengajian yang dilakukan
sekali dalam sebulan yang penceramahnya remaja majid
menghadirkan ustad-ustad ternama yang ada di Desa lain dan di
hadiri oleh satu desa yaitu Desa Lanta Timur
Hal ini serupa dengan yang di ungkapkan oleh H. Zainal Arifin
yaitu:
“setiap sekali sewura nahu selaku douma bade agama (ato lebe) ma adakan ceramah pala laina
nahuma cerama pala douma bade agama slalu ma menghadirkan penceramah di Desa makalai loaku tarik minat masyarakat”.
Artinya:
“setiap sekali sebulan saya selaku tokoh agama mengadakan
tausiah atau ceramah akan tetapi penceramahnya bukan saya
tetapi para tokoh agama menghadirkan penceramah di Desa
lain, kita menghadirkan pencerama di luar Desa Lanta Timur
supaya menarik minat masyarakat”.
53
Selain dalam acara pengajian, Tokoh agama juga di
butuhkan dalam acara pernikahan. Dalam acara pernikahan,
tokoh agama di minta untuk mengisi cerama walimahan
sekaligus di akhir acara di minta untuk membacakan doa untuk
kedua mempelai.
Hal ini serupa dengan yang di ungkapkan oleh inak
mida, yaitu sebagai berikut
“ato lebero laina ndima ndadi imam sambea mpoa pala aka acara nika ro noke roboro bila berperan sebagai walimatur „urs, douma bade agama ndi butuh poda dei mori ndai”.
Artinya
“para tokoh agama itu bukan Cuma menjadi imam solat akan
tetapi dalam acara pernikahan tokoh agama juga berperan
sebagai walimatul „urs, tokoh agama benar-benar sangat di
butuhkan dalam kehidupan bermasyarakat”.37
Dari beberapa hasil wawancara di atas terlihat bahwa
tokoh agama sering mengisi ceramah dalam berbagai momen
atau acara keagamaan, seperti pengajian mingguan maupun
pengajian bulanan dengan adanya santapan rohani atau
ceramah keagamaan dari tokoh agama ini akan dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat.
d. Tokoh Agama sebagai Pemimpin Acara Keagamaan
Selain menjadi pemimpin dalam shalat, tokoh agama slalu
menjadi pemimpin yasinan, tahlilan, selamatan atau acara
37
Inak, Mida, wawancara 23 juli 2019
54
sejenisnya, selain kegiatan yasinan, tahlilan dan selamatan ini
Desa Lanta Timur banyak kegiatan lain yang bernuansa agama
yang juga tidak lepas dari peran tokoh agama karena masyrakat
menganggap bahwa tokoh agamalah karena memang masyarakat
menganggab bahwa tokoh agama yang mampu di jadikan
pemimpin. Berbagai kegiatan yang slalu melibatkan tokoh agama
adalah acara peringatan hari besar agama Islam seperti maulud
nabi, tahun baru hijriyah.
Hal ini serupa dengan yang di ungkapkan oleh H. Ahmad Abu
Asma mantan lebe (imam masjid) yaitu:
“ato Lebe ma wara ara rasa Lanta Timur ma mimpin ngaji
yasin, tahlilan dan memimpin sara kegiatan agama”.
Artinya:
“Tokoh Agama yang berada di desa lanta timur berperan
memimpi yasinan, tahlilan dan memimpin segala kegitan
keagamaan”.
“atao lebe ndima isi pengajian dei acara isra‟ mi‟raj. Maulid tujuan ndima menegakkan agama islam labo loaku menciptakan masyarakat agamais”.
Artinya:
“Tokoh agama itu berperan mengisi pengajian dalam acara
Isra‟Mi‟raj.Maulid dan dengan tujuan menegakkan agama islam
dan menciptakan masyrakat yang agamais”.
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan telah
membuktikan bahwa masyarakat Lanta Timur merasa bahwa
55
Tokoh Agama yang ada sangat diperlukan keberadaannya karena
dapat membantu dan mendukung segala kegitan yang ada
terutama kegiatan spiritual keagamaan.Dan tokoh agama lah
yang berperan memberikan modal dasar dalam pendidikan
agama kepada anak-anak dan juga berusaha meningkatkan
pengetahuan agama kepada masyarakat luas mengisi ceramah
atau pengajian.
Mengenai pandangan terhadap tokoh agama ini, kepala
desa lanta timur mengatakan:
“dei mori labo masyarakat wati loa daa wara douma loa agama bune ato lebe, karena douma bade agama mandadi tokoh masyarakat dan dapat meningkatkan
morima agamais”.
Artinya:
“Dalam kehidupan bermasyarakat tidak bisa terlepas dari
seorang tokoh agama, karena tokoh agama dapat menjadi tokoh
masyarakat dan dapat berperan meningkatkan kehidupan
masyarakat yang lebih agamis”.
Masih mengenai hal yang sama peneliti juga
mengadakan wawancara dengan bapak Muhrodin salah satu
warga, beliau menuturkan sebagai berikut:
“namun selain ede lebe ro bila na loa terlibat dalam kegiatan masyarakat, bunesi: kerja bakti atau gotong royong. Seperti halnya dei masyarakat Lanta Timur. Disana ato lebe na batuku gotong royong bongkar rumah dan lain sebagainya”.
56
Artinya
“namun selain itu tokoh agama juga bisa terlibat dalam kegiatan
sosial masyarakat, seperti: kerja bakti ataupun gotong royong.
Seperti halnya dalam masyarakat Lanta Timur. Di sana tokoh
agama sering mengikuti kegiatan kerja bakti bersih jalan atau
gotong royong bongkar rumah dan lain sebagainya.38
Penelitian juga mengadakan wawancara dengan salah
satu tokoh agama, hasilnya adalah sebagai berikut:
“nahu rau nggeempa batuku gotong royong bunera karawi masyarakat Lanta Timur ney”.
Artinya
“saya juga mengikuti kegiatan gotong royong dan kerja bakti
seperti yang dilaksanakan masyarakat Lanta Timur”.
Tokoh agama tidak merasa dirinya adalah kaum elite
yang mempunyai kedudukan tinggi di masyarakat dan
dihormati serta disegani oleh masyarakat sehingga tidak
mengikuti kegiatan kerja bakti tersebut. Namun para tokoh
agama yang ada hidup seperti masyarakat pada umumnya
tidak ada perbedaan apapun kecuali ilmu pengetahuanya
dalam islam yang selalu dinanti oleh masyarakat.
e. Tokoh Agama sebagai Pemimpin dalam Pengurusan Jenazah
Tokoh agama juga berperan ketika ada warga yang meninggal
dunia. Dalam pengurusan jenazah ini tokoh agama berperan seba
gai pemimpin melalui pemandian, mengkafani, mensholatkan,
mengiring jenazah sampai dalam pemakaman.
38
Bapak Muhrodi, wawancara28 juli 2019
57
Hal ini serupa dengan yang di paparkan oleh salah satu warga
sebagai berikut:
“ato lebero di ndima wara warasih douma made, lebero bila ma ipi bade dei rawi uru mayat bunesih ndeuna, boto kai malanta, sampe umbu kaina”.
Artinya
“Tokoh Agama dibutuhkan ketika orang yang meninggal dunia,
karena tokoh agama lebih paham dalam hal mengurus jenazah
seperti memandikan mengkafanin, menshalatkan dan sampai
menguburkan”.
Dari sini terlihat bahwa memang keberadaan tokoh agama
sangat berperan dalam kehidupan masyarakat.Dan ini bisa
dikatakan sejak lahir sampai meninggal karena tokoh agama di
jadikan pemimpin dalam acara yang dilaksanakan oleh
masyarakat, seperti yang di paparkan sebelumnya, yaitu acara
selamatan kelahiran dan sebagainya sampe dengan acara
kematian juga memerlukan adanya tokoh agama.
f. Tokoh Agama sebagai Ahli Pengobatan
beberapa tokoh agama dilanta timur juga sering dimintai
bantuan untuk menyembuhkan penyakit. Yang bukan berarti
dukun, tokoh agama hanya sebagai jalan atau ikhtiar .cara
menyembuhkan penyakit tersebut biasanya tokoh agama
membaca doa kepada allah swt yang kemudian memberikan
segelas air yang sudah dibaca doa tersebut kepada orang yang
sakit. Selain itu seorang anak yang ingin di berhenti di susui
58
dariorang tuanya biasanya juga dibawa ke tokoh agamauntuk
dibaca doa agar tidak menangis terus.
Hal ini serupa dengan yang di ungkapkan oleh salah satu
warga yaitu:
“ato lebero ma wara ara lanta na raho kai ma dou oi warasih douma supude”.
Artiny
“tokoh agama yang ada dilanta timur ini ada yang dimintai air jika
ada yang sakit“.
Dalam hal ini terlihat bahwa masyarakat mengakui tokoh
agama adalah orang yang memiliki kemampuan dalam mengobati
penyakit yang di deritai oleh warga masyarakat. Namun hal ini
bukan berarti jalan yang musyrik karena masyarakat tetap
menganggap bahwa kesembuhan yang mereka dapat itu datang
dari allah swt, tokoh agama hanyalah perantara.
g. Tokoh Agama dalam Meningkatkan Ketentraman Masyarakat.
Selain sebagai orang yang memiliki ilmu pengetahuan agama
dan ahli dalam pengobatan yang telah disebut dia atas. Diwilayah
lain ternyata tokoh agama juga berperan dalam meningkatkan
ketentraman masyarakat.
Hal ini serupa dengan yang di ungkapkan oleh salah satu
warga yaitu:
“ba wara ato lebe ara rasa lanta Timur, keadaan masyarakatke na aman ba robo ro bila ma kaukai ma taho labo wati karawi maksiat”.
59
Artinya
“dengan adanya tokoh agama di Lanta Timur ini, keadaan
masyarakat menjadi tentram karena para tokoh agama dapat
mengarahkan kita untuk berbuat baik dan tidak maksiat”.
Melalui para tokoh agama yang selalu memberi pengaruh
dan bimbingan kepada masyarakat dalam mejalani kehidupan.
“ato lebe ndi butu ba masyarakat, karena roboro merupakan petunjuk hidup dei dunia bagi masyarakat”.
Artinya
“tokoh agama sangat diperlukan oleh masyarakat, karena tokoh
agama merupakan, petunjuk hidup didunia bagi masyarakat”.
Tokoh agama memang sering dihadapkan dengan suatu
problem yang ada dalam masyarakat. Akan tetapi kebijakan tokoh
agama juga mendengar pendapat orang-orang pingiran maupun
pihak-pihak yang tidak masuk dalam lingkaran kekuasaan, nah,
dalam suasana adanya keadaan yang saling bertentangan itu
tokoh agama harus lebih sering mendengarkan pendapat mereka
yang berada diluar lingkar kekuasaan itu. Sudah tentu ini
merupakan pola hubungan timbal balik yang sehat antara para
tokoh agama itu dan rakyat yang mereka pimpin itu. Sehingga
dengan semua itu akan tercipta suasana yang tentram.
Selain meningkatkan ketentraman masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari, ternyata beberapa tokoh agama juga ikut
menegahkan kerukunan masyarakat ketika dilaksanakan
pemilihan umum Kepala Desa. Biasanya dalam kehidupan
60
masyarakat terjalin hubungan yang kurang baik saat mendekati
pemilihan kurang baik. Disaat pemilihan calon Kepala desa
masyarakat saling bermusuhan dan sangan fanatic terhadap
salah satu calon namun pada awal penjelasan Kepala Desa ini
diadakan pertemuan warga, dan dalam pertemuan tersebut salah
satu tokoh agama itu memberikan nasehat-nasehat kepada warga
agar hidup dengan rukun meskipun beda calonnya. Dan tokoh
agama juga menjelaskan bahwa orang yang di pilih menjadi
kepala desa adalah orang yang memang bisa melindungi
warganya dan di ridhoi oleh allah SWT yang akan mendapatkan
suara terbanyak.
Berdasarkan pemaparan tokoh agama diatas, banyak pemuda
atau masyarakat yang tergerak hatinya untuk menghadiri majelis
ilmu atau pengajian yang diadakan oleh tokoh agama, bahkan
ada pula yang berubah drastis dari yang dulunya susah diajak,
tetapi sekarang tanpa diajak pun para pemuda dengan senang
hati menghadiri majelis ilmu, bahkan adapula yang mengusulkan
untuk membentuk perkumpulan remaja masjid. Ini semua berkat
kesadaran diri sendiri dan berkat pengawasan orang tua,
pengawasan orang tua sangatlah penting dan berkat akhlak yang
di tanamkan dalam pengajian-pengajian karna ahlak sudah
mampu di terapkan dalam kehidupan bermasyarakat berdasarkan
pengetahuan mereka akhlak bagian dari ajaran agama yang harus
di tanamkan dalam kehidupan.
61
Akhlak akan menuntut masyarakat untuk bersikap dan
berperilaku yang baik antara dirinya dengan masyarakat, dan
dirinya dengan tuhan yang maha Esa. Seperti halnya bersikap
baik terhadap masyarakat menghormati orang tua bagi yang kecil,
dan orang tua menyayangi yang lebih muda.
C. Pandangan Masyarakat terhadap Peran Tokoh Agama dalam
Kehidupan Sosial Keagamaan di Desa Lanta Timur.
a. Pandangan masyarakat terhadap keberadaan tokoh agama
Masyarakat Lanta Timur merupakan masyarakat yang
terlihat agamis. Di sana ada beberapa tokoh agama yang dapat
mewarnai.Keseharian masyarakat. Tokoh agama memang sangat
berperang dalam berbagai kegiatan yang di laksanakan oleh
masyarakat Desa Lanta Timur
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan telah
membuktikan bahwa masyarakat Lanta Timur merasa bahwa
tokoh agama yang ada sangat di perlukan keberadaanya karena
dapat membantu dan mendukung segala kegiatan yang ada
terutama kegiatan spiritual keagamaan. Dan tokoh agamalah
yang berperan memberikan modal dasar pendidikan agama ke
pada anak-anak dan juga berusaha meningkatkan pengetahuan
agama kepada masyarakat luas dengan cara mengisih ceramah
atau pengajian.
Didalam kehidupan masyarakat, tokoh agamasangat
berperan penting dalam perubahan pola perilaku serta tingkat
keagamaan masyarakat, terutama para pemuda dan anak-anak.
62
Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh, bapak M.
Ali, yaitu:
“Seandainya ato lebe wati waaro katahona desa ake wati bune akenani, bune ainde pernanani anak wara masalah, kejadian akeke ntoindu masalah toijap ni, wara douma ba dei sigi lafadz ba siade na ncara edeku taji cencera ncihi sampe mai kone dou kampo sa udu, mulai ededeiku lebero aude mulai tampuuna kegiatan agama dohore, bune ainde dou na cua karawi trus na nggori karawina dula lalo aka uma menana pala ake na wauru wara jadwal ndaina kegiatan keagamaande”.
Artinya
“seumpamanya para tokoh agama tidak menggerakan Desa
disini Desa ini iya tidak aktif mbak, soalnya dulu pernah mbak
terjadi komflik, tetapi kejadiannya sudah lama tetapi masalah
tersebut masalah kecil gara-gara ada yang azan di musolah itu
lafadz azannya salah, terus salah seorang mendengarnya
perbaiki sambil marah-marah sampe saling menyalahkan di situ,
dan para warga datang rame sekali di situlah para tokoh agama
mulai berbaur di desa ini dan dulu orang kerja abis itu pulang
dan alhamdulilah sekarang untuk kegiatan keagamaannya udah
ada jadwalnya tersendiri”.
“abu lebe doho ke wancuku kadee wea ba dou nggahina, ndadi re warasi katu‟u ba sia doho pengjian doho re wancuku rocina lao kai ba dambe to‟i ra dou tua, ndadi abu lebe ra ustad ke wancuku berpengaruh na ara mori ra woko nami dei rasa, deima waa ndai ndima ndadi dou ma taho ro to‟a.”39
39
M. Ali wawancara,Bima, 1 Agustus 2019
63
Artinya
“tokoh agama selalu di dengarkan apapun yang mereka katakan,
jadi ketika tokoh agama mendirikan pengajian anak-anak kecil,
remaja maupun orang tua dengan cepat menghadiri acara
tersebut, tokoh agama itu sangat berpengaruh kehadirannya di
tengah masyarakat untuk membawa masyarakat menuju hidup
yang baik dan taat”.
Begitu juga dengan yang di ungkapkan oleh bapak jamal
yaitu:
“watija gangguna karawi ba wara acara keagamaande,
alumu ra kaboro ro mbolo mengenai jam ro ainainade, kalaupun wara karawi maka laide ma lebih penti dari kegiatan ceramah atau ngaji loa dalao batu kegiatan ceramaro ngajideni”
Artinya
“Dengan keberadaan kegiatan keagamaan, tidak mengganggu
aktifitas yang lain karna mengenai hari dan jam dari sebelum di
adakan kegiatan sudah di musyawarat dan mufakat bersama,
kalaupun ada kegiatan yang penting lebih dari kegiatan agama
dan ngaji, boleh masyarakat tidak mengikuti ceramah dan ngaji”.
Hal yang serupa di ungkapkan oleh ibu amina yaitu:
“Nawancuku sabarna abu lebe dohoke teina andou to”i-to‟i ro douma tua de, wati wara tuka ade rauna, alumu bunesih teina nami matuake na kemba ndima lu‟u dei tutamusih, bada wara tu‟u lalona pondokpa podapa abu lebero ato ato ke ti wara tempat khususna pala siadoho
na mamfaatkanku sigi ro langga ndi ru‟u tei kaina matua,
64
masampela,ro ma to‟i-to‟i raho-rahopa kalondo to‟iba pemerintah peade sura pesantren to‟i pa.”40
Artinya
“Para tokoh agama selalu sabar mengajari anak kecil-kecil dan
orang tua, nda ada merasa bosan dengan mengajari kami yang
tua yang sulit sekali mengerti dan gampang lupa akan hal yang
di ajari, memang para tokoh agama tidak memiliki pondok
pesantren atau tempat yang khusus untuk mengajari anak-
anak kecil, remaja dan orang tua akan tetapi para tokoh agama
hanya memamfaatkan masjid dan mushola, kami berharap pada
pemerintah semoga di bangunkan pondok pesantren buat anak-
anak walau pondok pesantren yang seder hana”.
b. Hubungan Tokoh Agama dengan Masyarakat
Hubungan tokoh agama dengan masyarakat terjalin
akrap dan erat, mereka saling menaungi dan mengayomi karna
tokoh agama dan masyarakat saling membutuhkan satu sama
lain
Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh inak Siti
yaitu:
“menurut nahu ndi edaba nahu ruku ro rawi atok lebe ro au, tahon poda na warasih karawi nami au aude na bantu kuni,”
Artinya:
40
Amina, wawancara, Bima, 6 Agustus 2019
65
Menurut saya yang saya lihat gerak dan kerja tokoh agama (atok
lebe) benar-benar baik kalau ada kerjaan masyarakat atok lebe
slalu membantu
c. Peran Spiritual Keagamaan dengan Masyarakat
Selain menjaga dan memiliki otoritas di masyarakat tokoh
agama dijadikan sandaran bagi masalah keagamaan di
lingkungan masyarakatnya oleh sebab itu tokoh agama menjadi
panutan dan rujukan spiritual
Hal ini serupa dengan yang di ungkapkan oleh inak Siti
Hawa beliyau mengatakan yaitu:
“nami dou rasa Lanta Timur ma imbipu masalah mu dei ato
lebek ndima kanggorinabunesih masalah ncao rumah tangga
ncao barawi pengairan air atau au”
66
BAB III
PEMBAHASAN
A. Peran Tokoh Agama dalam Kehidupan Sosial Keagamaan
Talcott Parson mendifinisikan bahwa struktural fungsional
sebagai bagian keseimbangan dalam institusi sosial yang
diakuinya akan eksis atau di kenal masyarakat apabila
berhasil menjalankan tugas serta fungsinya dengan baik,
tampa memberikan perbedaan sedikitpun41.
Dari penjelasan Talcott Parson mengenai struktur
fungsional bahwa warga masyarakat yang memiliki fungsi
penting, dalam lingkunganya harus berjalan sesuai dengan
apa yang menjadi tugasnya seperti dalam penelitian ini yang
mengkaji tentang tokoh agama di Desa Lanta Timur yang
berperan aktif dalam menjalankan fungsinya sebagai panutan
dilingkungan masyarakat tampa melihat perbedaan yang
ada42.
Dalam masyarakat memiliki sistem-sistem yang saling
berkaitan, dimana ketika salah satu bagian sistem tidak
menjalankan tugasnya maka sistem yang lain tidak akan
berjalan dengan baik, semua masyarakat memiliki mekanisme
agar bisa mengintegrasikan hal yang dimiliki. 43
41
WirawanTeori-Teori Sosial dalam Paradigm Fakta Sosial , Definisi Sosial dan
Perilaku Sosial (Jakarta, prenada media Group 2012) Hlm. 41 42
Ibbid.Hlm. 43 43
Ibbid, Hlm. 44
68
67
Parsons juga mengenalkan teori AGIL untuk menjelaskan
hierarki pengendalian sibernetika, hierarki sibernetika dapat
dicermati melalui energi dan integrasi, yang meliputi sistem
budaya, sistem sosial, sistem kepribadian dan sistem
organisasi subsistansi dalam kesatuan holistik. Tindakan
induvidu dan tindakan sosial yang dapat diamati menekankan
pada sistem dan kondisi energi.44
Jika kita memandang masyarakat sebagai sebuah sistem
sosial dari kacamata struktur fungsional itu dapat di
konstruksikan terdiridari beberapa subsistem. Menurut talcott
parssons, adaempat subsistem yang menjalankan fungsi-
fungsi utama di dalam kehidupan bermasyarakat, yang sering
disingkat dengan AGIL, yaitu45:
1. Adaptasi adalah keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk
menghadapi lingkungan dengan baik.46
Hal yang paling penting bagi para Tokoh Agama untuk
menjalankan tujuan dan fungsinya, adalah Tokoh Agama
harus memberikan contoh tauladan terhadap lingkungan
sosial dan kebutuhan serta keinginan masyarakat Desa Lanta
Timur akan problem sosial agama.
Tokoh agama melakukan pendekatan sosial dengan cara
memberikan nasehat terhadap masalah sosial agama di Desa
44
WirawanTeori-Teori Sosial dalam Paradigm Fakta Sosial , Definisi Sosial dan Perilaku
Sosial (Jakarta, Prenada Media Group 2012) Hlm. 52-53 45
George Ritzer Douglas J. Goodman Teori Sosiologi dari Teori Sosiologi Klasik
sampai Perkembangan Muktahir Teori Sosial Postmoderen (New York 2004) Hlm, 251 46
Ibid. Hlm. 52-53.
68
Lanta Timur mendatangi rumah-rumah penduduk, tokoh
agama memberikan nasehat (ceramah) yang sesuai dengan
masalah sosial agama yang terjadi.
Tokoh agama melakukan interaksi dengan tokoh lain
seperti tokoh adat dalam hal memberikan adat-adat yang di
sesuaikan tidak jauh dari nilai-nilai agama.
Tokoh agama melakukan interaksi sosial dengan tokoh
pemuda dengan cara membuat kesepakatan untuk
membentuk remaja masjid dan pengajian rutin. Dan pada saat
bulan ramadhan tokoh agama, tokoh pemuda, beserta
masyarakat melakukan tradisi solat magrib berjamaah dan
buka puasa bersama di masjid untuk memper erat tali
silaturahmi antara masyarakat atau penduduk Desa Lanta
Timur.
Tokoh agama juga mampu beradaptasi di dunia moderen
saat ini, dilihat dari tokoh agama tidak merasa kecewa ketika
masyarakat yang dulu mempercayainya sebagai pengobat
setiap masyarakat sakit akan tetapi sekarang di kikis oleh
keberadaan seorang dokter, tetapi masih banyak masyarakat
yang berobat di tokoh agama meski di dunia moderen
sekarang ini sudah banyak alat medis dokter yang mampu
mengobati segala penyakit.
Kehadiran tokoh agama dan tokoh adat di dalam
lingkungan masyarakat untuk menjaga stabilitas, tokoh agama
ketika melakukan do‟a tujuh bulanan beliau berperan sebagai
69
pemimpinya sedangkan ketikah ada sebuah pernikahan tokoh
adat yang akan berperan disana semuanya ada perannya
masing masing dan tidak mungkin Tokoh Agama yang akan
mengambil alih di dalam sebuah acara pernikahan.
2. Goal attainment, berarti persyaratan fungsional yang
munculdari pandangan bahwa tindakan itu diarahkan pada
tujuan-tujuannya.
sudah banyak yang di usahakan oleh para tokoh agama
untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, salah satunya
parah tokoh agama mengadakan:
a. Pengajian Mingguan
pengajian mingguan adalah pengajian yang dilakukan
setiap seminggu yang jatuh pada hari jumat yang
pembicaraanya yaitu tokoh agama itu sendiri yang secara
bergilir akan melakukan ceramah satu orang tokoh agam
satu kali dalam seminggu dan minggu depan lagi berarti
tokoh agama yang lain.
b. Pengajian Bulanan
pengajian bualanan adalah pengajian yang dilakukan
sekali dalam sebulan yang penceramahnya remaja majid
menghadirkan ustad-ustad ternama yang ada di Desa lain
dan di hadiri oleh satu desa yaitu desa Lanta Timur
c. TPQ (Taman Pendidikan Al-quran)
TPQ merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak
anak bahkan sampai dewasa.Kegiatan ini di ajarkan
70
berbagai ilmu agama seperti tajwid, prakti ibadah,
sedangkan kegiatan tersebut di laksanakan di rumah guru
ngaji (tokoh agama), di masjid.47
Dan bukan Cuma pengajian akan tetapi
a. cerama mingguan
dimana ceramah minggguan ini di lakukan tiap hari
jumat sore dan di hadiri oleh masyarakat setempat.
b. Cerama bulanan
cerama bulanan ini ceramah yang di lakukan sekali
dalam sebulan dengan mengundang ustat ternama
yang berasal dari desa lain
Itu semua di lakukan oleh tokoh agama untuk
menciptakan masyarakat yang lebih baik.
3. fungsi integrasi berarti persyaratan yang berhubungan dengan
interelasi antara para anggota dalam sistem sosial.48
Seperti dalam masyarakat Tokoh Agama, tokoh adat dan
tokoh masyarakat menjalankan fungsi masing-masing dan
memiliki tujuan yang sama dalam perannya untuk kehidupan
masyarakat .
Tokoh adat adalah sesuatu yang sentral dalam sebuah
komunitas masyarakat. Tokoh adat seperti yang dipahami
bersama adalah sosok yang bisa jadi panutan oleh
masyarakat, atau tokoh yang selalu dijadikan rujukan atau
tempat bertanya perihal permasalahan masyarakat,
47
Ama Dila, wawancar, Bima, 20 Juli 2019 48
Ibid. Hlm, 256-257.
71
penokohan tersebut karena pengaruh posisi, kedudukan,
kemampuan dan kewajibannya yang di akui oleh masyarakat
di lingkungannya.
Seorang yang karena latar belakang pribadi yang kuat
mewarnai dirinya, memiliki kualitas subyektif atau obyektif
yang memungkinkannya tampil dalam kedudukan di luar
struktur organisasi resmi namun ia dapat mempengaruhi
kelakuan dan tindakan suatu kelompok masyarakat baik
dalam arti positif maupun negatif perang tokoh adat memang
penting dalam berbagai hal salah satunya dalam melestarikan
budaya suatu pernikahan.
Tokoh agama berperan sebagai Secara bahasa pengertian
agama (ad-diin) adalah pembalasan (al-jaza‟), ad-din (agama)
juga berarti ketaatan loyalitas dan ketundukan diri.Sedangkan
istilah ad-din (agama) juga berartikekuasaan atau aturan
seperti raja yang mengikat banyak orang. Peter L. Berger
melukiskan agama sebagai suatu kebutuhan dasar manusia,
karena agama merupakan sarana untuk membela diri
terhadap segala kekacauan yang mengancam kehidupan
manusia. Hampir semua masyarakat manusia mempunyai
agama.49 Secara historis, islam adalah agama yang di
49
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2006) ,Hlm
119
72
wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk di sampaikan
kepada seluruh umat manusia.50
Peran tokoh masyarakat dalam masyarakat desa sangat
dibutuhkan hal ini sebagai wujud dari partisipasi kewargaan
para tokoh masyarakat tersebut. Tokoh masyarakat sebagai
titik sentral dalam perwujudan desa yang baik sudah barang
tentu keberadaanya sangat dibutuhkan dalam upaya
pengembangan desa yang baik. Sebab keberadaan tokoh serta
dan perannya sangat berpengaruh dalam perkembangan
sebuah wilaya Desa, oleh sebab itu keberadaanya menjadi
salah satu faktor penunjang dalam pengembangan sebuah
Desa.
Jadi sesuai dengan teori AGIL bagian Integrasi yang
persyaratan yang berhubungan dengan interelasi antara para
anggota dalam sistem sosial
pola hubungan antara tokoh agama dengan tokoh adat
adalah ketika tokoh adat mempertahankan sebuah adat atau
menghapus adat otomatis akan meminta pendapat tokoh
agama untuk melihatnya dari sisi keagamaan. Sedangkan pola
hubungan tokoh agama dengan tokoh masyarakat ketika
tokoh masyarakat ingin membangun sebuah ke giatan atau
membicarakan tentang pembangunan sebuah masjid mereka
akan memintah tokoh agama untuk memberikan pandangan
atau pendapat terkait lokasih dan tempat.
50
Tim Review MKD UINSA , Pengantar Studi Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel
Press 2014), Hlm. 1
73
Dan meraka berperan sesuai kaahliannya masing-masing
dan memiliki tujuan yang sama yaitu sama sama membangun
sebuah Desa menuju Desa yang lebih unggul dari Desa yang
lain.
4. Laten pattern Maintenance (pola pemeliharaan) merupakan
konsep latensi yang menunjukan berhentinya interaksi51.
Jadi sesuai data yang di dapatkan di lapangan
Tokoh agama sudah menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
orang yang di percaya akan ilmu agamanya, salah satu fungsi
yang di jalankan oleh tokoh agama adalah pengajian bulanan,
pengajian harian, pengajian mingguan dan pencerahan
mingguan, pencerahan bulanan semua kegiatan itu telah
dilakukan secara rutin dan rencananya akan di terapkan
untuk selamanya itu rencana parah tokoh agama semoga tidak
ada kendala kedepannya.
Sedangkan Tokoh adat akan manjadi sosok yang bisa jadi
panutan oleh masyarakat, atau tokoh yang selalu dijadikan
rujukan atau tempat bertanya perihal permasalahan
masyarakat, penokohan tersebut karena pengaruh posisi,
kedudukan, kemampuan dan kewajibannya yang di akui oleh
masyarakat di lingkungannya. Tokoh adat selalu berperan
penting dalam suatu pernikahan,acara sunatan dan semua
yang berkaitan dengan adat
51
J Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta,
Pranada Media, Group 2014)Hlm.123
74
Jadi tokoh agama tokoh adat dan tokoh masyarakat
memiliki fungsi masing-masing dan tidak mungkin tokoh
agama di acara sunatan atau acara nikahan mengambil alih
peran tokoh adat.
B. Pandangan Masyarakat Terhadap Peran Tokoh Agama
dalam Kehidupan Sosial Keagamaan
Teori struktural fungsional melihat masyarakat sebagai
sebuah keseluruhan sistem yang bekerja untuk menciptakan
tatanan dan stabilitas sosial, strukstur fungsional juga sebagai
sebuah tatanansosial dan bagaimana masyarakat bisa hidup
harmonis52.
Fungsionalisme melihat individu sebagai bagian dari
masyarakat yang berada dalam sistem sosial yang besar.
Sistem sosial ini bekerja untuk menciptakan stabilitas tatanan
sosial. Masyarakat dengan demikian adalah kumpulan dari
individu-individu yang bekerja dalam sebuah sistem untuk
menjaga stabilitas sosial. Durkheim sendiri melihat
masyarakat sebagaiorganisme. Organisme tersusun atas
beberapa komponen yang memainkan perannya masing-
masing. Apabila masing-masing komponen bergerak sendiri,
organisme akan mengalami disfungsi atau gagal berfungsi53.
52
https//www.google,ic.id/teori Structural Fungsional Sosiologi, com. Diambil hari
senin, 21 Agustus 2009 pukul 21. 53
Ibid. pukul 21.
75
1. Pandangan masyarakat terhadap peran tokoh agama
Pandangan masyarakat terhadap tokoh agama secara
struktur fungsional dapat dilihat di beberapa kategori
a. Secara struktur sebagian dari masyarakat menganggap
bahwa posisi tokoh agama merupakan sesuatu hal yang
dibutuhkan untuk menjawab tuntutan pokok masyarakat
dalam aspek pendidikan agama secara umum dan
implementasi ditengah degrasi moral, etika yang terjadi
dalam tatana kehidupan masyarakat. Sehingga
keberadaan tokoh agama bukan hanya diletakkan pada
bagian tertentu namun juga merupakan bagian sistemik
yang terukur dalam menjamin kualitas ibadah,agama dan
lainya.
b. Secara fungsional hampir sebagian besar tokoh agama sudah
mampu membawa pengaruh signifikan sehingga untuk
mengendalikan masyarakat secara efektif dalam berpartisi
pasi di setiap kegiatan keagamaan sangat mudah dilakukan,
di samping tokoh agama masih disibukkan dengan aktifitas
harian masih bisa melakukan fungsinya secara umum
fungsi tersebut sudah mampu dilaksanakan secara optimal
dilihat dari beberapa kegiatan yang diadakan oleh tokoh
agama sebagai berikut
76
a) Pengajian Mingguan
pengajian mingguan adalah pengajian yang dilakukan
setiap seminggu yang jatuh pada hari jumat yang
pembicaraanya yaitu tokoh agama itu sendiri yang secara
bergilir akan melakukan ceramah satu orang tokoh agam
satu kali dalam seminggu dan minggu depan lagi berarti
tokoh agama yang lain.
b) Pengajian Bulanan
pengajian bualanan adalah pengajian yang dilakukan
sekali dalam sebulan yang penceramahnya remaja majid
menghadirkan ustad-ustad ternama yang ada di Desa lain
dan di hadiri oleh satu desa yaitu desa Lanta Timur
c) TPQ (Taman Pendidikan Al-quran)
TPQ merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak
anak bahkan sampai dewasa.Kegiatan ini di ajarkan
berbagai ilmu agama seperti tajwid, prakti ibadah,
sedangkan kegiatan tersebut di laksanakan di rumah
guru ngaji (tokoh agama), di masjid.54
Di lihat dari masyarakat menerima dan mengikuti
semua kegiatan tokoh agama berarti masyarakat dapat
menerima dengan baik.
2. Hubungan Tokoh Agama dengan Masyarakat
Hubungan tokoh agama dan masyarakat secara
karakteristik yang dimiliki oleh para ato lebe atau ulama
54
Ama Dila, wawancar, Bima, 20 juli 2019
77
menyebabkan mereka menduduki posisi kepemimpinan
dalam lingkungannya walau secara struktur para tokoh
agama tidak mengambil puncak kepemimpinan strategis
atau pucuk pimpinan Desa daerah atau kota namun selain
sebagai pemimpin agama dimana setiap perkataan seorang
tokoh agama biasanya tidaklah dibantah ia menjadi pengikut
banyak orang kerapkali tampa mempersoalkan apakah dasar
pendapat itu dan bagaimana nilainya.
Sebagai pemimpin informal ulama adalah orang yang
diyakini masyarakat mempunyai otoritas yang sangat besar
hal ini karna masyarakat beranggapan tokoh agama adalah
orang yang berilmu luas yang di anugrahi hubungan tokoh
agama dengan masyarakat dilihat dengan emosi keagamaan
yang membuat kekuasaan sahnya semakin berpengaruh.
Sikap ramah yang menyertai aksi-aksi tokoh agama
juga menjadikan hubungan itu penuh dengan emosi karena
ulama telah membantu memberikan ajaran dan penolong
bagi masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah,
tidak hanya sebatas masalah spiritual tetapi juga mencakup
aspek kehidupan yang luas.
Jadi dilihat dari kiprahan tokoh agama yang selalu
mendekati masyarakat dengan cara mendatangi rumah-
rumah warga untuk berdakwa dan tausiyah dan dilihat dari
masyarakat menerima tokoh agama dan tidak memper
masalahkan hal tersebut dilihat dari peran itu terjalin baik
78
hubungan tokoh agama dengan masyarakat dan tokoh
agama juga slalu sabarnya mengajar ngaji dari orang tua,
anak mudah dan anak kecil karna menurut tokoh agama
belajar ilmu agama sangatlah penting karna kita di dunia
hanyalah sementara.
Disini terlihat bahwa masyarakat menyadari akan
pentingnya sebuah ilmu pengetahuan. Seperti tertuang
dalam firman allah surat At-taubah ayat 122:
Artinya:
“Tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka dapat menjaga dirinya”55
Ayat di atas menurut al-Marghi telah memberikan isyarat
tentang kewajiban untuk memperdalam ilmu agama (wujuh
55
Pustaka Al-Hanan, Al-Qur’an Terjemahan asbabul Nuzul, (Surakarta:CV. Al-Hanan,
2010), Hlm. 206
79
Al tafaqquh fi Al-din) dan bersedia mengajarkan ilmu tersebut
serta memberikan pemaahaman agama kepada orang lain
sebanyak-banyaknya.Sehingga dapat memperbaiki keadaan
mereka dan tidak bodoh tentang hukum-hukum agama yang
wajib di ketahui oleh setiap mu‟min.
3. Peran Spiritual Keagamaan dan Dakwah
Perlu disadari bahwa keberhasilan dakwa secara
total semata mata tidak dapat dilihat dari daya tarik dan daya
pikat seorang tokoh agama atau ulama dalam menyampaikan
pesan dakwah jauh dari pada itu ukuran keberhasilan seorang
tokoh agama dalam menyampaikan dakwa terletak pada
adanya peningkatan dan kesetabilan spiritual pada sasaran
dakwa atau masyarakat. Yang berimplikasi pada perubahan
sikap, perilaku, dan pemahamannya pada hakikatnya.
Peran dakwah merupakan upaya seorang sebagai
media untuk mengubah perilaku masyarakat dari yang
negative menjadi baik dan bodoh menjadi pandai.Sehingga
penting dilettakan dalam posisi strategis dan mengoperasikan
fungsi tersebut secara terstruktur dalam tatana kehidupan
masyarakat dari sekian banyak tokoh agama yang
mengkomunikasihkan ajaran dakwah Islam.
Maka peran aktif tokoh agama adalah
mendedikasihkan kehidupan dalam membimbing dan
membina masyarakat dengan kemampuan dan keilmuan serta
dunia pendidikan yang dimilikinya.Sehingga secara structural
80
dakwah mampu mempengaruhi seseorang dalam bertindak
dan berperilaku dengan dakwa diharapkan akan dapat
mengubah kepribadian baik secara individu maupun kolektif,
oleh karena itu dakwa merupakan agenda perubahan baik
dalam pengertian material maupun immaterial.
Jadi peran spiritual dakwah ini benar benar berhasil di
lakukan oleh para tokoh agama di lihat dari masyarakat yang
apabila ada masalah rumah tangga atau masalah ekonomi
masyarakat lebih memilih berkonsultasi atau mengaduh
terhadap tokoh agama.
81
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penyajian mengenaihasil penelitian dan analisisnya
yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya, maka
secara sederhana kesimpulan yang dapat di ambil sebagai
jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian yang
berjudul “Peran Tokoh Agama dalam Kehidupan Sosial
Keagamaan” adalah sebagai berikut:
1. Peran tokoh agama (Ato Lebe) Desa Lanta Timur Kacamatan
Lambu Kabupaten Bima,sangat bermamfaat bagi masyarakat
sekitar, hal ini terlihat dari para tokoh agama yang mampu
melakukan perubahan terhadap masyarakat. Dengan
melakukan control dan menjalankan kegiatan rutin yaitu
pengajian, dan kajian rutin. Peran sosial tokoh agama (Ato
Lebe) yang dilakukan dengan berbaur kepada masyarakat
menjalani hubungan antara masyarakat dengan baik,
mendatangi secara fisik, dengan cara mendatangi rumah
masyarakat masing-masing dengan tujuan kadeni weki (lebih
akrab). Hal tersebut dilakukan oleh para tokoh agam bukan
saja pada saat melakukan kajian rutin atau pengajian
akantetapi setiap ada waktu luang status dan peran yang
dilakukan oleh para tokoh agama terhadap masyarakat Desa
81
82
Lanta Timur sangat berfungsidan relevan dengan teori
fungsional structural.
Karena tokoh agama dijadikan sebagai pemimpin. Berbagai
macam peran sosial keagamaan tokoh agama dalam
kehidupan masyarakat Lanta Timur:
a. Sebagai imam shalat berjamaah baik itu di masjid
maupun di musholah
b. Sebagai guru ngaji anak-anak melalui kegiatan TPA,
mulai dari mengajari tata cara wuduh, shalat, belajar
membaca iqra, membaca al-Quran beserta tajwidnya.
c. Menjadi pemimpin dalam acara keagamaan, seperti
yasinan, tahlilan, selamatan atau hajatan dan juga
acara peringatan hari kebesaran islam
d. Menjadi mubalig atau orang yang memberikan ceramah
kepada masyarakat ketika ada acara pengajian.
e. Sebagai ahli pengobatan.
f. Tokoh agama di Lanta Timur juga berperan dalam
meningkatkan ketentraman masyarakat karena tokoh
agama dapat mengajarkan masyarakat kepada yang
ma‟ruf dan mencegah kemungkaran.
2. Pandangan masyarakat Desa Lanta Timur terkait dengan
tokoh agama (Ato Lebe) sangatlah baik dilihat dari bagaimana
masyarakat memotivasi dan menempatkan orang-orang pada
posisi yang tepat dalam sistem sosial. Masyarakat Desa Lanta
mendukung dengan cara berpartisipasi dan menerima dengan
83
baik, karena keterlibatan tokoh agama bersifat fungsional dan
membawa perubahan yang dampaknya positif bagi
masyarakat Desa, para tokoh agama sangatlah rama terhadap
masyarakat.
B. Saran
Dalam penulisan hasil penelitian yang berupa karya tulis
skripsi, peneliti memberi saran yaitu:
a. Untuk Ato Lebe (tokoh agama) tetap semangat dalam
menjalankan perannya, meski dengan keterbatasan semoga
dapat menciptakan generasi yang religious.
b. Untuk masyarakat harus peka terhadap lingkungan sekitar
dengan permasalahan kurangnya kesadaran atau kurang
aktifnya kegiatan yang ada di Desa.
c. Untuk aparatur Desa atau pemerintahan dalam Desa juga
harus mendukung dan berpartisipasi dalam
mengembangkan sebuah desa agar lebih maju dan lebih
baik sehingga tidak terjadi kemunduran dari pemahaman
agama yang kurang.
84
DAFTAR PUSTAKA
Afiffudiin & Beni Ahmad, Metode Penelitian, Kualitatif
(Jakarta CV Pustaka Setia, 2012), Hlm 18-19
Ali Amrin, “ Peran Agama dalam Perubahan Sosial
Masyarakat“ Hikmah II, no. 1 (2015): 24.
Bagon Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta:Prenada
Media Group Kencana, 2007), Hlm. 69
Bungin, Burhan, Metode penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Ra
ja Grafindo Persada, 2001), Hlm. 231
Bungin, Burhan, Metode penelitian Kualitatif (Jakarta: PT
Raja GrafindoPersada, 2001), Hlm. 231
Dadang ahmad, Sosiologi Agama (Bandung: PT Remaja
RosdaKarya, 2006) ,Hlm 119
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2006) ,Hlm 119
Djam‟ah Satori, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabet, 2014), Hlm 215
Eko Wisnu Wibowo yaitu dengan judul “Peran Pondok
Pesantren Ushul Quran Dalam
Edi Susanto, “Kepemimpinan (kharismatik) kyai dalam Persp
ektif Masyarakat Madura” Karsa No. 1 (2007) Hlm. 31-33
Fuadi, “Memahami Hakikat Kehidupan Sosial Keagamaan
Solusi Alternatif Menghindari Komflik” Jurnal Substantia, No. 1
(2011): 66
George Ritzer Douglas J. Goodman teori sosiologi dari teori s
osiologiklasik sampai perkembangan muktahir teori social post
moderen (New York 2004)Hlm, 251
Httpss://www. Teori structural fungsionalkompasional com.
Senin 12agustus 2019
http://www. Kbbi.web.id/hidup
85
https//www.google,ic.id/teori structural
fungsional sosiologi,com. Diambil hari senin, 21 agustus 2009
http://www. kbbi.web.id/kiai pukul 21.
https// media. Neliti. Com. Mengenal lebih dekat
dengan pendekatan fenomenologi, pada hari selasa 30 april 2019.
pukul 17.43
J Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto Sosiologi tekspengantar
dan terapan (Jakarta, pranada media, Group 2014)Hlm.123
“Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online”, diakses
tanggal 2 juni 2019,
Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya:
Kartika 1997), Hlm.68
“Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online”,
di akses tanggal 2 juni 2019,
Wirawan teori-teori social dalam paradigm fakta sosial ,
definisi social dan perilaku social (Jakarta, prenada media Group
2012) Hlm. 41
Pembangunan Keberagaman Masyarakat” Dakwah, STAIN
Kudus, 2014
Pustaka Al-Hanan, Al-Qur‟an Terjemahan asbabul Nuzul,
(Surakarta:CV. Al-Hanan, 2010), Hlm. 206
Rizal Mubit, “Peran Agama dalam Multi kulturalisme
Masyarakat Indonesia” Episteme, No.1 (2016).Hlm. 164
Siti Rocmatul Fauziah “Peran tokoh agama dalam
masyarakat moderen menurut Anthony Giddens” yogyakarta
Sarjana Filsafat Islam Fakultas ushuluddin dan pemikiran islam
2014
86
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT
Grafisindo, 2013), Hlm.212-2013
sugiyon, Metode Penelitian Kualitatif untuk penelitian yang
bersifat: eksploratif, enterpretif, interaktif dan konstruktif (Bandung,
Alfabeta, 2017), Hlm.96
Suharsimi Arikunto, Menejemen Penelitian, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009), Hlm. 88.
Sugiyon, Metode Penelitian Kualitatif untuk penelitian yang
bersifat: eksploratif, enterpretif, interaktif dan konstruktif(Bandung:
Alfabeta, 2017). Hlm.107
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif untuk penelitian yang
bersifat: eksploratif, enterpretif, interaktif dan konstruktif (Bandung:
Alfabeta, 2017), Hlm.134
Tim Review MKD UINSA Pengantar Studi Islam (Surabaya:
UIN Sunan Ampel Press 2014), Hlm. 1
Tim Review MKD UINSA Pengantar Studi Islam (Surabaya:
UIN Sunan Ampel Press 2014), Hlm. 1
Tim Review MKD UINSA, “Pengantar Studi Islam” (Surbaya:
UIN Sunan Ampel Press, 2014), Hlm. 1
Powerwadarminto, Kamusumumbahasa Indonesia,(Jakarta:
PN BalaiPustaka, 1984), Hlm.735
87
LAMPIRAN
88
89
90